Home Blog Page 284

Bunda Maria, Co- Redemptrix

16

Pendahuluan

Sewaktu saya tinggal di Singapura, saya pernah mengikuti retret di Sabah, Malaysia. Di sana saya berkenalan dengan teman yang tidur sekamar dengan saya. Ia seorang warga negara Singapura keturunan India, dan sebelum menjadi Katolik adalah seorang Hindu. Lalu saya bertanya, apa yang membuatnya terpanggil menjadi Katolik. Dia menjawab dengan senyumnya yang tak akan pernah saya lupakan, “Mother Mary has called me to follow Christ her Son” (Bunda Maria telah memanggil saya untuk mengikuti Kristus Puteranya.”) Baru kemudian dia menceritakan pengalamannya saat ia bergumul dengan penyakitnya, dan memperoleh kekuatan melalui doa di gereja Novena, melalui perantaraan Bunda Maria. Pada mulanya, sebagai seorang non-Katolik, ia hanya ingin tahu dan datang ke gereja Novena itu yang memang selalu ramai dikunjungi orang. Namun setelah mengikuti ibadah di sana, ia tahu bahwa bukan Bunda Maria yang utama, melainkan Yesus Kristus Puteranya-lah yang dapat menyelamatkan dan menyembuhkan. Setelah teman saya ini sembuh dari penyakitnya, ia mempelajari agama Katolik, dibaptis, dan selanjutnya sampai sekarang menjadi sahabat saya. Kesaksian imannya membuka mata saya, bahwa sungguh Bunda Maria tidak pernah mengambil kemuliaan bagi dirinya sendiri: ia hanya mengatakan, “Perbuatlah apa yang dikatakan Yesus kepadamu” (lih. Yoh 2:5). Pada akhirnya, semua yang datang kepadanya akan diarahkannya kepada Yesus, dan dengan demikian ia membawa banyak orang kepada keselamatan.

Co-Redemptrix, apa maksudnya?

Menurut arti bebasnya, Co- artinya adalah ‘dengan’. Maka menurut definisinya yang dikenal dalam Mariologi, Co-Redemptrix mengacu kepada partisipasi Bunda Maria yang tidak langsung namun sangat penting dalam karya keselamatan Allah bagi manusia. Dalam arti inilah Bunda Maria bekerja sama dengan Yesus dalam rencana Keselamatan Allah. Namun, partisipasi Maria dalam karya keselamatan ini sepenuhnya tergantung dan berada di bawah peran Kristus Putera-Nya.

Maka, dengan mengatakan Maria sebagai Co-Redemptrix, kita tidak menjadikan Bunda Maria sejajar dengan Yesus dalam karya Keselamatan. Bunda Maria sendiri tetap memerlukan Yesus sebagai Juru Selamatnya, dalam hal ini untuk menjadikannya kudus tanpa noda sejak dalam kandungan, dan karena itu tidak mungkin Bunda Maria memiliki kedudukan yang sama dengan Yesus.

Bagaimana Maria melakukannya?

Bunda Maria dikatakan sebagai Co- Redemptrix karena dua hal utama, yaitu atas ketaatannya pada saat menerima kabar gembira, dan ketaatan selama hidupnya, yang memuncak di kaki salib Yesus. Saya ingin mengutipnya dari tulisan pakar Mariologi yang bernama Mark Miravalle, S.T.D, yang mengajarkan: ((Lihat Mark Miravalle, S.T.D, Introduction to Mary, The Heart of Marian Doctrine and Devotion, (Santa Barbara, CA: Queenship Publishing Company, 1993), p. 68-70)).

1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel, yang berupa sebuah ‘undangan’ untuk mengambil bagian dalam karya Keselamatan Allah, dengan menjadi ibu bagi Yesus sang Penyelamat. Maria menanggapi undangan ini dengan kesediaannya mengizinkan penjelmaan Yesus menjadi manusia ini mengambil tempat di dalam rahimnya. Para Bapa Gereja di abad-abad awal mengajarkan bahwa Inkarnasi dan Karya keselamatan sebagai suatu kesatuan tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia. Maka terlihat di sini peran Maria yang sangat penting sebab oleh ketaatannya, ia membawa Kristus Sang Penyelamat ke dunia, melalui Inkarnasi. Oleh Maria, maka ayat ini tergenapi, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.” (Yoh 1:14)

Dengan demikian Maria menjadi Hawa yang baru. Sebab oleh ketidak taatan Hawa yang pertama, umat manusia jatuh ke dalam dosa, sedangkan oleh ketaatan Maria (Hawa yang baru) umat manusia memperoleh Sang Penyelamatnya. St Irenaeus (180) berkata, “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya.” ((St. Irenaeus, Adversus Haereses, III, 22, 4: S. Ch. 211. 438-44, Lumen Gentium, 56, note 6)). Dan karena tubuh Yesus, sebagai alat Keselamatan  (lih. Ibr 10:10) diberikan kepada Yesus oleh Maria saat Ia terbentuk dalam rahimnya, maka Maria sebagai Ibu Yesus memiliki peran yang sangat istimewa dalam keselamatan manusia, yang tidak dapat dibandingkan dengan semua ciptaan lainnya.

Paus Yohanes Paulus mengatakan bahwa pada saat mengatakan “YA”/ Fiat pada kabar Malaikat itu, maka iman Maria dapat disejajarkan dengan iman Bapa Abraham yang menandai permulaan Perjanjian Lama antara Tuhan dengan umat-Nya. Iman Maria menandai dimulainya Perjanjian Baru. Seperti halnya Bapa Abraham yang percaya “sekalipun tidak ada dasar untuk berharap” (Rom 4:18) bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa padahal pada saat janji itu diberikan ia belum mempunyai keturunan, maka Mariapun juga percaya, bahwa meskipun ia tetap perawan (tidak bersuami), ia akan melahirkan seorang Anak atas kuasa Roh Kudus, dan “Anaknya itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk 1:35). ((Paus Yohanes Paulus II, Surat Ensiklik, Redemptoris Mater, 14)).

2. Maria secara unik berpartisipasi dalam kurban salib Yesus demi keselamatan umat manusia. Di kaki salib Kristus, Bunda Maria mempersembahkan kepada Allah hak-haknya sebagai ibu, segala belas kasih, dan penderitaannya yang tak terlukiskan melihat Putera-Nya sendiri disiksa sampai wafat.

Di kayu salib inilah, menurut Paus Yohanes Paulus II, Bunda Maria melihat seolah-olah kebalikan dari perkataan Malaikat di saat menerima kabar gembira, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:32-33) Di kayu salib ini, terpampang di hadapan matanya kenyataan yang begitu memilukan, “Ia (Yesus) dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan…. (Yes 53:3-5). Betapa besarnya ketaatan Maria yang menyerahkan diri seutuhnya, segala “akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang keputusan dan jalan-jalan-Nya tak terselami! (Lih. Rom 11:33). Dengan cara inilah Maria berpartisipasi dalam “pengosongan diri” yang dilakukan oleh Yesus di kayu salib (lih. Flp 2: 5-8). Ini mungkin adalah suatu bentuk “pengosongan diri” yang terdalam sepanjang sejarah manusia. Di sinilah terpenuhi nubuat Simeon, “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri…” (Luk 2:35). ((Paus Yohanes Paulus II, Surat Ensiklik, Redemptoris Mater, 18))

Para Bapa Gereja membandingkan iman Maria di kaki salib Kristus ini dengan iman Bapa Abraham yang mempersembahkan Ishak anaknya sebagai persembahan kepada Tuhan.

Dasar Kitab Suci

Sebenarnya, tidak sulit untuk menerima ajaran bahwa Bunda Maria disebut sebagai “Co- Redemptrix” kalau kita dapat menerima pengajaran sebagai berikut:

1. 1 Kor 3:9: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah ….” Jika kita semua saja adalah kawan sekerja Allah dalam rencana Keselamatan, tentulah Bunda Maria yang membawa Kristus ke dunia adalah kawan sekerja Allah yang begitu istimewa. Sebab tanpa ketaatannya melalui kehendak bebasnya, maka Yesus tidak lahir ke dunia.

2. Kolose 1:24: Rasul Paulus mengajarkan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” Maka dengan penderitaannya, yang dipersatukan dengan penderitaan Kristus di kayu salib, Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah.

Memang korban penebusan Kristus telah digenapi dengan sempurna di Golgota, namun demikian, penerapan korban penebusan ini kepada semua manusia masih berlanjut sepanjang sejarah manusia. Itulah sebabnya, di dalam hidup kita sebagai anggota Tubuh Kristus di dunia, kita masih mengalami penderitaan. Maka kita layak untuk mencontoh teladan Bunda Maria yang menyerahkan segala penderitaannya dan mempersatukannya dengan korban Yesus di kayu salib, agar dengan demikian kitapun, dengan porsinya masing-masing, mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah.

