Bertumbuh dan memperbaharui diri secara spiritual

Alergi kekudusan

Sadar atau tidak, kita ini hidup di zaman yang seolah anti terhadap kekudusan. Jangankan melakukannya, membicarakannya saja sudah dianggap aneh. Contohnya saja, mari kita bertanya kepada diri kita masing- masing, apakah umum bagi kita mendengar percakapan tentang kekudusan di rumah kita, saat kita berkumpul bersama- sama dengan keluarga?

Namun demikian, sesungguhnya banyak orang menginginkan kekudusan itu. Kami di katolisitas.org menerima cukup banyak pesan dan komentar dari para pembaca yang mengungkapkan kerinduan untuk mengenal lebih dalam pengajaran Gereja Katolik, dan untuk mencari kebenaran dan bertumbuh secara rohani. Kami menerima banyak pertanyaan tentang bagaimana caranya bertumbuh secara rohani. Walaupun pertanyaannya terdengar begitu sederhana, namun jawaban yang dibutuhkan sebenarnya cukup panjang. Kami yakin, kerinduan untuk bertumbuh dalam iman adalah kerinduan kita semua, yang sering terlintas di dalam pikiran kita. Namun, mungkin kita menjadi bingung untuk memulai dari mana. Ada juga pembaca yang melontarkan ide-ide yang nampak revolusioner untuk memperbaharui Gereja dan diri sendiri secara lebih dramatis, namun ada juga sebagian yang berfikir semuanya sudah cukup. Di dalam tulisan ini akan diulas, bagaimana sebenarnya pertumbuhan dan pembaharuan rohani yang harus kita usahakan dan lakukan; karena tanpa itu, kita dengan mudah terseret ke dalam arus dunia yang bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan kristiani.

Apakah pertumbuhan dan pembaharuan?

Pertumbuhan adalah suatu proses, yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai tujuan. Dalam kehidupan rohani, pertumbuhan adalah suatu proses untuk menjalani kehidupan rohani untuk mencapai tujuan, yaitu persekutuan dengan Allah. Karena persekutuan dengan Allah adalah kekudusan, maka pertumbuhan secara rohani senantiasa berkaitan dengan hidup kudus, bahkan kekudusan adalah tujuan dan buah dari pertumbuhan. Selanjutnya, pembaharuan juga mempunyai tujuan yang sama, yaitu kekudusan. Pembaharuan ataupun pertumbuhan bukanlah sesuatu yang berarti perombakan total sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses perubahan menuju sesuatu yang lebih baik. Oleh karena itu, sebenarnya pertumbuhan dan pembaharuan adalah sama saja, dan proses-nya itu sendiri merupakan perjuangan untuk hidup kudus. Dengan demikian, kita tidak dapat memisahkan pembaharuan dan pertumbuhan rohani dengan kekudusan.

Apakah kekudusan itu?

1. Kekudusan adalah ciri khas Tuhan

Kekudusan adalah salah satu dari sifat utama Tuhan yang menjadi ciri khas-Nya. Kekudusan adalah kasih Allah yang sempurna, sehingga kekudusan dan kasih adalah sesuatu yang tidak terpisahkan, sebab Tuhan adalah Kudus (Im 19:2, Lk 1: 49, 1Pet 1:15) dan Kasih (1Yoh 4: 10,16).

2. Kekudusan adalah kehendak Allah bagi semua orang

Kekudusan adalah kehendak Allah untuk kita semua (1Tes 4:3, Ef 1:4; 1Pet 1:16) walaupun kita mempunyai jalan dan status kehidupan yang berbeda-beda. Kita semua, dipanggil untuk hidup kudus dengan menerapkan kasih kepada Tuhan dan sesama (Mat 22:37-39; Mrk 12:30-31), sehingga kita mencapai kepenuhan hidup Kristiani. ((Lihat Lumen Gentium (LG) 40, juga LG 42, “Maka semua orang beriman kristiani diajak dan memang wajib mengejar kesucian dan kesempurnaan status hidup mereka.”))

Konsili Vatikan II, di dalam dokumennya tentang Gereja (Lumen Gentium) menyerukan panggilan kekudusan untuk semua orang yang berkehendak baik:

“…Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam tuhan Yesus, dan dalam babtis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12); dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus mebutuhkan belas kasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12). Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih…” (LG, 40)

3. Kekudusan adalah persekutuan dengan Tuhan dan sesama dalam kasih

Persatuan atau persekutuan dengan Tuhan adalah inti dari kekudusan, ((Lihat Joseph Cardinal Ratzinger, Called to Communion, (Ignatius Press, San Francisco, 1996), p.33, “The ultimate goal…is perfect unity- it is “unification” with the Son, which at the same time makes it possible to enter into the living unity of God Himself so that God might be all in all (1Cor 15:28).”)) sebab Tuhan Allah Tritunggal sendiri adalah contoh dari persekutuan kasih antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ia yang telah memanggil semua manusia kepada kekudusan, telah juga menanamkan kemampuan pada kita untuk mengasihi dan hidup di dalam persekutuan. ((Lihat Katekismus Gereja Katolik (KGK), 2331. “Allah itu cinta kasih. Dalam diri-Nya Ia menghayati misteri persekutuan cinta kasih antar pribadi (dalam hal ini Pribadi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus). Seraya menciptakan umat manusia menurut citra-Nya sendiri… Allah mengukirkan panggilan dalam kodrat manusia pria dan wanita, dan karena itu juga kemampuan serta tanggung jawab untuk hidup dalam cinta dan dalam persekutuan.”)) Maka kekudusan adalah persekutuan dengan Allah dan sesama dalam kasih, dan dengan mengasihi inilah kita dapat menjadikan hidup kita berarti dan bahagia, sebab sejak semula memang untuk Allah menciptakan kita agar kita beroleh kebahagiaan.

