Kesalahan persepsi doa menurut St. Thomas Aquinas
Dalam tiga tulisan sebelumnya, telah dibahas tentang tiga kesalahan persepsi tentang doa yang sering kita jumpai sehari-hari bagian 1, bagian 2, bagian 3), baik yang kita lakukan sendiri maupun oleh teman-teman kita. Kalau kita lihat, tiga kesalahan persepsi yang diajukan oleh St. Thomas, mungkin telah mencakup semua kesalahan persepsi tentang doa. St. Thomas membaginya menjadi tiga bagian, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Tuhan dianggap netral: seolah-olah Dia hanya berpangku tangan saja, baik kejadian yang menyenangkan atau yang menyedihkan. Seolah-olah Tuhan hanya sebagai penonton.
- Tuhan dianggap negatif: seolah-olah Tuhan sudah menentukan semuanya, di mana lebih kepada pengertian yang negatif, sehingga doa juga percuma, karena semuanya sudah ditakdirkan.
- Tuhan dianggap positif: seolah-olah kasih Tuhan diukur sampai seberapa jauh Tuhan memenuhi permintaan doa kita, sampai pada titik bahwa doa kita dapat mengubah keputusan Tuhan.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kita harus dapat menangkap hakekat dari doa itu sendiri. Dalam tulisan ini akan diuraikan definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.
Definisi Doa menurut St. Teresia yang dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik.
Katekismus Gereja Katolik 2558-2559, mengutip St. Teresia kanak-kanak Yesus, mengatakan “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan“. Definisi ini terlihat sederhana, namun mencakup banyak hal. Mari kita lihat satu persatu.
Doa harus melibatkan hati
Dalam doa, akal budi (reason or intellect) dan keinginan hati (the will) harus bekerjasama untuk menerima dan mengalami kehadiran Tuhan. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.83, a.1.; KGK, 2559.)) Kita mencoba menggunakan akal budi kita untuk berfikir tentang Tuhan dan dengan keinginan hati, kita mau untuk mengalami kehadiran Tuhan. Sebagai contoh, kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang hukum Tuhan dan pelanggaran kita terhadap Tuhan, sebelum kita dapat mengalami pertobatan. Tidak mungkin kita mengalami pertobatan tanpa terlebih dahulu tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah salah di mata Tuhan. Namun sebaliknya, hanya berfikir tentang Tuhan tidaklah cukup, namun kita harus memberikan hati kita kepada Tuhan di dalam doa. ((KGK, 2562-2563 Di sini, KGK menekankan akan pentingnya peranan hati untuk turut berdoa. Berfikir tentang Tuhan saja tidak cukup. Pikiran harus membantu hati (the will) untuk berdoa dengan baik, dan demikian juga sebaliknya.)) Kalau mau dikatakan, setanpun berfikir tentang Tuhan. Mereka punya pengetahuan tentang Tuhan dalam derajat tertentu, namun mereka tidak memberikan hati mereka kepada Tuhan. Katekismus Gereja Katolik menegaskan, memang benar bahwa keseluruhan diri manusia yang berdoa, namun terlebih lagi adalah hati yang berdoa. (KGK, 2562) Sehingga dapat dikatakan bahwa jika hati kita jauh dari Tuhan, maka kata-kata di dalam doa adalah percuma. Disinilah perkataan St. Teresia menjadi begitu nyata dan benar: doa adalah ayunan hati.
Tuhan adalah penggerak utama dalam doa.
Kalau bagi St. Teresia doa adalah “ayunan hati“, maka yang mengayun hati adalah Tuhan. Karena Tuhan sendiri yang menanti kita di dalam doa. Dikatakan bahwa manusia mencari Tuhan, namun Tuhan yang memanggil manusia terlebih dahulu (KGK, 2566-2567). Bahkan doa sebenarnya adalah suatu anugerah dari Tuhan (KGK, 2559-2561). Drama tentang doa ditunjukkan pada waktu Yesus menunggu di sumur dan kemudian bertemu dengan wanita Samaria (Yoh 4:1-26; KGK, 2560). Yesus yang menanti kita karena haus akan balasan kasih kita. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam kehidupan kita atau malah beranggapan bahwa Tuhan telah menakdirkan sesuatu yang tidak baik dalam kehidupan seseorang, maka anggapan ini adalah salah sekali. Bukan hanya dia “menjawab doa kita“, bahkan Dia yang terlebih dahulu “menggerakkan hati kita untuk berdoa“, karena Dia sudah menunggu kita di sumber air, di hati kita, di tempat di mana kita dapat bertemu dengan Tuhan (KGK, 2563).
Kita diciptakan dengan kapasitas untuk mengarahkan hidup kita pada tujuan akhir.
Bahkan sebenarnya, Tuhan menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia mempunyai kapasitas untuk mengarahkan hidupnya kepada tujuan akhir. Sadar atau tidak, kita mempunyai kapasitas untuk ini. Dengan kapasitas inilah, St. Agustinus berkata “Hatiku tidak akan tenang, sampai aku menemukan Engkau, ya Tuhan.” Dan kapasitas ini bukan hanya milik beberapa orang saja, namun semua orang, karena pada dasarnya manusia adalah seorang filsuf. ((John Paul II, Encyclical Letter on the Relationship between Faith and Reason: Fides et Ratio, 3, 64. Kalau kita amati, hanya manusia saja yang dapat mempertanyakan tujuan hidupnya.)) Pada saat kita mempertanyakan “apa itu hidup, apa tujuan kehidupan, apakah kebahagiaan, dll”, maka kita dihadapkan kepada suatu permenungan akan “suatu awal dan tujuan akhir“. Pada saat pertanyaan ini didiskusikan dengan Tuhan, maka ini adalah suatu wujud doa, karena Tuhan adalah awal dan akhir. Dialog ini akan menjadi doa seorang Kristen kalau berdasarkan wahyu Yesus Kristus. Dan ini akan menjadi doa seorang Katolik, kalau berdasarkan wahyu Yesus Kristus yang diteruskan dalam Tradisi Katolik dan ajaran Katolik yang mendasari doa tersebut, di mana doa mencapai puncaknya pada perayaan Ekaristi Kudus ((KGK, 1324, 2624 : Ekaristi adalah suatu bentuk doa yang paling sempurna, karena menghadirkan kembali kurban Yesus Kristus. Ini juga merupakan tradisi apostolik, seperti yang ditunjukkan jemaat perdana. “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis 2:42)) (lihat artikel: Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi? ).
Doa adalah pandangan sederhana ke surga
St. Teresia lebih lanjut mengatakan bahwa doa adalah “pandangan sederhana ke surga.” Di dalam doa, derajat kedekatan dengan Tuhan yang kita alami hanyalah merupakan pandangan sederhana atau sekilas yang sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan sejati pada waktu nanti kita bertemu dengan Yesus muka dengan muka (1 Kor 2:9). Pada waktu kita berdoa, kita juga mengarahkan hati bukan kepada hal-hal di dunia ini, namun untuk hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan jiwa kita, yaitu tujuan akhir yang utama: persatuan dengan Tuhan di surga. Jadi kita perlu mengintrospeksi, apakah isi dari doa kita? Apakah semuanya berisi dengan kebutuhan yang bersifat jasmani semata, ataukah dipenuhi dengan hal-hal untuk keselamatan jiwa kita? “Pandangan sederhana ke surga” adalah suatu pandangan yang begitu dalam. Kedalamannya terletak pada keserhanaannya. Kesederhanaan suatu konsep “Manusia akan mengarahkan segala sesuatunya kepada tujuan akhir.” Dalam Alkitab dikatakan “di mana hartamu berada, disitu juga hatimu berada” (Mat 6:21; Luk 12:34). Seperti seorang yang bekerja di bagian sales atau penjualan. Tujuan akhir dari pekerjaan ini adalah memenuhi target penjualan. Jadi semua usaha, pikiran, dan hati diarahkan seluruhnya untuk mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan. Dari contoh ini, kita melihat bahwa tujuan akhir menentukan semua sikap, perilaku, dan juga pikiran dan hati.
Tujuan akhir dan definisi tentang kebahagiaan menentukan sikap kita dalam doa.
Nah, mari kita melihat dalam kehidupan rohani kita. Di atas telah diulas bahwa manusia diciptakan dengan kapasitas untuk mengenal tujuan akhir, yaitu untuk bersatu dengan Tuhan. Kalau kita membuat hal ini benar-benar menjadi tujuan akhir hidup kita, maka segala sesuatu yang kita lakukan adalah untuk mencapai tujuan ini. Dan cara yang dapat kita lakukan di dunia ini untuk mencapai tujuan akhir ini adalah melalui doa. Dengan kata lain apa yang kita doakan adalah tergantung dari definisi kita tentang tujuan akhir hidup kita maupun definisi kita tentang kebahagiaan.
Kalau seseorang yang definisi kebahagiaannya adalah untuk menjadi orang kaya, maka doa-doanya akan dipenuhi dengan urusan pekerjaan, proyek, uang, dll. Kalau seseorang yang definisi kebahagiaannya adalah keluarga, maka doanya dipenuhi dengan doa untuk keselamatan dan kebahagiaan anggota keluarga. Nah dalam definisi St. Teresia, definisi kebahagiaannya adalah pandangan ke surga. Inilah yang membedakan doa kita dengan doa para orang kudus. Bagi orang kudus, definisi kebahagiaan dan tujuan akhir dari hidup begitu jelas – yaitu persatuan dengan Allah – sehingga doa adalah menjadi cara (the means) untuk mencapai tujuan akhir ini (end). Kita sering membalik ini dan melihat doa sebagai akhir. Akibatnya, kalau doa kita tidak dijawab oleh Tuhan seperti yang kita inginkan, maka kita akan kecewa, putus asa, dan marah. Namun kalau kita melihat doa adalah suatu cara untuk mencapai tujuan akhir, maka apapun jawaban Tuhan terhadap doa kita akan kita terima dengan lapang hati karena pada akhirnya semuanya akan mendatangkan kebaikan buat kita (Roma 8:28), yaitu untuk mencapai tujuan akhir, bersatu dengan Tuhan.
St. Yohanes dari Damaskus mengatakan bahwa “doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik.” (KGK, 2559) Hal-hal yang baik disini adalah dalam relasinya dengan tujuan akhir manusia, persatuan dengan Allah di surga.
Doa didasarkan kepada iman, pengharapan dan kasih kepada Tuhan.
St. Teresia juga menekankan pentingnya “seruan syukur (dalam edisi bahasa Inggis dikatakan a cry of recognition atau seruan pengakuan) dan cinta kasih“. Seruan syukur adalah suatu ungkapan kepada seseorang atas pertolongan dan pemeliharaannya kepada kita. Dan kalau kita mengucap syukur kepada Tuhan, berarti kita mengakui pertolongan-Nya dan pemiliharaan tangan-Nya dalam kehidupan kita. Kita mengakui bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah sikap kerendahan hati yang berkenan di mata Tuhan dan menjadi dasar utama dari doa.
Seruan syukur atau seruan pengakuan menjadi suatu ekspresi iman dan pengharapan. Mengaku bahwa Tuhan adalah segalanya adalah suatu pernyataan iman. Mendaraskan doa kita kepada Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Baik adalah suatu pernyataan pengharapan. Doa juga merupakan tempat pertemuan antara kasih Allah yang sudah terlebih dahulu menunggu kita dengan kasih kita kepada Allah (KGK, 2560). Bahkan dikatakan bahwa kasih adalah penyebab dari doa. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.83, a.13.)) Jadi kita bisa melihat bahwa doa yang benar dilandaskan pada kebajikan ilahi “iman, pengharapan, kasih.” Tanpa ketiga hal ini, doa menjadi sia-sia. Kalau kerendahan hati adalah dasar dari doa, maka iman adalah suatu bentuk kerendahan hati akal budi, dan pengharapan adalah bentuk kerendahan hati dari keinginan. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.161, a.5.)) Ini berarti bahwa kalau doa kita didasari oleh iman dan pengharapan yang berlandaskan kasih yang benar, maka Tuhan akan mengabulkan doa kita.
