Pengantar dari Katolisitas
Terima kasih Hany, atas kesaksianmu yang indah ini. Semoga kesaksian ini dapat menguatkan dan mendatangkan berkat bagi para pembaca sekalian. Dewasa ini, banyak orang kerap mempertanyakan apakah Tuhan peduli akan pergumulan hidup kita. Kesaksian sederhana ini dapat menjadi bukti bahwa Tuhan peduli dan Ia mengirimkan pertolongan-Nya pada waktunya. Bagi Allah tiada yang mustahil (Luk 1:37) dan kami di Katolisitas turut bersyukur dan memuji Allah atas kesembuhan yang anda alami. Terima kasih Tuhan Yesus atas pertolongan-Mu, terima kasih Bunda Maria atas dukungan doa- doamu…
Air Lourdes Menjahit Luka Kakiku
Oleh: Hany Widjaya
Kisah air Lourdes ini terjadi dua puluh tiga tahun yang lalu, tetapi tidak pernah dapat kulupakan. Kisah ini pula yang membuat aku sangat mencintai Tuhan Yesus dan Bunda Maria, dan meneguhkan aku untuk terus percaya bila mukjizat itu masih terjadi, bukan hanya dalam Kitab Suci, tetapi juga dalam kehidupan manusia dalam dunia kita sehari-hari, sampai saat ini.
Kejadian ini berawal dari keinginanku untuk menjadi seorang penari balet. Karena kondisi keuangan keluarga dan pengetahuan orang tua yang sangat minim, aku baru ikut kursus balet di Sumber Cipta (sekolah balet yang terkenal di Jakarta), ketika aku masuk SMA. Padahal sesungguhnya, sejak dari TK, aku sudah bercita-cita untuk menjadi penari balet. Saat aku mulai belajar menari balet, mayoritas teman sekelasku di tingkat pemula 3 adalah anak-anak kecil. Namun tanpa merasa malu dan dengan gigih aku berlatih sendiri di rumah. Melihat kegigihanku (dan mungkin perkembangan kemampuanku), aku diberi kesempatan naik ke kelas 1 dan terpilih untuk pentas ”Cinderella”, meskipun perannya hanya sebagai teman-teman Cinderella. Waduh, senang dan bangganya bukan main! Waktu itu, tingkat 1 berarti sudah diperbolehkan memakai ”sepatu point”, sepatu yang memungkinkan sang penari berdiri di ujung kaki, suatu kebanggaan bagi penari balet. Aku begitu senang, apalagi saat mendapat ”free” kesempatan berlatih di kelas tambahan, sehingga praktis tiga kali seminggu aku berlatih balet, plus setiap hari berlatih di rumah. Tanpa kusadari, ternyata aku telah terlalu ’memaksakan’ kakiku untuk bekerja terlalu keras. Karena di samping berlatih menari balet, aku juga mengikuti yoga dan berenang sebagai ekstra kurikuler di sekolah. Akhirnya, kaki kananku kewalahan dan aku mulai merasakan sakit pada lutut kananku. Jangankan balet, setiap kali bergerak, berdiri, berjalan, dan berjongkok, lututku terasa ngilu.
Setelah kusampaikan keluhanku kepada mamiku, Mami mengajak aku memeriksakan kakiku ke dokter. Dokter menyatakan aku terkena ”chondromalasia patella dextra”. Hal ini disebabkan oleh terlalu banyak kegiatan berolah raga, sehingga ada bantalan tulang rawan di lutut yang sobek di tengah. Bantalan ini berada di antara tulang betis dan tulang paha, yang salah satu fungsinya adalah menjaga supaya tulang lutut dan tulang paha tidak beradu saat bergerak. (Agar lebih jelas untuk para sahabat Katolisitas, tulang rawan adalah tulang muda yang kalau pada ayam goreng, warnanya putih dan biasanya jika digigit / dikunyah rasanya enak dan teksturnya agak renyah). Karena tulang rawan ini sobek, maka setiap gerakan akan menyebabkan tulang betis dan tulang paha beradu, sehingga terasa ngilu. Menurut dokter, kasus ini umumnya diderita oleh olahragawan dan proses operasi yang tercatat berhasil baru terjadi di Jerman. Operasi di Indonesia saat itu mempunyai tingkat keberhasilan yang sangat kecil. Bila tidak berhasil, resikonya kakiku akan lurus terus dan tidak bisa ditekuk. Operasi ke Jerman? Wah, tidak mungkin….uang untuk sekolahpun sudah mepet, sebab pekerjaan kedua orangtuaku adalah guru, sehingga memang kami termasuk keluarga yang sederhana secara finansial.
