Berikut ini adalah beberapa tanya jawab tentang bahasa roh:
Sepanjang pengetahuan saya, memang Gereja Katolik belum mengeluarkan dokumen resmi yang mengajarkan mengenai bahasa Roh ini, walaupun pengajaran tentang Roh Kudus bukan merupakan sesuatu yang asing bagi kita, dan banyak terdapat dalam Kitab Suci. Salah satu pengajaran penting dari Magisterium tentang peran Roh Kudus terdapat dalam surat ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang berjudul, Dominum et Vivificantem (Roh Kudus di dalam kehidupan Gereja dan dunia). Dokumen tersebut membahas tentang peran utama Roh Kudus, yaitu untuk: 1) menginsyafkan dunia akan dosa, meyakinkan tentang kebenaran dan penghakiman (lih. Yoh 16:8) dan 2) memberikan kehidupan ilahi kepada kita dan menjadikan kita anak-anak angkat Allah (lih. Gal 4:6, Rom 5:5, 2 Kor 1:22; Rom 8:15). Mengenai yang terakhir ini kita alami pada waktu Baptisan dan selanjutnya di dalam sakramen-sakramen Gereja, sedangkan hal menginsyafkan akan dosa, kebenaran dan penghakiman ini, dapat kita alami sepanjang kehidupan kita di dunia.
Maka, pemberian karunia bahasa Roh, menurut ajaran Gereja Katolik, tidak terlepas dari misi Roh Kudus ini. Bahwa karunia berdoa dalam bahasa Roh yang otentik harus disertai juga dengan pertobatan, dan penghayatan akan kehidupan ilahi yang Tuhan berikan kepada kita melalui sakramen-sakramen.
1. Apakah tanda seseorang mendapatkan karunia berdoa dalam bahasa Roh?
Saya harus dengan jujur mengatakan bahwa karunia bahasa Roh ini lebih mudah dijelaskan kalau sudah pernah dialami. Sebab jika belum mengalami, maka akan sulit untuk menjabarkannya dengan kata-kata. Namun yang pasti ada beberapa prinsip yang berkaitan dengan karunia bahasa Roh ini.
a) Umumnya karunia ini diberikan pada saat/ setelah orang tersebut bertobat dan mempunyai komitmen yang baru untuk percaya dan berserah secara total kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya.
b) Karunia berdoa di dalam Roh ini merupakan pemenuhan janji Rom 8:26, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”
Oleh dorongan Roh Kudus, seseorang yang mendapat karunia bahasa Roh akan dapat berdoa dengan cara yang baru, yang tidak pernah dikenalnya sebelumnya. Pada saat ia memusatkan hati memuji Allah dan membuka mulutnya, maka ia akan mengeluarkan “keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” yang melibatkan pergerakan lidahnya, sehingga bahasa Roh kadang juga disebut bahasa lidah. Inilah yang dikenal dengan berdoa dengan bahasa Roh, di mana Roh Kudus sendiri yang membantunya berdoa.
c) Buah dari bahasa Roh ini adalah sesuai dengan buah Roh Kudus yang dijanjikan, yaitu, kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22). Maka pengalaman pada saat orang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh, pertama-tama adalah pengalaman akan kasih Tuhan, yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, dengan suka cita dan damai sejahtera yang melimpah.
d) Seseorang yang mendapat karunia berdoa dalam bahasa Roh ini dapat menggunakannya pada saat ia berdoa, namun ia mempunyai kuasa untuk menggunakannya atau tidak, ataupun mengendalikannya. Jadi bukan seperti orang ‘kesurupan’ di mana ucapan-ucapan menjadi tidak terkendali.
e) Umumnya seseorang dapat memperoleh karunia bahasa Roh dalam pertemuan doa yang dikenal dalam Seminar Hidup dalam Roh Kudus (SHDR), namun tidak menutup kemungkinan diperolehnya karunia ini dalam doa pribadi, doa rosario, maupun pada saat mendoakan Ibadat Harian, seperti yang pernah dialami oleh Fr. Raniero Cantalamessa, pengkhotbah kepausan di Roma, dan pada saat membaca dan merenungkan Kitab Suci, seperti yang dialami oleh Mother Angelica, pendiri EWTN (Eternal Word Television Network), atau saat berdoa Adorasi di hadapan sakramen Maha Kudus, seperti yang dialami oleh beberapa mahasiswa Katolik pertama yang menerima karunia Roh Kudus tersebut dalam ‘Duquesne weekend’ di tahun 1967.
f) Namun apapun caranya, akibat yang dialami dari orang yang menerima karunia bahasa Roh, adalah pengalaman dikasihi oleh Allah dan semangat yang luar biasa untuk membalas kasih-Nya, kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidupnya dan membina hubungan yang pribadi dengan-Nya. Pengalaman rohani ini mendorongnya untuk selalu selalu bertobat dan memperbaiki diri, dan melakukannya dengan senang hati. Selanjutnya, ada yang terinsiprasi untuk membaca Kitab Suci, mempelajari tulisan para Bapa Gereja, dan mempelajari imannya karena didorong oleh keinginan yang besar untuk semakin mengenal Allah dan Kebenaran-Nya. Ada pula yang terdorong untuk semakin memberikan komitmen dalam doa pribadi dan doa syafaat bagi orang lain, melibatkan diri dalam komunitas kerasulan awam, semakin menghayati misteri kasih Allah di dalam sakramen- sakramen dan sebagainya.
2. Ada orang yang berdoa dengan keras dengan bahasa tak dikenal. Apakah itu bahasa Roh? Bagaimana menafsirkan?
Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Agaknya sulit untuk menentukan, sebab terdapat beberapa faktor yang menentukan. Mungkin sebaiknya kita melihat kepada Alkitab untuk menyikapinya. Walaupun tidak secara eksplisit dibedakan, namun Alkitab menuliskan setidaknya terdapat perbedaan perwujudan doa dalam bahasa Roh ini:
a) merupakan doa pribadi, di mana Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan yang tak terucapkan (Rom 8:26). Jadi dalam hal ini, keluhan yang tak terucapkan tersebut merupakan bentuk doa pribadi, sehingga tidak memerlukan interpretasi untuk diketahui orang lain. Menurut pandangan saya, jika didoakan bersama dalam satu kesatuan/harmoni, bentuk doa ini, walau tidak diinterpretasikan, tetap terdengar indah.
b) merupakan perkataan dalam bahasa lain (salah satu bahasa di dunia), yang sebelumnya tidak diketahui oleh sang pembicara, yang dapat dimengerti oleh yang mendengarkannya, karena sesuai dengan bahasa yang dipergunakan oleh negara asal pendengar (lih. Kis 2:7-11).
c) merupakan perkataan dalam bahasa yang bukan merupakan salah satu bahasa di dunia, yang diucapkan kepada jemaat sebagai nubuat. Bahasa Roh ini memerlukan interpretasi, entah dari orang yang mengatakannya atau dari orang lain, dengan maksud membangun umat (lih. 1 Kor 14:5, 13), sebab tanpa interpretasi maka umat yang hadir tidak mengerti akan apa yang sedang dibicarakan. Untuk maksud inilah Rasul Paulus berkata, dalam pertemuan umat, setidaknya dua atau tiga mengucapkan doa bahasa Roh, dan dilanjutkan dengan interpretasinya (lih. 1 Kor 14: 27, 29).
Kebanyakan dalam pertemuan doa Karismatik Katolik, yang umum dilakukan adalah bentuk yang pertama (point a., berdoa pribadi dalam bahasa Roh bersama-sama) dan tak banyak persekutuan doa yang juga menyampaikan bentuk doa yang ketiga (point.c). Menurut pandangan saya, jika didoakan bersama dalam satu kesatuan/harmoni, berdoa bersama dalam bahasa Roh ini walau tidak diinterpretasikan, tetap terdengar indah (terutama jika didukung oleh tim musik ). Namun, jika ada orang yang kemudian mengucapkannya dengan keras di hadapan jemaat, yang dikenal juga dengan istilah “speaking in tongue”/ berbicara di dalam Roh untuk menyampaikan pesan Allah, maka dapat dimengerti bahwa hal ini baru dapat membangun keseluruhan umat jika ada yang menginterpretasikannya.
Jika tidak ada yang menginterpretasikan bahasa Roh ini, menurut Rasul Paulus, lebih baik digunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh semua orang, untuk membangun iman umat yang hadir (lih. 1Kor 14:19). Oleh karena itu, memang Rasul Paulus mendorong agar ibadat bahasa roh ini diadakan dengan tertib (lih. 1 Kor 14:33, 40). Maksudnya di sini, jangan sampai di pertemuan jemaat orang saling berbicara keras, yang melibatkan lebih dari tiga nubuatan dalam bahasa Roh namun tidak ada yang menginterpretasikannya.
Penafsiran bahasa Roh ini bukan suatu ilmu yang bisa dipelajari, namun merupakan karunia Tuhan. Karunia menafsirkan bahasa Roh ini dihubungkan dengan karunia bernubuat (lih. 1 Kor 12:10; 14:5). Rasul Paulus berkata, “Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang berkata-kata dalam bahasa Roh.” (1Kor 14:39)
3. Bagaimana meyakinkan bahwa bahasa Roh tersebut berasal dari Allah?
Yesus mengajarkan agar kita menilai baik dan buruknya suatu pohon dari buahnya (Mat 12:33). Maka khusus mengenai bahasa Roh ini, kita menilainya buahnya dari:
a) Jika karunia bahasa Roh tersebut memberikan pertobatan sejati yang terus menerus dalam kehidupan orang tersebut.
b) Jika karunia bahasa Roh tersebut menghasilkan buah yang baik sesuai dengan pengajaran Alkitab: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (lih. Gal 5:22)
c) Jika karunia tersebut menjadikan orang tersebut semakin rendah hati untuk bertumbuh di dalam iman dan pengenalannya akan Allah, dan untuk menggunakan karunia yang diberikan oleh Roh Kudus itu untuk membangun umat. Bagi umat Katolik, maka sikap kerendahan hati juga diwujudkan ketaatan kepada pihak otoritas Gereja Katolik.
Berikut ini adalah pengajaran Magisterium yang terdapat dalam Lumen Gentium 12:
“Selain itu Roh Kudus juga tidak hanya menyucikan dan membimbing Umat Allah melalui sakramen-sakramen serta pelayanan-pelayanan, dan menghiasnya dengan keutamaan-keutamaan saja. Melainkan Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat menyolok, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja; maka hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaannya yang sepantasnya, termasuk wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. (… but judgment as to their genuinity and proper use belongs to those who are appointed leaders in the Church). Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).”
d) Selanjutnya untuk memeriksa keotentikan karunia nubuat, ialah: nubuat itu harus sesuai dengan Alkitab dan yang diajarkan oleh Gereja Katolik, sebab Roh Kudus tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah pernah diwahyukan-Nya kepada Gereja.
e) jika nubuat yang disampaikan bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Gereja, apalagi kemudian tidak terbukti, maka dapat dikatakan itu bukan dari Roh Kudus.
4. Dari point 1-3 di atas, maka saya telah menyampaikan secara ringkas tentang bahasa Roh; semoga berguna bagi anda.
Selanjutnya tentang karismatik, mungkin dapat kami uraikan lebih lanjut dalam artikel terpisah. Mohon kesabarannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Shalom bu Inggrid.
Apakah betul Bahasa Roh itu sama dengan glossolali (maaf tulisan yg benar bgmn?)?
Membaca 1 Korintus 12: 10 di Alkitab edisi Bahasa Indonesia Masa Kini, mengapa kalimat Bahasa Roh diganti dengan “bahasa yang ajaib” ?
Terima kasih sebelumnya.
Shalom Martinus Kds,
Harus diakui, bahwa dalam penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa sehari-hari, dapat terjadi adanya pemilihan kata yang tidak sama persis sebagai terjemahan dari bahasa aslinya. Hal ini terjadi tidak saja dalam terjemahan ke bahasa Indonesia sehari-hari, tetapi juga dalam bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris sehari-hari.
Oleh karena itu, jika kita ingin mengetahui ke makna asli dari suatu ayat, yang harus kita lihat adalah terjemahan ke bahasa resminya, dan juga bahasa aslinya. Untuk ayat 1 Kor 12:10, yang disebut di sana adalah “various kinds of tongue (glossa)”. Jika melihat ke kamus Yunani, kata ‘glossa‘ tersebut memang dapat diterjemahkan sebagai bahasa lidah (bahasa roh), ataupun bahasa yang tidak natural. Maka mungkin atas dasar ini, dalam Alkitab IBIS diterjemahkan menjadi ‘bahasa yang ajaib’.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
He3x…….saya juga bisa bahasa roh/lidah kok……..sy dapat bahasa roh krn tekun dan fokus doa pada Yesus……..
2 ato 3 orang lebih berkumpul berdoa pujian penyembahan maka niscsya Tuhan akan mengkaruniakan bahasa roh itu diantara mereka. Namun sayangnya saya sendiri tidak mengerti maknanya. Dan pd umumnya sulit ato tidak dpt memaknainya diantara mereka yg berkumpul.
[Dari Katolisitas: Jika berpegang pada perkataan Rasul Paulus dalam 1 Kor 14:14, maka memang kita tidak dapat menangkap dengan akal budi kita, jika kita berdoa dalam bahasa roh. Itulah sebabnya Rasul Paulus tetap menganjurkan agar kita selain berdoa dalam bahasa roh, juga berdoa dengan akal budi, yaitu dengan menyanyi, ataupun memuji Tuhan dengan cara yang dipahami oleh akal budi.]
Saya org khatolik,pa bnar org khatolik punya bhasa roh sndri?
Apkah d bnarkan pa bila da seseorang khatolik blajar bhsa roh d grja laen(slaen khatolik)?
N apkah cra org khatolik mengusir roh halus yg berusaha mengganggu,dan dgn d0a apkah? ?
M0h0n d jwb ,thank’s
Salam, Vinsensius
Gereja Katolik mengimani bahwa Kristus berkarya dengan kuasa Roh Kudus pertama-tama melalui Gereja Katolik. Namun, Allah juga bebas berkarya diluar Gereja Katolik sesuai kebijaksanaanNya, termasuk di gereja-gereja non-Katolik. Bahasa Roh adalah salah satu dari sekian banyak karunia Roh Kudus yang tergolong Karunia Karismatis. Diatas karunia karismatis, ada karunia yang lebih penting bagi keselamatan jiwa, yakni Sapta Karunia Roh Kudus. Sapta Karunia Roh Kudus mengubah jiwa manusia menjadi jiwa yang berkenan pada Allah, sekalipun tidak mendapat karunia bahasa Roh. Mengenai Karunia Roh Kudus dan Manfaatnya dapat anda lihat dalam artikel ini – silakan klik.
Sekarang, mari kita melihat pertanyaan anda :
1. Apakah Orang Katolik memiliki Bahasa Roh sendiri?
Bahasa Roh adalah karunia dari Roh Kudus, sekalipun bermanifestasi dalam wujud yang beragam. Artinya, sekalipun bentuk bahasa Roh terdengar beragam, hanya ada satu sumber karunia bahasa Roh, yakni Roh Kudus. Umat Katolik tidak memiliki bahasa Roh “versi” Katolik, melainkan bahasa Roh dari Roh Kudus dalam bentuk apapun itu. Bahkan, sebenarnya bahasa Roh bukan klaim eksklusif golongan atau gereja tertentu saja, melainkan milik Allah. Kita tahu bahwa bahasa Roh sudah muncul sejak awal kelahiran Gereja, dimulai dari Para Rasul.
Yang menarik disimak di sini adalah perkembangan yang terjadi setelah jaman para rasul. Montanus (135-177), adalah seorang yang dikenal sebagai pelopor karunia bahasa Roh pertama di abad ke-2, dengan menekankan adanya karunia nubuat. Ia menekankan bahasa roh dan kehidupan asketisme (mati raga) yang ketat; dan ia mengklaim sebagai penerima wahyu Tuhan secara langsung, sehingga membahasakan diri sebagai orang pertama dalam nubuat-nubuatnya, seolah- olah ia sendiri adalah Tuhan. Gerakan Montanism ini akhirnya memecah Gereja di Ancyra menjadi dua; dan karena itu Uskup Apollinarius menyatakan bahwa nubuat Montanus adalah palsu (Eusebius 5.16.4) Gerakan Montanus akhirnya ditolak oleh para pemimpin Gereja.
Montanus dan para pengikutnya lalu memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja yang ada pada saat itu. Oleh karena itu, tak mengherankan bahwa para Bapa Gereja pada abad-abad awal menekankan agar jemaat tunduk pada pengajaran para uskup yang adalah para penerus Rasul; dan mereka relatif tidak terlalu menekankan karunia bahasa roh [kemungkinan mengingat bahwa hal itu faktanya dapat menimbulkan perpecahan]. St. Policarpus (69-159) yang hidup di jaman Rasul Yohanes, tidak menyebutkan tentang bahasa roh, demikian pula St. Yustinus Martir (110-165). St. Irenaeus (120-202) hanya menyebutkan secara sekilas dalam tulisannya Against Heresies. Selanjutnya karunia bahasa roh ini disebutkan dalam tulisan-tulisan St. Hilarius dari Poitiers (300-367) dan St. Ambrosius (340-397), walaupun tidak dikatakan secara eksplisit bahwa mereka mengalaminya. Juga pada masa itu, seorang pertapa Mesir, Pachomius (292-348) dilaporkan memperoleh karunia bahasa roh, yang disebut sebagai “bahasa malaikat”, dan di suatu kesempatan dapat menguasai bahasa Yunani dan Latin yang tidak dipelajarinya terlebih dahulu.
Namun sejak abad ke-3, dengan matinya sekte Montanus dan relatif urungnya para Bapa Gereja untuk mengekspos tentang bahasa roh, maka bahasa roh tidak lagi menjadi praktek yang umum di dalam Gereja. Beberapa Bapa Gereja yang tergolong skeptis tentang bahasa roh di antaranya adalah Eusebius (260–340) dan Origen (185–254). St. Krisostomus (344-407), uskup Konstantinopel dalam homilinya kepada jemaat di Korintus (lih. Homilies on First Corinthians, xxix, 1, NPNF2, v. 12, p. 168), mempertanyakannya, mengapa karunia bahasa roh tidak lagi terjadi di dalam Gereja; dan selanjutnya mengatakan bahwa di antara karunia- karunia Roh Kudus yang disebutkan di 1 Kor 12:18, karunia bahasa roh menempati tingkatan yang ter-rendah (Homily xxxii, NPNF2, v. 12, p. 187).
Selanjutnya, St. Agustinus (354-430) memberikan pengajaran demikian tentang bahasa roh, dan prinsip inilah yang kemudian dipegang oleh Gereja untuk tujuh ratus tahun berikutnya:
“Pada awal mula, Roh Kudus turun atas mereka yang percaya: dan mereka berkata-kata dalam bahasa lidah (bahasa roh) yang tidak mereka pelajari, yang diberikan oleh Roh Kudus untuk mereka ucapkan. Ini adalah tanda- tanda yang diberikan pada saat di mana diperlukan bahasa roh untuk membuktikan adanya Roh Kudus di dalam semua bahasa bangsa-bangsa di seluruh dunia. Hal itu dilakukan sebagai sebuah bukti dan [kini] telah berlalu…. Sebab siapa yang di masa sekarang ini yang menerima penumpangan tangan berharap bahwa saat mereka menerima Roh Kudus juga akan dapat berkata- kata dalam bahasa roh?” (Homilies on 1 John VI 10; NPNF2, v. 7, pp. 497-498).
“… Bahkan sekarang Roh Kudus diterima, namun tak seorangpun berkata- kata dalam bahasa semua bangsa, sebab Gereja sendiri telah berbicara dalam bahasa semua bangsa: sebab barangsiapa tidak di dalam Gereja tidak menerima Roh Kudus.” (The Gospel of John, Tractate 32).
Maka menurut St. Agustinus, bahasa roh adalah kemurahan khusus di jaman apostolik demi kepentingan evangelisasi, yang tidak lagi terjadi di saat itu. Paus Leo I Agung (440-461) mendukung pandangan St. Agustinus. Maka setelah kepemimpinannya sampai abad ke- 12, tidak ada literatur yang menyebutkan tentang bahasa roh.
Namun demikian, walaupun tidak umum, beberapa kejadian sehubungan dengan bahasa roh terjadi di dalam kehidupan beberapa orang kudus. Seorang biarawati Benediktin St. Hildegard dari Bingen (1098 – 1179) dilaporkan menyanyikan kidung dengan bahasa yang tidak diketahui yang disebutnya sebagai “konser Roh”. Sekitar seratus tahun kemudian St. Dominic (1221) kelahiran Spanyol dilaporkan dapat berbicara dalam bahasa Jerman setelah berdoa dengan khusuk. St. Antonius dari Padua (wafat 1231) menuliskan tentang pengalaman rohaninya bahwa lidahnya menjadi pena Roh Kudus. Demikian pula St. Joachim dari Fiore (1132-1202) yang memulai kebangunan rohani yang mempengaruhi masa akhir Abad Pertengahan.
St. Thomas Aquinas (1247) menyinggung tentang bahasa roh dalam bukunya Summa Theology (ST II-II, q.176, a.1&2), dan mengutip kembali pengajaran St. Agustinus. St. Thomas mengatakan bahwa pada awalnya memang diberikan karunia bahasa roh kepada para rasul, agar mereka dapat menjalankan tugas mereka untuk mewartakan Kabar Gembira kepada segala bangsa. Sebab tidaklah layak bagi mereka yang diutus untuk mengajar orang lain harus diajar terlebih dahulu oleh orang lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah lebih tinggi daripada karunia bahasa roh (lih. 1Kor 14:5).
Setelah sekitar seabad berlalu, St. Vincentius Ferrer (1350) dicatat telah berbicara dalam bahasa roh. Di Genoa, para pendengarnya yang terdiri dari bangsa yang berbeda- beda, dapat mendengarnya bicara dalam bahasa mereka. Setelah ditanyakan tentang hal ini, St. Vincent menjawab, “Kamu semua salah, dan [sekaligus] benar, sahabat- sahabatku,” katanya dengan senyum, “Saya berbicara dalam bahasa Valencian, bahasa ibu saya, sebab selain Latin dan sedikit bahasa Ibrani, saya tidak mengenal bahasa Spanyol. Adalah Tuhan yang baik, yang membuat perkataan saya dapat kamu mengerti.” Hal ini adalah salah satu yang diuji dalam proses kanonisasi St. Vincentius, dan dinyatakan benar oleh lebih dari 100 orang saksi …. (Angel of the Judgment: A Life of St. Vincent Ferrer, 1953, p. 137-138). Selain dari bahasa roh, St. Vincent dapat (tentu hanya karena rahmat Tuhan) menyembuhkan orang buta, tuli, lumpuh dan mengusir setan pada orang- orang yang kerasukan; dan juga membangkitkan beberapa orang dari kematian. Mukjizat-mukjizat publiknya ini mencapai ribuan.
Di abad ke-16 kejadian-kejadian serupa termasuk berkata- kata dalam bahasa roh dicatat dalam kehidupan dua orang Santo, yaitu St. Fransiskus Xavier dan St. Louis Bertrand (Kelsey, p. 50). Selanjutnya, beberapa orang mistik seperti St. Yohanes dari Avila (1500 – 1569), St. Teresa dari Avila (1515 – 1582), St. Yohanes Salib (1542 – 1591) dan St. Ignatius Loyola (1491-1556), menulis tentang banyaknya pengalaman rohani yang mereka alami, termasuk bahasa roh. (Laurentin. pp 138-142).
Selanjutnya, di abad 19-20, kita mengetahui bahwa St. Padre Pio (1887-1968) juga mempunyai berbagai karunia Roh Kudus dan juga karunia khusus lainnya seperti karunia nubuat, mukjizat, menyembuhkan, membeda- bedakan roh, membaca pikiran/ hati orang lain, karunia dapat mempertobatkan orang, karunia bilocation, dan termasuk juga karunia bahasa roh.
Pada dasarnya, karunia karismatis, termasuk bahasa Roh, harus diuji terlebih dahulu buahnya sehingga kita bisa mengetahui apakah karunia tersebut benar-benar berasal dari Allah (1 Tes 5:21). Bila buah yang dihasilkan mengarahkan hidup penerima karunia menuju pertobatan dan cinta pada Allah & sesama, karunia tersebut dapat kita yakini berasal dari Allah (Mat 7:17).
2. Apakah Dibenarkan Seorang Katolik Belajar Bahasa Roh di Gereja Lain?
Pertama, perlu kita sadari terlebih dahulu bahwa bahasa Roh bukanlah suatu “kemampuan” yang dapat “dipelajari”, melainkan karunia semata yang diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Seseorang tidak dapat “belajar” bahasa Roh. Kepada seorang diberikan satu karunia, kepada yang lain diberikan karunia yang lain (1 Kor 12:7-12). Setiap karunia karismatik diberikan untuk pelayanan Gereja, yang adalah Tubuh Kristus. Oleh sebab itu, seseorang tidak perlu khawatir apabila tidak mendapat karunia bahasa Roh. Jika Allah akan memberikannya, waktunya pasti tepat sesuai rencanaNya. Jika tidak, Allah pasti memberinya karunia lain yang tidak kalah pentingnya untuk melayani Gereja. Penting disini untuk menyadari bahwa bahasa Roh dan Karunia Karismatis lainnya berhubungan erat dengan Kehendak Allah dan Pelayanan Gereja, bukan keinginan pribadi.
Kedua, karena bahasa Roh adalah karunia Allah, bahasa Roh bukan milik eksklusif gereja manapun. Kita tidak dapat mengatakan kita bisa mendapat bahasa Roh di gereja ini atau itu. Namun, sekalipun Allah dapat memberikan karunia dimanapun dan melalui siapapun, seorang Katolik hendaknya tetap berada dalam bimbingan Gereja Katolik dan ajaran iman Katolik. Yesus telah mempercayakan wewenang mengajar kepada para RasulNya (Mat 28:20; Luk 10:16). Oleh sebab itu, lebih baik kita dengan rendah hati taat pada Yesus melalui bimbingan Uskup (para Penerus Rasul), dan imam-imam yang membantu Uskup. Mereka berwewenang membantu kita membedakan apakah karunia yang kita peroleh adalah otentik atau tidak (Katekismus Gereja Katolik 801). Ketaatan kita pada imam dan Uskup juga melatih kita untuk rendah hati, sehingga menunjukkan apakah karunia kita otentik dari Allah atau tidak.
Ketidakmampuan untuk berbahasa Roh tidak berhubungan dengan keselamatan jiwa. Seperti yang telah dijelaskan dalam Kitab Suci, rupa-rupa Karunia Karismatis digunakan untuk tujuan pelayanan Gereja. Bahasa Roh diberikan untuk kepentingan Tubuh Kristus (1 Kor 12:7), tapi ada karunia yang lebih penting untuk keselamatan daripada karunia-karunia karismatis dan mukjizat (Mat 7:21-23). Karunia tersebut adalah 7 Karunia Roh Kudus dan 9 Buah Roh Kudus. Mengenai 7 Karunia Roh Kudus dapat dilihat disini -silahkan klik-
3. Bagaimana Cara Orang Katolik Mengusir Roh Halus Yang Mengganggu?
Satu-satunya cara orang Katolik mengusir roh jahat adalah dengan berdoa memohon belas kasih Allah. Apabila doa tersebut dilakukan oleh seorang imam dan dilakukan atas nama Gereja dan dengan doa seluruh anggota Gereja, disebut Eksorsisme. Bila doa tersebut dilakukan oleh sekelompok awam dengan bentuk doa-doa pribadi, disebut Doa Pelepasan. Umat Katolik juga dapat mengusir roh jahat dengan berdoa rosario, melakukan adorasi, dan menerima Ekaristi setiap hari. Silahkan membaca kesaksian dan artikel berikut. Saya sertakan pula doa yang dapat digunakan untuk mengusir roh jahat :
Kesaksian : Eksorsisme Tak Terlupakan
Tentang Malaikat Pelindung dan Eksorsisme
Doa Melawan Kekuatan Kegelapan
Kesimpulannya, karunia Bahasa Roh adalah salah satu dari beragam Karunia Karismatis dari Roh Kudus dan sudah muncul lama sejak awal Gereja Katolik berdiri. Bahasa Roh adalah anugerah sehingga tidak dapat dipelajari dan diberikan pada orang-orang tertentu menurut kebijaksanaan Allah. Kegunaannya tidak lain adalah membangun jemaat. Hal terpenting adalah bahasa Roh tidak menjadi faktor penentu utama kekudusan seseorang. Banyak santo-santa yang hidup kudus dan berkarya luar biasa tanpa diberi karunia bahasa Roh. St. Paulus sendiri lebih memilih bahasa manusia ketika berada di tengah jemaat (1 Kor 14:19). Oleh sebab itu, bahasa Roh patut diterima dengan rasa syukur dan iman saat diberi, namun bukan merupakan karunia utama yang harus dikejar-kejar. Jangan lupa, kita patut menguji buah dari karunia bahasa Roh untuk melihat apakah karunia tersebut benar-benar berasal dari Allah. Kerendahan hati dan ketaatan kepada Uskup dan imam pembimbing adalah cara terbaik untuk menguji karunia tersebut. Untuk mengusir roh jahat, kita dapat menggunakan berbagai cara, seperti meminta eksorsisme dari imam, doa pelepasan, rosario, Misa Kudus, dan Adorasi. Namun, semua itu harus kita lakukan dengan disposisi hati yang benar, yakni percaya penuh dan berserah pada belas kasih Allah. Semoga bermanfaat.
Pax Christi,
Ioannes
Ada orang dari gereja sebelah yang suka menggembar gemborkan bahwa gerejanya adalah gereja yang benar karena banyak orang dari gerejanya yang memiliki karunia Roh Kudus seperti berbahasa roh, bisa menyembuhkan orang, dan mukjizat lainnya. Kemudian, orang itu mengatakan bahwa gereja katolik adalah salah karena tidak memiliki mukjizat seperti ini.
Yang ingin saya tanyakan adalah apakah benar bahwa mukjizat (seperti berbahasa roh, menyembuhkan orang sakit, dll) yang katanya terjadi pada gereja seperti ini adalah benar benar mukjizat? Jika benar, apakah mukjizat ini berasal dari Tuhan? Mungkinkan Tuhan menggunakan gereja lain atau bahkan agama lain untuk menjadi sarana mukjizat seperti itu? Jika mungkin, mengapa Tuhan tidak menggunakan sarana dari Gereja Katolik saja karena penggunaan gereja atau agama lain justru seringkali membuat orang menjadi menganggap semua agama sama saja dan bahkan ada juga yang justru keluar dari Katolik karena melihat gereja atau agama lain memiliki kelebihan dibandingkan Katolik.
Shalom Dendo,
Adalah keliru, jika kita menganggap bahwa di Gereja Katolik tidak memiliki mukjizat-mukjizat. Sebab kenyataannya adalah, mukjizat-mukjizat itu ada, hanya saja Gereja Katolik tidak menggembar-gemborkannya. Sebab yang utama dalam iman Kristiani adalah hidup yang diubahkan dan dikuduskan oleh Kristus atau disebut dalam Kitab Suci, “hidup oleh Roh” (Rom 8:1-17), dengan melaksanakan kehendak Allah (Mat 7:21-22). Sebab hidup melaksanakan kehendak Allah inilah yang menghantarkan kita kepada keselamatan kekal. Mukjizat kesembuhan jasmani memang dapat diberikan Allah, jika dipandang-Nya baik untuk kehidupan rohani kita, namun sesungguhnya yang lebih penting di hadapan Allah adalah kesembuhan rohani, atau yang kita kenal sebagai ‘pertobatan’. Hal inilah yang juga ditekankan Yesus dalam mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, yaitu bahwa di samping kesembuhan, Kristus juga memberikan pengampunan dosa. Selanjutnya Tentang Mukjizat, silakan klik di sini.
Silakan Anda membaca kisah hidup beratus-ratus orang kudus (Santo/a, atau bahkan mencapai sekitar 8000-an, jika termasuk para Beato dan Venerables), untuk mengetahui bahwa ada begitu banyak mukjizat yang terjadi di Gereja Katolik. Contohnya misalnya, yang sudah pernah diulas di situs ini, yaitu mukjizat-mukjizat atas doa syafaat dari Beato Paus Yohanes Paulus II semasa hidupnya, silakan klik.
Mukjizat-mukjizat juga banyak terjadi di tempat-tempat ziarah, seperti di Lourdes, Fatima, Sendangsono, dst. Silakan membacanya, di situs mukjizat-mukjizat di Lourdes, silakan klik, untuk mengetahui adanya mukjizat-mukjizat yang telah diakui otentik oleh Gereja, berdasarkan penyelidikan dan pernyataan para tim dokter (yang bukan dari Gereja Katolik) yang menyatakan bahwa kesembuhan-kesembuhan tersebut tidak dapat dijelaskan secara kedokteran. Di Lourdes kita akan melihat dokumentasi dari mukjizat-mukjizat orang-orang telah disembuhkan. Tercatat memang tidak begitu banyak (69), sebab syaratnya adalah orang yang sakit itu harus diperiksa secara medis oleh dokter di rumah sakit Lourdes sebelum mengikuti doa atau kegiatan ibadah apapun di Lourdes. Setelah mengikuti doa-doa dan perayaan Ekaristi di sana dan mendapatkan kesembuhan, maka orang tersebut harus menjalani pemeriksaan ulang oleh dokter yang sama itu. Dan setiap tahun selama beberapa tahun sesudahnya, orang tersebut harus datang kembali ke Lourdes untuk memastikan bahwa kesembuhan yang diterimanya adalah permanen, dan karena itu sungguh merupakan mukjizat. Nampaknyai persyaratan untuk kembali lagi ke Lourdes selama beberapa tahun berikutnya inilah yang membuat tidak begitu banyak mukjizat yang terdaftar di sana. [Belum lama ini baru dikeluarkan pernyataan resmi mukjizat yang ke-69, yaitu 22 Juli 2013, silakan klik.]. Namun mukjizat-mukjizat di Lourdes ataupun melalui perantaraan doa Bunda Maria, itu terus terjadi di seluruh dunia. Silakan membaca kesaksian-kesaksian di situs ini, yaitu kesaksian Hany, silakan klik, dan kesaksian Wulan, silakan klik.
Juga belum lama ini juga hadir di Indonesia Sr. Briege McKenna, OSC, bersama dengan Fr. Kevin J Scallon, yang juga mengadakan beberapa kali perayaan Misa Kudus dengan doa penyembuhan di beberapa paroki di Jakarta dan juga di luar kota. Buku yang terkenal dari Sr. Briege yang mengisahkan banyaknya mukjizat yang terjadi melalui sakramen Ekaristi berjudul, Miracles do Happen. Mukjizat-mukjizat juga terjadi dalam perayaan Ekaristi, misalnya di rumah retret Karmel di Puncak, yang dipimpin oleh Romo Yohanes Indrakusuma, CSE, atau di acara-acara kebangunan rohani Katolik. Maka mukjizat kesembuhan itu tetap ada, dan terjadi di Gereja Katolik, entah melalui sakramen, ataupun doa-doa, contohnya yang dialami oleh Romo Felix Supranto, SSCC, yang juga baru saja mengalami mukjizat kesembuhan, silakan klik.
Namun sesungguhnya, mukjizat yang terbesar yang terjadi di dalam Gereja Katolik sampai sekarang ini (tentu setelah mukjizat kebangkitan Kristus dari kematian), adalah mukjizat Ekaristi, yaitu bagaimana atas kuasa Roh Kudus, Kristus dapat hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur. Sekilas tentang mukjizat Ekaristi, silakan klik di sini; dan sebagaimana yang dialami oleh Martha Robin, silakan klik di sini.
Anda dan sayapun dapat memohon dan mengalami kesembuhan. Namun mari pertama-tama memohon kesembuhan rohani, sebab itulah yang lebih penting, daripada kesembuhan jasmani. Jika di samping menyembuhkan secara rohani Kristus berkenan memberikan kesembuhan jasmani, itu adalah ‘bonus’ bagi kita, namun yang jelas kesembuhan jasmani saja, bukan yang terpenting. Silakan Anda melihat di u-tube berbagai kesaksian kesembuhan jasmani yang ternyata tak berlangsung lama dan bahkan terbukti rekayasa pihak tertentu. Hal ini menandakan bahwa sungguh, bukan kesembuhan jenis ini yang dapat meneguhkan iman. Gereja Katolik sangat berhati-hati sebelum menyatakan suatu mukjizat itu adalah otentik, dan mensyaratkan pemeriksaan berkali-kali oleh pihak yang berkompeten selama beberapa tahun sesudahnya, sebelum menyatakannya demikian. Namun di luar pernyataan resmi Gereja, siapapun yang pernah mengalami mukjizat kesembuhan, akan dengan yakin dan teguh percaya bahwa kuasa mukjizat Yesus tetap ada sampai sekarang dan selamanya.
Tentang apakah di gereja-gereja non-Katolik dapat terjadi mukjizat? Ya, mungkin saja. Sebab walaupun Allah menentukan sakramen sebagai sarana untuk menyampaikan rahmat-Nya, namun Ia sendiri tidak terbatas oleh sakramen-sakramen itu. Maka, Allah bebas menggunakan cara apa saja untuk menyatakan mukjizat-mukjizatNya. Namun pada akhirnya harus tetap diakui bahwa bukan mukjizat itu yang terpenting bagi Allah, sebab pada saat penghakiman kelak, bukan itu yang diperhitungkan oleh Allah (lih. Mat 7:22-23). Dan kunci yang diberikan oleh Tuhan Yesus untuk mengetahui apakah sesuatu itu berasal dari Tuhan atau bukan itu adalah dari buahnya (Mat 7:16,20). Mengapa Allah mengizinkan mukjizat-mukjizat terjadi di luar Gereja Katolik? Ini adalah hak Tuhan, dan mari kita menghormati kebijaksanaan-Nya untuk menyampaikan belas kasih dan pertolongan-Nya kepada manusia. Maka, bagian kita adalah bersyukur atas besar-Nya kasih Tuhan yang tiada membeda-bedakan orang. Namun demikian, bersyukurlah kita karena kehadiran-Nya yang nyata dalam Gereja Katolik, yang menjaga kesatuan Gereja-Nya sampai 2000 tahun ini, maka kita sebagai umat Katolik dapat yakin dan percaya bahwa mukjizat-mukjizat yang terjadi melalui kehadiran-Nya dalam sakramen-sakramen kudus di Gereja Katolik adalah mukjizat-mukjizat yang sungguh datang dari Tuhan.
Akhirnya, mari membuka mata hati kita untuk melihat bahwa kebaikan Tuhan, mukjizat-mukjizat-Nya dan terutama kehadiran-Nya masih terus terjadi di sekitar kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Team Katolisitas,
Saya terlibat diskusi dgn org yg ngakunya Katolik yg mengharamkan Karismatik Katolik dlm Gereja Katolik dan mengatakan Karismatik Katolik itu sesat.
Dia berkata bahwa bahasa roh yg ada sekarang itu tidak otentik alias palsu. Para dlm Konsensus Patrum, bahasa roh juga ditolak.
Berikut petikan komentar dari org tsb:
“Bahasa roh yang asli ya yang terjadi pada Para Rasul, yang terjadi di Korintus dan diikuti dengan penafsiran, bukan seperti di Karismatik yang bukan bahasa manusia, tidak ada penafsiran, meracau tidak jelas dan sebagainya.
Yang di Kisah Para Rasul itulah yang asli, yang sekarang di Karismatik tidak asli.
St. Yohanes Krisostomus, St. Paulus, St. Agustinus, teolog-teolog pertengahan sudah mencapai konsensus bahwa “tongue/lingua” yang ada pada zaman Gereja perdana, yang otentik itu, Pastilah salah satu dari bahasa umat manusia, yang memiliki kaidah dan struktur bahasa yang jelas yang dapat dimengerti baik dimengerti langsung ataupun dengan penafsiran.
Tidak seperti Karismatik yang mengklaim bahasa roh mereka ada yang tidak dapat dimengerti, sayangnya pemahaman ini berangkat dari terjemahan Kitab Suci yang keliru “akal budiku tidak berdoa” padahal “pemahamanku adalah tanpa buah” karena berdoa dalam bahasa roh tanpa mengerti apa yang sedang didoakan.
Para Bapa Gereja tidak mengenal pemahaman Gerakan Karismatik masa sekarang bahwa “tongue/lingua” (bahasa roh, terjemahan bahasa Indonesia yang kurang tepat) ada yang tidak bisa dimengerti. Konsensus Para Bapa Gereja dengan sangat jelas menunjukkan bahwa “tongue/lingua” yang ada pada saat Pentakosta dan ada di Korintus pastilah merupakan bahasa manusia (entah itu bahasa Persia, Roma, Mesir, dsb) bukannya ucapan-ucapan meracau tidak jelas, yang tidak bisa dimengerti oleh manusia seperti yang marak di dalam Gerakan Karismatik dan denom-denom Pentakostal.
Apa yang kita punya dari masa itu sampai sekarang tentang “Tongue/Lingua” adalah consensus patrum bahwa “tongue/lingua” PASTI adalah salah satu atau lebih dari bahasa manusia yang memiliki kaidah dan struktur bahasa yang jelas serta dapat dimengerti oleh para pendengar baik secara langsung atau pun melalui penafsiran. Consensus Patrum ini berbeda dengan klaim modern Gerakan Karismatik dan denom Pentakostal bahwa “tongue/lingua” ada yang tidak dapat dimengerti, berbeda dengan klaim Karismatik bahwa ketika orang sedang “sandalawas, syabalala, syakalala” orang itu berarti sedang berbahasa roh. Consensus Patrum Para Bapa Gereja ini TIDAK BISA diabaikan begitu saja untuk membenarkan praktik menyimpang terkait “tongue/lingua”.
Bagaimana menanggapi hal ini, terutama terkait dgn Konsensus Patrum tadi? Thank you.
Regards,
Jakobus Wiguna
[Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami terhadap pertanyaan serupa, silakan klik]
Spt nya tim admin Katolisitas belum menjawab pertanyaan JW…..terkait Konsensus Patrum.
Monggo…ditunggu tanggapannya…..
[Dari Katolisitas: Sudah. Kuasa untuk mengajarkan interpretasi yang benar tentang Sabda Allah dalam Tradisi Suci dan Kitab Suci, ada pada Magisterium Gereja (Paus dan para Uskup dalam kesatuan dengannya), dan bukan pada pribadi para Bapa Gereja. Lagipula, tentang bahasa roh, belum dapat dikatakan bahwa telah tercapai suatu konsensus dari para Bapa Gereja. Yang mengatakan demikiana dalah pendapat perorangan dari teolog tertentu/ orang tertentu yang mereka sendiri pandang sebagai konsensus para Bapa Gereja (Consensus Patrum). Namun kuasa untuk mengatakan bahwa para Bapa Gereja telah mempunyai kesepakatan/ konsensus tentang suatu ajaran tentang iman dan moral secara definitif, adalah pihak Magisterium Gereja.]
Saya terlibat dalam perdebatan dalam media sosial mengenai Karsimatik…khususnya “bahasa roh”…..Seorang penggiat karismatik di Semarang berkata:
===
saat ini bahasa Roh memang wajib untuk tim yang pelayanan musik dan pujian, tetapi bukan lagi yang utama dalam Pelayanan
===
Benarkah ? adakah aturan “komunitas” yang mewajibkan, mengikat seorang yang masuk “tim pelayanan” WAJIB berbahasa Roh ? Setahu saya, cmiiw, bahasa roh itu karunia …bukan hal yang bisa dipaksakan ??
Lalu yang bersangkutan berkata:
===
weleh, aturan komunitas ga mungkin masuk KGK lah. Tim Pujian itu kan ujung tombaknya PD, spt yg XXX (disamarkan) bilang, jati diri karismatik memang ada pada bahasa Roh, maka, tim Pujian biasanya yang punya karunia bahasa Roh, karena juga mengajar umat dalam Penyembahan
===
Pertanyaannya: benarkan jati diri karismatik itu “bahasa roh” ?? Apakah demikian seorang hanya bisa masuk tim pujian kalo bisa berbahasa roh ???
Terima kasih atas tanggapannya
Shalom J A Lebert,
Bahasa Roh, dan pencurahan Roh Kudus, memang merupakan ungkapan yang penting dalam Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik (PKK). Hal ini diakui oleh para Uskup dalam dokumen KWI, Pembaruan Hidup Kristiani sebagai Karisma Roh.
Berikut ini adalah cuplikan pernyataan KWI di dokumen tersebut:
“26. Dalam pelbagai kegiatan karismatik, “pencurahan Roh” menjadi suatu ungkapan penting…. “pencurahan Roh” dalam lingkungan karismatik di satu pihak menggarisbawahi makna teologis dari “menyambut kasih Roh”, di lain pihak mau menegaskan keyakinan kita akan peran perdana Roh dalam penyelamatan, yang senantiasa merupakan pegangan dasar iman kita, namun yang sering menipis karena perjalanan sejarah dan pengalaman hidup….
29. Dalam semangat yang sama, kami memahami “bahasa Roh” secara gerejawi pula. Dalam Gereja ada tradisi berdoa / bernyanyi dalam bahasa Roh, seperti tersirat dalam 1 Kor 14 dan Rom 8:26-27. Orang tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Di situ ia membangun diri. Maka, bahasa Roh merupakan suatu cara berdoa. Tidak seorangpun mengerti bahasanya, maka sering disebut “bahasa cinta”. Jenis ini aktual ada dalam Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia. Pengucapannya bukan tidak sadar. Tetapi buah bahasa Roh adalah membawa sesuatu yang baru kepada manusia. Sesuatu yang baru itu terasa membawa keselamatan kepada manusia. Kami ingin mengajak semua bersatu dalam iman yang benar dan dalam bakti kita kepada Roh yang mau membarui muka bumi secara menyeluruh; seraya mengimbau agar “bahasa Roh” dalam keluarga karismatik dipakai secara bijaksana.”
Dengan demikian, KWI mengakui bahwa berdoa dengan bahasa Roh itu merupakan suatu cara berdoa yang aktual dan ada dalam gerakan Pembaruan Karismatik Katolik, yang menjadi ciri khas mereka. Seperti cara berdoa rosario menjadi ciri khas berdoa para legioner dalam Legio Mariae, atau doa meditasi menjadi ciri khas kelompok meditasi Katolik, maka cara berdoa dengan bahasa Roh menjadi salah satu ciri khas kelompok PKK. Dalam Gereja Katolik, diperbolehkan adanya keberagaman cara berdoa, sepanjang semuanya mengarah kepada pujian dan penyembahan tertinggi dalam sakramen Ekaristi. Semua cara berdoa, termasuk berdoa dengan bahasa Roh ini bukan merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab yang mutlak adalah Roh Kudus-nya, namun bukan cara berdoa dengan bahasa Roh. Demikian KWI menjelaskannya dalam dokumen pembaruan PKK, Aneka Karunia Satu Roh:
“33. ….Marilah kita setia kepada Roh. Yang ikut PKK hendaknya terus menerus membarui diri dan seluruh Gereja, sehingga Roh sajalah satu-satunya yang mutlak, bukannya cara doa kita…”
Namun seperti layaknya orang yang memimpin doa meditasi dalam suatu kelompok meditasi Katolik umumnya adalah orang yang telah akrab dengan cara doa meditasi, maka wajarlah jika dalam PDKK, orang yang memimpin puji-pujian dan penyembahan adalah orang yang telah akrab dengan cara berdoa dengan bahasa Roh. Maka mari, janganlah bersikap negatif terhadap pernyataan dari aktivis PDKK, jika mereka mempersiapkan dan mengkhususkan orang-orang tertentu untuk memimpin doa pujian dan penyembahan. Jika Anda tidak dapat berdoa dengan cara mereka, tak mengapa, tetapi sesungguhnya tak ada yang aneh jika yang menjadi WL/ pemimpin pujian adalah orang yang mendapat karunia untuk memimpin doa dengan bahasa Roh. Lagipula tidak harus semua yang terlibat dalam PDKK harus bisa menjadi WL/ pemimpin pujian. Ada banyak karunia dalam persekutuan umat beriman, biarlah masing-masing melakukan bagiannya sesuai dengan talenta yang Tuhan percayakan kepada umat-Nya. Ya, karunia berdoa dalam bahasa Roh, seperti halnya karunia-karunia lainnya adalah karunia Tuhan, yang tak dapat dipaksakan. Tuhanlah yang berhak memberikannya seturut kehendak-Nya. Kita tak perlu iri hati atau membanding-bandingkan seorang dengan yang lain tentang karunia yang satu dan yang lain, sebab semuanya baik dan diperlukan untuk membangun Tubuh Kristus. Ini jelas disebutkan dalam 1 Kor 12, tentang banyak anggota tetapi satu Tubuh.
Dokumen KWI menyebutkan bahwa dasar PKK adalah pembaruan hidup dalam Roh (lih. Pembaruan Hidup Kristiani sebagai Karisma Roh, 58). Maka pembaruan hidup dalam Roh Kudus itulah yang menjadi jati diri PKK, bukan semata cara berdoa dengan bahasa Roh. Namun demikian pembaruan hidup dalam Roh Kudus di kalangan PKK salah satunya ditandai dengan cara berdoa dengan bahasa Roh, sehingga cara ini umumnya dipergunakan sebagai cara berdoa bersama dalam komunitas PKK. Mari kita terima kekhasan PKK ini, sebagaimana kita menerima ke-khasan gerakan-gerakan gerejawi yang lain. Dalam kasih Kristus yang mempersatukan, biarlah semua keberagaman ini menjadi kekayaan spiritualitas dalam Gereja Katolik yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom, katolisitas.
Terima kasih atas artikel2 yang menumbuhkan iman saya. Untuk saat ini saya ingin pencerahan dari Tim Katolisitas mengenai perbedaan atau kesamaan antara bahasa- bahasa lain (Mesir, Media, Elam dll) di Kis 9:1-13. dengan bahasa Roh saat PDKK. Saya bingung, yg satu ada tata bahasanya sedangkan yg satu lagi (belum) tidak ada tata bahasanya.
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih kepada Tim Katolisitas.
[Dari Katolisitas: Karunia berdoa dalam bahasa roh adalah suatu karunia, suatu “keluhan yang tak terucapkan” (Rom 8:26) dan karena itu memang bukan suatu bahasa yang dapat dipelajari sendiri, seperti dalam bahasa manusia. Sebagai karunia doa, tidak perlulah dipermasalahkan apakah ada tata bahasa-nya atau tidak, sebab Allah yang memahami isi hati manusia, memahami apa yang dikatakannya, walaupun tidak dipahami oleh orang lain. Sedangkan sebagai nubuat, memang diperlukan karunia menginterpretasikannya, dan karena ini juga adalah karunia, maka tidak juga penting untuk dijelaskan dengan rinci apakah ada tata bahasa atau rumusannya, sebab Roh Kuduslah yang memberikan karunia untuk menginterpretasikannya, dan bukan analisa dari pikiran manusia]
Shallom katolisitas..
Sudah 3 bulan lebih saya rutin mengikuti doa PDKK, tapi saya belum bisa berbahasa roh, kadang saya sedih juga dan rindu berbahasa roh, kadang saya minder juga karena rasanya cuma saya yang belum bisa berbahasa roh dalam PDKK, perasaan-perasaan itu yang membuat saya seperti malu atau malas ikut PDKK, tapi puji Tuhan saya hampir tidak pernah absen. Kenapa Tuhan belum memberikan karunia itu pada saya, apa saya bukan orang yang dipilih Tuhan untuk mendapat karunia itu?
Shalom Regina,
Karunia berdoa dalam bahasa roh bukanlah segala-galanya bagi kita yang percaya kepada Kristus. Rasul Paulus sendiri mengatakan bahwa segala karunia karismatik tersebut bukanlah apa-apa jika tidak dijiwai oleh kasih. Itulah sebabnya perikop tentang kasih (1 Kor 13) diletakkan di antara perikop-perikop yang menjelaskan tentang karunia-karunia karismatik Roh Kudus (di bab 12 dan 14).
Karunia bahasa roh adalah salah satu dari karunia-karunia karismatik Roh Kudus, yang diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma oleh Tuhan. Karena itu adalah pemberian, maka mari menyerahkan kepada Tuhan Sang Pemberi, tentang apakah Ia akan memberikannya kepada kita, atau tidak/ belum memberikannya. Tuhan yang mengenal Anda mengetahui sepenuhnya, apakah yang terbaik bagi Anda. Ada banyak para kudus dan martir di sepanjang sejarah Gereja, yang tidak berbahasa roh, namun dapat mencapai tingkat kekudusan, kesempurnaan kasih, sebagaimana yang disebutkan oleh Kristus dalam delapan Sabda Bahagia. Orang-orang di zaman ini yang memperoleh karunia bahasa roh, belum tentu dapat mencapai tingkat kekudusan seperti para kudus dan para martir itu; dan fakta ini justru harus memicu semua orang yang telah diberi karunia, sebab “orang yang diberi banyak akan dituntut lebih banyak” (lih. Luk 12:48).
Jadi pertama-tama, mintalah kepada Tuhan, rahmat-Nya agar kita dapat hidup bertumbuh dalam kekudusan, dalam ketujuh karunia Roh Kudus yang kita terima pada saat Pembaptisan, silakan klik di sini. Jika Tuhan memandangnya baik bagi pertumbuhan rohani Anda, Ia dapat memberikan karunia berdoa dalam bahasa roh, namun jika tidak ataupun belum, janganlah itu menjadikan Anda malu atau berkurang semangat dalam berdoa dan menyembah Tuhan. Sebab sesungguhnya, kepenuhan Kristus telah Anda terima setiap kali menerima Ekaristi, dan dengan menerima Kristus, Anda sesungguhnya tidak kekurangan apa-apa.
Mungkin ada baiknya, Anda doakan ini, “Tuhan Yesus, aku merindukan keeratan kasih dengan Engkau. Semoga Engkau berkenan memberikan kepadaku, apa yang Kau pandang baik agar aku dapat mengalami dan membalas kasih-Mu sepanjang hidupku….”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Selamat pagi Ibu Inggrid…
Mengenai bahasa roh, memang benar yang seperti Ibu Inggrid bilang harus dialami dulu secara pribadi baru bisa membagikan dan menjelaskan. Namun yang menjadi pertanyaan saya, ada banyak denominasi gereja karismatik terutama yang non-katolik itu mengharuskan jemaatnya harus bisa berbahasa roh..menurut pandangan saya hal ini sudah tidak benar dan tidak alkitabiah karena di alkitab sendiri pun tidak ada keharusan orang untuk bisa berbahasa roh. Karena hal itu merupakan karunia daripada Tuhan sendiri yang memberikan dan tidak bisa dipaksakan. Saya sendiri jadi mulai mengerti untuk bisa membedakan mana bahasa roh yang berasal dari Tuhan haruslah diuji kebenarannya. Karena Alkitab menyuruh kita melakukan speti itu ujilah setiap roh yang ada apa beraasal dari Allah atau bukan dan akan terlihat dari buah2 roh itu sendiri..karena Iblis pun bisa mengikuti perbuatan2 dari Roh Kudus sendiri..karena itu butuh diuji..Dan sayangnya banyak sekali gereja karismatik melihat kerohanian seorang itu dari bisa apa tidaknya seorang untuk bisa berbahasa roh atau spirit tounge..dan menurut saya scr pribadi itu sudah melenceng dari alkitab.. sekian dulu sharring saya Bu Inggrid..maaf klo kata2 yang saya tulis kurang rapih..terimakasih banyak buat waktunya…Tuhan Yesus memberkati
[Dari Katolisitas: Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan pernyataan keharusan setiap orang menerima karunia bahasa roh. Anda benar, karunia itu adalah pemberian yang sifatnya ‘cuma-cuma’ dari Allah, jadi bukan sesuatu yang mutlak harus diberikan kepada setiap orang. Allah yang mengetahui kedalaman memberikannya seturut kebijaksanaan-Nya. Tentang pengujian bahasa roh itu, bisa dilihat dari buah-buahnya (sebagaimana diuraikan di atas). Bagi Gereja Katolik, pengujian dan pengaturan segala karunia dari Allah dilakukan oleh pihak Magisterium/ otoritas Gereja. Silakan secara khusus membaca surat yang dikeluarkan oleh KWI tentang Pembaharuan Karismatik Katolik, silakan klik di sini, dan di klik sini]
Jika bahasa Roh adalah karunia terendah Roh, mengapa pula harus ada gerakan karismatik yg dipicu oleh eksistensi bahasa roh menjadi wacana gerakan pembaharuan iman? Suatu gambaran yg nyaris paradoks & secara filosofis/teologis ini tak sulit dipahami.
Shalom Thomas,
Silakan membaca tentang Bahasa Roh, di artikel di atas, silakan klik.
Maafkan keterbatasan kata-kata yang saya gunakan, namun dengan mengatakan karunia bahasa Roh adalah karunia terendah Roh, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa karunia bahasa roh adalah karunia yang ‘rendah’. Sebab semua karunia Allah, itu adalah sesuatu yang luhur. Namun demikian, sebagaimana dikatakan dalam 1 Kor 12:28, karunia bahasa roh memang disebutkan di urutan paling terakhir, itu menunjukkan adanya urutan dalam karunia-karunia karismatik Roh Kudus tersebut, dan bahwa: 1) karunia bahasa roh tersebut tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan karunia-karunia yang lain [sebagaimana diajarkan oleh Rasul Paulus], dan bahwa 2) pelaksanaannya juga harus tunduk terhadap pengaturan dari karunia di atasnya; dalam hal ini adalah karunia mengajar dari para rasul (dan para penerusnya). Silakan membaca tanggapan saya atas pertanyaan serupa, di sini, silakan klik.
Mengapa pula harus ada gerakan karismatik? Kita dapat saja mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang hal ini, dan mungkin baru saat kita memandang Tuhan di Surga saja, baru kita ketahui persisnya mengapa Tuhan menggerakkan umat-Nya salah satunya melalui gerakan karismatik. Yang jelas, sebagai umat Katolik, kita berpegang pada pernyataan Magisterium Gereja, yang menganggap gerakan Karismatik Katolik sebagai gerakan gerejawi (ecclesial movement) sehingga kita tidak perlu curiga terhadap kegiatan ini, sama seperti kita tidak perlu curiga terhadap gerakan Legio Mariae ataupun Marriage Encounter.
Silakan membaca lebih lanjut artikel-artikel ini:
Apakah Gerakan Karismatik Katolik sesat?
Sisi Positif dan Negatif Gerakan Karismatik
Harus diakui bahwa untuk sejumlah orang memang karunia bahasa roh menjadi titik awal pertumbuhan rohani, yang mendorong mereka untuk semakin mengasihi Tuhan dan membenci dosa. Maka tak jarang buahnya pun berbeda-beda pada setiap orang, ada yang akibatnya menjadi lebih terdorong membaca Kitab Suci, sedangkan yang lain terdorong untuk lebih rajin dan tekun berdoa; mungkin ada yang lain yang terdorong untuk semakin giat terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani dan semakin terdorong untuk melayani Tuhan dst. Yang jelas karunia bahasa roh itu hanya awal saja, dan tidak berhenti sampai di situ. Karena merupakan karunia “awal” maka tidak ada yang perlu dibangga-banggakan, apalagi karena karunia itu sifatnya pemberian dari Tuhan, sehingga tergantung dari Tuhan yang memberi, bukan dari usaha orang yang menerimanya, walaupun tentu dengan semakin terbukanya hati, akan menjadi semakin besar kemungkinan Tuhan memberikan karunia-Nya, jika dipandang-Nya berguna bagi kehidupan rohani orang tersebut.
Di atas semua itu, Tuhan mengetahui dengan persis apa yang terbaik bagi kita; dan seturut kehendak-Nya Ia menuntun perjalanan hidup rohani kita, entah itu dengan atau tanpa memberikan kepada kita karunia bahasa roh.
Silakan juga membaca Surat Gembala dari KWI tentang Pembaharuan Karismatik ini yang berjudul Aneka Karunia, Satu Roh, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Maaf jika pertanyaan saya menyinggung dengan sekte lain.
Katolisitas saya ingin bertanya,
Di dalam KKR adanya kegiatan masuknya roh kudus di dalam kegiatannya,tapi sampai sekarang saya belum yakin bahwa roh kudus masuk ke dalam diri mereka karna yang saya tau klo roh kudus masuk dan berbicara pasti orang yang mendengarnya dapat mengerti, tapi klo mereka kemasukan roh kudus saya tidak mengerti bahasa yang mereka ucapan. Apakah pendapat saya benar???
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel tentang Bahasa Roh di atas, silakan klik; dan juga artikel-artikel berikut ini (klik di judul berikut):
Apakah Gerakan Karismatik Katolik sesat?
Karunia Roh Kudus dan Manfaatnya ]
Shalom Ingrid,
Terima kasih atas penjelasannya mengenai istilah baptisan Roh, mudah2an juga menjadi pedoman bagi rekan-rekan terutama para pengajar SHDR yang juga terkadang masih ada yang memakai istilah baptisan Roh. (catatan, anda msh sering menulis sebagai SHBDR, sekarang sdh diganti menjadi SHDR).
Kemudian mengenai karunia Roh (1 Kor. 12: 8-10), khususnya bahasa roh, dalam satu diskusi (maaf, kalau tidak salah lho, krn link nya tidak ingat di sebelah mana) anda mengatakan bahwa bahasa roh adalah karunia yang tingkatannya paling rendah? Kalau betul, menurut pendapat saya isi dari 1 Kor. 12: 8-10 tidak bisa dibuat peringkat mana yang paling berguna/penting/tinggi dan mana yang tidak. Di dalam 1 Kor. 12: 7 dikatakan: “… dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan bersama.” Jadi karunia2 itu diberikan untuk saling melengkapi satu sama lain, untuk kepentingan bersama; dan maka dari itu tidak bisa dikatakan karunia yang satu punya nilai lebih rendah daripada karunia yang lain.
Setiap karunia pasti berguna (kalau tidak buat apa Tuhan berikan), dan tidak ada yang bisa dikatakan yang satu lebih luhur/ lebih tinggi tingkatannya dari karunia yang lain, karena tiap karunia itu bisa dipakai Tuhan untuk maksud yang khusus, masing-masing berbeda konteks/situasi medannya. Saya tidak terlalu mendalami literatur seperti Ingrid, tetapi mungkin lebih banyak kearah prakteknya langsung di dalam pelayanan saya, khususnya pelayanan doa-doa penyembuhan dan pelepasan. Izinkan saya sharing hal-hal yang didapat dari pengalaman saya ‘praktek di lapangan.’
Bahasa roh jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau pun dalam bidang pelayanan yang lain (yang tidak berkaitan dengan pelayanan doa) mungkin betul kelihatan tidak bermanfaat atau tidak terlihat nyata gunanya. Dan memang bahwa bahasa roh tidak membuat seseorang lantas lebih memiliki keunggulan atau tingkat kesalehan yang lebih daripada orang lain yang belum mempunyai karunia bahasa roh. Tetapi manfaat bahasa roh baru terlihat gunanya ketika diterapkan dalam pelayanan doa pelepasan, termasuk juga penyembuhan. (Sekali lagi ini berdasarkan pengalaman pribadi dalam pelayanan doa)
Di dalam Efesus 6: 10-18, menjelaskan satu situasi peperangan rohani yang sering dialami umat, sehingga dikatakan “.. ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri…..” kemudian di dalam Galatia 5: 19-21 disebutkan mengenai dosa-dosa daging yang sering mengikat seseorang begitu kuatnya sehingga susah dilepaskan dengan cara-cara doa biasa, misalnya: percabulan (dosa seksual, pornografi), penyembahan berhala, sihir, kemabukan (narkoba), pesta pora, dsb . Dalam konteks berdoa untuk kasus kategori dosa daging ini, saya mengartikan perlengkapan senjata Allah itu antara lain adalah bahasa roh. Mengapa?
Ada pengalaman saya yang sering melayani umat yang bermasalah, terutama dalam kaitan dosa yang mengikat seperti (terlibat kebiasaan buruk: perzinahan, pornografi, menyimpan jimat2, menguasai ilmu hitam, terkena guna2/santet, dlsb) maka justru peranan bahasa roh ini menjadi yang utama. Saya tidak mengatakan bahwa pengalaman saya ini sebagai tolok ukur tentunya, ini sharing saja agar orang yang sering mempertanyakan bahasa roh juga dapat mengerti kegunannya bahasa roh.
Sering saya mengalami kejadian ganjil, (lumrah dalam pelayanan pelepasan kuasa kegelapan), yakni ketika sedang mendoakan seseorang, tiba-tiba ada daya tolak yang kuat dari dalam diri ybs, sehingga membuat saya merasa pening, merinding, tangan menjadi beku, badan terdorong hampir jatuh, dlsb. Tetapi ketika saya barengi berdoa dengan bahasa roh maka kendali situasi justru kembali ada di pihak saya sebagai pendoa. Dan selanjutnya proses pelepasan bisa berjalan baik (artinya ybs mengalami suatu kelegaan, pelepasan, terbebas atau sembuh).
Demikian sharing saya mengenai kegunaan bahasa roh yang saya alami, semoga bisa memberikan satu gambaran yang lebih menjelaskan kepada mereka-mereka yang sering mempertanyakan atau skeptis terhadap karunia bahasa roh.
Jadi juga jangan diartikan bahwa Tuhan pilih kasih, mengapa bahasa roh itu koq misalnya saya tidak mengalami/menerima, sedangkan ada orang lain yang mendapat. Itu adalah hak prerogatif Tuhan sendiri yang menentukan kepada siapa Dia hendak memberikan dan tidak otomatis berkaitan dengan jabatan, kedudukan, tingkat spiritualitas atau pun kekudusan seseorang.
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Shalom Vinzen,
Terima kasih atas ralat Anda. Ya, seharusnya SHDR (Seminar Hidup dalam Roh Kudus), dan ini memang lebih tepat sebagai terjemahan versi bahasa Inggrisnya yaitu Life in the Spirit Seminar (LISS). Mohon maaf atas kesalahan saya mengetiknya menjadi SHBDR seperti yang umum disebut bertahun-tahun yang lalu. Sesungguhnya dari istilah SHDR ini saja, sudah secara implisit menjawab pertanyaan Anda sendiri tentang tepatkah dipakai istilah baptisan dalam Roh Kudus. Yang diberikan dalam SHDR itu adalah panduan agar umat hidup dalam Roh Kudus, sedangkan hidup baru dalam Roh Kudus itu sendiri sudah diberikan pada saat sakramen Baptis. Maka dalam SHDR yang terjadi adalah pencurahan Roh Kudus (the outpouring of the Holy Spirit), agar hidup baru dalam Roh Kudus yang telah diberikan dalam Pembaptisan dapat dihayati dan sungguh-sungguh “dihidupkan”.
Di 1Kor 12:28 disebutkan beberapa karunia karismatik Roh Kudus, dan memang bahasa Roh disebutkan paling akhir. Maka ya, saya memang pernah menyebutkan dalam suatu diskusi bahwa bahasa roh adalah karunia yang tingkatannya paling rendah dibandingkan karunia-karunia karismatik Roh Kudus lainnya. Maksudnya bukan bahwa karunia bahasa Roh tidak berarti, tetapi bahwa untuk membangun jemaat/ Gereja: 1) karunia bahasa roh tersebut tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan karunia-karunia yang lain [sebagaimana diajarkan oleh Rasul Paulus], dan bahwa 2) pelaksanaannya juga harus tunduk terhadap pengaturan dari karunia di atasnya; dalam hal ini adalah karunia mengajar dari para rasul (dan para penerusnya). Tentang pengaturan karunia-karunia Roh Kudus ini [yaitu karunia bahasa roh dan karunia-karunia lainnya], dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 12 mengatakannya demikian:
“Selain itu, tidak hanya melalui sakramen- sakramen dan pelayanan Gereja saja, bahwa Roh Kudus menyucikan dan membimbing Umat Allah dan menghiasinya dengan kebajikan- kebajikan, melainkan, Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat istimewa, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira, sebab karunia- karunia tersebut sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaannya secara layak/ teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium, 12)
Dengan demikian, apa yang Anda alami tentang kegunaan bahasa roh, sesungguhnya tidak bertentangan dengan prinsip ini. Bahasa roh seyogyanya tidak berdiri sendiri, jika ingin digunakan untuk membangun Gereja (sebab jika hanya didoakan sendiri hanya membangun kerohanian diri sendiri). Namun karunia berdoa dalam bahasa roh mendukung karunia-karunia lainnya, yaitu untuk melayani, untuk mendoakan bagi kesembuhan umat yang sakit, untuk persiapan sebelum melakukan pengajaran, dst. Dan penggunaan bahasa roh tersebut dalam jemaat, demikian juga karunia-karunia lainnya, termasuk dalam wewenang otoritas Gereja.
Di atas semua itu, adalah kebijaksanaan Tuhan untuk menentukan tentang pemberian karunia bahasa roh ini. Tuhan-lah yang paling mengetahui kedalaman hati setiap orang, apakah karunia ini [ataupun karunia-karunia yang lainnya] berguna untuk membangun iman orang tersebut atau tidak. Namun jika suatu karunia sudah diberikan, sesungguhnya orang yang telah menerimanya bertanggungjawab untuk menggunakannya demi membangun Gereja dan memuliakan nama Tuhan, dan bukannya untuk memuliakan dirinya sendiri.
Semoga Roh Kudus yang kita nantikan kedatangan-Nya di hari Pentakosta, membimbing kita untuk bertumbuh di dalam iman, harapan dan kasih, dengan semangat kerendahan hati untuk melihat bahwa segala yang baik yang ada pada kita sesungguhnya bukan milik kita tetapi karunia pemberian Allah sehingga harus kembali digunakan untuk memuliakan Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam damai Kristus
Kis 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Kis 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Kis 2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
Kis 2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
Kis 2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
Dari teks di atas jelas bahwa yg dimaksud (seharusnya) bahasa Roh adalah bahasa yg diucapkan dalam “bahasa (bunyi) tertentu tetapi dapat dimengerti oleh segala bangsa yg mendengarnya (saat itu juga tanpa harus mempelajarinya).
Sesuai dgn pengertian Bahasa di dunia ini yaitu “suatu bunnyi/suara yg mengandung arti yg digunakan oleh makhluk hidup untuk berinteraksi & berkomunikasi”
Dewasa ini banyak sekali manusia yg mendapat karunia “bahasa roh” yg tidak dapat dimengerti oleh org yg mendengarnya bahkan mungkin oleh dirinya sendiri. Tidak sedikit org memuji/mengagumi mrk yg berbahasa roh yg tdk jelas tersebut, hal ini memicu sikap ingin berbahasa roh walaupun (maaf) membodohi org lain & diri sendiri (lihatlah dipertemuan Kharismatik banyak sekali org yg “bisa” berbahasa roh yg tidak dimengerti bangsa manapun)
1Kor 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!
Dari Link yg diberikan Katolisitas saya bertambah yakin bahwa karunia bahasa roh yg turun atas murid2 Jesus pada saat Pentakosta tidak sama dgn bahasa roh yg banyak di dengar & terlihat sekarang ini
– Bahasa roh yg dikaruniakan kpd ke-12 Rasul adalah benar2 bahasa Roh yg dapat dimengerti oleh segala bangsa saat mendengarnya tanpa harus mempelajarinya.
– Bahasa roh dewasa ini adalah bukan bahasa tetapi hanya suara/bunyi yg tanpa arti. (atau ada dari Katolisitas yg dapat mengartikan “bahasa roh’ dewasa ini, (ma’af) kalau ada, (kerabat)saya mempunyai rekaman bahasa roh pd saat karismatik yg tidak saya mengerti)
salam
[Dari Katolisitas: Tidak semua orang dapat menginterpretasikan bahasa roh, maka jika Anda tidak dapat mengartikannya ataupun memahaminya, itu bukan sesuatu yang aneh. Namun pada saat yang sama, juga bukan karena Anda tidak dapat memahaminya maka bahasa roh itu pasti tidak ada. Sebab memang terdapat beberapa jenis manifestasi bahasa roh, silakan klik]
Mohon share:
Saya sarankan ttg bahasa Roh bisa di baca pada buku tulisan rm Yoh Indrakusuma (sy lupa judul bukunya), bhw ada dua macam bahasa Roh, salah satunya spt yg diuraikan dari
dari jwban Ingrid sbb:
1.
b) merupakan perkataan dalam bahasa lain (salah satu bahasa di dunia), yang sebelumnya tidak diketahui oleh sang pembicara, yang dapat dimengerti oleh yang mendengarkannya, karena sesuai dengan bahasa yang dipergunakan oleh negara asal pendengar. (lih. Kis 2:7-11).
Kalau tidak salah disebut glosolalia
2. Yang ke dua adalah jawaban dr Ingrid sbb:
a) merupakan doa pribadi, di mana Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan yang tak terucapkan (Rom 8:26). Jadi dalam hal ini, keluhan yang tak terucapkan tersebut merupakan bentuk doa pribadi, sehingga tidak memerlukan interpretasi untuk diketahui orang lain.
Sedangkan bhs Roh yg diiringi musik, dipahami sbg (kidung) puji2an dan penyembahan kepada Allah dengan bahasa Roh.
Salam
Shalom Bu Ingrid
Saya mau tanya apakah Senandung Roh itu.. bagaimana hubungannya dgn Bahasa Roh.
apakah Bahasa Roh mempunyai nilai tingkatan spiritual bagi seseorang ?
Terima kasih atas pencerahanya.
Tuhan Yesus memberkaati
Felix Sugiharto
Shalom Felix,
Senandung roh adalah doa dalam bahasa roh yang dinyanyikan/ disenandungkan. Sebagaimana telah disampaikan di atas, karunia bahasa roh merupakan karunia berdoa di dalam bahasa roh (lih. Rom 8:26), di mana Roh Kudus membantu kita untuk berdoa. Jadi, karunia bahasa roh itu adalah karunia pemberian Tuhan, yang diberikan secara cuma- cuma oleh Tuhan, sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, Tuhan memberikan karunia-Nya itu sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, dan bukan bagian kita untuk mengatakan apakah kriterianya, seolah- olah kitalah yang mengusahakan karunia itu sendiri. Ada banyak orang kudus dalam sejarah Gereja, yang tidak memperoleh karunia bahasa roh, namun hidupnya jauh lebih kudus daripada mereka yang mendapat karunia bahasa roh di jaman ini. Oleh sebab itu, tidak dapat dikatakan bahwa karunia bahasa roh diberikan sesuai dengan tingkatan spiritual seseorang, karena faktanya tidak demikian. Bahwa karunia bahasa roh dapat membantu seseorang untuk berdoa dan karena itu dapat menghayati kehidupan spiritual dengan lebih baik, itu benar, tetapi Tuhan dapat memilih banyak cara yang lain untuk membangun kehidupan rohani seseorang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mohon maaf apabila pernah dibahas, segera dipandu langsung ke halamannya.
Saya ada beberapa pertanyaan menyangkut mengenai bahasa roh yang ada didalam Alkitab, sebenarnya bahasa roh yang benar itu seperti apa ? apakah orang berbahasa dalam bahasa lain yang dalam kehidupan sebenarnya dia tidak pernah pelajari, seperti dalam ayat ini :
Kis 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Kis 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
Kis 2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
Kis 2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
Kis 2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
menurut ayat diatas, bahasa roh yang diucapkan adalah bahasa daerah lain yang belum pernah si orang tersebut pelajari, jadi misalnya tiba2 saya berbahasa rusia dengan fasih memuji Tuhan.
Namun diayat lain disebutkan bahwa bahasa roh itu tidak ada orang yang mengerti karena mengucapkan hal yang rahasia :
1Kor 14:2 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
Tapi diayat yang lain pula disebutkan bahwa dalam berbahasa roh harus teratur dan harus ada orang lain yang menafsirkannya :
1Kor 14:5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.
1Kor 14:6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?
1Kor 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!
1Kor 14:13 Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
jadi sebenarnya bahasa roh yang benar itu yang bagaimana sih ? apakah berbahasa dengan bahasa daerah lain ? atau tidak ada yg mengerti karena rahasia ? atau harus ada yang menafsirkannya karena kalau tidak akan tidak ada manfaatnya ? atau seperti yang sedang ngetrend seperti yang ada sekarang ini ? pengulangan suku kata seperti : sandalamamamalalamama ??
Sangat di harapkan penjelasannya, saya sangat tidak paham dengan yang satu ini. Terima kasih.
[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik]
Bu Ingrid yang baik,
Ada 7 Karunia Roh Kudus yang dicurahkan saat menerima Sakramen Penguatan dan dalam pengajaran Katolik (CMIIW): Roh Kebijaksanaan, Pengertian, Nasehat, Keperkasaan, Pengenalan akan Allah, Kesalehan dan Rasa takut akan Allah. Lalu karunia berbahasa roh ini masuk di kategori mana? Terimakasih.
Wawan
Shalom Wawan,
Terima kasih atas pertanyaannya. Pembahasan tujuh karunia Roh Kudus, dapat anda baca di sini – silakan klik. Karunia berbahasa Roh dan karunia-karunia yang lain, yang disebutkan di dalam 1 Kor 12:28-30 adalah termasuk dalam gratiae gratis datae atau karunia yang diberikan dengan cuma-cuma (gifts freely given) atau juga disebut karunia karismatik. Karunia-karunia karismatik diberikan untuk membangun Gereja atau untuk membantu orang lain untuk bertumbuh dan karunia ini tidak diberikan kepada semua orang. Namun, sebaliknya tujuh karunia Roh Kudus diberikan kepada semua orang pada saat baptisan dan tujuh karunia ini dapat mengantar manusia kepada keselamatan. Inilah sebabnya, Gereja Katolik senantiasa menekankan pentingnya tujuh karunia Roh Kudus yang disebutkan di dalam Yesaya 11:2. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
0wh gtu…
Lalu gimana mengenai penyembahan dalam bahasa roh? Apa itu diperbolehkan oleh Gereja Khatolik?
Terimakasih.. Jbu.
Shalom Frey,
Pertama- tama harap diketahui terlebih dahulu, bahwa gerakan Karismatik dalam Gereja katolik telah diakui oleh Magisterium Gereja, sebagai ecclesial movement. Jadi posisi gerakan karismatik ini sejajar seperti halnya gerakan Marriage Encounter, Legio Mariae, Couples for Christ, dan seterusnya. Maka, sama seperti misalnya setiap anggota Legio Mariae diperbolehkan untuk berdoa Catena, para anggota gerakan Karismatik diperbolehkan juga untuk berdoa penyembahan dengan bahasa roh.
Selanjutnya tentang gerakan Karismatik, anda dapat membacanya di sini, silakan klik. Sedangkan untuk bahasa roh, anda dapat klik di sini.
Sebenarnya kami bermaksud untuk menuliskan tentang artikel khusus tentang gerakan Karismatik ini, namun karena banyaknya pertanyaan yang masuk dan keterbatasan tenaga kami, kami belum dapat merealisasikannya. Mohon kesabarannya. Untuk sementara waktu, silakan membaca terlebih dahulu kedua link di atas, mungkin sedikit banyak sudah menjawab pertanyaan anda tentang gerakan karismatik ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yth Katolisitas,
Bisakah seseorang berbicara melalui rohnya berbicara dengan roh orang lain? Jadi dengan kata lain menyelidiki sesungguhnya isi hati dari orang tersebut.
Terima kasih, GBU
Shalom Chris,
Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau seseorang diberi karunia untuk menilik kedalaman hati seseorang, maka itu mungkin. Hal ini terjadi dalam kehidupan beberapa santa-santo. Seperti St. John Vianney, dia begitu baik dalam memberikan Pengakuan Dosa, sehingga begitu banyak orang mengaku dosa kepadanya. Nasehat-nasehatnya menunjukkan bagaimana dia mengerti apa yang terjadi terhadap orang-orang yang mengaku dosa. Contoh lebih nyata ditunjukkan oleh St. Padre Pio, yang dapat menunjukkan dosa seseorang secara persis, walaupun orang tersebut mengakukan dosa yang lain, dan bukan pada dosa yang utama. Jadi, bagi orang yang mendapat karunia ini harus terus berakar pada Sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengampunan Dosa, sehingga orang tersebut dapat menggunakan karunia ini sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah. Dan mungkin yang perlu digarisbawahi, karunia ini seharusnya dipakai untuk membawa orang-orang pada pertobatan dan kepada Yesus dan Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
buk, pak saya mau bertanya tentang bahasa roh….. saya orangnya tidak terlalu pandai dalam merangkai kata kata doa, bahkan saya sadari ketika saya berdoa saya terkesan hanya mengajukan permohonan, seperti membaca daftar belanja….. bagai mana agar saya bisa berdoa dengan baik, dan mohon penjelasannya tentang bahasa roh…. makasih, Tuhan Yesus memberkati…
Shalom Danang,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang bahasa Roh. Anda dapat membacanya di link ini – silakan klik. Silakan juga membaca sisi positif dan negatif dari gerakan karismatik di sini – silakan klik. Semoga link-link tersebut dapat membantu. Kemudian tentang doa, anda dapat membaca rangkaian artikel tentang doa:
Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia
Yang perlu disadari, keindahan kata-kata dalam doa bukan berarti bahwa doa tersebut lebih berkenan kepada Tuhan. Tuhan bukan melihat rangkaian kata-kata indah dalam doa, namun melihat hati kita. Jadi, cobalah untuk memakai beberapa metode doa, seperti: brevier (divine office) – doa bersama dengan Gereja dan Alkitab, berdoa rosario – dengan merenungkan kehidupan dan misteri Kristus, doa kerahiman Ilahi – yang membawa kita kita misteri paskah Kristus dan menyadari akan Allah Bapa yang maha rahim, doa spontan – bukan hanya dilakukan pada saat tertentu, namun dilakukan sesering mungkin dalam aktifitas sehari-hari, seperti berdoa singkat di kesibukan kita: kasihanilah aku Tuhan, aku mengasihi-Mu Tuhan, dll.
Di atas semua itu, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan karunia doa. Dan kemudian, sadarilah bahwa bentuk doa tertinggi adalah Sakramen Ekaristi. Jadi, doa pribadi maupun doa-doa di dalam persekutuan doa atau bahasa roh, tidak dapat menggantikan Ekaristi. Semoga keterangan singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
saya ada pertanyaan. ……
1. bahasa roh ada berapa?
2. apakah ada bahasa roh di agama katolik? apakah ada bahasa roh di agama protestan? apakah bahasa roh di agama katolik berbeda dengan di agama protestan?
3. apakah kegunaan bahasa Roh itu adalah untuk KOMUNIKASI dengan dunia roh? jika Ya, siapa saja penghuni dunia roh?
4. apakah Iblis bisa menyamar sebagai Tuhan?
di 2 Korintus 11:14 (Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang)
apakah yg dimaksud dgn kata “Terang” yang menggunakan huruf besar menunjukkan Tuhan? atau yg dimaksud di ayat itu adalah frasa malaikat Terang bukan hanya kata Terang saja?
Jika Iblis bisa menyamar sebagai Tuhan apakah itu berarti Iblis juga bisa menyamar melakukan perbuatan2 Tuhan?
kita tahu kalau Iblis bisa “menyembuhkan” penyakit. jg Iblis bisa “bernubuat” jg tahu kalo Iblis bisa membuat “mujizat2”. 3 hal ini adalah salah tiga dari karunia2 Roh yang diplesetkan. Salah satu karunia Roh adalah “berbahasa Roh”.
Apakah Iblis bisa “memplesetkan” bahasa Roh? kalau iblis bisa memplesetkan semua karunia Roh, Apa hanya 1 karunia Roh, yaitu bahasa Roh, yang tidak bisa diplesetkan sama Iblis?
Tolong hubungi saya di email saya jika sudah dijawab. Saya mohon dengan sangat agar pertanyaan saya dijawab secepat mungkin.
17:15 – 8 Desember 2009, Alexander Pontoh
Shalom Alexander Pontoh,
1. Silakan anda membaca artikel di atas terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran tentang Bahasa Roh, silakan klik.
2. Melihat pengertian seperti yang disampaikan di Alkitab, yang diuraikan di artikel tersebut, maka dapat dikatakan bahwa karunia bahasa Roh itu kini memang diberikan baik di dalam Gereja Katolik maupun di gereja Protestan non- Katolik. Karena sumbernya sama dari Roh Kudus, maka seharusnya karunia bahasa Roh yang diberikan adalahsama, walaupun manifestasinya dan buahnya bisa berbeda.
3. Kegunaan bahasa Roh itu adalah untuk berdoa kepada Allah, karena dengan karunia tersebut, Roh Kudus membantu kita untuk berdoa, sebab Alkitab mengatakan bahwa sesungguhnya kita tidak tahu bagaimana sebenarnya kita harus berdoa. Maka dengan karunia bahasa Roh, maka Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah, dengan keluhan- keluhan yang tidak terucapkan (lih. Rom 8:26).
Maka kegunaan bahasa Roh itu adalah untuk berdoa, dan bukannya untuk berkomunikasi dengan roh-roh ataupun penghuni dunia roh. Kita malah sebagai umat Kristiani tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan roh-roh, meminta petunjuk dari roh-roh atau memanggil roh/ arwah orang-orang yang sudah meninggal. Tuhan membenci ilmu gaib [hal pemanggilan arwah, peramal, dst], dan ini disebut sebagai sebuah dosa yang najis (Im 19:31; 20:6, 27; Ul 18:11; Katekismus Gereja Katolik 2116).
4. Ya, benar, Iblis dapat menyamar sebagai malaikat Terang (2 Kor 11:14) oleh karena itu kita sebagai umat Tuhan harus berhati- hati dalam hal ini. Sebab Iblis dapat mengecohkan manusia bahkan dengan penglihatan-penglihatan yang bersangkutan dengan malaikat dan bahkan dengan Yesus sendiri. Itulah sebabnya maka segala penglihatan ataupun pendengaran ini harus diperiksa kembali keotentikannya. Tolok ukurnya adalah: 1) Apakah pesan penglihatan itu sesuai dengan ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja; 2) Apakah pesan penglihatan itu memberikankan buah Roh Kudus, yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 6:22-23); 3) Apakah penglihatan itu membawa kepada pertobatan sejati atau tidak, karena misi utama Roh Kudus adalah untuk menginsyafkan seseorang dari dosa (Yoh 16:8).
Kita ketahui dari Akitab bahwa Iblispun dapat membuat mukjizat- mukjizat, maka Yesuspun berkata, bukan mukjizat yang terpenting, dan bahkan Ia bisa saja tidak mengenal mereka yang membuat mukjizat-mukjizat. Di Injil Matius dikatakan:
“Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:22-23)
Maka Gereja Katolik-pun demikian, yang diutamakan dalam “Hidup Baru di dalam Roh” bukanlah mukjizat-mukjizat dan kesembuhan jasmani, melainkan pertobatan yang sejati. Juga, karunia bahasa Roh, harus dipandang dalam satu kesatuan dengan maksud utamanya yaitu agar dapat membawa kita kepada pertobatan sejati yang terus menerus, dan untuk memperbaharui hubungan kita dengan Tuhan, dan bukannya untuk dibangga- banggakan, apalagi memandang orang lain yang belum diberi karunia bahasa Roh seperti ‘warga kelas dua’ yang lebih ‘rendah’. Sikap ini sesungguhnya bukan dari Tuhan dan dapat menghantar kita kepada kesombongan rohani. Kita harus berdoa agar terhindar dari membuat prasangka seperti ini.
Kita harus melihat bahwa karunia bahasa Roh adalah karunia yang diberikan cuma- cuma dari Tuhan, dan bukannya sesuatu yang harus dikejar, apalagi sesuatu yang dapat dilatih dan diperoleh sendiri seperti halnya bahasa manusia. Malah kalau demikian, bisa jadi bahasa roh-nya bisa bukan berasal dari Tuhan. Tuhan akan memberikan, jika dipandang-Nya baik, kepada umat-Nya, karunia bahasa Roh ini, yang selayaknya harus digunakan untuk pertumbuhan iman pribadi dan pertumbuhan umat. Sebab karunia bahasa Roh yang otentik ini umumnya kemudian disertai juga dengan semangat yang besar untuk mengenal dan mengasihi Tuhan, lewat doa-doa, firman dan sakramen- sakramen yang kemudian menghantar seseorang untuk lebih mengabdikan dirinya untuk membangun umat Tuhan dalam kasih persaudaraan.
Demikian yang dapat saya tuliskan, semoga dapat menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
saya pribadi tidak (atau belum) mendapatkan karunia bahasa roh. tidak mampu berbahasa roh bukan berarti jauh dari Tuhan.
Jadi… Iblispun bisa memberikan bahasa roh?
Jika kegunaan bahasa Roh itu adalah untuk berdoa kepada Allah. kok bisa iblis memberikan bahasa roh?
Shalom Alexander,
1. Ya, karunia bahasa roh bukan tolok ukur dari kekudusan. Sebab bukti kekudusan itu adalah kasih kepada Allah dan kepada sesama. Ini adalah perintah utama dari Tuhan Yesus, yang dimana tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:34-40; Mrk 12: 28-34; Luk 10: 25-28). Jadi bahasa Roh itu merupakan salah satu karunia yang diberikan oleh Tuhan, supaya kita terdorong untuk lebih lagi mengasihi Allah, dan dengan mengasihi Allah kita mempunyai motivasi yang kuat untuk mengasihi sesama. Karunia rahmat Tuhan yang lain, dapat kita terima di dalam sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan sakramen Tobat. Maka jika anda belum dikaruniai bahasa Roh tidak perlu berkecil hati, sebab rahmat pengudusan telah diberikan Allah kepada anda lewat Pembaptisan, dan melalui sakramen-sakramen yang lain, anda telah dapat menerima peningkatan rahmat tersebut.
2. Saya katakan dalam tulisan di atas, bahwa kita harus menganggap karunia bahasa Roh sebagai pemberian Allah secara cuma-cuma, sehingga tidak bisa dicari-cari/ dipaksakan, bahkan dilatih atau dibuat-buat sendiri. Sebab jika demikian halnya, itu bukan berasal dari Allah melainkan dari diri sendiri. Selanjutnya, dalam acara pencurahan Roh Kudus, ada kalanya, orang-orang yang pernah terlibat dalam kuasa gelap dapat mengalami manifestasi yang ‘menolak’ kuasa Roh Kudus. Biasanya mereka ini berontak, berteriak keras-keras, juga dengan bahasa yang tak menentu, yang mengacaukan suasana doa. Maka dapat saja sekilas, orang dapat menyangka apa yang dikatakan orang itu adalas ‘bahasa roh’, namun sebenarnya itu bukan karunia bahasa Roh yang dari Allah. Maka dengan demikian kita dapat mengetahui mana bahasa Roh yang dari Tuhan, dan mana yang bukan: yang berada dalam kesatuan umat dalam penyembahan kepada Tuhan, itu berasal dari Allah, sedangkan yang menarik perhatian ke arah diri sendiri, tidak dapat dikendalikan, dan bersifat menyerang dan liar, itu bukan dari Allah. Jadi memang benar, tidak mungkin Iblis mendorong seseorang untuk berdoa; yang dilakukannya adalah membuat kekacauan, menarik perhatian sendiri dan merusak kesatuan. Jadi dengan ciri-ciri/ ‘buah’ ini kita mengetahui ‘pohon’-nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
syalom membicarakan pengalaman dikharismatik khatholik tentang karunia karunia roh.begini pengalaman saya sebuah pengalaman terjadi dalam hidup saya dan mengubah segala galanya.dalam perjalanan hidup saya ketika pada suatu hari(lupa tanggalnya)waktu itu saya bekerja dijakarta dan bagi saya karier bagus dan banyak peluang baru cukkup menjanjikan.kemudian dalam hal kerohanian ikut menggerakan kegiatan mudika digereja khatholik st. gabriel pulo gebang jakarta timur,bagus mereka bangkit mulai muncul kegiatan kegiatan kemudian saya merasa ada kerinduan ingin mengenal iman khatholik saya lebih dalam waktu itu ikut kegiatan legio maria,nah pada suatu hari,ketuanya(elisabet)mengabarkan kalau didaerah suntrer ada nikita(penyanyi rohani) kita satu kelompok legio berangkat buat nontondan ternyata baru saya ketahui kemudian itu adalah pencurahan roh kudus yang dilakukan oleh romo johannes.mungkin itu gerakan rohkudus mulai masuk gereja khatholik say atidak tahu kharismatik waktu itu. didoakan ditumpangkan tangan oleh romo johannes sendiri semua antri berjejer termasuk saya tidak terjadi manifestasi biasa tidak terasa tapi semenjak itu hidup saya berubah total arah hidup saya(seolah saya tidak bisamengarahkan lagi hidup saya lagi saya tidak bisa menentukan hidup saya juga mulaimengalami pengalaman pengalaman rohani yang mengubah hidup sayaada yang tidak saya pahami tiba-tiba karier saya banyak yang macet dan saya harus balik dimuntilan jateng dimuntilan ada dampak luar biasa dalam pelayanan sayadigereja maupun dalam bermasyarakattapi saya tidak tahu denganapa yang sedang terjadi dalam hidup saya.tidak punya pembimbing rohani tapi saya membimbing rohani midika paroki st. antonius gereja khatholik muntilan katanya mudika sudah vakum lama dan sulit dihidupkan,saya terpilih jadi krtuamudikadan luar biasa kegiatn jadi banyak yg hidup gereja jadi ramekegiatan tapi saya tidak punya dasar pemahaman yang benar.jadi banyak pujian yang dialamatkan ke saya pokoknya top&hebat tapi saya nggak sadar telah mencuri kemuliaan tuhan karena tidak tahudasar pengajaran firman tuhan tapi juga aneh saya jadi gampang dong dengan firman tapi juga tanpa sadar saya jadi sombong rohani sering berdebat kebenaran dengan prodiakon di paroki itu juga dengan romo jadimya saya malah punya akar pahit dengan gereja khatholik saya ter lahir dari keluarga khatholik yang taatmalah tokoh perintis gereja khatholik disragen.terjatuh dalam kesombongan rohanitan pemahaman dasar pengertian firman tuhan dengan baiktapi dampak yang saya berikan luar biasa dan kehidupan doanya kuat sekali.gua maria sendangsono, gua maria kerep ambarawa.makam romo sanjoyo dan digereja sendiri saya selalu ikut misa harian tiap pagisaya ikut dan jarang absen tapi saya bingung kok saya jadibegitu milian begini? tapi saya tidak tahu mesti tanya kesiapa tapi ahkirnya saya bergabung dikharismatik hatholik saya bertemu bisa dikatakan seminar sederhana doa koronka untuk di perkenalkan di gereja kami. muntilan sayapun mulai pratek ditambah puasa tapi tujuan kesungguhan saya adalah minta prtolongan tuhan kok hidup saya makin melorot kebawahterus makin terjun bebastapi kluyuran saya jadi cuma digereja dongnada satu romo disitu saya mendapat julukan mendem gusti allah (mabuk tuhan allah) karena kegiatanya rohani doang. nah waktu rajin koronka kadang rosario tiap jam tiga siang pakaiuas kok jadi aneh menurut saya. didalam doa tiap jam tiga siang itu seteleh beberapa waktu tiba -tiba saya jsdi sadar dan malu hati sendiri kok saya jadi aneh begini aktifitas rohani cuma saya lakukan dikamar tertutup nah suatu siang selesai berdoa saya mnendengar suara sangat jelas ditelinga saya.seperti paulus ketika pertama kali bertobat bukan dihati tapi ditelinga sangat jelas suara orang laki laki berumur sekitar 35 tahun bunyi begini: PERCAYALAH. cuma satu kata. saya cari sumber suara tidak ada karena dikamar saya sendirian jauh sebelum peristiwa ini saya mendapat bhs roh. itupun setelah beberapa wahtu baru saya tahu kalau itu bhs roh.saya merindukan pembimbing rohani tapi saya tidak dapat selang beberapa waktu saya kena stroke lumpuh sebelah sampai sekarang belum sembuh dan sampai sekarang saya masih membujang mulailah. setelah ini mulailah saya banyak bertanya kesana kemari apa yag terjadi dalam dirisaya ini. puji tuhan setelah pontangpanting kerepotan karena lumpun sebelah tapidiwaktu situasi sulit begitu saya merasakan tuhan tidak pernah meningalkan walaupun saya kebingungan saya baru tahu tuhan itu setia dan tidak pernah meninggalkandan tuhan yesus sangat bisa diandalkan. setelah beberapa waktu tuhan kirim seorang penginjil dari bandung yang sebenarnya dia mau memenangkan jiwa keluarga istrinya keluarga bukan jemaat GKPB, tapi waktu itu dia ngomong kamu cocoknya ibadah disini GKPB MDC. setelah dimuridkan disitu saya bertobat mula terbuka lagi tentang firman tuhan dan mulai tahu apa itu kebenaran dan saya lahir baru dan baptis selam disitu dengan nama johannes. juga mulai saya tahu apa itu diproses tuhan dimurnikan ada beberapa hamba tuhan katannya saya mau di pakai tuhan. nah menurut ibu apa yang saya alami itu apa?dan komentar ibu bagaimana?sebab dulu saya orang khatholik lho bu walaupun saya orang kristen ada beberapa sahabat waktu jadi aktifis di khatholik sekarang saya dilibatkan kembalinya buat saya buat reunilah tapi atas seijin gembala sidang saya dan saya tetap beribadah di GKPB berakar disitu juga bertumbuh disitu tolong jawabanya dan terimakasih sebelumnya tuhan yesus memberkati.
Shalom Johannes Yus,
Saya berterima kasih atas sharing anda. Saya percaya bahwa anda memang telah mengalami pengalaman kasih Allah; dan anda pribadi sesungguhnya memiliki kerinduan yang mendalam untuk semakin mengenal dan mengasihi Allah. Kerinduan ini mungkin yang tidak mendapat bimbingan yang cukup dari Gereja Katolik, sehingga anda memutuskan untuk meninggalkannya. Untuk itu, saya terus terang merasa prihatin. Saya tidak tahu, apakah alasan persis anda meninggalkan Gereja Katolik, namun sebelum saya melanjutkan komentar saya, saya menganjurkan anda membaca terlebih dahulu sharing pengalaman Maria Natalia Brownell, yang ada di situs ini, silakan klik, dan artikel ini, Mengapa kita memilih Gereja Katolik, silakan klik. Menjadi seorang Katolik adalah menjadi seorang Kristen yang mengikuti kehendak Kepala-nya yaitu Kristus, yang telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus.
Pada dasarnya saya hanya ingin menganjurkan kepada anda (karena anda bertanya pada saya), untuk merenungkan apa yang tertulis pada kesaksian dan artikel tersebut. Apakah alasan anda meninggalkan Gereja Katolik? Sebab jangan sampai kita memilih gereja hanya demi kepentingan diri kita, seperti ingin mencari komunitas yang baik, ingin mendapat bimbingan, dst. Motivasi-motivas itu baik, tetapi sebenarnya tidak cukup, sebab sesungguhnya motivasi yang terbaik adalah ingin mengikuti kehendak Tuhan dan kebenaranNya. Jika Tuhan memberi kemampuan kepada kita untuk menemukan kebenaran-Nya, maka kita sudah selayaknya menempatkan kepenuhan kebenaran itu di atas kepentingan pribadi kita. Bagi saya umat Katolik, dan mungkin sebenarnya juga anda karena andapun dulunya seorang Katolik, kita mengetahui bahwa kepenuhan kebenaran ada dalam Gereja Katolik. (Atau kalau anda belum mengetahuinya, semoga suatu saat Roh Kudus menyatakannya kepada anda).
Untuk bertumbuh di dalam Gereja Katolik memang melibatkan usaha dua arah. Yang pertama dari kita sendiri, dengan mempelajari iman Katolik dan meresapkannya, melalui doa, membaca Kitab Suci maupun pendalaman iman, persekutuan doa, karya kerasulan dst. Namun yang kedua adalah dari rahmat Allah sendiri, yang kita terima melalui doa, merenungkan Kitab Suci, menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan sakramen Pengakuan Dosa. Semakin kita mau bertumbuh di dalam iman, kita harus semakin menggantungkan diri pada rahmat Allah ini: yaitu dengan menerima Ekaristi sedapat mungkin setiap hari dan mengaku dosa setidaknya sebulan sekali. Tentu keduanya dengan persiapan batin yang baik. Saya tidak tahu apakah anda sempat melakukan hal- hal ini pada waktu anda adalah seorang Katolik. Memang berikutnya, adalah mencari pembimbing rohani, sedapat mungkin imam, yang kepadanya anda biasa menerima Sakramen Pengakuan dosa. Dengan demikian, imam itu akan menunjukkan kepada anda kelemahan/ kekurangan anda yang harus diperbaiki, dan bagaimana untuk bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus. Walau umumnya para imam sudah sibuk dengan urusan- urusan di paroki, namun sebenarnya, jika anda menghubungi imam di paroki atau di keuskupan dan menyatakan niatan anda yang sungguh-sungguh untuk dibimbing secara rohani, saya percaya pasti akan ada imam yang sesungguhnya dapat membimbing anda.
Namun kenyataannya, anda telah memutuskan pindah gereja. Walaupun saran saya seolah sudah terlambat karena kejadiannya sudah lewat, namun saya percaya, tidak ada kata terlambat untuk datang kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Gereja itu seperti Ibu, kita tidak bisa memilih sendiri, atau membuat sendiri; melainkan itu diberikan kepada kita. Yesus yang mendirikan-Nya, kita umat-Nya mengikuti kehendak-Nya untuk bersatu dan bertumbuh di dalam Gereja-Nya itu.
Saya juga pernah mempunyai pengalaman rohani dengan persekutuan doa Karismatik Katolik, dan juga dengan Rm. Yohanes Indrakusuma. Saya mensyukuri rahmat Tuhan itu, yang telah mengubah hidup saya. Namun saya memilih untuk tetap setia menjadi seorang Katolik. Saya sadar bahwa untuk bertumbuh di dalam Gereja Katolik tidak mudah, namun Roh Kudus itu justru semakin mendorong saya untuk berani mengambil langkah sedikit demi sedikit setiap hari dengan menggantungkan diri saya pada rahmat Tuhan. Dengan berjalan bersama Tuhan Yesus, saya menemukan panggilan hidup saya untuk turut serta membangun Gereja-Nya dari dalam, dan bukan meninggalkannya untuk mencari yang lain. Saya tetap di Gereja Katolik, karena saya mengasihi Kristus yang telah mendirikan-Nya, dan saya akan berjuang semampu saya untuk semakin mengenali dan mengasihi iman Katolik, yang telah dipercayakan-Nya kepada saya.
Saya percaya Tuhan juga mempunyai rencana yang khusus buat anda. Keterbatasan anda secara jasmani karena stroke yang anda alami tidak akan membatasi karya Allah dalam hidup anda. Ingatlah akan janji firman-Nya, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor 12:9). Saya sebagai umat Katolik tentu boleh berharap jika orang-orang seperti anda, yang telah meninggalkan iman Katolik, suatu saat dapat kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Namun memang keputusan akhir ada di tangan anda sendiri. Pada akhirnya nanti kita akan berhadapan dengan Kristus, dan Ia pasti akan menilik jauh ke lubuk hati kita yang terdalam, tentang apakah kita sudah mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan kita. (lih. Mrk 12: 30). Dan ya, saya percaya, ini juga termasuk apakah kita mau (dan setia) bergabung di dalam Gereja yang didirikan-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
PUJI TUHAN ibu berkenan menjawab pertanyaan saya dan memberikan penjelasan panjang lebar kalau ibu prihatin saya sungguh berbahagia itu juga keprihatinan saya sejak dulu kalau boleh saya ungkapkan keprihatinan saya waktu jadi aktifis digereja khatholik saya menghimbau para peimimpin untuk turba, turub kebawah umat yang besar ada dibawah butuh sekali bimbingan dan punya akses untuk bertanya seperti ini semisal saran ibu saya pertimbangkan tetapi semua tidak lepas dari doa dan mohon tuntunan ROH KUDUS saya butuh melatih kepekaan saya untuh tahu tuhan taruh saya di gereja mana tapi saya berterimakasih atas jawabanya. untuk saat ini saya tetap berakar dan bertumbuh di GKPB karena disitu mata rohani saya benar benar terbuka dan saya per cayasungguh FIRMAN tuhan dantuntunanroh kudus karenamenurut saya firman tidak bisa ditafsirkan tetapi dengan terang roh kudus akan ada ketepatan dalam memahami dan kebenaranya sangat valid bukan mungkin. matur nuwun.GBU
Shalom Johannes Yus,
Keprihatinan saya bukan hanya karena waktu itu anda tidak mendapat bimbingan yang cukup dari pihak pimpinan Gereja Katolik, tetapi juga bahwa hal itu akhirnya mengakibatkan anda meninggalkan Gereja Katolik. Karena, sebelum kita menyalahkan pihak orang lain, ada baiknya kita introspeksi terlebih dahulu tentang diri kita sendiri. Yaitu apakah kita sudah melakukan ‘bagian’ kita atau belum. Artinya, apakah kita sendiri sudah berjuang sekuat tenaga untuk mengetahui iman kita dan bertumbuh di dalamnya. Karena dari banyak kesaksian, ada banyak orang yang semakin mempelajari Kitab Suci dan sejarah Gereja, malah menemukan kebenaran di Gereja Katolik. Nah, padahal anda yang sudah berakar di dalam Gereja Katolik, malah meninggalkannya. Di sini, saya merasa prihatin. Kalau memang orang yang dari kecil dibesarkan di lingkungan Protestan, sehingga memang tidak pernah mengetahui/ belajar tentang iman Katolik, saya masih bisa memaklumi, kalau mereka belum sampai mengetahui yang sebenarnya tentang Gereja Katolik. Namun bagi kita yang sudah dibaptis Katolik, sesungguhnya kita harus dan wajib untuk mengenali iman Katolik kita terlebih dahulu, sebelum mempelajari yang lain. Karena tanpa kita mempelajari iman kita, maka kita akan lekas goyah.
Saya selalu percaya bahwa bukti tuntunan Roh Kudus yang paling nyata adalah yang telah dibuktikannya selama 2000 tahun lebih dalam mendampingi Gereja Katolik. Semakin kita mempelajari sejarah Gereja, kita mengetahui ada banyak saat-saat sulit dalam Gereja, yang kalau bukan karena campur tangan Tuhan, Gereja Katolik sudah bubar dari dulu-dulu. Maka saya sungguh sangat yakin bahwa Roh Kudus bekerja di dalam Gereja Katolik. Kalau ada suara yang mengatakan agar kita memecahkan diri atau meninggalkan Gereja Katolik, saya rasa itu bukan suara Roh Kudus. Karena Roh Kudus selalu menginginkan kesatuan dan bukannya meninggalkan kesatuan yang sudah ada. Terus terang, saya menyarankan hal ini, justru karena anda tadinya adalah seorang Katolik. Jika anda dari dulunya bukan Katolik memang mungkin lebih sulit untuk menerima hal ini. Tetapi justru karena anda tadinya berakar di dalam Gereja Katolik, dan menerima pengalaman rohani juga di dalam Gereja Katolik, maka, menurut saya patut anda renungkan kembali keputusan anda. Karena banyak orang yang seperti anda, tetap berakar di dalam Gereja Katolik dan juga dapat bertumbuh di dalam iman, dapat juga terbuka pada Firman Tuhan. Dengan demikian, kita dapat sama- sama membangun Gereja Katolik dari dalam.
Kalau anda sampai mengatakan bahwa firman itu tidak bisa ditafsirkan itu merupakan pandangan yang keliru. Firman Tuhan itu bisa ditafsirkan atas terang Roh Kudus, dan ini telah terbukti, dan dipegang terus secara setia dan murni dalam Gereja Katolik. Interpretasi dari para penerus rasul inilah yang dapat dikatakan sebagai interpretasi yang murni. Semakin kita mempelajari, justru semakin kita mengagumi akan kesetiaan Gereja Katolik mempertahankannya. Namun memang diperlukan kerendahan hati untuk mempelajarinya dan berusaha memahaminya, dan tidak terlalu cepat mengatakan, “Roh Kudus telah berkata kepada saya…. atau saya menerima ilham dari Roh Kudus….” Nah terlalu cepat mengatakan hal ini, sebelum mempelajari dengan sungguh-sungguh pengajaran para rasul [yang sudah jelas-jelas dipimpin oleh Roh Kudus], itulah yang dapat menjebak kita ke dalam kesombongan rohani. Karena bukannya tidak mungkin pengertian kita ‘yang kita klaim dari Roh Kudus’ ternyata berbeda dengan pengertian para rasul. Dan jika demikian halnya, menurut saya, yang salah bukan Roh Kudusnya tetapi interpretasi kita. Jika kita tidak mau mengakui hal ini, dan menempatkan pengertian pribadi kita di atas pengajaran para rasul, maka kita melibatkan diri di dalam muara perpecahan yang menyedihkan bagi para murid Kristus. Jika kita memulai ataupun terbawa arus perpecahan ini, maka kita yang tadinya umat Katolik, malah bukannya bekerjasama dengan Yesus untuk mempersatukan Gereja-Nya di bawah pimpinan Rasul Petrus dan para penerusnya, malahan kita bertindak sebaliknya.
Saya percaya diperlukan keterbukaan hati untuk merenungkan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi kita, jika benar-benar kita ingin mengikutinya. Sebab itu melibatkan kesediaan kita untuk ‘mati’ terhadap kehendak sendiri dan berusaha melihat dan berpikir dari sudut pandang Kristus. Dan semakin kita merenungkan kesungguhan Kristus untuk menyerahkan Diri-Nya bagi Mempelai-Nya, yaitu Gereja yang didirikan-Nya, maka semakin kita terdorong untuk bergabung dengan seutuhnya di dalam Gereja-Nya itu, ya, di dalam Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Membaca artikel “Tentang Bahasa Roh” yang ditulis Bu Ingrid dan tanggapan Bu Ingrid kepada Johannes Yus pada November 14, 2009 at 6:14 pm, saya jadi teringat pada 2 kejadian ini:
1. Dalam satu kesaksian yang saya dengar beberapa tahun yang lalu melalui radio, seorang suami kaya raya berkata kira-kira seperti ini, “Sambil berlutut di dekat istri saya dan sambil menangis, saya mengakui semua perselingkuhan saya. Mendengar pengakuan saya, istri sayapun juga menangis. Saya minta ia memaafkan saya. Istri saya lalu berkata bahwa ia sepenuh hati memaafkan semua kesalahan saya ini. Dan pada saat itu juga, hati saya dipenuhi dengan Roh Kudus, saudara-saudara!…” Kemudian terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah menanggapi kesaksian ini.
2. Seorang guru saya pernah berkata, “Roh Kudus memang murah hati, tetapi tidak murahan!”
Artikel dan tanggapan Bu Ingrid sekali lagi memberikan kesadaran kepada saya agar jangan sampai saya dengan mudah mengatakan bahwa diri saya dipenuhi dengan Roh Kudus, yang tanpa saya sadari, diri saya masih penuh dengan dosa. Perasaan lega tak boleh serta merta dibilang dipenuhi dengan Roh Kudus. Hanya orang yang hidupnya kudus yang layak dipenuhi dengan Roh Kudus. Apa mungkin Roh Kudus bersemayam di hati orang yang masih penuh dengan dosa (dosa besar lagi).
Saya baru mengerti mengapa setiap tahun pada tanggal 8 Desember (yang juga hari ulang tahun istri saya), Gereja Katolik memperingati hari raya “Maria Dikandung Tanpa Noda”. Saya baru mengerti, apa pantas seorang wanita yang tidak murni dari dosa, mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan Putra Allah yang tanpa dosa. Apa mungkin bagi Allah, Roh Kudus yang tanpa dosa, bersemayam di dalam rahim seorang wanita berdosa. Wow, Gereja Katolikku memang hebaaattt…
Saya setuju, bila seorang Katolik belum sampai merasakan keistimewaan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, malah lebih mengutamakan ibadat dan penyembahan dalam bentuk lain, maka cepat atau lambat ia akan bosan di Gereja Katolik.
Baiklah, Bu Ingrid, seorang Katolik haruslah mempunyai kerendahan hati.
Artikel “Kerendahan Hati: Dasar dan Jalan Menuju Kekudusan” sangat berarti buat saya.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
terimakasih tapi tolong lebih tenang lagi apakah benar ada ajakanmemecah belah mari kita lihat sejarahbaik tenang dan jernih;1. bagaimana tanggapan saudara tentang kematian galelei galeliopenemu hukum gravitasibumiyangberselisih pendapat dengan gereja??berahkir hukuman mati buat beliau dan pernyatan siapa yang ahkirnya benar?UMAT BUTUH INFORMASI YANG BENAR2.kitacermati lebih teliti lagi kejadian unculnya protes martin luther?apakah tiba tiba dia kerasukan teriak teriak itu salahdia mengajak balik kepada point utama firman sebagai kebenaran coba renungkan lebih dalam jagan dilihat dari kaca mata negatif yang terbuka dong .satu hal yang penting sekarang semua gereja berjuang adanya kesatuan tubuh kristus danbiarlah kristus sendiri pemmimpinnya. menurutsaya tidak ada gereja yang mengajak memecahbelah tolong sekali lagi tolong bedakan antara tuduhan dengan pernyataan yang mengandung kebenaranUMAT BUTU INFORMASI YANG BENAR.MARI BERJUANG KESATUAN TUBUH KRISTUS DAN TIDAK ADA GEREJA YG PALING BENAR.biar roh kudus yang pimpin. satu hal yang pentingsejarah awali itu milik bersama kita sama berangkat dari masa martin luther, sejak kisah para rasul sampai masa martiin luther kita bersama saudaraku yang fair dong.roh kudus kita atur atau kita taat roh kudus??ii bau nya pmenjadi perdebatan dan itu bukan tujuan saya tapi saya perlu luruskan per nyataan saudara agar dapat pengertian yang tidak berat sebelah.terimakasih bu inggrid tanggapanya dan balasan ke alamat email saya kalau per lu tuntas sebaik nya lewat email pribadi sehingga tidak nelukaikeper cayaan iman yang laindan samasama berpegang kebenaran ingat perumpaan duaorang yg sedang berdoa satu orang farisi satu lagiorang berdosa yangmemukul mukul dada nya sebagai orang berdosa ini bicara tentang kerendahan hatiyasekian erimakasih pingin sharing ber lanjut kirim email pribadi saja ini fasilitaskusus.GBU
Shalom Johanes Yus,
Tidak ada yang tidak tenang di sini, dan saya juga berharap anda tidak menuduh bahwa kami di Katolisitas menuduh ataupun memojokkan anda. Kami menjawab karena anda bertanya kepada kami di situs Katolik. Tentu kami menyampaikan apa yang kami yakini sebagai kebenaran. Dan sungguh kami juga tidak bermaksud menutup- nutupi kebenaran. Jadi kami di situs Katolisitas ini juga berusaha memberikan informasi yang benar dan obyektif.
1. Mengenai kasus Galileo Galilei, silakan anda membaca di artikel ini, silakan klik. Semoga anda dapat melihat bagaimana kejadian sesungguhnya, yang tercatat di dalam sejarah.
2. Mengenai Martin Luther, memang belum secara mendetail kami tuliskan, namun tentang ke 95 thesesnya, sudah pernah kami muat juga di sini, silakan klik. Pada dasarnya, keinginan Luther untuk kembali ke Firman Tuhan itu bukannya sesuatu yang salah, tetapi doktrinnya yang mengatakan "Iman saja" (sola fide) yang dipisahkan dari perbuatan kasih, dan "sola scriptura" (Alkitab saja) itu yang sendiri tidak Alkitabiah, karena tidak ada ayat dalam kitab suci yang menyatakan bahwa hanya dengan iman saja atau Alkitab saja kita diselamatkan. Kita diselamatkan karena kasih karunia Allah, oleh iman yang bekerja oleh kasih (Ef 2:8-9, Gal 5:6). Sola Fide yang benar menurut Paus Benediktus XVI adalah iman yang tak terlepas dari perbuatan kasih, seperti yang pernah ditulis dalam artikel ini, silakan klik.
Dan yang terakhir doktrin "Alkitab saja"/ Sola Scriptura yang tanpa mempedulikan Tradisi para rasul dan para Bapa Gereja itulah yang akhirnya membawa perpecahan gereja (silakan klik di sini), bahkan di dalam tubuh gereja Protestan sendiri, yang sekarang jumlahnya sekitar 28.000 denominasi di dunia. Perpecahan dan menjamurnya denominasi gereja Protestan itu suatu realita, Yohanes, yang memang seharusnya menjadi bahan permenungan kita semua sebagai murid-murid Kristus. Biasanya pembentukan suatu denominasi baru dimulai dari ketidaksetujuan dalam hal interpretasi doktrin antara satu tokoh dengan tokoh lainnya dalam gereja asalnya. Ini suatu realita, pengertian pribadi (yang sama-sama mengklaim dapat ilham dari Roh Kudus) dapat membawa kepada perpecahan Gereja. Dengan pengertian pribadai, seseorang dapat mempunyai interpretasi bahwa ia dapat mendirikan gereja, padahal menurut pengertian para rasul, seharusnya Gereja itu tidak dapat didirikan manusia, namun manusia hanya dapat menerimanya dari Tuhan Yesus yang mendirikannya di atas Petrus (Mat 16:18).
Jadi benar bahwa biarlah Yesus sendiri yang memimpin Gereja, hanya saja diperlukan kerendahan hati untuk menerima juga bahwa Yesus sudah memilih pemimpin Gereja-Nya, yaitu Petrus dan para penerusnya.
3. Maka karena Yesus menyebut Gereja sebagai "Mempelai-Nya" dan bahwa Ia sendiri mengajarkan bahwa pernikahan yang dikuduskan Allah adalah antara seorang pria dan seorang wanita, yang tak terceraikan seumur hidup (Mat 19:5-6); maka dapat dimengerti bahwa Yesus sendiri bermaksud mendirikan hanya satu Gereja, satu Tubuh, satu Mempelai, dan bukannya banyak. Benar Roh Kudus yang memimpin dan itu sudah terbukti selama 2000 tahun di dalam Gereja Katolik, dan sebenarnya, ini sendiri merupakan bukti yang sangat kuat bagi mereka yang mau terbuka untuk melihat janji penyertaan Tuhan Yesus kepada Gereja-Nya. Maka walau ada kebenaran di gereja-gereja lain, karena mereka juga mengajarkan tentang Kristus, namun kepenuhan kebenaran ada di Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri dan berakar dari pengajaran para rasul, yang diteruskan dengan setia oleh para Bapa Gereja dan Magisterium Gereja Katolik.
Jika anda menganggap pernyataan ini menyinggung anda, saya mohon maaf, namun saya tidak dapat menyembunyikan kebenaran, apalagi karena sebenarnya, andalah yang pertama- tama datang mengunjungi situs ini, dan menanyakan tanggapan saya atas pengalaman rohani anda. Saya percaya Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran, dapat bekerja dalam banyak cara, dan memang kita tidak bisa mengatur Roh Kudus. Ketaatan kita kepada Roh Kudus itu dimulai juga dari cara yang sederhana, dan ini seharusnya menampakkan buahnya, yaitu: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kebaikan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22-23). Kasih itu selalu menunjuk kepada kesatuan, dan kesatuan adalah bukti yang paling nyata dari kasih. Kasih itu tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain (1 Kor 13:4). Itu sebabnya menjadi sesuatu yang memprihatinkan, jika memang kesatuan Gereja saat ini belum terwujud. Dan bagi saya, juga memprihatinkan jika seseorang meninggalkan Gereja yang telah didirikan oleh Yesus, untuk alasan apapun juga, karena itu artinya melepaskan diri dari kesatuan yang sempurna dengan Tubuh Mistik-Nya.
Maka, jika anda ingin berdiskusi lebih lanjut, silakan mengambil topik tertentu yang belum pernah dibahas dalam situs ini. Kami akan berusaha menjawabnya. Tetapi tentu, ini jika anda mempunyai niatan berdiskusi, dan bukannya sudah langsung menjatuhkan vonis negatif terhadap Gereja Katolik. Kembali saya menganjurkan, jika anda belum membaca "Mengapa memilih Gereka Katolik", silakan klik, dan sesudah itu, jika anda masih ingin bertanya atau berkomentar, silakan bertanya di bawah artikel tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid, Saudara Johannes Yus dan Saudara-saudaraku yang tetap setia kepada Gereja Katolik,
Sudah sangat sering saya mendengar pendapat yang mengatakan bahwa Gereja Katolik telah membunuh Galileo Galilei.
Setelah membaca jawaban Pak Stef di “Apakah Galileo Galilei Dibunuh Gereja Katolik?” pada Nov 4th, 2008, saya mendapatkan perspektif yang lain. Syukurlah Pak Stef menulis jawaban ini, sehingga kami yang tetap setia kepada Gereja Katolik bisa mempunyai perspektif yang lain tentang kasus Galileo Galilei ini.
Memang, setelah sekian tahun berlalu, ternyata teori Galileo Galilei terbukti benar adanya. Tetapi apakah fair menilai masa lalu berdasarkan kemampuan di masa kini? Apakah fair umpamanya, dokter ahli jantung, yang bernama Luther yang hidup di abad 21 ini menyalahkan dokter Ignatius yang hidup di abad 16 karna dokter Ignatius ini tidak mampu melakukan operasi jantung? Dalam contoh saya ini, dokter Ignatius jelas tidak bisa disalahkan karna tidak mampu melakukan operasi jantung. Wong ilmu kedokteran di zaman dokter Ignatius belum secanggih di zaman dokter Luther. Ini contoh aja.
Jadi, kalau semua orang pada zaman Galileo Galilei belum tahu bahwa teori Galileo Galilei-lah yang benar – bahkan Galileo Galilei sendiri tidak bisa menunjukkan bukti yang memenuhi standar sains pada saat itu, apakah fair orang-orang zaman modern sekarang ini selalu menyalahkan Gereja Katolik pada masa Galileo Galilei?
Mari, Saudara-saudaraku yang tetap setia kepada Gereja Katolik, kita semakin setia kepada Gereja Katolik… Jelas kita, yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih maju di zaman modern ini tidak bisa menyalahkan pihak Gereja Katolik yang hidup di zaman Galileo Galilei. Wong sains di zaman Galileo Galilei belum semaju dan selengkap sains di zaman kita ini. Masa sih kita menyalahkan mereka berdasarkan kemampuan kita sekarang ini? Apakah fair umpamanya, saya menyalahkan Martin Luther karna Martin Luther tidak pernah memakai handphone semasa hidupnya? Wong handphone baru ada pada zaman sekarang koq! Jadi, apakah fair menilai keadaan di masa lalu berdasarkan keadaan sekarang ini?
Website ini benar-benar membuka wawasan saya. Terima kasih banyak http://www.katolisitas.org.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Shalom Lukas Cung,
Saya berterima kasih atas sharing pengalaman anda. Ya, memang diperlukan kerendahan hati jika kita ingin bertumbuh di dalam iman. Kerendahan hati bahkan dikatakan sebagai dasar dan jalan menuju kekudusan, karena kerendahan hati itu merupakan hal yang paling pertama untuk mengalahkan kecenderungan dosa yang terbesar dari diri manusia, yaitu kesombongan. Kesombongan adalah dosa pertama Adam dan Hawa, dan karena kejatuhan mereka dalam dosa asal ini, maka kitapun sebagai keturunan mereka harus bergumul dengan kecenderungan sombong ini selama hidup kita di dunia. Para kudus banyak yang menulis tentang hal ini dan mereka mengingatkan kita, justru kepada mereka yang telah bertumbuh secara rohani untuk berhati-hati agar tidak jatuh kepada dosa kesombongan rohani yang sesungguhnya lebih parah lagi daripada kesombongan biasa.
Untuk inilah selalu baik jika kita melihat teladan Bunda Maria, yang walaupun telah dipilih Tuhan untuk menjadi Bunda-Nya, tetapi selalu hidup di dalam kerendahan hati. Ia tidak pernah menonjolkan diri, dan selalu mengarahkan umat kepada Yesus Puteranya.
Sebagai umat Katolik memang sebenarnya kita telah diberi banyak karunia, terutama melalui sakramen- sakramen, yang menjadikan rahmat Tuhan itu sesungguhnya tersedia dengan limpahnya bagi kita. Namun memang diperlukan disposisi hati yang baik dan kerendahan hati untuk menerima rahmat yang tercurah melalui sakramen- sakramen dan pemahaman akan ajaran Gereja yang bersumber pada ajaran para rasul dan para Bapa Gereja. Begitu seseorang menempatkan pengertian dirinya di atas ajaran para rasul dan Bapa Gereja, maka ia tidak lagi dapat menghargai sakramen- sakramen dan ajaran Gereja Katolik lainnya. Dan ini sesungguhnya sesuatu kenyataan yang sangat memprihatinkan.
Mari kita berdoa memohon tuntunan dan bimbingan Roh Kudus, agar kita dapat hidup dalam kerendahan hati. Semoga pengajaran St. Yohanes Pembaptis itu bergema di dalam hati kita, yaitu agar Tuhan harus menjadi makin besar dan utama dalam hidup kita, tetapi kita harus menjadi makin kecil (lih. Yoh 3:30).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bu Inggrid
Terima kasih atas tulisan ibu mengenai bahasa roh, dan pengalaman saudara Yohanes yang telah meninggalkan gereja Katolik. Kita tidak hanya prihatin saja bu Inggrit, malah perlu kita dalam hal ini institusi Katolik untuk mengevaluasi semua kegiatan spiritualitas dalam gereja katolik.Mohon maaf untuk teman-teman yang bergabung dalam karismatik katolik, seperti pengalaman sdr Yohanes, saya djuga melihat satu keluarga di cikarang, bahkan kepala keluarganya pernah jadi ketua lingkungan. Mulanya mereka aktif sekali dalam persekutuan doa karismatik, sampai bisa berbahasa roh, namun pada suatu saat mereka pindah ke gereja lain, tentu bukan katolik, dan seluruh anggota keluarganya. Saya sangat prihatin sekali, dan dari pengamatan saya banyak umat katolik yang pindah ke gereja lain umumnya setelah mereka mampu berbahasa roh, selain ada karena alasan perkawinan. Pertanyaan saya untuk bu Inggri, kalau betul karismatik dengan bahasa rohnya sebagai karya Roh Kudus, mengapa buahnya seperti ini. Bukankah gereja katolik di pimpin oleh Roh Kudus? Saya berpendapat ada penggembosan tata liturgi dari dalam gereja sendir, sebab ibadat maupun misa ala karismatik seperti ibadat cara orang protestan. Tidak heran bukan, kalau banyak yang lebih nyaman ke gereja protestan. Tuhan memberkati
[Dari Admin Katolisitas: pesan ini digabungkan]
Menurut saya gereja perlu meberikan pencerahan mengenai asal usul bahasa roh, dan kapan mulai di praktekan dalam gereja. Kalau kita membaca surat Paulus kepada jemaat di korintus, sebelum pengajaran paulus datang orang-orang korintus sudah terbiasa dengan praktek bahasa lain yang mereka tidak tahu artinya, bahkan kadang digunakan untuk mengobati orang sakit. Setelah pengajaran paulus di terima oleh jemaat di korintus, praktek bahasa lida/roh ini banyak di gunakan dalam persekutuan jemaat. Pada peristiwa pentekosta, atas upaya Tuhan sendiri, sebab Tuhan Yesus berjanji 10 hari setelah naik ke Surga
Dia mengutus Roh Kudus kepada murid-muridnya, dan seketika nampak lidah-lidah api di atas kepala murid-muridnya, dan mereka semua di berdayakan untuk memberitakan kerajaan Allah, dan itulah karunia yang dimiliki oleh gereja Katolik sampai saat ini, bukan yang aneh-aneh yang membuat seketika orang menjadi lain sampai tidak mengenal siapa dirinya. Tuhan Yesus menghendaki kita untuk menjadi sempurna sama seperti Bapa di Surga sempurna adanya. Kesempurnaan itu terjadi kalau kita bebas dari rasa takut, bebas dari kegelisaan, mengasihi Tuhan dan segala ciptaanNya tanpa syarat. Tuhan memberkati.
Arnoldus Amat.
Shalom Arnoldus Amat,
Ya, memang harus diakui bahwa ada banyak yang harus dilakukan dari pihak otoritas Gereja Katolik untuk membimbing dan mengarahkan perkembangan gerakan Karismatik Katolik. Namun itu tidak berarti gerakan Karismatik adalah gerakan yang sesat. Pihak Vatikan telah berkali- kali mengatakan bahwa gerakan Karismatik merupakan “ecclesial movement” (gerakan gerejawi) yang setara dengan gerakan- gerakan spiritualitas dalam Gereja Katolik lainnya, seperti Legio Mariae, Marriage Encounter, Couples for Christ, Focolare, dst.
Mungkin suatu saat nanti kami akan mengulas mengenai asal usul gerakan Karismatik ini, namun secara prinsip dapat dikatakan bahwa Gereja Katolik mengakui bahwa gerakan Karismatik Katolik ini adalah dari Roh Kudus, yang berkembang dewasa ini untuk membangun kekudusan dan solidaritas antara umat beriman.
Pada bulan Maret 1992 dalam peresmian Catholic Fraternity of Covenant Communities, Paus Yohanes Paulus II menyatakan:
“At this moment in the Church’s history, the Charismatic Renewal can play a significant role in promoting the much-needed defense of Christian life in societies where secularism and materialism have weakened many people’s ability to respond to the Spirit and to discern God’s loving call. Your contribution to the re-evangelization of society will be made in the first place by personal witness to the indwelling Spirit and by showing forth His presence through works of holiness and solidarity“
Salah satu tokoh gerakan Karismatik Katolik di Vatikan adalah Rev. Fr. Raniero Cantalamessa, yang adalah seorang imam pengkhotbah kepausan, yang telah beberapa kali datang ke Indonesia. Saya yang pernah mendengarkan khotbahnya, sungguh menyaksikan betapa Tuhan telah mengurapinya untuk dapat mengkhotbahkan firman Tuhan dengan sangat mendalam, sangat hidup, yang walaupun tidak meledak-ledak, namun sungguh mengena di hati. Dan yang terpenting, Fr. Cantalamessa tidak pernah meninggalkan Tradisi Gereja Katolik, tetap berpusat pada Misa Kudus, mengkhotbahkan tentang peran Bunda Maria dan juga ketaatan kepada Tuhan dan Magisterium Gereja Katolik. Dukungan Vatikan juga diucapkan oleh Paus Benediktus XVI melalui Kardinal Tarcisio Bertone, pada perayaan pembaharuan Karismatik di Rimini, Italia, 4 Mei 2009 yang lalu.
Maka dapat disimpulkan bahwa Gerakan Karismatik tidak selalu berbuah negatif, atau yang mengakibatkan orang meninggalkan Gereja Katolik, walaupun memang, sangat disayangkan, ada sejumlah orang- orang Katolik yang mengambil keputusan demikian. Kasus- kasus demikian selayaknya tidak dijadikan alasan bagi kita untuk menghakimi gerakan ini, karena banyak juga hal- hal positif yang dihasilkan oleh gerakan ini, yaitu banyak orang yang bertobat, menjadi semakin mengenal Kristus dan bertumbuh di dalam iman Katolik setelah mengikuti pembaharuan Karismatik Katolik.
Silakan membaca lebih lanjut mengenai diskusi tentang Karismatik ini, di rangkaian tanya jawab ini, silakan klik. Saya dan Stef sendiri mempunyai kesan umum yang positif terhadap gerakan Karismatik ini, walaupun kami menyadari bahwa terjadi juga hal-hal yang negatif seputar gerakan ini. Dorongan bagi kami untuk semakin mempelajari dan mendalami iman Katolik adalah buah dari mengikuti pembaharuan Karismatik Katolik, dan inilah yang terus kami syukuri sampai saat ini. Memang ada yang harus diperbaiki dalam gerakan Karismatik Katolik, dan ini adalah sesuatu perjuangan bersama umat beriman, bersama- sama dengan pihak otoritas Gereja Katolik. Namun ini tak bisa mengingkari, bahwa kuasa Roh Kudus sungguh- sungguh mengalir melalui gerakan ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
@Johannes Yus
sepertinya ada yang salah dengan Roh Kudus dengan melahirkan 28.000 denominasi gereja yang masing-masing mengklaim bahwa ajarannya yang paling benar, termasuk gereja anda.(Coba telusuri sejarah gereja anda sekarang ini lahir dari gereja induk yang mana? dan mengapa menjadi gereja sendiri yang tidak bersatu dengan gereja induk? )dan sekaligus Roh Kudus tidak sejalan dengan doa yang Yesus ucapkan untuk persatuan umatNya. Tapi apakah itu salah Roh Kudus? Pastinya tidak. Justru orang2nya lah yang tidak taat. Manusia pertama tidak taat kepada ALLAH membawa dosa kepada seluruh manusia dan terus berlanjut. Sementara Martin Luther dan kawan2nya tidak taat pada hierarki gereja saat itu membawa dosa perpecahan gereja, Tubuh Mistik Kristus dan akan terus berlanjut ,sekaligus suatu penyangkalan atas doa Tuhan Yesus sendiri..
Saya menyarankan anda meninggalkan indoktrin singkat dan instant dari gereja2 lain dan mulailah dengan kerendahan hati untuk belajar dari awal tentang apa itu kebenaran……Setahu saya hampir 25 tahun dibaptis gereja Katolik dalam setiap kali misa, gereja tidak pernah mengindoktrin umatnya dengan hal2 yang justru meruncingkan perpecahan antara jemaat Katolik dan Protestan.Justru kita diajak berdoa untuk persatuan pengikut2 Kristus . Anda berada dalam suatu persekutuan yang meruncingkan perbedaan itu dengan pengajaran2 dan indoktrin ttg hal2 umum yang sering dilontarkan kaum Protestan terhadap Katolik misalnya ttg Galileo Galiliei, surat pengakuan dosa,martin luther,dll. Coba anda jawab dengan hati kecil anda “apakah hal itu yang dikehendaki oleh Tuhan Kita Yesus Kristus untuk persatuan murid2Nya?” dan kenapa gereja2 masih tetap mengindoktrin jemaatnya sekarang?apakah yang sudah dilakukan gereja2 ini benar?Apakah Roh Kudus salah mengajar?
saya prihatin dengan keputusan johanes meninggalkan gereja katolik, dimana justru pada masa sekarang ini banyak gereja mulai kembali ke pangkuan Bunda Gereja kita, yakni Gereja Katolik, misalnya banyak jemaat Anglikan yang diterima kembali dalam G.Katolik
masih ada waktu buat sdr johanes buat belajar kembali tentang kepenuhan kebenaran iman Katolik…salah satunya ya lewat http://www.katolisitas.org ini atau http://www.imankatolik.or.id dan masih banyak lagi sumber lain misalnya dari buku: .Mengapa saya berpindah ke Katolik karya Pendeta David B.Currie , atau buku Rome sweet Home karya Pendeta Scott Hann. Mereka semua berakar dari gereja non Katolik dan justru dari Alkitab lah yang menentun mereka pulang ke gereja yang Kristus dirikan.
Tapi percayalah, dengan kondisi ini Tuhan mempunyai maksud untuk anda.Kita tidak tahu jawabannya, tapi berdoa dan bertindaklah dengan terus mempelajari keutuhan kebenaran ini . saya berdoa supaya mata iman dan pikiran hati saudara kembali dibukakan oleh Roh Kudus.Akhirnya saudara bisa kembali kepada kesatuan iman.
Nb. saya cukup bingung dari pernyataan saudara bahwa untuk reuni dengan teman2 lama anda saja perlu ijin dari pendeta anda….Terus terang saya sangat bingung untuk poin ini. Tuhan saja menciptakan manusia dengan kehendak bebasnya lho…?kita memang harus bertumbuh…tapi jangan sampai bertumbuh itu malah menghambat kita,paling tidak hak hak dasar kita…….GBU
Syalom, semoga kasih Tuhan selalu beserta kita.
Terima kasih Bu Ingrid atas penjelasannya tentang bahasa roh.
Sebelum saya mengikuti rekoleksi pada pertengahan bulan Oktober ini, dimana diantaranya ada sub thema bahasan Pencurahan Roh Kudus dan didalamnya akan dijelaskan masalah bahasa roh, karena saya tidak begitu paham dengan bahasa roh maka dalam kesempatan pertama saya menanyakan kepada ibu Ingrid seperti tersebut diatas.
Rekoleksi tersebut diikuti -/+ hanya 70 orang yang kesemuanya adalah mereka yang aktif di kegiatan gereja, baik di Paroki maupun di Wilayah.
Pencurahan Roh Kudus dan bahasa roh diterangkan pada hari kedua dan karena panjangnya tanya jawab maka disinggung sedikit pada hari ke tiga.
Betul apa yang disampaikan Bu Ingrid, sebelum pelaksanaan Pencurahan Roh Kudus diadakan pengakuan dosa, hampir semuanya mengaku dosa yang pelaksanaannya dilakukan oleh tiga romo.
Pendek cerita, setelah masuk dalam keheningan doa, peserta maju tujuh orang secara bergilir untuk menerima Pencurahan Roh Kudus. Setelah menerima Pencurahan Roh, satu – dua ada yang jatuh, ada yang ngomong yang tidak jelas bahasanya, ada yang nangis dan ada yang tenang-tenang seakan tidak ada reaksinya. Dalam hati saya mengerutu: ” aneh begitu saja jatuh, nangis dan ada yang ngomong yang ngak jelas”.
Pada saat giliran saya, saya maju kedepan untuk menerima Pencurahan Roh Kudus, tanpa saya sadari saya menangis keras tidak dapat distop keluar dengan sendirinya sampai sesenggukan yang cukup lama.
Padahal, seusia tua saya ini tidak pernah menangis sampai bersuara dan paling-paling hanya keluar air mata saja, itupun hanya sebentar.
Apa yang saya alami ini sulit untuk diceritakan dalam kata-kata, dan saya melihat keliling banyak yang nangis dan ada yang masih tersungkur dan masih banyak yang membicarakannya antar peserta.
Saya mau tanya lagi kepada Bu Ingrid
1. Karena saya menangis sendiri tanpa dapat distop, apakah yang menangis itu roh saya?.
mungkin menangis karena dosa yang dilakukan oleh dagingku banyak?!.
2. Apakah berdoa dalam hati berbeda dengan berdoa yang keluar- bersuara dari mulut ?.
3. Bagaimana cara menyelaraskan doa dalam hati sama dengan doa yang keluar /suara dari mulut?.
karena doa dalam hati terkadang sulit dirangkai dengan kata-2.
Terima kasih atas penjelasannya, mungkin pertanyaan ini aneh tetapi itulah yang keluar dari hati saya.
Salam kasih.
Dari : Julius Santoso.
Shalom Julius,
Saya ikut terharu mendengar pengalaman rohani anda. Hal yang anda alami itu merupakan pengalaman yang umum terjadi di dalam SHBDR, sehingga janganlah menjadi gelisah. Saya tidak tahu apa yang anda alami setelah itu, namun umumnya, orang yang mengalami karunia air mata ini, menangis, namun kemudian merasa lega dan mengalami damai sejahtera, seolah baru melepaskan beban yang berat, dan mengalami rangkulan kasih Allah seperti kisah anak yang hilang dalam Luk 15: 11-32.
1. Anda menangis, kemungkinan karena jiwa anda menangis. Sebabnya, bisa karena anda bertobat, seperti yang dialami oleh perempuan yang berdosa (Luk 7:44). Seperti perempuan itu, di samping bertobat, anda menangis karena keinginan anda yang besar untuk kembali kepada Allah dan mengasihi Allah.
2. Berdoa di dalam hati berbeda dengan doa yang diucapkan, hanya karena yang satu tidak diucapkan, sedangkan yang lain diucapkan. Namun Allah yang mengetahui isi hati anda, mengetahui semuanya. Sesungguhnya doa yang diucapkan seharusnya juga didasari oleh doa yang keluar dari dalam hati. Menurut pengalaman para orang kudus, bahkan doa yang paling intim dengan Tuhan akhirnya terjadi di dalam batin, di dalam keheningan, di mana kita duduk di kaki Yesus, seperti Maria, mendengarkan perkataan-Nya di dalam hati kita (Luk 10:39). Maka jika anda dapat mengalami kedekatan dengan Allah di dalam keheningan, itu adalah sesuatu yang sangat baik sekali.
3. Dengan demikian, maka memang bagi diri anda sendiri, sebenarnya, tidak menjadi masalah apakah anda mengucapkan doa tersebut dengan perkataan ataupun jika anda berdoa hanya di dalam hati. Namun, mengucapkan doa dengan kata-kata kadang juga diperlukan, terutama jika anda ingin menjalankan peran anda sebagai ayah/ suami yang menjadi “imam dalam keluarga” sehingga anda dapat memimpin doa di dalam keluarga, bersama istri dan anak-anak. Untuk hal ini, anda dapat memohon kepada Tuhan, dan sesungguhnya, tak ada salahnya jika anda mencoba saja sedikit demi sedikit. Saya percaya, nanti Tuhan yang memampukan anda untuk berdoa dengan kata-kata/ spontan. Saya banyak mendengar cerita kesaksian orang yang ‘tadinya tidak bisa berdoa’ namun setelah mengalami kehidupan baru di dalam Roh Kudus, merenungkan kasih Tuhan dan Sabda Tuhan, maka lama kelamaan menjadi semakin lancar berdoa. Namun sebenarnya, meskipun sudah lancar berdoa sekalipun, sebaiknya kita tetap mengingat, mengucapkan dan merenungkan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, yaitu doa Bapa Kami. Jika anda belum membacanya, silakan anda membaca di artikel ini, silakan klik.
Di atas semua itu, bersyukurlah kepada Tuhan atas pengalaman rohani yang anda alami. Sekarang yang terpenting adalah buahnya, dan bagaimana anda bertumbuh di dalam iman setelah mengalami pengalaman tersebut.
Semoga Roh Kudus membimbing anda sehingga melalui kesaksian hidup anda sekeluarga, banyak orang dapat melihat karya kasih Allah dan memuliakan Dia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam perkenalan, saya hendro. ingin bertanya sedikit tentang bahasa roh.
dalam bahasa-bahasa dunia kita dapat mempelajarinya, mungkin pasif atau aktif dan dapat lancar berbahasa asing yang dikuasainya berkat mau belajar dan mempraktekannya.
tentu demikian juga jika kita mau mempelajari bahasa roh, kita setidaknya mendapat pengetahuan tentang bahasa roh itu. kita dapat mengetahui orang-orang yang dimampukan untuk berbahasa roh. ciri-cirinya. atau hal-hal yang berkenaan / berhubungan dengan bahasa roh itu.
yang menjadi pertanyaan apakah bahasa roh itu dapat dipelajari? ataukah bahasa roh itu semata-mata rahmat karunia Ilahi? ataukah kita musti belajar dan kalau kita dimampukan barulah kita dapat berbahasa roh { kita dirahmati / dikaruniai / dimampukan / diperkenan TUHAN hingga dapat berbahasa roh }
demikian, mohon penjelasan lebih lanjut.
salam bahagia dan sejahtera.
terimakasih.
Jakarta, 22 Oktober 2009
hendro.
Shalom Hendro,
Bahasa Roh adalah suatu karunia dari Allah, dan tidak bisa kita pelajari secara duniawi seperti bahasa- bahasa di dunia. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, menurut Alkitab, terdapat perbedaan antara berdoa dalam bahasa Roh dan berbicara dalam bahasa Roh kepada jemaat. Mengenai berdoa dalam Roh ini, tidak bisa dipelajari sendiri/ atau dibuat- buat sendiri. Atau tepatnya, seandainya dibuat sendiripun kelihatannya bisa, tetapi sesungguhnya bukan itu yang dapat dikatakan sebagai bahasa Roh yang dari Allah. Sebab bahasa Roh yang dari Allah itu melibatkan pertobatan hati, dan juga campur tangan Allah sendiri pada saat orang itu membuka mulutnya untuk memuji Tuhan.
Maka, jika anda merindukan karunia berdoa dalam bahasa Roh itu, mohonkanlah hal itu di dalam doa anda kepada Tuhan. Jika Tuhan memandang itu baik bagi pertumbuhan iman dan kasih anda kepada Allah, maka Tuhan dapat memberikannya kepada anda. Ikutilah seminar hidup baru dalam Roh Kudus (SHBDR), dan tekunlah berdoa memusatkan hati kepada Tuhan, dan terutama, bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Seandainya-pun anda belum mendapatkan karunia itu dalam SHBDR, jangan berkecil hati. Sebab saya juga mendengar kesaksian-kesaksian mereka yang memperoleh karunia bahasa roh ini melalui doa-doa pribadi, dalam doa rosario, atau doa Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus. Roh Kudus dapat bekerja seturut kehendak-Nya dalam berbagai cara untuk membawa kita semua untuk datang kepada Allah, dan membina hubungan yang pribadi dengan Dia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Terima Kasih banyak saya ucapkan kepada Ibu Ingrid Listiati atas pejelasannya.
salam bahagia & sejahtera
23 oktober 2009
hendro
Ada satu buku dengan judul ” MIsteri Bahasa Roh ‘ (suatu penelusuran), penulisnya Romo P. Hendrik Njiolah, Pr. Penerbitnya Yayasan Pustaka Nusatama, ada nihil Obstat & Imprimaturnya juga.
Di buku itu dibahas mengenai :
1. Apakah yg dimaksud dengan Bahasa Roh ?
2 Dari manakah asal usul bahasa Roh ?
3. Kapan Bahasa Roh mulai dipakai dalam jemaat ?
4. Mengapa bahasa Roh tidak dapat dipahami ?
5. Dapatkah Bahasa Roh di pelajari ?
6. Apa guna Bahasa Roh bagi jemaat ?
7. Masih relevankah pemakaian Bahasa Roh ?
Bukunya gak tebal…cuma 45 halaman saja, dalam 1 jam juga selesai di baca…
GBU
Sam,
Salam Kasih Dalam Tuhan Yesus Kristus.
Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.
Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.
Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.(1 Kor 12:4-11).
Pertanyaan saya :
1. Bagaimana tandanya seseorang kalau berdoa dan berkata bahwa ia mendapatkan karunia bahasa Roh ?.
2. Ada orang yang berdoa sangat keras, tetapi bahasanya tidak dimengerti oleh orang yang disekitarnya. Apakah ini bahasa Roh ?, bagaimana cara menafsirkan ?.
3. Bagaimanakah untuk meyakinkan bahwa bahasa Roh tersebut dari Allah ? karena iblispun dapat menyamar sebagai malaikat terang.
4. Mohon pencerahan tentang Bahasa Roh.
Terima kasih.
Dari : Julius Santoso.
[Dari Admin Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Setahu saya umat gereja Katolik tidak ada yang berdoa dalam bahasa Roh atau bahasa Lidah, kecuali yang Kharismatik.
Apa benar demikian ?
Salam
mac
Shalom Machmud,
Memang umumnya, kebiasaan berdoa di dalam bahasa Roh hanya anda temukan dalam persekutuan doa karismatik, termasuk dalam persekutuan doa karismatik Katolik, dan tidak dalam Misa Kudus/ Ekaristi. Memang benar demikian. Sebab bagi umat Katolik bentuk ibadah yang tertinggi adalah Misa Kudus, dan bukannya berdoa di dalam bahasa Roh. Berdoa di dalam bahasa Roh adalah suatu doa yang sangat indah, sayapun mengakuinya, namun itu tidak dapat menggantikan sakramen Ekaristi, di mana persatuan dengan Allah itu sungguh merupakan realitas yang bagi saya, tak terlukiskan dengan kata-kata.
Umat Katolik yang tergabung dalam gerakan karismatik juga tetap umat Katolik, dan di samping mereka mengikuti persekutuan doa karismatik, mereka tetap harus mengikuti Misa Kudus/ perayaan Ekaristi minimal setiap hari Minggu. Bagi saya pribadi, berdoa dalam bahasa Roh memang merupakan pengalaman yang menumbuhkan iman saya sebagai orang Katolik; namun saya juga menyadari bahwa pengalaman berdoa dalam bahasa Roh harus dibarengi dengan pertumbuhan di dalam penghayatan akan sakramen-sakramen dan ajaran-ajaran Gereja Katolik, agar sungguh ayat ini tergenapi, “barangsiapa menyembah Dia [Allah], harus menyembah -Nya dalam Roh dan kebenaran.” (Yoh 4:24). Sebab saya percaya kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik dan semua ajaran-ajarannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Terima kasih Ingrid atas jawaban dan keterangannya
Tuhan Yesus memberkati
Salam
mac
Comments are closed.