Untuk menanggapi pertanyaan ini, mari kita bersama membaca langsung pernyataan dogma Gereja Katolik tentang Bunda Maria yang diangkat ke surga, yaitu Munificentissimus Deus (MD), yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950, silakan klik.
Pernyataan tersebut bukan merupakan pernyataan ajaran baru, tetapi hanya merupakan pernyataan secara definitif suatu ajaran yang telah lama diimani oleh Gereja (lih. MD 8). Ajaran ini berhubungan dengan dogma Maria Dikandung tanpa Noda dosa, yang dikeluarkan oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Desembar 1854; yang kemudian mendapat peneguhan melalui penampakan Bunda Maria kepada St. Bernadette Soubirous di tahun 1858. Bunda Maria memperkenalkan diri kepada St. Bernadette sebagai ‘saya yang dikandung tidak bernoda’. Dogma Maria diangkat ke surga dinyatakan sebagai kebenaran ilahi yang diwahyukan Tuhan (divinely revealed truth), sehingga artinya: hal Maria diangkat ke Surga, tubuh dan jiwanya, merupakan suatu kebenaran yang obyektif -benar- benar terjadi demikian, dan bukan hanya sekedar kiasan. Namun demikian, kebenaran akan pengangkatan Bunda Maria ke surga ini juga mempunyai arti yang lebih luas bagi umat beriman, yaitu sebagai pengharapan bahwa suatu saat nanti di akhir zaman, kitapun (tubuh dan jiwa kita) akan diangkat oleh Tuhan masuk dalam Kerajaan Surga, seperti halnya Bunda Maria.
Berikut ini adalah ringkasan dari dokumen tersebut, dengan menggarisbawahi point yang ingin Anda ketahui:
1. Karena Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa, maka ia tidak tunduk pada hukum dosa dan maut yang menjadikan tubuh manusia (bahkan tubuh orang- orang benar) rusak/ terdekomposisi setelah kematian.
Kita ketahui bahwa dengan mengimani Kristus, kita juga mengatasi dosa dan kematian, atas jasa Kristus. Namun menurut ketentuan umum, Tuhan tidak memberikan efek kemenangan tersebut secara penuh sampai pada akhir zaman nanti saat kebangkitan badan, di mana semua tubuh akan dibangkitkan, dan tubuh orang- orang benar akan bangkit dan bersatu dengan jiwanya dalam kemuliaan Surga bersama Tuhan (lih. MD 4). Namun Bunda Maria merupakan kekecualian dalam hal ketentuan umum ini. Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa, dan karena itu, tidak tunduk pada hukum maut yang menjadikan tubuh rusak di dalam kubur, dan harus menunggu sampai akhir zaman agar dapat menerima kembali tubuh kebangkitannya (lih. MD 5).
2. Pengangkatan Bunda Maria, termasuk tubuhnya, merupakan kebenaran yang diwahyukan Tuhan.
Pernyataan yang cukup jelas antara lain terlihat di perikop ini:
“Thus, from the universal agreement of the Church’s ordinary teaching authority we have a certain and firm proof, demonstrating that the Blessed Virgin Mary’s bodily Assumption into heaven– which surely no faculty of the human mind could know by its own natural powers, as far as the heavenly glorification of the virginal body of the loving Mother of God is concerned-is a truth that has been revealed by God and consequently something that must be firmly and faithfully believed by all children of the Church. For, as the Vatican Council asserts, “all those things are to be believed by divine and Catholic faith which are contained in the written Word of God or in Tradition, and which are proposed by the Church, either in solemn judgment or in its ordinary and universal teaching office, as divinely revealed truths which must be believed.” (MD 12)
Terjemahannya:
“Karena itu, dari kesesuaian umum dengan otoritas wewenang mengajar Gereja, kami mempunyai bukti yang pasti dan teguh, yang menunjukkan bahwa pengangkatan Perawan Maria yang Terberkati ke Surga– yang tentu tak dapat diketahui oleh kemampuan berpikir manusia berdasarkan kekuatannya kodratinya sendiri, [yaitu] tentang pemuliaan surgawi bagi tubuh perawan Bunda Allah yang pengasih- adalah sebuah kebenaran yang telah dinyatakan oleh Tuhan dan karena itu adalah sesuatu yang harus dipercaya dengan teguh dan setia oleh semua putera puteri Gereja. Sebab, sebagaimana dinyatakan dalam Konsili Vatikan, “semua hal-hal itu harus dipercaya dengan iman yang ilahi dan Katolik, [yaitu] yang termasuk dalam Sabda Tuhan yang tertulis atau di dalam Tradisi, dan yang diajarkan oleh Gereja, baik melalui pemakluman agung, ataupun melalui wewenang mengajar yang biasa (ordinary) dan umum, sebagai kebenaran yang diwahyukan secara ilahi yang harus dipercaya.” (MD 12)
Dengan demikian hal pengangkatan Maria (termasuk dengan tubuhnya) ke Surga jelas dinyatakan di sini sebagai kebenaran, dan di sini tidak sedikitpun dikatakan sebagai pengkiasan. Pernyataan di atas malah menuliskan bahwa kita sebagai umat Katolik harus dengan teguh dan setia percaya/ mengimani bahwa Bunda Maria dengan tubuhnya yang tetap perawan itu dimuliakan Allah di Surga.
3. Telah sejak zaman dahulu, dalam perayaan liturgi baik Gereja-gereja Timur maupun Barat menunjukkan kepercayaan ini.
Bagi Gereja Katolik, liturgi merupakan ungkapan iman, menurut rumusan lex orandi lex credendi, sehingga doa- doa yang ada di dalam liturgi merupakan ungkapan kebenaran yang telah diimani dan diajarkan oleh Gereja (lih. MD 16). Ajaran tentang Bunda Maria yang tubuhnya tidak rusak sebagai akibat dari hukum maut, telah dapat dilihat dari ungkapan iman dalam liturgi, contohnya: 1) doa sakramentari yang dituliskan oleh Paus Adrian I di abad ke 8 (lih. MD 17); 2) liturgi Byzantine; 3) Pengangkatan Bunda Maria ditetapkan oleh Paus Sergius I (abad ke-7) sebagai salah satu perayaan dari empat perayaan tentang Bunda Maria; 4) St. Leo IV (abad ke-9) menetapkan tatacara perayaan Pengangkatan Bunda Maria ke Surga, dengan menetapkan vigil sebelum hari perayaan dan doa yang harus diucapkan selama delapan hari sehubungan dengan perayaan tersebut; 5) St. Nicholas I (abad ke-9) juga menyatakan bahwa perayaan Pengangkatan Bunda Maria tersebut sudah merupakan perayaan yang telah dilakukan oleh Gereja sejak dulu dan masih terus dilakukan (lih. MD 19)
4. Kitab Suci juga mendukung kebenaran tentang pengangkatan Bunda Maria (lih. MD 26-27):
Maria yang adalah Sang Tabut Perjanjian Baru akan berada bersama dengan Kristus yang terkandung di dalamnya: “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu!” (Mzm 132:8). Tabut Perjanjian Lama yang terbuat dari kayu yang tidak lapuk/rusak dan ditempatkan di bait Allah menjadi gambaran akan tubuh Perawan Maria yang dibebaskan dari kerusakan kubur dan diangkat kepada kemuliaan surgawi, di mana Allah bersemayam.
Bunda Maria digambarkan sebagai Ratu/ permaisuri yang memasuki surga dan duduk di sebelah kanan Sang Penebus (lih. Mzm 45:10-14). Pengangkatannya ke surga digambarkan seperti ungkapan dalam kitab Kidung Agung, yang membubung dari padang gurun, seperti gumpalan asap yang harum mur (Kid 3:6, lih. 4:8, 6:9), dan sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Wahyu, sebagai perempuan yang berselubungkan matahari (lih. Why 12:1-); dan bahwa pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan penggenapan kepenuhan rahmat yang diberikan kepada Maria (Luk 1:28), sebagai rahmat yang istimewa sebagai kebalikan dari hukuman kepada Hawa.
5. Para orang kudus juga mengajarkan kebenaran tentang pengangkatan Bunda Maria ini.
1) St. Yohanes Damaskus (abad ke-7), “Adalah layak bahwa ia yang tetap menjaga keperawanannya di saat melahirkan, juga tetap menjaga tubuhnya agar bebas dari kerusakan, bahkan setelah kematian ….. Adalah layak bahwa Bunda Allah harus memiliki apa yang menjadi milik Puteranya, dan bahwa ia harus dihormati oleh setiap ciptaan sebagai Bunda dan sebagai hamba Tuhan.” (MD 21)
2) St. Germanus dari Konstantinopel (abad ke 8), “Engkau adalah dia, sebagaimana tertulis, yang nampak dalam kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah kudus sempurna, murni sepenuhnya, seluruhnya menjadi tempat kediaman Tuhan, sehingga karena itu seluruhnya dibebaskan dari kerusakan menjadi debu. Meskipun tetap manusia, [tubuh Maria] diubah ke dalam kehidupan surgawi yang tidak dapat rusak, sungguh hidup dan mulia, tidak rapuh, dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna.” (MD 22)
3) St. Antonius dari Padua (abad ke 12-13), dalam perayaan Maria diangkat ke surga juga mengambil dasar Mzm 132:8, “… seperti halnya Yesus Kristus telah bangkit dari kematian di mana Ia menang dan telah naik ke sisi kanan Allah Bapa; demikianlah tabut kudus-Nya, “telah bangkit, sebab pada hari itu Bunda Perawan telah diangkat ke tempat kediamannya di surga.” (MD 29)
4) St. Albertus Agung (abad 12-13), menjelaskan arti kata “Hail, full of grace“/ “Salam, engkau yang telah dipenuhi rahmat” dan dengan demikian membandingkan Bunda Maria dengan Hawa, dan bahwa Bunda Maria dibebaskan dari kutuk/ hukuman kepada Hawa (lih. MD 30).
5) St. Thomas Aquinas (abad 13) juga mengajarkan bahwa tubuh Maria diangkat ke surga bersama dengan jiwanya (lih. MD 31), dan bahwa Tuhan yang telah menjaga keperawanannya saat mengandung dan melahirkan Kristus, juga tidak akan membiarkan tubuhnya rusak menjadi debu, “Dari sini kita melihat bahwa ia [Maria] ada di sana [surga] dengan tubuhnya ….. keadaannya yang terberkati tidak akan menjadi lengkap kecuali ia ada di sana sebagai seorang pribadi. Jiwa saja bukan seorang pribadi, tetapi jiwa yang disatukan dengan tubuhnya, adalah seorang pribadi. Adalah nyata bahwa ia ada di sana, jiwa dan tubuhnya. Jika tidak, ia tidak memiliki kebahagiaan yang penuh.” (MD 31)
6) St. Bernardinus dari Siena (abad 15) mengajarkan bahwa keserupaan Bunda Allah dengan Putera-Nya melarang kita untuk berpikir bahwa Maria terpisahkan dari Sang Raja, maka Maria harus berada di mana Kristus berada (lih. MD 33). Akhirnya, juga karena relikwi tubuh Bunda Maria juga tidak pernah ditemukan, maka hal ini juga menjadi salah satu hal yang mendukung kebenaran pengangkatan Bunda Maria, tubuh dan jiwanya ke surga. (MD 33)
7) St. Robertus Bellarminus (abad 16) mengatakan, “Dan siapakah, aku bertanya, dapat percaya bahwa tabut kekudusan, tempat kediaman Sabda Allah, bait Allah Roh Kudus, dapat hancur lebur? Jiwaku dipenuhi ketakutan/ kesakitan yang sangat jika memikirkan bahwa tubuh perawan ini yang telah mengandung Tuhan dan melahirkan-Nya di dunia, yang telah memberi-Nya makan dan menggendong-Nya, dapat berubah menjadi debu atau menjadi makanan cacing-cacing.” (MD 34)
8) St. Franciskus dari Sales (abad 16) mengatakan, “Anak mana yang tidak akan membawa ibunya hidup kembali dan akan membawanya ke surga setelah kematiannya andaikan ia bisa?” (MD 35)
9) St. Alfonsus de Liguori (abad 17) mengatakan, “Yesus tidak menginginkan tubuh Maria menjadi rusak setelah kematian, sebab itu akan mencerminkan ketidakhormatan-Nya sendiri, untuk membuat tubuh Maria yang perawan, yang daripadanya Ia telah menerima tubuh-Nya, berubah menjadi debu.” (MD 35)
10) St. Petrus Kanisius (abad 16) mengatakan, ” … kata “pengangkatan” menandai pemuliaan, tidak hanya jiwa tetapi juga tubuh, dan bahwa Gereja telah menghormati dan telah merayakan dengan khidmat misteri Pengangkatan Maria ini sepanjang banyak abad….. Ajaran ini telah diterima selama beberapa abad, ajaran ini telah dipegang sebagai sesuatu yang pasti di pikiran orang- orang kudus dan telah diajarkan kepada seluruh Gereja sedemikian, sehingga mereka yang mengangkal bahwa tubuh Maria telah diangkat ke surga tidaklah untuk didengarkan dengan sabar, tetapi di manapun harus dikecam sebagai orang- orang yang terlalu senang berargumen atau orang- orang yang sembrono, dan yang dipenuhi semangat yang menyesatkan (heretik) daripada Katolik.” (MD 36)
11) Suarez (abad 16-17), seorang teolog terkenal mengatakan bahwa misteri rahmat yang diberikan Allah kepada Perawan Maria harus diukur bukan atas dasar hukum yang biasa berlaku, namun atas kemahakuasaan Tuhan. Misteri ini adalah untuk diimani dengan keteguhan yang sama dengan mengimani Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa. (lih. MD 37)
6. Semua bukti dari para Bapa Gereja dan teolog ini menunjukkan bahwa Bunda Maria tidak mungkin terpisah dari Putera-Nya.
“Semua bukti dan pertimbangan ini dari para Bapa Gereja yang suci dan teolog didasari atas tulisan- tulisan suci sebagai pondasi yang utama. Ini menetapkan Bunda Allah yang pengasih seperti seumpama ia ada di hadapan mata kita sebagai seseorang yang digabungkan dengan Putera ilahinya dan selalu mengambil bagian di dalam-Nya. Karena itu, adalah tidak mungkin untuk berpikir tentangnya, seseorang yang telah mengandung Kristus, melahirkan-Nya, memberinya makan …, menggendong-Nya dengan lengannya, mendekap-Nya… sebagai terpisah dari-Nya di dalam tubuh, walaupun tidak di dalam jiwa, setelah kehidupan di dunia ini. Sebab Penebus kita adalah Putera Maria, Ia tidak dapat melakukan hal yang lain, sebagai pelaku hukum Tuhan yang sempurna, selain untuk menghormati, tidak saja hanya Bapa-Nya yang kekal, tetapi juga Bunda-Nya yang terkasih. Dan, karena ada di dalam kuasanya untuk memberikan Maria penghormatan ini, untuk menjaganya dari kerusakan di kubur, kita harus percaya bahwa Ia sungguh melakukan cara ini.” (MD 38)
7. Maria sebagai Hawa Baru selalu ada bersama dengan Kristus Sang Adam yang baru dalam perlawanan terhadap Iblis, dan karena itu keduanya dimuliakan di akhir pergumulan itu.
Seperti halnya kebangkitan Kristus merupakan puncak kemenangan-Nya atas dosa dan maut, demikian pula pergumulan tersebut yang juga yang dialami oleh Perawan Maria harus diakhiri dengan pemuliaan tubuhnya yang perawan (MD 39).
8. Ajaran tentang pengangkatan Bunda Maria akan secara luas berguna bagi umat manusia
Pemakluman ajaran tentang pengangkatan Bunda Maria akan secara luas berguna bagi umat manusia, karena: 1) mencerminkan kemuliaan Allah Trinitas di mana Bunda Maria disatukan dengan-Nya dengan hubungan yang istimewa/ satu-satunya; 2) mendorong umat beriman untuk mempunyai penghormatan kepada Bunda mereka di surga; 3) semua orang yang telah dibaptis dapat terdorong untuk ingin mengambil bagian dalam kesatuan dengan Tubuh Mistik Kristus, dan untuk lebih mengasihi Maria yang dengan kasih keibuannya mengasihi semua anggota Tubuh Kristus ini; 4) agar kita yang merenungkannya yakin bahwa nilai kehidupan manusia seluruhnya ditujukan untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa dan untuk membawa kebaikan bagi orang lain; 5) Di tengah ajaran- ajaran materialisme dan kerusakan moral yang diakibatkannya, ajaran pengangkatan Bunda Maria ke surga mengajarkan kita untuk melihat dengan jelas tujuan akhir dari tubuh dan jiwa kita; 5) Pengangkatan tubuh Bunda Maria ke surga akan memperkuat kepercayaan kita akan kebangkitan tubuh kita sendiri. (MD 42)
9. Berikut ini adalah pernyataan dogma Maria Diangkat ke Surga:
“… after we have poured forth prayers of supplication again and again to God, and have invoked the light of the Spirit of Truth, for the glory of Almighty God who has lavished his special affection upon the Virgin Mary, for the honor of her Son, the immortal King of the Ages and the Victor over sin and death, for the increase of the glory of that same august Mother, and for the joy and exultation of the entire Church; by the authority of our Lord Jesus Christ, of the Blessed Apostles Peter and Paul, and by our own authority, we pronounce, declare, and define it to be a divinely revealed dogma: that the Immaculate Mother of God, the ever Virgin Mary, having completed the course of her earthly life, was assumed body and soul into heavenly glory.” (MD 44)
Terjemahannya:
” … setelah kami mencurahkan doa- doa dan permohonan lagi dan lagi kepada Tuhan, dan memohon terang Roh Kebenaran, demi kemuliaan Tuhan yang Maha Besa yang telah melimpahi kasih-Nya yang istimewa kepada Perawan Maria, demi kehormatan Putera-nya, Sang Raja yang kekal segala abad dan Pemenang atas dosa dan maut, demi bertambahnya kemuliaan Bunda-Nya yang terhormat, dan demi suka cita seluruh Gereja; dengan kuasa dari Tuhan kita Yesus Kristus, kuasa dari Rasul Petrus dan Paulus yang terberkati, dan dengan kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikan hal ini sebagai dogma yang diwahyukan secara ilahi: bahwa Bunda Tuhan yang dikandung tidak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan masa hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44)
10. Bagi umat Katolik yang menolak ataupun meragukan ajaran ini:
“Oleh karena itu, jika siapapun, semoga Tuhan mencegahnya, yang berani dengan keinginannya menyangkal atau meragukan apa yang telah kami definisikan, biarlah ia mengetahui bahwa ia telah menjauh sepenuhnya dari Iman yang ilahi dan Katolik.” (MD 45)
“Adalah dilarang bagi siapapun untuk mengubah ini, pernyataan ini, penyebutannya, dan definisinya, atau dengan usaha- usaha yang sembrono, melawan dan menentangnya. Barang siapa yang melakukan usaha demikian, biarlah ia mengetahui bahwa ia akan mendatangkan kemarahan Tuhan yang Maha besar dan Rasul Petrus dan Paulus.” (MD 47)
Kesimpulan:
Membaca keseluruhan dokumen Munificentissimus Deus, kita ketahui bahwa secara definitif Magisterium Gereja Katolik, yang diwakili oleh Paus Pius XII telah menyatakan bahwa setelah menyelesaikan masa hidupnya di dunia, Bunda Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan Surga. Inilah yang dirumuskan dengan jelas, sebagaimana disebutkan di point 9 (MD 44). Dalam pernyataan tersebut tidak dikatakan pengangkatan itu adalah pengkiasan, perumpamaan atau suatu hal yang tidak sungguh terjadi. Bahwa yang ditetapkan itu bukan merupakan laporan kejadian (seperti dalam berita televisi) itu benar, namun demikian apa yang disampaikan tetaplah suatu kebenaran ilahi, artinya peristiwa pengangkatan itu sungguh terjadi dan bukan kiasan. Jika mau disebutkan adanya ‘pengkiasan’, menurut hemat saya adalah: 1) bahwa Kitab Suci yaitu di kitab-kitab Perjanjian Lama dan Wahyu telah menggambarkan kebenaran pengangkatan Bunda Maria secara figuratif dan implisit, sebagaimana telah diuraikan dalam point 4. Maka sebagaimana kitab Perjanjian Lama memang menjadi gambaran samar- samar akan penggenapannya dalam Perjanjian Baru, demikianlah kita memahami pengkiasan/ penggambaran figuratif dalam ayat- ayat Perjanjian Lama tersebut akan penggenapannya dalam pengangkatan Bunda Maria di masa Perjanjian Baru; 2) bahwa makna pengangkatan Bunda Maria, tubuh dan jiwanya, ke surga mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya arti literalnya, sebagaimana sudah diuraikan di point 8.
Mari, kita dengan jujur membaca dokumen ini dan tidak berusaha untuk mengubah sedikitpun rumusannya yang dapat menimbulkan keraguan, sebab pada point 10 (MD 45,47), jelas disebutkan bahwa jika kita melakukan usaha sedemikian, akan melawan Allah sendiri, dan Rasul Petrus dan Paulus.
shalom
saya adalah orang Katolik dan percaya akan dogma tentang Bunda Maria tersebut, tp mengapa akhir2 ini saya kurang bersemangat berdoa dengan perantaraan sang Bunda. Malah saya berpikir, lebih baik langsung saja saya memohon pada Tuhan..
Mohon pencerahannya ..??
terimakasih
Shalom Junt,
Sejujurnya, kita memang dapat langsung mengajukan permohonan kita kepada Tuhan. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Gereja Katolik tidak mengharuskan umatnya untuk berdoa selalu melalui perantaraan Bunda Maria. Namun demikian, Gereja menganjurkannya, karena mengetahui dan mengalami sendiri betapa besar kuasa doa Bunda Maria, sebagai seseorang yang telah dibenarkan Tuhan (lih. Yak 5:16). Bunda Maria memang adalah seorang yang begitu istimewa di hadapan Tuhan, karena ia telah dipilih untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sendiri sangat mengasihi Bunda Maria dan mengasihi kita semua murid-murid-Nya, sehingga Ia memberikan Bunda-Nya agar menjadi Bunda kita juga (lih. Yoh 19:25-27). Dengan menerima Bunda Maria sebagai Bunda kita, dan dengan kita memohon dukungan doa syafaatnya, kita akan semakin terdorong untuk meniru teladan imannya. Dengan demikian, sedikit demi sedikit, Tuhan membentuk kita untuk semakin bertumbuh dalam iman dan kasih kepada-Nya. Jika ada pepatah, tiada kasih yang lebih sempurna daripada kasih ibu kepada anaknya, maka hal ini juga berlaku pada Bunda Maria kepada Yesus. Maka jika kita ingin belajar mengasihi Yesus dengan sempurna, kita perlu belajar dari Bunda Maria, yang telah membuktikannya dengan kasih dan kesetiaannya mendampingi Yesus sampai di kayu salib-Nya. Di saat perhatian kita terpusat kepada Kristus (dan tidak melulu kepada permohonan kita), dan bagaimana agar kita dapat lebih mengasihi dan mengimani Dia, sebagaimana yang dilakukan oleh Bunda Maria, maka umumnya, di saat itulah Tuhan menjawab doa-doa kita. Pada saat itulah kita telah dibentuk oleh Tuhan sendiri untuk memiliki kelapangan hati dan kepercayaan tanpa syarat kepada Tuhan, karena sungguh percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang pasti akan memberikan segala yang terbaik bagi keselamatan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Tambahan dari Triastuti:
Shalom Junt,
Terima kasih untuk pertanyaannya ini. Menurut hemat saya, kegelisahan yang Anda ungkapkan ini sebenarnya adalah bagian dari kerinduan Anda untuk tetap bersama dengan Bunda Tuhan di dalam perjalanan iman Anda kepada Tuhan. Karena jika tidak, mungkin Anda juga tidak pernah ingin untuk mempertanyakannya. Bacaan Injil hari Minggu ini mengenai mukjizat Tuhan Yesus yang pertama dalam perkawinan di Kana (Yoh 2 : 1-11) dapat sangat membantu Anda dalam pergumulan iman ini. Bunda Maria selalu membawa kesukaran kita kepada Tuhan Yesus, dan sebagaimana yang Bunda katakan kepada para pelayan, “Lakukanlah apa yang Tuhan Yesus katakan”, demikianlah Bunda akan selalu mendoakan kita untuk melakukan apa yang dikehendaki Tuhan, beliau mendoakan kita supaya selalu mengarahkan kecenderungan kita untuk melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan dan menjauhkan kita dari dosa. Melalui ketaatan kita kepada Tuhan dengan teladan dan doa Bunda Maria yang penuh iman dan kasih itu, banyak mukjizat terjadi dalam kehidupan kita. Kedamaian dan keselamatan yang dirasakan jiwa kita karena bisa selalu mengikuti kehendak Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita tetapi juga sesama manusia yang berhubungan dengan kita. Dan dari situlah kita akan terus bertumbuh dalam iman dan mengalami kasih penyelenggaraanNya yang selalu setia dalam hidup kita. Bila kita setia merenungkan hal ini, saya percaya kerinduan dan semangat Anda untuk berdoa dengan perantaraan Bunda Maria akan tetap hidup dan membawa Anda semakin dekat dengan Tuhan. Semoga sharing ini dapat bermanfaat.
Salam kasih,
Triastuti -katolisitas.org
setiap orang Kristen pasti percaya tentang adanya kebangkitan, namun yg membuat saya bertanya2, mengapa pengangkatan Bunda Maria dalam Munificentissimus Deus tdk di cantumkan kedalam Alkitab seperti pengangkatan Henokh dan nabi Elia (Kej 5:24, Ibr 11:5. 2 Raj 1:11-12, 1 Mak 2:58). karna selama ini kebanyakan org2 Kristen khususnya Protestan tak pernah tau tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga.
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Trim’s atas artikel ini….
Tp kok sy masih blm sreg dg bukti2 yg di lampirkan. termasuk utk WHY 12:1 krn bila kita baca 1 perikop lengkap, kok menurut pemahaman sy itu utk melukiskan masa sblm kelahiran Yesus…
Dan ternyata catatan gereja yg plg tua ttg hal ini baru mulai ada diabad 7, berarti ada 7 abad yg tdk ada dokumen resmi… mungkin hal ini berdasar tradisi lisan, yg rawan dg takhyul, krn perkembangan Kristen tak lepas dr pengaruh pagan yg ada pd saat itu.(mohon maaf..ini pendapat pribadi).
Dgn melihat sejarah bhw tidak sepenuhnya Otoritas Gereja Roma itu selalu benar/bisa salah juga (contoh:penjualan surat pengampunan dosa, teori Galileo:bumi itu bulat dll) jadi mengapa kita harus mengimani bhw pengajaran dr Magisterium mutlak benar?? Terus terang dlm hal ini sy pribadi betul2 masih bimbang…
Dan selama ini scr pribadi sy mengalami kendala utk meyakini ttg Bunda Maria sbg Bunda Allah, tetapi klo sbg bunda Yesus sy bisa mrs nyaman…shg dlm hal doa Salam Mariapun, sy tdk bisa utuh. Hanya terhenti di bag.pertama saja krn mmg itu ada di Injil, yg mrpkan salam sukacita M.Gabriel dan Elisabeth…mohon pencerahannya.
Submitted on 2012/10/04 at 2:47 pm | In reply to Netral.
Dear Bp.Stefanus
Sebenarnya kebimbangan2 spt ini (doa Salam Maria) dulu sdh sering sy tanyakan saat ada PD di lingkungan, tp sy blm mendapatkan pencerahan dg kegalauan ini.
Dan akhirnya sy simpan dlm hati sambil mencari2 jwbanny (krn takut sdr2 seiman dilingkungan terpengaruh oleh pertanyaan2 pribadi saya, mjd bingung juga spt s
aya). Nah jwban mrk selama ini “mungkin sy punya luka bathin kpd ibu atau yg lainnya…”
Dalam kebingungan ini sy coba benar2 merenungkannya dan meneliti bathin… sypun mencoba dg sungguh2 utk mengampuni Ibu atau siapapun bila saat perenungan terlintas hal2 yg tdk mengenakan di masa lalu…. mmg ada kelegaan tp kok pemahaman sy yg seperti ini masih juga lekat dlm hati dan benak saya… mohon maaf jadi curhat nih… dg segala kerendahan hati sy benar2 ingin belajar dan mhn bantuan doanya agar bisa bisa sampai pd pemahaman yg benar.
Shalom Netral,
1. Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru
Para Bapa Gereja sejak awal mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Ini jelas dikatakan, misalnya oleh St. Hippolytus (awal abad 3). Jadi pengajaran tentang Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru yang ada di surga, bukan baru diajarkan di abad ke-7.
“Ia (Maria) adalah Tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak lapuk. Sebab dengan ini dinyatakan bahwa tabernakel-Nya dilepaskan dari kelapukan dan kerusakan.” (St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus pascit me)
Tentang hal ini, silakan membaca lebih lanjut di artikel ini, silakan klik. Kesaksian St. Hippolytus ini penting, karena ia adalah murid dari St. Irenaeus, yang adalah murid dari St. Polycarpus, dan St. Polycarpus sendiri adalah murid dari Rasul Yohanes, yang menuliskan Injil dan Kitab Wahyu tersebut. Mereka melihat bahwa ayat Why 11:19 mengisahkan adanya tabut perjanjian di bait suci Allah di sorga, yang ternyata adalah seorang perempuan yang berselubungkan matahari, yang kemudian melahirkan Anak laki-laki yang menggembalakan semua bangsa dengan gada besi (Why 12:5). Perempuan ini secara literal dapat diartikan sebagai Bunda Maria, sebab Anak laki-laki yang menggembalakan segala bangsa itu adalah Yesus. Namun demikian secara rohani, perempuan itu dapat pula diartikan sebagai Gereja, dan tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik
Mari kita akui dengan rendah hati, bahwa pemahaman kita akan suatu ayat dalam Kitab Suci tidaklah sempurna, dan pasti tidaklah dapat dibandingkan dengan pemahaman sang penulis Kitab itu sendiri, dalam hal ini, Rasul Yohanes, yang mengajarkan arti tulisannya itu kepada murid-muridnya. Maka dapat saja seseorang mempunyai pemahaman sendiri dan berkeras dengan pemahamannya, namun itu tidak mengubah kenyataan, bahwa pemahaman yang benar dan otentik adalah yang diajarkan oleh sang Rasul yang menuliskan kitab itu, dalam hal ini, Rasul Yohanes, yang pengajarannya dapat kita tangkap dari St. Hippolytus, yang meneruskan ajaran tersebut. Dengan demikian, ajaran Bunda Maria diangkat ke surga, sebenarnya bukan ajaran yang baru. Jemaat perdana telah mengimani bahwa Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru, berada di surga; Gereja hanya mendefinisikan ataupun menjelaskan bagaimana hal itu dapat terjadi, yaitu bahwa Tabut Perjanjian itu (Bunda Maria) diangkat oleh Kristus, ke surga, setelah perjalanan hidupnya di dunia telah selesai.
Maka ajaran tentang Maria diangkat ke surga bukan ‘tahyul’ seperti pandangan Anda, sebab dasarnya adalah Kitab Suci dan pengajaran Rasul yang menuliskannya (Tradisi Suci). Kitab Suci bukan tahyul, demikian pula ajaran para rasul juga bukan tahyul.
2. Kasus Galileo
Selanjutnya tentang kasus Galileo. Tentang hal ini sudah dibahas panjang lebar di sini, silakan klik. Mohon membaca terlebih dahulu di sana. Pernyataan Gereja tentang kasus Galileo tidak sama dan tidak dapat disejajarkan dengan ajaran iman.
3. Maria Bunda Allah
Sesungguhnya ajaran Gereja yang menyatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah, dasarnya sederhana. Karena Yesus yang dilahirkannya adalah Allah, maka Maria yang melahirkan Yesus itu disebut Bunda Allah. Maka gelar Maria sebagai Bunda Allah sesungguhnya ada untuk melestarikan ajaran bahwa Yesus yang dilahirkannya adalah sungguh-sungguh Allah (walaupun Ia juga adalah sungguh- sungguh manusia). Silakan membaca di artikel: Yesus sungguh Allah sungguh manusia, silakan klik. Silakan secara khusus membaca sub judul Heresi (ajaran sesat sepanjang sejarah Gereja) tentang keAllahan dan kemanusiaan Yesus dan Tanggapan Bapa Gereja tentang heresi tersebut, terutama point 5, yaitu tentang heresi Nestorianisme (abad 4-5). Nestorius menolak keutuhan Pribadi Yesus, dengan menekankan kemanusiaan Yesus, maka Maria disebut hanya sebagai ibu Yesus sebagai manusia, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, sebab Yesus dipandang sebagai manusia yang di dalamnya ada Sang Sabda yang menjelma, namun bukan Sang Sabda itu sendiri. Dari penuturan Anda sekilas, saya menangkap kemiripan pandangan Anda dengan pandangan Nestorius tersebut.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang hal ini, silakan juga membaca beberapa artikel berikut ini:
Mengapa Maria yang adalah manusia disebut sebagai Bunda Allah?, klik di sini
Apa dasar Ajaran Gereja Katolik bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, klik di sini, dan di sini.
The Tome of Leo, klik di sini
Sedangkan pentingnya Tradisi Suci (pengajaran para Bapa Gereja) untuk memahami ajaran Kitab Suci, silakan klik di sini.
4. Doa Salam Maria
Doa Salam Maria dan doa Rosario adalah doa yang sangat Alkitabiah. Silakan membaca tentang hal ini di sini, silakan klik.
Sedangkan tentang apakah pengulangan doa Salam Maria tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, silakan klik di sini.
Selanjutnya kalau Anda mempunyai pertanyaan, silakan menggunakan fasilitas pencarian di sudut kanan atas homepage. Silakan Anda ketik kata kuncinya, lalu tekan enter. Semoga Anda dapat menemukan artikel-artikel dengan topik yang ingin Anda ketahui. Jika belum ada, silakan Anda menuliskan pertanyaannya kepada kami, dan kami akan berusaha menjawabnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom ibu Ingrid
Waah senang sekali utk segala penjelasannya… dg semua yg disajikan ini saya benar2 punya kesempatan utk memahaminya dg lebih baik lagi.
Terimakasih banyak… semoga segala kebimbangan ini benar2 bisa menemukan pemahaman yg benar2 BENAR….
JBU
Artikel yg menambah wawasan iman sy, semoga dgn wwbsite ini saudara/i kita yg non Katolik dapat berpandangan positif dgn ajaran gereja Katolik. Mat mlm. GBU.
Maria adalah bunda Yesus, bunda Gereja dan bunda saya secara pribadi adalah sesuatu yang indah. Dogma tentang Maria yang dikembangkan dari pemahaman teologi (oleh para pengeritik dianggap spekulatif) cenderung menjauhkan sesama pengikut Kristus dengan gereja Katolik. Bagi saya, jika sesuatu itu dianggap sangat penting, sudah dapat dipastikan Yesus pasti mengungkapkannya secara eksplisit atau sekurang-kurangnya secara implisit di dalam pernyataan-pernyataannya, dan Roh Kudus pasti akan bekerja sehingga para muridnya tidak lupa mengajarkannya kepada kita melalui Injilnya. Jika sesuatu itu tidak dikatakannya, pastilah itu tidak begitu penting, dan jika kita tidak melakukannya/”mempercayainya” saya pribadi berkeyakinan bahwa kita tidak akan dihukum. Misalnya: mempercayai bahwa Ibu Maria diangkat (sudah) ke surga dengan Jiwa dan Badannya (tidak meninggal?), tidak perlu dipaksakan. Bagi yang percaya saya yakin itu tidak salah, sekurang-kurangnya dapat dipastikan bahwa ibu Maria pasti akan dibangkitkan/diangkat jiwa dan badannya kelak ketika saatnya tiba, itu janji Yesus sendiri bagi umatnya yang setia. Bagi yang “meragukan” setidak-tidaknya tidak percaya bahwa ibu Maria langsung diangkat jiwa dan badannya semasa hidupnya saya juga yakin itu tidak bersalah, sejauh mereka harus percaya bahwa di akhir zaman pasti ibu Maria akan pulihkan jiwa dan badannya sebagaimana orang-orang percaya lainnya.
Pengelaman pribadi saya, perbedaan sikap pribadi saya dengan ajaran resmi gereja (dogma) tidak mengganggu kedekatan/intimate hati saya kepada ibu Maria. Dalam kesempatan doa pribadi, saya selalu mengungkapkan isi hati atau keluh-kesah saya kepada ibu Maria, dan saya nyaman.
Shalom Rani,
Terima kasih atas komentar anda tentang dogma Maria diangkat ke Sorga. Kalau seorang Katolik tidak mempercayai dogma ini padahal dogma ini adalah dalam tingkatan “credenda” (lihat keterangan ini – silakan klik), maka sebenarnya dosanya bukan pada tidak mempercayai dogma ini, namun penolakannya terhadap otoritas Gereja. Dengan penolakan ini, maka seseorang sebenarnya menempatkan pengertian pribadi di atas Magisterium Gereja. Dengan demikian, seorang Katolik yang tidak mempercayai dogma ini dan memilih untuk mempercayai pengertian sendiri telah melakukan material heresy. Dan jika setelah diberikan penjelasan yang memadai berdasarkan keputusan Magisterium Gereja dan tetap bertahan dengan pendiriannya sendiri, maka orang ini telah melakukan forma heresy. Perbedaan dari dua hal ini adalah: material heresy adalah penyangkalan tanpa disengaja/ tanpa pengetahuan penuh, atau dengan niat baik, sedangkan formal heresy adalah penyangkalan yang dilakukan dengan disengaja dan dengan pengetahuan penuh. Pada saat seseorang melakukan material heresy dan kemudian dari pihak Gereja menegurnya dan membuktikan bahwa yang diajarkan adalah salah, maka dengan segala kerendahan hati mereka tunduk akan keputusan Magisterium Gereja.
Kita dapat belajar dari para Santa-santo, seperti yang ditujukkan oleh St. Thomas Aquinas ketika sebelum dia meninggal, dia mengatakan ” … tetapi jika saya telah menuliskan apapun yang salah tentang sakramen ini ataupun [tentang] hal- hal lainnya, saya menyerahkan semua kepada penilaian dan koreksi dari Gereja Roma yang kudus, yang di dalam kepatuhan kepadanya sekarang saya beralih dari kehidupan ini.” Jadi, walaupun para Bapa Gereja adalah orang-orang yang sungguh luar biasa, namun mereka juga tetap tunduk di bawah Magisterium Gereja. Dan ini semakin membuktikan keotentikan iman mereka, yang menempatkan pengajaran Gereja dibandingkan pengertian pribadi. Dan kita dapat belajar kerendahan hati dari mereka. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pak Stefanus
Terima kasih atas komentar dan penjelasan, saya membaca link yang bapa berikan, dan juga link lanjutannya. Saya memahami penjelasan-penjelasan yang ada dan memberikan saya wawasan yang lebih baik tentang posisi dan alasan-alasan Gereja, walaupun itu semua tidak membuat saya nyaman merasa plong.
Shalom Rani,
Terima kasih atas tanggapan anda. Mungkin kita dapat merenungkannya dari sisi yang lain untuk menjelaskan hal ini. Apakah dasar seseorang beriman? Mengapa banyak umat beriman mengklaim ajarannya dari Roh Kudus dan berdasarkan Kitab Suci yang sama, namun dapat mempunyai kesimpulan yang berbeda dan saling bertentangan? Bukankah tidak ada yang salah dengan Roh Kudus dan Kitab Suci? Dalam perbedaan seperti ini, bagaimana seseorang menentukan mana yang benar dan mana yang salah dan apakah parameter yang digunakan? Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya sangat penting untuk direnungkan. Satu kebenaran bukanlah ditentukan dari perasaan kita, karena kebenaran lebih besar dari diri kita sendiri. Kalau satu pengajaran adalah benar, maka tidak menjadi masalah apakah itu hal yang sulit atau mudah, apakah membuat perasaan kita enak atau tidak, maka kita harus menerima dan pada akhirnya harus menjalankan dengan sukacita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih banyak atas artikel ini; sungguh menambah wawasan saya sebagai umat paroki Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Katedral Jakarta.
Salam manis
cool….
well done, as always
tapi kita orang Katolik harus siap-siap, artikel ini bakal jadi medan perang.
Tuhan Yesus memberkati
Buat sdr Alexander Wang
Jangan takut sdr Wang, artikel tsb tidak akan menjadi ajang perang
Kami umat Nasrani yg bukan katolik, tidak akan mencampuri keyakinan anda tentang Bunda Maria
Kami meyakini bahwa setiap umat yg masuk ke dalam Kerajaan Surga,akan menerima tubuh kemuliaan yang sama dgn tubuh Kristus setelah kebangkitannya dan kami akan senantiasa tinggal bersama Kristus untuk selama lamanya.Jadi tubuh kemuliaan tsb bukan hanya dianugerahkan pada Maria seorang,tapi juga bagi kita umat pilihannya.
Apakah anda percaya bahwa jika anda masuk surga anda juga akan menerima anugerah yg sama seperti yg diterima Maria?
Jika anda tidak percaya,maka anda adalah salah satu orang yg malang. Mengapa? Sebab kitab suci dgn jelas menulis bahwa kita akan diubah sebelum kita masuk dlm Kerajaan Nya
Salam
Gery
Shalom Gery,
Jika Anda sempat membaca artikel di atas, Anda akan mengetahui bahwa keyakinan kami sama dengan keyakinan Anda, yaitu bahwa seperti halnya dengan Bunda Maria, setiap umat yang percaya dan setia melaksanakan imannya sampai akhir, akan menerima tubuh kebangkitannya pada saat kebangkitan badan di akhir zaman (lih. Munificentissimus Deus 42). Maka pengangkatan Bunda Maria, tubuh dan jiwanya ke dalam Surga, tidak mengubah ataupun mengurangi keyakinan kita semua akan kebangkitan badan di akhir zaman, melainkan semakin memperkuat keyakinan kita. Hanya saja, Bunda Maria menerima penggenapan janji Tuhan itu lebih dahulu daripada kita, karena perannya sebagai Bunda Allah dan sebagai Hawa yang baru yang telah bekerjasama dengan Kristus (Adam yang baru), menempatkannya pada urutan yang istimewa dalam rencana keselamatan Allah.
Sebab dikatakan dalam surat Rasul Paulus demikian, “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1 Kor 15:23)
Para Bapa Gereja tidak meragukan bahwa Bunda Maria menempati urutan setelah Kristus, dan karena itu mendahului kita dalam menerima penggenapan janji umat beriman. Maka umat Katolik juga percaya bahwa jika kita masuk surga, maka kita akan juga menerima anugerah yang sama seperti Bunda Maria, yaitu memperoleh kembali tubuh yang mulia dan dalam kesatuan dengan jiwa kita, kita akan selamanya memuliakan Allah di surga. Ya benar, bahwa kita semua akan diubah, kita akan memakai rupa yang dari sorgawi, sebab maut telah ditelan dalam kemenangan (lih. 1Kor15:49-54). Ini semua karena jasa Kristus, yang telah wafat dan bangkit bagi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
bagus sekali, terima kasih kak.
salam kasih.
Hi Sahabat-sahabatku ….
Terima kasih atas artikel di atas. Sungguh … Bunda Maria telah memberikan contoh dan teladan yang baik. Santa Perawan Maria yang tidak bernoda telah menunjukan kesetiaan kepada PutraNya Tuhan Kita Yesus Kristus. Setia dan tetap setia. Semoga Kita tetap percaya dan setia sampai Tuhan menjemput kita dan mendapati kita tetap setia.
Salam damai kristus sahabatku semuanya.
Aurelia
Comments are closed.