Pertanyaan:
Syalom.
Mohon penjelasan kepada Ibu Inggrid, Apakah maksud perkataan Yesus dengan : “..Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.
Yang berada di dalam Mat 11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
Terima kasih atas penjelasannya.
Yulius santoso.
Jawaban:
Shalom Yulius,
Demikianlah penjelasan yang saya terjemahkan dari The Navarre Bible tentang Mat 11:25-26:
“Mereka yang bijak dan pandai dari dunia ini, yaitu, mereka yang mengandalkan pemahamannya sendiri, tidak dapat menerima wahyu yang dibawa oleh Kristus kepada kita. Pandangan/ pemahaman adikodrati selalu berhubungan dengan kerendahan hati. Orang yang rendah hati, yang tidak menganggap dirinya penting, dapat melihat/ memahaminya; [sedangkan] orang yang penuh dengan kepercayaan/ keyakinan diri gagal untuk memahami hal- hal yang adikodrati.”
Dan menurut A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchard, ed.:
“…. Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya di surga, sebab Ia telah menyatakan rahasia tentang kedatangan-Nya kepada para murid-Nya, yang menurut pandangan umum yang keliru, adalah mereka yang kecil dan bodoh; dan Bapa telah menyembunyikannya dari para ahli Taurat dan orang- orang Farisi, yang disindir-Nya sebagai orang- orang yang bijak. Melalui doa ini, Yesus memohon kepada Bapa-Nya agar menyelesaikan apa yang telah dimulai-Nya di dalam diri para murid-Nya (St. Hieronimus).— Kristus tidak bersuka cita bahwa hal itu tidak dinyatakan kepada mereka yang bijak, tetapi karena hal itu dinyatakan kepada para pengikutNya yang kecil dan sederhana (St. Thomas Aquinas).”
St. Yohanes Krisostomus menafsirkan perikop ini, sepertinya Kristus akan mengatakan, “Teruskanlah Bapa, sebagaimana yang sudah Kau mulai”; atau mungkin, “Aku berterima kasih kepada-Mu, O Bapa, bahwa hal ini telah menyenangkan hati-Mu, bahwa karena orang- orang bijak dari dunia ini telah menolak Injil, Engkau telah berkenan menyatakannya kepada orang- orang kecil ….”
Nampaknya inti yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa wahyu Allah yang disampaikan Kristus hanya dapat dipahami dengan sikap kerendahan hati, seperti halnya sikap anak- anak atau orang- orang yang sederhana, yaitu dengan sikap miskin di hadapan Allah. Ini sejalan dengan pesan pertama dalam khotbah di bukit (Mat 5:3), “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Maka kita semua dipanggil untuk mempunyai sikap kerendahan hati dan kesederhanaan ini di hadapan Allah, mau mendengarkan dan mau menerima pengajaran iman seperti yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul-Nya, tanpa berkeras memegang pandangan sendiri sesuai dengan pemahaman pribadi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear All .
Satu topik yang sangat indah, sangat tepat terlebih pada zaman ini. Bulan lalu saya mendengarkan sajak dibacakan murid Rendra yang Kristen pada acara penguburan. Sajak ini terasa aneh di kuping orang2 Kristen zaman ini dan salah2 pembuat sajak dianggap bego. Sajak itu mengkritisi orang Kristen zaman sekarang karena bunyinya (intinya sbb); kita bekerja harus untung; melayani harus untung (dapat pujian, penghormatan), ke gereja harus untung ( nantinya masuk surga); mati harus untung (pulang ke rumah Bapa).
Pada acara bulan Kitab Suci pun saya mendengarkan bagaimana keuskupan menjelaskan kehendak Tuhan pada perumpamaan2 tsb : jelas tampak: Tuhan ingin kita menjadi seperti :
1. Orang samaria yang baik hati ( dalam zaman sekarang mana ada yang seperti ini karena alasan sbb: takut resiko, kuatir dianggap bego, tidak cocok dengan akal pikiran orang waras) ; nah kita lebih cocok dengan si Iman dan orang Lewi itu dalam beribadah, ke gereja dsb .
2. Seperti si Bapak yang menerima kembali anaknya yang hilang dengan tanpa melihat kesalahan masa lalu; dalam banyak sharing umat lebih senang mengumpamakan dirinya seperti si bungsu kalau bersalah ya minta ampun ; bahkan banyak yang merasakan si sulung yang cemburu itu yang benar; kebanyakan umat dan Pastor lebih senang mengatakan kalau figur Si Bapa itu Tuhan; jadi yang baik2 itu Tuhan. Ataukah Tuhan minta kita seperti si Bapak. Apakah benar seperti ini maunya Tuhan dalam perumpamaan tsb .
3. Tuhan ingin kita seperti gandum yang tumbuh sehat tanpa ilalang di sekitarnya ( yang akan menghalangi gandum mempunyai bulir2 sehat ) yang akan menjadi roti untuk kehidupan, menjadi roti untuk dibagi2, menjadi orang hidup yang bisa memberikan kehidupan.
Jelaslah kita memahami Tuhan ingin kita menjadi orang yang bener2 baik, yang mempunyai kasih, mempunyai hati yang bersih. Dan ini akan jadi sangat sulit kalau kita jadi manusia pintar. Ada umat yang bertanya ; kalau kita melakukan seperti itu pada zaman modern ini apakah tidak disangka manusia bego .
Mungkin kita harus bertanya pada diri kita sendiri ; Yesus yang disalibkan itu termasuk yang pintar ataukah yang bego dalam alam pikiran kita.
Itulah sebabnya Tuhan mengatakan kalau rahasia kerajaan Allah dinyatakan pada orang2 sederhana bukan manusia pintar.
Shalom Paulus,
Terima kasih atas komentarnya. Tidak ada yang salah kalau pada awalnya orang yang beragama takut akan neraka, karena itu adalah hal yang manusiawi. Lama-kelamaan takut akan hukuman (servile fear) akan neraka harus berubah ke takut karena cinta (filial fear), yaitu takut seperti anak kepada bapa atau takut menyedihkan hati orang yang disayangi. Dengan demikian fokusnya berubah dari hukuman ke orang yang disayangi, yaitu Tuhan. Kalau kita mengasihi Tuhan dan Tuhan selamanya ada di Sorga, maka sudah selayaknya kita ingin menuju ke Sorga, sehingga kita dapat bersatu dengan Tuhan untuk selamanya.
Yesus berkata “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” (Mat 11:25) Bukan berarti orang yang pintar dan bijak pasti tidak mengerti rahasia Allah. Yang dimaksud di sini adalah orang-orang cerdik pandai yang bertahan dengan pemikirannya sendiri tanpa melihat apa kebenaran yang dinyatakan oleh Allah. Kita dapat melihat 1Kor 1:19-31, yang menyatakan bahwa kebenaran Alllah – yaitu Kristus yang tersalib – merupakan kebodohan bagi orang-orang Yunani dan batu sandungan bagi orang-orang Yahudi. Namun, kita juga melihat bahwa Kristus menggunakan orang-orang yang pintar, seperti Paulus, Apolos, para Bapa Gereja, sehingga kebenaran dapat dinyatakan secara lebih baik. Kuncinya adalah kerendahan hati dalam mencari kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Pak Tay,
Terima kasih buat jawaban anda.
Belakangan ini saya memang lebih berusaha ” mengkritisi dari pada ” menyemangati “, saya lebih ingin membawakan sabda Tuhan yang keras daripada sabda Tuhan yang menghibur.
Kenapa begitu; saya coba jelaskan perenungan saya (sebagian sudah anda dengar karena kita kan sudah banyak berdiskusi):
1. Saya prihatin dengan situasi dunia ini : kehancuran dunia barat yang mengandalkan rationalisme (semula dunia Kristen): al
a. kehancuran kapitalisme barat – karena cinta akan uang (BBC)
b. masyarakat yang semula mayoritas Kristen, menjadi masyarakat atheis (New Age ; spiritualitas timur, Reiki).
c. sebagian kecil yang tersisa agak meragukan kalau itu menjadi masyarakat Kristen seperti kehendak Tuhan, karena ikatan materialisme, konsumerisme.
d. apa yang tampil dari pemimpin2 agama (yang muda-muda apa lagi), tampaknya memberikan janji palsu dan penghiburan melulu seolah-olah surga pasti didapat kalau kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat .
e. hilangnya persaudaraan antar umat manusia ; pertempuran antara Dunia Kapitalis Barat dengan anaknya Fundamentalisme Agama.
f. masalah lingkungan : Global warming dsb .
g. kehancuran dunia, ancaman terorisme, bom2 nuklir eks pecahan Soviet yang tidak jelas keberadaannya .
h. kesulitan ekonomi akan makin hebat karena penduduk dunia akan naik lipat 2 setiap 40-50 tahun. Apakah yang akan dihadapi anak cucu kita di masa itu?
2. Di dalam negeri saya juga melihat situasi yang terlebih memprihatinkan yang hampir serupa dengan situasi dunia sbb :
a. Indonesia terancam menjadi negara gagal, jelas karena cinta akan uang.
b. dari hari ke hari bukan menjadi makin baik setelah zaman reformasi melainkan makin hebat dan dilakukan oleh manusia2 yang terlebih muda.
c. dunia muda-mudi yang makin diarahkan untuk mengejar kesuksesan dunia, popularitas,
kekuasaan dan kekayaan .
3. Di lingkungan dan keluarga.
saya juga merasakan hal yang sama pada saya sendiri dan umat, banyak perasaan negative (kekuatiran, kekecewaan, ketakutan); kelekatan kita pada hal2 dunia, cinta akan uang, mengutamakan pikiran manusia modern (menjadi pintar dan takut disangka bodoh, semua kegiatan termasuk melayani harus menguntungkan) mudah tersinggung ; masyarakat terutama kaum muda yang kecanduan (terlebih sukses di dunia maya; kenyamanan berekstasi, minuman keras dan obat bius).
Paroki yang lebih mengutamakan agenda2 paroki, seberapa banyak umat ke gereja, seberapa banyak memberikan kolekte menyumbang pembangunan gereja dsb, dan tidak pada apakah umatKu mempunyai Damai Sejahtera Ku atau apakah mereka gila dengan damai sejahtera dunia.
Perenungan2 yang mestinya sangat baik, seperti Mari Berbagi, tidak disukai maupun diminati (karena terasa mengkritisi), melainkan yang menghibur (suatu tanda umat yang sengsara / susah ) lah yang paling ramai (doa Rosario, Ekaristi ). Umat dan Gereja yang seia sekata, jurusannya ke sorga, apakah benar dunia ini biarlah kacau asal kita masuk sorga. Biarlah di dunia ini kita susah yang penting ikut Yesus lalu masuk surga ???
4. Terus terang saya melihat Katolisitas juga hanya mengutamakan pembelaan terhadap serangan2 dari dunia fundamentalisme Kristen, mempertahankan ” Ketuhanan Yesus ” (macam teroris saja membela Tuhan dan agamanya), mempertahankan kepercayaan2, religi2, bahkan melakukan serangan kepada yang dianggap/kita adili sebagai keblinger (seksi Yehova, dsb) tetapi situasi toh menjadi makin jelek.
Pada intinya kesadaran saya lebih menyukai kepada memahami apa maunya Tuhan dan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya meskipun itu sulit, tetapi minimal kita menyadarinya, saya rasa ini banyak saya dapat justru dari spiritualitas Anthony De Mello (yang saya menjadi heran kok malah dipojokkan).
Saya justru meyakini kalau saja umat mendapatkan awareness itu mestinya dunia tidak jadi begini jelek.
Meskipun saya menampilkan / melihat hal2 negative spt di atas, saya memahami bahwa sesuatu yang membanggakan di dunia Katolik itu justru pada saat ;
1. Konsili Vatikan II – saya menganggap ini kesadaran pemikiran theologis Gereja Katolik
2. pemimpin2 umat Paus2 modern seperti Yohanes 23, Yohannes Paulus II, Mother Teresa bukankah di sini Gereja & Pemimpin tsb justru menunjukkan :
a. kesadaran /kepatuhan mereka pada kehendak Tuhan.
b. kerendahan hati, kemurahan hati, persaudaraan manusia dan Kasih.
c. hilangnya keangkuhan dengan permintaan maaf dan pengampunan sejati.