Jadi, manusia yang diciptakan menurut gambaran Allah, baik itu para religius maupun kaum awam, yang menikah ataupun lajang, tua ataupun muda, semua dipanggil kepada kesempurnaan kasih yang disebut kekudusan ini. ((Lihat LG 39, “Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih.”)). Kekudusan ini diperoleh melalui pemenuhan hukum yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama (lih. Mrk 12:30-31). ((Lihat LG 40, “Kamu harus sempurna, seperti Bapamu yang di sorga sempurna adanya” (Mat 5:48). Sebab kepada semua diutus-Nya Roh Kudus, … supaya mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap tenaga mereka (lih. Mrk 12:30), dan saling mencintai seperti Kristus telah mencintai mereka (lih. Yoh 13:34; 15:12). )) yang dicapai dengan mengikuti jejak Tuhan sesuai dengan karunia yang diberikan kepada tiap-tiap orang untuk memberi kemuliaan bagi Tuhan dan pelayanan kepada sesama. ((Lihat LG 40, “Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikurniakan oleh Kristus, supaya dengan mengikuti jejak-Nya dan menyerupai citra-Nya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama.”)) Mengapa? Sebab jika kita mengasihi Tuhan, kita didorong untuk mengasihi sesama, karena kita melihat Kristus di dalam sesama kita terutama yang lemah dan membutuhkan pertolongan (lih. Mat 25:40). Kasih kepada Tuhan dan sesama inilah yang menunjukkan bahwa kita adalah pengikut Kristus. ((Lihat LG 42, “Maka cinta kasih akan Allah maupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati.”)) Persekutuan yang erat dengan Tuhan juga mendorong kita menjadikan kehendak Tuhan sebagai kehendak kita sendiri, pikiran Tuhan sebagai pikiran kita sendiri. Dan karena Tuhan menghendaki segala sesuatu utuh dan sempurna, maka persekutuan dengan-Nya  juga membawa kita kepada persekutuan dengan sesama dan keutuhan diri sendiri.

4. Kekudusan itu dimulai dari hal- hal kecil dan sederhana

Dalam hal ini janganlah kita berpikir bahwa kekudusan adalah sesuatu yang terlalu tinggi yang tidak dapat diraih. Sebab, menurut Santa Teresia Kanak-kanak Yesus, kekudusan berawal dari hal-hal kecil dan sederhana yang dilakukan dengan motif kasih yang besar kepada Tuhan, karena “perbuatan kasih adalah jalan utama yang memimpin kita kepada Tuhan.” ((St. Therese of Lisieux, The Story of a Soul, The Autobiography of St. Therese of Lisieux, translated by John Clark, O.C.D., (ICS Publications, Washington DC., Third Edition 1996), p. 194)).  Contohnya, kita dapat bangun tidur lebih awal 10 menit untuk berdoa, kita dapat menyapa anggota keluarga, tetangga atau Pak Satpam dengan tersenyum, atau membantu membuang sampah pada tempatnya di rumah atau di tempat kerja. Singkatnya, dalam keseharian kita, kita menyadari akan kehadiran Tuhan, sehingga kita berusaha untuk menyenangkan hati-Nya dengan setiap perkataan dan perbuatan kita. Dimulai dari hal-hal kecil inilah, kemudian kita dibentuk oleh Kristus untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya, yaitu mengikuti kerendahan hati-Nya dengan memikul salib kita sehari-hari, supaya kita dapat turut serta dalam kemuliaan-Nya (1 Pet 4: 13, LG 41).

5. Kekudusan itu adalah rahmat yang kita peroleh dari Kristus contoh dan sumber kekudusan

Walaupun kita dapat berusaha untuk mengejar kekudusan, namun tidak berarti bahwa kekudusan itu dapat diperoleh dari kekuatan kita sendiri. Sebab kekudusan itu sesungguhnya adalah rahmat Tuhan. Tuhan telah memberikan teladan kesempurnaan kasih dengan memberikan diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus Putera-Nya kepada kita (1Yoh 4:10). Di dalam Kristus, Tuhan memberitahukan kepada kita kesempurnaan kasih-Nya, yaitu kekudusan. Maka terdorong oleh Roh Kudus, dan dikuatkan oleh rahmat Tuhan yang kita terima pada saat Pembaptisan, kita dipanggil oleh Tuhan untuk mengikuti teladan-Nya, dengan memberikan diri kita kepada orang lain.

Maka kita tidak dapat mengandalkan kemampuan kita sendiri untuk mencapai kekudusan; sebab kita baru bisa menjadi kudus, jika kita menerima rahmat Allah dan bekerjasama dengannya. Gereja memberikan rahmat pengudusan Allah itu melalui sakramen-sakramennya; ((lih. KGK 1123: Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda, Sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengandaikan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan tindakan. Maka juga disebut Sakramen iman” (Sacrosanctum Concilium 59).)) terutama sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat.

Kristus, Sumber segala kekudusan, memanggil kita untuk mengambil bagian di dalam misteri KeselamatanNya, yaitu salib dan kebangkitanNya (1Pet 4:13). Dengan mengambil bagian dalam misteri Paska Kristus ini, yang dihadirkan oleh GerejaNya terutama di dalam sakramen Ekaristi, ((Lihat KGK 1085, “Di dalam liturgi Gereja, Kristus menyatakan dan melaksanakan misteri Paska-Nya…” dan 1088, “Ia (Kristus) hadir dalam kurban misa baik dalam pribadi pelayan (imam yang mempersembahkan misa)… maupun terutama dalam rupa Ekaristi.”))  kita dikuduskan oleh Allah dan kasihNya menjadi sempurna di dalam kita. Di dalam Kristus inilah, kita dapat mentaati Bapa dan menyembahNya di dalam Roh dan kebenaran (lih. Yoh 4:23-24).

Mengapa harus bertumbuh?

