Memang ada sebagian umat Kristen non-Katolik yang menganggap bahwa Purgatorium atau Api Penyucian adalah karangan Gereja Katolik belaka. Namun, anggapan ini tidak benar, sebab terdapat ayat-ayat di dalam Kitab Suci, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, yang mengajarkan tentang keberadaan suatu proses pemurnian setelah kematian, yang menjadi prinsip Api Penyucian. Tulisan para Bapa Gereja juga menunjukkan bahwa jemaat awal telah percaya akan keberadaan Api Penyucian, sehingga tanpa ragu mereka justru menganjurkan agar jemaat yang masih hidup di dunia mendoakan jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia. Hal ini juga terlihat dari teks doa bagi yang wafat di berbagai monumen/ batu nisan jemaat awal – contohnya makam Abercius dari Hieropolis di Phrygia (abad ke-2) dan di gereja-gereja bawah tanah/ katakomba, dan teks doa-doa yang dipanjatkan oleh jemaat perdana dalam perayaan Ekaristi bagi jiwa-jiwa yang telah dipanggil Tuhan. Kita tahu bahwa doa-doa ini hanya bermakna kalau Api Penyucian itu sungguh ada, karena jiwa-jiwa yang di Sorga tidak membutuhkan doa-doa dari kita karena telah sampai di Surga; sedangkan jiwa-jiwa di neraka tidak dapat memperoleh manfaat dari doa-doa kita, karena mereka telah memperoleh penghukuman untuk selamanya, atas pilihan mereka sendiri.
Fakta juga menunjukkan bahwa bukan hanya umat Katolik yang percaya akan adanya pemurnian akhir setelah kematian. Umat Kristen Orthodoks, dan juga umat Yahudi Orthodoks juga mempercayai hal ini, walaupun mereka tidak menggunakan istilah Purgatorium. Sampai sekarang ini, umat Yahudi mendoakan sesama anggota mereka -orang tua, anak, suami atau istri, ataupun saudara- yang meninggal dunia, dengan doa yang dikenal dengan sebutan “the Mourner’s Qaddish”, Kaddish Sang Peratap. Kaddish itu didoakan setiap hari dalam jemaat selama tiga puluh hari, atau selama sebelas bulan untuk kematian orang tua, demi mendoakan pemurnian jiwa mereka. Karena ajaran tentang Purgatorium ini telah diyakini oleh umat Yahudi -baik sebelum zaman Kristus maupun setelahnya- umat Kristen Orthodoks dan umat Katolik sejak awalnya, tidak ada orang yang menolak ajaran ini, sampai pada masa Reformasi Protestan. Nyatanya, kini hampir semua agama mengajarkan agar umatnya mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sudah meninggal dunia, dan hanya umat Kristen Protestan yang menolak ajaran ini.