Home Blog Page 164

Mengapa Yesus Menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia?

3

Di dalam Injil kita membaca bahwa Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia (lih. Mat 16:13. Mrk 8:27). Maka mungkin orang bertanya, jika Kristus adalah Putera Allah, mengapa Ia menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia? Sebab memang istilah “anak manusia” dapat diartikan sebagai sebutan untuk seorang manusia (lih. Ayb 25:6, Bil 23:19; Mzm 8:4; Sir 17:30), dengan segala keterbatasannya sebagai seorang manusia; atau sebagai sebutan seorang nabi, seperti kepada nabi Yehezkiel (lih. Yeh 2:1, 3, dst). Namun demikian, sebenarnya istilah “Anak Manusia” mempunyai kaitan dengan penglihatan Nabi Daniel tentang Sang Mesias yang tercatat dalam kitab Daniel:

“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan7: 13-14)

Maka, Yesus menggunakan istilah “Anak Manusia” sebab Ia bermaksud mengidentifikasikan diri-Nya dengan Sang Mesias yang disebutkan di Kitab Daniel. Demikian pula bagaimana Yesus menyebutkan istilah “Anak Manusia” ini dengan penggambaran lainnya, yaitu awan-awan di langit dengan kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (lih. Mat 24:30; Mrk 14:61-62).

Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus menyebut diri-Nya sebagai “Anak Manusia” di sepanjang masa pengajaran-Nya. Kadang ia menyebut istilah itu dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan manusia, seperti istirahat (Mat 8:20; Luk 9:58), makan dan minum (Mat 11:19; Luk 7:34), dan penderitaan (Mrk 8:31). Namun demikian, Yesus juga menggunakan istilah Anak Manusia ketika mengklaim kuasa ilahi, seperti hak untuk mengampuni dosa (Mat 9:6; Mrk 2:10; Luk 5:24), mengatasi Hari Sabat (Mat 12:8; Mrk 2:28; Luk 6:62). Di Injil Yohanes, Anak Manusia berdiri sebagai Hakim (Yoh 5:27) sebagai seorang yang turun dari Surga dan dan akan kembali ke Surga (Yoh 6:62); Pengantara antara langit dan bumi (Yoh 1:51) dan dimuliakan oleh Tuhan yang dimuliakan-Nya (Yoh 13:31).

Yesus mengacu kepada istilah “Anak Manusia” yang disebut dalam Dan 7:13 ketika Ia mengatakan kemuliaan-Nya di surga (Mat 19:28; 25:31) dan bahwa Kerajaan Allah adalah kepunyaan-Nya (Mat 16:28; Luk 9:26-27). Di dalam kedua kejadian tersebut Ia menyebutkan “awan-awan di langit” ketika Ia menubuatkan kedatangan-Nya kembali (Mat24:30; Mrk 13:26) dan pada saat pembelaan-Nya di hadapan mahkamah agama (lih. Mat 26:64; Mrk 14:62).

Namun apa yang terunik dari penyebutan diri-Nya sebagai “Anak Manusia” adalah bahwa Yesus menghubungkan identitas-Nya sebagai Anak Manusia itu dengan misi Penebusan-Nya yang digenapi-Nya melalui penderitaan. Di dalam nubuat-nubuat-Nya tentang kisah sengsara-Nya yang disebutkan di dalam Injil, Ia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia (Mat 12:14; 17:12,22; 20:18; Mrk 9:31:10:33; Luk 9:44; 18:13). Yesus ingin menghubungkan diri-Nya dengan yang disebut sebagai “Anak Manusia” dalam Kitab Daniel 7:13; “yang diurapi” yang disingkirkan (lih. Dan 9:26), dan “hamba yang menderita” (Yes 52-53). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penderitaan dan penghinaan yang diterima-Nya sampai wafat-Nya adalah suatu pendahuluan yang harus dilalui-Nya sebelum mencapai kejayaan-Nya di Surga.

 

Perbedaan silsilah Tuhan Yesus

23

Ada yang mempertanyakan mengapa ada perbedaan silsilah Tuhan Yesus menurut Injil Matius dan Injil Lukas. Kalau kita mengetahui alasannya, maka perbedaan ini bukanlah merupakan kontradiksi. Pembahasan ini adalah berdasarkan penjelasan yang diberikan di New Advent Encyclopedia, silakan klik di sini jika ingin membaca selengkapnya.

1. Silsilah Yesus menurut Injil Matius (nama-nama tertulis dalam bahasa Inggris):

Silsilah terbagi menjadi 3 kelompok besar masing-masing terdiri dari 14 nama generasi. Dari Abraham sampai ke Daud 14 generasi, dari Daud ke masa pembuangan Babilon 14 generasi, dan dari  pembuangan Babilon ke Kristus 14 generasi, sebagai berikut:

First Series
1. Abraham
2. Isaac
3. Jacob
4. Judas
5. Phares
6. Esron
7. Aram
8. Aminadab
9. Naasson
10. Salmon
11. Booz
12. Obed
13. Jesse
14. David
Second Series
1. Solomon
2. Roboam
3. Abia
4. Asa
5. Josaphat
6. Joram
7. Ozias
8. Joatham
9. Achaz
10. Ezechias
11. Manasses
12. Amon
13. Josias
14. Jechonias
Third Series
1. Jechonias
2. Salathiel
3. Zorobabel
4. Abiud
5. Eliacim
6. Azor
7. Sadoe
8. Achim
9. Eliud
10. Eleazar
11. Mathan
12. Jacob
13. Joseph
14. Jesus

2. Silsilah Yesus menurut Injil Lukas (nama-nama tertulis dalam bahasa Inggris):

Silsilah menurut Injil Lukas adalah dari Yesus sampai ke Adam, atau tepatnya sampai kepada Tuhan Allah Bapa. Tentu silsilah ini adalah untuk menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus saja, sedangkan kalau dari sisi Ketuhanan-Nya tentu tidak ada garis silsilah, sebab Yesus (Allah Putera) langsung berasal dari Allah Bapa dan sehakekat dengan-Nya.

