Jangan bertanya tentang agama kepada orang lain … itu tabu

Pada waktu saya tinggal di Amerika, suatu saat sepupu saya mengatakan bahwa ada beberapa hal yang tidak boleh ditanyakan jika bertemu dengan orang di Amerika, seperti umur, status, dan juga termasuk agama. Sepanjang pengetahuan saya, pertanyaan “apakah agama-mu” adalah merupakan pertanyaan yang jamak dan lazim di Indonesia, apalagi negara Indonesia berdasarkan Pancasila, dimana sila pertama adalah “Ke-Tuhanan yang Maha Esa.”. Setelah saya pikir-pikir, orang di Amerika dan mungkin di negara yang lain tidak begitu senang kalau ditanya tentang agama mereka, karena itu adalah masalah yang pribadi. Kedua, ada kemungkinan mereka sebetulnya bisa mengatakan saya tidak beragama. ((Mungkin juga ketidaknyamanan mereka akan pertanyaan ini sebetulnya membuktikan bahwa masalah agama adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan juga membuktikan bahwa mereka merasakan ada sesuatu yang salah. Kalau mereka merasa tidak salah, sebetulnya tidak usah mereka merasa tidak enak.))  “Tidak beragama” mulai melanda banyak negara maju, sejalan dengan perkembangan teknologi dan ekonomi, dimana banyak orang merasa tidak membutuhkan Tuhan. Juga di negara komunis, agama disebut “candu masyarakat.” ((Lenin Vladimir dalam bukunya “Socialism and Related Systems” mengatakan bahwa agama adalah merupakan candu bagi masyarakat. ((Lenin Vladimir dalam bukunya “Socialism and Related Systems” mengatakan bahwa agama adalah merupakan candu bagi masyarakat.))

Dalam artikel ini akan dicoba untuk menjawab pertanyaan yang begitu mendasar, yaitu “mengapa kita musti percaya kepada Tuhan? Dan kalau kita percaya, Tuhan yang mana yang harus kita percayai? Apakah banyak tuhan ataukah Tuhan yang esa?…. Mungkin ada banyak orang di Indonesia yang tidak pernah terlintas untuk memikirkan atau mencoba untuk menjawab pertanyaan ini. Hal ini disebabkan karena agama sudah mendarah daging di dalam masyarakat Indonesia. Untuk mempertanyakan hal ini kepada orang tua, mungkin ada rasa jengah. Bertanya kepada guru atau pastor, takut dikira tidak punya iman. Namun pertanyaan mendasar seperti ini patut diberikan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan, karena manusia pada dasarnya mempunyai kodrat untuk “ingin tahu“.

Membuktikan keberadaan Tuhan dengan dasar filosofi dari St. Thomas Aquinas.

Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana dengan menggunakan akal budi – melalui pendekatan filosofi ((lih. KGK, 47, 286; cf. Vatican Council I, can. 2, § 1: DS 3026.)) – dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan kepada Tuhan yang satu adalah kepercayaan yang sangat logis. Sebaliknya, kalau seseorang tidak percaya akan Tuhan yang satu, bisa dibilang bahwa itu melawan akal budi. ((Pendekatan yang logis ini berdasarkan “self-evidence principle” atau prinsip kebenaran yang tidak perlu dibuktikan, seperti: suatu akibat terjadi karena suatu sebab (causality). Kita tidak perlu membuktikan apakah “causality” adalah suatu prinsip yang benar, karena ini sudah menjadi bagian dari acuan berfikir yang bersifat umum atau “universal” yang menjadi dasar kebenaran untuk diterapkan kepada semua prinsip yang lain. Sebagai contoh, kita tidak perlu membuktikan bahwa lingkaran itu adalah bulat.))  Tidak ada pertentangan antara iman dan akal budi. Teologi sendiri dapat didefinisikan sebagai “iman yang mencari pengertian atau faith seeking understanding.” ((Motto dari St. Anselmus adalah “faith seeking understanding/ iman yang mencari pengertian (fides quaerens intellectum). Banyak orang yang mengatakan bahwa iman jangan digabungkan dengan filosofi atau akal, nanti jadi rancu dan tidak murni. Ini adalah pendapat yang salah, karena iman dan akal budi berasal dari sumber yang sama. Kalau keduanya berasal dari sumber yang sama, maka keduanya tidak mungkin bertentangan satu sama lain. Memang akal budi hanya dapat menjangkau tingkat tertentu. Dengan akal budi, manusia dapat membuktikan bahwa Tuhan itu ada, Tuhan itu satu, Tuhan itu baik dan kekal, dll. Namun ada banyak hal yang tidak mungkin juga dicapai oleh akal budi, namun perlu Tuhan sendiri yang memberikan wahyu-Nya kepada manusia, seperti: Trinitas, inkarnasi, sakrament, keselamatan, dll. Pada saat itulah akal budi harus bekerjasama dengan iman. Iman tanpa menggunakan akal budi akan menjadikan seseorang terlalu fanatik (fideism). Sebaliknya akal budi tanpa iman akan membuat orang mengarah kepada hal yang salah dan tersesat. Kita bisa melihat bahwa banyak sekali filsuf yang pada akhirnya tidak percaya kepada Tuhan. Dalam Gereja Katolik, sintesis dari kedua hal ini ditunjukkan oleh banyak dokumen Gereja (sebagai contoh: ensiklik dari Paus Yohanes Paulus II – “fides et ratio” atau hubungan antara iman dan pemikiran . Karya yang begitu indah dalam sintesis kedua hal ini adalah “Summa Theology” dari St. Thomas Aquinas.)) Paus Yohanes Paulus II berkata “akal budi dan iman adalah seperti dua sayap dimana roh manusia naik untuk mencapai kontemplasi kebenaran.” ((John Paul II, Encyclical Letter on the Relationship between Faith and Reason: Fides et Ratio, 1st ed. (Pauline Books & Media, 1998), p. 7 – Di sini Paus Yohanes Paulus mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara akal budi dan iman, karena keduanya datang dari sumber yang sama, yaitu Tuhan.))  Akal budi ini sudah menjadi bagian integral manusia, yang mempunyai kapasitas untuk menginginkan pencapaian suatu kebenaran. ((KGK, 31,32)) Untuk membuktikan kebenaran akan eksistensi dari Tuhan, maka St. Thomas Aquinas di dalam bukunya “Summa Theology,” ((St. Thomas Aquinas,  ST, I, q.2., a.3.)) memberikan lima metode, yang terdiri dari: 1) prinsip pergerakan, 2) prinsip sebab akibat, 3) ketidakkekalan dan kekekalan, 4) derajat kesempurnaan, dan 5) desain dunia ini.

Bukti 1: Prinsip pergerakan.

Mari sekarang kita meneliti pembuktian pertama, yaitu dari pergerakan. ((Prinsip ini mengatakan bahwa semua yang bergerak atau berubah dikarenakan oleh sesuatu. Juga bisa dikatakan bahwa sesuatu yang berubah dari potensi ke sesuatu yang nyata digerakkan oleh sesuatu yang sudah dalam keadaan nyata.)) St. Thomas mengambil contoh dari pergerakan, karena pergerakan terjadi dimana saja, kapan saja, dan bisa diamati dalam kejadian sehari-hari. Sebagai contoh, pada waktu mobil saya mogok, tetap bisa bergerak karena mobil saya ditarik oleh mobil derek. Namun mobil derek ini bisa bergerak karena adanya koordinasi sistem mesin yang begitu rumit. Walaupun demikian, mobil tidak akan bergerak, kalau tidak ada tangan manusia yang memasukkan kunci dan “menstarter” mobil itu. Tangan digerakkan oleh sistem kerja tubuh yang melibatkan miliaran sel, dimana dikoordinasikan oleh otak. Namun siapa yang menggerakkan otak? Karena ada kehidupan, ada jiwa yang tinggal di dalam tubuh manusia. Siapa yang membuat kehidupan dan jiwa tetap bertahan… dan seterusnya, sampai ada suatu titik, kita dapat mengambil kesimpulan ada “unmoved mover” atau penggerak yang tidak digerakkan oleh yang lain, karena Dia adalah sumber dari pergerakan itu. Sumber pergerakan inilah yang dinamakan “Tuhan”.

Bukti 2: Prinsip sebab akibat.

