Doa Pembukaan
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
Ya Allah Tritunggal Maha Kudus, kami memuji nama-Mu dan keajaiban kasih-Mu yang Engkau nyatakan di dalam Kristus Putera-Mu yang telah wafat dan bangkit bagi kami. Di dalam Kristuslah, kami mengenal kedalaman misteri kehidupan-Mu, yang adalah KASIH ilahi. Berikanlah kepada kami, ya Tuhan, rahmat pengertian akan misteri kasih-Mu itu, agar kami dapat memuliakan Engkau dan menyembah kesatuan Kasih Ilahi-Mu. Semoga oleh kuasa-Mu, hati kami dapat terbuka untuk melihat betapa besar dan dalamnya misteri Kasih itu. Di dalam nama Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin.
Kesalahan persepsi dan tentang Trinitas (Allah Tritunggal Maha Kudus).
Banyak orang yang mempertanyakan ajaran tentang Trinitas, bahkan banyak orang yang bukan Kristen mengatakan bahwa orang Kristen percaya akan tiga Tuhan. Tentu saja hal ini tidak benar, sebab iman Kristiani mengajarkan Allah yang Esa. Namun bagaimana mungkin Allah yang Esa ini mempunyai tiga Pribadi? Untuk memahami hal ini memang diperlukan keterbukaan hati untuk memandang Allah dari sudut pandang yang mengatasi pola berpikir manusia. Jika kita berkeras untuk membatasi kerangka berpikir kita, bahwa Allah harus dapat dijelaskan dengan logika manusia semata-mata, maka kita membatasi pandangan kita sendiri, sehingga kehilangan kesempatan untuk melihat gambaran yang lebih luas tentang Allah. Jika kita berpikir demikian, kita bagaikan, maaf, memakai ‘kacamata kuda’: Kita mencukupkan diri kita dengan pandangan Allah yang logis menurut pikiran kita dan tanpa kita sadari kita menolak tawaran Allah agar kita lebih dapat mengenal DiriNya yang sesungguhnya.
Dari mana kita mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah Tritunggal?
Walaupun kita mengetahui bahwa konsep Trinitas ini tidak dapat dijelaskan hanya dengan akal, bukan berarti bahwa Allah Tritunggal ini adalah konsep yang sama sekali tidak masuk akal. Berikut ini adalah sedikit uraian bagaimana kita dapat mencoba memahami Trinitas, walaupun pada akhirnya harus kita akui bahwa adanya tiga Pribadi dalam Allah yang Satu ini merupakan misteri yang tidak cukup kita jelaskan dengan akal, sebab jika dapat dijelaskan dengan tuntas, maka hal itu tidak lagi menjadi misteri. St. Agustinus bahkan mengatakan, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah”. ((St. Agustinus, sermon. 52, 6, 16, seperti dikutip dalam KGK 230.)) Sebab Allah jauh melebihi manusia dalam segala hal, dan meskipun Ia telah mewahyukan Diri, Ia tetap tinggal sebagai rahasia/ misteri yang tak terucapkan. Di sinilah peran iman, karena dengan iman inilah kita menerima misteri Allah yang diwahyukan dalam Kitab Suci, sehingga kita dapat menjadikannya sebagai dasar pengharapan, dan bukti dari apa yang tidak kita lihat (lih. Ibr. 11:1-2). Agar dapat sedikit menangkap maknanya, kita perlu mempunyai keterbukaan hati. Hanya dengan hati terbuka, kita dapat menerima rahmat Tuhan, untuk menerima rahasia Allah yang terbesar ini; dan hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur tanpa henti.
Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Allah Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus menempati masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.
Dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Gereja
Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (lih. Luk 3: 22) dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (lih. Mat 17:5).
Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih. Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).
Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih. 1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus
Dasar dari Pengajaran Bapa Gereja
Para Rasul mengajarkan apa yang mereka terima dari Yesus, bahwa Ia adalah Sang Putera Allah, yang hidup dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah Trinitas ini sangat nyata pada Tradisi umat Kristen pada abad-abad awal.
1. St. Paus Clement dari Roma (menjadi Paus tahun 88-99):
“Bukankah kita mempunyai satu Tuhan, dan satu Kristus, dan satu Roh Kudus yang melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?” ((St. Clement of Rome, Letter to the Corinthians, chap. 46, seperti dikutip oleh John Willis SJ, The Teachings of the Church Fathers, (San Francisco, Ignatius Press, 2002, reprint 1966), p. 145))
2. St. Ignatius dari Antiokhia (50-117) membandingkan jemaat dengan batu yang disusun untuk membangun bait Allah Bapa; yang diangkat ke atas oleh ‘katrol’ Yesus Kristus yaitu Salib-Nya dan oleh ‘tali’ Roh Kudus. ((St. Ignatius of Antiokh, Letter to the Ephesians, Chap 9, Ibid., p. 146))
“Ignatius, juga disebut Theoforus, kepada Gereja di Efesus di Asia… yang ditentukan sejak kekekalan untuk kemuliaan yang tak berakhir dan tak berubah, yang disatukan dan dipilih melalui penderitaan sejati oleh Allah Bapa di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.” ((St. Ignatius, Letter to the Ephesians, 110))
“Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus, telah dikandung oleh Maria seturut rencana Tuhan: dari keturunan Daud, adalah benar, tetapi juga dari Roh Kudus.” ((ibid., 18:2)).
“Kepada Gereja yang terkasih dan diterangi kasih Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak Dia yang telah menghendaki segalanya yang ada.” ((St. Ignatius, Letter to the Romans, 110))
3. St. Polycarpus (69-155), dalam doanya sebelum ia dibunuh sebagai martir, “… Aku memuji Engkau (Allah Bapa), …aku memuliakan Engkau, melalui Imam Agung yang ilahi dan surgawi, Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih, melalui Dia dan bersama Dia, dan Roh Kudus, kemuliaan bagi-Mu sekarang dan sepanjang segala abad. Amin.” ((St. Polycarp, Ibid., 146))
4. St. Athenagoras (133-190):
“Sebab, … kita mengakui satu Tuhan, dan PuteraNya yang adalah Sabda-Nya, dan Roh Kudus yang bersatu dalam satu kesatuan, –Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.” ((St. Athenagoras, A Plea for Christians, Chap. 24, ibid., 148))
5. Aristides sang filsuf [90-150 AD] dalam The Apology
“Orang- orang Kristen, adalah mereka yang, di atas segala bangsa di dunia, telah menemukan kebenaran, sebab mereka mengenali Allah, Sang Pencipta segala sesuatu, di dalam Putera-Nya yang Tunggal dan di dalam Roh Kudus. ((Aristides, Apology 16 [A.D. 140]))
6. St. Irenaeus (115-202):
“Sebab bersama Dia (Allah Bapa) selalu hadir Sabda dan kebijaksanaan-Nya, yaitu Putera-Nya dan Roh Kudus-Nya, yang dengan-Nya dan di dalam-Nya, …Ia menciptakan segala sesuatu, yang kepadaNya Ia bersabda, “Marilah menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Kita.” (( St. Irenaeus, Against Heresy, Bk. 4, Chap.20, Ibid., 148))
“Sebab Gereja, meskipun tersebar di seluruh dunia bahkan sampai ke ujung bumi, telah menerima dari para rasul dan dari murid- murid mereka iman di dalam satu Tuhan, Allah Bapa yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya; dan di dalam satu Yesus Kristus, Sang Putera Allah, yang menjadi daging bagi keselamatan kita, dan di dalam Roh Kudus, yang [telah] mewartakan melalui para nabi, ketentuan ilahi dan kedatangan, dan kelahiran dari seorang perempuan, dan penderitaan dan kebangkitan dari mati dan kenaikan tubuh-Nya ke surga dari Kristus Yesus Tuhan kita, dan kedatangan-Nya dari surga di dalam kemuliaan Allah Bapa untuk mendirikan kembali segala sesuatu, dan membangkitkan kembali tubuh semua umat manusia, supaya kepada Yesus Kristus Tuhan dan Allah kita, Penyelamat dan Raja kita, sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang tidak kelihatan, setiap lutut bertelut dari semua yang di surga dan di bumi dan di bawah bumi ….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, I:10:1 [A.D. 189])).
“Namun demikian, apa yang tidak dapat dikatakan oleh seorangpun yang hidup, bahwa Ia [Kristus] sendiri adalah sungguh Tuhan dan Allah … dapat dilihat oleh mereka yang telah memperoleh bahkan sedikit bagian kebenaran” ((St. Irenaeus, ibid., 3:19:1)).
7. St. Clement dari Alexandria [150-215 AD] dalam Exhortation to the Heathen (Chapter 1)
“Sang Sabda, Kristus, adalah penyebab, dari asal mula kita -karena Ia ada di dalam Allah- dan penyebab dari kesejahteraan kita. Dan sekarang, Sang Sabda yang sama ini telah menjelma menjadi manusia. Ia sendiri adalah Tuhan dan manusia, dan sumber dari semua yang baik yang ada pada kita” ((St. Clement, Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190])).
“Dihina karena rupa-Nya namun sesungguhnya Ia dikagumi, [Yesus adalah], Sang Penebus, Penyelamat, Pemberi Damai, Sang Sabda, Ia yang jelas adalah Tuhan yang benar, Ia yang setingkat dengan Allah seluruh alam semesta sebab Ia adalah Putera-Nya.” ((ibid., 10:110:1)).
8. St. Hippolytus [170-236 AD] dalam Refutation of All Heresies (Book IX)
“Hanya Sabda Allah [yang] adalah dari diri-Nya sendiri dan karena itu adalah juga Allah, menjadi substansi Allah. ((St. Hippolytus, Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]))
“Sebab Kristus adalah Allah di atas segala sesuatu, yang telah merencanakan penebusan dosa dari umat manusia …. ((ibid., 10:34)).
9. Tertullian [160-240 AD] dalam Against Praxeas
“Bahwa ada dua allah dan dua Tuhan adalah pernyataan yang tidak akan keluar dari mulut kami; bukan seolah Bapa dan Putera bukan Tuhan, ataupun Roh Kudus bukan Tuhan…; tetapi keduanya disebut sebagai Allah dan Tuhan, supaya ketika Kristus datang, Ia dapat dikenali sebagai Allah dan disebut Tuhan, sebab Ia adalah Putera dari Dia yang adalah Allah dan Tuhan.” ((Tertullian, Against Praxeas 13:6 [A.D. 216])).
10. Origen [185-254 AD] dalam De Principiis (Book IV)
“Meskipun Ia [Kristus] adalah Allah, Ia menjelma menjadi daging, dan dengan menjadi manusia, Ia tetap adalah Allah.” ((Origen, The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225])).
11. Novatian [220-270 AD] dalam Treatise Concerning the Trinity
“Jika Kristus hanya manusia saja, mengapa Ia memberikan satu ketentuan kepada kita untuk mempercayai apa yang dikatakan-Nya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3). Bukankah Ia menghendaki agar diterima sebagai Allah juga? Sebab jika Ia tidak menghendaki agar dipahami sebagai Allah, Ia sudah akan menambahkan, “Dan manusia Yesus Kristus yang telah diutus-Nya,” tetapi kenyataannya, Ia tidak menambahkan ini, juga Kristus tidak menyerahkan nyawa-Nya kepada kita sebagai manusia saja, tetapi satu diri-Nya dengan Allah, sebagaimana Ia kehendaki agar dipahami oleh persatuan ini sebagai Tuhan juga, seperti adanya Dia. Karena itu kita harus percaya, seusai dengan ketentuan tertulis, kepada Tuhan, satu Allah yang benar, dan juga kepada Ia yang telah diutus-Nya, Yesus Kristus, yang, …tidak akan menghubungkan Diri-Nya sendiri kepada Bapa, jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah juga. Sebab [jika tidak] Ia akan memisahkan diri-Nya dari Dia [Bapa], jika Ia tidak menghendaki untuk dipahami sebagai Allah.” ((Novatian, Treatise Concerning the Trinity 16 [A.D. 235])).
12. St. Cyprian of Carthage [200-270 AD] dalam Treatise 3
“Seseorang yang menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait Roh Kudus-Nya …” ((St. Cyprian, Letters 73:12 [A.D. 253])).
13. Lactantius [290-350 AD] dalam The Epitome of the Divine Institutes
“Ia telah menjadi baik Putera Allah di dalam Roh dan Putera manusia di dalam daging, yaitu baik Allah maupun manusia. ((Lactantius, Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]))
“Seseorang mungkin bertanya, bagaimana mungkin, ketika kita berkata bahwa kita menyembah hanya satu Tuhan, namun kita menyatakan bahwa ada dua, Allah Bapa dan Allah Putera, di mana penyebutan ini telah menyebabkan banyak orang jatuh ke dalam kesalahan yang terbesar … [yang berpikir] bahwa kita mengakui adanya Tuhan yang lain, dan bahwa Tuhan yang lain itu adalah yang dapat mati …. [Tetapi] ketika kita bicara tentang Allah Bapa dan Allah Putera, kita tidak bicara tentang Mereka sebagai satu yang lain dari yang lainnya, ataupun kita memisahkan satu dari lainnya, sebab Bapa tidak dapat eksis tanpa Putera dan Putera tidak dapat dipisahkan dari Bapa.” ((Lactantius, (ibid., 4:28–29))
14. St. Athanasius (296-373), “Sebab Putera ada di dalam Bapa… dan Bapa ada di dalam Putera…. Mereka itu satu, bukan seperti sesuatu yang dibagi menjadi dua bagian namun dianggap tetap satu, atau seperti satu kesatuan dengan dua nama yang berbeda… Mereka adalah dua,(dalam arti) Bapa adalah Bapa dan bukan Putera, demikian halnya dengan Putera… tetapi kodreat/ hakekat mereka adalah satu (sebab anak selalu mempunyai hakekat yang sama dengan bapanya), dan apa yang menjadi milik BapaNya adalah milik Anak-Nya.” ((St. Athanasius, Four Discourses Against the Arians, n. 3:3, in NPNF, 4:395.))
15. St. Agustinus (354-430), “… Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus adalah kesatuan ilahi yang erat, yang adalah satu dan sama esensinya, di dalam kesamaan yang tidak dapat diceraikan, sehingga mereka bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan: meskipun Allah Bapa telah melahirkan (has begotten) Putera, dan Putera lahir dari Allah Bapa, Ia yang adalah Putera, bukanlah Bapa, dan Roh Kudus bukanlah Bapa ataupun Putera, namun Roh Bapa dan Roh Putera; dan Ia sama (co-equal) dengan Bapa dan Putera, membentuk kesatuan Tritunggal. ” ((St. Augustine, On The Trinity, seperti dikutip oleh John Willis SJ, Ibid., 152.))
Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
Pengajaran Gereja: Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus
Syahadat ‘Aku Percaya’ menyatakan bahwa rahasia sentral iman Kristen adalah Misteri Allah Tritunggal. Maka Trinitas adalah dasar iman Kristen yang utama ((Gereja Katolik , Katekismus Gereja Katolik, Edisi Indonesia., 234, 261.)) yang disingkapkan dalam diri Yesus. Seperti kita ketahui di atas, iman kepada Allah Tritunggal telah ada sejak zaman Gereja abad awal, karena didasari oleh perkataan Yesus sendiri yang disampaikan kembali oleh para murid-Nya. Jadi, tidak benar jika doktrin ini baru ditemukan dan ditetapkan pada Konsili Konstantinopel I pada tahun 359! Yang benar ialah: Konsili Konstantinopel I mencantumkan pengajaran tentang Allah Tritunggal secara tertulis, sebagai kelanjutan dari Konsili Nicea (325) ((Konsili Nicea (325): Credo Nicea: “…Kristus itu sehakekat dengan Allah Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar …”)), dan untuk menentang heresies (ajaran sesat) yang berkembang pada abad ke-3 dan ke-4, seperti Arianisme (oleh Arius 250-336, yang menentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa) dan Sabellianisme (oleh Sabellius 215 yang membagi Allah dalam tiga modus, sehingga seolah ada tiga Pribadi yang terpisah).
Dari sejarah Gereja kita melihat bahwa konsili-konsili diadakan untuk menegaskan kembali ajaran Gereja (yang sudah berakar sebelumnya) dan menjaganya terhadap serangan ajaran-ajaran sesat/ menyimpang. Jadi yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sendiri menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja ‘diserang’ oleh ajaran yang sesat, Allah mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan ajaran yang benar dan Yesus memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili untuk menegaskan kembali kesetiaan ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus kepada para Rasul. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas di dalam artikel terpisah, dalam topik Sejarah Gereja.
Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:
- Tritunggal adalah Allah yang satu. ((Lihat KGK 253)) Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.
- Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. ((Lihat KGK 254))
- Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah. ((Lihat KGK 255))
Jadi bagaimana kita menjelaskan Trinitas?
Kita akan mencoba memahaminya dengan bantuan filosofi. Dengan pendekatan filosofi, maka diharapkan kita akan dapat masuk ke dalam misteri iman, sejauh apa yang dapat kita jelaskan dengan filosofi. Dengan demikian, filosofi melayani teologi. Untuk menjelaskan Trinitas, pertama-tama kita harus mengetahui terlebih dahulu beberapa istilah kunci, yaitu apa yang disebut sebagai substansi/ hakekat/ kodrat dan apa yang disebut sebagai pribadi/ hypostatis. Pengertian kedua istilah ini diajarkan oleh St. Gregorius dari Nasiansa. Kedua, bagaimana menjelaskan prinsip Trinitas dengan argumentasi kenapa hal ini sudah sepantasnya terjadi atau “argument of fittingness.” Ketiga, kita dapat menjelaskan konsep Trinitas dengan argumen definisi kasih. Berikut ini mari kita lihat satu persatu.
Arti ‘substansi/ hakekat’ dan ‘pribadi’
Mari kita lihat pada diri kita sendiri. ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai hakekat/ kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia ini adalah sama untuk semua orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’ maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lain, karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari, pribadi kita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’ dalam bahasa Inggris), di mana ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sedangkan, substansi/ hakekat kita diwakili dengan kata ‘manusia’ (atau ‘human’). Analogi yang paling mirip (walaupun tentu tak sepenuhnya menjelaskan misteri Allah ini) adalah kesatuan antara jiwa dan tubuh dalam diri kita. Tanpa jiwa, kita bukan manusia, tanpa tubuh, kita juga bukan manusia. Kesatuan antara jiwa dan tubuh kita membentuk hakekat kita sebagai manusia, dan dengan sifat-sifat tertentu membentuk kita sebagai pribadi.
Dengan prinsip yang sama, maka di dalam Trinitas, substansi/hakekat yang ada adalah satu, yaitu Tuhan, sedangkan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga ‘Aku’, yaitu Bapa. Putera dan Roh Kudus. Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai makna Trinitas, karena di dalam tiga orang manusia, terdapat tiga “kejadian”/ ‘instances‘ kodrat manusia; sedangkan di dalam tiga Pribadi ilahi, terdapat hanya satu kodrat Allah, yang identik dengan ketiga Pribadi tersebut. Dengan demikian, ketiga Pribadi Allah mempunyai kesamaan hakekat Allah yang sempurna, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang sempurna. Yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam hal hubungan timbal balik antara ketiganya. ((Lihat KGK 252.))
Argument of fittingness untuk menjelaskan Trinitas
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai akal budi. ((Dalam bukunya “Isagoge“, pengenalan akan kategori menurut Aristoteles, Filsuf Yunani Porphyry, mengemukakan bahwa Aristoteles membagi substansi atau “substance” berdasarkan “genus” yang mengindikasikan esensi dari sesuatu dan “a specific differences” yang merupakan kategory yang lebih detail dari genus tertentu.)) Akal budi yang berada dalam jiwa manusia inilah yang menjadikan manusia sebagai ciptaan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan ciptaan yang lain. Akal budi, yang terdiri dari intelek (intellect) dan keinginan (will) adalah anugerah Tuhan kepada umat manusia, yang menjadikannya sebagai ‘gambaran’ Allah sendiri.
Nah, intelek dan keinginan tersebut memampukan manusia melakukan dua perbuatan prinsip yang menjadi ciri khas manusia, yaitu: mengetahui dan mengasihi. Kemampuan mengetahui sesuatu tidaklah menunjukkan kesempurnaan manusia, karena kita menyadari bahwa komputer-pun dapat ‘mengetahui’ lebih banyak daripada kita, kalau dimasukkan program tertentu, seperti kamus atau ensiklopedia. Namun, yang membuat manusia istimewa adalah kerjasama antara intelek dan keinginan, jadi tidak sekedar mengetahui, tetapi dapat juga mengasihi. Jadi hal ‘mengasihi’ inilah yang menjadikannya sebagai mahluk yang tertinggi jika dibandingkan dengan hewan dan tumbuhan, apalagi dengan benda-benda mati.
Kita mengenal peribahasa “kalau tak kenal, maka tak sayang“. Peribahasa ini sederhana, namun berdasarkan suatu argumen filosofi, yaitu “mengetahui lebih dahulu, kemudian menginginkan atau mengasihi.” Orang tidak akan dapat mengasihi tanpa mengetahui terlebih dahulu. Bagaimana kita dapat mengasihi atau menginginkan sesuatu yang tidak kita ketahui? Sebagai contoh, kalau kita ditanya apakah kita menginginkan komputer baru secara cuma-cuma? Kalau orang tahu bahwa dengan komputer kita dapat melakukan banyak hal, atau kalaupun kita tidak memakainya, kita dapat menjualnya, maka kita akan dengan cepat menjawab “Ya, saya mau.” Namun kalau kita bertanya kepada orang pedalaman yang tidak pernah mendengar atau tahu tentang barang yang bernama komputer, maka mereka tidak akan langsung menjawab “ya”. Mereka mungkin akan bertanya dahulu, “komputer itu, gunanya apa?” Di sini kita melihat bahwa tanpa pengetahuan tentang barang yang disebut sebagai komputer, orang tidak dapat menginginkan komputer.
Nah, berdasarkan dari prinsip “seseorang tidak dapat memberi jika tidak lebih dahulu mempunyai” ((Prinsip ini sering disebut sebagai salah satu Prinsip yang tidak perlu dibuktikan (‘self-evident principles’), karena memang demikian halnya.)) maka Tuhan yang memberikan kemampuan pada manusia untuk mengetahui dan mengasihi, pastilah memiliki kemampuan tersebut secara sempurna. Jika kita mengetahui sesuatu, kita mempunyai konsep tentang sesuatu tersebut di dalam pikiran kita, yang kemudian dapat kita nyatakan dalam kata-kata. Maka, di dalam Tuhan, ‘pengetahuan’ akan Diri-Nya sendiri dan segala sesuatu terwujud di dalam perkataan-Nya, yang kita kenal sebagai “Sabda/ Firman”; dan Sabda ini adalah Yesus, Sang Allah Putera.
Jadi, di dalam Pribadi Tuhan terdapat kegiatan intelek dan keinginan yang terjadi secara sekaligus dan ilahi, ((Lihat KGK 259)) yang mengatasi segala waktu, yang sudah terjadi sejak awal mula dunia. Kegiatan intelek ini adalah Allah Putera, Sang Sabda (“The Word“). Rasul Yohanes mengatakan pada permulaan Injilnya, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1).
Selanjutnya, kesempurnaan manusia sebagai mahluk personal dinyatakan, tidak hanya melalui kemampuannya untuk mengetahui, namun juga mengasihi, yaitu memberikan dirinya kepada orang lain dalam persekutuannya dengan sesama. Maka ‘mengasihi’ di sini melibatkan pribadi yang lain, yang menerima kasih tersebut. Kalau hal ini benar untuk manusia pada tingkat natural, maka di tingkat supernatural ada kebenaran yang sama dalam tingkatan yang paling sempurna. Jadi Tuhan tidak mungkin Tuhan yang ‘terisolasi’ sendirian, namun “keluarga Tuhan”, dimana keberadaan-Nya, kasih-Nya, dan kemampuan-Nya untuk bersekutu dapat terwujud, dan dapat menjadi contoh sempurna bagi kita dalam hal mengasihi. Dalam hal ini, hubungan kasih timbal balik antara Allah Bapa dengan Putera-Nya (Sang Sabda) ‘menghembuskan’ Roh Kudus; dan Roh Kudus kita kenal sebagai Pribadi Allah yang ketiga.
Argumen dari definisi kasih.
Seperti telah disebutkan di atas, kasih tidak mungkin berdiri sendiri, namun melibatkan dua belah pihak. Sebagai contoh, kasih suami istri, melibatkan kedua belah pihak, maka disebut sebagai “saling” mengasihi. Kalau Tuhan adalah kasih yang paling sempurna, maka tidak mungkin Tuhan tidak melibatkan pihak lain yang dapat menjadi saluran kasih-Nya dan juga dapat membalas kasih-Nya dengan derajat yang sama. Jadi Tuhan itu harus satu, namun bukan Tuhan betul- betul sendirian. Jika tidak demikian, maka Tuhan tidak mungkin dapat menyalurkan dan menerima kasih yang sejati.
Orang mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan sendirian dan Dia dapat menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, secara logis, hal ini tidaklah mungkin, karena Tuhan Sang Kasih Ilahi tidak mungkin tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna, dan kasih manusia tidak berarti jika dibandingkan dengan kasih Tuhan. Dengan demikian, sangatlah masuk di akal, jika Tuhan mempunyai “kehidupan batin,” di mana Dia dapat memberikan kasih sempurna dan juga menerima kembali kasih yang sempurna. Jadi, dalam kehidupan batin Allah inilah Yesus Kristus berada sebagai Allah Putera, yang dapat memberikan derajat kasih yang sama dengan Allah Bapa. Hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah hubungan kasih yang kekal, sempurna, dan tak terbatas. Kasih ini membuahkan Roh Kudus. ((Roh Kudus adalah buah dari operasi kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera. Ini sebabnya bahwa setelah Pentakosta terjadi setelah Yesus wafat di kayu salib. Bapa mengasihi Putera-Nya, dan Putera-Nya menunjukkan kasih-Nya dengan sempurna di kayu salib. Buah dari pertukaran dan kasih yang mengorbankan diri inilah yang menghasilkan Roh Kudus. Sehingga dalam ibadat iman yang panjang (Nicene Creed), kita melihat pernyataan “….Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putera….“)) Dengan hubungan kasih yang sempurna tesebut kita mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah KASIH. Kesempurnaan kasih Allah ini ditunjukkan dengan kerelaan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada kita. Yesus memberikan Diri-Nya sendiri demi keselamatan kita, ((John Paul II, Encyclical Letter on The Redeemer Of Man: Redemptor Hominis (Pauline Books & Media, 1979), no. 10 – Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa kasih yang sempurna adalah kasih yang dapat memberikan diri sendiri kepada orang lain. Dengan demikian, adalah “sesuai atau fitting” bahwa Tuhan, melalui Putera-Nya menjadi contoh yang snempurna bagaimana menerapkan kasih. Dengan demikian ini juga membuktikan bahwa Tuhan bukanlah Allah yang sendirian.)) agar kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya oleh kuasa Roh-Nya yaitu Roh Kudus.
Trinitas adalah suatu misteri, dan Tuhan menginginkan kita berpartisipasi di dalam-Nya agar dapat semakin memahami misteri tersebut
Memang pada akhirnya, Trinitas hanya dapat dipahami dalam kacamata iman, karena ini adalah suatu misteri ((KGK 237.)), meskipun ada banyak hal juga yang dapat kita ketahui dalam misteri tersebut. Manusia dengan pemikiran sendiri memang tidak akan dapat mencapai pemahaman sempurna tentang misteri Trinitas, walaupun misteri itu sudah diwahyukan Allah kepada manusia. Namun demikian, kita dapat mulai memahaminya dengan mempelajari dan merenungkan Sabda Allah dalam Kitab Suci, pengajaran para Bapa Gereja dan Tradisi Suci yang ditetapkan oleh Magisterium (seperti hasil Konsili), juga dengan bantuan filosofi dan analogi seperti diuraikan di atas. Selanjutnya, pemahaman kita akan kehidupan Trinitas akan bertambah jika kita mengambil bagian di dalam kasih Trinitas itu, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.
Di sinilah pentingnya peran Sakramen dan doa: Sakramen Pembaptisan merupakan rahmat awal, ‘gerbang’ yang memungkinkan kita mengambil bagian dalam kehidupan ilahi (lihat artikel: Sudahkah kita diselamatkan?). Kemudian, Sakramen Ekaristi mengambil peranan utama, karena di dalamnya kita menyambut Kristus sendiri, dan dengan demikian kita mengambil bagian di dalam kehidupan Allah Tritunggal melalui Yesus (baca artikel: Ekaristi: Sumber dan Puncak Spiritualitas Kristiani). Di sinilah juga pentingnya peran penghayatan akan Sakramen Perkawinan, sebab di dalam Perkawinan, kita melihat bagaimana hubungan kasih antara suami dan istri yang direncanakan oleh Allah untuk menjadi gambaran akan kasih Allah Tritunggal (silakan baca: Indah dan Dalamnya Makna Sakramen Perkawinan Katolik). Demikian pula, kasih Allah Tritunggal pula yang mengilhami Sakramen Tahbisan Suci, karena melalui Tahbisan Suci, para imam dipanggil untuk meniru teladan hidup Yesus, terutama dalam hal mengasihi, yaitu dengan memberikan diri kepada Allah dan sesama secara total. Memang, pada dasarnya sakramen-sakramen adalah ‘sarana’ yang diberikan oleh Allah kepada kita, agar kita dapat mengambil bagian di dalam kehidupan ilahi-Nya (mohon dibaca: Sakramen: apa pentingnya dalam kehidupan kita?, terutama pada sub judul: Akibat utama penerimaan Sakramen). Akhirnya, kitapun perlu memeriksa kehidupan doa kita, apakah kita setia dalam menyediakan waktu untuk Tuhan dan menghayati kesatuan denganNya di dalam kehidupan rohani kita? Bagaimana sikap kita terhadap sakramen- sakramen yang dikaruniakan Allah? Adakah kita cukup menghargai dan merindukannya? Pertanyaan ini memang kembali kepada diri kita masing-masing.
Kesimpulan
Melihat begitu dalamnya kehidupan batin Allah, hati kita melimpah dengan ucapan syukur. Sebab kehidupan batin tersebut tidak hanya ‘tertutup’ bagi Allah sendiri, namun Ia ‘membuka’ kehidupan-Nya agar kita dapat mengambil bagian di dalamnya. Ya, Allah sesungguhnya tidak ‘membutuhkan’ kita, sebab kasihNya telah sempurna di dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Namun justru karena kasih yang sempurna itu, Ia merangkul kita semua, jika kita mau menanggapi panggilan-Nya. Mari bersama kita berjuang, agar lebih menghargai rahmat Allah yang terutama dinyatakan di dalam sakramen-sakramen, terutama sakramen Ekaristi, sehingga kita dapat semakin menghayati persatuan kita dengan Kristus, yang membawa kita kepada persatuan dengan Allah Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dengan persatuan dengan Allah ini, kita mencapai puncak kehidupan spiritualitas, di mana kita dimampukan oleh Allah untuk mengasihi Dia dan sesama.
Doa Penutup
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus,
Ya Allah, kami bersyukur untuk misteri kehidupan-Mu dalam Tritunggal Maha Kudus. Di dalam kehidupan batinMu, Engkau telah menyingkapkan kepada kami kedalaman kasih-Mu yang tiada batasnya. Ampunilah kami, jika kami sering tidak menyadari panggilan-Mu untuk mengambil bagian di dalam misteri kasih-Mu itu. Kami mohon, ya Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu agar kami dapat untuk turut mengambil bagian di dalam misteri Kasih itu, dengan mengambil bagian di dalam sakramen-sakramen yang Engkau berikan, dan bantulah aku untuk lebih setia di dalam kehidupan doaku, agar dengan kekuatan yang Engkau berikan, Engkau memampukan kami untuk mengasihi Engkau dan sesama kami. Di dalam nama Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin.
Konsili Konstantinopel I (359): menegaskan kembali Credo Nicea. Konsili ini mengembangkan Credo Nicea, yang bersangkutan dengan Roh Kudus, sebagai, “Allah, Pemberi kehidupan, yang berasal dari Bapa, bersama Bapa dan Putera, disembah dan dimuliakan.” Seperti Allah Putera, Roh Kudus adalah satu dan sama hakekatnya (ousia).
Kepada ibu Inggrit
bolehkah berdoa kepada Bapa dengan membayangkan Yesus sesuai yohanes 14: 9 ?
[Dari Katolisitas: Silakan saja, sebab memang Yesus datang ke dunia, untuk menyatakan Bapa kepada kita manusia. Di dalam Yesus, Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan (lih. Kol 1:15)]
Terima kasih atas jawabannya, Tuhan memberkati
Shalom Katolisitas,
Di sini saya ada persoalan adakah benar Allah memperanakkan bagi maksud “Ia lahir dari Bapa sebelum segala Abad” dlm syahadat Nisea yg panjang. Dan adakah Gereja Katolik bersetuju dengan pernyataan saudara kita yg beragama Islam mengenai konsep “Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan”. Itu saja Dominus Tecum katolisitas :)
Shalom Nelson,
Kata ‘lahir’ dalam “Ia (Kristus) lahir dari Bapa sebelum segala abad” tentu tidak untuk diartikan seperti manusia yang lahir dari ibunya, atau sebagai buah perkawinan antara ayah dan ibunya. Sebab Allah yang adalah Roh, tidak kawin maupun dikawinkan, sebagaimana juga malaikat yang adalah roh, juga tidak kawin maupun dikawinkan (Mat 22:30). Maka kata ‘lahir’ ini mengacu kepada arti ‘generate/ begotten‘ dari Allah Bapa, yang sayangnya memang tidak ada terjemahan persisnya dalam bahasa Indonesia. Maka diterjemahkan sebagai ‘lahir’ seperti terjemahan kata ‘born‘. Namun jika kita melihat kepada teks Inggrisnya, kita mengetahui bedanya, sebab dikatakan di sana, bukan born, tetapi begotten, yang mengacu kepada arti bahwa Bapa-lah sebagai asal dari Putera, walaupun terjadinya kedua Pribadi Allah ini adalah dalam kekekalan, sehingga tidak ada yang lebih dahulu maupun yang kemudian. Sebab tentang kedua hal ini mensyaratkan adanya waktu, sedangkan keberadaan Allah dalam kekekalan itu tidak terbatas oleh waktu.
Maka jika kata ‘beranak dan diperanakkan’ dihubungkan dengan pengertian ‘beranak dan diperanakkan’ menurut manusia, sebagai akibat perkawinan, tentu saja Allah tidak demikian. Sebab makna Allah Bapa ‘melahirkan’ Putera, itu hanya menunjukkan hubungan asalnya (Putera dari Bapa), sehingga tidak sama artinya dengan arti yang umum dipahami oleh manusia tentang ‘melahirkan’ -yang disebabkan karena hubungan perkawinan.
Selanjutnya tentang hubungan asal yang ada dalam Allah Trinitas, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom saudara Stefanus Tay,
saya ingin bertanya bagaimana penafsiran saudara mengenai ayat Alkitab Yohanes 14:28 dan 1 Korintus 11 : 3, karena dalam ayat ini tidak menunjukkan kedudukan yang sama antara Allah dengan Yesus. Bagaimana saya dapat memahaminya sebagai suatu Trinitas ?
terima kasih, saya tunggu jawaban saudara.
[dari katolisitas: Tentang Yoh 14:28, silakan melihat ini- silakan klik. Dan 1Kor 11:3 mempunyai argumentasi yang sama dengan ayat lainnya.]
shalom saudara Stefanus Tay,
saya mengerti maksud yang disampaikan dalam artikel mengenai Yoh 14:28 yang ditulis saudari Ingrid Listiati dikatakan bahwa dalam kapasitasnya sebagai manusia, Yesus mengatakan bahwa Ia akan kembali kepada Allah Bapa yang lebih besar dari padaNya, yaitu Allah yang mengutusNya untuk menjelma menjadi manusia. Namun dalam 1Korintus 11:3 tidak menceritakan kedudukan Yesus sewaktu Ia diutus ke bumi melainkan Paulus mengatakannya sebagai suatu ajaran/ketetapan bahwa Yesus sendiri dikepalai oleh Allah. Kemudian bila kita membaca di 1 Korintus 15:28 meskipun Yesus telah menaklukkan segala sesuatu, Ia tetap merendahkan diriNya dihadapan Allah. Bagaimana menurut saudara mengenai hal ini?
Shalom Christian Renhard,
Untuk interpretasi 1 Kor 11:3, kami mengacu kepada penjelasan St. Thomas Aquinas tentang ayat tersebut, demikian:
“Kepala dari Kristus ialah Allah. Di sini harus dicatat bahwa nama “Kristus” menandai pribadi yang disebut sehubungan dengan kodrat-Nya sebagai manusia: dan sehingga nama “Allah” tidak mengacu hanya kepada pribadi Allah Bapa, tetapi kepada keseluruhan Allah Trinitas, yang dari-Nya berasal semua kebaikan sempurna dari kemanusiaan Kristus dan yang kepada-Nya kemanusiaan Kristus tunduk/ taat. Juga ini [Kepala dari Kristus ialah Allah] dapat diartikan berbeda, di mana nama “Kristus”, mewakili pribadi sehubungan dengan kodrat ilahi-Nya; sehingga nama “Allah”, hanya mewakili pribadi Allah Bapa, Yang disebut sebagai Kepala Sang Putera, bukan karena alasan bahwa Bapa lebih besar/ lebih sempurna atau karena alasan argumen yang mendahului, tetapi hanya menurut hubungan asalnya dan kesesuaian hakekatnya, sebagaimana dikatakan dalam Mzm 2:7, “Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”
Sedangkan untuk 1 Kor 15:28, St. Thomas menjelaskan:
“… dengan mengatakan ‘segala sesuatu’ [telah ditaklukkan], artinya tak ada yang tidak termasuk, kecuali Ia yang menaklukkan. Maka, segala sesuatu termasuk kematian, telah ditaklukkan oleh Kristus. Karena itu Paulus berkata: Ketika dikatakan, segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah-Nya, yaitu, di bawah Kristus sebagai manusia, kecuali Dia, yaitu Allah Bapa, yang menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya [Kristus]: “Segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya [Kristus]” (Ibr 2:8); Yesus berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat 28:18).
Di samping itu, jika Bapa menaklukkan segala sesuatu di bawah Putera, maka Putera lebih rendah daripada Bapa? Jawabnya adalah Bapa menaklukkan segala sesuatu di bawah Sang Putera, sebagai manusia, sebagaimana telah dikatakan, sehingga Bapa lebih besar daripada Putera. Sebab Kristus lebih rendah [daripada Bapa] menurut kemanusiaan-Nya, tetapi sama menurut ke-Allahan-Nya. Atau, dapat dikatakan bahwa, bahkan Sang Putera sendiri sebagai Allah, menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, sebab sebagai Allah, Ia dapat melakukan segala sesuatu yang dilakukan Bapa: “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Flp 3:20-21)
Maka ketika Rasul Paulus berkata: Ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah-Nya, sang rasul menunjukkan bahwa di akhir kebangkitan ini bukanlah kemanusiaan Kristus, tetapi bahwa mahluk ciptaan yang berakal budi akan kemudian diarahkan untuk memandang Allah, dan di dalamnya itulah kebahagiaan kita. Oleh karena itu, rasul berkata, ketika segala sesuatu ditaklukkan di bawah-Nya. Seolah-olah ia mengatakan: Allah belum menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus; tetapi ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kaki-Nya, yaitu di bawah Kristus, maka kemanusiaan-Nya akan tunduk di bawah-Nya, yaitu di bawah Allah Bapa: “Bapa lebih besar daripada-Ku” (Yoh 14:28), dan bahkan saat ini Kristus sebagai manusia tunduk di bawah Allah Bapa, namun hal ini akan lebih nyata lagi pada saat itu. Alasan dari tunduknya segala sesuatu ini, adalah agar Allah dapat menjadi segalanya bagi segala sesuatu, yaitu: bahwa jiwa-jiwa manusia beristirahat seluruhnya di dalam Allah, dan Allah sendiri menjadi kebahagiaan sempurna. Sebab saat ini, pada seseorang ada hidup dan kebajikan, dan pada yang lain ada kemuliaan, tetapi saat itu Allah akan menjadi kehidupan, dan keselamatan, dan kebajikan dan kemuliaan, dan segala sesuatu. Atau dengan kata lain: bahwa Allah akan menjadi semua di dalam semua, sebab akan menjadi jelas bahwa apapun yang baik yang kita miliki, adalah dari Allah.”
Demikianlah yang dapat sampaikan menanggapi pertanyaan Anda. Gereja Katolik mengajarkan bahwa dalam diri Kristus terdapat doa kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia; di mana dalam kodrat ke-Allahan-Nya, Kristus setara dengan Allah Bapa, sedangkan dalam kodrat kemanusiaan-Nya, Ia tunduk dan berada di bawah Allah Bapa. Itulah sebabnya Kristus dapat mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30) dan “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9); namun juga, “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yoh 14:28).
Selanjutnya tentang penjelasan kedua kodrat dalam diri Yesus, silakan membaca penjelasan Paus Leo Agung, dalam the Tome of Leo, klik di sini. Dan tentang Yesus Sungguh Allah dan Sungguh Manusia, klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
…. silakan memberikan sanggahan berdasarkan Yoh 1:1, seperti yang telah Anda mulai. Dituliskan “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1). Siapakah Firman yang dimaksud di sini?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam sejahtera dalam kasih kristus, terima kasih sebelumnya atas kesempatan dan ijin bertanya ini, baiklah saya coba menguraikannya/menganalisanya dengan segala kelemahan manusia yang dimiliki.
1. Anggapan akan adanya dua/lebih oknum dalam kalimat itu, bisa kita lihat pada Kejadian 1: 26, yang berbunyi : Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa KITA. KITA berarti jamak, lebih dari satu.
maka manusia bisa menafsirkan kata2 diatas adalah, manusia diciptakan serupa dengan penghuni2 surga, Maka kata2 KITA adalah penghuni2 surga. Bentuk penghuni surga yang serupa manusia ini, terbukti ketika datang dan menemui Abraham, sara ataupun Lot, dan Yakub.
kej 1: 29. ..”Lihatlah, AKU memberikan kepadamu segala ….. kalimat ini menunjukan dari antara penghuni surga tersebut siapa yang memiliki kekuasaan dan wewenang yang UTAMA. Pemiliknya adalah si AKU.
2 Anggapan bisa saja menjadi firman adalah perkataan Allah sendiri.
Lalu yang ditanyakan adalah siapakah Firman itu ..?
Dari kedua pilihan diatas, saya lebih cenderung kepada firman itu adalah Yesus sebagai penghuni surga tsb. Maka dengan alasan, ketika selesai dibaptis, sang penguasa kerajaan sorga tersebut berkata mengungkap siapa Yesus itu .. Inilah anak yang KUkasihi, dan diulang untuk kedua kalinya dengan saksi2 yang mendengarkannya. Jika Bapa sebagai Allah mengakui seseorang sebagai anaknya(ANAK YANG DIAKUI TETAPI TIDAK/BUKAN DILAHIRKAN, MAAF SAYA TULIS DENGAN HURUF BESAR KARENA KAUM LAIN PASTI IKUT MEMBACA JUGA), maka dia akan menjadi anak dari yang mengakui tersebut. Karena yang mengakuinya adalah Allah, maka dia disebut Anak Allah(terbantahlah guyonan bodoh yang berucap Allah tidak beranak dan tidak diperanakan, jelas riwayat disini mengungkap hanya mengakui dengan kata2 menganggap anak setelah dilahirkan oleh Maria). Karena firman itu telah dikatakan anaknya, oleh Allah, maka ditulislah firman itu Anak Allah, sederhanya hanya dikatakan Allah saja si firman tsb.
Dan Anak Allah tsb telah mengajarkan/menjawab pertanyaan Petrus, untuk melakukan Doa Bapa Kami dengan dua makna, dua inti utama : Cintailah bapa dengan segenap hatimu, berlindunglah kepada Bapa dan kasihilah sesamamu manusia ( disinilah hukum taurat dipermudah dan digenapi oleh Yesus. dari 10 menjadi dua inti yang sederhana tetapi sesungguhnya lebih berbobot ) … maka kata2 “Bapa yang mengutus aku” menjadi jelas dengan bukti meminta manusia berbakti kepada Bapa.
Kenapa kata2 Trinitas menjadi permasalahan dan menjadi bahan tertawaan seperti ahmed dedat ..?(disinilah juga kebodohan dedat, atau zakir karena telah mempermasalahkan dan mentertawakan pengertian manusia, bukan ajaran injil, sedangkan ajaran Yesus sendiri justru tak disinggungnya) dan kenapa sulit untuk menjelaskan pemahaman tsb pada manusia dengan akal sehat, akal budi, dan tidak berhubungan dengan kekonsistenan isi Alkitab, kenyataan ini mungkin karena pengertian itu hasil upaya pemahaman manusia, … HASIL MANUSIA .. dengan segudang imajinasinya …!!, bukan dari ucapan Yesus sendiri ataupun Paulus, maka selamanya akan sulit dijelaskan dengan nalar walaupun dengan berbagai dalih, sepanjang apapun penjelasannya …. tetapi itu adalah hak seseorang untuk meyakininya … hanya sayangnya selalu menjadi bahan permasalahan manusia, terkadang bisa menjadikan berpindah keyakinan karena nalarnya mengakui tidak mungkin seperti itu walaupun dengan segudang penjelasan. Kenapa harus memaksakan hasil pemikiran manusia ..? Kenapa harus menjelaskannya dengan berbagai dalih yang tidak masuk akal ..? Kenapa tidak menekankan pada ajaran Yesus saja yang tertulis dalam Injil ..? semuanya hanya membuang2 waktu dengan sia2, apakah disini kuasa gelap turut bermain ..?
Untuk menjadikan dua adalah satupun demikian banyak permasalahan, apalagi memasukan satu(Roh Kudus) lagi menjadi satu, tentu akan semakin sulit untuk diterima nalar manusia. Kenapa ajaran Yesus begitu mudah dicerna..? Sementara ada manusia yang memasukan pengertian baru tetapi sangaat sulit dicerna ..? Mengapa surat pengampunan dosa dijual ..? bukankah pemuka agama yang diberkati yang menjualnya ..? Kenapa selalu membuang2 waktu menjelaskan trinitas yang tidak ada di Injil/hasil manusia diluar petrus ?
Untuk dikenali latar belakang penanya, Tk/sd/smp katholik di Cikutra bandung, lulus smp katholik di cijantung jakarta, sma katholik di kebonjati bandung, sma kristen di kebon jati bandung, lulus sma kristen di daerah dago bandung 1981, begitu banyak sma yang dijelajahi karena kenakalan remaja, pendidikan terakhir akutansi. Ayah kandung kristen, ayah tiri muslim, ibu tiri budha, ibu kandung kristen, tidak pernah ke gereja, hanya ketika kuliah pernah diminta hamran amrie untuk bergabung dalam penggembalaannya tetapi menolak, istri menjadi kristen dan dibaptis di gunung kidul, setelah berombang ambing dalam berbagai ajaran, menelitinya dan akhirnya tidak akan pernah goyah untuk selamnya. Amien.
Terima kasih untuk kesempatan diskusi indah ini, biarlah kasih karunia Bapa senantiasa selalu menaungi kita. Amien … Sedikit pesan Yesus yg perlu diwaspadai adalah Banyak orang datang atas namaku, tetapi aku tidak mengakuinya didepan bapaku, Banyak nabi2 palsu pada akhir jaman, siapakah itu …? GBU.
Shalom Ghalau,
Sebenarnya tidak ada anggapan oknum kedua atau lebih dari Yoh 1:1 diambil dari Kejadian 1:26. Yang kita diskusikan adalah Yoh 1:1. Oleh karena itu, saya tidak memberikan tanggapan akan komentar lain yang tidak berhubungan dengan Yoh 1:1. Kalau Anda menyetujui bahwa Firman itu adalah Yesus, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana Anda menginterpretasikan bahwa Firman yang Anda mengerti adalah Yesus ternyata disebutkan di dalam Yoh 1:1 demikian “Firman itu adalah Allah“?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom yth/ytc stef.
Salam sejahtera dalam kasih Bapa dan Yesus Kristus gembala kita. Semoga Roh kudus berkenan ikut campur/mendampingi kita dalam diskusi yang indah ini, agar iman kita semakin kuat dan teguh, melalui jalan cerita yang masuk akal budi.
Didalam membaca Alkitab untuk mengerti dan memahami isinya, pelajaran yang paling penting dari Yusuf roni semasa jayanya, dengan mengambil kesimpulan didalam uraian setiap khotbahnya tahun 1980an adalah : Menghayati dan mengerti terlebih dahulu “Sub Judul”, hayati terlebih sub judulnya, … sekali lagi hayati “sub judulnya”.
ayat yoh 1:1 adalah uraian dari sub judul …. dan sub judul yang tertulis di alkitab adalah FIRMAN YANG TELAH MENJADI MANUSIA. sekali lagi FIRMAN YANG TELAH MENJADI MANUSIA. Siapakah dia ..? Yesus Kristus kan ..!! Temanya Firman menjadi manusia kan ..?
kembali kita ke ayat awal,
kalimat awalnya adalah “Firman itu adalah bersama2 dengan Allah”.
Kita urai kalimatnya dengan judul sub diatasnya, Firman=Menjadi manusia=Yesus kristus (berasal dari sub judul) maka kembalikan ke kalimat awal …. Firman itu adalah bersama2 dengan Allah …. maka “Yesus Kristus(Firman)itu adalah bersama2 dengan Allah”.
dari sub judul diatas jelas disebutkan bahwa “firman telah menjadi manusia” .. yaitu Yesus Kristus, coba renungkan kata2 yesus, aku bukan berasal dari dunia, Aku berasal dari atas.
Firman itu adalah Allah,… Firman(Yesus Kristus) adalah Allah ..
ya karena Bapa telah mengakuinya sebagai anak. atau Bapa menyebutnya sebagai Anak … karena yang mengatakan dan mengakuinya Allah, bukankah dengan banyak saksi mengatakannya ..? …. maka dengan sendirinya … dia anak Allah.
Penjelasan Firman(Yesus Kristus) adalah Allah, …. ya, sekali lagi karena dia diakui sendiri oleh Allah Bapa.
Renungkan ayat Yoh 1:14 … Kemuliaan NYA yang diberikan sebagai ANAK TUNGGAL BAPA. Dia diberikan pengakuan Anak karena kemuliaannya. Oleh siapa ..? Oleh Bapa kan. Bapa itu Allah kan ..? Dia diakui anak oleh Bapa, kan ..? Oleh Allah kan ..?
Seperti kita ketahui penulisan alkitab setelah Yesus meninggalkan dunia, jadi manusia masa itu menyadarinya si firman yang telah pergi dengan keajaibannya adalah Allah, dan bukti ke Allahannya dia telah bung stef perinci dengan lengkap dan indahnya.
Maka karena yang empunya kekuasaan adalah si AKU dalam Yoh 1 :29, maka jelas Yesus mengatakan Bapa pemilik pohon Anggur, aku pokok anggur, jelas maka Yesus mengatakan Bapa yang mengutus aku, maka jelas Yesus mengatakan, Aku akan berdiri disamping kanan Bapa. Maka jelas Yesus mengajarkan doa BAPA KAMI yang agung.
Dugaan saya, kenapa kita dipaksa menyembah Yesus ..? Karena tertulis “Bapa Pencemburu”, maka Iblis memelesetkannya agar Yesus Kristus terus disembah dan Bapa menjadi Cemburu maka marah besar kepada manusia …
Didalam Joh 1:14 tertulis Kemuliaan NYA(YESUS) YANG DIBERIKANNYA SEBAGAI ANAK TUNGGAL. Maaf kenapa harus mengarang sendiri oleh manusia2 menjadi paham Trinitas.
Trinitas .. yes, dalam arti menyelamatkan manusia sesuai masanya dari kekuasaan Iblis/pengaruh jahat … dalam PL, Bapalah sendiri yang menjaganya, dalam PB Yesuslah yang memberi pencerahan pada manusia, dalam jaman akhir, mintalah Roh kudus menyertai kita karena telah dijanjikan oleh Yesus. Roh Kebenaran.
Maaf Bung Stef, saya tidak hafal isi Alkitab, saya bukan STh, hanya SE, mohon dimaklumi kelancangan saya ini … sebetulnya, saya tidak senang dengan mengganggu pemikiran orang lain, tetapi karena bisikan hati saja yang mengatakan, kamu tidak pernah ke gereja karena tidak ingin mengganggu keyakinan orang lain, berkahmu hanya ada pada penjelasan2 saja … lakukan itu, inilah yang membuat saya berani mencoba berdiskusi dengan para pemuka.
baik buruknya saya ingin akhiri diskusi indah ini .. , atau pertanyaan2 dan permasalahan saya, semoga kiranya Bapa yang agung di surga, Allah Abraham Ishak dan Yakup, Allah yang saya kenal dalam nama Tuhan Yesus Juru selamat kami, berkenan mengampuni kita semua …Amien. GBU
ALLAH KITA ALLAH YANG HIDUP DAN SENANTIASA MENYERTAI UMAT2 PILIHANNYA SEPANJANG MASA. Amien.
Shalom Ghalau,
Terima kasih atas balasan komentar Anda. Intinya kalau Anda mengakui bahwa Firman yang disebutkan di dalam Yoh 1:1 adalah Yesus dan Firman itu adalah Allah seperti yang disebutkan di ayat yang sama, maka kesimpulan yang harus ditarik adalah Anda menyetujui bahwa Yesus adalah Allah. Kalau Anda menyetujui bahwa Bapa adalah Allah dan Kristus adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah (ini belum didiskusikan), maka Anda telah menyetujui bahwa ada 3 Pribadi Allah. Namun saya yakin anda percaya akan Allah yang satu. Kalau hal ini benar, maka tanpa menyebut istilah Trinitas, maka sebenarnya Anda telah mempercayai Trinitas. Jadi, mau percaya atau tidak percaya akan istilah Trinitas, maka secara tidak sadar Anda sebenarnya telah mempercayainya, kecuali kalau Anda menempatkan bahwa Yesus adalah di bawah Allah, yang berarti Yesus bukan Allah. Berarti diskusi akan mengarah kepada pembuktian apakah Yesus sungguh Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shallom Bung stef,
Berbicara kesimpulan, saya hargai dan sangat menghormati kesimpulan yang bung stef utarakan seperti diatas, tetapi setiap manusia tentu memiliki cara pandang berbeda, dan justru kesimpulan yang saya peroleh adalah,
1. Allah Bapa adalah Allah yang harus disembah, ssi yang diajarkan Yesus spt dalam doa Bapa Kami.
2. Allah Bapa adalah Allah pencipta ssi dengan kejadian 1 :31.
3. Yesus Kristus adalah penghuni sorga yang diangkat ANAK TUNGGAL karena kemuliaannya oleh Allah bapa, dengan ketentuan pada mulanya disebut Firman, Joh 1:14, maka tidaklah mungkin menyatakan diri sendiri, Allah juga sebagai anak bagi dirinya sendiri.
4. Yesus Kristus berada didalam nauangan Allah Bapa, spt yang diucapkannya Bapa yang mengutus aku, aku akan berdiri disamping kanan Bapa. Bapa pemilik pohon anggur .. dan sebagainya.
5. Perjanjian Lama, walau bukan murni ajaran milik kaum kristen (karena kaum kristen ajarannya kasih ssi Injil yang diajarkan Yesus) tetapi manusia harus dapat bercermin pada PL, belajar pada PL dimana para Nabi terdahulu tidak ada seorangpun yang mengajarkan menyembah sang pencipta dalam pengertian trinitas.
6. Ibrani 1 sub Judul, “Anak Allah lebih tinggi daripada malaikat2”.
ayat 9 menyatakan: Allahmu telah mengurapi engkau(Yesus Kristus)dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman2 sekutumu(para malaikat). Saya tidak hafal alkitab tetapi secara begitu saja mendapat ayat ini untuk ditulis disini, setelah dorongan hati untuk membuat kesimpulan ini dari keengganan semalam. Entah Allah memiliki rencana apa pada Bung Stefanus.
7. Landasan ajaran Kristen yang paling murni adalah Injil, Surat2 para rasul adalah rujukan atau penjelasan dari apa yang Yesus ajarkan, dengan tidak pernah ada penyebutan kata2 trinitas. Buku2 dan refrensi para pemuka, tentunya harus disimak dengan hati2. Pemuka adalah manusia yang dapat berbuat kesalahan spt penjualan surat pengampunan dosa atau kasus2 perbuatan asusila yang sering diberitakan akhir2 ini. Semasa hidupnya Yesus Kristuspun bertentangan dengan para pemuka2 yang selalu menganggap dirinya lebih tahu dan paling suci, tetapi ternyata bidah.
Demikianlah kesimpulan saya dengan dalil2 yang ada pada injil, dengan tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat atas kesimpulan bung jeff. Sekali laki banyak2 terimakasih atas diskusi yang indah ini. Semoga hanya kehendak Allah saja yang senantiasa bersama kita, amien. GBU.
Shalom Ghalau,
Sebenarnya, saya menginginkan diskusi ini hanya berfokus pada ayat Yoh 1:1, tanpa terlalu banyak membahas ayat-ayat lain di dalam Perjanjian Lama maupun surat-surat rasul Paulus. Dengan hanya berfokus pada satu ayat, harapannya akan diperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Namun, saya tidak tahu apa yang ingin Anda capai dengan memberikan kutipan dari ayat-ayat yang lain tanpa secara mendalam mengupas Yoh 1:1 yang kita diskusikan. Saya ingin memberikan penekanan bahwa Gereja Katolik menerima semua Sabda Allah secara menyeluruh. Dengan demikian, kalau Anda memberikan ayat-ayat yang mendukung kemanusiaan Yesus, maka tidak menjadi masalah bagi kami, karena kami mempercayai kodrat manusia dari Yesus. Namun demikian, kami tidak menutup mata terhadap ayat-ayat yang mendukung kodrat lain dari Yesus, yaitu kodrat Allah. Inilah sebabnya Gereja Katolik percaya bahwa Yesus mempunyai kodrat Allah dan kodrat manusia. Menyingkirkan salah satu dari dua kodrat Yesus ini adalah bertentangan dengan Kitab Suci.
Kalau Anda juga mengkritisi pengajaran dari Gereja Katolik, pemuka agama dan mungkin para Bapa Gereja, maka menjadi fair kalau Anda juga mengkritisi pandangan Anda sendiri. Menjadi fair, kalau saya bertanya, dalam situasi seperti ini, apakah yang menjadi pegangan bagi Anda untuk menentukan apakah pandangan yang Anda pegang adalah sungguh-sungguh benar atau dapat salah? Pegangan Injil saja tidak akan dapat memberikan patokan kebenaran, karena Injil tidak dapat menafsirkan sendiri. Hal ini terbukti bahwa dengan injil yang sama, maka bisa didapat beberapa penafsiran yang berbeda. Semoga diskusi ini dapat berguna bagi kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shallom.
Menyembunyikan atau menghilangkan atau menghapus atau menyingkirkan sebuah informasi karena sulit diargumentasikan lebih jauh, karena juga mungkin adalah sebuah kebenaran, apakah tidak akan menjadi dosa bagi para gembala ..? semoga tidak menjadi pertentangan di hati nurani, atau menjadi beban dosa. amin.
[dari katolisitas: Tidak ada argumentasi yang baru yang Anda berikan. Kalau Anda ingin melanjutkan diskusi ini, berfokuslah pada diskusi Yoh 1:1, dan silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Semoga dapat dimengerti.]
yusup sumarno December 16, 2013
Buat Ghalau,
Yesus sendiri mengatakan,”Baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Siapa pun orangnya, yang bisa menggunakan akal budi, atau tepatnya logikanya tidak akan menafsirkan lain perkataanNya itu bahwa Allah kita adalah 1 dengan 3 pribadi yaitu Bapa , Putra dan Roh Kudus.
sdr Yusuf,
Kenapa kita menjadi demikian memperumit diri sendiri menyangkut perkataan Yesus tersebut, dengan menafsirkan 1 dengan 3 pribadi ..? menurut saya, lebih baik kita bertindak sederhana saja, ketika DIBAPTIS/PEMBAPTISAN lakukanlah tindakan/perbuatan yang diperintahkan Yesus tsb. Untuk apa kalimat tersebut menjadi tafsir yang lebih jauh … ?! manusia diberi akal budi, tetapi hikmat Allah, manusia tidak tahu siapa yang memperolehnya.
[dari katolisitas: Ya, memang benar, kita harus membaptis sesuai dengan perintah Yesus. Dan perintah Yesus adalah agar kita dapat membaptis bukan hanya dengan nama Allah, namun dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dan itulah yang disebut 3 Pribadi dalam Tritunggal Maha Kudus.]
dear Katolisitas.org Team
saya mau bertanya tentang simbol Trinitas. apakah ada simbol RESMI yang digunakan gereja sebagai simbol Trinitas? lalu apakah arti dari simbol tersebut?
demikian terimakasih
[Dari Katolisitas: Yang dikeluarkan secara resmi oleh Gereja Katolik adalah ajaran iman tentang Trinitas atas dasar Kitab Suci dan Tradisi Suci, yang secara tertulis ada dalam Katekismus. Namun tentang simbol-simbol sehubungan dengan itu, adalah karya dari para seniman Katolik, yang memvisualisasikannya dalam karya seni mereka. Tentang hal ini, sepanjang pengetahuan kami, Gereja tidak pernah mengeluarkan ketentuan resmi.]
Shalom staf Katolisitas..
Tidak sengaja saya menemukan ini :
http://m.youtube.com/watch?v=8ccLm8pokiA&fulldescription=1&guid=&gl=ID&client=mv-google&hl=en
Setelah saya tonton, kesimpulan saya malah sebaliknya dari yang disampaikan video makernya dan makin meneguhkan iman saya.
Jadi bapak tersebut bermain dengan lipatan kertas. Dia hanya menggunakan kertas “Bapak”. Sedangkan kertas “Putra dan Roh Kudus” disisihkan. Jika dibuka kertas “Bapak”nya membentuk salib dan kertas “Putra dan Roh Kudus” tadi bila dirangkai akan membentuk kata “HELL” / neraka.
Menurut saya, kenapa kertas “Bapak” tersebut bisa berbentuk salib? Itu karena dari awal Allah Bapa memang hanya berkenan kepada Yesus sebagai Putra TunggalNya dan apa pesan Yesus kepada kita? Bahwa kita harus membaptis orang dalam nama “Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Satu kesatuan Allah Tritunggal (simbol Salib/bermakna juga, Allah HANYA berkenan pada Pengorbanan Yesus di kayu salib). Ini artinya “kertas Bapak” atau Allah Bapa menurut saya, menghendaki umat memahami Allah yang Tritunggal, bukan tunggal atau allah2 lain.
Kedua, kertas “Putra dan Roh Kudusnya” dibuang oleh bapak tersebut, saya kira justru karena Allah Putra dan Allah Roh Kudusnya (yang adalah Trinitas) dibuang atau ditolak, mereka tidak mempercayai Trinitas maupun Yesus dan Roh Kudus yang adalah Allah yang esa, maka akan berujung pada HELL/neraka yang disampaikan bapak tersebut. Dan justru dipertegas lagi oleh dia, jika kertas “HELL” dirangkai ulang dengan posisi berbeda, maka akan muncul lafadz allah swt, Muhammad dan Islam.
Saya semakin meyakini, bahwa jika umat manusia menolak Allah Tritunggal, menolak Yesus dan Roh Kudus, dan sebaliknya mengimani allah swt, Muhammad sebagai nabinya dan Islam sebagai agamanya, maka “HELL” atau neraka adalah tujuan akhir mereka.
Saya tidak tahu kenapa bisa asumsi saya cocok dengan video yang mana pembuatnya saja umat muslim sendiri.
Mohon maaf jika ada kesalahan pada komentar saya. Namun ini menggelitik saya untuk mensharenya di katolisitas.org.
Terimakasih, Tuhan Memberkati
Shalom Priscilla,
Menurut saya, kita tidak perlu menanggapi seseorang yang ingin membuktikan kebenaran iman dengan pertunjukan lipatan kertas. Ini hanya baik untuk dipertontonkan dengan tujuan hiburan dan bukan menjadi tujuan untuk membuktikan pokok-pokok iman dengan baik. Jadi, kita tidak perlu menanggapi tontonan tersebut dengan serius.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sampai kapan-pun trinitas itu tidak bisa dijelaskan. apakah ke-3 pribadi itu saling membutuhkan ?
[dari katolisitas: Kalau Allah adalah kasih, maka apakah menurut Anda kasih dapat ‘sendiri’ tanpa adanya beberapa Pribadi?]
lihat pertanyaan saya !
apakah ke-3 pribadi itu saling membutuhkan ?
Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya TUHAN.” (2 Raja Raja 19:19)
Langit mewartakan bahwa Allah mengadili umat-Nya, dan bahwa Ia sendiri hakimnya.(Mazmur 50:6)
Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. (Yesaya 37:16)
sambil berkata: “Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit dan di bumi; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu; (2 Tawarikh 6:14)
=0=
Patung-patung allah mereka haruslah kamu bakar habis; perak dan emas yang ada pada mereka janganlah kauingini dan kauambil bagi dirimu sendiri, supaya jangan engkau terjerat karenanya, sebab hal itu adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu. (Ulangan 7:25)
yang menjadikan SEPERTI Allah adalah berhala.
[Dari katolisitas: Di dalam Perjanjian Lama, Allah belum mengungkapkan diri-Nya secara penuh. Baru setelah masuk dalam Perjanjian Baru, Allah mulai menunjukkan diri-Nya secara lebih jelas kepada umat manusia, dengan cara menunjukkan bahwa di dalam diri-Nya ternyata ada tiga pribadi. Langkah pertama, adalah dengan melihat bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Mulailah dengan Yoh 1:1]
@katolisitas
Dari katolisitas: Di dalam Perjanjian Lama, Allah belum mengungkapkan diri-Nya secara penuh. Baru setelah masuk dalam Perjanjian Baru, Allah mulai menunjukkan diri-Nya secara lebih jelas kepada umat manusia
Jawab : kamu seharusnya kalau menjawab itu harus dengan dasar pernyataan-mu sebelumnya yang menyatakan :
…@katolisitas : Kalau Allah adalah kasih, maka apakah menurut Anda kasih dapat ‘sendiri’ tanpa adanya beberapa Pribadi?…
Dan kenyataannya Allah dapat memberikan “kasih” walau hanya sendiri :
sambil berkata: “Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit dan di bumi; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu; (2 Tawarikh 6:14)
Sendiri = Tidak ada yang lain kecuali Dia
Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. (2 Samuel 7:22)
Ya TUHAN, tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. (1 Tawarikh 17:20)
Dia telah menyatakan dirinya secara penuh yakni SENDIRI dan TIDAK ADA YANG LAIN :
Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. (Ulangan 4:35)
Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. (Ulangan 4:39)
Dan pernyataan-mu diatas yaitu “…Baru setelah masuk dalam Perjanjian Baru, Allah mulai menunjukkan diri-Nya secara lebih jelas kepada umat manusia…“. Itu telah terbantahkan oleh ucapan Yesus sendiri (PB) yang mengutip dari (PL) :
Ingat! menurutmu bahwa dalam PL “Allah belum menyatakan dirinya secara penuh” tapi pada kenyataannya Yesus mengutip PL untuk kembali menegaskan Ke-esa-an Allah (senjata makan tuan) :
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (PL : Ulangan 6:4)
Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (PB : Markus 12:29)
=0=
Dan kamu sekali tidak menjawab, hal ini…”apakah ke-3 pribadi itu saling membutuhkan ?”
Submitted on 2014/02/16 at 10:41 pm | In reply to Anarchy.
@katolisitas… Mulailah dengan Yoh 1:1…
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.(Yohanes 1:1)
Pada mulanya adalah katolisitas; katolisitas itu bersama-sama dengan pendusta dan katolisitas itu adalah pendusta…hehehe
Tadinya dia katakan “kasih Allah tidak mungkin dapat sendiri” ternyata bisa sendiri, lalu ngeles “Allah belum menyatakan sepenuhnya dalam PL” ternyata dalam PB Yesus malah menegaskan ke-Esa-an Allah…terus nanti ngeles apalagi ?
Shalom Anarchy,
Terima kasih atas komentar Anda. Berikut ini adalah komentar yang dapat saya berikan.
Sebenarnya masalahnya sederhana. Anda ingin mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama, Allah dituliskan satu, namun mengapa tiba-tiba di dalam PB Allah menjadi 3. Argumentasi yang saya ingin berikan adalah:
Memang Allah adalah satu, baik dalam PL maupun dalam PB. Namun, PL belum mengungkapkan diri Allah secara penuh. Dia memang satu – satu substansi, satu kodrat – namun kemudian secara lebih jelas, Dia mengungkapkan kehidupan-Nya dengan lebih jelas lagi, yaitu dengan kedatangan Kristus – dalam Perjanjian Baru. Dan dari sini umat Kristen semakin mengetahui bahwa walaupun Allah mempunyai satu substansi, namun ternyata mempunyai tiga pribadi.
Pribadi ke-dua, yaitu Yesus Kristus, salah satunya terlihat dari Yoh 1:1, yang sebenarnya sudah begitu jelas, walaupun komentar Anda tentang Yoh 1:1 sesungguhnya tidak jelas dan tidak perlu dikeluarkan oleh orang yang ingin berdiskusi dengan baik dan saling menghormati walaupun mempunyai perbedaan pendapat. Namun, itu adalah hak Anda, kalau memang cara berdiskusi Anda adalah seperti itu. Ingat, bahwa apa yang kita tulis, juga menunjukkan siapa diri kita.
Pertanyaan Anda, apakah ketiga pribadi saling membutuhkan: Sebenarnya pertanyaan ini juga tidak terlalu tepat, kalau kita mengerti hakekat dari Trinitas. Ketiga Pribadi bukanlah Pribadi yang mengerjakan sesuatu sendiri-sendiri, namun ke-tiga Pribadi senantiasa melakukan segala sesuatu secara bersama-sama, karena ke-tiga Pribadi sebenarnya adalah satu hakekat. Pertanyaan ini adalah sama seperti apakah panas matahari membutuhkan sinar matahari dan membutuhkan terang matahari? Semoga analogi ini dapat memperjelas. Kalau Anda mau melihar artikel tentang Trinitas, silakan melihatnya di sini – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@
[Dari katolisitas: Di dalam Perjanjian Lama, Allah belum mengungkapkan diri-Nya secara penuh. Baru setelah masuk dalam Perjanjian Baru, Allah mulai menunjukkan diri-Nya secara lebih jelas kepada umat manusia, dengan cara menunjukkan bahwa di dalam diri-Nya ternyata ada tiga pribadi. Langkah pertama, adalah dengan melihat bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Mulailah dengan Yoh 1:1]
>>>>>>>>>>
kalau begitu darimana Yesus bisa berkata seperti ini ???
Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (Markus 12:29)
kenapa yang Yesus katakan justru adalah kutipan dari Perjanjian Lama jika menurut anda Allah belum mengungkapkan dirinya secara penuh pada Perjanjian Lama ???
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (PL : Ulangan 6:4)
[Dari Katolisitas: Tentu saja, dari Allah, yaitu dari diri-Nya sendiri, bahwa Yesus mengatakan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang esa. Sebab Yesuspun, berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30), dan “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Allah Bapa” (Yoh 14:9).]
Maksud Allah tentang tritunggal bapa,putra,roh kudus mohon pnjlasan beserta ayat pendukungnya,
[dari Katolisitas : Silahkan anda membaca artikel-artikel berikut. Semoga membantu.]
Trinitas : Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi
Mengapa Ada Tiga Pribadi?
Ajaran Bapa Gereja Sebelum Abad Ke-4 Tentang Trinitas
Terimakasih, sekarang saya mengerti, terus berkarya katolisitas, wartakan Firman Tuhan kepada dunia, Tuhan memberkati, amin
Dear katolisitas
Kalau Yesus dlm kodrat keallahannya kekal dan satu dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, kenapa waktu di bumi dia berdoa kepada Allah Bapa? kenapa tidak berdoa kepada Allah Bapa, Allah Putra( kodrat keallahannya sendiri) dan Allah Roh Kudus? kenapa selalu menyebut Bapa, bahkan sampai ada doa Bapa Kami, kenapa tidak menjunjung tinggi Allah Tritunggal atau setidaknya ketika menjadi manusia, kenapa dia tidak berdoa kepada Allah Bapa dan juga Allah Roh Kudus? kenapa kesannya Allah Bapa adalah yang utama dan lebih penting dr Allah Putra dan Roh Kudus? bahkan Allah Roh Kudus, sepertinya hanya jadi nomer tiga/pelengkap saja.
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini tentang mengapa Yesus berdoa – silakan klik]
Sallom team katolisitas.
Selamat hari natal 2013, untuk semua team pengasuh rubik ini.
Jawaban dan pencerahan yang telah diupayakan oleh team pengasuh, kesabaran menjawab dalam menghadapi kegalauan seseorang oleh team pengasuh, sungguh sebuah perbuatan yang akan mendapat berkah dari Allah kita, Amien.
Setiap manusia, ternyata memiliki keyakinan/berubah pada sesuatu hal disebabkan oleh kata2 yang berbeda-beda. Istilahnya, Manusia A mau bekerja setelah mendapatkan kata2 keras, sebaliknya manusia B mau bekerja setelah mendapatkan nasehat lemah lembut.
Demikian pula perjuangan mendapatkan Arti Trinitas yang menjadi masalah pada banyak kaum kristen, dimana ayat2 yang pengasuh kemukakan diatas, telah dan bisa menjadi keyakinan dalam memperteguh keyakinan trinitas tsb bagi para pengasuh masing2. Sementara bagi saya, ayat2 tsb tidak meyakinkan diri, tetapi dalam pergumulan dan pencarian dan permohonan tsb, puji syukur .. Tuhan memberikan jawaban dengan ayat2 yang lainnya, dimana ayat yang meyakinkan tsb, ada pada Joh 7 :24, Karena itu, tadi aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.
Sungguh sebuah kata/kalimat yang mengatakan : AKULAH DIA, yang mungkin tidak terungkap selama ini, sungguh menjadikan saya pribadi tidak dapat lagi menyangkal atau menyangsingkan siapa Yesus Kristus itu ..? AKULAH DIA, kata2 singkat, tersembunyi dan samar2 penjelasannya. Kata2 AKULAH DIA ini menjelaskan bagi saya siapa dia sebenarnya, karena hanya dia yang tahu siapa dirinya yang berasal dari atas itu, itulah pengakuannya.
kata2 ini didukung oleh kabar baik nabi sebelumnya, sebagai bukti telah ada pemberitahuan terdahulu, yaitu dalam Yesaya 63 : 9-10, Ia menjadi juru selamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang DUTA atau UTUSAN, melainkan IA SENDIRIlah yang menyelamatkan mereka, DIALAH yang menebus mereka dalam kasihnya dan ……
Pada akhirnya, kita sungguh sepaham, siapa GURU, GEMBALA, MESIAS, JURUSELAMAT itu.
Lau kenapa ketika diakhir hayatnya, memanggil Eli …? Rupanya Yesus sedang mengajari kepada manusia, dalam semua penderitaan dan kesusahaan berserulah kepada Eli.
Terima kasih team katolisitas atas kesempatan yang diberikan selama ini, Tuhan kita yang hidup, akan senantiasa bersama dan menyelamatkan kita semua, amien.
Shalom Ghalau,
Terima kasih atas komentarnya. Tidak menjadi masalah kalau ayat-ayat yang diberikan tidak dapat meyakinkan Anda akan Trinitas. Namun, Trinitas sendiri telah dipercaya sedari awal kekristenan, terutama setelah Yesus mengungkapkan jati diri-Nya, yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Yang menjadi masalah bagi Anda dan bagi saudara-saudari non-Kristen adalah mencoba mengambil ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus, namun tidak membuka mata terhadap ayat-ayat yang mendukung ke-Allahan Kristus. Bagi umat Kristen, kami mengamini keduanya, sehingga kami mempercayai Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia.
Mungkin ayat yang Anda kutip seharusnya bukan Yoh 7:24, tapi Yoh 8:24, yang menuliskan “Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Siapakah Dia? Dia tidak dapat diungkapkan hanya dengan membaca beberapa ayat, namun harus ditangkap ketika seseorang membaca keseluruhan Kitab Suci. Dengan demikian, seseorang tidak bersikeras akan kemanusian Yesus saja, namun juga melihat bahwa Kitab Suci yang sama memberikan bukti akan ke-Allahan Kristus. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Dengan perkataan-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Tuhan. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan… ” (Yoh 13:13). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).
Akhirnya, perlu saya tekanan bahwa doa-doa umat Kristen mempunyai dimensi Trinitas, karena ditujukan kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Allah Putera bersama dengan Roh Kudus. Terima kasih juga atas kesempatan untuk berdiskusi dengan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shallom,
Ketika Thomas meragukan Yesus telah bangkit, Yesus dengan sabar memenuhi keinginan thomas untuk menghilangkan keraguan muridnya. Bisakah perlakuan demikian dilakukan pada seseorang yang mencari Identitas diri perihal kejelasan Trinitas ..? Ataukah sebuah bentuk pertanyaan dalam Trinitas akan langsung disebut SESAT..?
[Dari Katolisitas: Silakan bertanya tentang Trinitas, tak mengapa, Anda tak akan kami anggap sesat]
Yesus memang adalah anak ALLAH, seperti yang diungkap diatas, dua kali pernyataan tsb dikeluarkan …INILAH ANAK YANG KUKASIHI, KEPADANYALAH AKU BERKENAN. Karena yang mengaku itu adalah ALLAH, maka jelas DIA adalah anaknya, dengan sendirinya anak ALLAH dengan perbedaan DIKASIHI, dan BERKENAN, memang Yesus tidak menyatakan sendiri dia anak ALLAH, tetapi ALLAHnya sendiri yang telah mengakui, bukankah akan lebih baik diakui daripada mengaku sendiri ..?, itulah jawaban yang sering dijelaskan pada ajaran tetangga. Ketika terjadinya proses diatas itu, jelas ada BAPA dan Yesus dan disaksikan oleh Johanes dan murid2nya pada saat yang kedua, Bagaimana bisa Bapa disebut lahir ke dunia ?… bila diatas masih ada suara. Mohon maaf yang sebesar2nya jika keliru.
[Dari Katolisitas: Ajaran iman Kristiani tidak mengajarkan bahwa Allah Bapa lahir ke dunia. Yang mengambil rupa manusia adalah Pribadi Allah yang kedua, yaitu Putera Allah, yang disebut dalam Injil sebagai Sang Sabda/ Firman (lih. Yoh 1:1,14)].
Pengertian trinitas, merupakan kesimpulan pemuka dalam konsili nicea ..!!, Merupakan tafsir dan bukan ajaran yang keluar dari perkataan Yesus, kenapa bila memikirkannya langsung, atau berbeda pemikiran akan disebut sesat ..?!!
[Dari Katolisitas: Sebelum Konsili Nicea-pun para Bapa Gereja telah mengajarkan tentang Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Hal ini sudah pernah ditulis di artikel ini, silakan klik. Dan Yesus sendiripun memerintahkan para murid-Nya untuk membaptis dalam nama Allah Trinitas, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (lih. Mat 28:19-20)]
Bukankah Yesuspun berbeda pendapat pada jamannya hingga disalib ..? Semoga saja perbedaan pendapat dalam trinitas tidak mendapat perlakuan yang sama, yang dialami oleh Yesus pada jamannya.
[Dari Katolisitas: Yesus berbeda pendapat dengan para ahli Taurat, yang mengajar atas nama mereka sendiri, ajaran hukum Taurat yang sudah ditambah-tambahi dengan perintah dan ajaran manusia (Mat 15:9; Mrk 7:7). Sebagai contohnya, para ahli Taurat itu menambahi persyaratan perpuluhan dari selasih, inggu dan sayur-sayuran, yang tidak disyaratkan dalam Kitab Taurat, tapi malah mengabaikan ajaran tentang keadilan dan kasih Allah (lih. Luk 11:42). Namun tentang Trinitas, itu adalah suatu ajaran yang bersumber dari Kitab Suci, telah diajarkan oleh Kristus sendiri dan para Bapa Gereja perdana, walaupun memang seiring dengan sejarah Gereja, ajaran ini dirumuskan dengan semakin jelas melalui Konsili Nicea. Maka ajaran tentang Trinitas ini tidak dapat dipertentangkan dengan ajaran Yesus, karena ajaran tentang Allah yang mempunyai Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, juga adalah ajaran Yesus.]
Dalam Joh 10 : 30 AKU dan BAPA, adalah satu, harus ditafsirkan SATU. Tapi mengapa dalam ayat: Dia berdoa kepada Bapa, agar semua MURID-Nya menjadi SATU, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Kenapa dalam ayat ini, murid2nya tidak ditaksir duabelasnitas ?… mohon maaf. Tujuan pertanyaan ini hanya sekedar pencarian identitas saja, Semoga Bapa di surga, Bapa yang saya kenal didalam Jesus Kristus memberi ampunan pada hambamu ini.
[Dari Katolisitas: Ajaran tentang ke-Allahan Yesus tidak hanya mengambil dasar dari ayat Yoh 10:30. Ada banyak ayat yang lain yang mendukung hal itu, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik. Maka kesatuan Yesus dengan Bapa seperti disebut dalam Yoh 10:30 memang menjadi gambaran kesatuan yang diinginkan Kristus terjadi pada para murid-Nya (Yoh 17:21), namun apa yang menjadi gambaran ini memang tidak pasti artinya harus sama. Sebab dikatakan, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” ‘Sama seperti’, tidak sama dengan ‘sama dengan’. Maka memang kesatuan yang diinginkan Yesus terjadi di antara para murid-Nya tidak akan sama dengan kesatuan-Nya dengan Bapa, namun menyerupai kesatuan-Nya dengan Bapa.]
[Dari Katolisitas: Komentar ini digabungkan karena masih satu topik, dari pengirim yang sama]
Pengertian Trinitas seperti yang diungkapkan pada literatur2,muncul ketika sidang konsili nicea, dan dikeluarkan oleh para pemuka pada jaman itu, dimana biasanya di dalam kaum muslim, pengertian yang dikeluarkan para pemuka disebut dengan fatwa, dengan tingkatan urutan sbb: pertama Al Quran, kedua sunah, dan ketiga fatwa … Perbedaan pengertian pada trinitas, sepertinya didalam kalangan kristenpun terpecah pada aliran yang setuju dan tidak setuju sejak berabad2. Memang telah diupayakan ayat2 yang mendukung pada pernyataan trinitas tsb seperti pada tema diatas, tetapi sepertinya ayat2 yang diungkapkan tsb tidak akan bertahan bila disandingkan dengan ayat2 lainnya. Karena hanya setingkat dengan fatwa, maka pengertian trinitas, dalam pengertian muslim adalah bukan ucapan pokok yang terkandung didalam Al Quran. Contoh Fatwa mengenai tembakau, dapat disetujui satu kalangan dan ditolak kalangan satunya.
[Dari Katolisitas: Sumber ajaran iman Kristiani tidak hanya tergantung dari satu buku Kitab Suci. Sebab Kitab Suci sendiri mengajarkan agar para murid Kristus berpegang baik kepada ajaran Kristus dan para Rasul yang disampaikan secara lisan dan tertulis (lih. 2Tes 2:15). Nah, maka ajaran para Bapa Gereja yang termasuk dalam Tradisi Suci, yang melanjutkan ajaran lisan dari Kristus dan para Rasul ini, juga tetap diperhitungkan dengan derajat yang sama dengan ajaran Kitab Suci. Kitab Suci juga mencatat bahwa yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran adalah Jemaat/ Gereja (1 Tim 3:15). Demikian juga ajaran-ajaran Gereja perihal iman dan moral secara definitif yang disampaikan dalam Konsili-konsili. Mungkin ketentuan ini tidak sama pada agama lain, tetapi dalam ajaran iman Katolik, inilah yang berlaku. Sebab yang menjadi sumber iman Kristiani bukan hanya tulisan dalam kitab, namun keseluruhan Pribadi Kristus, dalam ajaran-ajarannya yang tertulis dan yang tidak tertulis, serta kehadiran-Nya yang tetap ada di tengah Gereja-Nya, yang terus mengajar melalui Magisterium dan menyampaikan rahmat-Nya melalui sakramen- sakramen-Nya. Maka ajaran Magisterium, baik dalam Konsili-konsili maupun dalam pernyataan dogmatik lainnya harus diterima dengan penghormatan yang sama dengan ajaran Kitab Suci, sebab sumbernya sama, yaitu Kristus, Sang Sabda Allah].
Di dalam ayat Joh 10 :30 memang dikatakan Aku dan Bapa adalah satu. pengertian ayat ini memang terasa mengambang, bisa menjadi beberapa tafsir, berbeda bila dikatakan Aku adalah Bapa. Bukankah Sukarno-Hatta adalah dwitunggal ? Dwinitas.
Perbedaan antara Allah dan Jesus, terlihat dari ucapan2 Jesus sendiri yaitu “Aku akan berdiri disamping kanan Bapa”, “Bapa pemilik pohon anggur, Jesus pokok anggur” dll. Yang pasti tidak ada ucapan trinitas dalam kesaksian 4 injil tentang Jesus.
[Dari Katolisitas: Seperti telah disebutkan di atas, ajaran tentang Trinitas ataupun ke-Allahan Yesus tidak mengambil dasar hanya dari Yoh 10:30. Memang perkataan “Trinitas” tidak disebutkan secara eksplisit dalam Kitab Suci, tetapi prinsipnya diajarkan di sana. Sama seperti perkataan “inkarnasi” juga tidak disebut secara eksplisit dalam Kitab Suci, namun kami umat Kristen percaya akan hal itu, yaitu bahwa Yesus Sang Putera Allah mengambil rupa manusia, dan ini disebut inkarnasi. Adanya ayat-ayat yang menunjukkan perbedaan antara Allah Bapa dan Yesus itu memang tetap benar, sebab memang meskipun hakekatnya satu, Pribadi Allah Bapa tidak sama dengan pribadi Yesus. Dan bahwa pada saat inkarnasi itu, Yesus selain tetap Allah, namun ia juga mengambil kodrat manusia. Sehingga dalam kodrat-Nya sebagai manusia ini, Kristus menempatkan diri-Nya di pihak manusia, seperti yang banyak disampaikan dalam perkataan-perkataan yang Anda kutip itu.]
Apakah Jesus Anak Allah .. ? Didalam al quran, dalam penciptaan atau peringatan sering dikatakan kata2 KAMI, Kami yang berarti aku yang agung atau jamak yang berarti melibatkan selain Allah sendiri, kami beberapa ada berapa penghuni surga yang terlibat..? walahualam, hanya Allah yang tahu, dan bila menafsir sendiri perkataan Allah akan menjadi sesat. (pahami QS3:7)
[Dari Katolisitas: Kami umat Katolik berpegang kepada ajaran Gereja, yang dipimpin oleh Rasul Petrus dan para penerusnya, yang telah diberi kuasa oleh Kristus untuk mengajar dengan tidak mungkin sesat (Mat 16:18-19). Maka ketika Gereja yang atas bimbingan Roh Kudus telah merumuskan dengan lebih jelas tentang ajaran Trinitas, umat Katolik menerima ajaran ini, dan tahu, bahwa ini tidak mungkin ajaran sesat. Sebab kami percaya akan Kristus dan kuasa Sabda-Nya yang menjamin kebenaran ajaran Gereja-Nya. ]
Pengakuan Jesus Anak Allah, adalah pada saat Selesai berpuasa, langit terbuka dan ada suara dari langit yang berkata. Inilah ANAK yang kukasihi .. peristiwa pengakuan tsb berulang untuk kedua kalinya dan disaksikan oleh Yohanes/yahya dalam muslim, serta murid2nya, memang bukan anak dalam arti lahiriah. Didalam Islam jelas penciptaan Jesus/Iza berbeda dengan manusia biasa, dimana dia dikatakan “Diciptakan berdasarkan tiupan roh”. Suatu perbedaan lain antara Jesus dengan Nabi adalah, selain penciptaan diatas, Jesus diberi diberi hak untuk menyelamatkan kaumnya, kaum dalam arti pengikutnya … ucapan ini diberitakan oleh gabriel/jibril kepada maryam/maria.(atau ucapan penyelamatan Isa dalam Ali Imron 50), walaupun disebut Anak Allah Jesus tetap mengajari murid2nya untuk berdoa dan menyembah pada Bapanya.
[Dari Katolisitas: Pernyataan dari Allah Bapa, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi….” dinyatakan Allah pertama kali sewaktu Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Tentang hal ini sudah dibahas di sini, silakan klik. Pernyataan “Inilah Anak-Ku…. ” itu juga dinyatakan pada saat Transfigurasi, dan tentang hal ini telah diulas di sini, silakan klik. Walau dikatakan ‘Anak Allah’, namun umat Kristiani tidak mengartikan bahwa Allah mempunyai Anak melalui hubungan perkawinan seperti pada manusia. Namun disebut ‘Anak’ karena hakekatnya yang sama dengan Bapa-Nya, yaitu Allah. Tentang ini sudah pernah diulas di sini, silakan klik. Sebab kalau Yesus Kristus bukan Allah, maka Kristus tidak dapat menyelamatkan ‘kaum-Nya’/ pengikut-Nya. Sedangkan mengapa selama hidup-Nya di dunia, Yesus yang adalah Allah, mengajari murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Allah Bapa, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik].
SHALLOM,
HAL INI SANGAT PENTING, SAAT INI DI MALAYSIA, ISU PENGGUNAAN PERKATAAN “ALLAH” SGT HEBAT DIDEBATKAN..BERTAHUN-TAHUN.HINGGA LA BARU HARI ISNIN NI, TELAH DI PUTUSKAN, PENGANUT KATOLIK TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN PERKATAAN ALLAH DLM SURAT KHABAR ‘THE HERALD”. DAN KEDENGARAN JUGA, PIHAK2 NGO ISLAM, MAHU PERKATAAN ALLAH JUGA DI HAPUSKAN DALAM ALKITAB.
Menurut mereka, di indonesia telah pun membuang perkataan ALLAH dan menggantikan dengan Elohim, BETUL KA? di bawah sy bagi pertikan yg keluar dari 1 website. ( http://www.themalaysianinsider.com/bahasa/article/ngo-islam-mahu-gereja-sabah-sarawak-turut-dilarang-guna-allah )
kata2 mereka –> ( “Katanya, penganut Kristian di Indonesia berhenti merujuk Allah sebagai tuhan selepas lagu ‘Allah Peduli’ nyanyian Agnes Monica diharamkan oleh Jabatan Agama Islam Selangor pada 2009.”Penganut Kristian di Indonesia telah menggantikan kalimah Allah dengan Elohim, jadi mengapa mereka tidak boleh berbuat demikian? )
Jadi saya sangat ingin tahu, benarka di indonesia telah berbuat seperti itu??
mohon penjelasan
salam damai
[dari katolisitas: setahu kami, di Indonesia tidak ada keputusan dari pemerintah untuk melarang penggunaan kata Allah bagi umat Kristen]
Dalam menjalankan ibadah di gereja2, dalam lagu2 pujian, dalam kehidupan pribadi setiap umat kristen protestan maupun katholik, rasanya tidak ada kewajiban seperti yang dipertanyakan, perkataan Allah justru Universal, sedangkan Alloh lebih milik kaum muslim.
[Dari Katolisitas: di-edit]
Bahwa Yesus adalah Anak Allah itu suatu pernyataan literal atau cuma sekedar metafora? bahwa Putera dilahirkan dari segala abad oleh Bapa juga suatu pernyataan literal atau metafora?
Shalom Span,
Tergantung bagaimana Anda mengartikan literal. Kalau maksud dari literal adalah Yesus adalah anak dari Bapa seperti kita dengan papa kita, maka tentu saja bukan. Namun, Yesus adalah Anak dalam pengertian bahwa yang membedakan antara Bapa dan Putera adalah dalam hubungan asal, yaitu Bapa tidak berasal dan Putera berasal dari Bapa. Namun, karena Allah adalah kekal, maka hubungan asal ini juga adalah kekal, sehingga tidak ada satu saatpun di mana ada Bapa tanpa Putera.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Literal dalam artian bahwa Tuhan bisa memiliki anak? Metafora dalam artian ini hanyalah analogi bukan dalam artian Tuhan yang disebut Bapa benar benar memiliki anak (Putera). Kalau hanya analogi, bolehkan hubungannya diganti jadi Ibu-Anak? Kenapa? Kemudian, kenapa Firman harus dilahirkan dan Roh Kudus dihembuskan?
Shalom Span,
1. Mengapa Allah disebut Bapa?
Pengertian manusia memang terbatas dan sangat tergantung dari apa yang dialaminya. Dari pemahaman dan pengalamannyalah, manusia cenderung mengartikan segala sesuatu di sekitarnya, termasuk tentang Tuhan. Inilah yang nampaknya terjadi pada sejumlah orang yang tidak dapat menerima ajaran tentang Allah Trinitas, yaitu Allah yang Satu dalam Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus; karena dengan berpegang pada pengertian tentang ‘bapa dan anak’ menurut pengalaman manusia, mereka menganggap bahwa Allah tidak mungkin mempunyai anak/ putera. Sejujurnya, umat Kristiani yang mengimani Trinitas juga tidak mengartikan bahwa Allah memiliki anak seperti pengertian manusia, yaitu bahwa anak lahir dari hubungan perkawinan antara ayah dan ibunya. Allah Bapa tidak menikah dengan siapapun untuk melahirkan Putera-Nya sejak kekekalan. Maka istilah “lahir dari Bapa” ini bukan untuk diartikan bahwa Allah mempunyai anak, seperti seorang manusia laki-laki mempunyai anak, sebagai buah perkawinannya dengan istrinya. “Lahir dari Bapa” adalah untuk diartikan bahwa Putera Allah itu adalah Pribadi yang keluar dari Allah Bapa, yaitu sebagai Sang Sabda yang keluar dari Allah sejak awal mula. Sang Sabda telah ada bersama-sama dengan Allah sejak penciptaan segala sesuatu, dan Sang Sabda itu adalah Allah (lih. Yoh 1:1-2). Kemudian, ketika waktu-Nya telah genap, Allah mengutus Putera-Nya yang tunggal itu untuk lahir sebagai manusia (Yoh 3:16, Yoh 1:14), dan dengan demikian, menjadi gambar dari Allah yang tak kelihatan (Kol 1:15, lih. Ibr 1:3).
Selanjutnya tentang penjelasan Mengapa Allah disebut sebagai Bapa, silakan membaca di artikel ini, silakan klik.
Memang dalam hakekatnya sebagai Allah, Allah bukan pria atau wanita (lih. KGK 239), sebab Allah adalah Roh (Yoh 4:24), dan karena itu tidak bertubuh dan tidak berjenis kelamin seperti manusia. Namun demikian, Allah disebut sebagai Bapa, sebab itulah yang diwahyukan Allah oleh Yesus Kristus Putera-Nya, yang menyebut-Nya sebagai Bapa. Maka, para Rasul dan umat Kristiani, yang mengikuti ajaran Kristus dan menerima Roh Kristus, juga memanggil Allah sebagai Bapa (Gal 4:6, lih. KGK 742). Atas dasar pewahyuan Kristus ini, maka kita tidak dapat menganggap bahwa sebutan Allah sebagai Bapa itu hanya sekedar analogi ataupun perumpamaan, namun juga kita mengetahui bahwa arti kata ‘Bapa dan Putera’ itu tidak untuk diartikan persis seperti arti kata ‘bapa dan anak’ menurut pengertian dan pengalaman manusia.
2. Mengapa Putera ‘dilahirkan’ dan Roh Kudus ‘dihembuskan’?
Iman Kristiani mengajarkan bahwa Allah itu Satu dalam Tiga Pribadi, artinya Ketiga Pribadi Allah itu satu dan sama hakekatnya. Maka yang membuat perbedaan, adalah hubungan asalnya. Bahwa ada hubungan asal, pada ketiga Pribadi Allah itu, diketahui dari Kitab Suci. Yesus mengatakan bahwa Diri-Nya ‘keluar’ dari Allah/ “For I proceeded and came forth from God” (Yoh 8:42); demikian pula Roh Kudus ‘keluar dari Allah Bapa’ (Yoh 15:26), dan bahwa Roh Kudus, yang adalah Roh Penghibur ini akan diutus oleh Kristus Sang Putera kepada para murid-Nya (Yoh 16:7). Dari hubungan asal ini kita membedakan ketiga Pribadi Allah, yaitu bahwa Kristus Sang Putera Allah, keluar dari Allah Bapa yang tidak berasal dari siapapun; sedangkan Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Putera, sebagaimana dari satu Sumber, sebab Roh Kudus keluar dari Bapa melalui Putera. Maka istilah ‘dilahirkan’ dan ‘dihembuskan’ adalah untuk membedakan hubungan asal, antara Bapa, Putera Allah dan Roh Kudus. ‘Dilahirkan’ adalah istilah untuk menggambarkan bahwa Putera ‘keluar’ dari Allah Bapa, sedangkan ‘dihembuskan’ adalah istilah untuk menggambarkan bahwa Roh Kudus ‘keluar’ dari Bapa dan Putera, sehingga Roh Kudus tidak untuk diartikan sebagai Anak kedua dari Allah Bapa. Sebab Sabda Allah menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah yang tunggal (lih. Yoh 1:18;3:6; 1 Yoh 4:9).
Demikianlah tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
ijin share,saya seorang muslim,
saya mo nanya mas mengenai trinitas itu apakah 1 Tuhan dengan tiga pribadi ataukah 3 pribadi dalam satu Tuhan,
Jika Ia Sang Maha kuasa mengapa Ia tak menjadi satu perwujudan…
terimakasih mas
Shalom Hadi,
Trinitas adalah Tuhan yang mempunyai satu hakekat dalam tiga pribadi. Ia memang maha kuasa, namun kita juga jangan melupakan bahwa Allah adalah maha kasih. Kasih mensyaratkan pemberian diri, yang berarti harus ada pribadi yang lain. Itulah sebabnya Tuhan tidak mungkin Allah yang hanya satu Pribadi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shallom,
Saya percaya akan trinitas karena disebutkan dalam 1 Yohanes 5:7 bahwa di surga terdapat BAPA FIRMAN DAN ROH yang ketiganya adalah SATU. Jelas BAPA adalah ALLAH, lalu FIRMAN ALLAH yang menjadi manusia adalah YESUS dan ROH ALLAH adalah ROH KUDUS. Di bumi terdapat darah air dan roh. Darah dan air adalah Yesus yang menebus kita dan Roh adalah Roh kudus yang menghibur kita dan mengajarkan kepada kita untuk mengenal serta berdoa kepada NYA. Darah air juga bisa diartikan sebagai diri kita sendiri.
BAPA tidak berada di bumi karena DIA bersemayam di surga tetapi DIA berkuasa di bumi dan di surga. Mohon pencerahan pak Stef dan bu Ingrid jika renungan ini kurang tepat.
Terima kasih
Andryhart
Shalom Andry,
Sepertinya yang Anda tanyakan itu berhubungan dengan interpretasi ayat 1 Yoh 5: 6-9:
“Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.” (1 Pet 5:6-9)
Ayat ayat di atas dimaksudkan oleh Rasul Yohanes untuk menjelaskan ke-Allahan Yesus. Demikianlah judul perikop tersebut, yaitu Kesaksian tentang Anak Allah. Demikianlah yang dijelaskan dalam A Catholic Commentary of Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB, tentang ayat tersebut:
“Tiga serangkai kesaksian tentang ke-Allahan Yesus: Yesus Kristus ‘datang dalam air dan darah’. Air dan darah adalah simbol dan mengacu kepada: 1) Baptisan Yesus; 2) Kematian Yesus. Pada saat baptisan, Allah Bapa menyatakan bahwa Yesus adalah Putera-Nya yang terkasih (Mat 3:17). Pada saat wafat-Nya, kepala prajurit dan mereka yang ada bersamanya memandang kepada Yesus dan berkata: “Sungguh, Ia adalah Putera Allah” (Mat 27:54). ‘Bukan saja dengan air’ juga dapat saja dituliskan di sana oleh Rasul Yohanes, untuk menentang ajaran sesat Cerinthus, yang mengajarkan bahwa yang wafat disalib itu bukan Putera Allah. Saksi yang ketiga adalah Roh Kudus, yang berbicara mealalui para Rasul dan mewartakan ke-Allahan Yesus kepada seluruh dunia.
Menurut Vulgata, ketiga Pribadi dalam Trinitas adalah Saksi Ilahi bagi ke-Allahan Kristus, sesuai dengan tiga serangkai kesaksian tersebut di bumi. Allah Bapa memberikan kesaksian pada saat Baptisan dan saat Transfigurasi (saat Yesus dimuliakan di atas gunung, Mat 17:5) dan di mahkamah agama (Yoh 12:28); Sang Sabda berkali-kali memberikan kesaksian akan keilahian-Nya dengan perkataan-Nya dan perbuatan-Nya sepanjang karya pelayanan publik-Nya; Roh Kudus juga memberikan kesaksian pada saat Yesus dibaptis, di hari Pentakosta, dan lalu melalui para Rasul. ‘Dan ketiganya ini adalah satu’, mempunyai satu kodrat/ hakekat…. Hukum Yahudi mensyaratkan persetujuan dua atau tiga orang saksi sebagai bukti yang meyakinkan (Ul 19:15). Inilah mengapa St. Yohanes memberikan tiga serangkai kesaksian, dan mengatakan, ‘dan ketiganya adalah satu’, yaitu ketiganya semua, menyatakanke-Allahan Yesus Kristus.
Jika kesaksian dari tiga orang saksi diterima untuk meneguhkan kebenaran tentang suatu hal, bagaimana orang berani untuk mengabaikan tiga kesaksian ilahi….?”
Demikianlah, nampaknya ayat-ayat di atas konteksnya adalah untuk menjelaskan ke-Allahan Yesus, dan bukan untuk menjelaskan di manakah keberadaan Pribadi Trinitas. Allah itu Maha hadir di mana-mana, dan selalu berada dalam kesatuan. Di mana ada Bapa, di sana ada Putera dan Roh Kudus, dan di mana ada Putera, di sana ada juga Bapa dan Roh Kudus, demikian juga dengan keberadaan Roh Kudus yang selalu dalam kebersamaan dengan Bapa dan Putera.
Silakan membaca tentang prinsip Allah yang maha hadir (omni present), klik di sini.
Bahwa dalam Kitab Suci, Penciptaan sering dihubungkan dengan Bapa, Penyelamatan oleh Kristus dan Pengudusan oleh Roh Kudus, tidak berarti bahwa dalam Penciptaan hanya Bapa yang berkarya; dalam Penyelamatan hanya Yesus, dan dalam Pengudusan hanya Roh Kudus. Tidak demikian. Ketiga Pribadi Allah berkarya bersama dalam Penciptaan, Penyelamatan dan Pengudusan, sebab ketiganya satu dan tidak terpisahkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shallom
1 Joh 5;7 Judul yang diberikan adalah “Kesaksian tentang anak Allah”, tema tsb berati : “Penjelasan Jesus adalah Anak ALLAH”, sepertinya tidak berbicara tentang trinitas. Sepertinya pengertian judul telah mulai diselewengkan sendiri yaitu dari kesaksian Jesus Anak Allah, dan dia akan menjadi saksi keselamatan didalam kerajaan surga, diubah dan ditafsirkan kearah pembenaran diri menjadi Trinitas.
Mohon maaf sebelumnya, Perlu kita ketahui dahulu, Injil Johanes berbeda dengan surat Johanes, Injil Johanes adalah berisi perkataan Jesus langsung, sedangkan surat Johanes adalah khotbah dari Johanes sbg murid Jesus. Bila difikirkan antara keduanya, sepertinya Injil Johanes yang lebih penting daripada surat Johanes. Terasa lebih penting Injil Johanes karena berisi, kata2 pribadinya langsung dari Jesus sang gembala.
Bila mengutip ayat, bukankah sebaiknya lengkap ssi dengan judulnya ?, bukankah akan menjadi tidak baik bila diputus2. Didalam 1Joh 5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di sorga, Bapa, Firman, dan Roh Kudus. dan ketiganya adalah satu. 1Joh 5:8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di Bumi, Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Bila ayat 1joh 5:7 diartikan sebagai Trinitas, lalu bagaimana dengan 1 Joh 5:8, bukankah Roh, Air, darah, akan menjadi trinitas juga ..?, jelasnya roh air dan darah adalah satu macam ..? Kenapa yang atas dijadikan trinitas, sedangkan yang dibawah diabaikan ..? sungguh agak membingungkan dan tidak berkesinambungan antara atas dan bawah.
Sepertinya pengertian dari ajaran Johanes ini adalah, karena Jesus anak Allah, maka dia diberi wewenang dalam kerajaan surga, kesaksiannya akan menjadi sumber keselamatan.
Perkataan Jesus dalam Injil Johanes, banyak yang berupa kiasan2, seperti biji sawi, hingga kita bisa memikirkannya lebih jauh, tetapi khotbah seorang murid yang bernama Johanes, apakah akan disamakan dengan perkataan pribadi jesus langsung, ..? rasanya terlalu jauh bila mencoba mensejajarkan perkataan Johanes dengan Jesus.
Jelasnya 1 Joh 5 : 6- 12 adalah penjelasan/kesaksian tentang Anak Allah, bukan tentang Trinitas.
Pada akhir jaman, banyak orang datang dengan namaku … Pada akhir jaman ilmu pengetahuan akan dibukakan … Mungkinkah tujuan dibukakan ilmu pengetahuan kita dapat bebas sharing seperti ini ..? Puji Tuhan, kita tidak tahu .. GBU.
Shalom Ghalau,
Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh Injil Yohanes tentang Yesus Kristus di bawah ini, dan silakan Anda memberikan tanggapan.
Kesaksian dari Injil Yohanes
Injil Yohanes, menampilkan Yesus dari sisi yang berbeda dibandingkan dengan injil sinoptik. Injil Yohanes memberikan kesaksian yang lebih mendalam akan Yesus Kristus yang adalah Anak Allah, seperti yang dituliskan-nya, “…tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh 20:31). Pembukaan Injil Yohanes, mengajarkan bahwa Sang Sabda sudah ada sebelum segala abad, Ia bersama-sama dengan Allah, dan Sang Sabda itu adalah Allah sendiri, seperti yang tertulis, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1) Sang Sabda yang menjadi manusia ini adalah Yesus (Yoh 1:14), yang digambarkan sehakekat dengan Bapa, dan Yesus sendiri adalah Terang (Yoh 1:4-5), yang memberikan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
a. Yesus adalah Anak Allah
Dalam Injil Yohanes, Yesus sering memanggil Allah Bapa sebagai “Bapa-Ku” atau “Bapa” dan memanggil Diri sendiri sebagai “Anak”. Yesus secara jelas membedakan antara Dia sebagai Putera Allah dan para murid sebagai anak-anak Allah. Kita dapat melihat ekspresi ini, di ayat Yoh 20:17: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”
b. Yesus telah ada bersama-sama dengan Allah
Injil Yohanes mengatakan bahwa Yesus diutus oleh Bapa (Yoh 5:23, 37; 6:38-44; 7:28-33), dan Dia [Yesus] datang dari Sorga (Yoh 3:13; 6:38,51) atau dari atas (Yoh 8:23; 3:31), dan Dia datang dari Bapa (Yoh 8:42; 16:27). Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Yesus telah ada bersama-sama dengan Allah, bahwa keberadaan Putera dan Bapa telah ada sebelum segala abad.
c. Identitas Putera bersama Allah
Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah juga tercermin dalam kisah Yesus menyembuhkan seseorang yang sudah tiga puluh delapan tahun sakit (Yoh 5:1-30). Di sana, Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai Allah dan Putera Bapa (Jn 5:17-30). Ketika orang-orang Yahudi mempertanyakan kesembuhan yang dilakukan oleh Yesus, maka Yesus menyatakan otoritas yang dimilikinya, serta identitas yang sama dengan Allah Bapa, dengan ungkapan, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh 5:17). Di ayat berikutnya dijelaskan bahwa apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak (ay.18), dan bahwa segala penghakiman akan dilakukan oleh Yesus (ay.22). Dikatakan pula, “supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa” (ay.23). Pernyataan ini mengungkapkan kesetaraan Yesus dengan Bapa atau manusia harus memberikan penghormatan yang sama kepada Bapa dan Putera. Kesetaraan ini juga dinyatakan dengan perkataan Yesus: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30), yang artinya, substansi/ hakekat antara Yesus dan Bapa adalah sama. Oleh karena itu, kaum Yahudi menganggap pernyataan ini dianggap sebagai penghujatan terhadap Allah, sehingga mereka ingin membunuh Yesus. Mereka berkata, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” (Yoh 10:33). Menghadapi hujatan dari kaum Yahudi ini, Yesus tidak mengubah pernyataannya, malah sebaliknya, Dia justru menegaskannya dengan mengatakan, “tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yoh 10:38) Persatuan antara Allah Bapa dengan Allah Putera juga diperkuat dalam percakapan antara Yesus dengan Filipus, tatkala Yesus mengatakan, “Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:11; bdk. Yoh 17:11,21).
d. Sifat Allah dan tuntutan dari Yesus
Di dalam Injil Yohanes diungkapkan juga beberapa sifat Allah, yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah Allah. Dituliskan bahwa Yesus adalah kekal, sehingga dikatakan bahwa sebelum Abraham jadi, Yesus telah ada (Yoh 5:58). Yesus juga digambarkan mengenal Allah Bapa secara penuh (Yoh 7:29; 8:55; 10:15); Yesus mempunyai kekuatan dan kekuasaan serta daya guna yang sama dengan Bapa (Yoh 5:17-30). Karena hanya Tuhan saja yang mampu mengampuni dosa, dan Yesus dapat mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri, maka Yesus menyatakan diri-Nya Tuhan (Yoh 8:11). Yesus juga memberikan kuasa ini kepada para murid-Nya (Yoh 20:23). Yesus juga mempunyai kuasa untuk mengadili dunia (Yoh 5:22,27), dan Ia harus dihormati dengan derajat sama seperti penghormatan kepada Allah Bapa (Yoh 5:23). Selanjutnya, tidak ada seorangpun yang pernah mengklaim, seperti Yesus, bahwa Dia adalah Terang Dunia (Yoh 8:12), dan Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6). Karena Yesus adalah Tuhan, maka Dia dapat menuntut manusia untuk mempunyai iman akan diri-Nya (Yoh 14:1; bdk Yoh 5:24; 6:40,47; 8:51; 11:25). Yesus juga menuntut manusia untuk menjalankan semua perintah-Nya, sebagai perwujudan dari kasih mereka kepada-Nya (Yoh 14:15,21,23). Kepada orang yang mengasihi-Nya, Yesus berkata, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:23). “Tinggal” dalam diri manusia adalah merupakan hak dan kemampuan dari Sang Pencipta. Yesus juga mengajarkan agar manusia berdoa di dalam nama-Nya (Yoh 14:13-14; 16:23). Dan akhirnya, pernyataan iman dari Rasul Tomas kepada Yesus – :ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) – dan tidak ditolak oleh Yesus, menyatakan bahwa Yesus adalah sungguh Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shallom. Stef.
Terima kasih atas tanggapannya, dan mohon dimaafkan sebelumnya atas pertanyaan2 yang telah dipermasalahkan.
Pertama persamaan persepsi dari uraian dan penjelasan diatas adalah, Kita sepaham, Jesus adalah Mesias, karena telah diberitahukan kepada Maria oleh gabriel, yaitu penjelasan DIA akan menyelamatkan umatnya yang artinya tidak ada nabi2 sebelumnya yang memiliki keistimewaan ini .. Dia adalah MESIAS dan ANAK ALLAH, Karena Jelas berasal dari pengakuan BAPA sendiri dihadapan Johanes dan saksi2 lainnya. Dua kali munculnya suara BAPA sudah cukup penegasan yang diperoleh, terutama dengan adanya saksi2 yang lebih dari seorang.
Mari kita kupas ayat saudara :
Didalam Joh 1:1 Pada mulanya adalah FIRMAN, Firman itu BERSAMA-SAMA dengan ALLAH dan firman itu adalah ALLAH. Apakah ini yang akan dipaksakan menjadi Trinitas ..? Mari kita coba telaah perkata/perkalimat, kata pertama, Pada mulanya adalah firman. Disini tidak timbul pertanyaan lebih jauh. TETAPI PADA Kalimat kedua, FIRMAN itu bersama2 dengan ALLAH, SEPERTINYA, menunjukan ada dua/lebih oknum, bukan satu oknum, yaitu FIRMAN dan ALLAH. Anggapan adanya dua/lebih oknum ini, bisa kita lihat pada Kejadian 1: 26, Baiklah KITA menjadikan manusia menurut gambar dan rupa KITA. Apakah kata KITA adalah TUNGGAL …? Kenapa tidak dikatakan “Saya/Aku akan memjadikan manusia menurut rupaKU..!!” bukan kah kata2 aku pun digunakan dalam kej 1: 29. ..”Lihatlah, AKU memberikan kepadamu segala ….. maka jelas terlihat ada dua penggunaan kata2 AKU dan KITA pada kalimat yang sesuai dengan peruntukannya, sesuai kehendaknya Bapa sendiri. Bila dianggap Jesus adalah Bapa yang turun ke dunia, maka tidak akan didapat kekonsistenan pengertian dari ucapan oleh Bapa didalam kata2 KITA dan AKU. Bukankah lucifer awalnyapun penghuni surga sebelum dikutuk ..? Bukankah Jesus akan berdiri disamping kanan Bapa ..? Sepertinya kata2 kita adalah memang jamak bukan tunggal. Bukankah Jesus mengajarkan DOA BAPA KAMI, kenapa manusia memaksakan paham Trinitas ..? Apakah pemaksaan ini yang menyebabkan Jesus berkata, manusia wajib menguji dari mana datangnya … atau banyak orang datang mengaku atas namaku, tetapi aku tidak akan mengakuinya dihadapan bapakKU.
Percaya Trinitas berdasarkan Iman ..? Bukankah Jesus tidak memaksa Thomas dengan kata2 percaya Iman saja ..? Bukankah membangkitkan orang mati sebuah bukti, bukan semata berdasarkan kata2 iman semata/cerita semata ..? Untuk apa Jesus datang kedunia/Bapa mengutus Jesus kedunia, bila hanya cukup dengan kata2 Percaya Iman ..?
Konsili nicea, menghasilkan trinitas, merupakan tafsir, sejak awalnyapun sudah menjadi polemik, bukankah pada akhir jaman ilmu pengetahuan akan dibukakan, mungkinkah artinya manusia bisa saling sharing kebenaran ..?
Sebagai pengikut JESUS KRISTUS, dan ingin selalu menjadi Umatnya walau memiliki buku nikah dari KUA, dan akan selalu menyebut BAPA KAMI dalam berdoa setiap hari, yang telah diperoleh sejak kecil 50 th yang lalu, pasti membedakan dr gol sak yeh bukan ..?
Terima kasih atas sharingnya, mohon dimaafkan bila ada salah2 kata. GBU.
Shalom Ghalau,
Kami telah memberikan argumentasi tentang Trinitas seperti tertulis dalam artikel di atas. Daripada memberikan sanggahan atas beberapa ayat, namun tidak fokus, silakan memberikan sanggahan berdasarkan Yoh 1:1, seperti yang telah Anda mulai. Dituliskan “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1). Siapakah Firman yang dimaksud di sini?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Buat Ghalau,
Yesus sendiri mengatakan,”Baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Siapa pun orangnya, yang bisa menggunakan akal budi, atau tepatnya logikanya tidak akan menafsirkan lain perkataanNya itu bahwa Allah kita adalah 1 dengan 3 pribadi yaitu Bapa , Putra dan Roh Kudus.
Jadi, Trinitas adalah satu Allah dengan tiga Pribadi, maksudnya instance-nya ada satu, tetapi person-nya ada tiga? Apakah ini menjadi seperti seseorang yang memiliki kepribadian ganda, tapi yang membedakan adalah pada Allah, masing-masing Pribadi itu saling awas (dimana dalam orang yang berkepribadian ganda, orang tersebut tidak sadar akan kehadiran kepribadiannya yang lain). kemudian, apakah setiap Pribadi Allah memiliki sebuah akal (intellect) dan kehendak (will) sendiri? Bukankah kalo iya, ini jadi sama aja terdapat tiga Tuhan, meskipun ketiganya terdapat dalam “satu tubuh” yang sama?
Shalom Werry,
Sebagaimana telah diuraikan di atas, Trinitas adalah Allah yang satu hakekatnya, atau satu esensinya (essence mungkin maksud Anda, bukan instance)- namun tiga Pribadi-Nya. Nah, keadaan ini memang tidak mudah untuk dicari ilustrasinya, karena mahluk ciptaan itu terbatas, maka sulitlah untuk dijadikan ilustrasi bagi Tuhan yang tidak terbatas. Demikianlah maka penggambaran apapun tentang Trinitas sifatnya adalah menggambarkan sebagian saja dari realitas tentang Trinitas, tetapi tidak dapat menjelaskan dengan persis dan tuntas.
St. Thomas Aquinas, menjelaskan pengertian “Pribadi” dalam diri Allah, kurang lebih sebagai berikut (lih. Summa Theology I, q.29, a.4):
“Sebab “pribadi” secara umum berarti hakekat individual dari sebuah figur yang rasional/berakalbudi. [Karena Allah adalah Figur yang berakalbudi sempurna, maka kata Pribadi dapat diterapkan kepada Tuhan juga]. Individual itu sendiri tidak dapat dibagi-bagi dan berbeda dari yang lain. Maka “pribadi” dari suatu kodrat apapun [baik kodrat manusia maupun kodrat Allah] menandakan apa yang berbeda dari kodrat itu. Maka pada kodrat manusia, pribadi menandai daging/ tubuh ini, tulang-tulang ini, dan jiwa ini, yang merupakan prinsip-prinsip khas yang membedakan antara seorang manusia dengan manusia yang lain….” [maka ketika dikatakan pribadi “A”, mengacu kepada sesuatu yang sifatnya aksidental dari diri seseorang yaitu postur tubuh tertentu, sifat-sifat dan ciri-ciri tertentu, dari A yang membedakannya dari orang lain]
Nah, pembedaan dalam diri Allah [adalah bukan dari hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri material, sebab Allah adalah Roh (Yoh 4:24), tidak bertubuh,] mengacu hanya kepada hubungan asalnya. Hubungan asal ini bukan merupakan suatu yang bersifat aksidental [seperti ciri-ciri dalam tubuh manusia, atau istilah teologisnya, as an accident in a subject] tetapi merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari hakekat Allah itu sendiri. [Hubungan asal yang dimaksud di sini yaitu, bahwa Allah Bapa adalah Asal dari segala sesuatu dalam kekekalan, di mana Ia sendiri bukan merupakan akibat dari yang lain. Putera yang ada bersama-sama dengan Bapa dalam kekekalan, berasal dari Bapa; dan Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera. Ketiga-Nya sama hakekat-Nya dalam kekalaan, hanya hubungan asalnya saja yang berbeda, untuk menjelaskan ketiga Pribadi Allah tersebut.] Hubungan asal dalam diri Allah itu ada, sebab hakekat Allah itu ada. Karena Tuhan sebagai Pribadi yang tertinggi (Godhead, the Supreme Being) adalah Allah maka ke-Allahan Tuhan adalah Allah Bapa, Yang adalah Pribadi ilahi. Maka Pribadi Allah di sini menggambarkan hubungan yang ada dalam diri Allah.”
[keterangan dalam tanda kurung adalah tambahan penjelasan dari saya]
Selanjutnya mengapa Pribadi Allah itu ada tiga dan bukan dua atau empat, sudah pernah diulas di sini, silakan klik.
Dengan memahami prinsip arti “Pribadi” dalam diri Allah sebagaimana dijelaskan oleh St. Thomas ini, maka kita mengetahui bahwa kita tidak bisa mensejajarkan arti kata pribadi manusia dengan Pribadi Allah, atau membandingkan seseorang yang berkepribadian ganda, dengan Allah Trinitas. Karena secara prinsip lingkup arti kata pribadi pada manusia tidak sama persis dengan lingkup arti kata Pribadi dalam diri Allah.
Dengan prinsip yang diajarkan juga oleh St. Thomas juga bahwa hakekat Allah itu satu, dan yang membedakan Pribadi Allah itu hanya hubungan asalnya (relation of origin), maka pada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, terdapat satu akal, dan kehendak (one intellect and will).
Nah, namun pada suatu saat, Putera Allah ini mengambil rupa manusia, dan lahir, masuk dalam sejarah manusia, dan mengambil nama Yesus Kristus. Dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia ini, Yesus tidak berhenti menjadi Allah, sehingga Ia sungguh-sungguh Allah dan manusia. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Dalam keadaan-Nya yang sungguh Allah dan sungguh manusia ini, Yesus mempunyai dua akal budi dan dua kehendak, yaitu yang satu menurut kodrat-Nya sebagai Allah dan yang lain, menurut kodrat-Nya sebagai manusia.
Demikianlah tanggapan saya, semoga menjawab pertanyaan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Satu dalam Being, Essence, Substance, Existance, Wujud, Zat, Entitas, tapi terdiri dari 3 realitas yang berbeda? kemudian, ada berapa self conciousness pada Allah? Jika masing masing Pribadi pada Trinitas memiliki kesadaran diri masing masing, entah kenapa masih terasa bahwa ada 3 Tuhan pada Trinitas, meskipun mungkin ketiganya berbagi substance, pikiran, kehendak, kekuatan yang sama?
Shalom Werry,
Karena hanya ada satu Akal budi ilahi dan Kehendak ilahi dalam diri Allah Trinitas, maka hanya ada satu interioritas ilahi yang kekal dalam diri Allah, yang dapat secara analogis disebut sebagai “self-consciousness“. Jika tidak demikian, orang akan jatuh dalam pengertian semacam politheisme. Namun demikian, istilah “self-consciousness” yang kita pahami nampaknya hanya dapat diterapkan untuk mahluk ciptaan yang berakal budi, yang mengalami perubahan dan perkembangan di dalam kesadaran/ self-consciousness mereka. Maka, akan menjadi misleading, ketika diterapkan pada Allah Trinitas [karena pada Allah yang sudah sempurna, tidak ada perubahan ataupun perkembangan].
Namun demikian, pada Kristus, yaitu Putera Allah yang mengambil rupa manusia, terdapat dua akal budi, yaitu yang satu berhubungan dengan kodrat kemanusiaan-Nya, sedangkan yang satu lagi berhubungan dengan kodrat ke-Allahan-Nya. Maka Kristus juga mempunyai “human self-consciousness” yang terbatas oleh waktu dalam akal budi-Nya sebagai manusia, namun juga, Ia mempunyai interioritas ilahi yang kekal (yang juga dimiliki oleh Allah Bapa dan Roh Kudus), dalam Akal budi ilahi-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
maaf sebelumnya,mengenai ketuhanan umat kristiani kepada 3 tuhan.
apakah mungkin tuhan ada 3?
dalam kitab injil apa dan ayat berapa yesus mengakui kalo dirinya tuhan secara langsung?
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik dan juga beberapa pertanyaan yang sering diajukan umat Islam ada di sini – silakan klik]
DI AYAT MANAKAH YESUS MENGATAKAN BAHWA DIA ADALAH TUHAN ?
Tanya : Kalau anda hidup di jaman itu dan Yesus mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan, anda percaya nggak ? *thinkTwice
[Dari Katolisitas: Melalui teladan hidup-Nya Kristus memberi kesaksian yang hidup tentang kebijaksanaan dan kerendahan hati, yaitu bahwa Ia menunjukkan ke-Allahan-Nya dengan perbuatan-Nya, yaitu dengan kesediaan-Nya mengasihi dan berkorban untuk orang-orang yang dikasihi-Nya, sampai wafat (Flp 2:5-11). Dengan ini kita diajarkan untuk menunjukkan iman kita, identitas kita sebagai anak-anak angkat Allah di dalam Kristus, melalui perbuatan kasih kita lebih daripada melalui perkataan kita.]
Masih bnyk yg ingin sy jelaskan kpd anda tp biarlah masih ada Pengasuh yg lebih paham.
apakah ada kebangkitan setelah kematian sebelum perjanjian baru?
[dari katolisitas: Sebelum Kristus naik ke Sorga, maka jiwa-jiwa orang yang dibenarkan ada di dalam Pangkuan Abraham (lih. Luk 16:23)]
Apakah ketika pada masa Perjanjian Lama Sang Firman itu telah dalam wujud manusia yang bernama Yesus? Kemudian, apakah sekarang Sang Firman itu tetap dalam wujud manusia di Surga? Dan, bagaimana nanti kelak setelah akhir zaman, apakah Sang Firman itu tetap dalam wujud manusia?
Apabila jawabannya ya, maka Pribadi Kedua dari Trinitas sudah dalam wujud ciptaan berupa manusia? Apabila jawabannya tidak, maka sebelum masa Perjanjian Baru, belum ada Sang Firman dalam wujud manusia dan kemudian pada masa setelah Perjanjian Baru, Sang Firman itu memiliki wujud baru berupa manusia?
Terima kasih atas jawabannya.
Shalom Arya,
Sebelum Inkarnasi, keberadaan Pribadi ke-dua (Yesus Kristus) adalah kekal. Dia berada dalam persatuan dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, namun, Dia belum mengambil rupa manusia. Namun, pada waktu Inkarnasi, Pribadi ke dua ini mengambil kodrat manusia dengan tetap mempertahankan kodrat ke-Allahan-Nya. Dan setelah Kristus mengambil kodrat manusia, maka kodrat ini akan dibawa-Nya ke Sorga. Dengan demikian, kita akan melihat Kristus di Sorga dalam Pribadi yang mempunyai dua kodrat, sungguh Allah dan sungguh manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Jadi sebelum masa Perjanjian Baru, Sang Firman itu belum dalam wujud seorang manusia dan setelah masa Perjanjian Baru, Sang Firman itu memiliki wujud baru berupa seorang manusia? Dengan kata lain, ada suatu waktu dimana Sang Firman tidak memiliki wujud manusia (dari sejak kekal sampai masa Perjanjian Baru) dan ada suatu waktu dimana Sang Firman memiliki wujud manusia (dari masa Perjanjian Baru sampai kekal)? Bukankah di Surga tidak terdapat waktu?
[dari katolisitas: Benar. Begitu Sang Firman masuk di dalam sejarah manusia, maka Dia memasuki dimensi waktu. Sang Firman ketika berada di dunia ini tak pernah terpisahkan dengan Allah Bapa dan Allah Kudus, namun pada saat yang bersamaan Dia berjalan di dalam waktu]
Jadi, ketika di Surga kelak, ada berapa Tuhankah yang kita lihat, 1 Tuhan, atau ditambah dengan Yesus yang artinya kita melihat 2 Tuhan, atau kita melihat masing-masing Pribadi Tuhan secara terpisah yang artinya kita melihat 3 Tuhan?
[dari katolisitas: Di Sorga kita akan melihat Tuhan Yesus dalam kodrat-Nya sebagai Allah dan sebagai manusia. Dan Yesus Kristus ini berada dalam kemuliaan-Nya dalam persatuan-Nya dengan Allah Bapa dan Allah Putera. Jadi kita akan melihat satu Tuhan dalam 3 Pribadi.]
ingin bertanya lebih jauh lagi, baru kepikiran, katanya, Tuhan itu tetap dan tidak berubah, tetapi jika ada waktu dimana Tuhan dengan tiga Pribadinya adalah murni Roh dan ada waktu dimana Pribadi kedua memiliki kodrat manusia, bukankah ini artinya Tuhan berubah?
Shalom Arya,
Secara kodrat, tidak ada perubahan di dalam Allah, karena memang dari awal persatuan tiga Pribadi (Bapa, Putera, Roh Kudus) adalah kekal dan tak pernah terpisahkan. Persatuan inipun adalah tetap walaupun Pribadi kedua (Putera) turun ke dunia dan mengambil kodrat manusia. Jadi, walaupun Kristus turun ke dunia dan melakukan karya di dunia, namun pada saat yang bersamaan Dia senantiasa berada di dalam persatuan Tritunggal Maha Kudus dalam kekekalan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
ya, tapi sebelum Allah Putera menjelma menjadi seorang manusia, Pribadi Kedua ini bersifat Roh, sama seperti Allah Bapa dan Allah Rok Kudus kan? Kemudian, setelah Allah Putera yang merupakan Firman dari Allah itu turun ke bumi dan menjelma menjadi seorang manusia, Ia mengenakan tubuh manusia. Setelah itu, Ia kembali ke Surga dan membawa tubuh kemanusiaan-Nya, dimana Pribadi Kedua yang tadinya murni Roh menjadi memiliki tubuh kemanusiaan. Bukankah ini berarti Allah berubah, dari yang tadinya murni Roh menjadi memiliki kemanusiaan? Kecuali kalau Sang Firman ini kembali tidak membawa kemanusiaan-Nya, alias kembali menjadi Roh, sama seperti awalnya. Atau dari awal Sang Firman memang memiliki kemanusiaan sehingga ketika Sang Firman kembali ke Surga dengan kemanusiaaan-Nya, Allah tetap tidak berubah karena dari awal sudah demikian adanya (bahwa dari awal Sang Firman sudah memiliki kemanusiaan). Akan tetapi tidak demikian yang kita percaya kan?
Yang dipercayai adalah bahwa dari awal, Allah adalah satu dengan tiga Pribadi, dimana Allah yang merupakan awal dari segala awal disebut sebagai Bapa dan inilah Pribadi Pertama. Kemudian, Allah menjadikan segala sesuatu dengan Firman-Nya dan Firman Allah ini keluar dari diri Allah melalui proses generasi dan oleh karenanya disebut Putera dan inilah Pribadi Kedua. Pribadi ketiga adalah Roh Kudus yang merupakan Roh dari Allah itu sendiri dan keluar dari Bapa dan Putera. Segala sesuatu dilakukan oleh Bapa melalui Firman-Nya dan di dalam Roh-Nya. Inilah Trinitas. Ketiganya adalah berbeda satu sama yang lain dan tidak terbagi-bagi tetapi tidak terpisahkan dan memiliki hakekat yang sama dan hakekat dari Allah itu adalah Roh. Oleh karena itu, dari awal, Allah dengan tiga Pribadi-Nya termasuk Allah Putera tidak memiliki kemanusiaan. Akan tetapi, setelah Allah Putera turun ke bumi, menjelma menjadi manusia, dan kembali ke Surga, Ia membawa serta kemanusiaan-Nya, dimana kita akan melihat kelak satu Allah dengan persatuan ketiga Pribadi-Nya dimana Pribadi kedua ini memiliki kemanusiaan-Nya yang tidak dimiliki-Nya sejak awal. Apakah pemahaman saya sudah benar? jika iya, bukankah ini berarti Allah berubah?
Bagaimana Sang Firman bisa menjelma menjadi manusia dan pada saat yang sama berada pada persatuan-Nya dengan dua Pribadi yang lain merupakan suatu Misteri, sama halnya Allah ada di Surga dan di bumi pada saat yang sama. Hal itu karena Allah tidak terbatas pada dimensi ruang dan waktu tetapi bagaimana itu bisa terjadi berada di luar jangkauan akal manusia sehingga hal itu merupakan Misteri yang hanya dapat diterima oleh Iman. Begitu pula dengan bagaimana bentuk persatuan tiga Pribadi Allah itu juga berada di luar jangkauan imajinasi manusia dan merupakan Misteri sehingga hal itu hanya bisa diterima oleh iman. Mengenai hal seperti ini mau tidak mau hanya bisa dipercaya. (atau Gereja punya penjelasan yang jelas untuk hal pada paragraf ini?)
Akan tetapi, saya masih belum dapat memahami mengenai fakta bahwa Sang Firman yang pada awalnya merupakan murni Roh berubah menjadi memiliki kemanusiaan setelah penjelmaan-Nya menjadi manusia tidak menjadikan Allah tetap tidak berubah? Saya melihatnya Allah itu jadi berubah meskipun terjadi hanya pada salah satu Pribadi, yaitu Allah Putera (dari yang awalnya tidak memiliki kodrat kemanusiaan menjadi memilikinya) dan ini bertentangan dengan hakekat Allah yang tetap dan tidak berubah.
Sebagai catatan, Bagaimana bentuk persatuan antara ketiga Pribadi dari Allah atau persatuan antara kodrat Allah dengan kodrat manusia pada Allah Putera tidak saya permasalah jika ini merupakan Misteri Iman yang hanya dapat dipercayai (kecuali Gereja punya penjelasan yang baik yang bisa diterima oleh akal).
Terima kasih atas penjelasannya.
Shalom Arya,
Dapat dikatakan bahwa masing-masing kodrat dari Kristus – yaitu kodrat manusia dan kodrat Allah-Nya – menjalankan apa yang memang sudah semestinya dijalankan sesuai dengan kodratnya, seperti yang disebutkan dalam Council of Chalcedon. Dengan demikian, kodrat Allah adalah immutable atau tidak berubah, dan kodrat manusia adalah berubah. Jadi, walaupun Pribadi ke-2 dalam Trinitas mengambil kodrat manusia, namun tidak ada perubahan di dalam ke-Allahan. Yang berubah adalah kemanusiaan yang diambil oleh Pribadi ke-2 dari Trinitas. Contoh yang lain, di dalam Kristuspun sebenarnya kita semua diangkat menjadi anak-anak Allah melalui baptisan. Namun, walaupun kita diangkat menjadi anak-anak Allah, tetapi tidak ada perubahan di dalam Allah. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
kalau mengenai bahwa kita sebagai anak-anak Allah tidak merubah kekekalan Allah, saya masih memahami itu karena kita diangkat menjadi anak-anak Allah bukan berarti Allah melahirkan anak-anak secara biologis dan itulah kita, tetapi secara sakramental melalui baptisan kita menjadi anak-anak angkat Allah. Oleh karena itu bahwa kita menjadi anak-anak Allah memang tidak merubah kekekalan Allah.
bahwa Sang Firman menjelma menjadi manusia bernama Yesus dan Yesus harus bertumbuh dan berkembang layaknya manusia biasa juga masih bisa saya pahami karena meskipun Sang Firman adalah Allah dan ketika Ia menjelma menjadi manusia, Ia menjadi manusia seutuhnya, meskipun Ia tetap merupakan Allah seutuhnya. Oleh karena yang tidak terbatas tidak bisa berada dalam sesuatu yang terbatas, oleh karena itu dikatakan bahwa Sang Firman yang tidak terbatas itu mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai hamba. Jadi, Yesus, yang meskipun adalah Allah sepenuhnya, juga adalah manusia sepenuhnya, sehingga adalah wajar kalau Ia memiliki semua yang dimiliki manusia, seperti bertumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, untuk perubahan yang terjadi pada kodrat kemanusiaan Yesus masih bisa saya pahami.
akan tetapi, ketika Sang Firman yang adalah murni Roh itu datang ke bumi, menjelma menjadi seorang manusia, dan kembali dengan membawa kemanusiaan-Nya, maka sang Firman itu berubah menjadi memiliki tubuh kemanusiaannya dan memiliki kodrat manusia dari sebelumnya yang tidak dimiliki-Nya sehingga saya melihatnya bahwa terjadi perubahan disini. Kalau Sang Firman itu kembali tidak membawa kemanusiaan-Nya, saya bisa pahami bahwa Allah itu tidak berubah karena dari awal Sang Firman memang tidak memiliki kemanusiaan dan kembali tidak membawa kemanusiaan. Jadi, kemanusiaan itu hanya bersifat sementara selama penjelmaan-Nya di bumi saja. Akan tetapi kita percaya bahwa Sang Firman tidak memiliki kemanusiaan sebelumnya dan berubah menjadi memiliki kemanusiaan setelah penjelmaan-Nya di bumi. Disini yang masih saya belum pahami. Bahwa kemanusian itu berubah atau tidak berubah tidak menjadi persoalan karena kalapun kemanusiaan itu tidak berubah, bahwa Sang Firman yang sebelumnya tidak memiliki kodrat manusia menjadi memiliki kodrat manusia adalah merupakan bentuk perubahan. Dari tidak ada menjadi ada itu merupakan suatu bentuk perubahan dan saya melihatnya ini yang terjadi pada Sang Firman itu. Ini yang saya masih belum pahami.
tapi, terima kasih atas jawabannya. Saya banyak belajar dari situs ini dan juga jawaban-jawaban yang diberikan.
Shalom Arya,
Mungkin yang harus kita pegang adalah masing-masing kodrat dari Kristus melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan oleh kodrat tersebut. Adalah menjadi kodrat Allah untuk tidak berubah, sehingga tidak terjadi perubahan apapun, karena Allah adalah simple. Adalah menjadi kodrat manusia untuk berubah. Dengan memegang prinsip ini, mungkin kita dapat merenungkan bahwa perubahan adalah terjadi dari sisi kemanusiaan Kristus – yang lahir, bertumbuh, wafat, bangkit -, namun dari sisi ke-Allahan-Nya, tidak ada yang berubah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
ikut nimbrung pertanyaan Arya ya…
menurut saya kuncinya adalah perbedaan antara:
ETERNAL dan EVERLASTING.
Allah adalah ETERNAL (kekal, dulu dan sekarang tetap sama), sedangkan Kodrat Kemanusiaan Yesus adalah EVERLASTING (tidak berkesudahan, tapi ada awalnya yaitu saat Inkarnasi).
Meminjam logika Arya… maka muncul juga pertanyaan: bila manusia di akhir jaman nanti dibangkitkan oleh Allah dan hidup di Surga… maka dia akan hidup di Surga secara EVERLASTING (tidak berkesudahan). Tetapi kehidupan di Surga itu mempunyai AWAL sehingga tidak ETERNAL karena sebelum dibangkitkan manusia itu tidak ada di Surga.
Bahasa Indonesia mencampuradukkan antara ETERNAL dan EVERLASTING, keduanya disebut KEKAL.
Mungkin ini menjawab pertanyaan sdr Arya. Terima kasih.
Sebenarnya belum menjawab karena yang belum saya pahami bukan perubahan pada sisi Yesus, tapi perubahan pada sisi Allah (dimana kita tidak memercayai bahwa Allah berubah). Bahwa kodrat kemanusiaan Yesus memiliki awal meskipun tidak memiliki akhir dapat saya pahami. Bahwa kehidupan kita di dunia yang akan datang, entah itu Surga maupun Neraka adalah kekal, tidak berkesudahan meskipun memiliki awal masih dapat saya pahami. Bahwa Allah tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir dapat saya pahami.
Akan tetapi, saya melihat jika ada waktu dimana Pribadi Putera / Sang Firman tidak memiliki kodrat kemanusiaan, yaitu sebelum misteri inkarnasi dan ada waktu dimana Pribadi kedua ini memiliki kodrat kemanusiaan, yaitu setelah misteri inkarnasi dimana Sang Firman ini kembali ke Surga dengan membawa serta tubuh kemanusiaan-Nya yang digunakan selama hidup di dunia, hal ini adalah merupakan bentuk perubahan pada sisi Pribadi Putera yang adalah Allah itu sendiri dan ini bertentangan dengan kepercayaan bahwa Allah tidak berubah.
Adalah benar bahwa kodrat kemanusiaan yang dimiliki oleh Pribadi Putera adalah tidak ETERNAL di Surga, tapi EVERLASTING, karena ada waktu dimana Pribadi ini tidak memilikinya dan ada waktu dimana Pribadi ini memilikinya sampai tidak berkesudahan. Akan tetapi, bukankah ini berarti Pribadi Putera ini mengalami suatu bentuk perubahan? Kita percaya bahwa Allah tidak berubah, dimana tidak ada satupun yang dapat menambah sesuatu pada Allah ataupun menguranginya. Akan tetapi, bukankah adanya atau munculnya kodrat kemanusiaan pada Pribadi Putera setelah misteri inkarnasi merupakan bentuk penambahan pada Pribadi Putera yang adalah Allah? Bukankah adanya penambahan kodrat kemanusiaan pada Pribadi Putera ini menandakan bahwa Pribadi Allah ini berubah?
Tidakkah seharusnya kalau Allah itu tidak berubah berarti dari sejak kekal dan sampai kekal Allah tidak memiliki kodrat kemanusiaan, atau dari sejak kekal sampai kekal Allah memiliki kodrat kemanusiaan? Bukankah kalau ada waktu dimana Allah tidak memiliki kodrat kemanusiaan dan ada waktu dimana Allah memiliki kodrat kemanusiaan menunjukkan adanya perubahan pada Allah?
Bahwa kodrat kemanusiaan Yesus berubah tidak saya permasalahkan dan kodrat dari Allah adalah tidak berubah, tetapi saya belum melihatnya pada kasus ini. Bukannya saya tidak percaya bahwa Allah adalah kekal dan tidak berubah, tetapi saya belum bisa menyinkronisasikan akal saya dengan fakta iman bahwa terjadinya perubahan pada Pribadi Putera tidak menjadikan Allah tidak berubah. Kalau Pribadi Putera ini kembali ke Surga dengan tidak membawa serta tubuh kemanusiaan-Nya, maka saya masih dapat memahami bahwa Allah tidak berubah karena tubuh kemanusiaan itu sifatnya hanya sementara selama misteri inkarnasi di dunia ini. Jadi, Pribadi Putera pada masa sebelum misteri inkarnasi dan setelah misteri inkarnasi sama-sama tetap tidak memiliki kodrat kemanusiaan. Akan tetapi bukan seperti ini yang kita percayai. Oleh karena itu, saya masih butuh pencerahan untuk hal ini.
[dari katolisitas: Kuncinya tetap sama, setiap kodrat dari Kristus melakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan oleh kodrat tersebut. Perubahan adalah kodrat dari manusia, sedangkan tak berubah adalah kodrat dari Allah]
Shalom katolisitas
Saya sangat menyukai situs ini dan penjelasan2 nya yg rasional, namun utk pertanyaan saudara arya, sy msh bingung dgn jawaban katolisitas.
Sepenangkapan sy atas pertanyaan arya tentang Allah Putra
1. Sebelum inkarnasi : Hanya kodrat Allah, tanpa kodrat manusia
2. Setelah inkarnasi dst : Ada 2 kodrat, Ilahi dan manusia
Perubahannya justru dari 1 kodrat jd 2 setelah inkarnasi sampai selamanya, bgmn menjelaskan ini?
Terimakasih. GBU
Shalom Evan,
Nampaknya kunci agar kita dapat lebih memahaminya adalah, jangan berfokus kepada peristiwa atau kejadiannya (Inkarnasi), namun kepada kodrat Allah itu sendiri. Sebab Inkarnasi adalah suatu peristiwa atau kejadian tentang Allah, sedangkan Allah itu adalah Sesuatu yang ada/ terlibat dalam peristiwa tersebut. Nah jika dikatakan bahwa Allah tidak berubah, itu menyatakan bahwa Sesuatu yang ada pada peristiwa Inkarnasi itu tetap tidak berubah, yaitu: kodrat Allah tetap sama. Hanya saja, pada peristiwa Inkarnasi itu, Kristus Sang Putera Allah yang mempunyai kodrat Allah itu, mengambil kodrat manusia, sedemikian sehingga kedua kodrat itu tidak saling tercampur baur namun tetap mempertahankan sifatnya masing-masing. Sebab sebelum dan sesudah Inkarnasi, kodrat Allah tetap sama, tidak menjadi berubah karena tercampur baur dengan kodrat manusia. Itulah maksud dari penjelasan para Bapa Gereja atas pernyataan bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Paus Leo Agung pernah menjabarkannya dalam The Tome of Leo dengan begitu indahnya, silakan klik di sini.
Pada akhirnya memang harus diterima bahwa manusia mempunyai keterbatasan kata-kata untuk menjelaskan misteri Allah ini. Namun demikian, jika kita renungkan dengan sungguh, dalam keterbatasan kita ini, betapa besar dan dalam makna yang dapat kita tangkap tentang misteri Allah ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Arya ytk,
Apakah ada yg salah jika pencipta datang bertemu dgn yg diciptakan ?
Justru disitulah Dia menunjukkan bahwa betul Dia memang Tuhan yang MAHA KUASA.
Yg menjadi pertanyaan adalah sosok Tuhan yg tidak pernah menunjukkan sosoknya, sekalipun dalam sinar terang. Bagi saya, itu 11/12 dgn agnostik.
[Dari Katolisitas: Iman Kristiani mengajarkan bahwa melalui Kristus yang menjelma menjadi manusia, Allah menunjukkan ke Mahakuasaan dan kebesaran-Nya, sekaligus juga Kerahiman dan belas kasih-Nya. Mungkin tak mudah memang bagi orang yang dibesarkan dalam lingkungan tertentu, untuk menerima ajaran ini. Namun tidak perlu kita menuduh mereka agnostik atau dengan kata-kata yang bernada menghakimi. Tuhan dengan caranya sendiri, dapat membimbing orang-orang yang dengan tulus mencari-Nya, agar sampai kepada kepenuhan kebenaran-Nya.]
Allah adalah firman yang hidup,Yesus adalah firman yang hidup itu sendiri yang bermanifestasi dalam bentuk fisik yaitu manusia, dan roh kudus adalah roh yang berasal dari roh allah itu sendiridan roh kudus bukanlah malaikat melainkan pribadi allah itu sendiri.
jd ketiga bentuk manifestasi tersebut memiliki kedudukan yang satu dalam yesus kristus karna allah itu sendiri yang berfirman kepada kita bahwa Dia secitra dengan pribadi manusia. setiap firman yang dikatakan Allah adalah kebenaran yang hidup dan nyata nubuatnya ditengah-tengah manusia.
ini semua bukan karna kehebatan saya yang mengenal pribadiNya yang Kudus tetapi kehendakNya didalam Yesus kristus yang mengizinkan untuk menggenalNya, dan tulisan ini juga atas izinNya makanya saya bisa dapat menulisnya.
[dari katolisitas: Firman biasanya ditujukan kepada Pribadi ke-dua, yaitu Kristus. Sang Firman yang adalah kekal, kemudian dalam sejarah manusia mengambil rupa manusia, mengalami segala hal yang dialami manusia, kecuali dalam hal dosa. Roh Kudus berasal dari Allah Bapa dan Allah Putera, yang menyadarkan manusia akan dosa dan juga menguduskan umat Allah.]
