Berikut ini adalah penjelasan tentang ayat Mat 7:6, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.”

1. Menurut Haydock’s Commentary:

“Jangan memberikan apa yang kudus, barang-barang yang kudus, kepada anjing: yaitu orang-orang yang tak bermoral ataupun yang tidak percaya, siapapun yang tidak layak untuk mengambil bagian di dalam misteri-misteri ilahi dan sakramen, yang akan menyalahgunakannya dengan sakrilegi, dan menginjak-injaknya dengan kaki mereka, seperti babi menginjak mutiara. Misteri-misteri kudus harus tidak diberikan kepada mereka yang tidak cukup diberi pengajaran tentang maknanya yang luhur; ataupun kita tak harus mengadakan persekutuan agama apapun dengan mereka yang memusuhi kebenaran-kebenaran Kristus, yang mereka injak-injak dengan kaki mereka dan memperlakukannya dengan penghinaan, dan akan jauh sekali dari menjalin persahabatan dengan kamu ….”

2. Menurut A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchard, ed:

“Tapi penilaian yang bijaksana dari sikap batin saudara-saudara kita kadang diperlukan, seperti ketika, misalnya, terdapat bahaya profanasi sakrilegi. Kurang bijaksananya dalam hal-hal itu dapat mengubah sikap acuh menjadi kebencian, sehingga secara tak perlu membahayakan sesama kita, melukai diri kita sendiri, menghamburkan apa yang berharga dan sakral. Sepertinya, Tuhan kita berbicara, tentang kebijaksanaan dalam menjelaskan misteri-misteri Kerajaan; Ia sendiri kemudian Mat 13:10-15, menunjukkan contohnya. Prinsip ini diterapkan di Gereja awal (lih. Didache, 9, 5), terhadap hal tidak diberikannya Ekaristi kudus kepada mereka yang belum dibaptis. Tuhan kita membandingkan ketidakbijaksanaan tersebut dengan memberikan barang-barang yang suci kepada binatang-binatang buas yang berbalik kepada sang pemberi dengan ganasnya. Pembandingan ini adalah secara umum. Kita tidak selayaknya menghubungkan ‘babi’ dengan bangsa-bangsa pagan, atau menghubungkan ‘anjing’ dengan orang-orang Kristen yang telah meninggalkan Gereja, ataupun menganggap istilah itu sebagai suatu penghinaan. Binatang-binatang tersebut secara bersama-sama mewakili mereka yang tidak menghargai agama; pembedaan mereka semata-mata hanya penggambaran dan gaya penyampaian dengan cara paralelism/ perbandingan Semitik….”

3. Menurut tulisan yang diatributkan kepada St. Yohanes Krisostomus, sebagaimana dikutip dalam Catena Aurea, ed. St. Thomas Aquinas:

“… Tuhan memerintahkan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh kita dan untuk berbuat baik kepada mereka yang menentang kita. Dari sini, para imam tidak perlu terbebani untuk membagikan juga hal-hal ilahi kepada mereka. Ia berkata…, “Janganlah memberikan apa yang kudus kepada anjing”, maksudnya adalah untuk mengatakan bahwa, Aku memerintahkan kamu untuk mengasihi musuh-musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dari benda-benda milikmu yang bersifat sementara, tetapi bukan dari benda-benda rohani-Ku, tanpa pembedaan. Sebab mereka adalah saudara-saudaramu menurut kodrat, tetapi tidak menurut iman, dan Tuhan memberikan benda-benda yang baik di kehidupan ini secara merata kepada mereka yang layak dan tidak layak, namun tidak demikian halnya dengan rahmat-rahmat rohani.”

“Apa yang kudus” menandai Baptisan, rahmat dari tubuh Kristus dan sejenisnya; tetapi misteri-misteri kebenaran adalah yang dimaksudkan dengan mutiara. Sebab sebagaimana mutiara diselubungi dengan cangkang dan terletak di kedalaman laut, demikianlah misteri-misteri ilahi yang diselubungi dengan kata-kata tersimpan dalam arti yang mendalam dari Kitab Suci.”

5 COMMENTS

  1. Shallom Katolisitas,

    Terimakasih atas penjelasannya yang detail dan dapat dipahami….

    untuk butir pertanyaan ke- dua yang mungkin tak dipahami telah terjawab pada penjelasan Catena Aurea yang baru saja ditambahkan….

    terima kasih JBU

    AMDG

  2. Damai dan Kasih Tuhan Yesus beserta kita sekalian.,

    Terimakasih untuk penjelasannya selama ini mohon untuk penjelasan dari pertanyaan yang selalu hinggap di kepala saya bersamaan dengan artikel menarik soal ini : https://katolisitas.org/12414/apa-makna-barang-yang-kudus-dalam-mat-76

    berikut yang menjadi kegundahan dalam hati saya selama ini :

    a. Apakah mungkin seseorang yang tidak meyakini/mengakui Kristus sebagai penyelamat dapat bertindak penuh kasih terhadap sesamanya yang menderita maupun musuh2-nya? dan mengapa nats Matius 7 : 15 -20 sangat keras dalam hal ini (menurut pandangan saya yang awam soal teologi dan alkitab) ??

    b. dari diskusi dengan saudara seiman dalam sharing harian, beliau berpendapat bila dosa membunuh adalah salah dosa yang tidak terampuni dan jahat (selain tidak mengakui Kristus sebagai penyelamat dan Tuhan) karena telah mengambil kehidupan yang merupakan hak dan kuasa Tuhan sebagai pencipta maupun pemelihara serta penyelamat, hal ini membuat saya semakin bingung mohon penjelasannya…???

    c. saya sampai saat ini masih bingung sebetulnya berdasar kebijaksanaan dan menurut pemahaman dan anugerah dari Roh Kudus apakah kita sudah masuk masa2 tribulation / Penganiayaan Besar saat ini ataukah masih termasuk dalam salah satu dari sifat 7 jemaat dalam surat Wahyu Yohanes ….??

    terimakasih JBU

  3. Damai sejahtera Katolisitas,
    terima kasih atas penjelasannya team katolisitas (khususnya bpk Stefanus Tay dan bu Ingrid Tay) namun saya menjadi agak bimbang soal “barang yang kudus” …. mohon maaf kalo saya salah menafsirkan bila saya menganggap barang yang kudus termasuk iman (mahkota kita yang kudus) dan dasar pemahaman kita semua akan Bapa yaitu relasi yang akrab antara kita dan Tuhan Yesus yaitu Yahweh layaknya Bapa yang baik dalam perumpamaan anak yang hilang dimana sering kali bertolak belakang dasar doktrinnya dari pemahaman saudara2 kita belum termeterai …???

    apakah nats Matius 7 :6 dikuatkan maksudnya secara konteks oleh Matius 7 :15-20 …. apakah berarti sia2 saja yang “tidak termeterai oleh kurban sempurna” mengenal “Sang Sabda” selama masih ada kesempatan …???

    • Shalom August,

      Silakan membaca kembali artikel di atas, yang baru saja saya tambahkan/ lengkapi dengan penjelasan dari Catena Aurea, silakan klik.

      Dari penjelasan di atas, barang yang kudus di sini dipahami oleh Gereja sebagai: 1) ajaran/ doktrin yang kudus, yaitu misteri-misteri ilahi yang terkandung dalam kata-kata Sabda Allah dalam Injil; 2) rahmat rohani dari Allah -yang secara nyata diberikan dalam sakramen-sakramen Gereja. Dengan kata lain, barang yang kudus ini adalah makanan bagi jiwa, yang diberikan oleh Allah.

      Iman memang juga adalah rahmat karunia Allah, namun demikian iman dapat ada dalam diri seseorang karena ada tanggapan/ kerjasama dari pihaknya terhadap rahmat Allah ini. Maka yang dapat kita bagikan adalah segala sesuatu yang kita imani (dalam hal ini adalah ajaran iman) namun keseluruhan iman kita tidak dapat dibagikan kepada orang lain, karena iman bagi orang itu mensyaratkan tanggapan dari orang tersebut. 

      Sejujurnya pertanyaan berikutnya saya tidak terlalu paham, apakah maksud pertanyaan Anda. Sebab baik di Mat 7:6 maupun di Mat 7:15-20 tidak dikatakan tentang meterai oleh kurban sempurna. Di Mat 7:6, yang disampaikan adalah seperti yang telah diulas di artikel di atas, sedangkan Mat 7:15-20 membicarakan tentang Yesus yang mengingatkan para murid-Nya agar waspada terhadap para pengajar sesat. Tanda dari para pengajar sesat itu adalah bahwa mereka dapat saja berseru-seru, ‘Tuhan, Tuhan’ (mengajar/ berkata-kata tentang Tuhan), namun tidak melaksanakan perintah-perintah-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

Comments are closed.