Home Blog Page 3

Kenapa perlu mengaku dosa melalui imam dalam Sakramen Tobat?

0

Hai, salam Katolisitas! Aku Stefani

Pernah ga sih temen-temen bertanya-tanya, kenapa ya umat Katolik perlu mengaku dosa di hadapan imam? Kenapa ga langsung aja ke Tuhan? Kan semua imam itu manusia biasa aja sama kaya kita, yang sangat bisa berdosa juga? Nah pertanyaan ini sering aku denger nih. Kita bahas sama-sama yuk! Kenapa sih perlu mengaku dosa melalui imam dalam Sakramen Tobat?

Pertama-tama, yang perlu kita tau adalah bahwa mengaku dosa di hadapan imam itu beda sama ngaku dosa di hadapan manusia lainnya, yang bukan imam. Karena kuasa pengampunan dosa yang ada pada para imam itu asalnya dari Tuhan Yesus sendiri. Kita tau dari mana sih? Karena dalam Mat 18:18 dan Yohanes 20:23, Tuhan Yesus memberikan kuasa mengikat dan melepaskan dan kuasa mengampuni dosa hanya kepada para rasulNya. Dan para rasul ini kemudian meneruskan kuasa mengampuni dosa ke para penerus mereka setelahnya. Jadi kuasa mengikat dan melepaskan, kuasa mengampuni dosa, cuma dimiliki oleh orang-orang yang nerima penerusan kuasa dari para rasul Kristus, yaitu mereka yang ditahbiskan menjadi imam.

Prinsip perlunya perantaraan imam buat memohon penghapusan dosa ke Tuhan ini pun sebenernya udah diterapin dari sejak jaman Perjanjian Lama. Peristiwa di Perjanjian Lama ini penting dan relevan dengan keadaan sekarang ini, karena apa yang terjadi di Perjanjian Lama itu adalah gambaran dari peristiwa-peristiwa Perjanjian Baru dimana pas Perjanjian Baru, gambaran-gambaran itu digenapi oleh Kristus, termasuk juga salah satunya yaa prinsip perantaran imam ini. Penggenapan oleh Kristus ini artinya bukan menerapkannya sama persis dengan apa yang di Perjanjian Lama, tetapi menerapkannya menurut apa yang dikehendaki dan dinyatakan oleh Kristus.

Waktu Yesus nyembuhin 10 orang penyakit kusta, dalam Luk 17:12-14, Yesus menyuruh mereka buat menunjukkan diri ke imam yang menyatakan kalo orang yang tadinya sakit kusta ini udah sembuh. Karena Kristus datang ke dunia bukan buat membatalkan apa yang diatur dalam hukum Perjanjian Lama, melainkan buat menggenapinya, makanya prinsip perantaraan imam buat menyatakan seseorang udah tahir atau udah terlepas dari dosanya ini, juga tetep berlaku, yaitu dengan memberikan kuasa ini ke para rasulNya.

Selain itu, dalam Perjanjian Lama juga udah ada perbedaan antara peran imamat bersama dan imamat jabatan. Allah memilih bangsa Israel sebagai kerajaan imam, dikatakan dalam Kel 19:5-6, tapi di tengah bangsa itu, Allah secara khusus memilih suku Lewi buat menjadi imamNya, buat ngejalanin tugas mempersembahkan kurban. Penugasan khusus suku Lewi ini dinyatakan dalam Bil 3:5-13 dan Yos 18:17. Dalam Perjanjian Baru, penggenapan imamat bersama dituliskan dalam surat Rasul Petrus, yaitu bahwa umat beriman menjadi “batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus” dalam 1Ptr 2:5, dan sebagai “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” dalam 1Ptr 2:9.

Sedangkan penggenapan imamat jabatan dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya pada jemaat di Korintus, bahwa pelayanan pendamaian telah dipercayakan kepada para rasul (2Kor 5:18). Dan diajarin juga oleh Rasul Yakobus dalam suratnya (Yak 5:14-15) bahwa para penatua saat itu dipercaya buat mendoakan orang sakit, dan juga mengampuni dosa orang tersebut.

