Menyiapkan homilist yang baik dari sejak seminari

Pengantar

Tema aktual yang sering dibicarakan di komisi seminari dan juga komisi liturgi adalah homili. Bagi komisi seminari menyiapkan para calon imam agar kelak menjadi imam yang memiliki ketrampilan dalam mewartakan sabda Tuhan adalah tugas utama. Terlebih ketika imam bertugas sebagai seorang pemimpin liturgi. Sebagai pemimpin liturgi seorang imam dituntut bukan hanya tahu tentang sikap liturgis, cara membawakan upacara liturgi dengan baik tetapi terlebih juga cara memaklumkan Sabda Tuhan. Bagian ini sering kurang disiapkan secara baik sejak seminari menengah dan tinggi. Mungkinkah dibuat kerjasama lintas komisi, dalam hal ini komisi seminari dan komisi liturgi berkolaborasi-bersinergi menyiapkan calon imam sebagai pengkotbah sejak dini di seminari menengah. Bagaimana bentuknya?

Kesadaran tugas utama mewartakan Sabda Tuhan

Apa tugas khas dari imam, yang tidak dimiliki oleh umat lain? Kanon 757 menyatakan: “Tugas dari imam-imam yang adalah rekan kerja para Uskup ialah memaklumkan Injil Allah; terutama para Pastor Paroki dan mereka yang diserahi tugas reksa jiwa-jiwa, mempunyai kewajiban ini terhadap umat yang dipercayakan kepada mereka; juga para diakon, dalam persatuan dengan Uskup dan Presbyteriumnya, harus mengabdi umat Allah dalam pelayanan sabda”. Teks ini mau menyatakan bahwa tugas pokok dan bersifat khas bagi seorang imam adalah memaklumkan-mewartakan Injil Allah. Tugas mewartakan Sabda Allah itu merupakan pelaksanaan pewartaan sabda dan secara konkrit melalui kegiatan homili saat perayaan ekaristi. “Diantara bentuk-bentuk kotbah, homililah yang paling unggul yang adalah bagian dari liturgi itu sendiri” (bdk. kan. 767). Jadi homili adalah bagian integral dari  perayaan ekaristi  (bdk. SC, 35,52; PUMR, 29). Maka kegiatan homili atau kotbah dalam perayaan ekaristi tidak bisa lepas dari tugas pokok seorang imam yakni mengajar umat. Melalui liturgi khususnya Perayaan Ekaristi – kaum beriman dimampukan untuk mengungkapkan dalam kehidupan mereka serta memperlihatkan kepada orang-orang lain misteri Yesus Kristus dan hakekat asli dari Gereja yang sejati (bdk. SC, 2).

Homili: bercerita dan bersaksi tentang pribadi Yesus

Homili adalah sebuah pewartaan yang mengisahkan atau bercerita tentang kisah Yesus dalam perayaan Ekaristi. Untuk dapat bercerita tentang Yesus kita perlu memiliki pengalaman pribadi berjumpa dengan Yesus, mengalami pribadi Yesus. Cerita tentang Yesus akan efektif, kalau cerita itu keluar dari pengalaman hidup pribadi kita; sebab orang lebih percaya kepada kesaksian hidup daripada sekedar berkata-kata (bdk. 1Yoh 1:1-4; EN, 41; EA, 42). Dengan bercerita tentang Yesus, kita mengungkapkan identitas diri kita sebagai umat kristiani (umat Katolik); dan kita tidak boleh menyembunyikan diri kita sebagai murid-murid-Nya. Dengan berada bersama dengan orang-orang sebangsa, yang dirundung kemiskinan dan hidup dalam pluralitas agama dan kebudayaan, kita menjadi sungguh-sungguh katolik dan sungguh-sungguh warga Indonesia. Dengan “berbuat” bagi mereka yang dirundung kemiskinan, dan hidup dalam pluralitas budaya dan agama, kita semakin menjadi Kristiani. Maka dalam homili yang tidak lepas dari kenyataan hidup konkrit umat, perlulah diperhatikan konteksnya (pendengarnya).

