Ada banyak orang mengatakan bahwa merokok adalah berdosa, namun ada orang yang mempunyai sikap yang berbeda. Jadi, bagaimana kita harus menanggapi tentang hal ini? Orang sering membuat argumentasi bahwa merokok adalah berdosa, karena merusak tubuh, sedangkan tubuh kita adalah Bait Allah. Kita dapat melihat beberapa dasar pengajaran Katolik di dalam Katekismus Gereja Katolik sebagai berikut:
KGK, 2289 “Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai, yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita harus merawatnya dengan cara yang bijaksana dan bersama itu juga memperhatikan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum.Perawatan kesehatan para warga menuntut bahwa masyarakat ikut membantu menciptakan situasi hidup, sehingga manusiadapat mengembangkan diri dan menjadi matang: pangan dan sandang, perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan dasar, lapangan kerja, dan bantuan sosial.”
KGK, 2290: “Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. Siapa yang dalam keadaan mabuk atau dengan kecepatan tinggi membahayakan keamanan orang lain dan keamanannya sendiri di jalan, di air, atau di udara, membuat dosa besar.”
Dari keterangan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Kita sebetulnya harus merawat tubuh kita, karena tubuh kita telah dikuduskan oleh Allah, dengan Yesus sendiri mengambil kodrat manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, dan tubuh kita juga menjadi bait Allah (1 Kor 6:19-20). Namun merawat tubuh kita juga tidak boleh lebih tinggi derajatnya daripada memberikan perawatan kepada kehidupan rohani kita (KGK, 2289). Misalkan kita berolahraga setiap hari, namun tidak memperhatikan kehidupan doa kita maupun pelayanan.
KGK, 2290 menekankan akan pentingnya kebajikan penguasaan diri (the virtue of temperance) termasuk dalam merokok. Pertanyaanya, apakah merokok jadi berdosa? Saya tidak dapat mengecap semua orang yang merokok itu berdosa, karena merokok yang bersifat untuk rekreasi (dalam artian sekali-sekali) adalah tidak berdosa, namun kalau dilakukan dengan beberapa kondisi yang keluar dari jalur kebajikan penguasaan diri, seperti: (1) Merokok yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan ketagihan; (2) terlalu banyak merokok sehingga membahayakan kesehatan tubuh, dengan resiko kanker, jantung, dll. Apalagi dalam kasus seorang wanita yang melahirkan, sehingga membahayakan kesehatan bayi yang dikandungnya; (3) Yang dilakukan di sekitar anak-anak, atau orang lain, sehingga menyebabkan orang lain menjadi terganggu, baik kesehatan maupun kenyamanan; (4) membeli rokok yang berlebihan, sehingga menghabiskan uang yang banyak yang seharusnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Hal ini mungkin masih dapat diperdebatkan, yang terpenting adalah orang harus menjalankan kebajikan penguasaan diri (temperance) dan kebijaksanaan (prudence). Kita jangan lupa juga, beberapa hal yang kelihatannya sepele, namun sebetulnya jelas-jelas berdosa, misalnya: pemakaian kontrasepsi, kebohongan kecil, kemalasan, dll. Atau beberapa hal yang mungkin mirip dengan kasus merokok: Bagaimana dengan menonton televisi, main video, game, internet yang berlebihan? rekreasi yang berlebihan: nonton bioskop, makan di restoran, makan yang menyebabkan kita sakit, misal: sakit kencing manis karena terlalu banyak gula, sakit lever karena terlalu banyak makan yang mempunyai kadar pengawet yang tinggi, dll. Kita tidak dapat mengatakan semua orang yang senang makan coklat berdosa, namun kalau terlalu berlebihan, maka dapat menjadikan orang tersebut sakit, dan ini yang salah.
Namun karena merokok mempunyai resiko membuat orang ketagihan, maka menurut hemat kami, kita tidak perlu mencobanya sama sekali. Kalau orang perlu untuk rekreasi, maka dapat mencari rekreasi yang lain yang lebih berguna dan tidak mempunyai potensi membahayakan tubuh. Mari kita bersama-sama berjuang untuk dapat mengendalikan diri kita dalam hal apapun sehingga kita dapat berjalan sesuai dengan perintah Tuhan. Yang terutama adalah kita berdoa dan menerima sakramen-sakramen, sehingga berkat Tuhan mengalir dan kita dikuatkan oleh Tuhan untuk dapat mengendalikan diri kita.
Shallom,
Nama saya Damar, saya ingin bertanya mengenai apakah orang Katolik boleh atau dapat minum minuman yang mengandung alkohol? Saya pernah ditanya soal ini kepada teman saya di Jepang, dan dia bertanya lalu Yesus kan juga minum anggur (yang dalam bahasa Inggris brarti “wine”, pasti ada alkoholnya). Mohon pencerahannya, saya benar-benar ingin tahu. Terimakasih banyak.
Tuhan memberkati kita semua. Amin
[Dari Katolisitas: Prinsipnya serupa dengan apakah boleh merokok atau tidak. Untuk mengetahui tentang hal ini, silakan membaca artikel di atas, silakan klik.]
Mo Limo ( Madat/Narkoba, Madon/Main Perempuan, Main Judi,Mabuk, Maling)
Lima M adalah kejahatan yang merusak masyarakat. Penjahat 5 M adalah sampah masyarakat.
1.Bagaimana hubungan madat dan mabuk dengan sepuluh perintah Allah?
2.Bagaimana hubungnan main judi dengan sepuluh perintah Allah?
3.Madon dan Maling sudah jelas ada dalam sepuluh perintah Allah.
Shalom Herman Jay,
1. Tentang madat dan mabuk
Katekismus menempatkan madat dan mabuk dalam katagori perintah ‘Jangan membunuh’ (perintah Allah ke-5), sebab ketagihan obat-obatan/ madat/ narkoba dan mabuk termasuk dalam perbuatan tidak menghargai kehidupan diri sendiri. Katekismus meletakkannya dalam sub-judul II. Penghormatan terhadap martabat manusia, yaitu tentang penghormatan terhadap kesehatan. Tentang hal tersebut, Katekismus mengatakan:
KGK 2290 Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. Siapa yang dalam keadaan mabuk atau dengan kecepatan tinggi membahayakan keamanan orang lain dan keamanannya sendiri di jalan, di air, atau di udara, membuat dosa besar.
KGK 2291 Pemakaian narkotika mengakibatkan kerugian besar bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Selain penggunaan obat-obatan karena alasan medis semata-mata, pemakaian narkotika merupakan kesalahan susila yang bobotnya berat. Pembuatan narkotika secara tersembunyi dan perdagangan narkotika sungguh memalukan; oleh daya godanya, mereka secara langsung turut menyebabkan pelanggaran-pelanggaran berat melawan hukum moral.
2. Tentang Judi
Sedangkan judi berkenaan dengan perintah Tuhan yang ke-7, “Jangan mencuri”. Katekismus menempatkannya di dalam subjudul II. Penghormatan terhadap orang-orang dan harta milik mereka; dan judi ditempatkan di dalam katagori pelanggaran dalam hal penghormatan terhadap harta milik orang lain.
KGK 2413 Main judi (umpamanya main kartu) atau taruhan sebenarnya tidak melanggar keadilan. Tetapi itu tidak dapat dibenarkan secara moral, kalau merugikan seseorang dalam apa, yang ia butuhkan untuk keperluan hidupnya dan keperluan hidup orang lain. Nafsu bermain dapat memperhamba pemain. Mengadakan taruhan yang tidak adil atau menipu dalam permainan adalah kesalahan besar, kecuali kalau kerugian itu begitu minim, sehingga yang dirugikan tidak terlalu menghiraukan sesuai dengan akal sehat.
Selanjutnya tentang judi, klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih kepada Katolisitas. Kemarin pagi saya membaca artikel ini dan tanpa saya duga saya mendapat pertanyaan mengenai apakah merokok itu buruk atau tidak sore harinya. Artikel ini amat membantu saya dalam menjawab sesuai dengan ajaran Katolik kita. Sekali lagi terima kasih Katolisitas. Semoga karya kerasulan ini berlanjut & semakin berkembang.
Kalau diijinkan, aku ingin tulis di bawah ini..tetapi aku tidak tau harus tulis di mana, tolong dibantu…
Trims…
shallom….
Ijinkan aku untuk share pengalamanku ketika aku diberhentikan merokok oleh Tuhan.
Aku ingat,aku mulai merokok sejak kelas 6 SD,sejak itu tiada hari tanpa rokok dan berlangsung kira2 selama 40-45 tahun.