Setiap orang mungkin pernah mencoba untuk berlari di atas mesin lari atau treadmill. Hidup kita di dunia ini adalah seperti treadmill, yang berjalan terus dan tidak berhenti. Sayangnya hidup di dunia ini cenderung berjalan berlawanan arah dengan nilai-nilai kekristenan. Inilah sebabnya Pasul Yohanes mengingatkan kita, “15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yoh 2:15-16). Untuk dapat bertahan di dalam hiruk pikuk dunia ini yang menawarkan berbagai kenikmatan daging, kesenangan mata dan keangkuhan hidup, kita perlu berlari melawan arus tersebut yang semakin kencang. Ini berarti di dalam kehidupan rohani, kita harus memperbaharui kehidupan rohani kita dan terus bertumbuh, sehingga kita mempunyai kekuatan untuk berlari tanpa henti sampai ke tempat tujuan, yaitu persatuan dengan Tuhan selamanya di Sorga (lih. 1 Kor 9:24). Oleh karena itu, untuk terus hidup sesuai dengan perintah Tuhan, pertumbuhan bukanlah suatu pilihan, namun suatu keharusan. Sebagaimana kita akan jatuh kalau kita diam pada mesin treadmill, demikianlah, kitapun akan jatuh kalau kita tidak bertumbuh secara rohani di tengah-tengah kehidupan ini – yang berlawan dengan nilai-nilai kekristenan. Jika ini terjadi maka akibat sungguh fatal: yaitu kehilangan keselamatan kekal. Betapa seriusnya keharusan kita untuk terus bertumbuh dan tak boleh berhenti.

G.K. Chesterton mengungkapkannya dengan begitu indah dan sederhana, “A dead thing can go with the stream, but only a living thing can go against it.” ((G.K. Chesterton, Everlasting Man, 1925)) Orang yang bertumbuh dan memperbaharui diri menandakan bahwa dirinya adalah seseorang yang hidup, yang mampu untuk melawan arus dunia. Orang yang senantiasa berjalan sejalan dengan arus ini adalah orang-orang yang pada dasarnya mati.  Sebagai orang yang hidup, apalagi hidup di dalam Kristus – kita harus terus bertumbuh dan memperbaharui diri untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus walaupun untuk itu kita harus berjuang melawan arus.

Tujuan dari pembaharuan dan pertumbuhan

Pembaharuan adalah pertumbuhan dalam kekudusan dan merupakan karunia dari Allah. ((Douglas G. Bushman, S.T.L., In His Image: Faith enrichment for adult catholics, A program of renewal through education, An overview (San Francisco: Ignatius Press, 1989), 2)) Pembaharuan maupun pertumbuhan secara rohani adalah suatu proses untuk mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan dengan Allah. Kalau persatuan dengan Allah hanya dapat dicapai dengan kekudusan (lih. Mt 5:48), maka pembaharuan dan pertumbuhan dalam kehidupan kita juga hanya dicapai dengan hidup kudus.

Dan inilah sebenarnya yang menjadi dasar dari semua inisiatif Allah di dalam Perjanjian Lama yang terpenuhi dalam Perjanjian Baru. Nabi Yeremiah mengatakan

31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. 33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Yer 31:31-34).

Semua janji Tuhan ini terpenuhi karena Tuhan Yesus menjadikan Diri-Nya Korban Perjanjian Baru. yang menggenapi janji Tuhan dalam Perjanjian Lama. Melalui pengorbanan Kristuslah, manusia memperoleh pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus sebagai sumber kekudusan. Roh Kudus inilah yang memperbaharui hati manusia menjadi baru (lih. Mzm 51:10). Oleh sebab itu, Tuhan sendirilah yang menjadi sumber dari pembaharuan maupun pertumbuhan. Tuhan memberikan kepada kita hati yang rindu untuk bersekutu dengan-Nya dan pada saat yang sama, Tuhan juga memberikan jalan dan caranya, yaitu di dalam Yesus Kristus. ((Ibid, 3))

Cara untuk bertumbuh

Setelah kita melihat bahwa pertumbuhan dan pembaharuan rohani adalah suatu karunia dari Allah, maka untuk bertumbuh, kita harus bergantung pada rahmat Allah dan segala sesuatu yang membuat rahmat Allah dapat mengalir di dalam kehidupan kita. Hal-hal yang membuat kita dapat bertumbuh secara rohani adalah: 1) Kitab Suci, 2) doa, 3) sakramen-sakramen, 4) Gereja, 5) belajar. Mari sekarang kita melihat satu-persatu tentang kelima hal ini.

1. Kitab Suci

Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri yang dinyatakan dalam bahasa manusia. Di dalamnya, kita mengetahui rencana keselamatan Allah, kasih Allah, keadilan Allah, hubungan antara manusia dan Allah dan bagaimana untuk hidup sesuai dengan rencana Allah. Begitu pentingnya membaca Kitab Suci dalam kehidupan  rohani kita, sehingga St. Jerome/ Hieronimus mengatakan, “For ignorance of Scripture is ignorance of Christ“- terjemahannya: “Sebab pengabaian terhadap Kitab Suci adalah pengabaian terhadap Kristus”. ((St. Jerome, Commentary on Isaiah, Prol. PL 24,17)).

Oleh karena itu, Gereja telah menentukan dibacakannya secara garis besar keseluruhan Kitab Suci kepada umatnya dalam penanggalan liturgi yang berlaku dari tahun ke tahun. Gereja Katolik mempunyai kalendar liturgi yang terdiri dari tahun A, B, C untuk bacaan Mingguan; dan juga tahun I dan II, untuk bacaan harian. Kalau kita setia mengikuti bacaan Misa hari Minggu dan bacaan harian, maka dalam tiga tahun, kita seharusnya telah membaca hampir seluruh isi Kitab Suci secara garis besar. Begitu inginnya Gereja untuk mendukung umatnya untuk membaca Kitab Suci secara teratur, sampai Gereja memberikan indulgensi kepada orang yang membaca dan merenungkan Sabda Tuhan selama setengah jam setiap hari.

