Pertanyaan:
“Polemik Alquran terhadap orang Yahudi sebetulnya bukan menyangkut ketuhanan tetapi manusia, bahwa mereka sombong sekali dan mengklaim diri sebagai the choosen people, umat pilihan Tuhan. Klaim seperti ini kemudian mengakibatkan universalisme ajaran Tuhan dikebiri untuk hanya menjadi suatu ajaran nasional, bahkan tribal (kesukuan). Agama Kristen, mungkin sudah sejak Nabi isa, dengan sedikit ekses melalui Paulus membuat
penyimpangan yang sangat serius, yakni hendak penguniversalkan ajaran Tuhan. Akibatnya, agama yang semula diperuntukkan intern Yahudi, oleh Paulus diuniversalkan sehingga bisa menjadi agamanya kaum Gentiles (orang Yunani, Romawi, dan sebagainya). Polemik Alquran terhadap Kristen yang utama adalah mengenai teologinya, sedangkan kemanusiaannya banyak mendapat pujian. Misalnya, …dan Kami tanamkan ke dalam hati mereka yang menjadi pengikutnya rasa cinta (santun-NM) dan kasih sayang (Q.,57:27). Dalam skema Alquran, Nabi Isa tampil untuk menetralisasi kekakuan orientasi hukum pada agama Yahudi yang sudah pada tingkat menjadi eksesif sehingga mengancam orientasi kemanusiaan. Maka maksud kedatangan Nabi Isa dilambangkan dalam firman-Nya, Dan untuk menghalalkan bagi kamu apa yang sebagian diharamkan kepada kamu (Q.,3:50), dan kemudian dikompensasi dengan ajaran kasih. Dengan adanya unsur kasih, maka konsep kemanusiaan dalam Kristen lebih universal dibanding dengan Yahudi.
Pada perkembangan lebih lanjut, Paulus memperkenallkan doktrin kejatuhan Adam dan konsep tentang Isa sebagai juru selamat. Untuk mendukung ini,
kemudian ditekankan konsep manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya jahat, sebuah pesimisme kepada kemanusiaan. Menurut Russell, pesimisme itulah yang menyebabkan Eropa mengalami zaman kegelapan luar biasa. Hanya dengan datangnya Islam, Eropa muncul kembali melalui zaman pencerahan.”
Sumber:
Ensiklopedi Nurcholish Madjid
ini saya dapatkan dari salah satu website berita online.
M0hon penjelasan dari tim katolisitas.
– Ndro
Jawaban:
Shalom Ndro,
Terima kasih atas pertanyaannya. Menurut saya, dalam artikel tersebut disebutkan dua hal yang saling bertentangan (eksklusif dan inklusif) dan keduanya dipandang salah oleh penulis. Pada saat konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama dipandang sebagai sesuatu yang ekslusif, maka mereka (orang Yahudi) dicap sombong dan universalisme ajaran dipandang telah dikebiri. Namun, pada saat keselamatan diberikan secara eksplisit untuk menjangkau seluruh bangsa (inklusif), maka hal ini juga dipandang sebagai kesalahan serius, karena ingin menguniversalkan ajaran Tuhan. Dengan demikian, saya pikir, maka seseorang harus mengambil sikap, apakah ajaran Kristen adalah eksklusif (menjangkau umat Yahudi saja) atau inklusif (menjangkau seluruh bangsa).
1. Kaum Yahudi sebagai bangsa pilihan dan pengajaran Tuhan yang bertahap
1. Kalau dikatakan bahwa umat Yahudi adalah sombong, karena menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan, maka ini sebenarnya tidak benar, karena tidak ada yang perlu disombongkan dari diri mereka. Hal ini ditegaskan di dalam kitab Ulangan 7:7, yang menuliskan “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu–bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? —” Lebih lanjut, bahkan di Alkitab dikatakan bahwa mereka adalah bangsa yang keras hatinya, sehingga mereka sering mendapatkan pengajaran dari Allah.
“18 Sebab itu TUHAN sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya; tidak ada yang tinggal kecuali suku Yehuda saja. — 19 Juga Yehuda tidak berpegang pada perintah TUHAN, Allah mereka, tetapi mereka hidup menurut ketetapan yang telah dibuat Israel, 20 jadi TUHAN menolak segenap keturunan Israel: Ia menindas mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok-perampok, sampai habis mereka dibuang-Nya dari hadapan-Nya. —” (2Raj 17:18-20).
