Pertanyaan:
Pak Stef dan Bu Inggrid yth,
Setiap kali Yesus berkata: Imanmu telah menyelamatkanmu.
Pertanyaan saya:
– apa sih artinya “iman” itu?
– Bagaimanakah caranya agar kita bisa beriman dengan benar?
– Adakah hubungan antara Iman dengan: Mintalah maka kamu akan diberikan, ketoklah maka kamu akan dibukakan
– mengapa ada banyak orang yang meminta dengan sungguh-sungguh tetapi kok tidak diberikan juga, padahal sudah lama banget mintanya? misalnya minta jodoh! adakah hubungannya dengan iman disini?
Jawaban:
Shalom Pius Nugraha,
Terima kasih atas pertanyaan anda tentang iman, yang memang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita sebagai murid- murid Kristus. Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang iman, maka saya akan membahasnya dari definisi terlebih dahulu, baru kemudian kita dapat melihat kepada penerapannya dalam hidup kita. Semoga setelah itu kita semua dapat memeriksa, sejauh mana kita telah sungguh- sungguh beriman, dan apakah doa- doa kita sudah kita panjatkan dengan iman yang benar, dan ya, termasuk doa memohon jodoh, bagi mereka yang sedang bergumul dalam hal ini.
1. Definisi iman dari Kitab Suci:
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11:1)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah… (Ef 2:8)
Dengan demikian kita mengetahui bahwa iman berkaitan dengan pengharapan akan keselamatan kekal yang diberikan karena kasih karunia Allah. Rasul Yakobus mengajarkan, bahwa agar iman itu menyelamatkan, maka iman itu harus disertai perbuatan-perbuatan kasih, sebab tanpa perbuatan, iman itu kosong dan mati.
“…iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna…. Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman…. Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yak 2:22,24,26)
Dengan demikian sangat eratlah kaitan antara iman dan kasih, sebab keduanya adalah karunia Roh Kudus. Iman, pengharapan dan kasih adalah kebajikan ilahi yang menghantar kita kepada keselamatan kekal oleh Kristus, dan yang terbesar di antara ketiganya itu adalah kasih.
Oleh Dia (Yesus Kristus) kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” (Rom 5:2)
Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (1 Tim1:14)
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (1 Kor 13:2)
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Kor 13:13)
2. Pengertian iman menurut Magisterium Gereja Katolik
Iman, berasal dari kata pistis (Yunani), fides (Latin) secara umum artinya adalah persetujuan pikiran kepada kebenaran akan sesuatu hal berdasarkan perkataan orang lain, entah dari Tuhan atau dari manusia. Persetujuan ini berbeda dengan persetujuan dalam hal ilmu pengetahuan, sebab dalam hal pengetahuan, maka persetujuan diberikan atas dasar bukti nyata, bahkan dapat diukur dan diraba, namun perihal iman, maka persetujuan diberikan atas dasar perkataan orang lain. Maka iman yang ilahi (Divine Faith), adalah berpegang pada suatu kebenaran sebagai sesuatu yang pasti, sebab Allah, yang tidak mungkin berbohong dan tidak bisa dibohongi, telah mengatakannya. Dan jika seseorang telah menerima/ setuju akan kebenaran yang dinyatakan Allah ini, maka selayaknya ia menaatinya.
Maka tepatlah jika Magisterium Gereja Katolik menghubungkan iman dengan ketaatan dan mendefinisikannya sebagai berikut:
“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom16:26; lih. Rom1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”[4], dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”[5]. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya.” (Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum 5)
Maka dalam hal ini iman tidak berupa perasaan atau pendapat, tetapi merupakan sesuatu yang tegas, perlekatan akalbudi dan pikiran yang tak tergoyahkan kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Tuhan. Maka motif sebuah iman yang ilahi adalah otoritas Tuhan, yaitu berdasarkan atas Pengetahuan-Nya dan Kebenaran-Nya. Jadi, kita percaya akan kebenaran- kebenaran itu bukan karena pikiran kita mampu sepenuhnya memahaminya atau kita dapat melihatnya, namun karena Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Benar menyatakannya. Kebenaran yang dinyatakan oleh Allah ini diberikan melalui Sabda-Nya, yaitu yang disampaikan kepada kita umat beriman melalui Kitab Suci dan Tradisi Suci, sesuai dengan yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, yang kepadanya Kristus telah memberikan kuasa untuk mengajar dalam nama-Nya. Nah, untuk menerima kebenaran yang dinyatakan Allah ini, diperlukan kasih karunia dari Allah sendiri, dan untuk menanggapinya dengan ketaatan, diperlukan kerjasama dari pihak kita manusia.
Selanjutnya, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan,
KGK 1814 Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman “manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah” (Dei Verbum 5).Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rom 1:17) Iman yang hidup “bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).
3. Iman mempunyai dimensi obyektif dan subyektif
Melihat penjelasan di atas, maka kita mengetahui bahwa iman mempunyai dimensi obyektif dan subyektif. Obyektif, karena dasar kepatuhan akalbudi dan kehendak kita adalah kebenaran dari Tuhan (dari Kitab Suci dan Tradisi Suci), yang tidak mungkin salah; namun juga subyektif karena berhubungan dengan kebajikan yang dimiliki oleh tiap- tiap orang, yang melaluinya ia dapat menjadi taat beriman.
4. Bagaimana beriman yang benar?
a. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa iman adalah karunia Allah sehingga manusia dapat menerima apa yang diwahyukan Allah. Jadi untuk beriman yang benar, pertama- tama, kita harusmengetahui Kebenaran yang diwahyukan Allah itu. Kitab Suci mengajarkan:
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Rom 10:17)
Selanjutnya, Kitab Suci juga mengajarkan bahwa firman Kristus itu disampaikan secara lisan dan tertulis. Dengan demikian Gereja Katolik mengajarkan agar kita berpegang kepada Kitab Suci (ajaran firman Tuhan yang tertulis) dan Tradisi Suci (ajaran firman Tuhan yang disampaikan lisan oleh Kristus dan para rasul). Keduanya ini adalah sumber iman kita sebagai murid- murid Kristus. Rasul Paulus mengajarkan:
“Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15)
Jadi langkah awal untuk beriman dengan baik, adalah kenalilah dan pelajarilah kebenaran firman Tuhan, baik melalui Kitab Suci maupun Tradisi Suci, dan keduanya ini disampaikan dengan setia oleh Magisterium Gereja Katolik.
b. Karena kita mengetahui bahwa iman kita peroleh dari kasih karunia Allah, maka untuk bertumbuh di dalam iman, kita juga harus mengandalkan kasih karunia Allah ini. Kita harus hidup di dalam Kristus dan menerima rahmat-Nya, dan kita umat Katolik menerima rahmat ini melalui sakramen- sakramen, terutama sakramen Ekaristi, di mana kita menyambut Tubuh Kristus sendiri.
