Demikian sekilas keterangan yang kami peroleh tentang Patriarkh dari New Advent Encyclopedia, silakan klik:
Kitab Hukum Kanonik yang tertua menyatakan bahwa hanya ada tiga uskup yang mempunyai wewenang kepatriarkhan yaitu Uskup Roma, Aleksandria dan Antiokhia. Penerus Rasul Petrus tentu menempati tempat tertinggi dan merangkum di dalam dirinya semua jabatan. Ia tidak hanya adalah uskup tetapi juga kepala otoritas gerejawi di daerah metropolitan (umum sekarang dikenal sebagai Uskup agung), uskup tertinggi/ primat, dan patriarkh yang utama. Setelah hirarki di antara uskup terbentuk, otoritas tertinggi tetap ada pada Uskup Roma, yang kemudian dikenal dengan sebutan Paus. Paus adalah kepala yang kelihatan dari seluruh Gereja. Sebagai uskup Roma, ia memimpin keuskupan Roma; sebagai uskup metropolitan (uskup agung) ia memimpin provinsi Roma, sebagai primat, ia memimpin para uskup Italia; dan sebagai patriarkh ia memimpin seluruh Gereja Barat ritus Latin; sedangkan di Gereja-gereja Timur, ia disebut sebagai imam tertinggi (supreme pontiff).
Sebelum Konsili Nicea (325) dua uskup Timur yang mempunyai otoritas patriarkh yang sama adalah uskup Aleksandria dan uskup Antiokhia. Agaknya sulit dijelaskan mengapa sampai terbentuk dua daerah keuskupan ini. Uskup Aleksandria mengepalai uskup-uskup Mesir, sedangkan Uskup Antiokhia mengepalai uskup-uskup di Syria, Asia Kecil, Yunani dan daerah-daerah lainnya di Timur. Selanjutnya, menjadi pandangan populer bahwa ketiga kepatriarkh-an ini berhubungan dengan Rasul Petrus. Rasul Petrus mendirikan Gereja di Roma; di Antiokh dan di Aleksandria melalui muridnya St. Markus.
Setelah agama Kristen berkembang di abad ke-4, maka mulai banyak peziarah datang ke Holy Land (Tanah Suci). Sejak saat itu Uskup Yerusalem mempunyai peran yang penting. Konsili Nicaea memberikan penghormatan kepadanya, walau tetap mengakui keutamaan metropolis Kaisarea, dan akhirnya melalui Juvenal Yerusalem (420-458) posisi keuskupan Yerusalem diakui sebagai patriarkhat. Konsili Kalsedon (451) memisahkan Palestina dan Arabia (Sinai) dari wilayah keuskupan Antiokhia dan dari mereka terbentuklah Patriarkhat Yerusalem (Sess. VII dan VIII).
Namun naiknya Konstantinopel ke jenjang Patriarkhat mempunyai cerita yang panjang. Sebab pada awalnya yang yang mencetuskan Byzantium/ Konstantinopel menjadi “Roma yang baru” adalah Kaisar Konstantin. Sepanjang beberapa abad, para Paus menentang ambisi ini. Paus Damasus dan Gregorius Agung menolak untuk mengakui kedudukan Keuskupan Konstantinopel di tempat kedua setelah Roma ini. Namun demikian Konstantinopel berkembang karena dukungan Kaisar, karena kebijakan sentral yang menguntungkan otoritas para uskup di daerah tersebut. Konsili Kalsedon akhirnya menjadikan Konstantinopel sebagai patriarkhat dengan Asia Kecil dan Thrace sebagai daerah yurisdiksi, dan memberikannya tempat kedua setelah Roma (Kan. 28). Paus Leo Agung (440-461) menolak kanon ini, yang dibuat tanpa kehadiran utusannya, dan selama berabad kemudian, Roma tetap menolak untuk memberikan tempat kedua kepada Konstantinopel. Baru pada Konsili Ekumene keempat di Konstantinopel (869) Paus mengakui Konstantinopel di tempat kedua di antara ke-Patriarkhan Gereja Timur, dan baru pada Konsili Lateran yang ke-empat (1215) Patriarkh Latin di Konstantinopel diadakan, dan tahun 1439 Konsili Florence memberikannya kepada para patriarkh Yunani. Namun demikian, di daerah Timur, kehendak Kaisar cukup kuat untuk menerima pengakuan bagi kepatriarkh-annya sebagai patriarkh kedua, walaupun tidak secara hukum. Maka urutannya menjadi Roma, Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia dan Yerusalem.
