[Hari Minggu Prapaskah I: Kej 2:7-9; 3:1-7; Mzm 51:3-17; Rm 5:12-19; Mat 4:1-11]

Minggu pertama masa Prapaska ini dibuka dengan permenungan tentang Tuhan Yesus yang dicobai iblis di padang gurun. Peristiwa ini terjadi di awal karya Yesus di hadapan publik yang kemudian memuncak dengan kurban salib-Nya dan kebangkitan-Nya dari kematian. Mungkin kita yang bertanya- tanya, mengapa, kok Tuhan Yesus mau-maunya membiarkan iblis mencobai Dia. Sungguh ini adalah misteri bagi kita, yang jawaban tuntasnya baru kita ketahui jika kelak kita bertemu dengan Tuhan Yesus di Surga. Namun sementara ini kita dapat belajar dari St. Yohanes Krisostomus, yang mengatakan demikian, “Sebab Tuhan Yesus melakukan segala sesuatu untuk memberikan pengajaran kepada kita, demikianlah  Ia membiarkan diri-Nya dicobai oleh iblis… Ia melakukan ini agar orang-orang yang sudah dibaptis tidak menjadi kecil hati, jika setelah Baptisan mereka mengalami pencobaan-pencobaan yang lebih besar…”

Yesus mau mengajarkan kepada kita dengan teladan-Nya bahwa tak seorangpun dapat berpikir bahwa dirinya kebal terhadap segala jenis godaan. Sebab godaan iblis yang ditujukan kepada Yesus sebenarnya juga dapat ditujukan kepada kita, tentu saja dalam bentuk yang berbeda, yang lebih cocok dengan keadaan kita. Iblis tidak akan menawarkan kepada kita seluruh kerajaan di dunia, sebab ini mungkin terlalu tinggi bagi kita. Tapi iblis dapat mencobai kita di titik kelemahan kita, yang tak terlalu tinggi, namun cukup untuk membuat kita jatuh. Godaan untuk mengejar kekayaan dan segala yang sedang nge-trend saat ini; godaan untuk tidak setia kepada suami atau istri; godaan untuk melihat gambar atau situs porno, atau bahkan berbagai bentuk kecanduan lainnya: kecanduan main game, nonton sinetron TV, belanja di mall, atau kecanduan rokok, minum alkohol dan makan-makan di restoran setiap hari. Atau bentuk godaan yang lebih halus, tetapi lebih berbahaya, yaitu godaan untuk merasa diri lebih hebat, lebih baik atau lebih suci. Semua godaan itu membuat kita semakin memusatkan perhatian pada diri sendiri dan menjauhkan diri dari Allah, yang dapat berujung pada kegelisahan dan keputusasaan. Tuhan Yesus memberikan teladan agar kita mampu mengalahkan godaan-godaan itu, yaitu: dengan kerendahan hati dan mengandalkan Allah.

Yesus sendiri telah melakukannya. Setelah berpuasa 40 hari, Yesus yang tentunya merasa lapar, dicobai iblis agar mengubah batu menjadi roti. Namun Yesus bukannya hanya menolak makanan yang sangat dibutuhkan-Nya itu, tetapi juga menolak godaan yang lebih besar, yaitu godaan untuk menggunakan kekuatan ilahi-Nya untuk melarikan diri dari kesulitan yang dihadapi. Betapa besar kerendahan hati Yesus saat Ia sepenuhnya mengambil keadaan sebagai manusia. Marilah berdoa agar kitapun dapat dengan teguh menjalani hidup, mau bekerja keras, dan tidak segan berkorban demi kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi. Di saat kita lelah dan lemah, kita perlu waspada terhadap godaan semacam ini. Semoga kita dapat meniru Kristus, agar tidak mudah melarikan diri dari kesulitan, tetapi menghadapinya dengan kekuatan yang dari Tuhan. Selanjutnya, Yesus digoda iblis untuk menjatuhkan diri dari bubungan bait Allah, agar Allah dapat mengutus para malaikat-Nya untuk menatang Yesus. Tuhan Yesus juga menolak cobaan ini. Ia menolak melakukan ‘show off’ mukjizat hanya untuk alasan yang sia-sia. Demikianlah, iblis-pun dapat mencobai kita dengan godaan serupa, supaya kita tertarik untuk tampil sebagai seorang yang hebat, bahkan untuk alasan yang sepertinya rohaniah. Tuhan Yesus mengajarkan kita agar kita jangan mencobai Tuhan, untuk alasan agar dikagumi orang. Di cobaan yang terakhir, iblis menawarkan Yesus segala kemuliaan dan kuasa di dunia, asalkan Yesus mau menyembahnya. Tuhan Yesus lalu mengusirnya. Demikianlah, iblis selalu mengarahkan kita untuk memutar pusat perhatian kita kepada sesuatu yang bukan Allah. Namun Yesus mengajarkan kita agar senantiasa mengarahkan hati kita kepada Allah dan mengandalkan Dia, sebab hanya Tuhan-lah yang dapat menyelamatkan kita.

Di sepanjang masa Prapaska ini, kita semakin disadarkan akan kelemahan kita sebagai manusia. Sebab dalam banyak kesempatan, kita masih mempunyai kecenderungan untuk meninggikan diri sendiri daripada meninggikan Tuhan. Atau kecenderungan untuk melakukan apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Atau kecondongan untuk selalu memilih yang enak dan mudah dan enggan berkorban. Apapun pergumulan kita, marilah dengan kerendahan hati kita memohon kepada Tuhan, agar Ia menuntun kita untuk mengalahkan segala godaan. Sebab Ia mengizinkan itu terjadi, agar membantu kita menjadi seseorang yang lebih baik dari hari kemarin. So help me, God.