3. Yoh 2:5: Maria Ibu Yesus berkata…. “Apa yang dikatakan kepadamu, (oleh Yesus) buatlah itu!”
Sebagaimana yang terjadi di Kana, Bunda Maria sangat memperhatikan kebutuhan umat beriman. Namun apa yang dikatakannya selalu mempunyai Kristus sebagai pusatnya, dan ia membawa para beriman untuk menaati perintah Yesus.

Maria, Co- Redemptrix menurut Bapa Gereja

Walaupun sampai saat ini pengajaran bahwa Maria sebagai Co-Redemptrix belum diangkat secara definitif menjadi Dogma, namun sebenarnya, dasar pengajaran ini telah ada sejak lama. St. Yustinus (100)  adalah Bapa Gereja yang pertama yang mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru. Kemudian, murid Rasul Yohanes, St. Irenaues (180), juga mengajarkan tentang peran Maria sebagai Hawa yang baru, yang berkerjasama dengan Adam yang baru yaitu Kristus untuk menyelamatkan dunia. Ia mengkontraskan ketidaktaatan Hawa dengan ketaatan Maria. Kesaksian St. Irenaeus tentu sangat penting, karena ia adalah murid dari St/ Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes, yang kepadanya Yesus telah mempercayakan Bunda Maria di saat ajal-Nya di kayu salib. (Yoh 19:25). Kesaksian St. Irenaeus ini banyak dikutip oleh para Bapa Gereja, dan dikutip pula dalam dokumen Konsili Vatikan II. ((Lihat Lumen Gentium 56))

Tertullian (abad ke 3), juga mengajarkan Bunda Maria sebagai Hawa yang baru. Ia mengkontraskan bahwa Hawa percaya pada perkataan sang ular/Iblis, sedangkan Maria percaya kepada perkataan Malaikat. ((Lihat Tertullian, On the Flesh of Christ, Chap 17)) Selanjutnya, St. Agustinus (354-430), St, Yohanes Damascene (754-787) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274), mengajarkan hal yang sama, diikuti oleh banyak para kudus lainnya. Dengan prinsip Maria sebagai Hawa yang baru, maka tidak sulit untuk memahami mengapa Bunda Maria disebut sebagai Co-Redemptrix.

Pengajaran para Paus

Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Paus tentang Maria sebagai Co- Redemptrix: ((Lihat Mark Miravalle, Ibid., p. 70-72))

1. Paus Pius Benediktus XV (1918) dalam Surat Apostoliknya mengatakan, “Pada tingkat yang tak terlukiskan, Maria menderita dan hampir mati dengan Anak-nya yang menderita dan mati, dan dengan demikianlah ia menyerahkan segala hak-hak keibuannya demi keselamatan manusia…. sehingga kita dapat berkata bahwa ia bersama-sama dengan Kristus menyelamatkan umat manusia.” ((Paus Pius Benediktus XV, Surat Apostolik, Inter Sodalicia))

2. Paus Pius XI (1922- 1939) menyebutkan Maria sebagai Co-Redemptrix sebanyak sekurang-kurangnya 6 kali dalam dokumen-dokumen kepausan-nya. Ia mengajarkan, “O, Bunda kekudusan dan belas kasih, yang ketika Anakmu menyelesaikan karya Keselamatan manusia di kayu salib,  sungguh mengemban sengsara dengan Dia dan sebagai seorang Co-Redemptrix, menjaga di dalam kita buah berharga dari karya Keselamatan ini, dan dari belas kasihmu.” ((Paus Pius Xi, Penutupan tahun Yubelium 1935, L’Observatore Romano, April 29, 1935))

3. Paus Pius XII (1939-1958) menyebutkan Maria sebagai “rekan sejawat yang terkasih dari Sang Penyelamat” mengajarkan, “Oleh kehendak Tuhan, Perawan Maria yang terberkati bersatu tak terpisahkan dengan Kristus di dalam menyelesaikan karya Keselamatan, sehingga keselamatan kita mengalir dari kasih Yesus Kristus dan penderitaan-Nya secara erat bersatu dengan kasih dan dukacita Ibu-Nya.” ((Paus Pius XII, Haurietis Aguas, no.2))

4. Konsili Vatikan II, mengajarkan, “Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dashyat bersama dengan puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.” ((Lumen Gentium 58))

5. Paus Yohanes Paulus II, dalam surat Ensikliknya, mengajarkan, “Betapa besar, dan betapa heroiknya ketaatan iman yang ditunjukkan Maria di hadapan kebijaksanaan Allah yang tak terpahami! Betapa lengkapnya ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan tanpa syarat, “menyerahkan kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah” kepada Ia yang segala jalan-jalan-Nya yang tak terselami! (lih. Rom 11:33). Melalui iman ini Maria secara sempurna bersatu dengan Kristus dalam hal pengosongan diri…. Di kaki salib Kristus, Maria mengambil bagian melalui iman di dalam misteri pengosongan diri yang tragis ini. Ini mungkin merupakan merupakan sebuah kenosis/ pengosongan diri yang terdalam sepanjang sejarah manusia. Melalui iman Bunda Maria mengambil bagian di dalam kematian Kristus, di dalam kematian-Nya yang menyelamatkan…” ((Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater, 18))

Di tahun 1985, dalam sebuah pernyataan kepausan yang lain, Paus Yohanes Paulus mengajarkan bahwa gelar Co-Redemptrix berkaitan dengan penyaliban rohani yang dialami Maria di kaki salib Kristus: “Disalibkan secara rohani dengan Putera-Nya yang tersalib (lih. Gal 2:20), ia [Maria] memandang dengan kasih yang heroik kematian Tuhannya, “dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dengan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.” ((Lumen Gentium 58))… seperti ia berada di dalam cara yang istimewa di dekat kayu salib Kristus, ia juga pasti mempunyai pengalaman istimewa dalam Kebangkitan-Nya. Nyatanya, peran Maria sebagai Co-Redemptrix tidak berhenti dengan kemuliaan Putera-Nya.” ((Paus Yohanes Paulus II, Allocution at the Sanctuary of Our Lady of Alborada in Quayaquil, Jan 31, 1985, dikutip dari L’Observatore Romano, March 11, 1985, p.7 ))

Kesimpulan

Jika kita melihat rencana Keselamatan Allah yang melibatkan kehendak bebas manusia, maka selayaknya kita mempunyai penghormatan yang besar kepada Bunda Maria. Sepertihalnya Abraham, Bunda Maria telah menunjukkan ketaatan iman yang sangat istimewa. Bunda Maria merupakan teladan bagi kita semua orang beriman untuk mempersatukan diri dengan Kristus, dalam setiap langkah kehidupan kita. Ketaatan Maria yang tanpa syarat sungguh merupakan contoh bagi semua murid Kristus. Dengan melihat kepada Bunda Maria, kita dapat melihat bagaimana seharusnya kita menjadi “kawan sekerja Allah”. Sebab dalam arti sesungguhnya, “kawan sekerja” ini tidak saja berupa kawan yang menyertai di saat kemuliaan Yesus, tetapi juga dengan mengambil bagian di dalam penderitaan-Nya. Sebab suka cita kebangkitan Yesus tak terlepas dari korban salib-Nya; kemuliaan Yesus tidak terlepas dari “pengosongan diri”-Nya. (Flp 2:5-11)

Perihal suatu hari Co- Redemptrix diangkat menjadi Dogma, atau tidak, tidak terlalu menjadi masalah bagi kita yang mengetahui prinsip ajarannya. Persatuannya dengan Kristus sepanjang hidupnya, menjadikan Maria layak disebut ‘rekan sekerja Allah’, namun karena perannya yang istimewa dengan ketaatan imannya sebagai ibu Yesus sejak menerima kabar gembira sampai berdiri di kaki salib Kristus, ia memang layak disebut Co- Redemptrix. Kita mengetahui sebutan Co-Redemptrix ini tidak untuk menyamakan peran Maria dengan peran Yesus, namun di saat yang sama kita mengakui dengan rendah hati bahwa memang peran Maria tidak akan pernah sama dengan peran manusia manapun dalam menjadi ‘rekan sekerja Allah’ dalam karya Allah menyelamatkan dunia.

Tuhan Yesus, bukakan mata hati kami untuk melihat betapa layaklah kami belajar dari teladan Ibu-Mu, untuk dengan taat menyerahkan diri kami seutuhnya kepada-Mu, agar kamipun dapat Engkau jadikan ‘kawan sekerja-Mu’ untuk menyelamatkan dunia ini.  Amin.”

Tanggapan tentang “The Secret (The Law of Attraction)”

20

Pertanyaan:

Shalom Stefanus/Ingrid,

Mohon penjelasannya mengenai buku/film The Secret (Law of Attraction). Apakah sesuai dengan ajaran Katolik? Jika tidak, bagian mana yg paling bertentangan dengan ajaran Katolik?

Thanks.