Pembuktian ke dua adalah dari “Prinsip sebab akibat.” Semua orang di dunia ini tahu kalau sesuatu terjadi dikarenakan oleh sesuatu. Prinsip ini begitu sederhana, sehingga bayipun dapat menerapkan prinsip ini. Bayi tahu kalau dia lapar, maka dia akan menangis. Dia tahu bahwa tangisannya akan menyebabkan ibunya datang dan kemudian menyusui dia. Ibu ini mau menyusui anaknya, walaupun kadang terjadi pagi-pagi buta, karena dia menyayangi anaknya. Dia sayang, karena anak itu lahir dari rahimnya, dan terjadi karena buah kasih sayang dengan suaminya. Komitmen untuk membentuk rumah tangga dikarenakan keinginan untuk mendapatkan kebahagian. Dan kebahagiaan, kalau ditelusuri terus-menerus akan sampai pada suatu titik, yang disebabkan oleh “uncaused cause” atau penyebab yang tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Sumber dari penyebab inilah yang disebut orang “Tuhan“.

Dari pembuktian pertama dan kedua, orang bisa mengatakan bahwa “tapi sesuatu bisa terjadi tanpa batas“. Namun keberatan ini dapat disanggah dengan membagi semua pergerakan dan semua sebab akibat menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah “saat ini (current movement/change).” Bagian ke dua adalah deretan yang terhingga dari gerak dan sebab, atau yang disebut “bagian tengah / inter-mediate cause(s)“. Dan kemudian bagian yang terakhir adalah “bagian awal / first mover / causel“. Nah, bagian awal inilah yang disebut “Tuhan, Sang Alfa.”

Bukti 3: Dari prinsip ketidakkekalan dan kekekalan.

Kemudian pembuktian yang ketiga adalah “dari mahluk yang bersifat sementara (contingent beings) dan yang kekal (necessary beings)“. Di dunia ini, tidak mungkin semuanya bersifat sementara, karena kalau demikian maka ada suatu waktu semuanya akan lenyap. Bayangkan orang tua kita cuma hidup sekitar 80 tahun. Terus kakek kita mungkin 90 tahun. Kakek dari kakek kita mungkin 100 tahun. Mau berapa panjang usia nenek moyang kita, mereka toh pada akhirnya telah meninggal. Jika ditelusuri terus, maka garis keturunan kita akan sampai pada manusia pertama. Pertanyaannya adalah, bagaimana manusia pertama itu bisa ada dan hidup? Tidak mungkin dia terjadi begitu saja dari ketidak-adaan. Sebab sesuatu yang tidak ada tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang ada/nyata. Jadi disimpulkan bahwa kalau semua mahluk tidak kekal, maka harus ada “Mahluk lain” yang keberadaannya kekal ((Sesuatu yang kekal dapat dibagi menjadi dua, yaitu kekekalan yang didapat karena yang lain, sebagai contoh: jiwa manusia, para malaikat – setelah mereka diciptakan, maka mereka menjadi kekal. Kekekalan yang kedua adalah kekekalan yang tidak tergantung dari yang lain, dan ini hanya ada satu, yaitu Tuhan.)) dan tidak mungkin hilang. KekekalanNya membuat mahluk yang tidak kekal terus bertahan dan memenuhi bumi, sehingga kehidupan tidak punah. Kekekalan yang tidak disebabkan oleh yang lain inilah yang disebut “Tuhan, Sang Kekal.” ((Untuk menyanggah keberadaan Tuhan sebagai “unmoved mover” dan “uncaused cause” adalah tidak mendasar, karena itu berarti, kita harus berasumsi bahwa sesuatu di dunia ini terjadi tanpa ada penyebabnya. Dan asumsi ini berlawan dengan prinsip utama (self-evidence principle), yaitu prinsip sebab akibat (causality).))

Bukti 4: Derajat kesempurnaan.

Pembuktian ke empat adalah dari sisi “derajat kesempurnaan.” Kalau kita amati, semua yang ada di dunia ini ada tingkatannya. Ada yang miskin, kaya, konglomerat. Kasih, kebajikan, kebaikan, keindahan, kebenaran, semuanya ada tingkatannya. Peribahasa “kasih anak sepanjang galah dan kasih ibu sepanjang jalan,” secara tidak langung menunjukkan ada tingkatan dan derajat kasih. Jadi, kalau semua ada tingkatannya, tentu ada yang paling tinggi tingkat kesempurnaanya. Jadi, semua tingkatan berpartisipasi dalam sesuatu yang tingkatannya paling tinggi. Sebagai contoh, kalau kita menaruh besi di dalam api, maka besi itu menjadi panas. Namun panasnya besi bukan karena akibat dari besi itu sendiri, melainkan karena partisipasi besi itu dalam api.

Contoh di atas membuka suatu prinsip yang sangat penting, yaitu “seseorang atau sesuatu tidak dapat memberi apa yang dia tidak punya.” Air dingin tidak bisa membuat besi menjadi panas, karena air dingin tidak mempunyai sifat panas. Semua yang ada di dunia ini tidaklah sempurna, namun semuanya ada karena partisipasi dalam sesuatu yang tingkatannya paling tinggi, dan yang tingkatannya paling tinggi inilah yang di sebut “Tuhan, Sang Maha Sempurna.”

Bukti 5: Dari desain dunia ini dan tujuan akhir.

Pembuktian yang terakhir adalah dari sisi “desain dunia ini dan tujuan akhir“. Ini adalah sesuatu yang dapat dibuktikan di dalam hidup kita sehari-hari. Kita setiap hari melihat jalan setapak, jalan raya, dan juga jalan layang. Apakah mungkin kalau kita mengatakan bahwa jalan itu memang ada dengan sendirinya, tanpa ada yang mendesain dan membangun. Bagaimana dengan desain rumah, desain tata kota, dll. Semua terjadi karena ada yang mendesain dan tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Kalau kita percaya bahwa rumah kita tidak terjadi dengan sendirinya, namun didesain oleh diri sendiri atau seorang arsitek, apakah kita dapat menyangkal bumi ini, sistem grafitasi, dan juga sistem tata surya terjadi dengan sendirinya? Apakah mungkin kita berpendapat bahwa pergerakan planet-planet dan bintang-bintang, yang semuanya berjalan dengan keharmonisan tertentu dikarenakan karena faktor kebetulan? Desain alam semesta ini jauh lebih rumit daripada desain rumah kita. Kalau kita percaya akan arsitek yang mendesain rumah kita, maka kita harus percaya bahwa ada arsitek tata surya ini, yaitu Tuhan. Kalau kita lebih percaya bahwa semuanya terjadi secara kebetulan, maka ini adalah argumen yang tidak mungkin, karena kemungkinan bahwa semua itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang mengatur adalah bisa dibilang “tidak mungkin.” Sama halnya seperti kalau kita bilang bahwa rumah saya terjadi secara kebetulan tanpa ada yang merencanakan dan menbangunnya.

Bagaimana dengan mahluk yang tidak berakal budi, seperti tumbuhan dan binatang. Mereka mempunyai suatu pola dalam hidup mereka. Siapa yang mengatur kehidupan mereka? Hukum alam? Namun siapa yang mengatur hukum alam? Hanya mahluk rasional yang mungkin mengatur sesuatu yang punya aturan tertentu dan menuju ke suatu tujuan tertentu.

Contoh lain adalah gravitasi bumi, dan pergerakan tata surya yang mempunyai nilai tertentu dan tetap sepanjang sejarah. Jika nilai- nilai tersebut berubah sedikit saja, maka kacaulah segala planet di tata surya ini. Maka jelaslah bahwa semua yang bergerak dan beroperasi menurut urutan tertentu akan bergerak untuk mencapai tujuan akhir. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada “Mahluk Rasional” yang memelihara dan mengarahkan semua yang ada di alam ini ke tujuan akhir. Inilah yang disebut “Tuhan, Sang Omega.” Dengan demikian lebih logis dan lebih mungkin, kalau kita percaya bahwa ada sesuatu yang mengatur sistem alam semesta, yaitu Tuhan Sang Pencipta.

Kemudian, variasi dari demonstrasi ke lima ini adalah dari sisi “aturan moral.” Kalau di atas kita melihat bagaimana Tuhan mengatur mahluk yang tidak berakal budi dengan “hukum alam“, maka berikut ini adalah demontrasi yang menunjukkan bahwa Tuhan juga mengatur mahluk yang berakal budi, yaitu manusia melalui “hukum moral.” Kalau kita teliti lebih jauh, manusia dengan latar belakang, kebangsaan, suku, ras yang berbeda, diatur oleh suatu hukum yang dinamakan hukum moral yang secara alami tertulis di dalam hati nurani manusia. ((Rasul Paulus mengatakan di Rom 2:15 “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.”)) Hukum moral inilah yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dengan yang jahat. Hukum ini bersifat obyektif, dan mengikat manusia secara universal. Kita bisa melihat bagaimana aturan baku di semua negara: anak harus menghormati orang tua, seorang ibu mengasihi anaknya, seseorang akan merasa tidak enak hati kalau membalas kebaikan dengan kejahatan, dll. Kalau orang melawan hukum universal ini, maka dia sebenarnya melawan hati nuraninya sendiri.

