Pertanyaan:
Salam,
Website ini sungguh luar biasa. Sangat membantu saya dalam menambah iman dan pengetahuan tentang kekatolikan.
Ada beberapa pertanyaan, maaf kalau sudah pernah dibahas, sebab saya belum sempat membaca seluruh isi web ini.
1. Apakah yang terjadi setelah kematian?
2. Seorang teman, biarawan katolik, mengatakan bahwa roh akan tinggal di bumi sampai 40 hari setelah kematiannya, (seperti Yesus) setelah 40 hari barulah roh tersebut pergi ke penyucian, apakah ini benar?
3. Teman saya bisa melihat roh2 berkeliaran seperti halnya melihat manusia biasa (seperti dalam film the six sensenya bruce willis) dan saya yakin teman saya tidak mengada2 sebab dia adalah novisiat biarawan karmelit. Roh2 apakah yang dilihatnya? Bukankah seharusnya roh2 tersebut ada di Api penyucian?
4. Apa gunanya penghakiman terakhir jika jiwa2 sudah berada di surga setelah menyelesaikan hukuman di api penyucian?
Salam, Erwin
Jawaban:
Shalom Erwin,
Sebenarnya sebagian dari pertanyaan anda sudah terjawab dalam artikel Bersyukurlah, ada Api Penyucian! (silakan klik). Namun, saya akan menuliskan beberapa penegasan untuk menjawab pertanyaan anda:
- Apa yang terjadi setelah kematian?
Di dalam buku The Catechism Explained -An Exhaustive Explanation of the Catholic Religion, karangan Spirago- Clarke, hal. 256 disebutkan bahwa segera setelah kematian, maka jiwa kita akan diadili, yang dikenal dengan sebutan Particular Judgment (Pengadilan Khusus). Pengajaran ini sesuai dengan ajaran St. Agustinus, yang mengatakan “Begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili”. Hal ini sesuai juga dengan pengajaran di Alkitab, seperti yang kita lihat pada kisah yang dialami oleh Lazarus dan orang kaya itu setelah kematian mereka (lih. Luk 16:16-31). Rasul Paulus mengajarkan, “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Maka di saat kematian kita kita akan diminta pertanggungan jawab atas urusan kita (lih. Luk 16:2). Jika Tuhan sendiri mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (lih Im 19:13), maka Ia sendiri pasti memenuhi peraturan tersebut, dan Ia akan memberi penghargaan kepada mereka yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia seturut perintah-perintah-Nya. Maka seperti kata St. Ambrosius, “Kematian adalah penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen.”
Tuhan Yesus akan duduk sebagai Hakim (lih. Yoh 5:22). Pada Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji kepada para rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk membawa mereka kepada diri-Nya (lih. Yoh 14:3).
Setelah dihakimi, jiwa orang yang meninggal akan masuk surga (jika ia sempurna), atau masuk neraka (jika ia meninggal dalam keadaan berdosa berat), atau masuk Api Penyucian (jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun masih harus dimurnikan terlebih dahulu). - Apakah roh manusia akan tinggal di bumi setelah 40 hari setelah kematian (seperti Yesus yang tinggal 40 hari di dunia sebelum naik ke Surga) baru setelah itu ke Api Penyucian?
Dengan penjelasan point 1, maka menurut penjelasan Katekismus, roh manusia yang meninggal tidak tinggal 40 hari di bumi, namun langsung diadili oleh Yesus, dalam Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan khusus pribadi orang tersebut oleh Yesus.
