[Hari Minggu Biasa XVIII: Yes 55:1-3; Mzm 145:8-18; Rm 8:35,37-39-30; Mat14: 13-21]
Injil hari ini mengulas tentang salah satu mukjizat Tuhan Yesus yang terbesar. Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan, untuk memberi makan sedikitnya lima ribu orang laki-laki – belum termasuk perempuan dan anak-anak. Setelah mereka semua makan sampai kenyang, sisanya-pun masih begitu banyak: dua belas keranjang! Kita bisa membayangkan, betapa heboh-nya peristiwa itu. Tak mengherankan, keempat Injil mencatatnya. Maka kita tidak perlu terpengaruh pandangan para skeptik modern yang menganggap bahwa kemungkinan Yesus hanyamenyuruh orang banyak tersebut duduk berkelompok, lalu orang-orang itu sendiri yang saling berbagi makanan yang sudah mereka bawa. Bahwa orang-orang itu duduk memang disebutkan di sana, tapi tidak disebut bahwa mereka saling berbagi sendiri. Sebaliknya, jelas dikatakan bahwa Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak (lih. Mat 14:19). Fakta bahwa setelah kejadian itu orang- orang mendesak Yesus agar menjadi raja bagi mereka, itu sendiri telah menunjukkan bahwa Yesus telah melakukan sesuatu yang luar biasa di hadapan mereka. Sebab bukankah mereka telah memperoleh makanan, tanpa bekerja dan tanpa membayar, dan mereka semua telah menjadi kenyang?
Seandainya saja mereka dapat menghubungkan mukjizat Yesus itu dengan nubuat Nabi Yesaya yang baru saja kita baca, tentunya mereka akan mengenali bahwa yang hadir di depan mereka bukan saja pantas untuk menjadi raja bagi mereka, namun Ia sungguh adalah Tuhan Allah mereka. Sebab, “Beginilah firman Tuhan, “… kamu yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah….tanpa membayar… Mengapa upah jerih payahmu kau belanjakan untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku, maka kamu akan mendapat makanan yang paling baik…. Sendengkanlah telingamu, dan datanglah kepada-Ku, dengarkanlah, maka kamu akan hidup!” (Yes 55:2-3) Namun sepertinya, orang banyak itu tidak dapat melihat kaitan antara tanda yang baru dibuat oleh Yesus itu dengan nubuat Nabi Yesaya. Maka Yesus berkata, “… Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti dan kamu kenyang” (Yoh 6:26). Mata hati orang-orang itu tertuju kepada apa yang mengenyangkan secara jasmani. Padahal Tuhan Yesus tidak bermaksud hanya memberi sampai di situ. Ia bermaksud memberi yang lebih besar lagi. Ya, Tuhan Yesus mau memberikan kepada kita, makanan yang paling baik, agar kita memperoleh hidup yang kekal. Santapan itu adalah Diri-Nya sendiri. Yesus bersabda, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi…. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku….” (Yoh 6:35, 54-57).
Saat kita mendengarkan sabda Tuhan ini, mari kita mohon agar Roh Kudus membukakan mata dan telinga hati kita, agar kita memahami dan meresapkan kembali kedalaman makna sabda-Nya ini. Tuhan Yesus peduli dengan segala kebutuhan kita, namun terutama, Ia ingin memenuhi kebutuhan kita yang terpenting, yaitu agar kita memperoleh hidup yang kekal. Hidup kekal ini hanya mungkin kita peroleh, jika Allah sendiri yang memberikan hidup-Nya kepada kita. Karena maksud inilah, Kristus mau mengambil rupa manusia, dan menyerahkan hidup-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Kini hidup-Nya itulah yang kita terima setiap kali kita menerima Dia, Sang Roti Hidup, dalam Ekaristi kudus. Melalui Ekaristi, kita menerima pemberian Diri-Nya yang sehabis-habis-Nya: Tubuh, Darah, Jiwa, dan ke-Allahan-Nya. Dalam Ekaristi, kita menerima keseluruhanKristus. Dalam Ekaristi, kita menerima mukjizat yang begitu besar dan luar biasa, dalam rupa sepotong hosti kecil dan begitu biasa. Ya, Tuhan, jangan biarkan mata rohaniku gagal melihat Engkau! Betapa seharusnya aku bersyukur, dan melambungkan pujian Mazmur, “Kecaplah betapa sedapnya Tuhan… betapa baiknya Tuhan itu…Engkau membuka tangan-Mu ya Tuhan, dan mengenyangkan kami” (Mzm 34:9; 145: 16).
“Biarlah aku mengenali Engkau, sebagaimana para murid-Mu, di saat pemecahan roti, sehingga Komuni kudus ini menjadi terang yang menghalau kegelapan dalam jiwaku…. Tinggallah di dalamku, ya Tuhan Yesus, sebab hanya Engkaulah yang kurindukan, Kasih-Mu, Rahmat-Mu, Kehendak-Mu, Hati-Mu, Roh-Mu, sebab aku mengasihi- Mu dan aku tidak meminta yang lain, kecuali agar aku mengasihi Engkau, lebih dan lebih lagi. Amin.” (St. Padre Pio)