Terlepas dari bermacam pandangan tentang ke-patriarkh-an Konstantinopel, Paus Benediktus XVI mengakui hubungan persaudaraan yang sangat dekat antara Gereja Katolik yang berpusat di Roma, dengan Kepatriarkhan Konstantinopel dan bahwa Tradisi mengklaim bahwa didirikan oleh Rasul Andreas. Hal ini nyata dalam pidato kunjungan apostoliknya ke Turki pada tanggal 6 Desember 2006, “…. This event provided an ideal context for the consolidation of fraternal relations between the Bishop of Rome, Successor of Peter, and the Ecumenical Patriarch of Constantinople, a Church which Tradition claims was founded by the Apostle St Andrew, Simon Peter’s brother….” (“Kunjungan ini memberikan konteks yang ideal bagi konsolidasi hubungan persaudaraan antara Uskup Roma, Penerus Rasul Petrus dan Patriarkh Ekumenis Konstantinopel, Gereja yang Tradisi mengklaim telah didirikan oleh Rasul Andreas, saudara Simon Petrus”).
Syalom keluarga katolisitas.
Saya ingin menanyakan tentang sejarah Katolik dulu sewaktu awal mula gereja pada angkatan pertama pemimpin gereja setelah para rasul. Dulu itu apa benar ada 5 pemimpin gereja di berbagai daerah seperti Roma, Turki dll (sy tdk tau yg laennya). Lalu dari kelima pemimpin ini, Roma yg mengklaim kalo Roma merupakan gereja katolik yg satu dan yg benar? Saya ingin tau karena apa keputusan itu di ambil sehinnga sekrg gereja katolik berpusat di Roma. Sy menanyakan hal ini karena ada seseorg yg dr gereja non-katolik menceritakan hal ini dan menganggap para paus kita haus akan kekuasaan. Terima kasih. Berkah dalam.
[Dari Katolisitas: Silakan untuk pertama-tama membaca dahulu artikel- artikel sehubungan dengan pertanyaan Anda:
Menurut sejarah, ada berapa jumlah Patriarkh?
Keutamaan Gereja Roma: Primus Inter Pares
Silakan juga untuk membaca artikel seri tentang keutamaan Rasul Petrus di situs ini:
Shalom katolisitas
Saya mau Tanya apa gereja katolik timur itu buatan paus kenapa dari imam orthodoks mengatakan demikian
Bisa berikan buktinya baik sejarah maupun lainnya terus kenapa gereja Assyria di Wikipedia tidak mau disebut Nestorian Dan gereja orthodoks oriental disebut miaphisit lalu di situs gak resmi gereja orthodoks Indonesia mereka juga memakai tulisan bapa gereja tapi beda ? Terima kasih
Shalom Tridentinus,
Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18-20), sehingga bukan buatan Paus. Tentang topik Sejak kapan Gereja disebut Gereja Katolik, silakan klik di sini. Memang ada sebagian orang yang tidak setuju dengan ajaran Gereja Katolik tentang hal ini, dan kita tidak dapat memaksakannya. Namun demikian, kita memiliki dasar yang kuat untuk percaya bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sendiri. Pada prinsipnya, Gereja adalah sesuatu yang dibentuk oleh Kristus, dan kita terima sebagai pemberian dari-Nya. Maka Gereja bukan sesuatu yang dibentuk sendiri oleh manusia, namun dikatakan bahwa itu adalah dari Kristus.