Mari kita melihat apa yang dikatakan Yesus “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7; 21:22; Mar 11:24; Luk 11:9; Yoh 14:13). Mengomentari hal ini, St. Thomas Aquinas di dalam bukunya “Catena Aurea”, mengatakan bahwa “Kita meminta dengan iman, mencari dengan harapan, dan mengetuk dengan kasih“. Jadi dalam hal ini kebajikan Ilahi, yang terdiri dari: iman, pengharapan, dan kasih menjadi dasar doa kita ((KGK, 1812-1813 Iman, pengharapan, dan kasih atau disebut kebajikan Ilahi (theological virtues) memungkinkan manusia berhubungan dengan Allah, dimana kita dapatkan pada waktu kita menerima pembaptisan. Dengan ini, manusia dapat mengambil bagian dan berpartisipasi dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Dan kebijaksanaan Ilahi ini menjadi dasar, jiwa dan tanda pengenal tindakan moral orang Kristen.)) Iman memungkinkan manusia untuk menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, termasuk seluruh kejadian dalam kehidupannya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Harapan, membuat kita merindukan kehidupan kekal bersama Allah sebagai tujuan akhir dan tujuan utama kehidupan kita (KGK, 1817) Kasih, memungkinkan kita untuk mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu di dunia ini, dan mengasihi sesama demi kasih kita kepada Allah (KGK, 1822).
Kalau kita melihat definisi di atas dan jujur terhadap diri sendiri, maka kita dapat mengatakan bahwa doa yang kita minta sering tidak didasari oleh kebajikan ilahi. Mungkin kita berdoa dengan iman dan pengharapan yang kelihatannya begitu besar, namun sebenarnya tanpa didasari kasih kepada Tuhan. ((Dalam hal ini, kalau kita mendasarkan doa kita berdasarkan iman dan pengharapan yang benar, maka kasih senantiasa ada di dalamnya)) Berapa sering kita mendengar doa-doa yang dipanjatkan “dalam nama Yesus, kutolak kemiskinan, sakit penyakit, dll” Kalau doa kita didominasi oleh pekerjaan dan juga kekayaan, maka kita dapat mempertanyakan, apakah doa ini berdasarkan kasih kepada diri sendiri atau kasih kepada Tuhan.
Kalau kasih adalah melihat sesuatu yang baik dari seseorang atau menginginkan sesuatu yang baik terjadi bagi orang tersebut, maka pertanyaannya, apakah kekayaan mendatangkan kebaikan buat Tuhan? Tidak juga. Tuhan tidak bertambah mulia dengan kekayaan kita, walaupun kita dapat memuliakan Tuhan dengan kekayaan yang diberikan oleh Tuhan. Namun sering kita meminta kekayaan bukan untuk memuliakan Tuhan, namun untuk kesenangan diri kita pribadi.
Pertobatan hati menuntun kita kepada doa yang benar.
Namun, sebelum kita dapat melandaskan doa berdasarkan kebajikan Ilahi, maka kita terlebih dahulu akan dihadapkan pada suatu realitas bahwa kita adalah orang berdosa (KGK, 2631). Realitas ini adalah pengetahuan terhadap diri kita sendiri. Namun pengetahuan tentang diri sendiri tidaklah cukup, karena hanya akan berakhir pada keputusasaan, seperti yang dicontohkan oleh Yudas Iskariot. Pengetahuan ini perlu digabungkan dengan pengetahuan akan Allah yang Maha Kasih dan Pengampun. Dua pengetahuan ini akan membawa kita kepada kerendahan hati dan pertobatan yang benar yang memungkinkan kita mempunyai hati murni, yang akhirnya akan membukakan hati kita untuk menyelaraskan hidup kita dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan (lihat artikel Kerendahan hati: dasar dan jalan menuju Kekudusan), seperti yang telah dicontohkan oleh Santo Petrus. Yesus mengatakan bahwa “Berbahagialah orang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8).
Kembali kita diingatkan bahwa bukan kita yang mengubah Tuhan dengan doa kita, namun dengan kesucian hati, seseorang dapat menyesuaikan hidupnya dengan kehendak Tuhan (KGK, 2518), yang pada akhirnya menuntun kepada kesesuaian dengan kehendak Tuhan, seperti yang dicontohkan oleh Yesus sendiri. Di dalam doa-Nya di taman Getsemani, Yesus berkata “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Inilah doa dengan nafas, “Tuhan apakah yang Engkau kehendaki?” dan “Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan untuk melaksanakan kehendak-Mu?” (KGK, 2705-2706)
Doa yang mengutamakan kehendak Tuhan ialah doa yang lepas dari kepentingan pribadi. Doa seperti inilah yang dilandaskan oleh kebajikan Ilahi: iman, pengharapan, dan kasih. Inilah doa yang dicontohkan oleh Abraham, Musa, dan para orang kudus. Inilah doa, dimana Roh Kudus sendiri yang membantu kita untuk berdoa.
Dan doa yang mengalir dari kebajikan Ilahi tidak akan terpisah dari kehidupan yang nyata, karena doa dan kehidupan bersumber pada kasih yang sama. Pada saat seseorang dapat menggabungkan antara pekerjaan dan kegiatan yang lain dengan nafas doa, maka seseorang mencapai “doa yang tiada henti atau prayer without ceasing.” Dan inilah yang diserukan oleh St. Teresia, bahwa doa harus dilakukan “di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan.” Ini berarti doa harus dilakukan setiap saat tanpa memandang situasi yang sedang kita alami.
Doa tidaklah percuma, namun harus menjadi nafas kehidupan kita
Dengan semua argumen di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa doa tidaklah percuma, bahkan doa harus menjadi kebutuhan utama orang Kristen, sama seperti oksigen menjadi kebutuhan utama manusia. Semakin kita mengerti akan kesalahan persepsi doa, semakin kita tersadar akan kekuatan doa yang sesungguhnya, yaitu doa yang dituntun oleh Roh Kudus, yang menjadikan kita untuk semakin serupa dengan Kristus, sehingga kita dapat mengikuti kehendak Allah Bapa. Hanya dengan doa yang tiada henti, dilakukan dengan disposisi hati yang benar, maka kita akan melihat buah-buah doa dalam kehidupan kita. Mari kita mengikuti teladan Yesus, yang memberikan kepada kita doa yang paling sempurna, doa Bapa Kami. Kita juga mengikuti teladan Maria, dan para kudus, dimana setiap tarikan nafas dari mereka merupakan doa yang tak putus-putusnya, yang rindu untuk melaksanakan kehendak Bapa.
Mari kita mengingat sekali lagi apa yang dikatakan oleh St. Teresia kanak-kanak Yesus. “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”.
Marilah kita berdoa.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin. Ya, Tuhan, pada saat ini aku datang kepada-Mu, mengakui bahwa aku adalah orang yang berdosa. Dalam segala kelemahanku, bantulah aku ya Tuhan agar aku dapat mempunyai hati yang kudus, sehingga Engkau dapat meraja dalam hatiku. Tuhan, ubahlah hatiku walaupun aku belum siap. Bantulah agar aku dapat menyesuaikan segala pikiran, keinginan, dan perbuatanku sesuai dengan kehendak-Mu. Berikan aku kekuatan agar aku dapat menjadi seorang pendoa yang benar, karena aku tahu hanya melalui doa saja, iman, pengharapan, dan kasihku kepada-Mu dapat bertumbuh. Bantu aku ya Tuhan, agar doa juga dapat menjadi nafas perbuatanku setiap hari. Aku mengundang Engkau ya Tuhan, untuk terus membentuk aku sesuai dengan kehendak-Mu. Dengan perantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu, aku naikkan doa ini. Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
terima kasih untuk artikel dari bagian 1 – 4 sungguh sangat merasa terberkati :))
Shalom,
Saya adalah seorang protestan, saya seperti jatuh cinta menjalankan doa rosario.bahkan disaat saya sedang beraktivitas lain,ada kerinduan saya untuk melakukan doa ini,dan dari situ sejujurnya saya merasakan sesuatu yang berbeda.agama saya melarang ini,tetapi seperti inilah sy,tanpa didorong oleh siapapun,keinginan saya untuk melakukan doa rosario sll muncul.yang ingin saya tanyakan bolehkah saya sebagai seorang protestan melakukan doa ini?
[Dari Katolisitas: Tentu saja boleh. Sebab sesungguhnya fokus dari doa rosario adalah merenungkan peristiwa-peristiwa hidup Yesus, dan karena itu kita dapat semakin dipersatukan dengan Kristus, dengan dukungan doa syafaat Bunda Maria. Anda boleh juga membaca artikel ini, yang sedikit menjabarkan mengapa doa Rosario menjadi salah satu doa favorit bagi umat Katolik, silakan klik]
Syahlom
saya mau bertanya doa devosi dan doa pokok itu apa saja mohon dijelaskan trimakasih
Shalom Sasgia,
1. Doa devosi
Tentang apa itu devosi, silakan klik di sini.
Terdapat cukup banyak doa devosi yang dikenal dalam Gereja Katolik. Beberapa yang terkenal adalah: Devosi kepada Hati Kudus Yesus, devosi Kerahiman Ilahi, doa Jalan Salib, doa rosario, doa novena Tiga Salam Maria, dst. Silakan membaca beberapa contohnya di link ini, silakan klik, atau di link ini, yang mencakup 3,523 jenis doa- doa Katolik, silakan klik.
2. Doa-doa pokok/ doa dasar
Secara umum, doa-doa dasar Gereja Katolik adalah: Aku Percaya, Bapa Kami, Kemuliaan, Salam Maria, Malaikat Tuhan, dst, yang dapat dibaca dalam Puji Syukur, no. 9-28, atau di link ini.
Sedangkan untuk doa Persembahan Pagi, klik di sini.
Doa malam, klik di sini.
Doa sebelum dan sesudah makan, klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom..
Saya ingin bertanya
1. Saat sedih dan senang saya sering berdoa. Namun dalam keadaan kosong saya jarang sekali berdoa. Tolong berikan saya solusi untuk hal itu.
2. Makna apa saja yang terkandung dalam salib agama kita, Katolik?
Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Shalom NN,
Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa kita berdoa tidak saja pada saat sedih ataupun senang, tetapi setiap saat. Sebab dengan berdoa senantiasa, maka kita memperoleh pertolongan dari Tuhan agar tidak mudah jatuh ke dalam pencobaan.
“Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:17-18)
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat 26:41; Mrk 14:38; Luk 22:40,46)
Namun di atas semua itu, doa adalah bentuk komunikasi kasih antara kita dengan Tuhan. Komunikasi adalah hal yang tak bisa dipisahkan dengan hubungan kasih antara dua belah pihak. Dua orang yang saling mengasihi, pasti berkomunikasi. Semakin saling mengasihi, maka komunikasi yang terjalin harusnya semakin baik dan semakin akrab. Demikian juga hubungan kita dengan Tuhan. Maka kalau kita mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan, maka sudah sepantasnya kalau kita berdoa, berkomunikasi dengan-Nya. Semakin akrab kita dengan Tuhan, maka hati kita akan terarah kepada-Nya, bahkan pada saat kita melakukan kegiatan kita sehari-hari. Kita membawa-Nya serta dalam pikiran, percakapan, dan perbuatan kita sehari-hari. Inilah yang disebut dengan doa yang tanpa henti (unceasing prayers), sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus:
Kita semua berjuang untuk hal ini, yaitu untuk melibatkan Kristus di dalam segala yang kita lakukan dan katakan, dengan hati penuh syukur. Walaupun di dalam doa sebenarnya Allah-lah yang pertama kali membuat inisiatif, namun dari pihak kita, juga diperlukan kerjasama bahwa kitapun mau menanggapi panggilan Allah tersebut. Beberapa tips sederhana untuk mengarahkan hati kepada Allah dalam keseharian kita, dapat dibaca di sini, silakan klik.
2. Tentang Dalamnya Makna Tanda Salib, silakan klik di sini.
Selanjutnya tentang Salib Kristus, silakan membaca artikel- artikel berikut ini:
Salib Tanda Kasih Kristus, silakan klik
Kematian Yesus di salib adalah kemenangan, silakan klik
Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syaloom,,
Masalah doa. Kalau saya baca di Kitab Suci Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami “… Jadilah KehendakMu Di atas bumi seperti di dalam Sorga ….” dan di doa di Taman Getsemani. Dia juga berdoa ” …. Biarlah Kehendak-Mu yang terjadi bukan Kehendak-Ku”.