Kata “hukum atau aturan” pada dasarnya adalah sesuatu yang terjadi karena tuntutan akal (dictate of reason) yang dibuat untuk kepentingan umum oleh seseorang yang mempunyai otoritas. Misalnya, kalau peraturan lalu lintas adalah peraturan dengan alasan yang logis untuk keselamatan pengendara, yang dibuat oleh pihak kepolisian lalu lintas. Dengan menerapkan prinsip “sebab akibat“, kita tahu bahwa hukum moral yang tertulis di setiap hati nurani manusia tidaklah terjadi dengan sendirinya, namun diberikan oleh Sang Pemberi Hukum yaitu: “Tuhan, Sang Maha Adil.” Jadi hukum moral ini juga dapat membuktikan keberadaan Tuhan, yang memberikan aturan yang tertulis di dalam hati manusia untuk kepentingan umum.

Ok. Sekarang saya percaya kepada Tuhan, tapi satu Tuhan atau banyak tuhan?

Dari lima pembuktian ini, mungkin ada orang yang mengatakan. Ok, saya percaya ada Tuhan, tapi saya juga percaya ada banyak tuhan. Untuk menjawab hal ini, kita melihat pada pembuktian ke-empat, yang menujukkan tidaklah mungkin kalau ada banyak tuhan, karena kalau banyak, pasti yang satu lebih atau kurang dari yang lain. Padahal, kalau Tuhan itu adalah “Maha secara absolut”, maka hanya dapat disimpulkan bahwa “Tuhan itu adalah Satu atau Esa“.

Keputusan untuk percaya kepada Tuhan yang Satu adalah keputusan yang paling logis.

Dari semua pembuktian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa lebih logis kalau kita percaya Tuhan daripada sebaliknya. Kelogisan ini berlanjut dengan kepercayaan kita kepada Tuhan yang Satu dan Kekal. Jadi sebenarnya dapat dikatakan bahwa dasar pertama dari Pancasila – keTuhanan yang Maha Esa – adalah sangat logis dan mendasar. Di dalam tulisan yang akan datang, kita akan menelusuri lebih jauh tentang siapa Tuhan yang Satu itu. Dan pertanyaan itu akan mengarah kepada “Yesus Kristus, Sang Sabda Kehidupan “.

28 COMMENTS

  1. Shalom, Bapak/Ibu Thay

    Saya hendak sedikit sharing, dan juga mohon konfirmasi logika tentang eksistensi Tuhan. Saya mendapatkan logika ini dari hasil membaca site di internet (sayangnya saya lupa alamatnya) beberapa tahun yang lalu. Berikut;

    Abjad latin terdiri dari 26 huruf (A-Z). Jika masing-masing abjad dituliskan pada selembar kertas kecil, maka terdapat 26 lembar. Seandainya 26 lembar tadi kita kocok (seperti mengocok kartu poker) dan kita urutkan dari kiri ke kanan, maka peluang 26 lembar tadi bisa urut A, B, C, D, … Z adalah :
    1 banding 26 pangkat 26 = 1 banding 6.1561196e+36
    (jangan tanya saya itu rumusnya benar atau tidak. saya bahkan tidak tahu kenapa ada huruf ‘e’ di dalam hasil 26 pangkat 26. hahaha)

    Maksud dari perumpamaan matematika sederhana diatas sebenarnya hanyalah contoh, betapa kecilnya peluang keteraturan yang akan terjadi, jika tidak ada yang mengatur. Lalu bagaimana bisa terjadi keteraturan di alam semesta ini mulai dari yang paling kecil (sel) sampai yang paling besar (jaga raya) kalau memang tidak ada Tuhan? Dan kenapa bisa HANYA manusia sebagai satu-satunya mahluk berakal budi, padahal ada jutaan, bahkan milyaran jenis mahluk hidup di bumi ini.

    Keteraturan, bukanlah suatu kebetulan, bukan? Saudara-saudara kita yang atheis mungkin menginginkan sesuatu yang sederhana; ‘tidak bisa ditangkap panca indra, maka tidak ada’. Kadang saya juga merasa agak bingung membedakan antara atheis dan agnostik (dasar pemikirannya), karena mereka sama-sama skeptis. Mungkin pengasuh katolisitas mau berbaik hati untuk sedikit menjabarkan tentang hal ini, menurut sudut pandang iman katolik tentunya. :P

    Jangankan di Amerika atau negara maju lainnya, jika kita mau jujur, banyak saudara kita sebangsa yang juga atheis. Hanya mungkin karena aturan negara, maka kita bisa menemukan cap agama tertentu di KTP nya, tetapi entah di hatinya. Hahaha. Apakah ini resiko dari kemajuan teknologi, sehingga teknologi itu sendiri ‘bisa’ menggeser kedudukan Tuhan? Biar hati kita masing-masing yang menjawabnya.

    Demikian sharing saya. Mohon maaf jika ada kesalahan, dan terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca sharing saya.

    Berkah dalem.

    [Dari Katolisitas: Jika mengacu kepada definisi umum, Atheisme mengacu paham yang tak percaya akan adanya Tuhan, sedangkan Agnostisme mengacu kepada paham, yang mengakui adanya keberadaan Penyebab segala sesuatu, namun tentang hal itu, paham ini berpegang bahwa Sang Penyebab itu tidak dapat dijelaskan. Maka kedua paham ini memang mempunyai kemiripan, sebab sama-sama menolak untuk percaya bahwa ada penjelasan tentang Allah sebagai Penyebab/ Pencipta segala sesuatu].

  2. saya ada pertanyaan yang mengganjal saat ada yang non nasrani bertanya pada saya jika dalam kristus segalanya bisa , seperti halnya Tuhan merendahkan dan rela menghinakan dirinya dengan menjelman menjadi manusia yang notabennya makhluk yang lemah, tidak ada yg mustahil bagi Tuhan, yg mengganjal saat dia bertanya jika tidak ada yang mustahil, bisakah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih kuat, berkuasa lebih maha dan lebih hebat dari dia ?

    • Shalom Erik,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, walaupun Tuhan adalah maha kuasa, namun harus dimengerti dengan benar. Kemahakuasaan Tuhan tidak dapat dimengerti bahwa Dia dapat melakukan segala sesuatu. Tuhan dapat melakukan segala sesuatu, namun Dia tidak dapat melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip “non-contradiction“. Sebagai contoh: karena Tuhan adalah kudus, maka Dia tidak mungkin melakukan dosa, karena kekudusan dan dosa adalah dua hal yang saling bertentangan. Karena Dia adalah penyebab utama dari segala sesuatu yang tidak disebabkan oleh yang lain (uncaused cause), maka tidak mungkin Tuhan menciptakan seseorang yang ada lebih dahulu dan lebih berkuasa dari Tuhan. Jadi, kuncinya di sini adalah mengerti definisi maha kuasa, yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip non-contradiction. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. Selamat siang dan Salam sejahtra .semuanya.terus terang sampai saat ini Saya belum tahu siapa tuhan sebenarnya .dan sampai saat ini saya masih belum menentukan siapa TUHAN saya

    • Shalom Zabil,
      Apakah anda mempercayai keberadaan Tuhan yang satu? Kalau belum, silakan melihat artikel di atas – silakan klik. Kalau anda mempercayai Tuhan yang satu, maka pertanyaannya dari mana anda mengetahui bahwa apa yang anda percayai adalah satu kebenaran? Apakah parameter yang anda gunakan? Kalau anda belum menentukan siapa Tuhan anda, maka apakah anda mempunyai beberapa alternatif atau memang anda tidak mempercayai keberadaan Tuhan? Kalau memang ada beberapa alternatif, maka apakah alternatifnya dan apakah alasan dari masing-masing alternatif tersebut? Semoga pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. Kalau menurut saya, justru kita perlu membaca dari berbagai sumber agar Iman kita lebih objective. Iman tidak perlu dipaksakan secara membuta, kalau memang meragukan ya kita perlu review lagi sampai kita mantap dengan iman kita atau mungkin sebaliknya, tapi itulah proses mencari Keyakinan diri.
    Kalau kita belajar hanya dari sumber gereja saja jelas semua sudah diarahkan agar tidak melenceng dengan yang sudah diimani. Masalahnya kita semua ingin yakin apakah yang kita imani ini benar adanya? Hidup kita memang sangat singkat, oleh karenanya jangan sampai salah seumur hidup.