Aku pernah berusaha berhenti sekitar 35 th yang lalu, berhasil berhenti cuman 3 hari saja,
Sekitar tahun 1993 an, aku coba lagi berhenti merokok dan waktu itu aku sudah mengenal Yesus,aku ber Doa untuk diberi kekuatan,untuk melawan kecaduan rokok itu.
Ternyata imanku masih tipis banget dan cuman berhasil berhenti selama 7 hari saja.
Terasa putus asa aku dengan kecaduan rokok ini,aku sudah menyerah berhenti merokok selama 7 hari,sangat tersiksa dan sampai bingung dengan jati dirinya dan tetap saja gagal.
Sekitar 4 tahun yang lalu aku diskusi dengan teman salah satunya tentang rokok,aku cerita kalau susah banget berhenti merokok,berbagai usaha selalu gagal.
dia jawab: “DOA dong”
aku jawab: udah…..,
dia jawab: lagi…kamu DOA apa?,bilangnya apa????
aku jawab: biasa lah…. minta kekuatan dari Tuhan Yesus,agar aku bisa menghentikan kebiasaan merokok.
dia jawab: lha kamu doanya salah , tidak akan kuat kamu menghentikan kebiasaan merokok kamu.seharusnya kamu doanya minta agar Tuhan Yesus sendiri yang menghentikan kebiasaan merokok kamu.
Terus terang, waktu itu aku bete atas jawaban dia. enak aja ngomong…minta Tuhan Yesus sendiri yang menghentikan merokok,gimana caranya???
Itu semua hanya aku simpan dihati dan kata2 dia aku renungkan terus.
Setahun kemudian, aku ketemu teman ku yang lain ,dan membicarkan rokok juga.
kata2 dia kok sama dengan kata2 teman aku yang lalu,intinya minta TUHAN sendiri yang menghentikannya.
dia menyuruh aku untuk aktif berdoa dengan bahasa roh( memang aku pernah bisa bahasa ROH ketika di Tumpang,dengan Romo Yohanes).
Dengan seringnya aku berdoa dengan bahasa Roh,iman aku terasa bertumbuh dan bertumbuh
Sekitar bulan September 2011,pikiran dan hatiku terasa sering bertanya tanya
dengan apakah aku membalas cintaNYA kepadaku ?
apa yang harus aku bayar untuk membalas KASIHNYA padaku?
Selama beberapa bulan.pikiran itu selalu timbul,hatiku selalu galau.
Diawal bulan Desember 2011, pikiranku tertuju sama rokok.
“rokok inilah yang sangat berat aku berhentikan,kalau aku mau membalas kasihNYA,harus yang paling susah yang harus aku lakukan,tetapi aku tidak kuat/bisa menghentikannya”.
Akhirnya aku BERDOA
“Tuhan,aku mau berhenti merokok,tetapi aku tidak kuat untuk menghentikannya,aku mau Engkau sendiri yang menghentikannya”
“Tuhan,kalau Engkau menghendaki aku berhenti merokok,aku siap.tetapi aku tidak bisa menghentikannya aku mau Engkau sendiri yang menghentikannya”
“Tuhan,kalau engkau benar menghendaki aku berhenti merokok.aku minta tanda dariMU,kalau keingin merokok tetap sangat kuat di diri. berarti engkau belum menghendakinya sekarang,tetapi kalau Engkau menghendaki aku berhenti sekarang,keinginan merokok itu hilang”.
Setelah berdoa itu,terasa pikiran dan perasaan aku enak dan nyaman.satu jam ,dua jam,tiga jam berlalu tanpa keingin merokok.lalu aku tinggal tidur sampai pagi.di saat aku bangun tetap keinginan merokok itu tidak ada, di situ aku yakin kalau Yesus sudah berkarya atas aku.
Setelah aku yakin Kalau Yesus sudah menghentikan kebiasaan rokokku.
Si Iblis ternyata tidak tinggal diam, pikiranku dibuat galau, terasa tidak enak dipikiran aku.
lalu aku berdoa dan diberi pengertian
“kalau kita berjalan di jalan Tuhan dan sedang berperang melawan intimidasi iblis. Seharusnya dengan perasaan senang dan bahagia karena sudah pasti menang. makanya buat apa galau, buat apa pikiran kacau, patahkan intimidasi itu”
Makanya dalam Doa itu,aku patahkan intimidasi itu dalam nama YESUS, setelah itu langsung nyaman lagi dan ada damai dan suka cita.
Keesokan harinya, iblis masih intimidasi aku lagi dengan keinginan merokok meskipun tidak sekuat dulu, ketika sebelum diberhentikan Yesus.
mulut terasa asam,kecut, pikiran juga kacau dll.
Aku bawa dalam DOA dan dapat pengertian
“harus aku lawan dan aku tau kalau aku pasti menang”
Langsung roh kecanduan roh keterikatan aku tantang
“roh kecanduan…di mana sengat mu lagi…udah aku patahkan!!!kamu sudah tidak bisa berkuasa lagi atas aku,tubuhku sudah menjadi BAIT ALLAH”
Sejak saat itu sudah tidak ada lagi intimidasi dari si iblis dan aku sudah dibebaskan dari rokok oleh YESUS
thank,s Yesus…….
NB: dengan peristiwa itu aku baru menyadari,kalau semua yang ada di ALKITAB itu masih terjadi hingga saat ini.
mujizatnya masih selalu aku aku alami, sudah tidak terhitung mujizatnya terjadi atasku.
mbak ingrid saya mau menanyakan sedikit dan pertanyaan ini mungkin agak jauh dari artikelnya,
[dari Katolisitas: kami cantumkan jawabannya di belakang pertanyaan Anda, jika ada pertanyaan lebih lanjut silakan dituliskan di bawah topik yang sesuai]
Dalam katolik zina diperbolehkan atau tidak? [dalam ke-10 perintah Allah, perzinahan dilarang, dalam perintah ke-6 (Kel 20:14)]
Kawin sesama jenis boleh atau tidak? [tidak diperkenankan. Silakan membaca artikel “Mengapa Gereja Katolik menentang perkawinan homoseksual“]
Minum minuman keras boleh atau tidak? [silakan mengacu pada tanya jawab di link ini, silakan klik]
Mengganggu ketertiban umum boleh atau tidak? [jangankan secara iman, secara akal budi saja mengganggu ketertiban umum sudah berkonotasi negatif, jadi tentu tidak untuk dilakukan, selain dengan sendirinya bertentangan dengan keteraturan moral dan hukum negara/masyarakat]
slm sejahtera buat kita semua
saya anak STP yg sedang menyusun skripsi yg berjudul pendampingan orangtua terhadap kaum muda penyalahguna narkoba.
jadi saya mau tanya, bagaimana keadaan OMK sekarang ini dihubungkan dengan narkoba?
terima kasih
Salam Fransiskus,
Terhadap penyalahgunaan narkotika dan obat bahan adiktif, Gereja sangat berprihatin. Beberapa tempat yang bisa Anda hubungi antara lain:
Yayasan Kasih Mulia / Kedhaton Parahita
Jl. Pluit Karang Permai Blok T VII Selatan No. 40-42 Muara Karang – Jak-Utara.
atau di Jl. Camar Indah blok DD-10, Ruko Pantai Indah Kapuk, Jakarta 14470
Telp: 62-21-5881103, 5882265; Fax: 62-21-5882275;
e-mail: drugKP@cbn.net.id
Telp. (021) 6683545. Fax.6603666. Tempat ini iasuh oleh Romo Lambertus Somar, MSC dan para stafnya.
Atau, hubungi tempat rehabilitasi KUNCI di http://rehabilitasikuncimas.blogspot.com/ dan alamat pos Nandan, Sariharjo-Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581. Kontak:Telepon: (0274) 624747 E-mail: apolonaris_setara@yahoo.com & apolonarisaris2007@gmail.com.
Tempat ini dikelola oleh Bruder Apolonaris FC dan para stafnya.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Bagaimana dengan bekerja di perusahaan rokok?
[dari katolisitas: Karena merokok tidaklah berdosa secara intrisik, maka bekerja di perusahaan rokok tentu saja tidak berdosa. Hal ini sama seperti minum anggur bukanlah dosa, namun terlalu banyak minum anggur dapat menyebabkan dosa karena seseorang dapat kehilangan kontrol terhadap dirinya. Jadi, orang yang bekerja di perusahaan anggur juga tidak berdosa.]
Kalo begitu orang yang bekerja di perusahaan narkotik juga tidak berdosa? Karena rokok tidak jauh berbeda dengan narkotik, karena mengandung zat adiktif yang menyebabkan ketagihan.
