Rangkaian artikel tentang doa:
Manusia diciptakan dengan kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam doa, sehingga doa menjadi bagian hakiki dalam kehidupan manusia.
Tulisan ini akan membahas tentang hakekat doa, juga kesalahan-kesalahan persepsi tentang doa. Pembahasan akan dibagi menjadi empat bagian, yang terdiri dari:
- Kesalahan persepsi doa (bagian 1): “Tuhan tidak campur tangan dalam kejadian di dunia ini.”
- Kesalahan persepsi doa (bagian 2): “Semua sudah diatur dan ditakdirkan Tuhan, sehingga berdoa tidak merubah apapun.”
- Kesalahan persepsi doa (bagian 3): “Berdoa dapat merubah keputusan Tuhan.”
- Kesimpulan: Kenapa kita harus berdoa?
Mengapa kita berdoa?
Doa sudah menjadi bagian hakiki dari kehidupan semua orang dari semua agama, karena manusia diciptakan dengan kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Penciptanya. (KGK, 31, 356, 1721, 2002) Namun pertanyaannya adalah, kenapa kita harus berdoa? Mungkin kita tidak pernah memikirkan pertanyaan ini, karena doa sudah menjadi bagian sehari-hari atau mungkin juga karena doa dianggap tidak penting. Dalam tulisan ini akan ditelusuri beberapa pertanyaan yang mendasar tentang doa. Pertama kita akan melihat beberapa kesalahan umum yang tidak hanya dilakukan di jaman sekarang, namun juga dilakukan dalam sejarah umat manusia. St. Thomas Aquinas mendefinisikan ada tiga kesalahan umum tentang persepsi doa. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.83, a.2.))
Kesalahan 1: Tuhan tidak campur tangan dalam kejadian di dunia ini.
Argumen yang paling ekstrem adalah karena ketidakpercayaan akan keberadaan Tuhan. Bagi yang masih mempertanyakan keberadaan Tuhan, silakan membaca artikel: : Bagaimana Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada?). Karena tidak percaya kepada Tuhan atau sesuatu yang lebih besar dari keberadaan dirinya, maka orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan tidak merasa perlu untuk berdoa. ((Kalau dilihat dari seluruh kebudayaan manusia, kita akan menemukan sistem korban, sistem agama (baik yang percaya satu Tuhan atau banyak tuhan). Hal ini dikarenakan secara alami, manusia mempunyai keinginan untuk mengenal dan mengasihi penciptanya.))
Selanjutnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa memang Tuhan menciptakan segala sesuatu; namun setelah penciptaan, Tuhan tidak campur tangan lagi, dan semuanya berjalan menurut hukum alam berdasarkan sistem yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Pendapat ini dianut oleh aliran “deism” ((The Catholic University of America , New Catholic Encyclopedia, Vol. 4: Com-Dyn, 2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p. 721-723 – Deism sendiri mempunyai beberapa aliran, mulai dari yang percaya akan Tuhan dan kehidupan setelah kematian sampai percaya kepada Tuhan yang hanya menciptakan dunia dan sistemnya, namun setelah itu berpangku tangan. Pandangan yang ekstrem ini juga tidak mempercayai kehidupan setelah kematian.)) Aliran ini menerima ke-Tuhanan hanya dari sisi filosofi, tanpa percaya adanya wahyu Tuhan. ((Di sini kita melihat bahwa filosofi tanpa dilengkapi dengan pemahaman wahyu Tuhan menjadi sangat terbatas dan bisa salah. Hal ini dikarenakan keterbatasan pemikiran manusia. Kalaupun seseorang bisa mencapai pemahaman dasar tentang Tuhan – seperti keberadaan Tuhan, Tuhan itu baik, Tuhan itu satu – hal ini hanya bisa dicapai dalam waktu yang lama. Hal ini nyata ‘dalam pencarian kebenaran’ oleh Aristoteles.)) Menurut pemahaman ini, Tuhan dilihat sebagai seseorang yang yang duduk di tahta suci dan melihat semua perbuatan manusia dan perjalanan sejarah, namun Dia tidak melakukan apa-apa.
Dalam kapasitas yang lebih kecil, berapa sering kita mendengar seseorang mengatakan “Ah, jangan terlalu banyak merepotkan Tuhan. Masa Tuhan mengatur urusan-urusan yang kecil?” Seolah-olah Tuhan tidak tertarik untuk membantu manusia dalam urusan-urusan yang kecil. Kadang urusan yang bagi seseorang dianggap kecil, bagi Tuhan menjadi sesuatu yang penting untuk kehidupan rohani seseorang. ((Kalau kita menempatkan diri sebagai orang tua, sebenarnya tidak ada hal yang terlalu kecil bagi kita untuk urusan anak-anak kita. Sering mereka meminta sesuatu yang sepele, namun kita akan memberikan perhatian kepada anak-anak kita, agar mereka mendapatkan kebahagiaan.))
Tuhan menciptakan manusia karena kasih dan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Pertama, kita harus mempertanyakan kenapa Tuhan menciptakan dunia ini, terutama kenapa menciptakan manusia menurut gambaran-Nya (Lih Kej 1:26-27). Kalau kita dan juga Deism percaya bahwa Tuhan adalah Maha dalam segalanya, maka konsekuensinya Tuhan tidak membutuhkan siapa-siapa, termasuk dunia ini dan manusia. Bisa dikatakan bahwa keberadaan kita tidak menambah kemuliaan Tuhan, karena Tuhan adalah absolut baik. Sebaliknya kalau kita berdosa, juga tidak mengurangi kemuliaan Tuhan, karena Dia maha sempurna.
Dari sini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa motif dari penciptaan dunia dan manusia adalah karena kasih (KGK, 1604) dan untuk merefleksikan kemuliaan Tuhan. (KGK, 294) Kalau kita percaya bahwa keberadaan kita adalah karena kebetulan saja, dan bukan akibat dari kasih Tuhan, maka pendapat ini sebenarnya sangat tragis. Argumen ini sama seperti pendapat bahwa keberadaan kita sebagai anak tidaklah diinginkan oleh orang tua kita, dan hanya terjadi secara kebetulan. Tentu saja ini adalah kejadian yang tragis. Kemungkinan ini disanggah oleh Tuhan sendiri, sebab Dia berkata dalam kitab nabi Yesaya, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau ” (Yes 49:15). Dengan demikian Tuhan mau menyampaikan bahwa Ia mengasihi lebih kita lebih daripada ibu kita mengasihi kita.
Jadi kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah maha dalam segalanya, termasuk maha baik dan maha kasih, sangatlah tidak mungkin kalau Tuhan menciptakan manusia hanya secara kebetulan atau eksistensi manusia terjadi secara kebetulan. Argumen yang memungkinkan adalah Tuhan mengasihi manusia. Kasihnya begitu besar kepada manusia, sehingga Dia memberikan Putera-Nya kepada dunia untuk menebus dosa umat manusia (Lih. Yoh 3:16). Dan inilah yang dapat menjelaskan keberadaan kita. Karena kasihlah, maka Tuhan ingin semua manusia mengalami dan turut berpartisipasi dalam kemuliaan-Nya, yaitu dalam kehidupan abadi di surga.
Kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah kasih, maka akan sulit membayangkan kepercayaan yang dianut oleh Deism, yaitu Tuhan hanya berpangku tangan melihat semua yang terjadi di dunia ini, termasuk penderitaan umat-Nya. Ibaratnya, Tuhan hanya sebagai penonton. Bayangkan kalau seseorang mempunyai ayah konglomerat. Kemudian orang ini jatuh miskin sampai menderita kelaparan. Sesuai dengan prinsip dari Deism, maka konglomerat ini hanya berpangku tangan saja, hanya menonton tanpa berbuat apapun. Kita bisa simpulkan bahwa perbuatan konglomerat ini jauh dari kategori kasih. Dengan melihat contoh ini, kita bisa juga menyimpulkan kepercayaan Deism adalah bertentangan dengan prinsip bahwa Tuhan adalah kasih.
Orang yang mempunyai kepercayaan Deism, sangat sulit untuk berdoa, karena mereka tidak melihat gunanya berdoa. Mereka melihat bahwa semua yang terjadi adalah merupakan hasil usaha mereka tanpa campur tangan Tuhan. Dan tentu saja ini jauh dari sikap kerendahan hati, sikap utama yang diperlukan dalam doa. Mari sekarang kita melihat bahwa Allah kita adalah Allah yang terus bekerja untuk keselamatan umat manusia, dan juga keselamatan kita masing-masing.
Allah Trinitas dan seluruh isi surga terus bekerja untuk keselamatan seluruh umat manusia.
Orang-orang farisi mengajukan keberatan kepada Yesus, karena Yesus menyembuhkan orang yang sudah 38 tahun sakit pada hari Sabat. Dan Yesus menjawab “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga” (Yoh 5:17). Kemudian sebelum Yesus mengalami penderitaan-Nya, Dia menjanjikan murid-murid-Nya Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus (Yoh 14;16-18). Dan Roh Kudus menyatakan diri-Nya secara penuh pada saat Pentakosta (Kis 2:1-40). Kemudian Roh Kudus terus bekerja melalui para murid, para pengikut Kristus, Gereja, dan melalui kita masing-masing (melalui rahmat awal yang kita terima lewat sakramen pembaptisan). Roh Kudus juga terus menerus berkarya untuk memurnikan Gereja dan seluruh anggota Gereja sampai akhir jaman. Jadi kalau Roh Kudus, pribadi ketiga dari Trinitas terus bekerja, maka Yesus, pribadi kedua, dan Allah Bapa, pribadi pertama juga terus bekerja, karena mereka adalah satu.
Dan karena para kudus di surga berpartisipasi dalam kasih Allah, maka mereka juga berpartisipasi dalam karya keselamatan seluruh umat manusia dengan doa-doa syafaat mereka. Di kitab Wahyu diceritakan bagaimana para kudus mempersembahkan doa mereka (Wah 5:8; 8:3-4). Di sinilah perannya persatuan para kudus, sehingga umat Katolik berdoa bersama dengan para kudus di surga.
Tuhan telah bekerja dan sedang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Tuhan telah bekerja dan terus bekerja dalam sejarah umat manusia. Kita melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam pembentukan bangsa Israel dan juga dalam perjalanan bangsa ini, sehingga bangsa Israel menjadi “bangsa pilihan Allah.” Bangsa pilihan Allah ini mendapatkan arti yang baru pada saat Yesus mendirikan Gereja-Nya. Sehingga Gereja juga disebut “Bangsa Pilihan Tuhan yang baru / New People of God.” (LG, 13)
Jadi, Allah kita adalah Allah yang terus bekerja dalam sejarah umat manusia, juga dalam sejarah kehidupan kita masing-masing. Marilah kita imani bahwa Tuhan adalah Maha Kasih. Dan dalam kasih-Nya yang tak terselami, Dia tetap akan campur tangan dalam setiap hal yang kita alami. Mari kita percayakan kehidupan kita masing-masing ke dalam tangan Yesus yang juga mengerti akan kehidupan manusia, karena Dia sudah menjelma menjadi manusia. Mari kita percayakan setiap penderitaan kita kepada Yesus yang sudah terlebih dahulu menderita buat kita, dan juga segala sukacita dan kebahagiaan kita yang semuanya berasal dari Allah.
Marilah kita berdoa….
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Ya, Tuhan, pada saat ini aku datang di hadapan-Mu, memohon agar Engkau memberikan kepadaku hati yang rindu untuk bersatu dengan-Mu dalam doa. Berikanlah kepadaku hati yang percaya akan penyelenggaraan tangan-Mu, sebab Engkau adalah Allah yang penuh kasih. Dalam naungan kasih-Mu, bantulah aku setiap hari untuk menyadari bahwa Engkau hadir dalam setiap hal yang aku lakukan. Aku juga mengundang Engkau untuk selalu campur tangan dalam suka maupun duka di dalam kehidupanku. Bunda Maria, para malaikat dan para kudus di surga, doakanlah aku. Dalam nama Yesus, aku naikkan doa ini. Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
wah gereja Stella Maris yang lama, sungguh membawa banyak kenangan
Shalom Katolisitas.
Saya bertanya tentang dua hal yang menurut saya membingungkan yaitu antara Tuhan itu tetap, setiya, abadi dengan Tuhan mengabulkan doa manusia. Antara lain yang tertulis di Maleakhi 3: 6 “Bahwa Aku Tuhan tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap,” dibandingkan dengan Keluaran 32:14 yang tertulia; “Dan menyesallah Tuhan karena malapetaka yang dirancangnya atas umatnya.” Disini menurut pamahaman saya Tuhan berbah sikap karena doa Musa. Tolong penjelasannya. Trimakasih.
[dari katolisitas: Silakan membaca rangkaian artikel tentang doa ini:
Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.]
Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih. Keempat rangkaian artikel tentang doa merupakan jawaban yang sudah lama saya cari-cari. Artikel ini membuka mata saya untuk mengubah pola pikir saya tentang berdoa dan mengaktifkan kembali kehidupan doa saya.
Semoga tim katolisitas senantiasa dianugerahi Tuhan kesehatan, kesabaran, serta penerangan ilahi dalam setiap artikelnya agar terus menjadi sarana pembelajaran bagi “bayi-bayi iman” seperti saya.
Amin.
Salam,
Teresia
Pak Stef Dan Ibu Ingrid yang terkasih.
Saya ingin penjelasan akan perkataan-perkataan yang sering muncul dalam doa sbb :
Yaitu yang mana yang betul :
Percobaan atau Pencobaan
Semoga atau Kiranya
Dimana sering muncul dalam doa umat Katolik dan jemaat Kristen.
Salam kasih Kristus.
Frans
Shalom Frans Karyadi,
1. Percobaan atau pencobaan?
Menurut Kamus Besar Indonesia:
Percobaan artinya:
[n] (1) usaha mencoba sesuatu: Amerika Serikat setuju untuk menghentikan ~ senjata nuklir; (2) usaha hendak berbuat atau melakukan sesuatu: mereka mengadakan ~ membuat pupuk dr sampah; (3) dl keadaan dicoba (diuji): ia masih bekerja sbg tenaga ~; (4) tempat dsb untuk mencoba: kebun ~; (5) Huk permulaan pelaksanaan suatu peristiwa pidana, tetapi tidak diselesaikan krn hal-hal tertentu; (6) hal mencoba
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/percobaan#ixzz1gwoSqyL2
Sedangkan, pencobaan artinya:
pen.co.ba.an
[n] proses, cara, perbuatan mencoba atau mencobakan
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/pencobaan#ixzz1gwohMQgu
Maka berdasarkan dari artinya, nampaknya memang kedua kata dapat digunakan, dengan sedikit perbedaan penekanan makna. Percobaan bermakna keadaan diuji (oleh Tuhan), sedangkan pencobaan adalah proses pengujian tersebut. Kata ‘pencobaan’ ini muncul di ayat Mat 6:13;26:41; Mrk 14:38; Luk 11:14, Luk 22:28,40,46; 1 Kor 10:13, 1Ptr 1:6; 1Tim 6:9; 2Ptr 2:9; Gal 4:14, 6:1, Ibr 2:18,3:18; Yak 1:2,12,13 1Mak 2:52, Sir 2:1, 3:15, 33:1,41:1. Kata ‘percobaan’ ini disebut dalam ayat Yeh 21:13; Hak 6:39; Dan 1:12,14.
2. Semoga atau Kiranya?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘semoga’ dan ‘kiranya’ mempunyai arti yang hampir sama, sehingga kedua kata tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud yang serupa, yaitu kata ‘moga- moga’. Namun demikian menurut Kamus tersebut, kata ‘kiranya’ mempunyai arti yang lebih luas daripada ‘semoga’, sebab kiranya juga dapat diartikan ‘agaknya atau rupanya’.
ki.ra.nya
[adv] (1) agaknya; rupanya: saya sangka orang baik, ~ dia pengkhianat; (2) semoga; mudah-mudahan (untuk menyatakan harapan): ~ Tuhan menyertai kita sekalian; (3) sekiranya
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/kiranya#ixzz1gwopuRGb
Selanjutnya tentang apakah boleh berdoa dengan menggunakan kata “Semoga” , sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Berkah dalem..
Saya ingin bercerita tentang sikap teman saya tentang kekuatan doa-nya (kebetulan dia bukan katolik, namun “satu aliran”). Dia bercerita bahwa jika ada seseorang yang membuatnya marah dan menderita, maka dia akan membawa kemarahan pada orang tersebut dalam doanya. Menurut dia, orang yang membuatnya marah akan mengalami suatu “kesulitan hidup”. Mendengarnya, saya justru menjadi bertanya-tanya, jadi iman dan ajaran cinta kasihnya dimana, jika kemudian dia seakan mendoakan orang lain/musuhnya menjadi menderita? Kebetulan dia sangat rajin untuk saat teduh, baca kitab suci, dan aktif dalam pelayanan. Menurut saya, sifatnya cenderung memandang segala sesuatu negatif. Bagaimana menurut anda, apakah doa memberikan kekuatan lebih pada orang yang rajin walaupun untuk maksud terselubung yang menurut saya kurang benar?
Banyak terima kasih.
Shalom Tita,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang doa. Pertama, saya menganjurkan agar anda dapat membaca konsep tentang doa di rangkaian artikel tentang doa sebagai berikut:
Kedua, membawa kemarahan seseorang di dalam doa tidaklah menjadi masalah. Dengan membawa kemarahan seseorang di dalam doa, maka kita akan dapat introspekti diri dan pada saat yang bersamaan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mau meminta maaf kalau kita salah dan juga memberi maaf kepada orang tersebut kalau ternyata dia yang bersalah. Menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang menyakiti kita adalah bukan refleksi dari kasih dan pengampunan yang tulus. Oleh karena itu, keinginan yang tidak baik ini bertentangan dengan doa Bapa Kami yang mengatakan “ampunilah kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Jadi, orang tersebut harus merenungkan kembali maksud dia berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan. Sabda Tuhan sendiri mengatakan “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:15) Kita harus senantiasa mengingat bahwa “pembalasan” adalah hak Tuhan, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.” (Rom 12:19). Dengan disposisi hati yang benar di dalam doa, maka kita akan semakin dibentuk oleh Tuhan, yang pada akhirnya dapat membantu kita untuk dapat mengasihi Tuhan dan sesama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef yth
mohon maaf ini pertanyaannya agak terlambat.
saya setuju bahwa memohon sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang menyakiti kita itu tidak baik. tetapi bila kita baca Mazmur, rasanya banyak lho yang berisi memohon agar musuh kita jatuh/menderita. contohnya yang sangat kuat adalah Mazmur 109 (Doa seorang yang kena fitnah). berdosakah kita bila disakiti orang lain atau difitnah kemudian kita mendaraskan mazmur tersebut.
Terima kasih atas kesediaan Bapak menjawab pertanyaan saya.
Wasalam
GH
Shalom Hartono,
Dalam beberapa Mazmur, memang dituliskan doa yang dipanjatkan agar orang yang jahat mengalami hal yang buruk. Namun, hal ini harus dipahami bahwa Tuhan sendiri yang mempunyai kuasa untuk membalas segala ketidakadilan. Dengan demikian penulis mazmur ingin menekankan bahwa penghukuman adalah hak Tuhan. Dan dalam Perjanjian Baru dituliskan bahwa kita harus mengampuni orang yang bersalah kepada kita seperti Allah mengampuni kesalahan kita (lih. Luk 11:4).
Jadi, kembali kepada pertanyaan apakah berdosa mendaraskan Mazmur 109? Tentu saja tidak berdosa, karena Mazmur adalah Sabda Allah. Namun, yang perlu diperhatikan adalah motivasi pribadi ketika memanjatkan doa ini, yaitu mempercayakan segala hal kepada Allah, bukan sebagai pelampiasan dendam. Oleh karena itu, menjadi hal yang baik, kalau Mazmur ini juga ditutup dengan doa Bapa Kami, yang mengingatkan kita, bahwa kita juga harus mengampuni kesalahan sesama kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya sering membaca teks doa-doa yg katanya dari santo ini, santa itu dsb , yg menurut saya pribadi sepertinya tidak seperti itu. Bukankah doa yg paling baik itu adalah doa yg keluar dr hati kita yg paling dalam ? mengapa banyak orang jadi terjebak dan cenderung mendewa-dewakan teks doa tsb kalau mau doanya terkabul ?
Shalom Gedhang Kukus,
Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, kita memang mengenal doa spontan maupun doa yang baku, baik yang diajarkan oleh Kristus sendiri – yaitu doa Bapa Kami, maupun doa yang diajarkan oleh santa-santo. Kalau kita melihat, doa-doa dari santa-santo memang begitu indah, karena kedekatan mereka dengan Tuhan. Kita memakai doa mereka, kalau dengan doa-doa mereka, kita lebih masuk dalam hadirat Tuhan dan bukan termotivasi karena terkabulnya doa-doa. Terkabulnya suatu doa memang memerlukan iman dan ketekunan, namun pada akhirnya terkabulnya doa adalah karena Tuhan sendiri yang dalam kebijaksanaannya melihat bahwa semuanya itu baik. Yang penting, doa harus dapat membawa kedekatan dengan Tuhan, baik dengan doa-doa spontan, maupun dengan doa-doa baku. Jangan lupa, bahwa Yesus juga mengajarkan doa yang paling sempurna, doa yang baku, yaitu doa Bapa Kami. St. Teresa dari Avilla sering mendoakan dan merenungkan doa Bapa Kami sepanjang hari. Jadi, doa yang baku bukanlah sesuatu yang salah, namun tentu saja harus dihayati dengan baik.
Mungkin ada sebagian orang anda pandang mendewa-dewakan teks doa. Namun, kita tidak tahu secara persis alasan mereka. Kalau dengan teks doa tersebut mereka menjadi benar-benar dekat dengan Tuhan, maka tidaklah salah untuk melakukan teks doa tersebut, yang penting doa tersebut juga harus keluar dari hati mereka. Konsep doa dapat dibaca pada artikel tentang doa sebagai berikut:
Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.
Semoga keterangan singkat di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Menanggapi saudara Gedhang Kukus,
Saya juga pernah mendapat teks serupa. Teks tersebut mencatut nama bunda Teresa dari Kalkuta dan disebarkan melalui media broadcast Blackberry Messenger dan sekilas terlihat baik. Permasalahan terletak pada kata-kata semacam “Saya percaya setiap orang yang berkehendak jahat pada saya akan gagal dalam hidup dan setiap pekerjaannya”.
Mari kita selalu berhati-hati dalam era banjir informasi ini. Usaha yang bisa kita lakukan adalah terus bertekun dalam ajaran Para Rasul dalam Gereja sehingga kita semua boleh memiliki sense of faith untuk membedakan hal yang bertentangan dengan ajaran kasih Allah.
Dominus vobiscum,
Ioannes
Shalom Gedhang Kudus,
Silakan anda menyebut teks doa seperti apa yang anda maksud.
Memang benar, doa yang terbaik adalah doa yang keluar dari hati kita yang paling dalam. Namun jangan lupa, bahwa Kristus juga mengajarkan doa Bapa Kami kepada kita, sehingga tidak ada salahnya untuk menggunakan teks doa untuk membantu kita berdoa, ataupun tidak ada salahnya kita menghafalkan suatu teks doa, asalkan pada saat kita mengucapkannya, kita menghayati isi teks tersebut. Selain itu, Gereja juga menganjurkan kita agar di dalam doa kita tidak melupakan adanya persekutuan orang kudus yang dapat mendukung doa- doa permohonan kita. Seandainya anda tidak ingin memohon dukungan doa dari para orang kudus, itu juga tidak apa-apa. Ini ibaratnya seseorang diberi kemudahan/ fasilitas lebih, tetapi tidak mempergunakannya. Tidak apa-apa, tetapi kalau digunakan tentu lebih baik.
Memohon dukungan doa dari para orang kudus itu juga adalah latihan rohani, agar kita dapat belajar rendah hati, mengakui bahwa ada banyak orang yang lebih kudus daripada kita, yang kini telah mencapai surga; dan doa mereka besar kuasanya, karena mereka telah dibenarkan oleh Tuhan (Yak 5:16) sebab mereka telah bersatu dengan Kristus. Selanjutnya, jika kita memohon dukungan doa dari para orang kudus di Surga, kita juga selayaknya terdorong untuk mengikuti teladan hidup mereka. Demikian maka sebenarnya teks doa itu hanya alat bantu saja untuk berdoa, namun sebenarnya yang terpenting adalah sikap batin yang mengangkat doa- doa di dalam kerendahan hati di hadapan Allah.
Jadi sikap mendewa-dewakan teks doa itu adalah sikap yang keliru. Yang terpenting adalah sikap batin kita yang memasrahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan, di dalam persekutuan kita dengan para kudus yang mendoakan kita, sebab kita yakin dan percaya bahwa Tuhan mengetahui segala yang terbaik bagi kita, dan para orang kudus itu juga akan mendoakan kita demi terpenuhinya rencana keselamatan Allah bagi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya pernah berdoa memohon kepada Tuhan, anggap saja permohonan saya adalah “X” kemudian saya memberi “deadline” jika sampai deadline itu terlewati, saya anggap Tuhan tidak mengabulkan permohonan saya. Kemudian… kalau tidak salah, waktu itu saya juga mengatakan, jika kau sungguh ada, kabulkan permohonan saya ini.
saya pernah membaca artikel Apakah berdoa itu percuma. tetapi ada yang saya masih belum begitu mengerti dan sedikit mengganjal. saya ingin tanya, apakah saya salah berdoa seperti itu kepada Tuhan?
Shalom Alexander Pontoh,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah boleh memberikan deadline kepada Tuhan untuk suatu ujud doa. Mungkin kalau kita mengumpamakan Tuhan sebagai seorang presiden, maka situasinya akan lebih jelas, sehingga kita dapat menjawab pertanyaan ini dengan baik. Bayangkan kita datang kepada SBY dan kemudian kita minta kepada dia sebuah rumah, dan permintaan ini juga disertai dengan deadline. Kalau telah melewati deadline tersebut, maka kita mengecap bahwa SBY tidak memenuhi permintaan kita, bahkan dapat timbul juga rasa kecewa kepada SBY yang seolah-olah tidak mau mengerti kebutuhan kita.
Itulah gambarannya jika kita membuat deadline untuk terkabulnya doa kita. Dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan dapat saja mengabulkan doa-doa yang disertai deadline, sehingga orang tersebut dapat lebih percaya lagi kepada Tuhan. Namun, kalau hubungan dengan Tuhan semakin dewasa, maka bukanlah kehendak kita (apalagi yang disertai deadline) yang kita paksakan, namun sebaliknya kita menginginkan agar kehendak Tuhan saja yang terjadi dalam kehidupan kita. Ini berarti, kita berserah kepada Tuhan bukan hanya akan bentuk terkabulnya doa kita, namun juga waktu terkabulnya. Kalau kita meminta kepada Tuhan, maka jawaban Tuhan dapat “ya” atau “tidak” atau “tunggu”. Yang terpenting adalah kita harus meniru doa yang diucapkan oleh Yesus sendiri “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lk 22:42) Kita boleh saja minta sesuatu kepada Tuhan, karena Dia adalah Bapa kita. Namun, kita harus percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik bagi kita, sehingga kita harus senantiasa mencari kehendak Tuhan, berdoa untuk sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kemudian melaksanakan kehendak Tuhan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mari memelihara hidup doa, dengan berdoa saat malas berdoa
salam buat Bu Ingrid,
Saya pada dasarnya menerima penjelasan ibu, dan saya totally understand what you explained, karena dalam pribadi saya, dan saya berhasil dalam berpendidikan dan mendapat pekerjaan semua atas campur tangan Tuhan, dimana saya saya selalu berdoa kepada Allah Tritunggal.
Selebih dari itu juga, ketika saya berdoa kepada Allah Tritunggal, saat istri saya hamil satu bulan, saya berdoa agar bayi yang dikandung itu adalah laki-laki. untuk ada yang berkomentar bahwa anak saya perempuan, tetapi tidak. dan saya berdoa trus agar doa dikabulkan, memang hasil positif. dan juga telah memberi nama: Jika: laki-laki- namanya: Aristoteles, jika perempuan: Platonia., nama tersebut saya simpang di dalam alkitab. dan berdoa. ternyata doa saya dikabulkan.
Note: Berhubungan dengan argumen teman-teman diatas
saya keberatan kalau Tuhan tidak campur tangan atas hidup kita.
pertanyaan saya: Apakah pengalam itu menunjukkan bahwa Tuhan mengabulkan doa kita? apakah doa kita dapat merubah Gender Manusia? atau karena Iman kita kepada Tuhan, sehingga segala akan terjadi karena iman?
Shalom Aquilino Amaral
Memang tidak mudah memahami konsep Allah yang Maha Tahu (God’s foreknowledge) dalam kaitannya dengan pengabulan doa- doa kita. Seringnya manusia berpendapat dua titik ekstrim, yaitu 1) Tuhan tidak campur dalam hidup kita, atau ekstrim lainnya yaitu 2) Tuhan bisa berubah sesuai dengan kemauan kita atau kita bisa mengubah Tuhan (seolah- olah kita bisa ‘mengatur keputusan Tuhan’). Nah kedua ekstrim ini keliru. Itulah sebenarnya yang mau disampaikan dalam rangkaian artikel tentang doa (Apakah berdoa percuma, dari bagian 1 s/d 4)
Kesulitan untuk memahami hal ini terletak pada pola pikir sendiri, karena kita membayangkan Tuhan berpikir linear seperti kita, yang terikat oleh ruang dan waktu. Pada manusia memang ada hari kemarin, sekarang dan esok, dan esok bagaimana manusia belum tahu persis. Tetapi bagi Tuhan semuanya adalah "saat ini", sehingga segala yang lampau dan yang akan datang, sudah diketahui oleh Tuhan, karena Dia adalah Maha Tahu.
Sehubungan dengan kasus anda, maka sudah sejak awal mula, Tuhan sudah mengetahui bahwa anak anda itu adalah anak laki-laki. (Kalau Tuhan tidak tahu, maka Ia bukan Maha Tahu, dan tentu ini keliru!). Namun dari segi manusia, anda tidak tahu, dan karenanya anda berdoa menginginkan anak laki- laki. Jadi dari sejak awal Allah sudah tahu bahwa Ia akan memberikan kepada anda, seorang anak laki-laki melalui doa anda. Maka dalam hal ini ada peran doa anda, dan ada peran penyelenggaraan Tuhan dalam hidup anda.
Jadi bukan doa anda yang merubah gender manusia (dalam hal ini anak anda) tetapi, karena sejak awal Tuhan sudah merencanakannya semikian. Pemeriksaan dokter atau perkiraan orang lain dapat salah, tetapi rencana Tuhan tidak pernah salah; dan Allah selalu mengetahui dengan persis segala perbuatan-Nya, yang tertuju untuk kebaikan bagi semua orang yang mengasihi Dia. Peran iman di sini adalah agar kita mempunyai keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Rasul Paulus mengatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibr 11:1) Maka kemurahan Allah memberikan kepada anda sesuatu yang anda harapkan, namun itu tidak berarti anda mengubah rencana Allah.
Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www. katolisitas.org
Salam bu Ingrid,
Terima kasih atas jawaban ibu, memang penjelasan ibu aku terima 100%.
setelah aku baca memang begitu kita tidak bisa mengubah keputusan Allah, tetapi dengan melalui iman tulus dan penyerahan total kepada Trinitas, Tuhan dapat mengabulkan permintaan kita.
Salam buat bu Ingrid dan keluarganya, semoga dalam masa puasa ini, kita akan dikuatkan oleh salib suci.
Amin,
Aquilino Amaral
Shalom Sdr. Aquilino Amaral,
Saya ikutan komen, ya…
Usai menikah secara Katolik, saya berdoa memohon agar segera diberi anak. Ternyata doa saya langsung dikabulkan.
Hanya, saya juga berdoa begini:
1) kalau boleh, saya minta anak laki-laki, tetapi terserah saja apa yang terbaik untuk kami
2) kalau diberi anak laki-laki, saya mohon agar ia: sehat, cerdas, ganteng, lucu dll…
3) kalau memang diberi anak perempuan, saya mohon agar ia: sehat, cerdas, cantik, lucu dll…
4) saya mohon agar kelahiran anak saya lancar dan tanpa operasi
Kenyataan yang terjadi adalah:
1) dua kali istri saya harus dirawat di rumah sakit karna hampir melahirkan premature
2) istri saya harus menjalani operasi Caesar
3) anak sulung saya ternyata perempuan
4) dua jam setelah dilahirkan, anak perempuan saya mengalami keracunan air ketuban
5) besoknya saya harus membawa ia ke rumah sakit lain untuk dirawat di bagian perinatologi.
Kontan kami marah-marah sama Tuhan.
Kami merasa sudah berdoa setiap malam selama ia masih di dalam kandungan.
Kami merasa sudah mengaku dosa sebelum saling menerimakan Sakramen Perkawinan.
Kami merasa pun sudah mengaku dosa sebelum melakukan usaha-usaha untuk memiliki anak.
Tetapi, kenyataannya harus seperti di atas itu…
Sedangkan, saya tahu persis, orang-orang lain yang saya kenal, mereka tidak berdoa seperti kami, pun mereka tidak merasa perlu mengaku dosa terlebih dahulu seperti kami. Akan tetapi pada mereka-mereka itu lancar-lancar saja, tidak seperti pada kami…
Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?
Syukurlah, setelah dirawat selama beberapa hari, putri sulung saya mulai sembuh. Padahal sewaktu masih dirawat, jika keadaannya tidak semakin baik, saya sudah bersiap-siap membaptisnya sendiri jika tak ada pastor yang bisa dipanggil untuk itu.
Saya bersyukur sekali. Benar-benar bersyukur. Walaupun saya diberi anak perempuan, ternyata semua doa saya dikabulkan. Saat ini ia: sangat sehat, sangat cerdas, sangat cantik, juga sangat lucu. Benar deh, kalau Anda melihatnya, Anda pasti akan bilang ia sangat cantik, hahahaha….
Setelah berumur 52 hari, kami membawa ia untuk dibaptis dengan nama Ignasia Givalen Charitas Cung.
Sedikit pamer tak apa, ya? Karna saya begitu bangga padanya… Begitu bersyukur sama Tuhanku.
Ya, ternyata berkat bantuan Bunda Maria, akhirnya Tuhan Yesus memberikan apa yang terbaik dan yang kami perlukan.
Seringkali aku tidak mendapatkan apa yang kuminta dalam doa, tetapi aku selalu memperoleh segala sesuatu yang kuperlukan.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Semua orang dari semua agama menjadikan Doa itu sebahagian dalam kehidupan mereka. Tetapi masih banyak yang TIDAK MENGETAHUI AKAN ARTI DOA itu sendiri. Selain itu banyak umat kristian sendiri seringkali bertanya MENGAPA KITA HARUS BERDOA SEDANGKAN SEGALANYA SUDAH DITENTUKAN OLEH ALLAH? dan BAGAIMANA CARA BERDOA DENGAN BAIK. akhir sekali, MENGAPA KRISTIAN KATOLIK MENGATAKAN BAHAWA DOA BAPA KAMI ADALAH DOA YANG PALING BAIK & ISTEMEWA. Bolehkah saudara Stef perjelaskan?..
Shalom Lucius,
Anda dapat membaca artikel yang baru saja saya post-kan di website, tentang doa Bapa Kami (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Saya selalu berdoa untuk ,ibu , keluarga saudara saya yang berada diJakarta ,sedangkan saya berada diSemarang.Tetapi ada sesuatu hal yang saya alami dan saya sendiri tidak tahu mengapa?.
Saya selalu mempunyai perasaan enggan dan malas apabila saya ingin berkomunikasi langsung dengan mereka melalui telpon, padahal sarana untuk itu sudah ada dan siap untuk dipergunakan.Sewaktu kecil memang saya tinggal tidak dengan mereka ,saya tinggal sendiri di Semarang, sampai saya menikah dan mempunyai anak hingga sekarang.
Yang ingin saya tanyakan adalah :
1. Atas sikap saya itu yang berhubungan dengan iman Katolik.
2. Apakah doa saya itu berguna bagi mereka dapat diterima oleh Tuhan ?
3 . Apa yang seharusnya saya lakukan untuk menghilangkan keengganan tersebut .
Terima kasih atas semua sarannya ,semoga Tuhan selalu menyertai anda .Amin.
Salam hornat dari saya.
Shalom Ign Misna,
1) Sebagai pengikut Kristus, kita semua diajar untuk mengasihi Allah dan sesama. Dan, jika kita mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi segala perintah-Nya. Perintah Allah nyata dalam perintah untuk mengasihi, dan yang dijabarkan dalam kesepuluh perintah Allah. Nah, perintah ke-empat dari sepuluh perintah Allah itu adalah agar kita menghormati orang tua kita. Dan sebenarnya hormat ini juga termasuk mengasihi mereka. Jika kita perhatikan, tiga perintah Tuhan yang pertama adalah yang menyangkut kasih kepada Tuhan (yaitu Jangan menyembah berhala, jangan menyebut nama Tuhan dengan tidak hormat, dan perintah untuk menguduskan hari Tuhan) Sedangkan perintah ke-empat sampai ke sepuluh adalah berhubungan dengan kasih kepada sesama. Dan kasih kepada sesama ini pertama-tama ditujukan kepada orang tua kita. Menurut St. Thomas Aquinas, urutan ini bukannya kebetulan, tetapi karena di antara sesama kita, yang paling terutama adalah kita ‘berhutang’ pada orang tua kita yang melahirkan kita ke dunia. Maka kita harus menghormati dan mengasihi mereka dengan segenap hati kita, sebagai bentuk kasih dan penghargaan kita kepada Allah yang memberikan mereka sebagai orang tua kita.
2) Kasih kepada orang tua, memang dapat dinyatakan dengan perhatian/ perbuatan, perkataan dan doa. Jadi tentu baik dan berguna jika kita mendoakan orang tua kita. Dan Tuhan tentu berkenan mendengarkan doa-doa kita untuk orang tua kita. Tetapi jika orang tua kita masih hidup, tentu hal ini tidak cukup. Kita perlu juga berkomunikasi dengan mereka, apalagi jika itu memungkinkan, minimal melalui telpon/ surat.
3) Untuk menghilangkan ke-engganan, maka sebaiknya anda berdoa mohon agar Tuhan yang memberikan keinginan yang kuat untuk mengalahkan rasa enggan tersebut. Ingatlah, bahwa tanpa mereka, anda tidak ada di dunia ini. Dan bagaimanapun juga, karunia kehidupan yang diberikan kepada anda dari Tuhan, adalah melalui orang tua anda. Anda juga dapat memohon kepada Tuhan agar menumbuhkan rasa kasih kepada orang tua anda, sebab bagaimanapun Tuhan adalah sumber Kasih, dan dengan menimba kasih dari pada-Nya kita dapat mengasihi sesama, apapun kondisinya. Jika saya dapat menyarankan, janganlah terus mempertanyakan masa lalu, misalnya, mengapa sampai anda terpisah dari orang tua dan tinggal di Semarang, padahal orang tua tinggal di Jakarta. Yang sudah berlalu, biarlah berlalu, namun yang terpenting adalah masa sekarang dan di masa depan. Seandainya anda merasa janggal karena lama tak berbicara dengan orang tua, dapat anda mulai dengan langkah sederhana: tulislah surat, atau kirimkanlah kartu dan foto keluarga anda, berikan catatan kecil, betapa anda mengingat mereka dan mengasihi mereka. Mungkin dari awal yang sederhana ini, maka hubungan anda dengan orang tua dapat bertumbuh dan menjadi lebih dekat dan hangat.
Tuhan hanya memberi kita kesempatan hidup di dunia satu kali. Mari kita mengasihi orang tua kita semampu kita, agar jika nanti kita bertemu dengan Tuhan di surga, kita dapat menatap Dia, dan mengatakan bahwa kita telah berusaha mengasihi orang tua kita, yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Shaloom….hidup saya sangatlah complicated. Pada dasarnya saya dari keluarga mampu. Tapi entah kenapa saya selalu berusaha memiliki sesuatu tidak dengan cara yang baik. Saya telah mencuri sesuatu yang bukan punya saya dan itu adalah kepunyaan ibu saya. Jutaan sudah saya mencuri dari orang tua saya. Dari hati saya sangat menyesalinya. Saya ingin mengakui semua yang telah saya lakukan tapi saya takut menhadapi kemarahan orangtua saya….Sangat takut….Saya mohon doa supaya Tuhan mendampingi saya dan memberikan saya kekuatan untuk jalani semua proses pertobatan saya ini. Tapi saya ragu apakah orangtua saya akan memaafkan saya? dan apakah Tuhan akan mengampuni saya? Sudah berulangkali saya jatuh pada kesalahan yang sama.
Shalom Dewi,
Pertama- tama, mari kita sadari terlebih dahulu, bahwa setiap kali kita menyesali perbuatan kita yang salah, itu sesungguhnya karena berkat Roh Kudus yang bekerja, untuk membawa kita kepada pertobatan. Maka dalam hal ini, Dewi patut bersyukur, bahwa Tuhan menyadarkan anda atas segala kesalahan anda. Perbuatan mencuri tentulah tidak berkenan di mata Tuhan, dan karena Tuhan tak ingin anda semakin dalam jatuh ke dalam dosa ini, maka Ia memanggil anda untuk menyadari betapa ini tidak sesuai dengan ajaran-Nya. Maka, jika saya boleh mengusulkan, maka inilah yang mungkin dapat Dewi lakukan jika anda seorang Katolik:
1) Berdoalah terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Anda boleh menentukan sendiri tempatnya, entah di rumah, atau di gereja, namun sedapat mungkin carilah tempat dan waktu di mana anda dapat sungguh berkomunikasi dengan Tuhan: hanya anda dengan Dia, dan mulailah dengan sikap sujud dan berlutut di hadapan-Nya. Anda dapat mulai dengan membaca Mazmur 51, Luk 15: 11-32 sambil mengarahkan pandangan kepada salib Tuhan Yesus, atau katakanlah berulang kali, "Tuhan, kasihanilah aku…." Anda dapat pula berdoa rosario, sambil memohon agar Bunda Maria mendoakan anda, dan dengan doa-doanya membantu anda untuk sungguh-sungguh bertobat. Lihatlah ke dalam hati anda dengan jujur, untuk melihat apakah yang menyebabkan anda mencuri? Apakah akarnya demi kesenangan membeli barang-barang mewah, atau karena anda terlibat pergaulan yang tidak baik, ketagihan obat-obatan, taruhan/ gambling atau apa? Periksalah batin anda (silakan klik di sini) untuk melihat adakah dosa lain yang memisahkan anda dengan Tuhan. Akuilah semua ini di hadapan-Nya, dan selanjutnya, anda dapat mengucapkan doa spontan, mohonlah kekuatan kepada Tuhan Yesus agar anda dapat mengakukan dosa ini di hadapan pastor dalam Sakramen Pengakuan Dosa, agar sungguh anda dapat menerima karunia pengampunan dari Tuhan, dan dikuatkan untuk tidak lagi mengulangi dosa yang sama. Tutuplah doa anda dengan doa Bapa Kami, renungkanlah setiap kata-katanya dengan sepenuh hati.
2) Datanglah mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan dosa. Jika anda tidak mengetahui jadwalnya, silakan menghubungi Pastor Paroki, dan buatlah janji untuk bertemu, untuk dapat menerima sakramen Tobat ini. Katakan sejujurnya, apa yang terjadi dalam kehidupan anda, terutama tentang dorongan untuk mencuri yang mengganggu anda. Dengarkan nasehat pastor, terutama bagaimana caranya agar anda tidak lagi jatuh ke dalam dosa yang sama. Lakukan penitensi yang disyaratkan. Berdoalah dengan ucapan syukur, bahwa Tuhan telah mengampuni anda.
3) Isilah kehidupan selanjutnya dengan doa, dan berdoa, mohon bimbingan Tuhan. Datanglah kepada ibu anda, dan katakanlah segala yang sejujurnya, dan sampaikan juga penyesalan anda yang paling dalam dan tulus kepadanya. Semoga ibu anda dapat mengampuni anda.
4) Perbaikilah kehidupan anda, jauhilah pergaulan yang tidak sehat, usahakanlah pola hidup yang sederhana. Semoga Tuhan Yesus sendiri memberikan rahmat kepada Dewi untuk meninggalkan kehidupan yang lama, menuju kehidupan yang baru bersama Kristus. Percayalah bahwa Tuhan Yesus Maha Pengampun, namun juga, mohonlah kepada-Nya agar diberi kekuatan untuk menolak dosa.
Demikianlah, kita sebagai orang beriman harus mengimani kasih Tuhan yang tiada terbatas, namun kita harus pula berusaha dengan segenap kekuatan kita untuk mengasihi-Nya dengan menjauhi segala dosa yang bertentangan dengan perintah-perintah-Nya. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org PS: Saya mohon maaf karena saya terlambat membalas surat anda.
Salam dami dalam Yesus Kristus Pak Stef dan Bu Ingrid.
Ada yang mau saya tanyakan. Apakah menurut Pak Stef dan Bu Ingrid kita manusia ikut menentukan takdir hidup kita? atau semuanya sudah “dituliskan”? atau di gariskan? mengingat Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih atau menentukan hidupnya. Kalau manusia yang menentukan pilihan hidupnya, bukankah berarti takdir itu ada ditangan manusia itu sendiri?. Terimakasih banyak atas penjelasannya.
Tuhan berkati.
Shalom Deasy,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang masalah takdir adalah sesuatu yang begitu sulit dipahami, karena takdir mengundang pertanyaan hubungan tentang kehendak bebas manusia dan Tuhan yang Maha Tahu. Yang menjadi masalah adalah bagaimana sebenarnya harmoni antara keduanya. Untuk itu, silakan membaca beberapa artikel berikut ini beserta dengan tanya-jawab:
Semoga artikel dan jawaban tersebut di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam,
Ditengah khotbahnya [dari admin: saya menghapus nama tempat dan orang] seseorang sambil berteriak mengatakan bahwa “kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami” dalam Doa Bapa Kami itu salah karena hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa manusia.
Apakah benar kata mengampuni dalam Doa Bapa Kami itu salah?
A). Kalau memang salah, mengapa tidak segera diralat?
B). Kalau tidak salah, mengapa [dari admin: saya hapus nama orang tersebut] orang tersebut berani berkata salah?
Shalom Yohanes K,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya minta maaf baru sempat menjawabnya sekarang. Mari kita melihat pertanyaan Yohanes tentang doa Bapa Kami, yang mungkin dalam kesempatan mendatang akan kami tulis dalam artikel tersendiri.
Dalam satu kalimat di dalam doa Bapa Kami dikatakan "..ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami".
1) Doa Bapa Kami adalah doa yang sempurna dan tidak mungkin salah, karena diajarkan oleh Yesus sendiri (Mat 6:9-13). Doa ini terdiri dari 7 petisi, yang salah satu petisinya adalah "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Mat 6:12). Untuk semua keterangan tentang hal ini silakan melihat Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2786-2854). Untuk keterangan tentang petisi pengampunan, silakan melihat KGK 2838-2845.
2) Memang hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa seseorang. Kenapa kita dituntut untuk mengampuni dosa sesama kita sebelum kita menerima pengampunan dari Tuhan?
a) Ini adalah untuk kepentingan kita sendiri. Pada saat hati kita ditutupi oleh kebencian, maka berkat Tuhan tidak dapat mengalir ke dalam hati kita, karena hati kita tertutup oleh dosa. Dan satu-satunya yang dapat memisahkan manusia dari Tuhan adalah dosa.
b) Pada saat kita mengampuni dosa seseorang, bukan berarti bahwa orang tersebut terbebas dari sanksi dosa. Adalah menjadi wewenang Tuhan sendiri untuk mengampuni dosa orang tersebut. Bukan menjadi kapasitas kita untuk mendamaikan orang tersebut dengan Tuhan, namun mengampuni orang yang bersalah kepada kita adalah di dalam kapasitas kita sebagai murid Kristus, sehingga hati kita tidak tertutup oleh kebencian dan pada saat bersamaan membantu orang tersebut untuk juga berdamai dengan Tuhan. Kristus sendiri mengatakan "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mt 5:44). Pada saat kita mengampuni musuh kita, kita melakukannya demi kasih kita kepada Tuhan.
3) Saya tidak tahu alasan seseorang mengatakan bahwa bagian dari doa Bapa Kami tentang mengampuni adalah salah. Mungkin orang tersebut mencoba memaparkan bahwa yang memang berhak mengampuni adalah Tuhan (lih. Mt 10:37; Mk 4:13; Mk 4:16). Namun dalam konteks yang lebih luas, mengampuni dosa sesama kita adalah untuk bertujuan untuk keselamatan kita sendiri, sehingga mengampuni masih di dalam kapasitas kita.
4) Mengampuni dosa orang yang bersalah kepada kita adalah suatu refleksi dari hukum kasih, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatan; dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mk 14:21). Kita mengampuni seseorang karena orang tersebut adalah ciptaan Tuhan, dan pada saat yang bersamaan kita memberikan kelegaan kepada orang tersebut (kalau orang tersebut tahu) dan juga menghindari hati kita dipenuhi oleh dosa kebencian. Hal ini ditegaskan oleh Yesus di dalam doa "Bapa Kami", juga oleh rasul Paulus (lih. Fil 1:11; 1 Tes 3:8).
Jadi dari pemaparan di atas, kita melihat mengampuni sesama dan mendapatkan pengampunan dari Tuhan tidaklah terpisahkan, sama seperti mengasihi Tuhan tak terpisahkan dengan mengasihi sesama. Mari kita bersama-sama meminta kepada Tuhan untuk memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya, sehingga kita juga mampu untuk mengampuni sesama kita yang bersalah kepada kita, yang pada akhirnya akan membawa kita kepada keselamatan kekal.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Shalom Bp Stefanus
Apakah tidak lebih pas jika kata “mengampuni” diterjemahkan dengan “memaafkan”? O, ya untuk bahasa aslinya sendiri memakai kata apa? Kalau doa Bapa Kami bhs Inggris khan pakai kata forgive yang bisa berarti mengampuni/memaafkan. Untuk bahasa Indonesia sendiri kata mengampuni dan memaafkan menurut saya artinya tidak sama persis.
GBU
Ryan09
Shalom Ryan,
Dalam teks Bapa Kami dalam bahasa Latin, memang disebutkan demikian, "…et dimitte nobis debita nostra sicut et nos dimittimus debitoribus nostris" yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, "and forgive us our trespasses as we forgive those who trespass against us" (or, forgive us our sins as we forgive those who sin against us) atau dalam bahasa Indonesia, "dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami."
Memang jika dilihat terjemahan bebas dari "dimitte" yang berasal dari kata "dimitto" itu adalah untuk melepaskan/ to break up, dismiss, leave, abandon, leave behind, dan yang dilepaskan itu adalah "debita" yang berkonotasi "hutang/debt". Maka di sini konteksnya adalah perbedaan derajat antara yang memberi hutang dan yang diberi hutang. Dan memang demikianlah sesungguhnya hubungan kita dengan Tuhan, karena kita manusia tidak pernah sejajar dengan Tuhan, dan kita selalu dalam posisi ‘hutang’ karena segala dosa-dosa kita.
Saya bukan ahli bahasa, namun dari konteks di ataslah saya kira, mengapa kalimat tersebut diterjemahkan sebagai ‘mengampuni’ daripada ‘memaafkan’, karena memang ‘mengampuni’ lebih mengacu pada konteks ‘hutang’ tersebut.
Demikian penjelasan saya, semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam kasih saudara Ryan,
Sekedar untuk memberi masukan tentang perbedaan arti antara ‘mengampuni’ dan ‘memaafkan’. Ada penjelasan tentang ‘Reconciliation’ dalam buku“My School Diary” (Authors: Francine & Byron Pirola) yang juga digunakan oleh murid-murid di sekolah katolik putra saya bahwa:
Saying ‘sorry’ is different to asking for ‘forgiveness’.
When we say sorry to someone, it is an ‘I-centred statement’ expressing sympathy but not necessarily inferring that we take any responsibility. As such it requires nothing from the person to whom we say it.
It is always good to say ‘sorry’ but it is nowhere near as hard to do, or as effective, as asking for forgiveness. Asking for forgiveness is an act on vulnerability; not only does it put us in a position of accepting responsibility for hurting the other, it is also a request to be invited back into unity with the person we have hurt.
Full reconciliation can only occur in a relationship when we say sorry and ask for forgiveness. This is the basis of the sacrament of reconciliation, but applies equally to any intimate relationship such as with a spouse, a child or family and school/parish community members.
Semoga bermanfaat
Salam,
Di salah satu pelajaran Agama Katolik, [dari admin: saya hapus nama organisasi dan nama orangnya] pernah mengatakan bahwa kodrat Tuhan berbeda dari kodrat manusia. Kodrat Tuhan lebih tinggi dari kodrat manusia, Tuhan menciptakan manusia dengan kebebasan penuh. Kalau Tuhan mencampuri urusan manusia, maka Dia bukan Tuhan lagi. Waktu itu saya tidak terpikir untuk mempertanyakan pernyataan beliau, sehingga sampai sekarang saya tidak tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
A) Kalau Tuhan tidak mencampuri urusan manusia, mengapa Allah Bapa mengutus Allah Putera ke dunia untuk menebus dosa manusia? Bukankah ini suatu bentuk campur tangan Tuhan atas urusan manusia ?
B) Dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus sendiri a.l.dikatakan “Berilah kami rezeki pada hari ini” dan “Bebaskanlah kami dari yang jahat” yang intinya kita minta Tuhan ikut campur tangan. Kalau Tuhan tidak mencampuri urusan manusia (seperti diajarkan oleh orang tersebut)), untuk apa kita “minta rezeki” dan “minta dibebaskan dari yang jahat”?
C) Dalam Doa Bapa Kami juga dikatakan “Jangan masukkan kami dalam cobaan” Menurut orang tersebut, “Tuhan tidak pernah memberi cobaan kepada kita, Demikian juga Setan. Penyakit yang kita derita bukanlah cobaan dari Tuhan maupun Setan, melainkan bagian dari hidup manusia didunia ini.” Kalau Tuhan tidak mencampuri urusan manusia, apa masih ada gunanya kita berdoa (minta) “Jangan masukkan kami dalam cobaan?”
Shalom Yohanes K,
Terima kasih atas pertanyaannya. Mari kita membahasnya.
Kodrat Tuhan memang berbeda dengan manusia, tidak hanya lebih tinggi, bahkan tak terbatas atau "infinite" perbedaannya.
I. Kebebasan manusia dan Tuhan yang Maha Tahu
1) Memang benar bahwa Tuhan telah memberikan kebebasan atau "free will" kepada manusia, karena kasih-Nya kepada manusia. Namun Tuhan juga tahu bahwa dengan memberikan keinginan bebas, maka manusia mempunyai kemampuan berkata "ya" atau "tidak" kepada Tuhan. Keinginan bebas yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia adalah bentuk kasih Tuhan yang begitu dalam. Bayangkan kalau kita mengasihi seseorang, kita tidak menginginkan mereka mengasihi kita karena terpaksa dan tidak mempunyai pilihan, namun secara bebas dia mengasihi kita.
2) Dengan derajat Tuhan, yang tak terbatas perbedaannya dengan manusia, tidak berarti bahwa Dia tidak mencampuri urusan manusia. . Bahkan tidak ada yang lebih penting daripada urusan manusia untuk dicampuri oleh Tuhan. Jadi, kalau Dia tidak mencampuri urusan manusia, berarti Dia bukan Tuhan lagi, karena semua perjalanan hidup manusia adalah merupakan campur tangan Tuhan. Tuhan, bukanlah dipandang sebagai "clock maker", seperti yang dipercayai oleh Deism, dimana Tuhan hanya dipandang sebagai pencipta alam semesta dengan segala sistemnya, dan kemudian Dia berpangkutangan melihat perjalanan hidup manusia tanpa ada campur tangan sama sekali. Untuk melihat pembahasan tentang topik ini, saya pernah menulis artikel "Apakah Berdoa itu Percuma – bagian 1 (silakan klik)" dan "Apakah Berdoa itu Percuma – bagian 2 (silakan klik)". Namun di sisi yang lain, kita juga tidak dapat berharap bahwa Tuhan menuruti segala kehendak kita. Tuhan begitu mengasihi kita, sehingga Dia tidak mengabulkan semua yang kita inginkan. Hal ini dapat dilihat di"Apakah Berdoa itu Percuma – bagian 3 ( silakan klik)".
3) Seperti yang Yohanes katakan, Inkarnasi adalah campur tangan Tuhan yang terbesar. Juga seperti dalam doa Bapa Kami, kita berdoa agar Tuhan campur tangan dalam kehidupan kita. Kita tidak dapat mengingkari campur tangan Tuhan. Contohnya, orang tua yang kaya tidak akan membiarkan anaknya yang telah berusaha semaksimal mungkin dalam usahanya, – namun dirundung kemalangan terus-menerus – tanpa ada campur tangan atau hanya berpangku tangan. Kalau ini tidak mungkin bagi manusia, apalagi Bapa kita di Surga, yang kasih-Nya jauh lebih besar dari kasih manusia. Tuhan tidak akan membiarkan kita jatuh tanpa ada campur tangan dari-Nya;
II. Penyakit, penderitaan, percobaan?
1) Mungkin kita dapat menghubungkannya segala penyakit, penderitaan, peperangan, bencana alam, dll. sebagai "evil". Mungkin kita sering mempertanyakan tentang relasi antara "evil" dengan Tuhan. Kita sering bertanya dimana Tuhan pada saat evil terjadi. Saya pernah menjawab pertanyaan ini disini (silakan klik), dan disini (silakan klik).
2) Untuk relasi dalam hubungannya dengan doa, maka saya pernah menulis empat artikel untuk menjawab tentang kesalahan persepsi dalam doa.
Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.
3) Untuk pertanyaan tentang percobaan, Ingrid pernah menjawabnya di sini (silakan klik) dan juga disini (silakan klik), dimana pada intinya adalah pada saat Tuhan membiarkan sesuatu terjadi, yang bagi kita adalah suatu percobaan, maka Tuhan memberikannya sebagai suatu kesempatan bagi kita untuk bertumbuh dalam iman kita dan mendatangkan "greater good" atau kebaikan yang lebih tinggi nilainya, yang menuntun kepada keselamatan kekal. Namun pada saat setan menggoda (to temp) kita, maka tujuannya adalah untuk kehancuran kita, sehingga kita tidak mendapatkan keselamatan kekal.
Mari kita melihat segala hal yang didiskusikan di atas dalam kacamata iman, dimana kita meyakini bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang Maha kasih dan Maha Adil, jauh lebih mengasihi kita dari pada orang tua kita masing-masing. Kalau orang tua kita mengasihi, melindungi dan menyediakan kebutuhan kita, Tuhan lebih lagi mengasihi kita dengan memberikan Putera-Nya untuk keselamatan kita. Kalau orang tua kita membiarkan kita untuk berdiri sendiri sehingga kita sering jatuh pada waktu kita belajar berjalan, maka Tuhan kadangkala memakai penderitaan, penyakit, kemiskinan, sebagai suatu cara agar kita maupun orang-orang di sekitar kita untuk bertumbuh dalam iman yang pada akhirnya akan mendatangkan keselamatan kekal.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab pertanyaan Yohanes.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Comments are closed.