Kenyataan bahwa Yesus tinggal selama 40 hari sebelum kenaikannya ke Surga, lebih bermakna sebagai pemenuhan gambaran Perjanjian Lama, untuk memberi makna Pentakosta yang baru, pada Perjanjian Baru. Menurut sejarah, perayaan Pentekosta menurut adat Yahudi dirayakan 50 hari setelah Paskah Yahudi (pada Perjanjian Lama/ PL). Pentakosta pada PL ini adalah untuk memperingati ‘pemberian hukum Taurat (termasuk Kesepuluh perintah Allah)’ yang terjadi di Gunung Sinai. Dalam PL, Israel ‘lahir’ sebagai bangsa pilihan Allah setelah melalui pembebasan dari tanah Mesir, dan mencapai puncaknya pada pemberian hukum Taurat. Dalam Perjanjian Baru (PB). Pentakosta adalah perayaan puncak di mana Gereja resmi ‘lahir’ sebagai bangsa pilihan Allah yang baru, walaupun Gereja sudah mulai terbentuk di Golgota, dan pada Minggu Paska. Di PL, yang diberikan pada hari Pentakosta adalah hukum Taurat, yang tertera di dua loh batu, sedangkan di PB, yang diberikan pada hari Pentakosta adalah hukum Kasih yang tertulis di dalam hati umat-Nya oleh karunia Roh Kudus. Yesus menyertai murid-murid-Nya selama 40 hari, sebelum naik ke surga, juga untuk memberikan bukti-bukti yang cukup bahwa Ia bangkit dari kematian, dengan beberapa penampakan di hadapan para murid-Nya yang memperlihatkan kebang kitan tubuh-Nya yang mulia. Sedangkan, Ia harus naik ke surga, sebelum pencurahan Roh Kudus kepada para Rasul, karena Roh Kudus diutus tidak hanya oleh Allah Bapa, tetapi oleh Allah Bapa bersama Yesus Allah Putera. - Roh-roh yang berkeliaran yang dapat dilihat oleh orang-orang tertentu itu roh siapa? Bukankah mereka harusnya ada di Api Penyucian?
Terus terang saya tidak mengetahui secara persis tentang roh-roh yang berkeliaran ini. Namun jika kita membaca pada riwayat hidup para Orang Kudus, dan kaum mistik yang kita kenal di Gereja Katolik, maka mereka mengatakan bahwa mereka mendapat pengalaman dikunjungi oleh jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian yang memohon doa dari mereka, agar jiwa-jiwa ini dapat segera beralih ke surga. Padre Pio dan Maria Simma adalah contoh dari mereka yang pernah dikunjungi oleh para jiwa di Api Penyucian tersebut. Memang, kita tidak mempunyai gambaran persis tentang Api Penyucian, apakah berupa ‘tempat’ tertentu, ataukah berupa kondisi tertentu yang dialami jiwa-jiwa. Karena jiwa di Api Penyucian tidak mengandung badan/ materi, maka dapat dimengerti bahwa penggambaran Api Penyucian yang paling hakiki adalah ‘kondisi’ pemurnian jiwa, sedangkan hal ‘tempat’ dapat dimengerti bukan sebagai yang utama. - Apa gunanya Penghakiman Terakhir, jika jiwa-jiwa sudah berada di surga setelah menyelesaikan pemurnian di Api Penyucian?
Penghakiman Terakhir diadakan setelah kebangkitan badan di akhir jaman. Dalam Pengadilan Terakhir, setiap orang akan diadili di hadapan semua ciptaan, sehingga segala perbuatan baik akan diumumkan di hadapan semua mahluk, demikian juga perbuatan yang jahat.
Tuhan Yesus akan duduk sebagai hakim yang mengadili semua orang, dan pengadilan ini dimaksudkan untuk menyatakan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan kepada semua ciptaan. Jadi tidak ada lagi segala sesuatu yang ‘relatif’ di sini. Yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar, dan ini berlaku pada semua orang. Orang-orang yang baik mendapat penghargaan di hadapan semua ciptaan, dan sebaliknya, orang-orang yang jahat menerima hukuman di hadapan semua. Penghakiman ini merupakan pengulangan pengadilan khusus di hadapan semua mahluk, dan pengulangan sejarah dunia, di mana semua kejadian akan ditampilkan di hadapan semua orang, dan pada saat itu tidak ada sesuatu yang tersembunyi, yang tidak akan dinyatakan (lih. Mat 10: 26-27, Luk 8:17). Maka Penghakiman Terakhir merupakan momen yang penting, yang menjadi dasar pengharapan Kristiani (seperti yang diungkapkan oleh Bapa Paus Benediktus XVI dalam surat ensikliknya Spe Salvi/ Diselamatkan di dalam Pengharapan, 44). Sebab pada saat Penghakiman Terakhir pengorbanan para martir dan orang benar akan mendapat penghargaan. Orang-orang yang jahat akan memandang orang-orang yang baik dan berkata dengan menyesal, “Dia itulah yang dahulu menjadi tertawaan kita, dan buah cercaan kita ini, orang-orang yang bodoh… ia terbilang di antara anak-anak Allah dan bagiannya terdapat di antara para kudus… Kita inilah yang tersesat dari jalan kebenaran dan cahaya kebenaran tidak menerangi kita…” (Kebj 5:3-6).
Setelah Pengadilan Terakhir ini, tidak ada lagi Api Penyucian. Dan karena seluruh semesta alam akan dihancurkan dengan api pada akhir jaman, maka orang-orang yang baik/ benar dapat masuk surga jiwa dan badannya setelah melalui api itu, seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego (lih. Dan 3:1-30), tanpa terbakar. Sedang mereka yang jahat akan masuk neraka, jiwa dan badannya. Persatuan jiwa dan badan di surga inilah yang disebut sebagai kesempurnaan kebahagiaan kekal, dan sebaliknya, yang di neraka sebagai siksa kekal yang tak terlukiskan.
Mari kita sama-sama berdoa agar kita didapati-Nya setia kepada-Nya sampai akhir hidup kita, sehingga kita dapat terbilang dalam kelompok yang dibenarkan oleh Tuhan Yesus dalam Penghakiman Terakhir.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Dear bu Inggrid,bisakah saya memperoleh artikel atau penjelasan lebih lanjut tentang Maria Simma? terima kasih.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban ini, silakan klik. Pengalaman Maria Simma ini belum dinyatakan otentik oleh Gereja Katolik. Namun kalau Anda tertarik untuk mengetahuinya, silakan membaca bukunya saja yang berjudul Bebaskan kami dari sini, yang diterbitkan oleh Marian Center Indonesia.]
Tadi diatas disebutkan roh manusia yang meninggal tidak tinggal 40 hari di bumi, namun langsung diadili oleh Yesus, dalam Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan khusus pribadi orang tersebut oleh Yesus.
Saya hanya ingin tau siapa yang mengadili roh manusia yg meninggal ketika yesus belum lahir di bumi?
Apakah ada Tuhan yang lain yang berkuasa untuk mengadili roh orang yg meninggal sebelum Tuhan yesus dilahirkan?
[dari katolisitas: Yesus yang mengadili orang hidup dan mati. Kita mengingat bahwa keberadaan Yesus adalah kekal bersama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.]
Yth. Katolisitas,
Saya mau tanya, apakah Misa arwah diperbolehkan untuk orang yang meninggal beragama Budha?
Anak2nya semua beragama Katolik.
Terima kasih.
Diana
[Dari Katolisitas: Ya, boleh. Silakan membaca di sini, silakan klik]
Shalom..
Saya ingin bertanya. Ini sangat membingungkan buat saya.
Dikatakan, jika seseorang meninggal, jiwanya akan segera menghadap pengadilan Tuhan.
Bagaimana gereja menyikapi tentang hantu/arwah setelah kematian? Siapakah sebenarnya mereka itu?
Pernah kesaksian seorang teman, keluarga mereka memanggil arwah ayahnya yang telah meninggal beberapa hari sebelumnya melalui proses “mediumisasi” paranormal. Teman saya berkata, gaya duduk dan gaya berbicara medium yang dimasuki tersebut persis seperti kebiasaan mendiang semasa hidup. Arwah yang dipanggil tersebut juga berbicara kepada beberapa keluarga dan mengetahui yang mana anaknya, isterinya.
Pertanyaan saya, jika memang segera setelah kematian jiwa akan menghadap Tuhan, jadi siapakan arwah2 yang dipanggil paranormal tersebut?
Satu hal lagi, misalkan di sebuah tikungan jalan sering terjadi kecelakaan, sering diyakini tempat tersebut menjadi angker karena menjadi tempat arwah2 yang mati kecelakaan di situ. Banyak penampakan2 yang dialami warga sekitar. Jadi, apakah sebenarnya yang melakukan penampakan2 itu?
Terimakasih, hal2 tersebut sudah sekian lama membuat bingung saya. Apalagi semua kepercayaan2 adat istiadat suku apapun di Indonesia pasti membenarkan adanya arwah ini. Apakah keluarga yang telah meninggal tetap memperhatikan kita, dll.
Saya membutuhkan jawaban tentang ini, agar saya tahu yang mana yang sesat segera ditinggalkan. Karena apa yang diimani oleh gereja lah tentunya yang harus dipegang teguh.
Salam damai Kristus.
Salam Freshly,
Saya pernah menjawab pertanyaan yang mirip di sini, silakan klik.
Namun saya tambahkan beberapa hal sehubungan dengan pertanyaan Anda.
Orang yang dibaptis, Katolik, sungguh melaksanakan kehendak Tuhan melalui Gereja-Nya, maka jika meninggal pastilah berbahagia abadi bersama Allah, alias surga. Kita percaya akan “persekutuan para kudus”, yaitu persekutuan orang-orang yang sudah dibaptis baik yang masih di bumi maupun yang sudah meninggal dunia. Karena persekutuan para kudus ini, maka kita bisa saling mengasihi termasuk mendoakan. “Perbuatan kita yang paling sederhana sekalipun, kalau dilakukan karena cinta, akan membawa keuntungan bagi semua orang. Ini terjadi dalam solidaritas dengan semua manusia, yang hidup dan mati, yang berdasarkan persekutuan para kudus” (KGK 953).
Karena itu, kita mengetahui nasib teman-teman kita yang dalam Kristus yang meninggal, yaitu bersama Kristus (1Tes 4:13-14) ). KGK 1023: “Orang yang mati dalam rahmat dan persahabatan Allah dan disucikan sepenuhnya, akan hidup selama-lamanya bersama Kristus. Mereka serupa dengan Allah untuk selama-lamanya, karena mereka melihat Dia “dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1Yoh 3:2) dari muka ke muka (bdk. 1Kor 13:12; Why 22:4).
“Kami mendefinisikan berkat wewenang apostolik, bahwa menurut penetapan Allah yang umum, jiwa-jiwa semua orang kudus… dan umat beriman yang lain, yang mati sesudah menerima Pembaptisan suci Kristus, kalau mereka memang tidak memerlukan suatu penyucian ketika mereka mati,… atau, kalaupun ada sesuatu yang harus disucikan atau akan disucikan, ketika mereka disucikan setelah mati,… sudah sebelum mereka mengenakan kembali tubuhnya dan sebelum pengadilan umum, sesudah Kenaikan Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus ke surga sudah berada dan akan berada di surga, dalam Kerajaan surga dan firdaus surgawi bersama Kristus, sudah bergabung pada persekutuan para malaikat yang kudus, dan sesudah penderitaan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus, jiwa-jiwa ini sudah melihat dan sungguh melihat hakikat ilahi dengan suatu pandangan langsung, dan bahkan dari muka ke muka, tanpa perantaraan makhluk apa pun” (Benediktus XII: DS 1000; bdk. LG 49)
KGK 1051: Di dalam jiwanya yang tidak dapat mati setiap manusia menerima ganjarannya yang abadi, dalam satu pengadilan khusus langsung sesudah kematian, dari Kristus, Hakim atas orang hidup dan mati. Namun setelah pengadilan pribadi, akan ada pengadilan umum ketika Yesus Kristus datang kembali.
Mengenai nasib orang yang meninggal yang belum dibaptis, kita serahkan ada kerahiman Tuhan. Kita mohon dengan penuh kasih, mohon Allah mengampuninya.
Praktek memanggil arwah, silakan klik di sini dan mengenai pertanyaan komunikasi dengan arwah ada di artikel ini, silakan klik.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Bu Inggrid dan Pa Stef yang terkasih. Mau tanya nih…bagaimana nasib orang yang baru dipermandikan pada saat sedang menghadapi sakratul maut. Permandian itu dilakukan karena pesan dari orang yang meninggal tersebut.
Shalom Piyu,
Menjadi satu kebahagiaan kalau ada orang yang dapat dibaptis sebelum dia meninggal, karena seluruh dosa-dosanya dihapuskan, baik dosa asal, maupun seluruh dosa yang dia lakukan sebelum dibaptis. Dengan kata lain, dia akan masuk Sorga. Namun demikian, bukan berarti bahwa hal ini menjadi alasan bagi seseorang untuk menunda baptisan, karena kita tidak pernah tahu kapan kita dipanggil Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai buat semua!
Apakah masih ada gunanya berdoa utk orang yg sdh meninggal? Sedangkan setiap orang diadili dan bertanggungjawab atas perbuatannnya sendiri.
Tks n JBU
Shalom Anto,
Doa- doa kita bagi jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal memang bukan untuk mengubah keputusan pengadilan Allah. Artinya doa- doa kita tidak menjadi sebab bagi seseorang untuk masuk surga atau neraka atau masih perlu dimurnikan dalam Api Penyucian. Hal itu memang tergantung dari keputusan Tuhan. Jika setelah penghakiman, jiwa itu sudah sempurna dalam iman dan kasih, sehingga langsung masuk surga, maka ia tidak lagi membutuhkan doa- doa kita. Juga, jiwa yang masuk neraka juga tidak membutuhkan doa- doa kita, karena doa-doa kita tak dapat membuat mereka beralih ke surga. Namun ada banyak jiwa- jiwa yang wafat dalam keadaan berdamai dengan Tuhan, namun jiwa- jiwa ini belum sepenuhnya sempurna, sehingga mereka masih perlu dimurnikan dalam Api Penyucian, maka doa- doa kita akan berguna bagi mereka. Jiwa-jiwa akhirnya akan masuk Surga, namun doa- doa kita sangat berguna pada masa pemurnian mereka.
Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini, silakan klik. Dan tentang Api Penyucian, klik di sini
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pertanyaan:
Saya telah membaca buku mengenai Maria Simma..dan saya mendapati ada kenyataan yang mengatakan bahawa Yesus tidak pernah melawat Roh di Api Penyucian..kecuali Bunda Maria..Mengapa Yesus tidak pernah ke sana?
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan kami tanggapi, di jawaban ini, yaitu di point 2, silakan klik. Silakan membaca, dan juga tanya jawab yang menyusul di bawahnya]
Semua belum mampu menjelaskan alam setelah kematian, kitab suci yg dipakai hanya selembar surat untuk manusia dan bukan tetang semesta ini
Shalom Ade,
Terima kasih atas tanggapannya. Kalau Kitab Suci yang dipakai anda anggap sebagai surat untuk manusia dan bukan tentang semesta ini dan tidak cukup untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi setelah kematian, maka pertanyaannya adalah: Bagaimana anda menjelaskan tentang apa yang terjadi setelah kematian, apakah dasar yang dipakai, bagaimana kita tahu bahwa pengertian yang anda berikan adalah benar? Apakah parameter dari kebenaran itu? Setelah menjawab pertanyaan ini, kita dapat berdiskusi lebih lanjut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Bu Inggrid,
saya mau tanya, kl misalkan orang meninggal tapi blm sempat menerima sakramen tobat, tetapi sesaat sblm meninggal dia mengucap tobat dan mohon ampun dengan Bapa apakah dia akan sudah dapat dikatakan berdamai dengan Tuhan??
Dan dimana dia akan ditempatkan? api pencucian atau neraka?
Terima kasih
Shalom Jean,
Nampaknya, di sini yang terpenting adalah sejauh mana orang tersebut benar- benar bertobat sehingga pertobatannya dapat dikatakan sempurna (perfect contrition).
Dalam hal ini Katekismus mengajarkan:
Jadi di sini, jika orang itu benar- benar menyesal, dan sesalnya itu didasari bukan karena takut hukuman, tetapi karena takut menyakiti hati Allah, dan kalau penyesalan itu dibarengi dengan niatan yang teguh untuk segera mengaku dosa dalam Sakramen Tobat secepat mungkin (jika ia masih diberi kesempatan hidup), maka jika ternyata sebelum sempat menerima sakramen Tobat, ia wafat, maka artinya ia dapat dikatakan meninggal dalam kondisi berdamai dengan Tuhan (dalam kondisi rahmat). Dalam kondisi ini kemungkinan ia dapat diselamatkan, dengan melalui pemurnian dalam Api Penyucian untuk memurnikan jiwa dari dosa- dosa ringan yang mungkin belum sempat diakui ataupun konsekuensi dari dosa- dosa yang sudah diampuni tersebut.
Namun masalahnya, yang mengetahui kondisi hati setiap orang secara sepenuhnya adalah Tuhan saja, dan manusia tidak dapat mengira- ngira. Sehingga memang hanya Tuhan yang tahu, apakah seseorang itu sudah sungguh- sungguh mempunyai tobat yang sempurna atau tidak. Maka mungkin lebih baik jangan menunggu sampai menjelang ajal baru kita bertobat, sebab kita tidak dapat tahu, kapankah saatnya ajal menjemput kita, dan apakah sebelumnya kita sempat bertobat secara sempurna. Kita pantas berdoa agar jangan sampai meninggal sebelum sempat bertobat, terutama bertobat dari dosa berat, supaya jangan sampai kita tidak selamat
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Walaupun agama saya islam,tapi saya sangat barkesan dg artikel ini.sehingga saya ucapkan salam hormat dan salam sejahtera kpd penulis artikel ini dan teruslah berkarya dg artikel2 seperti ini.
Yth Katolisitas,
Saya ingin tanya, (menurut ajaran Katolik) apakah boleh menyimpan foto saudara yang sudah meninggal (foto tersebut dahulu diletakkan di depan peti). Karena ada teman yang bilang, foto yang di depan peti dibakar/dikubur saja, tidak baik dipajang di rumah.
Terima kasih (mungkin dapat dibuat topik baru-saya bingung bagaimana caranya membuka topik baru di Katolisitas)
Salam,
Chris
Shalom Chris,
Gereja Katolik tidak melarang kita untuk mengenang saudara- saudari kita yang sudah berpulang ke rumah Bapa. Mengenang di sini termasuk di dalam hati, maupun di luar hati, yaitu dengan memajang foto mereka di rumah kita. Seperti halnya tidak ada salahnya bagi kita untuk memasang foto Yesus, Bunda Maria dan para Santa- Santo yang sudah mendahului kita. Dasar dari hal ini sesungguhnya adalah karena Gereja Katolik mengajarkan adanya persekutuan orang kudus, yang tidak terputuskan oleh maut. Para orang yang mengimani Kristus yang sudah beralih dari dunia ini, tidak mati, atau tepatnya, mereka hanya mati badannya saja, namun jiwanya tetap hidup. Foto itu hanyalah sebagai kenangan, dan karenanya bukanlah berhala. Sepertihalnya juga bukan berhala memasang foto pahlawan/ para presiden yang telah wafat, maka demikianlah pemasangan foto kerabat kita yang sudah meninggal bukanlah berhala. Tentang apa itu berhala, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik
Selanjutnya, silakan anda membaca terlebih dahulu artikel- artikel berikut ini, yang secara tidak langsung berhubungan dengan yang anda tanyakan, dan menjadi dasarnya mengapa kita boleh memajang foto orang- orang yang kita kasihi yang telah berpulang ke rumah Bapa:
Apakah jemaat perdana percaya akan persekutuan para kudus?
Mengapa kita mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal?
Bolehkah memohon leluhur mendoakan kita?
Bolehkah berkomunikasi dengan jiwa- jiwa di Api Penyucian?
Benarkah kita tak bisa mohon para kudus untuk mendoakan kita?
Salam kasih dalam Kristus,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Inggrid mau tanya nih Bu jikalau setelah kematian masih ada api penyucian dan masih ada penghakiman terahkir terus fungsi umat Katholik melakukan pengakuan dosa apa Bu?
Shalom Marketho,
Sakramen Pengakuan Dosa adalah sarana di mana umat Katolik menyatakan pertobatannya, sesuai dengan kehendak Kristus (lih. Yoh 20:23), dan menerima rahmat pengampunan dari Allah. Maka Api Penyucian bukan sarana untuk menggantikan Sakramen Pengakuan Dosa, ataupun sebaliknya. Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian (lihat KGK 1030).
Jadi jika orang yang meninggal itu Katolik, namun tidak pernah mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa, atau tidak bertobat, maka sesungguhnya jika ia meninggal, ia tidak meninggal dunia dalam persahabatan dengan Tuhan. Jika ia meninggal dalam keadaan dosa berat, dan tidak bertobat, maka sesungguhnya ia tidak dapat masuk surga, ataupun masuk Api Penyucian. Orang yang meninggal dalam kondisi berdosa berat tanpa bertobat memasukkan dirinya sendiri ke dalam neraka; karena ia lebih memilih dosa daripada bertobat/ kembali kepada Tuhan.
Maka fungsi Sakramen Pengakuan Dosa ini adalah untuk membawa seseorang kembali kepada persahabatan dengan Allah; sehingga kalaupun pada saat ia meninggal, ia didapati Allah belum sepenuhnya sempurna; maka ia dapat dimurnikan oleh Allah dalam Api Penyucian, sebelum kelak bersatu dengan Allah di surga. Lebih lanjut tentang Api Penyucian, silakan klik di sini.
Sedangkan Penghakiman Terakhir itu adalah penghakiman yang akan dialami oleh semua manusia di akhir jaman nanti. Perihal pengertian penghakiman khusus (Particular Judgment) dan penghakiman terakhir/ penghakiman umum (General Judgment), silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Bu Inggrid,
Maaf kalau pertanyaannya agak kacau. Mungkin karena saya bingung juga nih.
Bu, kebiasaan adat suami saya kalau berziarah di makam membawa makanan, minuman, rokok, sirih dsb. Pertanyaan saya :
1. Apakah itu berguna utk mereka yg sudah meninggal? termasuk okultisme tidak itu bu? Hemat saya mereka tidak memerlukan makanan duniawi lagi. Mohon penjelasannya
2. Apakah orang yang sudah mati masih mendengar suara kita dan bisa melihat kita?
Terimakasih sebelumnya.
Shalom Monika,
1. Sebenarnya, tidak ada gunanya berziarah sambil membawa makanan, minuman, rokok, sirih dan sebagainya.
Sepanjang tidak diadakan pemujaan arwah ataupun berkomunikasi dengan arwah dengan medium, ataupun kegiatan yang berhubungan dengan ilmu hitam/ magis/ nujum, maka itu bukan okultisme, namun hanya tidak tahu saja bahwa itu salah dan tidak ada gunanya.
2. Orang yang sudah mati, jiwanya sudah tidak ada di dunia ini tetapi beralih ke alam yang lain, entah itu di surga, neraka atau Api Penyucian. Maka mereka tidak lagi dapat berkomunikasi/ mendengar kita atau melihat kita, kecuali atas seijin Tuhan. Hal ini misalnya kita lihat dalam kasus penampakan Bunda Maria. Atau kondisi- kondisi khusus yang dialami oleh orang- orang tertentu (seperti yang dialami oleh St. Padre Pio dan Maria Simma (dalam bukunya Bebaskan kami dari sini), yang dikunjungi oleh jiwa- jiwa di Api Penyucian yang memohon untuk didoakan agar jiwa mereka dapat segera beralih ke surga.
Yang dianjurkan oleh Gereja adalah untuk mendoakan jiwa- jiwa yang berada di dalam Api Penyucian, namun tidak untuk berkomunikasi dengan mereka secara langsung. Sebab pada dasarnya, doa kita hanya ditujukan kepada Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya baru kehilangan suami saya 2 bulan yg lalu di meninggal karena tabrak lari. yang paling menyedihkan tidak ada kata terakhir untuk saya. saya juga mempunyai 2 orang anak laki2 yg pertama berumur 4 thn dan yg kedua berumur 2 thn. sampai saat ini saya mash tdk dapat menerima kepergiannya. saya sangat merindukannya terkadang saya berharap dia kembali lagi. perasaan ini sangat menyiksa diri saya, apalagi apabila anak2 mulai menanyakan papa kenapa engga pulang2. saya berusaha untuk menerimanya tetapi sulit banget. apakah dia jg merasakan perasaan yg sama dng saya dan apakah dia masih ada perasaan sayang kepada saya? saya sangat bingung bagaimana saya melanjutkan hidup saya bersama dngan kedua anak2 saya?
Shalom Rani,
Ya, sungguh tidak mudah untuk menghadapi apa yang sedang anda alami. Tentu sebagai sama- sama wanita sayapun turut merasakan kepedihan yang anda alami. Namun sebagai umat beriman yang percaya kepada Kristus, kita tidak boleh berputus asa dan kehilangan pengharapan. Suami anda telah berpulang ke rumah Tuhan, dan kita percaya sebagai umat Katolik, bahwa kasih yang mengikat anda dengannya di dalam Kristus tidak akan hilang. Suami anda akan tetap mengasihi anda dan anak- anak anda, dan tetap mendoakan anda. Andapun tetap dapat mengenangnya, secara khusus pada setiap Misa Kudus, pada saat setelah konsekrasi, di mana Imam mengucapkan doa bagi semua saudara- saudari kita yang telah meninggal dunia. Pada saat kalimat doa tersebut diucapkan, selayaknya anda mengimani bahwa pada saat itu Tuhan Yesus kembali mempersatukan anda dengan suami anda dalam kesatuan dengan semua anggota Gereja.
Rani, walaupun kenyataan hidup ini sungguh berat, namun percayalah bahwa Tuhan Yesus akan membuka jalan bagimu, untuk melanjutkan kehidupan bersama anak- anak. Sekarang mungkin anda belum dapat memahami rencana Tuhan, namun kelak, jika anda melalui hidup ini bersama Yesus, anda akan melihat segalanya akan diubah oleh Tuhan Yesus menjadi indah pada waktunya. Berikut ini saya akan membagikan beberapa ayat yang baik agar anda renungkan, dan dan anda jadikan sebagai teman anda sehari- hari sebagai penghiburan dan kekuatan:
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13)
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? …..Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8: 35, 38-39)
“Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom 5:3-5)
“… Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Kor 10:13)
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp 4:6)
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Flp 4:19)
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.” (1 Tes 3:13)
“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tes 4:14)
“Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mzm 55:23)
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” (Mzm 46:2)
Kenyataan bahwa Tuhan mengizinkan suami anda berpulang terlebih dahulu, dapat mendorong anda untuk memusatkan perhatian kepada hal- hal surgawi. Oleh pengarahan anda, anak- anak dapat juga belajar untuk berjuang hidup kudus dan menaruh pengharapan dan iman akan kehidupan kekal, di mana di sanalah sebenarnya terletak kebahagiaan yang sejati bersama Tuhan Yesus. Anak- anakpun akan dapat melihat dari teladan hidup anda, betapa anda merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk memelihara dan membesarkan mereka. Percayalah bahwa kasih setia Tuhan akan menyertai anda untuk membesarkan anak- anak yang Tuhan sudah percayakan kepada anda.
Teriring doa saya untuk anda dan anak- anak, semoga Tuhan Yesus sendiri menopang anda dan memberikan kekuatan dan pengharapan. Semoga suami anda tergabung dalam para orang kudus Allah yang selalu mendoakan anda dan anak- anak sepanjang perziarahan di dunia ini, sampai suatu saat nanti anda dapat berkumpul kembali dengannya di surga, bersama dengan Kristus Yesus Tuhan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org.
saya mau tanya apakah orang yg sudah meninggal masih ada rasa perduli sama orang yg di tinggal?
Shalom Rani,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah orang meninggal masih perduli dengan orang yang ditinggalkan. Kalau kita melihat konsep akan persatuan para kudus (silakan baca di sini), maka kita melihat bahwa orang yang telah meninggal di dalam Kristus sesungguhnya hidup dan justru terikat lebih erat lagi dalam kasih Kristus dan menjadi anggota Gereja yang satu – namun berbeda kondisi (yaitu kondisi yang telah dimuliakan). Orang-orang yang berada di dalam Sorga terikat oleh kasih yang bersifat adi-kodrati (super natural love), yaitu kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama berdasarkan kasih kepada Tuhan. Bagaimana dengan orang-orang di neraka? Mereka dapat saja tetap mempunyai kasih, namun bukan kasih yang bersifat supernatural. Mereka tetap dapat mengalami kasih yang bersifat natural, yang berhubungan dengan diri mereka. Dengan demikian, mereka tetap dapat mengingat dan perduli terhadap saudara-saudari mereka yang masih berada di dunia. Kita dapat melihat contoh apa yang dikatakan oleh orang kaya yang berada di neraka kepada Abraham “27. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 28. sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” (Lk 16:27-28). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
[dari admin: saya pindahkan pesan ini ke artikel “Bersyukurlah, ada Api Penyucian”]
Salam,
Website ini sungguh luar biasa. Sangat membantu saya dalam menambah iman dan pengetahuan tentang kekatolikan.
Ada beberapa pertanyaan, maaf kalau sudah pernah dibahas, sebab saya belum sempat membaca seluruh isi web ini.
1. Apakah yang terjadi setelah kematian?
2. Seorang teman, biarawan katolik, mengatakan bahwa roh akan tinggal di bumi sampai 40 hari setelah kematiannya, (seperti Yesus) setelah 40 hari barulah roh tersebut pergi ke penyucian, apakah ini benar?
3. Teman saya bisa melihat roh2 berkeliaran seperti halnya melihat manusia biasa (seperti dalam film the six sensenya bruce willis) dan saya yakin teman saya tidak mengada2 sebab dia adalah novisiat biarawan karmelit. Roh2 apakah yang dilihatnya? Bukankah seharusnya roh2 tersebut ada di Api penyucian?
4. Apa gunanya penghakiman terakhir jika jiwa2 sudah berada di surga setelah menyelesaikan hukuman di api penyucian?
Salam, Erwin
[Dari Admin: Pertanyaan ini sudah di jawab di tulisan di atas]
Comments are closed.