Demikianlah keterangan yang disarikan dari The Navarre Bible, tentang penjelasan perikop Yoh 1:1:
Keseluruhan perikop Yoh 1:1-18 menunjukkan keilahian dan kemanusiaan Yesus. Kata-kata pembukaan (prolog) pada perikop tersebut mengingatkan kita pada penggambaran pada kitab Kejadian:
1) Kata pertamanya sama, yaitu: “Pada mulanya….; dengan demikian Injil Yohanes mengacu kepada saat awal mula yang absolut yaitu sejak kekekalan, sedangkan di Kitab Kejadian, frasa “pada mulanya” mengacu kepada permulaan masa Penciptaan dan permulaan waktu;
2) Terdapat perbandingan sejajar tentang peran sang Firman (Sang Sabda): di kitab Kejadian Allah menciptakan segala sesuatu oleh Firman-Nya, (“Berfirmanlah Allah:…”) dan di Injil Yohanes dikatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Sang Firman Allah;
3) Di Kitab Kejadian, karya penciptaan Allah mencapai puncaknya ketika Ia menciptakan manusia menurut gambaran dan rupa-Nya; sedangkan di Injil Yohanes karya Inkarnasi Sang Firman mencapai puncaknya ketika manusia diangkat- menjadi ciptaan yang baru- kepada martabat sebagai anak Allah.
Maka ajaran utama dari prolog Injil Yohanes ini adalah:
1) Keilahian dan kekekalan Sang Firman;
2) Inkarnasi/ penjelmaan Sang Firman dan menifestasinya sebagai manusia.
3) Peran yang dilakukan oleh Sang Firman di dalam Penciptaan dan penyelamatan umat manusia
4) Beragam cara di mana orang-orang menanggapi kedatangan Tuhan: ada yang menerima dan ada yang menolak;
5) Yohanes Pembaptis menjadi saksi terhadap kehadiran Sang Firman itu di dunia.
Gereja selalu mengakui pentingnya prolog Injil Yohanes ini. Banyak para Bapa Gereja dan penulis Kristiani menulis penjelasan tentang hal ini….
Teks menyebutkan bahwa Putera Allah adalah “Sang Firman” [dalam bahasa aslinya (Yunani), Logos]. Berikut ini adalah perbandingan yang membantu kita memahami istilah “Firman”. Seperti halnya seseorang yang sadar akan dirinya sendiri mempunyai gambaran dirinya sendiri di dalam pikirannya, dengan cara yang sama, Allah Bapa, dengan mengenal diri-Nya sendiri melahirkan Sang Firman yang kekal. Firman Allah ini adalah tunggal, unik, tak ada yang lain yang eksis [selain Dia], sebab di dalam Dia dinyatakan seluruh hakekat Allah. … Tiga kebenaran diteguhkan tentang Sang Firman, yaitu bahwa Firman itu adalah kekal, Firman itu berbeda dari Allah Bapa, dan Firman itu adalah Allah. Menegaskan bahwa Sang Firman sudah ada sejak awal mula adalah sama dengan mengatakan bahwa Ia telah ada sebelum segala sesuatu.” (St. Augustine, De Trinitate, 6,2). Teks juga mengatakan bahwa Ia bersama-sama dengan Allah, yaitu dengan Bapa, yang artinya Pribadi Sang Firman itu berbeda dengan Pribadi Allah Bapa, namun Sang Firman ini sangat erat berhubungan dengan Allah Bapa sehingga Ia sama-sama memiliki kodrat keAllahan: Ia adalah satu dan sehakekat dengan Bapa (lih. Syahadat Nicea)….
“Pada mulanya…” apa yang dimaksud di sini adalah bahwa Ia telah ada selalu, dan ia adalah kekal. […] Sebab jika Ia adalah Allah, dan memang Ia adalah Allah, tidak ada sesuatupun yang ada sebelum Dia, jika Ia adalah Pencipta segala sesuatu, maka Ia adalah Yang Pertama; jika Ia adalah Tuhan dari segalanya, maka segala sesuatu terjadi setelah Dia -yaitu segala yang diciptakan, dan waktu” (St. Yohanes Krisostomus, Hom. on St. John, 2,4).
Shalom,
Mohon maaf kalau memberikan sedikit pendapat yang mungkin jauh berbeda dengan teman-2 sekalian.
Yoh 1:1
Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan “Allah” dan Firman itu adalah “Allah”
Saya yakin Firman itu merujuk kepada Pribadi Yesus, akan tetapi kalau Yesus bersama dengan Allah saya tidak percaya. Sebab saya yakin Yesus tidak pernah bersama Allah, tapi Yesus adalah BAPA SORGAWI (YHWH NamaNYA), Kalau Yesus bersama dan adalah Allah berarti Tuhan saudara kita yang Muslim adalah bapaknya Yesus, itulah yang membuat saudara kita tidak pernah setuju kalau dikatakan Allah beranak. Dan kalau begitu kita tidak perlu melakukan penginjilan lagi.
Kalau ada Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, itu artinya benar saudara sepupu kita bahwa Tuhan Umat Kristiani ada 3 sedangkan menurut mereka Allah itu esa dan mereka ga akan pernah mengerti arti kemanunggalan BAPA,Putra dan Roh.
Mohon maaf jika apa yang saya sampaikan ternyata tidak diperkenan.
Shalom
[dari katolisitas: Mungkin ada baiknya, kalau Anda dapat membaca artikel tentang Trinitas ini – silakan klik, terutama pada bagian perbedaan antara pribadi dan hakekat]
Bro James. Ada perbedaan mendasar antara kata Allah dalam Kristen dan Islam. Penyebutan Allah di Alkitab atau oleh orang kristen merujuk pada “Jabatan”. karena secara etimologi kata “Allah” di Alkitab atau yang sering disebut oleh orang Kristen diambil dari bahasa Arab Al-Ilah yang berarti “Yang disembah”, berasal dari bahasa Aram Alaha, yang dapat juga diucapkan elohim, eloi, eli.
Sedangkan secara etimologi kata “Allah” dalam Islam merujuk pada “Nama” pribadi. entah memang aslinya demikian ataukah karena umat Islam tidak dapat membuktikan siapa “Nama” yang disembah tsb sehingga kata Allah “diklaim” sebagai “nama” sesembahan mereka.
Yang terang disini adalah susunan huruf dalam kata “Allah” yang digunakan orang Kristen dan Islam sama, namun berbeda arti. demikian juga sosok yang disembah juga berbeda. Sosok Allah Kristen adalah seperti yang diceritakan dalam Alkitab sedang sosok Awloh dalam islam seperti yang digambarkan dalam Alquran.
Kesimpulannya: Allah Kristen bukanlah Allah Islam.
Sehingga lahir lagi pertanyaan baru:
Jika Allah Kristen dan Islam beda, mengapa Nabi2 Allah/YHWH juga diceritakan dalam AlQuran? Jawabnya sederhana, jangankan batu hitam, jerapah saja seaidainya dapat berbicara sah2 saja mengklaim nabi Musa itu nabinya dan matahari serta bulan itu semua adalah ciptaannya :))
Shalom Pasingsingan,
Sejujurnya, terdapat beragam pandangan dari para ahli Kitab Suci tentang asal usul kata Allah ini. Hal ini pernah sekilas kami ulas di sini, silakan klik. Agaknya pembicaraan tentang asal usul kata Allah ini dapat menjadi meluas tanpa ujung, karena memang melibatkan banyak budaya dan bahasa, dan masing-masing dapat memberi penjelasan yang tidak persis sama.
Maka yang terpenting adalah, kita setuju bahwa “Allah” adalah istilah yang ditujukan kepada Pencipta kita, dan bahwa Allah ini adalah Allah yang esa. Maka kepercayaan kita kepada Allah yangesa/ tunggal ini, yang mempersatukan kita dengan umat muslim.
KGK 841 Hubungan Gereja dengan umat Islam. “Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat” ((LG 16) Bdk. NA 3).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam buat pengasuh katolisitas…situs ini saangat membantu kaum awam dalam memperdalam iman katolik…namun ada sedikit keheranan dalam diri saya…kenapa justru kaum awam yang lebih giat dalam bidang pewartaan…dimana para biarawan/biarawati yang harusnya lebih punya banyak waktu untuk urusan pewartaan dibandingkan kaum awam ya…??
[Dari Katolisitas: Oleh rahmat Pembaptisan, baik kaum awam maupun terbaptis maupun tertahbis mengambil bagian dalam tugas melaksanakan misi kenabian Kristus, yaitu untuk mewartakan Kabar Gembira. Para tertahbis (para Uskup, imam dan diakon tertahbis) melakukan tugas pewartaan ini, entah di keuskupan, paroki, maupun di tempat-tempat tugas pelayanan mereka. Demikian juga dengan para biarawati di sekolah-sekolah, rumah sakit, biara, dst. Kami memilih untuk mewarta melalui dunia digital. Pewartaan di dunia digital memang luas cakupannya, namun bukan berarti pelayanan ini lebih “giat” dari pada di bidang lain, sebab apa yang dilakukan oleh para tertahbis itu, tidak dapat kami lakukan. Di samping itu, mohon diketahui bahwa di dalam karya kerasulan Katolisitas, ada banyak pastor/ imam yang terlibat, sebagaimana dapat Anda baca di rubrik About (TENTANG) di situs ini.
Maka, yang berbeda hanyalah cara mewarta, namun semua yang dilakukan bersama-sama sebagai satu Gereja adalah baik, bagaikan bermacam fungsi yang dilakukan oleh berbagai anggota yang berbeda-beda dalam satu tubuh, dalam kesatuan dengan kepalanya, yaitu Kristus.]
kalau ALLAH pernah ada yang melihat karena sudah pernah turun ke bumi menjelma menjadi manusia (Yesus )berarti pada yoh 1.18 jadi batal dan gak benar,bagai mana dengan yoh 17.3 dan untuk memahami yohanes juga jelas menuliskan pada Yoh 20.31
BILA MELIHAT HAL DI ATAS JELAS YESUS ADALAH UTUSAN ALLAH YANG MAHA KUASA karena pada 20.31 yesus hanya di sebut Putra Allah ,bukan Allah yang maha kuasa ,mohon pencerahan agar kita tidak di butakan oleh Iblis
Shalom Kristyawan,
Terima kasih atas pertanyaan Anda. Yoh 1:18 menuliskan “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Tidak ada seorangpun adalah seluruh umat manusia. Namun Anak Tunggal Allah sendiri yaitu Kristus, yang senantiasa ada di pangkuan Bapa, yang menyatakan-Nya. Mengapa Allah Putera dapat meyatakan Allah Bapa kepada manusia? Karena Dia adalah Allah Putera, yang sehakekat dengan Allah Bapa (dinyatakan dalam “ada di pangkuan Bapa) bersama dengan Allah Roh Kudus. Dengan demikian, Anak Allah yang diutus oleh Bapa memang mengambil rupa manusia, untuk menyelamatkan manusia dengan tetap mempertahankan ke-Allahan-Nya. Itulah sebabnya, umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Pribadi kedua dari Trinitas, yang mempunyai dua kodrat – sungguh Allah dan sungguh manusia. Bagaimana kita membuktikan dari Kitab Suci?
Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus memberikan hukum dalam namanya sendiri, dengan berkata “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6), sehingga Dia dapat mengatakan kalau seseorang mau sempurna, maka dia harus mengikuti Yesus yang adalah Tuhan (lih. Mat 19:21). Hal ini juga ditunjang dengan begitu banyak mukjizat yang dilakukannya seperti: Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Beberapa hal yang tidak dapat disangkal bahwa Yesus sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48). Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya, “Aku adalah Aku/ I am who am“, yang adalah sinonim/ arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Lebih lanjut, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Penjelasan bahwa Tuhan Bapa tidak melebur dalam diri Yesus, yang diiringi dengan penjelasan bahwa Tuhan adalah Sabda/Firman yang menjelma menjadi Yesus, adalah dua hal yang kontradiktif. Sebab jika Tuhan menjelma menjadi Yesus, otomatis Tuhan melebur dalam diri Yesus.
Selain itu, rumusan bahwa Allah adalah Firman dan Firman itu kemudian menjelma menjadi Yesus berdasarkan Injil Yohanes, semakin menambah kasus kemuskilan baru.
Jika Allah diyakini identik dengan Firman, lalu Firman tersebut menjelma menjadi Yesus, maka seharusnya Tuhan sudah tidak perlu lagi berfirman kepada Yesus. Sebab Firman itu sudah ada dan menjelma dalam tubuh Yesus. Tapi ternyata Allah masih sering berfirman (bersabda, bersuara, berbicara) kepada Yesus dengan firman-Nya:
“Kata Yesus: Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepadaku telah kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku” (Yohanes 17: 8).
“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyah Aku berkenan” (Matius 3:16-17)
Kedua ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Firman/Sabda/Kalam Allah tidak menjelma menjadi Yesus.
Shalom Roqimuqorrobin,
Sejujurnya, kebingungan terhadap Yoh 1:1, disebabkan karena cara pandang yang ingin merumuskan hakekat Allah sesuai dengan apa yang lazim terjadi pada manusia. Kerangka pikir semacam ini mengakibatkan anggapan bahwa pernyataan-pernyataan di perikop awal Injil Yohanes itu sebagai kontradiksi. Namun bukan cara pandang sedemikian yang diajarkan oleh Gereja untuk menginterpretasikan Kitab Suci, sehingga Gereja tidak pernah menganggap bahwa pernyataan-pernyataan dalam Injil Yohanes tersebut sebagai pertentangan. Gereja menerima Wahyu Allah dalam Kitab Suci sebagaimana adanya. Maka untuk memahaminya, Gereja tidak berusaha menyederhanakannya atau membuatnya menjadi lebih mudah sesuai dengan pemikiran manusia. Sebaliknya Gereja merenungkannya dan berusaha menjelaskannya sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah sendiri dalam Wahyu-Nya itu.
Dalam Yoh 1:1 tidak dikatakan bahwa Allah Bapa melebur di dalam diri Kristus. Maka kesimpulan ini adalah kesimpulan yang ditarik sendiri tanpa mengambil dasar dari apa yang tertulis di teks. Yang dikatakan di sana adalah: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Maka di sini dikatakan adanya dua ‘hal’ yang dapat dibedakan -yaitu Firman dan Allah- namun keduanya itu sama hakekatnya -yaitu Allah. Sehubungan dengan pernyataan ini, maka Gereja menjelaskan bahwa dua ‘hal’ yang dapat dibedakan itu adalah Pribadi Allah, yaitu: Allah yang berfirman (yaitu Allah Bapa) dan Firman yang keluar dari Allah (yaitu Putera Allah); namun keduanya sama hakekat ataupun kodrat–Nya, yaitu Allah. Di sini tidak dinyatakan apapun tentang peleburan antara Allah Bapa dan Firman-Nya. Yang dikatakan di sana adalah: bahwa Firman Allah yang bersama-sama dengan Allah itu, adalah Allah. Kalau yang dijadikan patokan adalah apa yang lazim terjadi pada manusia, maka memang dapat terjadi kebingungan, karena pengertian ‘satu orang’ umumnya menyangkut satu pribadi, sehingga tidak mungkin lebih. Namun kalau yang dijadikan patokan adalah apa yang dinyatakan oleh Tuhan sendiri, maka kita menerima suatu kenyataan bahwa Tuhan mewahyukan Diri-Nya sebagai Satu Tuhan, namun dalam Pribadi yang lebih dari satu. Hal ini tidak lazim dan tidak mungkin terjadi pada manusia (satu orang tapi dalam lebih dari satu pribadi), namun pada Tuhan, tidak ada yang mustahil. Pada saat kita mau dengan rendah hati menerima pernyataan Tuhan tentang Diri-Nya ini, maka kita akan dapat menerima pernyataan-pernyataan lainnya tentang Diri Allah tanpa kesulitan.
Dengan prinsip ini, maka tak ada pertentangan apapun antara Yoh 1:1 dengan Yoh 1:14, yang mengatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia”. Karena, yang menjadi manusia adalah Pribadi Sang Firman, yaitu Putera Allah, namun Pribadi yang lainnya, yaitu Allah Bapa, tidak menjelma menjadi manusia. Maka yang identik antara Allah Bapa dan Putera adalah hakekat-Nya, namun Pribadi antara kedua-Nya tidak identik. Oleh karena itu, tidak ada pertentangan ketika dikatakan bahwa “Allah berfirman”. Sedangkan tentang penjelmaan Sang Firman menjadi manusia, yang dikenal dengan nama Yesus Kristus, maksudnya adalah bahwa pada suatu saat dalam sejarah manusia, Sang Firman Allah itu mengambil kodrat manusia, tanpa melepaskan kodrat ke-Allahan-Nya (karena Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah). Oleh sebab itu, dalam diri Yesus Kristus, terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia. Maka jika dikatakan bahwa Allah Bapa menyampaikan segala firman-Nya kepada Kristus (lih. Yoh 17:8), itu adalah karena dalam diri Yesus Kristus terdapat juga kodrat manusia, dan penjelmaan Sang Firman itu adalah untuk menyatakan bahwa Kristus adalah Pengantara manusia kepada Allah (lih. 1 Tim 2:5). Maka Allah Bapa menyampaikan segala firman-Nya kepada Kristus Sang Pengantara agar disampaikan kepada manusia; dan itulah yang dilaksanakan dengan sempurna oleh Kristus, dengan memberikan Diri-Nya sendiri, sebab Diri-Nya sendiri itulah Sang Firman Allah.
Sedangkan tentang suara yang keluar dari Allah Bapa pada saat Pembaptisan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17), itu justru meneguhkan bahwa Kristus sungguh datang dari Allah, dan Kristus adalah Anak Allah. Memang dalam kekekalan, Firman Allah ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Namun setelah Firman itu mengambil juga kodrat manusia, maka Firman yang tak terbatas itu menjadi terbatas oleh ruang dan waktu, untuk suatu tujuan yaitu agar apa yang difirmankan Allah itu menjadi dapat diterima, disentuh, dilihat dan didengar oleh manusia. Dalam pengertian inilah kita melihat pernyataan Allah di dalam diri Kristus yang diteguhkan oleh suara yang keluar dari sorga, adalah untuk menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah, yang kepada-Nya Allah Bapa berkenan.
Demikianlah yang menjadi iman Gereja, yaitu bahwa Firman Allah itu sungguh telah menjelma menjadi manusia, dan mengambil nama: Yesus Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam dalam Kristus,
Ibu Ingrid terkasih, terima kasih atas penjelasan yang sungguh membantu saya semakin mengenal misteri Tritunggal ini. Jawaban ibu Inggrid mencerminkan kebijaksanaan dan tuntunan Rohkudus dan betapa saya bersyukur dapat semakin belajar iman Kristiani dalam rangka misteri Tritunggal mahakudus. Doa saya semoga usaha ibu dan bapak semakin diberkati Allah yang mahakuasa.
Salam kasih,
Linda Mariam
Salam kasih Tim,
Saya mempunyai soalan mengenai topik di atas. Soalan saya berdasarkan kepada penjelasan yang saya petik dari topik di atas yang berbunyi
“Seperti halnya seseorang yang sadar akan dirinya sendiri mempunyai gambaran dirinya sendiri di dalam pikirannya, dengan cara yang sama, Allah Bapa, dengan mengenal diri-Nya sendiri melahirkan Sang Firman yang kekal.”
Soalan saya:
I. Apakah yang dimaksudkan dengan Allah Bapa mengenal diriNya sendiri?
II. Bagaimana pengenalan akan diriNya sendiri dapat melahirkan Sang Firman?
III. Apakah dengan mengatakan Sang Firman lahir dari Bapa dapat menyatakan bahawa sebelum itu Sang Firman sempat belum dilahirkan?
Mohon maaf jika soalan ini agak sukar dan mungkin kelihatan bodoh namun saya ingin belajar dari tim tentang misteri yang mulia ini. Mungkin jika saya masuk di kelas teologi, saya adalah di kalangan yang paling banyak bertanya soalan namun saya ingin mengenal misteri ini dengan lebih mendalam. Mohon bimbingan dan pencerahannya.
Terima kasih
Linda Mariam
Shalom Linda Maria,
Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8). Kasih mensyaratkan pengenalan terlebih dahulu, berdasarkan atas prinsip yang tak perlu dibuktikan lagi, yaitu bahwa hanya dengan mengenal maka seseorang dapat mengasihi. Dengan demikian Allah sebagai Kasih yang sempurna, juga mempunyai pengenalan yang sempurna. Kasih ini ada di dalam Diri Allah sendiri, bahkan merupakan identitas Allah, maka pengenalan yang sempurna ini juga ada di dalam diri Allah sendiri. Nah pengenalan diri bagi manusia umumnya adalah semacam konsepsi di dalam pikiran, akan diri kita, yang bisa secara obyektif sesuai dengan diri kita, atau dapat pula kurang sesuai, karena pengenalan terhadap diri kita bisa saja tidak sempurna. Namun pengenalan diri (Pengetahuan) dalam Diri Allah Bapa sungguh sempurna, sungguh sesuai dengan Pikiran Allah, maka bukan hanya berupa konsepsi, namun demikian sempurna sehingga merupakan Pribadi Allah, yang sama hakekatnya dengan Allah Bapa. Pribadi yang berasal/ lahir dari Allah Bapa ini, disebut sebagai Sabda Pengetahuan, atau Sang Firman, atau Allah Putera.
“Lahir” di sini menyatakan hubungan asal (origin), namun tidak untuk menyatakan waktu sebelum dan sesudah, sebab Allah itu adalah Roh (Yoh 4:24) yang mengatasi ruang dan waktu. Maka, tidak berarti bahwa ada waktu di mana Pengetahuan Allah itu tidak ada bersama-sama dengan Allah. Kitab Suci mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1). Allah adalah Allah yang Maha tahu, maka tidak mungkin ada saatnya di mana Allah tidak tahu/ tidak mempunyai pengetahuan akan segala sesuatu. Maka Pengetahuan Allah, atau yang disebut sebagai Firman Allah ini, selalu ada bersama-sama dengan Allah Bapa sejak kekekalan, dan oleh Firman-Nya inilah Allah Bapa menciptakan segala sesuatu.
Silakan membaca lebih lanjut di artikel Trinitas, Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi, silakan klik, dan tanya jawab di bawahnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
sebelumnya saya minta maaf pak Stef dan bu Inggrid,
Saya ingin bertanya apakah Allah itu tidak sama dengan Allah Bapa?
Dari tulisan diatas :
Firman itu adalah kekal, Firman itu berbeda dari Allah Bapa, dan Firman itu adalah Allah.
Tulisan bpk/ibu benar tapi dapat disimpulkan bahwa
Firman = Yesus = Allah tetapi bukan Allah Bapa.
Jadi Allah tidak sama dengan Allah Bapa? Apakah begitu Bpk/Ibu Stef.
Jadi ada 2 Allah, yaitu Allah yang adalah Yesus/Firman dan Allah Bapa.
Mohon penjelasannya, Thx
Shalom Adi,
Untuk menjawab pertanyaan Anda, kita harus mengerti konsep Trinitas, yaitu Allah yang mempunyai satu hakekat dalam tiga Pribadi, yang dijelaskan secara panjang lebar di sini – silakan klik. Dengan konsep ini, maka kita dapat menerapkan pada Yoh 1:1 yang menuliskan “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Dari ayat ini, maka kita melihat bahwa Firman yang adalah Yesus Kristus ada bersama-sama dengan Allah [Allah Bapa] dan Firman [Yesus] adalah Allah. Dengan kata lain, Allah Bapa adalah Allah, Allah Putera adalah Allah dan Allah Roh Kudus adalah Allah. Dan Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus adalah merupakan Pribadi yang berbeda. Namun, ketiga Pribadi ini terikat dalam satu hakekat.
Jadi dalam kesimpulan yang Anda buat, memang Firman itu adalah Yesus, namun Yesus adalah Pribadi yang berbeda dengan Allah Bapa dan Firman itu adalah Allah [Allah Putera]. Kemudian kesimpulan Anda bahwa Allah tidak sama dengan Allah Bapa adalah dua hal yang berbeda, karena satu Allah adalah merujuk pada hakekat dan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus merujuk pada Pribadi. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom katolisitas,
Saya pernah mendengar homili dari seorang romo yg mengatakan bahwa Yohanes menulis Injil dengan pemikiran filosofis,metafora,dsb.Hal ini berakibat injil ini berbeda dengan Injil yang ditulis Matius,Markus,Dan Lukas [injil sinoptik].Kelebihan injil2 sinoptik tsb adalah berdasarkan kejadian nyata,dapat dibuktikan dengan indera manusia,adanya banyak saksi.Sedangkan dalam injil Yohanes,kisah2nya banyak yang tunggal,tidak disamai oleh ketiga injil yg lain.Menurut saya,Yohanes banyak memasukkan opini pribadinya.Hal ini yg membuat banyak pihak non Kristen yg beranggapan bahwa Injil Yohanes hanya fiktif belaka.
Saya juga mendapat informasi bahwa injil Yohanes dan Kitab Wahyu ditulis sekitar tahun 100 M,dimana Yohanes sudah berusia lanjut.Dapatkah kita percaya pada kitab yg ditulis oleh orang tua yg cenderung pikun? Benarkah kitab Wahyu hanya fatamorgana saja,berhubung Yohanes sudah sangat tua?
Mohon koreksinya bila hal2 yg saya sebutkan keliru,berhubung pengetahuan saya sangat minim.
Terima kasih atas jawabannya.
Shalom Tarsisius,
Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini tentang Otentisitas Injil Yohanes, klik di sini.
Gereja awal, melalui tulisan para Bapa Gereja yang menjadi murid langsung dari Rasul Yohanes atau murid dari murid Rasul Yohanes, tidak meragukan otentisitas Injil Yohanes. Kesaksian mereka jauh lebih dapat dipercaya, ketimbang berbagai dugaan dari orang-orang di abad-abad ini, yang terpisah selama berabad-abad lamanya dengan Rasul Yohanes, dan tidak terhubung dengan dia. Gereja sejak awal menerima Injil Yohanes, dan surat-surat yang ditulisnya sebagai tulisan yang diilhami oleh Roh Kudus. Paus Damasus I memasukkan tulisan Rasul Yohanes (Injil Yohanes, surat-surat Rasul Yohanes dan kitab Wahyu) itu dalam kanon Kitab Suci pada tahun 382, dan diteguhkan pula dalam Konsili Carthage dan Hippo (393 dan 397), maka kita tidak perlu meragukan kebenaran tulisan Rasul Yohanes tersebut. Ketetapan Magisterium Gereja (yang mendapat kuasa dari Tuhan Yesus sendiri, lih. Mat 16:18-19, 1 Tim 3:15) tentu lebih kuat dasarnya daripada hipotesa orang di zaman modern ini yang tidak dijamin tidak dapat sesat oleh kuasa oleh Tuhan Yesus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas,
banyak terima kasih
Dear Katolisitas,
mohon diberikan bahasa asli dari Yohanes 1: 1.
Saya ingin tahu persis bahasa asli yang dipakai oleh Yohanes untuk kata Firman.
Ini saya tanyakan karena menurut Rm. Stanislaus Surip, OFM Cap, Yohanes menggunakan kata Firman karena menggunakan “kacamata” atau konteks Yahudi (sebagai contoh dalam Kejadian: “Allah berfirman, maka….).
Apakah arti Firman itu dalam perspektif bangsa Yahudi (sehingga Yohanes harus memilih kata Firman untuk Yesus Kristus)?
terima kasih
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik. Kata Firman (Logos) itu di Injil Yohanes, mengacu kepada Firman Allah, yang olehnya segala sesuatu diciptakan, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Kejadian, dan bahwa Sang Firman itu sendiri, adalah Allah.]
Comments are closed.