Dengan landasan biblis ini, sebenernya udah bisa dipahami betapa pentingnya Sakramen Tobat bagi kehidupan rohani kita. Sakramen Tobat adalah salah satu sakramen yang Tuhan Yesus sendiri ciptain, demi kepentingan kita. Karena kita masih manusia yang punya badan, bukan cuma jiwa doang, jadi walaupun kita bisa mengakui dosa-dosa kita dalam doa pribadi, Tuhan mau ngasih kepastian buat kita, bahwa kita udah bener-bener dilepasin dari belenggu dosa kita.

Aku sendiri ngerasain betapa berartinya Sakramen Tobat buatku, karena seringkali walaupun udah minta ampun dalam hatiku, tetep aja kadang rasanya masih ngeganjel gitu, seolah aku cuma say sorry aja tapi belom denger tanggapan dari Tuhan. Tapi begitu ke Sakramen Tobat dan mengakui dosaku di hadapan imam sebagai wakil dari kehadiran Tuhan dalam sakramen itu, dan begitu imam melepaskan dosaku dengan absolusi, rasanya langsung bener-bener plong, karena ada konfirmasi bahwa Tuhan udah bener-bener ngampunin dosaku. Imam juga menjadi wakil dari Gereja atau sesama kita yang mungkin udah kita lukai dengan dosa-dosa kita, maka absolusi itu memulihkan hubungan kita dengan Tuhan, Gereja dan sesama.

Jadi setelah menyadari betapa indahnya Sakramen Tobat yang udah Tuhan sendiri kasih buat kita, jangan sungkan lagi buat dateng ke Sakramen Tobat ya temen-temen! Karena Tuhan pun selalu mau memeluk anak-anakNya yang mau kembali ke Tuhan, seperti bapa dalam kisah Anak yang Hilang, yang menyambut kembali kedatangan anak bungsunya, dengan penuh sukacita.

Bagaimana cara mempersiapkan diri untuk mengikuti Ekaristi dengan baik?

0

Hai, salam Katolisitas! Aku Stefani

Di video sebelumnya tentang kenapa Ekaristi itu penting buat hidup kita sebagai murid Kristus, kita sama-sama bahas kalo Ekaristi itu ngasih ke kita buah-buah rahmat yang sangat baik buat hidup kita, terutama kalo kita mempersiapkan diri dengan baik sebelom mengikuti Ekaristi. Di video ini kita bakal bahas nih, cara persiapan yang baik supaya kita siap mengikuti Ekaristi dan bisa menerima buah-buah Ekaristi dengan lebih maksimal.

Pertama-tama, sebelom mengikuti Ekaristi, kita mesti memeriksa batin kita dan kalo misalnya ada dosa berat, kita mengakui dosa itu di hadapan Tuhan dan menetapkan hati buat mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, kalo memungkinkan sebelom misa, tapi kalo ga memungkinkan, bisa dilakuin secepatnya dalam hari-hari berikutnya. Pengakuan dosa ini penting karena kita mau kasih tempat yang terbaik buat kita menerima Tuhan sendiri dalam diri kita.

Terus yang kedua, kita bisa membaca dan merenungkan bacaan Misa Kudus sebelom dateng Misanya, terus kita ambil satu ayat yang menyentuh hati kita buat kita resapi dan kita hayati.

Selain itu yang ketiga, kita juga bisa nyiapin diri untuk menyambut Tuhan Yesus dalam Ekaristi. Persiapan ini ada dua macem. Yang pertama, persiapan jasmani, misalnya dengan berpakaian yang rapi, siapin uang persembahan atau kolekte, dan ga makan dan minum selama 1 jam sebelom terima Komuni. Kedua, persiapan rohani, yaitu kita nyiapin hati kita, misalnya, sebelom mulai misa kita doa rosario dulu. Jadi sebaiknya, jangan mepet mepet dateng misanya.

