Pertanyaan:

Shalom !

Untuk Baptisan Darah dan Baptisan Rindu, ada di kitab suci bagian mana supaya saya dapat pahami ? Yang mutlak buat keselamatan baptisan yang mana pak ? Darah , Rindu atau Air ? Bagaimana Gereja tidak tahu cara lain untuk memperoleh keselamatan ?

Yoh 3 : 15 supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA beroleh hidup yang kekal.
Yoh 3 : 16 supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal
Yoh 3 : 18 barangsiapa PERCAYA kepadaNYA, ia tidak akan dihukum
Roma 10 : 9 Sebab kija kamu MENGAKU dengan mutmu, Bahwa Yesus adalah Tuhan

dan PERCAYA dalam hatimu bahwa Allah……………maka kamu akan diselamatkan.
Ef 2 : 8 Sebab karena KASIH KARUNIA kamu diselamatkan oleh IMAN…….

Dan masih masih banyak ayat-ayat lagi mengenai satu-satu nya cara memperoleh keselamatan, yaitu PERCAYA / IMAN kepada Anak Allah yang Hidup yaitu YESUS KRISTUS Tuhan kita.
Kenapa ayat2 tersebut diatas tidak menyebutkan kata Baptis ? Kalau memang Baptisan mutlak untuk keselamatan ?

Mohon penjelasan pak .
God bless – Anton.

Jawaban:

Shalom Anton,

Terima kasih atas pertanyaan dan tanggapannya tentang baptisan. Gereja Katolik mengenal adanya Sakramen Baptis (Baptisan Air), Baptis Rindu, dan Baptis darah. Baptisan secara sakramental (Baptisan air) adalah cara yang umum untuk menerima rahmat Tuhan, karena Baptisan secara sakramental menjamin rahmat Kristus mengalir, selama form (bentuk) dan matter (materi) dan intensi dari baptisan sah. Sedangkan pada Baptisan rindu dan Baptisan darah, hanya Tuhan yang tahu secara persis apakah seseorang menerimanya ataukah tidak. Dalam hubungannya dengan keselamatan, Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, namun Dia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya, seperti yang diungkapkan di dalam Katekismus Gereja Katolik, 1257:

Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan (Bdk. Yoh 3:5.). Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa (Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5.). Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini (Bdk. Mrk 16:16.). Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh “kelahiran kembali dari air dan Roh”. Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya.

1) Dari kutipan di atas, Gereja tidak mengenal sarana lain selain Baptisan untuk menjamin seseorang masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kutipan yang dipakai oleh Anton dari Yoh 3:15-19 tentang perlunya “percaya” dan Rm 10:9 tentang perlunya “mengaku“, serta Efesus 2:8 akan perlunya “iman” dalam keselamatan. Namun semua yang disebutkan di atas, yaitu: percaya, mengaku, iman, harus dimanifestasikan dalam Baptisan, karena Tuhan sendiri mengatakan “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5). Bagaimana kita mengartikan ayat tersebut, yang dengan jelas-jelas mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah kalau dia tidak dilahirkan dari air dan Roh. Gereja Katolik mematuhi pesan Kristus mewartakan pentingnya Sakramen Baptisan untuk keselamatan, seperti yang Yesus sendiri perintahkan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20).

a) Dari perintah Yesus yang terakhir, sebenarnya cukup jelas akan pentingnya Baptisan. Yesus tidak mengatakan bahwa jadikan semua bangsa murid-Nya, dan biarlah mereka percaya, mengaku, dan mempunyai iman. Yang ditekankan oleh Yesus adalah menjadikan seluruh bangsa menjadi murid-Nya dan membaptis mereka. Setelah itu, mengajarkan agar mereka juga mentaati semua perintah Yesus.

b) Mari kita meneliti lebih jauh tentang beberapa kata kunci: percaya, mengaku, iman. Apakah dengan percaya saja cukup untuk mendapatkan keselamatan? Tidak, karena kalau mau dibilang setan juga percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. (lih. Mk 1:24). Kalau orang benar-benar percaya akan Kristus, maka dia harus juga untuk menjalankan semua perintah-Nya, termasuk untuk hidup kudus dan menerima Sakramen Baptis.

Apakah dengan mengaku dengan mulut maka orang akan mendapatkan keselamatan? Memang Roma 10:9 mengatakan “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Bandingkan dengan Yoh 3:5, yang mengatakan “Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.Bandingkan pernyataan antara “kamu akan diselamatkan” di Rm 10:9 dan “ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” di Yoh 3:5. “Kamu akan diselamatkan” dapat mempunyai konotasi ada cara lain bagi seseorang untuk diselamatkan, namun “ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga” mempunyai konotasi bahwa kalau seseorang tidak melakukan apa yang disyaratkan, maka seseorang tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Oleh karena itu, Sakramen Baptis diperlukan untuk memperoleh keselamatan.

Apakah dengan iman saja maka seseorang akan mendapatkan keselamatan? Tidak, karena rasul Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (lih. Yak 2:17-18, 20, 26). Namun iman memang penting untuk sampai kepada Baptisan. Bahkan, Gereja Katolik menyatakan bahwa Baptisan adalah Sakramen iman (lih. KGK, 1253). Namun, iman yang benar bukanlah iman yang memilih, namun iman yang taat terhadap apa yang diwahyukan, termasuk kepada Gereja – karena Kristus telah memberikan kuasa kepada Gereja untuk mewariskan ajaran Kristus secara murni dari satu generasi ke generasi yang lain. Oleh karena kita harus beriman terhadap apa yang Gereja imani, maka dalam ritual Baptisan, para katekumen (yang akan dibaptis) dan walinya diberi pertanyaan “Apa yang kamu minta dari Gereja Allah?” Dan lalu para katekumen/katekumen akan menjawab “Iman“.

2) Begitu pentingnya Baptisan untuk keselamatan manusia, sehingga Yesus memberikan amanat agung kepada para muridnya sebelum Dia diangkat ke Sorga. Sekali lagi, kita perlu merenungkan, mengapa perintah Yesus yang terakhir tidak menyebutkan untuk “percaya”, “mengaku”, atau “iman”? Karena semuanya itu terangkum dalam Baptisan. Baptisan mensyaratkan seseorang untuk percaya, karena untuk percaya seseorang harus mengetahui apa yang terjadi dalam Baptisan, dan percaya akan Tuhan yang memberikan perintah. “Mengaku” juga terjadi di dalam upacara Baptisan (dalam baptisan bayi, pengakuan diwakili oleh orang tua. Namun, seseorang yang mengikuti perayaan Ekaristi, selalu mengakukan dosa dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan). Iman yang benar juga diwujudkan dalam bentuk Baptisan. Iman yang benar tidak hanya berhenti begitu saja, namun diwujudkan dalam tindakan, terutama untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Kristus, yang salah satunya adalah memberikan diri untuk dibaptis.

3)Namun ada banyak kondisi, dimana seseorang, karena bukan karena kesalahannya sendiri (invincible ignorance), tidak sampai mengalami Baptisan secara sakramental. Gereja Katolik menyebutkan bahwa orang-orang ini sebenarnya telah mengalami baptisan berupa Baptisan Rindu. Dan bagi orang yang diberi rahmat untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk bersaksi tentang iman, maka orang-orang ini telah menerima Baptisan Darah.

a) Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.” (KGK, 1259). Kita dapat melihat apa yang Yesus katakan di dalam Injil Yohanes “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23) Cinta kasih yang sempurna, yang tentu saja mensyaratkan penyesalan, kerinduan untuk hidup dalam Tuhan, membuat seseorang menerima baptisan rindu.

b) Untuk Baptisan darah, Gereja Katolik mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.” (KGK, 1258). Kita juga melihat di dalam Injil Matius, yang mengatakan “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32) Lebih lanjut, Yesus mengatakan “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mt 10:39). Pengajaran tentang Baptisan Darah telah dikenal oleh jemaat awal, seperti yang dapat kita lihat dalam tulisan-tulisan Tertullian (on Baptism, 16), St. Cyprian (Epistle 73), St. Augustine (City of God, 13.7; Tractate 74 on the Gospel of John), dll. (lihat New Advent – klik di sini).

4) Setelah kita melihat akan mutlaknya Sakramen Baptisan untuk keselamatan serta kita mengenal sakramental Baptisan (Baptisan Air), Baptisan Rindu, dan Baptisan Darah, pertanyaannya adalah baptisan mana yang mutlak untuk keselamatan? Untuk menjawab hal ini, sebenarnya tergantung definisi dari “mutlak”. Kalau kita ingin melihatnya dengan kasat mata, dengan kepastian yang jelas, maka Baptisan Air yang mutlak untuk keselamatan. Hal ini disebabkan banyak unsur obyektif, yang dapat kita ukur, seperti: matter, form, dan intensi. Sebagai catatan, Gereja Katolik mengakui Baptisan yang dilakukan oleh gereja lain, selama mempunyai matter (yaitu air), form (diibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus), intensi (seperti intensi Gereja). Oleh sebab itu, Gereja Katolik memenuhi perintah Kristus secara aktif memberitakan Injil dan membawa umat manusia kepada Sakramen Baptis.

Namun, ada orang-orang yang bukan karena kesalahannya sendiri (invincible ignorance) tidak sampai kepada Sakramen Baptis. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus “Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Lk 12:48). Dari perkataan Yesus ini, kita tahu bahwa kondisi dari orang-orang dapat dihubungkan dengan jenis baptisan mana yang menyelamatkan.

a) Baptisan sakramental (Baptisan Air) adalah mutlak bagi orang-orang yang telah mengenal Kristus dan mengenal Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik. Dan juga dapat dikatakan mutlak bagi semua orang, karena Baptisan ini memberikan kepastian mengalirnya rahmat yang diperlukan untuk keselamatan manusia. Dan ini seharusnya menjadi pacuan bagi kita semua untuk memberitakan Kristus kepada semua orang. Namun, walaupun Kristus telah mengikat keselamatan dalam Sakramen Pembaptisan, namun Dia tidak terikat pada Sakramen-sakramen.

b) Katekismus Gereja Katolik menegaskan “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu” (GS 22) (Bdk. LG 16; AG 7.). Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan.” (KGK, 1260).

Kita tahu bahwa ada banyak orang yang mencoba mencari kebenaran dengan segenap kekuatannya dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya, namun tidak sampai pada Sakramen Baptisan. Yang menjadi masalah dalam kasus ini adalah kita tidak tahu, apakah seseorang benar-benar telah mencari kebenaran dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatannya, namun tetap tidak sampai kepada kebenaran yang penuh, sehingga tidak mengalami baptisan secara sakramental. Kalau memang orang tersebut telah mencari kebenaran dengan segala kekuatannya – tanpa adanya motivasi yang mementingkan diri sendiri – maka, orang-orang ini masuk dalam kategori invincible ignorance. Hal ini disebabkan, bila ada orang yang dapat menerangkan mereka tentang pentingnya Sakramen Baptis untuk keselamatan, maka orang tersebut akan menerimanya dan menerima Sakramen Baptis. Namun, apakah seseorang masuk dalam kondisi invincible ignorance, hanya Tuhan saja yang tahu. Oleh karena itu, hanya Tuhan saja yang tahu apakah orang tersebut benar-benar memperoleh Baptisan Rindu. Tentang apa itu Baptisan Rindu, silakan klik di sini

c) Baptisan darah adalah baptisan martir, mempunyai kondisi yang sama seperti di point 4b dalam hal persyaratan untuk keselamatan. Yang perlu disoroti di sini adalah tindakan untuk menjadi martir – mati untuk mempertahankan iman – mensyaratkan kasih yang sempurna, dalam tingkatan yang begitu tinggi. Kita melihat pada masa awal kekristenan, dimana ada banyak orang Kristen yang mungkin belum dibaptis, namun mengorbankan dirinya demi imannya.

Dari pemaparan di atas kita melihat bahwa Baptisan adalah gerbang keselamatan, dimana memungkinkan kita untuk menerima rahmat kekudusan, sehingga kita dapat berkenan di hadapan Allah, dan membuat kita dapat hidup di dalam Kristus. Baptisan air memberikan kepastian akan hal ini. Namun, Tuhan tidak dibatasi oleh Sakramen-sakramen, sehingga ada orang yang dapat diselamatkan dengan Baptisan Rindu dan Baptisan Darah. Apakah seseorang telah menerima Baptisan Rindu dan Darah, tidak ada orang yang tahu secara persis, dan hanya Tuhan yang tahu, karena Tuhan yang menilik hati seseorang.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

Lanjutan diskusi:

silahkan klik

26 COMMENTS

  1. Pak Stefanus dan Bu Inggrid,

    Beberapa minggu lalu saya membeli buku Yesus dari Nazaret Bagian Pertama karangan Paus Benediktus XVI. Pendahuluannya sangat bagus. Saya baru membaca bab satu dan sedang membaca ulang lagi bab satu ini mengenai Pembaptisan Yesus, karena untuk mengerti isinya tidak cukup membaca satu kali. Ada beberapa kalimat dalam bab satu (halaman 11-12) yang perlu perenungan lebih dalam untuk memahaminya yaitu:
    1. Makna penting peristiwa pembaptisan tidak dapat terungkap sepenuhnya sampai dilihat dalam terang salib dan kebangkitan (hal 11).
    2. Pembaptisan Yesus merupakan sebuah antisipasi atas salib (hal 11).
    3. Pembaptisan adalah penerimaan kematian demi dosa-dosa umat manusia, dan suara yang berseru “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” di atas air baptis merupakan rujukan antisipatif pada kebangkitan. Inilah pula yng menjelaskan mengapa, seturut perkatan-Nya sendiri, Yesus memakai kata baptis guna mengacu pada kematian-Nya. (bdk Mrk. 10:38; Luk 12:50). Hanya dari titik tolak inilah kita dapat memahami pembaptisan Kristen. Pembaptisan Yesus mengantisipasi kematian-Nya di salib, dan suara dari surga itu memaklumkan suatu antisipasi tentang kebangkitan-Nya (hal 12).

    Artikel di atas sangat membantu saya untuk memahami bab satu tersebut. Namun, bolehkan Pak Stefanus atau Bu Inggrid menjabarkan lagi maksud dari kalimat di poin 1 s.d. 3 di atas.

    Terima kasih atas website katolisitas.org yang sangat membantu saya mendalami lebih banyak lagi mengenai iman katolik.

    Salam
    Anto Dwiharja

    • Shalom Anto,

      1. Makna penting Pembaptisan tidak dapat terungkap sepenuhnya sampai dilihat dalam terang salib dan kebangkitan Kristus.

      Sakramen Baptis bukan untuk dilihat sebagai ritual semata, atau upacara formalitas agar kita dapat tergabung dalam Gereja. Meskipun memang Baptisan itu menjadikan kita sebagai anggota Gereja/ anggota Tubuh Kristus, namun ada makna yang lebih mendalam dan penuh, akan makna Baptisan. Yaitu bahwa melalui Baptisan, kita disatukan dengan kematian Kristus, untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Artinya manusia lama kita, beserta dosa-dosa kita, telah dikuburkan/ ditenggelamkan bersama kurban salib Kristus, agar kita dapat menjadi manusia baru, yang memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus, oleh karena kebangkitan-Nya (lih. Rom 6:5-11).

      Nah, maka rahmat sakramen Baptis itu diperoleh karena jasa Kristus, yaitu Ia yang telah disalibkan, wafat, bangkit, naik ke surga, demi menebus dosa-dosa kita dan membuka pintu surga bagi kita, agar kita dapat memperoleh kehidupan kekal.

      2&3. Pembaptisan Yesus merupakan sebuah antisipasi atas salib. Pembaptisan Kristus adalah penerimaan kematian-Nya demi dosa-dosa umat manusia, dan suara yang berseru “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” merupakan rujukan antisipatif pada kebangkitan. Inilah pula yang menjelaskan mengapa, seturut perkataan-Nya sendiri, Yesus memakai kata baptis guna mengacu pada kematian-Nya (bdk Mrk. 10:38; Luk 12:50).

      Maka Sakramen Baptis itu ada, karena peristiwa Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga). Misteri Paskah Kristus menjadi penyebab yang berjasa mendatangkan keselamatan kita (‘meritorious cause‘). 

      Namun pada saat Kristus dibaptis -dan dengan demikian menyatakan perlunya Baptisan- Misteri Paska-Nya belum terjadi di dalam waktu. Oleh karena itu:

      a. Yesus memakai kata ‘baptisan’ untuk menggambarkan kematian-Nya di kayu salib (lih. Luk 12:50).
      Sebab Yesus mau menyatakan bahwa ‘penyebab’ yang mendatangkan rahmat Baptisan, adalah kematian-Nya di kayu salib, yang mendahului kebangkitan-Nya dari mati. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, Kristus seolah tenggelam dalam darah-Nya sendiri, sebelum Ia menyatakan kuasa ilahi-Nya, dengan kebangkitan-Nya dari kematian.

      b. Baptisan Yesus merupakan antisipasi dari peristiwa penyaliban, wafat dan kebangkitan-Nya.
      Pencelupan ke dalam air melambangkan/ mengantisipasi kematian dan penguburan-Nya. Keluar-Nya dari air mengantisipasi kebangkitan-Nya dari mati. Dan suara Allah Bapa yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang kukasihi…” mengantisipasi pernyataan ke-Allahan Kristus melalui kebangkitan-Nya.

      c. Baptisan Yesus menggambarkan bahwa wafat Yesus tidak terlepas dari kebangkitan-Nya, dan kebangkitan-Nya juga tidak terlepas dari wafat-Nya yang mendahuluinya. Oleh karena itu, kita yang mengimani Kristus tidak boleh hanya menekankan kebangkitan Kristus tanpa pengorbanan salib-Nya, atau sebaliknya, pengorbanan Kristus di kayu salib tanpa kebangkitan-Nya.

      Demikian tanggapan saya, semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Bu Ingrid,

        Terima kasih atas penjelasannya. Saya ingin menanyakan mengenai Kis 2:38, dimana Santo Petrus mengatakan “…. dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus …”. Mengapa Santo Petrus hanya menyebut dalam nama Yesus saja, apakah pembaptisan dalam nama Yesus (tidak secara lengkap dalam Bapa, Anak dan Roh Kudus) juga dilakukan di dalam Gereja Katolik?

        Satu lagi, dari Tanya Jawab soal Hukum Dosa dan Hukum Maut, Pak Stef mengatakan “Sebelum kedatangan Kristus, semua manusia berdosa dan tidak berdaya untuk melepaskan dosa.” Jadi, betul kan bahwa setelah kedatangan Kristus orang yang bertobat dan beriman serta melakukan tindakan-tindakan sebagai perwujudan tobatnya (kalau dalam Gereja Katolik dimulai dengan dibaptis) bukanlah manusia berdosa lagi (Tidak setiap saat dia dalam keadaan berdosa. Orang ini menjadi berdosa ketika orang ini melakukan lagi perbuatan yg berdosa sehingga harus mengaku dosa)?

        Dua hal di atas disinggung dalam persekutuan doa yg saya ikuti hari ini. Poin pertama disebutkan bahwa dibaptis dalam nama Yesus atau dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, kedua2nya alkitabiah. Poin kedua disebutkan setiap saat manusia adalah berdosa, mungkin maksudnya dalam perjanjian lama (zaman hukum taurat).

        Terima kasih.

        • Shalom Anto,

          Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

          1. Formula baptisan: Pada saat para rasul menuliskan bahwa baptisan adalah dalam nama Yesus Kristus (Kis 2:38; 10:48), Yesus Tuhan (Kis 8:16; 19:5), dalam nama Kristus (Gal 3:27; Rm 6:3), maka maksudnya adalah “baptisan seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus“, yang dibedakan dari baptisan Yohanes. Namun, formula baptisan yang sah adalah seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri dalam Mat 28:19, yaitu dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.

          2. Dosa: Penebusan Kristus memberikan rahmat yang berlimpah bagi seluruh umat manusia. Rahmat ini secara nyata mengalir dalam Sakramen Baptis – yang membuat kita menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus dan sekaligus menghapuskan dosa asal dan dosa pribadi sampai saat kita dibaptis. Dengan demikian, pada saat kita dibaptis, maka terjadi satu perubahan di dalam jiwa kita, yaitu dari pendosa menjadi kudus. Namun, sayangnya, setelah dibaptis maka kita dapat jatuh dalam dosa. Kalau kita jatuh dalam dosa, maka kita memang menjadi seorang pendosa. Namun, Allah senantiasa membuka pintu maaf bagi kita yang mau bertobat dan menyadari kesalahan-kesalahan kita serta berjanji dengan pertolongan rahmat Allah tidak akan berbuat dosa lagi. Dan pengampunan Allah terbuka bagi kita di dalam Sakramen Tobat.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  2. Selamat siang, BD

    Saya ingin bertanya: dapatkah seseorang yg sdh dibaptis (sdh menerima Roh Kudus) dpt kehilangan Roh Kudus-nya? Jika bisa, dapatkah org tersebut menerima Roh Kudus nya kembali?

    Terima kasih sebelumnya, BD

    • Shalom Audi,

      Terima kasih atas pertanyaannya apakah seorang yang telah dibaptis dapat kehilangan Roh Kudus. Dengan baptisan, sebenarnya kita telah menerima materai Tuhan. Katekismus Gereja Katolik 1272-1274 menuliskan demikian:

      KGK, 1272     Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui Pembaptisan ia digabungkan bersama Kristus (Bdk. Rm 8:29). Pembaptisan menandai warga Kristen dengan satu meterai [character] rohani yang tidak dapat dihapuskan, satu tanda, bahwa ia termasuk bilangan Kristus. Tanda ini tidak dihapuskan oleh dosa mana pun, meskipun dosa menghalang-halangi Pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan (Bdk. DS 1609-1619). Karena Pembaptisan diterimakan satu kali untuk selamanya, maka ia tidak dapat diulangi.

      KGK, 1273     Ketika orang beriman digabungkan kepada Gereja oleh Pembaptisan, mereka menerima meterai sakramental, yang “menugaskan mereka untuk menghormati Allah secara Kristen” (LG 11). Meterai Pembaptisan menyanggupkan dan mewajibkan orang Kristen, agar melayani Allah dengan mengambil bagian secara aktif dalam liturgi Gereja yang kudus dan menjalankan imamat semua orang Kristen melalui kesaksian hidup kudus dan cinta penuh semangat (Bdk. LG 10).

      KGK, 1274     Meterai Tuhan (“Dominicus character”: Agustinus, ep. 98,5) adalah meterai yang dengannya Roh Kudus telah memeteraikan kita “untuk hari penyelamatan” (Ef 4:30; Bdk. Ef 1:13-14; 2 Kor 1:21-22). “Pembaptisan adalah meterai kehidupan abadi” (Ireneus, dem. 3). Orang beriman, yang mempertahankan “meterai” sampai akhir, artinya setia kepada tuntutan yang diberikan bersama Pembaptisannya, dapat mati “ditandai dengan meterai iman” (MR, Doa Syukur Agung Romawi 97), dalam iman Pembaptisannya, dalam harapan akan memandang Allah yang membahagiakan – penyempurnaan iman – dan dalam harapan akan kebangkitan.

      Namun, walaupun orang Kristen telah dimateraikan oleh Roh Kudus, namun ada sebagian orang Kristen yang dengan sengaja menyangkal Tuhan. Inilah sebabnya, pertobatan harus berlangsung secara terus menerus, seperti yang terjadi pada Petrus – di mana ketika dia menyangkal Yesus, dia kemudian bertobat. Bagi orang yang telah dibaptis namun dengan penuh kesadaran melakukan dosa berat, serta melakukannya juga walaupun tahu bahwa itu adalah dosa berat, maka sesungguhnya secara sadar orang ini telah memisahkan diri dari Allah, yang tentu saja memisahkan diri dari Roh Kudus. Dalam kondisi dosa berat ini dan jika dia tidak bertobat, maka dia telah memisahkan diri dari Allah dan kalau tidak diperbaiki dapat menyebabkan keterpisahan dengan Allah untuk selamanya atau neraka. Untuk mengembalikannya, maka orang ini harus mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, sehingga dia dapat kembali dalam kondisi rahmat. Silakan membaca artikel tentang Sakramen Tobat (bagian 1, 2, 3, 4). Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. Gloria pak Stef dan bu Inggrit.
    Setiap kali membaca artikel ini saya merasa bahwa pengetahuan tentang iman katolik semakin bertumbuh. Terus terang saja selama ini sebagai orang katolik hanya seperti digerakan oleh roh untuk mengikuti segala aturan dan ajaran yang ditetapkan gereja katolik karena kekatolikan saya dan sebagian besar umat tumbuh di lingkungan yang mayoritasnya adalah katolik.
    Jarang sekali hal-hal yang berkaitan dan lagi sangat mendasar tentang pengetahuan gereja katolik disosialisasikan kepada umat baik melalui mimbar di gereja ataupun di tingkat akar rumput ( Komunitas basis ). Apalagi dikalangan kaum muda jaman ini.
    Tidak jarang yang mengajukan pertanyaan yang cukup konstruktif dari kalangan gereja di luar gereja gereja katolik.
    Pertanyaan dari luar gereja katolik memang banyak perbedaan, tapi itu karena kebenaran yang ada terdapat di dalam gereja katolik roma pewaris tahta Petrus sesudah Yesus mungkin tidak gencar di maklumkan. Semuanya berkaitan dengan kebenaran Kitab Suci. Wajar karena kitab suci dibukukan dan dibakukan oleh Gereja Katolik. Yang jelas mereka belum menemukan kebenaran sejati. Malah yang ditemukan banyak perbedaan dan perpecahan karena ditafsir oleh berbagai orang. Padahal roh itu satu ko berbeda hasilnya. Akhirnya saya harus bersyukur karena menjadi katolik walaupun banyak kekurangan pengetahuan akan gereja katolik roma.
    Deo Gratias.

  4. Pertama-tama saya bersyukur bisa menemukan situs ini, bahkan dari malam, sampai sekarang sudah jam 4 pagi, saya masih belum puas membaca isi situs ini ^^ Kebetulan untuk babtisan ini, sudah lama ada yang sedikit mengganjal di hati saya.
    Saya sendiri lahir di keluarga Katolik, sehingga sejak saya bayi, saya sudah dibabtis. Seiring waktu, saya juga sudah menerima sakramen ekaristi dan sakramen krisma. Tapi ada kalanya saya merasa ada yang kurang, karena saya dibabtis pada saat saya belum tahu apa-apa (masih bayi). Yang ingin saya tanyakan,
    1. Apakah jika seseorang sudah pernah dibabtis, tidak akan bisa menerima pembabtisan lagi?
    2. Seandainya bisa, apakah tata caranya sama dengan pembabtisan dewasa? Sewaktu babtis bayi, ada juga wali babtis (maaf kalau salah, saya tidak tahu persis apa sebutannya), dan saya juga kurang tahu kenapa, tapi dulu wali babtis saya adalah tante saya yang beragama Kristen. padahal kalau saya lihat-lihat di film, wali babtis itu kan seperti pendamping iman gitu ya? Nah, jika bisa babtis lagi, apakah perlu adanya wali babtis ini lagi?
    3. Apakah pembabtisan itu punya makna yang sama dengan pembabtisan yang pertama (menghapuskan dosa-dosa kita kembali)?

    Terimakasih :)

    • Salam Livya,

      Terima kasih atas dukungan anda untuk karya kerasulan ini. Anda dapat melihat arsip-arsip dari situs ini di sini – silakan klik. Mari kita membahas beberapa pertanyaan yang anda ajukan. Kalau seseorang telah menerima Sakramen Baptis, maka Sakramen Baptis ini tidak dapat diulang, karena Sakramen Baptis – beserta dengan Sakramen Imamat dan Sakramen Penguatan -, memberikan karakter pada jiwa manusia dan tidak terhapuskan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

      1121. Tiga Sakramen, – Pembaptisan, Penguatan dan Tahbisan – sebagai tambahan pada rahmat memberi satu meterai sakramental, satu “meterai” yang olehnya warga Kristen mengambil bagian dalam imamat Kristus dan terhitung dalam golongan dan fungsi Gereja yang berbeda-beda. Keserupaan dengan Kristus dan Gereja, yang dihasilkan oleh Roh itu tidak terhapus Bdk. Konsili Trente: DS 1609.; ia tinggal di dalam warga Kristen untuk selama-lamanya sebagai kepekaan untuk rahmat, sebagai janji dan jaminan perlindungan ilahi dan sebagai panggilan kepada ibadat dan pelayanan Gereja. Sebagai akibatnya, Sakramen-sakramen ini tidak boleh diulangi.

      1272. Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui Pembaptisan ia digabungkan bersama Kristus Bdk. Rm 8:29.. Pembaptisan menandai warga Kristen dengan satu meterai [character] rohani yang tidak dapat dihapuskan, satu tanda, bahwa ia termasuk bilangan Kristus. Tanda ini tidak dihapuskan oleh dosa mana pun, meskipun dosa menghalang-halangi Pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan Bdk. DS 1609-1619.. Karena Pembaptisan diterimakan satu kali untuk selamanya, maka ia tidak dapat diulangi.

      1280. Pembaptisan mengukir di dalam jiwa satu tanda yang tidak terhapus meterai, yang menahbiskan orang yang dibaptis untuk menghormati Allah secara Kristen. Karena meterai ini, Pembaptisan tidak dapat diulangi Bdk. DS 1609 dan 1624.

      1582. Seperti pada Pembaptisan dan Penguatan, maka keikutsertaan dalam martabat Kristus ini diberikan satu kali untuk selama-lamanya. Juga Sakramen Tahbisan memberi tanda rohani yang tidak terhapus dan tidak dapat diulangi atau dikembalikan Bdk. Konsili Trente: DS 1767; LG 21; 28; 29; P02.

      Jadi, kalau anda telah dibaptis, maka yakinlah bahwa jiwa anda telah menerima suatu ukiran yang tak terhapuskan. Kalau anda merasa belum tahu banyak tentang iman Katolik, maka tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kita dapat belajar bersama-sama. Kita semua yang telah dibaptis menerima begitu banyak rahmat, seperti: menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus, menerima rahmat pengudusan (sanctifying grace), tiga kebajikan ilahi – iman, pengharapan dan kasih, karunia-karunia Roh Kudus, dihapuskan dari dosa asal dan seluruh dosa pribadi sebelum baptisan. Untuk mengetahui sakramen ini secara lengkap, anda dapat membaca artikel tentang baptisan di sini – silakan klik.

      Kemudian tentang wali baptis, Kitab Hukum Kanonik mengatakan:

      Kan. 872 – Calon baptis sedapat mungkin diberi wali baptis, yang berkewajiban mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama orangtua mengajukan calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga wajib berusaha agar yang dibaptis menghayati hidup kristiani yang sesuai dengan baptisnya dan memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu.

      Kan. 874 – § 1. Agar seseorang dapat diterima untuk mengemban tugas wali baptis, haruslah:

      10 ditunjuk oleh calon baptis sendiri atau oleh orangtuanya atau oleh orang yang mewakili mereka atau, bila mereka itu tidak ada, oleh pastor paroki atau pelayan baptis, selain itu ia cakap dan mau melaksanakan tugas itu;

      20 telah berumur genap enambelas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup diosesan atau ada kekecualian yang atas alasan wajar dianggap dapat diterima oleh pastor paroki atau pelayan baptis;

      30 seorang katolik yang telah menerima penguatan dan sakramen Ekaristi mahakudus, lagipula hidup sesuai dengan iman dan tugas yang diterimanya;

      40 tidak terkena suatu hukuman kanonik yang dijatuhkan atau dinyatakan secara legitim;

      50 bukan ayah atau ibu dari calon baptis.

      § 2. Seorang yang telah dibaptis dalam suatu jemaat gerejawi bukan katolik hanya dapat diizinkan menjadi saksi baptis bersama dengan seorang wali baptis katolik.

      Dengan demikian, seharusnya kalau tante anda bukan seorang Katolik, maka dia tidak dapat menjadi wali baptis, namun dia hanya dapat menjadi saksi baptis. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Shalom Bu Inggrid,

    Saya pernah menemukan kasus pembaptisan sebagai berikut :
    Ada seorang nenek yang sudah tua ( umurnya 97 th ) sehingga terkadang pikun. Kadang kelakuannya juga seperti anak kecil. Sering tidak kenal dengan orang yang menyapanya, walaupun orang itu adalah anak, menantu atau cucunya sendiri. Nenek ini dari kecil bukan pengikut Kristus melainkan Kong Hu Cu.
    Namun sejak tidak mampu berjalan jauh, nenek ini tidak pernah lagi pergi sembahyang ke kelenteng.
    Sementara anak menantu dan cucunya sudah kristen semua, baik Katolik maupun Protestan.

    Karena khawatir jika kelak nenek meninggal, keluarga besar tidak bisa mengadakan ritual pemakaman secara Kong Hu Cu, maka atas kesepakatan bersama diantara anak-anaknya, akhirnya diputuskan untuk membaptis nenek ini dalam tatacara Katolik. Lalu mulailah anak-anaknya menanyakan kepada nenek soal kesediaannya dibaptis. Jawaban nenek selalu ” Saya sudah terlalu tua” atau “Saya tidak kenal siapa itu Kristus”. Kadang-kadang beliau seperti pura-pura tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan anaknya.

    Namun akhirnya beliau dibaptis juga dalam suatu perayaan Ekaristi sederhana di rumahnya. Pada saat dibaptis, yang mewakili nenek untuk menjawab pertanyaan imam adalah pengurus Kring setempat yang notabene adalah prodiakon di gereja.

    Yang ingin saya tanyakan Bu Inggrid, bolehkah pembaptisan seperti ini ? Karena kesannya seperti pemaksaan karena baptisan tersebut bukan kehendak dari si nenek itu sendiri.

    Demikian pertanyaan saya, terima kasih atas penjelasannya. Tuhan memberkati

    • Lita Yth

      Sejauh yang saya ketahui dalam kaitannya dengan liturgi pembaptisan bahwa salah satu syarat orang menerima sakramen pembaptisan adalah adanya persetujuan dari pihak yang dibaptis dan menerima ajaran iman Gereja Katolik tidak ada paksaan dan tekanan yang menakutkan melainkan dengan hati yang bebas dan bertanggungjawab bersedia dibaptis. Kasus seorang nenek yang anda tanyakan adalah kasus extraordinary (luar biasa) maka perlu adanya tindakan yang luar biasa. Situasi luar biasa seperti adanya perang, gempa, akan meninggal, sedang mengalami sakrat maut. Biasanya ada wali baptis yang mewakili orang tersebut karena tidak mungkin orang tersebut menjawab dan mengamini apa yang dilakukan seorang pastor dalam pembaptisan. Kalau keluarga sudah setuju dan memang keinginan keluarga agar jiwa nenek itu terselamatkan maka wali baptis menjawab semua hal yang ditanyakan ketika hendak dibaptis (sama seperti pembaptisan bayi). Karena itu pembaptisan seperti yang anda sampaikan boleh saja dan tindakannya sah tidak bertentangan dengan HAM karena yang memiliki intensi itu keluarga dari nenek yang ingin diselamatkan jiwanya melalui penerimaan sakramen pembaptisan.

      salam
      Rm Wanta

  6. Maju Trus Pak Steff… mengajarkan sesuatu yang benar pasti di rahmati oleh Allah…? GOD BLESS YOU… PRO ECLESIA ET PATRIA.

  7. Sungguh luar biasa, itu kesan saya setelah mengikuti diskusi ini, semalam hingga pagi saya terpesona atas tanya jawab Anton dan tanggapan pak Stef. Terima kasih untuk pertanyaan dan sanggahan kritis dari Anton, saya semakin merasa pengetahuan tentang ke katolikan saya bertambah dalam semalam, terima kasih banyak pak Stef !.

  8. Salam Sejahtera dalam Kristus !

    Baptisan kelahiran kembali adalah kepercayaan bahwa seseorang harus dibaptiskan supaya diselamatkan. Kami berpendirian bahwa baptisan adalah langkah ketaatan yang penting bagi seorang Kristen, namun dengan tegas kami menolak baptisan sebagai sesuatu yang diperlukan untuk keselamatan. Kami percaya dengan teguh bahwa setiap dan semua orang Kristen harus menerima baptisan air secara selam. Baptisan melukiskan identifikasi orang Kristen dengan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus. Roma 6:3-4 menyatakan, “ Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:3-4). Dimasukkan secara keseluruhan ke dalam air menggambarkan dikuburkan bersama dengan Kristus. Keluar dari dalam air menggambarkan kebangkitan Kristus.

    Segala sesuatu yang ditambahkan kepada iman kepada Kristus sebagai syarat keselamatan adalah keselamatan yang berdasarkan pekerjaan. Menambahkan APA SAJA kepada Injil adalah mengatakan bahwa kematian Yesus di atas salib tidak cukup untuk membeli keselamatan kita. Mengatakan bahwa kita mesti dibaptis supaya diselamatkan adalah mengatakan bahwa kita mesti menambahkan perbuatan baik dan ketaatan kita kepada kematian Kristus supaya cukup untuk menyelamatkan kita. Kematian Yesus sendiri sudah cukup untuk membayar hutang dosa kita (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Pembayaran Yesus untuk dosa-dosa kita diterapkan kepada “rekening” kita semata-mata karena iman (Yohanes 3:16; Kisah 16:31; Efesus 2:8-9). Karena itu, baptisan adalah langkah ketaatan yang penting setelah keselamatan, namun bukanlah merupakan persyaratan untuk keselamatan.

    Ya, ada beberapa ayat yang sepertinya mengindikasikan bahwa baptisan adalah persyaratan untuk keselamatan. Namun karena Alkitab dengan begitu jelas memberitahu kita bahwa keselamatan hanya diterima berdasarkan iman semata (Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9; Titus 3:5), maka pastilah ada penafsiran lain untuk ayat-ayat tsb. Alkitab tidak bertentangan. Dalam zaman Alkitab, seseorang yang baru bertobat dari satu agama ke agama lainnya biasanya dibaptis untuk menyatakan pertobatan. Baptisan adalah cara untuk membuat keputusan itu diketahui umum. Mereka yang menolak untuk dibaptiskan mengatakan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Karena itu, dalam benak para rasul dan murid-murid mula-mula, konsep mengenai orang percaya yang tidak dibaptiskan adalah tidak ada sama sekali. Ketika seseorang mengaku percaya kepada Yesus Kristus, namun malu untuk mengumumkan imannya di depan umum, hal itu mengindikasikan bahwa dia tidak memiliki iman yang sejati.

    Jikalau baptisan diperlukan untuk keselamatan, mengapa Paulus mengatakan, “Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus” (1 Korintus 1:14)? Mengapa dia mengatakan, “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia” (1 Korintus 1:17)? Memang dalam ayat-ayat ini Paulus menentang perpecahan yang mewabah dalam gereja Korintus. Namun demikian, bagaimana mungkin Paulus bisa mengatakan bahwa “Aku mengucap syukur bahwa aku tidak membaptiskan …” atau “Sebab Kristus tidak mengutus aku untuk membaptis …” kalau baptisan dibutuhkan untuk keselamatan? Kalau baptisan perlu untuk keselamatan, berarti Paulus secara harafiah mengatakan, “Aku mengucap syukur bahwa kamu tidak diselamatkan …” atau “Sebab Kristus tidak mengutus aku untuk menyelamatkan ….” Itu akan menjadi pernyataan yang amat aneh yang diucapkan oleh Paulus. Lagipula ketika Paulus memberikan garis besar yang mendetil mengenai apa yang dipandangnya sebagai Injil (1 Korintus 15:1-8) mengapa dia tidak mencantumkan baptisan? Kalau baptisan adalah syarat untuk keselamatan, bagaimana mungkin penyajian Injil tidak menyebutkan baptisan?

    Baptisan kelahiran kembali bukanlah konsep Alkitab. Baptisan tidak menyelamatkan dari dosa, tapi dari hati nurani yang tidak tenang. Petrus dengan jelas mengajarkan bahwa baptisan bukan sekedar upacara yang membersihkan tubuh jasmani, namun adalah merupakan janji dengan hati nurani yang tulus kepada Allah. Baptisan adalah simbol dari apa yang sudah terlebih dahulu terjadi dalam hati dan hidup seseorang yang sudah percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat (bdgk. Roma 6:3-5; Galatia 3:27; Kolose 2:12). Untuk menegaskan sumber keselamatan secara benar-benar jelas, Petrus menambahkan, “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati” (bdgk. 1 Petrus 1:3). Baptisan adalah langkah ketaatan yang penting yang harus ditempuh oleh setiap orang percaya. Baptisan bukanlah merupakan persyaratan untuk keselamatan. Kalau demikian, itu adalah merupakan suatu serangan terhadap kesempurnaan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

    Tuhan memberkati !

    • Shalom Stephen,

      Berikut ini saya menanggapi tanggapan anda sesuai dengan urutan yang anda sampaikan: (perkataan yang dicetak biru saya kutip dari pernyataan anda)

      1. Pembaptisan perlu supaya seseorang diselamatkan?

      Gereja Katolik mengajarkan seperti yang sudah dipaparkan, bahwa Pembaptisan perlu bagi keselamatan, seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri di dalam Yoh 3:5. Dan memang benar seperti yang anda katakan, makna Pembaptisan adalah mengidentifikasikan orang Kristen dengan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus. Ini tertulis dlam Katekismus Gereja Katolik:

      KGK 1214 Orang menamakannya Pembaptisan sesuai dengan inti ritusnya: membaptis [bahasa Yunani "baptizein"] berarti "mencelup". Pencelupan ke dalam air melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam kematian Kristus, dari mana ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12) sebagai "ciptaan baru" (2 Kor 5:17; Gal 6:15).

      Hanya memang di Gereja Katolik, yang dianggap mutlak adalah maknanya, sedangkan caranya (diselamkan atau tidak) tidak dianggap sebagai sesuatu yang mutlak. Dasarnya adalah ayat- ayat Alkitab dan pengajaran para Bapa Gereja yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas, seperti yang pernah dibahas di sini, silakan klik.

      2. Segala sesuatu yang ditambahkan kepada iman kepada Kristus sebagai syarat keselamatan adalah keselamatan yang berdasarkan pekerjaan. Menambahkan APA SAJA kepada Injil adalah mengatakan bahwa kematian Yesus di atas salib tidak cukup untuk membeli keselamatan kita?

      Dalam mengajarkan pentingnya Pembaptisan untuk keselamatan, Gereja Katolik tidak menambahkan dari apa yang tertulis di Injil dan Alkitab. Sebab mengenai Pembaptisan ini diperintahkan oleh Yesus sendiri (lih. Yoh 3:5), agar seseorang dapat masuk dalam Kerajaan Allah/ diselamatkan. Pesan inilah yang diberikan-Nya sebelum Ia naik ke surga (Mat 28:19-20). Hakekat Pembaptisan yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah sesuai dengan yang diajarkan di Alkitab, yaitu untuk menggabungkan orang yang dibaptis dengan kematian Kristus agar dapat dibangkitkan bersama Dia dan memperoleh hidup di dalam Dia (Rom 6:3-11). Sehingga, dengan Kristus di dalam kita, maka Roh-Nya yang membangkitkan Dia dari orang mati akan menghidupkan kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal (lih. Rom 8:10-11).

      Gereja Katolik tidak memisahkan iman dengan Baptisan, karena Pembaptisan hanya dimungkinkan jika orang itu mempunyai iman, dan iman itulah yang dinyatakannya di dalam kesediaannya untuk dibaptis. Karena hakekat Pembaptisan juga tidak berlainan dengan penggabungan kita dengan kematian dan kebangkitan-Nya, maka realitas Pembaptisan sama sekali tidak mengurangi makna kematian Yesus sebagai korban tebusan bagi keselamatan kita, malahan merealisasikannya.

      3. Ya, ada beberapa ayat yang sepertinya mengindikasikan bahwa baptisan adalah persyaratan untuk keselamatan. Namun Alkitab dengan begitu jelas memberitahu kita bahwa keselamatan hanya diterima berdasarkan iman semata (Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9; Titus 3:5) maka pastilah ada penafsiran lain untuk ayat-ayat tsb.

      Gereja Katolik selalu melihat Alkitab sebagai satu kesatuan, dan benarlah seperti kata anda, tidak untuk dipertentangkan.

      Yoh 3:16, menurut kata aslinya berdasarkan terjemahan dari Vulgate, ayat itu sebenarnya berbunyi,

      "sic enim dilexit Deus mundum ut Filium suum unigenitum daret ut omnis qui credit in eum non pereat sed habeat vitam aeternam" yang dalam bahasa Inggris adalah, "For God so loved the world, as to give his only begotten Son: that whosoever believeth in him may not perish, but may have life everlasting."

      Jadi seharusnya dalam terjemahan bahasa Indonesianya berbunyi, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan dapat beroleh hidup yang kekal." Karena kata ‘dapat’ ini tidak tertulis di sana (dalam Alkitab LAI), maka memang dapat berkesan bahwa orang yang percaya ‘otomatis’ memperoleh keselamatan kekal. Padahal seharusnya, memang kepercayaan kepada Yesus dapat memberikan hidup kekal, tetapi bukan berarti otomatis demikian, sebab masih ada hal-hal lain yang perlu, yaitu baptisan, pertobatan yang terus menerus dan perbuatan kasih yang semuanya itu tak terlepas dari iman.

      Ef 2:8-9: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

      Gereja Katolik juga mengajarkan apa yang dikatakan di sini. Memang kita diselamatkan oleh kasih karunia oleh iman; dan iman ini bekerja oleh kasih (Gal 5:6). Yang dirayakan dalam sakramen Pembaptisan adalah rahmat pemberian Allah yang bekerja di dalam diri orang yang dibaptis, dengan menggabungkan orang itu dengan kematian Yesus untuk dibangkitkan dan dilahirkan kembali di dalam Dia.

      Titus 3:5, "pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus."

      Gereja Katolik juga mengajarkan hal ini. Maka Gereja Katolik (melalui Konsili Carthago tahun 418) menolak ajaran sesat Pelagian, yang mengatakan seseorang dapat diselamatkan oleh perbuatan baik yang dilakukannya, tanpa mengimani Kristus. Maka Gereja Katolik juga tidak pernah mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh dari perbuatan manusia semata. Namun Pembaptisan menurut Gereja Katolik bukan merupakan perbuatan manusia, melainkan perbuatan Allah dengan menggunakan tanda-tanda lahiriah (dalam hal ini adalah air (‘matter’) dan formulasi Baptisan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus (‘form’)). Hubungan iman, perbuatan kasih, Pembaptisan dan hidup di dalam Kristus dijelaskan dengan baik oleh Paus Benediktus XVI dalam khotbahnya tentang Sola Fide menurut ajaran Gereja Katolik, silakan klik di sini untuk membacanya.

      Maka menurut Gereja Katolik seseorang diselamatkan karena kasih karunia oleh iman, namun iman ini tidak pernah terlepas dengan kasih, dan kehidupan ilahi yang kita terima dari Kristus, yang awalnya kita terima dalam sakramen Pembaptisan, di mana kita menerima Roh Kudus, yaitu Roh yang sama yang membangkitkan Kristus dari kematian-Nya. Oleh Roh Kudus inilah maka seseorang yang dibaptis "dilahirkan kembali" dan beroleh hidup di dalam Kristus.

      Jadi benar kata anda, bahwa ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa baptisan adalah persyaratan untuk keselamatan, sebab Kristus mengajarkan demikian, dan sebab Pembaptisan ini tidak terpisahkan dari iman. Sepanjang kita melihatnya demikian, maka tidak ada pertentangan di dalam ayat-ayat Kitab Suci tentang pentingnya iman dan Pembaptisan bagi keselamatan.

      4. Jikalau baptisan diperlukan untuk keselamatan, mengapa Paulus mengatakan, “Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus” (1 Korintus 1:14)? Mengapa dia mengatakan, “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia” (1 Korintus 1:17)?

      Konteks perikop 1 Korintus adalah 1:10-17 adalah pengajaran Rasul Paulus untuk mengajarkan pentingnya kesatuan dalam jemaat, karena di Korintus jemaat pada saat itu terbagi-bagi menurut dari golongannya, tergantung dari siapa yang mengajar dan membaptis mereka. Rasul Paulus mengecam perpecahan ini. Untuk itulah memang Paulus berkata, "Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil…" (ay. 17). Tetapi tentu ayat ini tidak dimaksudkan untuk mengecilkan peran Pembaptisan, sebab kita juga tidak bisa menyepelekan pesan Yesus kepada para murid-Nya dalam Mat 28:19-20, untuk membaptis dan memberitakan Injil. Bahwa kenyataannya rasul Paulus lebih banyak berkhotbah dan mengajar, tidak menjadikan Baptisan tidak penting, sebab iapun tetap membaptis juga, walau tidak kepada banyak orang. Rasul Paulus memang berkonstrasi kepada khotbah, dan ia menyerahkan kepada para murid yang lain untuk membaptis, dan ini menunjukkan bukti yang lebih lanjut tentang ketidakterikatannya pada jemaat, dan maksudnya yang luhur untuk membangun Gereja sesuai dengan talenta yang dimilikinya, yaitu mewartakan Injil baik lewat khotbah maupun tulisan-tulisannya.

      Jadi ayat ini tidak untuk dilepaskan konteksnya dan dipertentangkan dengan ayat-ayat lainnya dalam Alkitab. Kalau di pesan terakhir Yesus (sebelum Ia naik ke surga) adalah untuk para murid untuk 1) menjadikan segala bangsa murid-Nya, 2) membaptis dan 3) menyebarkan Injil / mengajarkan segala perintah-Nya (Mat 28:19-20); maka ketiga hal ini harus dilakukan, tanpa terpisahkan untuk keselamatan. Jika kita memisahkannya, artinya kita tidak sepenuhnya melakukan pesan Yesus. Inilah yang menjadi pesan Yesus kepada para murid-Nya dan inilah pula yang dilaksanakan dan dipertahankan oleh Gereja Katolik sampai sekarang.

      Anda berkata, "Lagipula ketika Paulus memberikan garis besar yang mendetil mengenai apa yang dipandangnya sebagai Injil (1 Korintus 15:1-8) mengapa dia tidak mencantumkan baptisan? Kalau baptisan adalah syarat untuk keselamatan, bagaimana mungkin penyajian Injil tidak menyebutkan baptisan?"

      Dalam 1 Kor 15:1-8, yang dibicarakan secara mendetail adalah Kebangkitan Kristus, seperti yang menjadi judul perikop itu sendiri. Tentu saja wafat dan kebangkitan Kristus itulah yang menjadi inti pewartaan Injil, seperti yang dikatakan Rasul Paulus. Makna Pembaptisan menurut Gereja Katolik adalah penggabungan seseorang ke dalam kematian dan kebangkitan Kristus, sehingga, Pembaptisan malah melaksanakan apa yang diajarkan Rasul Paulus, "…oleh Injil itu kamu diselamatkan" (1 Kor 15:2). Yaitu dengan penggabungan seseorang di dalam inti Injil/ Kabar Gembira itu sendiri, yaitu di dalam kematian dan kebangkitan Yesus maka ia dapat diselamatkan.

      5. Baptisan kelahiran kembali bukanlah konsep Alkitab. Baptisan tidak menyelamatkan dari dosa, tapi dari hati nurani yang tidak tenang ?

      Saya rasa pernyataan ini tidak tepat. Dengan uraian di atas, Pembaptisan yang menurut Alkitab adalah yang bermakna "menjadi satu dalam kematian-Nya untuk menjadi satu dalam kebangkitan-Nya." (Rom 6:5). Dengan kematian terhadap dosa, dan bangkit bersama Kristus, kita hidup bagi Allah (lih. Rom 6:11) dan hidup yang sedemikian inilah yang disebut hidup baru/ kelahiran kembali di dalam Tuhan Yesus.

      Di sepanjang pengetahuan saya, malah tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan secara eksplisit bahwa Pembaptisan menyelamatkan dari hati nurani yang tidak tenang. Ayat yang anda kutip 1 Pet 1:3-4, berbunyi, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu." Jika anda mengutip 1 Pet 3:21, "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah- oleh kebangkitan Yesus Kristus," ini adalah yang juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Sebab kita diselamatkan oleh iman melalui Pembaptisan (yang didahului pernyataan iman kepada Allah Trinitas dan lalu diikuti oleh syahadat para rasul); dan dengan persatuan kita dengan wafat dan kebangkitan Kristus, maka kita beroleh hati nurani yang baik untuk menolak dosa dan hidup seturut kehendak Allah.

      Ayat ini malah menguatkan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, bahwa Pembaptisan memang bermakna untuk melahirkan kita kembali di dalam Yesus. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Pembaptisan adalah upacara membersihkan tubuh jasmani. Dua makna utama yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang Pembaptisan adalah: 1) pengampunan dosa dan kematian terhadap dosa , 2) kelahiran kembali di dalam Kristus.

      Memang dapat dikatakan Pembaptisan merupakan janji dengan hati nurani yang tulus kepada Allah, namun bukan itu saja, Pembaptisan terutama adalah tanda rahmat Allah itu sendiri yang menyelamatkan yang dibaptis. Maka memang harus ada iman terlebih dahulu, seperti yang anda katakan, dan iman itulah yang dinyatakan di dalam Pembaptisan itu. Dengan pengertian kesatuan antara iman dan Pembaptisan ini, maka ajaran tentang pentingnya Pembaptisan untuk keselamatan bukan merupakan serangan terhadap kesempurnaan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (seperti yang anda katakan).

      Demikian tanggapan saya, semoga anda semakin dapat mengetahui akan ajaran Gereja Katolik tentang hubungan antara iman dengan Pembaptisan bagi keselamatan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  9. Shalom !

    Apakah Baptisan menyelamatkan? Tidak cukupkah hanya karena Iman saja (Sola Fide)? Apakah Keselamatan perlu ditambah dengan syarat baptisan, ordonansi/peraturan yang diperintahkan Tuhan atau istilah yg terlanjur salah kaprah “Sakramen”.

    Bila sepintas membaca bagian Alkitab, seakan-akan ada ayat-ayat yang mengajarkan bahwa Baptisan dapat menyelamatkan. 4 Ayat utama semacam itu ialah, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:16); “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu Roh Kudus.” (Kis 2:38); “Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan dengan berseru kepada nama Tuhan!” (Kis 22:16); dan “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan” (I Ptr 3:21). Ayat2 di atas dari Terjemahan Baru-2 untuk PB LAI.

    Tetapi dalam semua hal ini, iman harus ada terlebih dulu. Urutannya menurut Alkitab ialah pertobatan, kepercayaan, baptisan. Pernyataan Yohanes Pembaptis, “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan” (Mat 3:11) memiliki susunan kalimat Yunani yang sama dengan perkataan Petrus, “…memberi dirimu dibaptis… untuk pengampunan dosamu” (Kis 2:38). Pastilah, Yohanes menganggap bahwa pertobatan terjadi lebih dahulu; dan demikian juga, pengampunan terjadi lebih dahulu sebelum baptisan. Alkitab sangat jelas bahwa penyucian dari dosa bukanlah hasil baptisan (Kis 15:9; I Yoh 1:9), tetapi bahwa tindakan baptisan itu berkaitan erat sekali dengan tindakan iman sehingga sering kali keduanya diungkapkan sebagai satu tindakan. Saucy mengatakan,

    Berkat-berkat Injil diterima oleh iman. Sekalipun demikian, ketika iman yang menyelamatkan tersebut dilanjutkan secara objektif melalui baptisan, maka Tuhan memakai tindakan tersebut untuk memperkuat kenyataan keselamatan yang telah diterima oleh iman sebelumnya. Iman seseorang dikuatkan pada saat itu diungkapkan secara terang-terangan, dan tindakan-tindakan penyelamatan itu dimeteraikan dan disahkan secara lebih mendalam lagi di dalam hati orang percaya itu. (Saucy, The Church in God’s Program, p 198)

    Baptisan bukan saja melambangkan penyatuan orang yang bertobat dengan Kristus, baptisan juga merupakan sarana lahiriah untuk menyatakan bahwa orang yang bertobat itu sudah diterima menjadi anggota jemaat lokal. Pada waktu ia menjadi anggota tubuh Kristus, ia juga harus menghubungkan diri dengan jemaat lokal. Bila seseorang menanggapi panggilan keselamatan, maka sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang percaya di Perjanjian Baru, ia harus dibaptis dan secara resmi menjadi anggota masyarakat Kristen (Kis 2:41).

    Sumber: Teologi Sistematika, Henry Clarence Thiessen, Gandum Mas, p 499-500, cet II, 1993

    Kis 16:31 berkata “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Dan Paulus bukan berkata: “Percayalah dan Baptislah… maka engkau akan selamat” seandainya Baptisan menyelamatkan, Paulus pasti akan mengatakan dengan tegas dan jelas.

    Salam kasih Kristus

    Josephine

    • Shalom Josephine,

      Melihat pemaparan Josephine, saya merasa, bahwa pada prinsipnya kita mempunyai persamaan dalam melihat konsep keselamatan. Benar bahwa pertobatan dan iman harus ada terlebih dahulu, yang kemudian dinyatakan dengan kesediaan seseorang itu untuk dibaptis. Maka menurut ajaran Gereja Katolik, Pembaptisan tidak terpisahkan dari pertobatan dan iman. Karena memang di dalam Alkitab hal itu tidak terpisahkan.

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

      KGK 1213 Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam roh [vitae spiritualis ianua] dan menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh Pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya (Bdk. Konsili Firense: DS 1314; CIC, cann. 204, 1; 849; CCEO, can. 675, 1.) “Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam Sabda” (Catech. R. 2,2,5).

      KGK 1214 Orang menamakannya Pembaptisan sesuai dengan inti ritusnya: membaptis [bahasa Yunani “baptizein”] berarti “mencelup”. Pencelupan ke dalam air melambangkan dimakamkannya katekumen ke dalam kematian Kristus, dari mana ia keluar melalui kebangkitan bersama Dia (Bdk. Rm. 6:3-4; Kol 2:12. sebagai “ciptaan baru” (2 Kor 5:17; Gal 6:15)).

      Maka menurut Gereja Katolik, terdapat dua aspek dalam Pembaptisan yang tak terpisahkan: 1) pertobatan/ kematian terhadap dosa; 2) kebangkitan/ kelahiran baru bersama Yesus yang memberikan hidup baru bersama Dia. Dan kedua hal ini tidak terpisahkan dari iman orang itu terhadap Yesus sebagai Putera Allah yang oleh-Nya dia dapat memperoleh keselamatan.

      Jadi benar apa kata Yosephine, bahwa yang perlu ada tetap iman terlebih dahulu, namun iman ini selayaknya dinyatakan dalam kesediaan orang itu untuk dibaptis. Ayat yang anda sebut itu, yaitu Kis 16:31, tentang perkataan Paulus dan Silas kepada kepala penjara di Filipi, “”Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”- selayaknya tidak dipisahkan dengan ayat sesudahnya, yaitu ayat yang ke 32 dan ke-33, “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.”

      Maka dalam hal ini, Paulus dan Silas melakukan apa yang menjadi pesan Yesus sebelum naik ke surga, yaitu, “…Pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku, baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu…” (Mat 28:19-20).

      Jadi Josephine, mungkin kalau mau dilihat secara obyektif adanya perbedaan di antara kita adalah penekanannya. Anda melihat bahwa yang terpenting adalah iman saja, sedangkan kalau Gereja Katolik, iman itu harus dinyatakan dengan Pembaptisan, dan juga penerimaan dan pelaksanaan segala sesuatu yang diajarkan oleh Yesus; baru seseorang dapat diselamatkan. Sebab itulah yang memang dipesankan oleh Yesus, dan yang diterapkan oleh para rasul-Nya. Gereja Katolik tidak ‘hanya’ melihat apa yang terpenting (dalam hal ini, menurut anda adalah iman), tetapi melaksanakan semua yang disyaratkan oleh Tuhan Yesus dan dilaksanakan oleh para rasul (yaitu, menurut Gereja Katolik adalah iman, pertobatan, baptisan, dan perbuatan kasih yang tak terpisah dari iman).

      Untuk menerapkan ajaran ini, maka di Gereja Katolik, Pembaptisan memang harus melalui proses katekumen yang panjang, yaitu sekitar 1 tahun, dan diharapkan pada masa itu para katekumen dapat mengenal ajaran Kristus, mengalami pertobatan, dan yang akhirnya membawanya kepada pernyataan iman kepada Allah Tritunggal yang mengubahnya menjadi manusia baru yang hidup dalam kasih.

      Selanjutnya, tentang Sakramen Pembaptisan menurut Gereja Katolik anda dapat membaca di artikel ini, silakan klik; sedangkan untuk Sola Fide, menurut Gereja Katolik, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  10. Shalom, Pak Stef
    Terima Kasih untuk penjelasannya.
    Tema pembahasan kita adalah :

    MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ?
    atau
    MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?

