Meditasi pagi adalah hal yang cetar membahana untuk kehidupan biara. Cetar membahana karena hasilnya ada dua : 1) Berhasil merenungkan dan mengkontemplasikan sesuatu dan memperoleh sesuatu yang cetar membahana, atau 2) Berhasil tidur dengan suksesnya dan mengangguk-angguk ngantuk sampai jatuh dan seisi kapel menjadi cetarr membahanaaa. Syukurlah kehormatan pertama untuk hasil kedua sudah jatuh di tangan teman. Semoga aku tidak sampai mengalaminya. Aminnn..

Ternyata, Tuhan berbaik hati untuk memberikanku hasil yang pertama. Injil untuk meditasi pagi ini menceritakan bahwa Yohanes Pembaptis menegur Herodes karena mengambil Herodias, istri Filipus, saudaranya. “Tidak halal bagimu untuk mengambil Herodias,” kata Yohanes Pembaptis, karena pada mulanya Herodias bukanlah milik Herodes. Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil sesuatu yang menjadi milik orang lain. Entah itu barang konkrit seperti uang, emas, istri, nasi goreng, atau barang abstrak seperti hak orang lain.

Awalnya, aku merasa heran. Adakah aku mencuri sesuatu dari orang lain, Allahku? Aku merasa tidak mencuri sesuatupun dari seseorang. Aku berusaha merunut kembali mulai dari masa lalu hingga hari ini. Siapa tahu ada ingatan yang terlewatkan. Tetapi, tidak ada. Aku tidak mencuri apapun dari seseorangpun. Akhirnya, Tuhan juga capek bermain tebak-tebakan. Injil tersebut ditujukan padaku karena aku telah mencuri sesuatu dari Tuhan. Pusinglah kepala si tukang gulali, karena apa yang mungkin bisa ia curi dari Allah yang Mahakuasa.

Apakah yang mungkin bisa aku curi dari Yesus? Semua yang aku punya adalah pemberian Yesus, karena belas kasihan-Nya. Tidak ada yang bisa aku curi, kecuali… waktu. Aku mencuri apa yang seharusnya menjadi hak Allah, yakni waktuku. Aku memang telah tinggal di biara, di mana segala kegiatan telah terjadwal dan teratur, termasuk doa. Tetapi, aku belum sepenuh hati fokus kepada Allah di setiap sesi doa. Loh, Gusti, kan setiap kali aku bekerja di kebun, atau melakukan kerja bakti, atau belajar, atau apapun kegiatan dalam biara, juga adalah wujud doa kepadaMu? protesku. Memang, tapi aku belum mempersembahkan keseharianku untukNya. Dalam segala hal yang aku lakukan, Allah selalu harus ada dalam pikiranku. Terlebih, sebenarnya ada waktu-waktu yang bisa aku manfaatkan untuk berelasi secara pribadi. Yap, jelas sudah dosaku.

Kelihatannya, si tukang gulali tidak bisa berkutik lagi. Memang benar, bahwa ia perlu memperbaiki diri. Ia harus mengembalikan sesuatu yang ia telah curi dari Allah. Mulai dari saat ini, ia harus memintal gulali, mencuci piring, mengepel lantai, mendaraskan Mazmur, memanjatkan doa, pokoknya melakukan semua hal dengan kesadaran penuh bahwa Ia melakukan semua itu sambil memikirkan Allah. Ia harus melakukan semua itu untuk Allah, untuk kemuliaan Allah (1 Kor 10. 31)

3 COMMENTS

  1. Ha ha ha renungan yg lucu dan bagus. Kayaknya dibikin di rawaseneng. Semoga cuti nanti bisa ke rawaseneng

  2. Hihihiii.. artikelmu bagus Han…
    oh iyaa, maaf aku mau tanya niih,
    begini.. kadang pas nggak “in” aku dapet hasil cetar membahana yg ke 2;
    klw meditasi apalagi jam -jam setelah Hora dan Vesper, aku dan beberapa temanku kadang angguk2 mengantuk, punya kiat2 jitu nggak supaya jauh dr rasa ngantuk saat meditasi, apakah perlu dicambuk? cetaarrr…
    makasiih.. ^^

    berkah Dalem..

    • Salam,

      Terima kasih, Yohanes. Maaf saya baru dapat membalas karena keterbatasan kesempatan untuk terhubung dengan internet. Sejujurnya, saya sendiri juga masih pemula dalam hal meditasi. Kemungkinan besar, para imam dalam tim Katolisitas mengetahui lebih baik mengenai kiat-kiat tersebut. Saya akan coba membagikan apa yang saya peroleh dalam biara.

      1. Istirahat yang cukup. Ini memang bukan syarat utama, tetapi cukup mempengaruhi. Bagaimanapun, kita akan kesulitan untuk bermeditasi dengan baik saat kita terlalu lelah. Walau demikian, kekurangan ini dapat ditanggulangi di beberapa kesempatan dengan tekad yang kuat.

      2. Membuka dengan doa oral. Mulailah meditasi dengan doa vokal terlebih dahulu supaya pikiran lebih terarah. Bisa dengan Bapa Kami, Doa Yesus, Mazmur, dll. Meditasi Ignasian (membaca, membayangkan, dan memeditasikan Injil) juga sangat membantu. Ini dapat dilakukan dengan membaca peristiwa tertentu dalam Injil yang ingin kita meditasikan.

      3. Fokus pada hal sederhana. Pusatkan pikiran terlebih dahulu pada hal yang mudah sebelum mengarahkan pikiran pada fokus meditasi. Misalnya, pusatkan pikiran pada nafas atau seluruh tubuh. Perasaan gatal dan ngantuk dapat hilang jika kita memusatkan pikiran dengan cara ini.

      4. Kontemplasi adalah anugerah. Sangat baik untuk selalu diingat bahwa yang terpenting dalam meditasi ini adalah kita berusaha untuk hidup dalam hadirat Allah. Masalah apakah kita akan mendapat pengalaman mistik, spiritual, dan lain-lain bukanlah fokus utama kita. Namun, apabila kita dengan rendah hati meminta Allah untuk mengajarkan sesuatu pada kita melalui meditasi, selalu ada hal baru yang kita peroleh setelah meditasi.

      Demikian yang saya peroleh dan yang sedang saya coba pelajari dalam biara. Semoga dapat membantu kita semua berusaha tinggal dalam hadiratNya senantiasa.

      Pacem,
      Ioannes.

Comments are closed.