Perayaan Ekaristi malam ini merupakan kado istimewa ulang tahun ketujuh puluh delapan seorang bapak yang terbaring lemah karena kanker ganas yang telah menjalar ke seluruh darahnya.
Ia mengetahui bahwa perayaan ulang tahunnya dalam Ekaristi ini merupakan perayaan ulang tahunnya yang terakhir walaupun istri dan anak-anaknya merahasiakan penyakit yang sebenarnya.
Ia tidak memprotes kerahasiaan ini karena ia menyadari bahwa mereka tidak mau membuatnya jatuh dalam keputusasaan yang tentu akan memperparah keadaannya.
Ia benar-benar menghidupi makna cinta yang terasa indah walaupun ajal sudah di ambang mata.
Ia mengungkapkan penghayatannya akan makna cinta dengan suara yang masih jelas dan yang keluar dari kedalaman batinnya :
“Romo, hatiku sangat bergembira sekali dengan perayaan ulang tahun terakhirku ini. Dalam perayaan ulang tahunku ini, aku mensyukuri kelahiranku sebagai benih cinta Tuhan yang ditanamkan dalam kehidupanku. Aku telah berhasil membangun cinta dalam keluargaku bersama istri, dan empat anak yang memberikan cucu-cucu yang menyenangkan. Terimakasih cinta karena engkau mengajariku tentang kematian yang bermakna”.
Setelah mengungkapkan kegembiraan hatinya, ia memelukku sambil membisikkan kata-kata yang mengharukan : “Romo, aku mengangkat Romo menjadi anak sulungku karena telah menjadi orang pertama yang mendengarkan kesimpulan sejarah kehidupanku”.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala menahan banjir tangis di kerongkongan.
Ia menjabat tanganku kuat-kuat dan berkata : “Aku akan menunjukkan ketegaran di sisa-sisa hidupku demi anak cucuku. Aku harap Romo menemaniku ketika Malaikat Mikael siap menjemputku”.
Satu bulan kemudian keadaannya semakin memburuk.
Ia pun meminta seorang anaknya memanggilkanku.
Aku datang pukul 12.30 dini hari dan langsung duduk di sampingnya.
Kata-kata perpisahan disampaikan dengan penuh makna :
“Nafas ilahi dalam diriku telah berada di dalam ujung tenggorokanku yang membuat dadaku terasa sangat sesak. Aku sadar bahwa tidak lama lagi nafasku akan meninggalkan ruang di dadaku. Nyawaku siap diambil sang Pemiliknya untuk hidup bahagia di surga karena telah membangun rumah cinta di dunia. Tinggal di rumah Tuhan itulah satu-satunya keriduanku”.
Aku pun menyanyikan lagu “Satu Hal Yang Kurindu” untuk mengiringi kembalinya ke rumah Bapa :
Berdiam di dalam rumah-Mu
Satu hal yang kupinta
Menikmati bait-Mu Tuhan
Lebih baik satu hari di pelataran-Mu
Dari pada s’ribu hari di tempat lain
memujiMu menyembahMu
Kau Allah yang hidup
Dan menikmati s’mua kemurahan-Mu.
Esok harinya Ia menghadap Allah Bapa dengan tenang dan damai.
Ia memberikan pesan kehidupan yang bisa kita maknai:
“Sadarilah bahwa hidup ini bagaikan sebuah anak panah yang telah tertarik oleh busur kematian dan tidak ada yang menyangka akan meninggalkan busur kehidupan di dunia. Bangunlah anak panah ini dengan cinta sehingga akan sampai pada tempat cinta yang kekal, yaitu surga yang tak akan pernah binasa”.
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Romo Felix yang terkasih, terima kasih atas kenangan terindah yang tak terlupakan bagi kami, keluarga Alm. Surjadi Muliawan. Papi sudah tersenyum bahagia di Atas sana bersama Yesus dan meninggalkan benih2 cinta yang ditaburkan bagi kami, istri dan anak2nya yang masih mengarungi kehidupan di dunia ini. Terima kasih Romo karena telah menemani papi saaat detik2 terakhir… Yesus sangat baik, Dia mengutus hamba-Nya untuk menghibur dan memberi kelegaan untuk papi. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati pelayanan dan kesehatan Romo. Amin
RIP Bapak…
Romo saya sampai nangis bacanya… terharu banget.
Semoga cerita ini banyak membawa berkat untuk orang lain. Amin!
Thank you Love, Thank you Jesus. we love you :)
Comments are closed.