Home Blog Page 241

Bagaimana melepaskan diri dari dosa perzinahan?

14

Pertanyaan:

Syalom Bapak / Ibu , saya mau bertanya , Bagaimana mengindari perzinahan ? bagaimana menolak segala hawa nafsu dalam diri saya ? saya kecewa sekali pada diri saya , saya sering bertobat melakukan pengakuan dosa di hadapan Imam tetapi saya tetap tidak dapat menahan hawa nafsu saya..saya ingin terbebas dari hawa nafsu cabul , saya ingin benar2 bertobat.. saya ingin di jalan Tuhan..tolong saya..thx – Ericco

Jawaban:

Shalom Ericco,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa perzinahan. Mungkin kita perlu meluruskan definisi terlebih dahulu. Pada saat kita mengatakan perzinahan, maka konteksnya adalah dosa yang dilakukan oleh suami/istri yang tidak setia terhadap pasangannya. Dikatakan di dalam KGK 2380-2381:

KGK 2380 Perzinahan, artinya ketidaksetiaan suami isteri. Kalau dua orang, yang paling kurang seorang darinya telah kawin, mengadakan bersama hubungan seksual, walaupun hanya bersifat sementara, mereka melakukan perzinahan. Kristus malah mencela perzinahan di dalam roh Bdk. Mat 5:27-28.. Perintah keenam dan Perjanjian Baru secara absolut melarang perzinahan Bdk. Mat 5:32; 19:6; Mrk 10:11; 1 Kor 6:9-10.. Para nabi mengritiknya sebagai pelanggaran yang berat. Mereka memandang perzinahan sebagai gambaran penyembahan berhala yang berdosa Bdk.Hos 2:7;Yer 5:7; 13:27.

KGK 2381 Perzinahan adalah satu ketidakadilan. Siapa yang berzinah, ia tidak setia kepada kewajiban-kewajibannya. Ia menodai ikatan perkawinan yang adalah tanda perjanjian; ia juga menodai hak dari pihak yang menikah dengannya dan merusakkan lembaga perkawinan, dengan tidak memenuhi perjanjian, yang adalah dasarnya. Ia membahayakan martabat pembiakan manusiawi, serta kesejahteraan anak-anak, yang membutuhkan ikatan yang langgeng dari orang-tuanya.

Untuk itu silakan melihat tanya jawab tentang perzinahan – klik di sini, yang mengemukakan bahwa perzinahan merupakan dosa ketidaksetiaan, melanggar hubungan suci antara suami istri, ketidakadilan, menjadi penyebab dosa yang lain, menjadi batu sandungan, merusak diri sendiri, sampai pada kehilangan keselamatan kekal. Setelah membaca artikel tentang perzinahan tersebut, maka pertanyaannya adalah bagaimana untuk menghindari dosa ini. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Perzinahan adalah dosa berat.

Kita harus menyadari bahwa perzinahan adalah merupakan dosa berat, karena tingkat dosa yang dilakukan adalah berat, tahu bahwa itu berdosa namun dilakukan juga. Oleh karena itu, perzinahan dapat membawa kita kepada keterpisahan dari Tuhan, yang kalau tidak diperbaiki dapat menyebabkan keterpisahan dengan Allah untuk selamanya (neraka). Jadi, langkah pertama adalah menyadari bahwa dosa ini membawa maut dan dapat membawa kita ke neraka. Ketakutan karena hukuman (servile fear) dapat menjadi langkah awal untuk membawa manusia pada pertobatan. Namun, kemudian servile fear ini harus ditingkatkan pada filial fear, yaitu takut bukan karena hukuman, namun takut karena kasih kepada Allah.

2. Kebiasaan buruk (vice) dilawan dengan kebajikan (virtue).

Kalau percabulan dan perzinahan telah menjadi kebiasaan, maka yang terjadi adalah kita menjadi hamba dari dosa-dosa ini atau dengan kata lain, jiwa kita mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa yang sama. Dan kalau hal ini tidak diputuskan, maka kita akan menjadi hamba dosa, yang tidak mempunyai kuasa untuk tidak melakukan dosa tersebut. Karena hal ini telah menjadi kebiasaan yang buruk (vice), maka harus dilawan dengan kebajikan (virtue) kemurnian. Kebajikan adalah good habit of the soul atau kebiasaan yang baik dari jiwa. Sama seperti dosa perzinahan yang dilakukan secara teratur, sehingga menjadi vice, maka kita diperlukan virtue kemurnian untuk dapat mengatasi dosa ini. Dan kebajikan ini hanya mungkin kalau dilakukan secara teratur dan terus menerus. Dengan demikian, diperlukan usaha dari diri kita dan terutama rahmat Allah, sehingga kita dapat membentuk kebajikan kemurnian ini.

3. Kita membutuhkan rahmat Allah.

Untuk mematahkan vice, maka rahmat Allah memegang peranan utama. Kalau dosa adalah keterpisahan dengan Allah, maka hanya rahmat Allah sajalah yang dapat mengembalikan kita kepada hubungan yang baik dengan Allah. Jangan berkecil hati kalau kita sering gagal untuk terlepas dari dosa ini. Menyadari bahwa ini adalah suatu dosa dan membenci dosa tersebut adalah merupakan bentuk dari rahmat Allah. Namun, membenci diri sendiri karena gagal untuk memperbaiki diri adalah pekerjaan iblis. Kita dapat menyadari kelemahan kita yang sering gagal untuk menghindari dosa, namun di satu sisi, kita harus percaya bahwa rahmat dan kasih Allah lebih besar dari semua dosa-dosa kita, termasuk dosa perzinahan.

Rahmat Allah mengalir secara khusus dalam sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi (bagian 1, 2, 3, 4) dan Sakramen Tobat (bagian 1, 2, 3, 4). Oleh karena itu, terimalah Sakramen Ekaristi secara teratur, kalau memungkinkan, ikutilah misa harian. Dan terimalah Sakramen Tobat secara teratur – 2 minggu atau 1 bulan sekali. Jangan berputus asa, kalau setelah mengakukan dosa anda dapat berbuat dosa lagi. Pada waktu anda berbuat dosa yang sama, akukanlah dosa tersebut sesegera mungkin dan kalau bisa kepada pastor yang sama, sehingga pastor tersebut dapat membantu anda dengan baik. Bayangkan kalau anda sakit gigi, maka anda akan ke dokter yang sama karena dokter tersebut mengetahui riwayat penyakit anda, sehingga dapat melakukan penanganan dengan lebih baik.