Jadi, walaupun Israel adalah bangsa pilihan, namun mereka juga mendapatkan didikan dari Tuhan. Oleh karena itu, terpilihnya bangsa pilihan ini bukan karena kehebatan bangsa Israel, namun karena kebijaksanaan Tuhan. Jadi, dengan demikian tidak ada yang perlu disombongkan dari bangsa Israel, karena terpilihnya bangsa ini sebagai bangsa pilihan adalah bukan karena kebesaran bangsa ini, namun karena Tuhan yang memilihnya.
2. Dari sisi yang lain, maka terpilihnya bangsa Israel sebagai bangsa pilihan adalah merupakan cara Allah untuk mendidik umat manusia secara bertahap. Dalam hal ini, kita dapat melihat adanya prinsip mediasi – yaitu melalui seseorang atau bangsa, maka seluruh dunia dapat mengerti rencana keselamatan Allah. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar, kalau Allah memilih satu bangsa, sehingga melalui bangsa tersebut, maka keselamatan dapat datang ke seluruh dunia.
3. Walaupun kita melihat bagaimana Allah membela bangsa pilihan dan juga membiarkan bangsa Israel menderita karena kesalahan mereka sendiri atau bahkan menghukum bangsa Israel karena dosa-dosa mereka, namun kita dapat melihat adanya konsep keselamatan yang bersifat universal. Hal ini terlihat dari beberapa ayat berikut ini:
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.” (Kej 22:18)
Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,” (Kej 26:4)
4. Dengan demikian, terlihat adanya nubuat yang diberikan dalam Perjanjian Lama, akan adanya Mesias (yang terpenuhi dalam diri Yesus), yang akan memberikan berkat kepada seluruh bangsa. Nubuat ini diberikan dari generasi-generasi. Silakan melihat nubuat-nubuat ini secara lebih mendetail di artikel ini – silakan klik. Dari pemaparan ini, maka terlihat bahwa tidak ada yang perlu disombongkan dari umat Israel dan keselamatan bagi seluruh bangsa bukanlah diperuntukkan bagi umat Israel semata, namun juga diperuntukkan untuk semua bangsa, yang kemudian ditegaskan di dalam Perjanjian Baru.
II. Keselamatan universal bagi seluruh bangsa
1. Kalau di artikel tersebut dikatakan bahwa terjadi kesalahan yang serius dari rasul Paulus, yang menyebabkan agama yang sebenarnya hanya diperuntukkan oleh kaum Yahudi kemudian menjadi agama untuk segala bangsa, maka sebenarnya pernyataan ini telah mempunyai asumsi yang perlu dibuktikan kebenaran terlebih dahulu – yaitu asumsi bahwa agama Kristen hanya diperuntukkan untuk kaum Yahudi. Untuk menunjukkan bahwa rasul Paulus hanya mengajarkan apa yang telah diperintahkan oleh Kristus, maka kita sebenarnya dapat melihat pesan Yesus sebelum Dia naik ke Sorga, yaitu “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20) Silakan melihat diskusi tentang keaslian dari ayat ini di sini – silakan klik. Dari kutipan ini, kita melihat bahwa Paulus konsisten dalam memberikan pesan Kristus, sehingga dia mengatakan bahwa Yesus telah mengalami maut untuk keselamatan umat manusia (lih. Ibr 2:9; Tit 2:11; 1Tim 2:6), karena Yesus adalah juru selamat seluruh umat manusia (lih. 1Tim 4:10).
2. Dan memang dikatakan bahwa polemik utama antara agama Kristen dan Islam adalah mengenai teologi. Hal ini disebabkan karena teologi Kristen berpusat pada Kristus yang telah membuktikan Diri-Nya sebagai Tuhan. Untuk itu, silakan membaca beberapa artikel Kristologi berikut ini:
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.
Adalah menjadi hal yang wajar jika kita mempunyai perbedaan teologis, kalau Wahyu Allah yang dipercayai sebagai pilar kebenaran adalah berbeda. Mari kita melihat beberapa perbedaan yang disorot dalam artikel tersebut:
a. Dikatakan “Dalam skema Alquran, Nabi Isa tampil untuk menetralisasi kekakuan orientasi hukum pada agama Yahudi yang sudah pada tingkat menjadi eksesif sehingga mengancam orientasi kemanusiaan” Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Yesus Kristus datang bukan untuk menetralisir orientasi hukum agama Yahudi, namun lebih daripada itu, Kritus datang ke dunia ini sebagai penggenapan dari nubuat-nubuat yang diberikan dari generasi-generasi di dalam Perjanjian Lama. Dan yang paling penting, kedatangan-Nya adalah untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca beberapa link Kristologi di atas.
b. Dikatakan “Maka maksud kedatangan Nabi Isa dilambangkan dalam firman-Nya, Dan untuk menghalalkan bagi kamu apa yang sebagian diharamkan kepada kamu (Q.,3:50), dan kemudian dikompensasi dengan ajaran kasih” Untuk mengatakan bahwa Yesus Kristus dilambangkan dengan Firman sebenarnya tidaklah tepat, karena Yesus Kristus adalah Firman itu sendiri, karena Yesus adalah Tuhan, seperti yang dituliskan di dalam Yoh 1:1 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Untuk mengatakan bahwa agama Kristen mengajarkan hal-hal yang diharamkan, yang kemudian dikompensasi dengan kasih, perlu dianalisa lebih lanjut. Tidak terlalu jelas bagi saya tentang apa yang dimaksud dengan “sebagian diharamkan” dalam tulisan tersebut. Kalau kasih dikatakan hanya sekedar kompensasi, maka sebenarnya ini adalah pernyataan yang salah, karena kalau kita benar-benar membaca Alkitab secara keseluruhan, maka inti pengajaran dari kekristenan adalah kasih, karena Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8)- yang telah dibuktikan-Nya dengan pengorbanan Kristus di kayu salib. Inilah bukti kasih yang terbesar dalam sejarah umat manusia.
c. Dikatakan “Pada perkembangan lebih lanjut, Paulus memperkenalkan doktrin kejatuhan Adam dan konsep tentang Isa sebagai juru selamat.” Untuk menjawab hal ini, kita dapat melihat analisa dosa asal, yang dapat dilihat keberadaannya di dalam Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru:
Manusia pertama telah berbuat dosa:
Dalam kitab Kejadian dinyatakan bahwa Adam dan Hawa telah berdosa dan oleh karena itu, maka Adam dan Hawa dan seluruh keturunannya harus menanggung dosa. (lih Kej 2).
“Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.” (Keb 2:24).
“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Kor 11:3; 1 Tim 2:14; Rm 5:12; Yoh 8:44).
Dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan (lih. Rm 5:19; Tob 4:14; Sir 10:14-15).
Dosa asal ini diturunkan kepada semua manusia:
“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mz 51:7).
“Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!” (Ay 14:4).
“Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.“(Keb 2:24).
“From the woman came the beginning of sin, and by her we all die.” (LXX/ Septuagint – Sir 25:33).
Dan kemudian rasul Paulus memberikan penegasan dengan memberikan perbandingan antara Adam, manusia pertama yang jatuh ke dalam dosa kesombongan, dan Kristus yang membebaskan manusia dari dosa dengan ketaatan kepada Allah (Rom 5:12-21, lihat juga Rom 5:12-19, 1 Kor 15:21, dan Ef 2:1-3).
Dengan demikian, terlihat jelas, bahwa doktrin dosa asal, bukan dimulai dari rasul Paulus, namun juga telah terlihat di dalam Perjanjian Lama.
d. Kemudian dilanjutkan “Pada perkembangan lebih lanjut, Paulus memperkenallkan doktrin kejatuhan Adam dan konsep tentang Isa sebagai juru selamat.” Pernyataan ini perlu ditelaah lebih jauh. Kejatuhan Adam telah ditulis di dalam Kitab Kejadian, yang ditulis sekitar 1500 SM. Dan kalaupun kejatuhan Adam ini dihubungkan dengan Kristus, karena memang Kristus adalah Adam ke-dua, yang menyambung kembali hubungan yang terputus antara manusia dan Allah, yang disebabkan oleh dosa Adam. Justru pemenuhan apa yang telah dijanjikan oleh Allah dalam diri Yesus, sebenarnya menjadi salah satu alasan, bahwa doktrin ini bukanlah sesuatu yang terjadi kemudian, namun suatu kebenaran yang saling berhubungan. Kita melihat Allah berkata “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15). Penggenapan nubuat ini adalah pada diri Yesus, yang telah menginjak setan dengan mematahkan kuasa dosa dengan pengorbanan- Nya di kayu salib.
e. Dikatakan “Untuk mendukung ini, kemudian ditekankan konsep manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya jahat, sebuah pesimisme kepada kemanusiaan.” Mungkin kalimat di atas ingin menyentuh doktrin dosa asal, yang seolah-olah dipandang bahwa manusia pada dasarnya jahat. Namun, ini adalah suatu kesimpulan yang keliru. Alkitab mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran Allah. Oleh karena itu, manusia diciptakan baik adanya. Namun, yang membuat manusia terpisah dari Tuhan adalah karena manusia pertama telah berbuat dosa; dan dosa inilah yang diturunkan kepada semua keturunannya, yang disebut dosa asal.
Kenyataan bahwa manusia mempunyai kecenderungan berbuat dosa adalah sesuatu yang nyata. Dengan demikian, seseorang yang tidak setuju dengan dosa asal, harus menyetujui bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan tidak sempurna adanya. Namun, kalau demikian, maka ini berlawanan dengan hakekat Allah yang maha kasih. Bagaimana mungkin Tuhan sengaja menciptakan manusia yang mempunyai kecenderungan berbuat dosa?
Suatu kebenaran dapat dilihat dari efeknya. Kita juga dapat melihat kebenaran dosa asal ini dari efeknya, yaitu apa yang dilakukan oleh manusia. Diskusi panjang tentang dosa asal dapat dilihat di sini – silakan klik. Dosa asal bukanlah pandangan yang pesimis, karena Tuhan telah memberikan solusinya, yaitu rahmat yang mengalir dari pengorbanan Kristus, yang memungkinkan manusia dibebaskan dari dosa asal, yaitu dengan pembaptisan. Dengan demikian, dalam kondisi yang sulit ini, umat Kristen justru melihat kehidupan dan manusia secara lebih optimis, karena Yesus Kristus sendiri memberikan pengharapan. Dan pembaptisan yang menghantar manusia dalam kekudusan ini telah dibuktikan oleh para kudus dalam sejarah Gereja Katolik. Kita melihat bagaimana yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta membuktikan dirinya sebagai orang kudus, karena secara terus menerus dia bekerja sama dengan rahmat Allah dalam kehidupannya.
Dengan demikian, Gereja Katolik justru melihat bahwa meskipun manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang diciptakan baik adanya, memilih untuk berbuat dosa, namun manusia tetap dicintai oleh Allah. Sebagai buktinya, Allah memberikan Putera-Nya yang tunggal untuk menebus dosa dunia. Dan dengan penebusan-Nya di kayu salib, maka rahmat Allah terus mengalir, yang memungkinkan manusia untuk hidup dalam kekudusan. Silakan melihat artikel kesempurnaan rancangan keselamatan Allah (silakan klik).
f. Dikatakan “Menurut Russell, pesimisme itulah yang menyebabkan Eropa mengalami zaman kegelapan luar biasa. Hanya dengan datangnya Islam, Eropa muncul kembali melalui zaman pencerahan.” Menurut saya, kesimpulan ini tidaklah benar dalam dua hal. Pertama, jaman kegelapan sering dipakai dalam konteks yang salah. Kita dapat melihat pada abad pertengahan, ordo Benediktus membentuk Eropa menjadi begitu maju. Pendidikan juga mengalami perkembangan luar biasa. Kedua, telah dibuktikan di atas, bahwa doktrin dosa asal yang dibarengi dengan penebusan Kristus, membuat umat Kristen memandang hidup dengan lebih optimis. Dengan demikian, kesimpulan bahwa hanya dengan datangnya Islam maka Eropa dapat kembali kepada zaman pencerahan tidaklah berhubungan, karena asumsi-asumsi awal belum dapat dibuktikan kebenarannya.
III. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, maka terlihat bahwa sebenarnya Perjanjian Lama juga mempunyai konsep keselamatan yang diperuntukkan bagi semua bangsa, yang dipenuhi oleh Yesus Kristus dan diperintahkan sendiri oleh Kristus untuk menyebarkan kabar gembira ke segala bangsa. Dan pengajaran ini dipertegas oleh para penulis Alkitab Perjanjian Baru. Dengan demikian, agama Kristen secara hakiki adalah agama yang inklusif, karena Allah menginginkan segala bangsa memperoleh keselamatan. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Katolisitas
mengapa menurut bacaan hari ini kisah para rasul 16 : 1 – 10, Roh Kudus mencegah Paulus memberitakan Injil di Asia?
sedangkan dalam Markus 16 : 15 – 16 Yesus mengatakan agar memberitakan Injil kepada segala makhluk.
mohon bimbingannya, terima kasih.
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Mengapa Allah memilih bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan? Kenapa bukan bangsa yang lain? Kalau Allah memilih bangsa Yahudi, bagaimana nasib bangsa di luar Yahudi?
Shalom Rudi,
Allah memilih bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan adalah karena rencana keselamatan Allah yang sedari awal ingin memberikan Putera-Nya datang ke dunia dan menebus dosa manusia. Kalau Allah ingin masuk dalam sejarah manusia, maka Dia harus memilih satu bangsa, sehingga dari satu bangsa ini, keselamatan dapat diberitakan ke seluruh dunia. Ini adalah prinsip perantaraan (mediation), di mana karya keselamatan Allah, mulai dari satu bangsa, dan kemudian dari bangsa itu, Yesus dilahirkan, memilih para rasul, para murid, jemaat perdana, sampai akhirnya dapat menjangkau seluruh dunia melalui Gereja Katolik. Mengapa Tuhan memilih bangsa Yahudi? Itu adalah kebijaksanaan Tuhan, namun Tuhan biasanya memilih bangsa yang kecil dan tidak dipandang sebelah mata oleh umat manusia. Tidak ada masalah dengan bangsa-bangsa di luar Yahudi, karena keselamatan yang ditawarkan oleh Allah menjangkau seluruh umat manusia, baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi, karena Allah tidak memandang bulu (lih. Rom 2:11).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Ibu Inggrid yang terhormat, saya masih bingung dengan ajaran gereja ” diluar Kristus tidak ada keselamatan, diluar gereja ada keselamatan” . saya mohon penjelasan yang sederhana terutama hubungan antara orang katolik dengan saudara kita muslim, hindu, budha ? pendapat saya selama ini memang ada keselamatan diluar gereja bagi saudara-saudara kita yang tidak seiman tanpa mengimani Yesus sebagai pribadi, namun mereka dapat selamat jika melaksanakan ajaran Yesus tentang “Cinta Kasih” atau melihat Yesus sebagai Isi bukan sebagai pribadi. mohon penjelasan dan minta maaf jika pendapat saya selama ini salah. terima kasih.
Shalom Joko,
Tentang doktrin Tidak ada keselamatan di luar Gereja atau Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) harus dimengerti dengan benar. Berikut ini adalah beberapa tanya jawab yang membahas doktrin ini:
Silakan membaca beberapa link yang saya berikan. Kuncinya adalah ada di Lumen Gentium 14, yang mengatakan “Maka terutama kepada umat beriman Katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiannya. Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.“
Dan Lumen Gentium 16 mengatakan “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.” Kalau masih ada pertanyaan silakan bertanya kembali.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
“Menurut Russell, pesimisme itulah yang menyebabkan Eropa mengalami zaman kegelapan luar biasa. Hanya dengan datangnya Islam, Eropa muncul kembali melalui zaman pencerahan.”
Setahu saya, Islam tidak datang ke Eropa. Mereka expansi. Kasarnya menjajah. Bukannya men”cerahkan”, tapi menghancurkan budaya Eropa – Spanyol, Italia, Roma, Yunani dll. CMIIW. Dari selatan digempur pasukan Islam, dari Utara diserbu Bangsa Viking..
Salam,
[dari katolisitas: Saya melihat preposisi dari sisi teologis belum terbukti kebenarannya, sehingga tidak perlu dibuktikan dari sisi history sebagai suatu kesimpulan akhir.]
“Polemik Alquran terhadap orang Yahudi sebetulnya bukan menyangkut ketuhanan tetapi manusia, bahwa mereka sombong sekali dan mengklaim diri sebagai the choosen people, umat pilihan Tuhan. Klaim seperti ini kemudian mengakibatkan universalisme ajaran Tuhan dikebiri untuk hanya menjadi suatu ajaran nasional, bahkan tribal (kesukuan). Agama Kristen, mungkin sudah sejak Nabi isa, dengan sedikit ekses melalui Paulus membuat
penyimpangan yang sangat serius, yakni hendak penguniversalkan ajaran Tuhan. Akibatnya, agama yang semula diperuntukkan intern Yahudi, oleh Paulus diuniversalkan sehingga bisa menjadi agamanya kaum Gentiles (orang Yunani, Romawi, dan sebagainya). Polemik Alquran terhadap Kristen
yang utama adalah mengenai teologinya, sedangkan kemanusiaannya banyak mendapat pujian. Misalnya, …dan Kami tanamkan ke dalam hati mereka
yang menjadi pengikutnya rasa cinta (santun-NM) dan kasih sayang (Q.,57:27). Dalam skema Alquran, Nabi Isa tampil untuk menetralisasi kekakuan orientasi hukum pada agama Yahudi yang sudah pada tingkat menjadi eksesif sehingga mengancam orientasi kemanusiaan. Maka maksud kedatangan
…….
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.