Tidak ada doa yang khusus/ standar dalam masa Puasa. Namun, seiring dengan penghayatan makna puasa dalam Gereja Katolik (yaitu untuk mempersatukan matiraga kita dengan pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib untuk keselamatan dunia) maka hal- hal yang dapat kita doakan pada masa puasa (sebelum puasa, atau sepanjang puasa, sebelum berbuka puasa atau di akhir hari puasa) adalah:
– merenungkan dan mendoakan Doa Jalan Salib Kristus.
– berdoa Rosario, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Sedih dalam hidup Yesus
– berdoa Kerahiman Ilahi
– mempersembahkan seluruh doa dan puasa demi keselamatan kita dan seluruh dunia
– berdoa tobat, mohon mengampunan atas dosa-dosa kita
– mendoakan bagi pertobatan orang lain
– mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian.
Beberapa contoh doa lainnya dalam masa puasa, adalah:
1. Doa sebelum Puasa:
Tuhan Allah Tritunggal yang mulia,
aku mempersembahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu hari ini.
Biarlah hidupku dan matiragaku menjadi persembahan bagi-Mu:
biarlah tanganku bertindak sesuai dorongan-Mu,
kakiku melangkah untuk melayani-Mu,
suaraku bermadah memuji-Mu,
mulutku mewartakan pesan-Mu,
mataku melihat Engkau di dalam saudara/i ku,
dan telingaku peka terhadap suara-Mu.
Semoga pikiranku dipenuhi oleh kebijaksanaan-Mu,
kehendakku digerakkan oleh kebaikan-Mu
hatiku diangkat oleh kasih-Mu
dan jiwaku dilimpahi oleh rahmat-Mu.
Semoga setiap perbuatan dan matiragaku hari ini, dapat kulakukan untuk semakin memuliakan nama-Mu, dan menghantarkanku kepada keselamatan yang Kau janjikan di dalam Kristus Yesus Putera-Mu.
Amin.
[Selanjutnya diikuti oleh doa Jalan Salib/ Rosario]
2. Doa Tobat: di tengah-tengah puasa:
O Tuhan, aku mohon ampun atas semua dosaku,
sebab aku telah berdosa terhadap Engkau
yang Maha Murah dan Maha Baik bagiku.
O Yesus, ampunilah semua dosaku
dan jadikanlah aku manusia baru, di dalam Engkau.
Biarlah aku mati terhadap diriku sendiri,
untuk hidup bagi-Mu, Tuhan.
Amin.
3. Doa untuk bertahan dalam godaan:
Yesus, Engkau adalah teladan dalam kesederhanaan dan pengendalian diri.
Engkau tak pernah jatuh dalam pencobaan keinginan duniawi.
Ingatkanlah aku bahwa tubuhku adalah tempat kediaman Roh-Mu.
Karena itu, haruslah kuperlakukan dengan hormat.
Tuhan Yesus, berikanlah kepadaku kekuatan dan keteguhan
bagi jiwaku untuk mengendalikan tubuhku.
Dari godaan …… (sebutkan, entah itu terhadap makanan tertentu, kemarahan, godaan seksual dll) bebaskanlah aku.
Supaya aku dapat bertumbuh dalam kebajikan penguasaan diri.
Tuhan Yesus, jadilah bagiku sumber kekuatanku,
sebab bagi-Mu tak ada yang mustahil.
Amin.
4. Doa bagi pertobatan orang lain:
Bunda Maria yang selalu menolong,
engkau mengetahui betapa berharganya jiwa manusia di mata Tuhan,
sebab untuk keselamatan jiwa semua orang,
Yesus Puteramu telah mengorbankan Diri-Nya.
Dengarkan doaku untuk pertobatan orang-orang berdosa,
terutama …… (sebutkan namanya), yang telah meninggalkan Tuhan.
Aku mengetahui bahwa Tuhan telah memberikan kuasa kepadamu
untuk mendoakan bahkan pendosa yang terberat sekalipun.
Maka kumohon agar engkau memohon rahmat pertobatan
kepada Yesus Puteramu, untuk orang yang kudoakan ini.
Bunda Maria,
engkau telah membawa pertobatan banyak orang berdosa
melalui doa-doa.
Dengarkanlah doaku dan biarlah doamu membawa pertobatan
bagi orang yang kudoakan ini …..
5. Mendoakan jiwa-jiwa yang di api Penyucian:
Tuhan Yesus,
Engkau mengubah kegelapan maut menjadi terang hidup.
Aku memohon agar engkau membebaskan jiwa- jiwa di Api Penyucian,
terutama ….. (sebutkan namanya) yang kudoakan ini.
Terimalah mereka di dalam hadirat-Mu
dan berkatilah mereka dengan terang dan damai abadi.
Angkatlah mereka untuk hidup bersama dengan para kudus-Mu
di dalam kemuliaan Kebangkitan-Mu.
Amin.
6. Doa sebelum makan/ berbuka puasa:
Tuhan Allah Bapa, aku bersyukur atas semua berkat-Mu dan kekuatan yang kauberikan kepadaku untuk berpuasa/ bermatiraga hari ini.
Kini kuterima berkat- Mu yang kuterima melalui Kristus Putera-Mu.
Berkatilah agar menjadi kekuatan bagiku.
Bapa Kami ……
Amin.
7. Doa sesudah makan/ berbuka puasa:
Kuucapkan syukur dan terima kasih untuk semua berkat-Mu, ya Tuhan yang mulia selama-lamanya.
Semoga jiwa- jiwa yang telah Kau panggil, melalui belas kasihan-Mu dapat beristirahat dengan tenang.
Salam Maria…..
Amin.
8. Doa di akhir hari puasa:
Allah Bapa di Surga,
Aku mengucap syukur untuk hari ini.
Semoga hidupku dan matiragaku hari ini berkenan kepada- Mu.
[dilanjutkan dengan Doa Kerahiman Ilahi].
Shalom Pak Stef/Bu Ingrid
Apakah ada doa khusus di dalam mempersiapkan batin kita sebelum mengikuti sebuah retret (maksudnya di sini seperti retret Luka Batin atau Pelepasan atau Disernment); Mohon pencerahannya… Terima kasih.
Salam Dalam Kristus Yesus
Felix S
Shalom Felix,
Sesungguhnya semua doa yang keluar dari hati adalah doa yang baik, dan dapat Anda jadikan sebagai persiapan batin menjelang retret. Namun secara khusus, ada baiknya Anda membaca kitab Mazmur 63 dan menjadikannya sebagai doa pribadi Anda setiap hari menjelang retret, yang dilanjutkan dengan doa permohonan kepada Yesus untuk suatu ujud yang khusus, sebagaimana tertulis di sini, silakan klik.
Selanjutnya, Anda juga dapat merenungkan beberapa perikop tertentu, misalnya, untuk merenungkan damai sejahtera yang ditawarkan oleh Kristus (Mat 11:25-30), bagaimana mengatasi kepahitan hidup (1 Kor 13:1-14), bagaimana mengampuni mereka yang telah menyakiti hati kita (Luk 6:27-38); agar bertahan dalam godaan (Mzm 56); mohon kesabaran (Mzm 31); dalam kesesakan (Mzm 42); dalam kesedihan (Mzm 34); ketika Tuhan terasa jauh (Mzm 139); mohon pengampunan dan belas kasihan Tuhan (Mzm 51).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
Saya pernah mendegar kata “Mati raga” atau “Mati terhadap keinginan daging dan mengikuti jalan Tuhan”, yang saya mau tanyakan apakah “Mati raga” hanya didefinisikan Mati terhadap keinginan daging saja? Dan bagaimana cara melakukan “Mati raga” ? apakah dengan Meditasi, puasa, atau ada cara-cara khusus ?
Terima kasih
Shalom Torres9,
Mati raga, menurut arti harafiahnya, adalah mati terhadap keinginan raga/ tubuh. Ini diajarkan oleh Rasul Paulus dalam Rom 6:1-14 dan Gal 5:19-24.
Katekismus mengajarkan tentang mati raga/ penyangkalan diri, sebagai perintah ke-empat Gereja, yaitu sebagai tanda pertobatan dan persiapan untuk merayakan hari- hari raya dalam liturgi, yang membantu kita melakukan pengendalian diri untuk memenangkan pergumulan melawan hawa nafsu.
Maka mati raga/ penyangkalan diri dapat dilakukan dengan cara berpuasa dan berpantang, dan ketentuan minimalnya dapat dibaca di sini, silakan klik. Perlu diketahui di sini pantang dan puasa menurut ajaran Gereja Katolik tidak terlepas dengan doa dan pertobatan. Meditasi di sini adalah suatu bentuk doa yang mendukung proses penyangkalan diri/ mati raga, karena dengan meditasi, kita mengarahkan pikiran dan hati kita kepada Allah dan bukannya mengarahkan pikiran dan hati kita kepada apa yang kita inginkan secara jasmani.
Menurut ajaran St. Theresia Kanak-kanak Yesus, hal mati raga ini dapat dimulai dari hal- hal terkecil sekalipun, yang kita lakukan demi kasih kita kepada Tuhan. Misalnya, kita duduk tidak bersandar, kita mau tersenyum dan menyapa terlebih dahulu orang yang tidak kita sukai, kita mau melakukan pekerjaan yang kurang kita sukai demi melayani orang lain, dst, semuanya dilakukan atas motivasi kasih kepada Tuhan, dan untuk mendoakan pertobatan dunia, baik pertobatan diri sendiri dan orang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syaloom,
Sekarang saya sedang membaca kisah2 hidup santo dan santa termasuk Santa Theresia Liseux. Di sana saya melihat cara dia bermati raga mulai dr hal kecil sampai menyesah diri dan ada pula selipan kisah dari santo lain yang menyiksa dirinya.
Saya pun kadang melakukan hal kecil untuk tidak makan kesukaan saya. Tetapi ketika saya membaca kisah Santa dan Santo entah kenapa saya teringat dengan ayat ( yang saya percaya Tuhan berikan ayat ini kepada saya sebelum saya operasi tumor) yaitu 1 Petrus 1:18-19 “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyang kamu….”
Lalu ayat 1 Petrus 2:24 ” Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam Tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya, kamu telah sembuh”
Pertanyaan saya:
1. Apakah cara hidup yang sia-sia itu? …..
[Dari Katolisitas: Pertanyaan selengkapnya dan jawabannya sudah ditayangkan di atas, silakan klik]
Terima Kasih
Saya punya rencana menjelang Pra Paskah ini memberikan sekedar penyegaran ke Lingkungan saya.Mohon diperkenankan mengcopy ulasan tentang Doa dan Puasa yang ibu tulis.
Terima kasih atas perkenannya
GBU
IY Supriyanto
Shalom I Y Supriyanto,
Silakan meng-copy ulasan di situs ini, dan asalkan anda menyertakan sumbernya: http://www.katolisitas.org
Semoga Tuhan memberkati karya kerasulan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
terima kasih atas perkenannya
IYS
Salam Damai,
Masa Prapaskah doa yang di gunakan yang berkaitan dgn mengenangkan / menghadirkan kembali peristiwa sengsara/ penderitaan Yesus seperti yang ibu Ingrid jelaskan diatas. ( Sesuai masanya )
Namun kemarin malam saya ditanya beberapa teman dan tidak dapat menjawab pertanyaaan berikut :
Apa dampaknya bagi umat yang berdoa pada masa Prapaskah, tidak menggunakan peristiwa Sedih utk Rosario ( makai peristiwa Gembira, Mulya ,Terang ) atau Justru pada masa Advent doa Rosario peristiwa Sedih ( mm tdk nyambung peristiwanya) ???
Separtinya hal tersebut masih banyak tidak di ketahui / di mengerti umat.
Terima kasih atas kesediaan ibu untuk memberi jawaban.
Berkat Tuhan Senantiasa Beserta Kita.
Shalom Budijanto Maslim,
Sesungguhnya, tidak ada dampak negatif apapun jika pada masa Parapaskah tidak menggunakan peristiwa Sedih untuk doa Rosario, (misalnya peristiwa Gembira, Terang atau Mulia), walaupun tentu dengan merenungkan Peristiwa-peristiwa Sedih, tentu kita akan dapat lebih menghayati masa Parapaska tersebut. Namun seandainya umat mendoakannya tetap sesuai dengan urutan hari, (Senin dan Sabtu: Peristiwa Gembira; Selasa dan Jumat: Sedih; Rabu dan Minggu: Mulia; Kamis: Terang) juga bukan merupakan “kesalahan”. Sebab kita tetap mengetahui bahwa Peristiwa hidup Yesus itu merupakan suatu kesatuan. Bahwa di dalam Peristiwa hidup yang Gembira sekalipun, sudah membuka jalan ke arah pengorbanan Yesus. Sebab kelahirannya di kandang hewan itu juga sudah membuktikan kasih-Nya yang memberikan segala-gala-Nya, pengorbanan sang bayi Kristus yang tidur di atas jerami, dan bukannya di atas tempat tidur yang ‘normal’. Demikian juga pengorbanan Maria untuk turut berperan serta dalam karya keselamatan Allah ini, juga dapat kita renungkan dalam Masa Prapaska.
Demikian pula jika kita merenungkan peristiwa-peristiwa lainnya, yaitu Terang dan Mulia, kita dapat juga menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa Sedih. Bahwa peristiwa-peristiwa Terang mengisahkan Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah sampai rela mengorbankan Diri-Nya, dan bahwa peristiwa -peristiwa Mulia merupakan peristiwa yang merupakan akibat/ pemenuhan janji Allah setelah wafat dan kematian Kristus.
Dengan prinsip yang sama, maka tidak menjadi masalah mendoakan peristiwa- peristiwa Sedih di Masa Adven. Karena Adven juga adalah masa Pertobatan, maka merenungkan peristiwa-peristiwa sedih/ sengsara Yesus dapat mendorong kita untuk bertobat. Maka, selayaknya kita melihat peristiwa hidup Yesus sebagai kesatuan, sebab memang Dia lahir ke dunia untuk mati menebus dosa-dosa kita, dan ini sungguh merupakan misteri yang terdalam dalam iman kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam Damai,
Tks ibu, kalau saya tdk salah mengerti bahwa ketika kita berdoa sesuai masa penanggalan liturgi gereja maka kita akan dibawa lebih menghayati akan makna sesuai masanya .
Apakah ketika doa2 kita tidak mengikuti sesuai masanya sebagaimana yang di tetap gereja maka dapat dikatagorikan adanya ketidaktaatan terhadap ajaran gereja ( hal masa) ? ?
Apakah kita sebaiknya menjaga dan melestarikan ajaran / semangat ketika penanggalan liturgi or peristiwa2 Rosari ditetapkan walaupun dapat diberi katekise seperti penjelasan ibu diatas ?
Mohon penjelasan ibu, tks
Semoga Berkat Tuhan Senantiasa Beserta Kita.
Shalom Budijanto,
Berdoa tidak mengikuti masa kalender liturgis tidak dapat dikatakan sebagai pelanggaran terhadap ajaran/ doktrin Gereja. Namun, tentu lebih baik jika kita berdoa mengikuti masa liturgis, sehingga doa kita ada dalam kesatuan dengan doa Gereja. Maka benar, jika memungkinkan, sebelum silakan anda mendiskusikannya dengan pastor paroki ataupun seksi liturgi, terutama jika anda mengorganisir doa bagi komunitas seperti kelompok doa di lingkungan dan wilayah.
Jika anda secara khusus tertarik untuk berdoa dalam kesatuan dengan doa Gereja, silakan mendoakan Liturgy of the Hour/ Divine Office/ Ibadat Harian/ Brevier. Mungkin anda dapat memperolehnya di toko buku Katolik Obor. Doa itu mencakup doa harian sepanjang tahun yang didoakan oleh semua kaum religius (pastor, suster, bruder) dan juga (sebagian) kaum awam Gereja Katolik di seluruh dunia. Semoga Tuhan memberkati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan sehubungan dgn masa puasa, sbb:
1. Bagaimana puasa yg baik? Apa benar kita makan sekali sehari saja? lalu lebih bagus nya jam brp kita berbuka?
2. Apakah boleh berpuasa sambil berpantang?
3. Untuk pantang daging, apakah ikan jg termsk tdk boleh dimakan?
Demikian pertanyaan saya, untuk jawaban yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
Merry
Shalom Merry,
Terima kasih atas pertanyaannya. Cobalah untuk membaca artikel tentang berpuasa dan berpantang di sini (silakan klik). Kalau setelah membaca artikel tersebut masih ada pertanyaan, silakan mengajukan pertanyaan lagi di link tersebut. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Apakah Doa-Doa yang kita harus doakan semasa kita berpuasa?
Doa apakah yang pertama sekali kita doakan sewaktu memulakan puasa dan Doa
apa yang kita Doakan pada masa beberapa saat sebelum makan?
[dari Admin Katolisitas.org: pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik]
Comments are closed.