Dan terakhir, kita juga mempersiapkan kurban rohani buat kita persembahin kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi. Jadi kita dateng misa tuh bukan cuma kaya nonton doang ngang ngong planga plongo gitu, tapi bener-bener terlibat dalam setiap bagian Ekaristi, termasuk juga ikut nyanyi dan menjawab waktu bagian umat menjawab. Nah yang penting buat kita sama-sama tau, Kristus bukan cuma hadir pas Komuni aja, tapi dalam keseluruhan misa, dari awal sampe akhir, dari lagu pembuka sampe lagu penutup tuh Kristus sungguh hadir. Jadi ga boleh tuh cuma dateng pas Komuni aja, sampe makan pulang, jangan begitu ya temen-temen!

Setelah kita mengetahui tentang begitu istimewanya Ekaristi dalam hidup kita, yuk kita lebih setia lagi buat mengikuti Ekaristi setiap minggu, atau bahkan kalo bisa ya setiap hari. Supaya rahmat dari Ekaristi yang kita terima, bisa sungguh-sungguh nguatin kita dalam bertahan hidup di dunia ini. Sampe ketemu lagi di video lainnya ya teman-teman. Terima kasih dan Tuhan memberkati, babaaii

6 Kesalahpahaman infalibilitas Paus

0

Paus khan manusia, mengapa Gereja Katolik mengajarkan bahwa Paus infalibel (tidak dapat sesat)? Bukankah ini tidak sesuai dengan Kitab Suci yang mengatakan bahwa semua manusia telah berdosa? Ingin tahu jawabannya?

Hi, saya Stefanus Tay selamat datang di katolisitas. Ada begitu banyak kesalahpahaman akan topik pengajaran tentang infalibilitas Paus. Kebanyakan kesalahpahaman ini muncul karena, kata infalibilitas (infallibility) dikacaukan dengan kata impekalibitas (impeccability) yang artinya tidak dapat berdosa. Tentu saja ini keliru. Sebab infalibilitas bukan berarti tidak berdosa. infalibilitas juga bukan hanya karisma yang melekat pada Paus, tetapi juga pada persekutuan para uskup ketika bersama-sama dengan Paus, menyatakan suatu pengajaran sebagai kebenaran. Karisma ini dasarnya adalah sabda Yesus sendiri, yang menjanjikannya kepada para murid dan penerus mereka,

“Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku.” (Luk 10:16).

Sekarang mari kita lihat 6 kesalahpahaman sehubungan dengan infalibilitas Paus ini:

1. Karena infalibel, Paus adalah manusia tidak berdosa dan semua perkataannya benar.

Ini keliru, karena Paus adalah manusia biasa, yang tidak sempurna, maka, tentu saja ia dapat berbuat dosa. Sejarah mencatat bahwa ada sejumlah Paus yang hidupnya tidak baik, tidak sesuai dengan panggilannya sebagai pemimpin Gereja. Jadi infalibilitas ada bukan karena manusianya—dalam hal ini Paus—yang tidak dapat berbuat salah, melainkan karena janji Kristus sendiri yang memberikan kuasa kepada Rasul Petrus dan penerusnya untuk mengajar tanpa kesalahan. Kristus memberi kuasa kepada Rasul Petrus, untuk mengikat dan melepas kan serta memberinya kunci Kerajaan Surga  (Mat 16:16-18). 

Karena itu, infalibilitas Paus tidaklah berlaku untuk semua aspek kehidupan Paus dan semua perkataan Paus. Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi, agar pengajaran Paus dapat dikatakan infalibel yaitu: (1) Kalau Paus berbicara dari kursi Petrus, artinya bukan dalam kapasitas pribadi, namun dalam kapasitas sebagai penerus Rasul Petrus, yang mengeluarkan pengajaran secara resmi dan definitif, baik secara luar biasa—atau disebut ex-cathedra— maupun secara biasa dan universal (2) Kalau pengajarannya berkenaan tentang iman dan moral. Jadi ketika Paus berbicara tentang hal finansial, sosial ekonomi, musik, bisa saja pernyataannya salah atau tidak tepat; (3) Kalau pengajaran tersebut diberlakukan bagi Gereja seluruh dunia, jadi bukan hanya untuk satu negara atau wilayah saja.

2. Kesalahpahaman kedua adalah: Karena infalibel, Paus mempunyai kuasa tak terbatas.

Santo Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa Anda akan terkejut bahwa sebenarnya kuasa Paus tidaklah sebesar yang Anda kira. Sebagai contoh dalam surat apostoliknya, Ordinatio Sacerdotalis, St. Paus Yohanes Paulus II menulis bahwa Gereja tidak mempunyai wewenang apapun untuk melakukan pentahbisan imam kepada wanita. Sebagai Paus, ia tidak mempunyai kuasa untuk mengubah pengajaran yang terus dipercaya oleh Gereja sejak awal mula. Maka, ketika ditanya tentang apakah Gereja akan mempertimbangkan tahbisan untuk wanita, Paus Fransiskus, mengacu kepada ajaran Paus pendahulunya, mengatakan

“Gereja telah berbicara dan mengatakan TIDAK… Pintu itu telah tertutup.” 

3. Karena Infalibel, maka Paus dapat mengeluarkan pengajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci. 

Ini juga pernyataan yang salah. Paus tidak dapat mengeluarkan pengajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci. Untuk dapat mengeluarkan pernyataan yang mengikat umat beriman, maka Paus harus mempunyai dasar dari Kitab Suci, baik eksplisit maupun implisit. Ini juga harus diteguhkan bahwa pengajaran ini tidak muncul tiba-tiba, namun sesungguhnya telah diajarkan oleh jemaat awal, yang dapat kita lihat dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. Juga, pernyataan ini  tidak dapat bertentangan dengan pengajaran dan dogma Gereja Katolik yang lain, karena sifat kebenaran adalah tidak boleh bertentangan.

4. Karena infalibel, Paus banyak sekali mengeluarkan pernyataan ajaran ex-cathedra.

Ini pernyataan yang keliru, sebab kita hanya menemukan sedikit pengajaran yang termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh: Paus Pius IX mengeluarkan pernyataan ex-cathedra perihal dogma tentang Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda pada tahun 1854 dan Paus Pius XII mengeluarkan dogma tentang Bunda Maria Diangkat ke Surga pada tahun 1950.

5. Paus hanya bisa mengajar lewat pernyataan ex-cathedra.

Nah ini juga kesalahpahaman umum. Pengajaran yang mengikat umat Katolik bukan hanya pernyataan ajaran secara ex-cathedra atau luar biasa. Sebab selain secara luar biasa,  pengajaran Magisterium dapat diberikan secara biasa. Pengajaran secara luar biasa dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pernyataan ex-cathedra dari Paus atau pengajaran dari para uskup, termasuk Paus, yang berkumpul dalam suatu konsili. Sedangkan; cara yang biasa dapat dilakukan Paus lewat surat-surat apostolik dan ensikliknya. Tapi ini tidak berarti bahwa semua pernyataan Paus dalam surat apostolik maupun ensikliknya bersifat infalibel. Yang infalibel hanyalah beberapa pernyataan yang umumnya didahului dengan frasa,

“Dengan wewenang yang diberikan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan dalam persekutuan dengan para Uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa….”

atau

“seperti yang telah ditegaskan oleh magisterium Gereja dalam banyak kesempatan….”

Intinya, pernyataan tersebut mengacu kepada ajaran yang telah dinyatakan oleh para Paus pendahulunya.

6. Paus dapat saja mengeluarkan dogma secara lisan.

Pernyataan ini tidak benar. Sebab pernyataan dogma Gereja, walau dapat bersumber dari Tradisi Lisan para rasul, sebenarnya telah dirumuskan secara tertulis oleh Gereja.  Sebenarnya yang disebut sebagai Tradisi Lisan di abad-abad awal, juga sekarang dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. Jadi, semua ajaran Paus, dapat dibaca dari dokumen-dokumen Gereja yang telah dikeluarkan. 