Bagaimanapun rokok tidak dapat dibandingkan dengan makanan / minuman seperti anggur, alkohol, coklat, makanan berlemak dll. Karena meskipun kandungannya lemak tinggi, bagaimanapun lemak tetap dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu. Tapi bagaimana dengan rokok, apakah zat yang terkandung dalam rokok dibutuhkan oleh tubuh? Mungkin bisa dijawab YA, karena dibutuhkan untuk rekreasi seperti yang Anda bilang di atas, “merokok sekali2 utk rekreasi”. Tapi perlu diingat zat itu, meskipun ada manfaatnya sedikit (mis: memberi efek menenangkan, relax dll), tapi tetap saja tergolong racun bukan?
Shalom Liani,
Nampaknya yang harus dipahami adalah prinsipnya, yaitu kebijaksanaan penguasaan diri untuk mengetahui batas-batas penggunaan makanan, minuman ataupun obat-obatan, agar tidak membahayakan kesehatan tubuh. Katekismus menjelaskan bahwa penggunaan narkotika adalah sesuatu kesalahan moral yang berat, kecuali untuk alasan medis semata-mata (untuk membantu menghilangkan rasa sakit dalam kasus-kasus yang sangat khusus):
KGK 2290 Kebajikan penguasaan diri menjauhkan segala bentuk keterlaluan: tiap penggunaan makanan, minuman, rokok, dan obat-obatan yang berlebihan. …
KGK 2291 Pemakaian narkotika mengakibatkan kerugian besar bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Selain penggunaan obat-obatan karena alasan medis semata-mata, pemakaian narkotika merupakan kesalahan susila yang bobotnya berat. Pembuatan narkotika secara tersembunyi dan perdagangan narkotika sungguh memalukan; oleh daya godanya, mereka secara langsung turut menyebabkan pelanggaran-pelanggaran berat melawan hukum moral.
Dengan demikian, jika seseorang bekerja dalam pembuatan narkotika, tentu saja itu perbuatan dosa. Namun seorang yang bekerja pada perusahaan obat-obatan legal yang mengandung zat narkotika dengan takaran tertentu, demi membantu keadaan pasien sesuai dengan anjuran dokter, maka hal itu dapat dibenarkan secara moral.
Melalui prinsip ini, ada perbedaan antara rokok dengan narkotika. Rokok tidak dapat digunakan sebagai obat, dan bahkan penggunaannya secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit, oleh karena itu jika sudah sampai ketagihan, itu dosa. Namun penggunaan rokok, jika dalam batas-batas yang tidak menimbulkan ketagihan, masih dapat diterima secara moral. Sedangkan penggunaan narkotika itu tidak dapat diterima secara moral, kecuali untuk alasan medis sebagai obat penahan rasa sakit. Maka kuncinya di sini adalah kebajikan penguasaan diri dan bahwa segala konsumsi makanan, minuman dan penggunaan obat-obatan harus melayani kesejahteraan manusia dan bukan sebaliknya.
Katekismus mengajarkan tentang hal penguasaan diri, demikian:
KGK 1809 Penguasaan diri adalah kebajikan moral yang mengekang kecenderungan kepada berbagai macam kenikmatan dan yang membuat kita mempergunakan benda-benda duniawi dengan ukuran yang tepat. Ia menjamin penguasaan kehendak atas kecenderungan dan tidak membiarkan kecenderungan melampaui batas-batas yang patut dihormati. Manusia yang menguasai diri mengarahkan kehendak inderawi-nya kepada yang baik, mempertahankan kemampuan sehat untuk menilai, dan berpegang pada kata-kata: “Jangan mengikuti setiap kecenderungan walaupun engkau mampu, dan jangan engkau mengikuti hawa nafsumu” (Sir 5:2, Bdk. Sir 37:27-31). Kebajikan penguasaan diri sering dipuji dalam Perjanjian Lama: “Jangan dikuasai oleh keinginan-keinginanmu, tetapi kuasailah segala nafsumu” (Sir 18:30). Dalam Perjanjian Baru ia dinamakan “kebijaksanaan” atau “ketenangan”. Kita harus hidup “bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Tit 2:12).
“Hidup yang baik itu tidak lain dari mencintai Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap pikiran. (Oleh penguasaan diri) orang mencintai-Nya dengan cinta sempurna, yang tidak dapat digoyahkan oleh kemalangan apa pun (karena keberanian yang hanya mematuhi Dia (karena keadilan) dan yang siaga supaya menilai semua hal, supaya jangan dikalahkan oleh kelicikan atau penipuan (inilah kebijaksanaan)” (Agustinus, mor. Eccl. 1,25,46).
Demikian tanggapan saya atas pertanyaan Anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
YTH para pengurus katolisistas
Sekarang ini saya bekerja pada sebuah yayasan Kristen (Protestant) , sedangkan saya sendiri adalah seorang katholik. Dalam lembaga ini saya mendapatkan berbagai macam pertanyaan yang sedikit banyak menyerang, mungkin para pengurus bisa membantu saya untuk memberikan jawaban yang memuaskan kepada mereka :
1. perihal merokok, kenapa di gereja katholik tidak ada larangan dan bahkan romo pun banyak yang merokok.
2.Kenapa doa bapa kami yang ada pada gereja katholik berbeda dengan yang ada diAlkitab.
Mohon penjelasannya. Terimakasih sebelumnya, GBU
[Dari Katolisitas: Tentang topik Apakah merokok itu berdosa?, silakan klik, dan tentang teks Bapa Kami yang umum dipergunakan dalam Gereja Katolik memang sedikit berbeda dengan teks yang ada di Kitab Suci, karena adanya perbedaan terjemahan. Umumnya yang dipersoalkan adalah kata “berilah kami rejeki pada hari ini”, bukan berilah kami makanan yang secukupnya. Silakan klik di sini untuk membaca penjelasannya]
Pak Stef, Bu Inggrid,
Menyambung pertanyaan mengenai minuman keras, bagaimana pandangan hukum Katolik bagi produsen minuman keras? Apakah dilarang atau diperbolehkan ? Karena ada pandangan bahwa produsen minuman keras seperti “menyediakan jalan” untuk mabuk bagi orang lain. Mohon bantuannya penjelasannya. Terima kasih.
Salam Damai,
Shalom Gerardus,
Nampaknya yang harus dipegang sebagai prinsipnya adalah bahwa minuman anggur dari dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang buruk. Menjadi buruk, jika orang meminumnya berlebihan, sehingga mabuk. Itulah sebabnya bahkan di zaman Tuhan Yesus sendiri minuman anggur sudah ada, dan diminum dalam kesempatan- kesempatan istimewa, misalnya pada perayaan perkawinan, seperti halnya pada perjamuan di Kana (lih. Yoh 2:1-11) dan pada Perjamuan Terakhir saat Yesus makan bersama para murid-Nya pada malam sebelum wafat-Nya (Mat 26:26-29; Mrk 12:22-25; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-25). Rasul Paulus bahkan menganjurkannya kepada Timotius, agar menambahkan anggur sedikit pada minumannya karena baik untuk pencernaan (lih. 1Tim 5:23).
Dengan prinsip ini maka tidak dapat dikatakan bahwa produsen minuman anggur (minuman keras) itu pasti berdosa. Karena jika dikonsumsi dengan jumlah sedikit ataupun tidak berlebihan, minuman anggur ini tidak berbahaya bagi manusia. Ini lain kasusnya dengan produsen narkoba/ obat terlarang, yang sudah pasti menjerat para penggunanya menjadi ketagihan dan karena narkoba berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga dengan kasus pemilik rumah bordil, yang memang jelas berdosa karena menyediakan tempat bagi orang- orang untuk melakukan perbuatan dosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org.
Bagaimana pandangan gereja dan alkitab, terhadap minuman beralkohol seperti bir bintang, dll?
apakah gereja melarang atau tidak?
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan ditanggapi di sini, silakan klik. Prinsip yang dipakai sudah pernah diuraikan di artikel di atas, silakan klik]
Salam kasih katolisitas,
masih bingung ni. Meski dah baca artikel dan tanya jawab di atas.
Apakah perokok (aktif) itu berdosa? Saya perokok (aktif) romo di paroki saya jg perokok (aktif). Nah di sini kan kita tentu tidak memungkiri : 1.ketagihan (rasa ingin) meski dapat dikontrol 2. membahayakan kesehatan tubuh, tp kita juga saat merokok memperhatikan lingkungan (klo ada anak2 / orang yg nggak suka rokok) ya kita tidak merokok/mencari tempat lain dan kalo kita beli rokok tidak berlebihan juga lo.
Tapi rokok tidak dapat mengendalikan kita, tp kita yg mengendalikan rokok (waktu dan/ tempat merokok kita yg mengontrol).
Jadi apakah saya dan romo berdosa?
Maaf atas kebodohan saya dlm bertanya, cos masih bingung.
Terimakasih, katolisitas
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
GBU All
Shalom Cristoporus,
Nampaknya kata kunci di sini adalah “moderation”/ kemampuan mengendalikan diri atas rokok itu. Sebab memang secara kodrati seseorang dapat mempunyai kesenangan akan sesuatu, dan ini berlaku pada makanan/ minuman, seperti ada orang yang senang minum kopi, makan bakmi, makan permen, dst, tentu ini tidak otomatis dosa, tetapi jika kesenangan ini mulai tidak dapat dikendalikan, dan makanan/ minuman itu dikonsumsi sampai di luar batas kewajaran, maka itu menjadi dosa, umum dikenal dengan kata kerakusan (gluttony) salah satu dari tujuh dosa pokok.
Silakan Anda dengan kebijaksanaan (prudence) menilai sendiri, apakah kebiasaan Anda itu masih dalam batas- batas wajar dan masih dapat dikendalikan oleh Anda sendiri. Sebagai test-nya, silakan Anda berpantang misalnya beberapa hari tanpa rokok, atau misalnya setiap hari Jumat yang adalah hari pantang sepanjang tahun, silakan Anda pantang rokok, apakah itu dapat Anda lakukan?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam kasih Ingrid dan katolisitas,
Terimakasih atas tanggapannya bu Ingrid.
ya, masalah kemampuan mengendalikan diri atas rokok. Saat puasa/pun pantang saya pun tidak merokok. Tapi orang yg kenal saya, dah tentu orang tsb tau klo aku perokok(aktif). Seperti halnya makan, saya suka babi, n tmn2 sy tau kesukaan sy itu. Meskipun sy ingin makan babi, tp klo ada hal yg g harus/pun halangan, y sy g makan. Jadi dari hal itu, meskipun saya perokok (aktif) tp klo ad hal yg menghalangi/pun tdk memungkinkan ya saya tdk merokok.
Sebagai gambaran, sy merokok 1 bks untuk 2hr (kebanyakan orng2/tmn2 sy 1 bks utk 1hr / bhkn 2 bks untuk 1hr). Jadi sy menyimpulkan, bahwa sy perokok tp sy masih bisa mengendalikan rokok tsb, jd sy tdk berdosa, meskipun sy ketagihan tp dlm batas wajar sprti itu.
Maaf atas kebodohan saya dlm bertanya, mohon koreksinya jk ada kesalahan penyampaian.
Terimakasih, Ingrid n katolisitas
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
GBU All
Shalom Cristoporus,
Silakan Anda menilai dengan hati nurani sendiri, apakah 1 bungkus rokok untuk dua hari merupakan batas yang wajar. Sebab memang tidak ada ketentuan tertulis mengenai hal ini, tetapi saya percaya hati nurani Anda dapat memutuskannya. Jika hati nurani Anda terusik dengan jumlah ini, silakan menguranginya, sebab pengurangan itu semakin menandakan bahwa Anda semakin tidak tergantung dengan rokok; terutama jika Anda sendiri menyadari bahwa rokok sebenarnya berpotensi mengganggu kesehatan tubuh Anda yang adalah bait Allah.
Jadi, walaupun ‘moderation‘ dan pengendalian diri merupakan kata kunci di sini, jangan dilupakan bahwa kita dipanggil untuk hidup semakin lebih baik dari hari kemarin, termasuk kita harus menjadi semakin tidak tergantung dengan kesenangan- kesenangan duniawi, apalagi jika itu membahayakan kesehatan tubuh. Dengan pemahaman ini, ukuran “moderasi” Andapun dapat bergeser menjadi lebih sedikit, sebab Anda dapat semakin melatih tubuh Anda untuk tidak terikat kepada keinginan merokok.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam kasih Ingrid dan katolisitas,
Terimakasih atas tanggapannya Bu Ingrid.
ya, smuanya mmang balik ke diri sndiri, krna memang selain Tuhan, hnya diri kita sndiri yg mengenal lebih baik siapa kita. adakah kita juga mempunyai ketergantungan tertentu kepada sesuatu yang dapat menggantikan tempat Tuhan di hati kita, nah selama ketergantungan itu tidak menggantikan tempat Tuhan di hati kita, sy beraggapan ketergntungan tsb masih sebatas wajar.
web ini sangat membantu. semoga katolisitas diberi kekuatan Dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, Amen.
Terimakasih, Ingrid n katolisitas
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
GBU All
Salam damai Kristus bu Ingrid
KGK, 2290 menekankan akan pentingnya kebajikan penguasaan diri (the virtue of temperance) termasuk dalam merokok. Pertanyaannya, apakah merokok jadi berdosa? Saya tidak dapat mengecap semua orang yang merokok itu berdosa, karena merokok yang bersifat untuk rekreasi (dalam artian sekali-sekali) adalah tidak berdosa,
Saya tdk ingin membahas merokok itu berdosa atau tidak (saya seorg perokok), meluruskan draft di atas merokok bukanlah untuk berekreasi karena merokok (pasti) menyebabkan kecanduan (di luar ringan atau berat kalau setiap hari menghisap rokok namanya kecanduan).
Sy juga ingin menyampaikan seorg imam (seharusnya) tidak merokok (Romo Paroki saya perokok) karena imam yg telah bersumpah meninggalkan kedagingannya, tidak boleh lagi mencari kenikmatan/nafsu duniawi. Bayangkan kenikmatan/nafsu untuk merokok saja tidak bisa ditinggalkan apalagi (maaf) kenikmatan/nafsu biologis.
Di mjlh Hidup No:12/Thn 66 terbit tgl 18-3-2012 pd rubrik konsultasi,
Seorg (teman) wanita berhubungan dgn imam & mengaku dosa kpd imam yg berhubungan dgnnya, inilah contoh imam yg tidak bisa meninggalkan kedagingannya ( semoga imam2 seperti ini cepat sadar & bertobat)
IMAM JUGA MANUSIA (bila imam beralasan seperti ini berarti imam yg tdk berani menyangkal dirinya & (maaf) tidak iklas menerima keimamannya.
Memang imam juga manusia, tetapi Jesus jg manusia dan juga sungguh Tuhan Allah. ( Seorg imam memang manusia tetapi dia diberi kuasa Allah &seharusnya hidup seperti Jesus yg meninggalkan(nafsu) kemanusiaanNya
Tuhan Jesus memberkati
Shalom Honey,
1. Orang yang kecanduan rokok juga cenderung kecanduan seksual?
Nampaknya hal kecanduan, tidak dapat diukur dari apakah setiap harinya perbuatan itu dilakukan atau tidak; namun dari sejauh mana keterikatan seseorang terhadap perbuatan itu, terutama jika perbuatan itu tidak secara kodrati sungguh merupakan . Sebab misalnya, ada orang yang setiap hari makan nasi, makan sambal atau minum kopi/ teh, tetapi kita juga tidak dapat serta merta mengatakan bahwa ia kecanduan nasi, kecanduan sambal atau kecanduan kopi/ teh. Sebab jika ia dapat melatih tubuhnya untuk sewaktu-waktu tidak makan nasi, tidak makan sambal, dan tidak minum kopi/ teh, maka dapat dikatakan ia tidak sungguh-sungguh terikat dengan makanan/ minuman itu.
Demikian pula dengan rokok, walaupun saya tidak menampik kenyataan bahwa sepertinya potensi keterikatan seseorang terhadap rokok akan jauh lebih besar daripada keterikatan terhadap nasi atau sambal. Namun bukannya tidak mungkin orang yang merokok itu dapat melatih tubuhnya untuk tidak merokok, dan sesungguhnya ini yang seharusnya dilakukannya di Masa Prapaska, dan hari Jumat sepanjang tahun yang merupakan hari-hari tobat.
Selanjutnya Anda menghubungkan kelemahan orang yang tidak bisa menahan diri terhadap rokok dengan nafsu seks.Terus terang, menurut hemat saya, hal ini bisa saja benar, tapi bisa juga tidak. Sebab hal ini bisa benar terhadap orang- orang tertentu, tetapi bisa juga tidak terjadi demikian pada orang lain. Apakah kita dapat menyimpulkan bahwa semua orang yang merokok tidak dapat menahan nafsu seksualnya? Nampaknya diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hal ini, sebelum kita dapat menarik kesimpulan. Sama seperti kita juga tidak bisa menyimpulkan bahwa orang yang kecanduan rokok pasti juga akan mudah kecanduan sambal, misalnya. Kita harus terlebih dahulu mengadakan studi dengan pengambilan sampel acak dengan kriteria tertentu, sehingga penilaian bisa menghasilkan kesimpulan yang obyektif.
Selanjutnya Anda menghubungkan fakta adanya Romo-romo yang merokok, dan karena itu menyimpulkan seolah karena mereka tidak bisa meninggalkan kenikmatan merokok, maka mereka juga akan sulit meninggalkan nafsu seksual. Pertanyaan saya, apakah Anda pernah melakukan studi tentang hal itu? Jika tidak, mari janganlah terlalu cepat mengambil kesimpulan, apalagi menghakimi seolah- olah pasti terjadi demikian. Sejujurnya, setiap orang mempunyai kelemahannya masing- masing. Jika ia tidak mempunyai kecenderungan terikat kepada rokok atau nafsu seksual (keinginan daging), ada kecenderungan keterikatan terhadap sesuatu yang lain, seperti yang pernah disebutkan oleh Rasul Yohanes dalam 1 Yoh 2:16, yaitu selain keinginan daging, ada juga keinginan mata serta keangkuhan hidup. Maka jika kita tidak mempunyai keterikatan terhadap rokok atau nafsu seksual, jangan bergembira dulu, sebab bisa jadi kita jatuh kepada keterikatan yang lain, seperti keinginan mata atau kesombongan, antara lain dengan menghakimi orang lain, apalagi menganggap diri lebih benar/ lebih kudus daripada orang lain. Lha, ini setali tiga uang, artinya kita menjadi tidak lebih baik daripada orang-orang yang kita komentari itu. Jadi menyikapi orang- orang yang merokok itu (termasuk para Romo): kita dapat saja menganjurkan mereka untuk berhenti merokok demi kebaikan dan kesehatan mereka, namun selanjutnya, kita serahkan kepada mereka sendiri untuk memutuskannya, dan janganlah kita terjebak kepada menghakimi mereka seolah mereka juga pasti jatuh ke dalam keterikatan nafsu yang lain. Janganlah kita menghakimi, jika kita tidak ingin dihakimi (lih. Mat 7:1)
Di atas semua itu, selayaknya kita pahami bahwa yang harus meninggalkan nafsu kedagingan bukan hanya para Romo, tetapi kita semua yang sudah dibaptis, yang telah menerima Roh Kudus, dan telah menjadi milik Kristus (lih. Rom 8:9). Sebab dikatakan, “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Gal 5:24). Maka Anda dan saya juga harus menyalibkan kedagingan kita, jika kita mengatakan bahwa kita adalah milik Kristus.
2. Bagaimana dengan wanita yang melanggar perintah ke-6 dengan seorang Romo, namun mengaku dosa kepada Romo yang sama tersebut?
Dalam keadaan itu, maka absolusi yang diterimanya tidak sah. Bahkan Romo yang memberikan Pengakuan dosa tersebut terancam penalti ekskomunikasi latae sententiae (ekskomunikasi otomatis). Hal ini jelas disebutkan dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, demikian:
KHK Kan. 977 Absolusi terhadap rekan-berdosa (absolutio complicis) dalam dosa melawan perintah keenam Dekalog adalah tidak sah, kecuali dalam bahaya maut.
KHK Kan. 1378
§ 1 Imam, yang bertindak melawan ketentuan Kanon 977, terkena ekskomunikasi latae sententiae yang direservasi bagi Takhta Apostolik.
Akhirnya, memang benar bahwa imam selayaknya hidup sesuai dengan panggilannya sebagai seorang imam, yang menjadi gambaran akan Kristus sendiri. Maka marilah kita mendoakan para imam dalam doa- doa pribadi kita setiap hari, agar Tuhan memampukan mereka menjadi imam yang kudus, yang dapat menjadi teladan iman bagi semua umat Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam damai Kristus bu Ingrid
Sebenarnya berdasarkan jawaban ibu Ingrid di atas saya tidak perlu lagi menanggapi masalah Imam yg perokok, karena pada akhirnya ibu Ingrid setuju dgn pendapat bahwa “Imam sebaiknya tidak merokok”.
(karena jelas Imam tidak boleh mencontohkan kepada umat cara hidup yg ‘tidak’sehat/’tidak’benar)
saya tdk mengatakan org yg kecanduan rokok juga cendrung kecanduan seksual.
disini jelas yg saya tulis “kenikmatan/nafsu untuk merokok saja tidak bisa ditinggalkan apalagi (maaf) kenikmatan/nafsu biologis”.
Kalimat diatas jelas menerangkan masalahnya adalah menahan nafsu duniawi
(Menahan nafsu merokok lebih mudah dari pada (ma’af) menahan nafsu seksual’ jadi menahan yg mudah saja tidak bisa, apalagi untuk menahan yg sulit )
Sepertinya disini Ibu Ingrid ingin mengatakan bahwa Romo itu sama dengan awam,karena disini ibu Ingrid selalu mengambil contoh umum (semua orang)
Dikalangan awam sdh jelas jika org tsb normal dia akan sulit meninggalkan kebutuhan seksualnya,
(Romo tidak sama dgn awam karena ia mempunyai kuasa Yesus Tuhan Allah,maka dari itu seharusnya Romo hidup sehakekat dgn Tuhan Yesus itu sendiri)
2. Bagaimana dengan wanita yang melanggar perintah ke-6 dengan seorang Romo, namun mengaku dosa kepada Romo yang sama tersebut?
Disini bukan masalah wanita’nya tetapi itu adalah salah satu contoh nyata Imam yg tidak bisa menahan nafsu duniawi.
saya menulis di sini bukan untuk menghakimi siapapun,tetapi untuk kebaikan umat & Imam Katolik ,agar kita senantiasa selalu hidup menurut kehendakNya, sesuai peran kita masing-masing.
bila kita tidak perduli, siap lagi?
Tuhan Yesus memberkati
Shalom Honey,
Ya, saya setuju untuk mengakhiri pembicaraan tentang imam yang merokok sampai di sini. Biarlah para pembaca menyimpulkannya sendiri. Jika Anda bertanya pendapat saya pribadi, maka memang saya berpendapat sama dengan Anda, sebaiknya memang imam tidak merokok, sebab selain ada resiko tidak baik bagi kesehatan, ada juga resiko dapat menjadi ketagihan. Namun situs ini adalah untuk menyampaikan ajaran Gereja Katolik (bukan pandangan pribadi), maka yang saya sampaikan sebelumnya adalah apa prinsip dasar yang disampaikan oleh Gereja Katolik untuk menilai apakah suatu perbuatan (dalam hal ini perbuatan merokok) dapat dikatakan baik secara moral atau tidak; sebagaimana telah disampaikan di tulisan-tulisan di atas.
Walaupun Romo itu seseorang yang ditahbiskan, dan diberi karunia khusus oleh Tuhan, namun mereka tetaplah manusia biasa, yang mempunyai kelemahan sebagai manusia -istilah teologisnya: concupiscentia. Concupiscentia/ kecondongan terhadap dosa ini tidak dihapuskan dari mereka, dan dari semua dari kita yang sudah dibaptis, sebagaimana disebutkan dalam KGK 405,1264. Concupiscentia tidak ada pada diri Yesus dan Bunda Maria, karena Yesus dan Bunda Maria tidak mempunyai dosa asal, tetapi semua orang lainnya (kita yang awam maupun para tertahbis) yang adalah keturunan Adam dan Hawa, mempunyai concupiscentia akibat dari dosa asal. Sebab walaupun dosa asal dihapuskan lewat Baptisan, namun Baptisan tidak menghapuskan concupiscentia. Justru concupiscentia ini dibiarkan tertinggal pada diri manusia, sehingga manusia dapat berjuang untuk mengalahkannya agar memperoleh mahkota surgawi.
Namun demikian, saya juga setuju dengan Anda, bahwa karena para imam adalah para tertahbis, tentu diharapkan mereka dapat lebih mencerminkan Kristus dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan termasuk di dalamnya adalah memberikan teladan di dalam menampakkan buah-buah Roh Kudus (Gal 5:22-23) yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri/ pengendalian diri. Nah, sehubungan dengan menghindari hal ketagihan rokok, maka buah Roh Kudus yang terakhir inilah yang memang sangat diperlukan.
Selanjutnya, mari jangan juga menggeneralisir bahwa bagi semua orang menahan rokok itu lebih mudah daripada menahan keinginan seksual. Sebab bagi sebagian orang memang mungkin demikian, namun bagi orang lain belum tentu demikian. Namun baiklah jika diakui, apapun bentuknya, segala bentuk ketagihan apalagi sampai kehilangan pengendalian diri, maka menjadi sesuatu yang keliru.
Akhirnya tentang adanya wanita dan imam yang melanggar perintah ke-6. Anda mempermasalahkan imamnya, yang tak bisa menahan nafsu duniawi. Tetapi secara obyektif sebenarnya kedua pihak bersalah. Sebab perbuatan perselingkuhan ataupun percabulan umumnya melibatkan kekhilafan kedua belah pihak yang melakukannya. Jika gayung tidak bersambut, maka peristiwa tersebut umumnya tidak terjadi. Maka selain masukan Anda memang baik dibaca oleh para imam, namun pada saat yang sama baik juga dibaca oleh para kaum wanita, baik remaja/ OMK ataupun mungkin ibu-ibu muda. Jangan sampai mereka khilaf, entah sengaja atau tak sengaja ‘mengganggu’ para Romo sehingga selain memberikan pengaruh buruk terhadap dirinya sendiri yang gagal menjaga kemurnian jiwa dan tubuh; juga ia memberikan pengaruh yang buruk kepada kesetiaan panggilan hidup sang Romo sebagai imam pilihan Tuhan; dan dengan perbuatan tersebut, tercemarlah juga wajah Kristus dan Gereja-Nya.
Semoga Roh Kudus yang kita nantikan di hari Pentakosta memberikan kepada Gereja-Nya karunia-karunia Roh Kudus, sehingga kita semua memperoleh kemampuan untuk menghasilkan buah-buah Roh Kudus; termasuk buah yang terakhir, yaitu pengendalian/ penguasaan diri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
All:
Masalah yg bener² menarik perhatian. Rokok, mengapa ia harus ada di dunia ya? Kalau memang ia negatif dlm dirinya sendiri, seperti halnya dosa, saya kira ia akan dimasukkan dalam daftar dosa, supaya tidak dilakukan. Maka tentu statusnya sama dengan minuman keras. Boleh dikonsumsi dengan “catatan”, jangan berlebihan (artikel di atas sudah menjelaskannya), dan bahkan sama saja dengan makanan, yg walaupun dalam dirinya sendiri sering dilihat positif, masih bisa menjadi negatif bila berlebihan.
Oleh karena itu sikap kita selanjutnya, memang hanya bisa menyerahkan kepada kebijaksanaan masing² orang, yg mengenal masing-masing diri dan tubuhnya sendiri. Kalau merokok dianggap berdosa, maka musti disejajarkan dengan percabulan, pembunuhan, pencurian dll dlm Sepuluh Perintah Allah. Oleh karena itu diperlukan juga di sini kebijakan kita dalam memberi penilaian-penilaian terhadap orang yang merokok. Tentu saja supaya kita tidak terjebak dalam penghakiman, atas apa yang sebetulnya dasarnya adalah ketidaksukaan pribadi kita sendiri.
Sebab, bila seluruh orang katolik dan seluruh pastornya tidak merokok, apakah kita akan menilai bahwa orang lain yang merokok, yang tidak katolik sebagai berdosa? Apakah kita akan mengatakan bahwa biar saja mereka berdosa karena mereka bukan katolik? Apakah kemudian orang² katolik yang mempunyai perusahaan rokok, atau yang punya toko rokok, atau yg jadi pengecer rokok; atau anak-anak jalanan katolik yg juga hidup dari menjual rokok, mereka menjadi berdosa karena menyebarkan rokok? atau sebaliknya kita beri fatwa tidak berdosa krn mereka tidak merokok, tapi hanya menjual rokok?
Lebih jauh lagi, kalau kita konsekuen untuk melawan dosa, dengan mematikan sumber asalnya dosa, maka tentunya kita (Gereja Katolik) harusnya ikut²an membuat fatwa rokok itu haram dan karena itu petani tidak boleh menanam tembakau. Apakah mau seperti itu?
Maka saya kira, kita justru jangan terjebak dalam membuat penilaian² yang terburu², yang sebetulnya tidak diatur hitam putih oleh Gereja sendiri. Jadi dalam hal ini apa yg ditulis dalam KGK 2290 sebetulnya hanyalah himbauan, yang diharapkan bisa ditanggapi dengan penghayatan dan kebijaksanaan masing², tanpa memberi patokan hitam putih, karena Gereja pasti juga tidak akan mengatur sampai membuat detil kriteria dengan angka² atau takaran² tertentu. Pula tidak mengajak utk saling menilai apalagi menghakimi.
Kalau merokok ini adalah bahaya yang mengancam dunia, tentunya Gereja Katolik juga akan menjadi pelopor untuk melawannya dengan mengajak seluruh dunia ikut andil di dalamnya, seperti halnya melawan AIDS, melawan rasialisme, komunisme dll.
Ini pandangan saya. Lebih kurangnya, mohon maaf.
Salam,
Saya baru saja mengetahui situs ini dan saya sangat tertarik.
Dikatakan diatas bahwa “sebetulnya jelas-jelas berdosa, misalnya: pemakaian kontrasepsi, ”
Saya dan istri menggunakan kontrasepsi (bukan steril – tetapi memakai spiral) karena kami saat ini sudah memiliki 1 anak dan merasa belum waktunya untuk menambah anak lagi. Jika kami kebobolan, maka tidak akan menjadi baik bagi keluarga kami karena kondisi keuangan yang belum memadai.
Ditulis juga :
“KGK 1601 Perjanjian Perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak”.
Kami harus menjadi Keluarga “Berencana” demi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga kami.
Kalau kami harus memiliki dua anak dalam waktu dekat, kami tidak yakin dapat mendidik anak dengan baik. Pada hal anak bagi kami adalah suatu tanggung jawab bagi kami untuk membesarkan dan mendidiknya untuk bisa selalu berada dalam Kristus (meski kami juga masih belajar dan belum sepenuhnya berada dalam Kristus).
Apakah dengan pertimbangan tersebut, pemakaian kontrasepsi masih tidak dapat dibenarkan?
Mohon penjelasannya.
Salam,
Shalom Hermawan,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kontrasepsi. Untuk mengetahui alasan mengapa Gereja Katolik melarang penggunaan kontrasepsi, anda dapat membaca artikel “Humanae Vitae itu benar” di sini – silakan klik dan juga tanya jawab ini – silakan klik. Dari dua link tersebut anda akan mendapatkan keterangan yang cukup lengkap. Setelah membaca dua link tersebut anda dapat bertanya lagi secara lebih mendalam. Kemudian, Gereja Katolik juga memberikan solusi antara tanggung jawab yang harus diemban oleh orang tua dengan hubungan suami istri yang harus terbuka terhadap kelahiran dengan metode KB Alamiah, seperti yang dijabarkan di sini – silakan klik.
Secara prinsip, memang benar bahwa adalah tanggung jawab pasangan suami istri untuk membentuk kehidupan yang sejahtera. Namun di KGK 1601 juga dituliskan “kelahiran dan pendidikan.” Dengan demikian, kesejahteraan tidak berarti menutup kelahiran. Prinsipnya adalah kita tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Kalau cara yang dipakai adalah berdosa, maka kita tidak boleh menggunakannya, walaupun untuk mencapai tujuan yang baik. Dengan demikian, kontrasepsi – yang merupakan suatu dosa – tidak dapat dipakai untuk mencapai tujuan kebahagiaan dan kesejahteraan. Semoga keterangan ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Bu Inggrid,
Saya ingin bertanya soal ROKOK , apakah dibolehkan oleh Gereja atau dianjurkan untuk tidak merokok.
Saya percaya Rokok adalah berbahaya bagi kesehatan bahkan ada peringatan bahaya merokok bagi keshatan di label bungkus rokok. Bau rokok merusak kedamaian di rumah atau di tempat umum , dikantor atau dimana aja ,
Bau rumah seorang perokok tidak akan hilang walaupun diberi parfum yng harga jutaan sekalipun . Apalagi bajunya , kamar tidurnya . Bau badan seorang perokok sangat menganggu , kalo ada seorang perokok lewat baunya seerr dan orang bilang ini pasti bau perokok.
Herannya lagi , sekarang banyak pastor yang merokok, dgn santainya sebelum misa dan sesudah misa merokok . Jalan-jalan di halaman gereja pastornya lagi merokok . Bila ada pertemuan rapat atau latihan di gereja para laki2 dan suami banyak yang merokok mengikuti teladan pasturnya . Saya jadi nggak simpati datang ke pertemuan tsb….Saya juga jadi prihatin…..