3. Bunda Maria yang selalu menggunakan hatinya (dan pikirannya bersih, bukan pintar) dalam setiap peristiwa dan disebut Ibu yang paling berbahagia, meskipun Gereja selalu menampilkan peristiwa yang dialami Maria tsb sebagai 7 duka cita Maria ???
Saya mempunyai pengharapan seperti yang saya dengar dari lirik lagu Va Pansierro.
Suatu lagu pengharapan dari orang2 tua (aslinya orang2 tua budak Hibrani di Babilonia) kepada Tuhan yang ternyata adalah akan anak2 nya, agar supaya Tuhan membimbing mereka ke jalan yang benar untuk mencapai tanah perjanjian , kembali kepada “cahaya” ; dan satu pengharapan yang indah : semoga anak2 tsb tetap menjadi anak2 selamanya karena anak2 itu mempunyai “hati yang bersih dan mulia” (bukan pintar dan bijak).
Dan ternyata orang tua (budak tsb) ternyata disebut bahagia seperti Maria.
Karena semuanya telah diciptakan Allah sempurna & Baik sehingga kewajiban kita, dharma kita termasuk mempertahankan itu, yang lain spt mempertahankan agama dsb tidaklah penting ..
Amin.
Terima kasih.
Paulus
Shalom Paulus,
Terima kasih atas tanggapan anda. Tidak ada masalah dengan mengkritisi. Namun, yang harus dipikirkan oleh kita sebagai umat Katolik adalah bagaimana mengimplementasikan dogma dan doktrin yang kita percayai dalam kondisi nyata. Ini berarti ajaran Gereja Katolik harus kita pegang kuat-kuat dan pada saat yang bersamaan kita minta rahmat Allah sehingga kita dapat menyampaikan ajaran ini dengan bijaksana dan dapat menerapkan ajaran ini atas dasar kasih dan kebenaran. Berikut ini adalah tanggapan saya secara umum.
1. Ada banyak sebab mengapa dunia barat tidak terlalu perduli lagi kepada kekristenan. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesaksian hidup yang baik dari umat Katolik sendiri. Namun, penyebab yang lain dari masalah ini adalah materialisme, relativisme, sekularisme, individualisme. Ada sebagian umat beriman yang telah mengenal Kristus bertindak dan hidup sebagaimana orang-orang yang belum mengenal Kristus. Inilah sebabnya, melihat tanda-tanda jaman, Paus Yohanes Paulus II menyebut mereka sebagai “practical atheism“.[5] Jadi, di satu sisi, kita dapat memperbaiki mulai dari diri kita sendiri, agar kita dapat menjadi saksi Kristus yang baik. Namun, yang ingin saya tekankan adalah menjadi saksi Kristus yang baik bukan dengan mengaburkan iman Katolik kita. Semakin kita berakar pada doktrin, maka kesaksian kita akan semakin benar dan tentu saja kita harus menyampaikan iman kita dengan bijaksana.
Tidak pernah Gereja Katolik menganjurkan agar masyarakat hidup dalam ikatan materialisme dan konsumerisme. Kalau anda mau, silakan melihat prinsip-prinsip ajaran sosial Gereja di sini – silakan klik. Gereja senantiasa berpihak pada orang-orang yang terbuang dan disisihkan. Kita mungkin melihat bahwa ada sebagian pemimpin umat dan mungkin para pastor yang kurang mencerminkan Kristus. Namun, adalah satu kenyataan bahwa ada begitu banyak pastor yang memang sungguh menghidupi dan bahagia dengan hidup panggilannya. Dengan kebahagiaan terhadap hidup panggilannya, maka pengorbanan yang mereka buat bukan lagi dipandang sebagai satu beban yang memberatkan, namun menjadi satu kesempatan untuk semakin mencerminkan Kristus dalam dunia modern ini.
Terlalu banyak isu-isu yang anda kemukakan, yang perlu dibahas satu-persatu. Dan terus terang, saya tidak dapat membahasnya satu persatu dan karena saya pikir bukan isu-isu itu yang ingin anda bahas secara lebih mendalam. Namun, apapun isunya, hal ini tidak dapat membenarkan kita untuk tidak berakar dalam iman Katolik. Semakin kita berakar pada iman, maka kita dapat menjadi umat Allah, yang juga dapat turut serta membangun dunia ini.
2. Tentang karya kerasulan katolisitas.org: Saya tidak dapat mengubah pandangan anda yang menilai bahwa katolisitas.org hanya mengutamakan pembelaan terhadap serangan-serangan dari golongan lain, walaupun ada cukup banyak artikel yang lain selain apologetik. Itu adalah hak anda. Penjelasan tentang iman Katolik memang cukup banyak di situs ini, karena memang banyak umat Katolik maupun dari gereja lain ingin berdialog dengan kami. Menjadi hak anda juga untuk tidak menyetujui apa yang kami lakukan, namun menjadi hak kami untuk melakukan bagian kami. Menjadi hak anda juga untuk menilai bahwa apa yang kami lakukan mungkin membawa situasi menjadi lebih jelek, namun sungguh kami berharap bahwa karya kerasulan ini, dalam porsi yang kecil dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan iman umat Katolik secara khusus.
Satu hal yang perlu kita pikirkan adalah masing-masing dari kita dipanggil untuk membangun Gereja Katolik yang kita cintai menurut porsi kita masing-masing. Ada umat yang aktif dalam melakukan karya kasih, ada yang aktif dalam liturgi, dan ada yang melakukan katekese umat dan apologetik seperti yang dilakukan oleh katolitas. Cobalah anda lihat dari sisi pandang yang lain: berapa banyak umat Katolik yang pindah ke gereja atau agama lain, karena mereka tidak benar-benar berakar pada iman Katolik secara kokoh. Karena mereka tidak mengetahui dasar-dasar iman Katolik, maka dengan mudah mereka terombang-ambing ajaran-ajaran yang lain, yang akhirnya membuat mereka berpindah agama. Apakah yang dapat kita lakukan untuk orang-orang seperti ini? Bagaimana kita dapat menjangkau dan membantu mereka? Berapa banyak umat dari gereja non-Katolik yang tidak senang bahkan cenderung membenci ajaran Gereja Katolik? Kalau ditelusuri, sebagian besar dari mereka sebenarnya tidak mengerti secara persis apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Bagaimana kita dapat menjangkau mereka? Jadi, kita semua yang telah menerima tugas perutusan (Mat 28:19-20) pada waktu kita dibaptis, harus mengambil porsi kita masing-masing untuk semakin mewartakan Kristus dan Gereja-Nya. Setelah melalui proses discernment yang cukup panjang, kami memutuskan untuk mengambil porsi kami melalui situs katolisitas.org. Kami hanya berharap dan berdoa agar karya kerasulan ini dapat berguna bagi umat Katolik pada khususnya dan umat dari agama lain, dan dapat menyenangkan Tuhan, serta membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.
Anda mengatakan “Pada intinya kesadaran saya lebih menyukai kepada memahami apa maunya Tuhan dan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya meskipun itu sulit, tetapi minimal kita menyadarinya, saya rasa ini banyak saya dapat justru dari spiritualitas Anthony De Mello (yang saya menjadi heran kok malah dipojokkan).” Yang menjadi masalah di sini adalah, bagaimana anda memahami apa maunya Tuhan, sehingga anda dapat melaksanakan perintah-Nya? Ada banyak orang memisahkan dogma dengan kehidupan sehari-hari, seolah-olah apa yang kita percayai tidaklah berhubungan dengan kehidupan kita. Namun, ini adalah sesuatu yang salah. Iman menuntut ketaatan iman, menuntut pemberian diri kepada kebenaran yang telah diwahyukan Allah. Dan bagaimana kita dapat memberikan diri kita seutuhnya kepada kebenaran, kalau kita tidak mengetahui kebenaran secara persis? Disinilah pentingnya bagi umat Katolik untuk mengetahui pengajaran Gereja Katolik, seperti yang dinyatakan oleh Magisterium Gereja, sehingga kita tidak mengimani pengajaran yang salah. Dan dalam konteks inilah, maka Congregation for the Doctrine of the Faith memperingatkan bahaya akan tulisan-tulisan Antony de Mello, seperti yang anda permasalahkan.
Saya juga sudah membaca tulisan-tulisan R. Anthony de Mello, memang ada banyak yang baik. Tetapi jika kita terus membaca karya-karyanya, lama kelamaan secara implisit kita dapat menangkap, seolah-olah pencerahan itu dapat diperoleh sendiri secara pribadi dalam keheningan, dan bukan melalui Kristus. Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) pernah secara khusus menulis komentar tentang karya R. Mello, pada tahun 1998,yang ada di link http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_19980624_demello_en.html
Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa di awal karyanya R. Mello memang masih setia dengan pengajaran Katolik, tapi lama kelamaan cenderung menyimpang, dengan memperkenalkan sosok Tuhan sebagai ‘pure void’/ ‘kosong’, yang bukan berupa ‘Pribadi Ilahi’. Dengan demikian spiritualitas yang diajarkan R. Mello meninggalkan konsep Allah Tritunggal (Allah yang satu dengan tiga Pribadi); figur Kristus-pun disejajarkan dengan tokoh agama lain; lalu agama dipandang sebagai penghalang untuk menemukan kebenaran. Hal-hal ini yang bertentangan dengan Spiritualitas Katolik.
Pada akhirnya, kekatolikan kita dinyatakan jika kita mempunyai Roh dan semangat Kristus, menerima dengan taat pengajaranNya yang disampaikan oleh Gereja Katolik (Lumen Gentium 14). Jadi, suara Gereja tentang tulisan R. de Mello harusnya mengarahkan sikap kita terhadap tulisan-tulisan beliau. Kita menerima dengan rendah hati pandangan Gereja, yang pasti telah didahului dengan segala penelitian akan semua karya-karya R. Mello. Sedangkan yang kita baca mungkin hanya sebagian saja.
Maka anda benar jika dalam sebagian karya-karya R. de Mello ini ada yang membingungkan seolah mengatakan agama tidak penting, atau bahkan Kristus tidak penting. Dan inilah yang dianggap menyimpang oleh pihak Magisterium. Maka kita sebagai umat Katolik harus waspada saat kita membaca karya-karya beliau, agar kita dapat memilah: yang baik boleh kita terima, namun yang tidak sesuai dengan ajaran Katolik, tentu tidak kita terima
3. Tentang hal-hal lain yang anda kemukakan seperti Vatikan II, sebenarnya perlu dibahas lebih lanjut, karena tidak ada doktrin yang baru yang diberikan dalam Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II hanya mempertegas doktrin-doktrin yang telah dipercaya sebelumnya dan menyajikannya dengan cara yang baru, yaitu dalam semangat pastoral.
4. Akhirnya, dari tulisan-tulisan anda, saya dapat melihat bahwa agama, dogma, doktrin, Magisterium Gereja, bukanlah sesuatu yang penting bagi anda. Pandangan seperti inilah yang saya tidak setujui, karena akan mengaburkan iman Katolik yang kita percayai, yang pada akhirnya akan memberikan kesimpulan bahwa semua agama sama baiknya, dan berakibat pada kebenaran yang relatif. Dengan iman Katolik yang mendalam, bukan berarti kita tidak bertoleransi terhadap orang lain. Mewartakan Kristus dan Gereja-Nya harus tetap kita lakukan, namun harus dilakukan dengan bijaksana. Mempertanggungjawabkan iman Katolik kita tetap harus kita lakukan, namun harus dilakukan dengan hormat dan lemah lembut. (1Pet 3:15) Jadi, tugas untuk mewartakan Kristus adalah tugas kita bersama, baik bagi umat yang ‘kurang pintar’ maupun yang ‘pintar’, karena yang terpenting adalah mempunyai kerendahan hati di hadapan Tuhan. Dan sudah seharusnya kerendahan hati ini kita wujudkan dalam ketaatan kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Magisterium Gereja, sehingga kita tidak memilih-milih kebenaran yang menurut versi kita sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom.
Mohon penjelasan kepada Ibu Inggrid, Apakah maksud perkataan Yesus dengan : “..Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.
Yang berada di dalam Mat 11:25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
Terima kasih atas penjelasannya.
Yulius santoso.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.