Tentang kuk (lih. Mat 11:28-30), terdapat beberapa penafsiran, yaitu:
1. Kuk dalam Perjanjian Lama adalah gambaran/ metafor dari hukum Taurat (lih. Yer 5:5, Kis 15:10). Maka di Injil Matius, kuk merupakan gambaran bagi hukum yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, sebagai Pemberi hukum yang baru. Kuk ini menjadi lebih ringan, sebab Kristus menyempurnakan hukum Taurat (lih. Mat 5:17) dengan mengembangkan hukum kasih di dalam diri orang-orang yang percaya kepada-Nya, sehingga membuat penerapan ketentuan ini menjadi lebih mudah dan menarik bagi mereka yang berkehendak baik. Dengan menanggung kuk ini bersama Yesus, kita juga akan menerima pertolongan-Nya, sehingga kuk itu menjadi lebih ringan.
2. Sejumlah Bapa Gereja menghubungkan gambaran kuk dengan dosa manusia dan keterikatan kepada hal-hal duniawi:
St. Hieronimus: Bahwa beban dosa itu berat, diajarkan oleh Nabi Zakaria (lih. Zak 5:7); demikian pula kitab Mazmur, “… sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku” (Mzm 38:5).
St. Gregorius: Sebab kuk yang kejam dan berat bebannya maksudnya adalah tunduknya seseorang kepada hal-hal yang sifatnya sementara, menjadi ambisius terhadap hal-hal duniawi dan melekat kepada hal-hal yang rapuh, mencari pijakan pada sesuatu yang tidak dapat menjadi tempat berpijak, menghendaki hal-hal yang akan berlalu, tetapi tidak ingin berlalu bersama mereka. Sebab ketika semua hal akan berlalu berlawanan dengan kehendak kita, semua itu yang dulunya mengganggu pikiran kita agar kita menginginkannya, kini menekan kita dengan kekuatiran bahwa kita akan kehilangan semua itu.
St. Yohanes Krisostomus: Kristus tidak berkata, datanglah orang ini dan orang itu, tetapi ‘semua’ yang berbeban berat, yang sedang berduka, atau yang berdosa, bukan “agar Aku menghukummu, tetapi agar Aku dapat mengampuni kamu. Datanglah kamu, bukan karena aku memerlukan kemuliaanmu tetapi karena aku menginginkan keselamatanmu. “Dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”; bukan hanya menyelamatkanmu, tetapi lebih dari itu, “memberikan kelegaan”, yaitu menempatkan kamu dalam ketenangan.
Nah, apapun interpretasinya, kita ketahui bahwa apapun yang kita hadapi di dalam hidup, jika kita hadapi bersama Tuhan, akan membuat kita menghadapinya dengan lebih mudah. Hal ini kita ketahui dalam bacaan liturgis pada hari yang sama ketika bacaan Injil Mat 11:28-30 dibacakan, yaitu Yesaya 26 : 7-9, 12, 15-19 ; Mazmur 102 : 13-21. Di bacaan dari kitab Yesaya itu dikatakan tentang jejak hidup orang benar, yang dekat pada Tuhan. Pada mereka ini Tuhan memberikan damai sejahtera, dan apapun yang mereka lakukan, mereka melakukannya bersama Tuhan. Tuhan yang memampukan mereka untuk melakukan apa yang benar (lih. ay. 9, 12). Sedangkan kalau orang mulai mengandalkan kemampuannya sendiri, maka ia tidak akan dapat melakukan apa-apa (lih. ay. 17-19). Namun bagi umat-Nya yang setia, Tuhan terus mendampingi, bahkan dalam keadaan yang sulit, dan sepertinya tidak ada harapan, Tuhan tetap membuka jalan dan memberikan harapan. “…. Dan bumi akan melahirkan arwah kembali”, kemungkinan berkaitan dengan nubuatan tentang apa yang kemudian terjadi pada umat Israel di zaman Raja Koresh (sekitar abad 5 sebelum Masehi), ketika Raja itu menguasai Babilonia. Sebelumnya bangsa Israel telah ditawan dan kemudian dibuang ke tanah Babel/ Babilonia untuk dijadikan budak. Namun setelah Babilonia jatuh ke tangan Raja Koresh, raja itu memperbolehkan bangsa Yahudi itu untuk kembali ke Yerusalem untuk kembali membangun bait Allah (lih. Ezr 1:1-2 dst). Di sinilah terlihat campur tangan Tuhan, yang menggerakkan hati seorang raja Persia untuk membela kepentingan bangsa pilihan-Nya. Di sinilah terlihat bahwa bahkan di tanah pembuangan, Allah setia menyertai umat-Nya, dan tetap berkarya untuk membebaskan mereka dari kuk perhambaan, dan menyelamatkan mereka. “… Sebab Ia [Allah] telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari Sorga ke bumi, untuk mendengar keluhan orang tahanan….” (Mzm 102: 19-21)
Demikianlah di dalam Injil Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita, agar kita memikul kuk yang dipasangkan-Nya atas kita, bersama dengan Dia. Kuk ini bisa diartikan sebagai hukum yang baru, yang diberikan oleh Yesus kepada kita, ataupun sebagai beban hidup akibat dosa kita manusia, yang kita alami atas izin Tuhan. Tuhan Yesus mengajarkan kita agar kita memikul beban kuk ini bersama-Nya agar kita beroleh kelegaan. Sebab sama seperti dahulu bangsa Yahudi menerima pertolongan Tuhan, demikianlah kini kita-pun dapat memperoleh pertolongan-Nya, asalkan kita mau datang kepada-Nya, dan mau mengikuti semua perintah-Nya. Dengan kesetiaan kita mengikuti hukum dan perintah Kristus, dan memohon belas kasihan-Nya, kita akan memperoleh pertolongan dan kelegaan, sehingga apapun yang kita hadapi akan menjadi lebih ringan.
Shalom Team Katolisitas,
Puji Tuhan, saya sangat bersyukur bisa belajar banyak dari website yang Bapak/ Asuh ini, dimana artikel dan tanya jawab sangat membantu saya dalam menambah pengetahuan dan penghayatan iman Katolik saya. Dan khususnya membantu saya dalam mencari referensi untuk sharing Pendalaman Iman di Lingkungan kami.
Dalam kesempatan yang pertama kali ini, saya ingin menanyakan beberapa hal sbb :
1. Sebagai seorang awam katolik, dalam membaca bacaan harian sesuai Penanggalan Liturgi , saya sering kurang paham, keterkaitan antara Bacaan Pertama, Mazmur dan Injil pada hari itu.
2. Dalam homili yang disampaikan oleh Pastor setiap minggunya, saya perhatikan lebih banyak menguraikan dari Injil saja, tidak menyinggung dari Bacaan Pertama dan Mazmur.
3. Jika Bapak Steff atau Ibu Ingrid berkenan, bagaimana cara belajar untuk mengetahui keterkaitan bacaan harian khususnya dari : Bacaan Pertama : Yesaya 26 : 7-9, 12, 15-19 ; Mazmur 102 : 13 – 21 dan Bacaan Injil dari Matius 11 : 28 – 30 ( tentang ” Kuk ” dan Sikap lemah lembut dan rendah hati )
Atas jawaban yang akan diberikan, kami ucapkan terimakasih, semoga Tuhan memberkati Tugas dan Pelayanan seluruh Team Kaolisitas.
Salam,
Wiyardi.
Shalom Wiyardi,
Gereja menganjurkan kita agar sebelum membaca Kitab Suci kita berdoa terlebih dahulu, untuk memohon pimpinan Roh Kudus, agar kita dapat memahami maksud yang ingin disampaikan dalam Sabda Tuhan itu. Umumnya dengan berdoa, Tuhan akan membantu kita untuk menangkap inti ajarannya. Namun untuk memahami lebih jauh, ada baiknya kita juga mempelajari pengajaran dari para Bapa Gereja, dan buku-buku penjelasan/ tafsir Kitab Suci (Catholic Commentary on Holy Scriptures) agar kita dapat lebih memahami konteks yang ingin disampaikan.
Selanjutnya tentang interpretasi mengenai ‘kuk’, silakan membaca artikel di atas, silakan klik, yang baru saja ditayangkan untuk menanggapi pertanyaan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.