Abyatar atau Ahimelek (Mrk 2:26; 1Sam 21:1-6)?
Ada pertanyaan: Daud makan roti sajian di masa Imam Besar Ahimelek atau Abyatar (Mrk 2:26; 1Sam 21:1-6)? Injil mencatat bahwa Yesus mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar’, padahal kita tahu dari 1 Samuel bahwa sebenarnya bukan Abyatar yang menjabat sebagai Iman Besar waktu itu, melainkan ayahnya, Ahimelek.
Bagaimana menjelaskan perbedaan ini?
1. Kita melihat kecenderungan bahwa seseorang diingat untuk suatu peran/ jabatan puncak yang pernah diembannya. Maka ketika menjabarkan tentang kisah Daud saat menggembalakan domba-domba-nya, orang mengatakan demikian, “Waktu Raja Daud menjadi gembala ….”, meskipun saat itu Daud belum menjadi Raja. Demikianlah, meskipun saat itu Abyatar belum menjadi Imam Besar, namun ia toh segera menjabat menjadi Imam Besar, dan itulah jabatan yang membuat orang mengenangnya; maka ia disebut dengan jabatan ini. Sebab memang kejadian itu terjadi ‘in the days of Abiathar’ yaitu pada masa Abyatar hidup. Sebab dikatakan dalam 1 Sam 22:20, bahwa ia luput dari penganiayaan Raja Saul, ketika Saul membunuh para imam Tuhan, termasuk seluruh keluarga ayahnya.
2. Selain itu, para ahli Kitab Suci juga menyebutkan bahwa dari kata aslinya yang dipakai, yaitu frasa dalam bahasa Yunani: ‘epi Abiathar archieros‘, kata ‘epi‘ dapat diartikan tidak saja sebagai ‘waktu’ atau pada saat. Sebab kata ‘epi’ juga dapat diartikan sebagai ‘tempat’, atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Inggris, ‘upon’. Dalam Injil Markus, terdapat 21 kali kata ‘epi‘ digunakan dan 18 di antaranya diterjemahkan/ dihubungkan dengan tempat dan bukan dengan waktu. Dengan demikian, terjemahan ‘waktu’ di ayat Mrk 2:26 ini sebenarnya bukan terjemahan satu-satunya yang paling tepat.
Lalat atau Nyamuk (Mat 23:24)?
Terjemahan mana yang benar dalam Mat 23:24: lalat atau nyamuk? Kalau terjemahannya berbeda-beda, maka bukankah otentisitas dari Kitab Suci dapat dipertanyakan? Mari kita menganalisanya secara lebih mendalam. Dalam Mat 23:24 dituliskan sebagai berikut:
bahasa indonesia sehari-hari : Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!
terjemahan baru: Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka dua prinsip harus kita lihat, yaitu: (1) gaya bahasa yang digunakan dan (2) dari bahasa asli.
Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, kita harus memperhatikan gaya bahasa. Tentang hal ini telah dibahas di sini – silakan klik. Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa hyperbolisme. Bahasa ini ingin memberikan penekanan efek yang besar, sehingga dapat memberikan impresi yang kuat kepada pembaca. Kita tahu bahwa semua orang tidak menelan nyamuk, lalat, atau unta, sehingga ayat tersebut tidak dapat diartikan secara literal.
Alasan yang kedua adalah dengan melihat bahasa asli dari kata “lalat” atau “nyamuk” yang digunakan, yaitu: κώνωψ
kṓnōps; gen. kṓnōpos, masc., fem. noun. A gnat, mosquito. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “gnat” seperti NASB menterjemahkan “You blind guides, who strain out a gnat and swallow a camel” (Mat 23:24). Kalau kita melihat kata “gnat” ini, maka artinya adalah:
Webster: GNAT, n. nat. A small insect, or rather a genus of insects, the Culex, whose long cylindric body is composed of eight rings. They have six legs and their mouth is formed by a flexible sheath, inclosing bristles pointed like stings. The sting is a tube containing five or six spicula of exquisite fineness, dentated or edged. The most troublesome of this genus is the musketoe.
Wikipedia: A gnat ( /ˈnæt/) is any of many species of tiny flying insects in the Dipterid suborder Nematocera, especially those in the families Mycetophilidae, Anisopodidae and Sciaridae…..
Jadi, dari webster dan wikipedia, kita dapat melihat bahwa secara prinsip gnat adalah serangga kecil yang dapat terbang, yang dapat berarti nyamuk maupun lalat.
Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dua terjemahan tersebut. Dan sungguh salah kalau disimpulkan bahwa dua perbedaan terjemahan tersebut dapat menunjukkan bahwa Kitab Suci tidaklah akurat. Terjemahan “lalat” maupun “nyamuk” juga tidak mengubah arti yang ingin disampaikan, yaitu: serangga kecil terlihat, namun binatang sebesar unta justru tidak terlihat.
Tentang nama Yakub dan Israel (Kej 35:10 dan Kej 46:2)
Dikatakan di Kej 35:10 bahwa Tuhan sudah mengganti nama Yakub menjadi Israel, namun di perikop Kej 46:2, Allah masih memanggilnya Yakub. Untuk memahami hal ini kita melihat kepada ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci sebagai berikut:
Pemberian nama oleh Allah kepada seseorang yang dicatat dalam Kitab Suci umumnya berkaitan dengan makna tertentu yang lebih besar maknanya daripada namanya yang terdahulu. Namun bukan berarti namanya yang dulu tidak boleh disebut kembali. Kita melihat bahwa terhadap Rasul Petrus, Kristus juga sudah memberi nama Kefas (Petrus) kepada Simon pada saat Kristus mengatakan akan mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18-19), namun sebelum kenaikan-Nya ke surga, Ia tetap memanggil Petrus dengan sebutan Simon (lih. Yoh 21:15-19). Maka kita melihat di sini, bahwa pemberian nama berkaitan dengan misi yang diberikan, dan memang setelah Gereja resmi berdiri di hari Pentakosta, maka nama Simon tidak lagi digunakan, namun Petrus atau Kefas (lih. Kis 2 dst).
Demikian pula pada Yakub. Menurut Haydock’s Catholic Commentary on Holy Scripture, Allah memberi Yakub nama yang baru, yaitu: Israel, yang artinya pangeran Tuhan (menurut St. Hieronimus, q. Heb,) atau seorang yang berdiri tegak dan menang di hadapan Tuhan, rectus Dei, yisrael (Haydock) — Atau orang-orang menerjemahkannya, sebagai seorang manusia yang melihat Tuhan, aiss-rae-al. (Philo, &c.).
Maka Kitab Suci menunjukkan bahwa kedua nama tersebut, Yakub dan Israel, ditulis berganti-gantian, sebab mengacu kepada orang yang sama. Setelah Yakub diberi nama baru, Israel, pada Kej 35:10, namun pada awal perikop berikutnya Kej 35:22b, nama Yakub kembali disebut, “Adapun anak-anak lelaki Yakub dua belas orang banyaknya.” Maka “namamu bukan lagi Yakub melainkan Israel” artinya adalah bahwa nama Yakub kini bukan lagi mengacu kepada dirinya sendiri saja tetapi juga kelak kepada Israel, nama bangsa yang berasal dari keturunannya yang dipilih oleh Tuhan.
Sekarang mari kita lihat Kej 46 tersebut, di mana dikatakan Yakub mempersembahkan korban kepada Allah di Bersyeba. Kemungkinan tempat ini adalah tempat yang sama di mana kakeknya, Abraham, menanam pohon tamariska dan memanggil nama Allah (Kej 21:33), dan di mana ayahnya, Ishak, juga mendirikan altar bagi Tuhan (Kej 26:24-25). Maka Allah memanggilnya dengan nama Yakub, sebab kepada Yakublah ayahnya Israel memberikan berkat (Kej 27:27-29). Dan kepada Yakub yang sama inilah Allah kemudian melanjutkan janji-Nya. Sebab sekitar 40 tahun sebelumnya Allah berbicara kepada Yakub melalui mimpi, ketika Yakub hendak meninggalkan Tanah Terjanji, berangkat dari Bersyeba (Kej 28:12-17). Kini ketika ia hendak meninggalkan tanah itu lagi, Tuhan memberikan janji-Nya kembali melalui mimpi. Yakub diingatkan akan siapa dirinya sebelum menerima janji Tuhan, dan bahwa Allah akan membuatnya menjadi bangsa yang besar (Kej 46:3), yang disebut Israel, yang akan berdiam di tanah Mesir (lih Kej 46:7). Dan kemudian di ayat berikutnya disebutkan nama-nama bani Israel tersebut.
Mendengar tapi tidak melihat, atau melihat tapi tidak mendengar (Kis 9:7 dan Kis 22:9)?
Di Kis 9:7 dikatakan bahwa teman seperjalanan Rasul Paulus ‘mendengar tapi tidak melihat’, sedangkan dalam Kis 22:9 dikatakan bahwa mereka ‘melihat cahaya tetapi tidak mendengar’
Mari kita melihat teks lengkapnya:
Kis 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-teman seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun”
Kis 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku [Paulus], memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.”
Menurut keterangan dari buku Haydock’s Commentary on Holy Scripture, tentang kedua ayat tersebut dikatakan bahwa kemungkinan yang didengar oleh para pengantar Rasul Paulus adalah hanya suara Rasul Paulus yang bicara, ataupun adanya suara yang tak jelas yang tak dapat mereka pahami, sehingga dikatakan, bahwa mereka mendengar suara (Kis 9:7), namun tidak mendengar suara Tuhan yang berkata kepada Rasul Paulus (lih. Kis 22:9). Di samping itu mereka juga melihat cahaya (Kis 22:9), namun tidak melihat seorangpun (lih. Kis 9:7).
7 tahun atau 3 tahun (2 Sam 24:13: dengan 1 Taw 21:11-12)?
Perbedaan 2 Samuel 24:13: 7 tahun kelaparan (7 years of famine), sementara di 1 Tawarikh 21:11-12 (1 Chr 21:11-12), hanya 3 tahun kelaparan (3 years famine).
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible dan A Catholic Commentary on Holy Scriptures :
Salinan teks dalam bahasa Ibrani menyebutkan tujuh tahun, sedangkan salinan teks Septuaginta dan beberapa salinan Arab menyebutkan tiga tahun. ‘Tiga’ tahun (angka tiga) nampaknya lebih sesuai dengan rangkaian angka tiga yang terkait dengan pernyataan hukuman lainnya. …Gad -nabi yang mengunjungi Daud- dapat saja awalnya menyebut tujuh tahun kelaparan, namun kemudian menguranginya menjadi tiga tahun…. Atau, bahwa Tuhan memberikan tiga tahun hukuman bagi Raja Daud untuk rasa ingin tahunya akan kekuatan kerajaannya (sebab penghitungan sensus berkaitan dengan pajak yang artinya juga adalah kekayaan bagi kerajaan); dan masa tiga tahun hukuman ini, dengan masa tiga tahun kelaparan yang saat itu memang sudah terjadi (lih. 2 Sam 21:1) mengakibatkan pada tahun ketujuh, atau tahun sabatikal, tidak ada yang dapat dipanen. Sehingga masa kelaparan total yang ditawarkan oleh Gad adalah tujuh tahun. Dengan demikian, baik angka tiga tahun maupun tujuh tahun adalah sama-sama benar, dilihat dari manakah permulaan penghitungannya.
Jika terjemahan LAI kemudian menyamakan ‘3 tahun’ (dengan mengacu kepada salinan teks Septuaginta dan Arab) dalam terjemahan 1976 untuk ayat 2 Samuel 24:13 dan 1 Tawarikh 21:11-12, tidak mengubah kenyataan bahwa memang terdapat dua jenis teks dalam salinan Kitab Suci, namun hal ini tidaklah menjadi permasalahan, sebab kedua pernyataan tersebut, tergantung dari manakah permulaan penghitungannya, tetaplah menyampaikan kebenaran. Di atas semua itu, yang terpenting ditangkap maksud intinya, yaitu bahwa Raja Daud harus menanggung akibat dari kesalahannya.
8 tahun atau 18 tahun (2 Taw 36:9 dan 2 Raj 24:8)?
Pada 2 Tawarikh 36:9 (2 Chronicle 36:9), Yoyakhin menjadi raja pada umur 8 tahun, sementara pada 2 Raja-raja 24:8 (2 Kings 24:8) berumur 18 tahun.
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible:
Ketika Yoyakhin dihubungkan dengan tahta bapanya dalam kerajaan Yehuda, ia berumur delapan tahun, namun setelah ayahnya Yoyakim meninggal dunia, dan ia sendiri memerintah menggantikan ayahnya, Yoyakhin berumur delapan belas tahun (2 Raj 24:8).
Jika dalam terjemahannya LAI menyamakan teks menjadi 18 tahun (atas berdasarkan teks Septuaginta, Syriac dan Arab) juga tidak mengubah kenyataan bahwa jika perbedaan teks tetap dipertahankan, juga kedua teks tersebut dapat sama-sama benar. Sebab dimungkinkan di zaman kerajaan masa itu untuk mengangkat putera mahkota sebelum raja yang berkuasa itu wafat, walaupun sang putera mahkota tersebut baru resmi naik tahta/ memimpin sebagai raja yang berkuasa penuh setelah ayahnya wafat.
Tuhan atau Iblis yang menghasut Daud (2 Sam 24:1 dan 1 Taw 21:1)?
Pada 2 Samuel 24:1 dikatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud, tapi pada 1 Tawarikh 21:1, dikatakan bahwa iblislah yang menghasut Daud.
Teks Douay Rheims berdasarkan teks Vulgata, mengatakan, “And the anger of the Lord was again kindled against Israel, and stirred up David among them, saying: Go, number Israel and Juda….” Karena teks mengatakan bahwa murka Tuhan yang – sehingga diterjemahkan sebagai Tuhanlah yang menghasut Daud. Namun ayat ini tidak untuk diinterpretasikan bahwa Tuhanlah yang mendorong Daud untuk berbuat dosa. Sebab yang mendorong manusia [termasuk Daud] untuk melakukan dosa adalah Iblis (1 Taw 21:1). Namun hal itu dapat terjadi sebab Allah mengizinkannya. St. Agustinus menjelaskan bahwa Allah mengizinkan kejahatan itu untuk terjadi, sebab Ia mengetahui bagaimana untuk mendatangkan kebaikan melalui kejadian tersebut [yaitu pertobatan Raja Daud, dan pengajaran yang dapat ditarik melalui peristiwa tersebut].
Pemahaman ini sejalan dengan beberapa ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa “Allah mencobai” Abraham dan Ishak (lih. Ibr 11:7, Ydt 8:26) dan di ayat-ayat yang lain mengatakan bahwa “Allah tidak mencobai siapapun” (lih. Yak 1:13). Sebab, apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia (termasuk pencobaan dalam hidup), dapat terjadi karena seizin Tuhan (lih. 1 Kor 10:13). Selanjutnya, pembahasan tentang hal ini sudah pernah dijabarkan di artikel ini, silakan klik.
700 ekor kuda atau 7000 ekor kuda (2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18)?
Pada 2 Samuel 10:18 Daud membunuh 700 ekor kuda kereta dan 40.000 orang pasukan berkuda, sementara pada 1 Tawarikh 19:18 justru 7000 ekor kuda kereta dan 40.000 orang pasukan berjalan kaki.
Maka yang dibicarakan di sini adalah kata ֶ”רֶכב (reḵeḇ)”, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, “chariots/ charioteers.” Kata “reḵeḇ” ini mengacu kepada kelompok kereta kuda/ chariots seperti pada Kej 50:9, Kel 14:6-7, 9, 17-18, 23, 26, 28), ataupun hanya kepada satu kereta kuda/ chariot, seperti pada 1 Raj 22:35. Kereta kuda ini merupakan salah satu kekuatan tempur di masa kerajaan zaman dulu. Dengan pengertian ini, maka tidaklah menjadi masalah apakah mau dikatakan 700 reḵeḇ, atau 7000 reḵeḇ. Sebab jika ‘reḵeḇ’‘ mau diterjemahkan sebagai satu kereta kuda maka jumlahnya ada 7000, namun jika diterjemahkan sebagai rangkaian kereta kuda yang satu rombongannya terdiri dari sepuluh kuda, maka jumlahnya menjadi 700.
Sedangkan tentang keterangan prajuritnya, tidaklah menjadi masalah jika salah satu teks menyebutkan jumlah prajurit penunggang kuda, dan teks yang lain menyebutkan jumlah prajurit yang berjalan kaki. Sebab sang penulis kedua kitab dapat menuliskan dua hal yang berbeda, walau jumlahnya sama: penulis Kitab Samuel mencatat jumlah prajurit penunggang kuda, sedangkan penulis kitab Twarikh mencatat jumlah pasukan yang berjalan kaki. Kedua teks dapat sama-sama menyampaikan kebenaran, atau jika digabungkan kedua teks itu maka yang dikalahkan adalah 87,000 prajurit Syria, baik yang naik kereta kuda, maupun yang naik kuda (tanpa kereta) maupun yang prajurit yang berjalan kaki.
4000 kandang atau 40,000 kandang (2 Taw 9:25 dan 1 Raj 4:26)?
Pada 2 Tawarikh 9:25, Raja Salomo mempunyai 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4:26 ada 40.000 kandang.
Yang dibicarakan di sini adalah kata ֻאְרָוה/ ’urwāh: yang artinya sebuah kandang yang menampung satu binatang, maupun bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang. Dalam satu bangunan kandang kuda milik Raja Salomo ini terdapat sepuluh bilik kandang kecil (stalls), satu ruang untuk satu kuda. Maka, jika urwāh diterjemahkan sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlahnya ada 4,000, sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000.
Yesus hanya diutus ke bangsa Israel atau seluruh dunia (Mat 10:5-6 dan Mat 19-20)?
Ada pandangan yang menganggap bahwa Yesus hanya diutus kepada bangsa Israel, dengan mengacu kepada ayat Mat 10:5-6 dan Mat 15:24):
“Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 10:5-6).
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 15:24)
Namun di ayat yang lain, jelas Yesus menghendaki agar para muridNya mewartakan Kabar Gembira keselamatan kepada seluruh dunia:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20)
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum….” (Mrk 16:15-16)
Maka mungkin orang mempertanyakan, mengapa sekilas sepertinya ayat-ayat tersebut bertentangan. Namun ayat-ayat dalam Kitab Suci tidak untuk dipertentangkan dan hendaknya dibaca secara keseluruhan, untuk saling melengkapi dan menjelaskan. Gereja menerima ayat-ayat tersebut dengan penghormatan yang sama, tanpa mengabaikan ayat-ayat tertentu. Di dalam rencana keselamatan-Nya, Allah menjanjikan kepada Bapa Abraham dan para Patriarkh, sebuah perjanjian dan hukum Taurat kepada Nabi Musa, dan mengutus para nabi kepada bangsa Israel yang menjadi bangsa pilihan-Nya. Maka Allah menjanjikan bahwa Mesias akan dilahirkan dari bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan diberkati (lih. Kej 12:3; 26:4; 28:14). Allah akan membangkitkan seorang dari keturunan mereka, dan Allah akan menegakkan tahta kerajaan-nya selama-lamanya (lih. 1Taw 17: 11-14). Inilah yang menjelaskan mengapa Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain. Juga karena itulah di awal karya-Nya, Yesus membatasi pewartaan-Nya dan pewartaan para Rasul kepada bangsa Israel, sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia (lih Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16). Demikian pula, para Rasul di awal pemberitaan mereka dan penyebaran Gereja, umumnya mendirikan Gereja di kalangan komunitas Yahudi di kota-kota yang mereka masuki, dan pertama-tama memberitakan Injil kepada mereka, sebelum berpaling kepada bangsa-bangsa lain (lih. Kis 13:46).
St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa sudah selayaknya bahwa Yesus pada awalnya melakukan karya publik-Nya kepada orang Yahudi, dengan alasan keadilan (justice) dan perantara (mediation). ((St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.42, a.1))
1. Konsep keadilan: Adalah adil, kalau Yesus mewartakan kepada orang Yahudi, karena Tuhan sendiri telah menjanjikan kepada orang Yahudi seorang Mesias yang akan menjadi Raja bagi seluruh bangsa dan kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Dengan cara ini, sebetulnya tidak ada alasan bagi bangsa Yahudi untuk memprotes Tuhan, karena Tuhan sendiri telah memenuhi janji-Nya kepada bangsa Yahudi, yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah Sang Penyelamat yang telah dijanjikan oleh Allah, silakan klik.
2. Konsep Mediation: Menjadi layak bahwa Yesus datang terlebih dahulu untuk bangsa yang telah dipersiapkan 2000 tahun sebelumnya, dan kemudian kepada bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Karena keselamatan dari seluruh bangsa disebabkan oleh penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Oleh karena itu, setelah Yesus bangkit, Dia mengutus para rasul dan murid untuk mewartakan Kristus ke seluruh dunia (lih. Mat 28:18-20, lih. juga Mk 16:15-18).
Dengan demikian baik ayat Mat 10:5-6, Mat 15:24, tidak bertentangan dengan Mat 28:19-20, Mrk 16:15-16, sebab Allah memang menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan (lih. 1 Tim 2:4), namun caranya adalah dengan terlebih dahulu memilih suatu bangsa pilihan-Nya, agar melalui mereka Sang Penyelamat dalam lahir ke dunia, dan melalui mereka, keselamatan akan mencapai ke seluruh dunia.
Yudas wafat gantung diri atau jatuh tertelungkup? Siapa yang membeli tanah dari uang perak tersebut (Mat 27:5-7 dan Kis 1:18)?
Kata “membeli” yang dipakai oleh Rasul Matius dalam Injilnya, untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh para imam-imam kepala dengan uang 30 uang perak yang dilemparkan oleh Yudas, adalah ἀγοράζω, agorázō, yaitu hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. “Sesudah berunding mereka [imam-imam kepala] membeli (agorázō) dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.” (lih. Mat 27:7)
Sedangkan dalam Kisah para Rasul, kata yang dipakai di sana adalah κτάομαι, ktáomai, yang berarti memperoleh, memiliki, membeli. “Yudas ini telah membeli (ktáomai) sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.” Sehingga di sini artinya adalah Yudaslah yang menjadi pemilik dari tanah itu.
Bagaimana ini dijelaskan? Matius mengatakan bahwa para imam melakukan tindakan pembelian tanah itu, tetapi mereka tidak otomatis menjadi pemilik tanah itu. Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, sehingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas. Sebab menurut pemikiran saat itu, pembalian tanah denagn uang darah macam itu adalah najis -bahkan sekarangpun kadang yayasan belas kasih dapat menolak uang sumbangan yang diperoleh dari uang yang diperoleh dari kejahatan. Maka, para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah, untuk menghindari asosiasi kenajisan secara ritual, mereka harus membelinya dengan nama Yudas Iskariot, yang memperoleh uang darah tersebut. Hak milik dan transaksi ini tercatat secara publik, sehingga ini dapat diketahui oleh Lukas, yang menuliskan Kisah para Rasul, sehingga ia mencatat bahwa Yudas telah membeli/ memiliki tanah itu. Maka ia menggunakan kata ‘ktáomai‘ tersebut, untuk menjelaskan keadaan itu.
Sedangkan Mat 27:5 dan Kis 1:18 tetap dapat sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat. Sebab dapat terjadi Yudas menggantung diri, namun entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar. Demikianlah yang dijelaskan dalam A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB tentang ayat-ayat tersebut.
Yesus membaptis (Yoh 3:22) atau tidak membaptis (Yoh 4:1-2)?
Menurut pengajaran St. Agustinus, kedua pernyataan ini benar, tergantung bagaimana kita mengartikan kata “membaptis”. Sebab Yesus membaptis, dalam artian Ia-lah yang menyucikan [orang yang dibaptis], namun dikatakan Ia tidak membaptis, dalam artian bukan Yesus yang mencelupkan orang itu ke dalam air [melainkan para murid-Nya]. Para murid melayani secara jasmani, namun Kristus menyempunakannya dengan memberikan meterai rohani yang tentangnya Baptisan itu diucapkan. Dengan arti rohani ini, maka dikatakan bahwa Kristus membaptis.
Yesus mengusir roh jahat di Gerasa (Mrk 5: 1-13, Luk 8: 27-33) atau Gadara (Mat 8: 28-32)?
Markus 5: 1-13, Lukas 8: 27-33 dan Matius 8: 28-32: Penyembuhan itu dilakukan di Gerasa (menurut Markus dan Lukas) atau di Gadara (menurut Matius)? Yesus menyembuhkan satu orang (menurut Markus dan Lukas) atau dua orang yang kerasukan setan (menurut Matius)?
Demikianlah penjelasan tentang kedua kota itu ((lih. Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark (Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91)):
“Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari sepuluh kota yang disebut Dekapolis. Gergesa (kemungkinan variasi dari kata “Gerasa”) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara, dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama. Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya.”
Maka ketiga pengarang Injil menulis tentang daerah yang sama. Kota Romawi Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/non-Yahudi, sedangkan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis ((Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel (Minneapolis, MN: Augsburg, 1946), p. 205; James Burton Coffman, Commentary on Mark (Abilene, TX: ACU Press), 1975, p. 85; Ronald F. Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson), 1995, p. 468)). Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan mereka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara (Gadarenes). Gambar kapal di koin uang logam kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan membentang sampai ke danau Galilea. ((J.W McGarvey, The Fourfold Gospel (Cincinnati, OH: Standard), p. 344; John and James Strong McClintock and Strong, Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature (Grand Rapids, MI: Baker, 1969), 3: 706)). Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda.
Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling bertentangan saat menyampaikan kejadian ini. Mereka sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea. Lagipula area persisnya tempat mukjizat ini terjadi, tidaklah menjadi sepenting pemahaman kita akan kisah kejadian ini, yaitu bahwa Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut.
Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbedaan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta berikut ini.
Yesus menyembuhkan satu orang buta (Mrk 10:46-52,Luk 18:35,38) atau dua orang buta (Mat 20:30)?
Matius 20:30 menyebutkan dua orang buta; sedangkan Mrk 10:46-52,Luk 18:35,38 menyebutkan satu orang buta. Kita lihat di sini bahwa Injil yang menyebutkan “seorang” yang disembuhkan, tidak mengatakan bahwa “hanya satu orang/ seorang saja” yang disembuhkan ataupun “hanya ia sendirian saja” yang disembuhkan. Sebab hanya jika Lukas mengatakan demikian, pernyataannya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang lain. Namun yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian: ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penulisan ini tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta. Sebab dapat terjadi bahwa yang disembuhkan ada dua orang, hanya saja Lukas ataupun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/ bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus. Maka yang disampaikan oleh Markus dan Lukas adalah: ada orang buta itu duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat. Orang buta itu mohon belas kasihan Yesus, dan kemudian ia memperoleh mukjizat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Bahwa orang buta itu tidak sendirian, tidak menjadi masalah, sebab fakta itu tidak mengubah kebenaran bahwa orang buta itu (yang bernama Bartimeus) duduk di pinggir jalan, memohon kepada Tuhan Yesus, dan kemudian menerima kesembuhan dari Tuhan Yesus.
Berapa jumlah keledai yang digunakan Yesus memasuki Yerusalem? (Mrk 11:2; Luk 19:30: seekor; Mat 21:2: dua ekor)
Injil Markus dan Lukas menyebutkan “seekor keledai muda” (lih. Mrk 11:2; Luk 19:30); sedangkan dalam Injil Matius menyebutkan “seekor keledai betina dan anaknya” (lih. Mat 21:2). Dikatakan dalam Injil Matius, bahwa para murid membawa kedua keledai itu, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka, dan Yesuspun naik ke atasnya (lih. Mat 21:7). Manakah yang benar?
Tentang Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai, adalah nubuat Nabi Zakaria, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Za 9:9).
Penjelasan dari The Navarre Bible Commentary menjelaskan, bahwa maksud Rasul Matius adalah bahwa Kristus menaiki anak keledai itu, namun bersamaan dengan itu, Ia juga mengarahkan induknya. Injil Markus dan Lukas hanya memfokuskan kepada masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem dengan mengendarai anak keledai (Mrk 11:2; Luk 19:30). Sedangkan Rasul Matius melihat anak keledai dan keledai sebagai penggenapan nubuat Zakaria, di mana keduanya disebutkan…. Para Bapa Gereja mengartikan bahwa keledai merupakan simbol dari bangsa Yahudi, yang telah menanggung beban hukum Taurat. Sedangkan anak keledai yang belum pernah ditunggangi orang, melambangkan bangsa-bangsa non- Yahudi. Yesus memimpin baik bangsa Yahudi maupun bangsa non- Yahudi untuk memasuki Gereja sebagai kota Yerusalem yang baru.
Fr. Cornelius Lapide, seorang Jesuit yang adalah pakar Kitab Suci, menjelaskan, bahwa Kristus menggunakan kedua binatang itu untuk menandai bahwa Ia harus memenangkan baik bangsa Yahudi (yang dilambangkan oleh keledai) maupun bangsa-bangsa non-Yahudi (yang dilambangkan oleh anak keledai), untuk membuat keduanya sebagai satu bangsa. Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggangi anak keledai, sebab bangsa-bangsa non Yahudi adalah yang pertama menerima Kristus sebagai Raja mereka, meskipun bangsa Yahudi adalah yang pertama menerima Janji Tuhan. Namun demikian akhirnya sang keledai juga diarahkan Yesus untuk masuk ke kota suci itu, sebab seluruh bangsa Israel juga akan diselamatkan (lih. Rom 11:26) setelah pertobatan mereka.
Demikianlah keterangan untuk memahami penjabaran ketiga Injil tentang keledai yang digunakan Yesus ke Yerusalem.
Jika Allah adalah Kasih (1 Yoh4:8), dan kasih tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa dikatakan bahwa Allah cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?
Ada orang bertanya, jika Allah adalah Kasih (1 Yoh 4: 8) dan kasih itu tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa dikatakan bahwa Allah itu cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?
Dalam Kitab Suci, ‘cemburu’ (qi’nah– Ibrani zelos-Yunani) mempunyai akar kata ‘hangat/ panas’. Maka tergantung konteksnya, kata ‘cemburu’ ini dapat digunakan untuk menggambarkan baik suatu perasaan negatif, ataupun positif. Arti negatif dari kata cemburu, mengarah kepada rasa iri hati, curiga, dan inilah konotasi arti yang digunakan dalam 2 Kor 12:20 ataupun Rm 13:13. Rasul Paulus mengkhawatirkan adanya “perselisihan dan iri hati…./ quarelling and jealousy (RSV) dalam jemaat. Namun Rasul Paulus menggunakan kata yang sama ini, zeloo, ‘earnestly desire’/ ‘berusahalah untuk memperoleh’, yaitu untuk memperoleh karunia-karunia rohani (lih. 1Kor 12:31; 14:1,39); di sini disampaikan arti positif dari ‘cemburu’. Demikian pula yang disampaikan dalam 2 Kor 11:2-4:
“Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.” (2 Kor 11:2-4)
Di sini ‘cemburu’ mempunyai arti positif, yaitu: mengasihi sedemikian, sehingga menjaga agar jangan sampai yang dikasihi tersesat dan tidak setia. Dalam arti inilah, Allah dikatakan sebagai Allah yang cemburu. Allah tidak cemburu dalam arti iri hati terhadap bangsa Israel, tetapi bahwa Ia begitu mengasihi bangsa Israel dengan kasih yang kuat bagaikan api yang panas, yang tidak menghendaki umat-Nya mendua hati. Maka dikatakan, “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu” (Ul 4:24); sebagai kesimpulan dari nasihat Nabi Musa agar bangsa Israel tidak melupakan perjanjian dengan Allah, dengan menjadi tidak setia (lih. Ul 4:21-23). Di sini Kitab Suci menggambarkan perkawinan rohani antara Allah dengan umat-Nya bagaikan kasih antara suami dan istri. Allah menghendaki agar bangsa Israel hanya menyembah-Nya sebagai Allah yang satu-satunya. Ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah dengan berpaling kepada para dewa/ berhala, digambarkan dengan kata ‘bersundal’ (lih. Yer 3:6-10). Namun Allah adalah Allah yang tetap setia. Ia menjaga umat-Nya dengan kasih yang ‘cemburu’ dalam arti positif, yang tak ingin bertoleransi dengan kehadiran allah-allah lain di tengah umat-Nya (lih. Kel 20:3-6, Yos 24:24-16,19-20, dst). Arti ‘cemburu’ ilahi yang sedemikian berbeda dengan ‘cemburu’ yang disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Kor 13:4. Namun karena akar katanya sama, arti positif dan negatif dari kata tersebut, disampaikan dalam kata yang sama.
Shalom ,
Mengapa ada perbedaan antara Abiathar dan Ahimelekh di Markus 2:26 dan 1 Samuel 21:1?
terima kasih sebelumnya.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik, yang baru saja kami tambahkan untuk menanggapi pertanyaan Anda]
Kita serahkan semua pada ahli kitab, bukan ahli nujum. Injil di dalam ada PL dan PB, merupakan kitab taurat dan digenapkan di injil oleh Yesus Kristus. Maka kita tidak boleh menghilangkan, mengurangi, merubah hukum di PL, walaupun itu seorang Paus. Kitab taurat oleh nabi Musa, Kitab injil oleh Yesus Al Masih.
Saya juga mengakui kadang membingungkan surat surat di atas, ada surat yg memperintahkan harus menyembah Yesus, ada surat lain memperintahkan tidak boleh menyembah Tuhan Yesus.
[Dari Katolisitas: Karena itu kita membutuhkan Gereja untuk mengajarkan kepada kita pengertian yang benar akan ayat-ayat dalam Kitab Suci. Sebab Kitab Suci tidak mungkin mengajarkan hal-hal yang bertentangan satu sama lain, sebab tidak ada pertentangan dalam diri Allah, sebab Allah tidak mungkin menyangkal diri-Nya sendiri (lih. 2 Tim 2:13)]
Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Kalo menyerukan Tuhan Yesus maka saya akan masuk neraka bukan sorga.
[Dari Katolisitas: Tentu saja tidak demikian. Sebab terhadap Rasul Tomas yang mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Allahnya (Yoh 20:28), Yesus tidak melarangnya. Kalau seandainya Rasul Tomas melakukan perbuatan salah yang begitu besar sampai dapat membawanya ke neraka dengan menyerukan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allahnya, tentu Yesus akan mengkoreksi Rasul Tomas. Fakta bahwa Yesus malah mengajarkan yang sebaliknya, yaitu “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh 20:29).” Dalam hal ini, tentu ‘percaya’ yang dimaksud adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah.]
Maka saya simpulkan daripada kita berdosa dan masuk neraka maka yang paling utama untuk doa hanya Tuhan Bapa Allah. Saya tidak mau berdebat dan saya meyakini dan saya tidak mau melanggar dari Al Kitab. Silahkan ada renungkan jika ada ketetapan firman Tuhan demi sorga masa harus kita langgar apapn kondisinya apapun jamannya.
Shalom GKN Al Masih
[Dari Katolisitas: Kami menghormati keputusan Anda. Semoga Andapun menghormati keputusan kami, yang mau menaati keseluruhan ajaran Kristus dan para Rasul yang dilestarikan dan diteruskan dari abad ke abad oleh Magisterium Gereja Katolik. Pemahaman yang berbeda-beda tentang ayat yang sama dalam Kitab Suci merupakan bukti yang jelas bahwa Kitab Suci saja tidak cukup untuk menginterpretasikan dirinya sendiri. Atau, Sola Scriptura itu tidaklah cukup, sebagaimana pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.]
Oya tolong dijelasin ayat2 berikut, banyak yangmempertanyakan pada saya,
Matius 7-22.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Matius 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
SIAPAKAH TUHAN…??!
“ulangan” pasal 4 ayat 35
“Tuhan itulah ALLAH dan KECUALI TUHAN YANG ESA TIADALAH YANG LAIN LAGI”
“Markus” pasal 12 ayat 29
“Dengarlah olehmu HAI BANI ISRAEL ADAPUN ALLAH TUHAN KITA IALAH TUHAN YANG ESA”
======================================…
“Tuhan itulah ALLAH dan KECUALI TUHAN YANG ESA TIADALAH YANG LAIN LAGI”
“Dengarlah olehmu HAI BANI ISRAEL ADAPUN ALLAH TUHAN KITA IALAH TUHAN YANG ESA”
SANGAT JELAS
“TUHAN ITU ALLAH TUHAN KITA IALAH TUHAN YANG ESA”TIADALAH YANG LAIN LAGI”
Shalom Almasihcorp,
Kami umat Katolik juga menerima semua ayat-ayat yang Anda kutip tersebut.
Mat 7:21-22 tidak membuktikan apapun untuk menentang ke-Tuhanan Yesus maupun ke-esaan Allah.
Di sana justru dikatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21)
Nah, apakah kehendak Bapa?
Injil Yohanes mengajarkan, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.” (Yoh 6:40).
Percaya kepada Kristus Sang Putera Allah ini ditunjukkan dengan menghormati-Nya, sama seperti menghormati Allah Bapa. Sebab Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Tidak ada seorang nabi-pun yang pernah berkata demikian. Juga, tak ada siapapun yang diberi kuasa oleh Bapa untuk menghakimi umat manusia, selain dari Sang Putera Allah itu sendiri.
“Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. (Yoh 5:22-23)
Maka Kitab Suci mengajarkan bahwa memang Allah itu esa, namun dalam ke-esaan-Nya itu ada Pribadi Allah Bapa dan Putera, yang harus dihormati dengan penghormatan yang sama.
Selanjutnya silakan artikel ini untuk melihat di ayat-ayat manakah Yesus disebut sebagai Allah (God), silakan klik.
Sungguh, seorang Kristen adalah pengikut Kristus, Sang Sang Sabda Allah yang mengambil rupa manusia. Maka jika kita mengatakan bahwa kita adalah murid Kristus, kita tidak dapat hanya menerima ayat-ayat Perjanjian Lama, dan sejumlah ayat Perjanjian Baru. Kita harus mau menerima keseluruhan Sabda Allah, yaitu semua yang tertulis dalam Kitab Suci, yaitu semua ayat Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, berikut juga dengan semua ajaran Kristus dan para Rasul yang disampaikan secara lisan, dalam Tradisi Suci, sebagaimana yang sampai sekarang dilestarikan oleh Magisterium Gereja Katolik.
Silakan untuk selanjutnya membaca artikel: Trinitas, Satu Tuhan dengan Tiga Pribadi
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak Stef dan Bu Inggrid.
Pada Matius 21: 2 tertulis ada 2 keledai yang akan digunakan oleh Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem. Sedangkan di Injil yg lain ( Markus 11:2, Lukas 19:30 dan Yohanes 12:14) tertulis hanya 1 keledai.
Apakah dalam hal ini penjelasannya bisa memakai metode historis-kritis?
Berkah dalem,
Martinus Setiabudi
[Dari Katolisitas: Silakan membaca tambahan penjelasan di artikel di atas, sub judul no.14, silakan klik]
Dear Katolisitas,
1. Dalam Markus 5: 1-13, Lukas 8: 27-33 dan Matius 8: 28-32 terlihat kisah yang saling mirip satu sama lain sekaligus berbeda. Bagaimana hal ini dijelaskan? Kenapa ada perbedaan?
2. Soal penyembuhan orang buta di Yerikho. Dalam Markus dan Lukas dikatakan hanya satu orang. Markus menyebut namanya: Martimeus. Dalam Matius dikatakan ada dua orang. Bagaimana bisa menjelaskan perbedaan ini?
Terima kasih,
Shalom Brian,
Markus 5: 1-13, Lukas 8: 27-33 dan Matius 8: 28-32: Penyembuhan itu dilakukan di Gerasa (menurut Markus dan Lukas) atau di Gadara (menurut Matius)? Yesus menyembuhkan satu orang (menurut Markus dan Lukas) atau dua orang yang kerasukan setan (menurut Matius)?
Demikianlah penjelasan tentang kedua kota itu (lih. Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark (Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91:
“Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari sepuluh kota yang disebut Dekapolis. Gergesa (kemungkinan variasi dari kata “Gerasa”) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara, dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama. Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya.”
Maka ketiga pengarang Injil menulis tentang daerah yang sama. Kota Romawi Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/non-Yahudi, sedangkan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis (Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel (Minneapolis, MN: Augsburg, 1946), p. 205); James Burton Coffman, Commentary on Mark (Abilene, TX: ACU Press), 1975, p. 85; Ronald F. Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson), 1995, p. 468). Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan mereka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara (Gadarenes). Gambar kapal di koin uang logam kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan membentang sampai ke danau Galilea. (J.W McGarvey, The Fourfold Gospel (Cincinnati, OH: Standard), p. 344; John and James Strong McClintock and Strong, Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature (Grand Rapids, MI: Baker, 1969), 3: 706). Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda.
Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling bertentangan saat menyampaikan kejadian ini. Mereka sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea. Lagipula area persisnya tempat mukjizat ini terjadi, tidaklah menjadi sepenting pemahaman kita akan kisah kejadian ini, yaitu bahwa Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut.
Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbedaan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta. Matius 20:30 menyebutkan dua orang; sedangkan Luk 18:35,38 menyebutkan satu orang. Kita lihat di sini bahwa Injil yang menyebutkan “seorang” yang disembuhkan, tidak mengatakan bahwa “hanya satu orang/ seorang saja” yang disembuhkan ataupun “hanya ia sendirian saja” yang disembuhkan. Sebab hanya jika Lukas mengatakan demikian, pernyataannya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang lain. Namun yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian: ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penulisan ini tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta. Sebab dapat terjadi bahwa yang disembuhkan ada dua orang, hanya saja Lukas ataupun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/ bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus. Maka yang disampaikan oleh Markus dan Lukas adalah: ada orang buta itu duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat. Orang buta itu mohon belas kasihan Yesus, dan kemudian ia memperoleh mukjizat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Bahwa orang buta itu tidak sendirian, tidak menjadi masalah, sebab fakta itu tidak mengubah kebenaran bahwa orang buta itu (yang bernama Bartimeus) duduk di pinggir jalan, memohon kepada Tuhan Yesus, dan kemudian menerima kesembuhan dari Tuhan Yesus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Kalau saya membaca Matius 3: 13 – 17, saya memiliki kesan bahwa Yohanes Pembaptis tahu atau kenal siapa Yesus. Saya juga menduga kalau Yohanes menyaksikan peristiwa turunnya Roh Kudus dan suara Allah (apakah saya salah?)
Namun, kalau saya membaca Matius 11: 2 – 3, kesan saya adalah Yohanes Pembaptis meragukan (kemesiasan) Yesus.
Pertanyaan saya, kenapa Yohanes meragukan Yesus, padahal beberapa minggu (atau bulan) sebelumnya dia begitu yakin dengan Yesus?
Terima kasih
[Dari Katolisitas: Silakan membaca penjelasan dari St. Hieronimus tentang ayat tersebut, di sini, silakan klik.]
Luar biasa. Saya sungguh mendapat pencerahan.
Satu permintaan saya, kalau bisa setiap jawaban dari katolisitas, baik itu merupakan jawaban langsung maupun saran, hendaknya muncul di email. Yang kali ini sama sekali tidak muncul. Ini kebetulan saja saya iseng buka, ternyata pernyataan saya dulu sudah ada jawabannya.
Terima kasih dan salam
shalom tim katolisitas,,saya mohon penjelasan sedikit mengenai Yesaya 14:12 tentang nubuat kejatuhan raja Babel yang disebut sebagai Bintang Timur. saya pernah membaca bahwa ayat ini ditafsirkan untuk menjelaskan tentang pemberontakan pemimpin para malaikat jahat (Lucifer). namun di kitab Wahyu 22:16, Tuhan Yesus mengatakan diri-Nya adalah Bintang Timur..mohon penjelasannya..
Shalom Rudolf,
Kata ‘lucifer‘ bukan kepada suatu nama, tetapi kepada kata benda, yaitu bintang timur, atau bintang kejora. Nah, kata tersebut, dapat mengacu kepada Raja Babilonia, iblis, namun juga Kristus, tergantung konteks ayatnya. Dalam Yes 14:12 lucifer, secara literal mengacu kepada raja Babilonia, namun secara spiritual, mengacu kepada iblis. Sedangkan di Why 22:16, lucifer mengacu kepada Kristus, yang memang adalah Bintang Timur yang gilang gemilang, dari keturunan Daud.
Silakan membaca penjelasannya di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom
Mohon penjelasannya :
1. Imamat 11:6 – “Juga kelinci, karena memang memamah biak, tetapi tidak berkuku belah, haram itu bagimu.”
— Apakah kelinci binatang memamah biak ?
(Setahu saya kelinci bukan binatang memamah biak)
2. 2 Samuel 24:9
Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat. Orang Israel ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat memegang pedang; dan orang Yehuda ada lima ratus ribu
1 Tawarikh 21:5
Lalu Yoab memberitahukan kepada Daud hasil pendaftaran rakyat. Di antara seluruh orang Israel b ada sejuta seratus ribu orang yang dapat memegang pedang, dan orang Yehuda ada empat ratus tujuh puluh ribu orang yang dapat memegang pedang
— Ayat ini bertentangan
Mana yang betul : delapan ratus ribu atau sejuta seratus ribu
lima ratus ribu atau empat ratus tujuh puluh ribu
Shalom Geni,
Tentang kelinci apakah merupakan binatang memamah biak atau tidak, silakan melihat diskusi ini – silakan klik.
Pertanyaan yang lain: dalam 2 Samuel 24:9 dituliskan sebagai berikut: “Lalu Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat. Orang Israel ada delapan ratus ribu orang perangnya yang dapat memegang pedang; dan orang Yehuda ada lima ratus ribu“, sedangkan 1 Tawarikh 21:5 menuliskan “Lalu Yoab memberitahukan kepada Daud hasil pendaftaran rakyat. Di antara seluruh orang Israel ada sejuta seratus ribu orang yang dapat memegang pedang, dan orang Yehuda ada empat ratus tujuh puluh ribu orang yang dapat memegang pedang.”
800,000 vs 1,100,000: Salah satu solusi yang diberikan: di dalam kitab Samuel 800 ribu adalah orang yang siap berperang atau disebut sebagai “valiant men / mighty men“. Dalam Kitab Tawarikh, 1,1 juta bukan disebut sebagai orang perangnya (mighty men), namun hanya sebagai orang (men) yang dapat memegang pedang. Dengan demikian tidak semua orang yang memegang pedang adalah mighty men.
500,000 vs 470,000: Dalam 1 Taw 21:6 dituliskan “Orang Lewi dan Benyamin tidak dimasukkannya dalam pendaftaran, sebab titah raja itu dianggap keji oleh Yoab.” Dengan demikian di dalam 1Taw 21:5 jumlah 470,000 tidak termasuk orang Lewi dan Benyamin. Jadi perbedaan jumlah kemungkinan adalah jumlah orang Lewi dan Benyamin.
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Semestinya penulis memberi bhsa asli injil agar memberi pgertian yg sama. Yesus mgatakan tidak satu iota pun yg akan dikurangi sblm dnia in hncur. Dan versi injil mn yg dpakai dlm pnjlsn ini.
[dari katolisitas: Semua orang dapat google kalau mau melihat versi Ibrani dan Yunani. Atau dengan program Kitab Suci, maka orang dapat melihatnya. Silakan memilih satu topik bahasan yang mana, yang ingin Anda diskusikan.]
Shalom pak Stef & bu Ingrid
Pernahkah pak & bu m’nonton video d youtube @pn d mna2 lman web- Dr William Campbell vs Dr Zakir Naik _ Bible, Quran & the light of science…?
Kiranya blum, sya cdang’n tim katolisitas mnontonnya. Kiranya sudah, sya mohon pak & bu dpat m’jwab sgala p’soalan yg dtimbul’n ttg bible dlm dialog t’sebut. Mungkin dlm 1 ruangan khusus brangkali..?
X perlu m’yanggah ap2 ttg Quran. Sya hny mhon spy p’tnyaan & tentangan dr Dr Zakir t’sebut dpt dberi p’cerahan dr tim katolisitas kpd umat2 kristen amnya & katolik khususnya.
Krana yg m’jd p’masalahan d sni ialh Bible- yg m’gandungi error, sehinga bleh dkata’n bukn b’sumber dr Allah… Mugkin benar bible bukn bku sains, tp skurang2nya dpat tdk m’gandungi ksalahan ttg fakta2 yg logis, krana ksalahan x bleh sjajar dgn wahyu dr Tuhan…
Menurut pndangan sya, perkara spt inilah yg menyebab’n umat kristen smakin rmai yg meningal’n imannya. Krna scholar spt dr William yg ahli dlm kdua2 agma pn gagal m’jwab p’soalan2 yg dtuju’n…
Sya sngt m’harap pak & bu dpt m’beri p’cerahan. Sya prcaya, bukn sya sj, mlah rmai saudara/i kta yg telah @ akan guncang iman & kpercaya’n trhadap bible stelah mnonton dialog t’sebut…
Thanx in advance
God bless
[dari katolisitas: Kami belum menonton diskusi tersebut. Namun, secara prinsip, ada beberapa ayat yang “TERLIHAT” bertentangan, namun kalau kita jelaskan dengan benar, maka sebenarnya tidak ada pertentangan. Tidak ada cara lain, kecuali kita menggali satu-persatu akan ayat-ayat yang terlihat bertentangan. Anda dapat melihatnya di sini – silakan klik dan klik ini. Jadi, kita tidak perlu goyah terhadap diskusi-diskusi seperti ini.]
Malam..point utama..mengasihi sesama..jgan menyembah setan..dan lakukanlah kebenaran..itulah ajaran TUHAN YESUS… Τнänκчöü
~(‾▿‾~) ~(‾▿‾)~ (~‾▿‾)~
Mohon penjelasannya, mana yang benar mengenai kematian Yudas (Yudas Iskariot):
Matius 27:5 Maka ia (Yudas) pun MELEMPARKAN uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan MENGGANTUNG DIRI.
Kisah Para Rasul 1:18 Yudas ini telah MEMBELI sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup dan PERUTNYA TERBELAH sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.
Uang hasil kejahatannya (berkhianat) dipakai buat membeli tanah ATAU dilempar ke Bait Suci? Matinya menggantung diri (luka di leher) ATAU jatuh sampai semua isi perutnya tertumpah ke luar?
Terimakasih sebelumnya.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca point 10. dari artikel di atas, yang baru saja kami tambahkan, silakan klik]
Bagaimana dg jwban dri pertanyaan tentang perbdaan PL dan PB, hal sunat dan makan babi Saya juga pernah ditanyakan hal serupa.. U_U Thx
[dari katolisitas: Tentang sunat – silakan klik, tentang makan babi – silakan klik.]
Lalat ttplh llt, nymuk ttplh nymuk, anak TKpun tau, alkitab mlh bgung ndiri mn nymuk mn llt
[Dari Katolisitas: Alkitab tidak bingung tentang hal ini. Silakan membaca kembali dengan obyektif pernyataan di atas. Kata yang digunakan dalam Kitab Suci dapat diterjemahkan sebagai lalat atau nyamuk, tanpa mengubah pesan utama yang ingin disampaikan].
setuju dengan Katolisitas.
lalat atau nyamuk adalah binatang serangga (kecil) dan unta adalah binatang besar. Jadi tidak peduli lalat atau nyamuk, itu hanya mau bicara tentang binatang / serangga kecil. jadi pesan utama tetap tidak berubah dan itu tidak menampakkan inkonsistensi.
Alkitab tidak ada yg identik sama. Ktka anda smkan llt sama nymuk. Sgguh itu adalh yg berbeda. Wlo sm bntg. Ktka anda bilang mgenai warna,Hitam dan putih ttplah brbeda, tp anda akn ktkn itu berasal dr wrna. Ayt alkitb tdk konsisten cth silslh yesus, tdk ada yg sm. Lukas & matius. Smntara Bapa nya yesus tidak ada.
[Dari Katolisitas: Seperti telah dijabarkan di atas, lalat ataupun nyamuk tidak mempengaruhi makna teks yang akan disampaikan. Memang lalat dan nyamuk berbeda, namun keduanya dapat dianggap sebagai terjemahan dari kata aslinya, κώνωψ
kṓnōps tersebut. Anda dapat saja tidak setuju, tetapi inilah kenyataannya. Mau diterjemahkan lalat ataupun nyamuk tidak mengubah makna peribahasa yang disampaikan oleh teks yaitu: serangga yang kecil (lalat atau nyamuk) terlihat, namun binatang sebesar unta justru tidak terlihat. Pemimpin-pemimpin Yahudi itu mempermasalahkan hal-hal yang kecil (aturan seremonial, syarat persepuluhan) namun mengabaikan hal-hal yang lebih besar (yaitu perintah Allah tentang keadilan dan kasih). Tentang perbedaan silsilah Yesus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Nama bapa Yesus dalam silsilah itu memang tidak disebut dengan jelas, sebab memang Yesus bukan anak biologis dari Yusuf. Injil Lukas menyebutnya, “menurut anggapan orang” Ia adalah anak Yusuf… (Luk 1:23)]
Shalom Bu Ingrid, Mat 10: 5-6 kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “janganlah kamu menyimpang kejalan bangsa lain atau masuk kedalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Pertanyaannya: Bukankah Mat 10: 5-6 Yesus hanya mengutus murid-Nya untuk kaum Israel? Lalu bagaimana mengaitkan ayat Mat 10: 5-6 tersebut dengan perintah Yesus untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa (Mat 28: 19)? Bukankah jika diartikan secara literal Mat 10: 5-6 dengan Mat 28: 19 sepertinya bertentangan?. Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, yang baru saja telah kami tambahkan dengan tanggapan atas pertanyaan Anda, lihat point yang ke-9, silakan klik]
Bukankah dalam banyak bagian dari beberapa ayat yang ada dalam perjanjian lama terdapat ayat-ayat yang saling bertentangan, begitu pun halnya dengan Perjanjian Baru,, lantas mengapakah orang-orang yahudi dan nashrani yang pandai berpikir tidak jua tersentuh bahwa separuh kandungan dari Perjanjian Lama dan perjanjian baru adalah ayat-ayat syetan/rekayasa kebohongan para penulis alkitab dan separuh yang lain memang benar wahyu dari sisi Allah terhadap para Nabi.
Jadi cobalah untuk teliti dan lebih hati-hati membaca alkitab,,, dan berpikirlah setelah membacanya.
[dari katolisitas: Silakan menyebutkan ayat mana yang bertentangan. Diskusi tentang hal ini dapat Anda baca di sini- silakan klik]
Saya masih berfikir, jawaban dari Stefanus Tay & Ingrid Tay untuk pertanyaan Mat 23:24 – Lalat atau Nyamuk? tidak masuk akal.
Jawaban saudara yang mengasosiasikan lalat dan nyamuk sebagi gnat yang diartikan sebagai serangga kecil yang dapat terbang, yang dapat berarti nyamuk maupun lalat, tidaklah logis. Jelas lalat dan nyamuk 2 jenis serangga yang berbeda, lalat menyukai dan hinggap di tempat yang kotor sedangkan nyamuk menghisap darah. Kenapa Injil Matius tidak memakai istilah “serangga kecil yang dapat terbang” saja?
untuk jawaban atas pertanyaan “Perbedaan 2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18: 700 ekor kuda atau 7000 ekor kuda” dan “Perbedaan 2 Taw 9:25 dan 1 Raj 4:26: 4000 kandang atau 40,000 kandang?,,, saya pikir jawabanya terlalu dipaksakan. Sudah terang dan nyata bahwa terjadi pengubahan isi kitab suci dengan memangkas angka 0. Ini adalah wujud pertentangan yang nyata. Kemudian jawaban di atas yaang menyamakan pasukan berkuda dengan pasukan berjalan kaki juga sangat aneh.Itu jelas berbeda, yang satu berkendaraan yang satutidak, kenapa admin menyamakan saja dengan jawaban yang cenderung dipaksakan?
Shalom Ade,
1. Lalat atau nyamuk?
Tidak menjadi masalah jika Anda tidak puas dengan penjelasan kami. Namun apa yang kami sampaikan di sini adalah fakta bahwa memang dalam penerjemahan dapat terjadi banyak keterbatasan, terutama jika kosa kata dalam bahasa terjemahan tidak ada yang persis menyampaikan makna kata aslinya. Dan ini sesungguhnya merupakan keterbatasan yang sangat wajar, dan dapat terjadi dalam penerjemahan suatu teks ke dalam bahasa manapun, bukan saja dalam konteks penerjemahan Kitab Suci.
Dalam ayat Mat 23:24, kata asli yang Anda permasalahkan adalah κώνωψ/ kṓnōps (dalam bahasa Yunani) yang dalam bahasa Inggris adalah “gnat“. Sayangnya dalam bahasa Indonesia tidak ada terjemahan persisnya. Atau kalau mau diterjemahkan, maka katanya menjadi relatif panjang, menjadi “serangga kecil yang dapat terbang” atau lengkapnya mungkin adalah “serangga kecil apapun yang bersayap dan bertubuh tabung dan mempunyai semacam sengat di mulutnya.”
Walaupun terjemahan Kitab Suci memang telah diusahakan seakurat mungkin, namun jika sampai kata terjemahan persisnya tidak ada, maka tidaklah menjadi masalah jika diterjemahkan dengan kata yang ada, yang tetap sesuai dengan makna kata aslinya. Kalau Anda tidak dapat menerima penjelasan ini, itu adalah hak Anda, namun sebenarnya apa yang kami sampaikan di sini sangatlah obyektif. Maka tidak masalah jika κώνωψ/ kṓnōps dalam Mat 23:24 diterjemahkan sebagai lalat, atau nyamuk, sebab keduanya cocok dengan arti kata aslinya. Adalah hak penerjemah untuk menerjemahkan demikian, tanpa mengubah maksud pengarang Kitab Suci, yaitu untuk menyampaikan ajaran dalam semacam peribahasa. Jika diterjemahkan secara literal dengan frasa yang panjang itu, “serangga kecil yang dapat terbang” maka nuansa pantun dan kontras katanya menjadi kabur. Yang terpenting, walaupun diterjemahkan sebagai lalat ataupun nyamuk, tidak mengubah keseluruhan makna yang ingin disampaikan. Yaitu bahwa Tuhan Yesus mengecam sikap pemimpin yang memperhitungkan hal-hal kecil, tetapi hal yang lebih besar malah diabaikan: mereka mementingkan tatacara seremonial namun mengabaikan hukum moral yang lebih penting, mereka mempermasalahkan hal-hal kecil yang terlihat di luar tetapi mengabaikan apa yang lebih besar/ penting yang ada di dalam hati.
2. Menghilangkan nol?
Demikian juga, harus diakui ada keterbatasan dalam menerjemahkan angka, jika berkaitan kata-kata tertentu. Dalam ayat yang Anda tanyakan, itu menyangkut kata ”רֶכב (reḵeḇ)” yang memang dapat mengandung arti jamak atau tunggal. Maka secara obyektif kita juga dapat mengetahui bahwa hasil jumlah angka terjemahannya dapat berbeda, sesuai asumsi arti satuan reḵeḇ itu.
3. Pasukan berkuda atau pasukan berjalan kaki?
Demikian juga tentang kata pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki. Adalah hak penulis kitab untuk menuliskan apa yang menjadi perhatiannya. Maka tidak menjadi masalah jika pengarang kitab yang satu menuliskan tentang jumlah pasukan yang berkuda dan pengarang kitab lainnya menuliskan jumlah pasukan yang berjalan kaki. Hal itu tidak menjadikan bukti bahwa mereka salah melaporkan kejadian.