Silsilah ini adalah rangkaian 11 x 7 generasi yaitu 3 x 7 (21 generasi) dari Yesus sampai ke pembuangan Babilon, demikian pula 3 x 7 (21 generasi) dari pembuangan Babilon ke masa raja Daud, 2 x 7 generasi (14 generasi) dari Daud ke Abraham, dan 3 x 7 (21 generasi) dari Abraham sampai ke penciptaan manusia pertama (Adam) oleh Tuhan:

First Series
1. Jesus
2. Joseph
3. Heli
4. Mathat
5. Levi
6. Melchi
7. Janne
8. Joseph
9. Mathathias
10. Amos
11. Nahum
12. Hesli
13. Nagge
14. Mahath
15. Mathathias
16. Semei
17. Joseph
18. Juda
19. Joanna
20. Reza
21. Zorobabel
Second Series
22. Salathiel
23. Neri
24. Melchi
25. Addi
26. Cosan
27. Helmadan
28. Her
29. Jesus
30. Eliezer
31. Jorim
32. Mathat
33. Levi
34. Simeon
35. Judas
36. Joseph
37. Jona
38. Eliakim
39. Melea
40. Menna
41. Mathatha
42. Nathan
Third Series
43. David
44. Jesse
45. Obed
46. Booz
47. Salmon
48. Naasson
49. Aminadab
50. Aram
51. Esron
52. Phares
53. Judas
54. Jacob
55. Isaac
56. Abraham
Fourth Series
57. Thare
58. Nachor
59. Sarug
60. Ragau
61. Phaleg
62. Heber
63. Sale
64. Cainan
65. Arphaxad
66. Sem
67. Noah
68. Lamech
69. Mathusale
70. Henoch
71. Jared
72. Malaleel
73. Cainan
74. Henos
75. Seth
76. Adam
77. God

Dari perbandingan ini kita ketahui beberapa hal:

1. Periode silsilah yang dijabarkan antara Injil Matius dan Lukas berbeda. Injil Matius hanya menjabarkan sampai ke Abraham sedangkan Injil Lukas menjabarkan sampai kepada penciptaan Adam. Maka jumlah generasinya tidak mungkin sama.

2. Deret ketiga dari silsilah menurut Injil Lukas, sama dengan deret pertama silsilah menurut Injil Matius yaitu tentang silsilah dari Abraham sampai kepada Raja Daud. Perbedaannya hanya urutannya yang terbalik, karena cara penyampaian silsilah yang terbalik antara Injil Matius dan Lukas.

3. Pada deret kedua Injil Lukas, keturunan Daud dinyatakan dari anaknya Nathan, sedangkan menurut Injil Matius melalui Salomo (Solomon).

Dari perincian di atas terdapat tiga hal yang perlu dijelaskan:

1. Bagaimana menjelaskan silsilah St. Yusuf  jika silsilah antara St. Yusuf sampai ke Raja Daud berbeda antara penjabaran di Injil Matius dan di Injil Lukas?

2. Bagaimana penjelasan tentang Salathiel dan Zorobabel?

3. Bagaimana kita ketahui tentang silsilah Bunda Maria?

Maka demikianlah penjelasannya:

1. Tentang silsilah St. Yusuf.
Menurut Injil Matius (dari Salomo): urutannya adalah, Yesus, Yusuf, Yakub, Mathan, dst.
menurut Injil Lukas (dari Nathan): urutannya adalah Yesus, Yusuf, Heli (Eli), Mathat, dst.

Berdasarkan penjelasan dari seorang sejarahwan yang terkenal abad awal, Julius Africanus, hubungannya adalah demikian:

Mathan (seorang keturunan Daud dari Salomo) menikahi Estha. Dari perkawinan itu lahirlah Yakub. Namun Mathan ini kemudian wafat, dan Estha kemudian menikah kedua kali dengan Mathat (seorang keturunan Daud dari Nathan), dan dari pernikahan itu, lahirlah Heli (Eli). Maka Yakub dan Heli (Eli) adalah saudara seibu. Heli (Eli) kemudian menikah namun kemudian wafat sebelum mempunyai keturunan. Istri Heli ini kemudian menjadi istri Yakub, yang kemudian menikah dan melahirkan St. Yusuf. Maka St. Yusuf ini adalah anak biologis dari Yakub namun dari segi hukum Taurat, ia adalah anak dari Heli (Eli). Sebab menurut hukum Taurat, jika seorang suami wafat, maka saudaranya itu harus mengawini istrinya dan anak yang dilahirkannya akan terhitung secara hukum sebagai anak dari yang meninggal. Dengan demikian, di dalam diri St. Yusuf, tergabunglah dua jenis silsilah keturunan Daud, baik dari Salomo maupun Nathan.

2. Penjelasan tentang Salathiel

Menurut Injil Matius (dari Salomo- deret ketiga):  Zorobabel, Salathiel, Jechonias
Menurut Injil Lukas (dari Nathan- deret kesatu dan kedua):  Zorobabel, Selathiel, Neri, Melchi

Dengan keterangan serupa dengan point 1, Melchi mempunyai anak Neri dari janda dari ayah Jechonias, sehingga Jechonias dan Neri adalah saudara seibu. Jechonias kemudian menikah dengan janda/ istri dari Neri yang meninggal tanpa anak, dan kemudian ia melahirkan Salathiel, yang kemudian secara hukum menjadi anak dari Neri.