Shalom pak & bu yg t’kasih…
Sya ad 1 p’soalan yg x dpt sya tmui jwapannya. Sya mnerima kukuh Yesus adlah Sang Sabda yg m’jd mnusia. Tp yg m’jd p’soalan, adkah ini b’mksud slma Yesus hdup d dunia, Allah x m’pnyai Sabda d syurga..?
Skiranya kta kata’n, Allah b’sbda mlalui Yesus, bgaimna dgn d pnjuru dunia lain pd wktu trsebut..? Bgaimna Allah m’jwab doa2 mnusia d sluruh dunia klu bukn mlalui sabdaNya..?
M’bwa sya kpd 1 lg kmungkinan. Bhawa Allah sntiasa jg dpt b’sbda dr syurga smbil Yesus b’karya d dunia. Tp bgtu mknanya sbda yg dr Allah 2 bnyak. Spt kataNya ‘jadi!’ maka jadilah. Tp kta jg x m’aggap subjek yg t’jd dr sbda t’sbut Tuhan, kn?
Sya sring mnemui titik buntu pd point ni. Ringkasnya p’soalan ni adlah- Yesus 2 adlah SABDA ALLAH YG M’JD MANUSIA @pn MANUSIA YG T’JD DARIPDA SABDA ALLAH..? Krana k’2nya ni sgt b’beza… It’s a tricky polemics that can lead 2 misunderstanding…
Smoga pak & bu dpat mnangkap ap yg cuba sya p’soalkan ni. Krna sya sgt cuba utk m’dlami misteri kasih yg t’bsar dlm sjarah mnusia ni. Ap lg sya sring dcoba utk b’apologetik dgn knalan2 slingkungan sya…
Mohon bantuannya,
Thanx in advance…
God bless
Shalom John,
Prinsip yang harus kita pegang adalah tidak pernah ada satu saatpun di mana Sang Sabda – yang ada dalam kekekalan dan dalam waktu mengambil rupa manusia dengan Inkarnasi – terpisah dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dengan kata lain, ketika Sang Sabda menjadi daging dan hidup di antara kita, maka pada saat yang sama Dia juga senantiasa berada dalam persatuan dengan Allah Bapa dan Allah Putera. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pak & bu…
Trima ksih atas jwapannya. Jd bleh dsimpul’n, pd akhir zman nnt bila kta ‘melihat Tuhan muka dgn muka’, adakh b’mksud kta mlihat Yesus dlm k’adaan fizikalNya trsebut..?
God bless
[dari katolisitas: Ya benar, di Sorga kita akan melihat Yesus dengan kodrat Allah dan kodrat manusianya]
saya punya pendapat yang berbeda. jika Allah Bapa, ALlah Putra dan Roh Kudus itu suatu pribadi yang hidup, mengapa tidak kita bertanya langsung kepada Beliau. masuk akal bukan?
sekarang pertanyaannya adalah bagaimana mendengar Dia berbicara. saya sudah bikinkan itu di web rohkudus.webs.com ( moderator please jangan hapus ini karena toh kita satu tubuh).
jadi pada dasarnya memang ada tiga pribadi. kita bahas firman ya.
1. Markus 1:11 Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” ini menunjukkan dua pribadi yang berbeda, antara yang di kenan sama yang berkenan. dua pribadi yang berbeda.
2. Markus 15:34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
ini artinya Yesus Kristus di tinggalkan oleh BapaNya. Yesus merasa kesepian. kalau konsep Tritunggal adalah satu, tentu tidak akan Yesus kesepian.
3. Matius 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Tuhan Yesus berdoa. menurut anda kepada siapa Yesus berdoa? kalau konsep satu maka Yesus berdoa kepada dirinya sendiri. tapi dalam firman ini jelas Yesus berdoa. tapi berdoa kepada siapa? jarang orang menanyakannya. orang yang berdoa tentu berdoa kepada dia yang lebih besar dari dirinya. dalam hal ini Yesus Kristus berdoa kepada Bapa. jadi Bapa lebih besar dari Yesus dan tentu ini dua pribadi yang berbeda.
4. Kejadian 1:26. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” — dalam tata bahasa Indonesia, lebih dari satu kita katakan Kami atau Kita. dalam bahasa Inggris, we bukan I atau He atau she. jadi memang ada tiga pribadi yaitu Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus.
——————
ini hal tersulit. orang sering menggambarkan tritunggal sebagai lilin atau matahari. ada panas ada cahaya ada lilin itu sendiri. tiga yang menyatu. bukan demikian. masak Allah pencipita di samakan dengan benda begituan.
Allah adalah keluarga. Bapa, sang Putra yakni Yesus Kristus dan Roh Kudus. keluarga ALlah ini di gambarkan sebagai keluarga di bumi yakni ayah, ibu serta anak. meskipun keluarga ini lebih dari satu tubuh, tapi secara hukum mereka ini SATU.
Contoh lain, negara Indonesia ini terdiri dari 13.000 pulau. tapi secara hukum, Negara Indonesia ini SATU. kata satu belum tentu harus satu secara fisik.
itu sebabnya Lusifer mencoba menggoda Yesus Kristus supaya tidak satu tujuan dengan Allah Bapa. kita lihat Matius 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.
jelas bahwa Yesus Kristus hampir tidak satu misi satu visi dengan BapaNya. Namun demikian pada ahkirnya Yesus memilih taat. menyatu dengan misi dan visi Bapanya untuk menyelamatkan manusia.
jadi firman Yohanes 10:30 Aku dan Bapa adalah satu.” tidak harus di artikan satu tubuh. tapi bisa lebih dari satu tubuh seperti contoh keluarga di bumi ini.
pada tingkat lanjut, saya mengajak pembaca untuk berdialog sendiri dengan Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. menanyakan sendiri kepada Beliau apakah pengajaran ini benar. memang ada intonasi yang berbeda dan penekakan yang berbeda ketika kita berbicara kepada Bapa, kepada Yesus dan kepada ROh Kudus. Tuhan memberkati ….
Shalom Budi,
Dalam mengajarkan ajaran iman, termasuk di dalamnya tentang Trinitas, Gereja Katolik mengajarkannya atas dasar Sabda Tuhan, yang dinyatakan dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci para Rasul, sebagaimana diajarkan oleh Gereja. Maka ajaran iman Katolik itu bersumber dari Allah sendiri, dan karena yang mengajarkannya adalah Gereja yang diberi kuasa oleh Kristus sendiri (lih. Mat 16:18-19;18:18), maka ajaran itu tidak berubah, dan sifatnya tidak subyektif / tergantung dari pribadi orang ataupun kelompok yang menginterpretasikannya. Sebab walaupun Kitab Suci dan Roh Kudusnya satu dan sama, namun interpretasi orang yang mengartikannya dapat tidak sama, sebagaimana yang diajarkan oleh banyak kelompok yang mengklaim mendapat pengertian langsung dari Roh Kudus, namun ajarannyapun berbeda antara satu kelompok dan kelompok yang lain.
Situs Katolisitas berkomitmen untuk menyampaikan ajaran Gereja Katolik atas dasar Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, sebagaimana kami sampaikan di artikel di atas. Menanggapi pernyataan Anda, izinkan kami menanggapi:
1. Tentang Mrk 1:11
Ya, antara lain atas dasar ayat ini, iman Kristiani mengajarkan bahwa Allah Bapa dan Putera adalah dua Pribadi yang berbeda, walaupun keduanya satu.
2 & 3. Tentang Mrk 15:34, dan mengapa Yesus berdoa
Dalam Mrk 15:34, Yesus berkata dalam kapasitasnya sebagai manusia, karena pada saat Ia menjadi manusia, Kristus sungguh-sungguh adalah manusia walaupun Ia juga tetap sungguh Allah. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
4. Kej 1:26
Ya, memang ayat ini sering dipandang sebagai salah satu ayat yang menunjukkan gambaran Trinitas dalam Perjanjian Lama. Namun tak dapat dipungkiri bahwa ayat yang paling jelas menyatakannya adalah yang dikatakan oleh Kristus sendiri dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke Surga (lih. Mat 28:19-20). Tentang ayat-ayat lain tentang Trinitas sudah disebutkan di artikel di atas.
5. Perumpamaan tentang Trinitas
Memang analogi atau perumpamaan apapun tentang Trinitas tidak akan secara memuaskan menjelaskan tentang misteri Trinitas. Sebab Pribadi Allah yang mau dijelaskan itu tidak terbatas, sedangkan perumpamaannya menyangkut hal/ benda/ mahluk yang berbatas. Maka tentu tidak dapat benar-benar pas, apapun penggambaran itu.
Maka menurut penjelasan St. Agustinus, perumpamaan yang paling mendekati adalah kalau kita melihat penggambaran kesatuan Trinitas dalam diri manusia, sebab manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Trilogi yang menggambarkan Trinitas menurut St. Agustinus itu adalah, seperti dijabarkan di atas (On the Trinity (Book XV, ch. 3), yaitu seperti:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
Namun pada akhirnya, saya setuju dengan Anda, apapun analoginya, tidak akan dapat menggambarkan Trinitas secara tuntas, sebab memang Allah tidak dapat diumpamakan sebagai sesuatu yang terbatas. Perumpamaan itu hanya berfungsi sebagai alat bantu untuk membuat kita dapat lebih memahami, namun tidak dapat menjelaskan segala sesuatunya.
6. Kesatuan dengan Allah Bapa
Sabda Tuhan menyatakan bahwa Allah Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus adalah satu (Yoh 10:30) sejak awal mula kekekalan (Yoh 1:1-2), namun pada saat tertentu dalam sejarah manusia, Pribadi kedua ini, yaitu Allah Putera, mengambil rupa manusia. Meskipun demikian, karena dalam rupa-Nya sebagai manusia, Yesus tetaplah Putera Allah, maka dalam kodrat ke-Allahan-Nya itu, Yesus tetap satu dengan Allah Bapa. Dalam kodrat-Nya sebagai manusia, Yesus berdoa kepada Allah Bapa, agar cawan itu boleh lalu daripada-Nya; namun karena kodrat keAllahan-Nya, maka kehendak bebas-Nya sebagai manusia selalu tunduk kepada kehendak-Nya sebagai Allah. Selanjutnya tentang topik ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Bagi kami umat Katolik, dialog dengan Allah Bapa dilakukan di dalam Kristus oleh kuasa Roh Kudus, dan ini mencapai puncaknya dalam perayaan Ekaristi kudus. Dalam perayaan Ekaristi inilah doa-doa kami sebagai anggota Gereja disatukan dengan Kristus sebagai Kepalanya, ditujukan kepada Allah Bapa, oleh kuasa Roh Kudus, yang menghadirkan kembali Misteri Paska Kristus yang menjadi sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Tiada bentuk doa atau dialog dengan Allah yang lebih tinggi maknanya daripada Ekaristi, di mana Gereja disatukan dengan Kristus, dan karena itu Gerejapun disatukan dengan Allah Trinitas. Inilah yang membuat Gereja Katolik tetap satu sejak awalnya sampai sekarang, dan terus selamanya sampai akhir zaman, sesuai dengan janji Kristus sendiri (lih. Mat 28:19-20).
Salam dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
DEAR KATOLISITAS .
SALAM DAMAI ,,, SY INGIN MEMINTA PENCERAHAN DARI SAUDARA SAYA YANG LEBIH MENGERTI DAN MEMAHAMI .SEBELUMNYA SAYA JUGA MOHON MAAF APABILA ADA PENULISAN ATAU BAHASA YANG KURANG DI MENGERTI MOHON DI MAAFKAN KARNA APA YANG SAYA PUNYA TERBATAS .
SELAMA INI SAYA BERDEBAT MENGENAI ARTI TRINITAS DAN LAIN2 YANG MENYANGKUT DENGAN IMAN KATOLIK .KARNA ADA TEMAN DI FB YANG MENULIS STATUS YANG MENYAKITKAN DAN SANGAT PEDIS TENTANG PEMAHAMAN ARTI TRINITAS DAN TUHAN YESUS SENDIRI. APAKAH PERBUATAN SAYA INI BERDOSA , KARNA SAAT SEKARANG SAYA JUGA TERBAWA EMOSI DAN BALAS MENGHINA . MUNGKIN ITU SAJA.MOHON PENCERAHANNYA .
Shalom Juventmeko,
Rasul Petrus mengajarkan agar dalam memberikan pertanggungjawaban iman kita kepada sesama yang menanyakannya kepada kita, kita harus melakukannya dengan lemah lembut dan hormat (lih. 1 Ptr 3:15). Artinya, kita tidak boleh membalas menghina, jika orang lain menghina kita karena iman kita. Penjelasan yang disampaikan dengan emosi ataupun marah tidak akan berdaya guna, sebab orang yang diajak bicara akan menjadi enggan untuk mendengarkan. Hal ini tidak akan membangun suasana dialog yang baik, meskipun inti dari apa yang Anda sampaikan benar sekalipun.
Sejujurnya, hal menyampaikan penjelasan dengan santun dan hormat menjadi tantangan bagi kita, sebagai murid-murid Kristus. Penjelasan tentang topik Trinitas memang tidak mudah, dan membutuhkan keterbukaan hati untuk memahaminya. Maka sejumlah orang yang sejak awal sudah menutup hati atau bahkan mengeraskan hati, tidak akan dapat memahaminya. Namun demikian, jika kita memberikan penjelasan tersebut, itu seumpama kita sedang menabur benih, yang memang belum tentu dapat langsung menampakkan hasil/buah pada saat itu juga. Sebab dapat saja saat ini tidak ada perngaruhnya, namun ada saat di masa mendatang, jika Tuhan berkenan, apa yang pernah kita sampaikan itu akan membawa buah bagi orang tersebut. Biarlah tentang hal ini, Tuhan saja yang mengetahuinya, sebab hal mengubah hati itu bukan urusan kita, tetapi urusan Tuhan.
Jadi jangan lekas berputus asa, namun juga jangan menjadi lekas terbawa emosi jika Anda memberikan penjelasan tentang ajaran iman Katolik. Ingatlah bahwa pewartaan kebenaran harus selalu dibarengi oleh kasih; dan bahwa hukum kasih yang diajarkan oleh Kristus itu pertama-tama harus kita lakukan sendiri, sebelum kita wartakan kepada orang lain. Juga perlu kita sadari, bahwa jika kita menerapkan kasih, artinya kasih itu harus nampak dalam perkataan dan perbuatan kita. Meski mungkin kita jatuh bangun di dalamnya, namun selalu ada kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri, dan semoga hal ini menyemangati kita selalu. Jika gagal menerapkan kasih, mari kita memohon ampun kepada Tuhan, baik dalam doa maupun dalam sakramen Pengakuan Dosa, dan kemudian menimba kekuatan dari sakramen Ekaristi. Semoga Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi, yang merupakan pernyataan Kasih Allah kepada kita, menguatkan kita untuk terus mengasihi, walaupun tidak selalu kita menerima kasih dari sesama kita.
Selanjutnya tentang Trinitas, silakan membaca artikel di atas, silakan klik.
Atau silakan Anda masuk ke rubrik Katekese Dewasa, untuk membaca beberapa artikel sehubungan dengan Allah Trinitas di sana, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Oya, dapatkah saya mengusulkan, jika Anda menulis kembali di situs ini, janganlah menggunakan huruf besar semua? Sebab menurut bahasa dalam internet, tulisan dengan huruf besar semua menunjukkan seruan kemarahan. Kami percaya Anda tidak sedang berteriak ataupun marah kepada kami, namun lain kali silakan menggunakan huruf biasa untuk menuliskan pesan Anda. Semoga dapat diterima.
Memang susah dan sulit kiranya utk memahami trinitas dlm berbagai perspektif. Sy sendiri heran dari mana muncul istilah trinitas ini. Namun sy juga percaya secara literal dan baku didalam alkitab bahwa memang Tuhan itu punya 3 pribadi seperti yg bp/ibu Stef jelaskan dgn analogi.
Jadi sebaiknya percayalah saja. Ato kita mo jd Thomas2 modern.
Shalom Budiaryotejo,
Memang, perkataan “Trinitas” tidak tertulis dalam Kitab Suci, walaupun konsepnya telah disampaikan di dalamnya. Kata “Trinitas” sendiri pertama kali ditemukan dalam tulisan St. Teofilus dari Antiokhia (180), ketika ia menyebutkan tentang Allah Trinitas, yaitu Allah Bapa, Sang Firman dan Sang Kebijaksanaan (To Autolycus II.15), untuk membaca teks lengkapnya, klik di link ini). Istilah tersebut dapat saja sudah digunakan sebelumnya. Setelah itu, kata “Trinitas” muncul juga dalam tulisan Tertullian, (On Pudicity 21, For the very Church itself is, properly and principally, the Spirit Himself, in whom is the Trinity of the One Divinity— Father, Son, and Holy Spirit/ Sebab secara prinsip dan layak, Gereja sendiri itulah, adalah Roh Allah sendiri, yang di dalamnya adalah Trinitas dari Satu ke-Allahan, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Teks selengkapnya, klik di sini).
Konsep tentang Trinitas telah diajarkan oleh para Bapa Gereja sejak abad-abad awal sebelum abad ke-4, sebagaimana pernah sekilas diulas di sini, silakan klik. Maka pandangan yang mengatakan bahwa Trinitas baru diajarkan di tahun 325 pada saat Konsili Nicea, juga tidak benar. Sabda Tuhan diberikan kepada Gereja, dan memang Gereja semakin memahaminya dalam pimpinan Roh Kudus. Atas pimpinan Roh Kudus inilah, Gereja memimpin umat Tuhan sampai kepada seluruh kebenaran (Yoh 16:13); agar ajaran-Nya semakin dipahami dan dihayati di dalam kehidupan umat beriman.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
jgan karena kemalasan kita untuk menalar trinitas (walau memang tak akan sempurna) membuat kita bersembunyi dalam kata-kata “percaya saja! dari pda mnjadi Thomas2 modern”…
karena memang betul iman menolong budi, tetapi budi mennegaskan iman…!!!
[Dari Katolisitas: Gereja Katolik mengajaran bahwa baik iman maupun akal budi berasal dari Tuhan, dan keduanya dapat mengarahkan manusia kepada pemahaman akan Tuhan. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Shalom,
saya forwardkan sebuah pertanyaan dari teman saya. Apakah pertanyaan2 ini sudah pernah dibahas sebelumnya? Untuk pertanyaan ketiga jika memungkinkan apakah bisa diberi tanggapan atas jawaban yang diberikan teman saya kepada teman diskusinya?
Terima kasih.
———————————————————————-
Dear Apologist,
I have several questions about Catholic Faith, hope you can help me to understand. Please tell me if my thoughts are not based on Catholic teachings.
FIRST QUESTION.
· One of the dogma of the church said God’s essence is incomprehensible to the blessed in heavens (from Dr.Ludwig, odt)
· “Since they are transcendentals, it is not possible to put forward a strict definition of God’s essence “. I got this from New Advent Catholic Encyclopedia.
I got those 2 statements from the internet.
Does it mean that all things (humans, angels, even all languages) won’t be able to describe / define God’s essence even they are in the glorified state (in heavens) ?
SECOND QUESTION.
“To speak of God’s attributes is to speak of God’s essence, for they are perfectly in one and same infinitely—they are inseparable. God’s essence is what His attributes are; they comprise the essence and belong to the essence.” The attributes and the essence are indivisible and cannot be distinguished, for the whole essence is in each attribute, and all attributes in the whole essence (Shedd, DT, I, 334). The attributes constitute the definition of God. God is His attributes” (RD, 58), and He is all His attributes (RD, 85). In other words, God is His essence, and His attributes constitute His essence.
1) Is it a correct definition ? So, if we said that God is love, or God is beautiful, etc .Does it means that Love or beautiful is also his perfect & infinite essence/attributes/perfections ?
THIRD QUESTIONS
I have a little ‘funny’ argumentation with my friends. He thought that God has only several type or kinds of perfections based on what he already learned for all this time. To make it clear, i’ll give you the explanation of my friend’s question :
If God has attributes like omnipotent, omniscience, omnipresent, simple, eternal. So we conclude that God has only exactly has 5 perfections.
This is my answer to my friends :
God is an infinite being, infinite means in qualities and in quantities (types / kinds / varieties) total of his perfections.
I also talked to him that we can’t count kinds / types / varieties of God’s perfections, If we can count them in exact number, (like you said before, God has 8 kinds or maybe 11 kinds of perfections or more) than we do understand his natures / attributes. And as you know God’s perfections of his natures / attributes can’t be limited by our languange and even beyond our comprehension and our languanges. That’s why God is infinite, and that’s why also he is God.
Shalom Agung,
Terima kasih atas beberapa pertanyaannya. Berikut ini adalah beberapa jawaban yang dapat saya berikan:
1. Para kudus di Sorga. Dalam Ludwig Ott hal 23 memang dituliskan “God’s Essence is also incomprehensible to the blessed in Heaven.” Di satu sisi, kita juga mempercayai bahwa di Sorga kita akan melihat Allah muka dengan muka (lih. 1 Kor 13:12). Jadi, dengan demikian, kita akan melihat Allah muka dengan muka di Surga, namun kita tidak dapat mengerti (comprehend) Dia secara penuh. Dalam terminologi scholastic, to comprehend is to know something as well as it can be known. Dengan pemahaman ini, maka hanya Tritunggal Maha Kudus sendiri yang dapat mengerti Diri-Nya sendiri dalam derajat yang sempurna.
Cara berfikir yang lain adalah dengan menerima bahwa ada perbedaan derajat “mengetahui dan mengasihi” Allah di dalam Surga. Sebagai contoh, Bunda Maria dan para malaikat mengetahui Allah dalam derajat yang lebih sempurna dari para kudus yang lain. Dan dalam derajat yang absolut sempurna, hanya Allah sendiri yang dapat mengetahui Diri-Nya sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan antara Pencipta dan ciptaan. Walaupun ciptaan yang berada di Surga dapat mengetahui Allah dalam derajat yang luar biasa, namun tetap tidak dapat memahami Allah sebagaimana Allah memahami Diri-Nya sendiri secara absolut.
2. Yang menyebabkan bahwa atribut Allah adalah juga merupakan esensi (essence) dari Allah adalah karena Allah itu simple (God is simple). Dalam kehidupan dunia material, maka semakin kompleks akan semakin sempurna, namun dalam spiritualitas semakin simple semakin sempurna. Hal ini terekam dalam Kitab Suci sebagai “I am who am” atau “I am who is“.
3. Attribut yang diberikan kepada Allah dan pada saat yang bersamaan menjadi essence-nya, memang seluruhnya dan masing-masing dari attribut tersebut adalah kesempurnaan (absolut perfection). Namun, kesempurnaan attribut yang menjadi esensi-Nya jangan dilihat sebagai sesuatu yang membagi atau juga membatasi Tuhan. St. Thomas membagi atribut Allah menurut relasi divine substance dan divine operation. Apapun pembagiannya, namun seluruh atribut Allah adalah merupakan kesempurnaan.
Kita mengingat apa yang dituliskan dalam Konsili Lateran (1215) menyatakan demikian:
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
terima kasih atas jawabannya.. Ini balasan dari teman saya:
utk poin no 1:
Ok, saya mengerti, jadi bagaimanapun juga, di alam apapun [surga, bumi,
neraka, dll (kalau ada)], tidak ada apapun yang benar-benar mengerti Tuhan kecuali Tuhan sendiri. Nah yang menjadi pertanyaan seberapa
jauh/dalam/luasnya ‘jarak pemahaman’ antara ciptaan didalam surga dengan Tuhan sendiri? Apakah ketidakterbatasan juga?
poin no 2:
Saya sedikit bingung dengan penjelasan Pak Stef, jadi apakah statement saya sudah sesuai dengan pengajaran Gereja katolik? Kalau lupa pernyataannya, saya copy kembali di bawah :
“To speak of God’s attributes is to speak of God’s essence, for they are perfectly in one and same infinitely – they are inseparable. God’s essence is what His attributes are; they comprise the essence and belong to the essence.” The attributes and the essence are indivisible and cannot be distinguished, for the whole essence is in each attribute, and all attributes in the whole essence (Shedd, DT, > I, 334). The attributes constitute the definition of God. God is His attributes” (RD, 58), and He is all His attributes (RD, 85).
In other words, God is His essence, and His attributes constitute His essence.
poin no 3 (yang paling penting):
Sebenarnya jawabannya tidak mengena pada pertanyaannya. Yang ditanyakan oleh temannya saya adalah berapa jenis kesempurnaan
yang dimiliki oleh Tuhan ?
Contoh: Saya kasih contoh misalnya Tuhan memiliki kesempurnaan dan ketidakterbatasan di ‘kekuatannya, cintanya, pengetahuannya, kehendaknya, keberadaannya, kebaikannya’.
Maka dapat saya simpulkan bahwa Tuhan hanya terbatas dengan memiliki 6
kesempurnaan saja. Karena sering kali di website-website, mereka hanya tulis omnipotence, simple, omniscience, omnipresent, moral goodness, eternal, ETC (nah et cetera ini yang dipertanyakan)
Pertanyaannya :
Saya tidak setuju, pada pendapat teman saya. Maka saya memberikan jawaban sebagai berikut :
” God is an infinite being, infinite means in qualities and in quantities (types / kinds / varieties) total of his perfections. I also talked to him that we can’t count kinds / types / varieties of God’s perfections, If we can count them in exact number, (like yousaid before, God has 8 kinds or maybe 11 kinds of perfections or more) than we do understand his natures / attributes. And as you know God’s perfections of his natures / attributes can’t be limited by our languange / our counting / our mind, and they are even beyond our comprehension and our languanges. That’s why God is infinite, and that’s why also he is God”.
Nah, apakah jawaban saya ini sesuai dengan ajaran Gereja Katolik (dogmanya atau apapun itu)?
Terima kasih atas jawabannya
Tuhan Yesus memberkati
Shalom Agung,
1. Jauhnya “pemahaman antara ciptaan di Sorga dengan Allah” dan “pemahaman Allah terhadap Diri-Nya sendiri” adalah tentu saja tak terbatas, sama seperti jarak manusia sebagai ciptaan dan Allah sebagai pencipta. Karena Allah adalah infinite dan manusia adalah finite. Kalau kita menerima adanya derajat untuk mengetahui dan mengasihi Allah di dalam Sorga, maka kita juga dapat mengerti adanya pengetahuan dan mengasihi secara absolut, yang hanya ada di dalam Allah.
2. Memang benar bahwa “God is His essence” dan “His attributes constitute His essence“. God is his essence karena God is simple. Sedangkan berbagai atribut Allah adalah satu dan tidak dapat terbagi-bagi. Dengan kata lain, atribut Allah adalah seperti refleksi dari Allah sendiri dari berbagai sisi, sehingga kita dapat mengerti seperti apakah Allah itu. Setiap atribut Allah adalah merupakan kodrat-Nya. Bayangkan, bahwa Allah dilihat dengan menggunakan kaca prisma, yang mempunyai beberapa sisi, sehingga keseluruhan Allah dapat dilihat dari sisi yang berbeda-beda. Sisi kaca prisma tersebut tidak memantulkan sebagian dari Allah, namun keseluruhan Allah. Demikian juga dengan dengan masing-masing atribut adalah keseluruhan dari Allah dan masing-masing atribut adalah identik dengan Allah sendiri.
3. Pembagian atribut Allah ada beberapa macam. Ada yang membaginya menurut: divine essence (omnipresence, eternity, immutability); His understanding (omniscience, perfect wisdom, dll); His will (omnipotence, goodness, holiness, justice, trutuh, faithfulness). Namun, pembagian ini hanya untuk membantu kita mengerti Allah secara lebih baik.
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam sejahtera bagi kita semua. Mohon jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan berikut ini :
1. Sejak kapan konsep trinitas itu diperkenalkan ?
2. Siapa yang mengenalkan konsep trinitas untuk pertama kalinya ?
3. Benarkah injil tertua yang ada sampai saat ini ditulis tahun 19555 atau ditulis dalam abad ke-16 ?
Demikianlah pertanyaan kami dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Shalom Triyoga,
1&2. Tentang konsep Trinitas
Silakan membaca terlebih dahulu, artikel tentang Allah Trinitas di atas, silakan klik. Konsep Trinitas diperkenalkan sejak zaman Penciptaan, di mana Allah mencipta dengan Firman-Nya oleh kuasa Roh-Nya (lih. Kej 1:1-3). Maka yang memperkenalkan konsep Trinitas adalah Allah sendiri melalui Wahyu Ilahi-Nya. Dalam kitab Perjanjian Lama, memang penyampaian tentang Trinitas masih merupakan gambaran yang samar-samar, namun dalam kitab Perjanjian Baru, ajaran ini menjadi semakin lebih jelas disampaikan oleh Kristus dan para Rasul. Ajaran ini kemudian dituliskan dalam Kitab Suci, ataupun disampaikan secara lisan dalam Tradisi Suci para Rasul. Tradisi para Rasul ini diteruskan oleh para Bapa Gereja, yang adalah para penerus Rasul sejak abad-abad pertama, sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik.
3. Tentang Injil tertua
Injil yang tertua adalah Injil Matius, ditulis sekitar tahun 38-45 AD. (Jadi bukan pada tahun 19555. Mungkin Anda salah ketik sebab tahun ini saja baru tahun 2013). Namun sebelum penulisan Injil, sudah ada Kitab Suci Perjanjian Lama, yang ditulis beratus-ratus tahun sebelum Masehi. Hanya saja salinan dalam bahasa Yunani dari Perjanjian Lama, atau yang dikenal istilah dengan Septuaginta, itu disusun sekitar abad ke-3 sampai abad ke-2 sebelum Masehi. Jadi tidak benar bahwa Kitab Suci baru ditulis di abad ke-16. Pencetakan Kitab Suci memang baru dilakukan di sekitar abad ke-15, namun penulisannya sudah jauh sebelumnya. Sebelum ada mesin cetak, Kitab Suci disalin secara manual oleh para rahib, dengan ketentuan yang sangat ketat, sebagaimana pernah diulas di artikel ini, silakan klik.
Kitab Suci Kristiani memang bukan kitab yang diturunkan dari langit. Kitab-kitab itu ditulis oleh anggota Gereja/ umat Allah atas inspirasi Roh Kudus; maka Gereja pula-lah yang menentukan kitab-kitab mana yang termasuk di dalamnya. Tentang asal usul terbentuknya Kitab Suci Kristiani, silakan membaca di sini, silakan klik.
Untuk selanjutnya, jika masih ada pertanyaan, silakan menggunakan terlebih dahulu fasilitas pencarian di sudut kanan atas homepage. Mohon ketik kata kuncinya, lalu enter. Semoga Anda dapat menemukan pembahasannya di sana, dan kalau belum ada, silakan Anda mengirimkan pertanyaan kepada kami. Nanti kami akan berusaha menjawabnya. Terima kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Berkah Dalem.team Katolisitas.
Saya ingin bertanya,apakah pak Stef & Bu Ingrid..
Apakah. Bapak Stef atau Ibu sudah pernah membaca
Buku tulisan Saudara Frans Donal berjudul
“Menjawab Doktrin Tritunggal”?buku tersebut
Diterbitkan oleh penerbit Borobudur.
[dari katolisitas: Kami belum pernah membacanya. Namun, ada banyak artikel-artikel dan buku-buku yang mungkin tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik.]
Dari bukti Alkitabiah :(Yoh.10:30) “Aku dan Bapaku adalah Satu” Satu Roh Kudus/Roh Allah/Roh Suci,
maka tersimpullah BAPA,PUTRA, DAN ROH KUDUS adalah SATU ROH SUCI / ROH KUDUS. Inilah TRINITAS yg. BENAR.
Yesus tercipta dari Roh Kudus yg disabdakan oleh Bapa.
[Dari Katolisitas: Iman Kristiani tidak mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan. Yesus tidak diciptakan dari apapun. Yesus lahir dari Allah Bapa, namun bukan ciptaan Allah Bapa. Syahadat Nicea mengatakan, “Ia [Kristus] dilahirkan, bukan dijadikan”. Bahwa pada saat menjelma menjadi manusia Kristus dikandung dari Roh Kudus, itu benar, namun tidak berarti bahwa Kristus diciptakan oleh Bapa dari Roh Kudus. Maksudnya di sana adalah, bahwa penjelmaan Kristus menjadi manusia itu dimungkinkan oleh kuasa Roh Kudus.]
Yesus bersabda : “Aku harus kembali kpd. Bapa di Surga, agar Roh Kudus/Pelindung menggantikan Aku di bumi ini. Bila Aku Tidak kembali kpd. Bapa di Surga, maka Roh Kudus juga TIDAK hadir di Bumi ini”(Inti Yoh.16:7)
Dari ayat ini kita mengerti bahwa Roh Kudus IDENTIK dengan Yesus.
BAPA, PUTRA dan ROH KUDUS adalah SATU. Satu ROH yg KUDUS/SUCI.
[Dari Katolisitas: Bahwa Roh Kudus turun atas para Rasul setelah Yesus naik ke surga, adalah untuk menunjukkan bahwa Roh Kudus itu berasal dari Allah Bapa dan Putera. Maka Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri. Ketiga Pribadi Allah (Bapa, Putera dan Roh Kudus) ini sama hakekatnya. Perbedaannya hanya pada hubungan asalnya, yaitu bahwa Putera lahir dari Allah Bapa, sedangkan Roh Kudus dihembuskan oleh Allah Bapa dan Putera.]
Semoga keterangan ini bermanfaat bagi orang-orang yg.ingin mengerti TRINITAS, secara Alkitabiah.
Shalom katolisitas…
Trinitas- 1 Tuhan, 3 pribadi. Tp knpa sya hnya slalu m’dngar Tuhan Allah & Tuhan Yesus, tp tdk ad yg m’ybut Tuhan Roh Kudus..?
Wlaupn Yesus mungkin adlah jelmaan Allah Bapa, tp bukankah Dia sndiri m’gatakan spy tdk m’yembah Dia, tp hnya m’yembah Allah Bapa?
Lgpun, klau skiranya Allah m’jd mnusia dlm tbuh Yesus, bukn kah kta ttap lebih afdal m’yebut Tuhan Allah dpd Tuhan Yesus? Krna Yesus 2 mnusia, & wlupun jelmaan Tuhan, tp ttap adalh darah & daging. Maka bukan kah sharusnya lbih baik utk kita m’gangkat nama Tuhan itu pd spiritualnya- yaitu Allah,.? Pd pndapat sya, skiranya Yesus ad m’gatakan sembahlah Aku, Dia jg bukn b’mksud utk kita m’yembah diriNya yg Yesus, mlain’n yg Allah… Spertimana yg slalu dtegas’n ajaran katolik bhwa lahiriah itu tdk penting…
Tp kita mnusia, sering keliru dgn m’megang mksud m’yembah Yesus sma dgn m’yembah Allah… Mugkin sbb itulah Yesus sering m’gatakan ‘kamu m’punyai mata namun tdk m’lihat, m’punyai telinga tp tdk m’dengar…’ . Kerana kita gagal m’nanggapi akan mksud yg cuba dkeluar’n dr ajaran2 Nya… Malah lbih m’yedihkan krana kita mugkin sedar akn ssuatu yg x bnar dlm ajarn kristen, tp m’milih utk tdk m’pedulikannya, malah m’cari dalil & sbab pula utk m’bela, krana kita sdh t’lalu lama hdup dgn ajaran trsebut, & t’singung utk m’gakui ksilapan…
Maaf klu kata2 sya m’yinggung. Sya s’orang katolik sdh slama 30 thun. & kini siap utk m’ningal’n iman ini, krna sya rasa’n ajaran katolik sdh tdk s’jajar dgn yg dajar’n Kristus sendiri. Smoga sya ddoa’n, jika bnarlah ‘gembala m’ninggal’n 99 domba utk m’cari 1 domba yg hilang’…
Hallelujah…
Shalom John,
1. Roh Kudus tidak pernah disebut?
Gereja Katolik mengajarkan iman kepada Allah Trinitas. Ketiga Pribadi Allah ini selalu disebutkan pada saat kami (kita, jika Anda juga Katolik) berdoa. Atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus….. Jadi tidak benar jika Roh Kudus tidak pernah disebut. Sebab penjelmaan Kristus yang diutus oleh Allah Bapa, juga hanya dimungkinkan oleh kuasa Roh Kudus (lih. Luk 1: 35).
2. Yesus mengatakan supaya tidak menyembah Dia?
Alasan Yesus untuk menjelma manusia adalah untuk menyatakan diri Allah, agar manusia dapat melihat Allah yang dulunya tidak kelihatan, menjadi kelihatan (lih. Kol 1:15-20). Nah untuk menyatakan hal ini, Kristus melakukannya secara bertahap. Yesus memang tidak mengatakan secara eksplisit, “Aku adalah Allah, sembahlah Aku”, namun dengan berbagai cara lain Ia menyatakan diri-Nya adalah Tuhan. Maka untuk menangkap ke-Allahan Yesus, seseorang perlu membaca keseluruhan Kitab Suci, dan tidak boleh hanya memilih-milih beberapa ayat yang menonjolkan kemanusiaan-Nya namun menolak ayat-ayat yang menyatakan bahwa Ia adalah Allah. Sebab ada banyak ayat di dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, dan karena itu Ia patut disembah.
Ke-Allahan Kristus dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).
3. Tuhan Allah lebih afdol dari Tuhan Yesus?
Jika kita menerima pewahyuan Allah di dalam Yesus, maka kita akan mengetahui, bahwa kodrat ke-Allahan Yesus sama dengan kodrat ke-Allahan Bapa dan ke-Allahan Roh Kudus, sehingga ketiga Pribadi Allah tersebut sama hakekatnya dan sama-sama afdol. Sebab dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Putera Allah itu tidak berhenti menjadi Allah. Maka artinya tidak ada yang berkurang dari kodrat ke-Allahan Putera sebelum penjelmaan-Nya, maupun setelah penjelmaan-Nya menjadi manusia. Sebab dalam diri Yesus pada saat penjelmaan-Nya terdapat 2 kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia.
Silakan membaca lebih lanjut dalam artikel Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik, dan Yesus Sungguh Allah, Sungguh Manusia, silakan klik; Di ayat-ayat manakah Yesus disebut Allah, silakan klik.
Sedangkan istilah Tuhan dan Allah adalah sama-sama nama spiritual, jika dihubungkan pada Pribadi Allah. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Akhirnya, John, ada baiknya Anda mempelajari terlebih dahulu apakah sebenarnya yang diajarkan oleh Gereja Katolik, agar jangan terburu-buru meninggalkan iman Katolik, sebelum Anda sendiri tahu dengan benar apa sebenarnya yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Faktanya sekarang ini malah ada banyak orang-orang Kristen non-Katolik yang bergabung dengan Gereja Katolik, setelah dengan sungguh-sungguh mempelajari Kitab Suci dan sejarah Gereja. Kisah kesaksian mereka (ada 700 lebih) ditayangkan dalam program TV, EWTN (Eternal Word Television Network), banyak di antara mereka adalah pendeta. Jika Anda tertarik untuk mendengarkannya secara on-line, silakan klik di sini.
Bawalah pergumulan ini dalam doa-doa Anda, sebab siapa tahu pergumulan ini malah dapat mendorong Anda untuk semakin mengenal ajaran iman Katolik dan menemukan kepenuhan kebenaran di dalamnya.
Teriring doa dari kami di Katolisitas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya adalah orang katolik, namun banyak hal saya kurang sepaham dengan pemahaman orang katolik lainnya yang sering diucapkan di dalam gereja ketika misa yaitu:
1. menurut keyakinan tanpa batas saya yang dimaksud “TUHAN” adalah “YESUS”, namun dalam prosesi misa sering disebut “Tuhan” yang menurut saya bukan “YESUS” terutama setelah bacaan I/II yang diambil dari perjanjian Lama diucapkan “Demikianlah sabda Tuhan”, padahal bacaan itu tidak mencerminkan sabda..hanya cerita??? Apakan ada Tuhan lainnya selain YESUS??
2. Pada saat akan komuni diumumkan: “Yang tidak boleh menerima komuni bapak/ibu yang perkawinannya belum diberkati secara katolik”. Faktanya orang tua saya yang tadinya bukan katolik dan menikah tidak secara katolik, dalam perjalanan hidup mereka, ayah tetap tidak menjadi katolik, ibu menjadi katolik dan perkawinan mereka tidak pernah diberkati secara katolik, apakah ibu saya yang telah dibaptis dan menerima komuni secara katolik dan pastor yang membaptisnya telah melanggar aturan gereja, atau pengumumannya itu yang salah??? dan akhirnya semua anak-anaknya menjadi katolik.
Mohon tanggapannya secara kononik dan iman katolik, karena hal ini masih mengganggu pikiran saya, dan banyak pertanyaan ini kepada saya.
Terima kasih.
Joko Gunarso di Cibinong
Shalom Joko,
1. Kitab Suci mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah yang menjelma menjadi manusia (lih. Yoh 1:14). Firman itu telah ada sejak awal mula bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (lih. Yoh 1:1). Nah, maka dari sini kita mengetahui bahwa Kristus Allah Putera, yang adalah Sang Sabda Allah, tidak terpisahkan dari Allah Bapa.
Nah, kita ketahui bahwa Sabda Tuhan itu disampaikan kepada kita manusia dengan bahasa manusia, dan tak jarang disampaikan dalam bentuk cerita maupun perumpamaan. Namun cerita dan perumpamaan itu mengungkapkan suatu makna tentang Allah sendiri, baik itu sifat-sifat Allah, maupun pengajaran Allah. Maka kita tidak dapat membatasi Allah dengan huruf-huruf ataupun cerita tersebut, namun kita mengetahui bahwa Allah menyampaikan kebenaran-Nya melalui cerita/ kejadian tersebut. Kebenaran ini adalah Kristus, sebab Kristus mengatakan bahwa Ia adalah “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Maka tulisan ataupun cerita dalam Kitab Suci memang bukan Tuhan atau Yesus itu sendiri, tetapi kebenaran yang disampaikan oleh tulisan ataupun cerita dalam Kitab Suci itulah yang adalah Kristus, Sang Sabda, yang adalah Tuhan. Dan karena Yesus sehakekat dengan Bapa, maka tidak ada Tuhan lain selain Yesus, sebagaimana tidak ada Tuhan lain selain Bapa (dan Roh Kudus). Silakan membaca lebih lanjut tentang Allah Trinitas, silakan klik di sini.
2. Jika pasangan keduanya menikah secara resmi menurut agama lain, maka Gereja mengakui juga kesahan ikatan perkawinan itu. Jika kemudian keduanya dibaptis Katolik, maka ikatan perkawinan tersebut otomatis diangkat menjadi sakramen (lih. KGK 1601). Namun jika salah satu dari pasangan dibaptis Katolik, namun yang lain tetap ingin mempertahankan agamanya, maka seharusnya yang dilakukan adalah konvalidasi perkawinan. Hal ini wajar, karena seorang yang menjadi Katolik, terikat oleh ketentuan Gereja Katolik, termasuk di sini adalah ketentuan perkawinan, yang sangat dijunjung tinggi kesakralannya oleh Gereja. Sesungguhnya, tidaklah sulit untuk mengadakan konvalidasi perkawinan, dan tidak ada paksaan bagi yang tidak Katolik untuk menjadi Katolik, jika memang ia tidak terpanggil menjadi Katolik. Silakan membaca tentang konvalidasi perkawinan, di sini, silakan klik. Baru setelah konvalidasi perkawinan dilakukan, pihak yang Katolik dapat menyambut Komuni, sebab dengan demikian ia sungguh menghidupi makna Komuni itu, yaitu persatuan dengan Kristus dan Gereja-Nya sebagai Tubuh mistik Kristus, termasuk semua ajaran dan ketentuannya.
Romo Wanta menjawab demikian:
Salam,
Sebaiknya ibu itu dipanggil dan dijelaskan jangan dulu komuni dan nanti dikonvalidasi sehingga kekeliruan terjadi dapat diluruskan kembali.
Salam,
Rm. Wanta
Demikian tanggapan kami semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Apakah pribadi disini sama artinya dengan kepribadian? Maksudnya, apakah itu berarti Tuhan itu satu, tspi memiliki tiga kepribadian yang berbeda?
[Dari Katolisitas: Pribadi itu adalah person, sedangkan kepribadian adalah personality. Maka, pribadi artinya tidak sama dengan kepribadian. Allah yang satu dengan Tiga Pribadi, adalah One God in Three Persons. Karena hakekatnya satu, maka Allah, walaupun dalam Tiga Pribadi, mempunyai sifat-sifat ataupun kehendak (yang sering dikonotasikan sebagai kepribadian) yang satu dan sama.]
dear katolisitas,
bolehkah saya menyimpulkan demikian
Bapak sebelum kristus
Putra jaman Yesus
Roh kudus jaman setelah Yesus
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kembali artikel di atas. Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus selalu ada bersama-sama sejak kekekalan, sehingga tidak ada Pribadi yang ada lebih dahulu dan yang lain kemudian. Kristus, Sang Firman Allah, telah ada bersama-sama dengan Allah sejak awal mula (Yoh 1:1). Demikian pula Roh Kudus yang telah sejak awal melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2). Yang membagi adanya tiga era/ tiga peran yang terpisah dalam Allah Trinitas (seperti pengertian Anda) adalah ajaran sesat Sabellianisme/ Modalisme/ Patripassian, seperti pernah dibahas di sini, silakan klik. Mohon dipahami prinsipnya bahwa Kristus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia. Sebagai Allah, Kristus tidak mempunyai awal, tetapi sebagai manusia, Ia mempunyai awal, yaitu saat terbentuk di dalam rahim Bunda Maria. Silakan membaca selanjutnya di artikel ini, silakan klik].
terima kasih katolisitas, saya jadi lebih memahami tentang trinitas. Dengan adanya web trinitas iman saya semakin diteguhkan kadang suka ada pertanyaan rohani tetapi bingung dimana harus bertanya.
Kak Stef, aku numpang tanya dong.
aku masih belom paham tentang pengertian kata ‘pribadi’ itu sendiri. Pemahaman ‘pribadi’ dalam Tuhan apakah sama dengan pemahaman ‘pribadi’ dalam manusia? Maksudnya, tiap manusia memiliki sebuah kepribadian yang unik, dan apakah itu maksudnya Tuhan memiliki 3 kepribadian dalam 1 kodratnya itu? Kalau iya, apakah itu berarti Tuhan memiliki hal semacam kepribadian ganda kalau dimisalkan Tuhan itu sebagai manusia?
Makasih kak.
[Dari Katolisitas: Pribadi itu adalah person, sedangkan kepribadian adalah personality. Maka, pribadi artinya tidak sama dengan kepribadian. Allah yang satu dengan Tiga Pribadi, adalah One God in Three Persons. Karena hakekatnya satu, maka Allah, walaupun dalam Tiga Pribadi, mempunyai sifat-sifat ataupun kehendak (yang sering dikonotasikan sebagai kepribadian) yang satu dan sama].
bagi saya, Trinitas paling mudah dipahami/disejajarkan (meski tidak sejajar sepenuhnya) dengan teori “analisis transaksional”, di mana satu orang bisa bereaksi sebagai: orangtua (parent), orang dewasa (adult), atau anak (child). Orang itu tetap satu pribadi, namun bisa bereaksi sebagai parent, adult atau child. Demikian halnya dengan Tritunggal, Ia tetap satu hakikat yaitu 1 Allah namun memiliki 3 pribadi yaitu Bapa, putra dan Roh Kudus.
Shalom Yusuf,
Analogi memang dapat membantu, namun analogi tentang Trinitas tidak akan dapat menerangkan Trinitas secara mendalam. Masing-masing analogi yang kita ambil dari material maupun non material tidak dapat menerangkan kehidupan Tritunggal Maha Kudus, karena memang kehidupan Allah adalah di luar batas pemikiran kita. Karena Allah adalah spiritual, maka analogi yang mendekati adalah yang diambil dari sesuatu yang spiritual, seperti yang diberikan oleh St. Agustinus. Dalam analogi yang Anda berikan, maka kelemahannya adalah “peran” menggantikan “pribadi”, padahal kita tahu bahwa “pribadi” bukanlah “peran”.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef,
saya bisa memahami keterbatasan itu.
mohon penjelasan dari bacaan Injil pada hari minggu 21 oktober 2012.
saya tidak ingat persis tapi sekitar permintaan yakobus dan Yohanes untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. yesus menjawab bahwa Ia tidak memiliki hak untuk itu.
Ini sangat kontras dengan kenyataan bahwa Yesus diberi hak penuh menjadi hakim di pengadilan terakhir. Apakah jawaban Yesus itu hanya jawaban diplomatis untuk pengantar ayat ayat sesudahnya yang intinya menekankan pentingnya melayani. atau apakah jawaban itu dalam kapasitasNya sebagai manusia, namun sebagai Allah Ia tetap mempunyai hak dan tahu (seperti soal kedatanganNya yang kedua).
terima kasih
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Shaloom Katolisitas.org & All,
Saya ingin menanggapi semua keberatan non-Kristen mengenai Trinitas/TriTunggal dalam hal Inkarnasi (inkarnasi = merubah wujud, bukan reinkarnasi = hidup kembali stlh kematian dlm wujud yg lain).