Kontekstualiasi Homili

Dimensi kontekstualisasi homili dalam perayaan ekaristi sangatlah penting. Umat merasakan kekuatan dari Sabda Tuhan, jika Sabda yang menjadi warta homili menyentuh kehidupan konkrit; jika Sabda Tuhan mengubah perilaku hidup manusia sehingga kehidupan nyata menjadi sejahtera dan damai. Itulah panggilan dasar Gereja yakni menjadi terang bagi bangsa-bangsa (bdk. Lumen Gentium, 1). Gereja menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah dan mendirikannya di tengah bangsa-bangsa (bdk. Lumen Gentium, 5). Sementara Gereja membantu dunia atau menerima banyak dari dunia, yang menjadi tujuan satu-satunya adalah datangnya Kerajaan Allah serta terwujudnya keselamatan bagi seluruh umat manusia (bdk. Gaudium et Spes, 45). Kontekstualisasi homili juga melihat kehidupan masyarakat yang ditandai dengan pluralitas agama dan budaya, serta mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan. Karena itu hidup menggereja dilakukan lewat dialog antar umat beragama, berinkulturasi dan pembebasan manusia yang seutuhnya dan menyeluruh aspek bidang kehidupan (bdk. FABC I, 1974; V, 1990). Homili hendaknya menjadi suara kenabian ketika masyarakat menawari praksis “yang kuat yang menang, yang bermodal besar (kaum kapitalis) menguasai yang tidak bermodal kaum miskin)”. Kita sebagai Gereja perlu memperlihatkan baik melalui perkataan maupun perbuatan bahwa “yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir harus didahulukan.” (bdk. Nota Pastoral: Keadaban Publik, KWI 2004, art. 18.1). Ketika masyarakat digiring untuk menyembah uang, Gereja perlu bersaksi dengan mewartakan Allah yang solider, penuh kasih dan kerahiman. Melalui homili sebagai bentuk komunikasi iman dalam perayaan, kita dapat mengajak umat beriman untuk melihat kehidupan dalam terang Sabda Tuhan, dan melakukan pertobatan.

Bagaimana menyiapkan Homili

Menyiapkan homili tidaklah mudah, perlu ketekunan dan keseriusan. Bagi seorang pewarta Sabda Tuhan, diperlukan satu minggu untuk menyiapkan Homili jika hal itu dilakukan oleh Pastor Paroki yang setiap minggu harus memberi homili pada perayaan ekaristi bersama umat. Calon imam belajar memberikan homili di dalam misa kelompok di rumah bina. Komisi liturgi memberikan panduan sederhana bagaimana berhomili yang baik? Di bawah ini cara menyiapkan homili yang mungkin berguna bagi para pewarta sabda Tuhan. Persiapan menyampaikan homili terbagi dalam 2 tahap: persiapan jarak jauh dan jarak dekat.

Persiapan jarak jauh: meliputi tiga tahap (1) renungan pribadi: melakukan permenungan atas bacaan Sabda Tuhan dengan tertulis yang menjadi inspirasi homili, (2) hidup kerohanian pribadi yang mendalam, yang dimaksudkan adalah sebagai pewarta sabda Tuhan hendaknya memiliki hidup rohani yang matang, memiliki kebiasaan berdoa dan membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci, (3) kepribadian dari si homilist (pembawa homili): sangatlah menentukan. Di sini dibutuhkan integritas kepribadian dari si pewarta sabda Tuhan. Apa yang saya katakan, juga saya lakukan, berhomili berarti juga mengandung tuntutan untuk melakukannya.

Persiapan jarak dekat: (a) membaca dan merenungkan Sabda Tuhan, (b) menentukan satu tema berdasarkan hasil permenungan, (c) mendengarkan konteks penerima (audiens), (d) membaca sumber tambahan (dapat diambil dari ajaran Gereja, nota pastoral, (e) kesesuaian dengan ajaran Kitab Suci dan Gereja, (f) menyusun draft homili, (g) membawakan homili: menentukan metode, sarana, berdoa sebelum kotbah dan mendengarkan gerakan Roh apa yang hendak homilist katakan kepada umat.

Suatu kerjasama lintas komisi

Mungkinkah terjalin kerjasama lintas komini seminari dan liturgi dalam menyiapkan calon imam agar menjadi homilist yang unggul? Kerjasama terjalin jika sejak seminari menengah diberikan pelajaran pengajaran tentang liturgi sebagai komunikasi sabda (komunikaturgi). Liturgi adalah perwujudan iman dalam upacara tapi sekaligus sebuah komunikasi iman. Sejak seminari menengah diajarkan tentang menulis renungan singkat dan dibawakan kepada teman-teman sendiri. Komisi Liturgi keuskupan dan para dosen liturgi sudah saatnya memberikan pengajaran tentang homili sejak di seminari menengah. Bagi seminari tinggi agar para frater diajarkan bagaimana: menggali kekayaan sabda Tuhan dengan pelbagai metode tafsir kitab suci yang praktis untuk umat, bagaimana berkomunikasi yang benar dalam ruang publik (public speaking dan public appearance), bagaimana menata integritas kepribadian homilist agar kata menjadi tindakan konkrit? Bagaimana komisi seminari dan komisi liturgi membuat buku-buku panduan tema dan gagasan homili mingguan dengan bahasa sederhana untuk calon imam seminari menengah dan tinggi?

5 5 votes
Article Rating
19/12/2018
29 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Richard
Richard
12 years ago

Syaloom,

Bolehkan dengan percaya Roh Kudus memimpin seorang Pastor / Pendeta atau hamba Tuhan tidak menyiapkan materi atau tema apapun sampai dia maju ke depan mimbar dan percaya Biar Roh Allah yang membukakan apa yang harus disabdakan.

Karena banyak praktek seperti itu, percaya penuh kepada Roh Kudus memimpin dirinya. Bagaimana pendapat anda?

Tq

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Richard
12 years ago

Shalom Richard, Terima kasih atas pertanyaannya. Menurut saya, seseorang yang membagikan Firman, namun tidak mempersiapkan diri secara baik dengan alasan bergantung sepenuhnya pada Roh Kudus, sebenarnya tidak bijaksana. Bahkan, dapat dikatakan malas. Ini sama saja orang yang mau ujian, namun tidak mau belajar, dengan alasan Roh Kudus dapat membantu. Dalam membagikan Sabda Allah, seseorang harus mempersiapkan diri dengan benar-benar, termasuk tahu latar belakang dari perikop, mempelajari tema dengan baik, bagi umat Katolik harus mengetahui pengajaran Gereja Katolik, dll. Dalam proses, kita harus terus melibatkan Roh Kudus, dan kita terus berdoa agar Tuhan memberikan Roh Pengertian dan Roh Kebijaksanaan, sehingga kita… Read more »

greg
greg
12 years ago

syalom bu Ingrid & p’ Stef

saya orang awam yang sedang belajar mengenal Tuhan Jesus lebih dekat lagi
maaf mungkin pertanyaan ini agak nyeleneh, dalam obrolan dengan temen2 di KPKS ada pertanyaan sbb :
apakah boleh seorang awam membawakan homili dalam perayaan Misa?
kalau boleh apa yang mendasarinya dari sudut pandang ajaran gereja, seandainya tidak diperbolehkan apa yang mendasarinya juga?

Sebelumnya terimakasih atas jawabannya
Tuhan Jesus memberkati

Romo Wanta, Pr.
Reply to  greg
12 years ago

Greg yth,
Seturut Kitab Hukum Kanonik 767 pasal 1, yang boleh membawakan homili dalam Misa adalah uskup dan imam serta diakon tertahbis saja, dalam kesatuan dengan bapa uskup sebagai pewarta Injil. Sedangkan awam tidak diperkenankan. Demikian bunyi Kanon tersebut:

767 § 1: Di antara bentuk-bentuk khotbah, homililah yang paling unggul, yang adalah bagian dari liturgi itu sendiri dan direservasi bagi imam atau diakon; dalam homili itu hendaknya dijelaskan misteri- misteri iman dan norma-norma hidup kristiani, dari teks suci sepanjang tahun liturgi.

Sebagai wawasan lebih lanjut, silahkan membaca artikel “Menyiapkan homilist yang baik sejak dari seminari”, silahkan klik.

Salam,
Rm Wanta
 

greg
greg
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Trimakasih romo atas penjelasannya…
Tuhan memberkati pelayanan romo….

Yulius Yudi
Yulius Yudi
13 years ago

Romo… buat saya Homili bukan utama, yang utama buat saya adalah saat Konsekrasi. Dan tidak bisa didapat digereja2 lain selain Gereja Katolik. salam Yulius Yud [dari Katolisitas: Memang Konsekrasi dan Komuni (liturgi Ekaristi) adalah puncak dari perayaan Ekaristi, namun puncak ini tidak terlepas dari kehadiran Kristus dalam liturgi Sabda, yaitu dalam pembacaan Kitab Suci dan homili. Oleh karena itu, Romo Wanta juga berusaha untuk menyiapkan para Romo yang lain dalam pendidikan para imam, untuk dapat mempersiapkan homili dengan baik. Mari kita mendukung usaha para Romo untuk mempersiapkan homili dengan baik ini dengan doa- doa kita. Semoga dengan homili yang baik,… Read more »

Teddy
Teddy
13 years ago

Salam damai, Kadangkala kita sebagai umat sangat menuntut agar stp imam dapat sempurna dalam berbagai hal (salah satunya homili). Hal ini membuat kita lupa bahwa seorang imam pun adalah manusia biasa yg mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai saran, hendaknya kita sebagai umat mau juga mempersiapkan diri dengan membaca terlebih dahulu bacaan pada hari minggu tsb, sehingga pada wkt homili diberikan oleh para imam maka kita paling tidak sudah mengetahui garis besar dari bacaan2 tsb dan pada saat mendengarkan homili kita akan mendapatkan apa pesan yg ingin disampaikan melalui Sabda Tuhan tsb. Dan yg lebig terpenting, marilah kita belajar melaksanakannya dalam… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Teddy
13 years ago

Shalom Teddy,
Ya, saya setuju dengan anda. Membaca bacaan Misa Kudus dan merenungkannya sebelum Misa Kudus adalah salah satu bentuk persiapan diri kita sebelum mengikuti perayaan Ekaristi, seperti telah dituliskan di artikel Cara memeprsiapkan diri menyambut Ekaristi, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

kusuma
kusuma
13 years ago

Yth Romo Wanta Setiap pastor dlm membawakan homili memang berbeda antara satu dengan lainnya , mungkin juga karena pembawaan karakter masing masing pastor, ada yang serius hingga umat tidur atau ada yang lucu sehingga umat juga ikut aktif mendengarkan tapi mungkin sebagian besar dari umat setelah pulang misa tidak mendapat suatu yang lebih, pulang ya…. sudah pulang saja. Romo, maaf ya mungkin tidak ya pastor kita pada waktu homili turun dari mimbar altar , berhomili berjalan turun sambil menyapa umat, kadang umat yang berada di belakang tidak mendengarkan homili , jadi bisa saja ada pembicaraan 2 arah antara pastor dengan… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  kusuma
13 years ago

Syalom Kusuma, saya ingin menanggapi hal masalah homili : *Memang bagi para katolik militan, apapun kondisi homili yang dibawakan romo ( entah itu menyenangkan, lucu, membosankan, jenuh, menarik ) maka mereka PASTI sadar dan MEMPERHATIKAN DENGAN SUNGGUH – SUNGGUH, karena itu adalah SABDA TUHAN yang sedang dibicarakan dan PASTI mendapat hikmat ketika pulangnya. Namun bagi umat katolik asal – asalan memang terkadang agak susah, karena itu terasa kewajiban. Oleh karena itu bagi umat katolik yang masih ‘merasa’ kurang mendapat FIRMAN, ada banyak persekutuan doa di Katolik yang bisa membawakan firman lebih banyak. jadi kerinduan umat akan FIRMAN akan terobati. (… Read more »

Hendraboe Tanumihardja
13 years ago

Daripada homili banyak pastor lebih suka memberikan khotbah yang kadang egocentris, menceritakan dirinya ber-ulang2 , ilustrasi sinetron, dsb. Apakah kalau homili lebih susah karena harus mempersiapkan diri dengan banyak membaca dan mengajarkan Sabda kepada umatnya. Yang dilupakan sering lupa melepaskan kelekatan “dirinya” sehingga seolah hendak ditonjolkannya daripada Yesus sendiri, dan banyak yang tidak bisa mengatur waktu sehingga PE berlangsung 1 1/2 jam karena khotbah lebih dari 15 menit. Mohon pencerahan dan komentar. Terima kasih.

Aloysius H. Sugiarto
Aloysius H. Sugiarto
13 years ago

Berkat Tuhan Romo Wanta, Saya baru beberapa hari ini mengikuti dengan cukup intens tulisan di katolisitas Romo, Homili sebagai puncak dari Liturgi Sabda, menurut saya memang harus bisa memikat umat yang mendengarnya, caranya tergantung pada masing masing Romo. Sangat disayangkan banyak Romo dalam membawakan homili dengan cara membaca tanpa intonasi, datar membuat umat mengantuk. Memang tidak perlu harus seperti pendeta yang berhotbah dengan cara yang berapi-api tetapi sering diulang-ulang karena bisa dari bermacam-macam tema. Sedangkan kita yang Katholik dibatasi dengan tema dari bacaan Kitab Suci / Injil pada hari itu. Tetapi dari Romo yang homilinya bikin mengantuk itu saya punya… Read more »

Hendraboe Tanumihardja
13 years ago

Mohon pencerahan , apakah boleh seorang pastor dalam homili dan atau khotbahnya selalu diisi dengan “ndagel”, bukan joke hanya sekedar untuk membuat umat senang (menurut pendapat pribadi ybs) karena umat jadi tertawa, baik yang sungguhan atau yang kecut. Ndagel itu kadang lebih dominan dari bacaan Sabda, dan lebih dari itu kebanyakan sharing dirinya yang dikaitkan dengan hal-hal yang lucu dan sebenarnya tidak terlalu relevan dengan bacaan.

Lukas Cung
Lukas Cung
13 years ago

Shalom Romo Wanta, Saya masih ingat sekali, dulu ada seorang pastor paroki di daerah saya, yang homilinya bisa kami bawa pulang ke rumah. Saya mendengar banyak sekali umat, yang mengaku sangat senang mendengarkan homili dari pastor tersebut. Ya, laksana dosen yang pandai mengajar, sehingga mahasiswanya sangat senang menghadiri kuliahnya, sampai saling berebut agar bisa duduk di barisan depan, dan kecewa sekali kalau sang dosen tak datang mengajar. Coba kalau cara mengajar dosen itu membosankan, mahasiswanya pada berharap: lebih baik ia tak masuk kelas saja. Mungkin baru hampir dua tahun belakangan ini, ketika homili berlangsung, saya berusaha keras menyimaknya dengan baik.… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Lukas Cung
13 years ago

Sekedar sharing saja, Sewaktu studi di Eropa, ada satu romo tua yang kalau khotbah suaranya pelan sekali bikin ngantuk. Belum lagi banyak anak kecil yang menangis. Saya pun sering asyik dengan pikiran sendiri sambil menunggu kata Amin dari si romo. Suatu waktu, saya ceritakan hal ini kepada salah seorang teman. Dan dia menjelaskan bahwa romo tersebut mengidap penyakit kanker walaupun sekarang sudah sembuh. Tetapi tubuhnya jadi lemah. Saat itu saya menyadari betapa besar perjuangan romo tersebut untuk dapat menyampaikan homili dengan kondisi fisik yang lemah. Sejak saat itu saya berusaha dengan amat sangat untuk menyimak homili romo tua tersebut karena… Read more »

piet
piet
13 years ago

apakah ngobrol, berbincang-bincang tentang Sabda Tuhan dan karyaNya yang dibawakan oleh seorang awam katolik dalam ibadat Sabda dalam komunitas basis (atau kring) dapat disebutkan juga homili ?

Marc
Marc
13 years ago

shalom buat semua Tim Katolisitas,
seperti yang anda tahu,bahwa saudara kita protestan banyak melakukan siaran rohani di radio-radio,melakukan pewartaan sabda2 Tuhan,berdiskusi dan melakukan pelayanan bagi orang2 yang mengalami kesulitan dalam hidup. saya ingin bertanya, mengapa Katolik tidak seperti itu juga?melakukan siaran rohani. karena saya sering mendengarkan siaran2 tersebut setiap malam hari dan semakin menambah pengetahuan saya tentang Alkitab serta Ajaran Yesus sendiri. apakah sebenarnya Katolik juga melakukan siaran seperti itu?tapi karena saya tidak menemukannya jadi saya kira Katolik tidak melakukan siaran rohani…
Terima Kasih..
Salam Damai dan Sejahtera untuk kita semua dalam Kasih KRISTUS…

Adriana Primawati
Adriana Primawati
13 years ago

Saya adalah seorang pembaca setia katolisitas, namun baru pertama kali ini tergelitik untuk bertanya. Terima kasih atas artikel Romo Wanta tentang menyiapkan homilist. Romo menulis “Di antara bentuk-bentuk kotbah, homililah yang paling unggul yang adalah bagian dari liturgi itu sendiri” (bdk. kan. 767). Romo Wanta, perkenankanlah saya bertanya mengenai akar kata homili itu sendiri. Homili itu kata dari bahasa apa dan artinya apa? Apa ada bedanya homili dengan Kotbah? Maaf saya sering mendengar kotbah-kotbah para pendeta yang berapi-api dan menarik perhatian dengan berbagai cara. Apakah itu boleh disebut homili juga? Apakah para imam Katolik tidak boleh memakai metode kotbah para… Read more »

Widodo Budi
Widodo Budi
Reply to  Rm Gusti Kusumawanta
13 years ago

Terima kasih romo untuk artikel yang menarik ini. Sekalipun tujuannya adalah untuk para kaum religius tapi umat awam sepertinya juga perlu tahu tahapan yang mesti ditempuh para imam agar homilinya berkesan dan tinggal membekas di hati umat. Dalam menyikapi homili yang diberikan kita awam kita selayaknya memberi perhatian pada apa yang disampaikan. Saat ini masih banyak umat yang pilih-pilih romo karena homili yang disampaikannya. Semoga dengan ulasan yang disampaikan pada artikel ini homili yang disampaikan makin berkualitas sehingga tidak akan ada lagi kita dengar umat lebih memilih satu dua romo untuk menghadiri misa hanya karena homili yang disampaikannya ‘lebih baik’… Read more »

soenardi djiwandono
soenardi djiwandono
Reply to  Adriana Primawati
13 years ago

Yth. Rm Wanto, Sebenarnya saya amat tertarik untuk memperoleh jawaban Romo terhadap komentar dan pertanyaan yang diajukan sdr. Adriana mengenai kesannya, dan kesan amat banyak umat tentang banyak imam Katolik yang khotbahya dikatakannya “bikin ngantuk, nadanya monoton, dan isinya kita semua sudah tahu, ilustrasinya kurang”. Karena kesan itu rasanya cukup meluas di kalangan umat Katolik sehingga mestinya para imam sudah mengetahui hal ini juga. Bagaimana hal ini disikapi dan ditanggapi oleh pimpinan Gereja Katolik dan para imam pada umumnya? Adakah kajian yang dilakukan terhadap masalah ini, dan adakah ditemukan hal-hal yang perlu dibenahi sehubungan dengan kesan umat yang demikian? Terima… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
29
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x