Pertanyaan:

Syalom

Mohon tanya :

Mengapa Allah memberikan hal-hal yang baik dan yang jahat didalam kehidupan kita ?
Seperti yang ditulis di dalam : Pengkhotbah 7 : 14.
Dan bagaimana kita menyelesaikan semuanya itu ?

Aaron

Jawaban:

Shalom Aaron,

Dalam Pkh 7:14 memang dikatakan adanya hari-hari mujur dan malang, dan kita selayaknya mengingat bahwa kedua hari tersebut dijadikan oleh Tuhan. Memang kata-kata manusia agak terbatas dalam menjelaskan, bahwa karena Tuhan Maha-Tahu maka tak ada sesuatupun yang tidak diketahui oleh Tuhan sejak awal mula. Ia mengetahui akan adanya hari-hari mujur dan hari-hari ‘malang’ dalm kehidupan kita, walaupun bukan Ia yang secara aktif merencanakan hari-hari malang tersebut. Dengan pemikiran ini, maka kita umat Katolik tidak mempercayai adanya takdir, jika diartikan Allah menentukan segala sesuatu yang baik dan buruk untuk terjadi dalam hidup kita, dan kita ini hanya seperti “robot” saja. Pembahasan mengenai takdir ini dapat dibaca di sini, silakan klik.

Sebab Tuhan berfirman:

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yer 29:11).

Namun adakalanya, Tuhan mengizinkan adanya ujian terjadi dalam hidup ini, bahkan adakalanya Ia “menguji” iman kita dengan mengizinkan terjadinya pencobaan dalam hidup kita. Namun, maksud Allah ini harus tetap kita pandang demi kebaikan, sebab dikatakan, “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibr 12:6). Tanya jawab tentang apakah Tuhan mencobai umat-Nya, telah dituliskan di sini, silakan klik.

Dengan mengetahui bahwa di dalam hidup kita, kita akan mengalami ujian, maka kita dapat memiliki kerendahan hati untuk mengakui bahwa tidak semua hal ada di bawah kuasa/ kontrol kita. Kita harus mengakui bahwa bisa terjadi banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak kita diijinkan oleh Tuhan terjadi, supaya kita belajar bekerja keras, bangkit dari kesalahan dan kelemahan kita, dan mempercayakan segala sesuatunya kepada Tuhan. Dengan cara inilah kita bertumbuh di dalam iman, sebab dengan demikian kita mengasihi Tuhan bukan karena berkat-berkat-Nya yang kita terima, tetapi mengasihi Tuhan karena Ia adalah Bapa kita. Maka, dalam setiap keadaan, baik senang maupun susah, kita tetap percaya kepada-Nya, karena mengetahui bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi kita, yang belum sepenuhnya kita ketahui.

Ayat Rom 8:28 sebaiknya menjadi pegangan kita,

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom 8:28)

Maka pertanyaannya adalah, sudahkah kita mengasihi Allah, sebab jika kita mengasihi Dia, maka janji ini akan digenapi. Sebab apapun masalahnya, pasti dipakai Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Mari kita menyikapi hari-hari mujur dan malang dengan iman dan kebijaksanaan. Karena jika kita mempunyai sikap iman yang benar, mungkin kita tak perlu menyebutnya  sebagai “hari malang”/ sial, sebab kita mengetahui bahwa meskipun kelihatannya berat, namun Tuhan akan mendatangkan kebaikan bagi kita, jika kita setia bersandar kepada-Nya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

5 COMMENTS

  1. Salam damai sejahtera untuk semua

    Maaf, saya ada kesimpulan, yang semestinya cukup sederhana,
    berdasar pada cerita Nabi Ayub, Ayub adalah orang saleh, yang semestinya tidak layak mengalami seperti yang diceritakan di kisah Nabi Nabi,

    di cerita itu jelas bahwa Tuhan TIDAK memberi cobaan, kesusahan, kemalangan, halangan ataupun hal hal buruk pada Ayub/manusia atau apapun istilahnya, Tuhan tidak pernah menyengsarakan umatnya, sejelek apapun, sebanyak apapun dosanya, sedurhaka apapun umatnya,

    TETAPI, setan yang mencelakakan Ayub/manusia, dan Tuhan membiarkannya sebagai bukti bahwa apabila Ayub/manusia TETAP PADA IMANNYA PADA TUHAN BERARTI UMATNYA ITU MENANG, ATAU LEBIH MENCINTAI TUHAN DARIPADA setan, dan dengan kemenangan Ayub/manusia berarti juga KEMENANGAN TUHAN YANG BERATI KEKALAHAN setan

    itulah pemahaman sederhana saya tentang hal-hal yang baik dan yang jahat didalam kehidupan kita, hanya berdasar cerita Nabi Ayub, hanya berdasar pemahaman saya sebagai manusia, lebih kurangnya hanya Tuhan yang tahu

    MAKA.

    kalau mengingat kata kata Yesus waktu di salib, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
    Tolong, JANGAN DENGAN GAMPANGNYA SALAHKAN TUHAN, Dia begitu mencintai manusia, bahkan menyerahkan Yesus pada kematian, yang kalau misalnya anda tahu, siksaan yang dialamiNYA jauh melebihi nalar tentang kesakitan yang bisa kita bayangkan.

    maaf,
    salam

    • Shalom Parto,
      Ya benar, kita tidak selayaknya menyalahkan Tuhan, jika ada hal yang kurang baik terjadi dalam kehidupan kita. Sebab benar kata anda, Tuhan tidak mencobai kita umat-Nya agar kita jatuh. Ujian hidup yang diizinkan oleh Tuhan terjadi dalam kehidupan kita adalah dimaksudkan untuk kebaikan kita. Ya, adakalanya Tuhan membiarkan ujian dan kesulitan terjadi dalam hidup kita -seperti halnya pada Ayub- sehingga kita manusia dapat bertumbuh di dalam iman dan membuktikan iman dan kasih kita yang tulus kepada Tuhan.

      Memang dalam menghadapi ujian hidup kita layak melihat teladan Yesus, yang setia kepada rencana Allah Bapa untuk menyelamatkan umat manusia. Di salah satu dari tujuh perkataan terakhir-Nya di kayu salib, Yesus berkata, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Perkataan ini juga dimaksudkan Yesus untuk menyatakan keyakinan-Nya akan kasih Bapa, dan pemenuhan nubuat yang disebutkan pada Mazmur 22, hanya saja karena kekuatan-Nya sudah tidak ada lagi, maka yang diucapkan hanya ayat yang pertama. Memang Mazmur 22, dimulai dengan kata, “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Namun secara keseluruhan Mazmur itu menyatakan ajakan untuk memuji Tuhan dan menaati-Nya; dan itulah yang dilakukan oleh Yesus di kayu salib.

      Perkataan Mazmur 22 ini harusnya juga menguatkan kita pada saat kita mengalami penderitaan yang pasti tidak dapat dibandingkan dengan penderitaan Yesus di kayu salib. Tuhan Yesus tetap setia bersandar kepada Allah Bapa sampai akhir hidup-Nya di dunia, dan kitapun harus demikian. Mari kita berdoa agar kitapun dapat mengikuti teladan Yesus, setia kepada Allah sampai akhir hayat kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  2. Salam damai sejahtera

    Dear Aaron & Ingrid

    Saya ingin menyampaikan pendapat saya tentang ayat tesebut, demikian pendapat saya :

    PENGKOTBAH 7 : 14
    Allah mengatur yang baik dan yang jahat supaya kita mengalami atau menjalani keduanya seperti satu pasang sepatu.
    Kita tidak bisa membeli hanya sepatu kiri, harus kiri dan kanan.
    Begitu juga baik dan jahat telah dijodohkan Tuhan untuk setiap umat manusia.
    Kita tidak bisa mengharapkan hidup kita hanya terdiri dari hal-hal yang enak dan menyenangkan saja.
    Selalu ada campuran antara yang baik dan yang jahat.
    Memang perbandingan jumlah yang baik dan yang jahat tidak disebutkan, tetapi keduanya selalu ada dan ini terus berubah tergantung dari keadaan kita masing masing.
    Mengapa Tuhan memberi hal yang baik dan yang jahat ?
    Sebab Tuhan cinta pada manusia.
    Orang tua selalu memberi yang baik pada anaknya, si anak senang, orang tuanya juga senang.
    Tidak mungkin orang tuanya memberi yang jahat.
    Tetapi mengapa Tuhan memberi juga yang jahat ? Mengapa ?
    Allah tidak pernah salah.
    Pasti ada maksud yang baik yaitu untuk pengolahan dan pertumbuhan seperti yang disebutkan dalam Ibr 2 : 10b ( …………….. yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan PENDERITAAN.)
    Di dalam pertumbuhan dan pengolahan termasuk banyak salib dan aniaya, yaitu akibat diizinkanNya hal-hal yang jahat itu menimpa kita.
    Tetapi jangan kuatir, sebab Allah tidak akan mengizinkan pencobaan yang melebihi kekuatan kita (1Kor 10 : 13 = Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.)
    Jadi Tuhan mengizinkan yang jahat datang untuk pengolahan supaya kita tumbuh dan makin mulia.
    Orang yang menderita karena Kristus (salib) maka Roh kemuliaan ada di atas dia (1Pet 4 : 14 = Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.)

    BAGAIMANA CARA MENGHADAPINYA ?
    Bagaimana cara kita menghadapi perkara2 yang baik dan yang jahat ketika datang menimpa kita ?
    Kita pasti akan menghadapi keduanya, sebab itu kita harus tahu bagaimana cara menghadapi yang baik dan yang jahat menurut pola Alkitab, sebab itu cara yang terbaik dan pasti berhasil !
    Orang-orang yang ditimpa yang baik dan yang jahat ini ada dua macam, yaitu :
    1. Orang yang benar dihadapan Tuhan, baginya akan datang yang baik dan juga yang jahat !
    2. Tetapi kalau orang itu hidup dalam dosa (berbuat jahat), maka akan datang juga yang baik dan yang jahat, tetapi jenisnya lain. Lambat atau cepat maka yang jahat, atau disini lebih tepat disebut hukuman yang setimpal pasti datang !

    Dalam kedua hal ini. Cara menghadapinya sangat berbeda, prinsipnya lain dan kita harus memiliki kuncinya.

    DUA KUNCI
    Ada dua macam kunci untuk menghadapi perkara-perkara yang baik dan yang jahat, yaitu :
    1. MEMERIKSA DIRI. Per-tama2 itu kita harus memeriksa diri apakah celaka (jahat) itu datang karena kesalahan kita. Kalau hati kita (Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita) tidak menyalahkan kita, sebab kita benar, maka kita ada kebebasan di hadapan Allah (1Yoh 3 : 21 = Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,). Juga untuk hal-hal yang baik, kita tetap perlu memeriksa diri, apakah ini hasil yang halal, bukan hasil yang haram.
    2. BERSYUKUR DENGAN SEGENAP HATI DALAM SEGALA PERKARA. (Efe 5 : 20 = Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita). Kalau kita bisa bersyukur dengan sungguh2 kepada Tuhan, maka dalam menghadapi keduanya kita sudah memulai kemenangan kita. Kalau seorang tidak bisa sungguh2 bersyukur (sampai dalam hati), lebih2 dalam hal-hal yang tidak enak, ia menghadapi permulaan kehancurannya. Ini kunci yang penting.

    Kalau seorang mengalami perkara yang jahat karena dosa dan kesalahannya, janganlah ia mengucap syukur lebih dahulu, tetapi bertobat.

    Rumusnya lain untuk orang benar dan orang berdosa.
    Bagaimana menghadapi perkara-perkara yang baik ,kalau tidak ada dosa dan kalau ada dosa ?
    Bagaimana menghadapi perkara-perkara yang jahat ,kalau tidak ada dosa dan kalau ada dosa ?

    Alkitab mempunyai semua jawabannya , kalau kita mau menyelidikinya dengan pengurapan Rohkudus.
    Apakah anda ingin mengetahui jawabannya , apakah anda punya kerinduan untuk mengetahui semuanya itu ? Buka Alkitab anda dan baca serta selidiki mulai dari sekarang, maka anda akan menemukan permata permata yang indah indah dari Allah.

    Saya senang menemukan situs ini, walaupun isinya banyak perbedaan dengan apa yang sudah saya imani, tetapi saya bisa belajar lebih banyak tentang Alkitab .
    Jika jawaban (tanggapan) yang diberikan oleh pengasuh katolisitas.org berlainan dengan pemahaman saya, maka saya akan berusaha untuk menemukan jawaban yang lain seperti yang tertulis di Alkitab, sebab Alkitab tidak pernah salah atau sesat.
    Dengan demikian saya lebih banyak lagi memahami Alkitab dengan pimpinan Rohkudus. Mudah2an saja Stef dan Ingrid tidak bosan memberikan jawaban buat saya dan juga buat semua pembaca situs ini. Tuhan Yesus memberkati

    Salam
    mac

    • Shalom Machmud,
      Terima kasih atas sharing anda. Ya, saya setuju dengan pandangan anda dalam hal ini, bahwa memang Tuhan mengizinkan kita memiliki pengalaman yang baik dan kurang baik di dalam hidup ini; namun semua itu karena kasih-Nya kepada kita. Sebab hanya dengan demikian, kita dapat belajar bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.
      Kitab Suci memang memberikan kepada kita jawaban dalam menghadapi kehidupan ini, dan oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus, kita perlu mempelajari, merenungkan dan terutama menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya di dalam kehidupan kita sehari-hari.
      Karena begitu kayanya makna Kitab Suci, tidak lah mengherankan jika terjadi bermacam interpretasi terhadap suatu ayat atau perikop tertentu di dalam Alkitab. Jika sampai hal ini terjadi, maka bagi umat Katolik, kami melihat kepada apa yang menjadi pengajaran Magisterium Gereja Katolik, sebab mereka hanya meneruskan saja ajaran yang mereka terima secara turun temurun dari para pendahulu mereka, yaitu para rasul dan Bapa Gereja. Sebab kesinambungan ajaran mereka sebenarnya adalah bukti karya Roh Kudus yang sangat nyata. Memang mungkin prinsip ini ‘asing’ bagi mereka yang non-Katolik, yang biasa menginterpretasikan ayat-ayat secara pribadi dengan langsung memohon pimpinan Roh Kudus. Bukannya berarti kami orang Katolik membaca Alkitab tidak dengan memohon pimpinan Roh Kudus [sebab malah kami dianjurkan untuk selalu berdoa memohon pimpinan Roh Kudus sebelum membaca Kitab Suci], namun di samping itu, kami membacanya dengan kesatuan dengan Roh Kudus yang memimpin para Rasul dan para Bapa Gereja. Sebab tidak mungkin Roh Kudus menyatakan sesuatu pengajaran yang bertentangan dahulu dan sekarang. Jadi memang benar Alkitabnya tidak salah ataupun tidak sesat, tetapi interpretasi tiap- tiap pribadi-nya yang bisa salah atau sesat. Sebab interpretasi pribadi ini bersifat subyektif, dan inilah yang menyebabkan adanya banyak sekali denominasi gereja, sesuatu yang sebenarnya perlu membuat kita merenung, mengapa demikian, karena tak jarang ajaran-ajarannya-pun berlainan, dan semuanya mengatakan karena mendapat pengertian dari Roh Kudus.
      Maka situs ini hadir, untuk sedikit demi sedikit memaparkan kebenaran yang sifatnya obyektif. Setidaknya pengertian kebenaran yang obyektif inilah yang diyakini oleh Gereja Katolik. Bahwa jika seseorang dengan tulus mencari kebenaran, dan tidak mengandalkan pengertiannya sendiri; maka sedikit demi sedikit, Tuhan akan menghantarnya kepada Kebenaran itu sendiri, yang kami yakini ada di dalam Gereja Katolik, sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri. Hal apakah seseorang mau menanggapi atau tidak, sebenarnya merupakan urusan pribadinya dengan Tuhan. Namun kami percaya, yang namanya kebenaran sejati itu akan menarik manusia dengan sendirinya. Sebab pada dasarnya manusia tidak akan puas dengan menerima ‘separuh’ kebenaran. St. Agustinus pernah berkata, “Hatiku gelisah sampai aku dapat beristirahat di dalam Engkau (Tuhan)” Dan St. Agustinus memang menemukan ketenangan itu saat ia bertobat, dibaptis dan menjadi anggota Gereja Katolik. Masuknya St Agustinus ke dalam Gereja Katolik merupakan akhir darin perjalanan panjangnya mencari kebenaran. Awalnya, ia mencari Tuhan dalam bermacam pengetahuan filosofi manusia dan aliran Manichaeism yang menggembar-gemborkan akal, namun akhirnya ia sampai pada banyak kontradiksi yang membuatnya resah. Ia berusaha memahami Kitab Suci dengan pengertiannya sendiri, namun pengertian itu sangatlah terbatas, sampai akhirnya Roh Kudus memimpinnya untuk dapat mendengarkan dan meresapkan pengajaran dari St. Ambrosius (Uskup) mengenai Kitab Suci. Barulah ia menyadari kebijaksanaan dan makna yang begitu indah dari ayat-ayat Alkitab; setelah dengan kerendahan hati ia berusaha meresapkan dan memahami ajaran dari salah seorang dari para penerus rasul tersebut. Selanjutnya kita semua mengetahui, bahwa kemudian St. Agustinus sendiri menjadi salah seorang Bapa Gereja, dan Roh Kudus bekerja secara luar biasa di dalam diri-Nya untuk menyatakan kebenaran-kebenaran Tuhan kepada umat-Nya.
      Sesungguhnya kitapun sebagai pengikut Kristus diundang untuk memiliki sikap kerendahan hati yang sedemikian, sebab hanya dengan kerendahan hati kita dapat bertumbuh dalam kekudusan dan dalam pengetahuan akan Tuhan dan Sabda-Nya.
      Saya dan Stef bersyukur, bahwa anda tetap mengunjungi situs ini, meskipun dalam banyak hal pandangan anda berbeda dengan pandangan kami. Semoga anda dapat memperoleh manfaat dari diskusi selama ini, dan anda juga dapat melihat bagaimana kami sebagai umat Katolik sangat menghargai peran para rasul dan para Bapa Gereja. Sebab kami percaya bahwa Roh Kudus sudah bekerja dengan sangat luar biasa di dalam diri mereka, dan kami sebagai murid Kristus di jaman ini perlu untuk belajar banyak dari mereka yang sudah jelas-jelas lebih kudus dan mendalami Kitab Suci.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  3. Syalom

    Mohon tanya :

    Mengapa Allah memberikan hal-hal yang baik dan yang jahat didalam kehidupan kita ?
    Seperti yang ditulis di dalam : Pengkhotbah 7 : 14.
    Dan bagaimana kita menyelesaikan semuanya itu ?
    Aaron

    [Dari Admin Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik]

Comments are closed.