1) Tritunggal dpt dianalogikan sperti sebuah matahari yg besar, tetap diam pada tempatnya namun memberikan 2 dampak ke bumi yaitu Sinar terang & Energi panas.
2) Berikut analogi yg lebih spesifik, yaitu seperti halnya anda membuat bermacam jenis account. Cth : Anda memiliki nama lengkap “Jono Akmal Sudaryanto”, dan membuat sebuah account e-mail (yahoo/gmail dll) dgn nama lengkap “Jono Akmal Sudaryanto”. Setelah anda membuat account tsb anda pun aktif berdiskusi dan memberikan pandangan anda dalam dunia tsb. Setelah mmpunyai account email, anda membuat lagi sebuah account Facebook dgn nama “Jono doank”, tambah lagi anda mmbuat sbuah account Youtube dgn nama “Akmal imoet”, account Linkedin dgn nama “Sudaryanto” dlsb, termasuk account2 dgn profil yg palsu dan anda aktif didalamnya, hidup dan memberikan pengaruh didalamnya (belum lagi account bank, pajak, jamsostek dsb).
Seperti halnya Kitab Suci; dimana ketika anda diharuskan mengisi suatu Formulir yg menanyakan jenis & nama account anda, tentunya anda akan mengurutkannya dgn jenis utama yaitu email dgn nama lengkap terlebih dahulu baru diikuti oleh nama2 account dgn nickname/samaran/inisial anda, yg memiliki “Peran” disebelah kanan atau kiri dari pribadi utama anda. Namun tetap semua itu adalah diri anda sendiri.
Coba bayangkan apa yg sudah anda lakukan, ternyata anda telah berinkarnasi kedalam beberapa pribadi, malah anda telah melebihi Tuhan dgn ber-Inkarnasi lebih dari satu pribadi.
Apakah berbuat hal yg sedemikian dilakukan manusia adalah sulit bagi Tuhan ? Demikian penjelasan sgkt saya, smg dpt menjawab kebingungan dan keraguan anda. Terima kasih.
Duc in altum,
Antonius +
Shalom Antonius Wenang,
Terima kasih atas analogi yang diberikan. Silakan juga melihat analogi yang kami berikan tentang Trinitas di sini – silakan klik. Apapun analogi yang kita berikan, tetap tidak akan dapat menggambarkan secara sempurna tentang Trinitas. Karena kita memberikan analogi dari ciptaan yang kita lihat untuk menggambarkan Pencipta yang maha kuasa dan murni spiritual, maka sungguh sangat sulit dianalogikan secara sempurna. Yang paling mendekati adalah apa yang telah diberikan oleh St. Agustinus, yaitu tentang: Pribadi yang mengasihi, Pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri; pikiran, pengetahuan dan kasih; ingatan, pengertian dan keinginan. Namun, memang tetap tidak dapat memberikan gambaran yang sempurna. Semoga link yang saya berikan dapat memberikan kedalaman akan topik ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
yth katoliksitas
benarkah
Asala mu asalah trinitas apakah ayat ini
Matius 28:19
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
[dari katolisitas: Mat 28:19-20 adalah salah satu ayat yang mendukung Trinitas, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain yang mendukung Trinitas. Dialog otentisitas Mat 28:19-20 ada di sini – silakan klik dan artikel tentang Trinitas ada di sini – silakan klik.]
Sungguh satu rahmad bagi saya karena menemukan web ini. Oleh sebab itu layak saya bersyukur dan trimakasih pada para pengasuh. Sudah puluhan tahun saya dibabtis tapi pengetahuan saya tentang ajaran iman sangat rendah, makanya artikel- artikel dalam situs ini sangat bermanfaat bagi saya sebagai sumber pengetahuan. Saya sering mendapat pertanyaan dari teman-teman yang non Katolik baik kristen maupun islam dan saya tidak dapat menjawab, ternyata banyak jawaban yang saya peroleh di sini. Kalo diperkenankan saya masih ada dua pertanyaan yang belum dapat saya jawab, sbb:
Secara logika saya sudah dapat memahami makna Trinitas, tetapi secara perasaan saya masih belum dapat merasakan seperti apa itu Trinitas. Maaf saya tidak bermaksud menyamakan Allah dengan rawon, ini sekedar untuk menggambarkan perasaan saja. Kalo saya melihat rawon saya tidak menggambarkan unsur-unsur unsur-unsurnya. Ya itulah rawon sebagai kesatuan. Tetapi kalo Trinitas saya masih merasa adanya tiga pribadi yang saling berdiri sendiri. Tolong saudaraku yang terkasih dalam Yesus Kristur, berikan saya cara, teknik atau tahab-taham prilaku yang dapat mengajari saya untuk merasakan Trinitas sebagai satu kesatuan.
Untuk kesediaan anda saya ucapkan trimakasih, Tuhan memberkati kita semua.
Shalom Frans,
Silakan Anda membaca terlebih dahulu, artikel tentang Trinitas di atas ini, silakan klik.
Memang analogi apapun di dunia ini akan menjadi sangat terbatas untuk menggambarkan Trinitas yang tidak terbatas. Analogi kopi susu ataupun rawon memiliki keterbatasan tersebut, demikian pula analogi lainnya, seperti bahwa air (H2O) memiliki tiga wujud yang berbeda, yaitu air, uap air maupun es batu.
Maka mungkin analogi yang lebih mendekati adalah analogi yang terdapat dalam diri manusia, mengingat manusia diciptakan menurut gambaran Allah, sebagaimana diajarkan oleh St. Agustinus.
Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya.
Di atas semua itu, kita berpegang kepada perkataan Kristus sendiri, yang memang menyatakan kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa, yaitu bahwa ‘barang siapa melihat Aku melihat Bapa’ (Yoh 14:9), ‘barang siapa menyambut Aku menyambut Dia yang mengutus Aku’ (Luk 9:48); dan bahwa Kristus dan Allah Bapa mengutus seorang Penolong yang lain, yaitu Roh Kudus, kepada para murid-Nya untuk menyertai mereka selama-lamanya (lih. Yoh 14:16).
Untuk selanjutnya, silakan membaca kembali artikel di atas.
Akhirnya, pengalaman tentang keberadaan Allah Trinitas, kita alami setiap kali kita mengikuti perayaan Ekaristi. Di dalam setiap Perayaan Ekaristi, oleh Kuasa Roh Kudus, imam bertindak atas nama Kristus untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya, sebagai kurban yang berkenan kepada Allah Bapa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom katolisitas,,
bagaimana menjawab artikel ini:
Di samping itu, ada juga bentuk keanehan lain dalam pandangan umat nasrani, yaitu keyakinan mereka terhadap Holy Trinity. Sekalipun golongan mereka berbeda-beda, dari mulai Ingilikan, Artsudzukis, Katolik, dan Maitsudiyah, akan tetapi keseluruhan mereka beriman dengan Holy Trinity. Mereka mengatakan bahwa Yesus adalah oknum kedua dari ketiganya. Anda mungkin pernah mendengar umat nasrani mengatakan: “Dengan nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus.” Akan tetapi anda tidak akan pernah mendengar mereka mengatakan: “Dengan nama Roh Kudus, Anak, dan Bapa. Atau dengan nama Anak, Roh Kudus, dan Bapa.”
Anak selalu dijadikan sebagai oknum ke dua dalam ketiga Trinitas tersebut, dan apabila ada seorang nasrani yang mengatakan bahwa Yesus adalah Bapa, maka perkataan ini dianggap sebagai satu dosa besar dalam pandangan gereja dan agama Nasrani.
Akan tetapi menurut pandangan agama nasrani dan gereja-gereja Angelisme, atau Luterisme, atau Mesudisme, dan gereja-gereja lainnya, mengatakan bahwa Yesus adalah Bapa merupakan satu dosa besar
2. Mungkinkah pribadi2 Allah itu bertebaran? Sebab Roh Kudus saja digambarkan dalam berbagai bentuk seperti burung merpati atau lidah2 Api…adakah ayat Alkitab yang mendukung bahwa Roh Kudus juga Allah? Mungkin Yesus da BApa adalah satu, pernahkah kita menjumpai ayat yang juga mengatakan bahwa Roh Kudus dan Bapa juga satu?
3. Mengapa Allah selalu berubah wujud? Menjadi manusia dan bergulat dengan Yakub, menjadi burung merpati, menjadi Yesus dsb….?
Shalom Xells,
Saya mengundang Anda untuk membaca terlebih dahulu artikel tentang Trinitas di sini, silakan klik. Silakan pula membaca tanya jawab di bawahnya, semoga dapat menjawab pertanyaan Anda.
Komentar yang Anda kutip itu bukan argumen baru. Pertanyaan serupa itu sudah sering ditanyakan dan sudah sering ditanggapi di situs ini.
Memang cara menyebutkan Allah Trinitas, adalah Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, sebab memang Allah Bapa adalah Prinsip dari kedua Pribadi lainnya itu. Putera lahir dari Allah Bapa; dan Roh Kudus dihembuskan oleh Allah Bapa dan Putera. Kalau ada orang Kristiani yang menyebutnya terbalik, yang pertama-tama perlu dikatakan adalah bahwa ia tidak memahami ajaran imannya, tetapi apakah ia berdosa berat atau tidak, itu tergantung dari apakah ia tahu/ sadar bahwa ia mengatakan yang salah tentang imannya, dan apakah ia sengaja atau tidak.
2. Gambar burung merpati atau lidah-lidah api itu merupakan lambang/ gambaran tentang Allah Roh Kudus, tetapi tentu saja Roh kudus tidak sama dengan burung merpati atau lidah api itu. Allah itu Roh (Yoh 4:24) dan karena itu tidak berwujud materi. Namun pada suatu saat dalam sejarah manusia Pribadi kedua dari Allah Trinitas, yaitu Sang Putera Allah menjelma menjadi manusia, sehingga pada saat itu di dalam Diri-Nya terdapat kodrat Allah (yang tak berwujud) dan kodrat manusia (mengambil wujud tubuh manusia).
3. Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Allah tidak berwujud dan tidak berubah wujud. Ketika Kristus Sang Putera Allah menjelma menjadi manusia, tidak berarti Allah berubah wujud. Sebab kodrat Allah dalam diri Kristus tetap sama, hanya saja Kristus juga mengambil kodrat manusia, sehingga mengambil juga tubuh manusia dalam penjelmaan-Nya itu (lih. Ibr 10:5).
Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini tentang Yesus yang sungguh Allah, namun juga sungguh manusia, silakan klik.
Jadi tidak benar bahwa Allah itu berubah-ubah ataupun berubah wujud, sebab hal ini bertentangan dengan firman-Nya sendiri yang mengatakan bahwa Ia (Yesus) tetap sama, dahulu, sekarang dan selamanya (lih. Ibr 13:8).
Sedangkan tentang perikop Yakub bergulat dengan malaikat, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Berikut ini keterangan yang saya peroleh dari A Catholic Commentary of Holy Scripture, Dom Orchard, OSB:
“Yang bergulat dengan Yakub adalah malaikat Allah (lih. Hos 12:4-5) yang mengambil tubuh manusia. Malaikat itu disebut Tuhan (ay.28,30) sebab mewakili/ menggambarkan pribadi Putera Allah. Pergumulan ini -di mana Yakub, atas bantuan Allah, menjadi lawan yang sepadan bagi malaikat itu- terjadi agar Yakub dapat belajar dari pengalamannya ditolong oleh Tuhan, bahwa baik Esau maupun siapapun, tidak akan mempunyai kuasa untuk melukai dia. Juga melalui peristiwa ini diperoleh pelajaran rohani, sebagaimana terlihat dari permohonannya yang sungguh-sungguh, dengan sangat, dan akhirnya memperoleh berkat dari malaikat itu. Allah Bapa tidak menolak pemberian yang baik kepada mereka yang meminta kepadanya dengan sungguh-sungguh dan dengan kerendahan hati….”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom, saya ingin bertanya.
Kenapa yaa orang Muslim itu menolak adanya trinitas itu…???
Mohon pencerahannya ya. GBU.
[Dari Katolisitas: Yang kami sampaikan di situs ini adalah ajaran iman Katolik, sehingga kami tidak menyampaikan apa yang menjadi pandangan dari umat dari agama lain. Namun secara umum, kemungkinan orang menolak ajaran Trinitas, karena memang diperlukan iman di samping nalar, untuk menerima ajaran tersebut, atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan yang mewahyukannya pasti menyampaikan kebenaran, walaupun ini sulit untuk dipahami secara tuntas oleh akal budi manusia. Selanjutnya tentang topik Trinitas, silakan klik di sini].
Halo sdr Embun,
Agaknya pada kesempatan lain anda memakai nama “mantan katolik”. nama anda beda beda namun pertanyaan anda sama. saya meragukan bahwa anda katolik atau kristen. bahwa anda kemungkinan besar bukan katolik/kristen, itu bukan masalah. masalahnya adalah anda tidak jujur dan tidak konsisten. Jika anda adalah katolik/kristen, tidak mungkin anda bertanya, “Apakah Yesus pernah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan?”. saran saya jadilah orang yang jujur, karena orang yang jujur akan dikasihi Allah. Namun terus terang, anda harus belajar sabar dan rendah hati pada team dari katolisitas (Bu Ingrid dan pak Stef, terutama), karena apapun pertanyaan anda, mereka akan jawab dengan sabar dan penuh kasih.
[dari katolisitas: Seringkali ada juga orang yang bertanya bukan untuk dirinya sendiri, namun juga ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan di salah satu forum atau hasil diskusi dengan seseorang. Selama pertanyaan tersebut dilakukan dengan baik, maka adalah baik untuk menjawabnya.]
Dear Katolisitas,
terus terang saya masih harus banyak belajar bersabar dan rendah hati seperti Anda Anda di katolisitas. Namun kesel dan sedikit marah boleh kan yang penting terkontrol.
Dear Katolisitas,
Saya pernah ikut sarasehan Kitab Suci dengan Romo Stanislaus Surip, OFM Kapusin. Beliau mengatakan bahwa beberapa bab pertama dlm kitab Kejadian (saya lupa persisnya, yang jelas sebelum ayat tentang Abraham) adalah “fiktif” / rekaan / hanya hasil dari refleksi iman. Saya sih setuju saja dan tidak menggoncangkan iman Katolik saya karena Romo itu juga mengatakan bahwa KS adalah juga karya sastra. Itu saya juga setuju. Mengapa saya setuju, karena memang banyak yang tidak “masuk akal”. contohnya kejadian 4:17 (Kain bersetubuh dengan istrinya), kan “aneh” karena saat itu adam dan hawa baru punya anak kain dan habel. Lalu istrinya kain itu dari mana coba?
Lalu pada kejadian 5:4 dikatakan bahwa Adam berumur delapan ratus tahun. Kok umur manusia bisa segitu lama?
Jadi saya setuju dengan perkataan Romo Surip karena beliau adalah, kalau tidak salah Doktor Kitab Suci. Iman katolik saya tidak berubah sedikitpun. justru bertambah apalagi setelah baca katolisitas.
Saya hanya ingin mendengar pendapat katolisitas tentang pendapat romo di atas yang memang saya amini. Terima kasih. Berkah Dalem
Shalom Yusup,
Pertanyaan-pertanyaan yang masuk di Katolisitas memang melalui proses moderasi dan tidak langsung dijawab, sebab sebelum kami menayangkan jawaban, kami berusaha memeriksa jawaban kami terlebih dahulu agar sedapat mungkin sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik (jika itu sifatnya doktrinal, menyangkut iman dan moral). Oleh karena itu memang tidak dapat dijawab secepat kilat, mohon pengertiannya, dan mohon kesabarannya atas segala keterbatasan kami. Tetapi sejauh pertanyaan itu kami pandang berguna untuk membangun iman kita, maka akan kami usahakan untuk menjawab/ menanggapinya.
Tentang Kebenaran sejarah beberapa bab pertama dalam Kitab Kejadian, pihak otoritas Gereja Katolik sudah pernah mengeluarkan pernyataan, dan sudah pernah dibahas di tulisan ini, silakan klik. Dari pernyatan tersebut, kita ketahui bahwa: 1) kita tidak dapat mengabaikan arti literal yang menunjukkan kebenaran sejarah yang disampaikan oleh bab-bab pertama dalam Kitab Kejadian; oleh karena itu, 2) kita tidak dapat mengatakan bahwa apa yang tertulis di sana hanya adalah legenda.
Bahwa apa yang disampaikan di sana mempunyai banyak arti (tidak terbatas oleh arti literal), dan ada banyak cara/ interpretasi untuk memahaminya, itu benar, namun semua interpretasi tersebut tidak boleh mengabaikan arti literalnya.
Maka jika kita menemukan ungkapan-ungkapan yang nampaknya ‘tidak masuk akal’ dalam bab-bab tersebut, maka kita harus berusaha menangkap apa inti yang ingin disampaikan dari ungkapan tersebut, dan bukan langsung mengatakan bahwa itu ‘fiktif’. Soal siapa istri Kain, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Sedangkan mengapa bangsa manusia yang berasal dari sepasang manusia pertama lalu berkembang menjadi bermacam ras, silakan klik di sini; dan tentang mengapa teori Evolusi makro tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan ajaran iman, silakan klik di sini dan klik di sini.
Tentang mengapa dikatakan umur delapan ratus tahun, tidak dapat dikatakan bahwa itu fiktif. Kita selayaknya menerima pernyataan ini secara literal: 1) dapat saja berarti delapan ratus tahun menurut sistem perhitungan kalender yang dipahami pada saat kitab tersebut dituliskan, atau 2) dapat saja delapan ratus tahun menurut pengertian sekarang, mengingat defisiensi genetik sehubungan dengan regenerasi manusia relatif masih kecil jika dibandingkan dengan zaman sekarang, di mana sudah terjadi beribu-ribu generasi umat manusia, sehingga umur rata-rata manusia pada zaman generasi-generasi awal yang dicatat dalam Perjanjian Lama memang lebih panjang dari umur rata-rata umat manusia di generasi-generasi berikutnya. Jika berpegang kepada pengajaran Magisterium bahwa tidak ada kesalahan dalam Kitab Suci (“Konsili mengajarkan juga bahwa berkat wahyu Allah itulah “segala, yang dalam hal-hal ilahi sebetulnya tidak mustahil diketahui oleh akalbudi manusia, dalam keadaan umat manusia sekarang dapat diketahui oleh semua dengan mudah, dengan kepastian yang teguh dan tanpa tercampuri kekeliruan mana pun juga” (Dei Verbum 6)), maka pada prinsipnya kita harus menganggap bahwa apa yang ditulis dalam Kitab Suci sebagai kebenaran, kecuali jika memang yang disampaikan itu sama sekali tidak dapat diartikan secara literal, sehingga memang merupakan suatu ungkapan perumpamaan.
Selanjutnya, perlu kita berpegang pada cara menginterpretasikan Kitab Suci menurut ajaran Gereja Katolik, yang prinsipnya dapat dibaca di artikel ini, klik di sini.
Saya tidak dalam posisi menilai perkataan Romo Surip tersebut, yang pasti juga memiliki dasar dalam menyampaikan pernyataannya. Namun dasar yang diambil oleh kami Katolisitas adalah pernyataan-pernyataan yang sudah pernah dikeluarkan secara resmi oleh Magisterium Gereja Katolik, dan atas dasar inilah kami menuliskan pandangan-pandangan kami di situs ini. Jika ada pernyataan resmi dari Magisterium tentang topik ini, yang belum disampaikan oleh kami dan Anda mengetahuinya, maka silakan disampaikan, dan kami terbuka untuk merevisi jawaban ini, jika memang sudah ada pernyataan lain dari Magisterium yang berbeda dari apa yang sudah pernah disampaikan sebelumnya, yang telah kami sampaikan di link-link tersebut di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid yang murah hati dan sangat sabar,
Terima kasih banyak. Saya bisa memahami sepenuhnya semua penjelasan Ibu. Saya juga memahami “lamanya” proses moderasi.
Sedikit koreksi, barangkali (sekali lagi barangkali) maksud Ibu adalah makna figuratif bukan makna literal saat Ibu menulis ini (“kita tidak dapat mengabaikan arti literal yang menunjukkan kebenaran sejarah yang disampaikan oleh bab-bab pertama dalam Kitab Kejadian”).
jika benar yang Ibu maksud adalah makna figuratif, maka meminjam kalimat Romo Surip dapatkah dikatakan bahwa “Kitab Suci dapat juga dipandang sebagai karya sastra namun, berbeda dengan karya sastra pada umumnya, yang harus dipahami adalah maksud Allah yang sebenarnya di balik tulisan/kata kata itu.
saat saya menulis tanggapan ini saya belum membaca link link yang Ibu tunjukkan. Namun intinya saya sangat memahami.
salam damai dalam Kristus
Shalom Yusup,
Maksud saya, tetap seperti yang tertulis itu, yaitu: “kita tidak dapat mengabaikan arti literal yang menunjukkan kebenaran sejarah yang disampaikan oleh bab-bab pertama dalam Kitab Kejadian”
Mengapa? Karena sebagaimana disampaikan oleh Pontifical Biblical Commission, bahwa kita tidak dapat, karena demi menekankan arti figuratif, sampai mengabaikan makna literal yang dimaksud dalam bab- bab pertama dalam Kitab Kejadian tersebut. Bahwa ayat- ayat tersebut dapat diinterpretasikan mempunyai beberapa arti (figuratif/ allegoris, moral ataupun anagogis), itu diperbolehkan, tetapi bukan berarti interpretasi tersebut otomatis membuang makna literal yang ingin disampaikan.
Silakan membaca pernyataan dari Pontifical Biblical Commission tentang hal ini, silakan klik, sehingga dapat menjadi lebih jelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Banyak terima kasih bu Ingrid.
Good job. Berkah Dalem Gusti
Banyak “perdebatan” iman tidak “nyambung” karena titik tolak pemahaman yang tidak sama. Contoh, “what do we mean when we say God?”. Belum tentu semua orang Kristiani memahami Allah sebagaimana Yesus memahami dan mengajarkanNya. Di dalam diri Yesus kita menemukan Allah yang adalah Kasih. Allah adalah Kasih yang Transenden. Ia sepenuhnya Roh. Tapi banyak orang membayangkan/memahami Allah sebagai ‘orang’ (God is the old man in the sky). Itu sebabnya orang sulit menerima Yesus sebagai Allah/Tuhan. Ada buku yang amat bagus untuk pemahaman ini: Yesus Bukan Orang Kristen (Albert Nolan). Buku ini memberi pencerahan tentang paham Allah dan ke-Allah-an Yesus.
Demikian juga mengenai Trinitas yang sangat kental dengan nuansa filsafat Yunani dan etimologi-etimologi yang harus dipahami dalam konteks budaya tersebut. Walaupun Trinitas merupakan salah satu misteri iman (selain Inkarnasi, dsb), sebagai manusia yang berakal budi, kita mencoba memahami secara make sense juga. Saya sendiri mencoba memahaminya dengan pendekatan modalitas (walau ada nuansa ‘bidaah’ untuk jaman tertentu), begini:
Allah itu satu tiga Pribadi Ilahi. Ketiga Pribadi Ilahi itu tidak satu dan sama. Masing-masing mempunyai peran: kita menyapa Bapa kalau kita menghayatiNya sebagai Allah Pencipta; Putera (Allah Penebus/Penyelamat); dan Roh Kudus (Allah yang tetap hadir menyertai, menghibur, dsb).
Semoga!
[dari katolisitas: Namun harus dipahami juga bahwa ketiga Pribadi juga melakukan bersama-sama, karena mereka tak terpisahkan. Namun, kita dapat mengedepankan satu Pribadi dibandingkan yang lain, seperti dalam penciptaan Allah Bapa, penebusan Allah Putera, pengudusan Allah Roh Kudus, selama kita tidak berfikir pada saat satu Pribadi sedang melakukan sesuatu maka dua Pribadi yang lain sedang tidak melakukan apa-apa.]
Salam Stef.
Saya PERCAYA sekali akan eksistensi Allah Tritunggal Mahakudus setelah membaca tulisan di atas, dan sekiranya saya bisa memberikan pernyataan subyektif atas pemikiran pribadi ini, tentunya tak lepas dari kelemahan mohon bantuan KATOLISITAS untuk meluruskannya.
Kita semua memahami bahwa pada saat penciptaan dunia itu, ada sejumlah kata dari Allah yang diawali dengan kata, “JADILAH” – “HENDAKLAH” – “BAIKLAH”
Kata “Jadilah” terjadi 3 (tiga) kali untuk penciptaan terang dan gelap serta seluruh bagian dari cakrawala (di atas langit) dan itu adalah nada *perintah tegas* dari Allah:
Kej 1:3 Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.
Kej 1:6 Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.”
Kej 1:14 Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
Kata “Hendaklah” terjadi (juga) 3 kali terjadi untuk penciptaan pemisahan laut dan darat, dan penciptaan segala makhluk untuk mendiami bumi (di atas bumi) dan itu adalah nada *perintah lembut* dari Allah:
Kej 1:9 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian.
Kej 1:11 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.
Kej 1:20 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.”
TETAPI hanya sekali terlihat kata “Baiklah” dan ini tidak sama sekali menimbulkan kesan nada PERINTAH…, hal ini mengusik aku untuk lebih tenggelam ke tempat dalam (duc in altum) tentang hakikat penciptaan ini terkait dengan kata “KITA”
Kej 1:26 Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Allah itu SUNGGUH-SUNGGUH mengasihi manusia, bukan hanya atas hakikat-Nya sebagai Allah semata tetapi jauh dari SELURUH eksistensi-Nya [hakikat dan pribadi].
Mohon diluruskan jika permenunganku tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Terima kasih
Duc in altum.
Maximillian Reinhart
Shalom Maximillian Reinhart,
Dalam kisah Penciptaan dunia, kita membaca banyak kali pengulangan kata ‘jadilah’ (‘let there be‘ ….) ataupun ‘jadilah demikian’, dan ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya dari ketiadaan. Apa yang tadinya tidak ada menjadi ada setelah Allah berfirman. Demikian juga dengan kata ‘hendaklah’ (‘let the waters be… ‘/ ‘let the earth ….’), juga diulangi beberapa kali (lih. Kej 1:9,11,20,24).
Namun hanya sekali dikatakan bahwa Allah berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ….(Let Us make man in Our image, according to Our likeness“) (Kej 1:26). Ini memang menunjukkan Allah sungguh mengasihi kita dan betapa istimewanya kita bagi Tuhan, sehingga Tuhan menjadikan kita menurut gambaran-Nya sendiri; tidak seperti ciptaan Tuhan yang lain. Ungkapan ini tidak menjadikan manusia sama hakekatnya dengan Tuhan, tetapi mengungkapkan bahwa manusia diciptakan mempunyai kemiripan dengan Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa Konsili Vatikan II, yang mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran dan rupa Allah, bermaksud mengajarkan bahwa, “manusia adalah satu-satunya ciptaan di dunia yang dikehendaki Tuhan demi dirinya sendiri” (Redemptor Hominis, 13, lih. Gaudium et Spes 24, AAS 58 (1966), 1045). “Manusia dikehendaki oleh Tuhan, dipilih oleh-Nya sejak kekekalan, ditujukan bagi rahmat dan kemuliaan – ini adalah “setiap manusia”, “manusia yang paling konkret/ nyata’…, …agar menjadi pengambil bagian di dalam Yesus Kristus, suatu misteri di mana setiap dari semua orang di muka bumi ini…. menjadi pengambil bagian di dalam Kristus, pada saat Ia menjelma menjadi manusia di dalam rahim Bunda-Nya. (lih. Ibid.)
Artinya tidak seperti ciptaan lain, yang keberadaannya kemungkinan diperlukan/ disyaratkan demi kepentingan mahluk ciptaan yang lain, manusia diciptakan Tuhan demi dirinya sendiri sebagai manusia. Penciptaan manusia ini tidak terpisahkan dari kehidupan ilahi Allah sendiri, dan bahwa Tuhan sejak awal mula menghendaki agar manusia mengambil bagian di dalam Diri-Nya. Melalui misteri Inkarnasi, di mana Kristus Sang Putera Allah menjadi manusia, Kristus mempersatukan diri-Nya dengan setiap manusia dalam setiap tahap kehidupannya, sebab Kristus sendiri melewati/ mengalami setiap tahapan kehidupan manusia untuk menguduskannya. Di dalam Kristuslah, manusia melihat gambar dan rupa Allah yang sempurna (lih. Kol 1:15-20), dan kita semua dipanggil oleh Allah untuk mengikuti teladan-Nya dengan mengambil bagian di dalam kehidupan Kristus, yang kini kita peroleh di dalam sakramen-sakramen, terutama Ekaristi. Dengan menyambut Ekaristi, yang adalah Kristus sendiri, kita dibentuk untuk menjadi semakin menyerupai Kristus. Dengan demikian, Allah mengarahkan kita kepada rencana awal Allah menciptakan kita seturut gambaran dan rupa-Nya. Gambaran tersebut yang pernah dirusak oleh dosa, oleh Kristus dipulihkan, sebab Kristus datang untuk menghapus dosa-dosa umat manusia. Oleh karena itu, Gereja mempunyai tugas utama untuk menghadirkan misteri persatuan Kristus di tengah umat-Nya, oleh kuasa kasih yang memancar dari kebenaran Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati-katolisitas.org
Dear Katolisitas mau tanya:
1. Ada suatu pernyataan yang menyatakan bahwa sebenarnya Tritunggal merupakan produk dari Helenisme atau pengaruh budaya/filsafat Yunani. Bagaimana tanggapan anda?
2. Apakah kata “eloihim”, “Theos”, “Adonai”, “Kurios” memiliki arti yang sama yakni Tuhan dan bukan “Tuan” (lord, master dalam terj Inggris). Sebab kata ini memiliki pengaruh yang sangat krusial dalam terjemahan Alkitab dua bahasa yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Terima kasih banyak, GBU always…..
Shalom Dave,
Ajaran Gereja tentang Trinitas tidak mengambil dasar dari filsafat Yunani, melainkan dari apa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada para rasul. Bahwa di dalam Helenisme mungkin ada kisah- kisah yang sepertinya mirip dengan prinsip Trinitas, tidak mengindikasikan bahwa ajaran iman Kristiani mengambil/ menyontek dari mereka. Ini adalah kedua hal yang tidak berhubungan; sama seperti suatu pernyataan yang mirip, namun belum tentu berhubungan. Ajaran tentang Trinitas berhubungan dengan banyaknya ajaran Yesus sendiri dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, yang menyatakan bahwa Ia adalah Allah, dan bahwa Dia kembali ke Surga untuk mengutus Roh-Nya kepada Gereja. Kami sudah memaparkan bukti-bukti Kitab Suci tentang ajaran Trinitas, sebagaimana kami tuliskan di atas. Memang penjelasannya ada yang memakai pendekatan filosofis, tetapi ini bukan berarti ilmu filsafat yang menjadi dasarnya. Bagi Gereja Katolik, ilmu filsafat itu melayani Teologi, dan bukannya sebaliknya. Maka dalam hal ini, pendekatan filosofis dipergunakan hanya untuk membantu kita memahami ajaran Trinitas, mengingat bahwa pendekatan filosofis dapat membantu akal budi kita menangkap artinya; namun bukan berarti ajaran Trinitas asalnya dari ilmu filsafat.
Tentang kata Elohim, Kyrios, Adonai, Theos, memang semuanya mengacu kepada Allah/ Tuhan (bukan hanya tuan). Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan silakan klik di sini
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam sejahtera selalu,
bagi saya, konsep Tritunggal memegang peranan penting sebagai manifestasi saya dalam merenungi hidup dan berdoa. sehingga perlu pemahaman yang jauh lebih mendalam terhadap Trinitas ini.
Terimakasih atas adanya situs ini semoga dapat membantu saya untuk berpikir tentang kebenaran hidup.Saya memang jarang membaca Alkitab dan untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan saya berikut ini smoga bapak atau ibu berkenan membantu saya.
pertanyaan saya : 1. Dalam Alkitab apakah tertuliskan bahwa Yesus sendiri berkata bahwa “Saya adalah Tuhan” atau “Sembahlah Saya” ?
mohon saya berikan kutipannya, terimakasih sebesar-besarnya
Semoga Tuhan memberkati kita semua.
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Shalom Embun,
Memang Yesus tidak pernah mengatakan secara eksplisit, “Saya adalah Tuhan” atau “Sembahlah Saya”. Namun Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan dengan banyak tanda dan bukti yang lain, dan ini dicatat di dalam Kitab Suci. Berkeras dengan pandangan “kalau Yesus tidak mengatakan ‘Saya adalah Tuhan’ maka saya tidak percaya bahwa Ia adalah Tuhan’ itu menunjukkan ketertutupan hati untuk melihat fakta yang jelas dinyatakan Yesus bahwa Ia adalah Tuhan. Sama seperti kita tidak percaya bahwa Bill Gates itu orang kaya, karena ia tak pernah mengatakan, “Saya orang kaya”, padahal bukti-buktinya sudah demikian jelas menunjukkan bahwa ia adalah orang kaya.
Silakan membaca terlebih dahulu artikel berikut:
Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan
Kristus yang kita imani = Yesus menurut Sejarah
Yesus, Tuhan yang dinubuatkan oleh para Nabi
Yesus Sungguh Allah Sungguh Manusia
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih & Puji Tuhan untuk Pencetus dan Team Pelaksana “pelayanan interaksi situs” Katolisitas ini.Tritunggal Maha Kudus memang suatu “misteri Ilahi” yang merupakan anugerah Nya kepada siapa yang mengimani. Buat saya adalah “mantra” manakala saya merasa “tidak dapat total berbuat sesuatu” / menjalani perbuatan apapun dengan rasa “kasih” (ada rasa negatif, tidak rela,tidak pantas,enggan dll) , saat itu saya membuat “tanda salib” …dengan nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin….Tanda salib adalah ritual kita ( hanya orang Katolik) yang paling sederhana yang paling sering kita lakukan. Dan ritual yang selalu dipakai sebagai “pembuka” dan “penutup” doa / ibadat.
Sangat setuju dengan tahapan “suatu perbuatan” adalah: “mengetahui” ,”minat” / ingin , baru “kasih” / totalitas, dan untuk sampai tahap “bisa” / meyakini , kita harus mencoba berulang-ulang dan mendalaminya.Kepada saudara-saudara kita yang mengetahui tapi menolaknya saya mengatakan coba renungkan lagi , karena Trinitas adalah “jalan pintas” untuk menjalankan “PERINTAH ALLAH” yang paling utama. Kami orang Katolik menyebutnya “hukum KASIH” seperti yang diajarkan Jesus Kristus:
– “Kasihilah Tuhan,Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu,dengan segenap akal budimu”
– “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.(yang ini yang sering kita berlaku tidak adil)
Tanpa “spirit Trinitas”, kita “tidak akan bisa total” mengerjakan apapun didunia ini, tapi jika kita mengimaninya, kita akan merasa “lancar dan merasa tanpa beban” dalam mengerjakan apapun.
Kita orang Katolik mengiman “jalan-pintas” kepada Allah [Bapa] dengan adanya Jesus dan Roh Kudus, Amin
Itulah yang saya rasakan dalam hidup saya ini.
Pak Stef dan Ibu Inggrid yang saya hormati
Saya sangat suka dengan penjelasan Tritunggal menggunakan prinsip Allah adalah Kasih. Menurut pemahamanku ini adalah cara yang paling baik sejauh ini. Memang benar bahwa analogi tidak pernah menggambarkan dengan sempurna Pribadi yang diwakili, ada satu hal yang mengganggu pikiranku. Jika memang benar hubungan Kasih Allah Bapa dengan Allah Putra begitu sempurna sehingga membuahkan pribadi Ketiga yaitu Roh Kudus, mengapa Allah Bapa tidak mengasihi Roh Kudus sehingga membuahkan Pribadi Ke4. dan kenapa Allah Bapa tidak mengasihi Pribadi Ke4 hingga membuahkan Pribadi Ke5. dan kenapa Allah Bapa tidak mengasihi Pribadi Ke5 membuahkan Pribadi Ke6. dan siklus ini akan berlanjut terus menjadi tidak terbatas.
Sekilas, setidaknya menurut pikiranku, ini terlihat sebagai alasan mengapa Gereja Orthodox menolak “filioque” dan menyatakan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa. Karena bila Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra (melalui ikatan Kasih sempurna di antara KeduaNya) maka alur berpikir tak terhingga di atas akan muncul. Alur pikiran tak terhingga dapat dicegah dengan menyatakan bahwa Bapa merupakan Sumber dari Putra dan Roh Kudus (yang juga dipercayai oleh Gereja Katolik). Roh Kudus hanya memiliki satu Sumber yaitu Bapa (yang tidak disetujui oleh Gereja Katolik).
Mohon penjelasan Pak Stef dan Ibu Inggrid
Akhir kata, pikiran manusia tidak akan mampu mengetahui Misteri Ilahi tpi setidaknya “faith seeking understanding”
Terima kasih
Shalom Alexander Wang,
Terima kasih atas komentar anda tentang Trinitas. Seperti yang anda juga tuliskan, tidak ada satu analogipun yang secara sempurna dapat menggambarkan kehidupan interior Allah, yaitu dalam Tritunggal Maha Kudus. Kita harus mengingat bahwa ketiga Pribadi ini ada sepanjang segala abad dan ketiganya adalah murni spiritual. Definisi kasih adalah salah satu untuk menjelaskan hubungan ketiga Pribadi ini. Dalam tanya-jawab ini – silakan klik, saya mencoba melihat bahwa dalam hubungan kasih ada tiga hal yang membedakan secara esensial, yaitu: (1) yang memberi, (2) yang menerima, (3) dan apa yang diberi dan apa yang diterima. Dengan penjelasan ini, maka kita melihat bahwa ada tiga Pribadi dan tidak bisa dua maupun tidak bisa empat atau lebih dari empat, karena masing-masing Pribadi harus unik dan memang pribadi yang berbeda – walaupun ketiganya adalah satu hakekat.
Secara lebih teknikal, maka perbedaan dari ke-tiga pribadi terletak pada relasi asal (relations of origin). Katekismus Gereja Katolik menuliskannya demikian:
Kalau Roh Kudus adalah berasal dari dari Bapa dan Putera berasal dari Bapa, maka apa yang membedakan antara Allah Putera dan Allah Roh Kudus, sedangkan kita mengakui bahwa masing-masing Pribadi dari Trinitas adalah unik? Lebih lanjut Katekismus Gereja Katolik menjelaskan:
Dengan demikian, kita harus melihat bahwa masing-masing Pribadi di dalam Trinitas adalah real dan unik, di mana keseluruhan masing-masing Pribadi ada di dalam masing-masing Pribadi sehingga Pribadi-Pribadi tersebut tidak membagi hakekat menjadi tiga dan tidak ada pertentangan di antara ke-tiga Pribadi tersebut. Perbedaan masing-masing Pribadi hanya ada di dalam hubungan asal (relations of origin). Semoga keterangan tambahan ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dengan hormat.
ada sebuah pertanyaan yang masih susah saya jawab sendiri, karena itu mohon bantuannya.
Pertanyaan :
1. Apakah Bapa, Kristus dan Roh Kudus saling bergantung atau independen?
1.A. Jika saling bergantung berarti Bapa, Kristus, dan Roh Kudus tidak maha kuasa? Ataukah memang yang satu lebih kuasa dari pada yang lain? (karena ada ayat yang menyatakan yesus memerintahkan Roh Kudus)
1.B. Jika saling Independen, apa yang terjadi jika ada yang tidak sekehendak (se-ide), Misal Bapa ingin api panas tetapi Roh kudus ingin api dingin?
2. Jika Allah Tritunggal, apakah Bapa, Putra dan Roh Kudus punya kemampuan, pengetahuan dan kekuasaan yang sama? Mohon penjelasannya. terima kasih.
Hormat kami.
Shalom Byur 77,
Agaknya pertanyaan Anda agak rancu, sebab sudah diwarnai oleh praduga bahwa Allah Bapa, Kristus dan Roh Kudus adalah tiga Pribadi yang terpisah/ berdiri sendiri [sehingga bisa saling bergantung atau saling independen], padahal tidak demikian. Ketiga Pribadi Allah itu adalah Satu Allah, sehingga kehendak-Nya adalah satu dan sama. Tidak ada yang lebih kuasa daripada yang lain, sebab Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu hakekatnya. Dalam kesatuan ini, tidak mungkin terjadi seperti analogi yang Anda katakan, “Bapa ingin api panas tetapi Roh kudus ingin api dingin”. Jika dalam perikop doa Yesus di taman Getsemani sebelum sengsara-Nya, Yesus berdoa agar cawan penderitaan berlalu daripada-Nya (lih. Mat 26:42), itu adalah karena dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Ia mengalami perasaan dan kehendak sebagai manusia. Namun sebagai Allah, Yesus tetap mempunyai kehendak yang sama dengan kehendak Allah Bapa, sehingga pada akhirnya, dengan kehendak bebas-Nya, Ia berkata kepada Allah Bapa, “jadilah kehendak-Mu.” (Mat 26:42)
Jadi karena satu hakekat-Nya, maka Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus mempunyai kemampuan, pengetahuan dan kekuasaan yang sama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear Katolisitas, jika Allah Bapa, Putera, dan Roh kudus punya kemampuan, pengetahuan dan kekuasaan yang sama, mengapa dalam markus 13:32 Yesus menyatakan bahwa yang tahu tentang kapan hari kiamat adalah Bapa saja, yang lain tidak dan bahkan Yesus (Putera) sendiri juga tidak tahu? mohon penjelasannya. thank b4
[dari katolisitas: Silakan melihat penjelasan ini – silakan klik, yang menjelaskan bahwa Yesus sebenarnya tahu tentang hari dan saatnya.]
Yth Ibu/Bapak
Team Katolisitas.org
Saya ingin menanyakan sebuah hal yg menurut sy berbahaya dan mengganggu pikiran saya yg terkait dgn Tri Tunggal Mahakudus kita. Sblmnya mohon maaf bila hal ini sudah pernah ditanyakan.
Baru saja sy membaca sebuah forum yg menguraikan bahwa wujud Trinitas dalam Katolik diciptakan dari konsep Trinitas yg mjd ajaran kepercayaan bangsa2 purba dulu, yaitu; Mesir, Yunani, Romawi, India. Forum tsb menjelaskan bahwa Trinitas mmg diciptakan untuk merangkul bangsa2 penyembah dewa matahari tsb.
Disitu juga dikatakan bahwa utk merangkul rakyat Babylonia yg meyakini bahwa roh “tuhan” bersemayam dalam pohon cemara lalu pohon tsb disembah, maka ditetapkanlah bahwa pohon cemara adalah simbol kelahiran Yesus. Sorry OOT
Saya mohon penjelasan Ibu/Bapak untuk hal ini ?
Sumber :
<>
Mohon bantuan, kiranya bpk/ibu bisa menghapus sumber link diatas tsb.
Terima kasih atas perhatian Ibu/Bapak.
Salam kasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus,
Antonius – Manado
[dari katolisitas: silakan melihat link ini – silakan klik, dan klik ini]
mau tau ajaran tritunggal yang orthodox dong….
makasi
[Dari Katolisitas: Silakan klik di sini untuk membaca tentang ajaran Tritunggal yang orthodoks (sesuai dengan aslinya) menurut Gereja Katolik]
Salam Pak Stef sy mau tanya: Apakah Allah Bapa yang menciptakan langit dan bumi sama dengan Tuhan kita Yesus Kristus???
Shalom Stanli Supardi,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang penciptaan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa pada waktu penciptaan, maka hanya Allah Bapa saja yang melakukannya. Untuk mengatakan bahwa hanya Allah Bapa yang melakukan penciptaan, Allah Putera penebusan, dan Allah Roh Kudus pengudusan, secara kaku akan menyebabkan seseorang terjerumus pada modalisme. Modalisme (Modalism) adalah bidaah yang dimulai Sabelius (abad 3), yang salah satu prinsipnya adalah mereduksi konsep Trinitas menjadi tiga mode (modes). Oleh karena itu, kita harus melihat bahwa Allah Bapa dan Allah Putera dan Allah Roh Kudus – dalam persatuan abadi Tritunggal Maha Kudus – melakukan penciptaan, penebusan dan pengudusan bersama-sama. Bahwa tiga tugas ditujukan secara spesifik kepada salah satu pribadi Trinitas disebut appropriation, yang berguna untuk memperlihatkan perbedaan tiga Pribadi dalam Trinitas. Dengan kata lain, kita tidak boleh memisahkan maupun menyatukan Pribadi dalam Trinitas secara kaku, karena akan jatuh ke salah satu bidaah. Jadi, menjawab pertanyaan anda, tugas penciptaan dilakukan bersama-sama oleh Trinitas, walaupun diperuntukkan (appropriation) kepada Allah Bapa, karena Allah Putera dan Allah Roh Kudus belum menyatakan diri Mereka secara penuh di dalam Perjanjian Lama. Semoga dapat menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Maaf pa. Stef. jawaban Bapa mengenai pertanyaan saya, masih kurang dapat saya pahami, sy baru berumur 15 tahun. Adakah jawaban yang lebih simple untuk dapat saya pahami? Trima kasih .
Shalom Stanli,
Saya minta maaf, kalau jawabannya belum dapat dimengerti. Secara prinsip, kita harus mengingat bahwa apa yang dilakukan oleh Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus senantiasa dalam konteks Tritunggal Maha Kudus, karena ke-tiga Pribadi tersebut tidak pernah terpisahkan, baik pada waktu penciptaan, penebusan maupun pengudusan. Namun, karena Allah Putera dan Allah Roh Kudus belum dinyatakan secara eksplisit, maka orang sering mengatakan bahwa penciptaan dilakukan oleh Allah Bapa. Namun, kalau kita menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh Allah Bapa juga dilakukan oleh Allah Putera dan Allah Roh Kudus, maka kita juga dapat menyatakan bahwa penciptaan juga dilakukan oleh Tritunggal Maha Kudus. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Slm Pak Stef.
trimakasih atas jawabannya yang lalu,
skrg saya mau bertanya apakah pembacaan Alkitab setiap hari di Geraja selama 1 tahun telah mencakup seluruh isi kitab suci perjanjian lama dan perjanjian baru??? trimakasih pak Stef
Shalom Stanli Supardi,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya pernah mengulasnya di artikel ini – silakan klik, dimana saya menuliskan:
Dalam prakteknya saat ini, setelah pembukaan, dilanjutkan dengan Liturgi Sabda yang terdiri dari: (1) Bacaan I, (2) Mazmur tanggapan, (3) Bacaan II, (4) Alleluya/bait pengantar Injil, (5) Injil, (6) Aklamasi sesudah Injil, (7) Homili, (8) Syahadat, (9) Doa Umat. Pengaturan bacaan dibagi menjadi dua. Untuk bacaan hari Minggu dan hari raya diberikan 3 bacaan (1 bacaan PL, 1 bacaan PB, 1 Injil), yang dibagi menjadi tahun A, B, C. Tahun C dihitung kalau tahun saat ini dapat dibagi 3. Sebagai contoh, tahun 2010 adalah angka yang dapat dibagi 3, maka tahun 2010 adalah tahun C dan tahun 2011 adalah tahun A. Tahun A mengambil Injil Matius, B Markus ,C Lukas. Injil Yohanes digunakan pada masa-masa Prapaskah dan Paskah, sedangkan Kisah Para Rasul dipakai sebagai bacaan I pada masa Paskah. Sedangkan untuk bacaan Misa Harian, ada dua bacaan, yaitu bacaan I menggunakan tahun I (tahun ganjil, contoh: 2011) dan tahun II (tahun genap). Dan bacaan II (Injil) menggunakan perhitungan: Pekan I-IX adalah Injil Markus, X-XXI – Injil Matius, XXII-XXXIV – Injil Lukas.
Dengan demikian, kalau kita membaca bacaan harian dan mingguan, maka kita hampir mengupas keseluruhan Alkitab secara garis besar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Stanli Supardi. Coba buka Kitab Sucimu, buka kitab Kejadian . Lihat Bab 1:1-2, bacalah : Allah menciptakan langit dan bumi. Roh Allah ikut di situ. Roh Allah yg kita kenal dg Roh Kudus melayang-layang. Adegan berikutnya, . yak… Allah berFIRMAN… Nah, Siapakah Firman Allah? Kristus. Firman ini kelak menjadi manusia, kan? Itulah Kristus. Naaah… Stanli, saya senang kamu masih remaja tapi sudah mau serius belajar iman Katolik. Semoga Allah memanggilmu menjadi orang berguna bagi Gereja Katolik dan masyarakat. Siapa tahu terpanggil jadi imam, atau jadi tokoh awam seperti Pak Stef. Salam saya, kakek dari Semarang: Isa inigo
kakek terimakasih atas penjelasannya. Saya sdh cukup mengerti. kek trimaka kasih juga atas perhatian kakek. Smoga kakek sehat selalu GBU always :D
Salam bu Ingrid,
saya ada lagi pertanyaan tentang Kristologi.
Pertanyaan saya adalah: Yesus bertumbuh di Nazaret dan dibesarkan di sana, dan mengajar segala sesuatu kepada orang Yahudi maupun non-Yahudi. Dan Yesus bersama-sama dengan para muridNya serta hidup bersama dengan mereka sebelum wafat, bangkit dan naik ke surga. Namun selama 40 hari setelah Tuhan Yesus bangkit masih ada didunia ini.
Apakah Yesus yang tubuhnya sudah dimuliahkan masih tidur dan makan seperti dulu sebelum Ia wafat, dan bangkit?
ataukah setelah Tuhan Yesus bangkit lingkungan mengalami perubahan bukan seperti dulu?
Di injil tidak menyebutkan secara detail kehidupan Yesus setelah bangkit. hanya menampakan diri lalu menghilang. mohon penjelasannya!!!
Salam damai dalam Kristus Tuhan!
Aquilino Amaral
Shalom Aquilino,
Silakan anda membaca artikel tentang Kebangkitan Badan, silakan klik.
Secara umum para Bapa Gereja mengajarkan bahwa tubuh akan bangkit lagi dengan integritas yang lengkap, bebas dari distorsi, dari bentuk yang buruk maupun cacat. St. Thomas Aquinas mengajarkan, “Orang akan bangkit lagi dengan kemungkinan terbesar akan kesempurnaan alami,” sehingga artinya, [tubuh yang bangkit itu] di tahap usia yang dewasa (Summa Theology, Suppl. 81.1). Integritas dari tubuh setelah kebangkitan juga mensyaratkan organ- organ tubuh, dan pembedaan jenis kelamin. Namun demikian fungsi- fungsi vegetatif (makan dan berkembang biak) tidak ada lagi. Sebab dikatakan dalam Mat 22:30, “Mereka akan menjadi seperti malaikat Tuhan di surga.”
Namun untuk membuktikan kepada para murid-Nya bahwa Ia sungguh telah bangkit dari mati, ketika Yesus menampakkan diri kepada para rasul-Nya, Ia minta diberi makan ikan. Dengan demikian para rasul menjadi percaya, tidak ragu lagi, bahwa yang nampak di hadapan mereka adalah Kristus, dan bukan hantu. Meskipun demikian, keadaan umum setelah kebangkitan badan di akhir jaman kelak, semua orang percaya yang diselamatkan akan diubah menjadi seperti malaikat; sehingga tidak akan merasa lapar, haus, lelah, mengantuk ataupun memiliki keinginan badani lainnya yang menunjukkan adanya kekurangan akan pemenuhan kebutuhan tubuh. Sebab semua orang yang diselamatkan oleh Tuhan akan bersatu dengan-Nya dan mencapai kesempurnaan kebahagiaan kekal di surga, dan tidak ada lagi yang kurang yang harus dipenuhi, sebab Tuhan sudah meraja di dalam semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Tim Katolisitas,
Kita tahu bahwa selama di Perjanjian Lama itu Tuhan berbicara pada Bangsa Israel, nah yang saya tanyakan itu sebenarnya yang berbicara dengan bangsa Israel adalah Allah Bapa atau Allah Putera ?
(berhubung saya tidak punya alkitab bahasa yunani) sering kali saya dengar katanya nama YHWH itu dipake di perjanjian lama sebanyak 5000 kali lebih. Sedangkan di alkitab Bahasa Indonesia, seringkali Tuhan berfirman dengan menggunakan kata – kata ‘demikianlah FIRMAN Tuhan’. Nah kita tahu bahwa Firman Tuhan adalah Yesus sendiri.
Kalau menurut pemikiran saya sih, perjanjian lama itu yang ngomong adalah Allah Putera ( sabda dari YHWH ) yang menciptakan segala sesuatu tapi tentunya sesuai kehendak Allah Bapa. Karena kayaknya kita manusia itu bahkan tidak pantas mendengar suara Allah Bapa itu sendiri ( terlalu kudus bagi kita ), sehingga Allah putera adalah perantara kita.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Shalom Budi Darmawan,
Silakan anda terlebih dahulu membaca jawaban Stef atas pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan anda, silakan klik.
Dengan penghayatan akan kesatuan Allah Trinitas, maka sesungguhnya kita tidak akan mempertanyakan siapakah di antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, yang kedudukannya “lebih tinggi”. Karena ketiganya Satu hakekatnya, maka tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, atau lebih kudus dan lebih kurang kudus. Allah yang menyebut diri-Nya YHWH adalah sehakekat dengan Sang Firman itu yang adalah Kristus. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yoh 1:1-3).
Jadi kelirulah anggapan yang mengatakan bahwa Kristus Allah Putera “lebih rendah” dari Allah Bapa; apalagi mengatakan bahwa Allah Putera itu merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Bapa, semacam malaikat yang tertinggi. Ini adalah prinsip ajaran sesat Arius di awal abad ke 4, yang alirannya dikenal dengan nama Arianisme. Ajaran sesat Arianisme ini ditolak oleh para Bapa Gereja, di Konsili Nicea (325). Melalui Konsili Nicea inilah kita mengenal Kredo/ Syahadat panjang, teksnya ada pada buku Puji Syukur no.2, yang intinya mengakui kesetaraan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, sebagai Allah yang Satu.
Maka walaupun memang sesungguhnya manusia tidak pantas mendengar suara Allah Bapa yang Maha agung itu karena besarnya jurang antara Allah dan manusia yang berdosa, namun Allah Bapa sendiri yang berusaha menghapuskan jurang itu. Allah Bapa merangkul kita manusia, dengan mengutus Putera-Nya yang Maha agung itu kepada manusia, agar kita dapat mendengar-Nya, melihat-Nya, dan agar melalui Kristus kita ‘diangkat’ menjadi anak- anak angkat-Nya dan mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. Maka Kristus memang adalah Pengantara kita, namun tidak berarti dia menjadi ‘lebih rendah’ dari Bapa, atau kekudusan-Nya tidak sama dengan Allah Bapa. Kristus adalah Putera Allah yang Tunggal, Ia setara dengan Allah Bapa. Hanya saja, dalam suatu periode dalam sejarah manusia, Kristus mengambil rupa manusia (namun demikian, Ia tidak berhenti menjadi Allah), agar dapat membawa manusia kepada Allah Bapa.
Teks Flp 2:5-11, Rom 8:15, 2 Kor 8:9 dengan jelas menyebutkan hal ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam bu Inggrid,
Saya telah membaca artikel tentang Trinitas, dan telah memahaminy dengan baik walaupun sulit untuk menjelaskan kepada orang lain dengan bahasa yang sama, namun saya dapat menjelaskan dengan bahasa ku sendiri kepada orang lain.
Namun saya ingin bertanya, bahwa tentunya sebelum dunia dijadikan Yesus (firman telah ada) yang bersama-sama dengan Allah telah mencipatkan segala sesuatu. Setelah firman itu menjadi manusia dan diam didalam dunia bersama-sama dengan manusia dan naik ke surga. yang menjadi pertanyaan saya adalah, Apakah Tuhan Yesus yang duluNya Sebagai Firman ini setelah naik ke surga akan di sebut sebagai Firman? atau Yesus tidak lagi di panggil melainkan Tuhan Yesus, anak Putra Bapa saja?
Kalau seandainya pertanyaan ini sudah di jawab di artikel lain, saya mohon maaf. Dan saya sangat menghargai jika bu Inggrid menjawabnya kembali.
Salam damai dalam kristus Yesus
Aquilino
Shalom Aquilino Amaral,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang tidak mudah untuk menjelaskan Trinitas. Seperti yang dikatakan di Yoh 1:1 bahwa Firman itu telah ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah serta dari Yoh 8:58 yang mengatakan bahwa sebelum Abraham jadi, Yesus telah ada, maka Yesus telah ada bersama-sama dengan Bapa dan bersama dengan Roh Kudus melakukan segala sesuatunya bersama-sama. Dengan demikian, penciptaan, penebusan dan pengudusan dilakukan secara bersama-sama oleh Tritunggal Maha Kudus. Bagaimana dengan kodrat Yesus setelah naik ke Sorga? Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 668):
Ini berarti di dalam Sorga, Kristus tetap membawa kodrat-Nya yang sungguh Allah dan sungguh manusia, dengan tubuh yang telah dimuliakan dan dengan kodrat kemanusiaan dan ke-Allahan-Nya. (lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.54 a.1-4)Jadi, semua attribut yang diberikan kepada Kristus tidaklah berubah, hanya pada saat kita berada di Sorga, maka kita akan dapat melihat Kristus seperti adanya Dia dalam relasi-Nya dengan Tritunggal Maha Kudus. Bahkan kita melihat dan berpartisipasi dalam kehidupan Trinitas melalui dan dalam Kristus (The Word). Hanya melalui dan dalam Kristus inilah, maka kita dapat melihat Allah sebagaimana adanya Dia atau kita melihat Allah muka dengan muka. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pengelola Katolisitas,
Saya ingin menanyakan perihal ajaran Trinitas, apakah telah dikenal oleh orang-orang Yahudi baik tersirat maupun tersurat sebelum masa Yesus, karena mereka mengenal istilah-istilah “Anak Allah”, “Anak manusia”, ” Mesias”, dimana mereka mempunyai ekspetasi yang tinggi terhadap Mesias dan meragukan Yesus adalah Mesias dan Anak Allah, juga beberapa kali Yesus menyatakan bahwa Dialah “Anak Manusia” istilah yang akrab di telinga orang-orang Yahudi. Mohon maaf kalau pertanyaan ini sudah pernah dibahas. Terima kasih
Shalom Antonius Widya,
Nampaknya orang- orang yang beragama Yahudi (Judaism), baik dahulu maupun sampai sekarang belum mengenal konsep Trinitas, sebab mereka tidak percaya bahwa Kristus adalah Putera/ Anak Allah dan karena itu Yesus adalah Allah sendiri (karena hakekat anak selalu sama dengan hakekat bapanya), dan berada di dalam kesatuan Allah Trinitas. Justru karena orang Yahudi tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah dan menganggap Yesus menghujat Allah karena menyatakan diri-Nya sebagai Putera Allah, maka mereka menjatuhi Yesus dengan hukuman mati di kayu salib.
Maka, konsep mereka tentang Mesias juga berbeda dengan konsep Mesias yang diajarkan oleh Yesus. Orang Yahudi mengharapkan Mesias sebagai seseorang yang dapat memulihkan kejayaan bangsa Israel (lih. Kis 1:6), sedangkan Yesus mengajarkan bahwa Mesias adalah Sang pemulih umat manusia dari dosa, menggenapi nubuatan para nabi, bahwa Mesias harus menderita (Luk 24:46; Kis 3:18) sebelum kejayaan-Nya untuk memulihkan umat Israel agar masuk Tanah terjanji yaitu kehidupan kekal di Surga (lih. Yer 30:3, Yoh 3:36; 6:40).
Sedangkan arti kata “Anak Manusia”, yang memang sudah ada di Kitab Perjanjian Lama:
1) Sebagai ungkapan puitis untuk manusia yang sempurna, seperti yang pernah disebutkan dalam Bil 23:19, “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta; bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal.” Yes 56:2, “Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya…” Mzm 80:17, “Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu.”
2) Mengacu kepada Nabi Yehezkiel, yang dinyatakan oleh Tuhan sebanyak lebih dari 90 kali sebagai anak manusia (lih. Yeh 2:1-).
3) Di penglihatan Nabi Daniel, sebagai Raja Mesianis (lih. Dan 7:13)
Di Kitab Perjanjian Baru yaitu Injil, istilah “Anak Manusia” ini sering diucapkan oleh Yesus sendiri untuk menyebut Diri-Nya. Ini berkaitan juga sebagai pemenuhan misi-Nya sebagai Adam yang kedua. Sebab Adam (manusia pertama) telah jatuh dalam dosa dan membawa seluruh umat manusia jatuh ke dalam kuasa dosa dan maut, sehingga Allah Bapa mengutus Putera-Nya Yesus Kristus untuk menjadi manusia sebagai Adam yang kedua untuk memulihkan umat manusia dari kejatuhan akibat dosa dan memberikan hidup kekal. Perbandingan Yesus sebagai Adam yang kedua ini diajarkan oleh rasul Paulus (lih. Rom 5: 12-21).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Tuhan Allah “Segala dari Maha”, salah satunya Maha suci = tidak ada satupun ciptaan-Nya yang bisa berhadapan langsung denga-Nya, Dia adalah Roh / zat. Maha Kuasa = Kun kayafun jadi ; apapun bisa dilakukan Allah meski tidak bisa dilogika manusia karena kesangat terbatasnya akal manusia, kita diberi anugerah berupa iman sebagai wujud karya roh Tuhan sendiri Roh kudus. Maha Kasih, Pengampun & Penyayang : Tuhan sangat mengasihi setiap ciptaan-Nya termasuk manusia. Manusia berdosa, wajib masuk neraka dan tidak layak dihadapan-Nya, tetapi dilayakkan oleh-Nya sendiri melalui perwujudan Tuhan Yesus karena tidak ada yang bisa menebus dosa manusia selain kasih Tuhan Allah sendiri yang jelas tidak bisa berinteraksi langsung dengan wujud roh / zat sehingga menyatakan diri-Nya / menjelma menjadi manusia Yesus Kristus (Allah roh berfirman mewujudkan diri-Nya sebagai manusia Yesus, Terangkat Surga menjadi Firman seperti semula menjadi Satu kembali Tuhan Allah yang Esa. Maha Benar ; Ketika Yesus dimuliakan diatas gunung Tabor berubah rupa / bercahaya ada suara sorgawi “inilah Anak-ku yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia !, Firman Tuhan. Dengarkanlah Dia, artinya tidak ada yang lain, selain sabda Tuhan Yesus “jangan didengar”. tetapi ironinya di gunung Tabor Tuhan Yesus dimuliakan tetapi di bukit Golgota Dia dihina, diludahi, dibunuh ; apa artinya ? sebagai murid Yesus dan penerima keselamatan dari-Nya ; wajib memikul salib & menyangkal diri dengan segala pengorbanan bahkan nyawa kita (tidak heran menjadi pengikut kristus sering dihujat bahkan terbunuh / sudah menjadi nubuatan Tuhan Yesus dihujat sejak jaman Yahudi sampai sekarang bahkan tidak ada nabi2 sebelumnya yang diberlakuan seperti Yesus), “maka” kemulian berupa kehidupan kekal yang menjadi upahnya. Kesimpulannya pengorbanan & kemuliaan menjadi satu paket yang tidak bisa dipisahkan dan berjalan seiring sebagai orang kristen.
[Dari Katolisitas: komentar ini digabungkan karena masih satu topik]
Berbahagialah apabila kita dipilih Tuhan Yesus, sekali lagi tidak ada satupun manusia termasuk nabi bisa menyelamatkan dirinya sendiri apalagi seluruh manusia dari zaman ke zaman “kecuali” hanya Tuhan sendiri. Kita diberi anugerah “Iman”, Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak bisa kita lihat karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Firman juga telah menjadi manusia yaitu Tuhan Yesus, menyapa & menyatu pada ciptaannya di bumi. Tuhan Allah berfirman langsung kedunia nyata dalam penjelmaannya sebagai manusia dan berkarya sebagai wujud nyata kasih-Nya kepada ciptaa-Nya, mengampuni dan menyelamatkannya dari maut kekal bagi yang mengimaninya. Ketekunan wajib bagi pengikutnya. “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya” (Ibrani 10:36). Ingatlah saudara2 ; jika orang yang menolak hukum taurat Musa saja bisa dihukum mati tanpa belas kasihan “apalagi/ betapa beratnya” yang menolak, menginjak-injak penyelamatan karya Roh Allah yang menjadi manusia Yesus tersebut (Ibrani 10:28-29). dan camkan ini : “sebab sedikit, bahkan sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya. (Ibrani 10:37-38). Halelluya
Shalom Andri,
Di dalam kamus “zat” diartikan sebagai 1) “substance” atau esensi/ hakekat, 2) namun zat juga dapat berarti unsur atau bagian yang merupakan pembentuk bagian yang lain. Nah, maka pengertian yang kedua ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan definisi Allah, sebab Allah bukan unsur.
Bahwa Kristus dimuliakan di gunung Tabor, tetapi kemudian disalibkan di gunung Golgota, itu bukan untuk dipertentangkan tetapi untuk dilihat sebagai kesatuan. Dalam hal ini pandangan anda benar. Rasul Pauluspun mengajarkan demikian, sebab baginya kekuatan Allah dinyatakan oleh Kristus yang disalibkan, “…. aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan…. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (1 Kor 2:1-5).
Selanjutnya, ya memang benar bahwa kita harus dengan tekun mengerjakan keselamatan kita (artinya melaksanakan semua perintah- perintah Tuhan), seperti juga telah diajarkan oleh Rasul Paulus, “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir….” (Fpl 2:12).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Di dalam teologia, Putera Allah berbeda dengan Allah Putera. Di dalam KGK, saya tidak menemukan Allah Putera, yang ada hanya Putera Allah. Mengapa Anda banyak memakai Allah Putera di dalam artikel ini?
Shalom Johnsum,
Sebenarnya Putera Allah dan Allah Putera keduanya mengacu kepada Yesus Kristus. Di Katekismus memang digunakan istilah ‘Putera Allah’ (Son of God). Sedang penggunaan kata ‘Allah Putera’ (God the Son) juga mengacu kepada Kristus sebagai Putera yang tunggal (the Son), sebagaimana kita menggunakan kata [God] the Father and the Holy Spirit> (Dikatakan dalam Mat 28:19-20: Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus). Jadi penggunaan istilah God the Son ini, hanya untuk menunjukkan keistimewaan Yesus sebagai Putera Tunggal Allah yang sehakekat dengan Allah, jika dibandingkan dengan kita umat beriman, yang melalui baptisan juga menjadi ‘son of God’ (putera Allah).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
ajaran satu tuhan tiga pribadi bertabrakan dengan
Kis 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Stefanus menyaksikan ada dua tuhan yaitu Yesus dan Allah yang sedang berdiri bersebelahan pada saat bersamaan …
[dari katolisitas: Dimanakah pertentangannya? Stefanus mengalami satu Allah dalam tiga Pribadi: Allah Roh Kudus, Allah Bapa dan Allah Putera.]
Stefanus bukan MENGALAMIi satu Allah tiga pribadi tetapi MELIHAT ada dua pribadi berbeda yang sedang berdiri bersebelahan yaitu Tuhan Allah dan Yesus
Kis 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu MELIHAT kemuliaan Allah dan Yesus BERDIRI DI SEBELAH KANAN Allah.
Apa yang disaksikan Stefanus adalah dua pribadi berbeda yaitu pribadi Tuhan Allah dan pribadi Yesus ….mereka ada DUA pribadi ….bukan SATU
Shalom Cisko,
Terima kasih atas komentarnya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak ada pertentangan antara Trinitas dan ketika Stefanus mengalami tiga Pribadi dari Trinitas: dua Pribadi dilihatnya, dan satu Pribadi (Roh Kudus dialaminya), seperti yang dituliskan “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kis 7:55)
Umat Kristen mempercayai Trinitas yang adalah tiga Pribadi (three persons) bukan satu; yang satu adalah hakekatnya (one substance). Kalau anda ingin memberikan argumentasi bahwa tiga Pribadi ini bertentangan dengan Satu Tuhan, maka anda harus memberikan argumentasi bahwa “hakekat” adalah sama dengan “pribadi”. Jadi, silakan memberikan definisi “pribadi” dan “hakekat”.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
menurut saya dr ketiga unsur trinitas itu, yg berbentuk secara fisik yg di tengah, yaitu kristus, dua yg lain berbentuk abstrak (spiritual), tlg dikoreksi kl salah.
Shalom Bung,
Ketiga pribadi dalam Trinitas menjalankan fungsi penciptaan, penebusan dan pengudusan secara bersama-sama. Namun, pribadi ke dua – yaitu Allah Putera, Kristus – inilah yang masuk dalam sejarah manusia, mengambil kodrat manusia, sehingga Yesus mempunyai dua kodrat, yaitu sungguh Allah dan sungguh manusia. Karena Yesus mengambil kodrat manusia, maka Dia mempunyai tubuh dan jiwa, sama seperti kita. Bagaimana dengan dua Pribadi yang lain, tentu saja Mereka tidak terpisahkan dengan Kristus sendiri (Pribadi ke-dua), di mana ketiganya mempunyai satu hakekat (essence), yaitu Allah, yang spiritual. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom, terima kasih atas penjelasan yg singkat padat dan jelas atas pertanyaan saya tsb. jadi bisa saya jelaskan pada perdebatan dgn keluarga istri saya yg muslim ( saya menikah dgn istri secara muslim, namun saya tetap ‘katolik’, walau saya tdk dpt menerima hosti, maaf).
Shalom Bung,
Jika anda rindu untuk menerima Komuni kembali, silakan anda menghadap pastor paroki bersama dengan istri anda agar anda dapat mengadakan Convalidasi perkawinan; yang artinya ikatan perkawinan anda diteguhkan/ disahkan secara Katolik. (Tentu anda perlu mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa sebelumnya, karena telah sekian lama meninggalkan iman Katolik anda). Istri anda tidak harus menjadi Katolik, tetapi tentu kalau ia mau menjadi Katolik itu baik, sehingga anda dapat menerima sakramen perkawinan. Jika istri anda tetap muslim juga tidak apa-apa, namun ia mengetahui dan menyetujui janji anda di hadapan Tuhan untuk tetap teguh memegang iman anda dan komitmen anda untuk mengusahakan sedapat mungkin agar dapat meneruskan iman ini kepada anak- anak yang dipercayakan Tuhan kepada anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya kesulitan menjelaskan Trinitas adalah paham MonoTheis (Allah yang Esa)
ketika ada (umat agama lain) yang bertanya mengenai peristiwa pembaptisan Yesus (Mat 3:16-17 dan paralelnya),
di mana setelah pembaptisan di sana nampak 3 pribadi secara bersamaan:
Yesus, Roh Allah (Roh Kudus) dalam rupa Merpati, dan Suara dari Langit (Bapa)…
Di mana pada Peristiwa tersebut terlihat ada lebih dari 1 Allah….
Bagaimana menjelaskan kepada mereka mengenai keEsaan Allah, menanggapi perikop tersebut??
Shalom Wisnu,
Allah kita adalah Allah yang Satu tetapi mempunyai tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Memang tidak mudah menjelaskan bagaimana tiga Pribadi ini adalah satu Hakekatnya. Kita dapat menjelaskannya dengan contoh sederhana yaitu hakekat air yang mempunyai tiga wujud, yaitu air biasa, es batu dan uap air. Namun demikian, ini bukan contoh yang sempurna- karena sebenarnya Tuhan itu adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tidak berwujud material.
Walaupun Allah tidak mempunyai wujud materi, namun pada suatu saat dalam sejarah manusia ketika telah genap waktunya, Allah Bapa memutuskan untuk mengirimkan Allah Putera ke dunia (lih. Rom 4:4) oleh kuasa Roh Kudus, dan Ia diberi nama Yesus. Sewaktu menjadi manusia, Yesus mempunyai tubuh dan jiwa manusia, walaupun juga, karena Yesus adalah Allah, maka Ia tidak berhenti menjadi Allah (lih. KGK 464); dan kepenuhan Allah juga tetap diam di dalam Dia (Kol 1:19). Pada waktu penjelmaannya, orang banyak di sekitar Yesus tidak mengetahui bahwa Yesus adalah Allah, karena Yesus tidak pernah mengatakan bahwa Diri-Nya adalah Allah. Tapi, ada banyak bukti yang tertulis dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Yesus itu Allah. Contohnya antara lain adalah pada waktu Tuhan Yesus dibaptis oleh Yohanes. Pada waktu itu, terdengarlah suara dari sorga, yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17). Suara ini datang dari Allah Bapa di surga. Dan Roh Allah yang seperti burung merpati turun ke atas Yesus. Nah, di sini kita melihat sepertinya ada tiga Pribadi Allah itu, namun sesungguhnya ketiga-nya adalah Satu. (Ingat analoginya seperti prinsip perumpamaan ketiga wujud air H2O).
Jadi ketiga-Nya adalah Satu Allah, walaupun pada saat pembaptisan itu terlihat Kristus (Allah Putera yang menjelma menjadi manusia), dan Roh Kudus yang dikatakan ‘seperti burung merpati’ dan terdengar suara Allah Bapa. Maka manifestasi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus pada saat Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis ini adalah untuk menyatakan adanya ketiga Pribadi Allah, dan untuk menyatakan kepada masyarakat publik bahwa Kristus adalah Sang Mesias, Anak Allah (lih. KGK 535). Sama bahwa setiap anak sama hakekatnya dengan ayahnya, maka jika Allah menyebutkan bahwa Kristus adalah Anak-Nya, maka hakekat Kristus sama dengan hakekat Allah Bapa yang mengutus-Nya. Dan bahwa Kristus Allah Putera mengambil rupa manusia (lih. Flp 2:7) itu dimungkinkan karena kuasa Roh Kudus (lih. Luk 1:35, KGK 484). Roh Kudus itu selalu bersama dengan Kristus, dan Roh Kudus pula yang membangkitkan-Nya dari kematian (lih. Rom 8:11).
Demikian sekilas tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya mau tanya..
saya dr kecil sudah hidup sbg katolik.. saya percaya YESUS.. namun saya sadar bahwa yang saya imani salah, saya mengimani YESUS sebagai PUTERA ALLAH bukan sebagai ALLAH BAPA.. saya percaya YESUS dan ALLAH merupakan 2 pribadi yaitu Bapa dan Putera, karena dalam tiap injil Yesus sering mengatakan bahwa dirinya anak Allah.. sampai dititik saya menyadari bahwa Yesus adalah Allah sendiri.. namun mengapa Yesus mengatakan klo dirinya anak Allah dan doa aku percaya yang menjadi landasan iman katolik pun,, mengatakan Yesus bangkit duduk disebelah kanan Allah? saya semakin tidak mengerti.. tolong dibantu, karena saya percaya pada Yesus, merasakan kehadiranNYA namun tidak mengenal DIA.. terimakasih..
tolong kirimkan juga jawaban ke email saya… GBU
Shalom Theresia Yohana,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kristologi. Saya menganjurkan agar anda dapat membaca beberapa artikel tentang kristologi berikut ini:
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.
Tentang Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa, telah dijawab di sini – silakan klik. Silakan membaca beberapa link tersebut. Kalau anda masih mempunyai pertanyaan setelah membaca beberapa link tersebut, silakan bertanya lagi. Mari kita bersama-sama mempelajari dan masuk dalam misteri Allah Putera, yang sungguh Allah dan sungguh manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Katolisitas, ada yg ingin sy tanyakan ttg konsep tritunggal. Sbg orang awam dan masih sekolah,sy masih rancu dg konsep ini. Apakah yg dimaksud dg Tritunggal ini mengacu pd 3 pribadi yg kmudian dikenal dg nama Allah yg brsifat mahakuasa? artinya Allah Bapa + Allah Putra + Allah Roh Kudus = bersatu mjd Allah pencipta yg mahakuasa. ataukah yg brsifat mahakuasa hanya Allah Bapa? ( spt dlm syahadat ‘aku prcya akan Allah,Bapa yg mahakuasa,pncipta lngit & bumi…’) jika dmikian Allah Bapa lbh brkuasa drpd prbdi Allah Putra (Yesus) ? lalu,kalimat ini jg membuat sy rancu – ‘dan putraNya yg tunggal,Tuhan kita Yesus Kristus..,’ lalu dimana posisi Yesus?sbg putra Allah,atau Tuhan? pemahaman sy Tuhan= Allah=pncipta yg mahakuasa,maha sglanya… Jika bgtu Yesus adl Allah sndiri? Tp knpa saat Yesus d baptis,ada suara ‘inilah Anak yg Kukasihi’, kalau bgtu Yesus bukan Allah/Tuhan itu sndiri,krna ada pribadi yg lbh tinggi?
dikatakan Yesus kturunan Daud,kalau Bunda Maria mngndung dr Roh Kudus,knpa Yesus dktakan kturunan Daud?bkankah yg kturunan Daud adl Yusuf?
Saya mhn pncerahannya,terimakasih.
Berkah dalem
Shalom Gracia Karina,
1. Terima kasih atas pertanyaannya tentang Trinitas. Mungkin ada baiknya anda membaca artikel tentang Trinitas di atas – silakan klik. Semoga dengan membaca artikel tentang Trinitas, maka anda mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang topik ini. Secara prinsip, Trinitas adalah kehidupan interior dari Allah, yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Manusia tidak akan mengetahui hal ini, kalau Allah sendiri tidak memberikan wahyu kepada manusia. Dan Wahyu tentang Allah Bapa dapat kita lihat secara jelas di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Allah Putera dan Allah Roh Kudus digambarkan secara samar-samar dalam PL. Kemudian di dalam PB, maka pribadi Allah Putera menjadi lebih jelas, karena Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, yang dapat mengampuni dosa, memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, dan memberikan begitu banyak mukjizat, yang hanya Allah saja yang dapat melakukannya. Dan pribadi ke-tiga dalam Trinitas – Roh Kudus – dimanifestasikan secara penuh pada hari Pentekosta. Jadi, Trinitas bukanlah berdasarkan praduga atau sekedar konsep. Lebih daripada itu, kita mempercayai Trinitas karena Tuhan sendiri yang mewahyukannya kepada kita. Untuk lebih mudah menangkap konsep Trinitas, mulailah dari sosok Yesus – pribadi ke-dua dalam Trinitas, karena Dia hadir secara nyata di dunia, dicatat dalam sejarah manusia. Kalau anda mau, maka anda dapat membaca beberapa artikel Kristologi di bawah ini:
2. Dari beberapa artikel tersebut, anda dapat membaca pembuktian bahwa Yesus adalah Allah. Hal penting yang lain adalah, ketiga Pribadi Tritunggal Maha Kudus melakukan penciptaan, penebusan dan pengudusan secara bersama-sama. Saran saya, mulailah dari pribadi Yesus sendiri. Dengan memahami Yesus sebagai Allah, maka kita akan dibawa masuk secara lebih mendalam kepada Trinitas. Anda bertanya “dimana posisi Yesus”? Posisi Yesus adalah pribadi ke-dua dalam Trinitas, yang mempunyai kodrat sungguh Allah dan sungguh manusia. Mengapa saat dibaptis ada suara “inilah Anak yang kukasihi”? Hal ini untuk mengungkapkan ada pribadi yang lain dari Trinitas, yaitu Allah Bapa dan juga Allah Roh Kudus – yang dilambangkan dengan burung merpati.
3. Kemudian, dikatakan bahwa Yesus adalah keturunan Daud, karena di dalam Perjanjian Lama telah dinubuatkan bahwa keturunan Daud akan memegang kerajaan untuk selamanya (lih. 2Sam 7:12). Sang Mesias juga dikenal sebagai Anak Daud, sehingga orang buta berteriak “Kasihanilah kami, hai Anak Daud” (lih. Mt 9:27) dan memperoleh kesembuhan sebagai pemenuhan ayat Yes 35:5. Bagaimana menjelaskan bahwa Yesus adalah keturunan Daud?
St. Agustinus mengatakan, bahwa dengan perkawinan St. Yusuf dengan Bunda Maria, maka Yesus dapat dikatakan sebagai anak St. Yusuf (walaupun kelahiran Yesus tidak melibatkan campur tangan St. Yusuf), yang adalah keturunan Daud (St. Augustine, On the Harmony of the Gospels, II, i, 2).
Tradisi juga mengatakan bahwa Bunda Maria adalah keturunan Daud. Sebab menurut Bil 36:6-12 dikatakan bahwa seorang anak tunggal perempuan harus menikah dengan salah seorang anggota keluarga besarnya sendiri. Hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja yaitu St. Yustinus (Adv. Tryph. 100), St. Ignatius (Letter to the Ephesians 18), yang juga secara tidak langsung disampaikan dalam Kitab Suci (lih. Rom 1:3, 2 Tim 2:8). St. Yohanes Damaskus mengatakan bahwa ayah kakek Bunda Maria adalah Panther yang adalah saudara laki-laki/ brother dari Mathat. Kakek Bunda Maria yaitu Barphanter, adalah sepupu dari Heli (Eli) dan ayah Bunda Maria yaitu Yoakim adalah sepupu dari St. Yusuf. Dengan demikian, Bunda Maria adalah keturunan Daud dari Nathan.
Semoga keterangan ini dapat menjawab pertanyaan anda. Dan mari kita menyadari, bahwa walaupun Trinitas adalah suatu misteri, namun misteri ini tidak bertentangan dengan akal budi dan menjadi lebih nyata, karena Yesus – pribadi ke-dua dari Trinitas – telah menjadi manusia dan telah membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan. Dan Roh Kudus – Pribadi ke-tiga dalam Trinitas – terus berkarya sampai sampai akhir zaman sebagai jiwa dari Gereja dan memberikan inspirasi dan kekuatan kepada seluruh umat beriman untuk berjuang dalam kekudusan menuju kepada kehidupan kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
aq gak tw kolom untuk bertanya……..
emg dimn kolom bwt bertanya????????
aq ingin tau di katolik kita mengenal namanya Allah tritunggal yaitu Allah bapa, Allah putra( yesus), roh kudus, tetapi yang saya mbuat bingung lalu kita meyembah yg mn Allah bapa atau yesus kristus???????
menurut aku sendiri yesus sbgai sang juru slamat yg menuntun kita ke jalan Allah, shingga yesus sbg perantara untuk melihat kepribadian Allah dalam diri Yesus sendiri, agar manusia mengetahui kepribadian Allah yg sesungguhnya, Sehingga saya berpendapat bahwa yg sesungguhnya kita sembah ialah Allah ( bapa).
Apakah pendapat aq benar?????
saya sebagai umat katolik merasa bingung untuk menjawab pertanyaan ini.
mohon di jawab ya….
walaupu pertanyaan ini gak bermutu…..
thanks
[dari katolisitas: Pertanyaan anda justru sangat sulit. Oleh karena itu, silakan membaca terlebih dahulu artikel tentang Trinitas di atas – silakan klik, dengan harapan bahwa anda dapat memperoleh pengertian tentang Trinitas. Semoga artikel di atas dapat membantu.]
Shalom Pak Stef dan Bu Ingrid,
Saya ingin menanyakan tentang Yesus,dikatakan
Mat 1:1 Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, keturunan Daud, keturunan Abraham. Dari Abraham sampai Daud, nama-nama nenek moyang Yesus sebagai berikut:
Mat 1:2 Abraham, Ishak, Yakub, Yehuda dan saudara-saudaranya, Peres dan Zerah (ibu mereka bernama Tamar), Hezron, Ram, Aminadab, Nahason, Salmon, Boas (ibunya adalah Rahab), Obed (ibunya ialah Rut), Isai,
Sebenarnya yang dimaksudkan apa, ya? Kalo dikatakan bahwa Yesus putra Allah kok ada silsilahnya, .mohon penjelasan..lalu kalo Yesus punya silsilah apa Allah juga punya silsilah…
Mat 20:18 “Dengarkan! Kita sekarang menuju Yerusalem. Di sana Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan guru-guru agama. Lalu Ia akan dihukum mati,
Mat 26:2 “Kalian tahu dua hari lagi Hari Raya Paskah, dan Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan!”
Kenapa Yesus tidak menyebutkan sebagai Anak Allah,tetapi kok Anak Manusia yang dimaksudkan apa…?
Mat 26:39 Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit, lalu Ia tersungkur ke tanah dan berdoa. “Bapa,” kata-Nya, “kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang Aku harus alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja.
Kenapa Yesus masih menyebutkan Bapa..Allah..bukankah Yesus sebagai Allah Bapa,Putera dan Roh Kudus…mohon penjelasannya…
Terima kasih …syallom
Shalom Joan Heru,
Nampaknya kebingungan anda terletak pada bagaimana memahami bahwa Yesus yang adalah sungguh Allah itu, adalah juga sungguh manusia, pada saat penjelmaan-Nya ke dunia sebagai manusia. Jika anda belum membaca silakan anda membaca artikel tentang topik ini, silakan klik.
1. Jika anda sudah dapat menerima ajaran bahwa Yesus itu mempunyai kodrat sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia, maka tidak akan menjadi masalah bagi anda untuk memahami bahwa sebagai manusia, maka Ia mempunyai orang tua, dan orang tua-Nya juga mempunyai orang tua lagi, dan seterusnya, seperti yang anda baca dalam Mat 1.
2. Sedangkan istilah “Son of Man” atau Anak Manusia, itu digunakan untuk menunjukkan bahwa:
a. Ia adalah penggenapan bagi nubuat dalam kitab Daniel (Dan 7:13-14), “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti Anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” Istilah “Anak Manusia” tersebut mengacu kepada gelar mesianis yang disandang oleh Yesus, yaitu sebagai Penyelamat manusia; dan kepadaNya diberikan segala kuasa dan kemuliaan dan seluruh bangsa tunduk kepada-Nya.
b. Istilah “Anak manusia” juga menunjukkan bahwa Yesus, selain sungguh Allah, juga sungguh manusia. Yesus adalah sungguh Allah (Yoh 1:1) namun Ia juga adalah sungguh manusia (Yoh 1:14). “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah…. (1 Yoh 4:2)
3. Sedangkan Yesus, pada saat menjadi manusia memanggil Allah sebagai “Bapa” adalah untuk: mengajar kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kita, seperti yang diajarkan-Nya dalam doa Bapa kami (lih. Mat 6: 9-13); dan juga untuk menunjukkan hubungan asal dalam kehidupan ilahi-Nya, sebab Kristus yang adalah Firman Allah (Yoh 1:1) berasal dari Allah, dan Ia sendiri adalah Allah.
4. Maka dengan demikian kita tidak dapat mencampur adukkan ketiga Pribadi Allah, walaupun ketiganya adalah Satu. Sebab Allah Bapa dan Allah Putera dan Allah Roh Kudus merupakan Pribadi Allah yang unik dan tidak dapat dikacaukan satu sama lain. Maka tidak benar bahwa Yesus itu adalah Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus sekaligus. Yesus adalah Allah Putera, yang berasal dari Allah Bapa, dan hubungan kasih antara kedua-Nya itu menghembuskan Roh Kudus; sehingga Roh Kudus itu berasal dari Allah Bapa dan Allah Putera.
Demikian tanggapan saya tentang pertanyaan anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Stef dan Inggrid yang baik,
Menurut saya (mohon dikoreksi bila saya salah) sebagian gereja protestan saya pikir tidak mengimani Trinitas seperti halnya Gereja Katolik.
Misalnya bisa dilihat di:
http://www.akupercaya.com/pengajaran-alkitab/2787-yesus-adalah-yhvh.html
atau di:
http://www.sarapanpagi.org/yesus-kristus-adalah-yhvh-vt41.html#p2668
(Kalo sekiranya tidak perlu link2 diatas tidak perlu ditampilkan).
Akhirnya:
Bapa = Putra = Roh Kudus = Yesus..
Mengapa untuk hal yang substansial dalam kekristenan bisa terjadi pemahaman semacam ini?
Shalom Thomas,
Terima kasih atas komentarnya. Saya minta maaf, saya tidak dapat membaca link-link yang diberikan, karena keterbatasan waktu. Namun, kalau memang dalam tulisan tersebut mengatakan bahwa Bapa=Putra=Roh Kudus, maka yang perlu dipertanyakan adalah sama dalam hal apa. Mungkin saja sebenarnya mereka mempunyai pengertian yang benar, bahwa ketiga pribadi (Bapa, Putera dan Roh Kudus) mempunyai satu hakekat (essence). Atau mungkin mereka ingin menyoroti bahwa Bapa, Putera dan Roh Kudus melakukan penciptaan, penyelamatan dan pengudusan secara bersama-sama. Jadi, kita harus membaca argumentasi yang diberikan secara teliti dan menyeluruh. Saya yakin bahwa agama Kristen secara umum mempunyai pengertian yang benar akan Trinitas. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dari katolisitas.org “Trinitas” di bagian “Arti ‘substansi/ hakekat’ dan ‘pribadi’ ditulis:
Quote:
Mari kita lihat pada diri kita sendiri. ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai hakekat/ kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia ini adalah sama untuk semua orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’ maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lain, karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari, pribadi kita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’ dalam bahasa Inggris), di mana ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sedangkan, substansi/ hakekat kita diwakili dengan kata ‘manusia’ (atau ‘human’). Analogi yang paling mirip (walaupun tentu tak sepenuhnya menjelaskan misteri Allah ini) adalah kesatuan antara jiwa dan tubuh dalam diri kita. Tanpa jiwa, kita bukan manusia, tanpa tubuh, kita juga bukan manusia. Kesatuan antara jiwa dan tubuh kita membentuk hakekat kita sebagai manusia, dan dengan sifat-sifat tertentu membentuk kita sebagai pribadi.
Dengan prinsip yang sama, maka di dalam Trinitas, substansi/hakekat yang ada adalah satu, yaitu Tuhan, sedangkan di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga ‘Aku’, yaitu Bapa. Putera dan Roh Kudus. Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai makna Trinitas, karena di dalam tiga orang manusia, terdapat tiga “kejadian”/ ‘instances‘ kodrat manusia; sedangkan di dalam tiga Pribadi ilahi, terdapat hanya satu kodrat Allah, yang identik dengan ketiga Pribadi tersebut. Dengan demikian, ketiga Pribadi Allah mempunyai kesamaan hakekat Allah yang sempurna, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang sempurna. Yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah terletak dalam hal hubungan timbal balik antara ketiganya.[14]
Unquote.
Pertanyaan saya:
Manakah analogy berikut ini yang benar:
1. Analogi I
A. Bangsa Manusia pada hakekatnya 1, tetapi ada banyak pribadi
Ada Anton, ada Opa Markus, ada Ibu Theresia, ada Anak Bernard, dll
B. Bangsa Malaikat ada St. Mikhael, St. Gabriel, St. Rafael, dll
C. Bangsa ….. (saya kurang yakin menuliskannya) ada 3 pribadi Bapa, Putera, Roh Kudus
2. Analogi II
A. Manusia: Anton itu anaknya Opa Markus, Anton itu suaminya Ibu Theresia, Anton itu bapak-nya
Anak Bernard. Jadi Anton itu hanya 1 orang, tetapi pada saat yang bersamaan dia berstatus Anak,
Suami, Bapak
B. St. Mikhael adalah salah satu Malaikat Agung, St. Mikhael adalah pemimpin Bala Tentara
Surgawi, St. Mikhael adalah pemegang Buku Kehidupan. Hanya ada 1 Malaikat Mikhael, tetapi
mempunyai 3 (atau lebih tugas/status)
C. Tuhan Allah itu pada hekekatnya satu, tetapi mempunyai status/tugas/ pribadi sebagai Allah
Bapa, Allah Putera, Allah Roh Kudus
Terima kasih atas perhatian dan jawabannya. Saya perlu mendapat keterangan lebih lanjut tentang hal tersebut, justru setelah saya membaca uraian karolisitas.org di atas. Kalau kurang pantas di munculkan di website, saya mohon dibalas langsung ke email saya. Tuhan Memberkati.
WS
Shalom Wiwid Sumowijoyo,
Mohon maaf atas keterlambatan jawaban saya. Terus terang, analogi apapun tidak dapat secara tuntas menjelaskan misteri Allah Trinitas. Namun demikian, analogi berguna untuk membantu kita memahami misteri tersebut. Maka tentang analogi yang ada sampaikan saya menanggapi sebagai berikut:
1. Analogi I: tentang “bangsa manusia”
Benar bahwa semua umat manusia mempunyai hakekat dan kodrat yang sama (sebagai mahluk rohani yang mempunyai tubuh, yang mempunyai akal budi dan kehendak bebas). Yang membedakan kita adalah “accidents” dan ciri- ciri lahiriah (particular matter) yang membedakan seorang manusia dengan yang lain (seperti jenis kelamin, warna kulit, tinggi badan, rambut lurus/ keriting, tingkat pendidikan, budaya, bangsa dst.), dan inilah yang menjadikan pribadi manusia berbeda satu dengan lainnya. Dengan demikian, setiap manusia itu unik, dan tidak ada satupun orang yang persis sama dengan seorang yang lain. Manusia walau kodratnya sama, tetapi tidak dapat dikatakan sebagai ‘satu species’ yang sama.
Demikian juga, para malaikat tidak dapat juga dikatakan sebagai ‘satu species’. St. Thomas Aquinas dalam Summa Theology, I, q.50, a.4. mengajarkan bahwa tidak mungkin semua malaikat dianggap sebagai satu species, sebab pada malaikat ada tingkatan- tingkatan yang berbeda. Maka sebagaimana Tuhan menciptakan tiap manusia unik adanya, maka setiap malaikat diciptakan juga diciptakan unik adanya. Manusia diciptakan unik dengan perbedaan “accidents” dan ciri- ciri fisik yang nampak secara lahiriah antara seorang manusia dan manusia lainnya. Sedangkan para malaikat yang tidak punya ciri lahiriah, diciptakan Tuhan dengan perbedaan tingkatan secara spiritual/ rohaniah antara satu malaikat dengan malaikat lainnya.
Namun pada Allah, hakekat Allah adalah satu dan sama. Adanya ketiga Pribadi (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus) ini bukan disebabkan karena perbedaan accidents dan matter, karena hal- hal tersebut tidak ada pada Allah. Yang membedakan antara ketiganya adalah hubungan asal usul (the relation of origin). Allah Putera menerima kodrat ilahi-Nya dari Allah Bapa, dan Allah Roh Kudus menerima kodrat-Nya dari Allah Bapa dan Allah Putera, sedangkan Allah Bapa tidak memperoleh kodrat-Nya dari siapapun. Keadaan asal usul ini terjadi bersamaan dalam kekekalan, sehingga tidak dapat dikatakan salah satu Pribadi ada terlebih dahulu, jika dibandingkan dengan Pribadi lainnya.
Sesungguhnya analogi “bangsa manusia” yang anda sebutkan ini dapat memperjelas tentang maksud Allah menciptakan seluruh manusia dalam kesatuan. Seluruh manusia diturunkan dari sepasang manusia pertama, Adam dan Hawa. Sayangnya mereka, sebagai orang tua pertama (first parents) bangsa manusia, jatuh ke dalam dosa ketidaktaatan, sehingga seluruh bangsa manusia harus menanggung akibat dosa asal ini. Namun kemudian, Allah menyelamatkan bangsa manusia ini dengan mengutus Putera-Nya, untuk menjadi Adam yang baru, yang lahir ke dunia, dengan melibatkan ketaatan Hawa yang baru (Bunda Maria).
2. Analogi II: tentang “seorang manusia dengan tiga peran”
Anda membandingkan peran Trinitas dengan peran seorang manusia, yang bisa menjadi suami, anak dan ayah sekaligus. Atau peran seorang malaikat, yang dapat merangkap tiga jabatan. Ini adalah contoh/ analogi yang baik, sepanjang dipahami bahwa Pribadi Allah tidak terbatas hanya dengan peran/ tugas-Nya dalam sejarah keselamatan. Sebab pembagian yang kaku tentang hal ini juga tidak menggambarkan makna Trinitas yang sesungguhnya. Maka walaupun ada benarnya, bahwa Allah Bapa dihubungkan dengan peran sebagai Pencipta; Allah Putera sebagai Penyelamat; dan Allah Roh Kudus sebagai Roh yang menguduskan/ menghibur; namun pembagian ini yang kaku akan hal ini dapat dapat mengkotak- kotakkan sejarah keselamatan menjadi tiga bagian: Creation (oleh Bapa), Incarnation (oleh Putera) dan Pentecost up to now (oleh Roh Kudus). Pembagian ini menjadi tidak tepat, karena sesungguhnya, walaupun Penciptaan sering kali dihubungkan dengan Allah Bapa, namun Allah Bapa mencipta di dalam Kristus (lih. Kol1:16), oleh Kristus yang adalah Sang Firman Allah (lih. Yoh 1:1-2), dengan kuasa Roh Kudus (Kej 1:1-2). Sebab dalam segala peran dan tindakan-Nya Allah Trinitas selalu melakukannya bersama- sama. Hanya kemudian, suatu tindakan dihubungkan dengan Pribadi Allah yang tertentu, yang secara teologis disebut sebagai “appropriation“, agar lebih mudah dipahami oleh kita manusia.
Analogi peran yang terlalu kaku mempunyai resiko jatuh dalam ajaran sesat Modalism atau Sabellianism (218) yang mengajarkan bahwa Allah Trinitas adalah Satu Pribadi Allah yang melakukan 3 macam mode/ peran/ wajah. Paham ini mengajarkan bahwa Allah Bapa menampakkan diri di dunia sebagai Allah Putera, sehingga yang disalibkan adalah Allah Bapa sendiri. Ini adalah sesuatu kekeliruan, sehingga ajaran ini dikecam Gereja pada tahun 220. Konsili pertama dan ketiga Konstantinopel, di tahun 381 dan 680 mengulangi keputusan ini dan menyatakan bahwa baptisan menurut Sabellius tidak sah.
Jadi analogi “peran” tadi (satu orang dapat berperan sebagai anak, suami dan bapak) memang dapat digunakan namun tidak dapat secara penuh menjelaskan makna Trinitas; sebab ketiga Pribadi Allah yang satu hakekat ini memang tidak dapat disamakan dengan ketiga peran atau ketiga mode/ wajah.
Demikian keterangan dari saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima Kasih Bu Inggrid, penjelasan Ibu cukup membuat kemajuan dalam pemahaman saya.
Saya akan merenungkannya lebih jauh dan mohon pencerahan Roh Kudus agar lebih memahami dari hari ke hari.
Dan semoga saya juga bia bersaksi bila ada yang bertanya kepada saya, terutama anak-anak saya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
wiwid Sumowijoyo
syaloom….
saya mau nanya…
apakah pada jaman perjanjian lama atau sebelum dunia diciptakan, konsep Trinitas ini sudah ada?
mohon dijelaskan dengan jelas agar saya dapat mengerti. terimakasih
Shalom Yohanes,
Ya, sebelum dunia diciptakan, Allah Trinitas sudah ada, karena Allah itu kekal, tidak mempunyai awal dan akhir. Kita membaca dalam Kitab Kejadian:
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.” (Kej 1:1-3)
Di sini Allah Bapa menciptakan dalam kesatuan dengan Roh-Nya dan Firman-Nya. Kita mengetahui bahwa Roh Allah adalah Allah Roh Kudus, dan Firman-Nya adalah Allah Putera (Kristus). Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rasul Yohanes dalam Injilnya:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan… Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita… ” (Yoh 1:1-3, 14)
Memang untuk memahami hakekat Allah ini diperlukan kelapangan hati untuk menerima bahwa Allah itu tidak terbatas, dan dalam kesempurnaan-Nya, Allah yang Esa ini mempunyai Tiga Pribadi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrid. Saya mohon agar bapak dan ibu mau menuliskan secara khusus tentang Allah Roh Kudus. Soalnya banyak sekali orang yg dengan mudah mengatas namakan Roh Kudus untk membenarkan ajarannya. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu karya Roh Kudus atau bukan? Bagiaman kita bisa mengetahui Roh kudus menyertai seseorang dalam pengajarannya? apa bukti otentiknya? Ini penting bagi kita utk diketahui
Terima kasih
Dela
Shalom Dela,
Terima kasih atas permintaannya akan artikel tentang Roh Kudus. Kami memang mempunyai rencana untuk menuliskan artikel tentang Roh Kudus, hanya memang kami mempunyai keterbatasan waktu dan tenaga. Ada orang yang mengatakan “Roh Kudus mengatakan kepada saya bahwa ….” Secara prinsip, hal tersebut dapat dikatakan dari Roh Kudus kalau: 1) tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, 2) tidak bertentangan dengan dogma dan pengajaran Gereja Katolik, 3) tidak bertentangan dengan akal budi. Ketiga hal tersebut tidak mungkin bertentangan, karena ketiganya datang dari sumber yang sama, yaitu Allah. Oleh karena itu, Roh Kudus – yang merupakan pribadi ketiga dari Trinitas – tidak akan membuat kontradiksi. Semoga dapat membantu. Mohon kesabarannya untuk artikel tentang Roh Kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
shalom katolisitas.
saya seorang Katolik sejak lahir, saya mengenal dan mengimani Tritunggal Maha Kudus dengan berbagai analogi yg ada, meskipun analogi2 itu tidak sempurna (ya karna memang keterbatasan kita sebagai manusia yg ingin menjelaskan suatu hal yg adalah Sempurna itu sendiri) .. tp yg membuat saya mengimani kebenaran Tritunggal Maha Kudus adalah karena memang benar Yesus itu Tuhan, so saya tidak kesulitan memahami analogi2 itu.
Di samping itu saya ingin oot ne.. saya sebagai Katolik yg jarang ke gereja, dengan berbagai alasan dan kemalasan saya tentu (tetapi saya tdk lupa berdoa lho.. seperti yg diajarkan Tuhan kita Yesus Kristus, jika kamu berdoa masuklah kamar supaya tidak dilihat kalayak orang dan supaya hanya Bapamu yg melihat)..
1. apakah ke gereja itu wajib
2. gimana ya membuat saya dan teman2 saya rajin lagi ke gereja
hahah.. pertanyaan yg konyol dari seorang pemalas .. mohon maaf sebelumnya atas kebodohan saya dalam bertanya..
terimakasih
salam cinta kasih Tuhan kita Yesus kristus
JBU katolisitas
Salam Cristoporus,
1. Ya. Menerima Ekaristi itu wajib. Menerima Sakramen Tobat itu wajib. Berdoa bersama itu wajib. Karena semua itu diperintahkan oleh Kristus. Dan Kristus memerintahkan itu karena Ia rindu padamu dan pada Gereja-Nya. Tanpa Gereja, Anda tak kenal Kristus.
2. Langsung saja ke gereja paroki terdekat. Jika Anda sudah dibaptis dan pernah menerima komuni, maka temuilah imam, terimalah Sakramen Tobat, dan menyambut komuni, yaitu Kristus dalam Sakramen Mahakudus.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Cristoporus, saya ingin menambahkan, demi pertumbuhan rohani Anda, silahkan membaca-baca artikel-artikel di website ini mengenai Ekaristi yaitu di artikel “Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi”, klik di sini, kemudian artikel “Sejarah yang mendasari pengajaran tentang Ekaristi, klik di sini, juga artikel “Ekaristi sumber dan puncak spiritualitas Kristiani”, klik di sini.
Juga mengenai Sakramen Tobat di artikel “Masih perlukah Sakramen Pengakuan Dosa”, klik di sini, sampai bagian 4.
Semoga rahmat Allah membuka hati Anda demi makin utuhnya hidup Anda sebagai manusia beriman.
Salam,
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Salam Kasih Yohanes,
Terimakasih atas tanggapan penuh kasih saudara Yohanes.
banyak teman saya yang Katolik termasuk saya tp hanya ke gereja (termasuk Misa harian) sesuka hati aja (dengan berbagai pertimbangan. tp Natal n Paskah pasti ke gereja lo ) kami udah dibaptis dan sebagian teman termasuk saya udah Krisma. Tapi apakah karena ketidakaturan kami pergi ke gereja ( sesuka hati ) dan waktu Natal dan Paskah aja, jadi kita harus terima Sakramen Tobat sebelum ke gereja lagi?
mohon maaf sebelumnya atas kebodohan saya dalam bertanya..
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”
Terimakasih, Yohanes n Katolisitas,
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
JBU All
Salam Cristoporus,
Tidak harus. Memang Sakramen Tobat diwajibkan diterima setahun sekali, dan bagi yang berdosa berat wajib segera mengakukan dosanya. Namun, sebagai imam, dan juga karena pengalaman, saya menyarankannya untuk Anda.
Sakramen Tobat yang diterima rutin menolong kita makin bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih, serta membuat hidup makin damai penuh berkat dan semangat, juga mengarahkan hati dan budi pada kerahiman dan kasih Allah. Para imam, para uskup, dan Sri Paus sendiri mengaku dosa rutin sebagai bagian dari perjalanan rohani agar makin mengalami kasih Allah.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Salam Kasih Yohanes n katolisitas,
Trimakasih atas tanggapannya dan saran anda yang sangat membangun dan memperkokoh iman.
Allah adalah Roh kebaikan (Bapa di surga) merelakan firmannya untuk menjelma menjadi Manusia dan mengajarkan cinta kasih secara langsung dan jadi Juruselamat (Anak) dan mengutus pribadinya yang ketiga yang mengajar/membimbing manusia menuju jalan kebaikan dalam Roh kita (Roh Kudus), dan kesemuanya itu merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dalam ikatan yang Kudus dan Sempurna,
mohon maaf atas kebodohan saya dalam mengutarakan Trinitas. Mohon koreksinya jika ada yang tidak sesuai dan kesalahan dalam mengutarakannya.
Terimakasih, Yohanes n Katolisitas,
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
JBU All
Salam Cristoporus,
Kita berjalan menuju Allah dengan tuntunan yang jelas dari Putera-Nya yang mendirikan Gereja dan memberikan sakramen-sakramen tanda nyata cinta-Nya, dalam kehadiran Roh Kudus yang membimbing kita selalu pada Kristus menuju Bapa. Entah paus, uskup, imam, dan umat, semuanya dipanggil menuju Dia. Mari selalu membuka hati memenuhi panggilan-Nya.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Salam Kasih Yohanes n katolisitas,
Trimakasih banyak Romo Yohanes atas kesediaannya menanggapi pertanyaan/pernyataan saya.
Meski dlm kesibukan yg luar biasa masih meluangkan waktunya yg berharga.
Web ini sangat membantu. Semoga Tuhan Beserta kita Sekarang dan Selama-lamanya.
Terimakasih, Yohanes n Katolisitas,
Salam Cinta Kasih Tuhan kita Yesus Kristus
GBU All
Dear Stef / Inggrid,
Berarti sebelum kedatangan Yesus & peristiwa pentakosta, konsep trinitas belum ada dong? Jadi sebelum itu umat israel hanya mengenal Allah yang mana?
Shalom Yadi,
Terima kasih atas tanggapannya yang menyatakan bahwa sebelum peristiwa Pentekosta, Trinitas tidak ada. Kita perlu untuk membedakan antara sesuatu yang memang tidak ada, dengan sesuatu yang ada namun belum dinyatakan, sehingga belum terlihat manifestasinya sampai sesuatu itu memanifestasikan dirinya. Dan prinsip ini berlaku untuk Allah Putera dan Allah Roh Kudus, yang memang belum memanifestasikan Pribadi Mereka kepada manusia secara nyata. Hal ini tidaklah bertentangan dengan kodrat Trinitas yang memang abadi, tidak berawal dan tidak berakhir. Kita dapat melihat di dalam Perjanjian Lama beberapa ayat yang memberikan suatu gambaran tentang Trinitas. Di dalam Perjanjian Lama, kita sering melihat bahwa Tuhan berbicara dalam bentuk majemuk, seperti “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…” (Kej 1:26). Kita juga dapat melihat Kej 11:7 yang mengatakan “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.” Para Bapa Gereja menginterpretasikan ayat-ayat tersebut sebagai gambaran Trinitas, dimana Pribadi Pertama berkomunikasi dengan Pribadi ke-Dua dan Pribadi ke-Tiga. (lih. St. Irenaeus, Adv. Haer. IV 20, I)
Jadi umat Israel dalam Perjanjian Lama hanya mengenal Allah. Kalau dalam Perjanjian Lama mereka masih belum mengenal Allah dalam Tiga Pribadi (Trinitas), maka hal ini disebabkan rencana keselamatan Allah belum dinyatakan secara penuh. Kepenuhan rencana Allah terjadi ketika Yesus Kristus, yang adalah Allah menjelma menjadi manusia. Dan ini justru membuktikan bahwa Trinitas bukanlah suatu karangan manusia belaka, karena manusia tergantung dari Tuhan untuk mewahyukan Diri-Nya kepada manusia. Karena Tuhan menyatakan Diri-Nya dalam rupa Manusia – Yesus Kristus – dan Dia menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan dan menyatakan Diri-Nya sebagai Allah Putera, yang menyatakan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus, maka pengikut Kristus mempercayai Trinitas. Semoga keterangan ini dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom Stefanus
di kitab kejadian ALLAH berfirman :””Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26).
pertanyaan saya , mengapa disini digunakan kata “KITA” ? apakah ada arti sesuatu ? karena pada saat penciptaan yg lain tidak ada kata KITA . Mohom pemjelasannya .
terima kasih
Shalom Robert,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kitab Kejadian, dimana dikatakan “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, …” (Kej 1:26). Bentuk jamak, yaitu “Kita” adalah menggambarkan Trinitas, yaitu Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi. Beberapa Bapa Gereja menegaskan tentang hal ini, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa Perjanjian Lama memberikan gambaran (samar-samar) tentang adanya Trinitas, yang kemudian diajarkan secara jelas dalam Perjanjian Baru. Kejelasan ini ada karena Pribadi ke-dua dari Trinitas – yaitu Yesus – telah turun ke dunia.
Di ayat 26, dikatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran dari Allah, yang adalah Trintas. Gambaran Allah ini bukanlah tubuh, namun spiritual, yaitu manusia diberikan akal budi (intellect and will), sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk mengenal dan mengasihi penciptanya. Kalau definisi kasih adalah mengharapkan yang baik baik seseorang yang dikasihi, maka manusia hanya dapat menjadi gambaran dari Trinitas secara lengkap, kalau manusia dapat memberikan dirinya kepada sesama dan Tuhan. Di artikel “Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi” (silakan klik) dituliskan:
Seperti telah disebutkan di atas, kasih tidak mungkin berdiri sendiri, namun melibatkan dua belah pihak. Sebagai contoh, kasih suami istri, melibatkan kedua belah pihak, maka disebut sebagai “saling” mengasihi. Kalau Tuhan adalah kasih yang paling sempurna, maka tidak mungkin Tuhan tidak melibatkan pihak lain yang dapat menjadi saluran kasih-Nya dan juga dapat membalas kasih-Nya dengan derajat yang sama. Jadi Tuhan itu harus satu, namun bukan Tuhan betul- betul sendirian. Jika tidak demikian, maka Tuhan tidak mungkin dapat menyalurkan dan menerima kasih yang sejati.
Orang mungkin berargumentasi bahwa Tuhan bisa saja satu dan sendirian dan Dia dapat menyalurkan kasih-Nya dan menerima balasan kasih dari manusia. Namun, secara logis, hal ini tidaklah mungkin, karena Tuhan Sang Kasih Ilahi tidak mungkin tergantung pada manusia yang kasihnya tidak sempurna, dan kasih manusia tidak berarti jika dibandingkan dengan kasih Tuhan. Dengan demikian, sangatlah masuk di akal, jika Tuhan mempunyai “kehidupan batin,” di mana Dia dapat memberikan kasih sempurna dan juga menerima kembali kasih yang sempurna. Jadi, dalam kehidupan batin Allah inilah Yesus Kristus berada sebagai Allah Putera, yang dapat memberikan derajat kasih yang sama dengan Allah Bapa. Hubungan antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah hubungan kasih yang kekal, sempurna, dan tak terbatas. Kasih ini membuahkan Roh Kudus.[18] Dengan hubungan kasih yang sempurna tesebut kita mengenal Allah yang pada hakekatnya adalah KASIH. Kesempurnaan kasih Allah ini ditunjukkan dengan kerelaan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada Allah Bapa dan kepada kita. Yesus memberikan Diri-Nya sendiri demi keselamatan kita,[19] agar kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya oleh kuasa Roh-Nya yaitu Roh Kudus.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab pertanyaan anda dan semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
salam damai dalam kasih karunia Allah.
maaf pak stef dan bu ingrid. saat ini saya masih bingung mengenai kebenaran kitab suci Alkitab dan Alquran. terutama mengenai ketuhanan Yesus. Dalam iman katolik yang saya anut, dikatakan Jesus adalah Tuhan melalui Konsep Trinitas. Tetapi mungkin seperti yang bpk dan ibu tahu bahwasannya di Alquran disebutkan secara tegas sanggahan2 terhadap konsep tersebut. bagaimana bpk dan ibu menanggapi ayat-ayat Alquran berkenaan dengan pertanyaan saya tadi.
terima kasih.
salam
Shalom Valerianus,
Konsep Trinitas memang baru dapat dipahami, jika kita mau menempatkan apa diwahyukan oleh Tuhan di tempat yang utama, yang melebihi pengertian kita sebagai manusia. Sebagai orang katolik, kita memang menyakini bahwa Yesus adalah Tuhan, sebab memang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya, dan kemudian hal ini diperkuat oleh segala ajaran dan mukjizat-mukjizat-Nya, terutama kebangkitan-Nya dari kematian.
Silakan membaca dahulu artikel- artikel ini, yaitu:
1) Mengapa orang Kristen percaya bahwa Kristus adalah Tuhan?, silakan klik
2) Yesus Tuhan yang dinubuatkan oleh para nabi, silakan klik
3) Kristus Allah Immanuel yang menjelma menjadi manusia, silakan klik
4) Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah, silakan klik
Setelah anda membaca artikel-artikel tersebut, beserta tanya jawab yang ada di bawah artikel tersebut. Silakan anda bertanya lagi, jika masih ada pertanyaan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Dear all,
Mengulas tentang Trinitas ( Tritunggal) ini sangat menarik sekali.Kalau kita selidiki literatur, mungkin penjelasan tentang Trinitas sudah lebih tebal dari Alkitab itu sendiri.Saya sendiri pernah terlena sharing berjam-jam menulis dengan persiapan literatur dari sumber bermacam-macam pakar, dari jaman bahulu sampai jaman filsub abad modern.Akhirnya saya bertanya pada diri saya sendiri: Apa yang saya dapat kan dari sharing ini ? Apakah argumen saya menambah iman orang ? Atau apakah membuat orang tambah bingung ? Atau tidak jelas ?Tambah banyak pertanyaan di benak saya……
Dan akhirnya saya teringat akan firman Tuhan ,” bukan yang berkata Tuhan,Tuhan,yang akan masuk dalam kerajaan Surga, melainkan yang melakukan kehendak-Ku”.(Maaf kurang lebih begitu,maaf kalau kurang tepat,sy belum buka Alkitab sebelum menulis ini )….Apa yang saya dapatkan dari sepennggal firman Tuhan ini, ternyata dapat mengoreksi saya).Saya sudah menghabiskan waktu dengan tidak bijaksana (sorry menurut pendapat saya lho!).
Bukankah lebih baik waktu saya yang satu jam itu lebih baik saya pakai untuk menemui orang susah ( kesulitan, sedih,yg mempunyai masalah ) di pinggir jalan,tukang becak,atau disekitar saya ? Dengan menyapa mereka, mengucapkan kata2 penghiburan, atau melemparkan senyum untuk beberapa menit saya ?
Kita sedang membicarakan(berkata) tentang Tuhan atau sedang melaksanakana apa yang diperintahkan Tuhan ?
Maaf yaaaa. Ini hanya pendapat saya….hahaaaaa.
Salam,
J.Marsello Ginting
Shalom Marcello,
Terima kasih atas tanggapannya tentang Trinitas. Menurut saya, tidak ada yang sia-sia dalam usaha mencari kebenaran dan mencoba mengerti kebenaran secara lebih mendalam. Pada waktu kita mencoba mengerti secara benar apa itu Trinitas, serta mencoba mengungkapkannya, maka bukan saja berguna bagi orang lain, namun juga berguna bagi diri sendiri. Dan seharusnya pemahaman akan Trinitas membuat kita semakin menyadari akan hakekat Tuhan, yang adalah kasih, karena Roh Kudus adalah hasil dari pertukaran antara kasih Allah Bapa dan Allah Putera secara terus menerus dan abadi. Dan pengertian ini, maka kita yang diciptakan menurut gambaran Allah (yang berarti menurut gambaran Trinitas) dapat semakin memicu kita untuk meneladani kehidupan Trinitas.
Memang Tuhan mengatakan "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Mt 7:21). Ini adalah untuk menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17). Dan dalam kisah Maria dan Marta, Yesus mengatakan "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lk 10:41-42). Dari sini, kita harus juga melihat bahwa kontemplasi akan kebenaran justru membawa kita kepada Tuhan, yang pada akhirnya akan membuat kita dapat bertindak sesuai dengan apa yang kita percayai. Yang menjadi masalah adalah kalau tindakan kita tidak sesuai dengan apa yang kita percaya. Ini berarti, kita mempunyai pengertian yang salah, atau pengertian tersebut tidak benar-benar kita yakini.
Namun di satu sisi, kita juga membutuhkan orang-orang yang terjun ke lapangan dan menyalurkan kasih Kristus. Namun harus disadari, bahwa dasar dari kasih kepada sesama adalah kasih kepada Tuhan. Dan kasih kepada Tuhan hanyalah didapatkan dengan mempunyai kehidupan batin yang terus dipupuk dengan permenungan dan mengasihi kebenaran di dalam doa dan sakramen-sakramen. Tuhan juga bekerja sesuai talenta yang diberikan-Nya kepada masing-masing dari kita, yang pada akhirnya kita dituntut untuk membangun Tubuh Kristus, Gereja Katolik yang kita kasihi. Namun, semuanya berakar pada hubungan kita secara pribadi dengan Tuhan.
Mari kita bersama-sama membangun Tubuh Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Dear all,
saya pikir masalah trinitas tidak akan dapat dijelaskan secara tuntas.Bagaimana manusia yang terbatas dapat menjelaskan yang tidak terbatas.Saya sependapat, yang mengatakan trinitas hanya dapat diterima melalui melalui iman.Dalam arti orang beriman kepada Firman ( Sabda) Allah. Firman Tuhan menjadi sumber yang sangat menunjang keimanan tentang trinitas ini.
Salam,
http://www.marselloginting.com
Saya ingin memberikan pandangan logis saya tentang “Trinitas atau Allah Tritunggal” kepada forum diskusi ini dengan harapan, mudah2-an saudara seiman saya dapat lebih percaya pada dasar iman kita ini yang katanya digali oleh Paulus dan ditetapkan dalam Konsili Nicea setelah melalui perdebatan yang sengit….Saya sendiri berpendapat, bahwa bagaimanapun misterinya Allah Tritunggal seperti yang dikatakan oleh Santo Agustinus, sekurangnya ada dasar logika yang bisa membantu menerangkannya. Mungkin logika yang akan saya uraikan berikut ini adalah bantuan dari Santo Aloysius, Pelindung saya, yang memberikan jalan bagi saya untuk menerangkan pengertian Allah Tritunggal, karena saya setiap kali ditanya oleh teman2 saya Non Kristen (yaitu Islam) tentang hal tersebut dan teman2 saya (Muslim yang bijak) umumnya berhenti bertanya dan merenungkan pendapat saya ini………………………………..
Allah Tritunggal yang misteri itu dapat didekati melalui rahmatNya yang terbesar bagi kita, yaitu “Kehidupan” kita sendiri. Pertanyaannya, apakah kehidupan kita ini juga menyimpan misteri tritunggal? Kalau tidak, berarti kunci penghubung antara Pemberi Rahmat (Allah Tritunggal) dengan Rahmat terbesar itu sendiri (Kehidupan manusia) masih samar secara logika dan hanya iman saja yang dapat membantu menjelaskan melalui pengalaman batin yang subyektip. Bila ya, maka pintu terbuka juga bagi logika untuk menerangkan. Maklum, logika umumnya menuntut pengalaman obyektip, bukan?
Tetapi, sebelum kita sampai kepada “misteri kehidupan tritunggal” (untuk mengerti misteri Allah Tritunggal), kita perlu menengok sebentar ke “misteri kehidupan kita” dulu. Apa saja sih yang misteri misalnya?
Kamu2 tentunya pernah nonton TV acara hipnotis, bukan? Disitu ada permainan yang lucu, dimana seseorang di hipnotis, tidak lama kemudian diperintahkan me-nari2, ya dia me-nari2, disuruh menangis ya dia menangis, penonton tertawa ter-pingkel2, tapi setelah hipnotisnya dihilangkan dan dia ditanya tadi berbuat apa saja, dia bilang saya hanya merasa tertidur saja, penonton malah sakit perut ter-pingkel2, tau bahwa apa yang dialami orang tersebut dengan apa yang dialami penonton benar2 berbeda…………
Inilah suatu misteri kehidupan, dimana PENGALAMAN SUBYEKTIP seseorang yang terhipnotis dengan PENGALAMAN OBYEKTIP penonton yang melihat tingkah laku orang tersebut ternyata BERBEDA, bukan?
Kalau kita tanya “siapa yang benar”? Orang yang dihipnotiskah atau penonton?Jawabannya kita lihat nanti.
Tetapi yang jelas misteri kehidupan kita ditandai salah satunya oleh Pengalaman subyektip dan obyektip yang berbeda. Hal ini tidak terbantahkan, secara ilmiah sekalipun.
Misteri “kehidupan tritunggal kita” didunia sebenarnya berangkat dari pandangan 3 UNSUR KEHIDUPAN YANG MENYATU, yaitu LAHIR, PROSES (menjalankan) dan AKHIR kehidupan (kematian). Maksudnya, tidak ada orang yang hidup abadi, atau tidak ada orang yang hidup tanpa dilahirkan, atau tidak ada orang yang hidup saat benih awal kehidupannya mati dalam kandungan. Dengan kata lain: Lahir, Proses dan Akhir adalah 3 unsur rahmat kehidupan yang paling hakiki, dimana nilainya setara satu sama lain, dan salah satu unsurnya tidak akan pernah dapat ditiadakan dalam kehidupan itu sendiri.
Kalau kita kembali kepada pengalaman subyektip dan obyektip diatas, bagaimanakah kenyataan yang sebenarnya terjadi? Inilah misteri kehidupan kita didunia. Ia hadir misterius diantara kita se-hari2 melalui satu pertanyaan yang sederhana : PERNAHKAH KAMU MENGALAMI SAAT KAMU DILAHIRKAN?
Ternyata, tidak ada seorangpun dari dulu sampai sekarang didunia ini yang pernah mengalami saat ia dilahirkan. Demikian pula dengan kematian (tidur engga pernah bangun 2 lagi), tidak pernah ada seorangpun dari dulu hingga sekarang yang pernah mengalami kematian (jangankan kematian, tidur ngorok aja engga pernah mau ngaku karena ngga pernah mengalami ngorok, koq!).
Maka, secara subyektip, setiap orang hanya mengalami proses (menjalankan) kehidupan pribadinya masing2, dan karena itu pula setiap orang akan berkata” saya hanya tau dan sadar serta mengalami saya sedang hidup” Tetapi mengenai pengalaman pribadi tentang kelahiran dan kematian pribadi masing2 ? ya butalah! Pengalaman subyektip setiap orang tentang kehidupan pribadi masing2 sifatnya TUNGGAL, yaitu hanya terdiri dari 1 unsur kehidupan, yaitu Proses Kehidupannya itu sendiri. Tetapi bila seseorang ditanya apakah dia percaya dan yakin pernah dilahirkan walau tidak mengalami sendiri, jawabannya “So pasti !!” Mengapa so pasti? Ya, karena sempat mendapat informasi (atau pernah melihat sendiri apa yang terjadi pada diri orang lain) bahwa proses kehidupan terdiri dari 3 unsur, diawali dengan kelahiran, menjalankan kehidupan dan diakhiri dengan kematian !
Jadi, secara subyektip setiap orang terhadap dirinya sendiri mengalami kehidupan yang sifatnya 1 unsur (tunggal), sedangkan secara obyektip, ternyata kehidupan setiap orang (yaitu orang lain dan diri saya sendiri) terdiri dari 3 unsur (lahir, menjalankan dan mati).
Kembali kepada pertanyaan, sudut pandang berdasarkan pengalaman subyektipkah (kehidupan itu berunsur tunggal) atau obyektipkah (kehidupan berunsur 3) yang benar?
Kalau kita berpandangan Tritunggal, tentunya kita cenderung untuk tidak terjebak membenarkan hanya salah satu dari kedua pilihan tersebut diatas. Kata “TRITUNGGAL” itu sendiri menuntun kita untuk merangkum ke-dua2nya (pandangan subyektip dan obyektip) dalam suatu pengertian yang LEBIH BENAR, sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya dan apa adanya dalam kehidupan kita didunia ini.
Bila kita dapat menghayati logika dibalik misteri tritunggal kehidupan kita sendiri yang diuraikan diatas, mudah2-an kita dapat maju satu langkah kedepan untuk dapat menghayati misteri Allah Tritunggal, Si pemberi rahmat kehidupan bagi kita.
Kita harus berterima kasih kepada Paulus dan Konsili Nicea yang telah menuntun umat Kristen ke jalan yang benar melalui rangkuman Allah Tritunggal.
Berbahagialah kita orang2 Kristen yang dikaruniai 2 mata dan dapat melihat tidak saja dengan 1 mata tetapi dapat memanfaatkan benar2 melihat dengan 2 mata. GBU
Shallom utk saudara Stef,
Di sini saya mempunyai masalah dalam memperjelaskan konsep Trintis atau Tritunggal Mahakudus kepada orang yg ingin memasuki katolik. Mereka ingin meminta saya memberikan contoh bagaimana satu Allah tiga peribadi itu agar mereka dapat mengerti. Bolehkah saudara stef membantu saya?
Shalom Lucius,
Terima kasih atas pertanyaannya. Untuk menjawab pertanyaan ini, silakan membaca artikel di atas (silakan klik) dan juga tanya-jawab di artikel ini. Ada juga tambahan tanya jawab disini (silakan klik). Nanti kalau telah membaca dan masih ada yang mau ditanyakan, silakan untuk menanyakannya lagi.
Semoga artikel-artikel dan tanya jawab tersebut dapat membantu Lucius untuk meyakinkan teman Lucius.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan.
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Bu Ingrid,
Setelah membaca Analogi St. Augustinus tentang Trinitas yang diumpamakan bahwa Allah (mind), Anak (knowledge) dan Roh Kudus (will), saya mengumpamakan proses terjadinya MAKAN. Awalnya pikiran (mind) mau makan, lalu mau makan apa (pengetahuan tentang makanan) selanjutnya pelaksanaan kegiatan makan (will). JIka timbul pikiran mau makan tapi tidak tahu mau makan apa; maka tidak jadi makan. Atau terpikir mau makan dan tau tentang makanan tapi malas mau makan (will) juga nggak jadi makan. Supaya jadi makan maka ketiga unsur tadi harus terpenuhi dan tak terpisahkan. Atau kalau disimpulkan kira-2 begini :
Allah (Mind) : Keselamatan ( bagi semua orang)
Anak (Knowledge) : Pengetahuan tentang baik dan buruk
Roh Kudus (Will) : Tindakan/kehendak yang baik (kasih, doa)
Supaya terjadi adanya Keselamatan makan tiga unsur diatas harus terpenuhi. Dan itulah Tritunggal/Trinitas yang tak terpisahkan walaupun kelihatan berbeda tapi SATU.
Apakah pemahaman saya ini benar atau salah? Mohon petunjuk dan pencerahan.
Terima kasih. GBU
Shalom Simon,
Sebenarnya analogi apapun yang kita pakai untuk menjelaskan misteri Trinitas kelihatannya tidak sempurna, tetapi setidaknya bisa membantu kita untuk sedikit lebih memahami kesatuan Trinitas tersebut. Dengan contoh yang anda sebutkan, tentang makan, memang mirip dengan prinsip yang diajarkan oleh St. Agustinus, atau dapat juga dikatakan demikian: 1) untuk makan, seseorang perlu mempunyai memori (memory) tentang kegiatan makan tersebut, yaitu, mengambil sesuatu untuk dimasukkan ke mulut dan dikunyah lalu ditelan. 2) Selanjutnya, orang itu perlu mempunyai pengetahuan (knowledge) tentang makanan itu, apakah makanan tersebut dapat dimakan atau tidak. 3) Lalu untuk benar-benar makan, orang itu harus mempunyai keinginan (will) untuk makan. Nah, baru kalau ketiganya terpenuhi maka orang tersebut dapat makan, sedangkan kalau salah satu tidak ada, maka orang tidak dapat makan. Contoh ini memang tidak sempurna, sebab misalnya, ada orang yang tahu bahwa makanan tertentu bukan makanan yang baik untuk dimakan, namun karena satu dan lain hal ia tetap memakannya. Contoh: lihat saja acara TV Fear factor, yang menyajikan makanan yang sebenarnya bukan makanan. Maka dalam hal ini, contoh tersebut menjadi tidak pas. Juga kalau di analogi pikiran manusia, maka trilogi itu hanya semata-mata ‘aktivitas pikiran’, padahal dalam konteks Allah, Trinitas bukan semata-mata ‘aktivitas’ tetapi Pribadi Allah itu sendiri, karena Allah itu sempurna, namun juga sederhana, sehingga aktivitas, dan segala sifat-Nya merupakan hakekat dari Allah itu sendiri. Inilah yang menyebabkan dalam Alkitab dikatakan bahwa: “Allah itu Kasih, (1 Yoh 4:8), Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14:6).
Kalau hal ini dikaitkan dengan Keselamatan, maka hubungannya adalah: Allah Bapa (Mind) umumnya dikaitkan dengan rencana keselamatan itu sendiri, namun Yesus/ Allah Putera (Knowledge) adalah perkataan Firman/ pengetahuan Allah sesuai dengan rencana keselamatan itu; dan kemudian Allah Roh Kudus (Will/ Love) harus melaksanakan peran-Nya untuk mewujudkan rencana keselamatan tersebut dalam kasih. Kesemua tahap ini dilakukan oleh satu Allah, sama seperti analogi makan, maka yang makan adalah orang yang telah melalui proses ketiga proses pikiran tersebut.
Maka kita melihat hal ini secara implisit dijelaskan di dalam Injil Yohanes dan Lukas, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah…Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yoh 1:1,3). “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14); dan hal itu terjadi oleh kuasa Roh Kudus. Sebab pesan Allah melalui malaikat Gabriel kepada Bunda Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1:35).
Sekarang kembali kepada contoh yang anda sebutkan,
Allah Bapa (mind): Keselamatan, Allah Putera (Pengetahuan baik dan buruk), Allah Roh Kudus (Tindakan kasih, doa); maka perlu kita lihat di sini bahwa ketiga hal tersebut dilakukan oleh Allah yang satu. Allah yang merencanakan keselamatan manusia adalah Allah yang memberikan pengetahuan baik dan buruk kepada manusia, dan Allah yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan- perbuatan kasih. Atau, Allah Bapa yang merencanakan keselamatan, adalah Allah yang mengutus Kristus Putera-Nya, Sang Sabda Pengetahuan untuk menjelma menjadi manusia, oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Roh Kudus itu pulalah yang masih terus berkarya saat ini dan sampai akhir jaman, untuk menghadirkan Kristus kembali di tengah kita secara khusus dalam perayaan Ekaristi.
Dengan merenungkan kedalaman arti Trinitas ini, maka kita semakin menyadari bahwa kita ini sungguh kecil di hadapan Allah, yang kuasa dan kasih-Nya melampaui segala akal dan pikiran kita. Di akhir permenungan kita, akhirnya kita hanya dapat tertunduk dengan kagum dan penuh syukur bahwa Allah telah memilih kita untuk percaya kepada-Nya. Kita telah masuk dalam rencana keselamatan-Nya, dengan mengimani Kristus Putera Allah yang menjelma menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus, yang telah wafat dan bangkit dari mati untuk menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Dear Stef & Inggrid;
Setelah saya membaca artikel anda ttg Tritunggal Mahakudus,saya berpikir apakah ketiga pribadi itu sama besar atau yg satu lebih besar?.Kalau “perasaan” sepertinya Allah Bapa yg terbesar,lalu Allah Putra baru Allah Roh Kudus.
tetapi dalam Yoh.14:28 kata Yesus “Bapa lebih besar dari pada Aku”.Namun dari 1Kor.1:24 Yesus adalah kekuatan dan hikmat Allah.(kesannya Yesus lebih besar.) Dari KGK254:Ketiga pribadi ini berbeda secara riel satu sama lain,yaitu didalam hal hubungan asalnya……(jadi berbeda,tetapi asalnya bukan besarnya).
Mohon bantuan utk pencerahannya.Terima kasih ,Tuhan menyertai Katolisitas.
kusnadi
Shalom Kusnadi,
Memang Trinitas adalah misteri yang memang sulit untuk dimengerti. Pada saat seseorang mengatakan bahwa yang satu lebih besar daripada yang lain, maka seolah-olah ada bagian yang lebih kecil, dan seolah-olah ada banyak bagian sehingga kita dapat membedakan bahwa yang satu adalah lebih besar dari yang lain. Di dalam dunia material, hal ini memang benar, dimana kita dapat mengindentifikasikan bagian mana yang lebih besar dan bagian mana yang lebih kecil. Namun, kita tidak dapat menerapkannya kepada Allah, karena Allah adalah "pure spirit" dan St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa Allah adalah sederhana (simple), yang berarti tidak ada bagian, tidak ada perbedaan antara "accidental" dan "substantial". Kalau kita mengatakan bahwa seseorang mempunyai kebaikan, berarti ada sesuatu di dalam diri orang tersebut yang bersifat baik. Namun di dalam Allah kita tidak dapat membagi kebaikan, karena Allah sendiri adalah kebaikan atau keindahan, atau kebenaran. Kalau di dalam dunia materi sesuatu yang bersifat kompleks mungkin lebih baik, namun di dalam dunia rohani, maka sesuatu yang simple adalah lebih baik. Jadi, di dalam Allah tidak ada yang lebih besar dan yang lebih kecil, karena Allah adalah satu. Namun, Allah yang satu bukanlah Allah yang sendirian (KGK, 254). Mari kita melihat beberapa ayat yang terlihat bertentangan dengan konsep Tritunggal Maha Kudus:
1) Yoh.14:28 "…Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku". St. Augustinus menjawab hal ini dengan mengatakan bahwa Bapa lebih besar daripada "humanity of Jesus" atau kemanusiaan Yesus. Namun kita jangan sampai melupakan bahwa kemanusiaan Yesus tidak dapat terpisahkan dari "divinity of Jesus" atau keilahian Yesus, dimana kemanusiaan dan ke-Allahan Yesus bersatu dalam "Hypostatic Union". St. Hilarius mengatakan bahwa kita berfikir bahwa Bapa lebih besar daripada Anak karena Bapa memberi dan Anak menerima. Karena pemberi lebih besar daripada penerima, maka seolah-olah Bapa lebih besar daripada Anak. Namun pada saat persatuan antara pemberi dan penerima tidak terpisahkan, maka penerima tidaklah lebih kecil dari pemberi.
2) 1Kor.1:24 "…Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah". Kita jangan melupakan konteks dari ayat-ayat tersebut. Untuk itu silakan membaca secara lengkap 1 Kor 1:1-31. Rasul Paulus mengatakan bahwa Kristus yang tersalib adalah merupakan batu sandungan bagi orang-orang Yahudi, karena mereka mengharapkan bahwa Mesias adalah seorang raja yang akan menyelamatkan mereka dari penjajahan dan bukan orang yang lemah dan mati di kayu salib. Sedangkab bagi orang Yunani, Kristus yang tersalib adalah suatu kebodohan, karena mereka menghendaki hikmat. Namun rasul Paulus menegaskan bahwa bagi mereka yang dipanggil, baik Yahudi maupun Yunani, Kristus yang tersalib adalah kekuatan dan hikmat Allah. Kekuatan salib inilah yang memutuskan belenggu dosa manusia dan hikmat Allah yang telah diwartakan dalam Perjanjian Lama terlaksana dalam diri Kristus, yaitu dalam misteri Paska – sengsara Yesus, wafat-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan Yesus ke Surga. Namun kalau kita mau menghubungkan dengan misteri Trinitas, memang Yesus adalah hikmat (wisdom) dari Allah (lihat juga Kol 2:3). Wisdom atau hikmat merupakan operasi akal yang dimanifestasikan dalam kata (kata dalam konteks ilahi adalah Firman/ Sabda). Sebagai contoh, pada waktu kita mengetahui sesuatu, maka kita dapat mengekpresikannya dalam kata-kata. Di dalam Tuhan, hikmat ini begitu sempurna, sehingga menjadi kata atau "the Word", atau Firman, sehingga rasul Yohanes mengatakan "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" (Yoh 1:1).
3) KGK, 254 "Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah "seakan-akan sendirian" (Fides Damasi: DS 71). "Bapa", "Putera", "Roh Kudus", bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena,mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: "Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera"(Sin. Toledo XI 675: DS 530). Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah "Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan" (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal." Dari sini kita dapat melihat bahwa perbedaan di dalam PribadiTrinitas adalah dalam hubungan asalnya, karena dalam hal lainnya, ketiga Pribadi tersebut adalah satu. Di dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan, kita tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu lebih besar dari yang lain. Kalau St. Augustinus memberikan suatu analogi bahwa Bapa adalah pikiran (mind), Anak adalah pengetahuan (knowledge), dan Roh Kudus adalah will (kehendak), maka kita tidak dapat mengatakan bahwa pikiran lebih besar dari pengetahuan dan kehendak, atau pengetahuan lebih besar dari pikiran dan kehendak, atau kehendak lebih besar dari pikiran dan pengetahuan. Kalau di dalam manusia pikiran, pengetahuan, dan kehendak sulit terpisahkan, maka di dalam Trinitas, kesatuan ini menjadi tidak mungkin terpisahkan, karena apa yang dipikirkan, diketahui, dan diinginkan adalah satu. Penjabaran lebih lanjut tentang analogi Trinitas dengan trilogi pikiran, pengetahuan dan keinginan menurut St. Agustinus, dapat dilihat di sini (silakan klik).
Semoga keterangan singkat di atas dapat semakin memperjelas tentang konsep Trinitas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam kenal
Saya agak tergelitik untuk sedikit ikutan nimbrung di penjelasan tentang misteri Allah Trinitas khususnya di kitab kejadian yang bunyinya “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….”
Pernah saya ikut seminar “Apakah Adam dan Hawa adalah manusia pertama di muka bumi” – kalau tidak salah begitu kira2 judul seminarnya, yang membawakan Rm Paskalis Edwin Nyoman SVD
Inti dari seminar itu kurang lebih begini:
1 manusia pertama memang pasti ada tapi kita tidak akan pernah tahu siapa mereka.
Pengunaan nama “Adam” dan “Hawa” sebenarnya untuk merujuk kepada laki2 dan perempuan – yang mana perempuan itu diciptakan dari tualng rusul laki2 yang maksudnya perempuan dan laki2 adalah setara bukan satu di atas lainnya. Dan adalah suatu kesalahan besar kalau membayangkan sosok seorang pria dengan nama “adam” – seperti halnya saya yang bernama stefanus dan seorang wanita bernama “hawa” – seperti membayangkan seorang wanita ( *katakanlah ingrid sendiri) yang bernama “ingrid”
2. penulis 5 kitab pertama perjanjian lama bukanlah Musa semata…karena di
situ ada beberapa penulisan yang sama/berulang…sehingga diperkirakan ada lebih dari 1 orang yang menulisnya
Dan diperkirakan kitab2 itu ditulis ketika bangsa isarel berada pada masa pembuangan.
3. para penulis itu tidak lain adalah bapa para bangsa israel yang intinya mereka ingin meneguhkan hati umat israel yang ketika itu berada di pembuangan untuk tetap mengingat akan besarnya kasih Allah yang tak terhingga kepada mereka
4. penulisan kitab Kejadian…asal muasal terciptanya bumi dan manusia pertama tidak lain untuk memudahkan para bapa bangsa isarel untuk menggambarkan betapa besar kasih Allah buat mereka.
Para bapa bangsa israel itu mnggunakan bahasa dongeng tetapi bukan dongeng yang mereka ceritakan.
Ibaratnya begini :
Presiden Sukarno sebagai seorang tokoh…maka dalam penjelasan siapakah sukarno itu maka dia harus dijelaskan asal usulnya, siapa bapak / ibunya, kakek/neneknya dan mkg pula sampai grand kakek/neneknya….tetapi intinya tetap pada sukarno itu sendiri.
5. bangsa israel kuno tidak mengenal konsep Allah tritunggal, sehingga pengertian kata “Kita” pada kutipan “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….” tidak dapat dijadikan pegangan bukti Allah Tri Tunggal
Demikian pula mereka juga tidak mengenal gaya bahasa : kata ganti pertama jamak (* Kami) untuk memperhalus kata ganti pertama tunggal (*saya) – seperti yg sering kita dengar kl ada orang berpidato
Bangsa israel ketika itu hanya memahami Yahwe sebagai sosok “pembebas” – yg akan membebaskan mereka dari tanah pembuangan – tidak sampai pada pada penegrtian (tersirat) Allah Tri Tunggal
6. peristiwa penciptaan selama 6 hari itupun tidak bisa diartikan kronologis terjadinya kehidupan di muka bumi ini. Sekali lagi ini menggunakan bahasa kiasaan / dongeng tetapi bukan dongeng, Dan memang waktu dunia diciptakan tidak ada bukti catatan tertulis yang disampaikan turun temurun. Alkitab bukan sejarah science tetapi buku iman yang ujung2 nya berpangkal pada Tuhan Yesus sendiri.
Kurang lebih begitu intinya mungkin Ingrid/Stef bisa konfirmasi langsung dengan beliau. Point2 tersebut saya tulis sejauh yang saya ingat & pahami saat itu..sebenarnya masih pingin lebih jauh bertanya tapi sungkan juga :)
Beliau doktor alkitab dr gregoriana roma.
Berharap sekali kalau Stef/Ingrid bisa menjelaskannya kepada sy :) bahkan kl perlu mengkonfirmasi dengan beliau sendiri & kemudian dijadikan materi tersendiri di katolisitas.
Saya agak kurang jelas dengan penafsiran kata “Kita” di perikop tersebut…..dulu pernah beliau ungkapkan salah satu teori yang dirasa paling mengena untuk menjelaskan siapakah “Kita” itu ?
Oh satu hal lagi…..dalam kisah adam dan hawa ….. kl tidak salah ada pebedaan makna antara “Tuhan Allah” dan “Allah” – sekali lagi mkg hal ini bisa tolong dijelaskan :)
In Christ
stefanus
Shalom Stefanus,
Terima kasih atas masukannya. Berikut ini adalah tanggapan saya atas point-point yang disampaikan oleh Stefanus. Maaf ya saya tidak tidak bisa terlalu rinci menjawabnya karena terbatasnya waktu. Tetapi kalau ada yang tidak jelas, silakan bertanya lagi.
1) Adam dan Hawa bukan nama asli manusia pertama. Ya, saya setuju. Karena Adam sendiri artinya adalah "manusia laki-laki/ man" dan Hawa adalah "ibu dari yang hidup/ mother of the living". Dengan pengertian ini maka kita dapat berkata bahwa Kristus adalah Adam yang baru, dan Bunda Maria adalah Hawa yang baru. Oleh Adam pertama, manusia memperoleh dosa asal, oleh Adam kedua (Yesus), penghapusan dosa. Oleh ketidaktaatan Hawa pertama, manusia dihantar kepada dosa yang membawa maut; oleh ketaatan Hawa ke dua (Bunda Maria), manusia memperoleh Kristus Penyelamat yang membawa hidup.
2) Penulis 5 Kitab Musa, bukan Musa sendirian. Ya, setuju juga. Sebab penyelidikan para ahli Kitab Suci juga menunjukkan adanya kemungkinan kitab-kitab tersebut dituliskan juga oleh para pengikut Nabi Musa, namun tulisan diyakini sebagai bersumber dari pengajaran Nabi Musa. Beberapa teori mengatakan kelompok-kelompok yang mungkin menuliskan kitab Musa tersebut, misalnya kelompok yang disebut Yahwist, Elohimist, Deuteronomist dan Priestly (teori pada abad 18). Namun teori ini belum diterima secara definitif oleh Gereja Katolik.
3) Para penulis ke-5 kitab Musa tersebut adalah para bapa bangsa Israel, yang bertujuan untuk meneguhkan iman bangsa Israel. Ya, para penulis itu tetap mengambil sumber dari pengajaran Nabi Musa, dan memang ditujukan untuk menguatkan iman bangsa Israel.
4) Maksud penulisan Kitab Kejadian yaitu hal penciptaan memang bertujuan untuk menjelaskan kasih Allah, tetapi seungguhnya bukan terbatas hanya itu saja. Sebab, yang dijabarkan dalam kisah penciptaan itu begitu banyak, (ini dapat dilihat dalam penjabaran oleh St. Augustine dan St. Thomas Aquinas) antara lain: – Penciptaan dunia dan alam semesta dari ketiadaan, atau "creation out of nothing/ ex nihilo" – Allah menciptakan segala sesuatunya baik adanya. – Seluruh umat manusia berasal hanya dari sepasang manusia sebagai "first parents", yaitu manusia Adam dan Hawa. – Oleh kasih-Nya, Allah menciptakan manusia sesuai rupa-Nya, yaitu berupa mahluk rohani yang punya akal budi dan kehendak bebas. – Namun oleh kehendak bebas itu manusia pertama jatuh dalam dosa, maka seluruh keturunannya memperoleh dosa asal/ "original sin", dan manusia kehilangan rahmat pengudusan/ "sanctifying grace", dan "preternatural gifts", yaitu: immortality (kekekalan), immunity from suffering (tidak dapat menderita), integrity (integritas), submission of senses according to reason (dominasi akal sehat terhadap dorongan sensual). – Kerusakan manusia akibat dosa inilah yang diperbaiki oleh Kristus dalam Inkarnasi dan Penyelamatan (Incarnation and Redemption). Dosa Adam menyebabkan Allah memutuskan untuk mengirimkan Kristus Putera-Nya untuk menjelma menjadi manusia. – Jadi Creation – Original Sin dan Redemption adalah rangkaian yang saling berhubungan. Kasih Allah menciptakan manusia yang punya kehendak bebas, namun manusia jatuh dalam dosa, yang akhirnya harus ditebus oleh Allah sendiri di dalam Kristus.
5) Menurut Rm Paskalis, kata "Kita" tidak dapat dijadikan referensi untuk Allah Tritunggal karena itu hanya merupakan gaya bahasa seperti pada pidato, "saya" disebut sebagai "kami"; karena Israel hanya mengenal Yahwe sebagai Allah pembebas, namun tidak sampai pada Allah Tritunggal. Untuk hal ini memang ada beberapa prinsip yang perlu kita ketahui: – Memang bangsa Israel pada saat itu tidak mengenal konsep Allah Tritunggal (keluarga Allah); namun tak bisa dipungkiri, bahwa dalam kitab Kejadian tersebut juga telah disebutkan beberapa istilah yang kemudian lebih terungkap dalam Perjanjian Baru. Misal, dikatakannya "Roh Allah yang melayang-layang…. " (Kej 1:1) adalah Allah Roh Kudus pada PB, lalu ayat berikutnya penciptaan selalu didahului dengan kata, "Berfirmanlah Allah". – Maka untuk membaca Kitab Suci kita sebagai umat Katolik tidak boleh berpatokan pada Perjanjian Lama saja atau Perjanjian Baru saja. KGK 129 mengatakan kita harus membaca Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru, karena apa yang terselubung dalam Perjanjian Lama tersingkap di Perjanjian Baru. Maka kita melihat kaitan ayat ini dengan ayat pada Perjanjian Baru, yaitu kitab Yohanes, yang mengatakan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh 1:1-3). – Jadi ayat Kej 1:26 " Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita", di sini mengacu pada adanya semacam komunikasi di dalam Pribadi Allah itu, bahwa terdapat pluralitas dalam kesatuan Allah yang Manunggal itu. Pengertian ini bukan interpretasi saya sendiri, tetapi juga ada dikatakan dalam Kitab Douay- Rheims Holy Bible (terjemahan bahasa Inggris dari Vulgate)- with a Comprehensive Catholic Commentary, karangan/ dikumpulkan oleh Rev. Fr. George Leo Haydock, hal 14.
6) Penciptaan 6 hari itu tidak berarti bahwa terjadi dalam 6 hari seperti pengertian kita sekarang. Ya setuju. Sebab dalam Alkitab sendiri ditulis, bahwa, "… bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." (2 Pet 3: 8). Jadi Kitab Suci memang bukan merupakan buku science, tetapi prinsip utama tetap berlaku, bahwa penciptaan dilakukan oleh Tuhan secara bertahap, sampai Allah menciptakan manusia yang merupakan mahluk yang paling sempurna sebagai mahluk rasional yang berakal budi dan berkehendak bebas.
Jawaban tentang bagaimana kita memandang teori evolusi, sudah pernah dibahas, silakan dibaca di sini (silakan klik). Juga tentang kata Allah dan Tuhan (Yahwe, Elohim), sudah juga pernah ditulis di sini (silakan klik) dan ini (silakan klik).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Selama saya di SMAK Santo Paulus, saya selalu mendapat penjelasan dengan perumpamaan. Misalnya Kopi 3 in 1 itu tadi. Jika isinya gula, kopi, dan air, itu sama sekali tidak sama dengan tiga pribadi Tuhan, karena gula tidak sama dengan kopi, juga tidak sama dengan air. Bila konsep kopi terus menerus digunakan, maka orang akan menganggap Bapa, Roh, dan Yesus adalah pribadi yang berbeda kemudian menyatu membentuk pribadi yang baru.
Shalom Esther,
Memang, kami juga setuju dengan Esther, bahwa menjelaskan Allah Trinitas dengan analogi kopi susu (kopi, susu dan gula) itu tidak cukup jelas. Maka kami menuliskan di artikel di atas demikian,
Mungkin kita pernah mendengar orang yang menjelaskan konsep Allah Tritunggal dengan membandingkan-Nya dengan matahari: yang terdiri dari matahari itu sendiri, sinar, dan panas. Atau dengan sebuah segitiga, di mana Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus menempati masing-masing sudut, namun tetap dalam satu segitiga. Bahkan ada yang mencoba menjelaskan, bahwa Trinitas adalah seperti kopi, susu, dan gula, yang akhirnya menjadi susu kopi yang manis. Penjelasan yang menggunakan analogi ini memang ada benarnya, namun sebenarnya tidak cukup, sehingga sangat sulit diterima oleh orang-orang non-Kristen. Apalagi dengan perkataan, ‘pokoknya percaya saja’, ini juga tidak dapat memuaskan orang yang bertanya. Jadi jika ada orang yang bertanya, apa dasarnya kita percaya pada Allah Tritunggal, sebaiknya kita katakan, “karena Allah melalui Yesus menyatakan Diri-Nya sendiri demikian”, dan hal ini kita ketahui dari Kitab Suci.
Analogi matahari, segitiga, atau kopi susu itu memang sangat terbatas dalam menjelaskan Allah Tritunggal. Mungkin contoh yang lebih mendekati, walaupun tetap saja tidak dapat dikatakan sama, adalah trilogi pengetahuan, memori/ ingatan, dan keinginan dalam diri manusia. St. Agustinus mengambil contoh kesatuan antara ketiga hal tersebut untuk menjelaskan Allah Tritunggal, karena memang manusia diciptakan sesuai dengan gambaran Allah maka, untuk menjelaskan misteri Allah, maka kita dapat melihat kemiripan dalam diri manusia, ciptaan-Nya yang paling sempurna.
Dalam bukunya, On the Trinity (Book XV, ch. 3), St. Agustinus menjabarkan ringkasan tentang konsep Trinitas. Secara khusus ia memberi contoh beberapa trilogi untuk menggambarkan Trinitas, yaitu:
1) seorang pribadi yang mengasihi, pribadi yang dikasihi dan kasih itu sendiri.
2) trilogi pikiran manusia, yang terdiri dari pikiran (mind), pengetahuan (knowledge) yang olehnya pikiran mengetahui dirinya sendiri, dan kasih (love) yang olehnya pikiran dapat mengasihi dirinya dan pengetahuan akan dirinya.
3) ingatan (memory), pengertian (understanding) dan keinginan (will). Seperti pada saat kita mengamati sesuatu, maka terdapat tiga hal yang mempunyai satu esensi, yaitu gambaran benda itu dalam ingatan/ memori kita, bentuk yang ada di pikiran pada saat kita melihat benda itu dan keinginan kita untuk menghubungkan keduanya.
Khusus untuk point yang ketiga ini kita dapat melihat contoh lain sebagai berikut: jika kita mengingat sesuatu, misalnya menyanyikan lagu kesenangan, maka terdapat 3 hal yang terlibat, yaitu, kita mengingat lagu itu dan liriknya dalam memori/ ingatan kita, kita mengetahui atau memikirkan dahulu tentang lagu itu dan kita menginginkan untuk melakukan hal itu (mengingat, memikirkan-nya) karena kita menyukainya. Nah, ketiga hal ini berbeda satu sama lain, namun saling tergantung satu dengan yang lainnya, dan ada dalam kesatuan yang tak terpisahkan. Kita tidak bisa menyanyikan lagu itu, kalau kita tidak mengingatnya dalam memori; atau kalau kita tidak mengetahui lagu itu sama sekali, atau kalau kita tidak ingin mengingatnya, atau tidak ingin mengetahui dan menyanyikannya. Contoh- contoh di atas ini tentu tidak sempurna, dan tidak dapat menjelaskan dengan tuntas mengenai Trinitas, namun prinsip dasarnya saya rasa cukup membantu. Allah Bapa diumpamakan sebagai memori/ ingatan, Allah Putera sebagai pengetahuan, dan Allah Roh Kudus sebagai keinginan. Memang karena Allah tidak terbatas, maka analogi yang diambil dengan menggunakan contoh-contoh yang terbatas menjadi tidak sepenuhnya ‘pas’; walaupun tetap dapat memberikan gambaran kepada kita tentang prinsip dasar Trinitas tersebut.
Demikian yang dapat saya tambahkan untuk penjelasan Allah Trinitas.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
salam damai bu…saya mau bertanya sedikit
dalam katekismus dikatakan :
254 Ketiga Pribadi ilahi berbeda secara real satu dengan yang lain. Allah yang satu bukanlah “seakan-akan sendirian” (Fides Damasi: DS 71). “Bapa”, “Putera”, “Roh Kudus”, bukanlah hanya nama-nama yang menyatakan cara-cara berada berbeda dari hakikat ilahi, karena,mereka secara real berbeda satu dengan yang lain: “Bapa tidak sama dengan Putera, Putera tidak sama dengan Bapa, Roh Kudus tidak sama dengan Bapa dan Putera”(Sin. Toledo XI 675: DS 530). Masing-masing berbeda satu dengan yang lain oleh hubungan asalnya: Adalah “Bapa yang melahirkan, dan Putera yang dilahirkan dan Roh Kudus yang dihembuskan” (K. Lateran IV 1215: DS 804). Kesatuan ilahi bersifat tritunggal.
Klo saya memandang dari kesatuan ilahi….apakah salah klo saya memanggil Bapa utk menyebut Yesus, or menyebut Roh Kudus utk menyebut Bapa, or Bapa utk menyebut Roh Kudus ??
or salahkah, klo saya mengucapkan doa Bapa Kami dgn mengganti kata Bapa menjadi Yesus or Roh Kudus…??
terima kasih
Shalom Antonius,
Untuk menjawab pertanyaan anda, apakah salah kalau kita memanggil Bapa untuk menyebut Yesus, atau menyebut Roh Kudus untuk menyebut Bapa, atau Bapa untuk menyebut Roh Kudus? Atau mengucapkan doa Bapa Kami dgn mengganti kata Bapa menjadi Yesus atau Roh Kudus? Maka jawabnya adalah salah. Karena meskipun Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah Allah yang satu dalam kesatuan Tritunggal Maha Kudus, namun mereka adalah Tiga Pribadi yang tidak bisa dicampur adukkan satu sama lain. Memang ini merupakan suatu misteri, yaitu walaupun ada Tiga Pribadi namun Satu Allah.
Berikut ini adalah yang dikatakan oleh Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian, St. Ambrosius dan St, Agustinus:
1) Tertullian (160-220)
"Semua adalah Satu dengan kesatuan hakekat, dan dalam misteri… membagikan Kesatuan-Nya dalam Trinitas dengan urutan tiga Pribadi, Bapa, Putera dan Roh Kudus: namun bukan dalam tiga kondisi, tetapi dalam derajat; tidak di dalam tiga hakekat, tapi dalam bentuk, tidak dalam tiga kuasa, tapi dalam aspek. Namun Ketiganya dalam Satu kesatuan hakekat, dan dalam satu kondisi dan dalam satu kuasa, sebab Ia adalah satu Tuhan, yang mempunyai derajat, bentuk dan aspek yang berbeda, di bawah nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus." (diterjemahkan dari Against Praxeas, Chap.2, ML2, 156, ANF III, 598.
1) St. Ambrosius (337-397)
"Hakekat Trinitas adalah, … Esensi bersama pada suatu yang berbeda, sebuah Hakekat yang tidak dapat dipahami. Kita percaya bahwa perbedaan itu bukan pencampuran (confusion) antara Bapa, Putera dan Roh Kudus; tetapi perbedaan tanpa pemisahan; pembedaan tanpa keragaman (plurality) dan oleh karena itu, kita percaya akan Bapa, Putera dan Roh Kudus, di mana setiap dari Pribadi itu berasal dan berada dalam keabadian di dalam keilahian dan Misteri yang agung…." (diterjemahkan dari To Gratian, On the Christian Faith, Bk. 4. Ch. 8, ML 16, 634, NPNF X, 274)
2) St. Agustinus (354-430)
"…Mari kita percaya bahwa Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu Tuhan, Sang Pencipta dan Penyelenggara seluruh alam raya segala ciptaan; dan bahwa Allah Bapa bukan Allah Putera, dan Roh Kudus bukan Allah Bapa maupun Allah Putera, tetapi sebuah Trinitas dari Pribadi-pribadi yang secara timbal balik saling berhubungan dan satu kesatuan dari sebuah kesamaan derajat. Dan mari kita mencari agar kita memahami ini, berdoa mohon bantuan dari Tuhan sendiri, yang ingin kita pahami (diterjemahkan dari On the Trinity, Bk 9, Ch. I, ML 42, 961, NPNF III, 125).
Maka kita ketahui bahwa walaupun dalam kesatuan, kita tidak dapat mencampur adukkan satu Pribadi Allah dengan Pribadi yang lainnya. Dengan demikian doa "Bapa Kami" juga tidak bisa ditukar dengan perkataan "Yesus kami" atau "Roh Kudus kami". Pencampuran Pribadi Allah
Semoga uraian di atas dapat berguna.
Salam dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Shalom,
1. Hujung minggu lepas saya nonton kelayakan piala dunia zon Asia Jepun Vs Bahrin dan zon Amerika latin Argentina Vs Venezuala.Pertanyaan saya adalah berkenaan dengan “Tanda Salib”. Dalam pasukan Jepun ada seorang pemainnya yang bernama Julio seolah2 membuat tanda salib(saya katakan seolah2 kerana perbuatannya sangat pantas) dan coach Argentina sendiri Maradona juga membuat ‘Tanda Salib” jadi:
-kenapa kebiasaannya atlit2 elit yang Kristian suka membuat tanda Salib?
-selain Katolik adakah Kristian lain yang membuat ‘Tanda Salib?’Saya pernah tanya seorang Katekis berkenaan dengan ‘Tanda Salib’ ini adakah gereja Non Katolik juga buat? tapi dia tidak berminat hendak menjawap akhirnya saya pun malas hendak bertanya lagi.
Jadi besarlah harapan saya agar Katolisitas dapat menolong.
Sekian,terima kasih.
Shalom Semang,
Tradisi membuat tanda salib memang telah berakar sejak lama. Pada abad ke-2 memang tanda salib sudah umum dibuat di dahi, namun padaabad ke-4 tanda salib dibuat seperti yang kita kenal sekarang. Memang setelah jaman Reformasi, banyak gereja Protestan tidak melanjutkan tradisi membuat tanda salib ini, walaupun sebagian gereja tetap ada yang melakukannya, seperti, sebagian gereja Lutheran, gereja Anglikan, dan gereja-gereja Timur dan Orthodox. Untuk lebih lengkapnya informasi tentang Tanda Salib ini, silakan klik di link ini dan link ini.
Tanda salib bagi kita orang Katolik, adalah tanda peringatan akan kemenangan salib Kristus yang merupakan karya Tritunggal Mahakudus, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka kita harus membuatnya dengan sikap hormat dan syukur. Kita membuat tanda salib jika:
– memulai dan mengakhiri doa, baik doa pagi, malam, doa sebelum dan sesudah makan, dan doa pada kesempatan lainnya.
– melewati bangunan gereja Katolik, untuk menghormati keberadaan Tuhan Yesus dalam Tabernakel
– memasuki bangunan gereja
– di dalam menghadapi kesulitan dan bahaya (misal, pada saat menerima kabar buruk, pada saat kita mengalami percobaan, pada saat mendengar ambulance atau mobil pemadam kebakaran, dll)
– pada saat mengunjungi kuburan
– pada saat kita melihat salib Yesus/ Crucifix.
– pada saat-saat lain yaitu pada saat kita ingin mengusir ketakutan, kejahatan dan godaan jahat.
Maka mungkin yang dilakukan oleh para atlet itu adalah untuk mengusir rasa takut, sehingga mereka membuat tanda salib. Jika mereka melakukannya dengan iman, maka itu adalah sesuatu yang baik.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Shalom P. Stef & B.Ingrid,
Maaf ada satu pertanyaan yang agak ‘konyol’, namun pernah ada yang menanyakan kepada saya tentang kata Trinitas dimana diartikan sebagai Satu Allah dalam Tiga Pribadi. Apakah kata “Pribadi” ini sudah tepat? Apakah itu (Satu Allah dalam Tiga Pribadi) berarti sama dengan dalam ilmu psikologi bahwa ada orang yang berkepribadian ganda atau bahkan lebih. Jadi pribadi/jiwa seseorang itu bisa terbelah menjadi beberapa pribadi. Di suatu saat dia (A) bisa merasa sebagai orang lain (B), di saat yang lain lagi dia merasa menjadi orang yang lain lagi (C)?
Apakah karena keterbatasan bahasa manusia untuk menterjemahkan Trinitas itu (terutama kata “pribadi”) sehingga orang-orang non-Kristen sulit untuk menerima doktrin Trinitas ini dan tetap mengganggap bahwa itu adalah tiga Allah, bukan satu Allah?
Terima kasih
Shalom Chandra,
Tidak apa-apa bertanya yang kedengarannya ‘konyol’, sebab sesungguhnya malah hal itu dapat menghantar kita kepada pengertian yang lebih mendalam tentang misteri Allah Trinitas.
Dengan istilah bahwa Allah kita adalah Allah yang Satu namun terdiri dari tiga Pribadi tidak sama artinya dengan pengertian seperti pada manusia yang dikatakan ‘berkepribadian ganda’, atau yang punya kepribadian lebih dari satu, atau Multi Personality Disorder (MPD). Menurut definisi, MPD ini adalah kelainan psikiatris yang ditandai dengan pemilikan setidaknya satu ‘peralihan’ kepribadian yang mengatur tingkah laku/ perbuatan. Peralihan kepribadian ini terjadi secara spontan/ tak disengaja, dan berfungsi kurang lebih terlepas dari pribadi yang lainnya. Maka, pada orang normal yang punya satu kesadaran penuh yang dapat mengidentifikasikan diri, maka kelainan MPD tidak ada pada orang tersebut. Di sini kita ketahui bahwa MPD adalah suatu kelainan, dan bahkan manusia normal saja tidak punya gejala MPD, apalagi Tuhan yang Maha Sempurna yang jauh melebihi manusia normal. Maka Tuhan yang Maha Sempurna itu, tidak mungkin mempunyai MPD!
Namun, bagaimana menjelaskan Tiga Pribadi dalam Kesatuan Allah Tritunggal? Secara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa Tiga Pribadi yang ada dalam diri Allah merupakan kesatuan sempurna yang melakukan segala sesuatunya bersama-sama, dan mendukung segala perbuatan-Nya bersama-sama, dan tidak bertentangan satu sama lain.
Dikatakan bahwa saat sebelum penciptaan, gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang di atas permukaan air (Kej 1:2). Roh Allah di sini adalah Roh Kudus.
Lalu, peran Yesus sebagai Allah Putera dalam penciptaan dijabarkan dengan jelas oleh Rasul Yohanes berkata, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." (Yoh 1: 1-3). Ayat tersebut sesuai dengan naskah penciptaan dalam kitab Kejadian bab 1, yaitu bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan berfirman. Maka selalu dikatakan demikian, "Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang. Lalu terang itu jadi"… Demikian seterusnya, sampai Allah menciptakan manusia. Berfirmanlah Allah, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…." (Kej 1: 26)
Justru karena kemanunggalan keTiga Pribadi Allah ini maka kita mengatakan bahwa Tuhan itu satu dan bukan tiga. Hal ini memang merupakan misteri Allah yang melampaui pengetahuan kita sebagai manusia, dan kita mengetahuinya karena Allah menyatakan hal ini kepada kita.
2) Pada saat inkarnasi, yaitu pada saat Allah mengutus Yesus (Allah Putera) untuk mengambil rupa manusia, maka Ia melakukan hal itu dalam kuasa Roh Kudus. Pada saat Malaikat Gabriel mengunjungi Maria, ia berkata, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu, Anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah." Jadi walaupun yang diutus ke dunia hanya Allah Putera (Yesus), namun karya Yesus tersebut merupakan karya kesatuan Allah Tritunggal.
3) Maka kita melihat di sini dasar pengajaran Gereja Katolik tentang Trinitas:
KGK 258 Seluruh karya ilahi adalah karya bersama ketiga Pribadi ilahi. Sebagaimana Tritunggal mempunyai kodrat yang satu dan sama, demikian juga Ia hanya memiliki kegiatan yang satu dan sama . "Bapa, Putera, dan Roh Kudus bukanlah tiga pangkal ciptaan, melainkan satu pangkal" " (Konsili Firense 1442: DS 1331). Walaupun demikian, tiap Pribadi ilahi melaksanakan karya bersama itu sesuai dengan kekhususan Pribadi. Seturut Perjanjian Baru (Bdk. 1 Kor 8:6) Gereja mengakui: "Satu Allah dan Bapa, dari-Nya segala sesuatu, satu Tuhan Yesus Kristus, oleh-Nya segala sesuatu, dan satu Roh Kudus, di dalam-Nya segala sesuatu berada" (Konsili Konstantinopel II 553: DS 421). Terutama pengutusan-pengutusan ilahi, penjelmaan menjadi manusia dan pemberian Roh Kudus menyatakan kekhususan Pribadi-pribadi ilahi itu.
KGK 259 Sebagai karya yang serentak bersama dan pribadi, maka kegiatan ilahi menyatakan, baik kekhususan Pribadi-pribadi maupun kodrat-Nya yang satu. Karena itu, seluruh kehidupan Kristen berada dalam persekutuan dengan tiap Pribadi ilahi, tanpa memisah-misahkan mereka. Siapa yang memuja Bapa, melakukannya melalui Putera dalam Roh Kudus; siapa yang mengikuti Kristus, melakukannya karena Bapa menariknya (Bdk. Yoh 6:44) dan Roh menggerakkannya (Bdk. Rom 8:14).
4) Mungkin ada baiknya juga kita menyimak pengajaran dari St. Agustinus, dalam On the Trinity /Tentang Trinitas (bab 3 no. 5); yang melihat adanya kemiripan konsep antara Allah Trinitas dengan konsep trinitas dalam pikiran kita, yaitu kita mempunyai pikiran (mind/ memory), pengetahuan di dalam pikiran yang dihasilkan oleh pikiran (knowledge/understanding) dan keinginan untuk berbuat sesuatu/ untuk mengasihi, yang juga tersimpan di dalam pikiran dan dapat dilakukan sebagai hasil dari pikiran (will/ love); entah itu mengasihi pikiran itu sendiri dan pengetahuan yang ada di dalamnya, atau mengasihi hal yang lain. Ketiga hal itu, pikiran, pengetahuan dan keinginan yang ada dalam manusia normal sebenarnya satu saja, dan dilakukan secara harmonis dalam kesatuan. Misal, perbuatan kasih orang tua pada anak didasari atas kesadaran penuh bahwa ia adalah orang tua anak itu, dan bahwa ia sebagai orang tua tahu bahwa sudah menjadi tugasnya untuk melindungi dan mengasihi anak itu.
5) Maka di sini jelas terlihat perbedaan yang besar sekali antara MPD dengan konsep Allah Tritunggal. MPD adalah suatu kelainan sehingga tidak ada kesatuan antara pikiran dan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan. Sedangkan pada Allah Trinitas, Pikiran, Pengetahuan dan Keinginan bersumber pada Satu hakekatNya sebagai Allah; dan segala perbuatan-Nya adalah merupakan cerminan dari ketiga Pribadi yang berperan bersama-sama.
6) Untuk dapat menerima konsep Allah Tritunggal ini, memang kita harus memiliki sikap kerendahan hati untuk menerima bahwa Allah itu jauh lebih sempurna dari manusia, sehingga hakekat-Nya yang Satu dalam Tiga Pribadi ini tidak dapat semata-mata dicari analogi persisnya dalam pemikiran manusia. Walaupun demikian, pemikiran/ logika dapat membantu kita untuk menangkap konsep dasarnya. Jika kita berkeras untuk menjelaskan Allah melulu dengan logika manusia, maka kita terjebak dengan usaha untuk menyesuaikan Tuhan ke dalam pemikiran kita, dan bukannya kita dengan pemikiran kita berusaha untuk memahami kebesaran Tuhan, sesuai dengan apa yang diwahyukan-Nya kepada kita.
Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Chandra.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Salam kasih,
Kelemahan yang cukup mendasar dari penjelasan analogis mentari maupun daun shamrock adalah bahwa analogi ini seolah-olah menunjukkan Trinitas itu satu realitas dengan tiga unsur. Matahari terdiri dari cahaya, kehangatan, dan energi, tetapi energi sendiri bukan mentari, cahaya sendiri maupun kehangatan sendiri bukanlah energi. Dalam daun shamrock pun, sehelai itu hanyalah ‘sepertiga’ daun.
Nah, Allah Tritunggal tidak demikian. Memang Bapa dan Putera dan Roh Kudus itu satu kesatuan tetapi sekaligus Bapa adalah Allah, Putera adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah, masing-masing unik, kas, dan berbeda tetapi sekaligus masing-masing itu mempunyai kepenuhan Allah (bukan sepertiga keaallahan). Kita ingat dalam syahadat iman dikatakan Yesus Kristus Sungguh Allah Sungguh Manusia: keallahan Yesus Kristus itu pun penuh, bukan sepertiga saja.
Semoga ini semakin memperjelas dan bukan menambah kebingungan.
Berkah Dalem, Tuhan memberkati.
Pak Stefanus…
saya cukup terbantu dng penjelasan ini…
namun bagaimana caranya agar saya bisa menjelaskan secara sederhana kepada para katekumen yang baru saja mengenal kata Trinitas
thanks…
John Lewi
Shalom John Lewi,
Memang misteri Trinitas tidaklah mudah untuk diterangkan. Untuk menerangkan Trinitas kepada Katekumen harus dimulai dari pribadi Yesus. Karena katekumen belajar agama Katolik sekitar satu tahun, maka akan lebih mudah untuk menerangkannya, karena dapat diterangkan tahap demi tahap, seperti:
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.
Semoga jawaban tersebut dapat membantu, namun saya juga menyadari akan kompleksitas untuk menerangkan misteri Trinitas. Semakin orang mengenal dan mengasihi Kristus, maka misteri ini akan terbuka dengan lebih baik.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
salam damai kristus
sebagai orang katolik terus terang saya tidak setuju dengan gambar pada judul diatas yang menggambarkan tentang trinitas, disitu menggambarkan yesus, roh kudus yang berupa burung, dan yang satu lagi saya tidak tau tapi kemungkinan menggambarkan Allah, yesus sebagi manusia dan tuhan bisa saja digambar seperti diatas tapi saya mohon tuhan Allah jagan digambarkan karna belum ada yang melihat wujudnya kecuali tuhan yesus sendiri. trimakasih atas perhatianya mas stefanus
shalom.
Shalom Joni,
Terimakasih atas pesannya. Saya menghargai keberatan dari Joni yang tidak mau Tuhan Allah digambarkan. Mari kita melihat keberatan ini.
1. Pribadi Yesus dan wajah Yesus telah digambarkan dalam berbagai macam karya seni, yang kemungkinan besar bersumber pada kain kafan dari Turin. Dan pribadi ketiga dari Trinitas digambarkan sebagai burung merpati, atau juga berupa lidah-lidah api, seperti yang diceritakan di dalam Alkitab.
2. Sedangkan pribadi Allah Bapa, kita mendapatkannya dari kitab Daniel, dimana dikatakan "Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar" (Dan 7:9).
3. Jadi, penggambaran Trinitas adalah merupakan suatu seni sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan, dan pada saat yang bersamaan juga membantu di dalam proses penginjilan. Dengan gambar, maka akan lebih mudah untuk menerangkan misteri iman kepada anak-anak kecil dan juga kepada masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis.
Berikut ini adalah gambar-gambar Trinitas dari Albrect Durer (1511) El Greco (1577), Andrey Rublyov (1411), Jacon de Wit’s (1726).
4. Bahkan kalau kita ke Sistina Chapel di Vatikan, kita akan melihat gambar Allah Bapa memberikan kehidupan kepada Adam.
Demikianlah jawaban yang dapat saya sampaikan kepada Joni. Semoga dapat menjawab keberatan dari Joni. Mari kita bersama-sama mengasihi Trinitas, karena pada saat kita di surga, kita akan mengalami kehidupan Trinitas.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Shaloom P. Stef,
Trinitas memang suatu misteri yang sulit dijabarkan oleh manusia yang terbatas, tetapi memang harus dipahami dengan iman. Saya setuju dengan pernyataan P. Stef bahwa cara paling baik untuk menerangkan Trinitas, adalah mulai dengan pribadi Yesus. Kalau orang tersebut dapat menerima Yesus yang turun ke dunia untuk menebus dosa manusia, maka penjelasan Trinitas akan menjadi lebih mudah.
Namun, bagaimana caranya, yang paling sederhana tentunya, menerangkan Trinitas ini kepada anak kecil?
Terima kasih & GBU
Shalom Abin,
Terimakasih atas pertanyaannya yang bagus. Untuk menerangkan Trinitas kepada anak kecil, kita dapat melakukan dengan beberapa cara berikut ini:
Alkitab: Kita dapat jelaskan tentang siapa itu Tuhan, yang senantiasa ada dan tidak ada yang menciptakan.Kita juga dapat menjelaskan bahwa Yesus adalah Tuhan, seperti yang dikatakan di: Mat 1:23; Yoh 1:14; Yoh 10:30. Dan setelah Yesus naik ke Surga, Dia menginginkan kita semua untuk dapat menjalankan perintah-Nya. Untuk itulah Dia memberikan Allah Roh Kudus, seperti yang terjadi pada Pentakosta. Roh Kudus inilah yang memimpin kita semua, seperti kalau kita melakukan sesuatu yang salah, maka kita akan menyesal. Kalau kita melakukan sesuatu yang baik, maka kita akan bergembira.
Filosofi: Allah Bapa adalah sebuah ide, dan kemudian Allah Putera adalah "kata-kata" untuk mengatakan tentang ide tersebut, sedangkan Allah Roh Kudus adalah suatu tindakan untuk melaksanakan ide menjadi suatu kenyataan.
Atau Tuhan adalah Bapa, Yesus adalah Anak, dan Roh Kudus adalah kasih antara Anak dan Bapa.
Analogi: Kita dapat mengumpamakan Trinitas sebagai sebuah lilin, dimana apinya adalah Allah Bapa, yang menyebabkan cahaya (Yesus Kristus) dan juga menimbulkan panas (Roh Kudus).
Semoga jawaban singkat tersebut dapat membantu Abin.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Terima kasih P. Stef atas tanggapannya, hampir saja saya re-send he..hee.. bagaimana dengan ujian/testnya, sukses ya…
Ternyata sulit juga ya menerangkan Trinitas itu apalagi ke anak kecil. Seringkali saya kehabisan kata-kata sendiri pada saat menjelaskannya kepada anak kecil, tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya lagi. Apakah saya bisa menjelaskannya dengan analogi seperti ini: Misalkan, saya adalah seorang ayah bagi anak saya, namun saya adalah anak dari orangtua saya dan suami dari istri saya, namun saya adalah satu bukan tiga (tapi koq seperti menceriterakan “peran” saja ya?)
GBU,
Shalom Abin,
Puji Tuhan ujiannya dapat berlangsung dengan baik. Memang untuk menerangkan Trinitas tidaklah mudah. Abin juga dapat memakai perumpamaan seorang ayah. Kita perlu menyadari bahwa perumpamaan apapun akan sangat sulit untuk dapat menerangkan tentang Trinitas, kehidupan pribadi Tuhan sendiri. Masing-masing pribadi dari Trinitas hanya berbeda dalam “origin“. Allah Putera dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus dari Allah Bapa dan Allah Putera. Sedangkan tentang peran, ke-Tiga Pribadi melakukan segala sesuatu secara bersama-sama, seperti: penciptaan, pembebasan, pengudusan, dll. Namun kita sering memberikan peran kepada Allah Bapa sebagai Sang Pencipta, Allah Putera sebagai Sang Pembebas, dan Allah Roh Kudus sebagai yang menguduskan.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Shalom Pak Stef,
Saya baru saja baca situs “Saint Patrick’s Shamrock” yang menyinggung doktrin Trinitas. Disitu dikatakan kalau Santo Patrick hidup sekarang, dia tidak akan memakai Shamrock untuk menjelaskan misteri Trinitas. Karena dalam bukunya “The Unveiling of the Trinity” Tom Bosse sudah dapat menjelaskannya. Apa Pak Stef punya buku ini? Kalau punya, apa kapan-kapan bisa dibahas di http://www.katolisitas.org agar banyak umat Katolik dapat menyimaknya.
Terima kasih,
Yohanes K.
Shalom Yohanes K,
St. Patrick menggunakan Shamrock (daun yang membentuk tiga jari, satu ke atas, dan dua ke samping) sebagai suatu analogi. Menurut saya analogi apapun tidak akan dapat secara baik menerangkan misteri Trinitas.
Terimakasih juga atas informasinya tentang buku “The Unveiling of the Trinity”. Dari beberapa review yang ada, saya tidak terlalu menyarankan buku ini, walaupun saya belum pernah membacanya. Ada begitu banyak buku yang dapat menerangkan dengan lebih baik tentang misteri Trinitas, terutama adalah “Summa Theology” dari St. Thomas Aquinas.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Salam kasih,
Menjelaskan Trinitas dengan analogi ayah dengan tiga peran memang lazim dipakai oleh para katekis. Saya juga pernah diajari demikian. Namun, mohon hati-hati dengan penjelasan ini. Analogi ini menunjukkan satu pribadi dengan tiga peran berbeda. Ajaran yang menerangkan kalau Allah itu satu pribadi dengan tiga peran ini pernah dikatakan sebagai bidaah dalam Gereja, yaitu Modalisme.
Trinitas itu bukan satu pribadi, melainkan tiga pribadi yang sungguh berbeda. Bapa berbeda dengan Putra dan berbeda pula dengan Roh Kudus. Ketiganya itu khas dan unik, tetapi sekaligus ketiganya ini bersatu secara sempurna. Ada rumus yang perlu dipegang mengenai tiga pribadi Trinitaris itu: kesatuan dalam perbedaan-perbedaan dalam kesatuan.
Bapa berbeda dengan Putra dan Roh Kudus tetapi mereka mempunyai kesatuan yang sempurna. Ini adalah misteri Cinta Mahaagung. Kalau kita mencintai seseorang (tentu dengan cinta yang tidak sempurna saja bukan), kita pun mengalami kesatuan dengan yang kita cintai: kita merasakan kebahagiaan kalau dia bahagia, kita ikut sedih ketika dia bersedih, bahkan ketika kesedihan dan kebahagiaannya itu tak ada sangkut pautnya dengan hidup kita sekalipun. Di sisi lain, kita juga membiarkan orang yang kita cintai itu menjadi dirinya sendiri dan tidak memaksakan apa mau kita kepadanya, justru karena kita sangat mencintainya. Ada pengalaman cinta yang menunjukkan pihak yang saling mencintai itu mengalami kesatuan namun sekaligus memberi ruang luas bagi perbedaan. Nah, Bapa dan Putra dan Roh Kudus itu juga berbeda secara total sekaligus bersatu secara total karena cinta total yang sempurna itu. Karena cinta Bapa dan Putera dan Roh Kudus itu sempurna, maka sempurna pulalah kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus tetapi sekaligus sempurna pulalah perbedaanNya. Kesatuan tidak meleburkan perbedaan, namun sekaligus perbedaan tidak memisahkan kesatuan.
terimakasih,
Berkah Dalem, Tuhan memberkati!
Shalom Gamaliel,
Terima kasih atas masukannya yang sungguh berharga. Memang menjelaskan Trinitas dengan analogi selalu akan kurang dan tidak sempurna, dan bahkan kalau tidak hati-hati akan terjebak pada pengertian yang salah. Memandang Trinitas hanya dalam “peran” memang adalah ajaran sesat, seperti yang Gamaliel nyatakan, yaitu yang disebut “Sabellian Heresy (Modelism or monarchianism”.
Saya setuju sekali dengan keterangan kasih dalam Trinitas. Memang kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah sempurna secara absolut. Hasil dari pertukaran kasih yang sempurna ini adalah Roh Kudus.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Syaloom Abin,
Sebenarnya ada cara sederhana untuk menerangkan konsep Trinitas atau Tritunggal Mahakudus, yaitu menggunakan Daun Semanggi bercabang 3 Daun Shamrock). Bentuk daun itu mirip gambar cengkeh yang ada di kartu 41. Kepada petani Irlandia, Santo Patrick menunjukkan daun shamrock itu dan bertanya, “Ini tiga atau satu?” Jawab para petani: “Ya tiga, ya satu.” Itulah Trintias, kata Santo Patrick. Silahkan Anda mencari “St Patrick” dari Google. Mudah2-an anda menemukannya. Saya heran, banyak Romo masih berpegang pada pendapat St Agustinus yang bilang tidak mungkin memahami Trinitas, sementara St Patrick sudah menemukan cara sederhana k.l. 1500 tahun lalu (k.l. 100 tahun setelah St Agustinus).
Salam Damai Kristus,
Yohanes K.
Salam Damai dalam nama Tuhan Yesus Kristus!
Saya secara jujur mau mengatakan bahwa penjelasan Bapak tentang Allah Trinitas sungguh menarik dan sangat teologis. Namun, saya temukan dari penjelasan Bapak itu, orang Kristen itu percaya kepada monoteisme abstrak. Saya mengatakan ini karena saya melihat bahwa pemahaman tentang Allah yang esa itu memberikan kesan yang menunjukkan secara tidak tegas bahwa konsep Allah itu esa.Menurut saya, mungkin karena pemahaman konsep Allah Trinitas yang cukup sulit itu, menampakkan lebih banyak permainan kata, sehingga ajaran iman ini (Trinitas) tidak dipahami dengan baik oleh umat kebanyakan, saya sendiri pun mengalami hal yang sama. GBU.
Shalom Brogio,
Terimakasih atas pesannya. Namun kesimpulan tentang kepercayaan orang Kristen akan Allah yang satu adalah abstrak perlu diperjelas.
Kepercayaan akan Allah yang satu dapat dibuktikan dengan akal budi manusia, seperti yang telah ditulis di artikel: Membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Jadi keberadaan Tuhan dapat dibuktikan secara natural (akal budi manusia). Namun kalau ditanya, Tuhan yang satu, yang seperti apa yang kita percayai? Maka jawabannya juga akan abstrak, karena apapun yang kita pakai untuk menggambarkan keberadaan Tuhan dan sifat-sifatnya adalah sangat terbatas. Sebaik apapun logika dan analogi yang kita pakai akan senantiasa terbatas, karena kata-kata dan pikiran kita terbatas untuk menggambarkan Tuhan yang tak terbatas. Jadi yang kita lakukan adalah memakai sesuatu yang baik secara natural, dan kita terapkan kepada Tuhan secara tidak terbatas. Misalkan: kalau kita berkata bahwa Tuhan itu penuh kasih, maka secara tidak langsung kita mempunyai konsep tentang kasih, dan kemudian kita terapkan kepada Tuhan tentang konsep kasih tersebut secara tak terbatas dan sempurna.
Sedangkan Trinitas hanya dapat dimengerti berdasarkan Wahyu Ilahi. Tanpa Wahyu Ilahi, manusia tidak akan mengetahuinya hanya dengan pemikiran manusia, karena kita berbicara tentang kehidupan pribadi dari Tuhan (inner life of the Trinity), bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang tersisolasi, namun Tuhan yang mempunyai operasi intellect and will. Dan Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang personal, yang mempunyai pribadi, bukan sesuatu yang abstrak, seperti yang dipercayai oleh Pantheism.
Kembali ke point nomor 1, kasih Tuhan yang tadinya abstrak, menjadi nyata dengan kedatangan Yesus, Pribadi ke-2 dari Trinitas, yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang dikasihi-Nya. Dan ini membuktikan, kebijaksanaan, kekuatan, Kasih, belas kasihan Allah kepada manusia. Kasih yang tadinya abstrak menjadi nyata di dalam diri Yesus.
Sedangkan pribadi ke-3, Roh Kudus yang abstrak, secara nyata dinyatakan sebagai hasil pertukaran kasih antara Allah Bapa dan Yesus, yang memuncak di kayu salib, yang datang pada hari Pentekosta. Dan Roh Kudus inilah yang menjadi Roh dari Gereja, Roh yang memimpin setiap anggota Gereja untuk hidup kudus. Hasil dari pertukaran kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera menjadi nyata dalam Roh Kudus, yang dimanifestasikan dalam sakramen-sakramen dan juga dalam kehidupan orang-orang yang telah dibaptis.
Jadi memang disatu sisi hal ini menjadi abstrak, karena keterbatasan kata-kata kita. Namun Tuhan sendiri yang menyatakannya kepada kita, dan Tuhan membuatnya menjadi jelas, karena Dia mengirimkan Yesus untuk menebus dosa manusia, dan Roh Kudus yang menguduskan manusia, sehingga manusia dapat mencapai tujuan akhir, yaitu kebahagiaan abadi di Surga. Kita semua di dunia ini hanya dapat mengetahui dan mengalami Tuhan melalui selubung, namun pada saatnya nanti, kita akan dapat melihat Tuhan muka dengan muka di Surga. Semua penjelasan tentang Tuhan di dunia ini senantiasa tidak sempurna karena keterbatasan manusia.
Itulah yang dapat saya sampaikan. Semoga tidak membuatnya menjadi semakin abstrak, namun dapat membuatnya semakin jelas.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Shalom,
Penjelasan Bapak tentang Allah Trinitas sangat baik jika dilihat dari sudut pandang Firman Allah dan Ajaran Gereja. Akan tetapi, ketika harus menjelaskannya kepada umat agama non-Kristen, kita dapat menggunakan logika. Saya sendiri kadang-kadang menganalogikan Allah seperti mentari yang memberikan terang, kehangatan dan energi kepada manusia sesuai dengan Injil Yohanes yang mengatakan Yesus sebagai terang yang tidak dikuasai oleh kegelapan (Yohanes 1:4-5). Berdasarkan analogi ini, saya mengatakan bahwa Allah Trinitas telah memberikan karunia penciptaan, penebusan dan pendampingan melalui Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Tuhan memberkati.
Shalom Andryhart,
Terimakasih atas komentarnya. Dalam artikel Trinitas, Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi, saya ingin menekankan bahwa menggunakan logika saja – dalam hal ini menggunakan analogi – seperti matahari, segitiga, kopi susu, tidaklah cukup, karena kurang dapat menerangkan maksud Tritunggal Maha Kudus secara lebih dalam. Saya ingat suatu saat melihat suatu video, dan didalamnya orang tersebut berkata "Saya bertanya tentang Trinitas, namun orang tersebut menjawab dengan menggambarkan segitiga. Dalam hati saya berfikir kenapa hanya segitiga, khan segiempat juga bisa?" Nah, tanggapan seperti inilah yang kita tidak inginkan. Oleh sebab itu, penggunaan analogi tidak akan cukup untuk menerangkan Trinitas, walaupun penggunaan logika, filosofi, tulisan Bapa Gereja, Kitab Suci, dan semua keterangan yang lain juga tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan Trinitas, karena Tuhan di atas semua konsep dan kata-kata.
Namun minimal, orang yang tidak percaya tentang Trinitas, akan berfikir, bahwa kepercayaan ini adalah sesuatu yang sungguh berdasarkan wahyu Tuhan, dan sungguh suatu hal yang layak (fitting) bahwa Tuhan adalah satu dalam tiga Pribadi. Cara paling baik untuk menerangkan Trinitas, adalah mulai dengan pribadi Yesus. Kalau orang tersebut dapat menerima Yesus yang turun ke dunia untuk menebus dosa manusia, maka penjelasan Trinitas akan menjadi lebih mudah.
Semoga ini menjadi suatu tantangan bagi kita semua, agar kita dapat semakin menyatakan kebenaran dan menjadi saksi Kristus yang baik. Kita bersama-sama terus belajar dan mengasihi iman Katolik kita, sehingga kita dapat mengasihi Kristus dengan lebih baik lagi.
Salam kasih dari http://www,katolisitas.org
stef
Tuhan beserta kita,
langsung saja neh.
Apakah tidak ada penjelasan tentang Trinitas selain versi kristen ini?
Kadang saya berfikir mencari tahu apa ada penjelasan tentang trinitas ini dari versi lain.
Saya sadar sepenuhnya bahwa Trinitas ini hanya ada di dalam kristianitas dan di luar itu tidak ada paham semacam ini.
Penjelasan yang ada selalu didasarkan kepada Injil. Sementara di luar agama Kristen ada anggapan bahwa keberadaan injil (mat, mark, luk, dan yoh) telah di modifikasi oleh hirarki.
mohon pejelasannya.
terima kasih
Shalom Ragil,
Terimakasih atas pertanyaannya. Dalam tulisan Trinitas yang kami coba sampaikan adalah:
Trinitas adalah suatu misteri dari kehidupan interior Allah sendiri, yang kalau Tuhan tidak mewahyukannya kepada manusia, tidak mungkin manusia dapat mengetahuinya. Tidak mungkin manusia mencapai pengetahuan dan pengertian Trinitas hanya dari pemikiran atau akal budi manusia yang terbatas. Karena wahyu Ilahi yang paling jelas adalah dengan menggunakan Alkitab, maka penjelasan Trinitas yang lebih lengkap tidak akan mungkin tanpa menggunakan Alkitab.
Permasalahannya adalah bagaimana menjelaskan Trinitas kepada orang yang tidak percaya bahwa Alkitab adalah Sabda Tuhan? Saya mengusulkan, bagi orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan, mulailah dengan diskusi tentang keberadaaan Tuhan yang satu, yang dapat dibuktikan dengan akal budi semata, seperti yang pernah saya paparkan dalam artikel tentang kebenaran akan Tuhan (silakan klik). Kemudian bagi yang percaya akan satu Tuhan, namun tidak percaya akan Trinitas, mulailah berdiskusi tentang pribadi Allah yang ke-dua, yaitu Yesus Kristus, dimana kami mencoba membuat empat artikel berikut ini: Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia , Inkarnasi, Nubuat tentang Kristus, Yesus Kristus yang kita imani ada dalam sejarah manusia. Karena pribadi Allah yang ke dua ada di dalam sejarah manusia, maka kebenarannya dapat dibuktikan dengan fakta-fakta sejarah dan juga motive of credibility.
Dan bagi pihak yang mengatakan bahwa Kitab Suci telah dimodifikasi oleh pihak Gereja, silakan membaca empat artikel tersebut. Sungguh menjadi suatu pekerjaan yang sulit, bahkan dapat dikatakan mustahil untuk memodifikasi keseluruhan Kitab Suci, karena semuanya saling terkait, melengkapi, dan ditulis selama lebih dari 2,000 tahun. Dan begitu banyak martir mau mengorbankan hidupnya hanya untuk tulisan yang merupakan karangan belaka? Saya rasa argumen bahwa Kitab Suci hanya karangan belaka akan sulit dimengerti. Untuk lengkapnya, silakan membaca empat artikel tersebut di atas.
Pada saat seseorang telah menerima pribadi Allah yang pertama (Allah Bapa) dan pribadi Allah yang ke-dua (Allah Putera), maka akan lebih mudah menjelaskan pribadi Allah yang ke-tiga (Roh Kudus). Karena Roh Kudus adalah merupakan hasil dari pertukaran kasih yang sempurna dan kekal antara Allah Bapa dan Allah Putera. Dengan demikian, maka seseorang dapat menerima konsep Trinitas.
Dalam pembahasan tentang Trinitas di artikel ini, kami mencoba untuk mengadakan pendekatan filosofi untuk membantu menguak misteri iman, namun pendekatan apapun juga, akan selalu kurang untuk menggambarkan Trinitas. Orang dapat masuk ke misteri Trinitas lebih dalam, pada saat dia percaya akan Kristus.
Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat menjawab pertanyaan Ragil. Maaf, tidak ada jawaban yang mudah dalam menerangkan Trinitas. Hanya akan menjadi mudah bagi orang yang telah percaya akan Yesus Kristus sebagai Allah.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Selamat malam Bapak dan Ibu Tsy, saya telah dua bulan ini telusur di Katolisitas.org
Trima-kasih saya telah mendapat banyak tambahan pengetahuan tentang Iman saya.
Selama penjelajahan saya sebenarnya saya mencari topik tentang Matius 12 : 32…… menentang Anak Manusia masih diampuni, menetang Roh Kudus tidak di ampuni di dunia ini maupun di dunia akan datang…….
Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima-kasih.
Shalom Agustinus Lay,
Terima kasih atas dukungannya terhadap situs ini. Untuk mencari artikel, sebenarnya anda dapat menggunakan pencarian, dengan memasukkan kata kunci “dosa menghujat Roh Kudus”, sehingga anda akan mendapatkan hasil berikut ini (silakan klik). Kemudian anda dapat melihat artikle dan tanya jawab tersebut. Semoga dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Comments are closed.