Bagaimana menginterpretasikan antara discernment dan discretio. Menarik untuk disimak bahwa St. Ignasius mengunakan kata «discernimiento de espíritus» dalam buku latihan rohaninya. Kata ini tidak muncul sekali dalam teksnya, namun kita temukan juga istilah «discreción» atau diskresi di nomor 176 dan 328 serta kata «discernir» di nomor 336 (serupa dengan kata discernimiento). Kata-kata ini memiliki arti yang serupa, yaitu memilah-milah. Jika kita ingin lebih dalam memahami kata discretio ini, dengan memperhatikan konteks latihan rohani, maka dari sudut pandang baik asketis maupun psikologis, kita akan berjumpa dengan bagaimana hendaknya jiwa kita memilih di tengah-tengah seperti di Latihan rohani nomor 350. Dengan demikian, kata discretio ini memiliki nuansa bagaimana kita memoderasi pergerakan yang ada di dalam jiwa kita.
Kekhasan dari kata discernment adalah bahwa dia mengarah pada awal mula pergerakan (pemikiran, roh, pengaruh) yang berasal dari luar ke dalam diri manusia, di mana terdapat tahta kebebasan untuk bertindak. Tujuannya adalah untuk melihat dengan jelas, mengenali motivasi dasar atau kemurnian semangat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu, sambil mengarahkannya pada arah yang benar dengan menghindari kontaminasi yang mungkin ditimbulkan. Bisa disimpulkan bahwa discernment berpusat pada proses mengenal jati diri berbagai macam roh di dalam hati manusia.
Kata discretio, dengan mewarisi tradisi kehidupan pertapaan di timur, memiliki dua aspek yang cukup menarik. Pertama, ada dimensi asketis. Dimensi ini mengandaikan pemurnian segala kecenderungan yang tidak teratur dan mengontrol kehidupan afeksi agar bisa tersubordinasi pada akal budi. Tujuan dari pemurnian ini adalah agar subyek bisa menempatkan diri dengan baik. Dimensi kedua lebih berkarakter intelektual atau cognitiv. Dengan sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu akan terarah pada keteraturan yang tepat dan sesuai, pada humanisme yang harmonis, maka discretio berupaya untuk mencari yang lebih baik selalu pada tempat dan waktu di sini dan sekarang ini. Proses ini dibangun berdasar pada akal budi yang sehat dan terarah pada kebenaran, yang tegas dan memoderasi tindakan konkrit eksterior. Aspek eksterior inilah yang sedikit membedakannya dari discernment, karena pada proses ini subyek berusaha untuk bersikap fleksibel, dia berupaya untuk bisa beradaptasi pada lingkungan yang berbeda-beda dengan maksud untuk dapat bertindak dengan ukuran yang sesuai.
Dear katolisitas,
Apakah bisa dijelaskan dengan bahasa awam yang lebih sederhana mengenai diskretio ? Mungkin beserta penerapan praktikal nya :) terima kasih
Shalom Khrisma Adhi,
Rm Alfons meminta Anda membaca kembali perlahan-lahan artikel di atas.
Jika saya boleh membantu, mungkin penerapannya begini. Discernment itu penekanannya adalah agar kita mengenali awal mula pergerakan batin ataupun dorongan roh, yang membuat kita terdorong untuk melakukan sesuatu. Maksudnya adalah supaya kita dapat mengetahui apakah sesungguhnya, yang menjadi motivasi kita melakukan sesuatu. Contohnya, misalnya dorongan untuk menjadi imam atau dorongan untuk hidup berkeluarga?
Sedangkan discretio, adalah bagaimana kita ‘mengontrol’ pergerakan batin/ kecenderungan tak teratur yang ada dalam jiwa kita, sehingga tunduk kepada apa yang layak menurut tuntutan akal/ ratio kita. Misalnya, jika kita mengetahui dalam ratio/ akal budi kita bahwa untuk hidup berkeluarga diperlukan kesetiaan kepada pasangan dan kerelaan berkorban demi kebahagiaan pasangan dan anak-anak, maka discretio membantu kita untuk menjinakkan pergerakan batin, agar tidak berkata ya pada perselingkuhan ataupun keinginan untuk menyenangkan diri sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan keluarga. Dengan discretio yang baik, maka seseorang dapat mengetahui apakah yang baik untuk dilakukan di saat ini di tempat ini, seiring dengan apa yang layak menurut tuntutan akal/ ratio kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Sebagai org katolik, saya sangat antusias mengikuti diskusi ttg kekatolikan, relevansinya dlm kehidupan nyata, perbandingannya dg cara pandang kristiani non katolik bahkan non kristiani. Sungguh memperdalam iman dan pengetahuan sbg penganut katolik. Jalan terus ! Tuhan Jesus memberkati ….
terima kasih Romo Alfons untuk penjelasannya yang memperjelas.
saya jadi semakin tahu.
mungkin, untuk bahasa awam saya, discernment lebih mendalam karena berkaitan dengan proses mengenal Roh dalam diri kita.
discretio lebih menggunakan akal budi untuk mencari yang terbaik di waktu & tenpat sekarang..
wah, saya jelas masih belajar untuk ber-discretio dulu..
saya belum semendalam itu untuk ber-discernment… hehehehe…
Terima kasih banyak Romo Alfons. Tuhan memberkati. Berkah Dalem.
Selamat Pesta Kerahiman Ilahi.
Berharap dapat memasukkan semua tulisan Romo tentang discernment tsb dalam ingatan & kapasitas otak saya yg terbatas.
Meski tak mudah mencernanya, sangat berharap dapat melakukan proses tersebut karena penting dalam menentukan panggilan sbg orang Kristiani yg dapat mudah berbelok dr jalan yg dikehendaki Tuhan.
Semoga dapat terus ingat tuk belajar agar dapat membiasakan melakukannya.
Oya, discernment apakah sama istilahnya dengan diskresio ? Karena mendengar kotbah2 seorang Romo SJ yg sering menggunakan kata diskresio.
Terima kasih banyak Romo Alfons, saya suka ada ulasan mengenai hal ini-sudah saya tunggu. Berkah Dalem.
[dari Katolisitas: silakan menyimak jawaban yang dituliskan Rm Alfons untuk pertanyaan Anda di artikel di atas, “Antara discretio dan discernment”]
Comments are closed.