2. Doa

Doa adalah nafas dari kehidupan rohani kita. Sama seperti kita tidak dapat hidup tanpa nafas, maka tanpa doa, kita tidak mungkin dapat bertumbuh. Doa seharusnya menjadi suatu cara untuk hidup kudus. Namun, lebih dari sekedar cara, doa sesungguhnya adalah suatu tujuan, karena di dalam doa kita mengambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Kalau Sorga adalah persatuan abadi dengan Tuhan, maka doa adalah suatu pandangan ke Sorga. Tidaklah heran, kalau St. Teresia Kanak-kanak Yesus mengatakan, “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan” ((Lih. KGK, 2558-2559)).

3. Sakramen-sakramen

Memang ada berbagai cara untuk menerima rahmat Tuhan, namun sakramen adalah cara yang diberikan oleh Kristus lewat Gereja-Nya, agar rahmat Tuhan mengalir kepada umat-Nya. Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa sakramen-sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia/ misteri Kristus -yang tak kelihatan- yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh Kudus ((KGK, 774)), sehingga misteri Kristus dapat dihadirkan kembali saat ini dan memberikan buah- buahnya.  Betapa nyatanya ‘rahasia’ ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja, terutama di dalam Ekaristi Sungguh disayangkan kalau umat Katolik yang ingin bertumbuh mencoba dengan berbagai cara – termasuk mungkin pergi ke gereja-gereja non-Katolik – namun, melupakan apa yang sebenarnya telah diberikan oleh Kristus sendiri, yaitu sakramen, yang merupakan saluran rahmat Allah.

4. Gereja

Kalau ketujuh sakramen yang kita kenal mengungkapkan misteri Kristus dan memberikan rahmat sesuai dengan karakter dan tujuan dari sakramen tersebut, maka Gereja adalah misteri terbesar dari Kristus sendiri, sehingga Gereja menjadi sakramen keselamatan, yang menjadi tanda rahmat Allah dan sarana yang mempersatukan Allah dan manusia. ((Lih KGK 775, Lumen Gentium 1)) Kita sebagai umat Katolik sudah seharusnya bersyukur bahwa kita dipersatukan oleh Tuhan di dalam Gereja-Nya, yang mempunyai empat tanda: satu, kudus, katolik dan apostolik. Di dalam persekutuan Gereja inilah kita bersama-sama bertumbuh untuk memperoleh keselamatan. Bahkan St. Jerome (Hieronimus), St. Thomas Aquinas, St. Petrus Kanisius, St. Robert Bellarminus mengatakan bahwa Gereja adalah seperti perahu Nabi Nuh, di mana di dalamnya, orang mendapatkan keselamatan. Di dalam perahu keselamatan inilah seharusnya kita semua yang termasuk di dalamnya mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Pada waktu kita lemah, kita dapat menimba kekuatan dari komunitas- komunitas gerejawi, namun sebaliknya kita dapat memberi bantuan kepada yang lemah (lih Gal 6:2).

Gereja yang menjadi pilar dan dasar kebenaran (lih 1 Tim 3:15), merupakan tempat bagi kita untuk bertumbuh dalam kebenaran dan kasih. Kepenuhan kebenaran di dalam Gereja yang dinyatakan lewat doktrin dan dogma, membebaskan kita, karena kebenaran memerdekakan kita (lih. Yoh 8:32). Doktrin dan dogma seharusnya bukan dipandang sebagai suatu hal yang membatasi kebebasan kita, namun seharusnya menjadi pegangan bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan. Kita juga harus bersyukur atas anugerah para gembala kawanan umat Allah yaitu Paus, para uskup, para imam, sebab Roh Kudus bekerja melalui mereka. Melalui merekalah, maka persatuan umat Allah dapat terjaga dan konsistensi doktrin dan dogma dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi dengan murni.

5. Belajar

Hal lain yang harus dilakukan untuk bertumbuh adalah belajar. Sama seperti seseorang yang ingin menjadi seorang arsitek, yang harus belajar begitu banyak hal, seperti matematika, mekanika teknik, menggambar, dan lain lain. Kalau di dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang ingin mengetahui sesuatu harus belajar dan mencari, demikian juga dengan kehidupan rohani kita. Kita dapat belajar begitu banyak dari kakak kelas kita – yaitu para kudus, dari diktat/catatan kuliah – yaitu doktrin dan dogma, dari kuliah kerja nyata – yaitu hidup kudus, dari Yesus, Maria, dan seluruh jajaran para kudus.

Apakah buah-buah dari pertumbuhan dan pembaharuan?

Karena pertumbuhan dan pembaharuan tak terpisahkan dengan kekudusan, maka buah-buah dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah buah-buah kekudusan. Dan buah-buah ini bukan hanya terlihat di Gereja, namun juga di dalam kehidupan sehari-hari, karena kekudusan berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan. Berikut ini adalah buah-buah dari kekudusan yang ide besarnya disarikan dari buku In His Image. ((ibid, 3-4))

1. Kesadaran yang lebih tinggi akan kehadiran Tuhan

Karena kekudusan adalah persatuan yang sempurna dengan Tuhan, maka buah dari pembaharuan adalah bertumbuhnya kesadaran akan siapa Tuhan, kasih-Nya, kehadiran-Nya, kebijaksanaan-Nya, dan kebenaran-Nya. Dengan kesadaran inilah, seseorang dapat melihat kehadiran dan karya Tuhan dalam berbagai kesempatan, seperti: dalam berbagai ciptaan Tuhan, dalam pekerjaan sehari-hari, dalam diri teman-teman dan keluarga, dalam diri orang-orang yang miskin, juga dalam pencobaan dan penderitaan.

