Sudah seharusnya, kita bersikap kritis untuk menyikapi segala sesuatu yang di-film-kan, karena belum tentu semua yang di-film-kan itu benar/ obyektif. Apalagi jika itu merupakan kejadian di abad-abad awal, yang tentunya masih perlu dibuktikan apakah itu bersumber dari naskah/ karya tulis yang bisa dipertanggungjawabkan ke-otentikannya. Apakah itu naskah itu benar-benar ditulis oleh Maria Magdalena, misalnya, (mengingat pada jaman itu banyak Injil lain yang dituliskan oleh kaum Gnostics). Apakah ada naskah lain dari para rasul maupun bapa Gereja yang mendukung kebenaran tulisan tersebut. Bagi umat Katolik, tentu kita tidak berpegang kepada Injil karangan Maria Magdalena ini, karena memang tidak pernah termasuk dalam Kanon Kitab Suci (dan karenanya, merupakan karya tulis manusia biasa yang tidak terilhami oleh Roh Kudus). Jadi jika kita melihat secara obyektif, rasanya kita perlu melihat, bahwa segala yang disampaikan pada film itu adalah semacam ‘hipotesa’/ perkiraan sehingga tidak bersifat mengikat, yang membuat kita harus mempercayainya.

Magisterium Gereja Katolik memang tidak pernah mendefinisikan secara tertulis siapa sebenarnya Maria Magdalena ini. Yang ada adalah tulisan para bapa Gereja yang memang menyamakan antara Maria Magdalena, Maria dari Betania, dan perempuan yang berdosa, yang daripadanya Yesus mengusir 7 roh jahat.

Memang terdapat beberapa pendapat bahwa ketiga identitas itu mengacu kepada tiga orang yang berbeda atau jika tidak dua orang, atau yang mengatakan bahwa Maria yang duduk di kaki Yesus tidak mungkin sama dengan wanita pendosa. Namun, menurut tradisi Gereja Katolik, justru karena kuasa pengampunan dari Tuhan Yesus itulah, maka Maria Magdalena, yang tadinya hidup sebagai pendosa, dan yang darinya diusir tujuh roh jahat(Luk 8:2) , maka setelah bertobat, ia dapat sungguh menjadi murid Yesus yang setia, yang memilih untuk duduk mendengarkan Yesus daripada melakukan sesuatu yang lain ketika Yesus datang ke rumahnya (lih. Luk 10:38-42).
Maka urutannya adalah sebagai berikut:

1. Pertama-tama Maria Magdalena datang kepada Yesus sebagai pendosa. Ia mengurapi Yesus, memohon pengampunan dan memperoleh pengampunan dari pada-Nya (Luk 7:36-50).
2. Ia adalah seorang yang daripadanya diusir tujuh roh jahat, yang setelah disembuhkan oleh Yesus mengikuti Yesus (Luk 8:2).
3. Setelah bertobat, yang menjadi keinginannya adalah duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan perkataan-Nya (Luk 10:38-42)
4. Maria, bersama Martha berpasrah kepada Yesus saat saudaranya Lazarus meninggal dunia (Yoh 11:1-44)
5. Tak lama sesudahnya, Maria dan Martha menjamu Yesus, dan Maria Magdalena mengurapi Yesus kembali sebagai lambang pertobatannya (Yoh 12:1-8; Mat 26: 6-13, Mrk 14:3-9).
6. Pada saat Yesus disalibkan, ia berdiri di dekat salib Yesus (Yoh 19:25), bersama dengan Bunda Maria dan Maria istri Klopas.
7. Pada saat kebangkitan Yesus, ia datang ke kubur dengan maksud mengurapi Yesus dengan minyak, namun ternyata melihat Yesus yang bangkit (Yoh 20:11-18).

Mungkin yang cukup berpengaruh dalam hal ini adalah khotbah/ homili dari Paus Gregorius I tahun 591 yang mengatakan, “Ia yang dikatakan sebagai perempuan pendosa, yang dipanggil Maria dari Betani oleh Rasul Yohanes, kita percayai sebagai Maria yang daripadanya Yesus mengusir tujuh setan menurut Rasul Markus.” Namun Paus Gregorius  menyebutnya sebagai “pendosa”/ peccatrix dan bukannya “pelacur”/ meretrix.

Tradisi Gereja Orthodox memang membedakan Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan perempuan yang berdosa. Pendapat ini juga kelihatannya dipegang oleh beberapa komentator Protestan. Kebanyakan mereka tidak dapat menerima bahwa Maria dari Betani ini diidentifikasikan sebagai ‘pendosa’; karena pada ayat Luk 10:38-42 dikatakan Maria dapat duduk di kaki Yesus untuk mendengarkan Yesus. Sedangkan menurut pengajaran para Bapa Gereja, justru karena belas kasihan Yesus yang telah mengusir ketujuh roh jahat daripadanya, dan pengampunan Yesus atas segala dosanya, maka ia dapat duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkanNya. Jika diperhatikan, ini malah sesuai dengan prinsip mereka yang diampuni lebih banyak akan mengasihi lebih banyak (lih. Luk 7:47)

Bahwa kemudian jika kita berpegang pada tradisi pengajaran Bapa Gereja yaitu bahwa Maria Magdalena, perempuan yang berdosa yang telah diampuni menjadi saksi pertama kebangkitan Yesus, ini juga sesuai dengan perkataan Injil hari ini bahwa ‘mereka yang terakhir menjadi yang terdahulu’ (Mat 19:30; 20:16; Mrk 10:31; Luk 13:30), sebab memang demikianlah orang memandang wanita yang berdosa sebagai yang terakhir, sedangkan oleh pertobatannya dan pengampunan Tuhan, maka wanita itu menjadi yang terdahulu menjadi saksi kebangkitan Yesus.

Namun untuk menjawab apakah Maria Magdalena menjadi ‘The Apostle of Apostles‘ (istilah ini dibuat oleh Karen King dari Harvard Divinity School, 1998),  kita perlu berhati- hati. Karena menjadi saksi kebangkitan yang pertama, tidak menjadikannya otomatis sebagai rasul. Sebab pada saat menampakkan diri kepada Maria Magdalena, yang dikatakan oleh Yesus juga adalah “Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan menlihat Aku.” (Mat 28:10). Maka kita melihat bahwa Yesus tetap menempatkan para rasul sebagai pengikut-Nya yang utama, yang kemudian diutus-Nya untuk pergi ke seluruh dunia, untuk membaptis dan memberitakan Injil (lih. Mat 28:19-20).

Injil Maria Magdalena sendiri sesungguhnya berbau Gnosticism, yang muncul dalam teks Nag Hammadi yang memuat pertentangan antara Maria Magdalena dan Rasul Petrus. Teks ini menunjukkan adanya kemiripan dengan Injil Thomas, Pistis Sophia dan Injil Yunani dari orang-orang Mesir, yang kesemuanya tidak termasuk dalam Kanon Kitab Suci. Sekali lagi, kita mengetahui bahwa tulisan-tulisan di atas tidak termasuk dalam Wahyu Ilahi, dan dengan demikian, tidak dapat kita terima sebagai kebenaran. Apalagi Rasul Paulus sendiri sudah berkali-kali menyebutkan bahwa meskipun pada jamannya, sudah ada banyak orang yang menuliskan injil-injil yang berbeda dengan Injil yang diberitakan oleh para rasul (lih. Gal 1:6-7).

“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.”

Maka kita tidak pernah tahu sesungguhnya, siapa pengarang asli dari Injil-injil tersebut dan apakah motivasinya. Sebab Injil Gnostics, umpamanya mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, seperti penolakan mereka akan “matter“, sehingga mereka melihat tubuh sebagai sesuatu yang buruk dan merendahkan makna perkawinan. Dalam injil Maria Magdalena ini, Maria Magdalena dikisahkan percaya bahwa ia akan dijadikan oleh Tuhan menjadi laki-laki,  “Let us rather praise his (God’s) greatness, for He prepared us and made us into men.” … Sebab tubuh dipandang buruk, apalagi tubuh wanita.

Belum lagi injil-injil yang malah menuliskan seolah-olah ada hubungan khusus antara Yesus dengan Maria Magdalena ini, sehingga ada banyak orang disesatkan oleh pikiran bahwa Yesus adalah manusia biasa yang menikah dengan Maria Magdalena! Mempelai Yesus adalah Gereja (Ef 5:25-33), dan Yesus datang ke dunia justru karena ingin memberikan nyawa-Nya kepada Gereja-Nya. Maka ajaran yang menyebutkan bahwa Yesus mempunyai mempelai lahiriah yang lain adalah sangat keliru dan bertentangan dengan Alkitab. Jadi, peringatan Rasul Paulus  di atas (Gal 1:6-7) harus ada dalam pemikiran kita, bahwa pada saat itu memang ditemui teks- teks injil yang ‘mengacaukan’. Di sinilah peran Magisterium Gereja Katolik yang pada abad ke -4 menentukan Kanon kitab-kitab dalam Kitab Suci, berdasarkan tulisan para Bapa Gereja, dan kesatuan ajaran-nya dengan Injil yang diberitakan para Rasul.

Memang ada yang berpendapat bahwa pemilihan para rasul dikaitkan dengan kultur maskulin, yang seolah menentang peran perempuan. Namun jika kita melihat dengan obyektif, yang dibatasi dalam hal ini adalah peran mengajar (menjadi Magisterium) dan bukannya dalam hal- hal yang lain. Yesus sudah memilih ke-12 rasulNya, dan Maria Madgalena tidak termasuk di dalamnya, dan bahkan Ibu Maria, tidak juga termasuk dalam bilangan para rasul (Namun tidak berarti peran Bunda Maria ada di-bawah para Rasul). Maka, menurut saya, tidak perlu resah, mangapa Maria Magdalena tidak termasuk dalam bilangan para rasul. Ada banyak peran lain yang dapat dilakukan oleh para wanita dalam hal kerasulan awam, namun yang tertahbis memang hanya pria, sebab memang oleh kebijaksanaan-Nya, Yesus hanya memilih para pria untuk menjadi para rasul-Nya.

Perihal apakah sebenarnya Maria Magdalena, wanita pendosa, dan Maria dari Betania adalah seorang pribadi yang sama, memang merupakan misteri. Ini memang tak bisa sepenuhnya dibuktikan secara pasti, sebab sumbernya ‘hanya’ tulisan para Bapa Gereja; namun juga tanggapan bahwa ketiga identitas itu bukan merupakan orang yang sama, juga tidak dapat dibuktikan secara pasti, sebab tanda bukti yang diambil malah tak bisa kita percayai ke-otentikannya. Bagi saya, lebih baik mempercayai tulisan para Bapa Gereja yang setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan para penerus rasul yang hidup pada masa Maria Magdalena, daripada mempercayai teori orang-orang modern yang tidak mempunyai hubungan dengan masa lalu, kecuali dari fragmen-fragmen tulisan yang tidak dapat diketahui ke-otentikan-nya.

19 COMMENTS

  1. Dear Katolisitas,

    siapa sebenarnya Maria Magdalena, ayat mana saja yg mengacu pada person ini, karena ada beberapa nama Maria di sekitar hidup Tuhan Yesus waktu itu.

    Terima kasih.

    [dari katolisitas: Silakan membaca artikel di atas – silakan klik]

  2. Dear : Tim Katolisitas

    Saya ingin menanyakan mengenai Maria Magdalena
    Apakah Maria Magdalena adalah orang sama dengan :
    1. Maria yang mencium Yesus ?
    2. Maria yang pertama melihat kuburan Yesus kosong ?
    3. Maria saudara Marta ?
    4. Wanita yang hendak dilempari batu ?
    Sebelum nya saya ucapakan terima kasih atas jawaban dari tim Katolistas.
    mohon jawaban dikirimkan ke email pribadi saja.
    Terima kasih. Tuhan memberkati.

    [Dari Katolisitas: Silakan untuk terlebih dahulu membaca tulisan di atas, silakan klik]

  3. Dear Katolisitas,

    1. Apakah Maria Magdalena adalah orang yang sama dengan Maria Betanie dan Maria yg meminyaki kaki Yesus yang ada didalam Injil?

    2. Apakah ada dasar Kitab Suci untuk Api Pencucian?
    3. Dari manakah asal usul doa Rosario

    Terimakasih,
    Johanes

    [Dari Katolisitas: Tentang Maria Magdalena, silakan membaca artikel di atas, klik di sini, Tentang Api Penyucian, klik di sini, Tentang asal usul Rosario, silakan klik. Selanjutnya jika Anda mau bertanya, silakan menggunakan terlebih dulu fasilitas pencarian di sisi kanan atas homepage. Ketik kata kuncinya, lalu enter. Silakan dilihat beberapa artikel terkait dengan topik tersebut. Baru kalau belum ada, silakan kirimkan pertanyaan Anda, nanti kami akan berusaha menjawabnya.]

  4. Dear Katolisitas,

    saya dapat artikel ini dibawah “In 1969, during the papacy of Paul VI, the Vatican, without commenting on Pope Gregory’s reasoning,[21] implicitly rejected it by separating Luke’s sinful woman, Mary of Bethany, and Mary Magdala via the Roman Missal.[22]”

    http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Magdalene#Misnamed_a_repentant_prostitute

    Jadi sebetulnya ada 3 Mary ?

    Salam
    Thomas

    [dari katolisitas: Saya mencoba menemukan roman Missal tersebut, namun saya belum berhasil untuk menemukan tentang Maria Magdalena. Apakah ada yang bisa menemukan sumber asli di Roman Missal tersebut yang menyebutkan tentang Maria Magdalena?]

  5. dear katolisitas,

    jika kita lihat Yoh 12:3 dan Luk 7: 37 maka tampak bahwa itu adalah 2 orang perempuan yang berbeda. Alasannya adalah pada Yoh 12:3 Yesus diundang di tempat tinggal Lazarus, sedangkan pada Luk 7:37 Yesus diundang oleh orang Farisi.
    1. apakah pendapat saya benar bahwa 2 perempuan itu adalah perempuan yang berbeda?
    2. jika pendapat saya salah (artinya itu adalah perempuan yang sama), berarti keluarga Lazarus adalah keluarga Farizi.
    3. jika keluarga Lazarus adalah kaum Farizi, berarti Martha juga Farizi. Ini sangat aneh karena Yesus suka “mengecam” orang Farizi, namun mengapa Lazarus yang Farizi dibangkitkan dari kematian?

    mohon pencerahan.

    • Shalom Yusup Sumarno,

      Telah disampaikan di atas, walaupun Magisterium Gereja secara definitif/ resmi tidak menyatakannya, namun para Bapa Gereja (terutama St. Gregorius Agung) cenderung menyamakan perempuan yang disebutkan dalam Luk 7: 36-50 dengan yang disebut dalam Yoh 12:1-8 (lih. Mat 26:6-13; Mrk 14:3-9).

      Namun demikian, di dalam Injil Lukas, sesungguhnya tidak disebutkan nama perempuan itu. Yang disebut hanyalah, “Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu…” (Luk 7:37-38). Di ayat itu tidak dikatakan bahwa perempuan itu tinggal di rumah orang Farisi itu. Sebaliknya dikatakan, bahwa “ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi…” Artinya, ayat itu mengisahkan bahwa setelah setelah perempuan itu mendengar bahwa Yesus makan di rumah orang Farisi itu, ia datang untuk mencuci kaki Yesus. Karena di ayat ini tidak dikatakan bahwa perempuan itu tinggal di rumah orang Farisi itu, maka tidak dapat disimpulkan bahwa ia adalah seorang Farisi, atau Lazarus saudaranya adalah seorang Farisi yang tinggal bersama-sama dengan Simon orang Farisi itu. Namun sebaliknya, walaupun perempuan itu (yang bernama Maria itu) tidak tinggal di rumah Simon orang Farisi itu, juga tidak dapat dikatakan bahwa ia dan Lazarus saudaranya bukan dari golongan Farisi. Sebab tidak semua orang yang dari golongan Farisi itu berlaku seperti para ahli Taurat yang sering dikecam oleh Yesus. Kaum Farisi adalah orang-orang Yahudi yang percaya akan kebangkitan orang mati, sedangkan kaum Saduki adalah kelompok orang Yahudi yang tidak percaya akan kebangkitan. Besar kemungkinan Lazarus bukan orang Saduki, mengingat bahwa saudaranya Marta, secara eksplisit mengatakan bahwa ia percaya akan kebangkitan badan (lih. Yoh 11:24).

      Selanjutnya, perlu kita ketahui bersama bahwa yang dikecam Yesus pada orang-orang Farisi itu adalah bukan ajaran mereka tetapi cara hidup/ perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan (lih. Mat 23:3). Jadi Tuhan Yesus tidak mengecam mereka yang hidup sesuai dengan ajaran hukum Taurat, dan kemungkinan para sahabat-Nya ini (Marta, Maria dan Lazarus) termasuk dalam golongan orang- orang Yahudi yang berusaha melakukan hukum Taurat dengan tulus hati dan oleh kehendak dan kebijaksanaan-Nya, Yesus berkenan membangkitkan Lazarus sahabat-Nya itu dari kematian.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. Salam Damai Kristus beserta kita :

    Maria Kleopas + Alfeus seorang duda (suami 1):
    anak Alfeus bernama Lewi (Matius) anak dari isteri lain.
    1. Simon (Hakim)
    2. Yakobus muda (Nelayan)
    3. Yudas Thaddeus (Nelayan)
    4. Susanna

    Maria Kleopas + Sabas (suami 2): Joses (Joseph) Barsabas
    Maria Kleopas + Yonas (suami 3): Simeon muda

    Markus 15:40 …..Maria ibu Yakobus muda dan Yoses, serta Salome
    Matius 27: 56 Maria ibu Yakobus dan Yusuf (Yoses) dan ibu anak-anak Zebedeus.

    Lazarus, Maria pendiam, Marta dan Maria Magdalena adalah bersaudara.
    Maria si pendiam telah meninggal pada tahun pertama saat Yesus berkarya sebelum Paskah.

    Maria Kleopas adalah keponakan Bunda Maria yang berusia lebih tua dari Bunda Maria, anak dari Maria Heli. Yohanes 19:5

    Sumber ref: Yesaya/Beata Anna Emerich

    [Dari Katolisitas: Keterangan ini diperoleh dari penglihatan/ wahyu pribadi Beata Anna Emerich, yang sifatnya tidak mengikat/ tidak setara dengan kebenaran Kitab Suci.]

  7. Salam dalam kasih Kristus

    Mohon penjelasan tim katolisitas ttg 7setan yg pernah diusir Yesus dr Maria Magdalena?
    Apakah ada kaitannya dng p’ajaran ttg 7 akar dosa manusia?
    Trima Kasih

    Berkah Dalem

    • Shalom Michael,

      Maria Magdalena mengalami pembebasan dari tujuh roh jahat (lih. Luk 8:2; bdk. Mrk 16:9). Tujuh di sini dapat mempunyai dua arti, yaitu secara literal adalah tujuh atau dapat juga berarti banyak, karena tujuh menunjukkan banyak sekali. Kalau diartikan secara literal, maka kita memang dapat menghubungkannya dengan tujuh dosa pokok: kesombongan, ketamakan, kedengkian, kemurkaan, percabulan, kerakusan, kelambanan, atau kejemuan [acedia] (KGK, 1866). Lepas dari dua pengertian ini, maka kita tahu bahwa ada banyak roh jahat di dalam diri Maria Magdalena, namun telah dibebaskan dengan kuasa Kristus, sehingga membuat Maria Magdalena berubah dari pendosa menjadi santa.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  8. Saya pernah membaca buku karangan Lie Chung Yen berjudul “Pengakuan Maria Magdalena – Saat-saat Intim bersama Sang Guru”. Disitu diceritakan bahwa Maria Magdalena a/ wanita yang daripadanya diusir tujuh roh jahat, yang setelah disembuhkan oleh Yesus lalu mengikuti Yesus. Maria Magdalena bukanlah orang sama dengan Maria saudara Marta & Lazarus, juga bukan orang yang sama dengan wanita berdosa yang membasuh kaki Yesus dengan minyak wangi & menyeka dengan rambutnya. Malahan dibuku ini diceritakan pula :
    1. Maria Magdalena menikah dengan Yohanes (salah satu pengarang Injil, yg juga murid Yesus) dan mempunyai anak yang juga bernama Yohanes. Yohanes muda inilah yang menulis Wahyu berdasarkan penglihatan Maria Magdalena. Maria Magdalena & Yohanes setelah meninggal, diangkat ke Surga bersama tubuhnya (sama seperti Bunda Maria).
    2. Yosef, suami Maria bunda Yesus, mempunyai istri ke-2 yang juga bernama Maria, dimana pernikahannya dengan Yosef dikaruniai 2 orang anak yang kemudian oleh orang Farisi dipanggil sebagai saudara Yesus. Maria yang ini setelah Yosef meninggal diperistri oleh Kleopas. Karena itu Maria bunda Yesus tetap virgin karena tidak pernah disentuh oleh Yosef.

    Waktu saya cari memang tidak ada sumber referensinya, tapi setau saya Lie Chung Yen adalah seorang Romo, masa dia menulis buku ini untuk menyesatkan umat? Sampai saat ini saya tidak tahu apakah saya patut mempercayai buku ini atau hanya menganggapnya sebagai novel belaka. Mohon penjelasannya. Terimakasih.

    • Shalom Novy,

      Saya juga pernah membaca buku tersebut mungkin sekitar 8-10 tahun yang lalu, sehingga saya juga sudah lupa- lupa ingat. Namun seingat saya, buku itu tidak menyampaikan dokumen resmi ajaran Gereja Katolik, kecuali ayat- ayat Kitab Suci, yang kemudian ditafsirkannya berdasarkan dengan permenungannya dengan latar belakang tinjauan budaya Yahudi. Jadi secara obyektif tidak dapat dikatakan sebagai interpretasi ataupun ajaran resmi Gereja Katolik.

      Gereja Katolik memang secara definitif mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga (lihat Munificentissium Deus, 44), namun tidak mengajarkan bahwa Rasul Yohanes ataupun Maria Magdalena juga diangkat ke surga.

      Gereja Katolik juga secara definitif mengajarkan bahwa Bunda Maria tetap Perawan (berdasarkan Konsili Konstantinopel (553) dan Sinode Lateran (649)). Saudara- saudara Yesus yang disebutkan dalam Kitab Suci adalah kerabat (kemungkinan saudara sepupu) dan bukan saudara kandung. Dari Kitab Suci sendiri dapat diketahui bahwa Yakobus, Yusuf (Yoses) tersebut adalah anak Maria, saudara Bunda Maria, lihat penjelasannya di sini, silakan klik. Kitab Suci mengatakan bahwa Maria, ibu Yakobus, Yusuf (Yoses) ini adalah istri Kleopas (Yoh 19:25), namun tidak dikatakan di sana bahwa ia pernah menikah dengan Yusuf sebelum menjadi istri Kleopas.

      Sedangkan tentang Maria Magdalena, seperti yang umum diajarkan oleh Gereja Katolik (walaupun tidak dalam pernyataan definitif) memang adalah seperti yang dituliskan di atas.

      Terus terang saya juga tidak menuduh bahwa pengarang buku itu bermaksud menyesatkan umat, namun harus diakui saja secara obyektif bahwa buku itu menuliskan suatu pandangan yang tidak mewakili ajaran resmi Gereja Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

      • Dear bu Ingrid, sekedar koreksi dan pemberitahuan saja. Buku itu terbit tahun 2005 jadi ya sekitar 6 tahun yang lalu dan bukannya 8 atau 10 tahun yang lalu. Buku itu terbit karena di tahun 2003 terbit novel The Da Vinci Code (TDVC) yang isinya saya yakin kita semua sudah mengetahuinya, kemudian di tahun 2005 buku itu diluncurkan seakan-akan sebagai antitesis dari TDVC disamping buku-buku lain yang serupa. Karena di antara akhir 2005 sampai dengan pertengahan 2006 ada banyak buku yang menentang isi TDVC dari berbagai sudut pandang baik itu historis , teologis dll, Hanya saja buku karya Lie Chung ini adalah buku yang terbit dari kalangan Katolik (sebelum da vinci hoax yang juga terbitan Dioma) dan buku ini juga dibuat dalam bentuk novel (serupa dengan TDVC) yang tentu berbeda dengan buku-buku sejamannya pada waktu itu.
        Memang perlu diakui bahwa semenjak keluarnya TDVC umat menjadi bingung tentang siapa Maria Magdalena itu sebenarnya? Nah dengan keluarnya buku ini membantu umat memberikan sedikit pencerahan tentang Maria Magdalena yang pada waktu itu menurut TDVC dikatakan menikah dengan Tuhan dan memiliki anak Jadi menurut hemat saya secara pribadi buku itu memang tdak bermaksid menyesatkan karena penulisnya adalah seorang imam dan buku itu juga diterbitkan oleh penerbit Katolik di mana kita tahu bahwa buku itu pasti sudah ada impramaturnya sehingga tidak mungkin menyesatkan. Saya setuju dengan tulisan bu Ingrid bahwa memang buku itu hanyalah novel yang berlatar belakang Yahudi, namun ada sisi atau makna positif yang kita ambil dari buku tersebut. Begitu saja kiranya yang dapat saya sampaikan thank’s GBU

        [Dari Ingrid: Mohon maaf jika saya salah ingat tahun terbitan buku tersebut, sebab memang saya pernah membacanya sudah bertahun lalu, namun saya lupa persisnya kapan. Saya berpikir sekitar 8 tahun, ternyata jika memang buku itu baru terbit tahun 2005, tentu saja yang salah ingat. Mohon maaf. Namun hal itu tidak mengubah komentar saya sebelumnya tentang buku itu.]

  9. Shalom Bpk Stef & Ibu Inggrid,
    Saya umat dari satu paroki besar di Jakarta Barat. Saat misa kemarin 13 Juni 2010 ada sesuatu yg mengganggu pikiran saya dan mungkin Stef & Inggrid bisa membantu membagikan pendapatnya.
    Dalam lembaran misa yg dibagikan pada umat kemarin(edisi Th.C-Biasa XI) dalam bagian Pengantar ada tulisan pendapat penulis yg membahas topik tentang Lukas 7:36 – 8:3 (Yesus di urapi oleh perempuan berdosa – Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih).
    Pandangan khusus penulis tentang tafsir ayat Lukas 7:50 “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat”, pengantar dituliskannya begini : (saya kutip sebagian) :

    ……………..Kedua, sebab Yesus tidak minta agar perempuan itu meninggalkan profesinya (melayani lelaki, pen.). Yesus berkata kepadanya, “Pergilah dengan selamat!”. Yesus memahami situasinya. Sejak bayi ia sudah dibuang oleh keluarganya, sejak kecil ia hanya diajari itu. ……………dst. Profesinya adalah satu-satunya jalan untuk menghidupi dirinya. Pada jaman itu alternatif lainnya hanya mati.

    Saya mungkin berhasil memahami sisi pandang yg di pakai oleh penulis, tapi membaca ini dari kaca mata awam , saya terus terang terganggu dan merasa ada konteks yang salah dalam cara pandang penulis terhadap ayat ini. Dan tulisan ini (jika memang salah) telah dipublikasikan ke umat dalam bentuk lembaran Misa saya rasa dampaknya tidak bisa dianggap enteng, terutama bagi umat yang tergolong “hijau”. Apakah persepsi dan keberatan saya atas tulisan tsb salah? Jika ternyata tulisan tersebut salah apakah otomatis akan ada sistem kontrol dan koreksi dari pihak hirarki gereja sendiri?

    Sekalian karena sudah menyinggung tentang ayat Lukas 7:38 ini mungkin Katolisitas juga dapat mengulas tentang hal lain terkait :
    1. Siapakah wanita berdosa dlm Lukas 7:38 -50 itu, apakah ia pelacur? atau hanya disebut “berdosa” oleh penulis injil?
    2. Lihat Mat.26:8, Mrk.14:4, Yoh 12:4 tentang pemborosan minyak yg dilakukan seorg perempuan. Apakah kejadian tersebut sama atau terkait dgn Lukas 7:38?
    3. Tentang konsep Iman yg menyelamatkan : Kapan titik perempuan itu telah diampuni dosanya? perempuan itu saya tangkap (karena Rahmat Allah juga) telah menunjukkan hormat dan kasihnya saat ia bertemu Yesus. Dalam ungkapan kasihnya ia melakukan bbrp tindakan, dan (menurut saya meskipun tdk disebutkan) tersirat bahwa ia telah bertobat,.atau minimal berniat utk bertobat! Benarkah? Lalu terkait iman yg menyelamatkan; sebagian kita berpikir “sayamengasihi Tuhan karena ia telah mengampuni hutang2 dosa saya” (kasih tumbuh akibat pengampunan dosa) atau Kasih sendiri adalah dasar diampuninya dosa kita?

    Mudah2an pertanyaan saya relevan.
    Terima kasih.

    Dalam kasih Kristus,
    Hendry

    • Shalom Antonius H,

      Berikut ini adalah jawaban dari Romo Wanta:

      Saya belum melihat apalagi membaca teks yang dimaksud. Saya menduga teks lembaran (sebenarnya tidak diperkenankan dalam misa membuat lembaran) adalah produksi salah satu serikat. Banyak hal tidak benar di dalam teks tersebut dari doa pembukaan (dikarang sendiri) tidak sesuai dengan buku liturgi yang akan disahkan yakni Sacramentarium. Ada kesan dikarang sendiri lalu mencantumkan teks DSA dengan terpilih tidak memberikan kesempatan pada Imam pemimpin Misa memilih DSA lain dengan bebas dan konteks tema Bacaan Hari Minggu. Dalam pengantar yang di kutip memang perlu ada approbasi dari Komlit KAJ. Tidak sembarang menafsir, dan saya setuju dengan peringatan anda pada pihak yang menulis (memproduksi teks misa) karena menggangu iman umat. Saya menduga penafsirian itu dari sebuah buku dan dimasukkan dalam lembaran teks misa dengan menambahkan tafsir sendiri.
       
      Persoalannya ada dua hal:
      1. Ketegasan dari komlit KAJ untuk mencermati isi teks yang dibagikan apakah sudah mendapatkan approve bahwa isi tidak bertentangan dengan ajaran iman dan liturgi Gereja Katolik.
      2. Bagi saya teks Misa tidak memudahkan bagi pelayanan umat tapi malahan mengganggu ketika Ibadat bacaan karena saat Misa kita mendengarkan Sabda Tuhan bukan ikut membaca dan sibuk dengan teks. Hal itu juga bertentangan dengan trend menyelamatkan bumi dengan menjaga lingkungan paper less. Bila ingin membuat buku panduan misa harus mendapat imprimatur dan nihil obstat dari pihak yang berwenang. Saya berbicara dengan Rama Jack Tarigan anggota pengurus Komlit KWI. Pernah dijumpai penulisan prefasi dalam lembaran misa tidak cocok dengan TPE yang benar. Ini sudah bertentangan dengan liturgi Gereja. Secara pribadi hal itu perlu mendapat perhatian serius. Soal tafsiran apa yang ada dalam lembaran misa itu keliru.
       
      Jadi, Yesus tidak bermaksud menyuruh perempuan berdosa itu tetap tinggal dalam profesinya melainkan Dia mengampuni perempuan itu dan namun memintanya untuk meninggalkan profesinya. Akhirnya dia salah satu pengikut Yesus.
       
      salam,
      Rm Wanta
        
      Jawaban dari Ingrid:
       

      1,2. Para Bapa Gereja menghubungkan wanita yang berdosa (Luk 8:26-8-3) ini sebagai Maria Magdalena. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di atas, silakan klik; dan saya ambil sebagian kutipannya:

      Magisterium Gereja Katolik memang tidak pernah mendefinisikan secara tertulis siapa sebenarnya Maria Magdalena ini. Yang ada adalah tulisan para Bapa Gereja yang memang menyamakan antara Maria Magdalena, Maria dari Betania, dan perempuan yang berdosa, yang daripadanya Yesus mengusir 7 roh jahat.

      Memang terdapat beberapa pendapat bahwa ketiga identitas itu mengacu kepada tiga orang yang berbeda atau jika tidak, dua orang, yang mengatakan bahwa Maria yang duduk di kaki Yesus tidak mungkin sama dengan wanita pendosa. Namun, menurut tradisi Gereja Katolik, justru karena kuasa pengampunan dari Tuhan Yesus itulah, maka Maria Magdalena, yang tadinya hidup sebagai pendosa, dan yang darinya diusir tujuh roh jahat (Luk 8:2) , maka setelah bertobat, ia dapat sungguh menjadi murid Yesus yang setia, yang memilih untuk duduk mendengarkan Yesus daripada melakukan sesuatu yang lain ketika Yesus datang ke rumahnya (lih. Luk 10:38-42).

      Maka urutannya adalah sebagai berikut:
      1. Pertama-tama Maria Magdalena datang kepada Yesus sebagai pendosa. Ia mengurapi Yesus, memohon pengampunan dan memperoleh pengampunan dari pada-Nya (Luk 7:36-50).
      2. Ia adalah seorang yang daripadanya diusir tujuh roh jahat, yang setelah disembuhkan oleh Yesus mengikuti Yesus (Luk 8:2).
      3. Setelah bertobat, yang menjadi keinginannya adalah duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan perkataan-Nya (Luk 10:38-42)
      4. Maria, bersama Martha berpasrah kepada Yesus saat saudaranya Lazarus meninggal dunia (Yoh 11:1-44)
      5. Tak lama sesudahnya, Maria dan Martha menjamu Yesus, dan Maria Magdalena mengurapi Yesus kembali sebagai lambang pertobatannya (Yoh 12:1-8; Mat 26: 6-13, Mrk 14:3-9).
      6. Pada saat Yesus disalibkan, ia berdiri di dekat salib Yesus (Yoh 19:25), bersama dengan Bunda Maria dan Maria istri Kleopas.
      7. Pada saat kebangkitan Yesus, ia datang ke kubur dengan maksud mengurapi Yesus dengan minyak, namun ternyata melihat Yesus yang bangkit (Yoh 20:11-18).

      Mungkin yang cukup berpengaruh dalam hal ini adalah khotbah/ homili dari Paus Gregorius I tahun 591 yang mengatakan, “Ia yang dikatakan sebagai perempuan pendosa, yang dipanggil Maria dari Betani oleh Rasul Yohanes, kita percayai sebagai Maria yang daripadanya Yesus mengusir tujuh setan menurut Rasul Markus.” Namun Paus Gregorius menyebutnya sebagai “pendosa”/ peccatrix dan bukannya “pelacur”/ meretrix. Tak mengherankan, kemudian orang juga menghubungkan Maria Magdalena sebagai perempuan yang berzinah, seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes (Yoh 8:1-11), walaupun memang dalam perikop itu tidak disebutkan namanya. Disebutkan dalam perikop itu, seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah dibawa ke hadapan Yesus. Yesus memang tidak menghukum perempuan itu, namun mengatakan kepadanya, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:11). Jadi tidak benar bahwa Yesus membenarkan tindakan perzinahan.

      3. Konsep iman yang menyelamatkan:

      Perempuan itu diampuni dosanya setelah ia bertobat. Tuhan Yesus yang mengetahui kedalaman hati manusia, mengetahui bahwa perempuan itu menyesali dosanya, oleh karena itu ia tak henti- hentinya menangis dan membasuh kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya (Luk 7:44). Hal ini dikatakan Yesus sebagai perbuatan kasih yang ditujukan kepada-Nya (Luk 7:47) sebagai buah pertobatan dari perempuan itu.

      Maka iman yang menyelamatkan adalah iman akan Kristus yang menyelamatkan kita, dan iman tersebut membuahkan kasih kepada Tuhan; dan selanjutnya, kasih kepada Tuhan ini mendasari kasih kita kepada sesama.

      4. Pemikiran, "Saya mengasihi Tuhan karena Ia telah mengampuni hutang- hutang dosa saya," adalah pemikiran yang baik, namun kurang lengkap.

      Agar kita mempunyai hubungan yang makin erat dengan Kristus, kita pertama- tama harus menyadari bahwa kita mengasihi Dia, karena Ia terlebih dahulu mengasihi kita, sampai rela memberikan nyawa-Nya bagi kita. Rasul Paulus mengatakan,

      "… aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Gal 2:20)

      Maka benar, kita bersyukur bahwa Tuhan telah mengampuni dosa- dosa kita, tetapi kita juga harus mensyukuri bahwa cara Yesus mengampuni kita adalah dengan menyerahkan Diri-Nya sendiri, untuk disalibkan dan wafat di kayu salib bagi kita. Teladan kasih Kristus yaitu kasih yang memberikan diri ini (to give the gift of self) yang harus kita tiru, saat kita mengasihi Tuhan dan sesama.

      Kisah pertobatan yang lain di Injil, yang juga sangat indah adalah adalah kisah Anak yang Hilang (Luk 15:11-32). Pertobatan anak yang hilang itu memang disebabkan oleh kesadarannya akan kasih bapanya. Kesadaran akan kasih bapa inilah yang mendorongnya untuk bertobat dan kembali kepada bapanya. Pembahasan tentang kisah Anak yang Hilang ini sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.

      Maka pertanyaan anda, apakah kasih Allah yang mendasari pengampunan dosa kita- jawabnya adalah ya. Belas kasih Allah- lah yang mendorong anak yang hilang tersebut untuk bertobat, demikian juga perempuan yang berdosa itu. Allah-lah yang memberikan rahmat-Nya, sehingga orang berdosa dapat menyadari kesalahannya. Bahwa pertobatannya itu melibatkan kehendak bebasnya, itu juga benar; namun tidak dapat dipungkiri, bahwa Allah- lah yang dengan cara-Nya sendiri, bekerja di dalam hati nurani setiap orang, sehingga ia dapat insyaf akan segala kesalahannya.

      Semoga ulasan di atas ini membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Salam Rm. Wanta,
        Terima kasih telah menyempatkan waktu dan pikirannya. Saya juga sudah menulis kepada Romo Paroki (beliau dari ordo Msc, pen), beliau juga setuju bahwa seringkali lembaran misa tersebut mengandung kejanggalan, ia menyarankan saya untuk menyampaikan keluhan langsung kepada wisma Conforti (SX) di cempaka putih, Jakarta. Khusus bagi Rm Wanta, saya berterima kasih karena berinisiatif (shg merepotkan Romo) menghubungi KomLit KWI. Suara dan pendapat langsung dari Imam tentu gaungnya berbeda dgn suara umat awam biasa.
        Mengenai lembar Misa tersebut, setahu saya sudah bertahun-tahun Paroki kami memakai lembaran misa tersebut. Saya pikir lembar tersebut selama ini sudah diawasi dan mendapatkan nihil obstaat dari pihak hirarki gereja. Bagaimana sebaiknya kami bersikap thp dewan paroki? Atau sebaiknya pasif saja dulu?

        dan, untuk Ibu Inggrid,
        TErima kasih sekali atas pencerahannya. Saya sepaham dengan pendapat Ibu Inggrid. Contoh Lukas 15:11-32 ttg Anak yg Hilang mrpkn contoh yg pas dan amat relevan menjawab pertanyaan tentang kasih dan pertobatan tadi.
        Semoga rahmat Tuhan terus menyertai dan menaungi karya2 team Katolisitas.

        dalam kasih Kristus,
        Antonius H

  10. Setuju, Bu.

    {kutipan tulisan Ingrid: Bagi saya, lebih baik mempercayai tulisan para Bapa Gereja yang setidak-tidaknya mempunyai hubungan dengan para penerus rasul yang hidup pada masa Maria Magdalena, daripada mempercayai teori orang-orang modern yang tidak mempunyai hubungan dengan masa lalu, kecuali dari fragmen-fragmen tulisan yang tidak dapat diketahui ke-otentikan-nya.

    Rasul Paulus sendiri sudah berkali-kali menyebutkan bahwa meskipun pada jamannya, sudah ada banyak orang yang menuliskan injil-injil yang berbeda dengan Injil yang diberitakan oleh para rasul (lih. Gal 1:6-7). }

    Bu Ingrid, Pak Stef & team, sy sangat berterima kasih atas kesungguhan anda semua dlm menjawab, sehingga orang2 yg tadinya bingung (spt saya ini) jadi tdk bingung lagi…. he he… Tuhan berkati.

  11. Dear Ibu Ingrid,
    Terimakasih atas jawabannya. Makin jelas sekarang siapa Maria Magdalena bagi saya.
    Semoga Tuhan selalu memberkati karya pewartaan Ibu lewat katolisitas.org ini.
    Salam,
    Agus

Comments are closed.