Di atas semua itu, segala detail yang Anda permasalahkan sama sekali tidak mempengaruhi makna yang ingin disampaikan bahwa memang Raja Daud memperoleh kemenangan yang besar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
pada dasarnya Islam dan Kristen keduanya benar karena keduanya adalah agama yang datang dari Allah dan Allah Maha Benar, right?
Kristen dengan kitab Injil diturunkan melalui nabi Isa
Islam dengan Al Qur’an nya di turunkan melalui nabi Muhammad SAW
pertanyaannya mengapa jika keduanya dari sumber yang sama (Allah) tetapi sangat berbeda isinya, terutama pada konsep keTuhanan pada ke 2 agama tersebut, juga ada larangan yang berbeda di antara 2 agama ini, spt Islam hrs sunat dan melarang makan babi tapi dlm kristen tidak usah sunat dan silakan makan babi.
sekian ratus tahun setelah nabi Isa (jesus) tiada di bumi ini ada pemuka agama bernama Paulus, Paulus inilah yang ‘merombak’ ajaran Injil yang di bawa nabi Isa. Paulus menamakannya Injil versinya ‘Perjanjian Baru’, dalam Injil versi Paulus babi yang tadinya juga di haramkan kini di halalkan, umat nasrani yang oleh Isa (yesus) di haruskan sunat di ubah bahwa sunat tidak perlu dan tidak ada gunanya.
Parahnya lagi injil paulus ini menaikan level yesus menjadi tuhan.
padahal Paulus tidak hidup di jaman yesus juga bukan salah satu dari 12 murid yesus.
Kita setuju bahwa apa yang di katakan Tuhan ‘A’ maka sampai kiamatpun tetap A, jika B maka sampai kiamatpun pasti B, Tuhan tidak plin-plan dan ragu-ragu.
Tuhan memerintahkan umatnya sunat jauh sebelum Isa (yesus) ada, Tuhan melarang makan babi juga jauh sebelum ada Injil. Nabi Ibrahim melarang umatnya makan babi beliau juga memerintahkan sunat bagi umatnya, begitu juga nabi Musa menyampaikan perintah Tuhan tentang sunat lewat kitab Taurat dan Yahudi pun bersunat.
logikanya, jika injil sekarang adalah injil yang asli, mengapa dalam injil tuhan membolehkan makan babi dan boleh tidak bersunat? berbeda dengan kitab2 suci sebelum injil (Taurat) dan kitab2 suci sesudah injil yaitu Al Qur’an, apakah Tuhan plin-plan dan ragu-ragu?
ingat Tuhan Maha Benar dan kebenaran Tuhan tidak pernah berubah.
Ini hanya pendapat saya, saya tidak ingin menjudge bahwa kristen salah, seperti yang saya katakan di awal pada dasarnya Islam dan Kristen benar (karena keduanya datang dari Allah) hanya manusialah (paulus) yang memutar balikan kebenaran Injil
[dari katolisitas: Inti argumentasi Anda adalah Injil dipalsukan oleh Paulus. Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Isunya sekarang bukan kes siapa penulis. Isunya apa isinya yang mana benar. PL kata Tuhan satu, PB juga tak kata Tuhan tiga, cuma Gereja sahaja mentafsirkan tuhan tiga dalam satu. Mau pakai ayat PL yang terang atau mau pakai ayat PN yang kabur tapi ditafsir benar oleh Gereja? Mau pakai cakap Nabi atau mau pakai cakap pengikut Nabi? Soal banyaknya salinan dan tidak ada pertentangan dimasa itu mudah aje…kan zaman itu siapa yang tidak percaya Paulus dipancung sahaja, mana berani orang tulis yang lain…Orang gereja pun tahukan kalau ikut PL mereka kurang kuasa. Sejarah gereja yang mencengkam dan otokrasi ada diserata zaman.
[dari katolisitas: Tahukah Anda sebelum edict of Milan, anggota Gereja dianiaya?]
Shalom Katolisitas,
Mohon Bantuan Katolisitas Soalnya saya ditanya oleh umat non Katolik
Seperti ini
3.. PERTENTANGAN AYAT ALKITAB (Tanda Pemalsuan)
Pada 2 Samuel 24:13 disebut 7 tahun kelaparan, sementara di 1 Tawarikh 21:11-12 cuma 3 tahun.
So Gad came to David, and said unto him, Thus saith the LORD, Choose thee Either three years’ famine; or three months to be destroyed before thy foes, while that the sword of thine enemies overtaketh thee; or else three days the sword of the LORD, even the pestilence, in the land, and the angel of the LORD destroying throughout all the coasts of Israel. Now therefore
advise thyself what word I shall bring again to him that sent me. (2 Chronicles 21:11-12)
So Gad came to David, and told him, and said unto him, Shall seven years of famine come unto thee in thy land? or wilt thou flee three months before thine enemies, while they pursue thee? or that there be three days’ pestilence in thy land? now advise, and see what answer I shall return to him that sent me. (2 Samuel 24:13)
Pada versi Inggris, King James Version of the Bible dari http://www.bible.com, pertentangan ini masih ada, tapi pada Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 1999, ternyata pertentangan ini “dikoreksi” sehingga masa kelaparan jadi 3 tahun saja. Benar2 aneh? Setelah ribuan tahun salah, di Indonesia kesalahan itu akhirnya “direvisi.” Jangan2 yang benar malah 7 tahun, he he he…:)
Cerdik juga ahli Alkitab Indonesia ini dalam merubah2 ayat Alkitab mereka, sehingga “terlihat” benar, he he he…:)
“Kemudian datanglah Gad kepada Daud, lalu berkatalah ia kepadanya: “Beginilah firman TUHAN: Haruslah engkau memilih: TIGA TAHUN
kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini dan malaikat TUHAN mendatangkan kemusnahan di Seluruh daerah orang Israel. Maka sekarang, timbanglah jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku” (1 Tawarikh 21:11-12)
“Kemudian datanglah Gad kepada Daud, memberitahukan kepadanya dengan berkata kepadanya: “Akan datangkah menimpa engkau tiga tahun
kelaparan di negerimu? Atau maukah engkau melarikan diri tiga bulan lamanya dari hadapan lawanmu, pedang mereka itu mengejar engkau? Atau, akan adakah 3 hari penyakit sampar di negerimu? Maka sekarang, pikirkanlah dan timbanglah, jawab apa yang harus kusampaikan kepada Yang mengutus aku” (2 Samuel 24:13)
Pada 2 Tawarikh 36:9, Yoyakhin jadi raja pada umur 8 tahun, sementara pada 2 Raja-raja 24:8 berumur 18 tahun.
Jehoiachin was EIGHTEEN years old when he began to reign, and he reigned in Jerusalem three months. And his mother’s name was Nehushta, the daughter of Elnathan of Jerusalem. (2 Kings 24:8)
Jehoiachin was EIGHT years old when he began to reign, and he reigned three months and ten days in Jerusalem: and he did that which was evil in the sight of the LORD. (2 Chronicles 36:9)
Pada versi Inggris, King James Version of the Bible dari http://www.bible.com, pertentangan ini masih ada, tapi pada Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, tahun 1999, ternyata pertentangan ini “dikoreksi” sehingga umur Yoyakhin jadi 18 tahun. Benar2 aneh? Setelah ribuan tahun salah, di Indonesia kesalahan itu akhirnya “direvisi.” Jangan2 yang benar malah umur 8 tahun, he he he…:)
Pada 2 Samuel 24:1 TUHAN yang menghasut Daud, tapi pada 1 Tawarikh 21:1 IBLIS yang menghasut Daud.
“Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda” (2 Samuel 24:1)
“IBLIS bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel” (1 Tawarikh 21:9)
Perbedaan Iblis dengan Tuhan itu tentu jauh jauh sekali! Bagaimana kita tahu kalau sebenarnya orang Kristen sekarang ini tidak menyembah Iblis, kalau Alkitabnya mengandung kesalahan separah itu? Jangan2 sebenarnya Yesus itu sama sekali bukan Tuhan karena memang Alkitab mengandung kesalahan yang fatal.
Pada 2 Samuel 10:18 Daud membunuh 700 ekor kuda dan 40.000 orang pasukan berkuda, sementara pada 1 Tawarikh justru 7000 ekor kuda dan 40.000 orang pasukan berjalan kaki.
“Tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu TUJUH RATUS ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan berkuda. Sobakh, panglima tentara mereka, dilukainya sedemikian, hingga ia mati di sana” (2 Samuel 10:18)
“tetapi orang Aram itu lari dari hadapan orang Israel, dan Daud membunuh dari orang Aram itu TUJUH RIBU ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang pasukan BERJALAN KAKI; juga Sofakh, panglima tentara itu dibunuhnya” (1 Tawarikh 19:18)
Lihat perbedaan di atas, ada orang Kristen yang berargumen bahwa jika si A melihat pertemuan kemudian pulang ketika jumlah peserta ada 700, sementara si B baru pulang setelah jumlah peserta ada 7000, maka jika si A menulis 700 dan si B 7000, maka tidak ada pertentangan. Dua2nya benar.
Tapi hal di atas menunjukkan bahwa Alkitab itu bukan firman Tuhan yang dicatat oleh manusia. Tapi sekedar catatan sejarah menurut pemikiran manusia. Bedanya Alkitab dgn buku sejarah pada umumnya adalah, Alkitab mengandung banyak kesalahan yang tidak konsisten, sedang buku sejarah tidak.
Pada 2 Tawarikh 9:25, Sulaiman punya 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4:26 ada 40.000.
“Salomo mempunyai juga EMPAT RIBU kandang untuk kuda-kudanya dan kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda, yang ditempatkan dalam kota-kota kereta dan dekat raja di Yerusalem” (2 Tawarikh 9:25)
“Lagipula Salomo mempunyai kuda EMPAT PULUH RIBU kandang untuk kereta-keretanya dan dua belas ribu orang berkuda” (1 Raja-Raja 4:26)
Mohon Dijawab Secepatnya
Shalom Bonifasius,
Pertanyaan Anda telah kami tanggapi di artikel di atas, mohon membaca nomor 4 sampai dengan 8, silakan klik.
Perbedaan- perbedaan tersebut tidak membuktikan adanya kesalahan dalam Kitab Suci, ataupun adanya ‘pemalsuan‘, sebagaimana disampaikan oleh pandangan yang Anda kutip. Justru adanya perbedaan salinan teks, yang memang dibiarkan apa adanya, dapat menjadi bukti bahwa memang teks asli Kitab Suci diteruskan sebagaimana adanya, tidak diubah ataupun disesuaikan, namun tidak berpengaruh terhadap kebenaran yang ingin disampaikan.
Gereja Katolik mempunyai penghormatan yang khusus terhadap Kitab Suci. Konsili Vatikan II, dalam Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu ilahi, Dei Verbum, sebagaimana juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik, melanjutkan pengajaran Magisterium sebelumnya (sebagaimana diajarkan oleh Paus Leo XIII (1893) dalam Providentissimus Deus dan Paus Pius XII (1943) dalam Divino Afflante Spiritu) oleh bahwa Kitab Suci tidak mengandung kesalahan:
KGK 107 Kitab-kitab yang diinspirasi mengajarkan kebenaran. “Oleh karena itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita.” (Dei Verbum, 11).
Orang-orang yang tidak mempunyai penghormatan kepada Kitab Suci sebagaimana Gereja menghormatinya, akan dapat terdorong untuk mempermasalahkan perbedaaan detail angka-angka maupun kata-kata, namun menutup mata terhadap keseluruhan kebenaran yang disampaikan oleh Kitab Suci, yang dapat menghantar umat manusia kepada keselamatan kekal. Kenyataan ini selayaknya membuka mata hati kita akan pentingnya memohon pimpinan Roh Kudus saat kita membaca Kitab Suci, agar Tuhan sendiri membuka mata hati kita untuk dapat menemukan kebenaran yang ingin disampaikan Allah kepada kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Trims Jawabanya
Saya Juga Mendapat jawaban dari sumber lain Bigini:
Sistem penulisan Ibrani kuno, seperti bahasa Arab kuno, tidak mempunyai huruf nol dan vokal. Akibatnya masalah angka terkadang membingungkan. Naskah-naskah dalam semua bahasa kuno mempunyai masalah ini. Itulah sebabnya mengapa 2 Samuel 10:18 menyebut 700 ekor kuda kereta,. sementara 1 Tawarikh 19:18 menyebut 7.000. Faktor angka ’10’ sering menjadi penyebab kesalahan dalam menghitung.
Bukti bahwa para juru tulis Ibrani tidak memperbaiki kesalahan ini (tidak tahu jumlah mana yang tepat), tetapi tetap dengan setia mencatatnya, menunjukkan betapa mereka menghormati kitab Suci.
Ada dua kata yang telah menimbulkan masalah – eleph dan alluph. Tanpa tanda vokal, dua kata ini tampaknya sama eleph artinya seribu, sedangkan alluph berarti umum, kapten, atau prajurit yang jago. Hakim-hakim 20:2 misalnya, harus menghitung 400 prajurit yang gagah perkasa, namun dalam Alkitab kita (bahasa Indonesia) tertaut 400.000 tentara.
Apakah Benar?
Shalom Bonifacius,
Memang terdapat penjelasan sedemikian yang dapat diperoleh di internet.
Kalau kita membaca di kamus Ibrani, memang benar ‘eleph’ arti umumnya adalah ribu/ angka ribuan, tetapi dapat juga berarti ‘keluarga’ (lih. Hak 6:15) atau ‘kaum’ (Za 9:7; 12:5-6); atau arti kiasan dari suatu jumlah yang banyak seperti pada ayat Kej 24:60 (beribu laksa).
Sedangkan “aluph” artinya adalah kepala prajurit, atau pimpinan dari 1000 orang prajurit, sebagaimana disebut dalam Kej 36:15-43.
Namun pada ayat yang Anda tanyakan, yaitu 2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18, yang diperbandingkan adalah 700 ekor kuda kereta/ charioteers atau 7000 ekor kuda kereta. Maka yang menjadi masalah adalah hal ratusan (meyah) atau ribuan (eleph) dari kuda kereta (rekeb) itu. Perbandingannya di sini bukan antara alluph dan elep, tapi apakah meyah dan elep, yang memberi keterangan kepada jumlah kuda kereta (rekeb). Jadi, jika kita memahami terjemahan arti rekeb- yang bisa berarti tunggal (satu kereta) atau jamak (rangkaian kereta), kita dapat memahami, mengapa jumlah sebutan ratusan atau ribuan kereta tidaklah mengubah arti yang ingin disampaikan. Sebab jika rekeb sudah diartikan satu rangkaian dari sepuluh kereta, maka jumlahnya 700, tetapi kalau diartikan satu kereta, maka jumlahnya 7000. Maka nampaknya di sini bukan masalah kesalahan menghitung, apalagi mengubah isi Kitab Suci, tetapi adalah masalah bagaimana menerjemahkannya, karena kata yang dipermasalahkan itu (dalam hal ini rekeb/ kuda kereta) memang dapat diterjemahkan sebagai tunggal atau jamak.
Sedangkan terjemahan Hakim-hakim 20:2 yang menyebut 400.000 tentara, memang tepat, sebab teks aslinya memang menyebutkan 400 (arba meyah eleph = empat ratus ribu). Maka Kitab Suci bahasa Inggris juga menyebut 400,000 tentara, baik versi Revised Standard Version (RSV), KJV, NAB, DRB.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam frans
mengenai kisah para rasul, manurut saya dapat dibandingkan seperti ini :
Kis 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-teman seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun”
Kis 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku [Paulus], memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.”
1. apa yang mereka lihat :
——-(Kis 22:9)melihat cahaya itu
——-(Kis 9:7)tidak melihat seorang juga pun
Artinya memang mereka malihat sebuah cahaya tetapi tidak melihat ada orang lain yang berbicara selain Paulus.
2. apa yang mereka dengar :
——-(Kis 9:7) karena mereka memang mendengar suara itu”
suara apa?
(Kis 9:4)dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya : “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”…)
——-(Kis 22:9)…tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar…”
suara mana yang tidak mereka dengar?
(Kis 22:10)….Kata Tuhan kepadaku : Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik.”
Dengan alasan bahwa tidak dicantumkannya ayat ini (Kis 22:10) dalam Kis 9.
Karena dalam Kis 22:10 Paulus sendiri yang memberikan kesaksian, bahwa kata-kata Tuhan ini hanya Paulus yang mendengar.
Demikian yang dapat saya tangkap dari ayat yang sepertinya bertentangan ini, semoga dapat melengkapi penjelasan dari tim katolisitas.
Ada beberapa teks yang tidak konsisten, Kej 35: 10 dengan Kej 46:2;
Tuhan mengganti nama Yacob dengan Israel tapi masih manggil Yacob lagi.
Kis 9: 7 mendengar suara tapi tidak melihat; sementara di Kis 22 melihat cahaya tapi tidak mendengar.
Bagaimana penjelasannya? Trimakasih.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah kami tanggapi di atas, silakan klik]
Trimakasih atas penjelasannya meskipun untuk pertanyaan Perbedaan Kis 9:7 dan Kis 22:9 masih belum memuaskan karena anda menggunakan kata ” kemungkinan” Bila tidak keberatan tolong dijelaskan lagi. Tuhan memberkati.
Shalom Frans,
Menurut saya, kata “kemungkinan” hanyalah untuk menjelaskan bagaimana kedua ayat tersebut – Kis 9:7 dan Kis 22:9 tidak saling bertentangan. Dan penjelasan tersebut bukanlah berdasarkan satu bukti empiris, yang dapat dibuktikan kebenarannya secara matematis, namun berdasarkan satu kebenaran, bahwa apa yang dituliskan dalam Kitab Suci adalah satu kebenaran dari Tuhan. Karena itu adalah satu kebenaran, maka tidak mungkin saling bertentangan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Makanya setiap menterjemahkan/mencetak kitab injil ke bahasa lain. Teks asli(kitab injil yang pertama kali ditulis) harus disertakan dalam kitab terjemahannya, jadi setiap orang akan tahu asal tiap-kata aslinya. Dan pemahaman orang akan sama setiap makna kata tersebut. Kalau pemahaman orang harus dipaksakan sama dengan pemahanan penterjemah, maka makna dari kata dalam injil tersebut lama-lama akan bias karena masing masing penterjemah mempunyai pemahaman yang berbeda ( seperti kasus lalat atau nyamuk). Tulis aja kata itu apa adanya.
Satu lagi yang perlu dikritisi dalam penulisan injil, yaitu tidak adanya pemisahan antara penulisan yang benar wahyu atau bukan, karena metode penulisan injil tidak dengan methohe “periwayatan” seperti dalam penulisan hadits menurut islam. Methode “periwayatan” dapat menelusuri/treasbility keotentikan (kesohihan)penulis atau isi yang ditulis suatu kitab.
Shalom Ignatius,
Terima kasih atas tanggapan Anda. Kitab Suci Kristen berbeda dengan Kitab Suci dalam agama Islam, karena Kitab Suci Kristen ditulis bukan dalam satu generasi, namun dalam rentang waktu 18 abad. Kalau orang ingin mempelajari secara mendalam, tentu saja tersedia manuskrip dalam bahasa Ibrani dan Yunani. Dengan demikian, tidak perlu ada kekuatiran adanya terjemahan yang bias, karena para ahli dapat mengecek kebenarannya dalam bahasa aslinya. Dan kalaupun ada variasi karena perbedaan manuskrip, hal tersebut tidak pernah mengubah pesan yang ingin disampaikan. Agama Kristen bukanlah agama buku, namun mengikuti pribadi Kristus. Apalagi, bagi umat Katolik, kami mempunyai Magisterium Gereja yang dapat memberikan keputusan definitif terhadap ayat-ayat yang cukup sukar untuk dimengerti. Dan melalui Magisterium Gereja inilah, maka diputuskan mana buku-buku yang masuk dalam daftar buku kanonik dan mana yang bukan. Dengan demikian, bagi umat Katolik tidak ada kebingungan apapun.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.