Bunda Maria memang adalah manusia biasa. Namun, meskipun manusia biasa,  Bunda Maria adalah pribadi yang istimewa, sebab ia bekerja sama dengan rahmat Tuhan untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia. Jadi, Bunda Maria dipilih menjadi ibu Tuhan bukan karena jasanya, tetapi pertama- tama karena kehendak dan rahmat Tuhan, yang kemudian ditanggapi oleh Bunda Maria dengan ketaatannya, sehingga Kristus Sang Penyelamat dapat lahir sebagai manusia di dunia. Teladan ketaatan Bunda Maria, yang membuat rencana Allah terhadap seluruh umat manusia dapat terlaksana, itulah yang menjadikan Bunda Maria sebagai seorang yang istimewa dan patut kita hormati.

Bunda Maria dipilih Allah untuk mengandung di dalam rahimnya, Yesus Kristus, yang di dalam-Nya tinggal “seluruh kepenuhan ke-Allah-an secara jasmaniah” (Kol 2:9). Ke-eratan hubungan antara Allah dan manusia yang sedemikian, tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada satupun nabi ataupun tokoh dalam Kitab Suci yang pernah mengandung ‘kepenuhan ke-Allahan’ seperti yang terjadi pada Bunda Maria. Allah mengutus Kristus Putera-Nya dengan mempersiapkan tubuh bagi-Nya (lih. Ibr 10:5). Untuk itu, diperlukan kerjasama yang melibatkan kehendak bebas seorang perempuan -yaitu Perawan Maria- untuk mewujudkan rencana Allah itu, sehingga tanpa benih laki-laki namun oleh kuasa Roh Kudus, Tuhan Yesus dapat menjelma menjadi manusia. Dengan ketaatannya menerima Sabda Allah dalam Kabar Gembira malaikat, Perawan Maria menerima Sang Sabda itu di dalam hatinya dan di dalam tubuhnya, sehingga dengan demikian, ia memberikan Sang Sabda kepada dunia. Persatuan yang erat antara Perawan Maria dengan Kristus Sang Sabda Allah menjadikannya layak dihormati sebagai Bunda Allah dan Bunda Penebus.

Dengan perannya sebagai ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Yesus, Sang Putera Allah yang Tunggal yang menjelma menjadi manusia, Bunda Maria menempati tempat yang istimewa dalam sejarah keselamatan. Jadi jika umat Katolik menghormati Maria secara istimewa dibandingkan dengan para orang kudus lainnya, itu disebabkan karena: Allah terlebih dahulu menghormati Maria dengan memilihnya menjadi Bunda Putera-Nya dan telah memenuhinya dengan rahmat agar ia dapat mengemban tugas yang mulia itu (lih. Luk 1:28,35,43);  serta karena Maria telah diberikan oleh Kristus untuk menjadi Bunda umat beriman (lih. Yoh 19:26-27). Sudah seharusnya, kita lebih menghormati ibu kita sendiri di antara semua perempuan di dunia; demikian juga adalah layak jika kita lebih menghormati Bunda Maria di antara semua orang kudus dan tokoh manusia lainnya dalam Kitab Suci. Namun demikian, penghormatan kepada Maria tidak pernah melebihi penghormatan kita terhadap Tuhan.

Dasar Kitab Suci:

  • Luk 1:28: Salam Maria, penuh rahmat
  • Luk 1:35: Roh Kudus menaungi Maria, sebab itu Anak yang dilahirkan Maria adalah Anak Allah
  • Luk 1:43: Maria adalah ibu Tuhan
  • Yoh 19:26-27: Maria diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi ibu bagi murid- murid-Nya
  • Gal 4:4: Tuhan mengutus Putera-Nya, untuk dilahirkan oleh seorang perempuan

Dasar Magisterium Gereja:

  • Konsili Vatikan II (1962-1965), Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium (LG):

“Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Bunda Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, dan dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan, ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi. Namun demikian, sebagai keturunan Adam, ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ia memang Bunda para anggota Kristus… karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu”.[175] Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik menghormatinya dengan penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta. (LG, 53)

Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk kita renungkan. Ada pun Kitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang lambat laun menyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu, sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang pewahyuan lebih lanjut yang penuh, langkah demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang perempuan itu, Bunda Penebus. Dalam terang itu ia sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang diberikan kepada leluhur kita yang pertama, yang jatuh berdosa (lih. Kej 3:15). Ia adalah Perawan yang mengandung dan melahirkan seorang Anak laki- laki, yang akan diberi nama Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23). Dialah yang unggul di tengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta menerima keselamatan dari pada-Nya. Dengan dia, sang Puteri Sion yang amat mulia, dan setelah masa penantian yang panjang, genaplah masanya,  dan mulailah tata keselamatan yang baru, ketika Putera Allah mengenakan kodrat manusia daripadanya, untuk membebaskan manusia dari dosa melalui rahasia-rahasia hidup-Nya dalam daging (LG, 55).

Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu seorang perempuan mendatangkan maut, sekarang pun, seorang perempuanlah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Sang Hidup itu sendiri yang membaharui segalanya, dan yang oleh Allah dianugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas seluhur itu. Maka tidak mengherankan, bahwa di antara para Bapa suci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus. Perawan dari Nasaret itu sejak saat pertama dalam rahim dikaruniai dengan semarak kesucian yang istimewa. Atas titah Allah ia diberi salam oleh Malaikat pembawa Warta dan disebut “penuh rahmat” (Luk 1:28). Kepada utusan dari sorga itu ia menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Demikianlah Maria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada Pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh St. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia”. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati menyatakan bersama St.Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya”[179]. Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” (LG, 56).

  • Katekismus Gereja Katolik 484, 488, 490:

KGK 484        Pewartaan kepada Maria membuka “kegenapan waktu” (Gal 4:4): Janji-janji terpenuhi, persiapan sudah selesai. Maria dipanggil supaya mengandung Dia, yang di dalam-Nya akan tinggal “seluruh kepenuhan ke-Allah-an secara jasmaniah” (Kol 2:9). Jawaban ilahi atas pertanyaan Maria: “Bagaimana mungkin hal itu terjadi karena aku belum bersuami?” (Luk 1:34) menunjukkan kekuasaan Roh: “Roh Kudus akan turun atasmu” (Luk 1:35).

KGK 488        “Tuhan telah mengutus Putera-Nya” (Gal 4:4). Tetapi supaya menyediakan “tubuh bagi-Nya” (Ibr 10:5), menurut kehendak-Nya haruslah satu makhluk bekerja sama dalam kebebasan. Untuk tugas menjadi ibu Putera-Nya, Allah telah memilih sejak kekal seorang puteri Israel, seorang puteri Yahudi dari Nasaret di Galilea, seorang perawan, yang “bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud: nama perawan itu Maria” (Luk 1:26-27). “Adapun Bapa yang penuh belas kasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu seorang perempuan mendatangkan maut, sekarang pun seorang  perempuanlah yang mendatangkan kehidupan” (LG 56, Bdk. LG 61).

KGK 490        Karena Maria dipilih menjadi bunda Penebus, “maka ia dianugerahi karunia-karunia yang layak untuk tugas yang sekian luhur” (LG 56). Waktu pewartaan, malaikat menyalaminya sebagai “penuh rahmat” (Luk 1:28). Supaya dapat memberikan persetujuan imannya kepada pernyataan panggilannya, ia harus dipenuhi seluruhnya oleh rahmat Allah.

Diskusi lebih lanjut:

https://katolisitas.org/2008/09/07/maria-bunda-allah-2/
https://katolisitas.org/2010/02/01/kerjasama-antara-rahmat-dan-kehendak-bebas-dalam-diri-bunda-maria/
https://katolisitas.org/2011/09/12/apa-arti-full-of-grace-kecharitomene/
https://katolisitas.org/13781/penjelasan-mengenai-salam-malaikat-menurut-st-thomas-aquinas