3. Tentang silsilah Bunda Maria

Ada yang bertanya jika Bunda Maria bukan keturunan Daud, bagaimana Yesus dapat dikatakan sebagai “Anak Daud”? Maka St. Agustinus mengatakan, bahwa dengan perkawinan St. Yusuf dengan Bunda Maria, maka Yesus dapat dikatakan sebagai anak St. Yusuf (walaupun kelahiran Yesus tidak melibatkan campur tangan St. Yusuf), yang adalah keturunan Daud (St. Augustine, On the Harmony of the Gospels, II, i, 2).

Tradisi juga mengatakan bahwa Bunda Maria adalah keturunan Daud. Sebab menurut Bil 36:6-12 dikatakan bahwa seorang anak tunggal perempuan harus menikah dengan salah seorang anggota keluarga besarnya sendiri. Hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja yaitu St. Yustinus (Adv. Tryph. 100), St. Ignatius (Letter to the Ephesians 18), yang juga secara tidak langsung disampaikan dalam Kitab Suci (lih. Rom 1:3, 2 Tim 2:8). St. Yohanes Damaskus mengatakan bahwa ayah kakek Bunda Maria adalah Panther yang adalah saudara laki-laki/ brother dari Mathat. Kakek Bunda Maria yaitu Barphanter, adalah sepupu dari Heli (Eli) dan ayah Bunda Maria yaitu Yoakim adalah sepupu dari St. Yusuf. Dengan demikian, Bunda Maria adalah keturunan Daud dari Nathan.

Monogenisme Mendukung Klaim Mormon?

1

Ajaran bahwa seluruh umat manusia berasal dari sepasang manusia (monogenisme), yaitu Adam dan Hawa, tidak dapat diartikan mendukung klaim Joseph Smith bahwa tahun 600 BC ada sebagian dari suku bangsa Yahudi bermigrasi ke Amerika, dan akhirnya menjadi nenek moyang para pengikut Mormon. Umumnya sebelum sampai kepada pembahasan klaim Joseph Smith, banyak orang mempertanyakan, bagaimana mungkin sepasang manusia dengan ciri tertentu itu kemudian bisa berkembang menjadi banyak ras/bangsa, dengan ciri-ciri eksternal yang berbeda, misalnya orang-orang Eropa berbeda dengan orang-orang Cina, berbeda dengan orang-orang Afrika, dst. Tentang hal ini, sudah pernah sekilas dibahas di sini, silakan klik, lihat point 3 dan 4.

Sedangkan untuk klaim Joseph Smith itu, yang harus membuktikan bahwa pada tahun 600 BC ada suku bangsa Yahudi yang bermigrasi ke Amerika, sebenarnya adalah penemuan arkeologis di Amerika: apakah pernah ditemukan sisa- sisa peradaban Yahudi di tempat itu, atau penemuan fosil-fosil yang menunjukkan DNA dengan ciri-ciri yang sama/ serupa dengan fosil-fosil yang ditemukan di tanah Israel? Nah sayangnya, sejauh ini tidak ada. Ini berbeda dengan penyelidikan arkeologis, yang diadakan di Timur Tengah sendiri yang menunjukkan adanya sisa-sisa peradaban manusia, entah dari fosil kerangka manusia, maupun sisa karya peradaban manusia (misal sisa reruntuhan bangunan, tembikar, perkakas, gulungan kitab, dst) yang menunjukkan adanya kehidupan suatu suku bangsa tertentu dengan ciri tertentu, yang menunjukkan usia bahkan sampai ribuan tahun sebelum Masehi.

Berikut ini adalah sekilas ringkasan yang mengambil sumber dari internet (berdasarkan atas “BYU Gene Data May Shed Light on Origin of Book of Mormon’s Lamanites,” The Salt lake Tribune/ November 30, 2000, oleh Dan Egan) tentang tidak terbuktinya klaim Joseph Smith tentang migrasi suku bangsa Yahudi ke Amerika sekitar 2600 tahun yang lalu:

Suku Bangsa Israel ke Amerika tahun 600 BC?

Kita membaca dari banyak sumber bahwa kaum Mormon percaya bahwa penduduk asli Amerika sebenarnya berhubungan dengan suku bangsa Israel yang bermigrasi ke sana sekitar tahun 600 BC, dipimpin seorang nabi yang tidak dikenal, yang bernama ‘Lehi’. Ajaran Mormon mengatakan bahwa keturunan Lehi akhirnya menjadi dua kelompok yang saling berperang, yaitu kaum Nephit (yang berkulit putih) dan kaum Lamanit (yang berkulit coklat). Kaum Lamanit akhirnya membunuh kaum Nephit dan akhirnya kaum Lamanit bertahan dan menjadi penduduk asli Amerika.

Namun klaim ini tidak didukung oleh fakta sejarah. Tidak ada bukti arkeologis ataupun historis yang mendukung pernyataan paham Mormon ini. Meskipun kaum Mormon percaya akan klaim ini, para ahli arkeolog, ahli bahasa (linguistik) dan ahli genetika di luar kalangan Mormon meyakini bahwa penduduk Amerika sebenarnya berasal dari Asia dan bukan dari Israel.