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yoh 6:56-57)
c. Selanjutnya, untuk menjadikan iman itu benar- benar hidup dan bertumbuh, iman itu harus dibarengi dengan perbuatan kasih:
“Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26)
5. Apakah ada hubungan antara iman dengan pengabulan doa permohonan?
Adalah suatu yang menarik bahwa anda bertanya apakah ada hubungan antara iman dengan firman Tuhan yang mengatakan, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Luk 11:9-10; Mat 7:7). Jawabnya: Tentu ada. Jika permohonan kita belum dikabulkan, kita selayaknya memeriksa batin; apakah kita sudah meminta dengan benar kepada Tuhan? Sebab yang menjadi fokus utama pada saat kita “meminta” kepada Tuhan, seharusnya adalah segala sesuatu yang dapat menghantar kita kepada keselamatan kekal, yang menjadi tujuan iman kita. Jika itu yang kita minta dengan iman, pasti itu akan dikabulkan oleh Tuhan. Sebab, jangan lupa, selanjutnya Tuhan Yesus berkata:
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:13)
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yoh 15:7)
“Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” (Yoh 16:24)
Jadi yang harus menjadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah kita pernah meminta Roh Kudus, atau untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus? Apakah kita sudah tinggal di dalam Kristus dan di dalam firman-Nya, dan melaksanakan perintah- perintah-Nya? Apakah kita sudah memohon dalam nama Tuhan Yesus? Sebab hal- hal di atas belum dilakukan, maka sudah saatnya kita memperbaiki sikap batin kita, dan mulai melakukannya. Sedangkan jika sudah melakukannya, mari kita tingkatkan, supaya kita bertumbuh di dalam iman dan kebenaran, sebab Kitab Suci mengatakan:
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)
Selanjutnya bagi kita umat Katolik, ini adalah kesempatan bagi kita untuk merendahkan hati dan memohon dukungan doa dari para orang kudus, terutama Bunda Maria. Kita belajar daripadanya, untuk mempunyai iman dan penyerahan diri yang total kepada Tuhan.
6. Mengapa sudah minta dengan sungguh- sungguh tetapi belum diberikan juga? Seperti minta jodoh.
Hal pengabulan doa memang merupakan hak Tuhan. Kita percaya bahwa Allah adalah Bapa yang baik dan Ia akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (lih. Rom 8:28). Dengan mengimani hal ini, maka jika kita harus menunggu pengabulan doa kita, kita percaya bahwa Allah sedang membentuk kita sesuai dengan rencana-Nya. Dalam masa penantian ini, Tuhan menginginkan agar kita bertumbuh dalam iman dan ketekunan. Percaya sepenuhnya bahwa Allah Bapa kita akan memberikan yang terbaik; entah jawab-Nya : “Ya”, “tidak”, atau “tunggu”.
Dalam hal jodoh, memang ada bagian yang harus dilakukan dari pihak yang memohon kepada Tuhan. Orang ini harus juga membuka diri dalam pergaulan, melibatkan diri dalam suatu komunitas Katolik, jika ingin mendapatkan jodoh seiman, dan harus mempunyai sikap ramah dan bersahabat kepada semua orang. (Ikutilah persekutuan doa, kegiatan lingkungan/ mudika paroki, kursus evangelisasi, atau koor gereja, atau Legio Mariae, atau kursus Kitab Suci, atau kegiatan lain yang memungkinkan anda memperdalam iman anda dan berinteraksi dengan sesama umat beriman). Seseorang yang meminta jodoh, tidak bisa hanya tinggal di kamar atau di rumah sendiri, lalu berharap ada yang datang mengetuk pintu dan memperkenalkan diri sebagai “sang jodoh”. Orang yang sungguh ingin menikah dan membina kehidupan keluarga harus berani menyatakan imannya dengan kasih dan pengorbanan kepada orang- orang yang ia jumpai. Karena sesuatu yang harus dipunyai oleh seorang suami atau istri dalam keluarga yang benar di mata Tuhan adalah kasih yang total dan rela berkorban. Pendeknya, orang ini harus berani berteman, mengasihi dan memperhatikan orang lain. Jadi pertemanan tidak terbatas hanya bermotif “untuk dipacari”, tetapi membina persahabatan yang baik dengan semua orang. Sebab mungkin saja rencana Tuhan bekerja melalui orang- orang lain, yaitu mereka yang diperhatikan/ menerima kasih itulah yang akhirnya dapat memperkenalkan kepadanya seseorang yang nantinya akan menjadi “sang jodoh” baginya.
Jika anda sedang bergumul dengan hal ini, silakan meningkatkan ketekunan anda dalam doa, membaca sabda Tuhan, dan menerima sakramen- sakramen, terutama Ekaristi. Dalam doa- doa anda fokuskan doa anda untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan, maka jika anda meminta jodoh, mintalah agar Tuhan mempertemukan anda dengan seseorang yang dapat membawa anda lebih dekat kepada Tuhan. Jadi, fokus utamanya tetap Tuhan dan keselamatan kekal terlebih dahulu, baru kemudian permohonan anda. Hal ini berlaku untuk permohonan apapun, baik itu untuk jodoh, kesehatan ataupun pekerjaan. Jangan lupa, Tuhan bersabda:
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33)
Mungkin maksud Tuhan menunda pengabulan doa anda dalam hal jodoh adalah, supaya anda bertumbuh di dalam iman anda terlebih dahulu, supaya anda menemukan juga jodoh anda yang dapat sehati sepikir dengan anda; agar kalian bersama- sama nanti dapat bersatu dalam kasih dan melayani Tuhan, saling menguduskan sampai kalian memasuki kehidupan yang kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
shalom katolisitas,
saya ingin meminta saran sebelumnya dari bp stef/ibu ingrid saya minta maaf kalo saya salah menempatkan pertanyaan saya di kolom ini. Setiap kali saya ke gereja kenapa perasaan saya tidak tenang dan tidak pernah bisa konsentrasi saya sudah berusaha untuk fokus tenang tapi tetap tidak bisa serasa malas sekali pergi ke gereja tapi apabila tidak pergi ke gereja saya serasa kangen untuk pergi ke gereja,walau terasa malas untuk ke gereja saat ini saya usahakan malah ke gereja tiap hari apa yang bisa saya lakukan supaya saat di gereja saya bisa fokus/konsentrasi dan tidak ogah2an mengikuti misa?