Karena takut dengan resiko tersebut, akhirnya Mami memutuskan untuk menunda operasi. Saat berjalan aku banyak memakai kaki kiri. Sejak bangun tidur – turun dari ranjang saja aku sudah memakai kaki kiri – melangkah, naik tangga di sekolah, naik bis, naik mikrolet atau bajaj.. apa saja, aku selalu menggunakan kaki kiri. Lambat laun, kaki kananku mulai mengecil, karena tanpa kusadari, aku tidak banyak menggunakan kaki kananku ini. Sedih rasanya. Melihat bahwa aku tidak bisa mengikuti pelajaran olah raga dan lututku selalu dibalut knee-decker (perban berbahan karet untuk membantu berjalan), seorang teman SMA-ku yang mempunyai ayah dan ibu dokter, meminta foto kakiku untuk dikonsultasikan kepada orang tuanya. Selanjutnya, temanku ini menawarkan diri untuk mendampingiku berdoa bersama di gua Maria di sekolah kami, Santa Ursula. Jadilah kami berdua selalu berdoa bersama sampai nangis-nangis di sana. Aku juga bingung, kenapa aku jadi dekat dengan temanku ini, padahal sesungguhnya aku sudah mempunyai sahabat kental di kelasku. Suatu kali selesai berdoa, temanku itu memberikan kepadaku air Lourdes, dan ia menceritakan kepadaku tentang kisah penampakan Bunda Maria di Lourdes Perancis (1858) dan bagaimana mukjizat- mukjizat masih terjadi melalui perantaraan doa- doa Bunda Maria sampai sekarang. Maria selalu menjadi perantara bagi orang- orang yang memohon kepada Tuhan Yesus. Sejak saat itu, setiap hari saat aku berdoa, aku meminum dan mengoleskan air Lourdes di lututku. Demikianlah, hari demi hari kulalui dengan doa memohon belas kasihan Tuhan melalui Bunda Maria. Sedikit demi sedikit aku terdorong untuk semakin mengenal Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Memang, aku sudah menjadi Katolik sejak lima tahun sebelumnya, tetapi aku sangat jarang ke gereja. Kini dalam keadaan sakit kakiku, aku tidak punya pilihan lain selain menaruh harapanku kepada Tuhan. Berdoa di gereja menjadi kerinduanku. Aku sepertinya menemukan tempat perlindungan di tengah kegalauan hatiku saat itu. Dengan nyaring aku berseru-seru kepada Tuhan, dengan nyaring aku memohon kepada Tuhan. Aku mencurahkan keluhanku kepada-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya (Mazmur 142 : 2-3)
Namun demikian, bahkan di saat berdoa, aku tak kuasa membendung pikiranku yang berkecamuk. Aku mulai membayangkan bagaimana kehidupan perempuan berkaki cacat, dengan satu kaki yang lurus kaku dan memakai kruk pula. Aku mulai membeli celana jeans baru, karena yang lama sudah tidak muat lagi. Kaki kiriku sudah berotot seperti olahragawan sementara kaki kananku menjadi semakin melemah dan mengecil. Namun demikian, aku masih mempunyai harapan, sebab sahabatku memberikan kepercayaan baru setiap kali berdoa bersama. ”Hany, percayalah bahwa Bunda Maria senantiasa berkenan untuk menyampaikan kepada Yesus Putranya agar Ia menjamahmu. Ingat Han, peristiwa mukjizat di Kana,” demikian kata sahabatku. ”Begitu banyak orang yang disembuhkan di Lourdes, banyak yang datang ke sana dengan memakai kursi roda namun mereka pulang dengan berjalan normal. Jangan bosan mengoleskan air Lourdes ini ya, Han,” lanjutnya. Dalam hati aku berbisik, ”Bunda Maria, aku tidak punya apa-apa lagi. Kata dokter, satu-satunya jalan adalah operasi yang kemungkinan kesembuhannya sangat kecil. Tetapi aku masih mempunyai harapan akan pertolonganmu. Mohon sampaikan kepada Putramu Yesus, sebagaimana saat engkau berkenan menolong saat orang kehabisan anggur di pesta perkawinan di Kana.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”(Yohanes 2:5)
Secara ajaib, beberapa hari kemudian, mamiku membaca koran Kompas di bagian olahraga. Seorang pemain sepakbola klub ”Warna Agung” menderita kasus yang sama dengan kasusku. Esoknya, Mami pergi ke klub sepakbola dan mendapatkan informasi bahwa kasus ini dirawat oleh Prof. Chaehab Rukmi Hilmi (alm), ahli ortopedi, di Rumah Sakit Setia Mitra. Kami pergi ke sana dan kakiku difoto kembali dengan memasukkan jarum dari sisi kiri lutut, menembus hingga sisi kanan. Wuaduh sakitnya minta ampun! Dari fotonya memang tampak jelas, bantalan bulat pipih seperti karet bening tebal itu sobek di bagian tengahnya menjadi dua, sehingga tulang paha dan tulang betisku selalu beradu saat aku bergerak. Itulah sebabnya mengapa aku selalu merasakan ngilu di lutut kananku. Sobekan itu semakin parah, karena setiap hari tulang paha dan tulang betisku selalu beradu saat aku bergerak. Berbeda dengan dokter pertama yang galak, dokter ini dengan tenang menyampaikan bahwa memang cara menyembuhkan kasus ini adalah dengan operasi, yang tingkat keberhasilannya sangat kecil. Tetapi aku dipersilakan berpikir-pikir dulu untuk memutuskan apakah aku bersedia dioperasi atau tidak. Masuk akal juga, sebab benang macam apakah yang sanggup menjahit tulang rawan yang koyak, yang setiap harinya digerus oleh dua tulang yang dibebani dengan berat badanku, sekitar 40 kg itu? Dokter hanya memberikan aku salep dan aku disinar, sekedar mengurangi rasa sakit dan menguatkan otot di sekitar lututku. Kami pulang, dan hari- hari berikutnya kulalui dengan doa dan doa.
Tiga bulan kemudian, Mami mengajak aku kembali ke dokter untuk membicarakan keputusan dan kemungkinan operasi. Daripada aku menderita terus, betapapun kecilnya kemungkinan keberhasilan operasi, mungkin lebih baik tetap dicoba, demikian kata mamiku. Aku berpikir, mungkin Tuhan Yesus akan menjamahku saat operasi, dan aku bisa tercatat sebagai orang yang operasinya berhasil. Namun, pada saat yang sama akupun berdoa, ”Tetapi bila akhirnya aku harus cacat, O, Tuhan, berikanlah kekuatan kepadaku untuk melalui hari-hari yang sulit itu….” Beberapa hari kemudian, lutut kananku difoto kembali untuk melihat kondisi terakhir. Kakiku ditusuk lagi dengan jarum panjang seperti tusuk sate. Kemudian hasil fotopun dilihat… Dokter membolak-balik foto tersebut, mengganti lagi dengan foto yang lain, dibolak balik, diputar ke kanan dan ke kiri. Dan akhirnya dokter mengatakan, ”….. Wah mana ya, yang sobek? Tulang rawannya sudah menutup kembali…” Kami bingung dan berpandang-pandangan sejenak. Saat itu seolah bumi berhenti berputar. Apakah aku bermimpi? Aku menggigit bibirku, dan kusadari aku tidak sedang bermimpi. Aku merinding dan menangis terharu, ”Terima kasih, Tuhan Yesus! Terima kasih, Bunda Maria!” Mamiku spontan berteriak, ”Terima kasih, ya Tuhan!” Kemudian, aku diminta naik ke atas meja pemeriksaan, kakiku ditekak-tekuk, diputar-putar, didorong ke kiri dan ke kanan…. namun anehnya, tidak sakit dan tidak ngilu lagi. Ajaib Tuhan! Aku sungguh tidak menyangka, bahwa Tuhan Yesus telah menyembuhkan aku. Betapa baiknya Engkau, Tuhan! Betapa besar kasih-Mu dan kasih Bunda Maria kepadaku….tak mampu rasanya kulukiskan rasa syukurku…. Terpujilah Tuhan, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan ! Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu.” Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong (Mazmur 31 : 22-23)
Sejak saat itu kakiku kembali normal. Aku bisa berjongkok, berlari, dan kakiku tidak lagi kecil sebelah. Meskipun aku tidak dapat menjadi penari balet, tetapi aku merasa sangat bahagia. Aku percaya mukjizat masih terjadi. Bunda Maria sungguh mengasihi aku, dan ia menyertai aku dengan doa-doanya. Ia memberikan kepadaku ketabahan dan memohon kepada Putranya Yesus, untuk menjamahku. Aku percaya air Lourdes telah menjahit luka tulang rawan di lutut kananku perlahan-lahan selama tiga bulan, melawan gerusan tulang paha dan betis yang terjadi setiap kali aku bergerak. Suatu keajaiban yang mustahil rasanya di mata manusia. Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda Tuhan itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya. Sebab siapakah Allah selain dari Tuhan, dan siapakah gunung batu selain dari Allah kita? Allah, Dialah yang menjadi tempat pengungsianku yang kuat dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit (2 Samuel 22 : 31-34)
Sobat Katolisitas, masih ada lagi…melalui peristiwa ajaib yang disaksikan sendiri oleh mamiku, beliau langsung memutuskan untuk menjadi Katolik. Rupanya kisah ini telah dipakai Tuhan untuk mengetuk pintu hati mamiku.
Terima kasih Tuhan Yesus untuk segala kebaikan–Mu. Terima kasih, Bunda Maria. Semoga Tuhan memberikan aku kesempatan untuk mencintaimu sepanjang hidupku. Dan semoga lebih banyak orang yang mengalami jamahan Tuhan Yesus melalui doa- doamu, seperti aku dan mamiku. Amin.
Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan! (Mazmur 31 : 25)
Allah kita adalah Allah yang hidup. Puji TUHAN Haleluya.
Bukan air Lourdes yg menyembuhkan anda saudari Hani, tetapi iman-mu lah yang menyembuhkan anda. Puji Tuhan, Haleluya.
Mukjijat adalah apa yg tidak bisa dibuat oleh manusia, tetapi bisa dibuat oleh Allah. Karena itu semua pekerjaan Allah adalah mukjijat bagi manusia. Dan karena itu mukjijat itu selalu nyata, karena Allah tetap dan selalu bekerja-berkarya sampai sekarang: menyelenggarakan hidup kita dan dunia sampai saat ini.
Selain itu masih ada mukjijat yg setiap hari terjadi dalam khazanah iman kita, yakni dalam Ekaristi: Tuhan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, santapan rohani kita.
Sedang mukjijat² yg punya bukti konkret khusus dan bisa dijadikan kesaksian, seperti kesaksian di atas, dapat kita sebut sebagai “bonus”, yg semakin menguatkan iman sekaligus sebagai sarana bantu utk menjelaskan bagaimana cara Tuhan atau mukjijat-Nya itu bekerja.
Seperti banyak bukti perubahan wujud yg terjadi dalam Ekaristi Kudus dr roti benar² menjadi daging dan anggur benar² menjadi darah, itu adalah bonusnya; krn Ekaristinya sendiri sdh kita sebut sebagai mukjijat Tuhan setiap harinya. Sebagai bonus, hemat saya, sekali saja terjadi itu sudah cukup utk membuktikan bahwa kehadiran Kristus dlm Ekaristi itu nyata. Sebab memang tak akan pernah ada ceritanya secara ilmiah, roti jadi daging dan anggur jadi darah. Tapi krn sdh ada bukti nyatanya, sebgai bonus untuk iman kita itu, sekarang apa yg mustahil, sdh menjadi mungkin. Yg tidak pernah ada ceritanya, sekarang sudah ada ceritanya. Jadi tidak perlu diragukan lagi.
Mukjijat ini juga harus kita wartakan setiap saat, namun lebih dari itu, kita sendiri dipanggil utk menghayatinya dengan sesering mungkin hadir dlm Perayaan Ekaristi, agar iman, harapan dan kasih kita makin berbuah limpah.
Salam nd GBU.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas komentar Anda. Ya, marilah kita berdoa agar dapat semakin menyadari dan menghayati mukjizat kehadiran Kristus secara nyata dalam Ekaristi kudus. Sebab segala mujizat yang lain sesungguhnya tidak ada yang dapat menyamai mujizat Allah tersebut, yang dengan segala kesederhanaan namun keagungan-Nya memilih untuk hadir di tengah umat-Nya sampai sepanjang segala abad]
Sungguh kisah yang meneguhkan iman.
Tuhan kita memang ajaib luar biasa kasih setianya.
Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati…amin
Terima kasih atas kesaksian ini karena manambah iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus Kristus dan bantuan Bunda Maria, mendorong semangat hidup rohaniku, amin.
Tuhan kita dan kuasa-Nya memang luar biasa!
Sungguh luar biasa kasih Tuhan Yesus dan Bunda Maria..
sya piun sering mengalami keajaiban dan mujizat dari Tuhan Yesus dan Bunda Maria..
Bunda Maria dan Tuhan Yesus selalu menunjukkan kalau Mereka itu benar2 ada.
setiap kali sya ad kesusahan sya sllu berdoa memohon pada-Nya..
dan mengingat semua janji2Nya..
tapi satu firman dari Tuhan Yesus yg pling sya ingat itu waktu Tuhan Yesus khotbah di bukit ..
Yg berbunyi:
Kasihanilah musuhmu dn berdoalah bagi mreka yg menganiaya kamu, karena jika kamu hanya berdoa dn memberi salam kepda saudara2mu saja, apakah upahmu? bukankah org yg tdk mengenal Allah pun berbuat demikian? leh karena itu haruslah kamu sama sperti Bapamu yg di sorga yg adlah sempurna..
:) I love u Jesus n Mother Marie..
Puji tuhan
Kesaksian yang sangat luar biasa. Tuhan bekerja dengan cara yang ajaib asal kita tetap bertekun dan berserah penuh padaNya. Terima kasih telah berbagi.
Ijin untuk bagikan ke teman-teman yang lain dengan tetap saya sertakan sumbernya dari Katolisitas.
Terima kasih.
Gbu all
Sungguh luar biasa,…..walaupun bukan langsung kami alami,kami merasa yakin mujijat Tuhan Yesus itu,nyata adanya……….semoga dengan doa Rosario kpd Bunda Maria,kita selalu terberkati……!
Terima kasih untuk kesaksiannya. Mujizat Tuhan terus terjadi dengan kesaksian yang Hany berikan, semakin banyak orang akan lebih dekat dengan Tuhan. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan.
Terpujilah Nama Yesus Maria dan Yosef….
Syukur kepada Allah. Alleluia.Amin. Berkah Dalem.
Tuhan kita memang luar biasa! Jgnlah prnh berhenti berdoa krn Tuhan tdk pernah tidur… Trm ksh Hany utk sharingnya yg sgnt meneguhkan! Tuhan memberkati…
Sebagai manusia biasa saya memang tidak sempurna, semua manusia yang ada didunia ini memang tidak sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Esa.
Terkadang kalau kita memiliki permasalahan walaupun kita sudah mencoba untuk memaafkan tapi masih ada saja rasa sakit hati, nah saya tidak mau memiliki rasa sakit hati itu hingga menimbulkan rasa dendam, jadi saya ingin memiliki hati yang tulus iklas memaafkan orang yang memiliki masalah dengan saya walaupun orang itu belum meminta maaf kepada saya, tetapi saya ingin memaafkannya…..salam kenal.
Bali Villa Bali Villas Bali Property
Shalom Bali Wedding,
Salam kenal juga buat anda. Tentang topik memaafkan sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan juga mohon membaca jawaban dari Uti di sini, silakan klik. Ya hal mengampuni/ memaafkan merupakan perjuangan bagi semua orang, namun kita memang harus mengusahakannya, karena itulah yang dikehendaki Allah bagi kita, demi kebaikan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
imanmu telah menyelamatkan. engkau. hany
PUJI.TUHAN
Punya Tuhanlah kita, hanya padaNYa kesembuhan dan keselamatan…doa kami juga untuk saudara Revina Marpaung..jangan berhenti berharap..
Tuhan Memberkati.
Trimakasih atas kesaksianya. Semoga dengan kesaksian ini kakak iparqu revina marpaung diberi kekuatan dan Tuhan Yesus dan Bunda Maria memberikan belas kasihan kepada revina marpaung dan disembuhkan dari sakit kanker payudara stadium 4. AMIN
Tuhan kita memang luar biasa!
Comments are closed.