Perikop 2 Sam 24: 1-17 berhubungan dengan perikop paralel-nya yang mengisahkan hal yang sama, yaitu 1 Taw 21:1-17. Di kitab Samuel, dikatakan bahwa yang mendorong Daud melakukan sensus adalah Allah: “Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.” (2Sam 24:1). Namun demikian, di kitab Tawarikh dikatakan bahwa yang mendorong Daud adalah Iblis, “Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel.” (1Taw 21:1). Dari kedua ayat ini dapat disimpulkan bahwa Iblis-lah yang membujuk Daud untuk melakukan sensus, namun Allah mengizinkan hal tersebut. Atau, Allah membuka pintu/ mengizinkan Iblis mencobai Daud, sebagaimana Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub.

Tindakan sensus sendiri mempunyai makna yang khusus. Kel 30:12 mengatakan, “Apabila engkau menghitung jumlah orang Israel pada waktu mereka didaftarkan, maka haruslah mereka masing-masing mempersembahkan kepada TUHAN uang pendamaian karena nyawanya, pada waktu orang mendaftarkan mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka pada waktu pendaftarannya itu.” Ayat ini menyatakan kepemilikan Allah akan umat-Nya, dan dengan prinsip ini, maka Raja Daud hanya dapat melakukan sensus jika ia mendapat perintah dari Allah, dan sensus ini harus diikuti persembahan uang pendamaian kepada Tuhan. Namun nampaknya bukan ini yang mendorong Raja Daud melakukan sensus. Sebab Daud menghendaki peningkatan bangsa tersebut, kemungkinan ingin mengukur kekuatan pasukannya untuk mengetahui apakah ia mempunyai cukup kekuatan untuk menaklukkan negara-negara tetangganya.

Panglima Raja yang bernama Yoab berkeberatan akan diadakannya sensus ini (lih. ay.3-4) -kemungkinan karena mengetahui bahwa sensus ini berkaitan dengan kesombongan Raja Daud-  namun akhirnya ia tunduk pada kemauan Raja Daud.

Di sini terlihat, bahwa di akhir kepemimpinannya sebagai raja, Daud jatuh dalam dosa kesombongan, yang mengklaim seolah kejayaannya diperoleh karena hasil karyanya sendiri. Ia melihat bagaimana bangsa Israel telah berjaya di bawah kepemimpinannya, yang memang sangat mengagumkan. Maka penghitungan itu adalah untuk memberi pujian bagi dirinya sendiri, padahal sesungguhnya Tuhanlah yang memberikan kemuliaan dan kejayaan kepada bangsa Israel. Dengan penghitungan itu, Raja Daud seolah lebih bergantung kepada angka-angka daripada menyerahkan masa depan bangsa itu ke dalam tangan Tuhan.

Demikianlah, sensus itu dilakukan (lih. ay. 5-9). Namun kemudian, Raja Daud mengetahui bahwa ia telah bersalah di hadapan Tuhan (lih. ay.10), sebab ia menyadari bahwa ia melakukan hal itu demi kebanggaannya sendiri dan kemuliaan diri yang sia-sia (pride and vainglory). Sebagai orang yang dekat dengan Tuhan, Daud mempunyai kepekaan akan dosa, dan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya telah menyimpang dari kehendak Tuhan: “Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN: “Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh.” (2 Sam 24:10)

Berikutnya, kita dapat membaca bagaimana Allah menghadapkan kepada Raja Daud pilihan akan akibat perbuatannya (lih. ay. 11-13). Pilihan pertama, tujuh tahun kelaparan: hal ini dapat mengakibatkan kematian di Israel, terutama bagi kaum miskin yang tak punya persediaan makanan, namun yang kaya mungkin selamat, dengan menggantungkan harapan kepada bangsa- bangsa lain di luar Israel untuk memberi makanan. Pilihan kedua, jatuh pengejaran bangsa musuh, di mana kemungkinan korban terbesar adalah para prajurit; dan bangsa Israel harus berada di dalam pertentangan dengan negara-negara tetangganya.  Pilihan ketiga, yang akhirnya dipilih oleh Raja Daud adalah wabah penyakit, karena dalam menghadapi konsekuensi ini ia menggantungkan harapannya pada kemurahan Tuhan, dan bukan kepada manusia; dan juga karena semua orang, secara sama rata, termasuk kaum keluarganya, memiliki kemungkinan yang sama untuk turut menanggung akibat ini. Di sini terlihat kesungguhan pertobatan Daud.

Ay.15-17 menunjukkan bahwa wabah itu akhirnya terjadi, dan banyak orang Israel yang wafat karenanya. Ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan dosa selalu membawa akibat. Di perikop berikutnya (ay. 18-25), kita membaca bahwa Raja Daud sungguh menyatakan pertobatannya dengan membangun mezbah bagi Tuhan untuk menyembah Tuhan. Dan karena kesungguhan pertobatan hatinya ini, Tuhan berkenan menghentikan wabah tersebut dari antara orang Israel.

Dari kisah ini kita dapat mengetahui bahwa Raja Daud, seorang yang “berkenan di hati Allah” (‘a man after God’s own heart‘- 1 Sam 13:14, Kis 13:22), pun dapat jatuh ke dalam dosa; demikian juga kita. Namun demikian, jika bertobat, Tuhan akan menerima kita kembali.

2 COMMENTS

  1. Pak Stef dan Bu Ingrid,
    Terima kasih atas penjelasan tentang dosa Raja Daud ketika ia melaksanakan sensus penduduk Israel dan Judah.

    Salam kasih

  2. Pak Stef dan Bu Ingrid,

    Perkenankan saya melanjutkan pertanyaan di atas, namun tidak terkait dengan perbedaan penulisan di kedua kitab tersebut, melainkan terkait dengan dosa David di 2 Sam 24. Pada 2 Sam 24: 1, Tuhan bersabda kepada David untuk menghitung rakyat Israel dan Judah. Kemudian David memerintahkan Joab untuk melakukan sensus warga Israel dari Dan hingga Beer-sheba. Meskipun Joab sempat mempertanyakan maksud David (ayat 3), tetapi David tetap bersikukuh untuk tetap melaksanakan sensus tersebut. Joab akhirnya melaksanakan perintah dan melaporkan hasil sensus itu kepada raja (ayat 9). Selanjutnya, pada 2 Sam 24: 10 disebutkan David menyadari bahwa ia telah berbuat salah karena ia telah melakukan sensus tersebut. (David said to the LORD, ‘I have sinned greatly in what I have done. … ‘, NRSV Bible).

    Saya tidak mengerti mengapa David berdosa besar (have sinned greatly) karena melakukan sensus penduduk warga Israel dan Judah itu, bukankah hal itu dia lakukan mengikuti perintah Tuhan. Apakah yang bisa kita pelajari dari peristiwa sensus penduduk dan dosa David ini?

    Terima kasih atas perhatian dan waktu yang diberikan menanggapi pertanyaan saya tersebut.

    Salam kasih dari Adelaide, SA

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca penjelasan di atas, silakan klik]

Comments are closed.