Lagipula, pernyataan dogma harus memenuhi syarat pernyataan ex-cathedra. Sebagai contoh:  dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus, tentang Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Paus Pius IX, berkata:


Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri …[Frasa ini menyatakan bahwa saat menyatakan dogma ini, Paus berbicara dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus. Selanjutnya Paus berkata]: Kami menyatakan, mengumumkan, dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan [frasa ini menyatakan bahwa ajaran tersebut adalah ajaran iman yang diwahyukan oleh Tuhan dan secara definitif dinyatakan oleh Gereja] dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman. [Frasa ini menyatakan bahwa pengajaran ini berlaku untuk seluruh dunia]

Jadi, pernyataan dogma ini sangat jelas memenuhi 3 persyaratan pengajaran ex-cathedra. Oleh karena itu, pernyataan ini mengikat semua umat Katolik. Artinya sebagai umat Katolik kita menerima dogma ini sebagai suatu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah, dan karena itu kita mengimaninya.

Apa kesimpulannya?

Infalibilitas Paus merupakan bukti nyata akan karya Roh Kudus dalam Gereja. Melalui karunia ini, Gereja dihindarkan dari kesalahan dalam mengartikan dan mewartakan Injil. Mari kita senantiasa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami ajaran Gereja dengan benar dan hidup seturut kehendak Allah. Dan jangan lupa juga untuk mendoakan Bapa Paus kita.

Kenapa kita misa setiap minggu?

0

Hai, salam Katolisitas! Aku Stefani

Beberapa hari yang lalu aku dapet pertanyaan nih dari seorang temen, kenapa sih kita harus misa, atau ikut Ekaristi, setiap minggu? Boleh ga sesekali bolos aja gitu, yang penting dateng pas natal paskah aja gitu, pas hari besar?

Nah kita bakal sama-sama bahas ya, apa sih makna Ekaristi buat kita umat Katolik?

Pertama-tama, Ekaristi tuh kaya pesan terakhir Kristus sebelom menderita sengsara dan wafat. Kalo kita liat dalam peristiwa Perjamuan Terakhir yang dicatet dalam Injil (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19), Kristus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada para murid. Begitu juga Ia mengambil cawan berisi anggur, mengucap syukur, dan memberikan kepada para muridNya. Dalam peristiwa ini, Kristus menegaskan bahwa roti dan anggur yang Ia berikan ini adalah sungguh-sungguh Tubuh dan DarahNya. Lalu Kristus memerintahkan para murid buat melakukan hal ini sebagai peringatan akan Dia, yang pada hari setelahnya menderita dan wafat di kayu salib buat nebus dosa-dosa manusia, ya termasuk dosa-dosa kita.

Kalo kita bayangin ya, kaya kalo ada orang yang kita sayang udah mau meninggal, terus ngasih pesan-pesan terakhir, pasti kita bakal berusaha buat menuhin pesan itu kan? Kaya aku punya seorang temen nih, sebelom mamanya meninggal, mamanya bilang ke dia kalo pengen banget dia bisa lulus kuliahnya. Dan setelah mamanya meninggal, temenku ini bener bener perjuangin banget supaya dia bisa lulus, walaupun kuliahnya ini berat, tapi dia termotivasi supaya bisa lulus kuliah buat menuhin keinginan mamanya ini.

Jadi sebagai pesan dan perintah terakhir Kristus sebelum Ia menderita dan wafat, kita juga mesti melaksanakan hal ini. Sama kaya dulu Kristus mengadakan Ekaristi buat merayakan Paskah Yahudi yang ngingetin mereka akan pembebasan dari bangsa Mesir, sekarang Gereja ngerayain Paskah Kristus yang ngingetin kita bahwa Kristus udah bangkit dari kematian, untuk ngebebasin kita dari dosa dan maut. Gereja merayakan Ekaristi setiap hari, tapi secara khusus setiap hari Minggu, untuk memperingati hari Kebangkitan Kristus, yang terjadi pada hari Minggu.

Selain itu, yang kedua, dalam Ekaristi, Kristus sungguh-sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur, karena seperti tadi kita udah bahas, dalam Perjamuan Terakhir, Yesus mengatakan, “Inilah TubuhKu” dan “Inilah DarahKu”, bukan “inilah simbol TubuhKu” dan “inilah simbol DarahKu”. Jadi dari sejak awal, Gereja selalu memahami bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Ekaristi itu bener-bener Tubuh dan Darah Kristus, bukan cuma sebagai simbol kehadiran Kristus. Jadi waktu kita menyantap Ekaristi, kita bener-bener menyambut keseluruhan Kristus di dalam badan kita, dan juga pastinya di dalam hati kita.

Karena itu, Ekaristi tuh istimewa banget, karena Allah yang sedemikian ga terbatas besarnya, mau hadir dengan cara yang sederhana banget, yaitu dalam rupa roti dan anggur, dan mau menjadi satu sama kita. Tapi selain mempersatukan kita dengan Allah, Ekaristi juga bisa misahin kita dari dosa karena sebelom mengikuti perayaan Ekaristi, kita diajak buat berefleksi terlebih dahulu, kalo seandainya ada dosa berat, ya kita mengakukan dosa-dosa itu dalam Sakramen Tobat. Nah setelahnya, kalo masih ada dosa-dosa ringan, Ekaristi membersihkan kita dari dosa-dosa itu. Dalam perayaan Ekaristi, kita bersatu dengan Kristus, dan persatuan ini bisa ngelindungin kita dari dosa-dosa yang baru. Kita dikasih kekuatan sama Tuhan Yesus untuk menolak godaan dosa.

Selain itu, Ekaristi juga menyatukan kita dalam kesatuan Gereja dan umat beriman, makanya perlu nih buat kita berkumpul dalam persekutuan di Gereja. Dan Ekaristi juga mendorong kita buat membantu orang-orang yang miskin dan tersingkir, meneladani Kristus sendiri. Jadi kalo kita liat nih, sebenernya banyak banget buah-buah atau manfaat yang kita dapet dari Ekaristi. Makanya kita mesti setia mengikuti perayaan Ekaristi, tentunya dengan persiapan yang baik, supaya bisa dapet buah-buah ini dengan maksimal.

Gimana sih cara persiapannya? Kita bakal sama-sama bahas lagi di video lainnya ya, jadi sampe ketemu lagi teman-teman, terima kasih dan Tuhan memberkati, babaai

Kepala Gereja Yesus, tapi kenapa ada Paus

0

Ada yang pertanyaan, kalau Kristus adalah Kepala Gereja, kenapa masih perlu ada Paus?  Ingin tahu jawabannya? Ikuti terus video ini.

Hi, saya Stefanus Tay. Selamat datang di Katolisitas. 

Efesus 5:23 dan Kolose 1:18 mengatakan bahwa Kristus adalah kepala jemaat atau Gereja. Jadi tentu saja, umat Katolik mengakui bahwa Kristuslah Kepala Gereja. Namun demikian, dalam mengepalai umat-Nya ini Kristus melibatkan Paus sebagai wakil-Nya di dunia ini. 


1. Kristus adalah Kepala Gereja yang melibatkan para rasul dan penerus mereka.

Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan Gereja-Nya ini kepada para rasul yang adalah para uskup yang pertama. Kesinambungan jalur apostolik ini menjamin bahwa misi Kristus terus berlanjut di sepanjang zaman, dengan para uskup bertindak sebagai pengajar iman dan gembala bagi jiwa-jiwa. Paus, sebagai uskup Roma dan penerus Rasul Petrus menempati kedudukan yang unik sebagai sumber dan dasar yang kelihatan bagi kesatuan Gereja. 

Kesatuan yang kelihatan ini penting, sebab selain mempunyai dimensi ilahi, Gereja pun mempunyai dimensi manusiawi; dan keduanya tidak terpisahkan. Ini sama seperti Kristus  mempunyai kodrat ilahi dan kodrat manusia. Ketika Saulus menganiaya anggota Gereja yang kelihatan, Kristus berkata,

“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4)

Jadi ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan Gereja-Nya.

2. Peran Paus adalah untuk memimpin atas nama Kristus

Sebagai pemimpin atas nama Kristus, Paus tidak menjadi setara apalagi lebih tinggi dari Kristus. Ia bukan saingan Kristus, tetapi pelayan Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, ini seperti ketika seorang direktur perusahaan harus pergi dalam jangka waktu yang lama, maka  ia akan menunjuk seseorang untuk mewakilinya. Demikian juga dengan Kristus. Sebelum naik ke Surga, Kristus telah menunjuk perwakilan-Nya di dunia ini untuk menjaga umat-Nya. Ia mempercayakan penggembalaan umat Allah kepada Rasul Petrus (lih. Yoh 21:15-19). Dan karena Gereja-Nya dikehendaki Kristus untuk tetap ada di sepanjang zaman, maka tugas penggembalaan ini dilanjutkan oleh Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Keberadaan Paus sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini penting, sebab Kristus menghendaki Gereja-Nya ini kelihatan, seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi (Mat 5:14). 

Paus—sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini— bertugas mewakili Kristus. Maka Paus bukan hanya pemimpin administratif tetapi lebih daripada itu, pemimpin rohani dan pastoral, untuk membimbing umat sampai kepada keselamatan kekal. Paus bertindak sebagai Kristus (in persona Christi) dalam perayaan-perayaan sakramen, secara khusus dalam perayaan Ekaristi. Paus mewakili Kristus sendiri dalam pelayanan tersebut, maka ia disebut vicar of Christ/ wakil Kristus. Artinya, Paus bertugas, atas nama Kristus memimpin dan mengajar umat sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Otoritas Paus adalah cerminan dari misi Kristus sendiri, yang menekankan kepemimpinan atas dasar kasih dan pelayanan kepada sesama. Jadi Paus bukan pemimpin menurut ukuran dunia tetapi pemimpin yang melayani, yang menjaga, melindungi dan membina umat beriman. Itulah sebabnya Paus juga disebut sebagai ministerial head atau kepala pelayan. Dengan kepemimpinan Paus ini, Gereja Kristus akan terus bersatu padu, sebagaimana terlihat dalam sejarah. Gereja Katolik tetap bertahan selama 2000 tahun walaupun mengalami begitu banyak tantangan, baik dari luar maupun dari dalam.

3. Kepemimpinan Paus ada untuk menyatukan Gereja

Kita tahu bahwa Kristus menghendaki kesatuan sempurna dari umat yang mengimani Dia, dan  Ia menyamakan kesatuan itu dengan kesatuan antara diri-Nya dan Allah Bapa. Artinya, Tuhan Yesus mau agar umat-Nya sungguh-sungguh menjadi satu, sebagaimana dikatakannya dalam Yohanes 17. Karena itu, wakil Kristus yang kelihatan di dunia ini, bertugas menjaga kesatuan umatNya dalam ajaran, liturgi dan kepemimpinan; agar mereka benar-benar menjadi satu. 

Hal ini jelas kita lihat dalam peristiwa kunjungan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia tanggal 3 sampai 6 September 2024 yang lalu. Umat Katolik di seluruh Indonesia berkumpul, berdoa, mendengarkan pengajaran-Nya, dan memecah roti atau Ekaristi sebagai satu kesatuan,  khususnya yang hadir dalam Misa Kudus di GBK. Ini sama seperti yang terjadi dalam jemaat perdana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 2:42

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Maka kesatuan itu mencakup pengajaran, persekutuan, perayaan iman dan doa. Paus menjadi pemersatu para uskup dan umat, dan kuasanya bersifat universal. Katekismus mengajarkannya demikian:

“Paus, Uskup Roma dan pengganti Petrus, merupakan ‘asas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman’ (LG 23). ‘Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja…’.” (KGK 882)


Jadi apa kesimpulannya?

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus tetap adalah Kepala Gereja yang memimpin, membimbing Gereja melalui Roh Kudus. Namun, karena Gereja selain mempunyai dimensi ilahi (yang tidak kelihatan) juga mempunyai dimensi manusiawi (yang kelihatan), maka dalam memimpin Gereja-Nya, Kristus memberikan kuasa kepada Paus (selaku penerus Rasul Petrus) sebagai wakil-Nya dan kepala pelayanan-Nya. Karena itu, kepemimpinan Paus ada untuk mewujudkan kepemimpinan Kristus dalam melayani umat beriman dan memajukan persatuan di dalam Gereja. Dengan demikian, Kristus dapat memimpin dan menggembalakan umat-Nya secara kelihatan sampai akhir zaman.

Keep in touch

18,000FansLike
17,700FollowersFollow
30,300SubscribersSubscribe

Podcasts

Latest sermons