Para ahli/ scientists yang credible di luar Mormon mengatakan bahwa tidak pernah ada orang-orang Israel yang datang ke Amerika 2600 tahun yang lalu. Tak ada sisa-sisa karya lingusitik maupun arkeologis tentang kebudayaan tersebut. Michael Crawford, profesor antropologis biologis dari Universitas Kansas, dan pengarang Origins of Native Americans, Cambridge University Press mengatakan, “I don’t think there is one iota of evidence that suggests a lost tribe from Israel made it all the way to the New World. It is a great story, slain by ugly fact,” (Saya tidak berpikir bahwa ada satu titik/ iota bukti-pun yang menunjukkan adanya satu suku bangsa Israel yang menghilang dan membuat perjalanan yang panjang sampai ke Dunia Baru (Amerika). Itu adalah kisah yang besar, [namun] tumbang oleh fakta yang tidak menyenangkan.”

Ironisnya adalah fakta yang disampaikan oleh Simon Southerton, seorang ahli dan peneliti biologi di Brigham Young University (BYU), yaitu universitas yang didirikan, dimiliki dan dioperasikan oleh komunitas Mormon, yang salah satunya bertujuan untuk meneliti bukti-bukti sejarah untuk meneguhkan klaim wahyu pribadi dari Joseph Smith, pendiri Mormon ini. Sebagai seorang biolog molekular, Simon Southerton tadinya adalah seorang uskup Mormon, adalah seorang biolog molekular yang melakukan penelitian DNA, mengatakan bahwa apapun penelitian di BYU hanya dapat membuktikan bahwa klaim Mormon tersebut tidak terbukti. Tidak ada hasil studi DNA yang menyatakan bahwa nenek moyang penduduk Pasifik secara historis berhubungan dengan bangsa Yahudi kuno. “Penelitian DNA yang ada sampai sekarang ini memperlihatkan dengan sangat kuat bahwa penduduk asli Amerika dan Polinesia diturunkan dari nenak moyang bangsa Asia,” kata Southerton. Ia akhirnya meninggalkan Mormonisme setelah meneliti hal ini.

 

Rosario New Age?

29

Pertanyaan:

Mohon penjelasan yang sejelas mungkin dan selengkap mungkin tentang Rosario New age

Berkah Dalem
Pius Nugraha

Jawaban:

Shalom Pius Nugraha,

Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai Rosario New Age, yang kami peroleh dari beberapa situs Katolik, seperti dari EWTN (Eternal Word Television Network), selengkapnya dalam bahasa Inggris, klik di sini:

Rosario- rosario New Age ini ditemukan di daerah- daerah ziarah di Eropa, umumnya dijual murah atau bahkan diberikan GRATIS. Rosario ini dibuat dari bahan plastik yang murah, dengan warna putih, biru atau merah muda, dengan cap “made in Italy”, namun tidak diketahui siapa sebenarnya yang memproduksi rosari-rosario ini. Karena rosario- rosario ini ada di tempat ziarah, maka banyak orang berpikir bahwa rosario tersebut boleh saja digunakan. Namun sebenarnya kita perlu mewaspadainya, dan lebih baik membuangnya saja, karena pada salib/ crucifix rosario tersebut terdapat lambang- lambang yang tidak sesuai dengan simbolisme Kristiani. Informasi tentang hal ini diberikan oleh  the Marian Cenacle di Limoges, Perancis tanggal 14 Maret 2005.

Rosario- rosario tersebut dikatakan Rosario New Age karena simbol- simbol yang digunakan, yang memang hanya dapat dilihat jika diperhatikan sungguh- sungguh dari jarak dekat. Di belakang tubuh Yesus, dapat dilihat figur ular dengan tiang tegak, seperti pada lambang kedokteran, yang menurut jaman kuno adalah tongkat yang dibawa oleh para dewa seperti Hermes dan Mercury. Tongkat ini juga diartikan sebagai pengukur dunia dan kekuatan energi. Figur ular sendiri digambarkan melingkar, tersembunyi di balik tubuh Tuhan Yesus, mengandung kekuatan yang terpendam. Oleh para pengikut Iblis, ini diartikan bahwa Iblis itu co- mesianic/ co- redeemer [dan ini tentu sungguh keliru!]. Bentuk lingkaran pada crucifix berasal dari Egyptian Graeco- Roman, Phoencian, simbol Baal, disebut sebagai Pentagram, yang adalah tanda utama okultisme. Lingkaran- lingkaran/ pentagrams mempunyai lima titik yang melambangkan roh, api, bumi/ tanah, air dan udara. Pentagram ini ada di ujung-ujung kayu salib, dan yang terletak di bawah salib, diletakkan terbalik, yang melambangkan iblis dalam rupa figur kambing. Keempat lingkaran dan titik di tengah-nya melambangkan emas atau matahari di dalam alchemy/ kekuatan magis.

Namun demikian, terdapat pula suatu pandangan lain, sebagaimana dituliskan oleh Fr. Gareth Levshon, yang menganggap bahwa simbol ular tersebut dapat dikaitkan dengan Bil 21:6 dan Yoh 3:14, yaitu bahwa Kristus sendiri menggunakan gambaran ular yang ditinggikan itu sebagai gambaran akan diri-Nya sendiri yang ditinggikan di kayu salib. Lalu segilima yang ada di ujung -ujung kayu salib, melambangkan kelima luka Kristus. Jika interpretasinya demikian, maka sepertinya tidak ada yang perlu dirisaukan dengan rosario tersebut.