Tapi Dia juga mengajar kalau kita minta dengan percaya maka kita akan mendapat, bahkan kalau ga salah saya pernah baca Dia juga mengajar kalau kita berdoa meminta dan percaya dan bersikap kita sudah mendapatkan maka Bapa di Sorga akan memberikan. Dengan kata lain kalau iman kita gede pasti sukses deh doanya. Tanggapannya bagaimana ttg masalah doa yang Tuhan ajarkan?
Saya mendengar kesaksian ” Seorang Ibu kanker leher, sudah gede banget lehernya. Setiap ada kesaksian dia selalu maju ke depan bilang kalau Tuhan sudah sembuhkan dia. Padahal masih gede tuh lehernya, dan itu berlangsung sampai beberapa pertemuan dari orang kasihan ampe orang bosen denger Tuhan sudah sembuhkan, karena dia masih membesar lehernya. Suatu ketika pas dia kesaksian gitu, selesai turun dari mimbar dia ke WC trus tiba-tiba muntahin kankernya dan lehernya kempis kembali. Lalu dia bersaksi kembali dan Tuhan dipermuliakan”
Karena saya sempit hati, pikiran, dan pengetahuan saya mikir doa kalo kita yakin pasti dikabulkan. Tapi apakah selalu seperti itu?
Bukankah ada yang sembuh ada yang tidak (kita emang ga bisa nilai iman seseorang dengan tepat hanya Tuhan yg bisa nilai). Jadi saya mikir klo orang beriman banget pasti dikabulin nyatanya St Paulus tidak disembuhkan. Mengerti kan maksud saya kalau kembali ke kehendak Tuhan, orang yg beriman pasti disembuhkan dan berharap banget sembuh total tapi ga disembuhkan kenapa Tuhan Yesus ajarkan minta dengan yakin dan jgn bimbang pasti dikasih ama Bapa.
Dan saya termasuk orang yg menerima mujizat penyembuhan dr tumor otak (walau melalui operasi, tp itu semua karena tuntunan Tuhan yg ajaib buat saya) lucunya saya tidak bisa yakin kalo doain orang sakit pasti sembuh tuh orang asal percaya dan beriman, dan itu kan aneh dan buat saya mikir saya kok sombong dan egois ya?? Saya jadi bingung cara berdoa yang baik kalau minta sesuatu dari Tuhan baik itu untuk diri saya sendiri ataupun untuk orang lain. Mohon pencerahannya.
2.Kalau Kenneth Copeland bilang Tuhan menyembuhkan semua orang dari penyakitnya tapi ga semua orang yang ngga tahu cara terimanya (mgkn maksud nya iman). Apakah ini jg berhubungan dengan teologi kemakmuran? Karena kalau saya hubungkan dengan pertanyaan saya yang di atas seakan2 seperti teologi kemakmuran?
Shalom Leonard,
Memang Tuhan mengajarkan agar kita tidak ragu untuk meminta kepada Tuhan, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7, lih. Luk 11:9) Dari ayat- ayat ini kita diajarkan untuk memohon pertolongan Tuhan. Namun jangan dilupakan, bahwa pada akhir dari perikop itu disampaikan bahwa Tuhan itu adalah Bapa yang tahu memberikan yang terbaik kepada anak- anak-Nya (lih. Mat 7:11; Luk 11:11-13), sehingga yang kita dapatkan dari Tuhan adalah yang terbaik bagi kita menurut Tuhan, dan bukan menurut kita. Itulah sebabnya, jika kita meminta Roh Kudus (ini adalah karunia yang terbaik) maka akan diberikan kepada kita.
Dengan demikian ajaran untuk berdoa memohon dengan iman bahwa Bapa mengetahui yang terbaik, itulah yang diajarkan juga oleh Tuhan Yesus saat memberi contoh kepada kita untuk berdoa: baik dalam doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu….” (Mat 6:10) maupun saat Ia berdoa di Taman Getsemani, “…. bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42) Iman akan Allah Bapa yang tahu memberi yang terbaik, ditunjukkan pula oleh Bunda Maria saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, “….jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)
Maka kuncinya dari apakah kita akan menerima apa yang kita mohonkan adalah, apakah hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Jika Tuhan melihat bahwa itu terbaik bagi kita dan sesuai dengan rencana-Nya, maka permohonan kita akan dikabulkan, dan jika tidak, tidak dikabulkan. Sesungguhnya kita hanya perlu dengan jujur saja melihat kepada sekeliling kita, bahwa memang inilah yang terjadi. Seseorang dapat mengalami mukjizat kesembuhan berkali- kali, namun akan ada saatnya mukjizat itu tidak dialaminya lagi, dan ia akan meninggal dunia/ dipanggil Tuhan. Sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengklaim bahwa ia pasti menerima mukjizat terus menerus sampai tidak mungkin mati. Belum pernah ada orang yang sedemikian, sebab semua orang pada akhirnya akan meninggal dunia. Demikian juga halnya pada permohonan kita yang lain. Kita hanya cukup jujur pada diri sendiri, ada banyak kejadian dalam kehidupan kita yang terjadi tidak di luar perkiraan kita dan apa yang kita mohonkan kepada Tuhan; namun Tuhan memberikan yang lebih baik daripada apa yang kita minta.
Agaknya terlalu tergesa- gesa jika seseorang menilai bahwa jika seseorang mohon mukjizat kesembuhan namun tidak memperolehnya, lalu artinya ia tidak beriman, atau artinya ia terlalu banyak berdosa. Sikap semacam ini adalah sikap menghakimi, dan Tuhan tidak berkenan dengan sikap macam ini (lih. Mat 7:1). Teologi kemakmuran memang cenderung mengajarkan/ menghubungkan kasih Tuhan dengan kemakmuran jasmani dan rejeki, maka ada kecenderungan bahwa pandangan tersebut tidak melihat artinya suatu penderitaan sebagai jalan yang dapat dipakai oleh Tuhan untuk menguduskan seseorang.
Hal tentang teologi kemakmuran dan mengapa itu salah, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syaloom Saudari Ingrid
Terima kasih atas jawabannya. Sungguh meneguhkan iman saya
Tuhan berkati.
Shalom team Katolisitas.
Saya memanjatkan syukur kerana dengan adanya website ini pengetahuan saya terhadap iman Katolik semakin bertambah. Banyak pertanyaan yang selalu membelenggu fikiran, jawapannya telah ditemui dalam website ini.
Pak Stef & Ibu Ingrid,
Saya mempunyai satu pertanyaan mengenai Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Ketika kita berdoa kepada siapakah seharusnya kita menyampaikan doa kita? Adakah kepada Allah Bapa atau kepada Tuhan Yesus. Saya bertanya begini kerana pada pemahaman saya yang masih kekurangan pengetahuan tentang agama, rasa syukur dan terima kasih hendaklah disampaikan kepada Allah Bapa kerana Dia lah Pencipta segala sesuatu untuk kita. Dan peranan Tuhan Yesus pula membimbing kita untuk percaya kepada Allah Bapa
Maafkan saya sekiranya pertanyaan saya ini seolah-olah saya merendahkan Tuhan Yesus sebagai Penyelamat manusia. Pertanyaan ini selalu menganggu konsentrasi saya ketika berdoa. Sebab saya tidak tahu harus kepada siapa saya berdoa.
Semoga Pak Stef & Ibu Ingrid dapat membantu saya.
Sekian, terima kasih.
Elisha Roslin
Shalom Rosaline,
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan tentang doa, demikian:
Dengan pengertian ini, maka pada prinsipnya kita berdoa kepada Tuhan, yaitu Allah Trinitas, namun umumnya dengan pemahaman ini, doa ditujukan kepada Allah Bapa melalui Kristus Pengantara kita, oleh kuasa Roh Kudus. Namun demikian, selain ditujukan kepada Allah Bapa, doa dapat pula ditujukan kepada Kristus maupun Roh Kudus, karena kedua Pribadi ini juga adalah Pribadi Allah yang Satu. Hanya saja, jika doa ditujukan kepada Yesus, maka di akhir doa tidak diucapkan “demi Kristus Tuhan Pengantara kami”. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita menujukan doa kita kepada Allah Bapa (doa Bapa Kami), dan demikianlah, umumnya doa- doa liturgis Gereja ditujukan kepada Allah Bapa, dengan Pengantaraan Kristus Tuhan, oleh kuasa Roh Kudus, seperti pada Misa Kudus. Namun demikian ada juga doa- doa yang ditujukan kepada Yesus, seperti doa konsekrasi kepada Hati Kudus Yesus, doa Koronka (Yesus, Engkaulah Andalanku!), doa litani, dst. Demikian juga dengan doa dapat ditujukan kepada Roh Kudus, secara khusus misalnya pada saat menjelang Pentakosta, mohon ketujuh karunia Roh Kudus (PS 93), doa mohon pencurahan Roh Kudus, dst. Sedangkan doa- doa yang ditujukan kepada Bunda Maria, maksudnya adalah memohon agar Bunda Maria mendoakan kita/ menyampaikan permohonan kita kepada Tuhan Yesus.
Selanjutnya silakan anda membaca artikel tentang Doa, di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Hi..
Mau nanya nich, setelah baca artikel ini, aku jadi kebuka dalam banyak hal. Tp juga timbul suatu pertanyaan di dalam hati aku.
Yang kepingin aku tanyain :
1. Kalo begitu doa yg baik seharusnya berisi ttg apa ?
2. Dlm puji syukur, aku ada baca kalo doa rosario tidak dilandasi dengan iman akan menjadi rentetan kata2 kosong, apa maksud nya? Iman yang baik itu hrs seperti apa dan bagaimana membuat iman menjadi lebih baik ?
3.Bagaimana cara doa yg baik ? Karena kadang2 kita gak bisa konsentrasi 100% penuh, apakah itu salah ? Umpama misalnya terhenti karena batuk or maybe menguap karena mengantuk..
Tolong dibantu ya..
Shalom Sammy,
1) Tentang contoh isi doa yang baik, sebenarnya sudah kita dapatkan dari Tuhan Yesus sendiri, yaitu doa Bapa Kami. Sayangnya sering karena kita menghafal teksnya begitu rupa, sering kita kurang menghayati maksudnya. Dalam doa Bapa Kami tersebut, terdapat beberapa bagian prinsip yaitu: pujian, penyembahan dan penyerahan diri kepada Tuhan, permohonan ampun, dan permohonan rejeki/ kebutuhan kita. Secara lebih mendetail, memang kami merencanakan akan menuliskan artikel secara khusus tentang doa ini. Harap bersabar ya.
2) Doa Rosario yang tidak dilandasi iman memang bisa hanya merupakan pengulangan kata-kata, tanpa dapat mengangkat hati. Mungkin inilah yang dimaksud dengan ‘rentetan kata-kata kosong’. Oleh sebab itu, memang doa Rosario sebaiknya dibarengi dengan permenungan akan Peristiwa kehidupan Yesus, yaitu peristiwa Gembira, peristiwa Sedih, peristiwa Terang, dan peristiwa Mulia. Hal ini juga akan kami tuliskan terpisah dalam artikel.
Iman yang baik, menurut pengajaran Vatikan II dalam dokumennya, Dei Verbum 5, adalah yang menggambarkan ketaatan penuh kepada Tuhan: "Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom16:26 ; lih. Rom1:5 ; 2Cor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”[4], dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”[5]. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya.
Dengan demikian untuk berkembang lebih baik di dalam iman, kita harus mengenal dan mempelajari iman kita dengan lebih baik, supaya kita dapat memahaminya, dan kita dapat menyerahkan akal budi dan kehendak kita kepada Allah, dan kemudian hidup seturut dengan apa yang kita imani tersebut. Selanjutnya, jangan lupa bahwa kita membutuhkan rahmat Allah, dan bantuan Roh Kudus, sehingga kita perlu berakar dalam doa dan sakramen, agar dapat menerima rahmat Allah tersebut.