2. Kepekaan yang lebih tinggi akan panggilan hidup dan identitas diri

Karena kekudusan adalah berbagi kehidupan dengan Tuhan, maka seorang yang bertumbuh dalam kekudusan akan berjuang untuk menerapkan prinsip ajaran Tuhan dalam kehidupan-Nya. Ia akan menempatkan apa yang diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupannya di atas kepentingan atau keinginan pribadi. Dengan mengenal Tuhan lebih dalam, maka seseorang dapat mengenal diri sendiri lebih dalam lagi, yang pada akhirnya seseorang mempunyai kepekaan akan panggilan hidupnya. Dan panggilan hidupnya sebagai seorang Kristen adalah berpartisipasi dalam tiga misi Kristus, yang terdiri dari nabi, imam dan raja. ((lih. KGK 784-786))

a) Identitas sebagai Nabi: mengasihi kebenaran

Seseorang yang bertumbuh di dalam kekudusan akan semakin terpanggil untuk mencari/ mempelajari kebenaran Kristus, berjuang untuk melaksanakannya dan akhirnya juga mengambil bagian dalam tugas perutusan Kristus untuk mewartakan kebenaran tersebut. Ia akan mengasihi kebenaran di atas kepentingannya sendiri. Kebenaran yang dinyatakan dalam doktrin dan dogma Gereja menjadi panduan hidupnya, kebenaran Sabda Allah menjadi pelita dalam hidupnya, dan keinginan untuk meniru kehidupan para kudus mewarnai kehidupannya. Ia akan menjadi begitu antusias dalam mewartakan iman.

b) Identitas sebagai imam: mengasihi Tuhan dan sesama

Persatuan yang begitu erat dengan Kristus membuat seseorang menyadari bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya demi kasih-Nya kepada Bapa dan manusia. Setiap murid Kristus juga dipanggil untuk meniru jejak Kristus, yaitu untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan; dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Tuhan. Kehidupan seorang murid Kristus diwarnai dengan cara pandang dari Allah. Dia tidak terlalu kuatir tentang apa yang dikatakan oleh teman-teman, namun lebih kuatir tentang apa yang dikatakan oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, St. Yohanes, St. Paulus, St. Petrus, dan terutama adalah Bunda Maria dan Tuhan Yesus.

c) Identitas sebagai raja: melayani sesama

Karena salah satu misi Kristus adalah untuk memperbaharui muka bumi, maka setiap murid Kristus juga dipanggil untuk melakukan karya ini, yaitu dengan melayani sesama- terutama yang menderita, miskin, dan yang membutuhkan pertolongan. Salah satu tanda dari kedewasaan kasih adalah memberikan talenta untuk membangun Gereja dari dalam dan dengan demikian melayani sesamanya di dalam kehidupan sebagai sesama murid Kristus.

3. Pertobatan

Salah satu buah yang menonjol dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah pertobatan. Semakin seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan, maka ia akan menyadari akan kelemahan, kekurangan dan dosa-dosa yang dilakukannya. Ia akan menyadari dosa-dosanya sendiri, namun pada saat yang sama menyadari akan kebesaran dan kerahiman Tuhan yang mengampuninya; dan hal ini membuatnya menjadi rendah hati. Seseorang akan mengalami pertobatan yang terus menerus jika ia senantiasa menempatkan Tuhan dan kebenaran-Nya di atas kepentingan dan pendapat pribadi.

4. Kehidupan sakramental

Persatuan yang begitu erat dengan Allah, menyadarkan seseorang yang telah diperbaharui bahwa dia membutuhkan rahmat Allah untuk menjalankan kehidupan ini sesuai dengan perintah-perintah Allah. Karena Kristus sendiri yang memberikan sakramen-sakramen kepada umat-Nya dan menjamin rahmat-Nya mengalir, maka orang yang diperbaharui akan menyadari bahwa sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat merupakan sarana baginya untuk memperoleh rahmat kekuatan dan pertumbuhan rohani. St. Thomas Aquinas memberikan argument of fittingness tentang ketujuh sakramen:

“Ada tujuh sakramen dari hukum yang baru…. Lima yang pertama diberikan untuk kesempurnaan kehidupan batin rohani dari seseorang; dua yang terakhir diberikan untuk mengatur dan menumbuhkan Gereja secara keseluruhan. Dengan Sakramen Baptisan, kita lahir lagi secara rohani dan dengan Sakramen Penguatan kita bertumbuh di dalam rahmat dan dikuatkan dalam iman. Dengan dilahirkan kembali dan dikuatkan, kita dipelihara dengan makanan Ilahi dari Sakramen Ekaristi. Jika karena dosa, kita menjadi sakit di dalam jiwa, kita disembuhkan secara rohani dengan Sakramen Tobat; kita juga disembuhkan di dalam roh dan tubuh sejauh itu baik untuk jiwa dengan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Melalui Sakramen Imamat, Gereja diatur dan menerima pertumbuhan secara rohani; melalui Sakramen Perkawinan, dia [Gereja] menerima pertumbuhan badani.” ((DS 1311; D 695; Christian Faith 1306. Text Magisterium ini dapat dikaitkan dengan pembahasan St. Thomas “On the Articles of Faith and the Sacraments of the Church.” Lihat juga ST, III, q. 65, a. 1.))

5. Keinginan untuk kekudusan dan doa

Seseorang yang diperbaharui dan bertumbuh secara rohani akan menyadari dan mempunyai kepekaan akan kasih Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi motivasi untuk membalas kasih-Nya dengan kembali mengasihi Allah dan menjalankan semua perintah-Nya (lih. Yoh 14:15). Dan hubungan kasih ini terbina, terpupuk dan menjadi suatu dialog di dalam doa. Oleh karena itu, doa bukan lagi menjadi suatu rutinitas, namun menjadi suatu kebutuhan. Doa ini juga yang menjadi kekuatan untuk bertumbuh dalam kekudusan.

6. Menyadari perlunya belajar

Seseorang yang telah diperbaharui dan terus bertumbuh dalam mengasihi Kristus. Semakin seseorang mengasihi, semakin dia ingin tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan Yang dikasihi, yaitu Kristus. Sebab seseorang tidak dapat mengasihi apa yang tidak dikenalnya, namun sebaliknya setelah mengenalnya, maka dengan kasih ia akan semakin ingin mengenal yang dikasihinya dengan lebih lagi. Orang tersebut akan mempelajari Kitab Suci dengan sungguh-sungguh. Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik adalah buku yang perlu dibaca untuk mengerti rencana Allah secara keseluruhan.

7. Perspektif kehidupan yang berbeda

Seseorang yang telah diperbaharui akan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda. Kehidupan yang hiruk pikuk tidak membuatnya kehilangan fokus akan tujuan paling akhir dalam kehidupannya, yaitu persatuan dengan Tuhan di Surga. Dia telah mendefinisikan kebahagiaannya dengan mereferensikannya kepada Tuhan. Dengan demikian, orang yang telah diperbaharui tidak gentar dalam menghadapi kesulitan hidup, karena percaya akan belas kasih Tuhan dan mengerti bahwa kesulitan yang dialaminya bersifat sementara. Dia mengerti bahwa semua yang ada di dunia ini – harta, kekayaan, kehormatan, kekuasaan – hanyalah bersifat sementara, dan dia menaruh pengharapan yang besar akan kesempurnaan untuk selamanya di dalam Kerajaan Allah (lih. 1 Kor 13:12). Ia akan menyadari bahwa segala yang ada padanya sesungguhnya adalah pemberian Tuhan dan harus digunakan kembali untuk memuliakan nama-Nya.

8. Kepekaan akan komunitas

Kesadaran untuk mengasihi Tuhan dan sesama sebagai esensi dari kekudusan, membuat seseorang menjadi peka bahwa perjalanan yang harus dijalani di dunia menuju ke Sorga bukanlah perjalanan ‘sendirian’ atau hanya antara aku dengan Yesus, namun bersama-sama juga dengan saudara-saudari seiman. Kesadaran akan talenta dan keterbatasan diri mendorong seseorang untuk melibatkan diri dalam komunitas, sehingga dapat saling berbagi dan menguatkan. Di dalam persatuan iman dalam komunitas inilah, seseorang dapat terus bertumbuh, karena mempunyai nilai-nilai yang sama, iman yang sama, kebenaran yang sama, Gereja yang sama, dan Yesus yang sama.

Undangan untuk bersama-sama bertumbuh dan diperbaharui

Setelah kita mengetahui pengertian pertumbuhan atau pembaharuan, alasan, tujuan, cara, dan pernyataanya, maka yang harus kita lakukan adalah untuk berusaha terus bertumbuh secara rohani. Kemunduran kehidupan rohani akan membahayakan keselamatan kita karena dapat membuat kita terseret dalam arus dunia ini, yang berlawanan dengan nilai-nilai kekristenan. Tidak ada cara lain untuk bertumbuh secara rohani kecuali dengan terus berjuang setiap hari. Mari kita mengingat apa yang dikatakan oleh rasul Paulus “…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil 3:13-14).

Maka mari, janganlah takut untuk bertumbuh; dan jangan takut untuk hidup kudus. Sebab jika surga-lah tujuan kita, maka kita tidak mempunyai jalan lain untuk menuju ke sana, selain berjuang untuk hidup lebih kudus hari lepas hari, tentu dengan bantuan rahmat Tuhan.

5 3 votes
Article Rating
24 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
John
John
11 years ago

Shalom katolisitas
Tuhan b’serta anda smua

Saya m’punyai 1 kmusykilan. Rakan2 sya yg non-kristen sering m’bandingkan alkitab dgn kitab suci mereka. Mereka m’klaim bhwa kitab suci mereka lengkap dngan sgala ajaran tntang tata-cara kehidupan – spt makan, tidur, ke tandas, b’jalan, b’riadah & sbagainya. Malah agama mereka adalah ‘the way of life’…

Dengan rendah hati sya ingin b’tanya, adakah alkitab jg m’punyai fungsi spt ini? & adakah ajaran katolik bleh dkategori’n “the way of life”, scara fizikal, dlam m’lalui hidup2 shari2..? Adakah pnerangan ttang p’soalan ini djelas’n dlam alkitab?

Mohon ptunjuk. Thanx in advance…

God bless

Gabriel
Gabriel
11 years ago

Shalom Ingrid L, Mohon pencerahan talk Transfomasi dalam Kristus.

Ingrid Listiati
Reply to  Gabriel
11 years ago

Shalom Gabriel, Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini: Hidup yang diubahkan Kristus melalui Ekaristi, silakan klik. Bagi umat Katolik, transformasi dalam Kristus diperoleh pertama-tama melalui sakramen Ekaristi, di mana kita menerima Kristus sendiri. Kita menyambut Ekaristi, karena memang itulah cara yang dikehendaki Kristus agar kita mengenang-Nya dan agar kita dapat bersatu dengan-Nya, dan diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Dan ‘diubah untuk menjadi serupa dengan Kristus’ inilah yang sering juga disebut ‘transformasi dalam Kristus’. Jika Kristus hidup di dalam kita maka kita akan mempunyai pikiran dan kehendak yang sejalan dengan pikiran dan kehendak Kristus; dan kita akan terdorong untuk… Read more »

Thomas Soeharto 7 Maret 1950
Thomas Soeharto 7 Maret 1950
12 years ago

Salam damai dalam Kristus, saya pendatang baru ,sejak 2 bulan yang lalu saya menemukan “Katolisita.org” ini dan masih menemukan dan menyadari betapa kaya, lengkap, tegas dan autentiknya iman Katolik kita ini, sehingga untuk menjalankan hidup dengan ke “universal” an Katolik itu sudah ada dan updated dari jaman ke jaman. Walau saya seorang Katolik dari bayi,dan dari keluarga Katolik yang kental, baru sekarang saya sadar bahwa saya terjebak oleh penghayatan “universal” yang “salah”, lebih tepat “prulal”,setelah saya banyak membaca-baca rubrik2 di Katolisitas ini.Selama hidup-dewasa ini saya menganggap bahwa hidup sebagai orang Katolik adalah : – Jalankan “10 Perintah Allah” dengan baik… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Thomas Soeharto 7 Maret 1950
12 years ago

Shalom Bp. Thomas Soeharto, Terima kasih atas sharing Anda. Adalah baik jika Tuhan mendorong kita untuk semakin mengasihi Dia dan Gereja-Nya. Itu adalah perjuangan kita semua sampai saat kita dipanggil pulang ke rumah Tuhan. Mengenai Summa Theologica, dapat dibaca online -dalam bahasa Inggris- di sini, silakan klik. Di link itu ada lengkap semua teks Summa Theologica yang ditulis St. Thomas Aquinas, terdiri dari bagian pertama/Prima, Prima Secundae, Secunda secundae, Tertia, dan tambahan/ Supplementum Tertia. Silakan klik di bagian-bagian itu, lalu nanti masuk ke link berikutnya yang memuat pembagian bab-bab tersebut dengan sub-sub bab, lalu jika diklik di sub judul/ bab… Read more »

Lucius @ Lacius Dalius
Lucius @ Lacius Dalius
13 years ago

Apakah erti dan kenapa umat katolik harus membina iman tanpa henti? Bagaimana pula cara untuk membina iman itu tanpa henti? Minta penjelasan. Terima kasih

Machmud
Machmud
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear pengasuh katolisitas Ada lima hal yang mendasar untuk bertumbuh dalam tabiat Kristus (sebab orang yang lahir baru sudah mempunyai benih tabiat baru seperti Kristus). Saya ingin membagikannya bagi semua pembaca katolisitas. PERUBAHAN TABIAT ORANG BERIMAN Kolose 3 : 9 – 10 = Jangan seorang bercakap bohong kepada yang lain, sedang kamu sudah menanggalkan perangai yang lama itu dengan segala kelakuannya dan bertabiatkan perangai yang baharu, yang lagi dibaharui sehingga datang kepada makrifat menurut teladan Allah yang menjadikan dia Ada beberapa banyak orang beriman yang hanya mengalami perubahan tabiat pada permulaan pertobatannya lalu sesudah itu tidak ada… Read more »

Herman Jay
Herman Jay
Reply to  Machmud
14 years ago

Dear Bung Machmud, Thanks anda sharing pengetahuan dan pengalaman hidup. Anda sudah menjalankan semangat oikumene dengan baik. Kami doakan anda senantiasa diberkati dan dilindungi Bapa di Surga dalam pergumulanmu mencari kebenaran ilahi dengan hati yang jujur. Perkenankan kami berpendapat sebagai berikut: kita perlu mempelajari sejarah gereja secara objektif. Kita mengetahui banyak kesalahan yang dilakukan oleh oknum yang mengaku diri sebagai pengikut Kristus. Namun, kesalahan oknum tidak dapat dijadikan alasan memisahkan diri dari gereja yang satu kudus,katolik dan apostolik. Kita tidak mengalami situasi abad ke 16, tetapi kita merasakan dampak dari perpecahan gereja katolik. Bukan maunya kita terpecah atau saling memisahkan… Read more »

johanes
johanes
14 years ago

Dear Machmud…. Dari pernyataan anda, anda bukan seorang Katolik, setelah anda menyimak dan membaca semua artikel di web ini, tidak kah anda melihat betapa kaya nya iman Katolik ini….semua pengajaran tersusun dengan rapih dan dapat langsung ditelusuri urutannya sampai gereja perdana….Semuanya alkitabiah….Tidakkah roh anda terketuk untuk bersatu kembali dengan kesatuan seluruh kepenuhan kebenaran dalam jemaat yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri yaitu GerejaNya yang bercirikan satu,kudus,katolik dan apostolik sesuai dengan pengakuan iman rasuli? Semua pertanyaan kita pun terjawab dengan baik dan benar oleh sdr Stef dan Inggrid (thanks God for these chosen diciples…). Ini baru jawaban dari awam Katolik saja… Read more »

Machmud
Machmud
Reply to  johanes
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Johanes Terima kasih atas perhatian Yohanes kepada saya, tapi mohon maaf saya tidak bisa menuruti ajakan anda yang begitu mulia untuk menjadi seorang Katolik. Tuhan Yesus memanggil saya tidak di dalam Gereja Katolik, dan saya harus setia pada panggilan Tuhan. Saya tahu dan mengerti bahwa gereja Katolik begitu indah memberikan pengajaran bagi umatnya, tapi sayang saya bukan terpanggil didalam gereja Katolik. Jika saya tidak setia pada yang memanggil saya, bukankah itu berarti saya mendukakan hatiNya, kalau didalam perkara yang kecil saja saya sudah tidak bisa setia bagaimana Dia akan mempercayakan pada saya perkara yang besar ?… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Machmud
14 years ago

Shalom Machmud dan Yohanes, Machmud, kami juga meyakini bahwa panggilan menjadi anggota Gereja Katolik datang dari Tuhan Yesus sendiri, jadi bukan dari sesama umat Katolik. Sebagai umat Katolik kami hanya menyampaikan kebenaran yang kami yakini ada di dalam Gereja Katolik dan selanjutnya, memang tergantung dari yang mendengarkannya, dan kami tidak memaksa, sebab Tuhan Yesus juga tidak memaksa. Jadi jika anda tidak merasa terpanggil, tidak apa- apa, tidak perlu memohon maaf kepada kami. Mari kita memohon kepada Tuhan Yesus agar Roh Kudus-Nya membimbing kita kepada seluruh Kebenaran seperti yang dijanjikan-Nya. Yohanes, saya memahami maksud baik anda, dan memang demikianlah juga yang… Read more »

johanes
johanes
Reply to  Machmud
14 years ago

Dear Machmud,

Berbicara tentang kesetiaan sebenarnya ini adalah suatu cambuk buat kalangan Protestan. Kalau kita bisa mengembalikan waktu, mestinya kita akan bertanya kepada Martin Luther dan kawan2 …Apakah arti kesetiaan dan lebih dalam lagi…”ketaatan”?

[dari katolisitas: mereka akan memberikan argumentasi bahwa Martin Luther setia terhadap Alkitab dan taat terhadap Firman Allah]

asih
asih
14 years ago

sy ingin menykn.apa yg hrs sy lakukan untuk membantu pertumbuhan iman utk orang lain?terima kasih

Ingrid Listiati
Reply to  asih
14 years ago

Shalom Asih, Pertanyaan anda sederhana, tetapi jawabannya tidak sederhana. Sebab yang pertama-tama, jika kita ingin membantu pertumbuhan iman orang lain, kita sendiri harus bertumbuh juga. Prinsipnya, jika kita ingin membagikan sesuatu, kita sendiri harus terlebih dahulu mempunyai ‘sesuatu’ itu, sebab kita tidak bisa membagikan sesuatu yang kita sendiri tidak punya. 1. Maka prinsip yang pertama adalah: anda (dan saya juga) harus bertumbuh dalam iman Katolik. Artinya, seperti yang telah dijabarkan dalam artikel di atas, kita sendiri harus berakar dalam doa, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan (Kitab Suci), memperoleh sakramen-sakramen terutama Ekaristi dan Tobat, bertumbuh dalam komunitas Gereja dan terus mempelajari… Read more »

falensya
falensya
14 years ago

salam damai semuanya..
bagaimana cara kita untuk meningkatkan iman kita sebagai seorang katholik sejati. yang selalu di hadapin dengan cobaan yang byk n berat. mohon bimbingannya.thks.

Ingrid Listiati
Reply to  falensya
14 years ago

Shalom Falensya,
Saya memindahkan pertanyaan anda ke bawah artikel ini karena kelihatan lebih berhubungan. Saya rasa artikel di atas sudah menjawab pertanyaan anda, silakan klik di sini untuk memulai membacanya dari atas. Secara singkat untuk meningkatkan iman dan bertumbuh di dalam iman, kita harus lebih rajin beroda, membaca dan merenungkan Kitab Suci, menerima Sakramen-sakramen terutama Ekaristi dan sakramen Tobat, bertumbuh di dalam Gereja, dan harus terus mempelajari iman kita.
Dengan demikian kita melakukan perlengkapan rohani (lih. Ef 6:10-20) sehingga kita dikuatkan oleh Allah sendiri untuk menghadapi ujian hidup ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://www.katolisitas.org

Machmud
Machmud
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Salam damai sejahtera

Dear Ingrid

Bagaimana caranya mempelajari iman kita dan menjalani kehidupan ini setiap harinya ?

Salam
mac

Ingrid Listiati
Reply to  Machmud
14 years ago

Shalom Machmud, Bagi umat Katolik, mempelajari iman merupakan proses seumur hidup yang tidak ada habisnya, karena begitu banyaknya sumber yang bisa dipelajari. 1. Kitab Suci Tentu yang pertama-tama kita mempelajari iman kita dengan mempelajari Kitab Suci. Kita bisa merenungkan ayat-ayat Kitab Suci setiap hari berdasarkan bacaan harian yang ditentukan oleh Kalender Gereja, seperti yang juga kami tuliskan di sini, silakan klik, atau dari Ibadat Harian, ataupun merenungkan sendiri ayat-ayat tertentu. Atau, kita bisa membaca Alkitab dari halaman pertama sampai terakhir dengan mulai membacanya beberapa bab sehari. Biasanya jika demikian, kita memulai dari kitab Injil, disusul Perjanjian Baru terlebih dahulu, dan… Read more »

Machmud
Machmud
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Salam damai sejahtera Dear Ingrid, Terima kasih atas uraiannya tentang : caranya mempelajari iman dan menjalani kehidupan ini setiap harinya, menurut pengajaran Gereja Katolik. Tetapi saya bukan orang Katolik, jadi saya tidak mempelajari pengajaran Gereja Katolik. Saya hanya ingin mengetahuinya saja pengajaran Gereja Katolik. Semua tulisan yang saya tuliskan di situs ini hanyalah untuk menyampaikan pendapat saya pribadi dan saya tidak pernah berpendapat bahwa tulisan saya pasti benar. Maksud saya dengan menyampaikan tulisan tsb saya berharap Ingrid mau menolong mengingatkan saya jika ada tulisan saya yang melenceng dari Alkitab, tetapi saya tidak mungkin harus menulis seperti yang diajarkan oleh Gereja… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Machmud
14 years ago

Shalom Machmud, Pertama- tama, mohon diketahui ya, bahwa yang saya tuliskan di jawaban tersebut bukan saja untuk anda, tetapi untuk para pembaca lainnya yang mempunyai pertanyaan seperti anda, dan sebenarnya juga peringatan terhadap saya sendiri yang menjawabnya. Maka saya juga sudah menambahkan pada jawaban surat saya itu dalam tanda kurung: [Maka ajakan untuk mempelajari iman dan menerapkannya ini tidak hanya untuk Machmud, tetapi untuk kita semua yang mau bertumbuh, temasuk saya sendiri]. Yang anda tuliskan dalam renungan anda setiap harinya itu sangat baik. Puji Tuhan. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menggerakkan dan membuka hati anda, sehingga anda dapat memperoleh pengertian… Read more »

Machmud
Machmud
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Salam damai sejahtera

Terima kasih Ingrid , Tuhan Yesus memberkati

Salam
mac

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
24
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x