Shalom Budi,
Saya memindahkan pertanyaan anda ke bawah artikel, Apakah merokok berdosa?, silakan klik, karena pertanyaan anda mungkin sudah terjawab oleh artikel di atas. Silakan anda membaca artikel tersebut, dan jika ada masih ada pertanyaan, silakan bertanya kembali.
Pada dasarnya Gereja Katolik menekankan “prudence”/ kebijaksanaan untuk menilai mengenai rokok ini, karena jika hanya dilakukan sesekali, maka merokok sebenarnya bukan dosa, tetapi jika sudah menjadi ketergantungan atau ketagihan, itu sudah menjadi dosa. Ini menyangkut dosa terhadap tubuh (membahayakan kesehatan jasmani), dan juga rohani karena rokok bisa menggantikan tempat Tuhan di hati orang yang ketagihan. Hal ini tidak berlaku hanya pada rokok, tapi ketagihan yang lain seperti pada kopi, sambal, permen, dst yang dimakan/ minum di luar batas kewajaran.
Silakan anda mendiskusikannya dengan orang yang bersangkutan dengan semangat membangun, agar tidak terjadi salah paham. Namun juga pada saat yang sama, silakan memeriksa diri, adakah kita juga mempunyai ketergantungan tertentu kepada sesuatu yang dapat menggantikan tempat Tuhan di hati kita. Sebab jika ya, kitapun harus memperbaikinya, sebab jika tidak, itu sepertinya kuman di seberang lautan tampak, tapi gajah di kelopak mata tidak terlihat. Tentu ini berlaku juga buat saya sendiri. Mari kita mohon rahmat kepada Tuhan agar dapat menyikapi segala sesuatu dengan kebijaksanaan yang dari Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom,
Kesempatan di ruang ini, saya ingin menanya, apakah pandangan Katolik mengenai hal berjudi dan minum minuman beralkohol (minuman keras)?apakah itu diperbolehkan dalam agama atau tidak?sebab ramai orang katolik yang minum alkohol.Sehingga ada teman-teman agama lain mempersoalkan hal tersebut.Mereka menggangap agama katolik membenarkan hal tersebut.Malahan mereka mengaitkan mengenai air Anggur yang terdapat dalam perjamuan tubuh dan “darah” kristus. Mereka mengatakan air anggur tersebut adalah sejenis wain (minuman keras). Saya percaya terdapat salah paham dalam hal ini tetapi saya tidak tahu bagaimana ingin menjelaskan kepada mereka.Mohon penjelasan ya.
thanks,
Shalom Monica,
Saya mengajak anda kembali membaca artikel di atas tentang hal merokok apakah berdosa, untuk menjawab pertanyaan anda tentang mimunan beralkohol. Yang ditekankan dalam ajaran Gereja adalah bahwa kita harus memelihara tubuh kita yang adalah bait Allah (1 Kor 3:16), sehingga memang kita harus dengan bijak menentukan apa yang akan kita makan dan minum, agar sedapat mungkin merupakan sesuatu yang berguna bagi kesehatan tubuh kita.
Nah, kebijaksanaan (prudence) sangatlah penting di sini untuk menentukan sejauh mana kita makan dan minum dengan derajat yang wajar (moderation) dan jangan sampai menjadi keterikatan/ ketagihan (addiction) dan jangan sampai menjadi batu sandungan. Terutama dalam kasus minuman beralkohol, kebijaksanaan/ prudence ini menjadi sangat penting, dan di Alkitab sendiri tertulis dengan cukup jelas:
1. Minum anggur/ sesuatu yang mengandung alkohol itu sendiri bukanlah dosa. Rasul Paulus bahkan menganjurkan, sedikit anggur itu baik untuk kesehatan pencernaan , “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah” (1 Tim 5:23). Yesus sendiri tidak ‘anti’ anggur, seperti yang terlihat dalam peristiwa perkawinan di Kana (Yoh 2: 1-11) di mana Ia mengubah air menjadi anggur. Ia bahkan menyebut Diri-Nya sebagai pokok anggur (Yoh 15:1-8).
2. Namun jika minum anggur itu menjadi keterikatan, apalagi sampai menjadi mabuk, itu adalah dosa. Ini jelas diajarkan oleh Yesus sendiri, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”(lih. Luk 21:34) maupun oleh Rasul Paulus, yang dengan keras melarang kemabukan dan pesta pora (lih. Rom 13:13, Gal 5:21) karena orang-orang yang demikian tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
3. Juga, jika minum anggur (seperti halnya makan daging tertentu) di hadapan umat yang tidak minum anggur atau makan daging tersebut, dan dengan demikian malah menjadi sandungan bagi umat itu, maka itu dilarang oleh Rasul Paulus, “Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.” (Rom 14:21).
Nah, sedangkan mengapa Gereja Katolik menggunakan anggur untuk diubah menjadi Darah Kristus di dalam Perjamuan Ekaristi, itu adalah karena menerapkan pesan Yesus Kristus sendiri (lih. Mat 26: 26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20; 1 Kor 11:23-25) di mana Ia mengucapkan syukur atas cawan yang berisi anggur, dan Yesus mengatakan Ia tidak akan minum pokok anggur lagi sampai pada saat kemuliaan-Nya dalam Kerajaan Surga.
Minuman anggur memang dapat dikategorikan sebagai mimuman yang mengandung alkohol, maka diperlukan prudence dari pihak kita untuk menyikapinya. Jika ada orang yang tidak bisa sama sekali minum yang mengandung alkohol, maka ia juga tidak diharuskan minum anggur, bahkan di dalam perjamuan Ekaristi. Sebab menyambut Tubuh Kristus dalam rupa hosti saja, juga sudah menyambut keseluruhan Kristus. Maka harus dibedakan bahwa ‘tidak dilarang’ (asalkan dilakukan dengan prudence) itu bukan berarti diharuskan.
Di atas semua itu kita harus menerima bahwa di dalam setiap makanan yang kita makan sekarang, terdapat kandungan yang bervariasi yang dapat menimbulkan ‘ketagihan’/ keterikatan yang melewati batas. Sebagai contohnya, kopi, coklat, eskrim, permen, bakmi, bermacam chips, sambal, etc, yang juga dapat menimbulkan ketagihan bagi mereka yang sangat menyukainya, dan jika dimakan/ diminum melebihi standar kewajaran juga dapat menimbulkan penyakit. Tetapi apakah artinya kita tidak boleh memakan makanan/ minuman itu sama sekali? Tentu tidak juga. Yang penting, kita harus dengan bijaksana mengaturnya, dan mengendalikan diri pada saat kita memakannya, supaya jangan sampai makanan atau minuman itu yang ‘mengendalikan’ kita.
Maka kembali ke soal anggur. Lihatlah dengan obyektif apakah itu sudah membuat orang mabuk? Kalau ya, berarti itu sudah dosa. Apakah walaupun tidak mabuk, namun sudah membuat orang ketagihan di luar batas kewajaran, sampai menelantarkan kewajiban terhadap keluarga? Jika ya, ini juga sudah berdosa. Namun jika tidak demikian, artinya penggunaan masih dalam batas kewajaran, kita tidak dapat mengatakannya sebagai dosa. Mari kita melihat segala sesuatunya dengan kaca mata yang obyektif, yang sesuai dengan pengajaran Alkitab, dan dengan menerapkan kebijaksanaan (prudence) yang Tuhan berikan kepada kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
tambahan: anggur dalam perjamuan Tuhan adalah air anggur dicampur dengan air biasa, jadi tidak 100% anggur.
Selamat malam saya mau tanya, apakah mimpi basah (mimpi tsbt timbul karena bermimpi adegan pornografi) adalah dosa? Mimpi kan di luar alam sadar kita. Terima kasih
Shalom Ben,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah mimpi basah berdosa atau tidak. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus tahu terlebih dahulu tentang pengertian dosa. Dosa harus mendapatkan persetujuan (assent) dari kehendak (will). Pada saat seseorang tidak dapat melakukan kehendak bebas (seperti: orang gila, orang yang sedang tidur, dll), maka orang tersebut tidak berdosa. Karena di dalam mimpi basah, budi tidak dapat membuat keputusan (karena sedang tidur), maka orang yang mengalami mimpi basah tidak dapat dikatakan berdosa. Namun kalau orang tersebut membayangkan sesuatu yang tidak baik sebelum tidur, yang dapat merangsang akal budinya, sehingga terjadi mimpi basah, maka orang tersebut berdosa karena dia tidak menolak rangsangan tersebut. Jadi, letak dosanya bukan ketika tertidur, namun sebelum tertidur.