Menurut pengetahuan kami,  tidak ada pernyataan resmi dari pihak otoritas Gereja tentang hal ini, maka mari kita menggunakan kebijaksanaan kita (prudence), untuk memutuskan akankah kita menggunakan rosario dengan ciri-ciri sedemikian atau tidak. Menurut hemat kami,  tidak perlulah kita menggunakan rosario semacam ini, karena lambang- lambang yang ada pada salibnya dapat diinterpretasikan dengan makna yang tidak sepenuhnya sesuai dengan iman kita. Yesus tidak membagi tempatnya dengan allah lain, ataupun dengan Iblis. Para New Agers berusaha menempatkan Iblis/ Setan bersama- sama dengan Kristus, dan ini sungguh tidak sesuai dengan iman Kristiani. Adalah lebih baik jika kita menggunakan rosario yang tidak mengandung lambang-lambang yang mempunyai makna ganda tersebut.  Ya, walaupun rosario itu hanya “alat” saja untuk berdoa, tetapi mari kita menggunakan rosario yang tidak disertai dengan lambang- lambang yang dapat diinterpretasikan dengan makna yang malah bertentangan dengan iman Kristiani.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

Mengapa Bunda Maria Disebut Bunda Gereja?

0

Bunda Maria disebut sebagai Bunda Gereja karena:

1. Bunda Maria adalah Bunda Kristus Sang Kepala Gereja

Tuhan telah memilih Maria sebagai Bunda Allah; sebab Kristus yang dikandung dan dilahirkannya adalah Allah. Itulah sebabnya di dalam Kitab Suci, Maria disebut sebagai Bunda Allah (lih. Luk 1:43, 35, Gal 4:4). Dengan melahirkan Kristus, Maria juga dapat disebut sebagai Bunda Gereja, karena Kristus sebagai Kepala selalu berada dalam kesatuan dengan Gereja yang adalah anggota- anggota Tubuh-Nya yang memperoleh hidup di dalam Dia.

2. Bunda Maria adalah Hawa Baru yang melahirkan Kristus Sang Hidup yang memberi hidup kepada dunia

Dengan melahirkan Kristus Sang Hidup (Yoh 14:6) yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33), Bunda Maria juga secara tidak langsung berperan serta dalam memberikan Hidup kepada dunia. Maria adalah Sang Hawa yang baru, yang daripadanya lahir Kristus, sebagai Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21) yang melalui-Nya manusia dapat memperoleh hidup yang kekal. Maka para Bapa Gereja tak ragu untuk mengatakan bahwa Maria adalah “bunda mereka yang hidup” dan mengkontraskannya dengan Hawa, dengan menyatakan “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 56)

3. Bunda Maria tidak pernah terpisah dari Kristus dan Gereja

Oleh ketaatan  Bunda Maria dan atas kuasa Roh Kudus, Kristus menjelma menjadi manusia dalam rahim Bunda Maria. Kristus mengambil apapun untuk pertumbuhan tubuh jasmani-Nya dari tubuh Bunda Maria. Selanjutnya, Gereja yang adalah Tubuh Kristus, dibentuk oleh Yesus dari darah dan air yang keluar dari sisi/ lambung-Nya, serupa dengan dibentuknya Hawa dari sisi/ tulang rusuk Adam. Dengan demikian, terlihatlah betapa tak terpisahkannya hubungan antara Yesus, Maria dan Gereja. Walaupun Kristus dilahirkan oleh Bunda Maria, namun  ini tidak menjadikan Bunda Maria lebih utama dari Kristus; sebab yang menjadi Kepala Tubuh (Kepala jemaat) adalah Kristus (Kol 1:18; Ef 5:23). Bunda Maria adalah anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. Namun demikian, Maria adalah anggota yang istimewa, justru karena ketaatannya yang ‘mendahului’ anggota Tubuh-Nya yang lain; dan karena dengan ketaatannya ini rencana Allah tergenapi. Kesatuan antara Kristus, Bunda Maria dan Gereja, menjadikan Bunda Maria tidak terpisahkan dari Kristus dan Gereja; sehingga ia bukan saja menjadi Bunda Allah, namun juga adalah Bunda Gereja, yaitu Bunda umat beriman. Sebab setelah kenaikan Yesus ke surga, Bunda Maria membantu permulaan Gereja dengan doa-doanya, dan setelah ia sendiri diangkat ke surga, Bunda Maria tetap menyertai Gereja dengan doa-doanya.

4. Bunda Maria terdepan dalam perjalanan iman dan menjadi teladan bagi Gereja

Sebagaimana iman Abraham menandai permulaan Perjanjian Lama, iman Maria pada saat menerima Kabar Gembira menandai dimulainya Perjanjian Baru. Sebab seperti Abraham berharap dan percaya, saat tak ada dasar untuk berharap (lih. Rom 4:17) bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, demikian pula Maria, setelah menyatakan kaul keperawanannya (“Bagaimana ini mungkin terjadi, sebab saya tidak bersuami?”), percaya bahwa oleh kuasa Allah yang Maha Tinggi, ia akan menjadi ibu Sang Putera Allah (lih. Luk 1:35).

Ketaatan iman Bunda Maria mencapai puncaknya pada saat ia mendampingi Kristus, sampai di bukit Golgota, di saat hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Bunda Maria tegar berdiri di kaki salib Kristus, dan turut mempersembahkan Dia di hadapan Allah Bapa. Bunda Maria melihat sendiri kesengsaraan Putera-nya Yesus Kristus yang melampaui segala ungkapan, untuk menebus dosa-dosa manusia. Di kaki salib-Nya, Bunda Maria melihat sendiri apa yang nampaknya seperti pengingkaran total dari apa yang dikatakan oleh Malaikat Gabriel saat memberikan Kabar Gembira, “Ia akan menjadi besar … Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:22-23). Namun di kaki salib itu, yang dilihatnya adalah penderitaan Putera-nya yang tak terlukiskan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan … ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia …” (lih. Yes 53:3-5). Meskipun demikian, Bunda Maria tetap setia dan menyertai Kristus.

5. Yesus memberikan Maria agar menjadi ibu bagi murid-murid-Nya, yaitu Gereja-Nya

Sesaat sebelum wafat-Nya, Tuhan Yesus memberikan Bunda Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada  ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu” kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak itu murid itu [Yohanes] menerima dia [Bunda Maria] di dalam rumahnya” (Yoh 19: 26-27). Kita ketahui bahwa pesan ini adalah salah satu dari ketujuh perkataan Yesus sebelum wafat-Nya dan pastilah ini merupakan pengajaran yang penting. Gereja Katolik selalu memahami ucapan tersebut, sebagai kehendak Yesus yang mempercayakan Ibu-Nya kepada kita semua para murid-Nya, yang diwakili oleh Rasul Yohanes. Sama seperti Yohanes Pembaptis menyebutkan sesuatu yang penting tentang Yesus dengan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah”/ Behold, the Lamb of God (Yoh 1:29) untuk diterima sebagai kebenaran bagi semua umat beriman; maka Tuhan Yesus juga menyebutkan hal yang penting tentang Bunda Maria, dengan berkata kepada para murid-Nya,” Inilah ibumu!”/ Behold, your mother!, agar kita umat beriman juga dapat menerimanya sebagai kebenaran. Ya, Bunda Maria adalah ibu kita, sebab Tuhan Yesus memberikannya kepada kita umat beriman, untuk kita kasihi, kita hormati dan kita ikuti teladannya, agar kita dapat masuk dalam Kerajaan Surga dan beroleh mahkota kehidupan.

Dasar Kitab Suci

  • Yoh 19:26-27: Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!”
  • Why 12:17: Anak-anak “perempuan itu” adalah mereka yang mengikuti Yesus Kristus.
  • Yoh 2:3,7: Yesus membiarkan ibu-Nya memohonkan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan.
  • Kis 1:14: Bunda Maria turut bertekun berdoa bersama dengan para rasul menantikan kedatangan Roh Kudus di hari Pentakosta, yang menandai hari kelahiran Gereja.

Dasar Tradisi Suci

  • Origen (244): Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.” (Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32)
  • St. Ephrem dari Syria (306- 373): “Kelahiran-Mu yang ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan;
    Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau.
    Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…” (St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f)
  • St. Agustinus (416): “Maria adalah sungguh ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya, umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.” (St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399)

Dasar Magisterium Gereja

  • Paus Pius X (1903- 1914): “Bukankah Maria adalah Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang hidupnya terkandung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua … telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya. Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak- anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua.” (Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum)
  • Katekismus Gereja Katolik: 964, 695, 697-690.

KGK 964    Tugas Maria terhadap Gereja tidak bisa dipisahkan dari persatuannya dengan Kristus, tetapi langsung berasal darinya. “Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh santa Perawan hingga wafat-Nya” (LG 57). Hubungan ini terutama tampak dalam saat sengsara-Nya.”Demikianlah santa Perawan juga melangkah maju dalam penziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia – sesuai dengan rencana Allah – berdiri di dekat-Nya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan kurban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan kurban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: Wanita, inilah anakmu (lih. Yoh 19:26-27)” (LG 58).

KGK 965     Sesudah anaknya naik ke surga, Maria “menyertai Gereja pada awal mula dengan doa-doanya” (LG 69). Bersama dengan para Rasul dan beberapa wanita, “kita melihat pula Maria memohon anugerah Roh dengan doa-doanya, Roh yang sudah menaunginya di saat ia menerima warta gembira” (LG 59).

KGK 967    Karena ia menyetujui secara penuh dan utuh kehendak Bapa, karya penebusan Putera dan setiap dorongan Roh Kudus, maka Perawan Maria adalah contoh iman dan cinta bagi Gereja. Oleh karena itu, ia “adalah anggota Gereja yang maha unggul dan sangat khusus” (LG 53); ia tampil sebagai “citra Gereja” [ecclesiae typus] (LG 63).

KGK 968    Tugasnya terhadap Gereja dan seluruh umat manusia masih lebih besar lagi. “Ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan, serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita” (LG 61).

KGK 969    “Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke surga, ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal… Oleh karena itu di dalam Gereja santa Perawan disapa dengan gelar: pengacara, pembantu, penolong, dan perantara” (LG 62).

KGK 970    “Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh santa Perawan Maria yang menyelamatkan manusia… berasal dari kelimpahan pahala Kristus. Pengaruh itu bertumpu pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung daripadanya, dan menimba segala kekuatannya daripadanya” (LG 60). “Sebab tiada makhluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah dengan cara yang berbeda-beda pula terpancarkan secara nyata dalam makhluk-makhluk, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada makhluk-makhluk aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber” (LG 62).

Ajaran pendiri gereja Protestan

  • Martin Luther, pendiri gereja Protestan juga mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Bunda Gereja: “Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.” (Luther Works, (Weimar edition), 29:655:26-656:7)
    “Kita semua adalah anak- anak Maria.” (Luther Works, (Weimar edition), 11:224:8)

Mengapa Bunda Maria Tidak Berdosa?

0

Bagaimana mungkin Gereja Katolik baru mendefinisikan pada tahun 1854 bahwa Bunda Maria tidak berdosa, baik dosa asal maupun dosa pribadi? Namun walaupun baru didefinisikan di abad ke-19, dogma ini mempunyai dasar yang kuat, baik dari Kitab Suci maupun Tradisi Suci. Kita dapat melihat dasarnya dari Kitab Suci, yaitu: (1) Maria dipersiapkan untuk mengemban misi sebagai Bunda Allah; (2) Maria adalah perempuan yang disebutkan dalam Kitab Kejadian, di mana keturunannya akan mengalahkan ular (lih.Kej 3:15); (3) Allah memisahkan hal-hal yang kudus dari yang profan; maka terlebih lagi Ia akan menguduskan seseorang yang akan melahirkan Putera-Nya.

Sepanjang sejarah manusia, Tuhan dapat memilih banyak nabi, raja, maupun rasul, namun Tuhan hanya dapat memilih satu orang perempuan untuk menjadi Bunda-Nya. Sama seperti Tuhan mencurahkan rahmat-Nya secara khusus kepada masing-masing orang menurut misi yang harus diemban mereka, maka Tuhan mencurahkan kepada Maria kepenuhan rahmat (lih. Luk 1:28) – sehingga tidak ada ruang untuk dosa – dan menaunginya dengan Roh Kudus dan kuasa dari Allah yang maha tinggi (lih. Luk 1:35), agar layak mengemban tugas dan perannya sebagai Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Dengan demikian, Maria senantiasa kudus, tidak pernah ternoda dosa sepanjang hidupnya, sehingga ia secara sempurna mendampingi  Kristus Puteranya sesuai dengan kehendak Allah.

Allah telah mempersiapkan Bunda Maria sejak dari awal mula penciptaan ketika Allah berfirman setelah kejatuhan Adam dan Hawa. Allah bersabda,  “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [ular/setan] dan perempuan ini [perempuan itu/ the woman]” (Kej 3:15). Kalimat tersebut hanya masuk akal kalau perempuan itu merujuk kepada perempuan lain yang bukan Hawa, karena kata permusuhan (enmity) mencerminkan permusuhan atau sesuatu yang bertolak belakang secara total, sedangkan Hawa sendiri baru saja terbukti tidak bertentangan total dengan iblis, sebab ia justru jatuh ke dalam bujukan iblis tersebut. Dengan demikian, perempuan itu yang bertentangan total dengan iblis, haruslah tanpa dosa, sebagaimana digenapi dalam diri Bunda Maria. Perempuan itu merujuk kepada Bunda Maria, karena di ayat yang sama, dikatakan bahwa keturunan dari perempuan itu akan  menginjak kepala ular [yaitu iblis]. Karena keturunan perempuan yang akan mengalahkan iblis  itu adalah Yesus Kristus, maka perempuan yang melahirkannya, yang disebut sebagai “perempuan itu”, adalah Bunda Maria.

Gambaran akan kekudusan Bunda Maria, digambarkan secara samar-samar dalam Perjanjian Lama dalam Tabut Perjanjian Lama. Tabut itu berisi dua loh batu hukum Allah, manna dan tongkat Harun – yang begitu kudus dan tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, kecuali imam agung. Yesus yang menjadi tanda Perjanjian Baru – adalah Sang Pemberi hukum Allah, Sang Roti hidup, dan Sang Imam Agung. Kristus memilih untuk dilahirkan dari Sang Tabut Perjanjian Baru, yaitu dari rahim Perawan Maria. Sebagaimana Tuhan menghendaki kesucian tabut Perjanjian Lama, demikianlah Tuhan menghendaki kesucian Tabut Perjanjian Baru, yaitu Bunda Maria, dari noda dosa, sehingga dia layak menjadi Bunda Allah. Dengan demikian,  kita dapat melihat bahwa dogma Maria dikandung tanpa noda sesungguhnya mengungkap kebenaran bahwa Allah telah mempersiapkan Bunda Maria untuk menjalankan tugas istimewa yang harus diembannya sebagai Bunda Allah, yang melahirkan Putera Allah yang diutus untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa.

Dasar Kitab Suci:

  • Kej 3:15: Allah akan mengadakan permusuhan antara perempuan itu (the woman) dengan Iblis, dan Maria adalah “perempuan itu” yang dijanjikan oleh Allah akan melahirkan keturunan yang akan mengalahkan iblis. Perlawanan total dengan iblis inilah yang mensyaratkan kemurnian Bunda Maria, kebebasan dari dosa asal.
  • Luk 1:28: “Salam, hai engkau yang penuh rahmat” (kecharitomene). Kepenuhan rahmat Allah maksudnya adalah, tiada ruang bagi dosa.
  • Kel 25:1-30, Bil 17:10, Ibr 9:4 menunjukkan betapa Allah menghendaki kemurnian tabut Perjanjian Lama. Demikian pula Allah terlebih lagi menghendaki kemurnian Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, yang mengandung Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Imam Besar yang Tertinggi (Ibr 8:1).
  • Ibr 7:26: Kristus adalah Sang Imam Besar yang tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa, sehingga tak mungkin Ia lahir dari seorang perempuan yang berdosa.
  • Why 12:1-6: Bunda Maria sebagai Perempuan yang melahirkan Anak Laki-laki yang menggembalakan semua bangsa, akhirnya mengalahkan iblis.

Dasar Tradisi Suci:

  • St. Irenaeus (180): “Hawa, dengan ketidaktaatannya [karena berdosa] mendatangkan kematian bagi dirinya dan seluruh umat manusia, … Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa] mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia…. Oleh karena itu, ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” (Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24)
  • St. Hippolytus (235): “Ia adalah tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak dapat rusak. Sebab dengan ini ditandai bahwa Tabernakel-Nya dibebaskan dari kebusukan dan kerusakan.” (St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus pascit me )
  • Origen (244): “Bunda Perawan dari Putera Tunggal Allah ini disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satu satunya” (Origen, Homily 1).
  • St. Ephraim (361): ”Engkau sendiri dan Bunda-Mu adalah yang terindah daripada semua yang lain, sebab tidak ada cacat cela di dalam-Mu ataupun noda pada Bunda-Mu… (St. Ephraim, Nisibene Hymns 27:8)
  • St. Athanasius (373), “O, Perawan yang terberkati, sungguh engkau lebih besar daripada semua kebesaran yang lain. Sebab siapakah yang sama dengan kebesaranmu, O tempat kediaman Sang Sabda Allah? Kepada ciptaan mana, harus kubandingkan dengan engkau, O Perawan? Engkau lebih besar daripada semua ciptaan, O Tabut Perjanjian, yang dilapis dengan kemurnian, bukannya dengan emas! Engkau adalah Tabut Perjanjian yang didalamnya terdapat bejana emas yang berisi manna yang sejati, yaitu: daging di mana Ke-Allahan tinggal.” (St. Athanasius, Homily of the Papyrus of Turin, 71:216)
  • St. Ambrosius (387): “Angkatlah tubuhku, yang telah jatuh di dalam Adam. Angkatlah aku, tidak dari Sarah, tetapi dari Maria, seorang Perawan, yang tidak saja tidak bernoda, tetapi Perawan yang oleh rahmat Allah telah dibuat tidak bersentuh dosa, dan bebas dari setiap noda dosa.” (St. Ambrose, Commentary on Psalm 118: Sermon 22, no.30, PL 15, 1599).
  • St. Gregorius dari Nazianza (390): Ia [Yesus] dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah dimurnikan oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti ia yang mengandung layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang perawan layak menerima penghormatan yang lebih besar. (St. Gregorius, Sermon 38)
  • St. Agustinus (415): Kita harus menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan mempertanyakan sesuatupun ketika ia kita membicarakan tentang dosa, demi hormat kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya, yang telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak berdosa (St. Augustine, Nature and Grace 36:42)
  • Theodotus (446): “Seorang perawan, yang tak berdosa, tak benoda, bebas dari cacat cela, tidak tersentuh, tidak tercemar, kudus dalam jiwa dan tubuh, seperti setangkai lili yang berkembang di antara semak duri.” (Theodotus, Homily 6:11)
  • Proklus dari Konstantinopel (446): “Seperti Ia [Yesus] membentuknya [Maria] tanpa noda dari dirinya sendiri, maka Ia dilahirkan daripadanya tanpa meninggalkan noda. (Proclus, Homily 1)
  • St. Severus (538): “Ia [Maria] …sama seperti kita, meskipun ia murni dari segala noda, dan ia tanpa noda.” (St. Severus, Hom. cathedralis, 67, PO 8, 350)
  • St. Germanus dari Konstantinopel (733), mengajarkan tentang Maria sebagai yang “benar- benar terpilih, dan di atas semua, … melampaui di atas semua dalam hal kebesaran dan kemurnian kebajikan ilahi, tidak tercemar dengan dosa apapun.” (Germanus dari Konstantinopel, Marracci in S. Germani Mariali)

Dasar Magisterium Gereja:

  • Paus Pius IX (8 Desember 1854) dalam Konstitusi Apostolik, Ineffabilis Deus, mengajarkan Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, sebagai berikut: “Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri: “Kami menyatakan, mengumumkan dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman.”
  • Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium:
    St. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” Maka … para Bapa zaman kuno, … menyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaatan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka (St. Hieronimus, St. Agustinus, St. Sirilus, St. Yohanes Krisostomus, St. Yohanes Damaskinus) menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria.” (LG 56)
  • Katekismus Gereja Katolik 508, 491, 492, 493:

KGK 508 – Dari antara turunan Hawa, Allah memilih perawan Maria menjadi bunda Anak-Nya. “Penuh rahmat” ia adalah “buah penebusan termulia” (SC 103). Sejak saat pertama perkandungannya ia dibebaskan seluruhnya dari noda dosa asal dan sepanjang hidupya ia bebas dari setiap dosa pribadi.

KGK 491 –  Dalam perkembangan sejarah, Gereja menjadi sadar bahwa Maria, “dipenuhi dengan rahmat” oleh Allah (Luk 1:28), sudah ditebus sejak ia dikandung. Dan itu diakui oleh dogma “Maria Dikandung tanpa Noda Dosa”, yang diumumkan pada tahun 1854 oleh Paus Pius IX:
“… bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal” (DS 2803).

KGK 492 – Bahwa Maria “sejak saat pertama ia dikandung, dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa” (LG 56), hanya terjadi berkat jasa Kristus: “Karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul” (LG 53). Lebih dari pribadi tercipta yang mana pun Bapa “memberkati dia dengan segala berkat Roh-Nya oleh persekutuan dengan Kristus di dalam surga” (Ef 1:3). Allah telah memilih dia sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya (Bdk. Ef 1:4).

KGK 493 – Bapa-bapa Gereja Timur menamakan Bunda Allah “Yang suci sempurna” [panhagia]: mereka memuji dia sebagai yang “bersih dari segala noda dosa, seolah-olah dibentuk oleh Roh Kudus dan dijadikan makhluk baru” (LG 56). Karena rahmat Allah, Maria bebas dari setiap dosa pribadi selama hidupnya.

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab