Pertanyaan:
Yth. Tim Katolisitas,
Beberapa hari lalu saya baca artikel https://katolisitas.org/2010/12/01/eksorsisme-pengalaman-yang-tak-terlupakan. Ceritanya bikin saya merinding, sekaligus menguatkan iman saya.
Ada perkataan Romo Santo: ‘Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dan pada akhir cerita, Romo yang didakwa si iblis sebagai pendosa, tetap berhasil menjadi alat Tuhan untuk mematahkan kuasa si jahat.
Masih ada beberapa hal yang kurang saya pahami selama ini:
1. Apakah ini berarti, iman tidak berhubungan dengan dosa?
2. Apakah ini berarti, meskipun saya pendosa berat, Tuhan masih mau memakai saya sebagai alat keselamatan dari-Nya? Ini berkaitan dengan pertanyaan saya no. 3.
3. Saya merasa amat sering diganggu si jahat, dalam rupa dosa2 berat. Maksud saya, amat sering saya jatuh ke dalam dosa berat: percabulan dan amarah. Baru saja menerima Sakramen Tobat, beberapa hari berikutnya sudah jatuh lagi. Dosa berat yang pertama tidak perlu saya jelaskan lagi.
Yang kedua, ini bikin saya sangat kuatir.
Saya sangat marah jika di jalanan, saat saya sedang mengendarai mobil saya, tiba2 disalip, apalagi kalau membahayakan saya. Begitu marahnya hingga dalam pikiran saya, saya siap berkelahi, bahkan siap untuk bunuh2-an. Beberapa kali sampai terjadi perang mulut, tapi untungnya belum sampai terjadi perkelahian fisik seperti yang ada di benak saya. Tapi sesampainya di rumah, sampai beberapa hari kemudian, pengalaman buruk itu menghantui saya. Dalam bayangan saya, tergambar jelas saya sangat siap membunuh orang itu, simply karena saya anggap orang2 itu manusia egois yang bikin negeri ini jadi tempat berbahaya.
Saya sudah mendengar saran agar berdoa saja jika saat2 seperti itu tiba. Tapi pada prakteknya, saya benar2 tidak mampu berdoa jika saat itu tiba. Pertanyaan saya no. 3, apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasi hal ini?
Mohon pengajaran Romo/Bapak/Ibu ya. Saya tahu saya pendosa, tapi saya benar2 tidak ingin hidup seperti itu.
Terima kasih atas perhatian Romo/Bapak/Ibu.
Hormat saya,
Heru
Jawaban:
Shalom Heru,
Terima kasih atas pertanyaannya dan juga terima kasih atas keterbukaan anda. Mari kita membahas pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan satu persatu.
I. Hubungan antara dosa dan iman.
Anda bertanya apakah dosa berhubungan dengan iman. Untuk mengetahui hubungan antara keduanya, maka kita harus mengerti definisi dari iman dan dosa.
a. Definisi iman:
Iman, berasal dari kata pistis (Yunani), fides (Latin) secara umum artinya adalah persetujuan pikiran kepada kebenaran akan sesuatu hal berdasarkan perkataan orang lain, entah dari Tuhan atau dari manusia. Persetujuan ini berbeda dengan persetujuan dalam hal ilmu pengetahuan, sebab dalam hal pengetahuan, maka persetujuan diberikan atas dasar bukti nyata, bahkan dapat diukur dan diraba, namun perihal iman, maka persetujuan diberikan atas dasar perkataan orang/ pihak lain. Namun meskipun dari pihak lain, kita dapat yakin akan kebenarannya, sebab ‘pihak’ lain tersebut adalah Allah sendiri. Maka iman yang ilahi (Divine Faith), adalah berpegang pada suatu kebenaran sebagai sesuatu yang pasti, sebab Allah, yang tidak mungkin berbohong dan tidak bisa dibohongi, telah mengatakannya. Dan jika seseorang telah menerima/ setuju akan kebenaran yang dinyatakan Allah ini, maka selayaknya ia menaatinya.
b. Definisi dosa:
Ada begitu banyak definisi tentang dosa. Namun, secara prinsip, dosa dapat dikatakan sebagai suatu keputusan[1] dari pilihan[2] untuk menempatkan apa yang kita pandang lebih utama, lebih baik atau menyenangkan daripada hukum Tuhan (1 Yoh 3:4). Pada saat seseorang menempatkan ciptaan lebih tinggi daripada Penciptanya, maka orang tersebut melakukan dosa (St. Bonaventura). Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa dosa adalah melawan Tuhan (KGK, 1850), namun secara bersamaan melawan akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang benar. (KGK, 1849)
Kalau kita menganalisa, maka dosa terletak bukan pada pikiran (intellect) namun pada kehendak (will), karena apapun pikiran kita, namun pada akhirnya kehendak (will) kitalah yang membuat keputusan apakah kita akan melakukan dosa tersebut atau tidak. Dosa dapat disebabkan oleh sesuatu yang bersifat eksterior (dari luar) maupun sesuatu yang bersifat interior (dari dalam). Penyebab ekterior/dari luar dapat terjadi karena setan dan manusia, yang menyebabkan manusia berdosa dengan cara nasehat, pengaruh, godaan maupun dari contoh-contoh yang buruk. Sedangkan penyebab dari dalam adalah karena (1) ketidakperdulian (ignorance), (2) kelemahan (infirmity) gairah (passion), (3) penyimpangan kehendak (malice of the will).
c. Hubungan antara keduanya:
Dari penjelasan di atas, terutama dari penyebab dosa, maka kita dapat melihat bahwa sebenarnya memang ada hubungan antara iman dan dosa. Kalau dosa tersebut disebabkan oleh ketidakperdulian (ignorance), maka sebenarnya hal ini berkaitan erat dengan iman. Sebagai contoh, adalah iman Katolik untuk mempercayai apa yang dirumuskan oleh Magisterium Gereja, namun kalau seseorang yang beragama Katolik kemudian karena ketidakpeduliannya menjadi tidak mau tahu dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, maka iman yang dipegang oleh orang ini menjadi salah, yang dapat berakibat pada dosa.
Namun, di satu sisi, walaupun iman Katolik yang dipercayainya adalah benar, namun seseorang dapat saja jatuh ke dalam dosa karena kelemahan gairahnya, yang diakibatkan karena dosa asal. Dikatakan bahwa roh adalah penurut dan daging adalah lemah (lih. Mt 26:41). Hal ini juga ditegaskan oleh rasul Paulus yang mengatakan “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” (Rom 7:19) Namun, perlu disadari bahwa kelemahan yang disebabkan sebagai akibat dari dosa asal, tidak menjadikan hal ini sebagai justifikasi akan dosa-dosa yang kita buat. Jadi, kalau kita berbuat dosa, maka kitalah yang membuat keputusan untuk berbuat dosa. Bahwa ada faktor-faktor luar maupun kelemahan dari dalam, memang dapat membuat kita berbuat dosa, namun pada akhirnya kehendak kitalah yang memutuskannya. Untuk itu, masing-masing pribadi harus bertanggung jawab atas dosa yang dilakukannya.
II. Pendosa berat dan alat keselamatan Kristus.
Secara prinsip Tuhan menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4). Ini berarti rahmat Tuhan cukup untuk mengantar semua orang kepada iman yang benar, yang membawanya kepada keselamatan. Yang menjadi masalah adalah, sering kita tidak bekerjasama dengan rahmat Allah dan memilih jalan yang terlihat mengenakkan diri sendiri tanpa perduli apakah jalan tersebut adalah suatu dosa atau tidak. Jika jalan atau perbuatan melawan Allah masuk dalam kategori dosa berat, maka perbuatan tersebut menghancurkan kasih dan membuat kita menyimpang dari tujuan akhir – yang seharusnya adalah Sorga atau persatuan abadi dengan Tuhan.
Jadi, apakah mungkin Allah memakai pendosa berat sebagai alat keselamatan Kristus? Dalam kemurahan dan kebijaksanaan-Nya, Allah bebas untuk memakai setiap orang untuk menjadi alat keselamatan Kristus. Namun, bagaimana seseorang dapat menjadi alat keselamatan Kristus – dalam arti mengantar orang lain kepada Kristus – kalau kita sendiri tidak hidup di dalam Kristus? Tentu saja sulit bagi kita untuk menjadi saksi Kristus yang efektif. Bagaimana kita dapat mewartakan sukacita Kristus, kalau kita hidup dalam kesedihan? Bagaimana kita dapat mewartakan bahwa Kristus telah menebus dan memberikan Roh Kudus-Nya, kalau kita senantiasa hidup dalam gelimang dosa? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berlaku untuk semua orang – termasuk diri saya sendiri – agar kita dapat semakin menyadari akan kodrat kita, yaitu yang diciptakan sebagai anak-anak Allah, yang mempunyai tujuan akhir persatuan abadi dengan Tritunggal Maha Kudus di dalam Kerajaan Sorga.
III. Jadi bagaimana seorang pendosa berat dapat menjadi saksi Kristus?
1. Anda mengatakan “Saya merasa amat sering diganggu si jahat, dalam rupa dosa2 berat. Maksud saya, amat sering saya jatuh ke dalam dosa berat: percabulan dan amarah. Baru saja menerima Sakramen Tobat, beberapa hari berikutnya sudah jatuh lagi. Dosa berat yang pertama tidak perlu saya jelaskan lagi.”
a. Seperti yang saya paparkan di atas, kita tahu bahwa penyebab dosa dapat datang dari luar (exterior) maupun dari dalam (interior). Memang faktor luar – setan maupun manusia – dapat menyebabkan kita berbuat dosa, namun pada akhirnya, kehendak (will) kitalah yang memutuskan apakah kita menyetujui tindakan dosa tersebut. Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan (link ini mungkin juga dapat membantu – silakan klik):
1) Mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, melalui doa pribadi, sakramen-sakramen, devosi terhadap Bunda Maria. Dosa dan doa senantiasa berbanding terbalik. Kalau kita terus bertekun dan setia dalam doa, maka biasanya kita tidak akan melakukan dosa berat. St. Teresa dari Avila mengatakan bahwa salah satu – dosa berat atau doa – harus menyerah dan tidak mungkin kedua-duanya berjalan bersamaan.
2) Pada saat fantasi maupun keinginan untuk berbuat cabul itu datang, berdoalah dan mohon kekuatan dari Tuhan dan berdoalah juga agar Bunda Maria membantu. Bunda Maria, wanita tersuci akan membantu kita untuk mengatasi dosa ketidaksucian. Ucapkan doa yang pendek, namun berulang-ulang, seperti “Jesus, have mercy on me” atau “Yesus, kasihanilah aku“. Dan setelah itu, lanjutkan dengan aktifitas yang lain. Kita juga harus mencoba untuk menghindari situasi yang dapat membangkitkan fantasi seksual, misalkan, website yang tidak benar, buku bacaaan yang tidak benar, dll.
3) Pada saat kita gagal dan kembali pada dosa yang sama, maka secepatnya kita harus datang kepada romo untuk menerima Sakramen Tobat. Dan mulai lagi dari awal, dan jangan berputus asa. Dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin) akan membutuhkan waktu untuk dipatahkan. Hanya berkat Tuhan dan kerjasama dari kita, yang dapat mengalahkannya. Alangkah baiknya kalau anda dapat mempunyai pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang sama, sehingga dia dapat membantu anda untuk mengatasi masalah ini. Habitual sin ini hanya dapat dikalahkan dengan “virtue” (kebajikan). Karena kebajikan adalah “the habit of the soul to perform good action with easiness and competent“, maka diperlukan suatu latihan untuk mengerjakan kebajikan tersebut secara berulang-ulang, sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan/habit Pada saat yang bersamaan, kita dapat minta kepada Tuhan untuk memberikan kebajikan tertentu – dalam hal ini kebajikan kemurnian – , karena hanya Tuhan yang dapat masuk ke dalam jiwa kita dan memberikan rahmat yang diperlukan untuk mendapatkan kebajikan yang kita minta.
4. Jangan berputus asa, karena sesungguhnya kesadaran akan kesalahan itu berasal dari karya Roh Kudus yang dapat membawa seseorang kepada pertobatan dan kerendahan hati.
2. Langkah-langkah praktis di atas dapat juga diterapkan untuk kemarahan yang sering melanda. Kebajikan yang harus dibina adalah kesabaran dan kelemahlembutan. Kembali kesabaran dan kelemahlembutan bukanlah sesuatu yang dapat diterapkan secara tiba-tiba kalau kita telah memupuk dan mengumbar kemarahan secara bertahun-tahun, yang menjadikan marah adalah merupakan reaksi spontan ketika sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak kita menimpa kita. Oleh karena itu, latihlah kesabaran dan kelemahlembutan dari hal-hal yang kecil. Pada saat yang bersamaan mintalah karunia kesabaran dan kelemahlembutan dari Tuhan. Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk terus berakar pada sakramen – terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Kalau anda mau berusaha lebih keras, anda dapat melakukan jalan salib setiap hari Jumat, yang mengingatkan kita bahwa Putera Allah telah mengalami begitu banyak penderitaan, namun Dia menghadapinya dengan sabar dan penuh kelemahlembutan. Dengan demikian setiap peristiwa akan membantu anda untuk belajar kesabaran dan kelemahlembutan.
3. Akhirnya, kita harus menyadari bahwa kita semua memang pendosa. Oleh karena itu, kita membutuhkan rahmat Allah, sehingga kita dapat benar-benar menjadi anak-anak-Nya, yang kudus. Dan kekudusan adalah suatu perjuangan. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar kalau kita mengalami jatuh dan bangun. Yang paling penting adalah kita harus benar-benar berjuang dalam kekudusan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan kita. Dan ini sekaligus menjadi bukti bahwa kita mengasihi Allah, bukan hanya dengan kata-kata, namun dengan menuruti segala perintah-Nya. Mari, kita bersama-sama mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita. Dan langkah paling awal adalah “PERTOBATAN“.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai…
Saya ingin bertanya.apakah termasuk dosa kl terlintas didalam pikiran kita utk membenci seseorg yg tidak kita sukai…padahal org itu jauh dati kita…
Terima kasih.
Shalom Ratna,
Kalau secara tidak sadar terlintas di dalam pikiran kita membenci seseorang, namun kemudian kita memutuskan untuk tidak melanjutkan pemikiran ini, kita tidak berdosa. Namun, sebaliknya kalau kita memelihara rasa benci ini, maka kita telah berdosa, karena secara sadar (deliberately) seseorang memutuskan untuk membenci orang lain. Tentu saja keadaan dapat mengurangi dosa seseorang, namun tidak menutup kenyataan bahwa ini adalah salah satu bentuk dosa. Bahkan rasul Yohanes mengatakan “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” (1Yoh 3:15). Dengan kekuatan sendiri, sungguh sulit untuk tidak membenci orang yang telah menyebabkan kehancuran kehidupan seseorang. Namun, langkah pertama adalah dengan rendah hati datang di hadapan Tuhan bahwa kita tidak dapat mengampuni orang tersebut, namun kita membuat keputusan untuk mau mengampuni. Setelah itu, biarkan rahmat Allah bekerja dan rahmat Allah akan memampukan kita untuk dapat mengampuni orang tersebut. Dapatkah rahmat ini juga dapat Sakramen Tobat. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai Kristus.
Pak Stefanus,
memang sulit mengatasi atau meredam pikiran kita, pikiran seakan-akan baru berhenti aktif pada saat kita tetidur lelap atau pada saat kita pinsan atau saat kita dibius.
Saya coba mereka-reka sendiri definisi yang pak Stefanus anjurkan yaitu :
“silakan mendefinisikan akal budi (intellect) dan kehendak (will) dan dosa. Apakah perbedaan antara intellect dan will dan bagaimana hubungan antara intellect dan will dengan dosa?”
*) saya setuju bahwa akal budi (intellect) adalah godaan (walaupun akal budi mejadi cemar karenannya)
*) saya juga setuju jika kehendak (will) yang harus diwaspadai agar tidak menjadi perbuatan yang akan menjadikan kita berdosa.
*) dan menurut saya DOSA adalah akibat kehendak kita yang kita biarkan melakukan/melaksanakan DOSA.
PERTANYAAN :
# Apakah orang gila atau tidak waras juga berdosa jika dia melakukan kehendak dari pikiran liarnya ?
# Apakah orang yang tidak sadar diri misalnya mabuk berat juga berdosa jika dia melakukan kehendak dosanya ?
# Apakah ciri-ciri dari orang yang memiliki banyak dosa atau dosanya sangat besar ??
Terima kasih pak Stefanus, semoga Damai Kristus beserta kita.
Shalom Anton,
Silakan melihat jawaban saya kepada Yunita di sini – silakan klik. Orang gila, tidak waras, dan pemabuk tidak berdosa, karena mereka tidak melakukan dosa tersebut dengan kesadaran (deliberately). Dosa mereka terletak pada saat sebelum mereka menjadi gila atau sebelum mereka mabuk. Di link yang sama anda dapat melihat tahapan dosa dan tahap 6-7-8 dapat membuat seseorang terkukung dalam kubangan dosa. Hanya rahmat Allah yang dapat membebaskan orang tersebut dari kubangan dosa. Sakramen Pengampunan Dosa menyediakan rahmat Allah ini mengalir bagi umat Allah yang bertobat. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef
Mohon penjelasan tentang dosa
Secara umum dikatakan bahwa saat kita melakukan sebuah tidakan dosa, orang secara awam berpendapat langsung bahwa ada ” godaan / dorongan” iblis sehingga kita sampai berbuat dosa
Sebenarnya secara teologi katolik dalam menanggapi hal ini seperti apa ?
Yang saya pahami adalah ketika manusia berbat dosa, maka itu adalah pilihan dari “kehendak bebas” manusia, dan saya tidak melihat ” peran nyata iblis” dalam hal ini
Apakah iblis tahu apa yang sedang sedang pikirkan ?
Dengan cara seperti apa iblis menjerumuskan kita melakukan tindakan dosa ?
Kalau dengan kasus Hawa jatuh karena hawa benar-benar bertemu mukadengan iblis
Trimakasih
Shalom Nate,
Tidak semua tindakan dosa merupakan godaan dari iblis. Kalau kita melihat tanya jawab di atas, maka kita dapat melihat bahwa dosa dapat disebabkan faktor ekternal – iblis maupun manusia – dan internal – (1) ketidakperdulian (ignorance), (2) kelemahan (infirmity) gairah (passion), (3) penyimpangan kehendak (malice of the will). Untuk mengatakan bahwa semua dosa yang kita lakukan adalah merupakan godaan dari iblis, sehingga seolah-olah iblislah yang bersalah, sebenarnya terlalu menyederhanakan masalah dan mencoba untuk menyalahkan orang lain (iblis) atas dosa-dosa yang kita lakukan. Dapat terjadi bahwa iblis menggoda dan mempengaruhi kita untuk berbuat dosa. Namun, menjadi tanggung jawab kita kalau kita berdosa, karena kehendak (will) kita mengikuti dan mengambil keputusan untuk melakukan dosa. Iblis tidak dapat masuk ke dalam kehendak (will) kita, kalau kita sendiri menolaknya. Iblis dapat mempengaruhi manusia untuk berbuat dosa dengan cara mempengaruhi pertimbangan dan pemikiran kita, menggunakan kelemahan kita. Iblis tidak dapat membaca pikiran kita, walaupun dia dapat menebak pikiran kita. Namun pada akhirnya, kehendak (will) kitalah yang memutuskan apakah kita mau menuruti godaan atau cobaan dari iblis atau tidak. Tentang Hawa, dari Kitab Kejadian, kita tahu bahwa Hawa bertemu dengan Lucifer atau si ular tua (lih. Why 12:9). Namun, di dalam kebesaran Tuhan, kejatuhan manusia membawa kebaikan yang lebih tinggi, yaitu kedatangan Anak Manusia, Sang Penebus, yang membawa keselamatan kepada manusia dan membuktikan kasih Allah yang begitu agung kepada manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
pak Stef
Trimakasih jawabanya
Jadi intinya, kalau kita berdosa, adalah mengikuti kehendak kita untuk memutuskan berbuat dosa
Trimakasih
Saya sedang search di situs ini tentang tingkat dosa menurut gereja,yang dikategorikan dosa berat / ringan. Semoga bapak sudah menuliskannya
[Dari Katolisitas: topik tentang dosa berat dan dosa ringan sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Pak Heru,
Klo saya yang saya rasakan adalah intensitas doa harian, doa pagi, dan doa mau tidur, dibarengi dengan membaca bacaan harian dan kalau bisa lectio divina…
Sepanjang saya hidup dan kost di Jakarta hingga saat ini, banyak godaan, banyak tawaran untuk hidup yang bebas dan tidak beraturan..namun ketika ingat akan oh tadi pagi saya barusan baca alkitab lho.. barusan doa ma Yesus… semua bisa dipikir ulang dan akhirnya nda jadi tergoda…
Mungkin tips untuk daily pray dan bacaan harian itu penting… sungguh suatu kebahagian apabila katolisitas bisa ada rubrik renungan harian.. disertai dengan ayat dan bacaan harian..
Terima kasih
Tuhan memberkati.
Mas Heru,
Penjelasan Bu Ingrid dan kesaksian Bu Julianti, semoga membawa anda kepada pertobatan sejati dan mampu bangkit kembali.
Salah satu yang pernah saya baca di majalah Hidup(saya lupa nomor berapa, sudah lama sekali), tentang kesaksian seorang yang mempunyai dosa yang sama dan berulang-ulang, yaitu dosa perselingkuhan. Ia melakukan retret pribadi di Biara Rawaseneng, Temanggung, dengan bimbingan imam/biarawan dalam doa-doa kontemplatif, ia memperoleh rahmat pengampunan dan kekuatan sehingga terbebas dari kebiasaan dosa itu.
Selamat berjuang, Tuhan bersama anda melawan Setan.
Joseph S.
Halo Heru,
In a way, dulu saya mempunyai pengalaman yang sama dengan kamu, ttg kemarahan. Jika kesenggol sedikit saja, saya akan marah luar biasa, dalam pikiranku, aku akan sudah menyiksa (dengan sangat kejam) sebelum membunuh orang tersebut. Kemarahan tersebut telah banyak menyusahkan saya dan keluarga. Saya menjadi orang yang sangat tidak menyenangkan, sangat kesepian, negative thinking person, sensitive, moddy, etc. And sama seperti Anda, diminta untuk berdoa ketika hal itu terjadi pun, tidak bisa dilakukan, karena kalo dah marah, langsung jadi kalap. Jangankan doa, berpikir aza susah (segala macam cara untuk menghentikan marah dah dicobain dech – menurut buku, menurut pengalaman, menurut primbon hahaha….gak ngefek).
Puji Tuhan, saya banyak diberi berkat untuk memperbaiki diri dengan:
1. Mengikuti Misa Harian (Devosi kepada Sakramen Maha Kudus – Sakramen Ekaristi)
2. Sering mengikuti retret (Retret Penyembuhan Luka Batin, dan retret lainnya)
3. Tuhan mempertemukan saya dengan konselor2 dari SHEKINAH.
4. Sakramen Pengakuan Dosa
Dari point ke 2 dan 3 di atas, saya banyak belajar ttg LUKA BATIN, bahwa kemarahan yg sangat besar, yang ada di dalam hatiku dan kepalaku, ternyata adalah akibat dari LUKA BATIN yang dulu pernah kualami.
Dari sana (retret dan menemui konselor) saya banyak belajar bagaimana ‘menyembuhkan’ luka batin di hatiku, dengan berdoa doa pengampunan, banyak mengikuti Misa Harian, pengakuan dosa, dll.
Puji Tuhan, sekarang saya sudah banyak berubah (demikian kata keponakan, keluarga, teman2 kantor dan teman2 kepada saya). Mereka bilang saya sudah lebih tenang, lebih sabar, lebih pengertian, dll. And satu hal yang sungguh luar biasa bagiku, perasaan mudah tersinggung yg berujung di ‘menyiksa / membunuh’ orang di dalam pikiranku telah banyak berkurang, bahkan sekarang sudah sangat jarang sekali muncul (hanya jika saya tidak rajin doa hehe).
So bagiku, Misa Harian is a must, doa harian is a must (minimum 1/2 jam, lebih baik 1 jam sehari), pengakuan dosa is a must (harus sering), retret is a must (minimum 2x setahun). :-)
There’s no easy way……. what a must is a must.
Saya masih bergulat di doa harian, mohon doa dari team katolisitas juga. And may God hear your prayer heru and grant you the peace which you always wanted. Amen.
God bless
Yth. Tim Katolisitas,
Beberapa hari lalu saya baca artikel https://katolisitas.org/2010/12/01/eksorsisme-pengalaman-yang-tak-terlupakan. Ceritanya bikin saya merinding, sekaligus menguatkan iman saya.
Ada perkataan Romo Santo: ‘Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dan pada akhir cerita, Romo yang didakwa si iblis sebagai pendosa, tetap berhasil menjadi alat Tuhan untuk mematahkan kuasa si jahat.
Masih ada beberapa hal yang kurang saya pahami selama ini:
1. Apakah ini berarti, iman tidak berhubungan dengan dosa?
2. Apakah ini berarti, meskipun saya pendosa berat, Tuhan masih mau memakai saya sebagai alat keselamatan dari-Nya? Ini berkaitan dengan pertanyaan saya no. 3.
…….
Hormat saya,
Heru
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Bro,
Kutipan :
Kalau kita menganalisa, MAKA DOSA TERLETAK BUKAN PADA PIKIRAN (intellect) namun pada kehendak (will), karena apapun pikiran kita, namun pada akhirnya budi (will) kitalah yang membuat keputusan apakah kita akan melakukan dosa tersebut atau tidak.
Apa benar dosa tidak terletak pada pikiran atau angan-angan namun pada kehendak ?
Mungkin sampeyan berdua bisa menanggapinya.
Coba simak pernyataan Heru berikut ini :
Saya sangat marah jika di jalanan, saat saya sedang mengendarai mobil saya, tiba2 disalip, apalagi kalau membahayakan saya. Begitu marahnya hingga dalam pikiran saya, saya siap berkelahi, bahkan siap untuk bunuh2-an. Beberapa kali sampai terjadi perang mulut, tapi untungnya belum sampai terjadi perkelahian fisik seperti yang ada di benak saya. Tapi sesampainya di rumah, sampai beberapa hari kemudian, pengalaman buruk itu menghantui saya. Dalam bayangan saya, tergambar jelas saya sangat siap membunuh orang itu, simply karena saya anggap orang2 itu manusia egois yang bikin negeri ini jadi tempat berbahaya.
Lalu apa artinya ayat berikut ini :
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Sinyal yang diterima dari mata dikirim ke pikiran sehingga timbul keinginan, walaupun belum berbuat tapi sudah dikatakan berdosa/berzinah dalam pikiran/ dalam hatinya.
Walaupun belum sampai kepada budi (will) menurut Kristus itu sudah berdosa, bagaimana menurut sampeyan.
Firman Tuhan menyarankan buat Heru berikut ini :
Anda sebagai orang Katolik pasti sudah pernah membaca atau paling tidak mendengar tentang ayat2 berikut ini :
Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. ### Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.### Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.### Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.### Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.### Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.### Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Jika nasehat Paulus diatas tidak merubah hati dan pikiran Heru,sungguh amat disayangkan
Shalom Yunita,
Terima kasih atas tanggapannya. Sebelum saya menanggapi lebih jauh, cobalah anda mendefinisikan akal budi (intellect) dan kehendak (will) dan dosa. Apakah perbedaan antara intellect dan will dan bagaimana hubungan antara intellect dan will dengan dosa?
Secara prinsip, pada waktu godaan datang dalam pikiran, maka ini belum merupakan dosa. Ini adalah suatu godaan, namun belum merupakan dosa. Menjadi dosa, kalau kita melayani pikiran jahat ini, sehingga pada akhirnya kita menghendaki dan menyetujui perbuatan dosa ini. Mari kita melihat ayat yang anda sampaikan “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Mt 5:28). Dari kutipan ini, kita melihat bahwa tidak ada yang salah dengan memandang perempuan. Yang menjadi salah adalah kalau seseorang memandang dan menginginkannya (dalam bahasa Inggris: with lust). Dengan menginginkan dalam konteks nafsu, maka orang tersebut menempatkan wanita bukan sebagai seseorang yang patut dihormati, namun sebagai obyek pemuas nafsu. Dan keinginan (will) manusia, dapat menolak godaan ini, yaitu dengan cara menolak godaan yang ada di dalam pikiran (yang terjadi sebagai akibat interaksi panca indera). Jadi, seseorang mulai berdosa, ketika dengan kehendaknya, dia mulai “mengiyakan” atau “menyetujui” godaan yang datang. Cobalah anda mencoba mendefinisikan kata “intellect”, “will” dan “dosa”. Dengan definisi yang tepat, maka kita akan sampai pada kesimpulan yang tepat. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom Katolisitas
Untuk Mat 5 : 28 akan dibaca lebih jelas jika dibaca di dalam Injil terjemahan lama sbb :
Tetapi Aku ini berkata kepadamu bahwa tiap-tiap orang yang memandang seorang perempuan serta bergerak syahwatnya, sudahlah ia berzinah dengan dia di dalam hatinya
Yunita
Shalom Yunita,
Kalau anda ingin meneruskan diskusi ini, cobalah untuk menjawab pertanyaan yang saya beri warna merah di atas: silakan mendefinisikan akal budi (intellect) dan kehendak (will) dan dosa. Apakah perbedaan antara intellect dan will dan bagaimana hubungan antara intellect dan will dengan dosa?
Semoga dengan adanya definisi yang anda berikan, maka kita akan melihat bahwa dosa terletak pada kehendak (will).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Katolisitas
BUDI (Mind): paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk
AKAL BUDI (Intellect) : daya atau proses pemikiran yg lebih tinggi yg berkenaan dng pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berpikir
KEHENDAK (Will): kemauan; keinginan dan harapan yg keras
DOSA (Sin) : perbuatan yg melanggar hukum Tuhan atau agama
Beda antara INTELLECT dan WILL : intellect sifatnya pasif tidak dinyatakan dalam perbuatan, tapi will aktif dan biasanya dinyatakan dalam perbuatan untuk mencapai yang diinginkan.
Hubungan antara INTELLECT dan WILL dengan DOSA : jika pikiran dan keinginan yang salah kalau terus ditumbuhkan akan menjadi suatu dosa, dan pada akhirnya akan berujung kepada maut.
Tapi itu semua cara berpikirnya manusia, pikiran Kristus tidak demikian , semua pikiran jahat yang timbul itu sudah disebut dosa. Oleh sebab itu ketika pikiran/keinginan dan angan-angan yang salah itu timbul harus segera dibuang supaya jangan tumbuh menjadi dosa.
Seperti tanaman kalau masih dalam bentuk kecambah, dengan dua jari kita bisa mencabutnya, namun kalau sudah tumbuh menjadi pohon, diperlukan alat yang memadai untuk mencabutnya.
Demikian juga angan2/pikiran dan keinginan yang dosa harus segera dibuang dalam nama Yesus, dijamin pasti keluar, tapi jika sudah berkembang menjadi dosa diperlukan banyak doa dan pengampunan serta airmata untuk menghapusnya.
Bagaimana kita tahu pikiran/keinginan dan angan-angan kita itu salah atau benar, lagi-lagi Roh Kudus yang sangat berperan di dalam hidup kita. Tanpa Roh Kudus kita bahkan tidak tahu pikiran/keinginan/ angan2 kita itu salah atau benar.
Berbahagialah kita sebagai orang Kristen sebab Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya untuk memimpin kita di dalam segala kebenaran dalam menjalani kehidupan ini terus hingga sampai di Sorga, sehingga kita mempunyai keyakinan yang teguh bahwa setelah hidup ini kita akan mewarisi Sorga yang telah dijanjikan itu.Bukan lagi mudah2an masuk Sorga, tapi pasti (seperti keyakinan Machmud , yang entah kemana dia sekarang tidak pernah lagi muncul di situs ini)
Sebab untuk apa kita memeluk agama Kristen menjadi pengikut Kristus, kalau kita tidak yakin bahwa kita (setelah kehidupan yang sementara ini) akan dibawa serta di dalam rumah Bapa di Sorga.Jika kita mengatakan sebab kita masih hidup didunia dan itu masih ada kemungkinan untuk jatuh dalam dosa, itu memang benar. Sebab jika kita mengatakan kita tidak berdosa , maka kita mendustai diri kita sendiri. Namun begitu kasih karunia Allah itu lebih besar dari dosa yang ada di dalam diri kita, sehingga kita harus penuh keyakinan bahwa kita adalah bagian dari Sorga.
Ada satu nyanyian yang indah berikut ini :
Sorgalah rumahku yang sangat kurindu
Kesana tertuju pandangan mataku
Tidak lama lagi kusampai disana
Oh, betapa senang untuk selamanya.
Kembali kepada Heru, usahakan dirimu untuk dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka kamu akan mendapat kuasa untuk mengusir segala pikiran dan kebencian yang ada di dalam hatimu, dan engkau akan merasakan betapa indahnya kalau kita bisa mengasihi orang2 yang kita temui dan terutama orang-orang disekitar kita.
Shalom Yunita,
Terima kasih atas jawaban anda. Akal budi memang bersifat pasif dalam pengertian bahwa akal budi (intellect) menerima suatu kenyataan. Akal budi kita mengatakan bahwa langit yang cerah berwarna biru, karena kenyataanya langit berwarna biru. kalau dia mengatakan warna lain, maka itu adalah salah karena tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini bertentangan dengan filosofi dari Kant dan Hegel yang mengikuti prinsip idealism. Sedangkan kehendak (will) mempunyai kemampuan untuk menginginkan apa yang diketahui oleh intellect. Seseorang dapat menginginkan uang, karena dia tahu bahwa dengan uang dia dapat membeli apa saja dan juga dapat membantu sesama. Jadi, seseorang dapat menginginkan sesuatu yang dianggap baik oleh akal budi – walaupun apa yang dipikirkan baik oleh akal budi dapat salah. Sebagai contoh seseorang dapat saja berfikir adalah baik untuk melakukan kontrasepsi daripada terjadi perselingkuhan atau rusaknya rumah tangga. Dengan demikian, kehendak juga sebenarnya dalam kadar tertentu adalah “pasif” karena digerakkan oleh sesuatu yang dianggap baik oleh akal budi. Dengan intellect dan will, maka manusia mempunyai free will, yang dapat membuat keputusan bebas (free will), yang memungkinkan manusia membuat keputusan secara sadar (deliberate).
Nah, pada saat seseorang melakukan sesuatu (baik di pikiran maupun di dalam perbuatan) yang bertentangan dengan perintah Allah dan dilakukan secara sadar, maka dia telah berbuat dosa. Sebagai contoh, kalau seseorang laki-laki melihat seorang perempuan cantik, kemudian terbayang hal-hal yang kotor, namun secara sadar dia kemudian menepis pikiran ini, maka dia belum berdosa. Pikiran kotor ini hanyalah menjadi suatu godaan dari luar yang ditolak oleh kehendaknya (will), sehingga tidak menimbulkan dosa. Kalau orang tersebut melayani pikiran kotor tersebut dan secara sadar (deliberate), orang tersebut membiarkan pikiran kotornya untuk menimbulkan kesenangan pribadinya, maka orang ini telah berbuat dosa, walaupun dosa tersebut masih di dalam pikiran. Dengan demikian, kunci dari perbuatan dosa adalah “kesadaran”, “kesengajaan” atau deliberation – yang mengalir dari kehendak (will). Rasul Yakobus mengatakan “14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak 1:14-15) Keinginan yang dibuahi adalah merupakan persetujuan dari kehendak (will) yang secara sadar (deliberate) menyetujui apa yang diberikan oleh akal budi sebagai sesuatu yang dianggap baik. Kehendak (will) manusia dapat menolak pemikiran yang salah ini, dengan melakukan rasionalisasi, seperti perintah Allah melarang hal tersebut, atau hal ini menyedihkan hati Allah. Dan tentu saja, mohon kekuatan dari Allah agar diberikan kemampuan untuk menolak godaan ini, seperti yang kita doakan dalam setiap doa Bapa Kami. Inilah sebabnya, umat Katolik berdoa Bapa Kami setiap hari. Mengetahui akan proses ini menjadikan kita lebih waspada terhadap dosa. Akal budi yang diberikan oleh Tuhan dapat menuntun kita untuk semakin mendekat pada Tuhan. Filosofi yang benar dapat membantu manusia untuk mendalami teologi.
Untuk memperjelas, dalam artikel tentang pengakuan dosa bagian 1 – silakan klik, pada bagian akhir saya mencoba memaparkan hal ini sebagai berikut:
Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.
Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).
Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).
Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.
Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.
Tahap 6: Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin) atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.
Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).
Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).
Semoga dari prinsip-prinsip di atas, kita melihat bahwa deliberation adalah kunci dari dosa. Inilah sebabnya orang gila tidak berdosa, karena dia tidak dapat memberikan deliberation. Dan semoga diskusi ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.