Jawaban:

Shalom Revin,

Pandangan yang disampaikan oleh The Secret (The Law of Attraction/ TLoA) bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, dan sebenarnya juga tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Silakan klik di sini untuk mengetahui pandangan obyektif yang menyatakan bahwa TLoA merupakan kisah fiktif dan tidak berdasarkan fakta/ tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.

Sedangkan dari sisi iman, kita melihat bahwa prinsip yang diajarkan dalam the Secret tersebut tidak sesuai dengan iman Katolik, karena di dalam the Secret/ TLoA tersebut yang disampaikan adalah ide dari ajaran New Age Movement (NAM), yaitu:

1. yang menceritakan bahwa tiap-tiap orang mengandung semacam partikel Allah dan suatu saat nanti kita manusia akan menjadi Allah.

2. pengajaran yang distortif tentang dosa. Sebab NAM menolak konsep dosa asal, sehingga konsekuensinya, mereka tidak mengakui mutlaknya diperlukan pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa manusia tersebut.

3. pengajaran bahwa semua agama adalah sama, menuju kepada Tuhan yang satu, yang memberikan ‘partikel’-Nya kepada manusia.

4. Bagi mereka, “atonement” (penebusan dosa) dipelesetkan menjadi “at Onement” (pada pemersatuan); yang diartikan oleh mereka bahwa semua orang nantinya menjadi Tuhan yang satu.

5. pengajaran yang membuat sendiri konsep Tuhan, sesuai dengan kehendak hati. Pengajaran ini merendahkan makna Inkarnasi dan Penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, karenanya, menentang konsep iman Kristiani.

Dengan demikian, saya rasa, anda perlu waspada dengan buku/ film tersebut. Film tersebut memang dibuat oleh orang-orang dari golongan NAM ini sehingga tak heran mereka memasukkan ide-ide NAM yang dikemas sedemikian rupa sehingga kelihatan menarik dan ilmiah. Silakan klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut tentang NAM tersebut, dan mengapa bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik.

Perihal gelombang magnetik dan energi-energi tertentu yang keluar dari diri manusia memang merupakan salah satu prinsip pengajaran NAM yang mereka yakini sebagai sesuatu yang dapat mengubah hidup mereka. Namun, jika ini diteliti lebih lanjut, dengan membaca pandangan pakar-pakar psikologi yang ahli dibidangnya, maka anda dapat melihat bahwa pandangan ini tidak benar, dan bahkan tidak masuk akal. Manusia tidak dapat mengubah kondisinya dengan hanya berpikir di dalam mentalnya tentang sesuatu yang diinginkannya; atau dengan berpikir maka akan ada gelombang energi tertentu yang keluar daripadanya dan kemudian dunia ini akan mengikuti kemauan orang itu sebagai reaksinya.

Akal sehat mengatakan, manusia harus mengubah dirinya untuk mengejar cita-cita-nya, dan memerlukan campur tangan Tuhan untuk mencapai apa yang dicita-citakannya di dalam hidup ini. Hal ini juga dapat diterapkan dalam harapannya mencapai kehidupan kekal. Manusia tidak saja secara ‘otomatis’ masuk surga karena memiliki ‘partikel ilahi’, melainkan manusia memerlukan Kristus yang adalah Putera Allah untuk menebus dosa- dosa kita dan memberikan kepada kita hidup ilahi-Nya, dan juga kita harus berjuang terus untuk mengerjakan keselamatan kita (Flp 2:12) dengan berjuang untuk senantiasa hidup kudus. Persatuan umat manusia dengan Tuhan di surga tidak untuk diartikan bahwa manusia menjadi Allah, sebab meskipun manusia disatukan dengan Allah melalui Kristus, namun manusia tetap tidak kehilangan identitas dirinya. Kita disatukan oleh Kristus sebagai anggota Tubuh-Nya dan Ia adalah Sang Kepala, namun kita tidak ‘melebur’ dengan Yesus sebagai Kepala. “Inter-personal communion with God and mankind” itu adalah istilah Theologis-nya, dan memang baru secara persis kita ketahui artinya saat kita nanti sampai di surga. Kata-kata memang akan sangat terbatas untuk menjelaskan semua ini, namun yang jelas, kita manusia tidak serta merta menjadi Tuhan, seperti ide dari NAM ini.

Demikian sekilas pendapat saya tentang the Secret (the Law of Attraction). Semoga berguna bagi anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati -www.katolisitas.org

Apakah ada kontradiksi antara kisah penciptaan di Kitab Kejadian 1 dan 2?

17

Pertanyaan:

Shalom,

Saya ingin bertanya tentang kontradiksi urutan kisah penciptaan di Kej 1 dengan Kej 2.

Apakah memang benar ada kontradiksi? Karena di Kej 1, manusia diciptakan setelah tumbuhan/pepohonan, namun di Kej 2, manusia diciptakan lebih dahulu, baru kemudian tumbuhan/pepohonan. Mohon bantuan dan pencerahannya. Terima kasih dan Tuhan memberkati.

Rgrds, Vitrelle

Jawaban:

Shalom Vitrelle,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah ada kontradiksi dalam kisah penciptaan, seperti yang disebutkan di dalam kitab Kejadian 1 dan 2. Secara prinsip, kita percaya bahwa tidak ada kontradiksi di dalam Alkitab. Kontradiksi dapat didefinisikan sebagai sesuatu ada dan tidak ada (merujuk kepada sesuatu yang sama) dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama. Dengan definisi kontradiksi ini, maka kita tidak dapat mengatakan bahwa ada kontradiksi di dalam kisah penciptaan seperti yang dijelaskan di kitab Kejadian 1 dan 2, karena bab 1 dan bab 2 menceritakan tentang penciptaan yang sama, namun dengan penekanan dan sudut yang berbeda (ini berarti tidak dengan cara yang sama, namun dalam waktu yang sama). Mari kita melihat secara lebih mendalam.

1) Di dalam kisah penciptaan di kejadian bab 1 diceritakan:

  • Hari 1: Terang, pemisahan terang dan gelap (Kej 1:3-5)
  • Hari 2: Cakrawala, pemisahan air dan langit (Kej 1:6-8)
  • Hari 3: Darat dan laut, tumbuh-tumbuhan (Kej 1:9-13)
  • Hari 4: Matahari, bulan, dan bintang-bintang (Kej 1:14-19)
  • Hari 5: Mahluk yang hidup di air dan di udara (Kej 1:20-23)
  • Hari 6: Segala mahluk hidup, ternak, binatang melata, manusia (Kej 1:24-31)
  • Hari 7: Allah memberkati dan menguduskan hari ke-tujuh (Kej 2:2-4)

2) Mari kita melihat apa yang dituliskan di bab-2. Kalau kita membandingkan antara bab 1 dan bab 2, kita melihat adanya suatu penekanan yang berbeda. Bab 1 lebih menekankan adanya suatu urutan dalam kisah penciptaan, dan bab 2 tidak menekankan suatu urutan, namun berfokus pada penciptaan manusia. Semua hal-hal yang lain yang diciptakan sebelum dan sesudah manusia, senantiasa merujuk kepada manusia. Jadi kita dapat melihat bahwa penulis dari kitab Kejadian ingin agar setelah menyajikan urutan penciptaan dari hari 1-6, kemudian dilanjutkan dengan hari istirahat (hari 7), kemudian di susul dengan penjelasan lebih lengkap tentang hari ke-6, yaitu penciptaan manusia.

Di bawah ini adalah bab 2 mulai dari ayat 5 dan yang saya garis bawah adalah merujuk atau berfokus pada manusia. Kita melihat bahwa hampir semua ayat merujuk kepada manusia, kecuali ayat 10-14 yang menceritakan tentang lokasi dari taman Eden.

5. belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu, 6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu– 7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. 8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. 9 Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. 11 Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada.12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. 13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. 14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat. 15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” 18 TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” 19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. 21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 23 Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” 24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.

3) Mari kita membahas beberapa hal yang mungkin terlihat sebagai kontradiksi.

a) Kej 2:5 menceritakan bahwa belum ada tumbuh-tumbuhan apapun, dan di ayat 7 dikatakan bahwa Tuhan membentuk manusia, serta di ayat 9 dikatakan bahwa Tuhan menumbuhkan berbagai pohon dari bumi. Oleh karena itu, terlihat bahwa bahwa manusia diciptakan terlebih dahulu sebelum tumbuh-tumbuhan, padahal di Kej 1, tumbuhan diciptakan di hari ke-tiga dan manusia pada hari ke-enam. Bagaimana kita dapat mengharmonisasikan kisah penciptaan dari dua bab ini?

1) Pertama, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam kitab Kejadian bab 2, pengarang memberikan gambaran tentang kisah penciptaan manusia dan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dan tidak berfokus pada urutan penciptaan.

2) Kedua, perkataan tumbuhan yang dipakai di Kej 1 dan Kej 2 adalah berbeda. Kej 2 memakai kata tumbuhan yang mempunyai konotasi tumbuh-tumbuhan yang memerlukan bantuan manusia untuk tumbuh, seperti tanaman-tanaman yang perlu digarap. Oleh karena itu, tanaman-tanaman jenis ini hanya mungkin ada kalau manusia telah ada terlebih dahulu.

3) Ketiga, Kej 1 dapat saja menceritakan tentang kisah penciptaan seluruh dunia, dengan urutan-urutan seperti yang diceritakan di dalam Kejadian 1. Namun, dalam Kejadian bab 2, menceritakan apa yang terjadi di dalam taman Eden.

b) Bagaimana dengan hewan-hewan, dimana di Kej 1, diceritakan pada penciptaan hari ke-enam dan burung-burung di hari ke-lima, Tuhan menciptakan hewan terlebih dahulu dan kemudian baru manusia. Namun, di Kejadian 2 diceritakan bagaimana manusia ada terlebih dahulu dan kemudian binatang-binatang yang lain, seperti yang diceritakan di Kej 2:19.

1) Kalau kita melihat dengan lebih teliti, Kej 2:19 dikatakan “Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Dari ayat di atas, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa mungkin Tuhan telah menciptakan binatang-binatang sebelum manusia (ay. 19a). Namun, setelah penciptaan manusia, maka Tuhan membawa semua bintang-binatang tersebut kepada manusia yang berada di taman Eden. Atau dengan kata lain, mungkin binatang-binatang tersebut telah ada sebelum manusia, dan pada saat manusia diciptakan, maka Tuhan membawa binatang-bintang tersebut kepada manusia.

Dari keterangan di atas, kita melihat bahwa tidak ada kontradiksi antara kisah penciptaan di Kitab Kejadian 1 dan Kejadian 2, karena penulis mempunyai intensi yang berbeda, dimana dalam Kejadian 1, penulis memaparkan urutan penciptaan, dan kejadian 2 penulis berfokus pada kisah penciptaan manusia, dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan manusia tersebut, seperti: tanaman-tanaman yang harus dia pelihara, binatang yang diberi nama, lokasi taman Eden tempat manusia tinggal. Semoga uraian ini dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

KKR, Luk 15:11-32, Wahyu pribadi

26

Pertanyaan:

Salam sejahtera

Pertama-tama saya ingin menyampaikan bahwa saya sangat terbantu sekali dengan adanya situs ini untuk memahami Katolik. Saya pribadi belumlah dibaptis, tetapi dari kecil saya selalu mengikuti tata cara Katolik sebagaimana saya dibesarkan.

Saat ini saya ingin sekali mengikuti Yesus dengan lebih dalam lagi, dan berbagai cara saya lakukan diantaranya ikut kebaktian di gereja Katolik maupun Protestan. Semakin jauh saya mengenal keduanya, saya menemukan banyak sekali perbedaan diantara keduanya, yang membuat saya semakin bingung. Beberapa hal yang ingin saya tanyakan adalah:

1. Adakah KKR kesembuhan dalam agama Katolik? Beberapa waktu yang lalu saya datang pada acara KKR kesembuhan dan saya melihat banyak sekali masyarakat yang hadir. Namun terus terang saya tidak melihat sendiri ada benar2 warga yang disembuhkan secara dramatis. Saya sering mendengar bahwa KKR seperti ini sangat populer, terlebih bagi pendeta2 yang sangat terkenal semisal Benny Hin atau Pariadji. Apakah benar ada kesembuhan dari KKR semacam ini? Dan apabila benar kesembuhan itu ada, apakah berasal dari Tuhan? Bagaimana Katolik memandang hal ini, karena setau saya hanya gereja Protestanlah yang mempunyai kegiatan semacam ini?

2. Pada acara KKR tersebut sang pendeta berkotbah tentang perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Pdt tersebut menanggapi tentang bagian dimana si anak sulung merasa iri karena setelah sekian lama dia melayani bapanya, tetapi tidak sekalipun sang bapa pernah mengadakan pesta untuknya. Menurut sang pendeta, hal ini terjadi karena sang anak sulung tidak pernah meminta ayahnya untuk mengadakan pesta untuknya, dan hal semacam inilah yang sering terjadi pada umat Kristen dewasa ini, dimana mereka tekun dan setia melayani Yesus, tetapi tidak memperoleh penghidupan dan keselamatan yang layak (misal banyak hutang, miskin, sakit, dsb). Pak pendeta kemudian menegaskan bahwa hal ini tidak perlu terjadi, karena umat Kristen adalah anak raja yang kaya raya, yang akan diberi jika meminta apapun. Ia juga menegaskan bahwa cara berdoa yang hanya pasrah dan meminta sedikit saja adalah salah karena ini adalah pengaruh iblis yang tidak ingin melihat anak Tuhan kaya raya, sehat, dan bahagia sehingga seharusnya kita meminta sebanyak-banyaknya kepada Yesus, Bapa kita.
Apakah ajaran bahwa umat Kristen harus kaya dan makmur seperti itu adalah benar? Bagaimana pandangan Katolik mengenai ini?

3. Seorang teman Protestan baru-baru ini memberikan sebuah buku yang berisi kesaksian tentang surga dan neraka. Pada salah satu bab tertulis tentang Maria yang sangat memojokkan umat Katolik yang membuat saya terkejut, demikian isinya:

Sebagian Kisah Kesaksian gadis kecil (Janet Balderas Canela) berumur 8 tahun yang ditemui Yesus Kristus. – Penglihatan tentang kesedihan Maria.
——————————————————
Kami menunggang lagi dan tiba pada sebuah pintu yang setengah terbuka, Tuhan berkata, “Hamba kemarilah, sebab dibalik pintu ini adalah Maria. Mendekatlah dan dengar apa yang sedang dikatakannya, supaya kau dapat pergi dan katakan pada Umat-Ku, katakanlah pada mereka bagaimana Maria sedang menderita.” Saya mendekat dan melihat seorang gadis muda, yang sangat cantik, dan sangat elok parasnya. Sedang melihat melalui suatu jendela yang kecil. Dia sedang bertelut dan melihat kebawah memandang bumi, menangis karena kesakitan yang sangat.

Maria berkata, “Mengapa kamu menyembahku? mengapa, Jika aku tidak memiliki Kuasa! Mengapa kamu menyembahku? Aku tidak melakukan sesuatu apapun! Jangan menyembahku! Jangan bertelut padaku! Aku tak dapat menyelamatkanmu! Yang hanya dapat menyelamatkan, yang hanya dapat menebusmu ialah Yesus, yang telah mati untuk semua manusia! Banyak orang mengatakan aku memiliki kuasa, bahwa aku dapat mendatangkan mujizat-mujizat, tetapi semua itu tipu muslihat! aku tidak dapat berbuat apapun! Allah yang Maha Kuasa berkenan denganku dan menggunakan rahimku agar Yesus dapat lahir dan menyelamatkan setiap orang, tetapi aku tidak memiliki kuasa apapun. Aku tak dapat melakukan apapun! Jangan bertelut padaku! Jangan menyembahku! Sebab aku tak layak disembah. Hanya satu Yang layak, yang disembah dan didambahkan adalah Yesus! Dialah satu-satuNya yang menyembuhkan dan menyelamatkan!”

Saya dapat melihat wanita muda itu sedang dalam kesakitan yang sangat, penuh dengan kepedihan dan tangisan. Dia berkata, “Tidak! Tidak! Jangan menyembahku! Mengapa kamu bertelut padaku? Aku tidak melakukan apapun!” Saudara/i terkasih, sangat luarbiasa dapat melihat wanita muda ini, bagaimana dia menangis dengan kepedihan dan kesedihan.
—————————————————————————-
Bagian-bagian lain dari buku itu berisi tentang kesaksian 7 orang muda Kolombia tentang surga dan neraka, serta kesaksian2 yang serupa dari Ricardi Cid, Victoria Nehale, serta Jannet Balderas Canela tersebut. Apakah kesaksian semacam ini benar adanya dan pantas dipercayai? Mengapa saya tidak pernah mendengar kesaksian semacam ini dari Katolik?

Demikianlah beberapa hal yang sangat membingungkan saya dan saya sangat mengharapkan pencerahan mengenai hal ini agar tidak tersesat.

Terima kasih, Syenny

Jawaban:

Shalom Syenny,

1. Adakah KKR dalam Gereja Katolik? Ada. Silakan anda menghubungi Shekinah, jika anda berdomisili di Jakarta, atau jika anda berkesempatan pergi ke Cikanyere, Puncak, di gereja Lembah Karmel (Romo Yohanes Indrakusuma, O Carm) silakan mengikuti Misa Kudus di sana, yang biasanya diikuti dengan doa penyembuhan setelah Misa Kudus.

