[Berikut ini adalah tulisan Tristan, yang mewakili pandangan dari saudara/i kita yang Protestan tentang interpretasi ‘perempuan’ dalam Wahyu 12. Ingrid akan menanggapinya dengan menjabarkan interpretasi yang disetujui oleh Gereja Katolik tentang Wahyu 12 ini].

Pertanyaan:

Perempuan bersayap burung nasar – Wanita dalam WAHYU 12 Bukan Maria

(13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. (15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. (16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
(17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian YESUS.

————————————————————

Mungkin ini suatu hal yang baru buat kita dan mungkin berbeda dengan apa yang telah kita dengar dan pahami mengenai hal ini.

Dan ini hanyalaha sebuah tafsir saya pribadi – belum tentu benar dan mohon maaf bila telah menyudutkan pihak lain –
————————————————————————————————-

Bagian ini adalah berbicara soal Gereja, dg aktor sbb :

1. ayat 13 : ular naga adalah iblis yang menyesatkan umat pilihan (yang bisa) dan yang memburu untuk dibinasakan (karena tidak bisa disesatkan)

Matt 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

2. ayat 14 : wanita adalah lambang Gereja Tuhan atau mempelai Tuhan (gereja mula-mula)

3. ayat 15 : air sebesar sungai adalah manusia yang tersesat atau disesatkan

Rev 17:15 Lalu ia berkata kepadaku: “Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.
Rev 17:16 Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu serta binatang itu akan membenci pelacur itu dan mereka akan membuat dia menjadi sunyi dan telanjang, dan mereka akan memakan dagingnya dan membakarnya dengan api.
Rev 17:17 Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi.

4. ayat 16 : bumi – kematian

6. ayat 17 : anak yang lain adalah gereja2 Tuhan hasil reformasi

Dari ‘riset’ yang saya lakukan, saya menemukan bahwa wanita yang dimaksud di dalam narasi ini adalah gereja mula-mula yang tidak tunduk atau taat dalam pelacuran dengan kata kunci :

a. sayap burung nasar
b. padang gurun

Adapun pelacuran yang dimaksud adalah doktrinal yang menempatkan Maria sebagai salah satu sentral dalam ajaran gereja, antara lain : devosi, rosario, penempatan Maria sbg Bunda Allah (Theotokos – Konsili Efesus)

Tentu saja ketika saya menyebut Maria, dalam hal ini saya tidak menempatkan Maria yang sebenarnya, namun lebih kepada ‘Maria yang lain’

Dalam berbagai korespondensi dg beberapa anggota gereja yang menjadi ‘target’ saya , saya menemukan bahwa sejak awal mula (mulai dari kisah rasul) saat ini saya hanya menemukan 2 gereja yang memenuhi kriteria ini yaitu :

1. Gereja Assyria Timur (ACOE – Assyrian Church of the East)

1Pet 5:13 Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku.

Harap dibedakan dg Chalden Church

2. Syriac Orthodox

Satu kesamaan dari kedua gereja ini adalah dilestarikannnya penggunaan bahasa Aram (dg dialeknya) serta tradisi2 semitis lainnya sampai saat ini serta menempatkan Maria sebatas Bunda Tuhan (Christokos), bukan Bunda Allah (Theotokos)

Untuk gereja yang di Alexandria (Koptik), Byzantium (Yunani) memiliki praktik yang sama dengan Roman Catholik (juga ritus timur)

Dalam sejarahnya, gereja2 (pengikut2nya — aktor no 3 atau ayat 15) dg doktrin Theotokos telah memburu dan membunuh banyak sesama karena perbedaan doktrin ini.

Bahkan diakui, pembantain ini lebih marak ketika Kekristenan dijadikan sbg agama kekaisaran Romawi.

Membunuh atas nama Tuhan

Banyak dari para penentang yang diburu ini melarikan diri ke imperium persia/assyria [musuh bebuyutan romawi]

Dan uniknya adalah :

1. Imperium ini meliputi banyak luasan padang gurun
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Sassanid-empire-610CE.png

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sassanid-empire-610CE.png

2. Imperium ini memakai lambang sayap burung nasar/rajawali

——————————————————————-
Quote
Nestorius and his teachings were eventually condemned as heresy at the First Council of Ephesus in 431 and the Council of Chalcedon in 451, leading to the Nestorian Schism in which churches supporting Nestorius broke with the rest of the Christian Church. Afterward many of Nestorius’ supporters relocated to Sassanid Persia, where they affiliated with the local Christian community, known as the Church of the East. Over the next decades the Church of the East became increasingly Nestorian in doctrine, leading it to be known alternately as the Nestorian Churc
————————————————————————–

http://en.wikipedia.org/wiki/Nestorianism

Jadi wanita (gereja) ini dibawa ‘terbang’ dengan sayap burung nasar (rajawali) yaitu imperium persia/assyria/sasanid dan dipelihara di sana.

Jadi klaim Katolik yg mengatakan wanita dalam Wahyu 12 terbantahkan.

Salam, Tristan

Jawaban:

Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Woman_of_the_Apocalypse
Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Woman_of_the_Apocalypse

Shalom Tristan,

Pertama- tama harus diakui bahwa Kitab Wahyu memang adalah kitab yang sarat dengan simbol- simbol, dan karenanya memang terdapat banyak interpretasi atas arti dari simbol- simbol tersebut. Namun bukan berarti bahwa semua simbol itu adalah untuk diartikan secara allegoris sehingga tidak mempunyai arti literal. Ini adalah sesuatu anggapan yang sudah didahului oleh kesimpulan tertentu, ketimbang mengartikan ayat- ayat tersebut dengan jujur memperhatikan makna literal yang ingin disampaikannya.

Kedua, kita tidak dapat mengartikan Wahyu 12, hanya dengan mengutip sebagian ayat saja (ay. 13-18), tanpa mengkaitkan dengan ayat- ayat lainnya. Perlu juga diketahui bahwa kitab Wahyu dalam bentuk aslinya tidak diberikan terbagi- bagi menjadi bab- bab dan notasi ayat- ayat, seperti yang kita ketahui sekarang; melainkan kitab itu dituliskan sebagai satu kesatuan narasi. Sehingga, ayat- ayat dalam Wahyu 12 sesungguhnya berhubungan langsung dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.

1. Tabut Perjanjian dalam Wahyu 11 = ‘Perempuan’ dalam Wahyu 12

Penggambaran kisah pada Wahyu 11:5 juga mengingatkan pada ayat Yos 6:13, tentang pertempuran di Yerikho di mana ketujuh imam memimpin bangsa Israel mengelilingi kota itu dengan membawa tabut perjanjian, dan pada hari ketujuh mereka meniupkan sangkakala yang merobohkan temboknya. Demikian pula, kisah di kitab Wahyu tentang bangsa Israel yang baru juga mengalami pertempuran dengan kehadiran tabut perjanjian. Kejadian tersebut dinyatakan dalam Why 11: 19, yang menghantar kita masuk ke dalam kisah Wahyu 12:

“Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, …..”

Jadi Rasul Yohanes mengkaitkan kisah ini sebagai berikut, “….Terbukalah Bait Allah di sorga, dan terlihatlah tabut perjanjian-Nya….. Tampaklah di surga seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan ia bermahkota dua belas bintang. Dengan perkataan lain, Rasul Yohanes menunjukkan bahwa tabut perjanjian itu, dan tabut itu adalah seorang wanita. Hal ini menyerupai kisah sebelumnya yang mengatakan bahwa seorang mempelai yang kelihatan sebagai sebuah kota.

2. Jadi siapakah wanita yang disebut dalam Wahyu 12?

Maka pertanyaan berikutnya, siapakah perempuan ini yang juga adalah sang tabut perjanjian? Banyak komentator mengatakan bahwa wanita ini adalah Gereja, yang melahirkan umat beriman di sepanjang masa. Gereja Katolik menerima juga interpretasi allegoris ini, namun terutama, Gereja Katolik menginterpretasikan ‘wanita’ ini secara literal, yaitu Bunda Maria. Sebab, jika kita memperhatikan konteks yang disampaikan oleh Rasul Yohanes, maka kita mengetahui bahwa tokoh- tokoh yang diceritakan yaitu wanita, Anak laki-laki, dan naga tersebut, mengacu kepada pribadi- pribadi yang nyata.

Anak yang “akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” (Why 12:5) mengacu kepada ayat Mzm 2:9 yang menjabarkan janji Allah tentang Raja yang diurapi Tuhan, dan ini mencapai penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus. Demikian pula, Rasul Yohanes menambahkan, “Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya”, dan ini juga sempurna digenapi oleh Kristus yang naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, seperti yang diucapkan dalam Credo Aku Percaya. Maka “Anak laki- laki” ini pertama- tama mengacu kepada Kristus sendiri.

Demikian pula tentang “naga” tersebut. Rasul Yohanes mengatakan bahwa naga itu bukanlah suatu allegori tetapi suatu pribadi tertentu, yaitu: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia…. ” (Why 12:9). Hal yang sama yaitu ‘rekan’ sang naga itu, “… seekor binatang keluar dari dalam laut” (Why 13:1) juga mengacu kepada orang-orang yang tertentu yang nyata. Binatang tersebut dikatakan, “bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh”, dan kita ketahui dari kitab nubuat Dan 7, bahwa binatang- binatang tersebut mengacu kepada dinasti. Tanduk adalah simbol dari kekuasaan dinasti.

Ada komentator yang mengatakan demikian: Pada abad ke-1, dinasti yang paling mengancam Mesias keturunan Daud adalah dinasti Herodes, seperti kita ketahui dari Injil Matius bab 2. Raja Herodes adalah seorang non- Yahudi, yang ditunjuk oleh kaisar Romawi untuk memimpin daerah Yudea. Raja Herodes ini sungguh ditakuti oleh rakyatnya. Raja Herodes I (Herod the Great) membunuh istrinya sendiri, ketiga anaknya, ibu mertuanya, saudara iparnya, pamannya, dan seluruh bayi- bayi di Betlehem pada masa pemerintahannya. Maka dinasti Herodes ini merupakan penghalang bagi tercapainya restorasi kerajaan Daud. Diketahui bahwa ada tujuh orang raja dinasti Herodes dari keturunan Antipater; dan ada sepuluh orang Kaisar dalam kekaisaran Romawi sejak jaman Julius (pendiri dinasti Julio- Claudian) sampai dengan Vespasian, yaitu sampai kehancuran Bait Allah di Yerusalem di sekitar tahun 70. Maka binatang buas dengan sepuluh tanduk dan tujuh kepala sesuai dengan ketujuh raja dinasti Herodes yang memperoleh kekuasaan dari kesepuluh Kaisar Romawi.

Ada pula komentator lain yang mengartikan binatang buas berkepala tujuh tersebut sebagai Kerajaan Romawi secara keseluruhan, dengan tujuh rajanya. Pada saat Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu, kelima kaisar Romawi tersebut telah mati (dari Agustus -kaisar pertama -sampai kaisar Nero). Tahun- tahun berikutnya terdapat masa kekacauan antara pemerintahan Galba, Otho, Vitellius, yang ketiganya tidak nampak sebagai kaisar, sehingga kaisar ke- 6 berikutnya adalah Vespasian, yang digantikan oleh Titus puteranya, yang naik tahta hanya sebentar yaitu kurang dari satu tahun (ay. 10-11). Titus ini kemudian digantikan oleh  Domitian (kaisar ke-8, seperti disebut dalam ay. 12), yang kekejamannya mengingatkan kepada Nero, sehingga sering disebut sebagai Kaisar Nero yang hidup kembali. Pada masa pemerintahan Domitian, kehancuran Yerusalem mencapai puncaknya.

Maka lambang- lambang ini mengacu kepada orang- orang yang nyata bukan hanya simbolis. Anak laki-laki itu mengacu kepada Yesus Kristus, dan naga itu mengacu kepada Iblis, dan binatang buas itu mengacu kepada para raja dan kaisar yang menentang Yesus dan penyebaran Injil, maka sang perempuan yang melahirkan Anak laki- laki itu mengacu kepada Bunda Maria yang melahirkan Kristus.

Perempuan itu digambarkan oleh Rasul Yohanes, “diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun….” Beberapa komentator mengatakan sayap ini melambangkan perlindungan ilahi atas Bunda Maria terhadap dosa, namun ada juga yang mengartikan bahwa hal ini mengisahkan perlindungan Allah atas pengungsian Bunda Maria, Yusuf dan Yesus ke gurun di Mesir (Mat 2:13-15) menghindari pembunuhan bayi oleh raja Herodes.

Jadi untuk mengatakan bahwa Wahyu 12 hanya mengacu pada lambang untuk diartikan secara allegoris/ perumpamaan, merupakan pandangan yang terlalu menyederhanakan. Penglihatan Rasul Yohanes ini, meskipun kaya dengan lambang- lambang, sebenarnya juga mengacu kepada orang- orang yang nyata, yang dilihat melalui perspektif ilahi.

3. Interpretasi tentang “Perempuan” menurut Tradisi Suci

Menurut Tradisi Suci, “Perempuan” (‘woman‘) yang disebukan dalam Kitab Wahyu sama dengan “perempuan” (‘woman‘ yang diterjemahkan dalam KS- LAI sebagai ‘ibu’) yang diucapkan pada Injil Yohanes, yaitu pada peristiwa mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4) dan pada saat Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid-murid-Nya (lih. Yoh 19:26). ‘Perempuan’ ini juga mengacu kepada “perempuan” yang disebut dalam kitab Kejadian 3:15. Selanjutnya tentang topik Hawa yang baru telah dibahas di sini, silakan klik.

Kaitan inilah yang antara lain menyebabkan para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru. Dan sebagaimana Hawa yang artinya “ibu dari segala yang hidup”, maka dalam penglihatan Rasul Yohanes, Bunda Maria juga bukan saja sebagai Ibu dari seorang Anak laki- laki (ay.13), tetapi juga “keturunan yang lain” (ay.17). Maka keturunannya di sini adalah semua orang yang mempunyai hidup baru di dalam Kristus. Maka di sini Rasul Yohanes ingin menghubungkan “perempuan” dalam kitab Wahyu dengan “perempuan” dalam kitab Injil yang ditulisnya, yang mengacu kepada Hawa yang baru yang menjadi ibu dari segala yang hidup. Hawa yang baru ini sekaligus merupakan tabut perjanjian yang baru, yang penjabarannya dapat dibaca di sini, silakan klik.

Maka, Tradisi Suci mengajarkan bahwa perempuan ini selain diinterpretasikan sebagai Bunda Maria, dapat juga diinterpretasikan sebagai:

A. Gereja:

a. St. Ambrosius (abad ke-4) mengajarkan bahwa ‘perempuan’ tersebut adalah Bunda Maria, “sebab ia adalah bunda Gereja, karena telah melahirkan Dia yang menjadi Kepala Gereja”; namun St. Ambrosius juga mengajarkan bahwa ‘perempuan’ itu juga dapat diartikan secara allegoris sebagai Gereja itu sendiri.

b. St. Ephrem dari Siria, juga menyimpulkan hal yang sama: “Bunda Maria adalah, juga, gambaran dari Gereja …. Marilah menyebut Gereja dengan nama Maria, sebab ia layak mempunyai dua nama.” Di sini St. Ephrem melihat Bunda Maria kaitan yang dekat sekali antara Maria dan Gereja, sebab Maria adalah murid/anggota Kristus (=Gereja) yang pertama, yang juga menjadi teladan bagi semua murid/ anggota Kristus (=Gereja).

c. St. Agustinus juga mengajarkan bahwa ‘perempuan’ dalam kitab Wahyu 12 “mengacu pada Bunda Maria yang dalam keadaan tidak bernoda, melahirkan Kepala kita [Kristus] yang tidak bernoda. [Maria] menunjukkan sendiri bahwa ia adalah figur dari Gereja yang kudus, sehingga setelah melahirkan seorang Putera ia tetap perawan, sehingga Gereja harus juga melahirkan anggota- anggota Kristus di sepanjang masa, namun tanpa kehilangan keperawanannya.”

Seperti Bunda Maria melahirkan Kristus, maka Gereja melahirkan umat beriman. Seperti Gereja menjadi ibu bagi semua orang percaya melalui Pembaptisan, Bunda Maria menjadi ibu bagi semua orang percaya sebagai saudara/i Kristus.

B. Israel

Beberapa Bapa Gereja juga menginterpretasikan ‘perempuan’ itu sebagai lambang Israel, atau Putri Sion, yang melahirkan Mesias dalam artian bangsa messianis; sebagai bangsa pilihan Allah sepanjang segala abad, sebagai kerajaan Daud yang dipertentangkan dengan para raja dinasti Herodes dan para Kaisar Roma.

C. Yerusalem sorgawi

Yerusalem sorgawi yang adalah perempuan yang merdeka ini (Gal 4:26) yang menggambarkan bangsa pilihan Allah.

Apapun interpretasi di atas, tidak dapat dipertentangkan dengan makna utama dari teks, sebab ketiga arti simbolis/ allegoris ini sebenarnya juga merujuk kepada makna literal- historis; dan tidak menentangnya. Maka, Gereja Katolik menerima beberapa interpretasi tentang Kitab Wahyu ini, baik yang literal maupun allegoris, asalkan disertai dengan penjabarannya masing- masing. Maka Gereja Katolik tidak melihat kitab Wahyu sebagai suatu ‘rahasia’ yang hanya mempunyai satu arti, tetapi lebih kepada suatu kisah simbolis yang mengandung banyak makna.

Menarik di sini untuk melihat interpretasi beberapa kaum Fundamentalis yang biasanya selalu menekankan arti literal, namun pada Wahyu 12 ini menginterpretasikan secara simbolis. ‘Perempuan’ itu diartikan sebagai bangsa Israel/ Putri Sion, sedangkan ‘Anak laki-laki’nya sebagai Yesus. Hal ini merupakan sesuatu yang janggal, karena, bagaimana mungkin ibunya diinterpretasikan secara kolektif sedangkan anaknya diinterpretasikan secara individual? Padahal teks nubuatan dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan Putri Sion yang melahirkan, anaknya tidak mengacu kepada Mesias secara individual, tetapi bangsa yang mesianis.

4. Wahyu 17

Dalam Wahyu 17 disebutkan kisah penghakiman atas Babel yang disebut sebagai ‘pelacur besar’ (ay. 1). Babel/ Babilon di sini memang adalah kata kiasan dari kota Roma, yang memang pada jaman kitab Wahyu dituliskan, merupakan kota yang penuh dengan berhala, terutama juga karena kaisarnya sendiri (dimulai dari Julius tetapi resmi dikenakan oleh Kaisar Agustus) mempunyai gelar Divi Filius (son of a god).

Maka binatang yang disebutkan di sini mengacu kepada kerajaan Romawi (ay.3) Sungai yang dimaksud adalah bangsa- bangsa yang ada di bawah kekuasaannya (ay. 15). Tujuh kepala adalah tujuh bukit di Roma (ay. 9). Ketujuh kepala adalah juga ketujuh raja Roma, seperti yang disebutkan pada point 1 di atas.

Kesepuluh tanduk adalah kesepuluh raja yang ada dalam persekutuan dengan kerajaan Romawi ini. Kerajaan- kerajaan ini akan menerima kuasa dalam waktu sekejap bersama dengan kerajaan Romawi (ay.12). Kerajaan- kerajaan ini menindas Anak Domba, yaitu Gereja (ay. 14), sebab penganiayaan terhadap Gereja adalah penganiayaan terhadap Kristus sendiri (lih. Kis 9:4). Namun, walaupun dianiaya, Gereja tidak punah, dan tetap bertahan karena Kristus Sang Anak Domba menyertainya (ay. 14).

Kemudian kesepuluh raja (tanduk) ini membenci kota Roma (pelacur) karena mereka ingin memisahkan diri dari kerajaan Romawi, dan inilah yang terjadi, bahwa kota Roma akan dihancurkan, juga karena terjadi perpecahan di dalam kerajaan Romawi itu sendiri (ay. 16-17).

Perempuan yang disebutkan pada ayat 18, “Dan perempuan yang telah kaulihat itu, adalah kota besar yang memerintah atas raja-raja di bumi.” Di sini perempuan itu mengacu kepada Gereja yang dilindungi oleh Sang Anak Domba (Kristus). Interpretasi ini tidak bertentangan dengan interpretasi Gereja Katolik, sebab Gereja Katolik menginterpretasikan ‘perempuan’ ini secara literal sebagai Bunda Maria, dan secara allegoris sebagai Gereja. Kedua interpretasi ini tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling memperkaya; karena Maria tidak terlepas dari Gereja, melalui perannya sebagai Bunda Tuhan Yesus dan Bunda Gereja.

5. Klaim Katolik yang mengatakan perempuan dalam Wahyu 12 terbantahkan?

Anda kemudian menyebutkan dua gereja (Gereja Assyria Timur) dan Syriac Orthodox yang anda yakini sebagai gereja yang “dibawa ‘terbang’ dengan sayap burung nasar (rajawali) yaitu imperium persia/assyria/sasanid dan dipelihara di sana”.

Terus terang, menurut saya, klaim anda yang tidak memiliki dasar yang kuat, karena berdasarkan atas analisa pribadi. Berikut ini pandangan saya, berdasarkan yang saya ketahui dari tulisan para Bapa Gereja:

a. 1 Pet 5:13 dasar bagi Gereja Assyria Timur?
1 Pet 5:13, tidak ada hubungannya dengan Assyria. Kata ‘Babilon’ yang dipakai di sana mengacu kepada kota Roma, pusat dunia pada saat itu, yang menjadi target penginjilan para rasul, terutama Rasul Petrus dan Paulus. Silakan membaca artikel sehubungan dengan topik ini di sini, silakan klik.
Maka ‘Babilon’ di sini tidak mengacu kepada Assyria.

b. Syriac Orthodox benar karena menempatkan Maria sebagai Christotokos (Bunda Kristus) dan bukannya Bunda Allah (Theotokos)?

Ajaran ini berasal dari Nestorius (386-451); dan ajaran ini adalah heresi/ bidaah karena memisahkan kedua kodrat dalam pribadi Yesus. Nestorius mengajarkan bahwa tidak ada persatuan antara kodrat ke-Allahan dan kemanusiaan dalam diri Yesus. Akibatnya Nestorius mengajarkan bahwa Yesus sebagai manusia adalah “temple of the Logos” dan “Logos”-nya adalah Tuhan. Dengan pengertian ini, maka ia mengajarkan bahwa Bunda Maria hanya ibu dari Yesus manusia ini (Christotokos), tetapi bukan ibu dari Tuhan Yesus (Theotokos).

Namun dengan memisahkan kedua kodrat ini, maka ajaran Nestorius ini malah tidak sesuai dengan Kitab Suci yang jelas mengatakan bahwa “Firman/ Sabda itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14). Jadi Yesus Kristus itu bukan hanya sekedar bait Allah/ “temple of the Logos”  tetapi Ia adalah Sang “Logos“/ Sang Firman itu sendiri yang menjelma menjadi manusia.  Mengatakan bahwa Yesus hanya ‘temple of the Logos‘ artinya mensejajarkan Yesus dengan manusia/ orang suci, tetapi bukan Allah, dan ini adalah ajaran yang tidak sesuai dengan Kitab Suci dan ajaran para rasul.

Maka sejarah mencatat bahwa ajaran Nestorius ini ditentang dengan keras oleh St. Cyril dari Alexandria (380-444), dan oleh Konsili Efesus 431. St. Cyril mengajarkan adanya kesatuan antara kodrat ke-Allahan dan kemanusiaan dalam pribadi Yesus. Oleh karena itu Maria, Bunda Yesus juga disebut Bunda Allah, karena Yesus adalah Allah. Silakan membaca penjelasan tentang ajaran ini dalam artikel Yesus sungguh Allah sungguh manusia, silakan klik. Jadi jelaslah di sini bahwa ajaran ‘Theotokos‘/ Maria Bunda Allah, diberikan untuk menjaga kemurnian ajaran tentang ke- Allahan Yesus. Bahwa karena Yesus sungguh Allah, maka ibu-Nya dapat dikatakan sebagai Bunda Allah.

Akhirnya, jika kita menginterpretasikan perempuan itu sebagai Gereja; maka kita juga perlu melihat gambaran Gereja/ kumpulan jemaat yang dimaksudkan oleh Rasul Yohanes. Dalam Kitab Wahyu yang sama yaitu bab 7, dikatakan demikian, “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba…..” (Why 7:9). Maka Gereja yang dimaksud di sini adalah Gereja yang universal, yang tidak hanya terbatas pada golongan/ kelompok/ bangsa tertentu. Silakan anda memeriksa, apakah pandangan anda tentang dua gereja yang spesifik tadi cocok atau tidak dengan penjabaran Rasul Yohanes di sini.

6. Kesimpulan

Dengan melihat penjabaran di atas, interpretasi Gereja Katolik tentang  ‘perempuan’ dalam Wahyu 12 tidak terbantahkan. Dalam interpretasi Gereja Katoliki, ‘Perempuan’ tersebut diartikan secara literal adalah Bunda Maria, sedangkan secara simbolis/ allegoris adalah Gereja. ‘Perempuan’ tersebut tidak dapat dikatakan mengacu kepada hanya dua gereja yang disebutkan (Assyria dan Syria), hanya karena lokasi gereja tersebut di padang gurun ataupun logo yang dipakai adalah sayap burung nasar. Sebab interpretasi Kitab Suci harus mempunyai dasar kaitannya dengan ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci, dan konteks yang sedang dibicarakan. Oleh sebab itu, sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari ajaran para Bapa Gereja yang jauh lebih memahami latar belakang penulisan Kitab Suci, konteks budaya maupun sejarah yang berkaitan dengan Kitab tersebut.

Semoga pada saat kita mempelajari teks Kitab Suci, kita juga dipenuhi oleh semangat kerendahan hati, agar tidak melulu membatasi diri pada pengertian pribadi, tanpa mau menerima pengajaran dari para Bapa Gereja.

Sumber:
1. Scott Hahn, Hail Holy Queen, (New York: Double Day, 2001), p. 53-67
2. Dom Bernard Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (London- New York: Thomas Nelson and Sons Ltd, 1952), p. 1202- 1206
3. Robert Payesko, The Truth about Mary, Vol 2., (California: Queenship publishing company, 1996), p. 2-42, 2-61-2-74.

18 COMMENTS

  1. Mungkin saya agak berbeda mendeskripsikan Perempuan di Wahyu 12
    Menurut saya Perempuan tsb adalah Bangsa Israel hal ini karena
    1. Bangsa Israel (Perempuan) terdiri 12 suku dan ini dilambangkan dg mahkota 12 bintang di Wahyu 12:1
    2. Bangsa Israel (Perempuan) melahirkan Yesus yg dilambangkan dg Anak di Wahyu 12:5, selain itu perutusan Yesus di dunia sangat singkat dan ini dilambangkan dg perampasan sang Anak yg baru lahir dan dibawa ke Allah
    3. Bangsa Israel (Perempuan) selalu diburu oleh Setan; Setan dilambangkan sebagai naga di Wahyu 12 dan perburuan Setan (Naga) tidak berhasil (lihat Wahyu 12:13-16) karena Israel diberkati oleh Allah (lihat Wahyu 12:13-16)
    4. Bangsa Israel (Perempuan) menurunkan keturunan lain yaitu jemaat Kristen, sehingga Setan (Naga) juga memerangi keturunan lainnya (jemaat Kristen) (Wahyu 12:17)

    • Shalom Cahyadi,

      Seperti telah disampaikan di atas, Gereja Katolik mengakui adanya sejumlah interpretasi tentang ‘sang perempuan’ yang disebutkan dalam Why 12. Salah satu dari interpretasi itu, memang adalah bangsa Israel.

      Namun, Gereja Katolik tidak hanya mengartikan perempuan itu sebagai bangsa Israel saja. Sebab kitab Wahyu adalah kitab yang sarat dengan simbol dan penggambaran yang sangat kaya akan maknanya, maka Gereja tidak membatasi arti perikop ini, dengan makna figuratif perempuan itu sebagai simbol/ penggambaran bangsa Israel. Sebab dalam mengartikan Kitab Suci, Gereja Katolik selalu melihat adanya arti literal dan figuratif dalam ayat-ayat Kitab Suci, di mana arti figuratif tidak begitu saja menghilangkan arti literalnya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Dalam perikop Why 12, secara literal kita mengartikan bahwa “Anak laki-laki yang menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” adalah Kristus, dan “naga” itu adalah iblis, maka konsekuensinya, “perempuan yang melahirkan “Anak” itu adalah Bunda Maria. Pengabaian akan arti literal ini akan menjadikan interpretasi ayat tersebut tidak lengkap, karena secara umum Kitab Suci dituliskan pertama-tama untuk menyampaikan arti literalnya, baru kemudian arti spiritualnya yang mendukung dan melengkapi arti literal, namun tidak dimaksudkan untuk meniadakan arti literalnya.

      Maka, atas dasar arti literal inilah, dibangun adanya kemungkinan arti figuratif lainnya, sebagaimana telah disampaikan di artikel di atas.

      Salam kasih daam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Wahyu 12:1-6 Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

    Gereja Khatolik mengajarkan sosok perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang diatas kepalanya adalah Maria. Namun dari yang tertulis di Alkitab (bukan Katekismus), terlihat jelas bahwa sosok itu BUKAN Maria seperti yang diklaim oleh Gereja Khatolik. Untuk mengerti siapa yang dimaksud oleh perempuan itu, kita juga harus mengerti siapa kedua sosok lain dalam Wahyu 12 tersebut agar dapat mengidentifikasi dengan tepat siapa sebenarnya tokoh perempuan itu.

    NAGA MERAH DAN PEREMPUAN YANG DUDUK DIATASNYA.

    Wahyu 3: Lalu tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor NAGA MERAH PADAM yang besar, ber-KEPALA TUJUH dan bertanduk sepuluh, dan diatas kepalanya ada tujuh mahkota. Ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Lalu NAGA itu berdiri di hadapan PEREMPUAN yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segerea sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan mengembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke Takhta-Nya.

    Siapa yang dimaksud dengan NAGA MERAH PADAM tentu mudah sekali mengetahuinya dengan merujuk pada ayat 9 dan ayat2 lain yang menerangkan siapa NAGA MERAH ini sebenarnya.

    Wahyu 12:9 NAGA BESAR itu si ULAR TUA yang disebut IBLIS atau SATAN yang MENYESATKAN seluruh dunia.

    Wahyu 17:3 Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Aku melihat seorang PEREMPUAN duduk di atas seekor BINATANG yang MERAH UNGU yang penuh tertulis dengan nama-nama hujat. BINATANG itu mempunyai TUJUH KEPALA dan sepuluh tanduk.

    Wahyu17:5 Pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia, BABEL BESAR, ibu dari wanita-wanita pelacur dan kekejian bumi.

    Wahyu 17:6 Aku melihat PEREMPUAN itu mabuk oleh DARAH orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus.

    Wahyu 17:9 Yang penting disini adalah akal yang mengandung hikmat: KETUJUH KEPALA itu adalah TUJUH GUNUNG yang diatasnya PEREMPUAN itu duduk.

    Wahyu 17:18 PEREMPUAN yang telah kaulihat itu adalah KOTA BESAR yang memerintah atas raja-raja di bumi. (ROMA yang dibangun diatas 7 gunung)

    Untuk Naga Merah dan perempuan yang duduk diatasnya tentu jelas yang dimaksudkan adalah IBLIS/ SATAN Antikrist dan kota Roma yang sudah menyesatkan seluruh dunia dan mabuk oleh darah orang-orang kudus dan saksi-saksi Yesus. Perempuan PELACUR itu juga disebut sebagai BABEL BESAR di ayat 5.

    ANAKNYA

    Wahyu 12:5 Ia melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhtaNya.

    Untuk Anak laki-laki yang akan menggembalakan semua bangsa dengan GADA BESI ini tentu tidak lain adalah MESIAS/ Yesus Kristus yang akan menjadi Raja dan memerintah bangsa-bangsa dengan GADA BESI nantinya. Mengenai GADA BESI dapat dilihat rujukannya pada Perjanjian Lama kitab Mazmur 2. “Akulah yang telah melantik Raja-Ku di Sion gunung-Ku yang kudus,” dan bahwa Raja ini akan memerintah bangsa-bangsa dengan GADA BESI.

    PEREMPUAN yang MENGANDUNG dan akan MELAHIRKAN Anak Laki-laki.

    Dalam ayat-ayat sebelumnya sudah jelas siapa yang dimaksud dengan NAGA MERAH dan Anak Laki-laki.

    Jadi siapakah sebenarnya perempuan yang berselubung matahari dengan bulan dibawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya? Apakah benar bahwa PEREMPUAN ini adalah MARIA yang namanya dicatut dan dipakai oleh bapa gereja Khatolik?

    Karena Anak Laki-laki yang dilahirkan oleh PEREMPUAN ini adalah Yesus Kristus, tentu setiap orang bisa langsung mengambil kesimpulan bahwa Maria yang melahirkan Yesus. Tapi jika melihat dari ayat keterangan lanjutan mengenai PEREMPUAN ini dalam ayat 6, yang mana perempuan ini “LARI ke padang gurun, dimana telah diadakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya,”

    Jelas hal ini menunjukkan bahwa PEREMPUAN berselubungkan matahari ini BUKAN Maria, karena bukan hal itu yang dialami Maria

    Beruntung sekali jaman modernisasi seperti saat ini, dimana jemaat bisa mendapatkan akses yang mudah untuk membaca Alkitab. Walaupun dalam komunitas tertentu tidak disarankan untuk membaca Alkitab dan memahami isinya, akan tetapi hal itu tidak dapat menghalangi jemaat untuk membaca Alkitab karena tersedianya Alkitab yang mudah sekali kita peroleh. Terlebih adanya software pencari ayat Alkitab yang memudahkan kita mencari ayat dengan mengetikkan kata kunci. Saya kebetulan menggunakan Sabda Alkitab.

    Untuk mengetahui maksud lambang dari berbusana Matahari, bulan ada di bawah kakinya dan sebuah mahkota terdiri atas dua belas bintang di kepalanya, kita bisa melihatnya dalam bagian Alkitab lainnya dimana semua lambang ini pernah disebutkan.

    Dalam Kejadian 37, terdapat semua lambang PEREMPUAN ini berupa Matahari, Bulan dan Bintang, semua lambang PEREMPUAN itu jelas menunjukkan bahwa Perempuan itu adalah BANGSA ISRAEL. Untuk jelasnya silahkan baca kisah Yusuf anak Yakub (Israel) yang bermimpi Matahari, Bulan dan sebelas Bintang menunduk di hadapannya.

    Jadi klaim bapa Gereja Khatolik Roma yang menggunakan nama Maria jelas tidak benar kalau dilihat berdasar Alkitab. Perempuan berselubung matahari bukanlah Maria, akan tetapi Bangsa Israel yang melahirkan Yesus Kristus. Banyak sekali ayat dalam Alkitab yang menjelaskan peran Israel bagi keselamatan, dimana keselamatan datang dari Bangsa Yahudi, dan ayat-ayat lainnya yang menjelaskan bahwa Mesias lahir dari keturunan Daud.

    NAGA BESAR MERAH DAN KEKAISARAN ROMAWI

    Wahyu12:3-4 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

    Apa yang dimaksud dengan peristiwa Naga Besar yang hendak MENELAN Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya?

    Untuk mengerti kejadian ini, kita bisa membaca kembali Kitab Kejadian dengan latar belakang sejarah KELAHIRAN YESUS yang sudah lama dijanjikan kepada BANGSA ISRAEL, dan kepada KEKAISARAN ROMA saat itu serta penaklukannya pada ISRAEL.

    Raja Herodes dari KEKAISARAN ROMA saat itu mendengar dari orang Majus bahwa JANJI mengenai lahirnya MESIAS/ YESUS KRISTUS sudah digenapi. Seperti yang kita ketahui bersama apa yang kemudian terjadi, KEKAISARAN ROMA/ NAGA MERAH BESAR berusaha membunuh Anak Allah yang baru lahir dengan MEMBANTAI semua bayi yang baru lahir di Betlehem. Akan tetapi, usaha NAGA BESAR/ KEKAISARAN ROMA untuk menelan Anak Allah yang baru dilahirkan tidak berhasil karena Allah sudah membawa Yesus keluar dari Betlehem yang dikuasai oleh KEKAISARAN ROMA menuju ke Mesir.

    Berdasar Firman Tuhan dalam Alkitab, dapat diketahui dengan mudah siapa saja yang dimaksud dengan NAGA MERAH dan PELACUR BABEL BESAR serta Perempuan Berselubung Matahari. Walaupun banyak pihak yang berusaha agar Alkitab sebagai Firman Tuhan tidak dijadikan standar bagi umat percaya, bahkan menjadikan kitab yang TIDAK boleh di baca atau dipahami oleh umat, justru hal ini patut dipertanyakan latar belakang motivasinya. Kita sangat bersyukur sekali bahwa dalam Reformasi besar-besaran kepada para PENGUASA LALIM di daratan Eropa abad 16, salah satu dampak baiknya warisan kebebasan membaca Kitab Suci dan memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus beserta para rasul murid-Nya.

    • Shalom Sabda Space,

      Agaknya anda salah paham terhadap ajaran Gereja Katolik. Silakan anda membaca kembali artikel di atas. Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, Gereja Katolik memperhatikan baik arti literal maupun simbolis/ allegoris. Maka, arti allegoris juga diterima, asalkan tidak mengabaikan arti literalnya juga. Dengan demikian, Gereja Katolik menerima beberapa interpretasi tentang Kitab Wahyu ini, baik yang literal maupun allegoris, asalkan disertai dengan penjabarannya masing- masing. Gereja Katolik tidak melihat kitab Wahyu sebagai suatu ‘rahasia’ yang hanya mempunyai satu arti, tetapi lebih kepada suatu kisah simbolis yang mengandung banyak makna. Selanjutnya tentang bagaimana Gereja Katolik menginterpretasikan Kitab Suci, silakan klik di sini.

      Dengan demikian perempuan dalam Wahyu 12 dapat diinterpretasikan sebagai: 1) Bunda Maria, 2) Gereja, 3) Bangsa Israel, 4) Yerusalem Sorgawi; dan ke-empat interpretasi ini saling memperkaya, dan tidak saling bertentangan. Silakan membaca keterangannya di artikel di atas. Bunda Maria adalah arti literal dari ‘perempuan’ itu, sebab memang perempuan yang melahirkan Kristus Sang Mesias adalah Maria. [Jika arti literal anak yang menggembalakan semua bangsa adalah Kristus; dan arti literal si naga merah adalah Iblis, maka arti literal dari perempuan yang melahirkan anak itu adalah Maria]. Perempuan itu digambarkan oleh Rasul Yohanes, “diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun….” Beberapa komentator mengatakan sayap ini melambangkan perlindungan ilahi atas Bunda Maria terhadap dosa, namun ada juga yang mengartikan bahwa hal ini mengisahkan perlindungan Allah atas pengungsian Bunda Maria, Yusuf dan Yesus ke gurun di Mesir (Mat 2:13-15) menghindari pembunuhan bayi oleh raja Herodes. Selanjutnya secara allegoris, ‘perempuan’ itu dapat juga diartikan sebagai bangsa Israel, Gereja, dan Yerusalem Sorgawi.

      Menarik di sini untuk melihat interpretasi beberapa kaum Fundamentalis yang biasanya selalu menekankan arti literal, namun pada Wahyu 12 ini menginterpretasikan secara simbolis. ‘Perempuan’ itu diartikan sebagai bangsa Israel/ Putri Sion, sedangkan ‘Anak laki-laki’nya sebagai Yesus. Hal ini merupakan sesuatu yang janggal, karena, bagaimana mungkin ibunya diinterpretasikan secara kolektif sedangkan anaknya diinterpretasikan secara individual? Padahal teks nubuatan dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan Putri Sion yang melahirkan, anaknya tidak mengacu kepada Mesias secara individual, tetapi bangsa yang mesianis.

      Adalah keliru kalau anda mengira bahwa Gereja Katolik melarang umatnya membaca Alkitab. Jika di dalam sejarah ada masanya umat dilarang membaca Alkitab, itu disebabkan karena banyaknya terjemahan Alkitab yang dibuat tidak sesuai dengan aslinya, yaitu yang diedarkan oleh sekte Albigensian. Hal ini pernah dibahas di sini, silakan klik. Setelah diperoleh terjemahan Kitab Suci yang baik, maka tidak ada lagi larangan untuk membaca Kitab Suci, malah yang ada adalah ajaran yang mendesak umat agar membaca Kitab Suci. Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:

      “Begitu pula Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, terutama para religius, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh “pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp3:8). “Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus”. Maka hendaklah mereka dengan suka hati menghadapi nas yang suci sendiri, entah melalui liturgi suci yang sarat dengan sabda-sabda ilahi, entah melalui bacaan yang saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang cocok untuk itu serta bantuan-bantuan lain, yang berkat persetujuan dan usaha para Gembala Gereja dewasa ini tersebar dimana-mana dengan amat baik. Namun hendaklah mereka ingat, bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab “kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi”.

      Maka Gereja Katolik mengajarkan umatnya agar membaca Kitab Suci, namun juga untuk membacanya dalam tuntunan Gereja, sebab kita ketahui bahwa nubuat- nubuat yang ada di dalam Kitab Suci bukan untuk ditafsirkan sendiri secara pribadi menurut kehendak sendiri (lih. 2 Pet 1:20). Jadi Gereja Katolik mengacu kepada pengajaran para Bapa Gereja, sebab mereka adalah para penerus Rasul, yang daripada merekalah kita memperoleh Kitab Suci. Dan dari pengajaran merekalah umat Katolik memahami Kitab Suci, sebab kita percaya Roh Kudus bekerja atas mereka, sama seperti ketika Roh Kudus bekerja atas mereka ketika menentukan kanon Kitab Suci. Tuntunan para Bapa Gerejalah yang membuat Gereja Katolik mempunyai kesatuan pengajaran. Jika tidak, terdapat banyak interpretasi, seperti contohnya saja, interpretasi Why 12 ini menurut salah satu pembaca situs ini, silakan klik, yang juga mewakili salah satu interpretasi Kristen non- Katolik, tetapi interpretasinya juga tidak sama dengan interpretasi anda.

      Anda beranggapan bahwa seolah- olah ‘pencerahan oleh Roh Kudus’ baru terjadi sekitar abad ke- 16. Sedangkan kami umat Katolik percaya bahwa Kristus tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya, apalagi meninggalkannya sampai 16 abad, dan membiarkannya ‘tersesat’. Sebab kami percaya akan janji Kristus ini, “…Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku) dan alam maut tidak akan menguasainya…. dan ketahuilah, Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 16:18; 28:20)

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan untuk menanggapi komentar anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Syalom Sabda Space,

      Saya ingin memberi beberapa tanggapan dari pernyataan anda :

      “Kita sangat bersyukur sekali bahwa dalam Reformasi besar-besaran kepada para PENGUASA LALIM di daratan Eropa abad 16, salah satu dampak baiknya warisan kebebasan membaca Kitab Suci dan memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus beserta para rasul murid-Nya”

      Tanggapan :
      1.Pernakah anda berpikir bahwa reformasi gereja yang besar – besaran menyebabkan denominasi kristen mencapai 30000 gereja yang dimana masing – masing gereja memiliki teologi yang berbeda dan bahkan berebut umat antara yang satu dengan yang lain ( seperti diadu domba ) ?
      2.Coba tanyakan teologi tentang babtis percik, selam, siram kepada gereja anda ? Saya akan tanyakan pendeta di tempat saya bekerja pasti akan terjadi perdebatan.
      3.Pernakah anda berpikir PENGUASA LALIM itu diberi tuntuntan oleh TUHAN untuk tetap mempersatukan gerejanya sejak didirikan oleh Yesus sendiri ?
      4.Menurut saya, sebelum anda menafsirkan alkitab berdasarkan pengertian anda sendiri, alangkah lebih baiknya kalau anda membandingkan tafsiran itu dengan 33000 denominasi gereja yang lain dulu.

      Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA

    • Saudara SabdaSpace.com Adanya Alkitab seperti sekarang ini adalah berkat jasa Gereja (para pemimpinnya). Penulis kitab-kitab Perjanjian Baru dan tokoh Gerejalah yang juga mengumpulkan kitab-kitab perjanjian lama itu. Gereja ada dulu, baru kemudian orang-orang itu mengurus kitab-kitab yg mendukung iman mereka akan Kristus. Jangan dibalik. Jadi, siapa yang bisa menafsirkan secara paling tepat? Pastilah penulis dan pengumpul kitab-kitab itu, yaitu para pejabat Gereja waktu itu yang tafsirannya diwariskan ke generasi pemimpin Gereja selanjutnya sejak Paus I hingga paus yang sekarang ke 265 dst tanpa berubah . Apakah Anda tahu mengapa Kitab Wahyu ditulis oleh penulisnya? Untuk apa kitab itu ditulis? Duluan mana adanya, Kitab Wahyu atau penulisnya ? Tentu penulisnya yang lebih dulu mengimani Kristus sebelum menulis Kitab Wahyu? Saya kira Anda harus lebih banyak belajar dan tidak menginterpertasi Alkitab semau sendiri. Saya doakan Anda tenang dan damai sehingga belajar serta tahu bahwa selama 4 abad pertama, Gereja melaju tanpa Alkitab utuh seperti sekarang ini. Jadi, Gereja maju dengan pertama-tama tradisi apostolik, liturgi dan hidup Gereja. Saya sebelumnya berpendapat seperti Anda. Namun kini dengan internet dan website ini, saya tahu sebenarnya bahwa Alkitab ada dalam Gereja, dan tokoh Gerejalah yang mengumpulkan PL serta menulis PB. Gereja (yang satu, kudus, katolik, apostolik) itu ada lebih dulu. Rumusan syahadat sudah ada sebelum Alkitab selesai dibendel. Gerejalah yg mengumpulkan kitab-kitab Perjanjian Lama itu dan menulis Perjanjian Baru. Kami orang Katolik pun bersyukur bahwa ada internet dan alat-alat canggih ini, termasuk website ini, sehingga kebenaran yang sebenarnya dari ajaran Katolik menjadi lebih terang benderang. Saya secara pribadi selalu mendorong saudara-saudara saya Katolik dan Saudara-Saudara protestan agar belajar sejarah. Walaupun saya awam, namun saya kini jadi berani menjawab keberatan protestan dan fundamentalis setelah ada Pak Stef dan Bu Ingrid yang mengelola website ini. Terima kasih Pak Stef dan Bu Ingrid. Terima kasih pula telah ada teknologi digital Alkitab yang membuat kita makin mampu belajar jauh lebih cepat dan banyak daripada era sebelumnya. Salam saya: Isa Inigo

  3. Shalom Ibu Ingrid,

    Pertanyaan saya agak menyimpang dari topik bahasan kita, tetapi ibu menuliskan dibawah ini:

    Perlu juga diketahui bahwa kitab Wahyu dalam bentuk aslinya tidak diberikan terbagi- bagi menjadi bab- bab dan notasi ayat- ayat, seperti yang kita ketahui sekarang; melainkan kitab itu dituliskan sebagai satu kesatuan narasi.
    —————————–

    Boleh tanya sejak kapan kitab2 terbagi menjadi bab2 dan notasi ayat2? Siapakah yang melakukan pembagian itu?

    Salam Kasih

    • Shalom Dela,
      Pembagian bab dalam Kitab Suci pertama kali dilakukan oleh Stephen Langton (1150-1228), seorang terpelajar dari Inggris yang kemudian menjadi Uskup Agung Canterbury. Langton juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam pembuatan dokumen pemerintah Inggris yang dikenal dengan nama Magna Charta. Sedangkan pembagian bab pada Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani dilakukan oleh Rabbi Nathan (1448). Selanjutnya, pembagian ayat- ayat dalam Kitab Suci dilakukan oleh Robert Estienne, seorang pencetak berkebangsaan Perancis (1503- 1559), yang dikenal dengan nama Latinnya, Stephanus.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Salam damai sdr Stef dan Inggrid,

    Setelah membaca dan merenungkan kitab Wahyu, dan dibantu oleh artikel artikel di http://www.katolisitas.org saya berkesimpulan bahwa sebenarnya kitab Wahyu ini lebih banyak berisi kejadian kejadian yang sudah tergenapi tetapi disampaikan dalam gaya bahasa kiasan. Benarkah demikian? kalau benar, mengapakah St Yohanes menuliskan kitab ini dalam gaya bahasa yang demikian?Apa yang melatar belakanginya? dan mengapa oleh sebagian besar kalangan protestan mengatakan bahwa kitab ini termasuk yang akan terjadi?apakah karena judulnya adalah Wahyu dianggap sebagai”pewahyuan” yang akan datang?
    Mohon pencerahanya dan selamat memasuki Pekan Suci semoga kita bisa memetik buah buah Kebangkitan Kristus.
    Terimakasih,
    Johanes

    • Shalom Johanes,

      Ya, memang dapat dikatakan bahwa sebagian dari Kitab Wahyu merupakan suatu penggambaran simbolis kejadian yang sudah terjadi. Walaupun demikian, bukan berarti semua yang dituliskan merupakan kejadian yang sudah terjadi, sebab ada banyak bagian dalam Kitab Wahyu menggambarkan juga keadaan Yerusalem surgawi. Oleh sebab itu, banyak komentator menginterpretasikan Kitab Wahyu sebagai penggambaran allegoris dari Perayaan Ekaristi/ Misa Kudus, yang memang merupakan penggambaran Perjamuan Anak Domba, di samping penggambaran keadaan di akhir jaman.

      Jika anda tertarik untuk mendalami makna Kitab Wahyu, silakan anda membaca buku The Lamb Supper karangan Scott Hahn, yang kalau tidak salah juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Di buku itu dijabarkan bagaimana simbolisasi yang ada di Kitab Wahyu mengacu kepada elemen, kejadian, pelaku, dan doa-doa yang terdapat dalam Misa Kudus. Sungguh, pemahaman ini akan membantu kita lebih menghayati makna Misa Kudus.

      Jika anda bertanya, mengapa Rasul Yohanes menggunakan bahasa simbolis penuh dengan lambang- lambang untuk menyampaikan kitabnya ini, maka kemungkinan besar adalah karena kitab ini ditulis pada masa pembuangannya di pulai Patmos di masa pemerintahan Kaisar Domitian (81-96), seperti yang disampaikan oleh Eusebius (Church History III.13.1). Karena pada saat itu terdapat penindasan terhadap umat Kristen, maka terdapat kemungkinan Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu dengan menggunakan lambang- lambang agar pesannya dapat sampai kepada umat Kristen, tanpa mengundang kecurigaan pihak pemerintah Roma, karena mereka dapat menganggapnya sebagai karya sastra. Namun tentu, bagi umat Kristiani apa yang disampaikan oleh Rasul Yohanes tidak melulu karya literatur manusia, sebab di dalamnya sarat dengan simbol- simbol yang dapat mengacu kepada kejadian yang sungguh- sungguh terjadi dan menyangkut kepada pribadi- pribadi yang nyata dalam sejarah keselamatan manusia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  5. Syukur kepada Allah atas kesabaran bu Inggrid dalam memberi jawab setiap ketidak-percayaan saudara-saudari kita dari gereja protestan.
    Selamat berkarya dalam mempersiapkan Hari Raya Paska

    yang selalu berdosa,
    yohanes yp

  6. Dari ‘riset’ yang saya lakukan, saya menemukan bahwa wanita yang dimaksud di dalam narasi ini adalah gereja mula-mula….dst
    ……Jadi klaim Katolik yg mengatakan wanita dalam Wahyu 12 terbantahkan. (Tristan said)

    Komentar:
    Mengapa sdri bersusah susah mengadakan survey dan riset mengenai perikop ini(wahyu 12)?yang akhirnya sdri menghasilkan kesimpulan yang pribadi yang didukung oleh segelintir pendapat dari yang mendukung sementara di satu sisi sdri mengacuhkan pendapat umum yang diterima secara universal dari pengajaran Bapa2 Gereja?Apalagi kalau sampai sdri mengkaitkan antara lambang dua gereja yg sdri sebut dengan sayap burung nazar…Saya cuma berpikir, apakah sdri nantinya akan mengaitkannya juga dengan lambang sayap burung garuda Pancasila yang jumlah bulunya 17?semoga tidak….
    Saran:
    akan lebih berguna kalau sdri mengadakan riset terhadap tulisan2 Bapa Gereja dari berbagai jaman yang sekaligus akan menghubungkan sdri dengan Gereja mula2. Sebab dari tulisan sdri sepertinya sdri cuma mengetahui bahwa wanita itu adalah Bunda Maria. Sementara Gereja Katolik mengajarkan bahwa wanita itu adalah Maria dan Gereja sendiri. Jadi sdri sama sekali tidak mengerti ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya. Untuk mengetahui ajaran Katolik tentang Wahyu 12 ini silahkan sdri membaca buku :”Perempuan itu Maria?”Pengarangnya saya lupa(mungkin Oerip,Pr atau Soerip.Pr-maaf-) (ada di Gramedia) Tentunya penjelasan di atas oleh sdri Inggrid juga sangat baik.

    Mari sdri , kita menjadi agen agen persatuan tubuh mistik Yesus, bukan sebaliknya memecah belah Gereja dengan segala pendapat pribadi apalagi menjudge dengan kalimat tulisan sdri bahwa ajaran Gereja Katolik ttg wahyu 12 “terbantahkan” sementara sdri tidak tahu yang sebenarnya. memang ya….,semenjak adam dan hawa dosa dosa” pemberontakan “bersemi dalam kehidupan semua keturunan mereka. Semoga doa Yesus segera terwujud supaya semua muridnya menjadi satu.Tuhan, jauhkan kami dari dosa kesombongan iman. Amin

  7. Perempuan bersayap burung nasar – Wanita dalam WAHYU 12 Bukan Maria

    (13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun….. [diedit]

    Tristan

    [dari Katolisitas: pertanyaan ini diedit, karena selengkapnya sudah ditampilkan dan dijawab di atas, silakan klik]

    • Salam damai sejahtera

      Dear katolisitas

      Apakah Padang gurun yang dimaksud dalam Wahyu 12 : 14 berada di bumi ?

      Jika padang gurun yang dimaksud ada di bumi pasti iblis masih bisa mencapainya,sebab iblis sudah dicampakkan ke bumi (Wahyu 12 : 13)

      Bagaimana pendapat anda ?

      Salam
      Mac

      • Shalom Machmud,

        Berikut ini adalah interpretasi yang disetujui oleh Gereja Katolik tentang Wahyu 12:14:

        1. Dengan arti literal yang menginterpretasikan bahwa perempuan itu adalah Bunda Maria, maka padang gurun tersebut dapat diartikan secara literal sebagai gurun di Mesir (Mat 2:13-15) pada saat Bunda Maria bersama St. Yosef dan bayi Yesus mengungsi ke sana untuk menghindari pembunuhan bayi oleh Raja Herodes.

        2. Masih dengan interpretasi bahwa perempuan itu adalah Bunda Maria dan sayap yang melindunginya sebagai perlindungan ilahi atasnya dari segala dosa, maka padang gurun yang telah dipersiapkan Allah tersebut dapat pula diartikan sebagai tempat tertentu di sorga, sehingga memang ayat ini dipakai sebagai gambaran bahwa Bunda Maria diangkat oleh Tuhan ke surga.

        3. Jika perempuan itu diinterpretasikan secara simbolis sebagai Gereja/ jemaat Allah, maka padang gurun ini diartikan juga secara simbolis sebagai tempat/ keadaan di mana Gereja akan mengalami masa pemurnian; di mana Gereja sendiri akan dilindungi oleh Allah. Karena diinterpretasikan secara simbolis, maka tidak mengacu kepada tempat tertentu di dunia.

        Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga berguna.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

    • Agar kami tidak salah paham, mohon dapat dijelaskan makna penafsiran literal dan alegoris. Apakah seluruh teks kitab suci dapat ditafsirkan sekaligus secara literal dan alegoris?

      • Shalom Herman Jay,

        Saya pernah menuliskan tentang Empat Prinsip dalam menginterpretasikan Kitab Suci di sini, silakan klik. Semoga artikel tersebut dapat menjawab pertanyaan anda.

        Prinsipnya Gereja Katolik selalu berpegang kepada arti literalnya dahulu, baru kepada arti rohani yang lain yang mungkin ingin disampaikan oleh ayat- ayat tersebut. Jadi arti rohaniah selalu timbul atas dasar arti harafiah. Tidak semua ayat dalam KS dapat mempunyai ke- empat prinsip tersebut, namun ada banyak dari ayat- ayat Kitab Suci dapat diinterpretasikan secara demikian.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.