Gereja lahir secara resmi pada hari Pentakosta, dan sejak saat itu bertumbuh dan berkembang di bawah arahan para Rasul, yang dipimpin oleh Rasul Petrus. Tentang keutamaan Rasul Petrus, silakan membaca beberapa artikel terkait di situs ini:
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci
Keutamaan Petrus (2): Bukti Sejarah tentang Keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap Mereka yang Menentang Keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (4): Menurut Dokumen Awal Gereja
Keutamaan Petrus (5): Dalam Gereja di Lima Abad Pertama
Silakan juga membaca artikel terkait tentang Rasul Petrus:
Tentang Petros dan Petra
Arti Kunci Rasul Petrus dan Kerajaan Surga
Keutamaan Gereja Roma: Primus Inter Peres
Situs Katolisitas adalah situs Katolik, sehingga tidak pada tempatnya, jika Anda mengharapkan penjabaran tentang ajaran iman non- Katolik di situs ini. Yang dapat kami sampaikan adalah, gereja Assyria yang disebut di Wikipedia (the Assyrian Church of the East) tidak berada dalam persekutuan/ kesatuan yang penuh dengan Gereja Katolik. Daftar ke 22 Gereja-gereja Timur yang berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, dapat dibaca di sini, silakan klik.
Gereja-gereja Timur yang berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik mempunyai kesatuan ajaran iman dengan Gereja Katolik, mereka mempunyai suksesi apostolik, dan juga mengakui kepemimpinan Paus, sebagai penerus Rasul Petrus, selaku pemimpin tertinggi Gereja di dunia. Sedangkan gereja-gereja Timur Orthodoks yang tidak berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, tidak mengakui kepemimpinan Paus.
Gereja-gereja Timur Non- Chalcedonianism adalah sebutan bagi gereja-gereja yang menolak hasil Konsili Kalsedon (451), dan karena itu memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja Katolik. Doktrin yang diteguhkan di Konsili tersebut adalah pengakuan bahwa dalam Diri Kristus yang satu dan sama, terdapat dua kodrat (kodrat Allah dan kodrat manusia) yang tidak tercampur baur, tidak berubah, tidak dapat dibagi- bagi dan tidak dapat dipisahkan. Kedua kodrat ini ada bersama- sama dalam satu Pribadi, satu Hakekat, dan tidak terbagi menjadi dua di antara keduanya. Doktrin ini merupakan kelanjutan dari doktrin yang ditetapkan di Nicea (325) yaitu tentang ke- Tuhanan Yesus, yang pada waktu itu ditegaskan kembali untuk meluruskan ajaran sesat Arianisme. Jika anda tertarik lebih lanjut tentang topik ini silakan membaca di artikel ini, silakan klik. The Church of the East -yang dikenal juga dengan sebutan Nestorian Christianity, selain menolak hasil Konsili Kalsedon, juga menolak hasil Konsili Efesus (431).
Dengan penolakan ini, mereka mengimani pengajaran yang serupa dengan ajaran sesat Nestorianism, yang mengatakan bahwa Yesus bukannya mempunyai satu pribadi, tetapi dua pribadi. Ajaran sesat ini sesungguhnya sudah berkali- kali dikecam oleh para Bapa Gereja, terutama oleh Konsili Efesus (431) dan St. Paus Leo Agung (440-461). Yesus tidak mungkin mempunyai dua Pribadi, karena jika demikian Dia bukan manusia yang sempurna. Yesus hanya mempunyai Satu Pribadi, namun terdiri dari dua kodrat yang keduanya bersatu secara hypostatik (hypostatic union), yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia, di mana kedua kodrat tersebut mempunyai karakternya masing- masing yang tidak tercampur baur.
Nah jika sekarang Assyrian Church of the East menolak untuk dihubungkan dengan Nestorianism, itu perlu ditanyakan kepada mereka sendiri, mengapa, sebab dari sejarahnya, jika mau dihubungkan dengan zaman Kristus dan para rasul, maka dulunya mereka adalah turunan dari Church of the East itu, yang mengikuti ajaran Nestorianism. Sekarang, memang jika kita membaca di Credo yang dipasang di halaman depan situs tidak resmi/unofficial mereka, sepertinya sudah bergeser dari ajaran Nestorius. Sebab dikatakan di sana di dua baris terakhir, bahwa mereka mengakui bahwa Yesus mempunyai dua kodrat dalam satu Pribadi.
Terminologi “Miaphysitism” adalah istilah yang dipakai oleh gereja-gereja Timur Orthodoks sebagai reaksi mereka untuk menjauhkan diri dari pandangan ekstrim Nestorianism (bahwa di dalam diri Yesus ada dua pribadi yang berbeda yaitu pribadi Allah dan manusia). Maka mereka mengambil istilah miaphysitism (dari kata physis= nature) untuk menjelaskan bahwa mereka berpegang bahwa di dalam pribadi Kristus, ke-Allahan dan kemanusiaan bersatu di dalam satu kodrat (physis). Di sini terlihat, walaupun rumusannya mirip dengan ajaran Gereja Katolik, namun istilah yang digunakan berbeda. Sebab Gereja Katolik, sesuai dengan rumusan Konsili-konsili sampai dengan konsili Kalsedon jelas mengatakan bahwa Kristus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia dalam satu Pribadi. Kedua kodrat itu bersatu sedemikian rupa, yang disebut hypostatic union, di mana kedua kodrat tidak tercampur baur, tidak terpisahkan, tidak tergantikan/ berubah, tidak terbagi-bagi. Kemungkinan karena mengacu kepada satu kodrat itulah, seringkali Miaphysitism dihubungkan dengan heresi Monophysitism, yang merupakan paham Kristologi bahwa setelah Inkarnasi, Kristus hanya mempunyai satu kodrat (mono=satu, physis= kodrat), yaitu kodrat ke-Allahan-Nya yang mengatasi kodrat kemanusiaan-Nya.
Tulisan Bapa Gereja yang diakui oleh Gereja Katolik adalah tulisan para penulis Kristiani yang terhubung dengan pengajaran para Rasul, dan yang dengan setia melestarikan ajaran para Rasul tersebut. Nah ajaran para Rasul dilestarikan secara definitif di dalam rumusan konsili-konsili para Uskup, yang adalah para penerus Rasul. Maka ajaran para Bapa Gereja yang sesuai dengan ajaran Konsili dianggap sebagai bagian dari Tradisi Suci para Rasul, sedangkan yang tidak sesuai, tidak menjadi bagian dari Tradisi Suci para rasul. Nampaknya gereja-gereja Timur Orthodoks tidak sepaham dengan prinsip ini, maka tak mengherankan jika tulisan-tulisan Bapa Gereja yang dijadikan acuan juga tidak sama. Namun demikian, jika diamati, terdapat lebih banyak persamaan daripada perbedaan, sebab pada dasarnya ajaran yang menjadi acuan tetaplah iman kepada Allah Trinitas dan bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah telah menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Seharusnya pernyataan, seperti ini
Quote :
“Walaupun gereja Orthodox Konstanstinopel yang sekarang mengklaim bahwa pendiri mereka adalah St. Andreas, namun nampaknya hal tersebut sesungguhnya masih merupakan perdebatan.”
sangat disayangkan jika diutarakan oleh seorang admin dari situs resmi Gereja Katolik seperti Katolisitas (Saya belum tahu apakah ini situs resmi atau bukan.
Jika Ibu Inggrid ingin memulai perdebatan mengenai status suksesi Konstantinopel dari Rasul Andreas, mungkin Ibu Inggrid dapat mengajukan perdebatannya dengan situs Resmi dari Tahta Suci sendiri.
“And it is certain that it is partly because of the family tie between Peter and Andrew that the Church of Rome and the Church of Constantinople feel one another in a special way to be Sister Churches.”
http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/audiences/2006/documents/hf_ben-xvi_aud_20060614_en.html
Shalom Yohanes,
Sejujurnya, klaim bahwa St. Andreas-lah yang mendirikan Gereja di Konstantinopel memang masih menjadi topik perdebatan, karena jejak catatan sejarah tentang Kristianitas tidak muncul di Konstantinopel sebelum akhir dari abad kedua atau awal abad ketiga. Tradisi mencatat bahwa Gereja Byzantium merupakan daerah bagian Heraclea di Thrace, pada awal abad ke-3. Klaim yang mengatakan bahwa St. Andreas mendirikan Gereja Byzantium umumnya mengambil sumber dari dokumen di abad ke-5, yang konon ditulis oleh Dorotheus, Uskup Tyre di akhir abad ke-3. Lebih lanjut tentang hal ini, dapat dibaca di link ini, silakan klik. Adanya ketidaksesuaian abad penulisan adalah satu hal yang dapat didiskusikan, namun juga jika seandainya klaim itu benar-pun, tetap tulisan ini tidak berasal dari zaman abad pertama yang dapat memperkuat otentisitas klaim tersebut. Ini berbeda misalnya, dengan catatan sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma, yang dapat kita ketahui dari tulisan para Bapa Gereja di abad pertama itu juga, yaitu St. Klemens, St. Ignatius dari Antiokhia, dan St. Papias, selain dari surat Rasul Petrus sendiri. Dalam suratnya, Rasul Petrus menyebut Babilon sebagai nama lain dari kota Roma (1 Pet 1:1, 5:12-13).
Nah, bahwa dalam Audiensi Umum itu Paus Benediktus XVI menyebut bahwa Gereja Katolik Roma menyebut gereja Konstantinopel sebagai saudara, itu adalah pernyataan yang benar, yang tidak saja berlaku untuk gereja Orthodox Konstantinopel, tetapi juga untuk gereja-gereja Timur Orthodox lainnya. Sebab memang menurut Konsili Vatikan II, Gereja Katolik mengakui hubungan sebagai saudari dengan gereja-gereja Timur Orthodox, karena Gereja Katolik mengakui adanya jalur apostolik di dalam gereja-gereja ini. Konsili Vatikan II mengatakan demikian:
“14. Sudah berabad-abad lamanya Gereja-Gereja Timur dan Barat menempuh perjalanan masing-masing, namun tetap berhubungan karena persekutuan persaudaraan dalam iman dan kehidupan sakramental. Sementara itu berdasarkan persetujuan Takhta Roma berperan sebagai pembimbing, bila antara Gereja-Gereja itu timbul sengketa tentang iman dan tata-tertib. Konsili suci – di antara hal-hal lain yang penting sekali – berkenan mengingatkan kepada segenap umat beriman, bahwa di Timur banyaklah Gereja-Gereja khusus atau setempat yang berkembang dengan subur. Di antaranya yang terpenting ialah Gereja-Gereja patriarkal. Cukup banyak di antaranya membanggakan para Rasul sendiri sebagai asal-usulnya. Maka dari itu di kalangan Gereja-Gereja Timur telah dan masih tetap diutamakan usaha yang istimewa untuk melestarikan hubungan -hubungan kekerabatan dalam persekutuan iman dan cinta kasih, yang harus tetap terjalin antara Gereja-Gereja setempat, bagaikan antara saudari….” (Unitatis Redintegratio, 14)
Maka dokumen tersebut juga tidak menyebutkan apakah Gereja Katolik mengakui kebenaran klaim gereja-gereja Timur Orthodox secara spesifik, namun mengakui bahwa cukup banyak di antara gereja-gereja tersebut yang mengklaim asal usul mereka dari para rasul. Gereja Katolik mengakui adanya jalur apostolik dalam gereja-gereja tersebut, yang nyata dengan adanya kehidupan sakramental dan liturgi yang kaya, sebagaimana yang ada dalam Gereja Katolik.
Sekarang mari kita lihat pernyataan Paus Benediktus XVI dalam Audiensi Umum yang teksnya Anda jadikan referensi:
“And it is certain that it is partly because of the family tie between Peter and Andrew that the Church of Rome and the Church of Constantinople feel one another in a special way to be Sister Churches. To emphasize this relationship, my Predecessor Pope Paul VI, in 1964, returned the important relic of St. Andrew, which until then had been kept in the Vatican Basilica, to the Orthodox Metropolitan Bishop of the city of Patras in Greece, where tradition has it that the Apostle was crucified.”
Walaupun di sana disebut nama Petrus dan Andreas dan diakuinya hubungan keluarga antara keduanya, namun teks dokumen tersebut tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa St. Andreas-lah yang mendirikan Gereja Konstantinopel. Yang disampaikan secara eksplisit di sana adalah, bahwa: 1) Gereja Katolik mengakui gereja Orthodox Konstantinopel sebagai saudari (keduanya adalah Sister Churches), karena hubungan saudara antara Rasul Petrus dengan Andreas; 2) untuk menekankan hubungan persaudaraan ini, Paus Paulus VI menyerahkan relikwi St. Andreas yang tadinya tersimpan di Vatikan, kepada Uskup Metropolitan Orthodox di Yunani, yaitu di tempat di mana menurut tradisi, ia wafat disalibkan. 3) Rasul Andreas adalah Rasul yang berkarya di daerah Yunani.
Namun apakah sebenarnya Rasul Andreas-lah yang mendirikan gereja di Konstantinopel, tidak secara eksplisit diakui di sini. Bahwa ada kemungkinan memang demikian, itu benar, tetapi secara obyektif catatan sejarah tidak terlalu jelas menyatakan hal itu. Walaupun demikian, Gereja Katolik tetap menghormati klaim gereja Konstantinopel, sebab terdapat kemungkinan hal itu dapat terjadi. Kita ketahui bahwa para Bapa Gereja mencatat bermacam daerah misi Rasul Andreas, yaitu: 1) menurut Eusebius (263-339) dalam tulisannya Church History III.1 mengutip Origen: di Scythia; 2) menurut St. Gregorius Nazianza (329-389) dalam Oration 33: di Epirus, 3) menurut St. Jerome/ Hieronimus (340-420) dalam Ep. ad Marcell di Achaia; 4) menurut Theodoret (393-457) dalam On Ps. cxvi: di Hellas. Maka mungkin saja semua catatan itu benar, sebagaimana disimpulkan oleh Nicephorus, yaitu bahwa Rasul Andreas mengajar di Kapadokia, Galatia, Bithinia, Scythia, dan kemungkinan juga Byzantium dan Thrace, Makedonia, Thessaly dan Achaia. Namun jika diperhatikan, semua tulisan berasal dari tulisan di abad ke 3.
Demikianlah klarifikasi dari saya perihal pernyataan saya, “Walaupun gereja Orthodox Konstanstinopel yang sekarang mengklaim bahwa pendiri mereka adalah St. Andreas, namun nampaknya hal tersebut sesungguhnya masih merupakan perdebatan.”
Jika Anda menemukan pernyataan eksplisit dari Paus Benediktus XVI ataupun dari dokumen lainnya yang dikeluarkan oleh Magisterium yang menyatakan bahwa Gereja Katolik mengakui bahwa yang mendirikan Gereja Konstantinopel adalah Rasul Andreas, maka saya akan merevisi pernyataan saya, dengan mengacu kepada dokumen tersebut. Namun sepanjang saya belum menemukan pernyataan tersebut, saya berpegang kepada fakta bahwa walaupun klaim tersebut itu mungkin terjadi, namun catatan sejarah yang mendukungnya tidak cukup kuat, sebab tidak berasal dari tulisan abad pertama. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika kita mengetik di google, terdapat tulisan-tulisan yang mempertanyakan klaim tentang apakah benar Rasul Andreas yang mendirikan Gereja Konstantinopel.
Situs Katolisitas memang bukan situs Vatikan, namun kami berkomitmen untuk menyampaikan apa yang disampaikan secara resmi oleh Magisterium. Maka tidak ada niatan kami untuk mempertanyakan ataupun mendebat apa yang telah secara eksplisit ditulis di situs Vatikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Dapatkah saya mengusulkan agar Anda menyampaikan pandangan Anda dengan nada yang lebih bersahabat? Terima kasih.
Apakah Bu Inggrid bersedia meminta maaf atas pernyataan anda itu?
Today, in this Patriarchal Church of Saint George, we are able to experience once again the communion and call of the two brothers, Simon Peter and Andrew, in the meeting of the Successor of Peter and his Brother in the episcopal ministry, the head of this Church traditionally founded by the Apostle Andrew. Our fraternal encounter highlights the special relationship uniting the Churches of Rome and Constantinople as Sister Churches.
Patriarchal Church of Saint George in the Phanar, Istanbul
Thursday, 30 November 2006
Hari ini, dalam Gereja Kepatriarkhan St. George, kita dapat mengalami sekali lagi persekutuan dan panggilan dari dua bersaudara ini, Simon Petrus dan Andreas, dalam pertemuan Suksesi Petrus dan saudaranya dalam satu pelayanan keuskupan, kepala Gereja ini secara Tradisi didirikan oleh Rasul Andreas. Pertemuan persaudaraan kita menyoroti hubungan khusus yang menyatukan Gereja Roma dan Konstantinopel sebagai Gereja yang bersaudara.
Gereja Kepatriarkhan St. George, di Phanar, Istanbul, Kamis, 30 November 2006
http://www.vatican.va/holy_father/benedict_xvi/speeches/2006/november/documents/hf_ben-xvi_spe_20061130_divine-liturgy_en.html
So Ibu Inggrid, waktunya meminta maaf kepada semua jemaat yang berasal dari Suksesi Rasul Andreas.
Shalom Yohanes,
Pertama-tama, terima kasih atas masukan Anda tentang informasi teks pidato Paus Benediktus XVI tentang pengakuan Paus Benedictus XVI akan pendirian Gereja Konstantinopel oleh Rasul Andreas. Saya sudah merevisi di artikel di atas, dengan menambahkan kutipan pernyataan Paus dalam pidato kunjungan apostoliknya ke Turki tanggal 6 Desember 2006 yang lalu, tentang hal itu.
Namun baik saya sampaikan di sini, bahwa tidak ada maksud dari pihak saya untuk menyinggung Anda ataupun anggota Gereja Orthodoks Konstantinopel. Maka jika Anda merasa tersinggung, saya mohon maaf.
Sebenarnya, yang saya sampaikan di sana adalah berdasarkan catatan sejarah yang saya kutip dari situs Katolik New Advent Encyclopedia (yang sudah ada nihil obstat dan imprimatur), yang juga sering dikutip ataupun menjadi referensi bagi situs-situs Katolik lainnya. Situs Catholic Answers, juga menyatakan hal yang serupa, “Fr. Francis Dvornik of pious memory, who has changed the way most scholars think of the extremely controversial Patriarch St. Photius the Great of Constantinoplestates that St. Andrew did not establish the See of Constantinople, for there is no trace whatsoever of this legend in Eastern or Western tradition before the late 600s/early 700s, and the late-800s official Typicon of the Church of Hagia Sophia does not have a feast of St. Stachys the Apostle and does not mention the Apostolic foundations of the See of Constantinople in its entry for the glorious martyr St. Andrew the Apostle.” Silakan jika Anda terpanggil, untuk memberitahukan juga kepada situs Catholic Answers, agar merekapun memperoleh informasi tentang hal ini.
Memang dari khotbah Paus Benedict XVI yang singkat itu, kita tidak dapat mengetahui tulisan Bapa Gereja yang mana yang oleh Paus dijadikan acuan Tradisi, sehingga beliau mengatakan, “This event provided an ideal context for the consolidation of fraternal relations between the Bishop of Rome, Successor of Peter, and the Ecumenical Patriarch of Constantinople, a Church which Tradition claims was founded by the Apostle St Andrew, Simon Peter’s brother.…” Namun saya percaya, beliau mempunyai dasar juga sebelum menyatakan demikian, yang belum saya ketahui. Sebab sejauh yang saya ketahui dasar yang sering dijadikan referensi bahwa St. Andreas mendirikan Gereja Byzantium (di abad ke-1 namanya bukan Konstantinopel) adalah tulisan yang ditemukan di abad ke-5 oleh Dorotheus, Uskup Tyre (akhir abad ke-3, jadi tidak berasal dari abad ke-1 atau 2, yang dapat menjadi bukti yang lebih otentik). Namun kemungkinan bahwa Rasul Andreas mendirikan Gereja di Byzantium memang ada, sebab Byzantium merupakan salah satu daerah misi pewartaan Rasul Andreas, sebagaimana telah saya sebutkan di tanggapan saya yang terdahulu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom pengasuh Katolisitas
Menurut gereja orhtodox Konstantinopel itu merupakan suksesi dari St.andreas dan Yerusalem itu suksesi dari St.yakobus tetapi diatas dinyatakan berebeda bagaimana tanggapannya?Terimakasih
Shalom Yohanes,
Nampaknya perlu dibedakan pengertian Patriarkh dan suksesi apostolik. Patriarkh artinya bapa atau kepala dari suatu suku bangsa (patria adalah keluarga). Istilah ini digunakan dalam Kitab Septuaginta untuk mengacu kepada kepala suku (lih. 1 Taw 24:31; 27:22, 2 Taw 23:20), dan di Perjanjian Baru, mengacu kepada Abraham sebagai bapa bangsa (Ibr 7:4), Daud (Kis 2:29) dan kedua belas anak Yakub (Kis 7:8-9). Nah, pada masa Gereja perdana, para uskup dengan kedudukan yang khusus disebut patriarkh.
Banyak di antara gereja-gereja Timur, baik yang dalam kesatuan dengan Gereja Katolik maupun yang tidak, mempunyai suksesi apostolik, dan hal inipun diakui dalam dokumen Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio, demikian:
“Konsili suci – diantara hal-hal lain yang penting sekali – berkenan mengingatkan kepada segenap umat beriman, bahwa di Timur banyaklah Gereja-Gereja khusus atau setempat yang berkembang dengan subur. Di antaranya yang terpenting ialah Gereja-Gereja patriarkal. Cukup banyak diantaranya membanggakan para Rasul sendiri sebagai asal-usulnya. Maka dari itu di kalangan Gereja-Gereja Timur telah dan masih tetap diutamakan usaha yang istimewa untuk melestarikan hubungan -hubungan kekerabatan dalam persekutuan iman dan cinta kasih, yang harus tetap terjalin antara Gereja-Gereja setempat, bagaikan antara saudari.” (Konsili Vatikan II, Unitatis Reditegratio, 14).
Kita ketahui bahwa setelah hari Pentakosta, para rasul memang pergi menjadi saksi Kristus, baik di Yerusalem, di seluruh Yudea, sampai ke ujung bumi (lih. Kis 1:8). Kita ketahui dari Kisah para rasul, bahwa Rasul Yakobus menjadi uskup di Yerusalem (lih. Kis 15). Hal ini sesuai dengan catatan Hegesippus -seorang pengarang Kristen di zaman para rasul- dalam buku kelima Commentaries, yang menulis tentang Rasul Yakobus, “Setelah para rasul, Yakobus saudara Tuhan yang disebut ‘yang adil’ (the Just) dijadikan kepala Gereja di Yerusalem.” Namun sejauh yang saya ketahui, tidak ada catatan sejarah di abad pertama (zaman para rasul) perihal siapakah Rasul yang mendirikan gereja Konstantinopel. Walaupun gereja Orthodox Konstanstinopel yang sekarang mengklaim bahwa pendiri mereka adalah St. Andreas, namun nampaknya hal tersebut sesungguhnya masih merupakan perdebatan. Silakan membaca sekilas di link ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.