    Mana yang mutlak ? Artinya wajib, tidak bisa tidak ! Kalau dilanggar berarti tidak selamat tanpa pengecualian.
    Hal ini saya perlu sampaikan agar kita fokus pada tema pembahasan kita.
    Dan perlu saya sampaikan bahwa :
    1. Saya TIDAK PERNAH mengatakan bahwa BAPTISAN TIDAK PENTING.
    2. Saya TIDAK PERNAH mengatakan bahwa ORANG PERCAYA TIDAK PERLU DIBAPTIS.
    sehingga ayat yang Pak Stef kutip :
    Mat 28 : 19-20
    Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kesudahan akhir zaman.
    Ayat ini saya percayai dan memang tidak menyimpang dari point 1 dan 2 yang saya sampaikan diatas
    Yang saya sampaikan adalah Manusia diselamatkan karena Kasih Karunia Allah / Anugerah Allah melalui Iman/Percaya. Dan orang percaya ini memberi diri untuk di baptis.
    Yang menyelamatkan orang percaya ini adalah KASIH KARUNIA ALLAH bukan Baptisan.

    Sekarang mari kita bahas mengenai beberapa pertanyaan saya dan penjelasan Pak Stef :
    1.Pak Stef belum memberikan jawaban di kitab suci bagian mana yang membahas mengenai Baptisan Rindu dan Baptisan Darah !

    2.Saya sangat setuju bahwa Iman, Pengakuan dan Percaya harus dimanisfestasikan dalam Baptisan.

    Tetapi Keselamatan terjadi pada saat orang Percaya atau dibaptis ?

    3.Yoh 3 : 5 bicara mengenai Kelahiran Kembali atau Kelahiran Baru.
    Dan seperti orang percaya ketahui bahwa Kelahiran Baru ini dilakukan atas inisiatif Allah sendiri karena KasihNya yang besar.
    Memang antara Kelahiran Baru dan Baptisan sangat berhubungan.
    Tapi Kelahiran Baru melalui Iman Kepada Yesus Kristus lah yang menyelamatkan orang percaya bukan Baptisan. Lihatlah perikop Yoh 3 secara keseluruhan.
    Yoh 3 : 5 dijelaskan di ayat 6 mengenai Kelahiran Kembali dari Roh, bukan Sakramen Baptisan.
    Yoh 3 : 15 Supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya beroleh hidup yang kekal (bukan Sakramen Baptis yang menyelamatkan tapi IMAN)
    Yoh 3 : 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehinga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (bukan Sakramen Baptis yang menyelamatkan tapi IMAN).

    Nah Orang beriman yang telah dilahirkan baru / diselamatkan ini mengambil tindakan iman atau memanifestasikan imannya melalui Sakramen Baptis.
    Apabila orang PERCAYA ini meninggal dunia dan belum diBaptis, apakah tetap mendapat Hidup yang Kekal ? PASTI ! Karena Tuhan Yesus sendiri yang Menjaminnya.
    Inilah Jaminan yang Tuhan Yesus berikan melalui Yoh 3.
    Dibuktikan juga dengan penjahat yang disebelah Salib Yesus (Luk 23 : 43). Karena penjahat itu PERCAYA kepada YESUS, maka dia diselamatkan.
    Untungnya Yesus tidak bilang : Tidak cukup PERCAYA, sana kamu turun dulu dari salib minta dibaptis baru diselamatkan.
    Tapi Yesus bilang : Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
    Sungguh KasihNya melampaui apa yang kita pikirkan. Terpujilah Tuhan !

    4.Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
    Lihatlah ayat yang Pak Stef kutip diatas ! Jangan berhenti di tanda koma. Renungkan kata selanjutnya.

    Pertanyaan : Yang akan dihukum YANG TIDAK PERCAYA atau YANG TIDAK DIBAPTIS ?

    Kesimpulan saya :
    Keselamatan itu Anugerah Allah yang sangat besar ! Melalui Kelahiran Kembali yang dikerjakan Roh Kudus dalam diri kita, kita PERCAYA bahwa Yesus Kristus telah mati karena dosa-dosa kita dan telah bangkit dari antara orang mati. Semua ini dilakukan HANYA KARENA KASIH KARUNIA ALLAH. Karena kita sebagai orang Percaya yang telah diselamatkan maka kita akan taat dan menyerahkan diri untuk dibaptis. Bukan lagi untuk keselamatan karena keselamatan telah terjadi pada saat kita PERCAYA.
    Sama dengan tindakan baik. Kita berbuat baik, bukan untuk selamat. Tapi karena Tuhan sudah menyelamatkan kita maka kita berbuat baik.
    KASIH KARUNIA ALLAH jauh melampaui Sakramen-sakramen. Itulah yang menyebabkan Allah tidak terikat pada Sakramen Baptis, seperti yang Pak Stef katakan.
    Ef 2 : 8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh IMAN, itu bukan hasil usahamu tetapi PEMBERIAN ALLAH.
    Yoh 3 : 15 Supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya beroleh hidup yang kekal
    Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehinga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

    KESELAMATAN itu ANUGERAH sebuah PEMBERIAN dari ALLAH. PERCAYA saja dan TERIMALAH PEMBERIAN itu. Dan nyatakanlah IMAN kita untuk bergabung dalam keluarga KERAJAANNYA yang KEKAL melalui Baptisan dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Amin !

    God Bless
    Salam dalam Kasih Kristus
    Anton

    • Shalom Anton,

      Terima kasih atas tanggapannya tentang konsep keselamatan. Mari kita melanjutkan diskusi kita tentang keselamatan.

      1) Anton mengatakan "MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?"

      a) Dari pernyataan yang dibuat oleh Anton, maka Anton berpendapat bahwa seolah-olah kasih karunia Allah melalui iman/percaya terpisah dari Baptisan. Hal yang kedua, seolah-olah keselamatan adalah sesuatu yang bersifat satu kali kejadian, dan bukan merupakan proses. Gereja Katolik juga tidak mempercayai bahwa "HANYA" dengan baptisan, maka seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bagi Gereja Katolik, baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, karena seseorang tidak mungkin dibaptis kalau tidak mempunyai iman, karena tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan di hadapan Allah (lih Ibr. 11:6). Orang dapat saja kehilangan keselamatan kekal, walaupun dia telah dibaptis dan mempunyai iman, kalau dia tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk hidup kudus – mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan.

      b) Kalau menurut Anton, bagaimana seseorang dapat diselamatkan? Apakah keselamatan adalah satu kali kejadian atau merupakan suatu proses sampai akhir hayat seseorang?

      2) Bagian dari kitab suci yang membahas mengenai baptisan rindu dan baptisan darah: Saya telah memberikan dasar-dasar Kitab Suci akan baptisan ini. Kalau Anton menuntut saya untuk menemukan secara persis kata "baptisan rindu" maupun "baptisan darah", tentu saja saya tidak dapat memberikan – sama seperti perkataan "sola sciptura", "sola fide", dan "Trinitas" juga tidak dapat ditemukan secara persis di dalam Alkitab. Saya menuliskan sebelumnya:

      a) Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.” (KGK, 1259). Kita dapat melihat apa yang Yesus katakan di dalam Injil Yohanes Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23) Cinta kasih yang sempurna, yang tentu saja mensyaratkan penyesalan, kerinduan untuk hidup dalam Tuhan, membuat seseorang menerima baptisan rindu.

      b) Untuk Baptisan darah, Gereja Katolik mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.” (KGK, 1258). Kita juga melihat di dalam Injil Matius, yang mengatakan Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32) Lebih lanjut, Yesus mengatakan Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mt 10:39). Pengajaran tentang Baptisan Darah telah dikenal oleh jemaat awal, seperti yang dapat kita lihat dalam tulisan-tulisan Tertullian (on Baptism, 16), St. Cyprian (Epostle 73), St. Augustine (City of God, 13.7; Tractate 74 on the Gospel of John), dll. (lihat New Advent – klik di sini).

      3) Anton menanyakan kembali "Saya sangat setuju bahwa Iman, Pengakuan dan Percaya harus dimanisfestasikan dalam Baptisan. Tetapi Keselamatan terjadi pada saat orang Percaya atau dibaptis ?" Anton telah memisahkan antara iman dan baptisan. Gereja Katolik mempercayai bahwa Baptisan adalah mutlak untuk keselamatan. Namun, seseorang dapat kehilangan keselamatan walaupun dia telah dibaptis. Baptisan mensyaratkan iman. Namun kalau seseorang yang menyatakan dirinya beriman kepada Kristus, namun tidak menjalankan perintah Kristus, yang mengatakan bahwa "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Yoh 3:5), maka dia tidak dapat diselamatkan. Iman seperti apakah yang tidak mengikuti perintah Kristus yang menjadi landasan imannya? Bukankah Kristus menyatakan bahwa kita harus melaksanakan semua perintah-Nya? Inilah juga yang mendasari bahwa orang yang telah percaya, menerima baptisan-pun dapat kehilangan keselamatannya, kalau dia tidak melaksanakan perintah-Nya. Jadi, keselamatan adalah sesuatu yang telah terjadi, karena penebusan Kristus, yang sedang terjadi dan akan terjadi, karena keselamatan merupakan suatu proses.

      Inilah yang membedakan antara konsep keselamatan yang dipercayai oleh Anton dan Gereja Katolik. Gereja Katolik mempercayai bahwa keselamatan adalah suatu proses sedangkan Anton seolah-olah mempercayai bahwa keselamatan adalah satu kejadian yang tidak mungkin hilang, sebagai akibat dari ajaran "sola fide". Beberapa hal ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin dapat kita renungkan bersama:

      a) Apakah Anton dapat menunjukkan di bagian mana dari Alkitab yang mengatakan "iman saja" satu-satunya yang dapat menyelamatkan? Dan apakah mungkin seseorang beriman kemudian berbuat dosa sampai akhir hayatnya? Dan apakah orang seperti ini dapat diselamatkan? Apakah seseorang dengan keyakinan yang penuh mengatakan bahwa dia telah diselamatkan dan pasti masuk Sorga? Apakah yang mendasari keyakinannya? Bagaimana seseorang dikatakan mempunyai iman? Apakah hanya dengan perkataan saja? Bagaimana seseorang tahu bahwa dia mendapatkan iman yang menyelamatkan? Apakah ada iman yang tidak menyelamatkan?

      b) Apakah menurut Anton, seseorang seperti Mahatma Gandhi masuk Sorga atau neraka? Bagaimana dengan orang seperti yang terberkati Ibu Teresa dari Kalkuta? Apakah menurut anda ia dapat masuk Sorga, dan apa alasannya menurut anda?

      4) Anton mengatakan "Nah Orang beriman yang telah dilahirkan baru / diselamatkan ini mengambil tindakan iman atau memanifestasikan imannya melalui Sakramen Baptis.
      Apabila orang PERCAYA ini meninggal dunia dan belum diBaptis, apakah tetap mendapat Hidup yang Kekal ? PASTI ! Karena Tuhan Yesus sendiri yang Menjaminnya.
      Inilah Jaminan yang Tuhan Yesus berikan melalui Yoh 3.
      Dibuktikan juga dengan penjahat yang disebelah Salib Yesus (Luk 23 : 43). Karena penjahat itu PERCAYA kepada YESUS, maka dia diselamatkan.
      Untungnya Yesus tidak bilang : Tidak cukup PERCAYA, sana kamu turun dulu dari salib minta dibaptis baru diselamatkan.
      Tapi Yesus bilang : Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
      Sungguh KasihNya melampaui apa yang kita pikirkan. Terpujilah Tuhan !
      "

      a) Pertama, mari kita membahas tentang penjahat yang bertobat dan menerima keselamatan. Dalam pengajaran Gereja Katolik, penjahat tersebut memang diselamatkan, karena dia telah menerima baptisan rindu (baptism of desire). Dia telah bertobat dengan sungguh-sungguh dengan mengatakan "40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
      41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.
      " (Lk 23:40-41) Dan dia mempunyai iman, dengan mengatakan "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Lk 23:42). Dan iman ini memang menyenangkan hati Allah (lih. Ib 11:6). Dan sampai mati dia menunjukkan pertobatan dan iman, serta menunjukkan kasih kepada Yesus, karena sang penjahat tersebut mengalami semuanya pada waktu yang singkat. Oleh karena itu, keselamatan yang merupakan suatu proses terlihat merupakan satu kejadian. Namun, tetap saja keselamatan adalah suatu proses, hanya dalam kasus ini, prosesnya begitu cepat.

      Keselamatan penjahat tersebut tidak terikat oleh Sakramen Baptis, karena pada waktu itu Sakramen Baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, dalam pengertian bahwa rahmat dari Sakramen Baptis adalah bergantung dari misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus. Hal ini sama seperti orang-orang yang meninggal di dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak mungkin dituntut untuk mempertanggungjawabkan iman mereka berdasarkan iman kepada Yesus, karena mereka tidak tahu. Namun, kalau mereka diberitahu akan Yesus, mereka akan percaya. Demikian juga dengan penjahat tersebut, kalau seandainya dia diterangkan bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, maka dia akan menerimanya. Dan inilah prinsip dari baptisan rindu. Jadi, tetap saja penjahat tersebut menerima baptisan – yaitu baptisan rindu -, namun bukan secara sakramental. Namun, apakah seseorang menerima baptisan rindu, hanya Tuhan saja yang tahu, karena Tuhanlah yang menilik hati setiap orang.

      b) Kondisi dari penjahat tersebut memperlihatkan bahwa kalau kita setia sampai akhir hayat kita kepada Yesus, maka kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Dan ini menjadi tantangan bagi kita yang masih hidup dan mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kehendak Kristus. Kita beriman, dibaptis, dan diberi kesempatan untuk setia sampai akhir. Kita sering jatuh ke dalam dosa, dan kita terus berjuang sampai pada akhirnya.

      c) Tuhan tahu siapa yang masuk Sorga, karena Dia maha tahu. Namun kita tidak akan pernah tahu, kalau kita pasti akan masuk Sorga. Kalau memang masing-masing umat beriman tahu bahwa dirinya pasti masuk Sorga, mengapa rasul Paulus mengatakan "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir" (Fil 2:12) Apakah dengan demikian rasul Paulus menganggap jemaat di Filipi tidak mempunyai iman, sehingga mereka tidak mempunyai kepastian bahwa mereka pasti selamat? Tentu saja tidak. Namun, rasul Paulus tahu, bahwa keselamatan adalah suatu proses yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai garis akhir, yaitu akhir kehidupan manusia di dunia ini. Rasul Paulus menegaskan kembali "26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. 27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Kor 9:26-27). Mengapa rasul Paulus mengatakan "jangan aku sendiri ditolak"? Apakah dia tidak yakin akan keselamatannya? Dia memang tahu akan tujuan akhirnya, seperti yang diungkapkannya di ayat 26. Namun, dia juga tahu bahwa keselamatan bukanlah satu kejadian (hanya beriman). Dia tahu bahwa keselamatan adalah suatu proses, yang berakhir pada saat dia sendiri menyelesaikan garis akhir, yang kalau diakhiri dengan baik, maka dia akan mendapatkan mahkota abadi di Sorga.

      d) Sungguh kasih Tuhan tiada batasnya. Namun Tuhan kita juga Tuhan yang adil, yang akan memperhitungkan apa yang kita perbuat (lih. Why 20:12) dan bagaimana kita bekerjasama dengan rahmat Tuhan sampai akhir hayat kita. Oleh karena itu, terpujilah Allah yang maha kasih dan maha adil.

      5) Anton mengatakan "Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Lihatlah ayat yang Pak Stef kutip diatas ! Jangan berhenti di tanda koma. Renungkan kata selanjutnya. Pertanyaan : Yang akan dihukum YANG TIDAK PERCAYA atau YANG TIDAK DIBAPTIS ?"

      a) Kalau menurut ayat Mk 16:16, secara literal maka kita mengatakan bahwa yang dihukum adalah orang yang tidak percaya. Namun, saya juga dapat bertanya kepada Anton: Dari ayat tersebut siapakah yang akan diselamatkan? Apakah yang percaya saja atau yang percaya dan dibaptis?

      b) Rasul Petrus menegaskan "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan–maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus" Baptisan menyelamatkan, seperti nabi Nuh diselamatkan dari air bah. Bukan untuk membersihkan kotoran jasmani, namun untuk membersihkan kotoran rohani. Dan memang inilah yang kita terima dalam Baptisan. Dikatakan "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Rm 6:4). Kapankah kita memperoleh hidup yang baru? Setelah kita menerima baptisan, karena baptisan menguburkan manusia lama dan memperbaharuinya, sehingga kita dapat menjadi manusia baru, manusia di dalam Kristus, sehingga kita dapat berkenan di hadapan Allah, sehingga kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, sehingga kita dapat memperoleh keselamatan.

      6) Anton mengatakan di dalam kesimpulan "Keselamatan itu Anugerah Allah yang sangat besar ! Melalui Kelahiran Kembali yang dikerjakan Roh Kudus dalam diri kita, kita PERCAYA bahwa Yesus Kristus telah mati karena dosa-dosa kita dan telah bangkit dari antara orang mati. Semua ini dilakukan HANYA KARENA KASIH KARUNIA ALLAH. Karena kita sebagai orang Percaya yang telah diselamatkan maka kita akan taat dan menyerahkan diri untuk dibaptis. Bukan lagi untuk keselamatan karena keselamatan telah terjadi pada saat kita PERCAYA.
      Sama dengan tindakan baik. Kita berbuat baik, bukan untuk selamat. Tapi karena Tuhan sudah menyelamatkan kita maka kita berbuat baik.
      "

      a) Keselamatan memang adalah anugerah Allah. Dan kelahiran baru ini, seperti yang disebutkan di dalam kita Roma adalah baptisan "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Rm 6:4). Oleh karena baptisan adalah penting untuk keselamatan dan merupakan perintah Kristus sendiri, maka kita harus mengikuti cara keselamatan yang digariskan oleh Kristus sendiri dan bukan yang menurut kehendak kita.

      b) Untuk perbuatan baik dalam hubungannya dengan keselamatan, kita dapat mendiskusikannya dalam dialog tersendiri, karena kalau dibahas di sini maka dialog kita akan menjadi tidak fokus.

      7) Anton lebih lanjut mengatakan "KASIH KARUNIA ALLAH jauh melampaui Sakramen-sakramen. Itulah yang menyebabkan Allah tidak terikat pada Sakramen Baptis, seperti yang Pak Stef katakan."

      a) Ya, memang kasih karunia Allah melampaui sakramen-sakramen, namun Kristus sendiri yang telah mengikat keselamatan pada Sakramen Baptis. Namun, Kristus dapat secara bebas bekerja di luar sakramen. Inilah sebabnya Gereja Katolik mengenal adanya baptisan rindu dan baptisan darah.

      b) Berikut ini adalah tanggapan tentang ayat-ayat yang Anton kutip:

      Ef 2:8 "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,"
      Tentu saja ayat ini benar bahwa kita diselamatkan oleh iman, namun bukanlah "iman saja" (sola fide). Yang menjadi masalah di sini adalah, Anton mengatakan hanya karena iman saja kita diselamatkan. Dan yang perlu ditekankan dari ayat tersebut adalah "kasih karunia", karena dengan jelas-jelas dikatakan "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan"

      Yoh 3:15 "15 Supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Apakah dengan hanya percaya maka seseorang dapat secara otomatis dan yakin bahwa dirinya diselamatkan tanpa adanya unsur-unsur yang lain? Bagaimana dengan rasul Yakobus yang mengatakan "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Yak 2:24). Saya tidak mempermasalahkan bahwa iman dapat menyelamatkan, namun bukan hanya karena iman.

      8) Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja akan pentingnya Baptisan untuk keselamatan:

      1) Didache, Pengajaran para Rasul (80-160), mengajarkan untuk “membaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus di dalam air … tuangkan tiga kali pada kepala dengan berkata ‘di dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.’ Sebelum Pembaptisan, biarlah yang membaptis dan yang menerima baptisan berpuasa terlebih dahulu, dan yang lain juga, jika sanggup…. Mereka yang dibaptis harus berpuasa sehari atau dua hari sebelum Pembaptisan.”[25]

      2) Yustinus Martyr (100- 165), First Apology, menuliskan bahwa pengganti para rasul “berdoa dan memohon pada Tuhan dengan berpuasa untuk mendatangkan penghapusan dosa bagi mereka yang akan dibaptis. Kemudian, mereka dibawa kepada air tempat mereka akan dibaptis, sebagaimana para penerus rasul tersebut-pun dibaptis. Sebab, di dalam nama Allah Bapa Pencipta alam semesta, Allah Putera Penyelamat dunia, dan Roh Kudus, mereka yang dibaptis menerima pembersihan (dari dosa) oleh air… Untuk alasan inilah, kami menerima mandat dari para Rasul.”[26]

      3) Tertullian (155-222), melalui tulisannya, On Baptism, menyatakan bahwa melalui Sakramen Permandian kita dibersihkan dari dosa-dosa, dibebaskan (dari kuasa dosa) dan diterima di dalam kehidupan kekal.[27] Tanpa Pembaptisan, orang tidak dapat diselamatkan, berdasarkan atas ajaran Yesus, “Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah”(Yoh 3:5).[28]

      4) Santo Cyril dari Jerusalem (313-386), mengatakan tanpa dibaptis, seorang tidak dapat diselamatkan, kecuali para martir, yang walau tanpa dibaptis dapat mencapai Kerajaan Allah.[29]

      5) Santo Agustinus (354-430), melalui Enchiridion, mengatakan bahwa Sakramen Pembaptisan menunjukkan kematian diri kita terhadap dosa bersama Kristus, dan kebangkitan kita bersama Dia ke dalam kehidupan yang baru.[30]

      6) Santo Ambrosius (338-397), melalui On Repentance, menjelaskan bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Allah mau dan mampu mengampuni dosa kita, meskipun kita berpikir bahwa dosa tidak dapat diampuni. Sebab kelihatannya mustahil bahwa air dapat menghapuskan dosa, namun hal yang tidak mungkin ini dibuat menjadi mungkin oleh Allah … [31]

      9) Akhirnya, Anton mengakhiri diskusi dengan mengatakan "KESELAMATAN itu ANUGERAH sebuah PEMBERIAN dari ALLAH. PERCAYA saja dan TERIMALAH PEMBERIAN itu. Dan nyatakanlah IMAN kita untuk bergabung dalam keluarga KERAJAANNYA yang KEKAL melalui Baptisan dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Amin !"

      a) Sampai pada kalimat "keselamatan itu anugerah, sebuah pemberian Allah" maka saya setuju, karena memang keselamatan adalah anugerah Allah. Namun kalau kemudian dilanjutkan dengan perkataan "percaya saja dan terimalah pemberian itu" maka saya tidak setuju. Dan ini menyalahi apa yang dikatakan Alkitab, yaitu untuk mengerjakan keselamatan kita semua dengan takut dan gentar. (lih. Fil 2:12). Tidak cukup kita hanya percaya dan kemudian mendapatkan keselamatan secara otomatis. Kalau bisa, saya juga ingin demikian, sehingga lebih mudah. Namun bukan itu yang dikatakan oleh Yesus, oleh Alkitab, oleh para Bapa Gereja, oleh Gereja. Kita tidak dapat menentukan bagaimana cara memperoleh keselamatan, namun kita harus mengikuti apa yang dikatakan oleh Kristus dan apa yang dikatakan di dalam Alkitab secara keseluruhan.

      b) Pikirkan kalau kita meninggal dan bertemu dengan Sang Hakim Agung. Apakah kita akan mengatakan "Yesus aku telah percaya kepada-Mu. Oleh karena itu aku yakin bahwa Engkau akan membiarkan aku untuk masuk dalam Kerajaan Sorga?" atau "Yesus, aku telah percaya kepada-Mu, aku memberikan diriku dibaptis, aku telah mencoba dengan segala pikiran, hati dan kekuatan untuk melaksanakan semua perintah-Mu. Namun dalam kelemahanku aku kerap kali masih jatuh di dalam dosa, dan aku sungguh bertobat dan mohon ampun atas segala dosaku. Dalam belas kasihan-Mu, biarlah aku dapat bersatu dengan-Mu untuk selamanya di dalam Kerajaan Sorga?"

      Semoga dengan diskusi ini, kita dapat mengerti bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, karena Yesus sendiri yang memerintahkannya, dengan mengatakan "19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mt 28:19-20). Inilah amanat Agung dari Penyelamat kita yang dapat menyelamatkan. Kalau Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, maka perintah-Nya sebelum meninggalkan dunia ini adalah perintah untuk keselamatan manusia. "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku" membuat orang mempunyai iman yang benar. "Baptislah mereka" adalah pesan Yesus sendiri untuk membuat manusia lahir baru, dan "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" adalah suatu proses sampai akhir hayat manusia. Oleh karena itu, keselamatan adalah yang telah, sedang, dan akan. Dan keselamatan bukanlah satu kejadian (dengan menyatakan iman) namun adalah suatu proses sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Mari kita semua mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • Shalom Stef,
        Terima kasih tanggapannya dalam diskusi ini.
        Stef mengatakan :
        1. Anton mengatakan “MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?“
        a) Dari pernyataan yang dibuat oleh Anton, maka Anton berpendapat bahwa seolah-olah kasih karunia Allah melalui iman/percaya terpisah dari Baptisan. Hal yang kedua, seolah-olah keselamatan adalah sesuatu yang bersifat satu kali kejadian, dan bukan merupakan proses. Gereja Katolik juga tidak mempercayai bahwa “HANYA” dengan baptisan, maka seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bagi Gereja Katolik, baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, karena seseorang tidak mungkin dibaptis kalau tidak mempunyai iman, karena tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan di hadapan Allah (lih Ibr. 11:6). Orang dapat saja kehilangan keselamatan kekal, walaupun dia telah dibaptis dan mempunyai iman, kalau dia tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk hidup kudus – mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan.

        Tanggapan :
        Kalau Stef memperhatikan pernyataan saya sebelumnya, seharusnya Stef tidak berasumsi bahwa saya berpendapat bahwa seolah-olah kasih karunia Allah melalui iman/percaya terpisah dari Baptisan.
        Berikut saya kutip pernyataan saya sebelumnya :
        1.Saya TIDAK PERNAH mengatakan bahwa BAPTISAN TIDAK PENTING.
        2.Saya TIDAK PERNAH mengatakan bahwa ORANG PERCAYA TIDAK PERLU DIBAPTIS.
        sehingga ayat yang Stef kutip :
        Mat 28 : 19-20
        Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kesudahan akhir zaman.
        Ayat ini saya percayai dan memang tidak menyimpang dari point 1 dan 2 yang saya sampaikan diatas
        Yang saya sampaikan adalah Manusia diselamatkan karena Kasih Karunia Allah / Anugerah Allah melalui Iman/Percaya. Dan orang percaya ini memberi diri untuk dibaptis.
        Bagaimana Stef bisa berasumsi seperti itu ?
        Alkitab menyatakan bahwa manusia diselamatkan oleh karena KASIH KARUNIA ALLAH melalui IMAN kepada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dari kematian. KASIH KARUNIA itu PEMBERIAN ALLAH bukan USAHA MANUSIA. (Ef 2:8).

        Supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA tidak binasa melainkan beroleh HIDUP yang KEKAL (Yoh 3:16, 18, 36)

        Sebaliknya, kita PERCAYA, bahwa oleh KASIH KARUNIA Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh KESELAMATAN seperti mereka juga (Kis 15:11)

        Titus 3 : 5 – 6
        2 Tim 1 : 9
        1 Kor 1 : 17
        Untuk beberapa ayat diatas, Stef bisa renungkan sendiri dengan segala kerendahan hati.
        Dan masih berlimpah lagi ayat-ayat yang mendukung bahwa KASIH KARUNIA ALLAH lah yang menyelamatkan kita orang berdosa, bukan BAPTISAN.

        Stef mengatakan :
        Hal yang kedua, seolah-olah keselamatan adalah sesuatu yang bersifat satu kali kejadian, dan bukan merupakan proses.

        Tanggapan :
        Untuk JAMINAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA, saya akan bahas lebih lanjut karena akan membuat pembahasan kita mengenai Baptisan menjadi tidak focus.

        Stef mengatakan :
        a) Gereja Katolik juga tidak mempercayai bahwa “HANYA” dengan baptisan, maka seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bagi Gereja Katolik, baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, karena seseorang tidak mungkin dibaptis kalau tidak mempunyai iman, karena tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan di hadapan Allah (lih Ibr. 11:6). Orang dapat saja kehilangan keselamatan kekal, walaupun dia telah dibaptis dan mempunyai iman, kalau dia tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu untuk hidup kudus – mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan.

        Tanggapan :
        Stef, memang bukan “HANYA” dengan baptisan, maka seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga, bahkan BAPTISAN sendiri tidak dapat MENYELAMATKAN. KASIH KARUNIA ALLAH lah yang MENYELAMATKAN melalui proses KELAHIRAN KEMBALI yang dilakukan oleh ROH KUDUS ( Yoh 3 ).
        Itulah sebabnya orang Kristen percaya bahwa KASIH KARUNIA ALLAH mutlak untuk KESELAMATAN seperti yang Alkitab katakan. Bukan Baptisan.
        Itulah sebabnya Ibr 11 : 6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
        Stef lihat sendiri ayat yang Stef kutip. IMAN/PERCAYA mutlak untuk orang berkenan kepada Allah. Bukan Baptisan tapi IMAN.
        Bagi Gereja Katolik, baptisan adalah mutlak untuk keselamatan tapi Kitab Suci mengatakan KASIH KARUNIA ALLAH melalui KELAHIRAN KEMBALI yang mutlak untuk Keselamatan. Itulah bedanya.

        Stef mengatakan :
        b) Kalau menurut Anton, bagaimana seseorang dapat diselamatkan? Apakah keselamatan adalah satu kali kejadian atau merupakan suatu proses sampai akhir hayat seseorang?
        Tanggapan :
        Untuk JAMINAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA, saya akan bahas lebih lanjut karena akan membuat pembahasan kita mengenai Baptisan menjadi tidak focus.
        Stef mengatakan :
        2) Bagian dari kitab suci yang membahas mengenai baptisan rindu dan baptisan darah: Saya telah memberikan dasar-dasar Kitab Suci akan baptisan ini. Kalau Anton menuntut saya untuk menemukan secara persis kata “baptisan rindu” maupun “baptisan darah”, tentu saja saya tidak dapat memberikan – sama seperti perkataan “sola sciptura”, “sola fide”, dan “Trinitas” juga tidak dapat ditemukan secara persis di dalam Alkitab

        Tanggapan :
        Maaf Stef, saya sama sekali tidak ada maksud untuk menuntut Stef. Saya bermaksud untuk bisa mempelajari iman kepercayaan orang lain yang berbeda. Itu saja.
        Kalau memang Stef tidak dapat menemukan secara persis baptisan rindu dan baptisan darah di Alkitab, yah sudah tidak apa-apa. Tidak masalah buat saya.
        Dalam pembahasan ini apakah ada kata “sola scriptura”, “sola fide” dan “Trinitas” yang saya gunakan ?
        Dalam pembahasan ini saya selalu setia kepada Kitab Suci dan selalu saya kutip dari Firman Allah. Itulah sebabnya saya selalu dapat menunjukan ayat-ayat yang berhubungan dengan pembahasan ini.

        Stef mengatakan :
        a) Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Bagi para katekumen yang mati sebelum Pembaptisan, kerinduan yang jelas untuk menerima Pembaptisan, penyesalan atas dosa-dosanya, dan cinta kasih sudah menjamin keselamatan yang tidak dapat mereka terima melalui Sakramen itu.” (KGK, 1259). Kita dapat melihat apa yang Yesus katakan di dalam Injil Yohanes “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23) Cinta kasih yang sempurna, yang tentu saja mensyaratkan penyesalan, kerinduan untuk hidup dalam Tuhan, membuat seseorang menerima baptisan rindu.
        b) Untuk Baptisan darah, Gereja Katolik mengatakan “Gereja sudah sejak dahulu yakin bahwa orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, telah dibaptis untuk dan bersama Kristus oleh kematiannya. Pembaptisan darah ini demikian pula kerinduan akan Pembaptisan menghasilkan buah-buah Pembaptisan walaupun tidak merupakan Sakramen.” (KGK, 1258). Kita juga melihat di dalam Injil Matius, yang mengatakan “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32) Lebih lanjut, Yesus mengatakan “Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Mt 10:39). Pengajaran tentang Baptisan Darah telah dikenal oleh jemaat awal, seperti yang dapat kita lihat dalam tulisan-tulisan Tertullian (on Baptism, 16), St. Cyprian (Epostle 73), St. Augustine (City of God, 13.7; Tractate 74 on the Gospel of John), dll. (lihat New Advent –

        Tanggapan :
        a.Kalau orang sampai mempunyai Kerinduan dan Penyesalan atas dosa-dosanya, menurut Stef ini suatu proses KELAHIRAN BARU yang dilakukan oleh siapa ?
        b.Kalau orang sampai bisa mengakui Yesus Kristus dihadapan manusia menurut Stef ini suatu proses KELAHIRAN BARU yang dilakukan oleh siapa ?

        Stef mengatakan :
        “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32)

        Tanggapan :
        Stef mulai sadarkan ? Pengakuan yang dilandasi oleh IMAN kepada Yesus Kristus yang menyebabkan Yesus juga akan mengakuinya di depan Bapa di sorga.
        Sekali lagi bukan karena Baptisan tapi karena Pengakuan/Iman (Roma 10 : 10)

        Stef mengatakan :
        Anton menanyakan kembali “Saya sangat setuju bahwa Iman, Pengakuan dan Percaya harus dimanisfestasikan dalam Baptisan. Tetapi Keselamatan terjadi pada saat orang Percaya atau dibaptis ?” Anton telah memisahkan antara iman dan baptisan. Gereja Katolik mempercayai bahwa Baptisan adalah mutlak untuk keselamatan. Namun, seseorang dapat kehilangan keselamatan walaupun dia telah dibaptis. Baptisan mensyaratkan iman. Namun kalau seseorang yang menyatakan dirinya beriman kepada Kristus, namun tidak menjalankan perintah Kristus, yang mengatakan bahwa “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5), maka dia tidak dapat diselamatkan. Iman seperti apakah yang tidak mengikuti perintah Kristus yang menjadi landasan imannya? Bukankah Kristus menyatakan bahwa kita harus melaksanakan semua perintah-Nya? Inilah juga yang mendasari bahwa orang yang telah percaya, menerima baptisan-pun dapat kehilangan keselamatannya, kalau dia tidak melaksanakan perintah-Nya. Jadi, keselamatan adalah sesuatu yang telah terjadi, karena penebusan Kristus, yang sedang terjadi dan akan terjadi, karena keselamatan merupakan suatu proses.

        Tanggapan :
        Untuk point ini saya sudah memberikan tanggapan dipembahasan sebelumnya dan pada tanggapan diatas juga sudah saya berikan.
        Intinya : KESELAMATAN/KELAHIRAN BARU adalah ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH/PEMBERIAN ALLAH. Kasih karunia Allah lah yang menyelamatkan orang berdosa.
        BAPTISAN BUKAN ALAT KESELAMATAN tapi bukti manifestasi IMAN karena KESELAMATAN yang sudah diterima pada saat PERCAYA atau DILAHIRKAN KEMBALI.
        Itulah sebabnya Yesus menjanjikan Firdaus bagi penjahat yang PERCAYA kepada NYA “walaupun” tidak DIBAPTIS AIR. Bahkan tidak sempat berbuat baik sama sekali.
        Tetapi bukan berarti Baptisan tidak penting. Baptisan penting untuk memohon hati nurani yang baik kepada Allah-oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Ptr 3 : 21)
        Yoh 3 bicara mengenai KELAHIRAN KEMBALI oleh ROH. Baca dan renungkanlah seluruh perikop Yoh 3 (saya sudah bahas sebelumnya). Kelahiran Kembali yang dilakukan Roh Kudus yang menyelamatkan BUKAN BAPTISAN.

        Stef mengatakan :
        Bukankah Kristus menyatakan bahwa kita harus melaksanakan semua perintah-Nya? Inilah juga yang mendasari bahwa orang yang telah percaya, menerima baptisan-pun dapat kehilangan keselamatannya, kalau dia tidak melaksanakan perintah-Nya. Jadi, keselamatan adalah sesuatu yang telah terjadi, karena penebusan Kristus, yang sedang terjadi dan akan terjadi, karena keselamatan merupakan suatu proses.

        Tanggapan :
        Masalah Keselamatan bisa hilang, akan kita bahas setelah masalah Baptisan selesai. OK ?

        Stef mengatakan :
        Inilah yang membedakan antara konsep keselamatan yang dipercayai oleh Anton dan Gereja Katolik. Gereja Katolik mempercayai bahwa keselamatan adalah suatu proses sedangkan Anton seolah-olah mempercayai bahwa keselamatan adalah satu kejadian yang tidak mungkin hilang, sebagai akibat dari ajaran “sola fide”. Beberapa hal ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin dapat kita renungkan bersama:
        a) Apakah Anton dapat menunjukkan di bagian mana dari Alkitab yang mengatakan “iman saja” satu-satunya yang dapat menyelamatkan? Dan apakah mungkin seseorang beriman kemudian berbuat dosa sampai akhir hayatnya? Dan apakah orang seperti ini dapat diselamatkan? Apakah seseorang dengan keyakinan yang penuh mengatakan bahwa dia telah diselamatkan dan pasti masuk Sorga? Apakah yang mendasari keyakinannya? Bagaimana seseorang dikatakan mempunyai iman? Apakah hanya dengan perkataan saja? Bagaimana seseorang tahu bahwa dia mendapatkan iman yang menyelamatkan? Apakah ada iman yang tidak menyelamatkan?
        b) Apakah menurut Anton, seseorang seperti Mahatma Gandhi masuk Sorga atau neraka? Bagaimana dengan orang seperti yang terberkati Ibu Teresa dari Kalkuta? Apakah menurut anda ia dapat masuk Sorga, dan apa alasannya menurut anda?

        Tanggapan :
        Saya paham, Stef pasti bingung dengan hal ini. Karena Stef terkontaminasi dengan ajaran yang mengandalkan Perbuatan untuk masuk sorga.
        Saya akan bahas masalah ini setelah diskusi Baptisan selesai.
        Kalau Stef sendiri bagaimana ? Kalau saat ini Bapa panggil pulang Apakah anda pasti ke sorga ? Apa yang mendasari keyakinan anda ? Ingat anda pasti tidak lebih baik dari Ibu Teresa dari Kalkuta dan Mahatma Gandhi khan ?

        Stef mengatakan :
        Pertama, mari kita membahas tentang penjahat yang bertobat dan menerima keselamatan. Dalam pengajaran Gereja Katolik, penjahat tersebut memang diselamatkan, karena dia telah menerima baptisan rindu (baptism of desire). Dia telah bertobat dengan sungguh-sungguh dengan mengatakan “40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
        41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (Lk 23:40-41) Dan dia mempunyai iman, dengan mengatakan “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Lk 23:42). Dan iman ini memang menyenangkan hati Allah (lih. Ib 11:6). Dan sampai mati dia menunjukkan pertobatan dan iman, serta menunjukkan kasih kepada Yesus, karena sang penjahat tersebut mengalami semuanya pada waktu yang singkat. Oleh karena itu, keselamatan yang merupakan suatu proses terlihat merupakan satu kejadian. Namun, tetap saja keselamatan adalah suatu proses, hanya dalam kasus ini, prosesnya begitu cepat.

        Tanggapan :
        Stef bisa lihat sendiri khan ? Bahwa penjahat tersebut mendapat KASIH KARUNIA ALLAH sehingga dia bertobat dan Percaya/berIMAN kepada Yesus Kristus. Kalau mau pakai istilah baptisan rindu itu sebenarnya KASIH KARUNIA ALLAH atau PEMBERIAN ALLAH sehingga oleh IMAN dia beroleh KESELAMATAN (Ef 2 : 8) .
        Dalam hal ini BAPTISAN BUKAN merupakan alat/sarana KESELAMATAN tapi IMAN.

        Stef mengatakan :
        Keselamatan penjahat tersebut tidak terikat oleh Sakramen Baptis, karena pada waktu itu Sakramen Baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, dalam pengertian bahwa rahmat dari Sakramen Baptis adalah bergantung dari misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus. Hal ini sama seperti orang-orang yang meninggal di dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak mungkin dituntut untuk mempertanggungjawabkan iman mereka berdasarkan iman kepada Yesus, karena mereka tidak tahu. Namun, kalau mereka diberitahu akan Yesus, mereka akan percaya. Demikian juga dengan penjahat tersebut, kalau seandainya dia diterangkan bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, maka dia akan menerimanya. Dan inilah prinsip dari baptisan rindu. Jadi, tetap saja penjahat tersebut menerima baptisan – yaitu baptisan rindu -, namun bukan secara sakramental. Namun, apakah seseorang menerima baptisan rindu, hanya Tuhan saja yang tahu, karena Tuhanlah yang menilik hati setiap orang.

        Tanggapan :
        Keselamatan penjahat itu BUKAN tidak terikat oleh Sakramen Baptis atau karena Sakramen baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, tapi memang sakramen BAPTIS BUKAN alat/sarana untuk KESELAMATAN.

        Stef mengatakan :
        Demikian juga dengan penjahat tersebut, kalau seandainya dia diterangkan bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, maka dia akan menerimanya.

        Tanggapan :
        Itulah sebabnya Yesus tidak menerangkan kepada penjahat itu mengenai baptisan, karena KASIH KARUNIA atau ANUGERAH ALLAH yang MUTLAK menyelamatkan orang berdosa bukan Sakramen BAPTIS.

        Stef mengatakan :
        c)Kondisi dari penjahat tersebut memperlihatkan bahwa kalau kita setia sampai akhir hayat kita kepada Yesus, maka kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Dan ini menjadi tantangan bagi kita yang masih hidup dan mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kehendak Kristus. Kita beriman, dibaptis, dan diberi kesempatan untuk setia sampai akhir. Kita sering jatuh ke dalam dosa, dan kita terus berjuang sampai pada akhirnya.

        Tanggapan :
        Setuju ! Orang Kristen yang telah dilahirkan baru dan mendapatkan hidup kekal pasti menyerahkan diri untuk dibaptis dan menggunakan kesempatan yang diberikan Allah untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kita sering jatuh ke dalam dosa tapi KASIH KARUNIA ALLAH yang besar yang diberikan kepada kita saat kita BERTOBAT membuat kita mampu berjuang sampai pada akhirnya. (1 Yoh 1 : 9 – 10)

        Stef mengatakan :
        d)Tuhan tahu siapa yang masuk Sorga, karena Dia maha tahu. Namun kita tidak akan pernah tahu, kalau kita pasti akan masuk Sorga. Kalau memang masing-masing umat beriman tahu bahwa dirinya pasti masuk Sorga, mengapa rasul Paulus mengatakan “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” (Fil 2:12) Apakah dengan demikian rasul Paulus menganggap jemaat di Filipi tidak mempunyai iman, sehingga mereka tidak mempunyai kepastian bahwa mereka pasti selamat? Tentu saja tidak. Namun, rasul Paulus tahu, bahwa keselamatan adalah suatu proses yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai garis akhir, yaitu akhir kehidupan manusia di dunia ini. Rasul Paulus menegaskan kembali “26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. 27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:26-27). Mengapa rasul Paulus mengatakan “jangan aku sendiri ditolak”? Apakah dia tidak yakin akan keselamatannya? Dia memang tahu akan tujuan akhirnya, seperti yang diungkapkannya di ayat 26. Namun, dia juga tahu bahwa keselamatan bukanlah satu kejadian (hanya beriman). Dia tahu bahwa keselamatan adalah suatu proses, yang berakhir pada saat dia sendiri menyelesaikan garis akhir, yang kalau diakhiri dengan baik, maka dia akan mendapatkan mahkota abadi di Sorga.

        Tanggapan :
        Mengenai JAMINAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA akan saya bahas nanti setelah diskusi Baptisan selesai. Supaya kita focus dalam diskusi kita.

        Stef mengatakan :
        e)Sungguh kasih Tuhan tiada batasnya. Namun Tuhan kita juga Tuhan yang adil, yang akan memperhitungkan apa yang kita perbuat (lih. Why 20:12) dan bagaimana kita bekerjasama dengan rahmat Tuhan sampai akhir hayat kita. Oleh karena itu, terpujilah Allah yang maha kasih dan maha adil.

        Tanggapan :
        Masalah Kasih dan Keadilan Tuhan akan saya bahas tersendiri agar topic Baptisan tetap focus.

        Stef mengatakan :
        5) Anton mengatakan “Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Lihatlah ayat yang Pak Stef kutip diatas ! Jangan berhenti di tanda koma. Renungkan kata selanjutnya. Pertanyaan : Yang akan dihukum YANG TIDAK PERCAYA atau YANG TIDAK DIBAPTIS ?“
        a) Kalau menurut ayat Mk 16:16, secara literal maka kita mengatakan bahwa yang dihukum adalah orang yang tidak percaya. Namun, saya juga dapat bertanya kepada Anton: Dari ayat tersebut siapakah yang akan diselamatkan? Apakah yang percaya saja atau yang percaya dan dibaptis?

        Tanggapan :
        Itu sebabnya kita tidak boleh bergantung kepada satu ayat saja untuk mencari pendukung untuk membuktikan Sakramen Baptis mutlak untuk keselamatan.
        “Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
        Lihatlah kata Baptis selalu dihubungkan dengan kata PERCAYA. Tidak pernah kata baptis berdiri sendiri sebagai sarana Keselamatan.
        Tetapi kata PERCAYA/KASIH KARUNIA banyak sekali di Kitab Suci yang berdiri sendiri, tanpa kata baptis, sebagai sarana KASIH KARUNIA ALLAH yang mendatangkanKESELAMATAN.
        Makanya Markus 16 : 16 mengatakan Siapa yang TIDAK PERCAYA akan DIHUKUM. Bukan yang tidak dibaptis.
        Itu menunjuk bahwa KASIH KARUNIA ALLAH melalui IMAN mutlak untuk Keselamatan bukan Sakramen Baptis.
        Menurut Stef, Markus 16 : 16
        Ayat ini termasuk ayat yang sudah diinstitusikan oleh Yesus apa belum ?
        Hal ini saya tanyakan sehubungan dengan pernyataan Stef :
        Keselamatan penjahat tersebut tidak terikat oleh Sakramen Baptis, karena pada waktu itu Sakramen Baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, dalam pengertian bahwa rahmat dari Sakramen Baptis adalah bergantung dari misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus.

        Stef mengatakan :
        b) Rasul Petrus menegaskan “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan–maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus” Baptisan menyelamatkan, seperti nabi Nuh diselamatkan dari air bah. Bukan untuk membersihkan kotoran jasmani, namun untuk membersihkan kotoran rohani. Dan memang inilah yang kita terima dalam Baptisan. Dikatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rm 6:4). Kapankah kita memperoleh hidup yang baru? Setelah kita menerima baptisan, karena baptisan menguburkan manusia lama dan memperbaharuinya, sehingga kita dapat menjadi manusia baru, manusia di dalam Kristus, sehingga kita dapat berkenan di hadapan Allah, sehingga kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, sehingga kita dapat memperoleh keselamatan.

        Tanggapan :
        1 Petrus 3:21 mengatakan, “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan–maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Inilah satu-satunya ayat dalam Alkitab yang mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan. Apakah ayat ini mengajarkan bahwa kita harus dibaptis agar bisa diselamatkan? Tidak. Tetapi, supaya kita dapat memahami ayat ini dengan benar, kita perlu untuk melihat konteksnya.
        “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh; 19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, 20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Alah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22 yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya,” (1 Petrus 3:18-22).
        Terjemahan ayat 21 dari Alkitab Bahasa Inggris versi NASB adalah terjemahan yang paling baik, yaitu: “and corresponding to that, baptism now saves you.” (Indonesianya: dan sehubungan dengan itu, baptisan sekarang menyelamatkan kamu) Kata kunci dalam bagian ini adalah kata dalam Bahasa Yunani: antitupon. Yang berarti “kopi/ tiruan,” “tipe,” “sehubungan dengan,” “sesuatu yang menyerupai lainnya,” “padanannya,” dll. Inilah yang diterjemahkan sebagai kata “kiasan” dalam Alkitab Indonesia. Baptisan adalah representasi, suatu kopi, suatu contoh dari sesuatu yang lain. Pertanyaannya adalah “merupakah tipe dari apakah?”, atau “Baptisan dapat disamakan dengan apakah?”.
        Jika kita perhatikan konteks ayat ini, Baptisan dapat disamakan dengan apakah? Banjirkah? Atau, Bahterakah? Apakah yang telah menyelamatkan keluarga Nuh? Bah itu ataukah bahteranya? Jelas, bahteranya. Nuh membangun dan masuk ke dalam bahtera berdasarkan iman dan diselamatkan (Ibrani 11:7). Air bah itu menghancurkan mereka yang fasik. Lagi pula, Petrus secara konsisten mengacu kepada air bah sebagai alat untuk menghancurkan orang fasik (2 Petrus 2:5; 3:6), bukan sebagai keselamatan bagi Nuh dan keluarganya. Melainkan, bahtera itulah yang menyelamatkan, bahtera yang dimasuki oleh Nuh dengan iman. Sangat cocok rasanya bahwa baptisan di sini mengacu kepada bahtera, bukan air bah. Itulah mengapa sisa ayat tadi mengatakan, “maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus” yang konsisten dengan apa yang dikatakan Paulus dalam Kolose 2:11-12 di mana ia menyamakan baptisan dengan penyunatan atas hati.
        Masalah dengan tafsiran ini adalah bahwa tafsiran ini tidak sesuai dengan “air dalam tipologi air.” Tampaknya akan lebih alamiah jika menyamakan air baptisan dengan air bah, karena sama-sama air. Lebih jauh lagi, jika kita melihat bahwa air bah itu merupakan alat untuk menyingkirkan kejahatan dari muka bumi, kita dapat berkata “sesuai dengan” air dari baptisan yang menyingkirkan dosa dari hati kita. Meskipun cara menafsir seperti ini tampak lebih alamiah, tafsiran seperti ini juga bermasalah.
        Air baptisan bukanlah yang menyelamatkan kita, tetapi pengorbanan Kristus yang kita terima berdasarkan imanlah yang menyelamatkan kita. Kita membaca banyak sekali ayat mengenai pembenaran karena iman (Roma 5:1), keselamatan karena iman (Efesus 2:8), dll., bukan pembenaran “oleh iman dan baptisan,” atau keselamatan “oleh iman dan baptisan.”1 Faktanya adalah bahwa keselamatan diterima berdasarkan iman. Petrus, karena tidak ingin mengatakan bahwa baptisan itu sendiri adalah yang menyelamatkan kita, denga segera menambahkan kata-kata, “maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Baptisan air, karenanya, mestinya mengiringi karya Roh Kudus dalam diri seseorang. Komentar tambahan Petrus menerangkan kepada kita bahwa kegiatan baptisan fisik bukanlah hal yang menyelamatkan, tetapi “baptisan sebagai permohonan kepada Allah.” Permohonan kepada Allah melalui iman ini sama dengan iman Nuh dalam Tuhan yang memimpinnya untuk membangun bahtera, memasukinya, dan tetap tinggal di sana hingga banjir berlalu. Bahtera itulah yang menyelamatkan Nuh, bukan air bah itu.
        Peristiwa banjir bagi Nuh adalah suatu tipe baptisan seperti halnya menyeberangi Laut Merah merupakan tipe baptisan bagi orang Israel.
        “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. 2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. 3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama 4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” (1 Korintus 10:1-4)
        “Baptisan” Nuh dan “baptisan” Israel berfungsi sebagai perlambang dari tradisi; yaitu, keduanya memindahkan orang-orang dari dunia yang lama ke dunia yang baru, dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Bukan airnya yang menyelamatkan, tetapi hal-hal rohani yang dilambangkan oleh air itu yang menyelamatkan. Untuk kasus Nuh hal spritual itu adalah iman kepada Allah. Bagi Musa juga adalah iman kepada Allah.
        Tetapi sebagian dari kita mungkin berkata bahwa karya Roh Kudus dan tindakan baptisan adalah hal yang simultan/ terjadi berbarengan, yakni Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui baptisan untuk membawa kelahiran baru. Tetapi hal ini tidak mungkin karena Alkitab mengatakan kepada kita bahwa keselamatan adalah melalui iman (Roma 5:1; Efesus 2:8). Di samping itu, kita memiliki contoh yang jelas dari Alkitab bahwa orang-orang diselamatkan sebelum mereka dibaptis.
        Kisah Para Rasul 10:44-48
        “44Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. 45Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, 46sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:47’Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?’ 48Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.” (Kisah Para Rasul 10:44-48).
        Dalam ayat-ayat ini kita lihat bahwa Petrus sedang mengkotbahkan injil dan Roh Kudus turun atas pendengar-pendengarnya. Dalam ayat 45 kita baca bahwa “karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga.” Karunia ini dimanisfestasikan dalam bentuk bahasa lidah. Hal ini sangat penting karena, karunia bahasa Roh hanya diberikan kepada orang percaya, lihat 1 Korintus 14:1-5. Lagipula, ayat 46 mengatakan bahwa mereka “memuliakan Allah.” Orang yang belum percaya tidak akan memuliakan Allah. Mereka tidak sanggup memuji karena pujian adalah masalah spiritual yang sangat dalam yang adalah hal yang asing bagi orang yang belum percaya (1 Korintus 2:14). Karena itulah, mereka yang di dalam Kisah Para Rasul 10:44-46 yang berbicara dalam bahasa lidah dan memuji Allah adalah orang-orang yang sungguh-sungguh telah diselamatkan karena mereka bergerak dalam Kuasa Roh Kudus, berbicara bahasa lidah, dan memuliakan Allah. Roh Kuduslah yang memberikan karunia spiritual kharismatis kepada geraja (1 Korintus 12:27-28), bukan kepada orang-orang yang belum percaya. Sekarang, tolong catat bahwa setelah gerakan dari Roh Kudus inilah orang-orang itu dibaptis. Jika baptisan diperlukan untuk keselamatan, bagaimanakah orang-orang ini bisa berbahasa lidah dan memuliakan Allah sebelum mereka dibaptis?
        Jika anda mengatakan bahwa hal itu adalah karena Roh Kudus bekerja di atas dan melalui orang-orang yang belum diselamatkan, maka ingatlah bahwa karunia bahasa lidah dan memuliakan Allah adalah untuk gereja, bukan untuk orang yang belum percaya. Gereja terdiri dari orang-orang yang telah diselamatkan, bukan orang-orang yang belum percaya. Jika mereka belum diselamatkan sebelum mereka dibaptis, maka mereka belum di dalam tubuh Kristus dan tidak akan bergerak dalam karunia kharismatik. Karenanya, mereka telah lahir baru sebelum mereka dibaptis. Ini bukanlah pengecualian. Ini realita.

        Kesimpulan
        1 Petrus 3:21 tidaklah mengajarkan kita bahwa baptisan adalah yang menyelamatkan kita. Melainkan, ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa air itu melambangkan suatu pembersihan spiritual melalui kuasa Roh Kudus yang diperoleh melalui kemenangan Kristus atas maut. Permohonan orang tersebut kepada Allahlah yang menyelamatkannya (Berdasarkan Iman), bukan pembasuhan air atas badan.

        Stef mengatakan :
        a) Keselamatan memang adalah anugerah Allah. Dan kelahiran baru ini, seperti yang disebutkan di dalam kita Roma adalah baptisan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rm 6:4). Oleh karena baptisan adalah penting untuk keselamatan dan merupakan perintah Kristus sendiri, maka kita harus mengikuti cara keselamatan yang digariskan oleh Kristus sendiri dan bukan yang menurut kehendak kita.

        Tanggapan :
        Penjelasan saya diatas cukup menjawab dan mematahkan pendapat bahwa Baptisan alat Keselamatan.
        Intinya Kitab Suci mengajar kita bahwa Keselamatan adalah Anugerah Allah yang menyelamatkan orang berdosa. Bukan Baptisan.

        Stef mengatakan :
        b) Untuk perbuatan baik dalam hubungannya dengan keselamatan, kita dapat mendiskusikannya dalam dialog tersendiri, karena kalau dibahas di sini maka dialog kita akan menjadi tidak fokus.

        Tanggapan :
        Setuju ! Kita akan lihat Kitab Suci akan mematahkan pendapat orang yang mengandalkan Perbuatan nya untuk Selamat.

        Stef mengatakan :
        7) Anton lebih lanjut mengatakan “KASIH KARUNIA ALLAH jauh melampaui Sakramen-sakramen. Itulah yang menyebabkan Allah tidak terikat pada Sakramen Baptis, seperti yang Pak Stef katakan.“
        a) Ya, memang kasih karunia Allah melampaui sakramen-sakramen, namun Kristus sendiri yang telah mengikat keselamatan pada Sakramen Baptis. Namun, Kristus dapat secara bebas bekerja di luar sakramen. Inilah sebabnya Gereja Katolik mengenal adanya baptisan rindu dan baptisan darah.

        Tanggapan :
        Istilah baptisan rindu dan baptisan darah sudah saya singgung diatas. Ini tidak lain adalah Kasih Karunia Allah yang dilakukan Allah sendiri yang harus ditanggapi dengan Iman/Percaya. Ini bukan Baptisan air. Dengan demikian Kristus tidak mengikat keselamatan melalui Baptisan air seperti Gereja Katolik percayai dan tidak sesuai Kitab Suci dan Yesus sendiri.
        Yesus berkata : Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

        Stef mengatakan :
        b) Berikut ini adalah tanggapan tentang ayat-ayat yang Anton kutip:
        Ef 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,“
        Tentu saja ayat ini benar bahwa kita diselamatkan oleh iman, namun bukanlah “iman saja” (sola fide). Yang menjadi masalah di sini adalah, Anton mengatakan hanya karena iman saja kita diselamatkan. Dan yang perlu ditekankan dari ayat tersebut adalah “kasih karunia“, karena dengan jelas-jelas dikatakan “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan“

        Tanggapan :
        Stef, mana kata2 saya yang menyatakan hanya “iman saja” mengenai pembahasan Ef 2 : 8 seperti yang anda fitnahkan. Anda sedang mengigau ? atau itu memang tabiat anda ?

        Stef mengatakan :
        Yoh 3:15 “15 Supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya beroleh hidup yang kekal. 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Apakah dengan hanya percaya maka seseorang dapat secara otomatis dan yakin bahwa dirinya diselamatkan tanpa adanya unsur-unsur yang lain? Bagaimana dengan rasul Yakobus yang mengatakan “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” (Yak 2:24). Saya tidak mempermasalahkan bahwa iman dapat menyelamatkan, namun bukan hanya karena iman.

        Tanggapan :
        Kita sedang membahas masalah “MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?“
        Kitab Suci menyatakan begitu jelas bahwa manusia diselamatkan karena kasih karunia Allah bukan karena Baptisan.
        Untuk Topik Hubungan Keselamatan dan Perbuatan baik, akan kita bahas setelah topic Baptisan selesai. Seperti yang Stef usulkan diatas.

        Stef mengatakan :
        8) Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja akan pentingnya Baptisan untuk keselamatan:
        1) Didache, Pengajaran para Rasul (80-160), mengajarkan untuk “membaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus di dalam air … tuangkan tiga kali pada kepala dengan berkata ‘di dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.’ Sebelum Pembaptisan, biarlah yang membaptis dan yang menerima baptisan berpuasa terlebih dahulu, dan yang lain juga, jika sanggup…. Mereka yang dibaptis harus berpuasa sehari atau dua hari sebelum Pembaptisan.”[25]
        2) Yustinus Martyr (100- 165), First Apology, menuliskan bahwa pengganti para rasul “berdoa dan memohon pada Tuhan dengan berpuasa untuk mendatangkan penghapusan dosa bagi mereka yang akan dibaptis. Kemudian, mereka dibawa kepada air tempat mereka akan dibaptis, sebagaimana para penerus rasul tersebut-pun dibaptis. Sebab, di dalam nama Allah Bapa Pencipta alam semesta, Allah Putera Penyelamat dunia, dan Roh Kudus, mereka yang dibaptis menerima pembersihan (dari dosa) oleh air… Untuk alasan inilah, kami menerima mandat dari para Rasul.”[26]
        3) Tertullian (155-222), melalui tulisannya, On Baptism, menyatakan bahwa melalui Sakramen Permandian kita dibersihkan dari dosa-dosa, dibebaskan (dari kuasa dosa) dan diterima di dalam kehidupan kekal.[27] Tanpa Pembaptisan, orang tidak dapat diselamatkan, berdasarkan atas ajaran Yesus, “Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah”(Yoh 3:5).[28]
        4) Santo Cyril dari Jerusalem (313-386), mengatakan tanpa dibaptis, seorang tidak dapat diselamatkan, kecuali para martir, yang walau tanpa dibaptis dapat mencapai Kerajaan Allah.[29]
        5) Santo Agustinus (354-430), melalui Enchiridion, mengatakan bahwa Sakramen Pembaptisan menunjukkan kematian diri kita terhadap dosa bersama Kristus, dan kebangkitan kita bersama Dia ke dalam kehidupan yang baru.[30]
        6) Santo Ambrosius (338-397), melalui On Repentance, menjelaskan bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah. Allah mau dan mampu mengampuni dosa kita, meskipun kita berpikir bahwa dosa tidak dapat diampuni. Sebab kelihatannya mustahil bahwa air dapat menghapuskan dosa, namun hal yang tidak mungkin ini dibuat menjadi mungkin oleh Allah … [31]

        Tanggapan :
        Mari kita lihat apa yang dikatakan Yesus dan Rasul Nya dalam Kitab Suci mengenai Keselamatan dan Pentingnya Baptisan.
        Keselamatan :
        Yoh 3 : 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
        Yoh 3 : 16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
        Yoh 3 : 18 Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
        Yoh 3 : 36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada diatasnya.
        Kis 13 : 39 Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hokum Musa.
        Kis 15 : 11 Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan dama seperti mereka juga.
        Kis 16 : 30,31 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata : Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat ? Jawab mereka : “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”
        Roma 3 : 23 – 28 (baca dan renungkan sendiri)
        Efesus 2 : 8 (baca dan renungkan sendiri)
        Titus 3 : 6,7 (baca dan renungkan sendiri)
        Ini hanya sebagian. Kalau Stef menyelidiki dan mempelajari Kitab Suci (tentunya dengan pertolongan Roh Kudus) pasti menemukan lebih banyak lagi ayat yang menyatakan bahwa MANUSIA DISELAMATKAN karena KASIH KARUNIA ALLAH.

        Pentingnya Baptisan Bagi Orang Kristen:
        Kristus dibaptis (Mat 3 : 16) Walaupun arti baptisanNya berbeda sama sekali dari arti baptisan orang Kristen, namun hal itu mengandung arti bahwa kita mengikuti Tuhan apabila kita dibaptis.
        Harus disadari, kita tidak akan pernah mampu meniru Pribadi yang tidak berdosa, namun kita harus mengikuti langkah-langkahNya dan Baptisan merupakan salah satu langkahNya.
        Tuhan menyetujui murid2 Nya untuk membaptiskan (Yoh 4 : 1-2)
        Kristus memerintahkan supaya orang percaya dibaptiskan (Mat 28:29)
        Gereja Mula-mula sangat mementingkan Baptisan (Kisah Para Rasul)
        Perjanjian Baru menggunakan sakramen/ordonansi itu menggambarkan atau melambangkan kebenaran teologia yang penting (Roma 6 : 1-10, Gal 3 : 27 , 1 Ptr 3 :21)
        Penulis Kitab Ibrani mengatakan Baptisan merupakan suatu kebenaran yang mendasar (Ibr 6 : 1,2)
        Stef pelajari sendiri sesuai topic yang anda beri “Keselamatan dan Hubungannya dengan Baptisan “ Inilah yang Orang Kristen percayai sesuai kitab suci.
        Stef bisa melihat perbedaan antara Ajaran Gereja Katolik dan Ajaran yang lebih Alkitabiah yang diyakini orang Kristen.

        Stef mengatakan :
        9) Akhirnya, Anton mengakhiri diskusi dengan mengatakan “KESELAMATAN itu ANUGERAH sebuah PEMBERIAN dari ALLAH. PERCAYA saja dan TERIMALAH PEMBERIAN itu. Dan nyatakanlah IMAN kita untuk bergabung dalam keluarga KERAJAANNYA yang KEKAL melalui Baptisan dalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Amin !“
        a) Sampai pada kalimat “keselamatan itu anugerah, sebuah pemberian Allah” maka saya setuju, karena memang keselamatan adalah anugerah Allah. Namun kalau kemudian dilanjutkan dengan perkataan “percaya saja dan terimalah pemberian itu” maka saya tidak setuju. Dan ini menyalahi apa yang dikatakan Alkitab, yaitu untuk mengerjakan keselamatan kita semua dengan takut dan gentar. (lih. Fil 2:12). Tidak cukup kita hanya percaya dan kemudian mendapatkan keselamatan secara otomatis. Kalau bisa, saya juga ingin demikian, sehingga lebih mudah. Namun bukan itu yang dikatakan oleh Yesus, oleh Alkitab, oleh para Bapa Gereja, oleh Gereja. Kita tidak dapat menentukan bagaimana cara memperoleh keselamatan, namun kita harus mengikuti apa yang dikatakan oleh Kristus dan apa yang dikatakan di dalam Alkitab secara keseluruhan.

        Tanggapan :
        Stef, yang namanya Pemberian/Anugerah Keselamatan dari Tuhan yang berhubungan dengan iman, hanya ada 2 pilihan :
        “kita percaya saja dan menerima” atau “tidak percaya dan tidak menerima”.
        Anda pilih yang mana ? Tolong dijawab ya ?
        Anda mau tambah apalagi atas pengorbanan Tuhan Yesus disalib ? Masih kurangkah PenebusanNya ? Bukankah Dia berkata “sudah selesai” ?
        Fil 2 : 12 Orang Kristen sangat percaya akan ayat ini. Jangan Stef berpikir bahwa Keselamatan yang orang Kristen imani keselamatan yang pasif. Bahkan kami melakukan segala sesuatu apa yang Tuhan perintahkan dengan segenap hati dengan kepercayaan,
        Fil 2 : 13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.
        Dengan pertolongan Tuhanlah, orang Kristen menjalani kehidupan ini untuk tetap berkenan kepada Tuhan bukan dengan kekuatan sendiri. Sehingga tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk bermegah karena perbuatannya.

        Bagaimana dengan Stef ? Apakah anda bermegah dengan perbuatan anda ? Kiranya Roh Kudus memimpin anda kepada seluruh kebenaranNya.

        Stef mengatakan :
        b)Pikirkan kalau kita meninggal dan bertemu dengan Sang Hakim Agung. Apakah kita akan mengatakan “Yesus aku telah percaya kepada-Mu. Oleh karena itu aku yakin bahwa Engkau akan membiarkan aku untuk masuk dalam Kerajaan Sorga?” atau “Yesus, aku telah percaya kepada-Mu, aku memberikan diriku dibaptis, aku telah mencoba dengan segala pikiran, hati dan kekuatan untuk melaksanakan semua perintah-Mu. Namun dalam kelemahanku aku kerap kali masih jatuh di dalam dosa, dan aku sungguh bertobat dan mohon ampun atas segala dosaku. Dalam belas kasihan-Mu, biarlah aku dapat bersatu dengan-Mu untuk selamanya di dalam Kerajaan Sorga?“

        Tanggapan :
        Sang Hakim Agung menjawab :
        Berdasarkan KEADILAN Ku, tidak ada satupun kebaikan yang engkau lakukan yang dapat memenuhi persyaratan untuk masuk dalam Kerajaan Ku.
        Tidak perlu kamu mengatakan, aku sudah dibaptis, aku telah mencoba dengan segala pikiran, hati dan kekuatan untuk melaksanakan perintahKu. Apakah kamu ingin menunjukan segala perbuatan baikmu untuk masuk Kerajaan Ku ?
        Aku sudah tahu kamu tidak akan mampu melaksanakan semua perintahKu. Kamu sudah gagal !

        Tetapi berdasarkan KASIH KARUNIA KU yang telah Aku lakukan di atas Kayu Salib di Golgotha untuk menebus mu dari segala dosamu. Apakah kamu PERCAYA ?

        Stef, Kasih Allah yang tidak bersyarat inilah yang menyebabkan Iblis tidak dapat menggugat orang Kristen yang telah ditebus dengan DarahNya.
        Sebab siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus ? ( Roma 8)
        Apakah sebegitu mudah ? Tidak ! Buktinya Stef tidak percaya !

        Stef mengakhiri :
        Semoga dengan diskusi ini, kita dapat mengerti bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, karena Yesus sendiri yang memerintahkannya, dengan mengatakan “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20). Inilah amanat Agung dari Penyelamat kita yang dapat menyelamatkan. Kalau Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, maka perintah-Nya sebelum meninggalkan dunia ini adalah perintah untuk keselamatan manusia. “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku” membuat orang mempunyai iman yang benar. “Baptislah mereka” adalah pesan Yesus sendiri untuk membuat manusia lahir baru, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” adalah suatu proses sampai akhir hayat manusia. Oleh karena itu, keselamatan adalah yang telah, sedang, dan akan. Dan keselamatan bukanlah satu kejadian (dengan menyatakan iman) namun adalah suatu proses sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Mari kita semua mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12).

        Tanggapan :
        Orang Kristen pasti mengerti dan mengimani serta melakukan Perintah Agung Tuhan Yesus Kristus (Mat 28 : 19-20).
        Orang Kristen pasti mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, karena Allah lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya (Fil 2 : 12,13). Bukan dengan kekuatannya sendiri sehingga membanggakan perbuatannya untuk masuk sorga.

        Paulus manasehati :
        Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh KASIH KARUNIA Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu Injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (Gal 1 :6,7)
        Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu terkutuklah dia. (Gal 1 : 8 )
        Aku tidak menolak KASIH KARUNIA Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus. (Gal 2 : 21)

        Dari keseluruhan diskusi diatas, Yesus Kristus, Para rasul dan Alkitab mengajarkan bahwa MANUSIA DISELAMATKAN KARENA KASIH KARUNIA ALLAH BUKAN BAPTISAN. Siapapun tidak layak menambahkan apapun terhadap ANUGERAH ALLAH yang MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA.
        PengorbananNya di kayu salib SEMPURNA. Yesus berkata “sudah selesai”.
        Inilah INJIL KESELAMATAN ! Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang KEKAL.

        Salam kasih Kristus,

        Anton

        • TANGGAPAN BAGIAN 4 DARI 4 (SELESAI)

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

          20) Menanggapi kesimpulan yang saya berikan, Anton mengatakan "Stef, yang namanya Pemberian/Anugerah Keselamatan dari Tuhan yang berhubungan dengan iman, hanya ada 2 pilihan :
          kita percaya saja dan menerima” atau “tidak percaya dan tidak menerima”.
          Anda pilih yang mana ? Tolong dijawab ya ? Anda mau tambah apalagi atas pengorbanan Tuhan Yesus disalib ? Masih kurangkah PenebusanNya ? Bukankah Dia berkata “sudah selesai” ?
          "

          a) Anton mengajukan dua pilihan, yaitu "kita percaya saja dan menerima" atau "tidak percaya dan tidak menerima". Namun, sebenarnya ada pilihan ke-tiga, yaitu seperti yang dipilih oleh rasul Paulus: percaya dan menerima rahmat Allah dan menjalankan seluruh perintahnya (termasuk pentingnya baptisan untuk keselamatan), mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12), sehingga dia sendiri tidak ditolak (1 Kor 9:27).

          b) Anton mengatakan "Fil 2 : 12 Orang Kristen sangat percaya akan ayat ini. Jangan Stef berpikir bahwa Keselamatan yang orang Kristen imani keselamatan yang pasif. Bahkan kami melakukan segala sesuatu apa yang Tuhan perintahkan dengan segenap hati dengan kepercayaan," Semoga dalam melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Kristus, Anton juga dapat melihat dan percaya bahwa baptisan penting untuk keselamatan. Apakah dengan mengatakan "melakukan segala sesuatu", maka Anton dapat melihat bahwa keselamatan adalah suatu proses dan bukan hanya satu kali kejadian?

          c) Anton mengatakan "Bagaimana dengan Stef ? Apakah anda bermegah dengan perbuatan anda ? Kiranya Roh Kudus memimpin anda kepada seluruh kebenaranNya." Terima kasih atas doanya sehingga Roh Kudus dapat memimpin kehidupan saya kepada seluruh kebenaran. Saya tidak bermegah terhadap perbuatan saya, karena perbuatan saya juga sering tercampur dengan dosa. Apakah yang dapat kita tonjolkan dari perbuatan kita? Namun, saya bersyukur telah menerima Sakramen Baptis, yang menghapuskan dosa-dosa saya dan memberikan saya karunia Roh Kudus (lih Kis 2:38). Dengan demikian keselamatan dapat terbuka bagi kehidupan saya. Dan ini mendorong saya untuk berusaha dengan segala pikiran, hati, dan kekuatan saya untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih saya kepada Tuhan, sampai Tuhan memanggil saya. Mohon doa dari Anton agar saya dapat menjalankan hal ini.

          21) Anton mengatakan "Berdasarkan KEADILAN Ku, tidak ada satupun kebaikan yang engkau lakukan yang dapat memenuhi persyaratan untuk masuk dalam Kerajaan Ku.
          Tidak perlu kamu mengatakan, aku sudah dibaptis, aku telah mencoba dengan segala pikiran, hati dan kekuatan untuk melaksanakan perintahKu. Apakah kamu ingin menunjukan segala perbuatan baikmu untuk masuk Kerajaan Ku ?
          Aku sudah tahu kamu tidak akan mampu melaksanakan semua perintahKu. Kamu sudah gagal !
          "

          a) Kalimat pertama benar sekali, karena memang berdasarkan keadilan, maka tidak ada seorangpun yang dapat masuk dalam Kerajaan Sorga. Namun dalam kalimat ke-dua dan ke-tiga, kita mempunyai pandangan yang berbeda. Pada waktu kita mengatakan bahwa kita telah dibaptis, bukanlah untuk menunjukkan perbuatan kita semata, namun lebih daripada itu adalah untuk menunjukkan kasih kepada Tuhan. Bukankah rasul Yohanes mengatakan "Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya" (1 Yoh 5:2). Bukankah sebagai murid Kristus, kita harus berusaha untuk menjalankan perintah utama yang diberikan oleh Kristus, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan?

          b) Oleh karena itu, melaksanakan baptisan dan percaya bahwa baptisan adalah cara yang telah ditentukan oleh Tuhan untuk mendatangkan keselamatan bukanlah menonjolkan perbuatan, namun menyadari rahmat Allah yang tercurah dalam Sakramen Baptis. Bahkan keinginan untuk dibaptis juga merupakan suatu rahmat. Namun, sebagai manusia, kita juga mempunyai keinginan bebas untuk bekerja sama maupun menolak rahmat Allah.

          c) Kemudian Anton mengatakan "Tetapi berdasarkan KASIH KARUNIA KU yang telah Aku lakukan di atas Kayu Salib di Golgotha untuk menebus mu dari segala dosamu. Apakah kamu PERCAYA ?" Tentu saja saya percaya akan kasih karunia Allah, yang dilakukan secara sempurna oleh Kristus dalam misteri paskah. Pertanyaannya, apakah "hanya dengan percaya" kita akan mendapatkan keselamatan? Bukankah di dalam pengadilan terakhir, Tuhan akan mengatakan "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Mt 25:21, 23). Lebih lanjut Matius melanjutkan "Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (ayat 34). Mengapa mereka dapat menerima Kerajaan Allah? Di ayat 35 dikatakan "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan" Bukankah ayat-ayat tersebut tidak mengatakan bahwa kalau percaya saja kepada Kristus, seseorang dapat diselamatkan? Bukankah Yesus mengatakan "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Mt 7:21). Bukankah kitab Wahyu juga mengatakan bahwa kita akan diadili bukan berdasarkan kita percaya atau tidak, namun berdasarkan perbuatan kita, seperti tertulis "…Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka.." (Why 20:12)?

          22) Anton mengatakan "Stef, Kasih Allah yang tidak bersyarat inilah yang menyebabkan Iblis tidak dapat menggugat orang Kristen yang telah ditebus dengan DarahNya. Sebab siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus ? ( Roma 8) Apakah sebegitu mudah ? Tidak ! Buktinya Stef tidak percaya !"

          a) Kasih Allah memang tidak bersyarat dan sempurna. Namun kasih kita kepada Allah yang tidak sempurna. Kita memang telah ditebus dengan darah-Nya, yang kita terima pada waktu kita menerima Sakramen Baptis. Dan rahmat Allah inilah yang memampukan kita untuk dapat hidup kudus, kalau kita terus bekerjasama dengan rahmat-Nya. Penebusan Kristus dengan darah-Nya bukan saja melapisi dosa kita seperti yang dipercaya oleh Martin Luther, namun lebih daripada itu adalah merubah kita dari dalam (hati kita) melalui Sakramen Baptis (1 Pet 3:20-21). Hal ini bukan menonjolkan perbuatan, sebaliknya justru menonjolkan rahmat Allah, yang bukan melapisi dosa kita, namun merubah kita dari dalam, sehingga kita dapat menjadi kudus dan mengikuti Kristus – dengan terus bekerja sama dengan rahmat Allah, melalui Roh Kudus -, sehingga pada akhirnya kita akan memperoleh keselamatan. Inilah sebabnya, Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan adalah telah, sedang, dan akan terjadi.

          b) Anton bertanya "siapakah yang dapat memisahkan kita dari Kasih Kristus?" Dan kalau dilanjutkan ayat Rm 8:35 mengatakan "Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" Dan di ayat 38-39 dikatakan "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
          Rom 8:39  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
          " Dari sini, jelaslah bahwa semua hal di atas tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Namun satu hal yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus adalah dosa yang disebabkan oleh keinginan bebas kita sendiri. Bukan karena kasih Kristus kurang kekuatan atau agung, bahkan sebaliknya, karena kasih Kristus begitu murni dan agung, maka kasih-Nya tidak dapat bercampur dengan dosa. Dan karena kasih-Nya yang begitu sempurna, maka Tuhan tetap menghormati kehendak bebas manusia. Kasih bukanlah kasih kalau memaksa.

          c) Anton mengatakan "Apakah sebegitu mudah ? Tidak ! Buktinya Stef tidak percaya !" Mungkin saya perlu mengklarifikasi, bahwa yang saya tidak percaya adalah hanya dengan percaya / iman saja, maka seseorang dapat diselamatkan. Saya tidak percaya hal tersebut karena memang hanya iman saja dapat menyelamatkan tidak diajarkan di dalam Alkitab. Saya percaya bahwa keselamatan adalah karena semata-mata karena rahmat Allah, yang mengalir lewat baptisan, dan pimpinan Roh Kudus – yang memampukan kita untuk dapat hidup kudus. Oleh karena itu, keselamatan bukanlah sesuatu yang mudah, namun harus terus diperjuangkan (dengan terus bekerjasama dengan rahmat Allah), seperti rasul Paulus yang mengatakan untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12), sehingga kita sendiri tidak ditolak (1 Kor 9:27). Tuhan tahu secara persis manusia yang diselamatkan, namun kita tidak akan mungkin tahu secara persis bahwa kita pasti selamat. Bukankah Mt 7:14 mengatakan "karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."? Bukankah ayat tersebut mempunyai konotasi bahwa tidak mudah dan memerlukan begitu banyak pengorbanan untuk memperoleh keselamatan? Bukankah dalam kehidupan kita, kita sering melihat ada orang Kristen (baik Katolik maupun non-Katolik) yang hidup penuh dosa, dan sering bukan hanya dosa ringan namun dosa berat. Apakah kalau mereka mati dalam kondisi dosa berat, mereka masih dapat diselamatkan?

          23) Anton mengatakan "Orang Kristen pasti mengerti dan mengimani serta melakukan Perintah Agung Tuhan Yesus Kristus (Mat 28 : 19-20). Orang Kristen pasti mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, karena Allah lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya (Fil 2 : 12,13). Bukan dengan kekuatannya sendiri sehingga membanggakan perbuatannya untuk masuk sorga."

          a) Kalau mengerti dan mengimani perintah Agung – "menjadikan murid" "membaptis" dan "mengajarkan" (lih. Mt 28:19-20), maka ajarilah juga semua perintah Kristus, yang menyatakan bahwa baptisan adalah penting untuk keselamatan. Amanat agung yang diberikan oleh Kristus, tentang baptisan adalah sangat penting, karena baptisan bukan hanya sekedar simbol, namun cara untuk mendapatkan keselamatan, seperti yang telah saya paparkan di atas dan juga yang dipercaya oleh para Bapa Gereja. Menjadikan murid memerlukan pewartaan, sehingga orang dapat beriman (karena iman timbul dari pendengaran). Membaptis memberikan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus (Kis 2:38), sehingga memampukan kita untuk hidup kudus, karena mempunyai hati nurani yang bersih (1 Pet 3:20-21). Ajarilah semua perintah adalah suatu proses sampai seseorang dipanggil untuk menghadap Tuhan. Dan dalam tiga hal tersebut, tidak ada yang dapat dibanggakan dari perbuatan kita, karena tanpa rahmat Allah, kita tidak mungkin untuk dapat menjalankan ketiganya.

          b) Kalau kita setuju bahwa kita harus menjalankan keselamatan dengan takut dan gentar, maka implikasinya adalah kita tidak dapat memastikan apakah kita pasti masuk Sorga, walaupun kita dapat mempunyai pengharapan besar akan hal itu. Dan ini berarti keselamatan bukanlah satu kejadian saja (dengan percaya saja), namun juga menjalankan semua perintah Kristus, termasuk memberikan diri dibaptis.

          c) Anton mengutip Gal 1:6-8 yang mengatakan "6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, 7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. 8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia." dan juga Gal 221 yang mengatakan "Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus."

          Saya tidak tahu maksud dari Anton untuk mengutip ayat tersebut. Apakah Anton beranggapan bahwa Gereja Katolik telah memutarbalikkan Injil Kristus, seperti yang dituduhkan oleh banyak umat Protestan kepada Gereja Katolik, termasuk juga Martin Luther, Calvin, dll? Saya telah mencoba memberikan argumentasi bahwa apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah benar-benar tidak bertentangan dengan Alkitab dan bahkan menjalankan semua yang dituliskan di dalam alkitab. Dan hal ini dipertegas oleh pengajaran dari Bapa Gereja.

          Dan saya juga telah memberikan penjelasan bahwa Gereja Katolik tidak menolak kasih karunia Allah, karena walaupun Gereja katolik dan Alkitab mengatakan bahwa baptisan diperlukan untuk keselamatan, namun baptisan itu sendiri bersumber pada rahmat Allah, yaitu misteri Paskah.

          24) Akhirnya Anton menutup diskusi dengan menuliskan "Dari keseluruhan diskusi diatas, Yesus Kristus, Para rasul dan Alkitab mengajarkan bahwa MANUSIA DISELAMATKAN KARENA KASIH KARUNIA ALLAH BUKAN BAPTISAN. Siapapun tidak layak menambahkan apapun terhadap ANUGERAH ALLAH yang MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA.
          PengorbananNya di kayu salib SEMPURNA. Yesus berkata “sudah selesai”.
          Inilah INJIL KESELAMATAN ! Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang KEKAL.
          "

          a) Bukankah preposisi yang diberikan oleh Anton di awal diskusi adalah "MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?" Dan preposisi awal ini bertentangan dengan kesimpulan yang Anton buat "Alkitab mengajarkan bahwa MANUSIA DISELAMATKAN KARENA KASIH KARUNIA ALLAH BUKAN BAPTISAN". Kalau dari awal Anton menyatakan bahwa manusia diselamatkan karena kasih karunia Allah, kita tidak perlu membahas hal ini panjang lebar, karena apa yang kita percayai adalah sama.

          Seperti yang saya coba jelaskan kepada Anton, bahwa Gereja Katolik tidak menolak bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Yang menjadi permasalahan dari diskusi ini adalah "dengan cara apa"? Anton mengatakan dengan IMAN/PERCAYA. Dan saya tidak tahu apakah Anton percaya bahwa kita diselamatkan dengan IMAN SAJA atau tidak. Saya tidak mengkontradisksi antara kasih Allah dengan baptisan dan atau antara iman dengan baptisan. Posisi saya adalah keseluruhan dari semua itu, seperti yang dijelaskan oleh konsili Trente. Menolak bahwa baptisan penting untuk keselamatan adalah menolak apa yang diperintahkan di dalam Alkitab.

          b) Pengorbanan Kristus memang sempurna dan sudah selesai, dan tidak ada yang perlu ditambahkan. Namun, "sudah selesai" bukannya menghilangkan baptisan yang memang diperlukan untuk keselamatan. Bahkan perkataan Yesus "sudah selesai" dihadirkan kembali dalam baptisan, dimana orang yang dibaptis mati di dalam dosanya (Rm 6:3), sehingga dia juga dapat dibangkitkan pada akhir jaman dan mendapatkan kehidupan kekal. "Sudah selesai" juga tidak menghilangkan dimensi partisipasi dari manusia untuk terus melanjutkan karya keselamatan Kristus, seperti yang ditegaskan oleh rasul Paulus "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat." (Kol 1:24). Apakah dengan demikian ada yang kurang dalam penderitaan Kristus dan belum selesai? Tentu saja pengorbanan Kristus telah selesai dan sempurna, namun kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Dan partisipasi ini hanya mungkin kalau kita menjadi anak-anak Allah serta menerima karunia Roh Kudus, yang kita dapatkan pada waktu kita dibaptis (Kis 2:38). Dan untuk dapat bersatu dengan Allah, kekudusan adalah syarat utama (Im 11:45), seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mt 5:48).

          25) Kesimpulan.

          Dari diskusi di atas, saya menangkap ada kesalahpahaman dari Anton akan pengajaran Gereja Katolik di dalam konteks keselamatan secara keseluruhan, maupun baptisan secara khusus. Anton seolah-olah beranggapan bahwa Gereja Katolik menolak bahwa kasih dan rahmat Allah adalah penting untuk keselamatan. Namun hal ini tidak benar, karena secara de fide, Gereja Katolik meyakini bahwa "Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation." Tanpa supernatural grace (rahmat supernatural/ilahi), maka tidak mungkin seseorang mempunyai iman dan mendapatkan keselamatan. Kalau Gereja Katolik menghubungkan keselamatan dengan perbuatan, maka hal ini harus dimengerti dalam konteks pentingnya rahmat Allah, sehingga Gereja Katolik percaya "Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification." Ini berarti kekudusan (kasih kepada Allah dan sesama atas dasar kasih kepada Allah) tidak akan mungkin dicapai tanpa rahmat Allah. Umat Allah yang setia sampai pada akhirnya adalah karena rahmat Allah, yang dibarengi dengan keinginan bebas dari manusia untuk bekerjasama dengan rahmat Allah. Kalau saya mengatakan bahwa manusia bekerjasama dengan rahmat Allah, bukan berarti mengurangi rahmat Allah, bahkan sebaliknya rahmat Allah yang pada dasarnya kasih menuntut manusia untuk bekerjasasama dengan rahmat tersebut.

          Gereja Katolik mendefisikan sebab (cause) dari justification dengan berbagai terminologi, sehingga dapat menjalankan pesan Alkitab secara keseluruhan, seperti: the final cause (yaitu untuk kemuliaan Allah dan Kristus dan keselamatan manusia untuk selamanya, the efficient cause (yaitu belas kasih Allah), the meritorious cause (yaitu Kristus sendiri dengan misteri Paskah). Lebih lanjut the instrumental cause of the first justification (catatan: first justification bukan hanya, namun justifikasi awal) adalah Sakramen Baptis, seperti yang dibahas di atas secara panjang lebar. Dan untuk orang dewasa, yang telah dapat membedakan baik dan buruk, maka iman adalah persyaratan untuk justifikasi, karena tidak ada seorangpun yang dapat berkenan di hadapan Allah tanpa adanya iman (Ibr 11:6). Namun, apakah hanya iman saja atau baptisan saja? Tentu saja tidak, karena untuk dapat dibenarkan dan mendapatkan keselamatan, seseorang harus setia sampai pada akhir hidupnya – di mana mensyaratkan rahmat Allah. Dan orang yang telah menerima baptisan menerima sanctifying grace (rahmat kekudusan), yang menjadi the formal cause dari justifikasi, yang memampukan manusia untuk hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah. Dan ini dapat diringkas sebagai berikut:

          1) Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation.
          2) Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification.
          3) The causes of Justification. (Defined by the Council of Trent) :

          a) The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
          b) The efficient cause is the mercy of God.
          c) The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
          d) The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
          e) The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.

          4) The justification of an adult is not possible without faith.
          5) Besides faith, further acts of disposition must be present.
          6) Baptism confers the grace of justification.

          Mencoba menyederhanakan proses justifikasi, dengan menghilangkan elemen baptisan, setia untuk hidup kudus sampai akhir, adalah menghilangkan pesan keseluruhan Alkitab dan perintah Tuhan. Inilah sebabnya, saya mencoba memberikan argumentasi, bahwa selama Anton mengatakan rahmat Allah dan iman adalah penting untuk keselamatan, maka saya tidak mempunyai masalah. Hal ini disebabkan karena Gereja Katolik juga mempercayainya. Namun kalau Anton mengatakan "iman saja", seperti yang dilakukan oleh Martin Luther, maka kita mempunyai perbedaan pendapat. Semoga Anton tidak berpendapat bahwa iman saja yang menyelamatkan. Pernyataan "iman saja"mempunyai konsekwensi bahwa baptisan seolah-olah menjadi suatu perbuatan, yang tidak esensial dalam proses keselamatan. Padahal, seperti yang terlihat dalam pemaparan di atas, baptisan adalah penting untuk keselamatan. Bukan hanya diajarkan oleh Alkitab, namun juga diajarkan oleh para Bapa Gereja perdana. Tanpa pernyataan "iman saja / sola fide", maka kita akan dapat dengan mudah menangkap pentingnya baptisan bagi keselamatan, karena untuk dibaptis diperlukan iman (bagi baptisan dewasa).

          Semoga dengan diskusi yang panjang lebar ini, dimana masing-masing pihak telah meluangkan waktu begitu banyak dalam proses ini, kita dapat bersama-sama belajar, sehingga kita dapat sampai pada kebenaran. Saya juga minta maaf, kalau di dalam kata-kata selama berdiskusi, mungkin ada yang menyinggung Anton. Percayalah, bahwa tidak ada maksud jelek apapun dalam hal ini. Kalau sampai ada yang menyinggung, ini hanyalah karena keterbatasan saya dalam mengungkapkan ide dan memberikan argumentasi. Dan semoga Anton juga dapat melihat bahwa pengajaran Gereja Katolik sungguh bersumber pada Akitab, dan alkitabiah, menjalankan seluruh pesan yang ada di dalam Alkitab. Terpujilah Kristus untuk selama-lamanya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – http://www.katolisitas.org

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

        • TANGGAPAN BAGIAN 3 DARI 4

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

          19) Pada waktu saya mengutip beberapa tulisan dari Bapa Gereja, maka Anton menjawab dengan ayat-ayat dari Alkitab. Point yang hendak saya sampaikan adalah bahwa Baptisan penting untuk keselamatan didukung oleh Alkitab dan juga tulisan dari Bapa Gereja. Saya tidak mempermasalahkan ayat-ayat yang diberikan oleh Anton (Yoh 3:15-16, 18, 36; Kis 13:29; Kis 15:11; Kis 16:30-31; Rm 3:23-28; Ef 2:8; Titus 3:6-7), karena ayat-ayat tersebutkan menekankan pentingnya kasih karunia Allah untuk mendapatkan keselamatan, dan juga pentingnya iman dalam keselamatan. Namun tidak ada yang menyebutkan bahwa HANYA IMAN SAJA yang menyelamatkan. Karena kalau hanya iman saja, maka kesimpulan tersebut akan bertentangan dengan baptisan yang diperlukan untuk keselamatan dan perbuatan kasih sebagai salah satu tolak ukur akan penghakiman terakhir. Mari sekarang kita melihat dasar-dasar tentang pentingnya baptisan untuk keselamatan (bukan baptisan saja), baik seperti yang disebutkan dalam Alkitab maupun apa yang dikatakan oleh Bapa Gereja.

          Setelah Anton memberikan ayat-ayat – Mt 3:16; Yoh 4:1-2; Mt 28:29 (mungkin maksudnya Mt 28:19); Kis; Rm 6:1-10; Gal 3:27; 1 Pet 3:21; Ibr 6:1-2 – , maka Anton mengatakan "Stef pelajari sendiri sesuai topic yang anda beri “Keselamatan dan Hubungannya dengan Baptisan “ Inilah yang Orang Kristen percayai sesuai kitab suci.
          Stef bisa melihat perbedaan antara Ajaran Gereja Katolik dan Ajaran yang lebih Alkitabiah yang diyakini orang Kristen
          ." Dalam kalimat ini, Anton menarik kesimpulan terlalu cepat dengan mengatakan bahwa ajaran Gereja Katolik tidaklah Alkitabiah. Bukankah pemaparan saya di atas, menggunakan begitu banyak ayat-ayat dari Alkitab, bahkan kita kadang-kadang menggunakan ayat-ayat yang sama untuk mendukung argumentasi kita? Namun bagaimana Anton dapat begitu yakin bahwa pengajaran dari Gereja Katolik tidak alkitabiah dan pengajaran yang diyakini oleh orang Kristen (non-Katolik) adalah lebih Alkitabiah? Apakah dasarnya? Berikut ini saya akan kembali memaparkan dasar-dasar dari Alkitab, bahwa baptisan diperlukan untuk keselamatan. dan kesimpulan ini bukanlah karangan Gereja Katolik, namun justru berakar pada Alkitab sendiri.

          Dasar Alkitab yang mengatakan bahwa Baptisan adalah penting untuk keselamatan adalah: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:3-4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21.

          a) Mt 28:19-20 "19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ini adalah dasar bagaimana seseorang dapat memperoleh keselamatan. Ini adalah pesan Yesus terakhir. Kalau kedatangan Yesus adalah untuk menyelamatkan manusia, maka pesan terakhir-Nya sebelum kenaikan ke Sorga adalah pesan keselamatan. Yang dikatakan adalah 1) jadikan semua bangsa murid-Ku, 2) Baptislah mereka, dan 3) ajarilah mereka melakukan segala perintah-Ku. Oleh karena itu, baptisan adalah diperlukan untuk keselamatan, termasuk juga untuk melakukan segala perintah Kristus.

          b) Kis 2:38 "Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." adalah jawaban dari Petrus atas "pertanyaan apakah yang harus kami perbuat". Dan Petrus menjawab, agar mereka "bertobat", "memberikan diri untuk dibaptis", sehingga mereka dapat menerima pengampunan dosa dan menerima karunia Roh Kudus. Pengampunan dosa ini begitu penting. Kita tahu bahwa upah dosa adalah maut (lih. Rm 6:23). Oleh karena itu, kalau pembaptisan memberikan pengampunan dosa, maka baptisan menghindarkan kita dari maut, yang berarti menuntun kita pada keselamatan. Jadi, baptisan penting untuk keselamatan.

          c) Mk 16:16 "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." Ayat ini begitu jelas menyatakan bahwa untuk diselamatkan seseorang harus percaya dan dibaptis, dan bukan hanya percaya saja.

          d) Yoh 3:3-5 "… 5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ayat 5 menyebutkan bahwa seseorang tidak dapat masuk dalam Kerajaan Sorga, kalau dia tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh. Air dan Roh inilah Sakramen Baptis.

          e) Kis 8:12-13, 36, 10:47; 16:15; 31-33; 18:8; 19:2-5 "12 Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. 13  Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi." Berikutnya Kis 10:47 "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" Lidia yang percaya akan pemberitaan rasul Paulus memberikan dirinya dibaptis, seperti yang diceritakan di Kis 16:15 "Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya" Ayat dari Kis 16:31-33 menyatakan "31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." 32 Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. 33 Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis." Lihat juga Kis 18:8 "Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis." Lihat juga apa yang dialami oleh jemaat di Efesus "…4 Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus." 5  Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus." (kis 19:2-5).

          Seperti yang telah dibahas di atas, maka ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tidak cukup hanya percaya kepada Yesus saja, namun jemaat awal mengalami pembaptisan. Mengapa? Karena baptisan diperlukan untuk keselamatan. Kalau memang hanya percaya kepada Yesus saja cukup, mengapa jemaat awal memberikan diri mereka untuk dibaptis? Seperti yang telah coba saya paparkan di penjelasan di atas, pada baptisan dewasa, iman senantiasa menyertai baptisan, karena orang dapat dibaptis secara sadar dan tanpa paksaan, kalau dia sendiri mengerti akan apa yang terjadi dalam baptisan – yang berarti beriman.

          f) Kis 9:18; 22:16 "Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis." Ini adalah yang dilakukan oleh Ananias kepada Saulus. Saulus disembuhkan dan tentu saja percaya kepada Yesus. Namun ia tidak hanya berhenti pada percaya, sebaliknya dia bangun dan kemudian dibaptis. Dan di ayat Kis 22:16, Ananias berkata kepada Saulus yang telah disembuhkan matanya "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" Mengapa dia perlu dibaptis? Agar dia dapat disucikan dosa-dosanya, sehingga dia dapat diselamatkan. Oleh karena itu, Ananias tidak hanya meminta Saulus untuk percaya, disembuhkan, mendapatkan mandat untuk menjadi saksi Kristus, namun dia memberikan pembaptisan kepada Saulus.

          g) Rm 6:4 mengatakan "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Rasul Paulus memberikan pentingnya baptisan, yaitu karena orang yang dibaptis telah mati bersama Kristus, seperti juga ditegaskannya di Rm 6:3 "Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?" Apakah dari sini kita melihat bahwa baptisan hanyalah simbolik dan tidak mempunyai efek apapun? Tidak, sebaliknya rasul Paulus menegaskan bahwa orang yang dibaptis dalam Kristus telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan mati bersama Kristus, maka orang yang dibaptis akan mendapatkan hidup yang baru. Bagaimana mungkin orang yang telah dibaptis mendapatkan hidup yang baru? Karena Tuhan telah mengikat keselamatan dalam baptisan, sehingga dengan hidup yang baru, hidup di dalam Kristus, maka manusia dimampukan untuk dapat hidup menurut kehendak Tuhan, sehingga dapat memperoleh keselamatan.

          h) 1 Kor 6:11 mengatakan "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan [RSV, KJV = are washed], kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." Disucikan atau dalam bahasa Inggris "are washed" mengacu kepada baptisan. Kita mengingat apa yang dikatakan di dalam Kis 22:16 "…Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan [are washed] sambil berseru kepada nama Tuhan!"

          i) Gal 3:27; 4:5-7 mengatakan "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus." Apakah baptisan hanya suatu simbol yang tidak mempunyai hubungan dengan keselamatan? Tentu saja tidak, karena menurut rasul Paulus orang yang dibaptis mengenakan Kristus, yang berarti: bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan (lih. Rm 6:3-4) dan persatuan ini membuat orang yang dibaptis dapat menjadi anak-anak Allah dan dapat memanggil Tuhan dengan sebutan Abba, Bapa. Gal 4:5-7 membahas hal ini lebih lanjut dengan mengatakan "5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. 6  Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 7  Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." Dengan dibaptis, kita mengenakan Kristus, dan dengan demikian kita dapat diterima menjadi anak, sehingga kita dapat memanggil Tuhan sebagai Abba, Bapa, yang berarti kita menjadi ahli-ahli waris oleh Allah, atau mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga / dengan kata lain keselamatan. Oleh karena itu, baptisan adalah perlu untuk keselamatan dan bukan hanya sekedar simbol.

          j) Kol 2:12 mengatakan "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati." Bukankah dari ayat ini terlihat jelas, bahwa baptisan bukan hanya sekedar simbolik, namun mempunyai arti yang dalam, yaitu dikuburkan dalam Kristus. Dengan dikuburkan dalam Kristus, maka kita juga dibangkitkan bersama Kristus (lih. Rm 6:3-4), yang berarti mendapatkan keselamatan. Oleh karena itu, baptisan perlu untuk keselamatan.

          k) Tit 3:5-7 mengatakan "5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, 7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita." Memang manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baik. Dan baptisan bukan hanya sekedar perbuatan (melakukan sesuatu), namun lebih daripada itu, baptisan adalah melakukan sesuatu yang diperintahkan Kristus sendiri, sehingga rahmat Kristus dapat mengalir, yaitu melalui pembaptisan kelahiran kembali. Kelahiran kembali adalah seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus di Rm 6:3-4. Kita dapat lahir kembali karena kita telah mati (dalam dosa) di dalam baptisan. Seperti yang dikatakan dalam Kis 2:38 "Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.", maka ayat ini menegaskan kembali makna dari baptisan. Pertama, baptisan membuat seseorang dilahirkan kembali, karena dia telah mati dalam dosa (lih. Rm 6:3-4), yang berarti menerima pengampunan dosa (lih. Kis 2:38). Kedua, baptisan membuat seseorang menerima karunia Roh Kudus (lih Kis 2:38), yang ditegaskan oleh Tit 3:5. Dari manakah sumber dari pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus? Tit 3:6 mengatakan bahwa semuanya itu berasal dari Yesus Kristus. Oleh sebab itu, baptisan yang bersumber pada rahmat Yesus Kristus (melalui misteri Paskah), memungkinkan manusia memperoleh pengampunan dosa, menerima karunia Roh Kudus, dan akhirnya menerima kehidupan yang kekal (lih. Tit 3:7).

          l) Ibr 10:22 "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." Kita melihat dari ayat ini, bahwa kita dapat menerima rahmat Allah di dalam baptisan dengan hati yang tulus iklas dan iman yang teguh. Inilah sebabnya kehendak bebas dan iman diperlukan dalam baptisan dewasa. Ayat ini juga menunjukkan bahwa baptisan (dengan air yang murni) membasuh tubuh, dan juga membersihkan hati kita dari hati nurani yang jahat. Bahwa baptisan membersihkan hati nurani yang jahat juga dipertegas oleh rasul Petrus (lih. 1 Pet 3:21). Oleh karena itu sangat jelas, bahwa baptisan bukan hanya sekedar upacara simbolik, namun memberikan efek yang luar biasa, yaitu dapat membersihkan hati nurani. Dengan kata lain, hati nurani yang jahat telah dibersihkan dengan menerima pengampunan dosa dan Roh Kudus.

          m) 1 Pet 3:20-21 mengatakan "21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus, 22  yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya." Di point 13) di atas, telah diterangkan tentang ayat ini. Kita dapat berdiskusi tentang apakah yang menjadi gambaran dari baptisan: air bah atau bahtera. Namun, akhirnya, kita tidak dapat menolak akan apa yang jelas-jelas ditulis di dalam ayat tersebut, yaitu: "kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan". Kalau ada orang yang bertanya, apakah yang sekarang menyelamatkan? jawabannya adalah baptisan. Apakah kiasannya? dapat didiskusikan: air bah atau bahtera. Namun, apakah kiasan ini merubah kenyataan bahwa baptisan menyelamatkan? ayat tersebut telah menjawab secara jelas, bahwa baptisan menyelamatkan. Kenapa dapat diselamatkan? Karena hati nurani kita dimurnikan, yang hanya mungkin, kalau kita mendapatkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus (lih. Kis 2:38). Kalau begitu, apakah baptisan adalah sekedar simbolik? Tentu saja tidak, karena sesuatu yang simbolik tidak dapat membersihkan hati nurani. Hati nurani hanya dapat dibersihkan oleh rahmat Allah, yang mengalir melalui pembaptisan.

          Kalau hanya dengan menggunakan ayat-ayat Alkitab, mungkin kita mempunyai kesimpulan yang berbeda. Maka yang saya coba lakukan adalah dengan memberikan tulisan dari Bapa Gereja tentang pentingnya baptisan untuk keselamatan. Kalau Anton tidak setuju dengan tulisan dari Bapa Gereja yang saya kutip, silakan Anton mencari keterangan dari Bapa Gereja yang mengatakan bahwa baptisan hanyalah sekedar simbol dan tidak dapat menyelamatkan. Semoga Anton dapat melihat adanya kebenaran dari beberapa tulisan Bapa Gereja. Saya minta maaf, bahwa tulisan ini masih dalam bahasa Inggris.

          a) The Letter of Barnabas [70-90 AD]

          Epistle of Barnabas
          "Regarding [baptism], we have the evidence of Scripture that Israel would refuse to accept the washing which confers the remission of sins and would set up a substitution of their own instead [Ps. 1:3–6]. Observe there how he describes both the water and the cross in the same figure. His meaning is, ‘Blessed are those who go down into the water with their hopes set on the cross.’ Here he is saying that after we have stepped down into the water, burdened with sin and defilement, we come up out of it bearing fruit, with reverence in our hearts and the hope of Jesus in our souls" (Letter of Barnabas 11:1–10 [A.D. 74]).

          Second Epistle
          "For, if we do the will of Christ, we shall find rest; but if otherwise, then nothing shall deliver us from eternal punishment, if we should disobey his commandments. . . . [W]ith what confidence shall we, if we keep not our baptism pure and undefiled, enter into the kingdom of God? Or who shall be our advocate, unless we be found having holy and righteous works?" (Second Clement 6:7–9 [A.D. 150]).

          Recognitions (Book VI)
          "But you will perhaps say, ‘What does the baptism of water contribute toward the worship of God?’ In the first place, because that which has pleased God is fulfilled. In the second place, because when you are regenerated and born again of water and of God, the frailty of your former birth, which you have through men, is cut off, and so . . . you shall be able to attain salvation; but otherwise it is impossible. For thus has the true prophet [Jesus] testified to us with an oath: ‘Verily, I say to you, that unless a man is born again of water . . . he shall not enter into the kingdom of heaven" (The Recognitions of Clement 6:9 [A.D. 221]).

          b) Ignatius of Antioch [50-117 AD] Epistle to Polycarp
          "Let none of you turn deserter. Let your baptism be your armor; your faith, your helmet; your love, your spear; your patient endurance, your panoply" (Letter to Polycarp 6 [A.D. 110]).

          c) Hermas [60-120 AD] The Shepherd of Hermas (Book II, Commandment 4)
          "I have heard, sir,’ said I, ‘from some teacher, that there is no other repentance except that which took place when we went down into the water and obtained the remission of our former sins.’ He said to me, ‘You have heard rightly, for so it is’" (The Shepherd 4:3:1–2 [A.D. 80]).

          c) Justin Martyr [100-165 AD] First Apology
          "As many as are persuaded and believe that what we [Christians] teach and say is true, and undertake to be able to live accordingly, and instructed to pray and to entreat God with fasting, for the remission of their sins that are past, we pray and fast with them. Then they are brought by us where there is water and are regenerated in the same manner in which we were ourselves regenerated. For, in the name of God, the Father . . . and of our Savior Jesus Christ, and of the Holy Spirit [Matt. 28:19], they then receive the washing with water. For Christ also said, ‘Unless you are born again, you shall not enter into the kingdom of heaven’ [John 3:3]" (First Apology 61 [A.D. 151]).

          d) Irenaeus of Lyons [120-180 AD] Fragments from the Lost Writings of Irenaeus
          "And [Naaman] dipped himself . . . seven times in the Jordan’ [2 Kgs. 5:14]. It was not for nothing that Naaman of old, when suffering from leprosy, was purified upon his being baptized, but [this served] as an indication to us. For as we are lepers in sin, we are made clean, by means of the sacred water and the invocation of the Lord, from our old transgressions, being spiritually regenerated as newborn babes, even as the Lord has declared: ‘Except a man be born again through water and the Spirit, he shall not enter into the kingdom of heaven" (Fragment 34 [A.D. 190]).

          e) Theophilus of Antioch [150-200 AD] To Autolycus (Book II)
          "Moreover, those things which were created from the waters were blessed by God, so that this might also be a sign that men would at a future time receive repentance and remission of sins through water and the bath of regeneration– all who proceed to the truth and are born again and receive a blessing from God" (To Autolycus 12:16 [A.D. 181]).

          f) Clement of Alexandria [150-215 AD] The Paedagogus (Book I)
          "When we are baptized, we are enlightened. Being enlightened, we are adopted as sons. Adopted as sons, we are made perfect. Made perfect, we become immortal . . . ‘and sons of the Most High’ [Ps. 82:6]. This work is variously called grace, illumination, perfection, and washing. It is a washing by which we are cleansed of sins, a gift of grace by which the punishments due our sins are remitted, an illumination by which we behold that holy light of salvation" (The Instructor of Children 1:6:26:1 [A.D. 191]).

          g) Hippolytus [170-236 AD] Discourse on the Holy Theophany
          "The Father of immortality sent the immortal Son and Word into the world, who came to man in order to wash him with water and the Spirit; and he, begetting us again to incorruption of soul and body, breathed into us the Spirit of life, and endued us with an incorruptible panoply. If, therefore, man has become immortal, he will also be God. And if he is made God by water and the Holy Spirit after the regeneration of the laver he is found to be also joint-heir with Christ after the resurrection from the dead. Wherefore I preach to this effect: Come, all ye kindreds of the nations, to the immortality of the baptism" (Discourse on the Holy Theophany 8 [A.D. 217]).

          h) Hippolytus [170-236 AD] Refutation of All Heresies (Book VIII)
          "And the bishop shall lay his hand upon them [the newly baptized], invoking and saying: ‘O Lord God, who did count these worthy of deserving the forgiveness of sins by the laver of regeneration, make them worthy to be filled with your Holy Spirit and send upon them thy grace [in confirmation], that they may serve you according to your will" (The Apostolic Tradition 22:1 [A.D. 215]).

          i) Tertullian [160-240 AD]

          On Baptism
          "Happy is our sacrament of water, in that, by washing away the sins of our early blindness, we are set free and admitted into eternal life. . . . [But] a viper of the [Gnostic] Cainite heresy, lately conversant in this quarter, has carried away a great number with her most venomous doctrine, making it her first aim to destroy baptism-which is quite in accordance with nature, for vipers and asps . . . themselves generally do live in arid and waterless places. But we, little fishes after the example of our [Great] Fish, Jesus Christ, are born in water, nor have we safety in any other way than by permanently abiding in water. So that most monstrous creature, who had no right to teach even sound doctrine, knew full well how to kill the little fishes-by taking them away from the water!" (Baptism 1 [A.D. 203]).

          Against Marcion, Book IV
          "[N]o one can attain salvation without baptism, especially in view of the declaration of the Lord, who says, ‘Unless a man shall be born of water, he shall not have life" (Baptism 12:1 [A.D. 203]).

          j) Cyprian of Carthage [200-270 AD]

          Epistle 71
          "[When] they receive also the baptism of the Church . . . then finally can they be fully sanctified and be the sons of God . . . since it is written, ‘Except a man be born again of water and of the Spirit, he cannot enter into the kingdom of God’" (Letters 71[72]:1 [A.D. 253]).

          Treatise 11
          "While I was lying in darkness . . . I thought it indeed difficult and hard to believe . . . that divine mercy was promised for my salvation, so that anyone might be born again and quickened unto a new life by the laver of the saving water, he might put off what he had been before, and, although the structure of the body remained, he might change himself in soul and mind. . . . But afterwards, when the stain of my past life had been washed away by means of the water of rebirth, a light from above poured itself upon my chastened and now pure heart; afterwards, through the Spirit which is breathed from heaven, a second birth made of me a new man" (To Donatus 3–4 [A.D. 246]).

          k) Aphrahat/Aphraates [280-367 AD] Demonstration VI (Of Monks)
          "From baptism we receive the Spirit of Christ. At that same moment in which the priests invoke the Spirit, heaven opens, and he descends and rests upon the waters, and those who are baptized are clothed in him. The Spirit is absent from all those who are born of the flesh, until they come to the water of rebirth, and then they receive the Holy Spirit. . . . [I]n the second birth, that through baptism, they receive the Holy Spirit" (Treatises 6:14:4 [A.D. 340]).

          l) Athanasius, St [296-373 AD] Discourse III Against the Arians
          "[A]s we are all from earth and die in Adam, so being regenerated from above of water and Spirit, in the Christ we are all quickened" (Four Discourses Against the Arians 3:26[33] [A.D. 360]).

          m) Basil the Great, St [329-379 AD] De Spiritu Sancto
          "This then is what it means to be ‘born again of water and Spirit’: Just as our dying is effected in the water [Rom. 6:3; Col. 2:12–13], our living is wrought through the Spirit. In three immersions and an equal number of invocations the great mystery of baptism is completed in such a way that the type of death may be shown figuratively, and that by the handing on of divine knowledge the souls of the baptized may be illuminated. If, therefore, there is any grace in the water, it is not from the nature of water, but from the Spirit’s presence there" (The Holy Spirit 15:35 [A.D. 375]).

          n) Cyril of Jerusalem, St [315-386 AD]

          Catechetical Lecture 3
          "Since man is of a twofold nature, composed of body and soul, the purification also is twofold: the corporeal for the corporeal and the incorporeal for the incorporeal. The water cleanses the body, and the Spirit seals the soul. . . . When you go down into the water, then, regard not simply the water, but look for salvation through the power of the Spirit. For without both you cannot attain to perfection. It is not I who says this, but the Lord Jesus Christ, who has the power in this matter. And he says, ‘Unless a man be born again,’ and he adds the words ‘of water and of the Spirit,’ ‘he cannot enter the kingdom of God.’ He that is baptized with water, but is not found worthy of the Spirit, does not receive the grace in perfection. Nor, if a man be virtuous in his deeds, but does not receive the seal by means of the water, shall he enter the kingdom of heaven. A bold saying, but not mine; for it is Jesus who has declared it" (Catechetical Lectures 3:4 [A.D. 350]).

          Catechetical Lecture 17
          "If any man does not receive baptism, he does not have salvation. The only exception is the martyrs, who, even without water, will receive baptism, for the Savior calls martyrdom a baptism [Mark 10:38]. . . . Bearing your sins, you go down into the water; but the calling down of grace seals your soul and does not permit that you afterwards be swallowed up by the fearsome dragon. You go down dead in your sins, and you come up made alive in righteousness" (Catechetical Lectures 3:10, 12 [A.D. 350]).

          o) Gregory of Nyssa [325-386 AD] Against Eunomius (Book II)
          "[In] the birth by water and the Spirit, [Jesus] himself led the way in this birth, drawing down upon the water, by his own baptism, the Holy Spirit; so that in all things he became the firstborn of those who are spiritually born again, and gave the name of brethren to those who partook in a birth like to his own by water and the Spirit" (Against Eunomius 2:8 [A.D. 382]).

          p) Gregory Nazianzen, St [325-389 AD] Oration 40
          "Such is the grace and power of baptism; not an overwhelming of the world as of old, but a purification of the sins of each individual, and a complete cleansing from all the bruises and stains of sin. And since we are double-made, I mean of body and soul, and the one part is visible, the other invisible, so the cleansing also is twofold, by water and the Spirit; the one received visibly in the body, the other concurring with it invisibly and apart from the body; the one typical, the other real and cleansing the depths" (Oration on Holy Baptism 7–8 [A.D. 388]).

          q) Ambrose of Milan, St [340-397 AD]

          On the Holy Spirit (Book I)
          "Although we are baptized with water and the Spirit, the latter is much superior to the former, and is not therefore to be separated from the Father and the Son. There are, however, many who, because we are baptized with water and the Spirit, think that there is no difference in the offices of water and the Spirit, and therefore think that they do not differ in nature. Nor do they observe that we are buried in the element of water that we may rise again renewed by the Spirit. For in the water is the representation of death, in the Spirit is the pledge of life, that the body of sin may die through the water, which encloses the body as it were in a kind of tomb, that we, by the power of the Spirit, may be renewed from the death of sin, being born again in God" (The Holy Spirit 1:6[75–76] [A.D. 381]).

          Concerning Repentance (Book II)
          "The Church was redeemed at the price of Christ’s blood. Jew or Greek, it makes no difference; but if he has believed, he must circumcise himself from his sins [in baptism (Col. 2:11–12)] so that he can be saved . . . for no one ascends into the kingdom of heaven except through the sacrament of baptism.

          "The Lord was baptized, not to be cleansed himself but to cleanse the waters, so that those waters, cleansed by the flesh of Christ which knew no sin, might have the power of baptism. Whoever comes, therefore, to the washing of Christ lays aside his sins" (Commentary on Luke 2:83 [A.D. 389]).

          r) John Chrysostom, St [347-407 AD] On the Priesthood (Book III)
          "[N]o one can enter into the kingdom of heaven except he be regenerated through water and the Spirit, and he who does not eat the flesh of the Lord and drink his blood is excluded from eternal life, and if all these things are accomplished only by means of those holy hands, I mean the hands of the priest, how will any one, without these, be able to escape the fire of hell, or to win those crowns which are reserved for the victorious? These [priests] truly are they who are entrusted with the pangs of spiritual travail and the birth which comes through baptism: by their means we put on Christ, and are buried with the Son of God, and become members of that blessed head [the Mystical Body of Christ]" (The Priesthood 3:5–6 [A.D. 387]).

          s) Carthage (419) [LOCAL] [419 AD] Carthage (419) [LOCAL]
          "And in the gospel our Lord Jesus Christ spoke with his divine voice, saying, ‘Except a man be born again of water and the Spirit, he cannot enter the kingdom of God.’ . . . Unless therefore they receive saving baptism in the Catholic Church, which is one, they cannot be saved, but will be condemned with the carnal in the judgment of the Lord Christ" (Seventh Carthage [A.D. 256]).

          t) Augustine of Hippo, St [354-430 AD]

          The Confessions (Book IX)
          "The sacrament of baptism is most assuredly the sacrament of regeneration" (ibid., 2:27:43).

          Letter 98 (A.D. 408)
          "It is this one Spirit who makes it possible for an infant to be regenerated . . . when that infant is brought to baptism; and it is through this one Spirit that the infant so presented is reborn. For it is not written, ‘Unless a man be born again by the will of his parents’ or ‘by the faith of those presenting him or ministering to him,’ but, ‘Unless a man be born again of water and the Holy Spirit.’ The water, therefore, manifesting exteriorly the sacrament of grace, and the Spirit effecting interiorly the benefit of grace, both regenerate in one Christ that man who was generated in Adam" (Letters 98:2 [A.D. 412]).

          Against Two Letters of the Pelagians (Book III)
          "Baptism washes away all, absolutely all, our sins, whether of deed, word, or thought, whether sins original or added, whether knowingly or unknowingly contracted" (Against Two Letters of the Pelagians 3:3:5 [A.D. 420]).

          Tractate 4 (John 1:19-33)
          "Those who, though they have not received the washing of regeneration, die for the confession of Christ-it avails them just as much for the forgiveness of their sins as if they had been washed in the sacred font of baptism. For he that said, ‘If anyone is not reborn of water and the Spirit, he will not enter the kingdom of heaven,’ made an exception for them in that other statement in which he says no less generally, ‘Whoever confesses me before men, I too will confess him before my Father, who is in heaven’" [Matt. 10:32] (The City of God 13:7 [A.D. 419]).

          Tractate 6 (John 1:32-33)
          "It is an excellent thing that the Punic [North African] Christians call baptism salvation and the sacrament of Christ’s body nothing else than life. Whence does this derive, except from an ancient and, as I suppose, apostolic tradition, by which the churches of Christ hold inherently that without baptism and participation at the table of the Lord it is impossible for any man to attain either to the kingdom of God or to salvation and life eternal? This is the witness of Scripture too" (Forgiveness and the Just Deserts of Sin, and the Baptism of Infants 1:24:34 [A.D. 412]).

          Tractate 41 (John 8:31-36)
          "This is the meaning of the great sacrament of baptism, which is celebrated among us: all who attain to this grace die thereby to sin-as he himself [Jesus] is said to have died to sin because he died in the flesh (that is, ‘in the likeness of sin’)-and they are thereby alive by being reborn in the baptismal font, just as he rose again from the sepulcher. This is the case no matter what the age of the body. For whether it be a newborn infant or a decrepit old man-since no one should be barred from baptism-just so, there is no one who does not die to sin in baptism. Infants die to original sin only; adults, to all those sins which they have added, through their evil living, to the burden they brought with them at birth" (Handbook on Faith, Hope, and Love 13[41] [A.D. 421]).

          Dari bukti-bukti di atas, baik dari Alkitab maupun dari tulisan Bapa Gereja, sebenarnya sungguh sulit untuk tidak dapat melihat pentingnya baptisan untuk keselamatan. Tulisan dari Bapa Gereja yang saya kutip di atas berasal dari para Bapa Gereja yang hidup  sebelum tahun 500, karena banyak umat Protestan yang mengatakan bahwa setelah tahun 500-an Gereja tidak murni lagi. Apakah dengan tulisan-tulisan tersebut yang menyatakan pentingnya baptisan untuk keselamatan, maka keselamatan karena rahmat Allah adalah tidak perlu? Tentu saja tidak. Yang saya coba lakukan adalah bukan mempertentangkan antara rahmat Allah dan baptisan, karena baptisan sendiri hanya mungkin menjadi cara keselamatan karena rahmat Allah sendiri dicurahkan di dalamnya. Untuk membuktikan bahwa baptisan tidak perlu untuk keselamatan, maka Anton harus mencoba untuk mencari tulisan dari Bapa Gereja yang menyatakan bahwa baptisan tidak perlu untuk keselamatan.

          Kalau Anton berkeberatan dengan semua argumen saya di atas, mungkin Anton dapat merenungkan apa yang dikatakan oleh Bapa Gereja. Anton dapat mengesampingkan semua argumentasi saya, dan hanya berfokus pada tulisan para Bapa Gereja, karena argumen yang saya berikan tidaklah berarti apa-apa dibandingkan dengan argumentasi dari para Bapa Gereja. Mereka inilah yang membentuk sejarah kekristenan. Sebagai contoh, Ignatius dari Antioch adalah murid dari rasul Yohanes dan dia juga menjadi martir dengan dibuang ke kandang singa di Roma. Apakah kita dapat mengesampingkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai hubungan langsung dengan para rasul? Apalah artinya kita dibandingkan dengan St. Agustinus dari Hippo? Kalau kita mau, kita dapat belajar dari St. Agustinus yang membentuk pemikiran dunia, dengan filosofi dan teologinya. Apakah kita lebih baik dari St. Agustinus dalam mengartikan ayat-ayat di Akitab? Saya sendiri menganggap dan percaya bahwa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para santa-santo. Mereka telah membuktikan diri dengan kehebatan tulisan-tulisannya, dan terlebih lagi, banyak dari antara mereka rela mati, mengikuti jejak Kristus. Sekali lagi, para Bapa Gereja tidak melihat baptisan hanya sekedar simbol, namun mereka melihat bahwa baptisan adalah penting untuk keselamatan. Dan Alkitab juga mendukung pernyataan ini. Oleh karena itu, Anton dapat merenungkan kembali pernyatan Anton "Stef bisa melihat perbedaan antara Ajaran Gereja Katolik dan Ajaran yang lebih Alkitabiah yang diyakini orang Kristen." Saya hanya berharap, setelah pemaparan panjang lebar di atas, Anton dapat melihat bahwa ajaran Gereja Katolik adalah alkitabiah dan benar.

          BERSAMBUNG KE BAGIAN 4… (SILAKAN KLIK)

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

        • TANGGAPAN BAGIAN 2 DARI 4

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

          13) Mari sekarang kita membahas ayat 1 Petrus 3:20-21, yang mengatakan "20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21  Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan–maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus,"

          a) Rasul Petrus membuat perbandingan antara Nuh yang diselamatkan oleh air bah itu dengan baptisan yang menyelamatkan. Pertanyaannya, apakah Baptisan menyelamatkan manusia? Ya, dan itulah yang dikatakan oleh rasul Petrus, yaitu diselamatkan oleh baptisan, yang merupakan kiasan dari diselamatkan oleh air bah. Kita dapat mencoba menginterpretasikan apakah baptisan merupakan kiasan dari air bah itu sendiri atau bahteranya, atau baik air bah maupun bahteranya, namun hal ini tidak mengubah kenyataan bahwa Petrus mengatakan bahwa "kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan." Kita dapat mencoba menginterpretasikan "kiasannya", namun hal ini tidak merubah kenyataan bahwa rasul Paulus mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan. Baik yang dikiaskan berupa air bah atau bahtera nabi nuh, tetap tidak merubah kenyataan bahwa rasul Paulus mengatakan bahwa baptisan menyelamatkan. Kalau memang iman yang menyelamatkan, mengapa rasul Paulus tidak menuliskan, "kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu iman," sehingga dengan demikian maka apa yang ingin Anton lalukan dengan membandingkan orang yang memasuki bahtera nabi Nuh dengan iman dapat diselamatkan, menjadi cocok? Namun, apapun yang Anton coba bandingkan baptisan dengan air bah, tetap saja tidak merubah kenyataan bahwa rasul Petrus secara jelas menyatakan bahwa baptisan menyelamatkan.

          Mungkin ilustrasi ini dapat membantu, walaupun tidak dapat menggambarkan secara persis seperti yang disebutkan di 1 Pet 3:21. Hal ini sama seperti orang mengatakan "Sama seperti dulu orang dapat datang ke pulau A dengan melalui sungai, maka sekarang kita sampai ke pulau A (walaupun sungainya sekarang tidak ada, mungkin kering, dll. Sama seperti air bahnya tidak ada lagi)- oleh kiasannya, yaitu dengan pesawat terbang". Tidak menjadi masalah kalau dulu orang sampai ke pulau A dengan menekankan akan pentingnya sungainya atau perahunya – karena perahu juga percuma kalau tidak ada air. Namun kenyataannya sekarang, bagaimana orang dapat sampai ke pulau A? Dengan pesawat terbang. Dalam kaitannya dengan 1 Pet 3:21, bagaimana sekarang ini orang dapat diselamatkan? dengan baptisan, seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus secara eksplisit.

          b) Kalau kita mau melihat perumpaan tersebut, maka kita dapat melihat bahwa baptisan dapat diumpamakan baik airnya maupun bahteranya. Di dalam baptisan, maka matter (materi) yang digunakan adalah air. Namun air ini tidak ada artinya tanpa adanya form (forma), yaitu perkataan yang diinstitusikan oleh Yesus sendiri, yaitu "Aku membaptis engkau, dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus" (lih Mt 28:19-20). Oleh karena itu, sama seperti pada waktu dulu, air bah tidak menyelamatkan, maka hanya materi air saja tidaklah menyelamatkan. Namun, yang menyelamatkan adalah baptisan yang sah, yaitu dengan materi air dan forma yang telah ditetapkan oleh Yesus sendiri. Dengan matter dan form yang benar, maka baptisan bukan membersihkan kenajisan jasmani, namun memohon hati nurani yang baik kepada Allah. Kita juga dapat menghubungkan dengan Rm 6:3-4, dimana air bah adalah menggambarkan kematian kita dari dosa di dalam baptisan, sehingga oleh bahtera nabi nuh, di dalam baptisan yang sama, kita dapat dibangkitkan oleh Kristus.

          Selanjutnya, mengapa baptisan dapat membersihkan hati nurani seseorang? Karena baptisan bersumber pada misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Sorga. Dan karena seseorang yang telah dibaptis telah mati terhadap dosa dan oleh sebab itu, yang terbaptis dapat dibangkitkan dan mempunyai hidup yang baru. (lih. Rm 6:4). Mengapa seseorang setelah dibaptis mempunyai hidup yang baru? Karena melalui pembaptisan, maka seseorang telah mati bersama Kristus, sehingga dia dapat bangkit bersama Kristus (lih. Rm 6:3-4), dan oleh karena itu keselamatan terbuka bagi orang yang dibaptis.

          c) Dan dengan Anton mengatakan "Air bah itu menghancurkan mereka yang fasik. Lagi pula, Petrus secara konsisten mengacu kepada air bah sebagai alat untuk menghancurkan orang fasik (2 Petrus 2:5; 3:6), bukan sebagai keselamatan bagi Nuh dan keluarganya. Melainkan, bahtera itulah yang menyelamatkan, bahtera yang dimasuki oleh Nuh dengan iman.", apakah tidak bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh rasul Petrus "…di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu" (1 Pet 3:20). Apakah berarti rasul Petrus salah menuliskan ayat tersebut? Mungkin contoh di atas, point 13 a) dapat membantu. Karena tidak menjadi masalah mau menekankan air bahnya atau bahteranya, yang penting adalah, yang sekarang menyelamatkan adalah Baptisan.

          d) Kemudian Anton mengatakan "Bukan airnya yang menyelamatkan, tetapi hal-hal rohani yang dilambangkan oleh air itu yang menyelamatkan." Saya tidak mengatakan bahwa yang menyelamatkan adalah air baptisan, namun baptisannya. Dan hal ini telah secara jelas dinyatakan oleh rasul Petrus dan rasul Paulus. Mengapa harus memisahkan antara air dan baptisan? Kalau memang maksud dari rasul Petrus adalah hal-hal rohani yang dilambangkan oleh air itu yang menyelamatkan, mengapa rasul Petrus tidak menjelaskan hal ini? Secara gamblang dia menyatakan "kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan." Yang ditekankan di sini bukan "baptisan adalah merupakan suatu kiasan", namun "kiasannya" mengacu kepada "air bah" dan atau "bahtera". Baptisannya bukan kiasan, namun baptisan adalah sesuatu yang nyata, yaitu menyelamatkan.

          14) Lebih lanjut Anton memberikan argumentasi "Tetapi sebagian dari kita mungkin berkata bahwa karya Roh Kudus dan tindakan baptisan adalah hal yang simultan/ terjadi berbarengan, yakni Roh Kudus bekerja di dalam dan melalui baptisan untuk membawa kelahiran baru. Tetapi hal ini tidak mungkin karena Alkitab mengatakan kepada kita bahwa keselamatan adalah melalui iman (Roma 5:1; Efesus 2:8). Di samping itu, kita memiliki contoh yang jelas dari Alkitab bahwa orang-orang diselamatkan sebelum mereka dibaptis.
          Kisah Para Rasul 10:44-48
          ".

          Anton memberikan ayat Rm 5;1 dan ef 2:8 untuk menekankan keselamatan melalui iman. Tapi apakah ayat tersebut mengatakan "iman saja"? Mengapa tidak mungkin bahwa Roh Kudus memberikan karunia pada saat dibaptis? Bukankah kis 2:38 mengatakan "Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."? Dari kalimat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa seseorang dapat menerima pengampunan dosa dan menerima karunia Roh Kudus, kalau dia bertobat dan dibaptis. Bukankah ini bukti yang kuat bahwa Roh Kudus tercurah pada saat seseorang dipermandikan?

          Lebih lanjut, untuk menunjukkan bahwa baptisan terpisah dengan karunia Roh Kudus, Anton mengutip Kis 10:44-48. Mari sekarang kita membahas ayat ini:

          a) Pada waktu rasul Petrus berkotbah di depan Kornelius dan seluruh anggota keluarganya, maka Roh Kudus turun atas mereka. Dan hal ini tidak menjadi masalah, karena pada waktu seseorang mendengar suatu pemberitaan Injil, Roh Kudus dapat memberikan karunianya, yang dimulai dengan karunia pertobatan. Pertobatan sendiri adalah karunia Roh Kudus, karena Roh Kudus adalah Roh yang menyatakan kepada manusia akan dosa-dosa manusia. Di ayat 45, dikatakan bahwa rekan-rekan Petrus – dari golongan bersunat – tercengang, karena Roh Kudus juga dicurahkan kepada seluruh bangsa, termasuk bangsa yang tidak bersunat (non-Yahudi).

          b) Apa yang dikatakan Petrus setelah kejadian ini? Petrus mengatakan "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" (ayat 47). Bukankah kalimat ini mempunyai  implikasi bahwa Baptisan air adalah cara yang biasa dilakukan oleh jemaat awal, sehingga mereka dapat menerima Roh Kudus? (lih. Kis 2:38). Karena dalam konteks ayat ini adalah cara yang luar biasa yang dipilih Tuhan untuk menyatakan kemuliaannya (dengan menerima karunia Roh Kudus) sebelum baptisan, maka Petrus mengatakan bahwa dia tidak dapat mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air. Dan apakah yang dilakukan oleh Petrus? Apakah manifestasi Roh Kudus telah cukup untuk keselamatan mereka? Tidak. Yang dilakukan oleh Petrus adalah membaptis mereka (lih. Kis 10:48). Mengapa karunia Roh Kudus saja tidak cukup, sehingga mereka harus dibaptis? Hal ini disebabkan, Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Baptis, sehingga walaupun mereka telah menerima Roh Kudus, mereka tetap dibaptis. Bandingkan dengan sida-sida yang walaupun telah percaya akan pemberitaan rasul Filipus tetap mendapatkan baptisan, dengan mengatakan "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?" (Kis 8:36).

          c) Keterangan di atas sesuai dengan apa yang dipercaya oleh Gereja Katolik, seperti yang disebukan dalam Katekismus Gereja Katolik, 1257 "Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan (Bdk. Yoh 3:5.). Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa (Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5.). Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini (Bdk. Mrk 16:16.). Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh "kelahiran kembali dari air dan Roh". Tuhan telah mengikatkan keselamatan pada Sakramen Pembaptisan, tetapi Ia sendiri tidak terikat pada Sakramen-sakramen-Nya."

          Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Pembaptisan – dengan dasar dari Alkitab -, namun Tuhan sendiri tidak terikat pada sakramen-sakramen-Nya. Oleh karena itu, Dia secara bebas dapat berkarya dengan cara yang tidak biasa. Namun, cara biasa yang diinstitusikan sendiri oleh Kristus untuk keselamatan manusia adalah dengan baptisan, seperti yang dikatakannya sebelum Dia naik ke Sorga (lih. Mt 28:19-20). Lihatlah bagaimana orang-orang yang mendengarkan kotbah dari Petrus setelah Pentakosta. Apakah ribuan orang tersebut langsung menerima karunia Roh Kudus sebelum baptisan? Mereka justru bertanya kepada rasul Petrus "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (lih. Kis 2:37). Dan sekali lagi rasul Petrus menjawab "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (Kis 2:38) Ini adalah cara yang biasa untuk menerima karunia Roh Kudus, yaitu dengan dibaptis. Bagaiman respon dari orang-orang tersebut? Dikatakan "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." (Kis 2:41). Kalau percaya saja cukup untuk keselamatan, mengapa mereka harus dibaptis? Karena Baptisan mendatangkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus, dan bukan hanya sekedar simbolik. Dan ini adalah cara biasa yang dipilih oleh Tuhan untuk menyalurkan rahmat-Nya. Bandingkan dengan tiga ribu jiwa yang memperoleh keselamatan dibandingkan dengan cara luar biasa yang terjadi dalam keluarga Kornelius – walaupun akhirnya mereka dibaptis.

          15) Anton mengambil kesimpulan "1 Petrus 3:21 tidaklah mengajarkan kita bahwa baptisan adalah yang menyelamatkan kita. Melainkan, ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa air itu melambangkan suatu pembersihan spiritual melalui kuasa Roh Kudus yang diperoleh melalui kemenangan Kristus atas maut. Permohonan orang tersebut kepada Allahlah yang menyelamatkannya (Berdasarkan Iman), bukan pembasuhan air atas badan." Bukankah kesimpulan ini sendiri bertentangan dengan teks dari 1 Petrus 3:21 yang menyatakan "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan." Bukankah teks tersebut secara jelas menyebutkan bahwa kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan. Tidak perduli bagaimana kita mengartikan apakah arti dari "kiasan", namun rasul Petrus menyatakan secara jelas bahwa kita diselamatkan oleh baptisan. Bukankah penjelasan seperti yang dilakukan oleh Anton menjadi tidak setia terhadap teks itu sendiri? Dan baptisan untuk keselamatan, bukan hanya dari ayat ini saja, namun juga didukung oleh ayat-ayat lain seperti: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21, yang akan saya coba uraikan satu-persatu di bagian akhir. Oleh karena itu, mengartikan 1 Pet 3:21 yang jelas-jelas mengatakan baptisan penting untuk keselamatan, namun kemudian disimpulkan bahwa iman yang menyelamatkan tidaklah benar. Lebih-lebih lagi, kalau ternyata teks tersebut (baptisan perlu untuk keselamatan) juga didukung oleh ayat-ayat yang lain, yang juga mendukung pentingnya baptisan untuk keselamatan.

          16) Ketika saya menuliskan "Keselamatan memang adalah anugerah Allah. Dan kelahiran baru ini, seperti yang disebutkan di dalam kita Roma adalah baptisan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rm 6:4). Oleh karena baptisan adalah penting untuk keselamatan dan merupakan perintah Kristus sendiri, maka kita harus mengikuti cara keselamatan yang digariskan oleh Kristus sendiri dan bukan yang menurut kehendak kita.", maka Anton menjawab "Penjelasan saya diatas cukup menjawab dan mematahkan pendapat bahwa Baptisan alat Keselamatan. Intinya Kitab Suci mengajar kita bahwa Keselamatan adalah Anugerah Allah yang menyelamatkan orang berdosa. Bukan Baptisan."

          a) Penjelasan mana dari Anton yang telah mematahkan argumentasi pentingnya baptisan untuk keselamatan? Bahwa Alkitab mengajarkan keselamatan adalah Anugerah Allah, saya setuju. Namun, Alkitab juga mengajarkan pentingnya baptisan untuk keselamatan, seperti ayat-ayat berikut ini: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21.

          b) Anton mengatakan "Setuju ! Kita akan lihat Kitab Suci akan mematahkan pendapat orang yang mengandalkan Perbuatan nya untuk Selamat." Sebagai catatan, Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa orang selamat hanya dengan mengandalkan perbuatan baik semata. Namun, perbuatan baik itu perlu dilakukan sebagai bukti nyata dari iman. nya Alkitab juga mencatat "aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu." (Why 20:12). Dan juga kita dapat melihat bahwa dalam pengadilan Terakhir, Hakim Agung akan mengatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Mt 25:45).

          C) Anton mengatakan "Istilah baptisan rindu dan baptisan darah sudah saya singgung diatas. Ini tidak lain adalah Kasih Karunia Allah yang dilakukan Allah sendiri yang harus ditanggapi dengan Iman/Percaya. Ini bukan Baptisan air. Dengan demikian Kristus tidak mengikat keselamatan melalui Baptisan air seperti Gereja Katolik percayai dan tidak sesuai Kitab Suci dan Yesus sendiri.
          Yesus berkata : Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
          "

          Walaupun Tuhan tidak terikat oleh sakramen-sakramen-Nya, namun, Dia sendiri telah mengikat keselamatan pada Sakramen Baptis, seperti pemaparan panjang lebar di atas. Baptisan rindu dan Baptisan darah bukanlah cara biasa untuk menerima rahmat Allah. Cara biasa yang dilakukan untuk menerima keselamatan adalah seperti yang dilakukan oleh Petrus, ketika 3,000 orang menyediakan dirinya dibaptis (Kis 2:41). Dan ketikan Yesus mengatakan untuk membaptis seluruh bangsa dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus (lih. Mt 28:19-20). Dan juga seperti yang dikatakan di dalam Mk 16:16 "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum."

          17) Karena Anton memberikan ayat-ayat – yaitu ef 2:8 dan Yoh 3:15 – maka saya memberikan tanggapan terhadap ayat-ayat tersebut.

          a) Tanggapan saya terhadap ayat Ef 2:8 adalah sebagai berikut "Ef 2:8 “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,“
          Tentu saja ayat ini benar bahwa kita diselamatkan oleh iman, namun bukanlah “iman saja” (sola fide). Yang menjadi masalah di sini adalah, Anton mengatakan hanya karena iman saja kita diselamatkan. Dan yang perlu ditekankan dari ayat tersebut adalah “kasih karunia“, karena dengan jelas-jelas dikatakan “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan
          “ Anton menanggapinya dengan "Stef, mana kata2 saya yang menyatakan hanya “iman saja” mengenai pembahasan Ef 2 : 8 seperti yang anda fitnahkan. Anda sedang mengigau ? atau itu memang tabiat anda ?"

          1) Pertama saya minta maaf, karena memang Anton tidak mengatakan "hanya iman saja" (sola fide) kita diselamatkan dalam konteks Ef 2:8. Pada waktu saya mengatakan bahwa "Anton [seolah-olah] mengatakan hanya karena iman saja kita diselamatkan", maka bukan hanya terbatas pada ayat ini, namun dari keseluruhan argumentasi yang diberikan oleh Anton. Dan saya melihat premise yang diberikan oleh Anton pada pembukaan diskusi "MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?" Kesalahan saya adalah memberikan pernyataan ini di dalam paragraf yang menerangkan tentang ef 2:8. Dan kalau kita melihat dari diskusi sebelumnya, maka Anton tidak memberikan keterangan apapun dalam konteks Ef 2:8, namun hanya mengutip ayat tersebut. Oleh karena itu, kesalahan ini bukanlah sesuatu yang dicari-cari.

          2) Tentu saja tidak ada maksud dari saya untuk memfitnah atau mengingau, apalagi kalau dihubungkan dengan tabiat. Hanya Tuhan yang tahu secara persis motif dari tulisan saya. Mari kita melanjutkan diskusi dengan penuh hormat dan lemah lembut. Oleh karena itu, kalau ada kesalahan dalam kata-kata saya, maka saya minta maaf. Namun, sehubungan dengan pernyataan di atas, maka saya ingin bertanya kepada Anton, apakah Anton berpendapat bahwa kita diselamatkan hanya karena iman? Dengan demikian, saya tidak menjadi salah sangka lagi. Kalau Anton menjawab "tidak", maka kita sebenarnya dapat menyatukan pendapat kita, dan Anton juga sebenarnya setuju dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

          18) Menjawab tanggapan saya tentang ayat Yoh 3:15, Anton mengatakan "Kita sedang membahas masalah “MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?“
          Kitab Suci menyatakan begitu jelas bahwa manusia diselamatkan karena kasih karunia Allah bukan karena Baptisan. Untuk Topik Hubungan Keselamatan dan Perbuatan baik, akan kita bahas setelah topic Baptisan selesai. Seperti yang Stef usulkan diatas.
          "

          a) Keselamatan oleh kasih karunia Allah tidak perlu dipermasahkan, karena kita berdua setuju akan hal ini. Namun yang menjadi masalah adalah apakah [hanya] melalui iman atau baptisan? Posisi saya adalah keduanya, karena Alkitab juga menyebutkan pentingnya iman dan baptisan untuk mendapatkan keselamatan, ditambah juga oleh kasih. Bagaimana posisi Anton? Apakah Anton percaya bahwa manusia diselamatkan karena anugerah/kasih karunia Allah melalui iman saja ataukah masih ada elemen yang lain?

          BERSAMBUNG KE BAGIAN 3… (SILAKAN KLIK)

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

        • TANGGAPAN BAGIAN 1 DARI 4

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

          Shalom Anton,

          Terima kasih atas tanggapan Anton dalam diskusi hubungan keselamatan dengan iman dan baptisan. Mungkin ada baiknya kalau saya menjabarkan terlebih dahulu akan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik tentang bagaimana seseorang dapat dibenarkan (is justified), sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan.

          1) Internal supernatural grace is absolutely necessary for the beginning of faith and salvation.
          2) Without the special help of God, the justified cannot persevere to the end in justification.
          3) The causes of Justification. (Defined by the Council of Trent) :

          a) The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
          b) The efficient cause is the mercy of God.
          c) The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
          d) The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
          e) The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.

          4) The justification of an adult is not possible without faith.
          5) Besides faith, further acts of disposition must be present.
          6) Baptism confers the grace of justification.

          Dari beberapa dogma di atas, maka saya sendiri tidak berusaha mengkontradiksi antara perlunya "iman" dalam memperoleh keselamatan. Namun, yang saya ingin tekankan bahwa "iman saja" tidak dapat membawa manusia kepada keselamatan. Kalau Anton tidak berpendapat bahwa iman saja yang mendatangkan keselamatan, maka kita sebenarnya mempunyai persamaan pendapat. Tentang pentingnya rahmat Allah tidak perlu diperdebatkan, karena Gereja Katolik menempatkan rahmat Allah sebagai penggerak utama dalam setiap proses justifikasi.

          Alkitab menyatakan bahwa Baptisan diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Tentu saja, bagi yang telah dewasa, maka iman harus ada terlebih dahulu sebelum seseorang menerima Baptisan. Oleh karena itu Baptisan senantiasa mempunyai persyaratan bahwa seseorang mempunyai iman. Namun, Gereja Katolik juga tidak berpendapat bahwa seseorang dapat memperoleh keselamatan hanya dengan baptisan (disebutkan diatas the instrumental cause of the first justification is baptism). Seseorang juga harus memanifestasikan rahmat Baptisan yang diterima dengan perbuatan kasih, sampai akhir hayatnya. Mari, sekarang kita melanjutkan diskusi ini.

          Karena keterbatasan waktu, maka saya mengusulkan agar kita batasi diskusi ini, satu kali putaran lagi. kalau Anton mau, maka Anton dapat memberikan tanggapan atau jawaban setelah jawaban saya ini, dan setelah itu, saya akan memberikan tanggapan satu kali lagi. Setelah itu, kita akhiri diskusi ini, karena saya pikir setelah bebebapa kali pemaparan, kita seharusnya telah menyampaikan apa yang menjadi dasar pengajaran dari iman yang kita percayai.

          1) Kita sama-sama menyadari bahwa baptisan adalah penting. Mungkin yang menjadi perbedaan di antara kita adalah apakah Baptisan perlu untuk keselamatan (catatan: bukan baptisan saja perlu untuk keselamatan). Dalam pengajaran Gereja Katolik, Baptisan adalah perlu untuk keselamatan (the instrumental cause). Sedangkan Anton berpendapat bahwa baptisan penting, namun tidak diperlukan dalam proses keselamatan, namun seolah-olah hanya sebagai simbol. Sedangkan saya berpendapat bahwa Baptisan adalah diperlukan dalam proses keselamatan. Oleh karena itu, dari pertanyaan Anton sebelumnya "MANUSIA DISELAMATKAN KARENA ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH MELALUI IMAN/PERCAYA KEPADA YESUS KRISTUS ? atau MANUSIA DISELAMATKAN KARENA BAPTISAN ?", saya dapat menarik kesimpulan adanya pemisahan iman dan baptisan dalam konteks perlunya iman dan/atau baptisan dalam keselamatan manusia. Pertanyaannya sama seperti, "balon ini berwarna merah atau biru?" Bukankah pertanyaan ini mengasumsikan bahwa merah terpisah dari biru? dan merah adalah berbeda dari biru? Dari pertanyaan tersebut, maka Anton mengarahkan dua alternatif jawaban untuk memperoleh keselamatan, yaitu: 1) karena anugerah/kasih Allah melalui iman/percaya kepada Yesus Kristus , 2) karena baptisan. Sebaliknya saya ingin menekankan bahwa:

          a) Rahmat Allah (supernatural grace) adalah mutlak untuk keselamatan, karena tanpa rahmat Allah, maka manusia tidak dapat memperoleh keselamatan. Oleh karena itu, tentang point ini tidak ada perbedaan di antara kita.

          b) Melalui iman/percaya kepada Yesus Kristus juga perlu untuk keselamatan, karena "The justification of an adult is not possible without faith." Namun, permasalahannya adalah apakah "hanya iman saja", maka seseorang dibenarkan dan kemudian memperoleh keselamatan. Selama Anton tidak mengatakan "IMAN SAJA", maka kita mempunyai kesamaan pandangan akan pentingnya imam dalam keselamatan.

          c) Baptisan diperlukan untuk keselamatan, karena Alkitab sendiri mengajarkannya dan para Bapa Gereja juga menuliskan hal yang sama tentang pentingnya baptisan untuk mendapatkan keselamatan. Namun sebagai catatan, Gereja Katolik juga tidak mengajarkan bahwa baptisan saja diperlukan untuk keselamatan.

          Anton mengutip "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (ef 2:8-9). Gereja Katolik setuju dengan hal ini, karena memang keselamatan adalah pemberian Allah. Keselamatan yang dijanjikan adalah bersifat supernatural yang tidak dapat dicapai oleh manusia dalam kodrat naturalnya. Dan iman memang diperlukan untuk keselamatan. Anton mengutip beberapa ayat, seperti Titus 3:5-6; 2 Tim 1:9; 1 Kor 1:17, dan pada saat yang bersamaan meminta saya untuk merenungkkan ayat tersebut dengan rendah hati. Terima kasih telah mengingatkan saya untuk dapat rendah hati dan kita semua memang dituntut untuk menjadi lebih rendah hati. Bagi saya, sebagai umat Katolik, kerendahan hati saya ditunjukkan dengan ketaatan saya akan pengajaran dari Magisterium Gereja Katolik, yang pengajarannya tidak bertentangan dengan pesan Alkitab, bahkan menjaga agar pesan alkitab diwariskan dari generasi ke generasi secara murni. Dan berikut ini adalah keterangan yang dapat saya berikan:

          a) Titus 3:5-6 mengatakan "5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 6. yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita," Saya tidak mempunyai masalah dengan ayat ini, karena memang tidak menyebutkan iman saja penting untuk keselamatan. Gereja Katolik juga mempercayai bahwa tanpa rahmat Allah, maka manusia tidak dapat memperoleh kesematan. Oleh karena itu, tidak ada yang perlu dibanggakan dari diri kita kalau kita memperoleh keselamatan, karena memang semua itu adalah anugerah Allah. Bahkan di ayat tersebut dikatakan "rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali" Gereja Katolik menginterpretasikan bahwa rahmat Allah yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan didapat melalui (oleh) permandian kelahiran kembali, yang adalah baptisan. Oleh karena itu, baptisan bukan hanya membawa seseorang kepada persatuan dengan umat Allah, namun juga memberikan rahmat Allah yang memang diperlukan untuk keselamatan, seperti yang ditegaskan di dalam: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa baptisan bukanlah hanya sekedar simbolik, namun sebaliknya baptisan diperlukan untuk keselamatan. Saya akan mencoba menerangkan ayat-ayat tersebut satu-persatu di bagian bawah.

          b) 2 Tim 1:9 mengatakan "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman." Tidak ada masalah dengan ayat ini, karena Gereja Katolik juga mengakui bahwa keselamatan adalah semata karena kasih karunia Allah. Namun, kita jangan melupakan bahwa kasih karunia Allah memampukan kita untuk merubah diri kita dari dalam, yaitu untuk menjadi semakin mirip dengan Kristus. Dan rahmat ini tercurah pada saat seseorang dibaptis. Hal ini ditegaskan oleh rasul Paulus sendiri yang mengatakan "3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. 5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. 6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa." Dari ayat tersebut kita melihat bahwa Baptisan bukan hanya sekedar simbolik, namun penting untuk keselamatan, karena dengan baptisan maka seseorang dikuburkan bersama Kristus oleh baptisan dalam kematian, sehingga kita memperoleh kehidupan yang baru. Kapankah kita memperoleh kehidupan yang baru? Setelah kita dibaptis.

          c) 1 Kor 1:17 mengatakan "Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia." Apakah benar bahwa Paulus tidak pernah membaptis? Di ayat 16 dikatakan bahwa Paulus membaptis keluarga Stefanus, dan mungkin ada lagi yang dibaptis olehnya, namun dia tidak ingat. Konteks dari ayat ini adalah untuk menekankan agar tidak ada perpecahan pada jemaat di Korintus yang mengkotak-kotakkan diri berdasarkan dari siapa yang membaptis/ mengajar mereka. Inilah sebabnya rasul Paulus mengatakan "Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus." (ayat 12). Namun, rasul Paulus sendiri menyadari pentingnya baptisan, sehingga dia mengatakan ""3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Rm 6:3-4).
          Atau, kalau rasul Paulus tahu, bahwa Yesus mengatakan "19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.", namun tidak menjalankan perintah Yesus yang terakhir, maka akan sangat sulit dipercaya.
          Bagaimana mungkin seseorang yang tidak melihat pentingnya baptisan dapat mengatakan bahwa baptisan memberikan rahmat agar manusia dapat hidup baru? Kita juga tidak melupakan, ketika Ananias bertemu dengan rasul Paulus, dia menyembuhkan kebutaan Saulus, dan memudian mengatakan "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kis 9:18). Dan inilah sebabnya, dalam Sakramen Baptis untuk dewasa di dalam Gereja Katolik, seseorang dibaptis dengan materi air, dan kemudian seseorang menerima pengampunan dosa, dan setelah itu menyerukan nama Tuhan dalam doa Aku Percaya.

          Demikianlah penjabaran dan permenungan saya untuk ayat-ayat yang telah diberikan oleh Anton. Dan ayat-ayat tersebut tidak bertentangan dengan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Dan di point ini, Anton mengatakan "Dan masih berlimpah lagi ayat-ayat yang mendukung bahwa KASIH KARUNIA ALLAH lah yang menyelamatkan kita orang berdosa, bukan BAPTISAN". Dari kalimat ini, saya menyimpulkan bahwa seolah-olah Anton memisahkan antara kasih karunia Allah dengan Baptisan. Namun, Gereja Katolik percaya bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia atau belas kasih Allah (the efficient cause), namun di satu sisi Gereja Katolik juga percaya bahwa baptisan perlu untuk keselamatan (the instumental cause), karena di dalam baptisan, kasih karunia Allahlah yang dicurahkan. Masalahnya bukan A (kasih karunia Allah) atau B (Baptisan), namun kasih karunia Allah dan Baptisan atau A dan B diperlukan untuk keselamatan, karena itulah yang disebutkan di dalam Alkitab.

          2) Seperti yang saya tuliskan, maka Gereja melihat keselamatan secara keseluruhan, seperti yang disebutkan di dalam Alkitab, termasuk pentingnya rahmat Allah, iman, baptisan, dan juga perbuatan kasih sampai akhir. Kalau Anton tidak mau mengkaitkan dengan hal ini, maka kita dapat membahas tentang hal ini dalam kesempatan lain.

          3) Ketika saya mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak mempercayai bahwa HANYA baptisan yang menyelamatkan, maka Anton memberikan tanggapan "Stef, memang bukan “HANYA” dengan baptisan, maka seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga, bahkan BAPTISAN sendiri tidak dapat MENYELAMATKAN. KASIH KARUNIA ALLAH lah yang MENYELAMATKAN melalui proses KELAHIRAN KEMBALI yang dilakukan oleh ROH KUDUS ( Yoh 3 ).
          Itulah sebabnya orang Kristen percaya bahwa KASIH KARUNIA ALLAH mutlak untuk KESELAMATAN seperti yang Alkitab katakan. Bukan Baptisan.
          Itulah sebabnya Ibr 11 : 6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
          Stef lihat sendiri ayat yang Stef kutip. IMAN/PERCAYA mutlak untuk orang berkenan kepada Allah. Bukan Baptisan tapi IMAN.
          Bagi Gereja Katolik, baptisan adalah mutlak untuk keselamatan tapi Kitab Suci mengatakan KASIH KARUNIA ALLAH melalui KELAHIRAN KEMBALI yang mutlak untuk Keselamatan. Itulah bedanya.
          "

          a) Saya menyetujui bahwa tidak hanya dengan baptisan maka seseorang dapat diselamatkan. Itulah sebabnya bahwa Gereja Katolik melihat baptisan sebagai "the instumental cause of the first justification." Namun, saya mempercayai bahwa baptisan perlu untuk keselamatan, seperti yang dikatakan di dalam Alkitab. Disinilah pentingnya kita membedakan terminologi "penyebab/cause" dari keselamatan, seperti yang disebutkan oleh council of Trent. Tanpa terminologi ini, maka akan sangat sulit untuk mengatakan bahwa keselamatan "disebabkan" oleh A, B, atau C. Dengan terminologi di bawah ini, maka kita melihat bahwa rahmat Allah, iman, baptisan mempunyai peran dalam keselamatan. Dengan demikian Anton tidak salah paham tentang apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Konsili trente mendefinisikan justifikasi dengan:

          a) The final cause is the honour of God and of Christ and the eternal life of men.
          b) The efficient cause is the mercy of God.
          c) The meritorious cause is Jesus Christ, who as mediator between God and men, has made atonement for us and merited the grace by which we are justified.
          d) The instrumental cause of the first justification is the Sacrament of Baptism. Thus it defines that Faith is a necessary precondition for justification (of adults).
          e) The formal cause is God’s Justice, not by which He Himself is just, but which He makes us just, that is, Sanctifying Grace.

          b) Inilah perbedaan antara Anton dan saya dalam memandang keselamatan. Anton senantiasa berpendapat A atau B, namun saya berpendapat bahwa A dan B (rahmat Allah, iman, baptisan) perlu untuk keselamatan, seperti yang dijabarkan oleh council of Trent di atas. Dan ini sejalan dengan apa yang dikatakan di dalam Alkitab, dimana di beberapa ayat disebutkan peran iman untuk keselamatan, namun di satu sisi, Alkitab juga menyebutkan peran baptisan untuk keselamatan, seperti ayat-ayat yang saya sebutkan sebelumnya: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21.

          c) Oleh karena itu, saya juga mengakui bahwa iman penting untuk keselamatan. Dan oleh sebab itu, saya tidak melihat adanya kontradiksi antara apa yang saya percaya dengan Ibr 11:6 yang mengatakan "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." Namun, apakah ayat ini mengatakan HANYA IMAN? Tidak, namun ayat ini mengatakan bahwa untuk dapat berkenan kepada Allah diperlukan iman, namun bukan IMAN SAJA. Dan apakah dengan ayat ini, maka membuktikan bahwa baptisan tidak perlu? Tentu saja tidak, bahkan begitu banyak ayat dari Alkitab yang mendukung bahwa baptisan adalah perlu untuk keselamatan. Dan inilah yang ditentang oleh Anton.

          4) Pertanyaan saya kepada Anton bagaimana seseorang dapat diselamatkan adalah sangat penting, sehingga seseorang dapat melihat keselamatan secara total. Namun, kalau Anton ingin membahas hal ini dalam diskusi tersendiri, saya juga tidak berkeberatan. Anton mengatakan "Untuk JAMINAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA, saya akan bahas lebih lanjut karena akan membuat pembahasan kita mengenai Baptisan menjadi tidak focus." Kita memang dapat membahas tentang topik ini tersendiri, namun perkataan dari rasul Paulus perlu kita renungkan "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” (Fil 2:12) dan “26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. 27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:26-27). Kalau rasul Paulus begitu pasti akan jaminan keselamatan bagi orang-orang percaya, mengapa dia menuliskan "kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar" dan "jangan aku sendiri ditolak"? Apakah rasul Paulus tidak yakin akan jaminan keselamatan orang percaya? Rasul Paulus tahu bahwa keselamatan bukanlah satu kali kejadian, namun proses sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Dan inilah yang dipercaya oleh Gereja Katolik

          5) Tentang baptisan rindu dan baptisan darah, kita dapat membahasnya secara lebih mendetail di lain waktu. Namun, pengajaran Gereja Katolik tidaklah bertentangan dengan Alkitab. Mk 10:38-39 mengatakan "Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"
          39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.
          " Apakah baptisan yang harus kuterima mengacu kepada baptisan air? Tidak, karena baptisan yang berhubungan dengan cawan yang harus Yesus minum adalah penderitaan-Nya sendiri, yang mengacu pada darah-Nya. Dan inilah juga sebagai dasar baptisan darah. Lihat juga Lk 12:50 "Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!" Apakah menerima baptisan di sini adalah baptisan air? Tidak, karena ini mengacu kepada kematian-Nya, atau baptisan darah. Dan memang tidak ada yang secara persis mengatakan baptisan darah maupun baptisan rindu di dalam Alkitab. Hal ini tidaklah menjadi masalah. Anton mengatakan "Dalam pembahasan ini saya selalu setia kepada Kitab Suci dan selalu saya kutip dari Firman Allah. Itulah sebabnya saya selalu dapat menunjukan ayat-ayat yang berhubungan dengan pembahasan ini." Hal yang sama, saya lakukan, yaitu untuk mencoba setia dengan Firman Tuhan. Dan kalau kita tidak dapat menemukan suatu terminologi yang persis, seperti yang disebutkan di dalam Alkitab, bukan berarti bahwa kita tidak setia terhadap Alkitab. Sola Scriptura, Sola Fide, Trinitas adalah terminologi-terminologi untuk menyatakan konsep. Seperti perkataan Trinitas dan pengertiaannya bahwa Trinitas adalah satu Tuhan dalam tiga pribadi, tidak dapat kita temukan di dalam Alkitab secara persis, namun semua umat Kristen – baik Katolik dan non-Katolik – menerimanya. Kata "pribadi/person" sendiri diambil bukan dari Alkitab. Apakah dengan demikian maka orang yang percaya akan Trinitas tidak setia terhadap Alkitab? Tentu saja tidak, bahwa terminologi tersebut menjadi begitu penting agar orang dapat setia terhadap Firman Tuhan, seperti yang ditunjukkan oleh Gereja Katolik pada waktu melawan kesesatan ajaran Arianism.

          a) Anton mempertanyakan "a.Kalau orang sampai mempunyai Kerinduan dan Penyesalan atas dosa-dosanya, menurut Stef ini suatu proses KELAHIRAN BARU yang dilakukan oleh siapa ? b.Kalau orang sampai bisa mengakui Yesus Kristus dihadapan manusia menurut Stef ini suatu proses KELAHIRAN BARU yang dilakukan oleh siapa ?" Tentu saja jawaban a dan b adalah karena rahmat Tuhan. Dan ini tidak bertentangan dengan posisi yang saya ambil, karena saya juga mengakui bahwa keselamatan adalah karena anugerah Allah semata. Apakah Anton melihat pertentangan dalam pernyataan saya?

          b) Pada waktu saya mengutip "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 10:32), Anton memberikan tanggapan "Stef mulai sadarkan ? Pengakuan yang dilandasi oleh IMAN kepada Yesus Kristus yang menyebabkan Yesus juga akan mengakuinya di depan Bapa di sorga.
          Sekali lagi bukan karena Baptisan tapi karena Pengakuan/Iman (Roma 10 : 10)
          " Saya bukan mulai sadar akan pentingnya iman dalam keselamatan seseorang, namun saya telah menyadarinya, karena ini juga dipercayai oleh Gereja Katolik dan juga Alkitab. Namun ayat tersebut tidak mengatakan bahwa HANYA PENGAKUAN SAJA atau HANYA IMAN SAJA. Selama tidak ada kata SAJA, maka saya mengakui pentingnya iman dalam proses keselamatan, karena memang Alkitab tidak pernah mengatakan hanya iman saja perlu untuk keselamatan. Sebaliknya, Alkitab juga menyatakan pentingnya baptisan selain iman, seperti yang disebutkan di: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21.

          6) Anton mengatakan "KESELAMATAN/KELAHIRAN BARU adalah ANUGERAH/KASIH KARUNIA ALLAH/PEMBERIAN ALLAH. Kasih karunia Allah lah yang menyelamatkan orang berdosa." Benar sekali, dan memang inilah yang dipercayai oleh Gereja Katolik.
          Kemudian Anton mengatakan "BAPTISAN BUKAN ALAT KESELAMATAN tapi bukti manifestasi IMAN karena KESELAMATAN yang sudah diterima pada saat PERCAYA atau DILAHIRKAN KEMBALI."

          a) Apakah dengan demikian baptisan sebagai manifestasi Iman adalah merupakan suatu tindakan simbolik belaka? Apakah ada ayat-ayat yang mendukung bahwa baptisan hanyalah sekedar tindakan simbolik? Kalau memang simbolik belaka, mengapa Yesus mengatakan "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Mk 16:16). Anton dalam jawaban sebelumnya mengatakan "Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Lihatlah ayat yang Pak Stef kutip diatas ! Jangan berhenti di tanda koma. Renungkan kata selanjutnya. Pertanyaan : Yang akan dihukum YANG TIDAK PERCAYA atau YANG TIDAK DIBAPTIS ?“ Dan saya memberikan jawaban:

          1) Kalau menurut ayat Mk 16:16, secara literal maka kita mengatakan bahwa yang dihukum adalah orang yang tidak percaya. Namun, saya juga dapat bertanya kepada Anton: Dari ayat tersebut siapakah yang akan diselamatkan? Apakah yang percaya saja atau yang percaya dan dibaptis?

          2) Rasul Petrus menegaskan “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan–maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah–oleh kebangkitan Yesus Kristus” Baptisan menyelamatkan, seperti nabi Nuh diselamatkan dari air bah. Bukan untuk membersihkan kotoran jasmani, namun untuk membersihkan kotoran rohani. Dan memang inilah yang kita terima dalam Baptisan. Dikatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rm 6:4). Kapankah kita memperoleh hidup yang baru? Setelah kita menerima baptisan, karena baptisan menguburkan manusia lama dan memperbaharuinya, sehingga kita dapat menjadi manusia baru, manusia di dalam Kristus, sehingga kita dapat berkenan di hadapan Allah, sehingga kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, sehingga kita dapat memperoleh keselamatan.

          b) Apakah dengan demikian perkataan dari Anton "keselamatan yang sudah diterima pada saat percaya atau dilahirkan kembali" merupakan suatu jaminan bagi orang percaya dan tidak akan mungkin hilang? Mungkin Anton tidak akan membahas tentang hal ini pada diskusi ini, namun ini sebagai bahan permenungan bagi kita semua.

          c) Anton mengatakan "Itulah sebabnya Yesus menjanjikan Firdaus bagi penjahat yang PERCAYA kepada NYA “walaupun” tidak DIBAPTIS AIR. Bahkan tidak sempat berbuat baik sama sekali." Perbuatan dari penjahat tersebut adalah sangat luar biasa, yaitu bekerja sama dengan rahmat Allah. Setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh orang yang disalibkan adalah merupakan suatu siksaan. Kalau kita melihat secara lebih jauh akan apa yang dialami oleh orang yang disalibkan, maka kita akan menghargai perbuatan yang dilakukan oleh penjahat yang bertobat. Apakah ada peran rahmat Allah kepada penjahat ini? Tentu saja ada, bahwa rahmat Allah senantiasa menjadi penggerak utama dalam setiap pertobatan. Apakah ada peran dari penjahat yang bertobat? Tentu saja ada, yaitu dalam bekerjasama dengan rahmat Allah yang diberikan.

          d) Lebih lanjut Anton mengatakan "Tetapi bukan berarti Baptisan tidak penting. Baptisan penting untuk memohon hati nurani yang baik kepada Allah-oleh kebangkitan Yesus Kristus (1Ptr 3 : 21)" Baptisan bukan hanya penting untuk memohon hati nurani yang baik, karena baptisan adalah penting untuk keselamatan. Pembaptisan yang menurut Alkitab adalah yang bermakna "menjadi satu dalam kematian-Nya untuk menjadi satu dalam kebangkitan-Nya." (Rom 6:5). Dengan kematian terhadap dosa, dan bangkit bersama Kristus, kita hidup bagi Allah (lih. Rom 6:11) dan hidup yang sedemikian inilah yang disebut hidup baru/ kelahiran kembali di dalam Tuhan Yesus.

          e) Anton mengatakan "Yoh 3 bicara mengenai KELAHIRAN KEMBALI oleh ROH. Baca dan renungkanlah seluruh perikop Yoh 3 (saya sudah bahas sebelumnya). Kelahiran Kembali yang dilakukan Roh Kudus yang menyelamatkan BUKAN BAPTISAN." Dalam pengajaran Gereja Katolik, maka Yoh 3:5 yang mengatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah." adalah mengacu kepada baptisan. Kita dapat membahas tentang hal ini secara terpisah.

          7) Seperti yang Anton katakan "Masalah Keselamatan bisa hilang, akan kita bahas setelah masalah Baptisan selesai. OK ?", kita tentu saja dapat berdiskusi tentang hal ini secara terpisah.

          8) Pada waktu saya membuat pertanyaan "Inilah yang membedakan antara konsep keselamatan yang dipercayai oleh Anton dan Gereja Katolik. Gereja Katolik mempercayai bahwa keselamatan adalah suatu proses sedangkan Anton seolah-olah mempercayai bahwa keselamatan adalah satu kejadian yang tidak mungkin hilang, sebagai akibat dari ajaran “sola fide”. Beberapa hal ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin dapat kita renungkan bersama:

          a) Apakah Anton dapat menunjukkan di bagian mana dari Alkitab yang mengatakan “iman saja” satu-satunya yang dapat menyelamatkan? Dan apakah mungkin seseorang beriman kemudian berbuat dosa sampai akhir hayatnya? Dan apakah orang seperti ini dapat diselamatkan? Apakah seseorang dengan keyakinan yang penuh mengatakan bahwa dia telah diselamatkan dan pasti masuk Sorga? Apakah yang mendasari keyakinannya? Bagaimana seseorang dikatakan mempunyai iman? Apakah hanya dengan perkataan saja? Bagaimana seseorang tahu bahwa dia mendapatkan iman yang menyelamatkan? Apakah ada iman yang tidak menyelamatkan?

          b) Apakah menurut Anton, seseorang seperti Mahatma Gandhi masuk Sorga atau neraka? Bagaimana dengan orang seperti yang terberkati Ibu Teresa dari Kalkuta? Apakah menurut anda ia dapat masuk Sorga, dan apa alasannya menurut anda?",

          maka Anton memberikan jawaban "Saya paham, Stef pasti bingung dengan hal ini. Karena Stef terkontaminasi dengan ajaran yang mengandalkan Perbuatan untuk masuk sorga. Saya akan bahas masalah ini setelah diskusi Baptisan selesai. Kalau Stef sendiri bagaimana ? Kalau saat ini Bapa panggil pulang Apakah anda pasti ke sorga ? Apa yang mendasari keyakinan anda ? Ingat anda pasti tidak lebih baik dari Ibu Teresa dari Kalkuta dan Mahatma Gandhi khan ?" Pertama, saya ingin meluruskan bahwa saya tidak bingung dengan pernyataan saya sendiri. Saya bertanya untuk menggali lebih dalam akan apa yang Anton percayai. Gereja Katolik tidak mengandalkan perbuatan untuk masuk Sorga, namun Gereja Katolik mengajarkan akan semua yang ditulis oleh Alkitab, termasuk: keselamatan adalah rahmat Allah semata, peran iman, baptisan, dan perbuatan kasih dalam keselamatan. Jadi, saya tidak mengerti akan pernyataan Anton "Karena Stef terkontaminasi dengan ajaran yang mengandalkan Perbuatan untuk masuk sorga." Di bagian manakah pendapat saya yang terkontaminasi dengan "mengandalkan perbuatan untuk masuk Sorga?" seperti yang disebutkan oleh Anton?

          Dan kalau Bapa memanggil pulang saat ini, memang saya tidak dapat memastikan bahwa saya akan langung masuk Sorga, oleh karena itu saya menggantungkan hidup saya pada rahmat Allah. Namun, saya mempunyai pengharapan yang besar akan belas kasih Allah kepada orang yang beriman dan setia mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2;12), bahwa mereka dan semoga juga saya, dapat masuk Sorga. Orang yang menjawab secara pasti bahwa dirinya pasti akan masuk Sorga adalah tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Tuhan tahu secara pasti apakah kita masuk Sorga atau tidak, namun kita tidak dapat memastikannya. Sebab jika sudah tahu dengan pasti, maka tidak perlu lagi "takut dan gentar". Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang telah (karena kematian Kristus), sedang, dan akan, sampai kita dipanggil oleh Tuhan.

          9) Tentang sakramen Baptisan yang memang belum diinstitusikan oleh Yesus sebelum misteri paskah, maka Anton memberikan tanggapan "Keselamatan penjahat itu BUKAN tidak terikat oleh Sakramen Baptis atau karena Sakramen baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, tapi memang sakramen BAPTIS BUKAN alat/sarana untuk KESELAMATAN." Bagaimana dengan ayat-ayat ini: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21?

          10) Waktu saya mengatakan "Demikian juga dengan penjahat tersebut, kalau seandainya dia diterangkan bahwa baptisan adalah mutlak untuk keselamatan, maka dia akan menerimanya.", maka Anton menjawab "Itulah sebabnya Yesus tidak menerangkan kepada penjahat itu mengenai baptisan, karena KASIH KARUNIA atau ANUGERAH ALLAH yang MUTLAK menyelamatkan orang berdosa bukan Sakramen BAPTIS."

          Yesus tidak menerangkan kepada penjahat tersebut tentang pentingnya baptisan, karena memang tidak ada waktu. Secara akal sehat, bagaimana mungkin seseorang yang disalibkan, yang setiap tarikan nafasnya merupakan siksaan, ingin menerangkan pentingnya baptisan? Namun, apakah kemudian, baptisan tidak perlu untuk keselamatan? Tentu saja penting. Setelah Pentekosta, Petrus mengatakan "37 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" 38 Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (Kis 2:37-38). Bayangkan kalau penjahat tersebut masih hidup dan mendengar perkataan Petrus, dan kemudian dia tidak menjalankan apa yang dikatakan oleh Petrus (yang telah menerima Roh Kudus sebelumnya) yang mengatakan "bertobatlah", "memberikan dirimu dibaptis". Apakah penjahat tersebut akan mendapatkan keselamatan? Tentu saja tidak, karena dalam ayat tersebut disebutkan bahwa baptisan bukanlah simbolik namun penting untuk keselamatan, yaitu: 1) untuk mendapatkan keselamatan, 2) dan agar dapat menerima karunia Roh Kudus. Dan apakah yang dilakukan oleh orang-orang tersebut? di ayat 41 dikatakan "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa." Mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh rasul Petrus, memberikan diri mereka dibaptis, sehingga mereka mendapatkan pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus.

          11) Pada waktu saya menuliskan "Kondisi dari penjahat tersebut memperlihatkan bahwa kalau kita setia sampai akhir hayat kita kepada Yesus, maka kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Dan ini menjadi tantangan bagi kita yang masih hidup dan mempunyai kesempatan untuk melaksanakan kehendak Kristus. Kita beriman, dibaptis, dan diberi kesempatan untuk setia sampai akhir. Kita sering jatuh ke dalam dosa, dan kita terus berjuang sampai pada akhirnya.", maka Anton memberikan jawaban "Setuju ! Orang Kristen yang telah dilahirkan baru dan mendapatkan hidup kekal pasti menyerahkan diri untuk dibaptis dan menggunakan kesempatan yang diberikan Allah untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kita sering jatuh ke dalam dosa tapi KASIH KARUNIA ALLAH yang besar yang diberikan kepada kita saat kita BERTOBAT membuat kita mampu berjuang sampai pada akhirnya. (1 Yoh 1 : 9 – 10)"

          Pertanyaannya adalah, apakah mungkin seseorang yang beriman, dibaptis, namun tetap hidup dalam dosa? Dan kita dapat melihat dalam kehidupan sekeliling kita. Ini adalah satu kenyataan pahit yang harus kita terima, dimana tidak semua orang yang percaya dan dibaptis, dapat menjadi saksi Kristus yang baik dan menghasilkan buah-buah yang baik. Kalau memang ada kondisi seperti ini, apakah kita yakin dan pasti akan mendapatkan keselamatan kita? Kalau rasul Paulus saja meminta untuk mengerjakan keselamatan dengan gentar (lih. Fil 2:12), agar dia sendiri tidak disingkirkan dalam bilangan yang diselamatkan (lih. 1 Kor 9:26-27), bagaimana kita dapat begitu yakin?

          12) Anton mengatakan "Itu sebabnya kita tidak boleh bergantung kepada satu ayat saja untuk mencari pendukung untuk membuktikan Sakramen Baptis mutlak untuk keselamatan." Saya tidak menggantungkan satu ayat saja untuk membuktikan bahwa Sakramen Baptis mutlak untuk keselamatan, karena ada bagitu banyak ayat yang lain, seperti: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21. Mungkin Anton juga perlu membedakan antara perkataan "mutlak" dan "saja". Saya tidak pernah mengatakan bahwa baptisan saja penting untuk keselamatan, namun baptisan mutlak untuk keselamatan.

          a) Lebih lanjut Anton mengatakan "Markus 16:16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Lihatlah kata Baptis selalu dihubungkan dengan kata PERCAYA. Tidak pernah kata baptis berdiri sendiri sebagai sarana Keselamatan. Tetapi kata PERCAYA/KASIH KARUNIA banyak sekali di Kitab Suci yang berdiri sendiri, tanpa kata baptis, sebagai sarana KASIH KARUNIA ALLAH yang mendatangkanKESELAMATAN.
          Makanya Markus 16 : 16 mengatakan Siapa yang TIDAK PERCAYA akan DIHUKUM. Bukan yang tidak dibaptis.
          Itu menunjuk bahwa KASIH KARUNIA ALLAH melalui IMAN mutlak untuk Keselamatan bukan Sakramen Baptis.
          "

          1) Seperti yang Anton katakan "kata Baptis selalu dihubungkan dengan kata PERCAYA", maka Gereja Katolik mempercayai hal ini. Itulah sebabnya baptisan senantiasa mensyaratkan iman (dalam baptisan dewasa), dan keduanya tidak terpisahkan. Tentu saja kalau seseorang akan dibaptis, dia harus tahu apa yang terjadi dalam pembaptisan. Inilah sebabnya iman senantiasa merupakan syarat dalam pembaptisan.

          2) Anton mengatakan "Tetapi kata PERCAYA/KASIH KARUNIA banyak sekali di Kitab Suci yang berdiri sendiri, tanpa kata baptis, sebagai sarana KASIH KARUNIA ALLAH yang mendatangkanKESELAMATAN." Tentu saja saya percaya akan hal ini dan hal ini tidak bertentangan dengan apa yang saya percayai, karena saya mempercayai pentingnya iman dalam keselamatan. Akan menjadi bertentangan kalau Anton dapat menunjukkan "HANYA IMAN SAJA" penting untuk keselamatan. Kasih karunia Allah tentu saja mutlak untuk keselamatan, namun hal ini tidak berarti bahwa baptisan tidak penting. Sebaliknya baptisan diperlukan untuk keselamatan. Apakah hanya dengan baptisan? Tentu saja tidak, karena Alkitab juga tidak menyebutkan hanya dengan baptisan, maka manusia mendapatkan keselamatan.

          3) Anton mengatakan "Makanya Markus 16 : 16 mengatakan Siapa yang TIDAK PERCAYA akan DIHUKUM. Bukan yang tidak dibaptis. Itu menunjuk bahwa KASIH KARUNIA ALLAH melalui IMAN mutlak untuk Keselamatan bukan Sakramen Baptis."
          Yang tidak percaya memang akan dihukum, seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Hal ini adalah wajar, karena seseorang yang tidak dipercaya tidak mungkin dibaptis. Saya juga bertanya kepada Anton "Siapa yang akan diselamatkan?" Apakah "yang percaya saja", atau "yang percaya dan dibaptis"? Bukankah ayat tersebut dengan jelas menyatakan "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan"?

          4) Anton bertanya "Menurut Stef, Markus 16 : 16 Ayat ini termasuk ayat yang sudah diinstitusikan oleh Yesus apa belum ?
          Hal ini saya tanyakan sehubungan dengan pernyataan Stef : Keselamatan penjahat tersebut tidak terikat oleh Sakramen Baptis, karena pada waktu itu Sakramen Baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus, dalam pengertian bahwa rahmat dari Sakramen Baptis adalah bergantung dari misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus.
          " Bandingkan pertanyaan Anton dengan pernyataan saya. Anton mengatakan "Ayat ini termasuk ayat yang sudah diinstitusikan oleh Yesus apa belum ?" Dan saya mengatakan "Keselamatan penjahat tersebut tidak terikat oleh Sakramen Baptis, karena pada waktu itu Sakramen Baptis belum sepenuhnya diinstitusikan oleh Yesus". Ada perbedaan yang menyolok antara institusi ayat dan institusi baptisan. Saya tidak tahu apa yang dimaksud oleh institusi ayat, seperti yang disebutkan oleh Anton. Menurut Anton, apa yang dimaksud dengan institusi ayat? Dalam pengajaran Gereja Katolik, rahmat yang mengalir dari Sakramen Baptis adalah berdasarkan misteri Paskah: penderitaan, kematian, kebangkitan, kenaikan Tuhan Yesus. Dan hal ini juga didukung oleh rasul Paulus yang mengatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia (penderitaan, kematian Kristus) oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati (kebangkitan Kristus) oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (kenaikan Yesus ke Sorga)” (Rm 6:4)."

          BERSAMBUNG KE BAGIAN 2 ….. (KLIK DISINI)

          Link yang lain: (BAGIAN 1, BAGIAN 2, BAGIAN 3, BAGIAN 4)

  11. Sakramen Baptis itu inisiasi. Orang yang dibaptis menjadi manusia baru. Ia mempunyai Roh Kudus. Itulah sebabnya ia disebut ilahi. Itu yang membedakan antara orang yang dibaptis dan yang tidak. Setelah dibaptis orang berhak menyebut Allah: Bapa (Abba ya Bapa). Orang yang tidak dibaptis tidak berhak walaupun ia bisa menyebut ‘Bapa’. Setelah dibaptis ia menjadi milik Kristus. Tubuhnya dijadikan bait-Nya. Bacalah 1Kor 3:16-17. Tuhan memberkati kita semua.

  12. Shalom !

    Untuk Baptisan Darah dan Baptisan Rindu, ada di kitab suci bagian mana supaya saya dapat pahami ?

    Yang mutlak buat keselamatan baptisan yang mana pak ? Darah , Rindu atau Air ?

    Bagaimana Gereja tidak tahu cara lain untuk memperoleh keselamatan ?

    Yoh 3 : 15 supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA beroleh hidup yang kekal.

    Yoh 3 : 16 supaya setiap orang yang PERCAYA kepadaNYA tidak binasa, melainkan beroleh
    hidup yang kekal

    Yoh 3 : 18 barangsiapa PERCAYA kepadaNYA, ia tidak akan dihukum

    Roma 10 : 9 Sebab kija kamu MENGAKU dengan mutmu, Bahwa Yesus adalah Tuhan
    dan PERCAYA dalam hatimu bahwa Allah……………maka kamu akan diselamatkan.

    Ef 2 : 8 Sebab karena KASIH KARUNIA kamu diselamatkan oleh IMAN…….

    Dan masih masih banyak ayat-ayat lagi mengenai satu-satu nya cara memperoleh keselamatan, yaitu PERCAYA / IMAN kepada Anak Allah yang Hidup yaitu YESUS KRISTUS Tuhan kita.

    Kenapa ayat2 tersebut diatas tidak menyebutkan kata Baptis ? Kalau memang Baptisan mutlak untuk keselamatan ?

    Mohon penjelasan pak .

    God bless

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Comments are closed.