Rahmat Allah juga mengalir dari doa-doa pribadi kita dan dengan membaca Firman Allah. Oleh karena itu, berdoalah secara teratur dan membaca Firman Allah dengan teratur dan sungguh-sungguh. Dengan demikian, maka hati kita menjadi lebih peka dengan dorongan Roh Kudus, yang menginginkan dan membantu kita untuk bertumbuh dalam kekudusan.

4. Belajar dari para santa-santo.

Kita juga dapat belajar dari santa-santo yang menunjukkan tekad mereka untuk hidup kudus. Mereka lebih memilih mati daripada berbuat dosa. Kita tidak dihadapkan pada pilihan untuk mati atau mengikuti Kristus. Jadi, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak tumbuh dalam kekudusan.

5. Mempunyai hubungan yang baik dengan Bunda Maria

Kalau kita mau belajar dari orang-orang kudus, maka terutama kita harus belajar dari Bunda Maria. Bunda Maria adalah bunda kita, bunda spiritual kita, yang mempunyai hati yang murni, yang senantiasa membawa umat Allah datang kepada Putera-Nya. Orang-orang kudus senantiasa mempunyai hubungan yang dekat dengan Bunda Maria. Oleh karena itu, berdoalah rosario, sebagai senjata untuk melawan ketidakmurnian.

6. Hindari kesempatan berbuat dosa.

Setelah kita menyadari kelemahan diri kita, maka kita harus menghindari kesempatan untuk berbuat dosa. Kesempatan ini dapat berupa teman kita, tempat maupun waktu. Sebagai contoh, kalau ajakan untuk berbuat zinah ini datang dari teman-teman anda, maka jauhilah teman-teman tersebut. Kalau perzinahan ini muncul dari internet, maka letakkan komputer di tempat yang dilalui oleh banyak orang. Dosa adalah seperti anjing galak yang diikat. Kalau kita tidak mendekat kepada anjing tersebut, maka kita tidak akan terkena gigitannya. Oleh karena itu, menjauhlah dari semua kesempatan berbuat dosa.

7. Binalah hubungan yang baik dengan pasangan.

Dosa perzinahan dapat menjadi manifestasi dari hal-hal lain, seperti kurang harmonisnya rumah tangga, kurangnya kasih dengan pasangan hidup, dll. Oleh karena itu, perlu dicari pemecahan, agar pasangan dapat mempunyai waktu untuk berkomunikasi dengan baik, dan juga untuk berdoa bersama. Kalau perlu pergilah bersama-sama dengan pasangan untuk mengikuti perayaan Ekaristi maupun mengaku dosa.

8. Bergabung dalam komunitas kristiani.

Bergabung dalam komunitas kristiani dapat juga membantu, karena di dalam komunitas ini, kita dapat bertumbuh bersama-sama. Dan dukungan dari komunitas dapat membuat kita untuk berjuang terus dalam kekudusan. Hubungi paroki anda dan cobalah mencari kegiatan yang cocok dan baik bagi anda dan pasangan.

9. Mempunyai pembimbing rohani.

Anda juga dapat mencari pembimbing rohani, yang juga dapat digabung dengan bapa pengakuan. Pembimbing rohani anda dapat membantu pertumbuhan spiritual anda, karena dia tahu kelemahan dan kekuatan anda.

Semoga langkah-langkah praktis di atas dapat membantu. Jangan putus asa dan teruslah berjuang dalam kekudusan.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Seperti seorang anak kecil

7

Manusia, yang selalu memiliki sifat ingin tahu, mempunyai harapan dan kerinduan untuk mengenal Tuhan, mengalami Tuhan, mendengar Dia berbicara, bahkan kalau bisa melihatNya dengan mata kepala kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari.  Maka topik diskusi mengenai Tuhan selalu terasa menarik. Walaupun diskusi tentang Tuhan kadang berujung pertanyaan yang tetap menggantung. Tak jarang bahkan saling bersitegang karena peserta diskusi seringkali tidak mempunyai dasar tentang pengalaman akan Tuhan,dan saling berbantah seputar asumsi-asumsi yang mereka buat sendiri. Apalagi jika peserta diskusi saling merasa lebih pintar dari pihak lain.

Di  jaman yang semakin modern ini di mana semakin banyak orang melupakan Tuhan, masih banyak sekali orang, beragama maupun tidak, disadari atau tidak, merindukan pengalaman menemukan Tuhan dan melihatNya menyatakan Diri-Nya. Kita menebak-nebak bagaimana seandainya Tuhan ada di saat tertentu dan peristiwa tertentu dalam hidup ini,  terutama saat terjadi kesukaran hidup. Kita bertanya di mana Tuhan di saat terjadi suatu peristiwa yang menyedihkan atau jahat, dan berbagai pikiran kerinduan untuk melihat, mendengar, dan mengalamiNya.  Dalam benak kita, tentunya kita memikirkan bagaimana seharusnya (menurut harapan kita sebagai manusia) Tuhan itu menyatakan Diri-Nya.  Tetapi apakah Tuhan memang memilih atau mempunyai cara dan sarana yang sama dengan yang kita pikirkan atau harapkan untuk menyatakan Diri-Nya kepada kita ? Saya merasa hal ini sangat penting untuk dicermati, karena sesungguhnya Tuhan sangat rindu untuk menyatakan Diri-Nya kepada kita dan selalu berusaha untuk mengungkapkan kasih-Nya kepada kita di dalam hidup ini. Dia sangat setia dan rindu selalu bersama kita. Allah Bapa berkata kepada nabi Yeremia, “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau, dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui “ (Yeremia 33:3).

Bagaimana kita mampu menerima pernyataan kasih-Nya dan segala hal mengenai kebijakan-Nya, baik dalam suka maupun duka hidup ini ? Dalam Matius 11 : 25-26, Tuhan Yesus mengatakan kepada Bapa-Nya, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu”.  Tentu Tuhan Yesus tidak bermaksud mencegah kita menjadi pandai dan bijak supaya dapat memahami Tuhan. Tetapi menjadi ‘kecil’ membuat kita mampu dan siap untuk memahami kebenaranNya dan kebesaranNya.

Apakah arti menjadi kecil ? Mempunyai kerendahan hati, kemurnian motivasi, dan keterbukaan hati seperti seorang anak kecil. Inilah tantangannya. Walaupun oleh karena pengetahuan dan pengalaman hidup kita merasa pandai dan bijak, kita memerlukan sikap seperti seorang anak kecil dalam menghayati iman dan kasih kita kepada Tuhan.  Kepada para murid, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”. Kita memerlukan kualitas seorang anak kecil supaya kita bisa berjumpa dengan Tuhan, mengerti kehendak-Nya, dan mengalami Dia sepenuhnya.

Walaupun kita bukan anak kecil lagi, kita selalu bisa memilih untuk mempunyai kualitas seorang anak kecil, apalagi semua dari kita pernah menjadi anak kecil. Belajar untuk menjadi ‘kecil’ tidak sukar karena sedari awal kehidupan, kita telah memiliki sifat itu. Seorang anak kecil menaruh kepercayaan penuh. Bukan berarti ia tidak mempertanyakan segala sesuatu, tapi ia merasa aman dan nyaman bersama orang yang ia percaya. Walaupun tidak semua hal yang ingin ia ketahui ia dapatkan jawabannya, dan tidak semua hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan, ia merasa tenang, karena ia percaya sepenuhnya kepada orang yang dikasihi dan dikenalnya. Ada ‘trust’, dan tidak hanya sekedar ‘believe’ di sana.

Setelah kita semakin dewasa, kita berusaha segala sesuatu harus ada di dalam kontrol kita. Kadang kita lupa sebagai anak-anak dulu, kita menyerahkan segalanya kepada orang tua kita, pihak kepada siapa kita meletakkan rasa percaya , trust kita. Sebagai seorang anak kita tahu dan sadar secara insting bahwa kita tidak selalu bisa mengontrol segala sesuatu sesuai kemauan kita.  Ada sikap berserah di sana.

Seorang anak kecil bersikap polos, selalu menaruh pikiran positif kepada orang lain, tidak berprasangka buruk, karena dalam alam kesadarannya ia tahu ia bahwa ia tidak mempunyai seluruh pengetahuan yang memadai untuk bisa menghakimi  seseorang atau sesuatu begitu saja.

Anak-anak mudah sekali terkagum-kagum. Saya pernah melihat seorang tukang sulap yang sedang beraksi di depan sejumlah anak-anak. Saya terkesan melihat rasa tercengang yang murni di wajah anak-anak itu. Menghargai segala sesuatu dengan rasa kagum yang tulus membantu anak-anak selalu merasa gembira dan bersyukur atas apapun yang diberikan kehidupan kepadanya. Maka anak-anak menjadi sangat mudah dibuat bahagia dan merasa bahagia. Tawa riang anak-anak bukan datang dari segala sesuatu yang serba sophisticated tetapi karena kehadiran dan kasih sayang orang-orang yang ia percayai dan cintai.

Seorang anak kecil bersikap ada adanya, tidak “jaga image” (jaim). Anak-anak tidak munafik. Mereka tidak menampilkan sesuatu yang sesungguhnya bukan jati dirinya. Apalagi sampai berusaha dengan segala cara untuk sekedar tampil baik. Anak-anak bebas menjadi dirinya sendiri. Tidak perlu menjadi terkenal atau harus dikenal karena kelebihan-kelebihannya, karena mereka bahagia dengan dirinya sendiri.

Ciri khas anak-anak adalah ketidakberdayaan, karena kemudaan dalam segala sesuatu. Akibatnya, hidup mereka menjadi lebih sederhana, sebab mereka cenderung menerima, menikmati, dan mensyukuri, apa yang ada. Dalam hal kepemilikan, anak-anak umumnya juga tidak serakah. Kalau bisa cukup dengan satu, mereka tidak perlu lima, selama mereka masih bisa menikmatinya, dan mereka cenderung selalu bisa menikmati, karena kesederhanaan hati mereka.

Seperti juga anak-anak kita dan kita sendiri di waktu kecil, anak-anak memang tidak selalu menurut kata orangtua. Namun hal itu bukan dilakukannya karena ingin melawan atau menyakiti orangtuanya, namun karena ia masih belajar menyesuaikan diri dengan berbagai bidang kehidupan yang masih baru baginya sambil merasakan dorongan-dorongan alamiah dalam dirinya. Tidak menurut karena sedang bertumbuh tidak sama dengan memberontak karena kesombongan dan keras kepala.

Anak-anak adalah tempat kita belajar kerendahan hati. Secara alamiah, di antara kehidupan bersama orang dewasa,  anak-anak memang tidak punya apa-apa untuk membuat mereka merasa superior. Kerendahan hati membuat anak-anak tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Mereka mudah memaafkan, tidak cepat iri hati, dan mau mengerti, walau kadang harus ngambek duluan. Maka mudah dipahami bila sifat rendah hati itu juga membuat anak-anak tidak bersikap sok pintar dan merasa tahu segalanya. Dalam kepolosannya, anak-anak mau mendengarkan orang lain, menghargai pendapat dan pengalaman orang lain, dan tidak berusaha mendominasi atau mengintimidasi orang lain dengan pikiran-pikirannya.

Tentu saja anak-anak juga bisa merasa iri hati, tetapi karena sekali lagi, mereka manusia bebas yang gembira dengan dirinya dan tidak stres oleh hal-hal di luar kemampuannya untuk mengontrol keadaan, mereka lebih mudah menerima dan mengakui kelebihan orang lain.