Shalom ABC,
Prinsip yang harus kita pegang adalah iman tidak tergantung dari perasaan. Perasaan senang, sedih, tersentuh, bosan, akan datang silih berganti. Pada waktu kita berdoa dan menyembah Tuhan, maka harus mengalir dari hati kita sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan. Jadi, mau kita merasakan bosan atau tidak, kita harus tetap menyembah Tuhan, terutama mencapai puncaknya di dalam Sakramen Ekaristi. Prinsip kedua, kita dapat meminta kepada Tuhan untuk memberikan kepada kita pengalaman rohani, sehingga kita dapat terus bertahan dalam situasi ini dan justru situasi ini dapat semakin membuat hubungan kita dengan Tuhan semakin akrab. Kalau Dia memandang baik agar kita mempunyai pengalaman spiritual, maka Dia akan memberikannya kepada kita. Semua ini adalah perjalanan spiritual yang harus dialami oleh semua orang. Bagian kita adalah terus setia di dalam doa dan sakramen. Silakan membaca artikel ini – silakan klik – agar kita mempunyai disposisi hati yang benar dalam merayakan perayaan Ekaristi. Semoga membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
syalom, bolehkah sy brtanya tentang membentengi diri dari hal~hal buruk dan mempunyai iman yg kuat?
Shalom Sbastiant,
terima kasih untuk pertanyaan yang baik ini. Iman yang kuat tumbuh dari iman yang aktif, untuk selalu mencari apa yang dikehendaki Allah, bagaimana kita dapat menyenangkan hati Allah dan tidak mendukakan hati-Nya, sembari terus berlatih untuk taat kepadaNya, dalam suka maupun duka hidup ini. Karena iman adalah karunia Allah kepada kita, iman akan berkembang dan tumbuh jika kita memberikan respon kasih kepada Allah yang sudah terlebih dahulu mengasihi kita dengan kasih tanpa syarat. Semakin kita membuka diri dengan rendah hati di hadapan Allah untuk menerima rahmat kasih-Nya, kasih kita kepadaNya akan semakin dikuatkan dan dimurnikan, sehingga dalam setiap peristiwa kehidupan, kita mampu merasakan dan mengalami penyertaan dan pertolongan Allah, yang sebenarnya senantiasa dilimpahkanNya kepada kita tanpa henti.
Respon keterbukaan dan usaha aktif untuk terus mengerti kehendak-Nya itu kita wujudkan dalam berbagai sarana yang sudah diajarkan dan diwariskan Gereja kepada kita, misalnya melalui waktu-waktu doa harian yang kita persembahkan secara khusus buat Tuhan, membaca Firman Tuhan dengan teratur setiap hari, menerima dengan setia sakramen-sakramen Gereja yaitu Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa (karena kita masih selalu jatuh dalam dosa, selalu memerlukan rahmat pengampunan Tuhan untuk mencoba lagi berusaha hidup kudus dengan kekuatan dan semangat baru).
Sesekali luangkan waktu membaca wawasan iman yang membangun kerohanian, membaca dan merenungkan kisah para Kudus yang menguatkan iman, mendaraskan doa-doa devosi misalnya kepada Hati Yesus, Bunda Maria, para Kudus, atau mengikuti Jalan Salib. Juga sangat perlu untuk menggabungkan diri dalam komunitas umat beriman untuk bisa saling membangun, saling menguatkan, saling mendoakan dan bersama-sama memuliakan Allah. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah melayani sesama khususnya mereka yang lemah, sakit, terpinggirkan, karena pada diri mereka kita temukan wajah Yesus yang tersamar. Inilah bentuk-bentuk respon aktif kita kepada sapaan kasih Allah yang begitu berlimpah kepada kita di dalam hidup ini. Semangat dan kegairahan kita untuk aktif menyatakan kasih kita pada Allah membuat iman kita bertumbuh, dan dibuatNya berbuah. Semua usaha ini merupakan sebuah proses, tumbuh sedikit demi sedikit dalam kesetiaan dan harapan. Tetapi proses itu akan indah dan memberi sukacita dalam jiwa kita, karena melalui Roh Kudus-Nya, Allah akan senantiasa memperkaya dan meneguhkan iman dan kasih kita, dan dengan demikian, kita mempunyai kekuatan untuk menjauhkan diri dari godaan dosa yang datang setiap saat dan dari hal-hal buruk yang tidak berkenan kepada Allah. Selamat aktif mendekatkan diri kepada Allah dan mengalami sukacita-Nya yang senantiasa rindu dicurahkanNya kepada umat manusia yang dikasihiNya.
Semoga bermanfaat dan salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
apa hubungan antara iman dan doa???
Shalom Daniel,
Tentang iman dan pengabulan doa, silakan membaca kembali artikel di atas, dan juga membaca artikiel seri tentang doa, yaitu: (silakan klik di judul berikut):
Apakah berdoa itu percuma, bagian 1
Apakah berdoa itu percuma, bagian 2
Apakah berdoa itu percuma, bagian 3
Apakah berdoa itu percuma, bagian 4.
Secara umum, semakin kita beriman, semakin kita mempunyai sikap kepasrahan yang tanpa syarat kepada Allah Bapa kita, sehingga doa kita menjadi semakin menyerupai doa Bapa Kami. Kita meyakini bahwa Allah mengetahui yang terbaik bagi kita dan Ia mengetahui segala sesuatunya, sehingga kita tidak sepantasnya menempatkan diri seolah-oleh lebih tahu apa yang terbaik bagi kita, daripada Tuhan mengetahuinya. Sikap percaya penuh kepada kebaikan Tuhan dan kebijaksanaan-Nya dalam menjawab doa-doa kita, adalah sikap kerendahan hati, yang menempatkan diri kita pada belas kasihan Allah, dan bukan sebagai ‘pengatur’ Allah. Kita boleh memohon kepada Allah, apa yang kita inginkan, namun pada saat yang sama, kita menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, bagaimana Ia akan menjawabnya. Sebab sesungguhnya rancangan Allah jauh mengatasi rancangan kita, dan jalan-Nya mengatasi jalan yang kita pikirkan (lih. Yes 55:8-9).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom,
sy ingin bertanya berkaitan dgn iman dan jodoh yg sdh dbhas d atas.
sy sdg mendoakan pria yg adalah pelayan Tuhan,dan beliau brcrita ttg pnglamanya dan mengajak sy utk minta tuntunanNya kmn arah hubungan ini (teman atau kekasih?)
krn dikatakan jg bhw beliau blm menemukan apa2 dr prkenalan ini. namun sy terlanjur membawa perasaan sy,sy takut jika beliau bukan jodoh yg disediakan Tuhan utk sy. trima ksh..
Shalom Siska,
Apakah teman pria yang Anda sebut sebagai ‘pelayan Tuhan’ itu adalah seorang imam? Sebab jika ia seorang imam, maka, selayaknya Anda tidak melanjutkan hubungan yang lebih dari sekedar teman. Sebab seorang imam itu sudah terikat dengan janji imamatnya untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan Gereja-Nya. Seorang imam sudah terikat dengan Tuhan sendiri, dan marilah kita sebagai umat mendukung kesetiaan para imam kepada panggilan imamat mereka.
Namun jika teman pria Anda itu bukan seorang imam dan tidak terikat oleh kaul religius, maka silakan Anda mendoakannya dan semoga jika Tuhan berkenan, hubungan kalian dapat mencapai ke jenjang perkawinan. Namun tentu saja, untuk sampai ke sana, kedua belah pihak (baik Anda maupun dia) harus sama-sama menghendakinya, dan oleh karena itu gunakanlah masa perkenalan ini sebagai kesempatan untuk saling mengenal pribadi satu sama lain, melihat apakah ada kecocokan pandangan hidup, sifat, kesukaan, dst, dan apakah Anda berdua sungguh saling mengasihi.
Bawalah selalu ujud ini dalam doa-doa pribadi Anda, atau jika perlu mulailah doa novena, memohon agar Bunda Maria mendoakan Anda, supaya Tuhan berkenan memberikan jodoh yang cocok, dan Anda berdua dapat membawa satu sama lain untuk lebih dekat kepada Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ibu…
Mengenai pengabulan doa, misalnya kita sudah novena dll, tapi dalam ms sdg menjalani novena, saya merasa banyak sekali gangguan yg membuat saya ragu utk melanjutkan novena saya.
Contoh misalnya dlm hal jodoh. Saya mendoakan seseorang, di mana dgnnya saya merasa damai. Saya doa novena, tapi dlm perjalanan doa itu, saya malah mendapat berita dr teman kalo org itu hy menganggap saya sbg tmn dan tidak lebih.
Saya sampai berpikir, kalo begitu, saya tdk prlu lanjutkan novena lg, mgkin kan ini udah suara Tuhan sendri yg ingin memberitahu bahwa mmg kami tdk bisa sama2..
Tapi di satu sisi lg, saya coba meyakinkan diri sy, bhw Tuhan punya kuasa atas segalanya dan mukjizat itu ada, saya akan ttp terus berharap padaNya.
Ini membuat sy bingung, bgmn sebenarnya Bu?
Setiap mau doa malam, terutama novena, saya selalu memeriksa batin dan doa tobat, supaya saya bisa layak utk doa dan berbicara pd Tuhan.
Dan dlm setiap doa novena, saya selalu merasa Roh Kudus bnr2 membimbing saya shg saya dpt berbicara dgn baik tanpa bertele2 kpd Tuhan.. Saya selalu mengimani dan percaya bhw Tuhan akan mengabulkan..
Trima kasih sblmnya Bu. Tuhan berkati.
Shalom Princess,
Nampaknya, sikap batin yang benar dalam hal meminta jodoh kepada Tuhan, yaitu, mohonlah agar Tuhan memberi jodoh yang dapat mendekatkan Anda kepada Tuhan, sebab persatuan dalam Tuhan itulah yang membuat hubungan kasih suami istri dapat langgeng. Itulah sebabnya penting agar selain berdoa Anda perlu juga membina persahabatan dengan OMK di gereja, atau komunitas gerejawi lainnya, sebab seringkali jawaban Tuhan diberikan di sana. Kalau seandainya sudah ada orang yang disukai tetapi ternyata dianya hanya mau berteman saja dan tidak lebih, maka Anda harus punya kebesaran dan kerendahan hati untuk menerimanya. Sebab yang namanya cinta tidak dapat dipaksakan. Lebih baik Anda tahu hal ini sejak awal, artinya tidak sampai terlalu jauh membina hubungan lalu ternyata dia tidak mencintai Anda. Jika hubungan sudah terlalu jauh kan biasanya putusnya lebih sakit. Maka bersyukurlah kepada Tuhan jika hal ini sudah diketahui sejak awal, anggaplah Tuhan sudah tahu bahwa memang dia tidak cocok dengan Anda nantinya. Tak apa, di dunia bukan hanya dia seorang, Tuhan dapat memberikan seseorang yang lain, jika itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Sementara itu tetaplah berdoa dan mempunyai kepasrahan yang besar kepada Tuhan, sebab dengan sikap seperti ini Anda menjadi lebih bersuka cita, tulus dan tidak stress, sehingga semua ini akan memancar keluar dan akan menambah kecantikan pribadi Anda, dan mengundang ketertarikan orang lain untuk mengenal Anda lebih jauh. Ingatlah selalu, untuk menunjukkan buah Roh dalam sikap anda sehari- hari, yaitu, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan pengendalian diri” (Gal 5:22-23). Karena buah Roh ini memang dari Tuhan, maka mohonlah setiap hari pimpinan Roh Kudus, agar memberikan buah Roh ini kepada Anda. Semoga permohonan Anda dikabulkan Tuhan, dan Tuhan menjawab segala yang menjadi kerinduan hatimu, seturut kehendak-Nya.
Demikian, teriring doa dari kami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid – katolisitas.org
Tambahan dari Triastuti:
Salam Princess,
Saya tidak bisa mengetahui apakah jawaban doa Anda bagi teman yang sedang Anda doakan itu akan datang sesuai dengan harapan Anda atau ternyata teman Anda itu memang berkehendak lain, tetapi saya hanya ingin mensharingkan mengenai bagaimana Tuhan selalu hadir di dalam semua kerinduan Anda dan doa-doa Anda. Ijinkan saya berbagi apa yang saya imani mengenai pengabulan doa, yang semoga dapat membantu Anda dalam perjalanan doa Anda saat ini.
Sangat baik bahwa Anda telah senantiasa datang kepada Tuhan melalui doa termasuk doa novena, yang didahului dengan pemeriksaan diri dan niat pertobatan, untuk menaikkan berbagai kebutuhan dan permohonan Anda kepada Tuhan, termasuk dalam hal ini mengenai jodoh.
Tuhan sendiri memang bersabda melalui Filipi 4:6 “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Karena itu, walaupun Tuhan sudah tahu akan kebutuhan-kebutuhan kita tanpa kita memintanya, Tuhan berkenan jika kita datang membawa segala bentuk pergumulan dan keperluan kita. Melalui berbagai peristiwa dan kebutuhan hidup tersebut, bagi kita yang percaya kepada-Nya dan mau membuka diri kepada-Nya dalam doa, Tuhan sebenarnya sedang terus bekerja untuk membentuk kita sesuai dengan citra Tuhan dan menyiapkan kita untuk mengalami persatuan yang sejati dengan Dia (lih. Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”).
Oleh karena itu, walau Tuhan sangat tahu dan sangat mengerti apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan kita, kadang-kadang Dia tidak selalu dengan serta merta menyediakan atau memenuhinya, sekalipun kita sudah datang kepada-Nya dalam doa-doa yang tulus dan sungguh-sungguh. Dalam pergumulan doa, kita belajar untuk mengetahui apa yang menjadi prioritas Tuhan / tujuan kekal Tuhan, dan belajar menyelaraskan permohonan kita dengan tujuan-tujuan kekal dari Tuhan tersebut, yang pada akhirnya juga demi kebaikan kita di dunia ini dan nanti setelah perjalanan di dunia ini selesai. Dalam hal itulah doa memurnikan motivasi kita di hadapan Tuhan. Karena pandangan kasih Tuhan tidak hanya untuk kebahagiaan kita hari ini, atau tahun ini, tetapi kebahagiaan yang sejati yang tidak terbatas oleh waktu, sehingga dapat kita pahami bila kelanjutan dari ayat di atas adalah “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).
Tuhan sangat mengasihi Anda dan ingin Anda mengalami persekutuan dengan Dia yang menyentuh seluruh hati dan budi Anda, dan itu dicapai dengan berbagai sarana, termasuk bisa juga melalui menunda pengabulan doa-doa Anda, sampai Anda siap menerima kebutuhan Anda itu dalam pengertian yang sejati terhadap kasih setia dan rencana-Nya yang selalu baik untuk Anda. Dalam Firman-Nya, Tuhan juga telah mengajar kita untuk mengenali apa yang seharusnya menjadi prioritas kita dalam hidup kita sebagai orang beriman, yaitu dalam Mat 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Perjalanan hidup doa kita adalah bagian dari perjalanan jatuh bangun kita dalam beriman kepada Tuhan. Di situ Tuhan menunjukkan bahwa persekutuan dengan Dia dan menghadapi hidup ini di dalam Dia, adalah apa yang sebenarnya paling kita butuhkan di dalam hidup kita, kebutuhan yang kita sendiri sering tidak mengenalinya, karena kita hanya mampu melihat ibaratnya sejengkal saja di depan kita, sedangkan Tuhan mampu melihat jauh sekali di depan kita, karena seluruh masa depan kita sudah terbentang di hadapan-Nya.
Itulah sebabnya, Dia akan selalu menjawab doa-doa kita, menurut kerahiman-Nya, yaitu dengan selalu memberikan Roh Kudus kepada kita yang meminta kepada-Nya (Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Luk 11:13) Dan sampai kita memahami bahwa itulah kebutuhan kita yang sejati dalam hidup ini dan menyadari bahwa kebahagiaan jiwa kita yang sejati hanya dialami di dalam Dia, Tuhan akan menyertai kita berproses lewat berbagai peristiwa, baik itu lewat doa yang terkabul maupun yang terkabulnya tertunda, atau lewat terkabulnya doa kita dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang kita bayangkan. Hingga kadang-kadang kita juga perlu berubah dan diubahkan oleh Tuhan lewat pergumulan doa itu. Tetapi satu hal sudah pasti dan harus kita yakini sepenuh hati: bahwa Tuhan menyediakan segala sesuatu yang terbaik, dengan cara yang terbaik, pada waktu yang terbaik, yang semuanya bermuara pada persatuan sejati dengan kasih-Nya, sekalipun itu kadang bisa saja memerlukan air mata dan kesabaran kita. Tetapi karena kasih-Nya, Ia selalu memberikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya.
Jadi tetaplah berdoa dengan penuh kasih, iman, harapan, dan kesabaran. Dan sementara itu bersukacitalah, karena Tuhan yang sangat mengasihi Anda, sedang terus bekerja menyiapkan yang terbaik bagi Anda, baik dalam hal yang paling kecil sampai hal yang besar, termasuk dan apalagi, jodoh Anda.
Kami di Katolisitas ikut berdoa bersama Anda dan bagi Anda.
Triastuti – katolisitas.org
Makasih banyak Bu Ingrid dan Mbak Tri..
Puji tuhan n syukur saya ucapkan, dgn mdpt jwb tsb di atas, sy jd semakin kuat dan yakin pd Tuhan..
Sungguh bnr2 iman sy diteguhkan, dan sy akan terus berharap hy pdNya..
Juga sy berniat utk bnr2 lebih dkt lg dgn Tuhan dlm situasi apa pun..
Mhon dkungan nya ya Bu, Mbak..
Makasih juga atas doanya utk saya..
Sy sguh bersukacita atas ini..
Tuhan sgt syng sama saya..
Sekali lagi, makasih byk Bu Ingrid n Mbak Tri..
Rahmat dan Berkat Tuhan sllu menyertai kalian..
Amin..
Gbu always.. ^^
Apa benar, hanya dengan iman kita mampu meminum racun dan tidak terjadi apa-apa….???
Shalom Rhaen,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Markus 16:18, yaitu “mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Pada masa awal kekristenan, maka tanda-tanda ini sungguh sangat diperlukan agar banyak orang percaya kepada Kristus dan pengajarannya. Walaupun demikian, tidak pernah para rasul memegang ular maupun meminum racun hanya sekedar membuktikan janji ini. Namun, kalau sesuatu itu terjadi, seperti Rasul Paulus yang dipatuk ular (Kis 28:3) dan dipandang baik oleh Tuhan, maka Rasul Paulus tidak mengalami apa-apa. Dan dengan kejadian ini, maka banyak orang menjadi percaya. Dengan sengaja membiarkan diri meminum racun hanya untuk membuktikan janji ini adalah satu dosa, karena telah mencobai Allah dan tidak menjaga tubuh sendiri. Kita dapat membuat orang percaya dengan banyak cara, seperti yang juga dilakukan oleh para rasul dan rasul Paulus: yaitu dengan perbuatan dan juga pengajaran. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom…
Saya ingin bertanya hal yang sering menjadi perdebatan : benarkah nasib /jalan hidup manusia sudah digariskan oleh Tuhan ( diluar kematian)? benarkah apa yang kita sudah/akan jalani/alami dalam hidup ini sesungguhnya telah ditentukan oleh Tuhan? Terkait soal ‘jodoh’, sering kita dengar orang mengatakan jodoh kita sesungguhnya telah ditetapkan oleh Tuhan, dan orang yang telah berusaha untuk mendapatkan jodoh, tetapi tidak juga mendapat , berarti Tuhan ‘menganggap’ itu yang terbaik bagi dia? Benarkah demikian?
Terimakasih
Salam,
Rhea.
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca terlebih dahulu jawaban ini, silakan klik]
Yg blm mampu sy pelajari n sulit utk sy tanggapi tu bagaimana merasakan ttg iman?Ktika sy mlkkn ssuatu ada semcm dorongan yg kuat utk melakukannya,misalnya dlm berdoa,spt ada kekuatan yg mndorong utk melakukan itu,apakah itu iman ataukah perasaan???
kadang sy sulit membedakan n merenungkan pernyataan “Iman tanpa Perbuatan adl mati”atau sbliknya “perbuatan tnpa iman adl mati” trutama utk mngaplikasikan dlm sikap sehari – hari,bgmn sy dpt memahaminya,tlng dicontohkan sikap yg baik ttg hal ini.
Trims n Tuhan Berkati.Amin
By
Ignatius Dave
Shalom Ignatius,
1. Perasaan dan iman
Dorongan yang kuat untuk berdoa itu umumnya datang dari Roh Kudus. Dorongan ini kemudian menggerakkan perasaan kita, sehingga kita ingin berdoa.
Sedangkan iman itu bukan perasaan. Iman di sini berhubungan dengan ketaatan. Ketaatan iman adalah suatu bentuk penyerahan diri secara total (termasuk akal budi dan kehendak) kepada Allah yang mewahyukan diri-Nya dan kerelaan hati untuk menerima kebenaran yang telah diwahyukan Allah. Definisi iman menurut Katekismus adalah:
KGK 1814 Iman adalah kebajikan ilahi, olehnya kita percaya akan Allah dan segala sesuatu yang telah Ia sampaikan dan wahyukan kepada kita dan apa yang Gereja kudus ajukan supaya dipercayai. Karena Allah adalah kebenaran itu sendiri. Dalam iman “manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah” (Dei Verbum 5).Karena itu, manusia beriman berikhtiar untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rom 1:17). Iman yang hidup “bekerja oleh kasih” (Gal 5:6).
2. Iman tanpa perbuatan vs perbuatan tanpa iman.
Iman tanpa perbuatan adalah mati (lih. Yak 2:17,26). Karena dikatakan bahwa “manusia dibenarkan karena perbuatan- perbuatannya, dan bukan hanya karena iman” (Yak 2:24). Maka di sini kita melihat bahwa perbuatan tidak terpisahkan dari iman, agar dapat menyelamatkan. Dengan perkataan lain, perbuatan saja, tanpa iman, tidak menyelamatkan. Rasul Paulus mengajarkan bahwa keselamatan itu diberikan karena kasih karunia Allah, oleh iman (Ef 2:8), yang bekerja oleh perbuatan kasih (Gal 5:6).
Maka, iman tanpa perbuatan adalah mati, namun perbuatan tanpa iman tidak dapat menyelamatkan. Maka iman saja ataupun perbuatan saja, sesungguhnya tidak menyelamatkan.
Contoh:
Iman saja tidak menyelamatkan, misalnya:
Seseorang percaya/ beriman kepada Kristus, namun perbuatannya tidak sesuai dengan imannya itu: misalnya, ia berzinah, membunuh, penipu, dst, dan ia tidak bertobat sebelum wafatnya, maka ia tidak dapat diselamatkan.
Perbuatan saja tidak menyelamatkan, misalnya:
Seseorang melakukan perbuatan baik (entah menurut hukum Taurat, hukum adat, ataupun aturan lainnya) namun mengeraskan hatinya dan tidak mau mengimani Kristus, meskipun telah menerima pemberitaan Injil dan memperoleh pengetahuan tentang Kristus, maka ia tidak dapat diselamatkan.
Namun catatannya di sini adalah: hanya Tuhan saja yang mengetahui persis, sejauh mana orang itu telah memperoleh pengetahuan yang benar tentang Kristus. Sebab adakalanya orang tidak dapat mengimani Kristus karena mendapat pengetahuan yang keliru tentang Kristus ataupun mendapat kesan yang negatif karena kesaksian hidup yang buruk dari umat Kristen.
Maka, yang menyelamatkan adalah iman dan perbuatan (karena kasih karunia Allah):
Jika kita berbuat baik dan mengasihi sesama, itu harus didasari oleh iman. Misalnya jika kita menolong orang yang membutuhkan bantuan/ kekurangan, motivasi utamanya adalah demi kasih kita kepada Kristus. Kita membantu mereka, karena kita melihat kepada Kristus yang hadir di dalam sesama kita yang sakit, menderita, berkekurangan dan terlupakan. Ini sesuai dengan Mat 25: 40.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrid,
terkait dengan jodoh, sudah dijelaskan bahwa dengan doa kita dapat mengerti maksud Tuhan.
Tapi terkadang saya melihat dalam hal jodoh ini menjadi lebih membingungkan, dalam arti,
semua di sini sekarang terkait antara dua hal:
1. Kehendak Tuhan
2. Kehendak Pribadi
Saya yakin bahwa Tuhan pasti akan mempertemukan orang yang sepadan dengan kita sebagai jodoh.
tapi dalam situasinya jika seseorang sudah jatuh cinta, pasti akan sulit sekali untuk membedakan,
Apakah ini kehendak Tuhan?
atau kehendak pribadi??
yang ingin saya tanyakan bagaimana cara kita membedakan ini, kehendak Tuhan atau kehendak pribadi?
adakah kekhasan tertentu yang Tuhan mau tunjukkan kepada kita, bahwa inilah jodoh kita?
sehingga pada akhirnya kita benar2 masuk dalam kehendak Tuhan dan tetap selaras pula dengan kebutuhan kita pribadi dalam menemukan pasangan.
terimakasih.
Shalom Ollyvia Hansen,
Dalam hal jodoh, memang tidak mudah untuk membedakan antara kehendak pribadi atau kehendak Tuhan, jika diri sendiri sepertinya sudah mendahulukan perasaan di atas segalanya.
Oleh sebab itu ada baiknya jika seseorang sedang bergumul dalam hal ini (ingin mengerti apakah pasangannya sekarang benar jodoh dari Tuhan atau dari kehendak sendiri), untuk mengikuti semacam retret, di mana ia dapat secara khusus berdoa dan memohon bimbingan Tuhan untuk dapat mengenali kehendak Tuhan dalam hal ini. Namun sesungguhnya adalah baik, sebelum membina hubungan dengan siapapun kita membiasakan diri untuk selalu membina hubungan yang erat dengan Tuhan (dengan kebiasaan kita untuk memeriksa batin), sehingga kita dapat mengenali kehendak-Nya, termasuk apakah Dia memanggil kita untuk hidup berkeluarga ataukah untuk hidup selibat demi Kerajaan Allah. Dan, jika Ia memanggil kita untuk hidup berkeluarga, siapakah pasangan hidup kita yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam pemeriksaan batin ini silakan memohon tuntunan Roh Kudus untuk membedakan antara kecenderungan/ keinginan diri sendiri (fokusnya kenikmatan/ kesenangan diri) dan kehendak Tuhan (fokusnya adalah bagaimana kita dapat memberi kemuliaan lebih besar kepada Tuhan/ “for the greater glory of God“). Jadi penerapannya:
1) tanyakan dulu kepada diri sendiri, dengan jalan apakah kita dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar kepada Tuhan: dengan setia menjalani kehidupan pernikahan/ berkeluarga ataukah setia menjalani panggilan hidup religius/ selibat untuk Kerajaan Allah.
2) selanjutnya jika dalam pergumulan memilih satu di antara dua teman karib anda, tanyakan siapakah di antara keduanya yang sekiranya dapat menghantar anda/ bersama- sama dengan anda untuk lebih memuliakan Tuhan?
3) jika anda hanya mengenal satu orang, silakan juga tanyakan pada hati nurani anda, apakah bersamanya anda dapat memuliakan Tuhan, atau tidak, karena misalnya bahkan ia ternyata belum percaya kepada Tuhan Yesus dan Gereja-Nya? Jika belum apakah anda sudah berusaha memperkenalkan Tuhan Yesus dan Gereja-Nya kepadanya? Jika sudah, apakah responnya?
Selanjutnya, biasakanlah untuk memeriksa batin setiap hari dalam hadirat Tuhan pada waktu doa malam. Kenalilah bahwa setiap kali anda melakukan segala sesuatu yang dari dorongan Roh Kudus (walaupun mungkin tidak mudah) akan menghasilkan damai di hati anda, sedangkan jika anda mengikuti dorongan diri sendiri, maka buahnya adalah kesenangan sesaat, dan tidak menghasilkan kedamaian.
Terus sediakan waktu untuk memeriksa batin, yang dibarengi dengan pembacaan dan permenungan Kitab Suci dan doa- doa pribadi anda. Semoga dengan cara demikian, Roh Kudus membimbing anda untuk mengenali kehendak Tuhan dalam hidup anda, dan anda diberi kehendak, kekuatan dan kemampuan untuk mengikutinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai,
Yang Terkasih Ibu Ingrid
Bu Ingrid mohon penjelasan akan hal dibawah ini :
Apa beriman itu sama dengan percaya ?
Apakah beriman benar dan beriman sejati sama ? Dan apa perbedaannya ?
Kalau orang katolik dikatakan sebagai orang beriman dalam pengertian yang mana ?
Bagaimana dengan Orang yang beriman lainnya ??
Terima kasih atas kesediaan bu Ingrid.
Salam Kasih dalam Yesus Kristus
Shalom Budijanto,
1. Sepanjang pengetahuan saya, ‘percaya‘ (believe) atau ‘beriman‘ (have faith) memang mengacu kepada sifat utama mereka yang mengakui adanya Tuhan. Sebagai umat Kristiani, Syahadat Aku Percaya sering disebutkan sebagai ungkapan iman kita. Maka di sini memang dapat kita katahui penggunaan kata ‘iman’ dan dan ‘percaya’ memang sering dianggap serupa.
2. Demikian pula beriman benar dan beriman sejati, juga mengacu kepada arti yang sama, karena mengacu kepada iman yang benar adalah iman yang sejati (true faith), demikian pula sebaliknya. Iman yang benar adalah iman yang bersumber pada Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri (Yoh 14:6). Dengan demikian kita sebagai umat Katolik dapat yakin, bahwa jika kita percaya kepada Kristus dan melakukan segala perintah-Nya, maka kita mempunyai iman yang benar.
3. Untuk mengetahui arti tentang Umat beriman Katolik, dan hubungannya dengan umat Kristen yang non- Katolik, dan umat yang non- Kristen, mari mengacu kepada apa yang disampaikan dalam Lumen Gentium (Konsili Vatikan II, tentang Gereja)14-16:
14. (Umat beriman katolik)
Maka terutama kepada umat beriman Katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.
Dimasukkan sepenuhnya ke dalam sertifikat Gereja, mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”[26]. Pun hendaklah semua putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras[27].
Para calon babtis, yang karena dorongan Roh Kudus dengan jelas meminta supaya dimasukkan kedalam Gereja, karena kemauan itu sendiri sudah tergabung padanya. Bunda Gereja sudah memeluk mereka sebagai putera-puteranya dengan cinta kasih dan perhatiannya.
15. (Hubungan gereja dengan orang kristen bukan katolik)
Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibaptis mengemban nama kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan dibawah Pengganti Petrus[28]. Sebab memang banyaklah yang menghormati Kitab suci sebagai tolak ukur iman dan kehidupan, menunjukkan semangat keagamaan yang sejati, penuh kasih beriman akan Allah Bapa yang mahakuasa dan akan Kristus, Putera Allah dan Penyelamat[29], ditandai oleh baptis yang menghubungkan mereka dengan Kristus, bahkan mengakui dan menerima sakramen-sakramen lainnya juga di Gereja-Gereja atau jemaat-jemaat gerejani mereka sendiri. Banyak pula di antara mereka yang mempunyai Uskup-uskup, merayakan Ekaristi suci, dan memelihara hormat bakti kepada Santa Perawan Bunda Allah[30]. Selain itu ada persekutuan doa-doa dan kurnia-kurnia rohani lainnya; bahkan ada suatu hubungan sejati dalam Roh Kudus, yang memang dengan daya pengudusan-Nya juga berkarya di antara mereka dengan melimpahkan anugerah-anugerah serta rahmat-rahmat-Nya, dan menguatkan beberapa di kalangan mereka hingga menumpahkan darahnya. Demikianlah Roh membangkitkan pada semua murid Kristus keinginan dan kegiatan, supaya semua saja dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus secara damai dipersatukan dalam satu kawanan di bawah satu Gembala[31]. Untuk mencapai tujuan itu Bunda Gereja tiada hentinya berdoa, berharap dan berusaha, serta mendorong para puteranya untuk memurnikan dan membaharui diri, supaya tanda Kristus dengan lebih cemerlang bersinar pada wajah Gereja.
16. (Umat bukan-kristiani)
Akhirnya mereka yang belum menerima Injil dengan berbagai alasan diarahkan kepada Umat Allah[32]. Terutama bangsa yang telah dianugerahi perjanjian dan janji-janji, serta merupakan asal kelahiran Kristus menurut daging (lih. Rom 9:4-5), bangsa terpilih yang amat disayangi karena para leluhur; sebab Allah tidak menyesali kurnia-kurnia serta panggilan-Nya (lih. Rom 11:28-29). Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum muslimin, yang menyatakan bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menhendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan. Tetapi sering orang-orang, karena ditipu oleh si Jahat, jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang sesat, yang mengubah kebenaran Allah menjadi dusta, dengan lebih mengabdi kepada ciptaan daripada Sang Pencipta (lih. Rom 1:21 dan 25). Atau mereka hidup dan mati tanpa Allah di dunia ini dan menghadapi bahaya putus asa yang amat berat. Maka dari itu, dengan mengingat perintah Tuhan: “Wartakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15), Gereja dengan sungguh-sungguh berusaha mendukung misi-misi, untuk memajukan kemuliaan Allah dan keselamatan semua orang itu.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa Gereja Katolik mengakui adanya kebaikan dan kebenaran yang ada di dalam agama lain, dan semua itu merupakan persiapan Injil. Namun kepenuhan kebenaran bersumber pada Kristus, Sang Kebenaran, yang hadir di dalam Gereja-Nya, dan untuk itulah kita yang tergabung di dalam Gereja yang didirikan Kristus mempunyai tugas untuk mewartakan Injil kepada segala mahluk.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak Stef dan Bu Inggrid yth,
Setiap kali Yesus berkata: Imanmu telah menyelamatkanmu.
Pertanyaan saya:
– apa sih artinya “iman” itu?
– Bagaimanakah caranya agar kita bisa beriman dengan benar?
– Adakah hubungan antara Iman dengan: Mintalah maka kamu akan diberikan, ketoklah maka kamu akan dibukakan
– mengapa ada banyak orang yang meminta dengan sungguh-sungguh tetapi kok tidak diberikan juga, padahal sudah lama banget mintanya? misalnya minta jodoh! adakah hubungannya dengan iman disini?
Berkah Dalem
Pius Nugraha
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Salam damai sejahtera
Sdr. Pius Nugraha
Terkadang memang permintaan doa yang dipanjatkan pada Tuhan dengan sungguh-sungguh tidak segera di jawab oleh Tuhan, tetapi hal itu tidak boleh membuat kita harus menyesalinya; sebab apa yang dipikirkan oleh Allah tidak sama dengan apa yang dipikirkan oleh manusia.
Sebaliknya kita harus tetap bersyukur.
Kita lihat contoh yang sedikit extrem misalnya :
Waktu Paulus dan Silas dihukum sampai ber-darah2 punggungnya , Tuhan bahkan tidak menolongnya .
Baru pada waktu mereka di pasung, tangan Tuhan mulai berkarya dengan menggoncangkan penjara tempat dimana mereka dipasung.
Dan akibatnya kepala penjara beserta keluarganya bertobat.
Sehingga kita bisa melihat ada hubungannya antara siksaan yang diderita oleh Paulus dan Silas dengan bertobatan kepala penjara.
Sedangkan permintaan tentang jodoh, kadang-kadang Tuhan sudah mengirimkan jodoh bagi kita,tetapi sebab tidak sesuai dengan kreteria yang kita inginkan, maka kita menolak jodoh yang sudah dikirimkan Tuhan bagi kita.
Akibatnya kita tidak menemukan jodoh dari Tuhan.
Kalau kita banyak ber-doa , kita akan mengerti bahwa Tuhan sudah mengirimkan jodoh buat kita yang mungkin masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan hati kita, namun kita bisa menerimanya sebab Tuhan meneguhkan hati kita dengan apa yang telah dikirimkan bagi kita.
Bagi orang Kristen mendapat jodoh itu artinya mendapat untung.
Salam
Mac : 9.March.2010
Comments are closed.