Dalam Gereja Katolik memang yang diutamakan adalah kesembuhan rohani, walaupun jika Tuhan berkenan, Ia tetap dapat memberikan mukjizat kesembuhan jasmani. Saya pernah mengalami kesembuhan jasmani melalui doa Misa Kesembuhan, itu terjadi di Manila Filipina tahun 2000 yang lalu, sehingga saya dapat mengatakannya. Saya percaya Tuhanlah yang memberikan karunia kesembuhan itu. Jadi bagi yang pernah disembuhkan melalui KKR, tentu saja mereka percaya bahwa kesembuhan itu dari Tuhan, terutama jika secara manusiawi itu hampir mustahil disembuhkan.

Sebagai orang Katolik, saya memang lebih menyarankan bagi umat Katolik untuk mengikuti KKR yang diadakan oleh komunitas Gereja Katolik, untuk mendapatkan  pengajaran yang sesuai dengan pengajaran Magisterium Gereja Katolik.

2. Mengenai Luk 15:11-32 tentang perumpamaan anak yang hilang memang diceritakan kisah si sulung, yang iri hati karena Bapanya tidak pernah mengadakan pesta untuknya. Namun interpretasi yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah bahwa si sulung itu tidak menyadari besarnya belas kasih dari bapanya. Dan saya rasa interpretasi ini lebih tepat, dibandingkan dengan mengartikan bahwa kita harus meminta berkat (‘dipestakan’ pada kasus anak sulung itu), sampai- sampai menganggap bahwa doa yang berpasrah itu adalah salah.

Kita memang boleh dan bahkan harus meminta berkat dan pertolongan Tuhan (Mat 7:7; 1 Tim 2:1), namun kita tidak dapat memaksa Tuhan harus mengabulkan permohonan kita. (Atau dalam kasus si sulung di atas, memaksa/ mendesak Bapa harus mengadakan pesta baginya). Maka dalam kasus kehidupan kita, kita harus berusaha sebagai manusia (misal bekerja keras, berobat, dst), namun tetap menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan. Pada akhirnya, bukti iman yang dewasa adalah jika kita dapat berdoa seperti Yesus, “Bukanlah kehendak-ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (lih. Luk 22:42) atau seperti Bunda Maria, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” (lih. Luk 1: 38) Jika seseorang mengatakan bahwa doa semacam ini salah, artinya ia menganggap ajaran Alkitab – yaitu contoh dari Yesus sendiri- itu salah. Saya pikir tidak seharusnya kita bersikap demikian.

Juga Gereja tidak mengajarkan bahwa kalau menjadi pengikutnya kita harus jadi makmur secara lahiriah. Kita dapat berusaha dan bekerja keras, namun Tuhan tidak menjanjikan bahwa semua yang mengikuti-Nya pasti makmur secara duniawi. Malah yang diajarkan, kita harus berhati-hati agar jangan sampai hati kita terikat pada uang dan kekayaan duniawi, sebab “cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.” (1 Tim 6:10). Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya (ay.9), yang sangat jelas mengingatkan kita agar kita tidak mengejar kekayaan duniawi, “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.” Maka, hidup yang berkelimpahan yang dijanjikan Tuhan (Yoh 10:10) adalah hidup ilahi, dengan melalui Dia sebagai pintu menuju keselamatan kekal (Yoh 10:9).

3. Mengenai wahyu pribadi.
Dewasa ini kita melihat banyak orang meng-klaim telah melihat penglihatan ini dan itu, apalagi yang sehubungan dengan akhir jaman. Kita tidak perlu resah. Gereja Katolik memang sangat berhati-hati dalam mengatakan apakah wahyu itu otentik atau tidak karena masih perlu diuji oleh waktu dan mukjizat-mukjizat yang sungguh-sungguh terjadi, untuk membuktikan bahwa itu sungguh dari Allah.

Maka, saya menganjurkan anda waspada dengan klaim penglihatan-penglihatan semacam itu. Bagi saya sendiri, saya lebih mempercayai apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, karena sudah teruji dan dibuktikan oleh waktu dan fakta. Perlu anda ketahui juga, bahwa Gereja Katolik tidak pernah menyembah Maria. Jika kita berdoa kepada Maria, itu bukannya supaya ia mengabulkan doa kita, namun supaya ia mendoakan kita. Dasarnya adalah bahwa sebagai umat beriman kita dapat saling mendoakan, dan bahwa sebagai umat beriman kita berada dalam persekutuan orang kudus yang ikatannya tak terputuskan oleh maut, sebab maut itu sudah dikalahkan oleh Yesus.

Kita memang menghormati Bunda Maria, sebagai Ibu kita, karena Yesus sendiri telah memberikan Maria untuk menjadi ibu bagi murid yang dikasihi-Nya, yaitu kita semua (Yoh 19: 25-27). Umat Katolik menghormati Maria, karena pertama-tama Allah-lah yang menghormatinya dan memilih-Nya sebagai Ibu Putera-Nya sendiri. Allah tidak begitu saja hanya ‘meminjam’ rahim Bunda Maria. Bunda Maria telah dipilih oleh Tuhan dari sejak awal mula untuk menjadi Ibu Yesus, dan dikuduskan untuk maksud Allah itu. Jika Tuhan sedemikian spesifik dalam menentukan dan menguduskan tabut perjanjian yang berisi dua loh batu 10 Sabda perintah Allah dan roti manna di PL, maka Allah akan lebih lagi secara khusus menguduskan rahim Bunda Maria yang akan menjadi tabut Perjanjian Baru yang menjadi tempat kediaman Putera-Nya sendiri, yang adalah Sabda yang menjelma menjadi daging (Yoh 1:14) dan Sang Roti Hidup (Yoh 6:35)! Bagi saya, apapun yang dikatakan dalam wahyu pribadi harus kembali kita periksa, apakah itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Alkitab dan ajaran Gereja Katolik. Hanya dengan cara demikianlah kita mengetahui ke-otentikan nubuat/ penglihatan.

Silakan membaca di situs ini artikel-artikel dan tanya jawab tentang Bunda Maria, persekutuan orang kudus, dan Akhir Jaman menurut pengajaran Gereja Katolik untuk memahami pengajaran tentang hal- hal ini. Semoga anda dapat menemukan kebenaran di dalamnya, yang mendatangkan damai sejahtera.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

Tentang Maria diangkat ke Sorga dan Maria adalah Ratu Sorga

30

Pertanyaan:

Wah senang sekali bisa menemukan situs ini, bagaimana penolakan kebenaran, mana ada penipu mau ngaku menipu, begini aga deh
Ada ngak dari petingggi2 gereja khatolik atao pastor yg mau bilang bahwa maria terangkat kesorga???? Sy mau bilang tidak ada Why? Sy cek sendiri di alkitab, kata seorang pastor [dari katolisitas: saya hapus nama pastor dan paroki, karena tidak relevan dalam diskusi ini] bahwa ketika Yesus naik kesurga membawa maria naik kesorga juga utk di jadikan
Ratu sorga atau mother of heaven wah sy baca di kisah para rasul 1:12-14 maria masih bersama2 anak2nya maria dan Para rasul lagi bertekun sehati berdoa menunggu Roh Kudus, ayooo mana yg berbohong Firman Tuhan atau pastornya?
Satu lagi di wahyu 12:1-6 GK menegaskan bahwa wanita yg disebut di wayu adalah maria
Yg menjadi pertanyaan di ayat 6 kok maria lari ke padang gurun ya? Katanya ratu sorga???
Sy beritahukan ya perempuan yg di maksud itu adalah gereja yg melahirkan jemaat2
Yg melawan si iblis di gereja salib suci dalm renungan sabda suci nya mengatakan benar bahwa perempuan yg Dimaksud adalah gereja tp ada jg yg mempercayai bahwa itu adalah maria,
Ayo baca alkitabnya sungguh2 bukan hanya jadi pendengar ya.
Satu lagi yg penting neh Tentang ratu sorga adalah dari jaman babylon yg sekarang di pakai
GK bahwa maria adalah ratu sorga, coba liat di yeremia 7:16-20 tentang melawan penyembahan
Ratu sorga, jelas di jaman yeremia di pembuangan di babylon dan bangsa israel sudah
Terpengaruh dgn dgn budaya babylon artinya ratu sorga di pakai bangsa babylon
Yg dipakai oleh GK utk menghormati maria. Klo ada yg tidak setuju dgn ayat yg saya tulis
Dan ada yg bisa menjelaskan ketidak benaran ayat2 yg Saya kasih, sy akn mencoretnya
Dari alkitab saya.
Minta Tuhan utk membukakan pintu rohani kita semua, kemulian hanya bagi
Tuhan Yesus.

Jawaban:

Shalom Adri,

Terima kasih kunjungannya ke katolisitas.org. Saya menghimbau agar Adri dapat menyampaikan pendapat dengan jelas dan to the point, sehingga tidak menimbulkan salah paham. Pernyataan Adri seperti ini “bagaimana penolakan kebenaran, mana ada penipu mau ngaku menipu” sungguh tidak jelas. Siapakah yang menolak kebenaran? dan siapa yang menipu? Mungkin lebih baik secara terbuka menyatakan bahwa saya tidak setuju dengan pengajaran ini, dengan alasan…… Dan menjadi hal yang wajar kalau kita memang mempunyai pendapat yang berbeda.