3) Cara doa yang baik sebenarnya sederhana, namun tantangannya adalah bagaimana agar kita setia melaksanakannya. Hal ini juga akan kami bahas dalam artikel doa. Namun pada prinsipnya:
– Jika memungkinkan, sediakanlah tempat khusus untuk berdoa, walaupun jangan dijadikan sesuatu yang mengikat (artinya kalau tidak ada di situ, maka tidak bisa berdoa). Namun jika anda dapat menyediakan suatu ruangan datau pojok ruangan untuk berdoa, lakukanlah itu. Taruhlah gambar/ foto Yesus, Alkitab, dan jika memungkinkan tempat berlutut/ bersila.
– Carilah waktu yang khusus untuk berdoa, jangan terburu-buru. Usahakan agar kita setia dengan waktu ini, yang kita persembahkan kepada Tuhan.
– Mulailah dengan menenangkan hati dan pikiran, resapkanlah bahwa kita masuk dalam hadirat Tuhan.
– Periksalah batin kita, jika kita teringat akan suatu dosa tertentu yang kita perbuat hari itu, mohon ampunlah kepada Tuhan.
– Anda dapat memulai dengan doa vokal ataupun meditasi, namun yang terpenting bayangkanlah bahwa kita sedang berada di hadapan Allah yang Maha Besar namun yang sangat mengasihi kita. Pujilah dan sembahlah Dia.
– Jika dengan meditasi, arahkanlah segenap hati dan pikiran untuk merenungkan kasih Allah, perbuatan Allah yang tertentu bagi kita. Kita dapat juga memulai meditasi ini dengan membaca dan merenungkan Alkitab, yang dilanjutkan dengan doa rosario sambil merenungkan peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus.
– Kita dapat juga dalam keheningan merasakan kasih Allah dan menyembah-Nya.
– Tutuplah doa dengan ucapan syukur, niat yang tulus untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah/ Sabda Allah yang baru saja kita renungkan, dan juga permohonan yang lain.
Jika sampai kita tak bisa berkonsentrasi, kita dapat menarik nafas panjang, dan kembali bayangkanlah kehadiran Tuhan di hadapan kita. Jika sampai mengantuk, kita mohon ampun pada Tuhan, dan untuk selanjutnya carilah waktu yang lebih tepat untuk berdoa sehingga kita tidak mengantuk. Ada pula yang terbantu dengan mendengarkan lagu instrumen/ musik rohani selagi berdoa, supaya tidak mengantuk. Namun jika kita berdoa pada waktu yang tepat (tidak terlalu malam), dan jika sungguh meresapkan kehadiran Tuhan, besar kemungkinan kita tidak mengantuk. Semoga tips di atas dapat membantu, ya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom ! rekan admin Katolisitas.
Semarak Imlek masih terasa saat saya menulis artikel ini, dimana-mana diseluruh dunia didaerah pecinan nuansa merah merona menyambut imlek, begitu pula dengan di Indonesia dan didaerah-daerah tertentu yang etnis Tionghoa nya begitu semarak penyambutannya, orang sering menyebutnya pesta musim semi ( Chun Cie) dalam perayaan Imlek sangat kental dengan budaya, dan tradisi hormat kepada leluhur dan juga orang tua, umpamanya: ada sebagian orang mengadakan syukuran, kumpul-kumpul keluarga bahkan sebagai ajang silahturami tentunya, bagaimana orang muda / anak-anak mengunjungi orang tua dengan pemberian angpauw (amplop merah). Dibeberapa paroki mengadakan misa Syukur secara khusus dalam menyambut Imlek, bahkan ada Gereja yang dihiasi dengan lampion merah menyala, pertanyaannya adalah bagaimana kita harus menyikapi hal ini. GBU Bong Felix.H
Shalom Bong Felix,
Perayaan Tahun baru intinya adalah perayaan syukur. Jika kita lihat asal usul perayaan Imlek ini, maka kita ketahui bahwa perayaan ini adalah untuk menyambut musim semi. Maka tentunya disamping merayakan tahun baru 1 Januari, Gereja boleh saja merayakan tahun baru, yang berhubungan dengan kebudayaan Tioghoa ini, untuk menyambut musim semi/ tahun yang baru menurut budaya mereka. Sebab Gereja Katolik yang bersifat Universal terdiri dari bermacam bangsa, maka Gereja merangkul semua bangsa dan mengambil segala yang baik dari budaya bangsa-bangsa untuk diangkat dan disempurnakan di dalam Kristus Yesus, demi kemuliaan nama Tuhan.
Lumen Gentium 13 (Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Vatikan II) menyebutkan:
Jadi satu Umat Allah itu hidup ditengah segala bangsa dunia, warga Kerajaan yang tidak bersifat duniawi melainkan sorgawi. Sebab semua orang beriman, yang tersebar diseluruh dunia, dalam Roh Kudus berhubungan dengan anggota-anggota lain. Demikianlah “dia yang tinggal di Roma mengakui orang-orang India sebagai saudaranya”[23]. Namun karena Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini (lih. Yoh 18:36), maka Gereja dan Umat Allah, dengan membawa masuk Kerajaan itu, tidak mengurangi sedikitpun kesejahteraan materiil bangsa manapun juga. Malahan sebaliknya, Gereja memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik; tetapi dengan menampungnya juga memurnikan, menguatkan serta mengangkatnya. Sebab Gereja tetap ingat, bahwa harus ikut mengumpulkan bersama dengan Sang Raja, yang diserahi segala bangsa sebagai warisan (lih. Mzm 2:8), untuk mengantarkan persembahan dan upeti kedalam kota-Nya (lih. Mzm 71/72:10; Yes 60:4-7; Why 21:24). Sifat universal, yang menyemarakkan Umat Allah itu, merupakan kurnia Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat-guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta segala harta kekayaannya dibawah kristus Kepala, dalam kesatuan Roh-Nya[24].
Karena bentuk ucapan syukur Gereja yang paling sempurna adalah perayaan Ekaristi, maka bagi yang merayakan Imlek tentu boleh dan bahkan tepat sekali untuk datang mengucap syukur kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi tersebut. Dalam misa, kita tidak berdoa kepada para leluhur, tetapi berdoa mengucap syukur kepada Tuhan. Kita dapat saja mendoakan para leluhur, memohon agar Tuhan mengampuni dosa-dosa mereka, dan kita percayakan jiwa mereka kepada belas kasihan Tuhan.
Lalu tradisi seperti silaturahmi, memberi angpao dst, sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran Gereja, sepanjang itu tidak ‘berlebihan’. Dan memang bagi yang mampu, mungkin ini kesempatan untuk berderma kepada yang berkekurangan. Lalu mengenai dekorasi lampion merah, saya rasa juga tidak menjadi masalah, sebab itu hanyalah ‘penampilan luar’ dari ucapan syukur. Yang terpenting adalah disposisi hati kita dalam mengikuti setiap perayaan Ekaristi/ doa syukur, sebab itulah yang pertama dilihat oleh Tuhan.
Selamat merayakan Tahun Baru Imlek, kepada Felix dan keluarga.
Salam kasih dari http://www.katolisitas,org
Ingrid Listiati
Terima kasih atas penjelasannya.GBU
Theosentris & egosentris.
Sedikit sharing. Dalam kehidupan doa, banyak orang menggantungkan doanya pada kekuatan sendiri. Artinya doanya hanya searah saja, di mana manusia berdoa hanya untuk kepentingaqn dirinya sendiri. Inilah yang disebut egosentris. Misalnya kita berdoa hanya mohon saja, tidak pernah berdoa untuk kepentingan yang lain. Kalau kita perhatikan dalam doa Bapa Kami, di mana doa yang utama adalah untuk kepentingan Tuhan (Bapa kami yang ada di surga, dimuliakan namaMu, Datanglah kerajaanMu, Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga). Atau kalau kita perhatikan di dalam doa umat, maka doa untuk intensi pribadi selalu ditempatkan pada paling akhir. Jadi doa yang baik adalah doa yang bersifat Theosentris (untuk kepentingan Tuhan), bukan untuk kepentingan diri sendiri (egosentris). Kalau kita pernah berkunjung ke pertapaan Rowoseneng, Temanggung, Jawa Tengah, di mana para rahib Trapis sungguh bertekun dalam doa untuk kepentingan dunia, bukan untuk kepentingan sendiri sebagaimana yang sering kita jalankan.
Semoga ini sedikit memberikan pencerahan tentang doa yang bersifat egosentris atau theosentris.
Jus Soekidjo
Dear Stef & Ing,
Terima kasih banyak atas penjelasannya. Maaf atas response yang terlambat ini karena kesibukan di kantor.
Namun satu hal lagi yang sedikit meningkatkan rasa frustasi dalam berdoa adalah perasaan bahwa doa merupakan one-way conversation. Sehingga dalam melihat jawaban Tuhan (tidak, ya atau tunggu) pun merupakan ketidakpastian dimana kita tidak yakin bahwa Tuhan sudah menjawab – dan kita tidak yakin apakah Tuhan akan pernah menjawab doa kita – terutama kalau jawabannya adalah tunggu terus menerus.
Salam.
Shalom Dolphin,
Terima kasih atas kunjungannya kembali ke katolisitas.org. Ya, memang untuk mengerti jawaban yang diberikan Tuhan (ya, tidak, atau tunggu) juga merupakan saat-saat yang kadang sulit. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa kalau doa kita dipanjatkan atas dasar "iman, pengharapan, dan kasih", maka kita akan tetap berdiri teguh terhadap janji setia Tuhan dan kita tetap percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik dalam kehidupan kita. Kalau Tuhan sendiri telah memberikan Putera-Nya untuk keselamatan umat manusia dan termasuk keselamatan kita, tentu saja Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Namun kita juga jangan lupa, bahwa yang terbaik atau tujuan akhir dari kehidupan kita adalah untuk bersatu selamanya dengan Tuhan di Surga.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab pertanyaan Dolphin.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Dear Stef,
Terima kasih lagi atas kesabarannya untuk memberikan penjelasan lebih lanjut. Satu lagi problem yang saya hadapi adalah doa atas dasar pengharapan karena pengharapan cukup bertentangan dengan doa atas dasar penyerahan – yang menyerahkan segalanya terhadap Tuhan – karena saya merasa bahwa pengharapan bertolak belakang dengan penyerahan.
Salam,
Dolphin
Shalom Dolphin,
Terima kasih atas tanggapannya. Sebenarnya doa atas dasar penyerahan tidaklah bertentangan dengan doa atas dasar pengharapan, malah sebaliknya doa yang didasarkan akan pengharapan kepada Tuhan akan membuat seseorang lebih berserah kepada Tuhan. Mungkin kita perlu memperjelas tentang arti dari pengharapan itu sendiri. Saya pernah menjawab di jawaban ini (silakan klik), dimana saya katakan:
HARAPAN: Sedangkan harapan dalam order natural adalah merupakan suatu keinginan akan sesuatu yang baik atau suatu tujuan.Dalam supernatural order, harapan ini adalah keinginan untuk mencapai surga, kehidupan kekal, persatuan dengan Allah. Dan setiap manusia mempunyai harapan akan kebahagiaan sejati yang telah ditanamkan dalam setiap hati manusia (KGK, 1818). Harapan ini adalah suatu keinginan hati berdasarkan iman.Tanpa iman, maka manusia tidak akan mempunyai pengharapan. Harapan inilah yang membuat manusia bertahan menanggung segala macam penderitaan dan kesulitan hidup, karena berharap akan kehidupan kekal di surga. Harapan yang membuat manusia dapat berdiri tegak di tengah-tengah badai kehidupan (baca artikel:semua ada waktunya).
Jadi kalau kita berpegang pada pengharapan dalam pengertian supernatural order, yaitu pengharapan akan kehidupan kekal, pengharapan akan kasih dan keadilan Tuhan, maka kita akan dengan penuh kepercayaan terus berdoa kepada Tuhan, walaupun pada saat-saat yang sulit. Dalam hal ini pengharapan akan semakin membuat kita berserah kepada Tuhan.
Kalau masih ada waktu silakan untuk membaca rangkaian artikel tentang doa, sehingga dapat memberikan gambaran secara lebih menyeluruh.
Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.
Semoga uraian di atas dapat membantu. Dan mari kita bersama-sama percaya akan belas kasih dan keadilan Tuhan, karena Dia yang tahu secara persis apa yang kita butuhkan.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Dear Stef & Ing,
Artikel mengenai doa ini bagus sekali.
Saya termasuk dalam orang yang memiliki kesalahan persepsi yang pertama. Tetapi saya tetap berusaha untuk lebih mengerti mengenai faith dan religion melalui berbagai macam buku (why bad things happened to good people) dan artikel dan saya percaya Tuhan itu ada. Namun pengalaman saya pribadi selama ini membuat saya meragukan perlunya doa dalam hidup sehari hari, terutama karena saya melihat ada 4 kelompok orang:
1. orang yang berdoa dan bahagia
2. orang yang tidak berdoa tetapi bahagia
3. orang yang berdoa tetapi tidak bahagia
4. orang yang tidak berdoa dan tidak bahagia
Saya secara pribadi mengenal orang orang yang masuk dalam masing masing 4 kelompok tersebut. Saya yakin Stef & Ing juga mengenal orang orang yang bisa masuk dalam 4 kelompok tersebut.
Terutama dalam membandingkan dan pengamatan terhadap kelompok 1 & 2 dan juga antara kelompok 3 & 4, saya merasa bahwa takdir dan nasib orang tergantung dari pada situasi masing masing orang tersebut – sama seperti snowflakes yang tidak pernah sama satu dengan yang lain karena tergantung suhu udara, arah dan kekuatan angin, dll. Sederhana nya: takdir orang dan kehidupan manusia tergantung his/her luck factor.
Setelah membaca artikel mengenai doa tersebut, kesimpulan yang saya dapatkan adalah:
1. Tuhan menginginkan kita untuk lebih memikirkan akhir hidup kita dimana kita bisa bergabung dengan Nya
2. Dengan demikian, Tuhan akan campur tangan sesuai doa – namun hanya apabila doa tersebut sejalan dengan keinginan Tuhan tsb diatas – sehingga hasil dari doa kita mungkin tidak terlihat saat ini di dunia dan mungkin tidak sesuai dengan doa yang terlalu materialistis
3. Doa yang baik adalah doa yang tidak terlalu berfokus terhadap keinginan materialistis dan lebih untuk setelah akhir hidup kita
Mohon penjelasan apabila kesimpulan saya ini salah atau mungkin merujuk ke artikel lain yang dapat memberi penjelasan tambahan. Saya sangat menginginkan untuk bisa percaya terhadap kekuatan doa dalam menghadapi kehidupan namun pengalaman dan pengamatan saya selama ini benar benar mengurangi kepercayaan saya terhadap perlunya doa dalam kehidupan saat ini (bukan dalam kehidupan akhir).
Salam.
Shalom Dolphin,
Terima kasih atas ulasannya tentang artikel tentang doa. Menanggapi pengamatan dan kesimpulan Dolphin, saya mempunyai beberapa komentar, berikut ini:
1) Pada akhirnya, kita dituntut untuk kembali mendefinisikan "kebahagiaan" kita. Kebahagiaan kita adalah suatu tujuan akhir. Pada saat kita menyadari bahwa kebahagiaan kita adalah persatuan dengan Allah di Surga (supernatural happiness), maka kita akan melakukan segala cara untuk mencapai hal ini. Hal ini dituliskan dalam artikel Kebahagiaan Manusia hanya ada dalam Tuhan (silakan klik)
Pencarian kebahagiaan yang sejati, yaitu persatuan dengan Allah, sudah menjadi bagian dari kodrat manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah. Dan kita dapat melihat pada orang-orang yang sakit dan menderita, yang mulai mempertanyakan arti hidup dan kebahagiaan yang sejati.
Dan inilah yang disebutkan oleh Dolphin bahwa Tuhan menginginkan agar kita lebih memikirkan akan tujuan akhir kita, yaitu bersatu dengan Tuhan dan berbahagia selama-lamanya.
2) Semua yang ada di dunia ini adalah bersifat sementara, sehingga kebahagiaan kita tidak dapat bergantung terhadap apa yang ada di dunia ini, seperti materi, kekuasaan, dll. Oleh karena itu, doa yang hanya berfokus pada hal-hal materi, dapat dikatakan " meminta terlalu sedikit", karena kita dapat meminta kepada Tuhan sesuatu yang lebih baik dari materi, seperti karunia Roh Kudus, yang menuntun kita kepada kehidupan kekal. Namun demikian, bukan berarti Tuhan tidak peduli dengan kebutuhan kita di dunia, atau bahkan kita tidak boleh memohon bantuan-Nya dalam segala kebutuhan kita. Tentu saja kita boleh memohon kepada Tuhan untuk memelihara kita, namun fokusnya adalah memohon Tuhan memberikan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan kita agar melalui pertolongan-Nya, nama Tuhan semakin dikenal banyak orang dan dimuliakan, dan iman kita terus bertumbuh dalam pengharapan akan Dia.
3) Tuhan akan campur tangan dalam doa, seperti yang dikatakan Dolphin. Namun campur tangan Tuhan terhadap doa kita adalah: 1) tidak, 2) ya, 3) tunggu. Dan dengan kacamata iman, kita harus mempercayai bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik buat kita pada waktu-Nya. Mungkin yang diberikan Tuhan bukan seperti yang kita inginkan, namun Tuhan memberikan kita suatu kesempatan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu Surga.
Bayangkanlah bahwa Tuhan adalah seorang Bapa yang begitu baik, jauh lebih baik daripada semua ayah di dunia ini. Kalau seorang ayah tahu bagaimana memberi dan mendukung anak-anaknya, maka Bapa yang di Surga tahu secara persis apa yang kita butuhkan (lih. Mt 7:11).
4) Akhirnya, doa adalah merupakan nafas iman seorang Katolik. Tanpa doa, maka kita tidak dapat mempunyai relasi dengan Tuhan. Doa juga suatu manifestasi akan kasih kita kepada Tuhan. Doa juga memampukan kita untuk menjalankan kehidupan ini dengan penuh kekudusan, karena kekudusan inilah yang diinginkan oleh Tuhan (baca artikel tentang kekudusan: silakan klik).
Bagi umat Katolik, bentuk doa yang tertinggi dan yang paling sempurna adalah perayaan Sakramen Ekaristi.
Semoga keterangan di atas dapat semakin memperjelas konsep doa. Kita sama-sama belajar bertumbuh dalam iman kita dengan bertekun dalam doa. Dan mari kita saling mendoakan.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef & ingrid
DOA HARUS MENJADI NAFAS HIDUP.
Uraian tentang doa oleh pa Stef bagus sekali. Yang mengatakan doa itu tidak perlu, maka yang bersangkutan adalah orang yang sombong. Kalau kita berdoa artinya kita ada ketergantungan hidup. Di atas hidup ini masih ada yang “memiliki” kehidupan itu sendiri. Kita tidak bebas begitu saja. Kalau kita berdoa artinya kita ini menjadi tidak berarti. Kita sangat kecil, oleh karena itu kita butuh tiang penyangga yang menjadi kekuatan kita. Dengan demikian, doa harus menjadi nafas kehidupan kita. Jangan memakai metoda “doa ingat” artinya berdoa kalau ingat. Kita musti berdoa baik dalam suka dan duka. Doa harus bersifat seperti nafas kita. Artinya berdoalah setiap saat. Nimbrung sedikit saja. All is based on experience.
Jus Soekidjo (Kuasa Doa)
Selain doa-doa sebagaimana disebutkan di atas, ada doa monastik yang kini juga sudah menebus ke luar dari tembok biara, yakni doa kontemplatif. Ada yang bilang doa ini sebagai centering prayer, ada pula ada yang menyebutnya doa hening. Dalam doa kontemplasi , saya diam dan Tuhan juga diam, karena saya dan Tuhan manunggal. Doa ini juga merupakan bagian dari “lectio divina”, yang sekarang ini mulai banyak dipraktekkan dari keompok-kelompok meditasi Kitab Suci yang berbasiskan “Lectio divina”. Lectio divina ini juga merupakan salah satu methoda untuk mengerti Sabda Tuhan (Firman)/Kitab Suci melalui Lectio, meditatio, oratio, dan contemplatio. JIka umat mau sungguh memperdalam tentang Firman, metoda Lectio Divina bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita untuk memperdalam tingkat spiritualitas kita. Di beberapa paroki di Jakarta seperti Paroki St. Paskalis, St. Fransiskus Asisi, Paroki Hati Kudus, dll dan beberapa komunitas, sudah mempraktekkan “Lectio Divina” ini.
Tuhan berkati, sedikit sharing tentang “meditasi Kitab Suci” berbasiskan “Lectio Divina”.
Jus Soekidjo
Yth. Bapak/Ibu ,
Sebenarnya saya mohon ada penjelasan mengenai ekaristi dan setiap doa yang kita lakukan dalam ekaristi … karena saya kebetulan menemukan secara tidak sengaja di GPdi San Francisco , mungkin banyak hal yang tidak kita ketahui mengenai doa doa dalam Sakramen Ekaristi itu sendiri sehingga banyak yang menganggap hanya ritual belaka dan tidak alkitabiah.
Jalan ceritnya begini , saya seorang Khatolik yang sejak bayi sudah dipermandikan di Jakarta ,paroki Kramat, istri saya seorang protestan, waktu di Jakarta saya jarang sekali menemani istri saya ke gerja Protestan, paling2 hanya acara Natal dan Paskah.
Nah di SF ini saya tiap minggu menemani istri saya dan anak2 , ke GPdi SF , ada beberapa kali penjelasan Firman Tuhan yang saya ingat mengenai Damai Sejahtera dan Akhir Zaman .
Damai Sejahtera selalu di doa kan sebelum Komuni Kudus di Misa , dan untuk Akhir Zaman, mereka juga mengakui kalau pada saat Yesus datang untuk ke 2 kali akan membangkitkan orang hidup dan mati, jadi kalau kita mati sekarang akan kemana ? orang Khatolik percaya bahwa kita akan masuk api pencucian terlebih dahulu untuk dimurnikan, sedang mereka percaya langsung masuk surga atau neraka.
Mohon penjelasannya agar saya bisa dapat lebih memahami setiap doa yang di ucapkan di Misa. Terima kasih.
Shalom Luigi,
Sebelum saya menjawab pertanyaan Luigi, saya ingin juga menanyakan, apakah Luigi sekarang setiap minggunya menghadiri Misa di Gereja Katolik atau menghadiri kebaktian/ Perjamuan Kudus di Gereja Protestan? Sebab sesungguhnya apa yang dilakukan di gereja Protestan, (apapun namanya) berbeda maksudnya dengan makna "Ekaristi Kudus" atau Misa di dalam Gereja Katolik. Saya pernah menuliskan perbedaan makna Ekaristi dalam Gereja Katolik dengan Perjamuan kudus di gereja Protestan di jawaban atas pertanyaan Oelan di sini (silakan klik).
Jika Luigi mengikuti Misa kudus di gereja Katolik, saya menganjurkan agar Luigi mempersiapkan diri dulu sebelum mengikuti Misa, agar dapat menghayati Misa Kudus dengan lebih baik. Silakan baca artikel Cara Mempersiapkan diri Menyambut Ekaristi, dan jangan lupa membaca artikel mengenai Ekaristi yang lain yaitu; Sudahkah kita pahami Ekaristi, dan Ekaristi sumber dan puncak kehidupan Kristiani.
Sebenarnya terpenting bagi kita orang Katolik, adalah mengikuti Misa Kudus di dalam Gereja Katolik, dan berpartisipasi aktif di dalamnya; sebab dengan demikian kita memenuhi apa yang menjadi bagian kita sebagai anggota Tubuh Kristus. Dengan ini kita menjalani peran ‘imamat bersama’ yang kita terima di dalam pembaptisan kita. Silakan baca artikel ini, "Sudahkah kita diselamatkan?" Dan oleh Ekaristi, kita sungguh-sungguh dipersatukan dengan Kristus sendiri dan seluruh anggota TubuhNya.
Sebenarnya tidak ada doa yang baku untuk sebelum dan sesudah Komuni, sebab itu adalah saat yang paling intim/ erat antara setiap kita dengan Tuhan Yesus. Sebelum Komuni kita mengharapkan persatuan dengan Tuhan Yesus, sesudah Komuni kita bersyukur, menyembah Dia, dan dapat memohon juga rahmat/ pertolongan Tuhan untuk kehidupan kita selanjutnya.
Contohnya dapat saya sertakan di sini (silakan disesuaikan sendiri, jika perlu):
1) Doa sebelum Komuni:
Datanglah O Tuhan Yesus Penyelamatku, dan kuatkanlah jiwaku dengan Roti Surgawi, yang mengandung segala kebaikan. Mari, puaskanlah kelaparan jiwaku. Datanglah, O Kasih yang berkobar, nyalakanlah di dalm hatiku kasih ilahi.
Datanglah, O Terang Dunia, terangilah kegelapan jiwaku.
Datanglah, O Rajaku, buatlah aku taat kepada kehendak-Mu.
Datanglah, O Penyelamatku, jadikan aku lemah lembut dan rendah hati.
Datanglah, Sang Tabib ilahi, sembuhkanlah tubuhku dan kelemahan jiwaku.
Datanglah, O Gembala yang baik, Engkau Tuhanku, yang menjadi segalanya bagiku, bawalah aku kepadaMu.
Bunda Maria, bantulah aku mempersiapkan hati menyambut Yesus Juru Selamatku. Amin
2) Doa sesudah Komuni:
Tuhan Yesus, selamat datang di hatiku. Mari bantulah aku membuang dari pikiranku segala sesuatu yang tak berkenan kepada-Mu. Aku bersyukur, Engkau mau datang kepadaku dan membawaku ke dalam Hati Kudus-Mu. Aku menyembah Engkau. Terima kasih Tuhan atas karunia-Mu yang terbesar ini! Aku bersyukur sebab Engkau baik, dan kasih setia-Mu tiada berkesudahan. ….***
Kumohon agar aku dapat melewati hari ini bersama-Mu dengan suka cita, melakukan kehendak-Mu.
Dampingilah aku hari ini, sehingga aku siap melayani Engkau dan tidak cepat mengeluh.
Pimpinlah aku dalam segala pembicaraanku hari ini, sehingga jangan sampai aku menjadi kurang mengasihi.
Dalam menghadapi kekecewaan, ajari aku supaya aku dapat bersabar, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang-orang di sekitarku.
Dalam kesusahanku, tolonglah aku untuk dapat memikirkan kepentingan orang lain daripada hanya kepentingan sendiri.
Dalam cobaan yang sedang kuhadapi, pimpinlah aku supaya aku tetap dapat bermurah hati dan setia pada jalan-Mu.
Tuhan Yesus, kupersembahkan segala yang ada padaku: segala kesuksesanku yang adalah milik-Mu, dan kegagalan yang adalah milikku. Aku percaya, Engkau akan selalu menopangku, dan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Damai-Mu ya Tuhan, itu yang kuingini, dan aku berterima kasih sebab Engkau memberikannya kepadaku saat ini.
Kupuji kebaikan-Mu ya Tuhan, Engkaulah Tamu Agung bagi jiwaku. Mari tinggallah di dalamku. **** Amin.
Catatan:
*** silakan ditambah dengan ucapan-ucapan syukur yang lain
**** silakan dilanjutkan dengan doa hening.
Mengenai pertanyaan Luigi tentang akhir hidup kita sebagai manusia, silakan baca, artikel Bersyukurlah ada Api Penyucian! Jika masih ada pertanyaan, silakan bertanya di bawah artikel tersebut.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Ibu Ingrid Yth,
Saya berterima kasih atas penjelasan ibu, untuk informasi saya sebisa mungkin iktu misa harian di gereja St. Dominic , seringnya pagi jam 8 dan kadang2 sore jam 5.30 ,
waktu di Indonesia saya cukup aktif di Kharismatik dan sempat membantu persekutuan doa mudika di Paroki Pulo Mas.
Sebenarnya pertanyaan saya lebih kepada doa yang kita atau pastor ucapkan, seperti Damai Sejahtera yang diberikan Yesus , jangan perhitungkan dosa kami tapi perhatikanlah iman gerejaMu dan restuilah kami …. maaf bu sudah lupa padahal baru 1.5 tahun disini , nah mengenai Damai Sejahtera ini dikupas waktu ikut kebaktian GPdi , justru menguatkan saya bahwa khasanah dalam Misa sebenarnya sangat lengkap kalau kita mendapat penjelasan terutama yang alkitabiah. Terima kasih atas penjelasan ibu sehingga wawasan saya semakin bertambah. Gbu
Shalom Luigi,
Pertama-tama, maaf ya baru sekarang saya dapat menjawab pertanyaan Luigi.
Mari sekarang kita melihat teks Doa syukur Agung II, yang paling umum dipakai di dalam Misa Kudus:
Doa Syukur Agung (umat berlutut)
1) Sungguh kuduslah Engkau, ya Bapa, sumber segala yang kudus.
Maka kami mohon: semoga RohMu menyucikan persembahan ini.
Agar menjadi bagi kami, tubuh dan darah PuteraMu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus.
Pada malam Ia diserahkan, sebelum menderita sengsara dengan rela, Ia mengambil roti, mengucap syukur,
Teks ini mengacu pada Kitab suci yaitu pada Perjamuan terakhir, di mana Yesus mengambil roti dan mengucap berkat dan syukur (Mat 26:26; Luk 22:17; Mrk 14: 22). Imam melaksanakan peran Kristus sendiri yang mengucapkan syukur kepada Bapa, dan oleh kuasa Roh Kudus akan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya.
Tuhan yang adalah sumber kekudusan sesaat lagi akan menguduskan perjamuan roti dan anggur menjadi santapan rohani bagi kita. Dengan demikian, Allah sendiri yang akan mencurahkan rahmat kekudusan-Nya kepada kita yang mengambil bagian di dalam perjamuan surgawi ini.
2) Lalu membagi-bagi roti itu dan memberikannya kepada para murid seraya berkata: Demikian pula sesudah perjamuan Ia mengambil piala. Sekali lagi Ia mengucap syukur, lalu mengedarkan piala itu kepada para murid seraya berkata: "Terimalah dan minumlah!Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, Yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini. Terimalah dan makanlah! Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu…"
Ini adalah perkataan Yesus sendiri dalam Perjamuan Terakhir, seperti yang tertera di dalam gabungan kitab Matius, Markus, Lukas (Mat 26:26- 28; Mrk 14:22-24; Luk 22:19-20). Imam yang telah diurapi oleh Kristus diberi kuasa oleh Kristus sendiri, untuk mengucapkan sabdaNya ini yang berkuasa mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Inilah yang disebutkan sebagai doa konsekrasi. Begitu doa ini selesai diucapkan, mukjizat yang terbesar itu terjadi: yaitu Kristus hadir di tengah-tengah kita dalam rupa roti dan anggur; inilah yang disebut sebagai "Transsubstansiasi". Hakekat roti itu bukan roti lagi, demikian juga anggur itu, melainkan Tubuh dan Darah Kristus, bersama dengan jiwa dan ke-Allahan-Nya, yaitu seluruh Kristus (Konsili Trente:DS 1651, KGK 1374)
Dalam Katekismus Gereja Katolik 1381, St. Thomas Aquinas mengutip St. Sirilus (Cyril) mengenai kebenaran perkataan Yesus dalam Luk 19:22 ini, "jangan ragu-ragu apakah itu benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah Kebenaran, jadi Ia tidak menipu."
Maka pada saat imam mengangkat hosti dan piala anggur, kita memandang kepada hosti dan piala itu, sambil mengatakan dengan iman di dalam hati, "Ya Tuhanku dan Allahku" seperti yang dikatakan oleh Rasul Thomas, saat Kristus menampakkan diri kepadanya setelah kebangkitan-Nya (Luk 20:28). Pada saat yang sama ini kita mengangkat hati dan mempersembahkan segala yang ada pada kita: doa, pujian, syukur, pergumulan, permohonan dst kepada Tuhan. Kurban ini akan turut ‘naik’ bersama dengan kurban Kristus, kepada Allah Bapa.
3) Maklumkanlah misteri iman kita: Tuhan Engkau sudah wafat. Tuhan Engkau kini hidup. Engkau sang Juru Selamat. Datanglah ya Yesus Tuhan. Amin.
Inilah misteri iman yang kita maklumkan, berdasarkan apa yang kita imani. Oleh kuasa Roh Kudus, misteri Paska dihadirkan kembali dalam setiap misa kudus, yaitu: wafat, dan kebangkitan Kristus sambil kita menantikan kedatangan-Nya kembali. Di sinilah Perjamuan Ekaristi menembus ruang dan waktu: wafat, kebangkitan dan kedatangan-Nya kita rayakan sebagai "saat ini", sehingga Perjamuan Ekaristi menjadi "Heaven on Earth." Kita sekarang merayakan kehadiran-Nya secara terselubung (KGK 1404), mengharapkan kedatangan-Nya dalam pemenuhan jaminan kemuliaan yang akan datang di surga (KGK 1402).
4) Maka, sambil mengenangkan wafat dan kebangkitan Kristus, Kami mempersembahkan kepadaMu ya Bapa, roti kehidupan dan piala keselamatan. Kami bersyukur, sebab Engkau menganggap kami layak menghadap Engkau dan berbakti kepadaMu. Kami mohon, agar kami yang menerima tubuh dan darah Kristus, dipersatukan oleh Roh Kudus menjadi umatMu.
Inilah doa umat yang mengenangkan Kristus Sang Roti Hidup (Yoh 6:35); dan piala keselamatan yang berisi darah Perjanjian Baru dan kekal yang akan membangkitkan kita pada akhir zaman (Yoh 6: 54). Maka bersyukurlah kita, yang dianggap-Nya layak untuk menerima rahmat yang tak terbatas ini, yaitu kehidupan kekal (Yoh 6:47). Ayat yang sama ini mengingatkan kita untuk senantiasa hidup dalam pertobatan yang terus menerus, sehingga dapat ‘layak menghadap Tuhan dan berbakti kepada-Nya’.
Oleh santapan rohani ini, kita dipersatukan oleh Roh Kudus dengan Kristus sang Kepala, dan dengan sesama anggota Gereja menjadi Tubuh Kristus. Persatuan kita dengan Kristus ini harusnya menjadikan kita bersatu sebagai umat-Nya, seperti yang menjadi doa Yesus sebelum sengsara-Nya, "Aku berdoa … supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa ada di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau."(Yoh 17:20-21).
5) Ya Bapa, berkatilah GerejaMu yang tersebar di seluruh bumi. Sudilah memupuk cinta kasih persaudaraan umatMu dalam persatuan dengan Bapa Suci (Paus…) dan Bapa Uskup kami (….) serta rohaniwan semuanya.
Di dalam Ekaristi, Gereja juga merayakan kesatuan di bawah pimpinan Bapa Paus, pengganti Rasul Petrus yang ditunjuk oleh Tuhan Yesus sebagai dasar ‘batu karang’ Gereja yang didirikan-Nya (Mat 16:18). Maka di dalam doa ini, kita memohon berkat Allah untuk mengikat kita semua di dalam persatuan dengan Bapa Paus dan para uskup pemimpin Gereja, yang merupakan penerus para Rasul.
6) Catatan: Berikut ini adalah paragraf doa untuk mendoakan jiwa orang yang sudah meninggal (pada Misa arwah)
Selamatkanlah putraMu (putriMu) yang (pada hari ini/telah) Kau panggil menhadap hadiratMu. Dia telah meninggal seperti Kristus; maka perkenankanlah pula ia ikut bangkit bersama Kristus.
Ini adalah doa yang diucapkan untuk medoakan keselamatan jiwa seseorang yang telah dipanggil Tuhan. Perkataan "Dia telah meninggal seperti Kristus" diartikan bahwa ia yang kita doakan telah meninggal dunia seperti Kristus yang telah meninggal dunia (di salib Golgota), dan berdoa agar ia dapat dibangkitkan bersama Kristus.
7) Pada Misa biasa: Selamatkanlah (pula) saudara-saudari kami, kaum beriman, dan semua orang lain yang telah meninggal dunia. Berikanlah istirahat kekal kepada mereka dan kepada semua saudara yang meninggal dalam Kristus. Kasihanilah dan sambutlah mereka dalam pangkuanMu.
Dalam doa ini, kita mengingat saudara-saudari kita yang telah dipanggil Tuhan. Kita berdoa bagi keselamatan jiwa mereka, dan memohon agar Tuhan segera membebaskan mereka dari Api Penyucian sehingga mereka dapat bergabung dalam kemuliaan surgawi. Dengan demikian, di dalam Ekaristi, kita sebagai para anggota Gereja di dunia merayakan persatuan dengan para anggota Gereja yang sedang dimurnikan di Api Penyucian.
8 ) Kami semua mohon belas kasihanMu, ya Bapa. Supaya kami boleh mengambil bagian dalam kebahagiaan abadi, bersama Santa Maria, perawan dan bunda Allah, bersama para rasul dan semua orang kudus, yang hidup dalam cintaMu. Perkenankanlah kami memuji dan memuliakan Dikau.
Melalui doa ini, kita merayakan persekutuan orang kudus. Ekaristi mempersatukan kita sebagai Gereja yang satu dan tidak terpisahkan; antara kita yang masih mengembara di dunia dengan para kudus yang sudah jaya di surga. Maka persatuan kita dengan para kudus (Gereja yang sudah jaya di surga) diteguhkan, dan mereka membawa kita semakin lebih dekat kepada Kristus (KGK 957).
9) Dengan perantaraan Kristus, dan bersama Dia, serta bersatu dalam Roh Kudus, kami menyampaikan kepadaMu, Allah Bapa yang mahakuasa: Segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Doa Doksologi ini menyatakan penutup rangkaian Doa Syukur Agung, dengan pujian kepada Allah Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera, dan Roh Kudus, yang menganggap kita layak untuk mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi-Nya di dalam Ekaristi kudus.
Komuni
[umat berdiri]
1) Doa Bapa Kami [umat berdiri]
Atas pentunjuk Penyelamat kita, dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa:
Bapa kami yang ada di surga dimuliakanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu jadilah kehendakMu, di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Jangan masukkan kami dalam cobaan.
Tapi bebaskan kami dari yang jahat.
Sebab Tuhanlah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya. Amin.
Komuni di awali dengan mengulangi doa yang yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Kita berdoa sebagai satu kesatuan saudara di dalam Tuhan Yesus Kristus, sehingga kita dapat memanggil Allah sebagai "Bapa Kami" (Rom 4:6).
2) Doa Damai [umat berdiri]:
Tuhan Yesus Kristus, janganlah memperhitungkan dosa kami. Tetapi perhatikanlah iman GerejaMu, Dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakMu sebab Engkaulah pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.
Doa ini merupakan permohonan yang sesuai dengan pengajaran Rasul Paulus kepada umat di Filipi, "… Dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan (Flp 2: 1)" sehingga dengan menimba kekuatan dari Kristus sendiri, maka kita dapat memenuhi perintah-Nya untuk hidup rukun bersatu sebagai anggota Tubuh Kristus, "sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Flp 2:2-5)
Dengan melihat kepada Kristus yang merendahkan diri sedemikian bagi kita, kitapun diajak oleh Kristus untuk meniru teladan-Nya yang memberikan diri bagi orang lain. Sehingga di dalam hidup kita bersama dengan orang lain, kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah Bapa!" (Flp 2:6-11).
Kristus adalah teladan kasih dan kerendahan hati bagi kita semua, dan ini sangat nyata di dalam Ekaristi. Sebab bahkan saat Ia telah berada dalam kemuliaan surga, Ia masih tetap menyertai kita, tunduk pada perkataan para imam-Nya, dan hadir kembali di tengah kita dalam rupa roti dan anggur.
3) Salam Damai [umat berdiri]
(Semoga) damai Tuhan kita Yesus Kristus selalu beserta kita. Sekarang dan selama-lamanya. [Imam mengajak umat untuk menyatakan salam damai satu sama lain].
Salam damai ini adalah sebagai kesempatan bagi kita untuk berdamai dengan sesama, sebelum kita mengambil bagian di dalam Perjamuan Tuhan, sesuai dengan perintah Yesus, "… jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untk mempersembahkan persembahan itu" (Mat 5:23-24). Maka, salam damai ini bukan hanya sekedar basa-basi, tetapi merupakan niatan tulus di dalam hati kita untuk mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita; ataupun meminta ampun pada orang yang kita sakiti hatinya. Karena mungkin pada saat itu kita belum dapat bertemu dengan mereka, maka saudara-saudari di sekeliling kita adalah merupakan ‘wakil’ dari seseorang yang perlu kita ajak berdamai tersebut. (Tentu, setelah misa kudus, kita diharapkan dapat mewujudkan niat berdamai tersebut dengan orang yang bersangkutan).
Dengan demikian, maka kita dapat dengan hati lapang mengambil bagian di dalam perjamuan Ekaristi.
4) Pemecahan Roti [Umat berdiri]
Pemecahan roti merupakan Tradisi Suci para Rasul yang telah dilakukan sejak jemaat awal, yaitu, "Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis 2:42).
5) Anakdomba Allah:
Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia kasihanilah kami, Anakdomba Allah yang menghapus dosa dunia kasihanilah kami,
Anakdomba Allah yang menghapus dosa dunia berilah kami damai.
[Umat berlutut]
Ini adalah Doa pujian kepada Kristus, Anak Domba Allah, seperti yang disebutkan dalam Kitab Wahyu 5-7, menggambarkan perjamuan Anak Domba di surga. Kita yang masih berziarah di dunia melihat kepada-Nya memohon belas kasih dan damai-Nya agar kitapun dapat sampai pada pemenuhan janji Penebusan dosa kita di surga. Maka Ekaristi mengarahkan pandangan kita ke surga, surga dan dunia yang baru, dimana tiada lagi air mata kesedihan, dan jaminan kemuliaan yang akan datang dipenuhi (KGK 1402-1405). Lebih lanjut mengenai Ekaristi sebagai Perjamuan Anak Domba, dapat dibaca pada buku karangan Scott Hahn, "The Lamb Supper", yang saya percaya sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
6) Inilah Anakdomba Allah yang menghapus dosa dunia. "Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya. Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya. Tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh."
Doa ini merupakan salah satu doa yang terindah di dalam Alkitab, sebab didasari oleh kerendahan hati dan iman, seperti doa perwira di Kaparnaum (Mat 8:8), yang menurut St. Yohanes Krisostomus, merupakan doa yang serupa dengan doa penyamun yang disalibkan di samping salib Kristus, "Tuhan ingatlah akan aku dalam kerajaan-Mu!" (Luk 23:42; KGK 1386).
7) Komuni dibagikan:
Tubuh Kristus, Amin.
Sebelum dan sesudah komuni, kita dapat berdoa pribadi, seperti yang pernah saya tuliskan pada jawaban saya terdahulu.
Demikian, semoga saya menjawab pertanyaan Luigi. Saya berharap, jika Luigi ikut kebaktian pada hari Minggu untuk menemani istri dan anak-anak, namun pada hari Minggu itu juga, anda tetap mengikuti Perayaan Ekaristi/ Misa Kudus di gereja Katolik.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Pak Stef dan Bu Ingrid, apakah Katolik punya ajaran mengenai “takdir”? Apakah benar bahwa setiap tindakan kita telah ditentukan oleh Allah? Jika demikian, apakah manusia masih mempunyai kebebasan? Jika semua ditentukan oleh Allah, termasuk jika manusia berbuat jahat, tentu manusia tak usah bertanggungjawab atas perbuatannya. Mohon penerangan agar saya bisa menjelaskan pula kepada saudara yang bertanya. Terima kasih. Shalom,
Isa Inigo
Shalom Isa Inigo,
Mengenai takdir, sebenarnya pernah saya tuliskan di sini (silakan klik). Silakan dibaca dulu ya, dan kalau masih ada pertanyaan silakan bertanya lagi.
Pada dasarnya, manusia diberi kehendak bebas oleh Tuhan, maka manusia bukanlah hanya sekedar ‘boneka’ yang menjalani apa yang sudah digariskan/ menjadi takdir. Jadi tidak benar bahwa jika manusia berbuat dosa, itu karena sudah digariskan berbuat dosa, sehingga sesungguhnya ia tidak bersalah. Sebagai akibat dosa asal Adam dan Hawa, maka kita manusia memang memiliki kecenderungan berbuat dosa, namun demikian, Allah juga memberikan rahmat-Nya, sehingga manusia dapat mengalahkan kecenderungan berbuat dosa tersebut. Oleh sakramen Pembaptisan, kita dikaruniai rahmat untuk meninggalkan dosa, dan hidup di dalam Roh Kudus, untuk menjalankan perintah-perintah Allah. Kemudian oleh rahmat Tuhan yang kita terima terus menerus, terutama di dalam Ekaristi, kita dimampukan untuk hidup seturut kehendak Allah. Jadi, dengan demikian kita bukan hamba dosa lagi, melainkan kita "telah dimerdekakan Allah dari dosa menjadi hamba kebenaran" (lihat. Rom 6:17-18). Maka harus bertanggung jawab atas perbuatan kita, apakah perbuatan kita tersebut berdasarkan kebenaran atau tidak. Sebab di akhir nanti, kita semua akan diadili oleh Tuhan, sesuai dengan perbuatan kita (lihat 1 Pet 1:17). Artinya, kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan Tuhan. Dengan demikian kita mengetahui bahwa tidak mungkin Tuhan menakdirkan seseorang untuk berbuat jahat, karena justru sebaliknya, jika kita berbuat jahat, maka Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab pertanyaan Isa Inigo.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Halo buat Stef dan Inggrid beserta team
Saya mohon pencerahan, doa singkat apa yag harus diucapkan dalam hati ? Ketika :
1.Senior dan pengurus lingkungan sering bertindak arogan dan membodohi
warga (KKN) bahkan korupsi / menghamburkan dana lingkungan dengan alasan untuk Tuhan Yesus, misal : pesta dan membuat buku, beli patung / amal dsb nya. tentunya dengan segala alasan dan sering tanpa pertanggung jawab secara adminisrasi ( kan untuk Yesus ? )
2.Mereka hanya ingin eksis/terkenal tetapi bagaikan ‘orang Parisi’
tang enggan / terpaksa melayani warga yang secara ekonomi tidak mampu dan tidak terpandang
serta memprokalimirkan diri bahwa imannya sudah sangat mendalam
3.Mencari selamat / cuci tangan bila ada masalah dan memojokkan warga / pengurus lain yang tidak sejalan ‘se gank’ serta membalikkan fakta dengan cara seolah lembut dan bijaksana walaupun
penuh dengan kedustaan didepan warga.
4.Meminta sumbangan ke donatur yang mampu tetapi tidak transparan
Doa apa yang harus saya ucapkan ketika berhadapan agar mereka “sedikit/banyak” sadar(tidak munafik)?
Terimakasih dan Berkat Tuhan
Shalom juga buat Gendut,
Memang dalam pelayanan di manapun atau dalam jenis pelayanan apa saja, maka kita akan menghadapi sesuatu yang seringkali tidak sesuai dengan pendapat dan keinginan kita, atau malah bertentangan dengan kasih. Jadi ada beberapa hal praktis yang mungkin dapat dilakukan.
1) Kalau bertentangan dengan pendapat kita, jangan dengan cepat kita menghakimi orang lain, karena belum tentu pendapat kita yang benar. Dan mungkin saja perbedaan bukan bersifat prinsip, namun bersifat cara pelaksanaan yang berbeda.
2) Kalau bertentangan dengan kasih, maka itu yang benar-benar harus didiskusikan, karena pelayanan tidak bersumber kepada kasih kepada Tuhan tidak akan bertahan lama. Tinggal tunggu waktu, suatu saat akan bentrok, dan kemudian bubar.
Jadi dalam kasus pelayanan di lingkungan yang mungkin kurang mencerminkan kasih Kristus, entah dalam bentuk: tidak membaur dengan semua, kurang mempertanggungjawabkan keuangan secara transparan, seperti orang farisi, dll., apa yang harus kita lakukan?
1) Kalau kita sebagai anggota lingkungan atau mungkin menjadi pengurus, maka kita mungkin harus mengenal mereka lebih baik, sehingga kita mengetahui apakah dasar dari tindakan para pengurus lingkungan melakukan hal-hal yang kita pandang kurang baik. Dan kemudian mendiskusikannya dengan dasar kasih. Akan lebih baik, kalau Gendut juga menawarkan diri untuk membantu membuat laporan keuangan, atau mungkin melakukan rencana kerja, dll. Kalau mereka tidak dapat menerimanya, minimal Gendut telah menjalankan bagian Gendut. Dan kalau benar-benar pengurus melanggar hukum kasih sehingga merugikan orang banyak dalam hal ini umat di lingkungan tersebut, dan setelah diskusi tetap juga tidak berubah, maka Gendut dapat membawa masalah ini kepada Pastor Paroki. Diskusikan dengan Pastor, bagaimana sebaiknya memecahkan permasalahan ini. Hal ini dilakukan karena kebaikan bersama lebih tinggi derajatnya dibandingkan kebaikan pribadi.
2) Bawa orang-orang tersebut dalam doa baik dalam doa harian atau juga dalam hati diucapkan kalau bertemu dengan mereka, karena kita tidak dapat "merubah hati", hanya Tuhan yang mampu melakukannya. Dan kita juga harus berdoa bukan hanya untuk mereka agar mempunyai hati seorang pelayan Tuhan yang penuh kasih, namun juga untuk kita sendiri agar kita dapat menyampaikan kebenaran dengan penuh kasih dan juga agar kita juga diberikan hati sebagai seorang pelayan. Tidak ada rumusan doa tertentu, yang penting doa harus mengalir dari kasih. Kalau di dalam Alkitab dikatakan bahwa "doa orang benar besar kuasanya (Yak 5:16)", maka hal itu dikarenakan orang benar mendoakan segala sesuatu dengan kasih. Dan kalau Tuhan adalah kasih dan kasih mengatasi segalanya, maka doanya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Akhirnya, saya ingin mengutip dari yang terberkati ibu Teresa dari Kalkuta tentang pelayanan.
Semoga sharing di atas dapat membantu Gendut untuk melakukan pelayanan bersama-sama dengan pengurus lingkungan, sehingga lingkungan tersebut dipenuhi dengan semangat kasih.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
stef
Salam damai dalam Yesus Kristus
Terima kasih atas pencerahannya dan semoga bagi lingkungan saya rukun dan berkembang
Semoga Bait Allah pada Hati dan Iman saya tidak memperdagangkan atas nama Yesus untuk kepentingan pribadi didalam pelayanan kepada warga lingkungan
Banyaknya ‘batu sandungan’ menjadikan saya lebih mawas diri didalam Iman Katolik dan Apostolik
Mohon doa dan salam kasih
sudah mau selesai bulan rosario. Saya ikut doa rosario tapi rosario saya belum diberkati pastor. itu gimana?. Terus terang saya tidak bermaksud mencari ‘pahala’ atau apapun. hanya saja saya ingin apa ada efek selain dari kesungguhan doa pada Bunda Kudus kita. kebetulan ini lagi bulan rosario. apakah rosario yg belum diberkati pastor bisa dipakai?. apa bedanya?
trims
Shalom Ali,
Terimakasih atas pertanyaannya, dan juga kerinduannya untuk berdoa rosario. Berkat dari pastor untuk barang-barang keagamaan adalah merupakan sakramental, yang berbeda dengan sakramen.
1) Sakramen didirikan oleh Yesus sendiri dan berkat dari sakramen mengalir sejauh sakramen tersebut dijalankan sesuai dengan ritual yang telah ditentukan (kita mengenal ada tujuh sakramen). Sedangkan sakramental diberikan oleh Gereja, dimana berkat yang mengalir tergantung dari disposisi hati orang yang menerimanya.
2) Jadi inti dari pemberkatan barang-barang keagamaan, termasuk rosario adalah untuk mengingatkan yang memakai, bahwa barang-barang tersebut telah dikuduskan, sehingga kita diingatkan senantiasa untuk hidup dalam kekudusan. Seperti rosario, mengingatkan kita untuk hidup kudus dengan cara berdoa bersama dengan Bunda Maria, sehingga Bunda Maria dapat mengantar kita lebih dekat kepada Putera-Nya dan semakin mengasihi Putera-Nya.
Dengan dasar tersebut, Ali tentu saja dapat memakai rosario yang belum diberkati. Yang penting dalam hal ini adalah disposisi hati. Sejauh kita berdoa dengan doa yang berfokus pada Yesus, maka tentu saja Tuhan berkenan. Nanti kalau ada kesempatan, Ali dapat minta pastor untuk memberkati rosario Ali, sehingga semakin mengingatkan Ali akan kehadiran Tuhan.
Semoga di bulan Rosario ini, Bunda Maria menuntun Ali terus menerus, sampai kepada pembaptisan, sehingga Ali juga dapat menjadi puteranya.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Saya mau tanya, berhubung bln october ini kan bulan Maria ya?
Trus kalo saya mo doa rosario itu harus 1 bln penuh atau gimana ya?
Terima kasih.
felix
Shalom Felix,
Terima kasih untuk pertanyaannya.
Memang bulan Oktober adalah bulan Maria. Kalau kita berdoa Rosario, bukan hanya pada hari-hari tertentu saja di bulan Oktober, melainkan setiap hari di bulan Oktober, dan terus dilanjutkan sehingga Rosary dapat menjadi bagian doa kita setiap hari. Dengan kita berdoa Rosario, kita tidak berdoa kepada Bunda Maria, namun berdoa BERSAMA Bunda Maria. Bunda Maria akan membawa kita lebih dekat kepada Putera-Nya.
1) Paus Yohanes Paulus ke-2 mengatakan bahwa Rosario adalah sebuah cara untuk kontemplasi wajah Kristus, melihat Dia dengan mata Bunda Maria, sehingga kita dapat lebih mengenal dan mengasihi Yesus. Lebih lanjut Paus Yohanes Paulus ke-2 menekankan pentingnya berdoa Rosario, baik secara pribadi, keluarga, atau dalam komunitas. (Paus Yohanes Paulus ke-2, Angelus, 29 Juni 2002).
2) Paus Benediktus XVIII dalam pesan Angelus 2 Okt 2005 mengatakan bahwa bulan Oktober didedikasikan untuk Rosario Kudus, sebuah kontemplasi yang khusus dimana, dituntun oleh Bunda Allah, kita memusatkan perhatiaan kita kepada wajah Penyelamat kita sehingga kita dapat mengikuti kegembiraan, terang, kesedihan, dan kemuliaan Yesus.
3) Dan kalau kita membaca cerita santa dan santo, semuanya begitu dekat dengan Bunda Maria. Santo Padre Pio mengatakan bahwa Rosary adalah senjata untuk melawan setan.
Semoga keterangan tersebut dapat menjawab pertanyaan Felix. Mari kita bersama-sama mengasihi Bunda Maria, sehingga kita akan dituntunnya untuk lebih dekat kepada Yesus.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Hi,
3 hari saya tidak kunjungi web ini karena keterbatasan media. Puji Tuhan, akhirnya pagi ini saya bisa baca lagi spt biasa.
“APAKAH BERDOA ITU PERCUMA” adalah artikel yang paling sering saya baca, bukan apa2, tapi sulit sekali mencerna dan tepatnya menerima penjelasan dalam artikel ini. Ada doa yang selalu saya ucapkan selama bertahun-tahun. Memang sih, tidak setiap saat saya mendaraskannya. Saya cukup ngotot -mungkin kalau dibaca secara positif : ‘cukup tekun’- mendoakan permohonan tsb. Bertahun-tahun saya doakan, tapi saya merasa tidak terkabul dan sampai saatnya saya putus asa lalu katakan, “Tuhan, terserah deh, Tuhan mau apakah permohonan saya itu. Saya ga mau lagi doakan, dan saya mau lupakan saja permohonan itu. Terserah sama Tuhan….”. Perasaan saya waktu itu sama porsinya : 50% kesel dan cape, 50% lagi sudahlah ini memang yang Tuhan kehendaki dan sudah takdir. Dan sejak saat itu lebih 3-4thn saya tidak pernah lagi singgung doa itu (yang sebenernya menurut saya sangat penting untuk terjadi dalam kehidupan saya!). Jujur saja, saya frustasi dan berusaha untuk mendamaikan diri agar tidak lagi mendoakan permohonan tsb karena sudah menjadi kehendak Tuhan untuk terjadi dalam hidup saya. Doa saya jadi berubah, menjadi : Tuhan kuatkan saya untuk tetap kuat menjalani garis hidup saya dalam nama Yesus.
Ternyata saat ini saya sampa ke ‘phase’ yang lain. Bolak balik saya baca artikel tentang DOA ini. Berusaha mencerna dan saya mulai lagi doakan permohonan saya yang lalu. Saya kutip doa Stef : Dalam segala kelemahanku, bantulah aku ya Tuhan agar aku dapat mempunyai hati yang kudus, sehingga Engkau dapat meraja dalam hatiku. Tuhan, ubahlah hatiku walaupun aku belum siap. Bantulah agar aku dapat menyesuaikan segala pikiran, keinginan, dan perbuatanku sesuai dengan kehendak-Mu. Berikan aku kekuatan agar aku dapat menjadi seorang pendoa yang benar”
Terimakasih Stef/Ing untuk pelayanannya. Tuhan berkati pelayanan Anda, dan kiranya berkat itu mengalir juga untuk para pembaca serta memulihkan dari beban-beban yang berat. Amin.
Shalom Nicola,
Dalam doa, kembali kita harus percaya bahwa Tuhan mengasihi kita lebih daripada semua orang di dunia ini mengasihi kita. Ini berarti bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita. Bagi Tuhan yang terbaik adalah untuk menuju tujuan akhir, yaitu bersatu dengan Tuhan dalam kehidupan kekal. Semua hal yang lain adalah untuk menunjang tujuan ini. Kita boleh terus berdoa tentang suatu hal, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dalam pencapaian tujuan akhir, yaitu Tuhan.
Tuhan pasti akan mendengarkan kita. Dia dapat memberikan jawaban di luar pemikiran kita, namun kita harus percaya bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Tuhan (Rom 8:28).
Mari kita bersama-sama bertekun di salam doa, sehingga kita akan terus dibentuk menurut kehendak-Nya.
Doa kami menyertai Nicola dan keluarga,
stef & ing (www.katolisitas.org)
sekedar ingin share pengalaman yang baru saja saya alami.
Kemarin keluarga saya merayakan ulang tahun keponakan saya yang ke 2. banyak diantara kami memberikan kado, lalu di akhir acara, kami buka kadonya bersama-sama.. teryanta banyak diantaranya berisi baju-baju cantik, sepatu, dan sandal cantik.. kami yang dewasa senang karena keponakan kami akan terlihat cantik setiap hari, tapi keponakan kami yang masih berusia 2 tahun itu tampaknya cuek-cuek saja dan bahkan tidak menggubrisnya. lalu pada suatu obrolan, ibunya mengatakan: “kayla suka diberi mainan gambar upin-ipin yang dari kertas itu lho..”. yah, ada sedikit rasa kecewa kami karena sudah dibelikan dengan harga yang cukup mahal tapi anak tersebut tidak menyukainya. tapi dipihak lain ibunya justru senang sekali melihat kado-kado yang diberikan sodara-sodaranya. karena dia tau bahwa itu lebih berguna dan lebih berharga.
dari sisi lain, saya melihat kejadian tersebut mungkin bisa menjadi analogi tentang perasaan Tuhan ketika memberi anak kesanyangannya dengan hal-hal yang terbaik, namun manusia (seperti anak dimata Tuhan) yang penuh keterbatasan kesombongan tidak percaya Ke -MAHA kasih-an dan ke MAHA tahu-anTuhan mengeluh dan menuntut.
pertanyaannya : sejak kapan manusia tahu akan apa yang sesungguhnya dibutuhkannya, sementara detik berikutnyapun kita tidak pernah mengetahuai apa yang akan terjadi?
Maka dari itu Tuhan mengajak kita untuk percaya dan meng-imaniNya, karena Dia sungguh mengasihi kita. amin
salam damai kasih Tuhan
Tuhan beserta Kita, Selalu!
Comments are closed.