Semoga dapat menjawab pertanyaan Ben.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom,
Saya pernah bermimpi, dalam mimpi itu keadaan keuangan saya sangat kekurangan. Lalu saya berada di sebuah supermarket dan di situ saya melihat barang/makanan (saya lupa, pokoknya sesuatu) yang saya inginkan. Nah, berhubung saya tidak punya uang, maka setelah berpikir beberapa saat saya mencuri barang itu.
Setelah itu saya bangun.
Masalahnya, pada saat saya berada dalam supermarket yang dalam mimpi itu, saya merasa kesadaran saya penuh (kejadian itu terasa sangat nyata) sehingga saya bisa membuat pertimbangan2 apakah yang barang itu akan saya ambil atau tidak. Pertimbangan2nya sama dengan pertimbangan2 di dunia nyata (dosa vs lapar/keinginan, ada yang melihat atau tidak, dll)
Baru hanya pada saat saya bangun, saya tahu kalau tadi cuma mimpi. Tapi tetap ada dalam pikiran saya bahwa ternyata saya masih dapat tergoda oleh keadaan.
Nah, apakah kesalahan yang saya perbuat dalam mimpi itu termasuk dosa? Mengingat saya dapat berpikir dan berkehendak sama seperti ketika saya tidak tidur.
Kalau berdosa, apakah juga perlu pengakuan dosa?
Terima kasih. GBU
Shalom Agung,
Secara prinsip, dosa adalah melawan kehendak Tuhan yang dilakukan secara sadar. Dengan demikian, apapun perbuatan yang tidak baik yang dilakukan tanpa kesadaran bukanlah satu dosa. Yang menjadi dosa adalah apa yang dilakukan pada waktu seseorang masih sadar. Sebagai contoh orang yang memukul seseorang ketika mabuk, dosanya adalah bukan pada tindakan pemukulan yang dilakukan ketika dia mabuk, namun apa yang membawa dia pada kemabukan dan membiarkan dirinya mabuk sehingga memungkinkan dia melakukan hal-hal yang tidak baik ketika dia mabuk.
Berdasarkan prinsip di atas, maka pencurian yang anda lakukan dalam mimpi bukanlah satu dosa. Yang berdosa adalah apa yang dilakukan sebelum bermimpi. Sebagai contoh, orang yang bermimpi basah, dosanya adalah apakah dia memikirkan hal-hal yang tidak baik sebelum tidur sehingga mempengaruhinya secara psikologis dan akhirnya membawanya pada mimpi tersebut. Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak stef,
terima kasih untuk jawabannya. Saya ingin menanggapi lagi, tapi bukan mengenai dosa atau tidak. Setahu saya mimpi basah tidak selalu disebabkan oleh pikiran kotor. Karena tidak berpikiran kotor pun bisa mimpi basah (dari yang pernah saya pelajari, mimpi basah merupakan proses alami tubuh seperti buang air, berkeringat, dll). Apa tidak demikian?
Terima kasih. GBU
[dari katolisitas: Setahu saya mimpi basah juga tidak selalu disebabkan oleh pikiran kotor dan dalam hal ini tidak ada dosa apapun yang dilakukan. Namun, kalau kita membiarkan pikiran kotor itu terus ada di dalam pikiran kita itulah yang menjadi satu dosa – baik menyebabkan mimpi basah atau tidak ada mimpi apapun.]
saya temukan artikel ini
http://www.theatlantic.com/issues/81feb/murphy.htm
dimana dibahas perdebatan perihal pandangan seksualitas dalam gereja. Dulu mungkin “Roma Locuta Causa Finita” – tetapi sekarang ini dalam tubuh gereja rupa-rupanya ada banyak pendapat yang mungkin tidak selalu sejalan dengan Vatikan
ini saya paste suara dari tanah air
[quote] Bishop Sudartanto Hadisumatra of Indonesia said the Church should be offering practical help not only on how to reduce the number of births but on how to bring out the full meaning of human fertility before discussing the theological aspects of birth control. [unquote]
pandangan pribadi – ensiklik Humanae Vitae bukan ex katedra- jadi jika tidak sanggup mengikuti nya umat tidak perlu merasa berdosa. Hidup baik jauh lebih luas dari Humanae Vitae, IMHO
salam
Shalom Skywalker,
Terima kasih atas tanggapannya. Yang Skywalker berikan hanyalah satu link, namun ada banyak link yang juga menentang dokumen Humanae Vitae. Perbedaan pendapat dalam masalah teologi adalah hal yang biasa. Namun, kita melihat bahwa pandangan-pandangan yang menentang kebenaran yang digariskan oleh Magisterium Gereja tidaklah tergantung dari suara mayoritas. Kalaupun sampai mayoritas teolog mengatakan bahwa Humanae Vitae adalah salah dan pemakaian kontrasepsi dapat dibenarkan, bukan berarti umat Katolik mengikuti pengajaran yang bertentangan dengan Magisterium Gereja. Di dalam artikel tentang tingkatan pengajaran magisterium (silakan klik). kita dapat melihat bahwa Humanae Vitae adalah pengajaran yang harus diikuti oleh seluruh umat Katolik. Silakan membaca Humanae Vitae, terutama artikel 11 & 12.
Observing the Natural Law
11. The sexual activity, in which husband and wife are intimately and chastely united with one another, through which human life is transmitted, is, as the recent Council recalled, "noble and worthy.” (11) It does not, moreover, cease to be legitimate even when, for reasons independent of their will, it is foreseen to be infertile. For its natural adaptation to the expression and strengthening of the union of husband and wife is not thereby suppressed. The fact is, as experience shows, that new life is not the result of each and every act of sexual intercourse. God has wisely ordered laws of nature and the incidence of fertility in such a way that successive births are already naturally spaced through the inherent operation of these laws. The Church, nevertheless, in urging men to the observance of the precepts of the natural law, which it interprets by its constant doctrine, teaches that each and every marital act must of necessity retain its intrinsic relationship to the procreation of human life. (12)
Union and Procreation
12. This particular doctrine, often expounded by the magisterium of the Church, is based on the inseparable connection, established by God, which man on his own initiative may not break, between the unitive significance and the procreative significance which are both inherent to the marriage act.
The reason is that the fundamental nature of the marriage act, while uniting husband and wife in the closest intimacy, also renders them capable of generating new life—and this as a result of laws written into the actual nature of man and of woman. And if each of these essential qualities, the unitive and the procreative, is preserved, the use of marriage fully retains its sense of true mutual love and its ordination to the supreme responsibility of parenthood to which man is called. We believe that our contemporaries are particularly capable of seeing that this teaching is in harmony with human reason.
Suatu fakta bahwa sampai pada tahun 1930, semua gereja, baik Katolik maupun protestan tidak memperbolehkan pemakaian kontrasepsi. Namun Gereja Katolik tetap bertahan dengan pengajaran ini (menolak pemakaian kontrasepsi) sampai saat ini. Ini menandakan bahwa Gereja Katolik mengajarkan bahwa pemakaian kontrasepsi adalah dosa. Iman adalah "obedience of faith" atau suatu ketaatan iman, dan bukan masalah "menurut pandangan pribadi". Maka, jika kita memandang kebenaran lebih tinggi daripada pandangan pribadi, maka selayaknya kita tidak menentang pengajaran dari Magisterium Gereja. Kedewasaan iman menuntut untuk menempatkan kebenaran (yang diwakili oleh Gereja – melalui Magisterium Gereja) di atas pendapat kita, kepentingan kita, atau perasaan kita. Kalau semua orang dapat menentukan sendiri ajaran mana yang disukai atau tidak disukai, maka iman akan menjadi suatu permainan perasaan dan pendapat pribadi.
Skywalker mengatakan bahwa hidup lebih luas daripada Humanae Vitae. Ini adalah pandangan yang salah, karena ketaatan iman (termasuk ketaatan pada ajaran Humanae Vitae) adalah hal yang menentukan keselamatan manusia. Ketaatan iman adalah lebih penting daripada hidup, karena ketaatan iman akan membawa manusia kepada kehidupan kekal.
Jadi, saya ingin menegaskan kembali, bahwa bagi umat yang memakai kontrasepsi, sudah seharusnya merasa berdosa, dan silakan mengaku dosa kepada pastor.
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Tolong dibantu jawabannya. Orang tua istri saya sering mempermasalahkan perilaku merokok, dia mengatakan bahwa di aliran pantekosta (gereja bethel) umatnya dilarang merokok, mengapa orang katolik banyak yg merokok, juga ada pastor yg merokok, sedangkan di dalam alkitab tertulis ‘tubuh kita adalah bait Allah’ merokok itu katanya merusak berarti sama dengan merusak bait Allah. Trims
[Dari admin: telah dijawab dalam artikel di atas]
Comments are closed.