    Submitted on 2011/11/17 at 10:45am

    Iman itu suatu yang tidak bisa dibuktikan, dan akan benar menurut yang ber-iman dengan keimanannya. Lain halnya jika tertulis bahwa air laut rasanya asin, semua orang yakin itu benar karena bisa dibuktikan kebenarannya.


    [dari katolisitas: kalau anda mau berdiskusi tahap demi tahap, silakan membaca beberapa artikel ini dan silakan memberikan tanggapan berdasarkan artikel tersebut:
    Tulisan ini adalah suatu rangkaian tulisan untuk membuktikan tiga pilar kebenaran: 1) Kebenaran akan Tuhan, 2) Kebenaran akan Yesus sebagai Tuhan, yang telah dinubuatkan para nabi untuk menjadi manusia, dan tertulis dalam sejarah, 3) dan Kebenaran akan Gereja Katolik sebagai sakramen keselamatan. Filosofi digunakan untuk membantu menerangkan misteri iman, sehingga misteri iman tersebuat dapat terkuak dengan lebih jelas.]

  5. Ok. Sekarang saya percaya kepada Tuhan, tapi satu Tuhan atau banyak tuhan?

    Dari lima pembuktian ini, mungkin ada orang yang mengatakan. Ok, saya percaya ada Tuhan, tapi saya juga percaya ada banyak tuhan. Untuk menjawab hal ini, kita melihat pada pembuktian ke-empat, yang menujukkan tidaklah mungkin kalau ada banyak tuhan, karena kalau banyak, pasti yang satu lebih atau kurang dari yang lain. Padahal, kalau Tuhan itu adalah “Maha secara absolut”, maka hanya dapat disimpulkan bahwa “Tuhan itu adalah Satu atau Esa“.

    saya sangat sependapat dengan pernyataan di atas ini,,.. Bahwa tuhan itu satu,,

    saya seorang muslim,, yang didalam alkitab saya dibahas tentang tuhan itu satu,, Firman Allah (Al-ikhlas)

    • Shalom Sasa,

      Terima kasih atas kunjungannya ke situs ini. Kita memang menyembah Tuhan yang satu. Namun, kalau anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang Trinitas dan Yesus, anda dapat juga membaca beberapa artikel tentang Kristologi di bawah ini:

      Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

        kita ngomong secara rasional aja ya…

        pernyataan anda yang diatas itu rincu bagi saya,, singkat saja,, apa mungkin tuhan sama dengan manusia ??? selanjutnya dari mana penejelasan bahwa yesus itu tuhan dan sungguh manusia..

        jika tuhan sama dengan manusia bhawa dia akan merupai manusia dari fisik dan kelakuannya,, ini terbukti jauh dari akal.

        hanya satu yang saya ingin tanyakan,,… inti agama yang kamu pegang itu seperti bagaimana?? pertanyaan ini mungkin terlalu konyol bagi aku yang bertanya kepada kamu.. terima kasihh

        • Shalom Sasa,

          Terima kasih atas tanggapannya. Menurut saya, diskusi akan berjalan dengan lebih baik kalau anda menyempatkan diri untuk membaca beberapa artikel kristologi yang telah saya berikan beberapa link di atas. Setelah anda membaca beberapa artikel di atas, maka harapannya anda dapat melihat bahwa iman Katolik tidaklah bertentangan dengan akal budi.

          1. Tuhan tidak mungkin sama dengan manusia. Namun, tidaklah bertentangan kalau Tuhan mengambil kodrat manusia. Akan menjadi bertentangan kalau Tuhan berhenti menjadi Tuhan, karena Tuhan adalah maha kekal. Namun, umat Katolik mempercayai bahwa dengan Inkarnasi, Tuhan mengambil kodrat manusia, sehingga Dia (Yesus) adalah benar-benar Tuhan namun juga benar-benar manusia. Pertanyaannya, apakah mungkin bagi Tuhan menjadi manusia, dan apakah alasannya sehingga Tuhan tidak mungkin menjadi manusia tanpa kehilangan kodrat Allah-Nya? Penjelasan lengkap tentang Yesus yang sungguh-sungguh Tuhan dan sungguh-sungguh manusia telah dipaparkan dalam beberapa artikel kristologi di bawah ini. Silakan membaca terlebih dahulu.

          Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

          Jadi, Tuhan tidak sama dengan manusia, karena Yesus tetap mempunyai kodrat Allah, seperti mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, memberikan hukum, dll. Namun, dengan Inkarnasi, Yesus mengambil kodrat manusia, sehingga Dia dapat menyatakan kasih Allah kepada manusia dengan sehabis-habisnya. Dengan kata lain, Allah yang besar telah menjadi Allah yang beserta kita atau Immanuel; Allah yang besar adalah Allah yang maha kasih. Justru, dengan Allah menjadi manusia, maka manusia mempunyai keyakinan penuh akan kasih Allah. Kasih Allah bukan lagi menjadi samar-samar, namun menjadi nyata dalam diri Kristus, yang rela mengorbankan Diri-Nya untuk mati bagi keselamatan manusia. Silakan melihat artikel kesempurnaan rancangan keselamatan Allah – silakan klik.

          2. Tentang inti agama dari Gereja Katolik adalah bersumber pada pribadi Kristus, yang sungguh Tuhan dan sungguh manusia. Kristus inilah yang memberikan Firman Allah secara jelas untuk memberitakan kabar keselamatan bagi seluruh bangsa, karena Dia sendiri adalah Firman itu dan Dia sendiri adalah Tuhan. Dengan demikian, kesaksian-Nya dapat dipercaya, karena Allah tidak mungkin berbohong. Untuk itu, silakan membaca beberapa link yang saya berikan, sehingga anda dapat melihat alasan mengapa umat Katolik mempercayai bahwa Yesus adalah Tuhan – karena mukjizat yang dilakukan-Nya, karena Dia telah dinubuatkan sebelumnya.

          Semoga jawaban singkat di atas dapat memberikan sedikit gambaran tentang iman Katolik. Dan kembali saya mengundang anda untuk membaca beberapa link yang saya berikan dan setelah itu, anda dapat memberikan tanggapan lebih lanjut. Semoga dapat diterima.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • assalamualaikum……..salam sejahtera bagi semuanya…

            saya percaya tuhan itu satu…”katakanlah bahwa tuhan (Alloh) itu satu(al-ikhlas ayat 1)”. sasa saya sependapat dengan anda karena sama2 muslim..dan maaf stefanus saya jg tidak memaksa anda untuk percaya apa yang saya percayai atau yang saya imani….shalom

            yesus atau yang saya imanai sebagai Nabi sekaligus Rasul Isa alaisalam adalah seorang utusan Tuhan (Alloh SWT) yang diberi Al-kitab Injil.saya sangat percaya pada injil Nabi Isa AS dan pada Kitab-Kitab sebelumnya (Jabur,Touret dsb ). dan saya percaya atau iman pada Kitab Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril.
            Al-Quran merupakan al-kitab yang diturunkan untuk menyempurnakan Al-kitab2 sebelumnya.karena al-kitab yang sebelumnya diturunkan hanya untuk satu kaum saja, sama seperti para Nabi dan Rosulnya yang di utus hanya untuk satu kaum saja.Sedangkan Nabi muhammad SAW di Utus Untuk Rohmatan lil Alamin…( baca saja dalam Injil Barnabas)

            wassalam……shalom sejahtera

          • Shalom Muse Tofa Knkow,

            Terima kasih atas tanggapan anda. Saya kembali menyarankan agar anda dapat membaca beberapa link yang saya berikan sebelumnya. Tentu saja karena kita mempunyai agama yang berbeda, maka kita mempunyai iman yang berbeda. Agama Katolik percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, karena Dia telah membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan, dan telah dinubuatkan beratus-ratus tahun sebelumnya – baik kelahiran-Nya, sengsara-Nya, kematian-Nya. Agama Kristen bukanlah agama buku, yang hanya mengikuti apa yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Lebih daripada itu, agama Kristen mengikuti sosok Kristus, sehingga disebut Christian atau Kristen. Secara prinsip, agama Kristen tidak mempercayai bahwa Al-Quran adalah merupakan penyempurnaan dari Alkitab, karena agama Kristen percaya bahwa wahyu Allah telah selesai dan lengkap dengan selesainya kitab Wahyu, kitab yang ditulis terakhir oleh Rasul Yohanes. Dengan demikian, semua pengajaran dan pokok-pokok iman akan senantiasa bersumber pada Alkitab dari kitab Kejadian – kitab Wahyu (ada 72 kitab). Dan agama Kristen percaya bahwa Yesus diutus bukan hanya untuk umat Israel, namun diutus untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, termasuk anda dan saya. Tentang hal ini, anda dapat membaca di sini – silakan klik. Dan apakah agama Kristen bersifat inklusif atau eksklusif, anda dapat membacanya di sini – silakan klik. Tentang Injil Barnabas, maka Gereja Katolik tidak mempercayai bahwa injil ini merupakan bagian dari wahyu Allah, karena baru ditulis di sekitar abad 16 serta tidak sesuai dengan pesan Allah. Anda dapat melihat argumentasi tentang hal ini di sini – silakan klik. Kembali saya ingin menyarankan, jika anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang iman Katolik, silakan membaca beberapa link yang telah saya berikan di jawaban saya sebelumnya atau seperti yang saya tuliskan kembali sebagai berikut:

            Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

            Memang tidak ada yang dapat memaksa kepercayaan yang kita yakini kepada orang lain, terutama yang mempunyai perbedaan agama. Namun, yang ingin kami coba paparkan di site ini adalah untuk menyajikan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Shalom Aleichem…..damai sejahtera menyertai saudara Muse….

            Saya menghargai dan menghormati keyakinan saudara muse tetapi yang saya sayangkan disini adalah kenapa saudara Muse merujukkan kami pada Injil Barnabas.

            Kami percaya pada 4 Injil Kanonik dan saudara Muse percaya pada kitab Al-Qur’an lalu kenapa saudara Muse merujukkan kami agar membaca Injil Barnabas yang isinya bertentangan dengan 4 injil Kanonik dan Al-Qur’an .

            Berikut adalah kalimat dari Injil Barnabas yang bertentangan dengan Al-Qur’an :

            1. Maka Yusuf berangkat dari Nazareth, suatu kota di daerah Galelee, dengan Maryam isterinya yang sedang hamil, …. agar dia dapat mendaftarkan nama sesuai dekrit Caesar. Setelah Yusuf sampai di Bethlehem, karena kotanyakecil, dan sejumlah besar mereka merasa asing di sana, dia tiada menemukan tempat, oleh karena itu ia mengambil penginapan di luar kota pada sebuah pemondokan yang dibuat untuk tempat berteduh penggembala.
            Sementara Yusuf bertempat tinggal di sana, genaplah waktunya bagi Maryam untuk melahirkan. Perawan itu
            dikelilingi oleh cahaya terang yang luar biasa, seraya melahirkan puteranya tanpa sakit” (3 alinea 5-10).
            Sedangkan isi Al Qur’an membenarkan bahwa Maryam merasakan kesakitan melahirkan seperti wanita lain
            umumnya, karena dikatakan:
            “Kemudian Maryam mengandungnya, lalu ia berpindah ke tempat yang jauh. Lalu ia berlindung ke pohon korma, karena sakit melahirkan anak, ia berkata: ‘Aduhai kiranya, matilah aku sebelum ini dan adalah aku lupa yang dilupakan'” (Surat Maryam 22-23).

            2. “Celaka kepada dunia ini, karena hal itu pasti akan mengalami siksaan abadi. Oh umat manusia bedebah,
            karena Allah telah memilih kamu sebagai seorang anak, dan menempatkan engkau di firdaus, dalam pada itu engkau, O orang celaka oleh gerakan syaithan telah termasuk ke dalam hal yang tidak diridhai Allah
            dan telah terlontar keluar jannah..” (102 alinea 18-19). Sedangkan Al Qur’an memandang kepercayaan kepada ke-bapa-an Allah sebagai satu penghujatan, dan layak mendapatkan hukuman dalam neraka. Ia menyuarakan sebagai peringatan kepada “orang-orang yang mengatakan: Allah itu mempunyai anak” (Surat Al-Kahfi 4-5).

            3. “Hendaklah seorang lelaki puas denganseorang wanita yang dikaruniakan Allah baginya dan hendaklah dia
            melupakan wanita lainnya (116.18)”. Sedangkan Al Qur’an mengajarkan poligami (dapat beristeri lebih dari satu orang) dengan berkata, “kawinilah bagimu perempuan-perempuan yang baik bagimu, berdua, bertiga atau
            berempat orang. Tetapi jika kamu takut, bahwa tiada akan berlaku adil maka kawinilah seorang saja,” (Surat
            Al-Nisa’ 3).

            4. Ketika “Allah menciptakan manusia dengan kebebasan agar dia boleh mengetahui bahwa Allah tidak
            membutuhkan manusia, sama seperti seorang Raja yang kebebasan kepada hamba-hambaNya untuk menunjukkan kemurahanNya supaya hamba-hambaNya lebih mencintaiNya maha kuasaanNya, ….” (155 alinea 13).
            Hal ini bertentangan dengan Al Qur’an yang mengatakan: “Tiap-tiap manusia Kami ikatkan usahanya (amalnya) masing-masing kedudukanya” (Surat Al-Isra’ 13). Tafsir Al-Jalalayn, dengan mengutip Muhajid sebagai sumber pendukung, menjelaskan ayat ini demikian: “Tidak seorangpun yang di lahirkan tanpa selembar kertas yang diikatkan pada lehernya dan bertuliskan apakah ia susah atau bahagia.”

            5. “Kemudian Pesuruh Allah itu akan berkata, O Allah, ada diantara orang-orang yang beriman yang telah
            berada dalam neraka 70.000 tahun. O Allah, dimana gerangan ampunan Engkau? Hamba mohon kepada
            Engkau, Allah, untuk membebaskan mereka dari azab-azab pedih itu. Lalu Allah memerintahkan 4 Malaikat
            kesayangan Allah supaya mereka pergi ke neraka dan mengeluarkan setiap orang yang telah menganut aqidah
            Pesuruh-Nya dan memimpin ke dalam surga” (137 alinea 1-4). Ayat ini bertentangan dengan Al Qur’an yang
            sama sekali menyangkal akan permohonan ampun, karena dikatakan:
            “Sesungguhnya Allah mengutuki orang-orang yang kafir dan menyediakan untuk mereka api yang bernyala-nyala (neraka). Sedang mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, mereka tiada memperoleh wali dan tiada pula penolong” (Surat Al- Ahzab 64-65)

            6. “Al-Masih mengaku dan mengatakan kebenaran, ‘Aku bukan Messiah itu’. Mereka berkata, ‘Apakah kamu Eliyah atau Yeremiah, atau salah seorang di antara Nabi-nabi dulu?’ Al-Masih menjawab, ‘Tidak.’ Lalu kata mereka, ‘Siapakah kamu? Katakanlah supaya kami boleh memberikan kesaksian kepada orang yang diutus kepada kami?’ Al-Masih berkata, ‘Aku adalah suatu suara yang berseru melalui seluruh Yudea, dan berteriak,
            ‘Persiapkan olehmu jalan untuk Pesuruh Allah itu'” (42 alinea 5:11). Al Qur’an berkata: “(Ingatlah) ketika
            malaikat berkata, ‘Ya, Maryam, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepada engkau dengan
            kalimat dari pada-Nya (yakni seorang anak), namanya Almasih ‘Isa anak Maryam, yang mempunyai kebesaran
            di dunia dan akhirat dan termasuk orang-orang yang dekat kepada Tuhan” (A.Surat Ali Imran 45). Masih adakah, dalam kenyataannya, satu kesaksian palsu yang menentang Injil dan Al Qur’an dari pada Injil Barnabas ini?

            Kebenaran dari pertentangan di atas kiranya anda yang tahu saudara Muse karena anda berpegang pada kitab Al Qur’an yang juga kami hormati sebagai Kitab Suci anda.

            Kebenaran yang nyata bahwa memang agama Islam dan Kristen adalah benar-benar berbeda tentang konsep Tuhan sehingga kita tidak bisa mengukur kebenaran dan kesalahan Injil dari Al Qur’an ataupun mengukur kebenaran dan kesalahan Al Qur’an dari Injil.

            Yang lebih penting disini adalah semangat saling bekerjasama dg penuh rasa pengertian bahwa saudara beragama Islam mempelajari Injil untuk lebih memahami saudara Kristen dalam berkarya bersama-sama dimuka bumi ini begitu pula sebaliknya dan bukan untuk mencari celah untuk rencana kecelakaan.

            Demikian saudara Muse dan semoga Yang Maha Tinggi selalu menyertai kita dalam berkarya kebaikan didunia ini.

            Shalom Aleichem……Damai Sejahtera menyertaimu…..

  6. mantap ya web ini… b-.-d
    meskipun gw agnostik, tapi gw nyaman dengan caranya ngejawab pertanyaan2… pertahankan! wkwkwk…

  7. “Namun sebenarnya dengan akal budi, kita dapat membuktikan bahwa Tuhan ada.”

    Menurut saya:
    Dengan akal-budi manusia dapat mengerti / mengetahui keberadaan Tuhan dengan yakin,
    dgn “convincing argument” KGK31
    Bahwa keberadaan Tuhan tidak berlawanan dengan akal budi.

    Tapi “membuktikan” keberadaan Tuhan dalam tolok-ukur umum (natural-science) tidaklah bisa kan..
    Bandingkan dgn ilmuwan membuktikan bahwa our universe (dgn semua dimensinya) ternyata tidak statis ,
    tetapi sedang mengembang terus..

    Tapi kaum atheist yg menolak keberadaan Tuhan , tidaklah bisa membuat “convincing argument”
    yg mendukung “ketidak-adaan Tuhan”. Karena “ketidak-adaan Tuhan” tidak sejalan dgn akal-budi.

    Tapi kedua pihak, theist dan atheist tidak bisa “membuktikan” (dalam general sense/natural science)
    akan klaim mereka masing-masing.

    • Shalom Fxe,

      Terima kasih atas tanggapannya. Pada waktu saya menuliskan bahwa “dengan akal budi, kita dapat membuktikan bahwa Tuhan ada,” maka ini juga mengacu pada dokumen Gereja.

      Fxe mengutip dari KGK, 31 yang mengatakan “Karena manusia diciptakan menurut citra Allah dan dipanggil untuk mengenal dan mencintai Allah, ia menemukan “jalan-jalan” tertentu dalam pencarian Allah agar mencapai pengenalan akan Allah. Orang menamakan jalan-jalan ini juga “pembuktian Allah”, bukan dalam arti ilmu pengetahuan alam, melainkan dalam arti argumen-argumen yang cocok dan meyakinkan, yang dapat menghantar kepada kepastian yang sungguh. “Jalan-jalan” menuju Allah ini mempergunakan ciptaan – dunia material dan pribadi manusia – sebagai titik tolak.

      Jadi, kita menyetujui, bahwa pembuktiannya memang tidak menggunakan ilmu pengetahuan alam yang lebih menonjolkan bukti-bukti yang terlihat, teraba, dll. (empiric science). Namun, sama seperti science, kita juga dapat membuktikan keberadaan Tuhan dengan melihat “cause” dan “effect“. Dari sini kita melihat bahwa sesuatu yang tidak ada (nothing / tidak mempunyai cause) tidak dapat menciptakan sesuatu yang ada. Dikatakan bahwa “from nothing comes nothing“. Oleh karena itu, sesuatu yang ada harus diciptakan oleh sesuatu yang ada, yang kalau ditelusuri adalah Tuhan.

      Karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah – mempunyai akal budi – maka sebenarnya Tuhan telah memberikan suatu benih, kerinduan, untuk mengetahui dan mengenal Penciptanya. Dan karena Tuhan menciptakan akal budi, maka dengan akal budi, kita dapat membuktikan bahwa Tuhan ada.

      a) Hal ini dijelaskan di KGK, 36 “Bunda Gereja kudus memegang teguh dan mengajar bahwa Allah, sumber dan tujuan segala makhluk, dapat diketahui dari segala makhluk ciptaan, melalui sinar kodrati akal budi manusia” (Konsili Vatikan 1: DS 3004) (Bdk. DS 3026; DV 6.). Tanpa kemampuan ini manusia tidak dapat menerima wahyu Allah. Manusia memiliki kemampuan ini karena ia diciptakan “menurut citra Allah ” (Bdk. Kej 1:26.).

      b) Sebelumnya Vatican I, menegaskan hal ini di Session 3: Dogmatic Constitution of the Catholic Faith, Ch.2, 1., dengan mengatakan “ If anyone says that the one, true God, our creator and lord, cannot be known with certainty from the things that have been made, by the natural light of human reason: let him be anathema.

      Oleh karena itu, keberadaan Tuhan bukan hanya tidak dapat melawan akal budi, namun dapat diketahui dengan akal budi. Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  8. Lebih baik percaya saja sama Tuhan….saya lebih memilih percaya dan memilih Tuhan Yesus sebagai penyelamat.

    Kalaupun suatu hari nanti ada bukti bahwa Tuhan tidak ada…ya ngga papa toh?? Nothing to lose……atau tiba2 ada alien2 berbentuk energi atau apa yg turun ke bumi dan membuktikan bahwa merekalah yang mengatur manusia, bumi selama ini…..there’s no heaven…no life after death…..so what?
    jadi kita seumur hidup percaya…tapi ternyata Tuhan tidak ada..ternyata kita salah……so what?

    Namun kalau kebalikannya gimana? Seumur hidup tidak percaya Tuhan tapi pada akhirnya terbukti bahwa ternyata Tuhan benar-benar ada…..lebih sial kan? we’re screwed man……

    So…berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya!

    • Shalom Andreas,
      Terima kasih atas komentarnya. Argumentasi yang diberikan oleh Andreas juga diberikan oleh Blaise Pascal – seorang filsuf dari Perancis, dalam bukunya Pensees. Argumentasi ini disebut Pascal’s wager. Namun sebenarnya dengan akal budi, kita dapat membuktikan bahwa Tuhan ada.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

    • syalom saudara menurut saya ketika kita ma dan dengan sadar sesadar sadarnya akan keterbatasan kita dankebodohan serta kekebalan kita (BEBAL-HATI YG MENGERAS)betapa tuhan allah kita begitu sangat baik allah yang kita kenal dalam nama yesus kita diberi perangkat lunak yang sederhana tapi sangat sangat tepat benar dan tidak mungkin tersesat menurut sayauntuk menemukan tuhan mungkin saking merasa lebih cerdas dari pada tuhan sudah diberi perangkat untuk menemukan dia yaitu FIRMAN(ALKITAB)dan ROH KUDUS dua perangkat sangat sederhana sudah dibuktikan kalangan gereja kristsen kharismatik lewat karunia karuniaROH,MUKJISAT,PEMULIHAN KEHIDUPAN SESEORANGdan KESAKSIANyang banyak tapi audaraku dikhatholik malah suka me yg mengaku pendeta itu terbukalah seperti paus yg keberapa itu yang dengan syimbol membuka jendela jendela tempat paus ter buka jangan terlalu mudah mengatakan sesat buka kembali dan pelajari tulisan tulisan MARTIN LUTHERkenapa mesti dibakarFIRMAN dan roh kudusITU SATU PAKET PENUNTUN DIJAMIN TIDAK MUNGKIN TER SESAT ANDA ININUWUN SEWU MERASA LEBIH CERDAS DARI PADA ROH KUXDUS DAN FIRMAN TUHAN.yang bermanfaat secaraROHanda punya selubung kegelapan maka tidak bisa menyingkap kebenaran firman tuhan BERTOBAT cari hamba tuhan minta didoakandan dibimbing kalau masih bisa saya ingatkan. untuk melihat KEBENARAN.GBU

      • Shalom Johannes Yus,

        Terima kasih atas tanggapannya. Saya minta maaf, bahwa saya tidak terlalu mengerti akan pesan yang ingin disampaikan oleh Johannes Yus, karena banyak kalimat yang tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan pengertian ganda. Kita sama-sama menyadari bahwa semua pengetahuan kita adalah sangat dangkal dan tak berarti di hadapan Allah. Oleh karena itu, memang tidak seharusnya kita mengeraskan hati di hadapan Allah, termasuk menganggap diri kita pasti benar dan pasti dipenuhi oleh Roh Kudus, tanpa ada dasar pengajaran dari Gereja yang benar.

        1) Kalau anda beranggapan bahwa Gereja Katolik tidak setia terhadap Alkitab dan tidak mempunyai Roh Kudus, silakan memberikan argumentasi atau alasan, sehingga kita dapat berdialog tentang hal ini. Kalau kita mempelajari sejarah, kita dapat melihat bahwa Gereja Katoliklah dengan kuasa Roh Kudus mewariskan Alkitab seperti yang kita ketahui saat ini.

        2) Kalau tentang Roh Kudus, mukjijat, pemulihan kehidupan seseorang dan kesaksian yang baik, yang mencerminkan buah-buah Roh, silakan melihat kehidupan para kudus sepanjang segala sejarah Gereja. Silakan mempelajari kehidupan Bunda Teresa dari Kalkuta. Apakah dia kurang Roh Kudus dan tidak memberikan kesaksian yang baik tentang Kristus?

        3) Mungkin kalau anda menganggap tulisan Martin Luther senantiasa benar, silakan membaca beberapa kutipan dari Martin Luther dan beberapa pendiri Protestan tentang Bunda Maria yang senantiasa perawan:

        a. Martin Luther (1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’)”

        b. John Calvin (1509-1564): “Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)… Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”

        John Calvin bahkan mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak.

        c. Ulrich Zwingli (1484-1531): “Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (’forever remained a pure, intact Virgin’).”

        d. John Wesley (1703-1791)menulis: “Saya percaya bahwa Dia (Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, menyatukan kemanusiaan dengan keilahian dalam satu Pribadi; dikandung oleh satu kuasa Roh-Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang setelah melahirkan-Nya tetap murni dan tetap perawan tak bernoda.”

        Dengan demikian seharusnya semua orang Kristen harus percaya bahwa Maria adalah ibu Tuhan dan tetap perawan. Apakah Yohannes Jus percaya akan hal ini? Kalau tidak mengapa tidak percaya padahal Martin Luther mengatakan demikian?

        4) Apakah menurut anda Gereja Katolik membakar Firman Tuhan dan Roh Kudus? Boleh tahu alasannya apa, sehingga kita dapat mendiskusikannya? Mungkin ada baiknya semua tuduhan disertai dengan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat. Pertanyaan saya, kalau memang hanya Gereja Protestan yang mempunyai Firman Tuhan dan Roh Kudus, mengapa dalam kurun waktu 700 tahun terjadi perpecahan gereja, sampai ada 28,000 denominasi? Bukankah Roh Kudus adalah Roh Pemersatu (lih. Ef 4:1-3; Yoh 17:22) Dan mengapa sampai saat ini Gereja Katolik mempunyai kesatuan pengajaran, kesatuan liturgi, kesatuan otoritas walaupun dalam perjalanan menghadapi begitu banyak tantangan, baik dari dalam maupun dari luar? Apakah ini bukan karya Roh Kudus?

        5) Saya terus terang tidak mengerti mengapa anda menuduh roh saya berada dalam kegelapan, sehingga tidak dapat menyingkapkan kebenaran Firman Tuhan, dan harus mencari hamba Tuhan untuk bertobat. Di satu sisi, saya berterima kasih telah mengingatkan saya agar mengadakan pertobatan secara terus-menerus. Dan memang di dalam teologi Gereja Katolik, pertobatan terjadi pada waktu kita dibaptis dan juga diperbaharui secara terus-menerus sampai Tuhan memanggil kita. Gereja Katolik juga mempunyai Sakramen Pengampunan Dosa, yang memungkinkan umat Katolik mendapatkan rahmat Tuhan dalam perjuangan di dalam kekudusan.

        6) Saya sebenarnya cukup sedih dengan kenyataan bahwa anda yang telah menjadi umat Katolik dan cukup aktif akhirnya meninggalkan Gereja Katolik dan berkesan membenci (mungkin tidak senang dengan) Gereja Katolik. Saya tidak tahu pengalaman pahit dan perjalanan iman seperti apakah yang menimpa anda sehingga anda mempunyai kebencian atau minimal begitu banyak salah paham tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Saya juga tidak tahu apakah sebelum anda meninggalkan Gereja Katolik, anda mempelajari iman Katolik dengan sungguh-sungguh. Kalau anda tahu secara persis iman Katolik, maka anda tidak akan mungkin pindah ke gereja lain, karena kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik.

        Dari komentar-komentar yang diberikan oleh Yus, saya melihat begitu banyak kesalahpahaman akan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Oleh karena itu, kalau Yus ingin berdiskusi tentang iman Katolik, maka Yus dapat memilih satu topik yang benar-benar mengganjal di hati Yus, dan kemudian kita mendiskusikan topik tersebut secara mendalam. Semoga Tuhan memberikan rahmat-Nya sehingga kita dapat mengasihi Yesus dengan lebih lagi. Dan kita tidak mungkin mengasihi Yesus secara sungguh-sungguh kalau kita tidak mengasihi tubuh-Nya, yaitu Gereja-Nya. Dan saya percaya bahwa Gereja-Nya adalah Gereja Katolik. Silakan membaca artikel "Mengapa kita memilih Gereja Katolik" (silakan klik).

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

        • ajaran Protestan=ajaran inkonsisten Tidak ada penjelasan yang bisa nyambung menyambung. Sampai di satu titik dan mentok dan bertentangan dengan firman Tuhan. TITIK

      • @yohannes yus:
        Anda sepertinya dalam masa honey moon dengan gereja baru anda. begitu menggebu-gebu….dan fanatis dan anti Katolik…..
        Jangan anggap anda mengerti alkitab, karna sebelum alkitab sampai di tangan anda, Gereja Katolik sudah membacanya ribuan kali bolak-balik dari kejadian sampai wahyu.karena setiap tiga tahun liturgi sekali Gereja sudah menamatkan seluruh alkitab dalam setiap kali misa…..

        Jangan [edit: terlalu yakin] bahwa diri anda penuh Roh Kudus karena Roh Kudus tidak melahirkan pertentangan dan perpecahan…….Roh Kudus nyata bekerja dalam pribadi2 rendah hati seperti ibu Teresa Calcuta, Paus Yohanes Paulus II dan bukan bekerja pada pribadi pribadi yang anggkuh dan sombong iman……

        Jangan pernah menghakimi orang lain karena penghakiman itu milik ALLAH.

        • Saudara Johanes,

          Seru ya diskusi di atas!… Seperti talk show di tv-tv kita saja… Sangat menarik dan berguna untuk dibaca…. Tampil 2 narasumber…. Tampil 2 pihak dengan dasarnya masing-masing… Maka, dari kedua narasumber ini, dengan mudah saya bisa melihat sesungguhnya kebenaran ada di mana…

          Setuju Saudara?

          Salam,
          Lukas Cung

          • @Lukas Cung,
            Pastilah kita tahu mana yang benar dan terstruktur dengan rapi dan benar dengan dasar Kitab Suci dan mana yang ngaco baik dari segi uraian, maupun pemakaian bahasa yang ngaco juga.Bukan tambah mengerti malah kita yang membacanya bertambah bingung dan hanya bisa berdoa semoga pada akhirnya Tuhan menunjukkan kembali jalan kepada domba yang hilang ini….Entah bagaimana caranya Tuhan bekerja…kita serahkan saja padaNya…..

  9. [dari admin: saya berikan penomoran, sehingga mudah untuk berdiskusi]
    Salam dalam Tuhan!
    Beberapa waktu yang lalu teman Katolik saya yang eks Buddhis menunjukan pada saya artikel ini…

    A: KEBERADAAN TUHAN, TUHAN YANG MAHA TAHU – KEHENDAK BEBAS – JAWABAN: SILAKAN KLIK – JAWABAN: SILAKAN KLIK
    Kita telah melihat bahwa argumen-argumen yang digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan itu tidaklah pantas. Sekarang kita akan menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Tahu, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Kuasa seperti yang dimiliki oleh orang Theis itu tidak mungkin ada.

    Problema Kebebasan Kehendak

    Untuk menghidupi kehidupan beragama yang berarti, kita harus memiliki kebebasan kehendak, kita harus bisa memilih yang baik dan yang buruk. Kalau kita tidak memiliki kebebasan kehendak, kita tidak dapat bertanggung jawab atas kelakuan kita sendiri.

    Menurut orang-orang Theis, Tuhan itu Maha Tahu. Dia tahu masa yang lampau, masa sekarang, dan semua di masa yang akan datang. Kalau benar demikian, maka Tuhan pasti sudah tahu semua yang kita mau kerjakan jauh sebelum kita perbuat. Ini berarti seluruh hidup kita sudah ditentukan sebelumnya, dan kita bertindak bukanlah atas dasar kebebasan kehendak, tetapi kita telah ditentukan untuk berbuat apa yang kita perbuat. Kalau kita sebelumnya sudah ditentukan untuk menjadi orang baik, maka kita akan menjadi baik, dan bila kita sebelumnya ditentukan untuk menjadi buruk, maka kita akan menjadi orang buruk/jahat. Kita tidak akan berbuat atas dasar kebebasan kehendak kita, akan tetapi kita berbuat atas dasar apa yang telah Tuhan tentukan. Meskipun orang Theis tetap memaksakan bahwa adanya kebebasan kehendak, ke-Maha Tahuan Tuhan justru membuat hal ini mustahil untuk dimengerti. Alkitab pun menyatakan bahwa orang hanya akan berbuat apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.

    Jadi ternyata di dalam ajaran Theis, jalan hidup seseorang dan takdir adalah sepenuhnya ulah Tuhan. Dan sebagai manusia kita tidak punya hak untuk mengeluh tentang apa yang telah Tuhan putuskan untuk kita. Ide di mana semuanya telah ditentukan dengan ide bahwa Tuhan itu Maha Tahu memang tampak sejalan, tetapi ide tersebut tidak masuk akal ke dalam konsep usaha untuk berbuat kebaikan atau menghindari kejahatan.

    B. PROBLEM TENTANG KEJAHATAN – JAWABAN: SILAKAN KLIK
    Problema Tentang Kejahatan

    Mungkin argumen yang paling kuat untuk menangkis keberadaan Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Tahu adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa dunia ini terlalu banyak penderitaan. Kalau Tuhan yang penuh cinta itu benar-benar Maha Kuasa, mengapa Dia tidak membinasakan semua kejahatan dan Iblis?

    Orang-orang Theis akan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan berbagai cara.

    Yang pertama,

    Yang Kedua,

    Yang Ketiga,

    Sampai ke tahap seperti ini,

    Semua penderitaan yang ada di dunia (penyakit, bencana alam, bayi yang meninggal, kelaparan berkepanjangan) membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan yang Maha Pengasih, Penyayang, Adil, Sempurna itu tidak pernah ada.

    C. TENTANG PENCIPTAAN – JAWABAN: SILAKAN KLIK
    Problema Tentang Penciptaan
    Untuk Apa Mencipta? Apa Tujuan dari Penciptaan?

    Orang-orang Theis mengklaim bahwa Tuhan itu Maha Sempurna, dan Dia itu Sempurna dalam segala hal. Tapi, jika Tuhan memang benar Sang Pencipta, pernyataan di bawah akan membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna.

    Marilah kita lihat dan buktikan bersama.

    Sebelum Tuhan menciptakan alam semesta ini, yang ada hanyalah kekosongan dan kehampaan – tidak ada matahari, tidak ada bumi, tidak ada orang, tidak ada kebaikan maupun kejahatan, tidak ada penderitaan. Yang ada hanyalah Tuhan yang Maha Sempurna di mata orang Theis. Jadi, jika Tuhan itu sempurna dan hanya ada kesempurnaan sebelum diciptakannnya alam semesta, apa gerangan yang menggerakkan Tuhan untuk menciptakan alam semesta dan ketidaksempurnaan ke dalam seluruh ciptaan-Nya? Apakah karena Tuhan itu bosan dan tidak punya kerjaan? Apakah karena Tuhan merasa kesepian dan ingin didoakan dan dipuja?

    Menurut orang-orang Theis, Tuhan menciptakan semuanya karena cinta-Nya yang besar kepada manusia. Tapi ini adalah mustahil! Tuhan tidak mungkin bisa mencintai manusia sebelum manusia itu tercipta. Sama halnya seorang wanita tidak mungkin bisa mencintai anaknya jika wanita itu tidak mengandung dan melahirkan anaknya. Keinginan dan kebutuhan Tuhan untuk mencipta telah menjelaskan bahwa Tuhan sangat tidak puas dengan segala sesuatu sebelum penciptaan. Ketidakpuasan Tuhan itu telah membuktikan bahwa Tuhan itu tidak sempurna (kalau Tuhan ada). Orang-orang Theis mungkin akan mengatakan Tuhan menciptakan secara spontan tanpa keinginan ataupun kebutuhan untuk mencipta. Pernyataan seperti ini hanyalah membuktikan bahwa penciptaan alam semesta ini sama sekali tidak ada tujuannya, dan tidak ada rencana di balik penciptaan alam semesta ini.

    Tuhan macam apa yang menciptakan segala sesuatu tanpa perencanaan dan tujuan?
    Tentu saja bukan Tuhan yang Maha Pengasih dan Pencipta.

    D. TUHAN YANG TAK TERLIHAT – JAWABAN: SILAKAN KLIK
    Problema Tuhan Yang Tak Terlihat

    Orang-orang Theis selalu mengklaim bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada-Nya sehingga kita bisa terselamatkan. Kalau Tuhan mau kita percaya, mengapa Tuhan tidak membuat mukjizat sehingga bisa terlihat oleh semua orang supaya semua orang bisa percaya?

    Mungkin orang Theis akan menjawab, Tuhan ingin kita percaya dengan iman, bukan dengan pandangan mata.
    Tetapi Alkitab sendiri mengatakan bahwa di masa yang lampau Tuhan melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan sering kali memunculkan diri-Nya di dalam kehidupan manusia dengan tujuan supaya manusia bisa melihat dan percaya kepada-Nya.

    Kalau Tuhan menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya dimasa lampau, mengapa Tuhan tidak menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya di masa kini?

    Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan begitu banyaknya pertentangan antara ilmu pengetahuan dan isi Alkitab, maka sudah lebih masuk akal bila Tuhan lebih memperlihatkan diri-Nya dan melakukan mukjizat di zaman sekarang.

    Tapi mukjizat dan diri-Nya tidak pernah muncul. Ini membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada sama sekali.

    Orang-orang Theis akan berkata bahwa Tuhan melakukan mukjizat dan keajaiban di masa sekarang, misalnya dengan penyembuhan, membantu memecahkan masalah pribadi, dan sebagainya. Tapi manusia yang bandel dan jahat menolak untuk percaya. Sedangkan keajaiban-keajaiban yang dikumandangkan itu bersifat kecil dan pribadi, sehingga lebih menimbulkan keraguan daripada kepercayaan.

    Kalau Tuhan melakukan mukjizat yang luar biasa dan luas, manusia mau tidak mau harus percaya. Tapi mukjizat itu tidak pernah ada.

    Bahkan menurut Alkitab, orang-orang Israel berkelana di gurun pasir selama 40 tahun lamanya, dan Tuhan memberi mereka makan dengan menjatuhkan makanan dari langit (Keluaran 16:4). Di tahun 1980-an, jutaan umat Theis diEthiopia mati secara perlahan-lahan karena kemarau yang panjang. Tuhan mempunyai kesempatan emas untuk kembali menjatuhkan makanan dari langit, seperti yang diutarakan di Alkitab, untuk membuktikan keberadaan diri-Nya dan membuktikan cinta-Nya yang besar kepada manusia.

    Ini merupakan salah satu bukti kalau Tuhan tidak ada sama sekali.

  10. Saya sangat senang untuk membaca inforasi ini untuk meningkatkan pengetahuan saya.
    Disini saya sangat menharapkan kalau ada yang bisa membatu saya dan mengirimkan informasi dengan topik Pengajaran Prinsip prinsip Sosial katolik, kalau ada Module pelatihan lebeh baik.

    Saya sangat mengharapkan nya

    Tuhan Beserta kita

    • Shalom Carol,
      Pertama-tama, mohon maaf karena kami belum menuliskan artikel tentang Prinsip Etika Sosial dalam Gereja Katolik, karena terus terang kami baru mengambil mata kuliah tersebut semester ini. Namun di waktu mendatang, ya akan kami tuliskan.
      Mohon pengertiannya, ya Carol.

      Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
      Ingrid Listiati

      • Aku ada distiap waktu dan disetiap tempat,aku adalah siang aku jg malam ,aku yg terang aku jg yg gelap,akulah masa lampau aku jg masa depan.Aku adalah keadilan aku jg ketidak adilan,aku kebaikan jg kejahatan.Aku hina aku jg yg mulia, aku menghidupkan aku yg akan memusnahkan.Aku yg paling sengsara aku jg yg paling bahagia,aku yg tertinggi aku jg yg terendah.Aku bisa apa saja,aku adalah api akulah tanah aku adalah air aku jg angin.Akulah adalag kehampaan,kehancuran,kedamaian,keindahan,kehidupan ,keabadian dan kematian………………!!!!!!!!!!!!

        Lalu siapakah Akuuuuuuuuu……????????????????

        [dari katolisitas: Menurut saya, “aku” yang Anda tanyakan adalah “aku” yang mengkontradiksi dirinya sendiri. Oleh karena itu, “aku” tersebut bukanlah Tuhan, bahkan terlihat “aku” yang suka berhalusinasi.]

Comments are closed.