Di saat hidup berjalan tidak sesuai dengan harapan, anak-anak akan menangis, tetapi tidak berkepanjangan, karena ia akan segera menemukan hal-hal baru yang menarik perhatiannya dan membuatnya asyik lagi di dalam situasi baru yang dihadapi, sehingga pada dasarnya anak-anak sangat mudah menikmati hidup. Fleksibilitas mereka sangat tinggi.

Anak-anak adalah guru kehidupan yang penuh belas kasihan. Mereka mudah merasakan empati yang dalam kepada binatang yang terluka, sekecil dan segeli apapun binatang itu. Bahkan seringkali merasa simpati kepada boneka atau mainannya sendiri yang telah patah.

Dan akhirnya, anak-anak sangat mudah memaafkan dan melupakan. Walau ia juga menangis kalau disakiti, tetapi keterbukaan hatinya membuatnya segera bisa berbaik kembali dan melupakan kesalahan orang lain. Banyak kesedihan datang dalam hidup karena sikap tidak mau memaafkan. Damai Tuhan sulit untuk hadir di dalam kekerasan hati yang menolak untuk mengampuni.

Jadi, bila kita merasakan bahwa Tuhan jauh dan penuh misteri, mungkin ini saatnya membiarkan Dia mengubah kita menjadi seperti seorang anak kecil lagi, sehingga kehadiran-Nya yang begitu nyata dalam kehidupan ini bagi kita masing-masing, terbuka jelas di hadapan kita. Bagaimana kita tahu bahwa kita telah berjumpa dengan Dia? Kedamaian. Pengalaman bersama Tuhan adalah pengalaman tentang kedamaian. Bila hati kita masih gelisah oleh berbagai hal, dan masih merasa terus ingin mengeluh dan berontak kepada sang hidup, mungkin kita memang belum sepenuhnya mengalami Dia. Dalam Lukas 10: 38-42, ketika Yesus berkunjung ke rumah Maria dan Martha, Maria duduk di kaki-Nya sambil terkagum-kagum mendengarkan Dia. Martha yang gelisah menegur Yesus yang tidak menegur Maria untuk membantunya. Yesus juga mengasihi dan menghargai Martha, tetapi Dia mengatakan bahwa Maria telah memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari padanya. Semoga kita terus memutuskan untuk memilih bagian yang terbaik untuk selalu dapat duduk di kaki-Nya dan menemukan kedamaian dan mengalami kebesaran-Nya. (uti)

Tentang kitab 3 dan 4 Makabe

0

Pertanyaan:

Shalom, katolisitas.org

Saya ingin bertanya mengenai satu hal. Tentang a.

Saya sudah pernah membaca jawaban yang pernah ditulis oleh Pak Stef (kalau tidak salah), namun yang masih saya pertanyakan adalah, mengapa kitab tersebut tidak termasuk/ tidak diterima oleh Bapa Gereja?

Benarkah kitab 3 & 4 Makabe ditulis oleh Yudas Makabe?

Apakah ada yang salah/ tidak tepat/ bahkan sesat dengan tulisan pada kitab tersebut?

Bila ada, apakah berarti Yudas Makabe, yang juga penulis kitab 1 & 2 Makabe, bisa diragukan?

Terima Kasih atas semua jawaban yang saudara/i berikan pada saya.
Tuhan memberkati.

Jawaban:

Shalom John,

1. Tentang Kitab- kitab Makabe

Sebenarnya, kitab- kitab Makabe tidak ditulis oleh Yudas Makabe sendiri walaupun kisah yang dituliskan antara lain mengisahkan perjuangan bangsa Israel yang dipimpin oleh Yudas Makabe, untuk mempertahankan hukum Taurat yang mereka terima dari nenek moyang mereka. Tidak ada data pasti yang menyebutkan siapa pengarang buku tersebut, baik jika kita membaca kitabnya langsung, ataupun membaca tulisan- tulisan para ahli Kitab Suci di abad- abad berikutnya. Ada banyak yang memperkirakan bahwa kitab 1 Makabe disusun seorang Yahudi Palestina, pada sekitar antara jaman pemerintahan John Hyrcanus (135-105 BC) sampai pendudukan kota Yerusalem oleh Pompey (63 BC).

Sedangkan kitab 2 Makabe bukan merupakan kelanjutan kitab 1 Makabe, tetapi mengisahkan sebagian dari kisah perjuangan dinasti Makabe melawan dinasti Seleukus (312-64) yang menindas bangsa Yahudi dan iman kepercayaan mereka, dan upaya para penjajah tersebut untuk menanamkan nilai- nilai Hellenisme (Yunani/ pagan) di dalam kehidupan bangsa Yahudi. Kitab 1 dan 2 Makabe sama- sama mengisahkan perbuatan Raja Antiokus Epifanes yang merusak dan menjarah bait Allah. Kitab 2 Makabe mengisahkan sejarah pemberontakan Makabe sampai kepada kematian Nikanor (161 BC), seorang panglima raja Demetrius II, (ini sesuai dengan 1 Mak 1:11-6-16, 6:17-7:50). Maka kitab 2 Makabe mengisahkan kejadian dari tahun 176 sampai 161 BC (rentang 15 tahun).

2. Kitab 3 dan 4 Makabe

Kitab 3 Makabe sesungguhnya tidak berhubungan dengan Kitab 1 dan 2 Makabe, karena yang disampaikan di sana adalah kisah penindasan bangsa Yahudi di Mesir, di bawah pemerintahan Ptolemy IV Philopator (222-205 BC), dengan demikian tidak berhubungan dengan perjuangan dinasti Makabe. Walaupun ada elemen- elemen yang historis yang disampaikan dalam kitab 3 Makabe, namun kisah yang disampaikan dalam kitab tersebut merupakan fiksi (tidak sungguh terjadi). Sedangkan, kitab 4 Makabe adalah tulisan filosofis gabungan antara faham Yahudi dan Stoik (Stoicism adalah aliran filosofi Yunani) tentang keutamaan akal budi yang saleh, yaitu prinsip- prinsip religius, yang berada di atas perasaan- perasaan. Kitab tersebut dihubungkan dengan kitab 1 dan 2 Makabe, karena disebutkannya kisah kemartiran Eleazar dan ketujuh bersaudara, seperti yang dikisahkan dalam 2 Mak 6:18 dan 2 Mak 7.

3. Jawaban atas pertanyaan anda:

a. Kitab 3 dan 4 Makabe tidak termasuk dalam Kitab Suci yang sekarang kita gunakan, karena kitab- kitab tersebut tidak termasuk dalam daftar/ kanon kitab- kitab yang dinyatakan sebagai “diinspirasikan oleh Roh Kudus” oleh Magisterium Gereja Katolik. Daftar kanon kitab- kitab yang ditetapkan sebagai “Kitab Suci” pertama- tama oleh Paus Damasus I (382) yang kemudian ditegaskan kembali dalam Konsili Hippo (393) dan Carthage (397), hanya memasukkan 1 dan 2 Makabe dalam kanon Kitab Suci.

Maka, walaupun berisi pengajaran yang baik, namun kitab 3 dan 4 Makabe tidak dimasukkan dalam kanon Kitab Suci, kemungkinan besar adalah karena yang dikisahkan dalam kitab 3 Makabe adalah fiksi (tidak sungguh terjadi). Lalu kitab 4 Makabe tidak termasuk dalam Kitab Suci, karena mengisahkan ajaran filosofi Yunani (dari manusia) dan bukan atas inspirasi Roh Kudus (dari Allah).

b. Seperti disebutkan di atas, kitab 3 dan 4 Makabe, seperti halnya 1 dan 2 Makabe tidak ditulis oleh Yudas Makabe sendiri.

c. Kitab 3 dan 4 Makabe tidak termasuk dalam kanon Kitab Suci, karena keduanya tidak merupakan kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Kitab- kitab yang tidak termasuk dalam Kitab Suci tetap dapat saja mengajarkan hal- hal yang baik, namun tidak untuk disejajarkan dengan kitab- kitab lainnya, yang dituliskan atas dasar inspirasi dari Allah sendiri.

d. Karena kisah yang disampaikan Kitab 3 dan 4 Makabe tidak berhubungan dengan Kitab 1 dan 2 Makabe, dan kitab- kitab tersebut tidak dituliskan oleh Yudas Makabe, maka tidak berarti bahwa karena kitab 3 dan 4 Makabe tidak termasuk kanon Kitab Suci, maka otomatis otentisitas 1 dan 2 Makabe dapat diragukan. Kitab 1 dan 2 Makabe mengisahkan kejadian nyata yang dialami bangsa Yahudi, seperti yang juga dicatat dalam sejarah; dan juga mengandung ajaran/ doktrin Kristiani yang penting, seperti:

a. Pengajaran bahwa segala ciptaan diciptakan Allah dari tidak ada menjadi ada (creation ex nihilo) lih. 2 Mak 7:28

b. Ajaran bahwa jiwa itu diciptakan kekal adanya, lih. 2 Mak 6:30.

c. Kebangkitan orang mati dan kebangkitan badan, lih. 2 Mak 7:9, 29

d. Api penyucian, dan mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal, lih. 2 Mak 12:46

e. Doktrin tentang malaikat 2 Mak 10:29-30; 11:8

f. Perjuangan menjadi martir, nilai penderitaan/ pengorbanan, penghakiman setelah kematian, dst, seperti yang ditunjukkan oleh Eleazar (lih. 2 Mak 6:18-31), dan ibu dan ketujuh anak yang semuanya dibunuh sebagai martir demi mempertahankan pengajaran yang mereka terima dari para nabi (lih. 2 Mak 7).

Para Bapa Gereja, terutama St. Cyril dari Yerusalem (315-386)  juga mengutip kitab Makabe sebagai salah satu sumber pengajarannya. Silakan membaca di link ini, silakan klik,  tentang tulisan- tulisan para Bapa Gereja yang mengutip ayat- ayat dari kitab- kitab Deuterokanonika, termasuk di dalamnya kitab Makabe.

Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Copernicus pernah dikutuk Gereja Katolik?

4

Pertanyaan:

Dear Tim Katolisitas dan rekan-rekan lain. artikel berikut mungkin menarik. saya sertakan linknya. :

http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=6247

Copernicus dimakamkan ulang sebagai pahlawan
31 Mei 2010 14:16

(25/5/2010)Jenazah Nicolaus Copernicus, astronom abad ke-16, yang penemuannya dikutuk oleh Gereja Katolik Roma sebagai bidah, dimakamkan ulang oleh imam Polandia. Dalam pemakaman kali keduanya akhir pekan lalu tersebut, Copernicus dinobatkan sebagai pahlawan.

Penyebutannya sebagai pahlawan berbeda dengan kondisi sebelumnya saat ia dimakamkan tanpa batu nisan yang menunjukkan namanya di lantai bawah tanah sebuah katedral di pantai Baltik, Polandia. Diyakini pula hal tersebut juga sebagai tanda telah berdamainya pihak gereja Polandia dengan ilmuwan yang terkenal dengan teori revolusioner pertama kali karena menegaskan Bumi berputar mengelilingi matahari.

Copernicus hidup dari 1473 hingga 1543. Ia wafat sebagai astronom yang tidak populer dan bekerja di pedalaman sebelah utara Polandia. Ia menghabiskan waktu bertahun-tahun di saat senggangnya untuk mengembangkan teorinya yang belakangan dikutuk Gereja Katolik Roma karena dianggap menggeser status Bumi dan kehidupan manusianya sebagai pusat tata surya.

Teorinya tersebut ditemukan melalui model yang didasarkan pada perhitungan matematika yang rumit. Ia pun belum bisa melakukan pengamatan langsung ke langit karena belum ditemukan teleskop di zamannya.

Akhir pekan lalu, Copernicus akhirnya dimakamkan ulang dan diberkati menggunakan air suci oleh beberapa petinggi rohaniawan Polandia. Seorang penjaga kehormatan membawa peti matinya untuk dimakamkan di sebuah katedral yang sama dengan tempat letak makam Copernicus sebelumnya ditemukan pada 2005.

Namun kini di atas makam Copernicus tampak sebuah batu nisan yang terbuat dari granit hitam. Nisan itu mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang kanon gereja, ulama satu tingkat di bawah tingkatan imam. Bahkan, ia juga sebagai pendiri teori heliosentris. (media indonesia.com)

Viewed: 168 ; Printed: 25

Kris

Jawaban:

Shalom Kris,

1. Teori Heliosentris- Copernicus

Ya artikel di atas menarik, tetapi sesungguhnya ada yang nampaknya tidak tepat. Sebab menurut pengamatan saya, berdasarkan data sejarah, sesungguhnya Copernicus itu tidak pernah dikutuk oleh Gereja Katolik, ataupun disebut sebagai bidat, walaupun memang teori yang diajarkannya – yaitu heliosentris- tidak sesuai dengan ajaran yang umumnya diterima pada saat itu. Gereja Katolik memiliki sikap terbuka terhadap ilmu pengetahuan, hanya saja, memang Gereja Katolik selalu menghendaki bukti- bukti yang otentik sebelum dapat menyatakan suatu teori sebagai kebenaran. Penghadiran bukti- bukti inilah yang nampaknya tidak memadai pada saat Copernicus meluncurkan teori heliosentrisnya (matahari sebagai pusat tata surya), yang kemudian diteruskan/ dipopulerkan oleh Galileo Galilei.

Sedangkan pada awal teori heliosentris ini dicetuskan oleh Copernicus, sesungguhnya Gereja Katolik membuka diri untuk mempelajari lebih lanjut. Hal ini terlihat pada fakta bahwa pada tahun 1533 Johann Widmanstetter, yang adalah sekretaris Paus Clement VII menjelaskan teori heliosentris tersebut kepada Paus dan dua orang kardinal, dan Paus memberikan penghargaan kepada Widmanstetter (lihat Repcheck, Jack, Copernicus’ Secret. (New York, NY: Simon & Schuster, 2007). pp. 79, 78, 184, 186). Cardinal Nikolaus von Schonberg, Uskup Agung Capua, malah pernah meminta kepada Copernicus untuk mengirimkan laporan hasil penemuannya kepada beliau. Cardinal Schonberg menulis demikian kepada Copernicus pada tahun 1536:

“Some years ago word reached me concerning your proficiency, of which everybody constantly spoke. At that time I began to have a very high regard for you… For I had learned that you had not merely mastered the discoveries of the ancient astronomers uncommonly well but had also formulated a new cosmology. In it you maintain that the earth moves; that the sun occupies the lowest, and thus the central, place in the universe… Therefore with the utmost earnestness I entreat you, most learned sir, unless I inconvenience you, to communicate this discovery of yours to scholars, and at the earliest possible moment to send me your writings on the sphere of the universe together with the tables and whatever else you have that is relevant to this subject … “(Schonberg, Nicholas, Letter to Copernicus, diterjemahkan oleh Edward Rosen).

Sebenarnya, salah satu orang pertama yang mengecam teori heliocentris dari Copernicus adalah Melanchton, murid Martin Luther, yang mengatakan bahwa teori heliosentris sebagai sesuatu yang ‘absurd‘. Ia berkata demikian:

Some people believe that it is excellent and correct to work out a thing as absurd as did that Sarmatian [i.e., Polish] astronomer who moves the earth and stops the sun. Indeed, wise rulers should have curbed such light-mindedness.” (Czesław Miłosz, The History of Polish Literature, University of California Press, 1983, p. 38)

Namun demikian, pada tahun 1539, Melanchton akhirnya juga mempelajari teori heliosentris bersama seorang ahli matematika dari Jerman yang bernama Georg Rheticus. Atas pengaruh Rheticus, Copernicus akhirnya memberikan buku karyanya, De revolutionibus, kepada Tiedemann Giese, seorang temannya yang adalah uskup Chelmo (Kulm), dan untuk diberikan kepada Rheticus agar dicetak di Jerman. Tahun 1551, delapan tahun setelah kematian Copernicus, De revolutionibus dipulikasikan. Demikian maka teori heliosentris menjadi mulai dikenal orang.

2. Kematian Copernicus

Copernicus dimakamkan di Katedral Frombork, sebuah kota di Polandia Utara; namun selama dua abad para ahli arkeologis tidak berhasil menemukan sisa- sisa jenazahnya. Baru pada tanggal 3 November 2008 (setelah penelitian beberapa tahun), Jerzy Gassowski, kepala arkeologi dan antropologi institute Pultusk mengklaim telah menemukan sisa jasad Copernicus di ruang bawah tanah lantai gereja Katedral tersebut. DNA dari tulang- tulang yang ditemukan, sesuai dengan DNA pada rambut Copernicus yang ditemukan di salah satu buku milik Copernicus yang tersimpan di perpustakaan universitas Uppsala di Swiss.

Nisan asli Copernicus dari abad ke- 16 memang sudah tidak ada/ hancur karena perang, tetapi sebenarnya sudah ada batu nisan hitam bagi Copernicus di katedral Frambork tersebut yang dibuat tahun 1735. Silakan klik di Wikipedia, klik di sini, untuk melihat gambarnya. Lalu berkenaan dengan penemuan arkeologis tahun 2008 tersebut, maka pada tanggal 22 Mei 2010, Jozef Kowalczyk, papal nuncio di Polandia mempersembahkan Misa misa arwah kepadanya untuk menghormatinya sebagai pendiri teori heliosentris dan seorang canon (pejabat Gereja). Sisa- sisa jenazah Copernicus tersebut kemudian dimakamkan kembali di tempat yang sama di Katedral Frombork, yaitu di tempat di mana tulang- tulangnya ditemukan.

Jadi Gereja Katolik sesungguhnya tidak pernah mengutuk Copernicus sebagai bidat. Sebab jika ia bidat, tentu ia tidak dapat dimakamkan di bawah lantai gereja Katedral Frombork. Bahwa terjadi pemakaman ulang, saya pikir terlebih karena telah diadakan pencarian sisa jenazah, dan sebagai tanda penghormatan terhadap tubuh manusia (karena ajaran tentang kebangkitan badan) maka diadakan upacara pemakaman kembali. Ini serupa dengan upacara pemakaman kembali pada pemindahan makam jenazah, siapapun orang yang dimakamkan. Bahwa Copernicus kemudian terbukti berjasa menjadi pelopor penemu teori heliosentris, tentu menjadi kekhususan tersendiri, dan tentu wajar jika pada upacara pemakaman yang kedua kali ini, ia menerima penghargaan khusus, yang tidak diterimanya pada saat wafatnya, karena pada saat itu, teorinya tersebut belum terbukti.

3. Setelah kematian Copernicus

Bahwa sejarah juga mencatat bahwa sesudah kematian Copernicus, ada masa penolakan teori heliosentris, itu sudah pernah dibahas dalam topik “Apakah Galileo Galilei dibunuh Gereja Katolik?”, silakan klik.

Pada dasarnya, Gereja Katolik pada waktu itu, hanya meminta Galileo untuk menyertakan bukti teori heliosentris yang dianutnya menurut standar ilmu pengetahuan pada saat itu, sebelum ia mengajarkan kepada banyak orang. Sayangnya, Galileo tidak mengindahkan permintaan Gereja, dan malah menerbitkan karyanya pada tahun 1632. Untuk alasan inilah Galileo menjalani tananan rumah sampai ia wafat tahun 1642. Cardinal Ratzinger mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang mengatakan, ”Pada jaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri“.

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan tentang Copernicus. Semoga kita dapat dengan kritis menyikapi informasi yang kita dengar, sebab adakalanya dapat disalah-artikan.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Luk 9:57-62: Mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan

1

Luk 9:57-62

Pertanyaan:

Shalom Pak Stef & Bu Inggrid,

Saya mau menanyakan bacaan dari injil Lukas 9:57-62. Saya kurang mengerti apa maksud dari perkataan Yesus yang seakan-akan tidak membolehkan orang pertama menguburkan bapaknya & orang kedua minta ijin untuk pamitan kepada orangtuanya. Dalam khotbah pada misa hari minggu kemaren, romo gereja sudah mencoba menjelaskan arti dr bacaan ini, tapi saya masih belum terlalu memahami. Mohon Pak Stef & Bu Inggrid mau membantu untuk menjelaskan maksud dari bacaan ini. Semoga Tuhan selalu memberkati seluruh kru katolisitas.

Terimakasih,
Ike

Jawaban:

Shalom Ike,

Perikop Luk 9: 57-62 mengatakan:

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: “Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Berikut ini penjelasannya, berdasarkan apa yang dijelaskan dalam The Navarre Bible:

Dalam perikop ini, Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa untuk menjadi seorang Kristen tidaklah mudah. Seseorang harus mau keluar dari situasi kenyamanan dan ia harus menyangkal dirinya, demi memberikan tempat yang utama kepada Tuhan. Ajaran Yesus ini bermaksud untuk menempatkan Allah di atas segalanya di dalam hidup ini, melebihi siapapun dan apapun. Ungkapan ini dapat dimengerti jika kita melihat kenyataan ini: seorang pasukan yang sedang bertempur di garis depan pada medan pertempuran untuk membela (melayani) negaranya, tidak dapat pulang ke kampung halamannya untuk mengubur ayahnya yang meninggal, dan ia harus menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Jika tugas membela negara dapat menuntut sedemikian kepada seorang prajurit, maka terlebih lagi, kita yang melayani Kristus dan Gereja-Nya.

Dalam perikop ini, dikisahkan seseorang yang lain lagi yang mau mengikuti Kristus dengan satu kondisi yaitu bahwa ia diperbolehkan untuk berpamitan dengan keluarganya. Tuhan Yesus yang mengetahui kedalaman hati setiap orang, mengetahui bahwa di balik ungkapan itu sebenarnya hatinya masih belum memutuskan (undecided), akankah ia mau mengikuti Kristus. Menanggapi perkataannya ini, maka Yesus mengajarkan agar kita memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah, tanpa keraguan dan tanpa alasan cadangan. Kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada misi yang Tuhan percayakan kepada kita harus memampukan kita untuk menghadapi rintangan apapun. Jose Maria Escriva yang terberkati mengatakan, bahwa dengan kita membaca perikop ini, kita diajarkan untuk tidak melihat ke belakang. Tuhan beserta kita. Kita harus setia kepada-Nya; kita mempunyai kewajiban kita masing- masing. Kita akan menemukan di dalam Kristus, kasih dan motivasi yang kita perlukan untuk memahami kesalahan orang lain, untuk mengatasi kesalahan kita sendiri. (lihat Bl. J. Escriva, Christ is passing by, 160).

Mengikuti Kristus artinya adalah menjadikan diri kita sepenuhnya siap sedia bagi-Nya, sehingga apapun pengorbanan yang diminta-Nya, dapat kita lakukan. Mengikuti panggilan Kristus artinya adalah tetap berjaga bersama-Nya, tidak jatuh atau meninggalkan Dia. Dalam khotbah di bukit Mat 5-7 Yesus menjelaskan bahwa seorang Kristen adalah seorang yang percaya kepada Kristus,- iman seperti ini diterimanya pada saat ia dibaptis- dan setelah dibaptis, ia mempunyai tugas untuk melayani Kristus. Melalui doa dan persahabatan dengan Tuhan, setiap umat Kristen harus berusaha menemukan tuntutan kewajiban apa yang harus dipenuhinya untuk secara maksimal memenuhi tugas panggilannya ini.

“Biarlah orang mati menguburkan orang mati…”, walau perkataan ini sekilas terdengar kasar, tetapi ini hanyalah gaya bahasa yang digunakan Yesus pada saat itu untuk menjelaskan bahwa “orang mati” di sini adalah mereka yang mempunyai interest/ minat hanya kepada hal- hal yang fana, dan yang tidak punya penghargaan terhadap apa yang sifatnya ilahi dan kekal. St. Yohanes Krisostomus mengatakan, bahwa ungkapan tersebut bukan untuk mengesampingkan tugas kewajiban kita terhadap orang tua, tetapi untuk menyadarkan kita bahwa tidak ada yang lebih penting daripada hal- hal surgawi, dan hati kita harus melekat pada hal- hal itu, dan tidak menanggalkannya walaupun hanya sekejap saja, walau alasannya terlihat cukup mendesak.” (St. Yohanes Krisostomus, Homily on St. Matthew, 27)

Demikian sekilas penjelasan tentang maksud Luk 9:57-62. Semoga berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Ajakan untuk meninggalkan Gereja Katolik?

32

Pertanyaan:

Salam Katolisitas,
Saya menemukan artikel dari [dari Katolisitas: nama penulis tidak ditampilkan] di bawah ini [dari Katolisitas: link kami hapus]:

Di situ dikatakan bahwa: 1. Kaum Injili mengajak umatnya untuk bekerja sama dengan Katolik untuk menyadarkan Katolik, yang intinya, agar Katolik meninggalkan Gereja Katolik dan memeluk kebenaran versi Injili. 2. Mengajak kaum Injili mengetahui bahwa dasar kesatuan organisasi yang digembar-gemborkan Katolik adalah salah, dan yang benar ialah kesatuan organik.
Pertanyaan saya, apakah benar bahwa Gereja Katolik mendasarkan diri pada kesatuan organisasi dan bukan spiritual seperti dituduhkan kaum Injili? Bagaimana pula menghadapi kaum Injili yang mau berdialog dengan tujuan jelas mempertobatkan kaum Katolik? Di situ juga disebut pengelompokan kaum Katolik menjadi 6 jenis, dan jenis Katolik biasa dan Katolik Injili/Karismatik saya kira akan menjadi sasaran mereka untuk dipertobatkan. Di artikel itu ada data sekelompok umat Katolik Jakarta yang setelah berdialog dengan kaum injili lalu berpamitan kepada pastor paroki untuk membentuk gereja baru Tiberias. Juga perkembangan Katolik Injili di Amerika dan Amerika Latin yang sangat pesat. Mohon tanggapan atas kegelisahan saya atas gerakan Kristen Injili tersebut. Terima kasih atas jawaban tim katolisitas.

Salam saya: Adriana Primawati.

Jawaban:

Shalom Adriana,
Terus terang, artikel yang anda maksud, bukanlah hal yang baru, dan saya pikir umat Katolik-pun sudah mengetahuinya, bahwa banyak dari saudara- saudari kita dari gereja Kristen non- Katolik yang menganggap bahwa Gereja Katolik itu ‘sesat’ dan ‘perlu dipertobatkan’. Namun jika kita umat Katolik memahami apa yang sesungguhnya diajarkan oleh Gereja Katolik, maka sesungguhnya, kita akan mengetahui bahwa ajaran Gereja Katolik tidak ‘sesat’. Sebaliknya, Gereja Katolik mengajarkan ajaran yang murni, karena tetap sama dari sejak jaman jemaat awal sampai sekarang. Bahwa ada orang- orang yang salah paham tentang hal ini, tidak perlu membuat kita menjadi gelisah. Jika seorang Katolik memahami imannya dengan sungguh- sungguh, maka ia tidak akan pernah ingin untuk berpindah ke gereja lain; dan karenanya tidak dapat diajak untuk meninggalkan Gereja Katolik. Oleh karena itu, memang tantangan dari kita umat Katolik adalah untuk semakin memahami iman kita, agar kita dapat memberikan pertanggungan jawab atas iman dan pengharapan kita kepada mereka yang mempertanyakannya.

Tanggapan bahwa Gereja Katolik merupakan kesatuan yang melulu organisasi adalah tanggapan yang sangat keliru. Gereja Katolik merupakan kesatuan yang sifatnya organis, walaupun juga terlihat secara organisasi/ hirarkis, mempunyai elemen ilahi (tak kelihatan) namun juga elemen manusiawi (yang kelihatan). Seandainya Gereja Katolik itu melulu bersifat organisasi manusia, maka sudah lama bubar. Kenyataannya bahwa sampai sekarang Gereja Katolik masih eksis selama lebih dari 2000 tahun, itu karena karya Roh Kudus. Perkembangan organik Gereja dilihat dari perkembangan ajaran Gereja, yang mempunyai dasar dari pengajaran Kristus dan para rasul yang diteruskan oleh para Bapa Gereja. Pengajaran Gereja Katolik selalu mempunyai akar dari pengajaran Kristus dan para rasul, bagaikan pertumbuhan organik dari suatu tanaman dari biji, kemudian menjadi pohon yang kecil, lalu menjadi pohon yang besar dan rindang.

Ada banyak orang menyangka bahwa Gereja tidak perlu kelihatan secara struktural/ organisasi, tetapi hanya organik saja, antara sesama orang yang mengimani Kristus, walaupun doktrin yang diajarkan berbeda atau tidak sama. Hal ini tidak sesuai dengan gambaran Gereja yang didirikan Kristus sendiri di atas Rasul Petrus, yang diberi kuasa oleh Kristus untuk ‘mengikat dan melepaskan’ (lih. Mat 16:18-19) yang artinya mengajar dan menentukan hal-hal yang mengikat atau tidak mengikat sehubungan dengan iman dan moral. Silakan anda membaca artikel seri tentang Gereja, dan juga artikel tentang Keutamaan Petrus yang ada di situs ini, jika anda ingin mengetahui ajaran Gereja Katolik tentang hal ini.

Bahwa ada orang yang menganalisa bahwa ada 6 jenis umat Katolik, silakan saja, tetapi kriteria pengelompokan itu sendiri merupakan pendapat pribadi sang penulis. Kenyataan ada umat yang kemudian berpamitan kepada Pastor dan membentuk gereja baru, itu adalah gambaran fakta yang memprihatinkan. Gereja sejati adalah Gereja yang dibentuk oleh Kristus sendiri atas dasar Rasul Petrus, dan bukannya sesuatu yang didirikan oleh manusia, kemudian mengatakan bahwa itu didirikan oleh Kristus.

Jadi mari kita sama- sama berdoa agar kita diberi rahmat kebijaksanaan untuk menghayati makna/ hakekat Gereja.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab