Home Blog Page 108

Anak Panah Kehidupan

2

Perayaan Ekaristi malam ini merupakan kado istimewa ulang tahun ketujuh puluh delapan seorang bapak yang terbaring lemah karena kanker ganas yang telah menjalar ke seluruh darahnya.

Ia mengetahui bahwa perayaan ulang tahunnya dalam Ekaristi ini merupakan perayaan ulang tahunnya yang terakhir walaupun istri dan anak-anaknya merahasiakan penyakit yang sebenarnya.

Ia tidak memprotes kerahasiaan ini karena ia menyadari bahwa mereka tidak mau membuatnya jatuh dalam keputusasaan yang tentu akan memperparah keadaannya.

Ia benar-benar menghidupi makna cinta yang terasa indah walaupun ajal sudah di ambang mata.

Ia mengungkapkan penghayatannya akan makna cinta dengan suara yang masih jelas dan yang keluar dari kedalaman batinnya :

Romo, hatiku sangat bergembira sekali dengan perayaan ulang tahun terakhirku ini. Dalam perayaan ulang tahunku ini, aku mensyukuri kelahiranku sebagai benih cinta Tuhan yang ditanamkan dalam kehidupanku. Aku telah berhasil membangun cinta dalam keluargaku bersama istri, dan empat anak yang memberikan cucu-cucu yang menyenangkan. Terimakasih cinta karena engkau mengajariku tentang kematian yang bermakna”.

Setelah mengungkapkan kegembiraan hatinya, ia memelukku sambil membisikkan kata-kata yang mengharukan : “Romo, aku mengangkat Romo menjadi anak sulungku karena telah menjadi orang pertama yang mendengarkan kesimpulan sejarah kehidupanku”.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala menahan banjir tangis di kerongkongan.

Ia menjabat tanganku kuat-kuat dan berkata : “Aku akan menunjukkan ketegaran di sisa-sisa hidupku demi anak cucuku. Aku harap Romo menemaniku ketika Malaikat Mikael siap menjemputku”.

Satu bulan kemudian keadaannya semakin memburuk.

Ia pun meminta seorang anaknya memanggilkanku.

Aku datang pukul 12.30 dini hari dan langsung duduk di sampingnya.

Kata-kata perpisahan disampaikan dengan penuh makna :

“Nafas ilahi dalam diriku telah berada di dalam ujung tenggorokanku yang membuat dadaku terasa sangat sesak. Aku sadar bahwa tidak lama lagi nafasku akan meninggalkan ruang di dadaku. Nyawaku siap diambil sang Pemiliknya untuk hidup bahagia di surga karena telah membangun rumah cinta di dunia. Tinggal di rumah Tuhan itulah satu-satunya keriduanku”.

Aku pun menyanyikan lagu “Satu Hal Yang Kurindu” untuk mengiringi kembalinya ke rumah Bapa :

Berdiam di dalam rumah-Mu
Satu hal yang kupinta
Menikmati bait-Mu Tuhan

Lebih baik satu hari di pelataran-Mu
Dari pada s’ribu hari di tempat lain
memujiMu menyembahMu
Kau Allah yang hidup
Dan menikmati s’mua kemurahan-Mu.

Esok harinya Ia menghadap Allah Bapa dengan tenang dan damai.

Ia memberikan pesan kehidupan yang bisa kita maknai:

“Sadarilah bahwa hidup ini bagaikan sebuah anak panah yang telah tertarik oleh busur kematian dan tidak ada yang menyangka akan meninggalkan busur kehidupan di dunia. Bangunlah anak panah ini dengan cinta sehingga akan sampai pada tempat cinta yang kekal, yaitu surga yang tak akan pernah binasa”.

Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Rukun Itu Indah

0

Waktu satu jam yang sangat indah untuk dinikmati dalam  kebersamaan antar tokoh agama, masyarakat, pemerintahan, dan keamanan Kecamatan Panongan- Tangerang – Banten.

Pertemuan singkat yang penuh makna ini diadakan di aula Taman Kanak-Kanak Tarakanita di samping Gereja Katolik Santa Odilia Citra Raya-Tangerang, pada tanggal 02 Agustus 2013.

Pertemuan ini dihadiri sekitar empat puluh lima orang dan  dipandu oleh Haji Yaya yang didampingi sesepuh umat Islam dan masyarakat Panongan, yaitu Haji Wawa.

Kedua tokoh agama Islam ini besysukur bisa menjadi perintis toleransi antar agama.

Kedua tokoh ini ikut  meletakkan batu pertama berdirinya Gereja Santa Odilia yang dibangun hampir bersamaan dengan Islamic Centre.

Haji Yaya juga ikut meletakkan batu pertama pembangunan gedung Pelayanan Santo Damian di kompleks Gereja Santa Odilia tiga tahun silam.

Letak Gereja  Katolik Santa Odilia dan Islamic Centre  yang  berdekatan di perumahan Citra Raya menjadi simbol kerukunan antar umat beragama.

Sambutan-sambutan mengungkapkan kenangan yang indah atas pengalaman kebersamaan dalam perbedaan.

Suster Melani CB, sebagai tuan rumah, berterimakasih kepada para tokoh agama, masyarakat, dan pemerintahan atas bantuannya sehingga Sekolah Tarakanita di Citra Raya ini bisa berdiri.

Keluarga besar Sekolah Tarakanita dan Kongregasi CB merasa aman di lingkungan ini.

Wakil dari Bapak Camat Panongan juga mengungkapkan kebanggaannya dengan Sekolah Taranita karena Sekolah Tarakanita  Gading Serpong mewakili Provinsi Banten menjadi sekolah sehat sehingga Bapak Bupati Tangerang sudah berkali-kali mengunjunginya.

Nasihat Haji Yaya sangat menarik untuk diresapkan di dalam hati : “Tuhan bisa saja menjadikan manusia satu warna. Akan tetapi, Tuhan menciptakannya dengan berbagai warna karena dunia akan indah kalau warna-warni”.

Saat berbuka puasa bersama, Haji Wawa yang sekarang berusia tujuh puluh tiga tahun menyampaikan kata-kata bijaksana : “Romo, tolong doakan saya agar tetap diberi kesehatan dalam umur yang mulai tua ini. Semoga kerukunan antar agama yang kami rintis menjadi sejarah yang tertanam dalam hati banyak orang sehingga menjadi cerminan untuk senantiasa memeliharanya”.

Pesan yang dapat  saya simpulkan  : “Musik  yang bagus berawal dari suara dan tangga nada yang berbeda. Ketika perbedaan itu dipadukan dengan niat  yang tulus, simponi hidup akan terasa indah dan menyenangkan”.

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Kuasa Tuhan Sungguh Nyata

0

Lagu  “Satu hal yang kurindu berdiam di dalam rumah-Mu”  telah membentuk sikap batiniah seribu tiga ratus umat dari berbagai Paroki di Jakarta  untuk  merasakan kuasa penyembuhan dan pemulihan Tuhan dalam Misa dan Adorasi pada tanggal 31 Juli 2013 malam.

Misa dan Adorasi ini dilaksanakan di Gereja Maria Imakulata Citra Garden –Paroki Trinitas Cengkareng.

Hati ini pun dipenuhi semangat dalam memimpin Misa dan Adorasi  bersama Romo Widi OMI dan Romo Basir OMI, gembala gereja Tuhan itu, karena yakin Dia akan bertindak secara lembut, tetapi dahsyat.

Mata manusiawi sempat terpana dengan jumlah kehadiran umat yang  di luar dugaan karena hari itu hari kerja dan macetnya luar biasa menjelang lebaran.

“Rindu akan jamahan Tuhan ” merupakan jawabannya.

Homili tentang janji Tuhan kepada Hizkia yang sakit  keras “Allah Berfirman bahwa Aku telah mendengarkan doamu dan Aku telah melihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau. Pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah Tuhan” (2 Raja-Raja 20:5) telah membuka harapan baru bahwa  pertolongan Tuhan akan terpenuhi.

Seruan sederhana “Glory…Glory” secara bersama-sama menjadi suatu pujian indah karena mereka datang ke hadirat Tuhan dengan membawa pergumulan hidup mereka.

Janji Tuhan yang dinyatakan dalam adorasi hening setelah seruan Anak Domba Allah “ Katakanlah kepadaKu  apa yang menjadi kebutuhanmu. Aku akan memberi kelegaan kepadamu” mengundang air mata karena kasih-Nya terasa nyata.

Hampir semua umat datang dalam doa pribadi  untuk menimba kuasa Tuhan yang memampukannya menjalani kehidupan yang penuh dengan pencoban ini dengan iman.

Bisikan seorang ibu sungguh menyentuh hati :  “Romo, doakanlah aku agar Tuhan memberikan kepadaku hati yang lapang dalam  menghadapi penyakit kanker dan sedang menjalani kemoterapi sehingga aku tidak akan pernah meninggalkanNya”.

Sukacita dan kegembiraan sanubari nampak dalam wajah anak-anak Tuhan ini.

Hatipun disatukan oleh Tuhan untuk membangun dan mengembangkan Gereja Trinitas sebagai rumah Tuhan yang nyaman.

Banyak umat pasti akan mengambil  air kehidupan yang menyegarkan jiwa mereka.

Trimakasih kepada PDKK Trinitas, KTM Trinitas, PPG Trinitas, dan semua panitia sehingga perayaan rohani ini berjalan sesuai dengan rencana-Nya.

Tuhan memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Tebar Bintang

0

Teriknya matahari pagi bak membakar ragawi, tetapi senyuman tiga ratus remaja Paroki Santa Odilia – Citra Raya – Tangerang bersemayam di hati yang membuat kesejukan bagi jiwa-jiwa yang merindukan oase rohani.

Mereka datang dari sudut-sudut paroki, sampai 40 km persegi, untuk mengikuti acara Tebar Bintang (Temu Bareng Anak Remaja, Bina Iman, Nambah Teman, dan Anti Galau), pada tanggal 28 Juli 2013.

“Yel-yel” yang mereka buat merupakan hasil permenungan akan tekad di hati, yaitu  iman semakin mendalam dan melayani sesama remaja sejak dini.

Permainan-permainan merupakan ungkapan kreatif dari penghayatan iman dan kehendak untuk mengabdi.

Keadaan jauh dari Paroki dan sulitnya melakukan kegiatan iman karena kondisi masyarakat membuat anak-anak remaja ini menjadi lebih kuat dan berani.

Memimpin doa rosario dihadapan  umat sudah menjadi makanan sehari-hari.

Kini mereka pulang dengan  semangat baru untuk membimbing adik-adik remaja  lainnya agar semakin mengenal Tuhan Yesus Kristus di dalam lingkungan Sekolah yang kebanyakan bukan Katolik.

Mereka tidak sendirian karena Tuhan  telah menyediakan para pembina yang tulus hati, yaitu guru-guru, para katekis sukarelawan, para suster, para pastor, para ketua lingkungan, dan dewan paroki,  untuk membibing dan memotivasi, dan bukannya untuk memonitoring layaknya polisi.

Kini terjawablah salah satu kesimpulan Temu Pastoral akhir-akhir ini yang telah disampaikan Bapak Uskup Keuskupan  Agung, Jakarta , Mgr. Ign. Suharyo,  bahwa terjadi krisis kader-kader  pemimpin paroki  sehingga  pembentukan kader-kader menjadi perhatian utama.

Menyuntikkan semangat misioner sejak dini, yaitu kepada remaja-remaja ini, dapat menjadi jalan pembentukan kader-kader pemimpin paroki.

Peka terhadap bimbingan Allah adalah menjadi kuncinya : Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena  mendengar (Matius 13:16).

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Tonggak Kenangan

0

Senyuman hangat menghiasi wajah-wajah peserta  Persekutuan Doa  dan Pendalaman Iman “Ora et Labora” Paroki Santo Lukas  Sunter – Jakarta Utara pada tanggal  22 Juli 2013.

Senyuman komunitas para pelayan paroki ini merupakan  senyuman atas hamparan kehidupan yang telah mereka alami dan terolah dalam terang Ilahi.

Mereka telah mengalami kehidupan yang  bagaikan tiada pelangi di atas bumi,  tiada mentari  yang mengatasi dinginnya pagi yang menusuk relung hati, dan tiada rembulan yang menyinari seramnya malam.

Sebuah doa dari seorang ibu yang pernah mengalami serangan stroke  lima tahun silam dan disembuhkan oleh Tuhan secara ajaib  pantas untuk disimaki : “Tuhan, tolong bisikan sebuah kata pengharapan yang akan menjadi pelangi yang mewarnai pagi, yang akan menjadi mentari yang menghangatkan pagi, yag dapat menjadi rembulan yang tersenyum menyinari kegelapan malam hari”.

Aku pegang bahunya tanda kagum akan pengalaman imannya.

Janji Tuhan dalam Mazmur 50:15 yang didapatkannya dalam pertemuan komunitas “Ora et Labora” ini telah menopang imannya  atas hujaman pertanyaan-pertanyaan atas kehidupannya selama ini : “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku”.

Janji Tuhan telah terpenuhi bahwa Tuhan Allah telah mendengarkan doanya dan  menolongnya.

Tuhan Allah kini mau ditinggikan sebagai Allah yang membebaskan umat-Nya.

Allah Sang Pembebas umatnya dimuliakannya dalam  pelayanannya kepada para lansia.

Pengalaman hidupnya mudah-mudahan membuat para lanjut usia  menyambut Tuhan Allah untuk mengisi kehampaan hidupnya sehingga mereka tetap berbuah dan segar di masa tuanya : “Pada Masa tua pun masih berbuah, menjadi gemuk, dan segar” (Mazmur 92:15).

“Aku punya ceritera  indah tentang kehidupan” merupakan pesan yang seharusnya dihayati.

Waktu berlalu secara terburu-buru.

Tegakkan “Tonggak Kenangan   Kehidupan”  yang mengalirkan kisah yang memampukan orang bersahabat dengan penderitaannya.

 

Tuhan memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Pesona Sang Senja

0

Ketika langit jingga menaungi alam semesta, aku mendatangi  seorang ibu yang terbaring sakit di sebuah rumah sakit di jakarta.

Ia  ingin bertemu denganku karena pernah berjumpa dalam  devosi kerahiman ilahi.

Kata-katanya yang terbata-bata mengungkapkan kerinduan yang menggelora di dada  untuk menerima doa dari imamnya.

Ia melayani orang-orang sakit sebagai seorang anggota legioner dan meneguhkan mereka dengan kasih Tuhan di kala ia masih sehat.

Semua pelayanannya memberikan inspirasi  sebagai permenungan di kala tak berdaya :

“Aku dahulu mengunjungi orang-orang sakit, mendoakan mereka, dan melayani mereka.

Kini giliranku untuk dikunjungi, didoakan, dan dilayani.

Aku tidak merasa kecil hati dengan kondisi ini.

Melayani dan dilayani menjadi tongkat rohani, yang sebelumnya aku tidak pernah meliriknya sama sekali.

Ketika aku hanya bisa terbaring  di ranjang ini, aku mulai merenungkannya.

Tongkat rohani itu ternyata sangat berarti  untuk menguatkan punggung jiwaku kalau pun aku harus menghadap Tuhan Yesus yang aku cintai”.

Setelah  berkata demikian, ia  memintaku dengan suara lirih untuk membacakan ayat Kitab Suci dari 2 Raja-Raja 20:5  “Beginilah Firman Tuhan : Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya  Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga  engkau akan pergi ke rumah Tuhan”.

Aku terkejut ternyata itu Firman Tuhan yang ditujukan kepada Hizkia, sang pelayan Tuhan,  yang sedang sakit seperti dirinya.

Ia kemudian menyampaikan dengan pelan-pelan  kata-kata perpisahan sebelum menghadap Tuhan dengan kelulusan hati : “Aku mau sambut  Sang Senja”.

Aku pegang tanganya erat-erat sambil  mengatakan kata-kata yang mengalir dengan sendirinya : “Ibu, engkau telah bersatu dengan Sang Senja yang  membuat alam semesta berwarna jingga yang mempesonakan”.

Kita adalah kabut yang setia  menanti senja untuk menyambut malam.

Kisah kehidupan kita akan terukir abadi di dalam keheningan langit.

 

Tuhan memberkati

Pastor Felix Supranto, SS.CC

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab