Bapaku yang baik,
Hari Rabu Abu ini, Engkau goreskan setitik abu di dahiku.
Setitik abu di dahiku itu tiada bermakna jika tanpa ditopang dengan iman.
Tanpa iman, abu itu hanya seperti hiasan para badut yang tak lucu.
Dengan iman, setitik abu itu dahsyat, mampu membuka pikiran dan menyadarkan jiwa.
Pikiran dan mata jiwaku terbuka bahwa hidupku di dunia ini akan berakhir.
Siapkah kini aku menghadap kepadaMu jika Engkau memanggilku ?
Setitik abu itu membuatku rela untuk menyerahkan hatiku kepadaMu.
Biarlah Engkau membelahnya.
Mataku pun terbelalak karena tersingkap banyak dosaku.
Hatiku pilu karena malu.
Hatiku sedih karena telah melukai..
Aku pun mengakui segala dosa dan kesalahanku di hadapanMu.
Setitik abu di dahiku ini telah mengubah hidupku.
Hidupku menjadi berarti karena ada tangan-Mu yang siap mengampuni.
Pengampunan-Mu merupakan wujud dari kasih-Mu.
Kasih-Mu meresap di dalam hati.
Kasih-Mu memantapkan hati untuk lebih berhat-hati agar tidak jatuh lagi.
Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang” (Yohanes 8:11).

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC