Sebagai mahluk ciptaan Allah, manusia adalah ciptaan yang unik, karena tidak terdiri dari tubuh jasmani saja atau terdiri dari jiwa spiritual saja, namun terdiri dari tubuh dan jiwa. Tubuh itu sementara, karena bersifat material. Sedangkan jiwa itu kekal karena bersifat spiritual. Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa jiwa bersifat spiritual?

I. Argumentasi dari filosofi

Argumentasi bahwa jiwa adalah kekal sebenarnya telah didiskusikan oleh banyak Bapa Gereja. Origen (abad ke-3) memberikan argumentasi bahwa jiwa adalah kekal melawan Thnetopsychism yang pada waktu itu cukup populer di Arab; demikian pula St. Gregorius dari Nyssa (abad ke-4) menuliskan hal yang sama dalam tulisannya Diaogus de Anima et resurrectione; demikian pula St. Agustinus (abad ke4 dan 5) dalam bukunya De immortalitate Animae.

Pada saat manusia meninggal dunia, tubuhnya akan terurai menjadi bagian-bagian. Hanya sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang dapat lenyap. Namun, jiwa yang tidak mempunyai bagian tidak dapat lenyap atau dengan kata lain jiwa adalah kekal. Manusia wafat, ketika tubuhnya terpisah dengan jiwanya. Namun, malaikat yang tidak mempunyai tubuh dan murni spiritual adalah kekal.

Kita juga dapat melihat bahwa manusia mempunyai pengetahuan. Dan pengetahuan bukanlah sesuatu yang bersifat material. Artinya, minimal ada bagian dari manusia yang tidak bersifat material namun spiritual. Sesuatu yang tidak bersifat material atau spiritual tidak dapat terurai menjadi bagian-bagian, sehingga tidak dapat lenyap atau dengan kata lain bersifat kekal. Bagian dari manusia yang kekal ini adalah jiwa, yaitu yang memungkinkan manusia untuk mempunyai pengetahuan, akal budi, perasaan, mengasihi, dll.

Argumentasi yang lain tentang jiwa yang kekal adalah dari keinginan yang bersifat kodrati (natural desire), bahwa setiap manusia menginginkan kebahagiaan yang kekal. Kebahagiaan kekal yang ditanamkan oleh Tuhan di dalam diri manusia menjadi sesuatu yang tidak mustahil dicapai, jika jiwa manusia tidak bersifat kekal. Sedangkan kalau tidak ada kebahagiaan kekal, maka Allah tidak akan menyatakan hal ini kepada kita. Fakta bahwa Allah telah menyatakannya dan Allah tidak mungkin berdusta, maka kita percaya kebahagiaan kekal bagi manusia itu dapat diperoleh, sebab jiwa manusia bersifat kekal. Dalam Kej 1:27, dikatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Keserupaan dengan Allah ini nyata dengan manusia yang diciptakan mempunyai akal budi dan kehendak bebas, namun juga, mempunyai jiwa spiritual yang kekal adanya.

II. Argumentasi dari moralitas

Jika jiwa manusia tidak bersifat kekal, maka sesungguhnya hal itu tidak sesuai  dengan akal budi. Kalau di negara Indonesia ada satu peraturan dan kemudian orang melanggarnya, maka konsekuensi logisnya adalah orang tersebut mendapatkan hukuman. Bagaimana orang yang hidup jahat di dunia ini? Apakah jiwa orang tersebut lepas dari hukuman dan kemudian lenyap begitu saja? Bukankah kita juga melihat ada banyak contoh bagaimana orang-orang yang hidupnya jahat tidak mendapatkan hukuman di dunia ini? Semua orang pada akhirnya akan menghadapi pengadilan terakhir, di mana Kristus akan memberikan pengadilan dengan seadil-adilnya, yaitu memberikan kebahagiaan sejati bagi orang yang hidup menurut perintah-Nya dan memberikan penghukuman bagi orang-orang yang melawan perintah Allah.

III. Argumentasi dari Kitab Suci

  • Kej 1:27 menceritakan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran Allah. Karena Allah adalah murni bersifat spiritual (lih. Yoh 4:24), maka pasti ada elemen dari manusia yang bersifat spiritual.
  • Kej 15:15; Kej 25:8,17; Ul 31:16 Dikatakan bahwa setelah Abraham, Ismail dan Musa meninggal dunia, dan mereka dikumpulkan bersama dengan para leluhurnya. Di sini kita dapat melihat bahwa walaupun mereka telah meninggal dunia, namun jiwa mereka tidaklah musnah, namun berkumpul bersama-sama dengan para leluhurnya yang telah meninggalkan dunia ini.
  • Kej 37:35 Orang meninggal tidak musnah, namun turun ke dunia orang mati.
  • 1 Sam 28 menceritakan bagaimana Samuel yang telah meninggal menampakkan diri kepada Saul. Ini berarti roh Samuel tidak musnah, namun masih tetap hidup.
  • Mat 25:46 menceritakan keberadaan tempat siksaan dan kehidupan yang kekal, yang diperuntukkan untuk jiwa-jiwa manusia yang bersifat kekal.
  • Mat 17:1-8 menggambarkan peristiwa transfigurasi, dimana Yesus bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Karena Musa diceritakan telah meninggal (lih. Ul 34:5), maka kematian tidak membuat Musa menghilang.
  • Luk 16 menceritakan bahwa Abraham, Lazarus dan orang kaya telah meninggal, namun diceritakan masih hidup di dunia yang lain.
  • Fil 1:23 menunjukkan bahwa Rasul Paulus mempunyai keyakinan bahwa setelah dia meninggal, maka jiwanya tidak musnah, namun berkumpul dengan Kristus.
  • Why 6:9-10 menyatakan tentang jiwa-jiwa yang telah dibunuh, namun masih hidup dan bercakap-cakap dengan Penguasa yang Kudus.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa jiwa yang kekal dapat dibuktikan secara filosofi dan moralitas, serta terutama, dari Kitab Suci.

3 COMMENTS

  1. Mengenai kekalan jiwa?

    Kalau tiga hari SEBLUM Yesus dibangkitkan ,sudah ada Yesus maka,berarti Yesus tidak bangkit pada hari ketiga,seperti yang di katakan dalam Lukas 24:7. Tetapi sudah bangkit,belum juga mati selama tiga hari.

    Seingat saya,saya sudah memberi jawaban saya,berkenaan”kekalan” jiwa.

    Menurut Pengkhotbah 12:7,yang kembali kepada Allah Yehuwa HANYA “roh” saja.Tubuh kembali menjadi tanah seperti semula.

    Kalau ada yang dinamakan “kekalan jiwa” ,maka yang kembali kepada Yehuwa adalah “makhluk roh”.

    Bagaimana sekarang kalau seseorang mati ,karena serangan jantung? Menurut kepercayaan Anda makhluk rohnya kembali kepada Allah Yehuwa yang mengaruniakannya,tetapi mengapa pemberian oksigen yang secepatnya dilakukan kepada orang mati itu, dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati itu?
    Padahal jantungnya sudah berhenti berdenyut.
    Tubuh rohaninya sudah kembali kepada Yehuwa,tetapi dengan memberi oksigen kepada tubuh jasmaninya yang sudah mati,tubuh rohaninya dapat kembali kepada jasad orang yang mati itu dan ia hidup kembali.

    Mohon jelaskan apa yang dibuat oleh oksigen itu,sehingga dapat mengembalikan tubuh rohani yang sudah ada pada Yehuwa.

    Tidak ada kekalan jiwa.

    Yesus dibunuh dalam keadaaNya sebagai manusia,tetapi Ia dibangkitkan
    MENURUT Roh.[1 Petrus3:18]
    Kalau Manusia Yesus memilki jiwa yang kekal,TIDAK PERLU harus dikatakan,bahwa Ia dibangkitkan MENURUT Roh

    Sekian terima kasih

    [dari katolisitas: Anda ingin berdiskusi tentang kekekalan jiwa sebelumnya. Dan saya telah menjawabnya dalam artikel ini – silakan klik. Silakan untuk menanggapi artikel yang saya buat.]

  2. Salam Sdr Tay.

    Mengenai pertanyaan Sdr:Manusia terdiri dari apa?

    Pennkhotbah 12 :7 mengatakan:debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Yehuwa yang mengaruniakannya. Terdiri dari roh [life force] dan tanah.

    Disini,yang dimaksud dengan roh,pasti bukan roh[makhluk roh] yang kekal,yang tidak berkematian.
    Sebab kalau yang dimaksud roh yang tidak berkematian,maka kalau di aplikasikan pada Lukas23 :43 yang bunyinya:Aku berkata kepadamu,sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. TIDAK mungkin dapat diterima !

    Untuk dapat bersama-sama di dalam Firdaus dengan si penjahat pada hari kematianNya itu,maka Yesus harus sudah bangkit dari kematianNya.pada hari itu juga. Sedangkan Lukas 24 : 7 mengatakan,bahwa Yesus BARU diabangkitkan dari kematianNya pada hari ketiga.
    Bahkan kalau roh itu adalah makhluk ,maka TIDAK perlu ada kebangkitan Yesus,sebab sewaktu Ia mati dibunuh, RohNya[makhluk] TIDAK MATI.

    Yang dimaksud Lukas 23 :43 adalah bahwa pada hari ITU, Yesus mengatakan,bahwa kelak si penjahat akan bersama-sama dengan Yesus di dalam Firdaus.

    BUKAN hari itu mereka ke Firdaus,karena KEBANGKITAN PADA HARI KETIGA tidak boleh tidak HARUS digenapi, kalau tidak mau menyalahi kebenaran alkitab.

    Yang dimaksud dengan roh di Penbkhotbah 12 : 7 adalah daya kehidupan yang tidak berkepribadian.Ibaratnya daya aliran listrik yang dapat menghidupkan mesin,fan,TV dll.
    Ia adalah hanya suatu daya. Yehuwa adalah sumber kehidupan dan Ia mengaruniakan kehidupan kepada manusia dan kalau manusia mati kehidupanya kembali kepada Allah yang mengaruniakannya,dengan pengertian,bahwa Yehuwa dapat membangkitkan manusia itu kalau ia layak menerima kebangkitan. Dibangkitakan dengan tubuh baru,karena yang lama sudah terurai,kembali menjadi tanah dengan koponen-komponennya.

    Kalau yang dimaksud makhluk roh,maka Pengkhotbah 9 : 6 TIDAK akan mengatakan :Baik KASIH mereka,maupun KEBENCIAN dan KECEMBURUAN mereka sudah LAMA HILANG. Dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi dibawah matahari.
    Ayat 5 mengatakan: Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka aka mati tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa,…

    Kalau ada yang kekal pada manusia[makhluk roh],maka tentunya masih dapat mengasihi,membenci,cemburu dsb.
    Kan,manusia yang hidup,kalau cemburu tentunya yang cenburu adalah makluk rohnya,kalau benar ,bahwa pada manusia masih ada yang hidup sewaktu ia mati.

    Tetapi alkitab mengatakan sebaliknya bukan?

    Sewaktu Lazarus dibangkitkan dari kematianya,ia tidak cerita apa-apa. Apakah masuk akal kalau ia benar-benar merupakan makhluk roh dan berada pada suatu tempat selama empat hari dan dibangkitkan kembali dan tidak ada yang dapat diceritakan?

    Sdr tahu bahwa orang mati karena serangan jantung adakalanya masih dapat dihidupkan kembali dengan memberi oxygen.Apakah masuk akal makhluk roh yang sudah meninggalkan orang yang mati,tetapi kembali lagi,karena jasadnya di beri oxygen
    Orang yang mati karena serangan jantung,jantungnya sudah berhenti bekerja,

    Bagaimana menerangkan apa yang dilakukan oleh oxygen yang diberikan,kok dapat mengembalikan makhluk roh yang sudah meninggalkan orang yang mati itu.

    Bagaimana orang yang tahunan dalam keadaan koma?Apakah makhluk rohnya juga koma, atau makhluk rohnya bisa menjadi lemah.
    Kalau makhluk rohnya tetap segar dan bahkan tidak dapat mati, tetapi tubuhnya tak dapat bergerak,apakah tidak aneh? BUKANKAH MAKHLUK ROHNYA YANG MEMBUAT ORANG ITU HIDUP?

    TETAPI:
    Kalau roh itu adalah daya kehidupan yang ada dalam setiap cel tubuh manusia,selama masih dapat oxygen,manuisa itu tetap hidup. Mungkin ada organ-organ yang karena sesuatu, orang itu jadi sakit dan sangat lemah,bahkan bisa koma,tetapi selama daya kehidupan masih ada di setiap cel tubuh orang itu dan masih dapat supply oygen,maka orang itu tetap hidup.

    Roma 6:7 mengatakan,bahwa orang yang telah mati ia bebas dari dosa.

    Kita lihat contoh, yaitu Yudas Iskariot, yang telah berdosa terhadap Roh Kudus yang telah menginjak-nginjak Putra Allah tidak ada kebangkitan baginya,tetapi sesuai dengan firman Allah,yaitu Roma 6:7 ia juga telah BEBAS dari dosanya,karena ia sudah membayar dengan kematiannya
    Nah,kalau ada makhluk roh dalam tubuh Yudas,maka apa yang akan dilakukan dengan rohnya yang sudah bebas dari dosa?

    Sdr Tay lihat bahwa kepercayaan bahwa orang memiliki makhluk roh tidaklah benar.

    SSY percaya,bahwa manusia tidak memiliki makhluk roh,maka sewaktu Yudas Iskariot mati,Ia bebas dari dosa,maka sudah sampai disitu saja. Tubuhnya kembali menjadi tanah dan daya kehidupannya kembali kepada Allah dan tidak dikembalikan kepada Yudas sebagai suatu kebangkitan.

    Mungkin ada orang yang mengatakan enak benar Yudas,bebas dari hukuman.
    Habis mau diapakan,kan ia sudah BEBAS dari dosanya.

    Kalau dibandingkan dengan hidup kekal di bumi yang limpah dengan segalanya,maka apa enaknya bagi mereka yang hanya kembali menjadi tanah?

    Sekian dulu.
    Salam kristen saya dalam nama Yehuwa dan Puteranya Yesus Kristus.

    • Shalom Guest,

      Terima kasih atas tanggapan Anda. Saya ingin memberikan masukan kepada Anda bahwa dalam berdiskusi dan memberikan argumentasi, silakan memikirkannya secara mendalam dan terstruktur dan tidak memberikan komentar sepotong-potong dalam beberapa komentar. Dengan demikian argumentasi Anda menjadi lebih jelas dan menyeluruh. Kalau komentar Anda belum dijawab, bersabarlah untuk menunggu, karena kami mempunyai begitu banyak pertanyaan yang masuk. Semoga hal ini dapat diterima. Saya telah membuat tanya jawab tentang kekekalan jiwa di atas – silakan klik. Dan berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan atas tanggapan Anda:

      1. Pkh 12:7 menuliskan “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” Dalam ayat ini, Roh anda artikan sebagai life force yang bersifat sementara. Dari ayat ini saja, maka sebenarnya tidak mungkin kita dapat mengartikan bahwa Roh di sini adalah bersifat sementara. Bahkan sebaliknya, dari ayat ini, ada dua hal yang dapat kita simpulkan, yaitu: (1) Manusia terdiri dari tubuh yang bersifat material, sehingga akan mati dan kembali menjadi debu; (2) Roh atau jiwa adalah bersifat spiritual atau kekal sehingga kembali kepada Allah. Kalau tidak bersifat kekal mengapa kembali kepada Allah?

      Anda kemudian menghubungkan bahwa jiwa tidaklah kekal dengan ayat Luk 23:43 dan Luk 24:7. Secara prinsip, Anda ingin mengatakan bahwa dengan kematian Kristus, maka jiwa-Nya juga mati dan baru kemudian kembali lagi setelah kebangkitan. Namun, pengertian Anda di sini sebenarnya berdasarkan preposisi bahwa jiwa tidak bersifat kekal, sehingga kematian bagi Anda adalah termasuk kematian jiwa. Hal ini mungkin bersumber pada asumsi bahwa jiwa adalah keseluruhan manusia itu sendiri.

      Kalau kita menghubungkan kebangkitan Yesus, maka kita dapat melihat bahwa jiwa-Nya tidak perlu dibangkitkan, karena jiwa adalah kekal dan tidak mati. Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan badan-Nya dan kemudian bersatu kembali dengan jiwa-Nya yang kekal. Dengan demikian tidak ada pertentangan apapun dalam ayat Luk 23:43 dan Luk 24:7.

      Kalau Anda beranggapan bahwa jiwa adalah manusia itu sendiri dan tidak bersifat kekal, maka sebenarnya kita dapat mengatakan bahwa jiwa manusia adalah tubuh manusia itu sendiri. Dan dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa jiwa manusia memakai baju dan memakai celana, karena tubuh memakai baju dan celana.

      2. Pkh 9:5-6 menuliskan “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.”

      Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa kasih, kebencian dan kecemburuan orang yang sudah mati sudah lama hilang. Namun, bukan berarti bahwa orang yang sudah mati sama sekali hilang jiwanya sehingga tidak mempunyai kasih. Hal ini dipertegas oleh Rasul Paulus, dengan mengatakan “kasih tidak berkesudahan” (lih. 1Kor 13:8) Dengan kata lain, kasih tetap ada untuk selama-lamanya, termasuk ada walaupun seseorang telah meninggal Kristus.

      Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari. Hal ini tidak membuktikan bahwa jiwa manusia musnah setelah kematian. Manusia yang mati dengan jiwa yang kekal memang tidak lagi melakukan seperti yang dilakukan manusia yang hidup, yaitu berfikir dengan menggunakan organ, makan, dll. Kita jangan lupa bahwa Yesus berkata “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,” (Yoh 11:25) Dengan demikian, kita melihat bahwa walaupun seseorang telah mati, tidak melakukan lagi kegiatan seperti manusia yang hidup di dunia, namun manusia yang mati dalam Kristus tetap hidup, karena memang jiwanya adalah kekal.

      3. Tentang kebangkitan. Menurut saya, kisah kebangkitan Lazarus tidak membuktikan apapun untuk mendukung ajaran bahwa jiwa adalah tidak kekal. Bahkan kisah Lazarus yang dibangkitan justru menceritakan bahwa Yesus berkuasa untuk membangkitkan orang mati. Yang terjadi di sini adalah kematian – dengan definisi terurai menjadi bagian-bagian, sehingga mengeluarkan bau busuk – dihentikan oleh kuasa Kristus. Dan kemudian jiwanya yang kekal dikembalikan kepada Lazarus. Sedangkan orang yang koma, sebenarnya tidak membuktikan bahwa jiwa adalah tidak kekal. Yang terjadi adalah jiwanya tetap bersatu dengan tubuhnya. Karena organ tubuhnya tidak berfungsi dengan baik, maka aktifitas jiwa adalah dalam potency dan tidak terealisasi / actual

      4. Rom 6:7 menuliskan “Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.” Hal ini tidak membuktikan bahwa jiwa manusia tidak kekal. Konteks dari ayat tersebut adalah untuk menekankan bahwa pada saat kita dibaptis, maka kita telah mati dari dosa dan menjadi manusia baru di dalam Kristus. Kita melihat Rasul Paulus menegaskannya sebagai berikut dalam Rom 6:3-4 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

      Dari ayat Rom 6:7, Anda menyimpulkan bahwa Yudas Iskariot telah bebas dari dosanya. Namun, di satu sisi, Anda melupakan ayat yang lain, yaitu “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mat 26:24) Kalau memang setelah meningal, Yudas Iskariot musnah, maka tidak perlu Yesus mengatakan lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan. Dan Yesus menekankan hukuman yang diterima oleh Yudas dengan menuliskan “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” (Yoh 17:12)

      Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Dan saya telah memberikan argumentasi yang lebih terperinci tentang kekekalan jiwa di sini – silakan klik. Kalau Anda benar-benar ingin berdiskusi tentang topik ini, maka silakan memberikan tanggapan atas tanya jawab tersebut satu persatu. Tanpa adanya argumentasi yang menyeluruh dan hanya setengah-setengah, maka saya tidak dapat memasukkan komentar Anda. Semoga dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

Comments are closed.