1) Mari sekarang kita berdialog tentang dogma Maria diangkat ke Sorga (The Assumption of Mary), jadi bukan seperti yang ditulis oleh Adri bahwa Maria terangkat ke Sorga. Perbedaan antara diangkat dan terangkat adalah sangat besar. Diangkat berarti tidak dengan kekuatan sendiri, sedangkan terangkat mempunyai konotasi terangkat dengan kekuatan sendiri. Kalau Adri ingin mencoba mengerti dogma Maria diangkat ke Sorga, Adri dapat melihat dokumen resmi Gereja, dimana Pope Pius XII mengatakan di dalam Apostolic Constitution “Munificentissimus Deus” tanggal 1 Nov 1950 “The Immaculate Mother of God, the ever Virgin Mary, having completed the course of her earthly life, was assumed body and soul into heavenly glory” atau “Bunda Allah yang tak bernoda, Perawan Maria, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwa ke dalam kemulian Sorgawi.

a) Dari definisi di atas, maka kita dapat mengerti bahwa pengertian dari dogma ini adalah Maria yang telah selesai tugasnya di dunia diangkat badan dan jiwanya oleh Tuhan, sehingga dia menerima kemuliaan Sorgawi. Gereja tidak mendefinisikan apakah sebelum meninggal, Maria diangkat, atau setelah meninggal Maria diangkat tubuh dan jiwanya oleh Tuhan. Banyak Bapa Gereja menggunakan argument of fittingness, bahwa Maria meninggal terlebih dahulu mengikuti jejak Kristus, sebelum diangkat ke Sorga.

b) Dogma ini sebenarnya begitu sederhana, karena inilah yang dijanjikan oleh Kristus sendiri yang mengatakan “Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.” (Lk 20:36). Dan rasul Paulus menegaskan “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1 Kor 15:52). Ini berarti, pada saat nafiri dibunyikan, pada saat kedatangan Kristus yang ke-dua, maka seluruh umat manusia akan dibangkitkan, dan umat Allah mendapatkan tubuhnya yang baru, yang telah diubah, seperti Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati. Dan inilah yang dialami oleh kita semua, umat Allah, dimana kalau kita setia untuk bertumbuh dalam kekudusan, kita akan mengalami kemuliaan badan dan jiwa dan memperoleh kebahagiaan Sorgawi.

c) Sampai tahap ini, semoga Adri dapat menerima akan kondisi umat Allah yang akan diangkat badan dan jiwanya pada saat kedatangan Kristus yang ke dua. Pertanyaannya, mengapa Maria diangkat badan dan jiwanya setelah Yesus, namun terlebih dahulu dari semua manusia di dunia ini? Rasul Paulus mengatakan “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.” (1 Kor 15:23). Rasul Paulus menegaskan adanya satu urutan dalam kebangkitan badan. Kristus adalah yang sulung dari yang meninggal (lih. 1 Kor 15:20), karena Kristus adalah yang sulung, yaitu Adam yang baru (lih. 1 Kor 15:45). Dan kalau kita melihat bahwa Hawa turut bekerjasama dalam kejatuhan Adam, maka Bunda Maria juga turut bekerja sama dalam keselamatan manusia, yaitu dengan menjadi Bunda Allah. Oleh karena itu, banyak Bapa Gereja yang mengatakan bahwa Kristus adalah Adam yang baru, dan Maria adalah Hawa yang baru.

He became man by the Virgin, in order that the disobedience which proceeded from the serpent might receive its destruction in the same manner in which it derived its origin. For Eve, who was a virgin and undefiled, having conceived the word of the serpent, brought forth disobedience and death. But the Virgin Mary received faith and joy, when the angel Gabriel announced the good tidings to her that the Spirit of the Lord would come upon her, and the power of the Highest would overshadow her: wherefore also the Holy Thing begotten of her is the Son of God; and she replied, ‘Be it unto me according to thy word.’ And by her has He been born…“((St. Justin Martyr, Dialog with Trypho, chap. 100.))

In accordance with this design, Mary the Virgin is found obedient, saying, “Behold the handmaid of the Lord; be it unto me according to your word” (Lk 1:38). But Eve was disobedient; for she did not obey when as yet she was a virgin. And even as she, having indeed a husband, Adam, but being nevertheless as yet a virgin . . . having become disobedient, was made the cause of death, both to herself and to the entire human race; so also did Mary, having a man betrothed [to her], and being nevertheless a virgin, by yielding obedience, become the cause of salvation, both to herself and the whole human race. . . . And thus also it was that the knot of Eve’s disobedience was loosed by the obedience of Mary. For what the virgin Eve had bound fast through unbelief, this did the virgin Mary set free through faith.” ((St. Irenaeus, Adversus Haereses, bk. 3, chap. 22, 4.))

Lebih lanjut St. Irenaeus mengatakan “That the Lord then was manifestly coming to His own things, and was sustaining them by means of that creation which is supported by Himself, and was making a recapitulation of that disobedience which had occurred in connection with a tree, through the obedience which was [exhibited by Himself when He hung] upon a tree, [the effects] also of that deception being done away with, by which that virgin Eve, who was already espoused to a man, was unhappily misled,—was happily announced, through means of the truth [spoken] by the angel to the Virgin Mary, who was [also espoused] to a man. For just as the former was led astray by the word of an angel, so that she fled from God when she had transgressed His word; so did the latter, by an angelic communication, receive the glad tidings that she should bear God, being obedient to His word. And if the former did disobey God, yet the latter was persuaded to be obedient to God, in order that the Virgin Mary might become the patroness (advocata) of the virgin Eve. And thus, as the human race fell into bondage to death by means of a virgin, so is it rescued by a virgin; virginal disobedience having been balanced in the opposite scale by virginal obedience. For in the same way the sin of the first created man receives amendment by the correction of the First-begotten, and the coming of the serpent is conquered by the harmlessness of the dove, those bonds being unloosed by which we had been fast bound to death” ((St. Irenaeus, Adversus Haereses, bk. 5, chap. 19, 1.))

Kalau Yesus adalah Adam yang baru, dan Maria adalah Hawa yang baru, maka dalam urutan, Hawa yang baru adalah setelah Adam yang baru, dan setelah itu baru umat Allah yang lain. Inilah sebabnya, dogma Maria diangkat ke Sorga tidaklah sulit dimengerti, karena ini adalah harapan yang nantinya akan dialami oleh umat Allah. Dogma Maria diangkat ke Sorga erat hubungannya dengan dogma Maria yang dikandung tanpa noda, Maria Bunda Allah, Maria yang tetap perawan, partisipasi Maria dalam karya keselamatan manusia.

2) Keterangan di atas adalah beberapa dasar dari dogma Maria diangkat ke Sorga. Kemudian Adri mengatakan “Ada ngak dari petingggi2 gereja khatolik atao pastor yg mau bilang bahwa maria terangkat kesorga???? Sy mau bilang tidak ada Why? Sy cek sendiri di alkitab, kata pastor [dari katolisitas: saya hapus nama pastornya, karena tidak relevan dalam diskusi ini] bahwa ketika Yesus naik kesurga membawa maria naik ke sorga juga utk di jadikan Ratu sorga atau mother of heaven wah sy baca di kisah para rasul 1:12-14 maria masih bersama2 anak2nya maria dan Para rasul lagi bertekun sehati berdoa menunggu Roh Kudus, ayooo mana yg berbohong Firman Tuhan atau pastornya?

a) Dari tulisan di point 1), saya telah memberikan bukti-bukti dari Bapa Gereja. Kalau mau ditambah, saya berikan sumber dari Dr. Lugwig Ott, Fundamental of Catholic Dogma, p. 207-208: 1) Pope Hadrian I, Origen (In Ioan 2, 12l fragm. 31), St. Ephrem (Hymnus 15,2), Severian of Gabala (De Mundi Creatione or. 6, 10), St. Jerome (Adv. Ruf II, 5),  St. Augustine (In Ioan tr. 9,9). Dan tambahan dari St. Epiphanius mengatakan “No body knows the body how she departed this world.” He leaves undecided whether she died a natural death, or whether (according to Luke 2, 35) she died by violance, or whether she (cf. Apoc 12:14) still lives on immortal in some place unknown to us.” (Haer 78, 11,24). Masih begitu banyak Bapa Gereja yang menyatakan kebenaran dogma ini, seperti St. Gregory of Tours (594), Germanus of Constantinople (733), Andrew of Crete (740), St. John Damascene (749) Theodore of Studion (826). Mungkin suatu saat katolisitas.org akan menuliskan topik ini dalam artikel tersendiri. Ingrid pernah menuliskan tentang topik ini secara singkat di sini (silakan klik).

b) Tidak benar kalau Maria diangkat ke Sorga ketika Yesus naik ke Sorga. Dan memang tidak demikian pernyataan dogma Maria diangkat ke Sorga. Jadi, kalau Adri mau mengerti tentang dogma ini, silakan membaca sumber utama, yaitu dokumen Gereja, sehingga Adri tidak salah paham akan hal ini. Mungkin ada gunanya kalau Adri juga mencoba melakukan riset, apa yang dikatakan oleh Martin Luther tentang Maria sehubungan dengan topik ini.

3) Tentang Wahyu 12. Dan kemudian Adri mengatakan “Satu lagi di wahyu 12:1-6 GK menegaskan bahwa wanita yg disebut di wayu adalah maria. Yg menjadi pertanyaan di ayat 6 kok maria lari ke padang gurun ya? Katanya ratu sorga??? Sy beritahukan ya perempuan yg di maksud itu adalah gereja yg melahirkan jemaat2. Yg melawan si iblis di gereja salib suci dalm renungan sabda suci nya mengatakan benar bahwa perempuan yg dimaksud adalah gereja tp ada jg yg mempercayai bahwa itu adalah maria, Ayo baca alkitabnya sungguh2 bukan hanya jadi pendengar ya.

a) Di sini dikisahkan tentang seorang perempuan yang berselubungkan matahari. Orang-orang Kristen setuju bahwa anak dari perempuan ini adalah Kristus, maka ibu dari anak ini adalah Bunda Maria. Memang secara simbolis, dapat saja diartikan bahwa perempuan ini adalah Gereja ataupun bangsa Israel. Namun secara literal, perempuan ini adalah Bunda Maria.  Pada Wahyu 12:17, dikatakan bahwa perempuan itu memiliki “keturunan yang lain yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.” Dari sini kita ketahui bahwa Bunda Maria merupakan ibu literal dari Yesus, dan ibu spiritual dari Gereja/ umat beriman.

b) Mengapa perempuan itu lari ke padang gurun? St. Pius X in his encyclical on Mary, Ad diem illum: “Everyone knows that this woman signified the Virgin Mary, the stainless one who brought forth our Head. The Apostle continues: “And, being with child, she cried travailing in birth, and was in pain to be delivered” (Apoc. xii., 2). John therefore saw the Most Holy Mother of God already in eternal happiness, yet travailing in a mysterious childbirth. What birth was it? Surely it was the birth of us who, still in exile, are yet to be generated to the perfect charity of God, and to eternal happiness. And the birth pains show the love and desire with which the Virgin from heaven above watches over us, and strives with unwearying prayer to bring about the fulfillment of the number of the elect.

Dari sini, kita memperoleh pengertian bahwa Maria lari ke padang gurung untuk melahirkan keturunan-keturunan, suatu simbol dari umat Allah. Inilah sebabnya, Gereja Katolik mengadakan bahwa Maria adalah bunda Gereja. Maria yang telah berada di Sorga terus menyertai perjalanan umat Allah (Gereja) di dunia ini.

c) Terima kasih juga untuk mengingatkan kita semua agar membaca Alkitab dengan sungguh-sungguh dan bukan hanya menjadi pendengar. Mari kita bersama-sama berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengerti apa yang difirmankan oleh Allah dengan segala kekuatan kita. Ini berarti kita juga perlu belajar dari para Bapa Gereja dan Gereja, sehingga kita tidak salah dalam menafsirkan Firman Tuhan.

4) Lebih lanjut Adri mengatakan “Satu lagi yg penting neh Tentang ratu sorga adalah dari jaman babylon yg sekarang di pakai GK bahwa maria adalah ratu sorga, coba liat di yeremia 7:16-20 tentang melawan penyembahan Ratu sorga, jelas di jaman yeremia di pembuangan di babylon dan bangsa israel sudah Terpengaruh dgn dgn budaya babylon artinya ratu sorga di pakai bangsa babylon Yg dipakai oleh GK utk menghormati maria.

a) Yeremia 7 dan 44 memang menceritakan tentang penyembahan ratu sorga yang ditentang oleh Allah sendiri. Namun mungkin Adri perlu mengkaji siapa yang dimaksud dengan ratu sorga di kitab Yeremia dan siapa yang dimaksud dengan ratu sorga, yang dimaksud oleh Gereja Katolik. Kalau Adri mengatakan bahwa keduanya adalah sama, maka sebenarnya Adri menyamakan antara yang berhala (dalam hal ini ratu sorga, yang dimulai dari penyembahan bulan, seperti Tanais, Artemis, Selene, Virgo caelestis, dll) dengan Maria, yang adalah Bunda Allah. Bagaimana mungkin sesuatu yang berhala dapat bersatu dengan yang kudus? Bagaimana mungkin menyamakan Maria, Bunda Allah, yang melahirkan penebus dengan berhala-berhala? Saya sungguh sedih kalau membayangkan ada orang yang begitu ekstrim sehingga dapat mensejajarkan Bunda Allah dengan sesuatu yang dihujat oleh Allah sendiri.

Kita harus mencoba untuk merenungkan bahwa Maria sebagai Bunda Allah tidak akan mungkin bertentangan dengan Yesus. Kalau Yesus saja menghargai Maria sebagai pelaksanaan perintah ke-empat (Hormatilah Ibu Bapamu), mengapa kita tidak menghormati Maria? Kalau kita ingin meniru Yesus, kita juga harus meniru Yesus untuk menghormati ibu-Nya yang diberikan kepada kita semua (lih. Yoh 19:27). Bukankah dalam natural order, kalau kita mengasihi suami/istri kita, maka kita juga ingin mengasihi orang tua dari suami/istri kita?

b) Untuk mengatakan bahwa Ratu Sorga yang dimengerti sebagai Bunda Maria adalah merupakan pengaruh dari budaya Babilonia adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini adalah apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja:

St. Andrew of Crete mengatakan “His ever-virgin Mother, from whose womb He, being God, took on human form, He today transports from earthly dwellings as Queen of the human race.” ((Homily 2 on the Dormition of the Blessed Mother of God, PG 97,1079b, quoted by Pius XII in Ad Caeli Reginam.)) Lebih lanjut dia mengatakan “Queen of the entire human race, faithful in reality to the meaning of her name, who is exalted above all things save only God Himself.” ((Homily 3 on the Dormition))

Paus Pius XII mengatakan “He, the son of God, reflects on His heavenly Mother the glory, the majesty and the dominion of His kingship, for, having been associated to the King of Martyrs in the ineffable work of human Redemption as Mother and co-operatrix, she remains forever associated to Him, with an almost unlimited power, in the distribution of the graces which flow from the Redemption. Jesus is King throughout all eternity by nature and by right of conquest: through Him, with Him, and subordinate to Him, Mary is Queen by grace, by divine relationship, by right of conquest, and by singular election. And her kingdom is as vast as that of her Son and God, since nothing is excluded from her dominion.” ((Homily 2 on the Dormition of the Blessed Mother of God, PG 97,1079b, quoted by Pius XII in Ad Caeli Reginam ))

Dan masih begitu banyak lagi para Bapa Gereja yang mengatakan bahwa Maria adalah Ratu Sorga.

c) Untuk menangkap konsep tentang Ratu Sorga, kita harus melihat pararel antara Yesus dan Maria dengan raja Salomo dan ratu Batsyeba. Dalam konsep kerajaan pada waktu itu, yang menjadi ratu bukanlah istri dari seorang raja, namun istri dari ayah raja tersebut atau ibu dari raja tersebut. Dan ini pararel dengan Yesus dan Maria, karena Yesus menjadi Raja Sorgawi, maka Maria sebagai Bunda Yesus, menjadi Ratu Sorga. Dan secara tepat digambarkan oleh rasul Yohanes di dalam Wahyu 12, dimana dituliskan “Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” (Why 12;1).

Mungkin dalam lain kesempatan, kita dapat berdialog tentang hal ini secara terpisah.

5) Akhirnya Adri menutup dengan “Klo ada yg tidak setuju dgn ayat yg saya tulis
Dan ada yg bisa menjelaskan ketidak benaran ayat2 yg Saya kasih, sy akn mencoretnya
Dari alkitab saya. Minta Tuhan utk membukakan pintu rohani kita semua, kemulian hanya bagi
Tuhan Yesus.

a) Yang menjadi masalah dalam hal ini bukan ayat-ayat Alkitab-nya, namun penafsiran Adri. Kalau Adri ingin mengerti apa yang sebenarnya dipercaya oleh Gereja Katolik, maka Adri tidak dapat menyimpulkan pengajaran Gereja Katolik sesuai dengan pengertian Adri sendiri dan kemudian memberikan argumentasi sendiri. Adri harus mengerti secara persis apa yang dimaksud dengan dogma tersebut, setelah itu Adri memberikan argumentasi setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak ada yang perlu dicoret dari Alkitab Adri, namun yang perlu diperbaiki adalah cara menafsirkannya.

Terima kasih juga untuk mengingatkan kita semua untuk membuka pintu rohani kita semua. Ini adalah tantangan bagi saya dan juga Adri, juga seluruh umat beriman, agar kita diberikan kekuatan untuk mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita. Semoga nama Tuhan senantiasa dipermuliakan.

Halangan hingga tidak dapat menghadiri Misa Minggu: itu cobaan? Tentang Waldensian

1

Pertanyaan:

Salam damai,
Saya ingin bertanya lagi kini berkaitan dengan umat Gereja Katolik dan GMAHK:
1.Saya melihat kehidupan rekan saya dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang begitu “ketat”. Entah ini ketat memang sedemikian, tetapi saya tidak pernah merasakannya sepanjang saya menjadi Katolik.
Misalnya ketika rekan saya ini mendapatkan kuliah di hari Sabtu (Sabat menurut dia), dia seperti menganggap ini adalah cobaan dan meminta pertolongan Tuhan agar ia tidak mungkin saja bisa diijinkan untuk tidak menghadiri kuliah.
Yang menurut saya tidak nyaman, saya bertanya dalam hati mengapa hal ini dianggap cobaan? Saya menganggap hal ini terlalu berlebihan.

Bagaimana Gereja Katolik menyikapi bila hal serupa terjadi, misalkan ada orang yang berhalangan pada akhirnya ia tidak dapat menghadiri misa Minggu. Apakah boleh umat menganggap ini adalah sebuah cobaan?

2. Saya pernah membaca bahan katekisasi GMAHK. Ada hal yang tidak berkenan bagi saya. Karena menurutnya:

“Pada waktu aniaya tidak berhasil menghabisi gereja Kristen, setan berusaha dengan metode serangan yang lain – ia menjadikan gereja populer dimata negara dan membawa upacara-upacara kekafiran kedalam gereja. Sedikit demi sedikit ajaran-ajaran yang salah tersaring masuk kedalam gereja.
Pada tahun 538 uskup Roma menjadi kepala gereja secara keseluruhan diseluruh wilayah
Kekristenan dan kuasa ini berlangsung selama 1260 tahun (sampai tahun 1798 waktu Paus ditangkap). Alkitab tidak ditaruh ditangan para anggota karena para pemimpin gereja Katolik takut para anggota akan tahu kebobrokan dalam gereja (Contoh: Surat pengampunan dosa) dan ajaran-ajaran salah (Contoh: kekekalan jiwa, penyembahan kepada Maria dan orang-orang suci lainnya).

Orang-orang Waldensia atau Vaudois, sekte agama yang hidup di Perancis dan Alpen Italia; didirikan di abad ke 12 oleh Peter Waldo, saudagar kaya dari Dari mereka yang menolak kuasa kepausan, orang- orang Waldensia adalah yang paling terdepan. Kendatipun dianiaya, mereka meloloskan diri ke gunung-gunung dan tetap menyalakan api kebenaran selama seribu tahun lamanya. Merekalah di antara orang-orang Eropa pertama yang mempunyai terjemahan Alkitab. Pasukan Katolik dari Bangsawan Savoy
memburu orang-orang Waldensia”
Bagaimana jawaban dari kita sebagai Gereja Katolik?
Salam,
Andreas

Jawaban:

Shalom Andreas,

1. Halangan sehingga tidak menghadiri Misa Minggu, apakah ini cobaan? Jawabnya secara umum: YA. Karena memang menurut perintah Tuhan sendiri, kita diwajibkan untuk mengkuduskan hari Tuhan (perintah ke-3 dalam 10 perintah Allah (Kel 20:8). Gereja Katolik memang mengajarkan hari Tuhan ini adalah hari Minggu, sehubungan dengan hari kebangkitan Kristus. Selanjutnya tentang diskusi mengenai hari Minggu sebagai hari Tuhan ini, silakan klik di sini.

Memang ada kondisi khusus di mana seorang tidak bisa ke misa karena orang tua/ diri sendiri masuk rumah sakit, atau seluruh daerah termasuk gereja kena banjir besar, atau seseorang kecelakaan di jalan menuju gereja, dst ini adalah hal-hal khusus, yang bukan termasuk sebagai cobaan yang melibatkan kehendak bebas seseorang untuk absen dalam mengikuti misa kudus. Namun ada kondisi-kondisi  lain yang melibatkan kealpa-an seseorang, misalnya karena hari Senin ujian, dan anda belum selesai belajar, atau sedang pergi berlibur, dan anda tidak tahu di mana letak gereja Katolik di sekitar tempat itu, dst. Ini adalah “cobaan” yang dibuat sendiri, atau tepatnya kondisi yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena dapat dihindari, karena sesungguhnya kondisi bisa diatur sebelumnya. Dan karena hari Minggu memang adalah hari libur, dan misa saja diadakan berkali-kali, bahkan jika tidak bisa di hari Minggu-pun, Gereja Katolik mengizinkan anda mengikutinya pada hari Sabtu malam, maka sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang Katolik untuk tidak ke gereja untuk menguduskan Hari Tuhan.

2. Pertanyaan mengenai Waldensian:

Memang diperlukan keterbukaan dalam mempelajari sejarah, agar anda memiliki gambaran yang obyektif tentang suatu peristiwa. Saya menyarankan anda membaca link ini, silakan klik, untuk memperoleh gambaran yang lebih obyektif tentang aliran Waldensian ini, yang dipelopori oleh Peter Waldo di abad pertengahan. Pengajaran awal Peter Waldo ini didasari interpretasi yang ekstrim terhadap ayat (Mat 19:21)  sehingga ia membagi- bagikan hartanya, dan terutama kepada orang-orang miskin. Pada tahun 1176 ia membuat suatu kaul kemiskinan yang kemudian diikuti oleh banyak orang. Kemudian sebuah confraternity diadakan, dan Waldo mulai mempunyai banyak pengikut, dan mereka berkhotbah di jalan-jalan. Namun sayangnya khotbah ini juga dimasuki oleh ajaran-ajaran yang menyimpang, (yaitu penolakan terhadap Api Penyucian, Indulgensi, dan mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal), sehingga dilarang oleh Uskup Lyons dan kemudian Konsili Lateran III (1179). [Jika anda ingin membaca doktrin Gereja Katolik tentang Api Penyucian, silakan klik di sini, Indulgensi, klik di sini, dan mendoakan jiwa orang yang sudah meninggal, klik di sini. Anda akan mengetahui bahwa pengajaran Gereja Katolik selalu didasari oleh Alkitab dan pengajaran Bapa Gereja. demikian juga dengan pengajaran tentang Bunda Maria, silakan anda membaca artikel-artikel dan tanya jawab yang ada di situs ini. Maka tidak benar tuduhan mereka bahwa pokok- pokok ajaran di atas tidak berdasarkan Kitab Suci.

Memang, pada masa abad awal dan pertengahan Kitab Suci belum umum dikenal dalam bahasa vernacular, umumnya masih dalam bahasa Yunani dan Latin. Maksud bahwa Gereja Katolik berhati-hati dalam menerjemahkannya juga sebenarnya didasari atas maksud yang baik, agar tidak terjadi salah interpretasi. Sebenarnya inipun sudah terbukti di dalam aliran Waldensian sendiri. Pengertian kaul kemiskinan sebenarnya tidak asing dalam tradisi Gereja Katolik, contohnya St. Fransiskus Asisi (1181-1226) yang hidup di abad pertengahan juga mempraktekkannya. Namun bedanya, St. Francis memiliki ketaatan dan kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari Magisterium Gereja Katolik, sedangkan Peter Waldo tidak demikian.

Agak sulit memang untuk memahami kondisi pada saat itu, karena kita sekarang hidup di jaman yang sangat jauh berbeda keadaannya. Suatu fakta adalah di abad pertengahan hubungan Gereja dengan pemerintah/ negara sangat dekat, sehingga apa yang membuat kekacauan dan mengancam iman orang-orang yang pada saat itu (yang mayoritas beragama Katolik) ditanggapi oleh pemerintah, tidak jarang dengan kekerasan demi ketertiban/ keamanan umum. Ini adalah sesuatu yang tidak terjadi pada saat sekarang. Pada waktu abad pertengahan, hal inilah terjadi, walaupun motivasinya adalah demi menjaga kemurnian iman umat. Silakan membaca lebih lanjut di link yang saya sebutkan tadi, silakan klik tentang Waldensian. Memang jika dilihat dari fakta sejarah, cukup rumit kisahnya. Komunitas Waldesian memang kemudian bergabung dengan gereja Protestan di abad ke 16 di Perancis, Italia, Jerman dan Swiss, maka tak heran jika mereka menentang kepemimpinan Paus. Selanjutnya, terjadi pergolakan dengan para bangsawan Savoy, walaupun akhirnya Charles Albert memberikan kebebasan kepada komunitas Waldensian di abad ke 19. Mohon maaf saya tidak bisa menerjemahkan link di atas dengan detail, karena masih ada banyaknya pertanyaan yang lain yang harus saya jawab.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab