Pertanyaan:
Memang agak susah untuk dimengerti…, tapi bagi saya gereja harus kembali kpada dasar2 alkitab dan bukan tradisi2 yang dibuat oleh manusia. sering gereja berlebihan memperlakukan orang2 kudus, memnganggap mereka seperti “dewa”, hal ini dipengaruhi oleh tradisi masyarakat roma seblm kristen yaitu pengkultusan individu. Yesus kristus sudah cukup. orang kristen tdk perlu minta bantuan kepada org2 kudus yang lama meni nggal. tidak ada hub org hidup dan mati. oleh sebab itu semasih didunia Yesus mengutus RohNya yaitu Roh kudus untuk menolong manusia. Gereja harus menulis kembali doktrin2 yang sebenarnya hanya tradisi dan pengalaman. pengalaman tidak bisa dijadikan doktrin atau ajaran. setiap orang mengalami dengan berbeda.
Yesus adalah satu2nya Tuhan, imam, nabi, sahabat kita. Ialah yang menjadi juru safaat kita baca di Yoh 17. sekian, slm kenal Tuhan Yesus memberkati
Salam – Efaproditus
Jawaban:
Shalom Efaproditus,
Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah tanggapan saya akan komentar efaproditus:
1)Efaproditus mengatakan “Memang agak susah untuk dimengerti…, tapi bagi saya gereja harus kembali kpada dasar2 alkitab dan bukan tradisi2 yang dibuat oleh manusia.”
a) Memang Gereja Katolik mendasarkan pengajaran-Nya pada Kitab Suci dan Tradisi Suci, yang dijaga kemurniaannya lewat Magisterium Gereja. Dan prinsip ini adalah sesuai dengan apa yang dikatakan di dalam Alkitab (silakan melihat link ini untuk pembahasan tentang topik ini – silakan klik). Hanya mendasarkan pada Alkitab adalah tidak alkitabiah. Silakan melihat artikel ini (silakan klik). Saudara/i dari denominasi lain banyak yang salah paham terhadap pengajaran Gereja Katolik, sehingga mengatakan bahwa dogma/doktrin dari Gereja Katolik adalah hanya buatan manusia. Kitab Suci dan Tradisi Suci bersumber dari Kristus (Sang Sabda) yang sama, sehingga tidak mungkin bertentangan.
Ingatlah bahwa Alkitab terbentuk dari kanon yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja dalam Tradisi Suci. Di Kitab Suci sendiri tertulis, bahwa yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran adalah Gereja (jemaat) (lih. 1 Tim 3:15); maka kita tidak boleh mengecilkan peran Gereja seolah-olah Gereja ada di bawah Kitab Suci. Kita justru harus melihatnya sebagai yang utama, karena fakta menunjukkan bahwa Kitab Suci terbentuk karena Gereja. Sebelum terbentuk kanon Kitab Suci (dari abad 1-4), Gereja sudah ada, dan itu suatu bukti bahwa agama Kristiani bukan agama yang tergantung semata-mata pada buku/ kitab, tetapi justru kepada iman yang hidup di dalam jemaat (Gereja). Iman yang hidup di dalam Gereja terlihat dari Tradisi Suci. Kitab Suci memang menjadi pedoman bagi anggota Gereja untuk memberikan pengajaran, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16), namun hal ini tidak dapat dipisahkan dari Tradisi Suci.
Maka, kalau dilihat, dogma dari Gereja Katolik mempunyai dasar perkembangan yang konsisten yang dapat ditelusuri dari Kitab Suci, dan Tradisi Suci yang berdasarkan iman jemaat perdana, tulisan dari Bapa Gereja dan konsili-konsili:
a) Kalau memang sesederhana seperti yang dikatakan Efaproditus, bahwa seharusnya gereja harus kembali kepada Alkitab dan dengan asumsi bahwa Gereja Katolik mengajarkan doktrin yang dibuat oleh manusia, maka saya ingin bertanya:
1) Anggaplah bahwa yang dikatakan oleh Efaproditus adalah benar bahwa Gereja Katolik telah tersesat dan tidak mendasarkan ajarannya pada Alkitab. Pertanyaannya adalah, mengapa Gereja Katolik mempunyai dogma yang tidak berubah dari awal sampai saat ini, dengan jemaat lebih dari 1 Milyar, dan mempunyai karakter satu, kudus, katolik dan apostolik?
2) Anggaplah apa yang dikatakan oleh Efaproditus adalah benar, yaitu bahwa gereja-gereja mulai dari Martin Luther benar-benar kembali kepada Kitab Suci. Seharusnya setelah kembali ke dasar Kitab Suci, maka tidak terjadi perpecahan antar gereja. Namun yang terjadi adalah perpecahan terjadi di mana-mana, sehingga ada 28,000 denominasi sampai saat ini. Mengapa hanya berdasarkan Alkitab menimbulkan begitu banyak perpecahan?
Dari hal di atas, kita dapat belajar bahwa dengan dasar Kitab Suci saja, maka gereja-gereja bukannya bersatu padu, malah tercerai berai. Hal ini disebabkan semua orang dapat menginterpretasikan sendiri-sendiri akan makna Kitab Suci. Bukankah perpecahan ini berlawanan dengan apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri di Yohanes 17?
2) Efaproditus mengatakan “sering gereja berlebihan memperlakukan orang2 kudus, memnganggap mereka seperti “dewa”, hal ini dipengaruhi oleh tradisi masyarakat roma seblm kristen yaitu pengkultusan individu.” Untuk menjawab hal ini, mari sekarang kita melihat apa yang dikatakan oleh jemaat perdana (catatan: mereka ini adalah orang-orang yang telah menjadi Kristen).
- St. Klemens dari Aleksandria (150-215)
“Dengan cara ini, ia [seorang Kristen sejati] selalu murni dalam doa. Ia juga berdoa dalam kumpulan para malaikat, sebagai seorang berada di tingkatan malaikat, dan ia tak pernah beranjak dari perlindungan mereka; dan meskipun ia berdoa sendirian, ia telah berada di dalam paduan suara para kudus yang berdiri dengannya [dalam doa]” (St. Clement of Alexandria, The Stromata (Book VII), Miscellanies 7:12 [A.D. 208]).
- Origen (185-254)
“Tetapi bukan Sang Imam Agung [Kristus] sendiri yang berdoa untuk mereka yang berdoa dengan tulus, tetapi juga para malaikat … demikian juga jiwa-jiwa para orang kudus yang telah meninggal dunia” (Origen, De Principiis (Book IV), Prayer 11 [A.D. 233]).
- St. Siprianus dari Karthago (200-270)
“Mari kita mengingat satu sama lain dalam harmoni dan kesatuan suara. Mari kita, di kedua belah pihak [yang terpisah kematian] selalu berdoa bagi satu sama lain. Mari mengangkat beban-beban dan kesedihan dengan dengan saling mengasihi, sehingga jika salah seorang dari kita, dengan pergerakan perlindungan ilahi, telah pergi terlebih dahulu [wafat], kasih kita dapat terus berlanjut dalam hadirat Tuhan, dan doa-doa kita bagi saudara-saudari kita tidak berhenti dalam hadirat belas kasihan Allah Bapa” (St. Cyprian of Carthage, Epistle 7, Letters 56[60]:5 [A.D. 253]).
- St. Efraim dari Syria (306-373)
“Kalian, para martir yang berjaya, yang bertahan dalam penganiayaan dengan suka cita demi Tuhan dan Sang Penyelamat, kalian yang mempunyai keberanian berbicara di hadapan Tuhan sendiri, kalian para orang kudus, berdoa syafaat-lah untuk kami, orang-orang yang lemah dan berdosa, sehingga rahmat Kristus dapat turun atas kami dan menerangi hati kami semua, sehingga kami dapat mengasihi Dia.” (St. Ephraim the Syrian, Commentary on Mark, The Nisibene Hymns, [A.D. 370]).
- St. Basilius Agung (329-379)
“Atas perintah Putera Tunggal-Mu, kami berkomunikasi dengan kenangan para orang kudus-Mu …. oleh doa-doa dan permohonan mereka, berbelas kasihanlah kepada kami semua, dan bebaskanlah kami demi nama-Mu yang kudus.” (St. Basil the Great, Letter 243, Liturgy of St. Basil, [A.D. 373]).
- St. Gregorius dari Nisa (325-386)
“[Efraim], engkau yang berdiri di hadapan altar ilahi [di Surga] … ingatlah kami semua, mohonkanlah bagi kami pengampunan dosa-dosa, dan penggenapan janji Kerajaan kekal” (St. Gregory of Nyssa, On the Baptism of Christ, Sermon on Ephraim the Syrian [A.D. 380]).
- St. Gregorius dari Nazianza (325-389)
“Ya, saya diyakinkan bahwa doa syafaat [ayah saya] sekarang lebih berguna daripada pengajarannya di hari-hari terdahulu, sebab kini ia lebih dekat kepada Tuhan, bahwa ia telah menanggalkan keterbatasan tubuhnya, dan membebaskan pikirannya dari tanah liat yang dulu mengaburkannya, dan kini mengadakan pembicaraan yang terus terang dengan Sang Pikiran yang utama dan murni, yang telah diangkat… ke tingkatan dan keyakinan seorang malaikat” (St. Gregory Nazianzen, Oration 18:4)
“Semoga engkau [Siprianus], dari atas memandang ke bawah dengan belas kasih kepada kami, dan membimbing perkataan dan hidup kami; dan menggembalakan kawanan yang kudus ini …. menyenangkan Allah Trinitas yang kudus, yang di hadapan-Nya engkau berdiri.” (St. Gregory Nazianzen, Oration 17, 24)
- St. Yohanes Krisostomus (347-407 AD)
“Ketika kamu merasa bahwa Tuhan menyesahmu, jangan berlari kepada musuh-musuh-Nya …. tetapi kepada sahabat-sahabat-Nya, para martir, para orang kudus, dan mereka yang menyenangkan hati-Nya dan yang mempunyai kuasa yang besar [di dalam Tuhan].” (St. John Chrysostom, Orations 8:6, Homily 8 on Romans [A.D. 396])
“Ia yang mengenakan pakaian ungu [yaitu, seorang bangsawan] …. berdiri mengemis kepada para orang kudus untuk menjadi pelindungnya di hadapan Tuhan, dan ia yang memakai mahkota mengemis kepada sang pembuat tenda [Rasul Paulus] dan sang nelayan [Rasul Petrus] sebagai pelindungnya, meskipun mereka telah wafat.” (St. John Chrysostom, Homilies 26 on Second Corinthians [A.D. 392]).
- St. Hieronimus, (347-420)
“Engkau mengatakan di alam bukumu bahwa ketika kita hidup kita dapat saling mendoakan, tetapi setelahnya ketika kita telah mati, tak ada doa seorangpun yang dapat didengar …. Tetapi jika para Rasul dan martir ketika masih tinggal di dalam tubuh dapat mendoakan orang lain, pada saat di mana mereka masih dapat memikirkan diri mereka sendiri, berapa lebih banyak-kah yang dapat mereka lakukan setelah mereka menerima mahkota, kemenangan dan kejayaan?” (St. Jerome, Against Vigilantius 6 [A.D. 406]).
- St. Agustinus dari Hippo (354-430)
“Sebuah bangsa Kristen merayakan bersama dalam perayaan religius, kenangan para martir, baik untuk menekankan teladan mereka agar diikuti, maupun agar bangsa itu dapat mengambil bagian dalam jasa-jasa mereka dan dibantu oleh doa-doa mereka.” (St. Augustine of Hippo, The City of God (Book VIII), Against Faustus the Manichean [A.D. 400]).)
“Juga, jiwa-jiwa orang beriman yang telah wafat tidak terpisah dari Gereja, yang bahkan sekarang adalah Kerajaan Kristus. Jika tidak demikian, tidak akan ada kenangan akan mereka di altar Tuhan dalam komunikasi Tubuh Kristus.” (St. Augustine of Hippo, The City of God (Book XX), 9:2 [A.D. 419]).
“Di altar Tuhan kita tidak mengenang para martir dengan cara yang sama dengan yang kita lakukan terhadap mereka yang telah meninggal untuk mendoakan mereka, melainkan agar mereka [para martir itu] mendoakan kita sehingga kita dapat mengikuti jejak kaki mereka.” (St. Augustine of Hippo, Tractate/ Homilies on John, 84 (John 15:13) [A.D. 416]).
Dari beberapa tulisan dari jemaat awal, yang nota bene adalah Kristen, maka kita melihat bahwa mereka percaya bahwa para kudus, walaupun telah meninggal dunia, namun mereka masih hidup dan membentuk persatuan para kudus di Sorga. Kalau kita percaya bahwa Kristus menjadi Pengantara kita dan terus mendoakan kita, maka akan sulit dibayangkan bahwa orang-orang kudus di Sorga hanya berpangku tangan dan tidak melakukan apapun. Kalau di Sorga, kasih mereka menjadi sempurna, apakah melihat Kristus terus bekerja dan kemudian para kudus hanya menikmati kebahagiaan sorgawi merupakan manifestasi dari kasih yang sempurna? Sampai kedatangan Kristus yang kedua, para kudus di Sorga akan terus berdoa bagi umat Allah di dunia dan di Api Penyucian.
3) Efaproditus mengatakan “Yesus kristus sudah cukup. orang kristen tdk perlu minta bantuan kepada org2 kudus yang lama meninggal. tidak ada hub org hidup dan mati. oleh sebab itu semasih didunia Yesus mengutus RohNya yaitu Roh kudus untuk menolong manusia.”
a) Inilah yang menjadi perbedaan antara apa yang dipercaya oleh Gereja Katolik dengan gereja non-Katolik. Gereja Katolik percaya bahwa mereka yang telah meninggal dunia, tetap hidup, karena mereka tetap hidup di dalam Kristus. Surat kepada jemaat di Roma menegaskan ““38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
b) Bukankah ayat di atas mengatakan bahwa maut maupun hidup tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah? Oleh karena itu, Gereja Katolik percaya bahwa ikatan kasih ini – para kudus di Sorga dan manusia di bumi dan di Api Penyucian – adalah kekal, karena diikat oleh kasih Kristus.
4) Efaproditus mengatakan “Gereja harus menulis kembali doktrin2 yang sebenarnya hanya tradisi dan pengalaman. pengalaman tidak bisa dijadikan doktrin atau ajaran. setiap orang mengalami dengan berbeda.”
a) Semoga uraian di atas dapat membuktikan bahwa pengajaran tentang persatuan para kudus bukanlah pengajaran manusia semata, namun berakar pada Alkitab dan Tradisi Suci. Mungkin sudah saatnya kita bersama-sama meneliti satu persatu doktrin yang kekristenan yang kita kenal, misalkan mulai dari “persatuan para kudus“. Bagaimana kita tahu bahwa suatu doktrin berasal dari manusia? Kalau tidak ada perkembangan doktrin (development of doctrine) dari jemaat awal sampai saat ini atau dari yang ada menjadi tidak ada atau sebaliknya, maka kita perlu mempertanyakan doktrin tersebut. Kalau kita melihat bahwa jemaat awal percaya akan hal ini, seperti yang saya paparkan di atas – dengan tulisan para Bapa Gereja – dan kemudian tiba-tiba mulai abad 16, kita tidak mempercayainya lagi, maka ini berarti tidak ada perkembangan doktrin. Perkembangan doktrin bukanlah dari sesuatu yang tidak ada menjadi tiba-tiba ada, atau sesuatu yang ada menjadi tiba-tiba tidak ada, namun sesuatu yang berkembang terus menerus, diperjelas dan diapplikasikan secara lebih mendalam, seperti perkembangan pohon dari kecil menjadi besar.
b) Oleh karena itu, pernyataan bahwa Gereja harus menuliskan kembali doktrin-doktrin yang sebenarnya hanya tradisi dan pengalaman adalah tidak tepat. Pertama, kalau menuliskan kembali adalah untuk memperjelas suatu doktrin, maka itu dapat dibenarkan, karena ini adalah seperti perumpamaan pohon yang kecil menjadi pohon yang besar. Namun kalau “menuliskan kembali” adalah menghilangkan dari yang tadinya ada atau menambahkan dari yang tadinya tidak ada, maka ini adalah sesuatu yang salah. Bayangkan kalau “menuliskan kembali” dalam pengertian yang ke dua ini berlangsung terus-menerus, maka setiap generasi akan dengan bebas menghapuskan atau menambahkan doktrin, walaupun semua generasi menyatakan bahwa semuanya bersumber pada Kitab Suci. Kalau hal ini terus-menerus terjadi, maka pada akhirnya tidak ada lagi yang tahu secara persis perkembangan dari suatu doktrin.
c) Gereja Katolik tidak pernah menuliskan doktrin atau pengajaran berdasarkan pengalaman. Kalau penulisan suatu doktrin berdasarkan pengalaman, maka akan berubah dari generasi ke generasi, karena pengalaman setiap generasi berubah. Mungkin Efaproditus dapat memberikan contoh, doktrin mana dari Gereja Katolik yang berdasarkan pengalaman?
5) Akhirnya Efaproditus mengatakan “Yesus adalah satu2nya Tuhan, imam, nabi, sahabat kita. Ialah yang menjadi juru safaat kita baca di Yoh 17. sekian, slm kenal Tuhan Yesus memberkati.”
a) Tentu saja saya setuju dengan pernyataan di atas. Yang membuat perbedaan kita adalah satu-satunya pengantara tidak berarti melarang umat beriman untuk turut serta berpartisipasi dalam karya Kristus. Kita melihat bahwa walaupun Yesus pengantara kita, kita juga masih meminta tolong teman-teman kita, penatua jemaat, pendeta, pastor, untuk mendoakan kita kalau kita mempunyai masalah. Atau contoh yang lain, walaupun Efaproditus mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya imam, nabi, dan sahabat kita, namun rasul Petrus mengatakan “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri..” (1 Pet 2:9).
Semoga penjelasan ini dapat membantu untuk menghilangkan kesalahpahaman dari Efaproditus akan pengajaran dari Gereja Katolik tentang persekutuan para kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Salam,
Disebut di atas: tidak ada perubahan dogma dlm gereja Katholik, bagaimana dgn doktrin keselamatan? Awalnya tdk ada keselamatan diluar gereja, kemudian direvisi menjadi tidak ada keselamatan diluar Kristus dan juga ada kemungkinan org bisa selamat tanpa iman pd Kristus dgn mengandalkan jasa manusia semata?
Hal kedua yg mau dikritik yaitu: penafsiran Katholik thd Rom 8:38-39. Pernyataan “tidak dapat memisahkan kita DARI kasih Allah” lebih tepat dan masuk di akal untuk ditafsirkan sbg Jaminan Keselamatan, bukan org hidup bisa berdoa kpd org mati, karena disambung kata DARI. Juga pasal 8 konteksnya sedang bicara Keselamatan. Jika kata sambung yg digunakan adalah kata OLEH seperti yg Saudara gunakan diatas maka bisa kemungkinan ditafsirkan org hidup dpt berdoa kpd org mati walaupun tetap kurang nyambung dgn tema pasal 8.
(Latar belakang mengenai saya: dulu Katholik sekarang Protestan tapi tetap murid Kebenaran yg sepenuhnya mencari Kebenaran Sejati, akan objektif thd teologi Katholik dan Reformed, bila memang Katholik benar saya akan hormati itu seperti point mengenai 3 pilar kebenaran. Reformasi gereja pd abad pertengahan bisa saja membuang secara tdk disengaja / disadari nilai2 atau ajaran yg baik yg terdapat pd gereja Katholik)
Shalom Ari,
1. Tentang EENS
Sepertinya Anda tidak memperoleh informasi yang benar tentang ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan. Sebab doktrin keselamatan yang diajarkan oleh Gereja Katolik tidak pernah berubah. Ajaran tentang EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus- Tidak ada keselamatan di luar Gereja) itu tetap berlaku setelah Konsili Vatikan II. Yang diubah hanyalah cara penyampaiannya saja, yaitu tadinya secara negatif, yang dimulai dengan kata “Tidak ada….”, menjadi positif, yaitu “Keselamatan diperoleh melalui Gereja-Nya.”
Nah, maka memang yang benar adalah: keselamatan diperoleh hanya melalui Kristus (lih. Yoh 14:6) dan Gereja-Nya, sebab Kristus adalah Kepala Gereja, dan Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus, tidak pernah terpisahkan dari Kepalanya, yaitu Kristus.
Selanjutnya, sepertinya Anda salah paham, sebab Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang dapat selamat hanya dengan mengandalkan jasa perbuatan manusia semata. Anda tidak akan dapat menemukan dokumen ajaran Gereja Katolik yang mengatakan demikian.
Selanjutnya tentang topik ini, silakan Anda membaca artikel-artikel berikut ini:
Apa itu EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)?
Apakah Konsili Vatikan II mengubah ajaran Konsili Vatikan I tentang EENS?
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya masuk neraka?
Paus Benediktus XVI dan Sola Fide
Tidak ada Keselamatan kecuali melalui Yesus
Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?
Keselamatan dalam hubungannya dengan Baptisan
2. Tentang penafsiran Rom 8:38-39
Rom 8:38-39 mengatakan, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Anda benar bahwa kedua ayat tersebut merupakan kesimpulan dari perikop yang menjabarkan tentang rahmat kehidupan rohani yang dijanjikan oleh Allah dalam Kristus. Rasul Paulus ingin menekankan, bahwa walaupun dalam hidup ini kita masih akan terus menghadapi berbagai kesukaran dan penderitaan, namun semua kesulitan ini menjadi tidak dominan asalkan kita mengarahkan mata kita untuk merenungkan tindakan kasih Allah yang begitu besar, yang tidak menyayangkan Putera-Nya sendiri untuk wafat di kayu salib untuk menyelamatkan kita (lih. Yoh 3:16).
Jika kita tidak meragukan kebenaran tentang kuasa kasih Allah yang tak terbatas ini, maka kitapun tidak akan ragu bahwa Allah akan mendatangkan kebaikan-Nya dalam segala keadaan. Jadi meskipun ada penderitaan, penganiayaan, kekerasan, maut/kematian (keterpisahan antara tubuh dan jiwa), dst. (ay.35), kasih Allah di dalam Kristus akan tetap tak berubah. Kepada kasih Allah di dalam Kristus itulah, kita semua dipanggil, sebab dikatakan di beberapa ayat sebelumnya demikian:
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” (Rom 8:29)
Dengan demikian, kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus adalah kasih yang mengikat kita semua yang telah dipilih-Nya sejak semula, untuk menjadi satu saudara, dengan Kristus sebagai Yang sulung. Nah, maka, perikop tentang keyakinan iman akan kehidupan kekal (Rm 8:31-39) itu memang berkaitan dengan 2 perikop sebelumnya, yaitu tentang kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Tuhan (Rm 8:1-17) dan bagaimana kita sebagai umat beriman harus hidup dalam pengharapan akan kehidupan kekal itu (Rm 8:18-30). Maka pernyataan Rom 8:38-39 tidak berdiri sendiri, namun menegaskan apa yang sudah disampaikan dalam ayat-ayat sebelumnya, yaitu: Kasih Allah di dalam Kristus, yang mengangkat kita sebagai anak-anak angkat Allah oleh Roh Kudus (Rm 8:15-16), adalah kasih yang mengatasi maut maupun hidup. Sebab tak ada suatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah itu.
Nah, maka memang benar, bahwa Rm 8:38-39 menyampaikan suatu keyakinan iman kita akan kehidupan kekal, dan bahwa Kristus akan menjadi Pembela bagi kita (Rm 8:33). Namun bukan hanya itu saja. Ayat-ayat tersebut juga menyampaikan tentang alasannya, mengapa bisa terjadi demikian. Yaitu: karena Allah telah mengasihi kita (Rm 8:37) dengan kasih yang mengatasi segalanya, termasuk mengatasi maut maupun hidup. Di sinilah terlihat, bahwa kasih Allah di dalam Kristus itu tetap mempersatukan kita semua yang telah diangkat menjadi saudara-saudara-Nya (melalui Baptisan), baik kita yang masih hidup di dunia ini maupun yang sudah meninggalkan dunia ini.
Selanjutnya, perlu diketahui bahwa Gereja Katolik tidak mendasarkan pengajaran tentang Persekutuan Orang kudus ini hanya dari ayat Rm 8:38-39 ini. Konsili Vatikan II mengajarkan tentang persekutuan orang kudus, dari ayat-ayat yang lain, demikian:
“Jadi hingga saat ini Tuhan datang dalam keagungan-Nya beserta semua malaikat (lih Mat 25:31), dan saatnya segala sesuatu takluk kepada-Nya sesudah maut dihancurkan (lih. 1Kor 15:26-27), ada di antara para murid-Nya yang masih mengembara di dunia, dan ada yang telah meninggal dan mengalami penyucian, ada pula yang menikmati kemuliaan sambil memandang “dengan jelas Allah Tritunggal sendiri sebagaimana ada-Nya” [148]. Tetapi kita semua, kendati pada taraf dan dengan cara yang berbeda, saling berhubungan dalam cinta kasih yang sama terhadap Allah dan sesama, dan melambungkan madah pujian yang sama kehadirat Allah kita. Sebab semua orang, yang menjadi milik Kristus dan didiami oleh Roh-Nya, berpadu menjadi satu Gereja, dan saling erat berhubungan dalam Dia (lih. Ef 4:16). Jadi persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam damai kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani [149]. Sebab karena para penghuni sorga bersatu lebih erat dengan kristus, mereka lebih meneguhkan seluruh Gereja dalam kesuciannya; mereka menambah keagungan ibadat kepada Allah, yang dilaksanakan oleh Gereja di dunia; dan dengan pelbagai cara mereka membawa sumbangan bagi penyempurnaan pembangunannya (lih. 1Kor 12:12-27) [150]. Sebab mereka, yang telah ditampung di tanah air dan menetap pada Tuhan (lih. 2Kor 5:8), karena Dia, bersama Dia dan dalam Dia tidak pernah berhenti menjadi pengantara kita di hadirat Bapa [151], sambil mempersembahkan pahala-pahala, yang telah mereka peroleh di dunia, melalui pengantara tunggal antara Allah dan manusia, yakni Kristus Yesus (lih. 1Tim 2:5), sambil melayani Tuhan dalam segalanya, dan melengkapi Tubuh-Nya, yakni Gereja (lih. Kol 1:24) [152]. Demikianlah kelemahan kita amat banyak dibantu oleh perhatian mereka sebagai saudara.
“[148] KONSILI FLORENSIA, Dekrit untuk umat Yunani: DENZ. 693 (1305).
[149] Selain dokumen-dokumen yang lebih kuno melawan setiap bentuk memanggil roh-roh, sejak ALEKSANDER IV, 27 September 1258, lih. Surat edaran Kongregasi S. OFFICII, Tentang penyalahgunaan magnetisme: 4 Agustus 1856: AAS (1865 hlm. 177-178, DENZ. 1653-1654 (2823-2825); jawaban Kongregasi S. OFFICII, 24 April 1917: AAS 9 (1917) hlm. 268, DENZ. 2182 (3642).
[150] Lih. Penjelasan sintetis ajaran Paulus ini dalam: PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 200 dan di pelbagai tempat lainnya.
[151] Lih., antara lain, S. AGUSTINUS, Uraian tentang Mzm 85,24: PL 37,1099. S. HIRONIMUS, Kitab melawan Vigilansius, 6: PL 23,344. S. TOMAS, pada kitab IV Sententiae, dist. 45, soal 3, art. 2. S. BONAVENTURA, pada kitab IV Sententiae, dist. 45, soal 3, art. 2, dan lain-lain.
[152] Lih. PIUS XII, Ensiklik Mystici Corporis: AAS 35 (1943) hlm. 245.
Agaknya, yang menjadi masalah di sini adalah, Anda tidak memiliki persepsi yang sama dengan Gereja Katolik tentang doktrin persekutuan orang kudus. Kemungkinan Anda menganggap bahwa orang-orang beriman yang telah beralih dari dunia ini adalah orang-orang yang ‘mati’ dan karena itu tidak dapat berdoa/ mendoakan kita yang masih hidup di dunia. Namun Gereja Katolik atas dasar Kitab Suci, tidak mengajarkan bahwa orang beriman yang sudah wafat itu adalah orang-orang yang ‘mati’, tetapi orang yang ‘hidup’. Sebab tubuh mereka memang mati, namun jiwa mereka tetap hidup (lih. Yoh 11:25-26). Dan jika mereka itu telah dibenarkan Tuhan dan bersatu dengan-Nya di Surga mereka dapat mendoakan kita, sebab doa orang benar besar kuasanya (Yak 5:16).
Para orang kudus itu bukan saingan Kristus, namun kawan sekerja Kristus (1Kor 3:9), yang mengambil bagian dalam peran pengantaraan Kristus yang satu-satunya itu (1 Tim2:5) untuk menyelamatkan umat manusia.
Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca artikel Pengantaraan Yesus bersifat inklusif, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak saya adalah seorang kristen protestan yang ingin menjadi katolik.. tetapi dalam prinsip orang kudus dan bunda maria saya masih kurang paham… kenapa kita harus meminta bantuan kepada bunda maria/ orang kudus agar mendoakan kita kepada Tuhan? Apakah mereka dapat mendengar apa yang kita doakan didalam hati kita? Dan jika dihubungkan dengan 1 korintus 3:9 bahwa kita adalah kawan sekerja Tuhan.. saya rasa kl dibaca dalam konteks keseluruhan dari pasal 3: 1-9, kata kawan sekerja Tuhan diartikan sebagai kawan sekerja Tuhan dalam memberitakan injil dan menjadikan seluruh bangsa muridnya… jadi tidak disebutkan bahwa kawan sekerja yg ada disurga mendoakan kita kepada Tuhan.. karena kita tidak tahu yang terjadi di surga. Selain kita akan bersama-sama dengan Kristus Tuhan kita dan malaikatnya. Mohon pencerahannya dan terima kasih
Shalom Michael Heriyanto,
Terima kasih atas komentar Anda. Memang konsep tentang orang kudus dan Bunda Maria sering sulit dimengerti bagi umat Kristen non-Katolik yang ingin mengerti iman Katolik. Namun kita dapat mendiskusikan hal ini. Pertama, silakan membaca tanya jawab ini – silakan klik juga diskusi ini – silakan klik dan klik ini. Contoh diskusi yang cukup panjang tentang hal ini adalah ini – silakan klik. Saya pikir beberapa diskusi tersebut telah mewakili hampir semua keberatan-keberatan yang diajukan. Kalau sampai belum ada yang terjawab setelah membaca diskusi tersebut, maka silakan bertanya lebih lanjut.
Tentang 1Kor 3:9 – kawan sekerja Allah. Memang kita dapat mengartikan bahwa kawan sekerja Allah dapat dimengerti sebagai partisipasi dalam pewartaan Kristus. Pertanyaannya adalah sampai kapan umat Allah dapat menjadi kawan sekerja Kristus? Jawabannya adalah selama Kristus masih bekerja, maka kawan sekerja Allah juga turut bekerja. Kalau Kristus masih terus menjadi pengantara kita, maka umat Allah – baik yang berada di dunia maupun di Surga – akan terus saling mendukung menjadi kawan sekerja Allah. Itulah sebabnya, kalau ada 1 orang bertobat, maka seluruh isi Surga bersorak-sorai (lih. Luk 15:7).
Silakan memberikan argumentasi lebih lanjut atau pertanyaan lagi sehubungan dengan hal ini, jika masih ada ganjalan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Setelah membaca artikel2 yang bapa berikan saya baru mengerti. Terima kasih..
saya saluut banget dengan pasangan suami istri Pak Stef dan Bu Ingrid yang banyak menjawab banyak pertanyaan dengan sangat sabar, argumentasinya jg benar2 berkualitas tidak ngawur seperti kata Okta, biasanya orang yang belajar sesuatu msh separo 2 akan merasa lebih mengerti drpd orang lain, padahal masih dangkal….. berlajarlah darimanapun jangan menutup hati untuk belajar apa saja…… terima kasih banyak utk pak Stef dan Ibu Ingrid, semoga selalu dipenuhi oleh Roh Kudus, dan sy sangat percaya anda berdua menjawab semua pertanyaan karena anda berdua sangat mencintai Tuhan Yesus, sabaar ya…… Tuhan selalu menyertai dan memberkati Mu kami selalu berdoa, di belakang bapak banyak yang selalu mendukung dan mendoakan. Gereja Katolik kuat sepanjang masa dan akan selalu satu tidak akan terpecah-pecah karena selalu taat tidak sedikit-sedikit protes…… Gbu
[dari katolisitas: Terima kasih atas dukungannya terhadap karya kerasulan ini. Mohon doanya ya.]
terima kasih pak stef & bu inggrid atas semua infonya serta berbagi pengetahuan. dengan ini maka pengetahuan saya semakin bertambah & iman akan kekatolikan saya semakin diperteguh.
berkat Yesus selalu menyertai anda berdua & keluarga.
Saya yakin, andaikan diberi waktu sampai kita mati-pun perdebatan tidak akan selesai – pondasi yang mendasar saja sudah jelas berbeda.Oleh karena itu saya minta tolong kepada saudaraku umat beriman (Katolik) menahan diri untuk tidak perlu masuk dalam perdebatan dengan pihak luar Katolik tetapi cukup menjaga penganut Gereja Katolik dijaga agar tidak lepas.
Sekedar ajakan saya untuk sedikit mengingat tentang pondasi yang mendasar Gereja Katolik :
A. Pengertian tentang gereja yang kita lihat sebagai tempat berhimpun ( …… Kudirikan …dst), umat sebagai bagian dari tubuh Kristus dan atau gereja-gereja kecil, serta Imam yang sudah jelas sebagai gembala dan juga pengantar rahmat (1. Gembalakanlah domba-dombaku …..dst dan 2. …Kuberikan kunci …..dst), dan Ekaristi yang harus dilakukan sebagai sarana anak2-Nya menyatu dengan Allah melalui Imam (…Inilah tubuhku, …..dst – bukan nih kepalaku, makanlah… serta Akulah roti hidup yang …….dst). Jadi pengertian tentang Ekaristi yang dilakukan di rumah-Nya sendiri untuk diterima oleh anak2-Nya yang melibatkan seorang Imam, sehingga sempurnalah nubuat-Nya.
Pada akhirnya dapat kita lihat bahwa uraian sangat singkat tersebut diatas dapat dibuat beberapa pertanyaan :
1. Dimanakah kita umat katolik dapat berhimpun untuk merayakan Ekaristi?
2. Siapakah Imam itu?
3. Apakah Ekaristi itu?
4. Gereja seperti apakah yang dikehendaki Tuhan Yesus?
B Lalu bagaimana dengan nubuatan-Nya tentang : …dua atau tiga orang berkumpul …..dst?
Kita umat yang berhimpun dalam gereja Katolik sering mengadakan dia-doa bersama di lingkungan kita tinggal dalam bentuk Ibadat Sabda atau apapun namanya. Saat itulah Kuasa Allah hadir di tengah kita.
C Tentang Allah yang benar.
Mungkin karena sangat jarang penyampaian kepada umat katolik tentang Allah yang harus disembah oleh semua manusia, semua sudah tertulis secara nyata.
1. Amsal 8:20-31 Allah telah “mengadakan” Aku sebelum dunia dijadikan …..dst. Tentang penterjemahan dari bahasa ibrani kedalam bahasa indonesi “mengadakan” atau “menciptakan” dapat kita tinjau ketika kita bicara tentang “vulgata” dan “Septuaginta”. Untuk ayat yang sama ketika diterjemahkan dengan arti “mengadakan” berarti menunjuk sosok Yesus dan apabila diterjemahkan dengan arti “menciptakan”, ayat tersebut menunjuk sosok Maria
2. Tentang janji Yahwe kepada Musa (ayatnya saya tidak ingat – tolong dicari – yang kira-kira bunyinya : Aku akan datang kepada manusia, secara manusia ….dst)
3. Yesaya 7:14 …… ia akan menamakan Dia Imanuel.
4. Tentang doa Yesus kepada Bapa yang ditemani beberap rasul, disitu manusia mendapat pengajaran bahwa Bapa yang di sorga yang bukan lain adalah Allah Yang Maha Kuasa mempunyai nama Yesus.
5. Ketika Yesus akan kembali ke kerajaan-Nya maka sudah lengkap dan jelas pengertian tentang TriTunggal atau Trinitas.
Mengenai ayat-ayat lain berkaitan dengan pengertian Allah yang benar didalam Perjanjian Baru sudah banyak disinggung oleh pengasuh, jadi tidak perlu saya tulis.
Umat awam termasuk saya sangat jarang mendapat penjelasan seperti yang saya uraikan diatas, sehingga berakibat banyak umat katolik pergi dari gereja Katolik karena tidak mengerti.
Demikian penyampaian dan himbauan saya, semoga membantu.
Salam, berkat dalem.
Memang betul kita harus menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Tuhan Kita Yesus Kristus.
yang menjadi pertanyaan saya adalah: Kalau kita berdoa Kepada Bapa atau Tuhan Yesus Kristus dan meminta pertolongan Bunda Maria menyampaikan doa kita atau mendoakan kita, apakah Bunda Maria mendengarkan doa kita? atau apakah orang-orang kudus yang sudah Di Sorga bisa mendengarkan doa-doa manusia yang masih hidup di dunia ini? sehingga Mereka (orang-orang kudus) dapat mendoakan kita kepada Yesus Kristus?
[dari katolisitas: silakan melihat diskusi ini – silakan klik. Silakan juga melihat Wahyu 5:8; Why 8:3-4]
“Jika Santo Paulus mendesak kita untuk berdoa pada satu sama lain, dan kita dengan gembira berpikir adalah tepat untuk meminta setiap orang yang malang untuk mendoakan kita, haruskah kita berpikir hal ini jahat untuk meminta kepada Orang Kudus di Surga untuk melakukan hal yang sama?”
St. Thomas More
Shalom katolisitas.. saya mau bertanya dan sedikit saran. Apa ada dasar yang lebih tepat secara alkitabiah bahwa Santo bisa menjadi pelindung?? Saya mencari di alkitab, tak ada satu ayat pun yg menguatkan bawha santo bisa melindung kita yang masih di bumi. Jika menggunakan ayat yang mengtakan bahwa orang Kudus adalah sekawan Allah, maka menurut saya itu memang demikian, dan bukan dalam hal melindungi. Maksudnya, tak mungkin semua pekerjaan Tuhan diikuti oleh orang Kudus. Orang kudus yang sudah di surga, bagaimana bisa melindungi?? Bukankah mereka hanya bisa mendoakan?? Itu pun jika benar, bahwa orang di surga masih berdoa. Trims sebelumnya.
Dari Katolisitas: Silakan melihat diskusi ini: https://katolisitas.org/2386/apakah-jemaat-perdana-percaya-akan-persekutuan-para-kudus#comment-7171 ; https://katolisitas.org/2386/apakah-jemaat-perdana-percaya-akan-persekutuan-para-kudus#comment-15307 ; https://katolisitas.org/2386/apakah-jemaat-perdana-percaya-akan-persekutuan-para-kudus#comment-5522 ]
saya tengah malam iseng-iseng membaca Alkitab, saya pilih acak, pilihan jatuh pada 1 Tesalonika.
saya baca-baca santai saja sambil mencoba mengira-ngira hal apa yang ingin disampaikan oleh Paulus di surat ini, dan mengira-ngira hal apa yang terjadi dan sedang didiskusikan.
kemudian saya sampai di ayat 1 Tesalonika 3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya
langsung saja saya berkata dalam hati “nah…. ini dia… Alkitab mengatakan secara eksplisit bahwa jemaat perdana mempercayai persekutuan para kudus”
saya kemudian search di website ini tentang 1 Tesalonika 3:13; tapi di tanya jawab ini (yang membahas persekutuan para kudus) malah tidak ada.
ya sudah, saya tambahi saja biar lebih lengkap, biar kalau ada yang tanya dasar Alkitab-nya, bisa langsung tahu.
catatan untuk Pak Stef :
itu saya mencoba untuk memberi cetak tebal tapi saya tidak tahu itu perintahnya sudah benar atau belum. mohon bantuannya jika perintah yang saya buat itu salah. [dari katolisitas: sudah benar kodenya]
[dari katolisitas: Semua orang kudus-Nya di 1Tes 3:13, dapat mengacu kepada para malaikat dan orang-orang yang meninggal di dalam Kristus. Kristen non-Katolik mempercayai persekutuan para kudus, hanya mereka mempercayai bahwa para kudus terpisah dengan kita dan para kudus tidak dapat membantu kita, termasuk bantuan doa.]
Salam kasih kepada pengurus web yang oleh kuasa karunia roh kudus, boleh terus membangun dalam web ini. Bila isi dari web ini hanyalah sebuah “saling tumpang tindih dengan pembenaran yang dipaksakan”, maka umur web ini tidak akan lama. Tapi saya percaya yang terjadi adalah web ini terus menambahkan wawasan bagi yang “haus”.
Oh, ya Bu Inggrid, aku agak sulit menemukan link yg Tradisi Katolik, dulu sempat membacanya sekilas dan masih belum paham. Bolehkah Ibu menerangkan contoh-contoh Tradisi Katolik?
Sekiranya bantuan Ibu dapat menambahkan pengetahuan saya.
Terima kasih, semoga terus semerbak karyanya.
[Dari Katolisitas: Tentang Tradisi Suci sudah ditanggapi di sini, silakan klik]
Pengasuh rubrik ysh,
Hal Para Kudus, saya ingin menanyakan apakah Imam Zakaria / Zakarias (suami Elisabet) sudah dinobatkan menjadi Santo? Pertanyaan ini kami sampaikan sehubungan Pelindung Lingkungan kami Zakarias, di depannya diberi St. (Santo) atau tidak.
Demikian pertanyaan kami, terimakasih atas penjelasannya.
Shalom Herry,
Terima kasih atas pertanyannya tentang St. Zakaria. Banyak bapa Gereja percaya bahwa St. Zakaria dibunuh oleh tentara Herodes karena dia tidak mau menunjukkan tempat persembunyian St. Yohanes Pembaptis. Pembunuhan ini dipercaya terjadi di antara tempat kudus dan mezbah. (lih. Mat 23:35) Dari buku New Catholic Encyclopedia, vol.14, hal 1107, dikatakan bahwa dalam buku para martir (Roman Martyrology), pesta St. Zakaria adalah tanggal 5 November, namun pada edisi 2001 diubah ke tanggal 6 September. Di buku tersebut, pada tanggal 6 September dituliskan “The commemoration of Saint Zechariah, the prophet, who prophesied that the people would return from exile into the land of promise, and announced the news of the King of Peace to it (the people), which Christ the Lord fulfilled with His triumphal entrance into the holy city of Jerusalem.” Semoga dapat membantu dan semoga St. Zakaria memberikan inspirasi kepada kita untuk memberitakan Kristus kepada semua orang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bpk/Sdr/Pastor Stefanus ysh,
Terimakasih atas pencerahannya hal St. Zakaria, bahkan berikut pembaharuan tanggal pesta/ peringatannya.
Shalom Pak Stefanus Tay & Bu Ingrid Listiati
Saya ingin bertanya mengenai para kudus
1. Apakah semua orang bisa menjadi orang kudus? Apakah hanya dari kalangan biarawan atau biarawati saja yang dapat menjadi orang kudus sedangkan dari kalangan awam tidak bisa? Adakah orang kudus yang berasal dari kalangan awam?
2. Apabila ada saudara kita yang meninggal dan sebelumnya telah menerima Sakramen Perminyakan, pengampunan dan menerima hosti suci sesaat sebelum meninggal, apakah kita dapat meyakini kalau saudara kita tersebut setelah melalui api penyucian adalah orang kudus? Dan bolehkah kita berdoa melalui perantaraan mereka?
Terimakasih sebelumnya atas jawabannya.
Tuhan memberkati.
Shalom Aditya,
1. Ya, semua orang dipanggil oleh Tuhan untuk hidup kudus; dan jika mengandalkan rahmat Tuhan, dapat menjadi orang kudus. Panggilan untuk hidup kudus kepada semua orang diserukan oleh Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium, bab ke V. Tentang kekudusan silakan membaca lebih lanjut di sini:
Apa itu Kekudusan?
Semua Orang Dipanggil Untuk Hidup Kudus
Kerendahan Hati Jalan dan Dasar Menuju Kekudusan
Refleksi Praktis tentang Kekudusan
Jadi menjadi orang kudus bukan hanya bagian atau tugas para biawaran dan biarawati. Sepanjang sejarah Gereja, dicatat banyak orang kudus (Santa/o) awam. Untuk membaca mengenai hal ini, silakan klik di link ini.
2. Tentang bolehkah kita minta saudara kita yang sudah meninggal untuk mendoakan kita, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Maaf kalau kualitas keimanan saya sangat rendah, dan ayat2 Alkitab hanya tahu sepotong sepotong, yang ingin saya katakan atau tanyakan :
1. Kalau orang percaya langsung ke sorga, untuk apa dikatakan dalam syahadat, bahwa Yesus akan datang mengadili orang yg hidup dan mati, dan Yesus pergi menyediakan tempat karena di tempat Bapaku banyak tempat. Kenapa tidak dikatakan, ‘Aku menunggu kamu di sorga’, kalau memang orang percaya tadi langsung ke sorga.
2. Kalau orang percaya langsung ke sorga, apakah hanya orang yang tidak percaya yang akan diadili, lalu untuk apa diadili lagi kalau jelas2 tidak layak ke sorga.
3. Saya ingat sedikit dalam Kitab Daniel, yg dikatakan : “Kalau kamu Daniel, istirahatlah dulu ……….”, sementara kita atau saya yakin Daniel pilihan Allah dan suci, untuk apa lagi disuruh istirahat, menunggu Yesus datang kembali, kok gak langsung diangkat ke Sorga. Kalau istirahat ( jiwanya ), di mana, karena badannya sudah hancur melebur dengan tanah (dari tanah kembali ke tanah).
4. Saya dalam beberapa kali ikut Acara Penghiburan, banyak orang bilang : ‘jiwa orang ini, sudah tenang di Sorga, pikirkanlah yg masih hidup ini’ Atas dasar apa ? Apakah kalau sudah jadi Kristen, pasti ke Sorga. ( lihat pertanyaan sy no.1 diatas ).
Terima kasih.
Shalom Marpaung Jonggara,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang keselamatan. Secara prinsip, Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa seseorang yang percaya kepada Yesus secara otomatis pasti masuk Sorga. Tidak ada yang dapat memastikan bahwa seseorang masuk Sorga, kecuali Sang Hakim Agung sendiri. Memang benar bahwa kita menaruh pengharapan yang besar akan belas kasih Allah dan kita berdoa agar Allah tidak mengadili kita menurut dosa-dosa kita namun berdasarkan belas kasihan-Nya. Dokumen Vatikan II, Lumen Gentium 14 menyatakan “…Dimasukkan sepenuhnya ke dalam sertifikat Gereja, mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalm cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya” Pun hendaklah semua putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras …” Yang akan menerima pengadilan, bukan hanya umat Kristen saja, namun juga seluruh umat manusia. Kita dapat melihat bahwa pada waktu akhir zaman, maka “semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing” (Mat 25:32)
Setiap orang, setelah meninggal akan langsung diadili dan menerima pengadilan khusus dan pada waktu akhir zaman ada pengadilan umum. Silakan melihat artikel ini – silakan klik. Daniel 12:13 menuliskan “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman.” Ayat ini menunjukkan bahwa Daniel telah mencapai akhir dalam perjalanannya di dunia ini, dan kemudian akan dibangkitkan pada akhir zaman, di mana jiwanya akan bersatu dengan badan yang telah dimuliakan. Sebelum Kristus naik ke Sorga, jiwa Daniel ada di tempat penantian dan setelah Kristus membuka pintu Sorga, yaitu setelah kenaikan-Nya ke Sorga, maka jiwa Daniel bersama semua orang benar di tempat penantian di bawa oleh Kristus ke Sorga.
Dalam acara mendoakan orang meninggal, menurut saya maksud dari perkataan “jiwa orang ini sudah tenang di Sorga” yang dikemukakan oleh pelayan dari Gereja Katolik adalah untuk menyatakan bahwa mereka ingin mempercayakan orang yang telah meninggal ke dalam belas kasih Allah. Hal ini karena Gereja katolik mempercayai bahwa setelah orang meninggal, maka dia dapat masuk ke dalam Sorga, Api Penyucian maupun neraka. Kalau mau menghibur dan juga memberikan kebenaran teologis, maka kita dapat mengatakan bahwa kita mempercayakan jiwa orang yang meninggal kepada belas kasih Allah dan dengan iman, pengharapan dan kasih dari orang meninggal, maka kita menaruh pengharapan yang besar bahwa dia dapat bersatu dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga.
Namun, kalau pernyataan di atas dikemukakan oleh pelayan dari Kristen non-Katolik, maka kemungkinan mereka memang percaya bahwa jiwa umat beriman telah diterima oleh Allah di Sorga, karena sebagian dari mereka percaya bahwa sekali percaya akan tetap selamat. Pengajaran ini tentu saja bertentangan dengan iman Katolik. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Kan memang dari awal, inilah yg ditolak oleh Martin Lurther. Mulai dari Imam selibat, devosi Maria, devosi para kudus, indulgensi, dll inilah yg ditentang oleh Lurther.
Menurut saya, sbenarnya perbedaan pendapat ini sah-sah saja, malah justru memperkuat iman kristiani kita, karena pasti akan ada tanya jwb, sehingga kita makin tau kebenaran akan kristus itu sendiri.
Hanya saja yg saya sayangkan, dgn perbedaan ini mengapa Lurther malah keluar dari Gereja dan membangun gereja baru di luar hierarki paus. Ini sungguh sangat tidak alkitabiah. Kalau yg dilakukan Lurther ini adalah sebuah kebenaran, mengapa gereja Lurtheran diberontak lagi, pemberontaknya itu diberontak lagi, lagi, dan lagi. Di indonesia kita bisa lihat ada berapa gereja di PGI (mungkin puluhan/ratusan) dgn hierarkinya masing-masing, belum termasuk yg belum terdaftar di PGI (kalo ada), di dunia kurang lebih ada 28000 gereja dgn hierarkinya masing-masing, & mungkin akan bertambah-tambah lagi SEOLAH-OLAH SEPERTI sebuah kutuk (perpecahan gereja/tubuh kristus) yg tak terhentikan di Lurther saja.
Namun demikian, saya bukanlah anti protestan. Justru saya kagum, di luar hierarki paus saja, gereja protestan bisa memperkenalkan kristus kepada khalayak dgn baik & banyak umat-umatnya yg berakhlak baik. Karena kita semua bertindak di dalam namaNya. Artinya katolik & protestan berada di jalan iman yg sama. Hanya cara mengimani nya saja yg berbeda.
Dgn demikian, apa yg telah dilakukan Martin Lurther yah sudahlah biarkan berlalu dan gereja jangan dipecah-pecah lagi. Dan saya masih memimpikan seluruh gereja-gereja protestan kembali lagi ke pangkuan Paus pertama kita yaitu st. Petrus rasul Yesus yg dipercayakan oleh Yesus memimpin jemaatNya, yg sekarang karyanya dilanjutkan oleh Paus ke 265 yaitu Bennedictus XVI. Sehingga, istilah “katolik” dan “protestan” kembali hilang. Yg ada hanya “kristen” yg 1.
Salam damai dalam Kristus,
Banyak orang yang merasa mengerti Kitab Suci karena sering membacanya, namun diantara mereka banyak perbedaan pemahaman, bahkan pertentangan, padahal sumbernya sama. Tentu ada yang salah dalam meniti pokok pikiran dalam Alkitab, bukan Alkitabnya yang salah. Kuncinya ada pada Filsafat. Ilmu ini melatih orang untuk berpikir logis dengan cara yang terstruktur dan mapan, sehingga argumentasi dengan pola pikir simpang siur dapat dihindari. Saya melihat alur pikiran dalam semua argumentasi sdr. Stef dan Ingrid mengikuti garis logika yang sangat mapan, sama mapannya dengan pola pikir yang selama ini selalu digunakan Gereja Katolik. Belajar Teologi memang baik, tetapi tanpa kemampuan berpikir teratur setiap orang akan tiba di kesimpulan yang berlainan. Mungkin ini salah satu sebab mengapa ada begitu banyak denominasi Protestan. Kebanyakan pendeta adalah sarjana Teologi namun kurang terlatih dalam logika (bukan bermaksud merendahkan). Berbeda dengan para pastor Katolik yang mesti meraih sarjana Filsafat dulu sebelum mulai belajar Teologi, sehingga dalam memahami ajaran, kesimpulan apapun yang ditarik tidak akan menympang. Pendekatan yang bersifat logis, biblis dan historis lebih menjamin tertangkapnya kebenaran Alkitab dan kesatuan pandangan. Pendekatan “kutip sana dan kutip sini” terhadap ayat-ayat Alkitab tanpa ada kejelasan konteks sosial-historis dan logis hanya akan melahirkan semakin banyak perbedaan.
Shallom semuanya…Dalam perumpamaan yg dipakai Tuhan Yesus tentang lazarus dan orang kaya, disitu terlihat jelas bahwa sudah tidak ada komunikasi antara arwah (orang yg telah meninggalkan dunia ini) dgn orang2 yg masih ada didunia. dan menurut sy kalau minta supaya bunda Maria turut mendoakan kita/ kerabat kita yg telah tiada supaya segera keluar dari api penyucian… itu namanya sudah berpaling pada arwah melanggar perintah Tuhan dlm Imamat 19:31 dan membuka celah hadirnya kuasa gelap
Shalom Kirmadi,
Terima kasih atas pertanyannya tentang persekutuan para kudus. Bagaimana kalau anda membaca dahulu tanya jawab ini – silakan klik. Topik ini telah didiskusikan secara cukup panjang lebar di sini – silakan klik (diskusi dengan Anton), diskusi dengan Esther dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi dengan Machmud dapat dilihat di sini – silakan klik. Kalau anda memang benar-benar ingin melihat dasar-dasar Alkitab dari pengajaran para kudus, silakan membaca link-link di atas dan kemudian silakan memberikan argumentasi yang baru setelah membaca diskusi-diskusi tersebut. Semoga link-link tersebut dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Damai Kristus beserta kita.
saya mau tanya mengenai penghormatan kita kepada Bunda Maria, ada seorang gembala gereja pernah mengatakan bahwa tidak perlu berdoa kepada Bunda Maria dan para Kudus lainya karena itu merupakan persinahan rohani. 2 . Mengenai Maria diangkat ke surga menurutnya tidak ada dasar alkitab, dan mengatakan makamya ada di pulau patmos apa benar?. Tolong bantuan jawabannya
Shalom Leksius,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Bunda Maria. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa berdoa bersama dengan Bunda Maria dan para kudus adalah merupakan perzinahan rohani, maka tanyakan kepada mereka, apakah meminta doa kepada pendeta, hamba Tuhan, keluarga juga merupakan perzinahan? Kalau jawabannya tidak, karena mereka masih berada di dunia ini, maka pertanyaan selanjutnya adalah: apakah alasannya mengapa keterikatan kita satu sama lain dalam Tubuh Kristus hanya terbatas pada orang-orang yang masih berada di dunia ini? Mengapa pada peristiwa transfigurasi, Yesus dapat bercakap-cakap dengan Elia dan Musa? Silakan juga melihat diskusi tentang persekutuan para kudus di sini – silakan klik.
2. Tentang Maria diangkat ke Sorga dapat dilihat di artikel ini – silakan klik.
Semoga dua link di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom…
IMHO, setelah melewatkan hidupnya yang terbungkus daging di dunia ini, jiwa manusia akan melewatkan kekekalan entah di surga atau neraka dengan “telanjang jiwa”. Karena badannya yang selama ini membungkus jiwanya akan ditinggalkan di dunia ini. Jiwa itu sendiri tetap hidup.
Menurut saya, pandangan seperti “tdk perlu minta bantuan kepada org2 kudus yang lama meninggal” adalah benar kalau kita minta tolong didoakan oleh badan2/jenazah2 para kudus yang ditinggalkan di dunia (karena badan itu sudah “kosong”). Tapi, kami berdoa, mohon bantuan doa, perantaraan doa kepada jiwa2 kekal para kudus dan jiwa2 lain yang telah lebih dulu dipanggil Tuhan. Jiwa2 yang hidup di sana.
Jadi wajar sekali apabila ada orang yang dulunya sering kita mintai tolong untuk mendoakan kita pada waktu mereka hidup (orang tua, pembimbing rohani, teman dll) lalu setelah mereka dipanggil Tuhan, kita tetap minta pertolongan doa mereka.
Apakah Anda percaya adanya kehidupan kekal? Untuk refleksi, bagaimana jiwa kita sendiri setelah meninggal nanti? Tetap hidup atau musnah?
Mohon perantaraan doa pada saudara2 yang telah mendahului kita menurut saya adalah praktek dari iman akan kehidupan kekal dan iman akan karya penyelamatan Yesus.
Sdr Oka Savtama, duluan mana: Gereja atau Alkitab kita ini? Apakah mungkin Alkitab ada jika tak ada Gereja? [edit] Seharusnya kaum protestan dapat menelaah kebenaran Alkitab dalam konteksnya yaitu Gereja. Semoga Roh Kudus menggerakkan Anda semua kaum protestan ke dalam kebenaran utuh sebagaimana Gereja Katolik telah menghayati kebenaran itu selama ini sejak paus St Petrus sampai paus yang sekarang dan selamanya…
Salam: Isa Inigo
salam kasih
Maka perbedaan yang mendasar antara Gereja Katolik dan gereja Protestan memang adalah dalam hal pengantaraan (mediation). Keduanya memegang bahwa Kristus adalah pengantara yang esa dan satu-satunya (1 Tim 2:5) namun Gereja Katolik tidak memandang pengantaraan Yesus sebagai sesuatu yang eksklusif, melainkan yang inklusif/ melibatkan juga pengantaraan Maria, para kudus dan bahkan semua umat beriman dengan derajat yang berbeda-beda. (Bukankah kita semua juga dapat dipakai untuk menjadi alat perantaraan sesama untuk datang kepada Yesus?) Perantaraan mereka (para kudus) itu bukan ’saingan’ pengantaraan Yesus, melainkan mendukung ‘pengantaraan Yesus’ yang esa dan satu-satunya itu
TRINITAS
BAPA, PUTRA ( YESUS), ROH KUDUS
YESUS
RATU SORGA
PARA KUDUS
GEREJA ( pastor )
Doa Rosario, novena, doa arwah, pengakuan dosa melalui pastor
UMAT, UMAT, UMAT, UMAT
Betul dan harus kita anak2 yang mengaku sebagai orang percaya mempunyai tugas yan sama dengan kapasitas kita dan panggilan kita utk menjadi perantara utk mengenalkan Firma Tuhan kepada sesama
Kalau gereja katolik menyataan Yesus sebagai pengantaraan yg tidak eksklusif lalu posisi Yesus yang sebenarnya ada di mana? Dan sebagai apa ? bukankah kah jelas ini bertentangan dengan Yohanes 3:16 atau I timotius 2:5 Apakah kita tidak yakin kalau Yesus itu hanya the only one pengantara manusia kepada Allah? sadar kah kalian bahwa maria dan santo, santa juga membutuhkan Yesus utk bisa masuk ke dalam sorga? Mereka dan kita adalah yg awalnya adalah orang hina dan budak dosa hanya karena anugrah mereka dan kita di selamatkan dan karena anugrah mereka di pilih Allah untuk menjadi alat perpanjangan keselamatan buat orang2 yg tidak percaya dan kita pun sama di pilih utk jadi anak2 Tuhan dan kita juga harus jadi perpanjangan tangan keselamatan di jaman sekarang ini
Gereja Katolik percaya dengan ijin Tuhan Yesus kalau berdoa melalui maria dan santo santa doa akan lebih cepat sampai dan di kabulkan (firman Tuhannya tidak ada yg mendukung berarti hanya kebohongan)
Karena begitu di tekankan dengan (doa Rosario, novena, doa arwah dst ) memperlihatkan hubungan pribadi manusia dan Allah tidak sempurna ( kalau saya expresikan dengan doa yg dianggap special oleh gereja katolik bahwa jemaat gereja katolik masih sungkan berdoa dan berbicara sendiri kepada sahabat dengan segala keluh kesahnya makannya membutuhkan doa2 lain dan perantaraan maria yg belum jelas dan tidak bisa di jelaskan dalam kebenaran Firman Tuhan utk menyampaikan doa manusia kepada Tuhan. saya selalu mempertanyakan apakah ini jelas2 bertentangan denganyoh 4:6?
Matius 22:29 Yesus menjawab mereka kamu sesat sebab kamu tidak mengerti kitab suci maupun kuasa Allah
Roma 8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebabkita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan2 yang tidak terucapkan
Ini yang membedakan antara iman katolik dan iman orang percaya
Orang percaya tidak butuh manusia untuk menyampaikan doa dan keinginan kita kepada Tuhan supaya di jawab karena di saat kesulitan dan dalam permasalahan Roh Kudus sudah mengetahui dan sudah menyampaikan segala sesuatunya sebelum kita berdoa artinya Tuhan sudah mengetahui apa yg kita perlu dan permasalahan yg kita hadapi ingat kan Bapa, Anak, Roh Kudus itu satu jadi Roh yg ada di dalam kita org yg percaya adalah Tuhan Yesus sendiri.
Gereja katolik mengajarkan kalau kita berdoa dan meminta pertolongan manusia (santo santa) pasti doa kita disampaikan dan pasti di jawab artinya maaf sebelumnya kalau saya salah mengartikan, ketika umat katolik berdoa tidak memerlukan Roh Kudus karena sudah memohon kepada maria ibu Yesus yg pasti ketika maria memohonkan kepada anakNya pasti Yesus tidak akan menolak.
Yohanes 1:12 tetapi semua orang yg menerima-Nya diberiNya kuasa spy menjadi anak2 Allah. Kita di beri kuasa menjadi anak2-Nya kemudahan yg luar biasa yang Tuhan Kasih kepada siapa yg mau dan orang2 yang lahir baru dan bertobat dan kemudahan mempunyai hubungan pribadi yang paling dekat dengan Tuhan dan tandanya kita di beri Roh Kudus, tetapi sayang masih saja ada gereja dan hamba2 Tuhan menyalah gunakan dan masih membohongi umat dengan mendidik dan memberi pengajaran yg tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan yang adalah salah satu sumber mutlak (Roma 1:16-17, I kor 15:3, II tim 1:11-12, II Tim 3:15-17) yang membawa orang kepada kasih dan kebenaran, keselamatan dan akhirnya akan membawa kita kepada kerajaan Allah utk selama2nya, dan ada gereja menganggap bahwa alkitab bukan satunya sumber kebenaran alkitab hanya di anggap sebagai sabda Allah dan gereja punya sumber kebenaran lain yaitu tradisis2 gereja ( padahal dgn kematian Tuhan Yesus tradisi sudah tidak berlaku lagi, magnistrum gereja ( gereja bisa mengambil keputusan dan mengajar kepada jemaat karena menganggap gereja di buat oleh dan diserahkan oleh Tuhan kepada gereja) dan kebenarannya tidak di dukung dengan Firman Tuhan
Tambahan: semenjak saya menemani istri saya misa saya melihat dan saya percaya bahwa 100% orang katolik ketika pergi misa tidak bawa alkitab dan yang paling mengenaskan bahwa abis ibadah tidak pernah mengecek firman yg disampaikan oleh pastor makanya yg saya rasakan jemaat katolik hanya makan dan telan tanpa tau apa rasa makanannya itu, kadang kalo istri saya; saya tegur dan Tanya bukti kebenaran firman Tuhannya mana?, dia marah istri bilang apa yg saya tau itu yg diajarkan oleh suster dan pastor dan itu yg saya terima.
Efesus 1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemulian-Nya.
Setelah di beri kuasa menjadi menjadi anakNya, efesus 1:14 Roh Kudus yang kita terima dan dalam hati anak2 Allah adalah jaminannya
Firman tadi jelas2 menekankan bahwa Roh Kudus adalah jaminannya, kalau kembali ke maria, apakah maria bisa menjamin ,, apakah maria sanggup medengar jutaan orang berdoa memohon kepada maria agar doa2 manusia di sampaikan kepada Allah, apa lagi maria hanya seorang manusia biasa yang di angkat kesorga (tidak ada bukti kebenaran FirmanTuhan yg menyatakannya)
saya salut bagai mana tim anda menjawab pertanyaan dari non katolik tapi sayang pengetahuan yg anda miliki kalau mengikuti tafsiran manusia, tidak akan pernah nyambung dengan kebenaran firman Tuhan, ada tertulis
di ibrani 2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yg telah kita dengar, supaya kita jangan dibawa arus.
saya diingatkan di matius 7:6 Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak2nya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.
maaf kalu pak tay harus terus melihat pertanyaan dan pernyataan yang sama smenjak saya mengikuti webb ini karena blm ada jawaban yg bisa di berikan sesuai dengan Firman Tuhan kalau secara tradisi2 gereja katolik pasti benar tp kalau secara kbenaran yg utuh belum tuh. GBU
Shalom Adri A,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya mencoba mengerti bahwa anda berkeberatan dengan begitu banyak pengajaran Gereja Katolik yang anda pandang tidak Alkitabiah. Namun, untuk dapat membuktikan hal ini, kita harus berdiskusi secara lebih mendalam dan berfokus pada satu topik saja, sehingga diskusi dapat terarah dengan baik.
I. Tentang persekutuan para kudus
1. Bukannya saya tidak mau untuk berdiskusi tentang hal ini lagi, namun, topik ini telah didiskusikan secara cukup panjang lebar di sini – silakan klik (diskusi dengan Anton), diskusi dengan Esther dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi dengan Machmud dapat dilihat di sini – silakan klik. Kalau anda memang benar-benar ingin melihat dasar-dasar Alkitab dari pengajaran para kudus, silakan membaca link-link di atas dan kemudian silakan memberikan argumentasi yang baru setelah membaca diskusi-diskusi tersebut. Saya juga pindahkan pesan anda ini ke tanya jawab di sini (tentang persekutuan para kudus), sehingga dapat dikelompokkan dengan baik.
2. Semua umat Kristen setuju pentingnya doa dalam perjalanan hidup ini dan percaya bahwa doa orang benar adalah besar kuasanya (lih. Yak 5:16). Inilah sebabnya, kalau kita menghadapi masalah, kita sering meminta doa kepada pendeta, pastor, hamba Allah, dll. Bagi umat Kristen, setelah orang meninggal, maka hubungan dengan orang yang hidup di dunia ini adalah terputus. Namun, bagi umat Katolik, hubungan antara orang yang meninggal di dalam Kristus dan orang yang masih hidup di dunia ini tidaklah terputus, karena masih terikat oleh kasih Kristus. Dan inilah sebabnya di dalam Gereja Katolik, kita mengenal adanya persekutuan para kudus. Dan sadar atau tidak, dengan kita meminta bantuan doa dari pendeta, kita juga meminta mereka untuk juga berdoa bagi kita. Namun, kita tidak mempermasalahkan hal ini, walaupun kita juga dapat berdoa secara langsung kepada Yesus. Jadi, posisi Yesus sebagai pengantara satu-satunya tidak perlu dipertanyakan, karena doa dari pendeta, pastor, para kudus adalah merupakan partisipasi dari pengantaraan Kristus. Dan apakah dengan berdoa kepada para kudus, maka doanya lebih didengar? Pertanyaan yang sama adalah: apakah kalau kita meminta doa dari pendeta, hamba Allah, maka doa kita lebih cepat didengar? Jawabannya akan sama dengan pertanyaan yang anda ajukan. Semua doa kepada/bersama orang kudus pada akhirnya tergantung dari Kristus sendiri, apakah Dia akan mengabulkan doa tersebut atau tidak.
3. Doa rosario, novena, dll adalah merupakan bentuk devosi. Kalau anda mau melihat bentuk doa dan penyembahan yang tertinggi, maka Gereja Katolik mengenal Sakramen Ekaristi. Sakramen Ekaristi ini lebih tinggi dari semua doa apapun, termasuk doa-doa spontan, maupun doa rosario, novena, dll. Namun, kalau anda mau berdiskusi tentang doa rosario, silakan mengajukan argumentasi di diskusi ini – silakan klik. Di link ini, saya telah mencoba memaparkan bahwa doa rosario adalah doa yang sungguh Alkitabiah, dan isinya lebih Alkitabiah dibandingkan dengan doa-doa spontan yang kita doakan. Silakan membaca link tersebut, dan harapannya anda dapat melihat bahwa persekutuan orang kudus tidaklah bertentangan dengan Yoh 14:6, seperti yang anda sebutkan.
4. Anda mengatakan “Ini yang membedakan antara iman katolik dan iman orang percaya
Orang percaya tidak butuh manusia untuk menyampaikan doa dan keinginan kita kepada Tuhan supaya di jawab karena di saat kesulitan dan dalam permasalahan Roh Kudus sudah mengetahui dan sudah menyampaikan segala sesuatunya sebelum kita berdoa artinya Tuhan sudah mengetahui apa yg kita perlu dan permasalahan yg kita hadapi ingat kan Bapa, Anak, Roh Kudus itu satu jadi Roh yg ada di dalam kita org yg percaya adalah Tuhan Yesus sendiri.” Sebelum mengambil kesimpulan seperti ini, bacalah diskusi di link-link yang saya berikan di atas, sehingga anda mengerti secara persis apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Menurut argumentasi anda, maka sama saja dengan mengatakan bahwa tidak benar kalau salah seorang jemaat meminta doa kepada pendeta, pengkotbah, hamba Allah, karena Roh Kudus telah mengetahui dan sudah menyampaikan segala sesuatunya sebelum kita berdoa. Cobalah memikirkan sisi ini secara lebih mendalam.
5. Anda mengatakan “Gereja katolik mengajarkan kalau kita berdoa dan meminta pertolongan manusia (santo santa) pasti doa kita disampaikan dan pasti di jawab artinya maaf sebelumnya kalau saya salah mengartikan, ketika umat katolik berdoa tidak memerlukan Roh Kudus karena sudah memohon kepada maria ibu Yesus yg pasti ketika maria memohonkan kepada anakNya pasti Yesus tidak akan menolak.” Kembali, anda telah salah paham terhadap pengajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa dengan berdoa kepada santa-santo, maka doa kita pasti dikabulkan. Bahkan dengan berdoa secara langsung kepada Yesus, maka kita juga tidak dapat mengatakan bahwa doa kita pasti dikabulkan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, kembali kita harus melihat bahwa mereka (orang-orang kudus) adalah orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah, lebih benar dari pendeta, pastor, yang masih hidup di dunia ini. Tentang terkabulnya doa, maka semuanya tergantung dari Yesus sendiri. Jadi, para santa-santo berpartisipasi dalam perantaraan Kristus. Dengan demikian, kesimpulan anda bahwa umat Katolik tidak memerlukan Roh Kudus, tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tentang apakah Maria dapat mendengarkan doa-doa dari begitu banyak orang: Kalau orang-orang di Sorga juga melakukan doa kepada orang-orang yang masih hidup di dunia, seperti yang dilakukan oleh para tua-tua dan malaikat (lih. Why 5:8; Why 8:3-4), maka mereka semua mempersembahkan doa-doa kepada Allah. Dan menjadi fitting, kalau orang-orang kudus, termasuk Bunda Maria dapat mengetahui doa-doa yang berhubungan dengan mereka (pertaining to them), sehingga mereka dapat turut melakukan doa syafaat bagi permohonan-permohonan yang diajukan.
Anda mencoba memberikan argumentasi bahwa partisipasi doa dari para kudus bertentangan dengan Roh Kudus dengan ayat Ef 1:14 “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Namun, seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa semua doa-doa dari para kudus, termasuk Maria, adalah merupakan partisipasi dalam tugas perantaraan Kristus. Dengan demikian, partisipasi tidaklah bertentangan dengan sumbernya, yaitu Kristus.
II. Tentang Sola Scriptura
1. Kemudian anda mempertanyakan pengajaran lain tentang “sola scriptura“. Menurut saya, anda belum memberikan argumentasi secara menyeluruh tentang hal ini. Dan kalau anda ingin benar-benar berdiskusi tentang hal ini, silakan melihat diskusi ini – silakan klik. Kalau anda menganggap bahwa Alkitab sajalah sebagai pilar kebenaran, silakan memberikan argumentasi mengapa setelah Martin Luther mengajarkan “sola scriptura” kemudian terjadi perpecahan sampai ada 28,000 demominasi, yang bertentangan dengan pesan Yesus di Yohanes 17? Kalau anda menganggap bahwa Tradisi Gereja dan Magisterium Gereja bertentangan dengan Alkitab, maka silakan menyebutkan satu Tradisi Gereja dan Magisterium Gereja yang bertentangan dengan Alkitab. Dan dalam link tersebut, silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan di link ini – silakan klik.
2. Tentang umat Katolik yang tidak membawa Alkitab ke Gereja, maka sebenarnya sudah menjadi kewajiban bagi umat Katolik untuk membaca bacaan pada hari itu, sehingga pada waktu mendengarkan Sabda Tuhan, maka mereka dapat lebih meresapkannya. Tentu saja kalau ada yang membawa Alkitab akan menjadi lebih baik. Dan kalau istri anda tidak dapat membuktikan kebenaran ajaran dari Gereja Katolik, bukan berarti bahwa pengajaran Gereja Katolik adalah salah, karena mungkin saja istri anda belum mengerti secara penuh akan pengajaran tersebut. Tentu saja menjadi tantangan bagi semua umat Katolik untuk mencoba mendalami iman Katolik, termasuk saya sendiri.
III. Kesimpulan
Anda mengatakan “saya salut bagai mana tim anda menjawab pertanyaan dari non katolik tapi sayang pengetahuan yg anda miliki kalau mengikuti tafsiran manusia, tidak akan pernah nyambung dengan kebenaran firman Tuhan, ada tertulis di ibrani 2:1 Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yg telah kita dengar, supaya kita jangan dibawa arus.” Terima kasih atas komentar anda dan terima kasih telah mengingatkan saya untuk lebih teliti dalam mempelajari Firman Allah. Untuk itulah kita berdiskusi. Untuk mengatakan bahwa jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan Firman Allah, maka anda perlu membuktikannya dengan argumentasi yang baik dan terstruktur. Dan menjadi lebih baik, kalau anda mau membaca link-link yang telah saya berikan, sehingga diskusi yang ada tidak perlu diulangi bahkan dapat dibahas secara lebih mendalam.
Anda mengatakan “saya diingatkan di matius 7:6 Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak2nya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.
maaf kalu pak tay harus terus melihat pertanyaan dan pernyataan yang sama smenjak saya mengikuti webb ini karena blm ada jawaban yg bisa di berikan sesuai dengan Firman Tuhan kalau secara tradisi2 gereja katolik pasti benar tp kalau secara kbenaran yg utuh belum tuh.” Saya terus terang tidak mengerti persis maksud anda dengan mengutip Mt 7:6. Apakah anda ingin mengatakan bahwa anda memberikan barang yang kudus kepada tim katolisitas, yang dianggap tidak layak menerimanya? Saya telah menyatakan kepada anda beberapa kali untuk memilih satu topik diskusi dan kemudian mendiskusikannya secara mendalam. Anda senantiasa mempertanyaan hal yang sama, karena anda tidak mau membaca link-link yang saya berikan dan tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan di link-link tersebut. Jadi, saya mengusulkan, kalau anda mau berdiskusi tentang persekutuan para kudus, maka berfokuslah pada topik ini sampai selesai.
Kalau anda tidak mau membaca link-link yang saya berikan, maka saya cut & paste dari diskusi saya dengan Machmud sebagai berikut:
IV. Tentang Persekutuan para kudus
1) Mungkin Adri dapat menerangkan terlebih dahulu, mengapa meminta pertolongan doa hanya dibatasi pada orang-orang yang ada di dunia ini? Dan mengapa orang-orang yang telah meninggal tidak dapat mendoakan kita? Bagaimana kita mengartikan ayat ini
“38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
dan juga “…orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yoh 2:17).
Kalau kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kita tidak berkeberatan untuk meminta doa pada teman-teman kita di dunia ini kalau kita menghadapi kesulitan, bukankah seharusnya kita tidak berkeberatan untuk meminta bantuan kepada para kudus, yang kasihnya lebih sempurna?
2) Mungkin coba kita renungkan apa yang dilakukan oleh para kudus di Sorga? Apakah mereka hanya menikmati kebahagiaan abadi di Sorga, atau turut bekerja, seperti Yesus yang terus menjadi Pengantara antara manusia dan Tuhan sampai pengadilan terakhir? Apakah para kudus hanya berpangku tangan saja menyaksikan Penyelamat mereka terus menjadi Pengantara? Ataukah Yesus mengatakan “Saya sedang bekerja, dan kamu para kudus, silakan menikmati kebahagian di Sorga. Kalau kamu mau melihat apa yang Aku lakukan, silakan duduk dan melihat apa yang Kukerjakan, namun kamu semua tidak boleh ikut-ikut..?“
Kalau di Sorga terdapat kasih yang sempurna, apakah kondisi di atas merupakan manifestasi kasih yang sempurna?
Kalau anda ingin berdiskusi secara serius tentang persekutuan orang kudus, silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya beri warna merah. Dan cobalah berfokus pada diskusi ini, sehingga anda dapat mempunyai waktu untuk menyusun argumetasi yang baik. Semoga hal ini dapat diterima dengan baik oleh Adri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
salam kasih
Wahh sudah begitu lama menunggu jawaban saya pikir saya sudah di black list,dengan senang hati dan saya berjanji dalam memberikan jawaban ini bukan dengan emosi tapi dengan kasih tidak seperti saya pertama kali mengikuti webb ini, beri saya waktu saya tanya Tuhan dulu terserah jawaban apa yang seharusnya saya beri.GB
Shalom Riswan Adrian,
Pertanyaan dari Adri di atas bukannya di blacklist, namun karena memang ada begitu banyak pertanyaan yang masuk, sehingga memerlukan waku untuk menjawabnya. kalau anda memang sama dengan Adri dan ingin berdiskusi dengan tidak emosional, maka tentu saja akan menjadi lebih baik, karena menurut saya, orang yang memberikan jawaban yang emosional akan merugikan dirinya sendiri. Silakan merenungkan diskusi ini dan semoga Roh Kudus juga menerangi hati kita semua dalam berdiskusi. Pada waktu kita berdoa untuk meminta jawaban Tuhan, maka kita perlu minta rahmat untuk dapat membedakan Roh, karena bisa saja suatu pendapat yang didapat bukan datang dari Tuhan, namun datang dari diri sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Kak, ini pendapat dari saudara beda Gereja..
terima kasih..
Purgatory
– Menurut Katolik, siapa yang mati dalam damai dengan Gereja tetapi tidak sempurna akan disempurnakan dalam purgatory
Pertanyaannya: siapakah orang yang sempurna, tanpa retakan yang bisa masuk ke sorga? Orang suci dan para martir? Bukankah mereka juga berdosa? perbuatan baik tidak cukup untuk menghapuskan hutang dosa kita. Ini berlaku juga bagi orang suci.
– Di mana ayat Alkitab yang membicarakan purgatory? Lebih banyak orang di purgatory kenapa Alkitab tidak pernah bicarakan purgatory dan hanya katolik yang membicarakannya tanpa dasar Alkitab?
– Hukuman purgatory bisa lepas dengan perbuatan baik, alms giving, indulgensia etc. dari mana dasar Alkitabnya? Perbuatan baik saya tidak cukup untuk saya, bagaimana cukup untuk orang lain?
– Bagaimana roh manusia mengalami hukuman (material fire) dalam purgatory, sebelum mengalami kebangkitan tubuh?
– Jika Paus dan uskup memiliki kuasa untuk melepaskan jiwa yang menderita dari purgatory, mengapa mereka – sebagai orang-orang baik – tidak memberikannya secara freely dan willingly kepada orang Kristen dan harus dipungut bayaran? Bukankah Kristus memberikannya freely and willingly. Dokter dan perawat saja berusaha melepaskan manusia dari penderitaan fisiknya mengapa mereka tetapi Paus – yang dianggap mampu melepaskan dari purgatori – membiarkan mereka dalam purgatory sampai seseorang membayarnya?
– Purgatori melawan beberapa prinsip yang diajarkan Alkitab:
• Yoh. 5:24 : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup
Yesus mengajarkan bahwa orang Percaya tidak singgah di purgatori tetapi memiliki jaminan keselamatan (sorga). Ini berbeda dengan ajaran paus
• I Yoh. 1:7 & 9 Yesus telah menyucikan segala dosa dan kejahatan dari mereka yang diampuni dosanya – ketika ia masih hidup – melalui pengorbanan-Nya. Lalu untuk apa masuk purgatory lagi? Apakah karya keselamatan yang dikerjakan Yesus di salib belum sempurna?
• Why. 14:13 semua yang mati dalam Tuhan mendapat peristirahatan dalam kerajaan Allah, bukan menderita di purgaori. Semua orang percaya sejati mati dalam Tuhan, jika ada yang tidak mati dalam Tuhan maka mereka tidak mungkin ke sorga. Ayat ini juga tidak membagi orang yang mati dalam Tuhan ke dalam dua kelompok (sempurna & tidak sempurna).
• 2 Kor. 5:1 : jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini (tubuh jasmai) dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal
Dalam Ayat yang ditujukan ditujukan Paulus kepada seluruh jemaat dan semua orang percaya ini (istilah “kita”), tidak ditemukan bahwa ada dua jenis orang percaya (yang akan menuju sorga dan atau purgatory). Semua orang percaya (“kita”) – setelah mati – akan menuju ke sorga.
• Rom. 8:1 tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya bagaimana Paus mengajarkan masih ada hukuman di purgatory. Mungkin Paus yang menciptakannya.
• 1 Peter 3:18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah
Kita tidak bisa mendorong orang untuk menderita lagi di purgatory, karena dosanya yang sudah ditebus Yesus secara sempurna (satu kali) ketika ia percaya (bd. I Yoh.1:1,9; Yoh.5:24).
• Ibr. 10:17,18 Allah tidak lagi mengingat-ingat dosa dan kesalahan orang percaya sehingga tidak ada lagi korban yang harus dipersembahkan untuk itu. Jika demikian, tidak perlu lagi purge tori untuk dosa yang sudah diampuni Yesus dan tidak perlu memberi persembahan apapun (termasuk uang, indulgensi) untuk membawa orang ke sorga.
– Ajaran tentang purgatory tidak ditemukan dalam Alkitab dan lebih mirip dengan mitos-mitos agama kafir di India & Persia, dan mitos yang sangat familiar di anatara agama kafir di Mesir, Yunani dan Roma. Bahkan ajaran ini pertama kali menjadi statement dari Marcion di abad II.
Shalom Veri,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Api Penyucian. Anda dapat melihat diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik. Silakan melihat dialog di link tersebut dan silakan menggunakannya untuk berdiskusi. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. "Pertanyaannya: siapakah orang yang sempurna, tanpa retakan yang bisa masuk ke sorga? Orang suci dan para martir? Bukankah mereka juga berdosa? perbuatan baik tidak cukup untuk menghapuskan hutang dosa kita. Ini berlaku juga bagi orang suci." Kesempurnaan bukanlah syarat yang dibuat oleh manusia, namun syarat yang diberikan oleh Kristus sendiri, ketika Dia mengatakan "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mt 5:48). Lihat juga ayat ini "Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu." (Why 21:27) dan Ibr 12:14 "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan."
Kalau maksud dari pertanyaan tersebut menuntut ayat berapa yang menyebutkan kata "Purgatorium atau Api Penyucian", maka kita katakan tidak ada, sama seperti kata Trinitas, juga tidak ada di Alkitab. Namun, apakah dengan demikian, kita tidak percaya akan Trinitas? Tentu saja kita percaya, karena esensi kebenarannya ada di dalam Alkitab, seperti yang terlihat dalam diskusi di link yang saya berikan. Jangan lupa juga bahwa tidak ada ayat yang mengatakan "sola scriptura" dan "sola fide".
2. Dikatakan "Hukuman purgatory bisa lepas dengan perbuatan baik, alms giving, indulgensia etc. dari mana dasar Alkitabnya? Perbuatan baik saya tidak cukup untuk saya, bagaimana cukup untuk orang lain?" Ini adalah diskusi yang terlalu cepat, karena sebelum dibuktikan apakah memang Api Penyucian ada atau tidak, maka cara keluar dari Api Penyucian tidaklah perlu dibahas pada tahap ini. Namun, kalau mau dibahas, silakan melihat konsep indulgensi di sini – silakan klik. Mungkin kasih dan perbuatan baik dari kita tidak cukup untuk diri sendiri, namun ada begitu banyak santa-santo yang telah membuktikan diri untuk melakukan kasih dalam derajat yang heroik.
3. Dikatakan "– Bagaimana roh manusia mengalami hukuman (material fire) dalam purgatory, sebelum mengalami kebangkitan tubuh?" Purgatory tidaklah diartikan sebagai material fire atau dalam konteks penghukuman fisik. Bahkan Purgatorium bukanlah dilihat sebagai suatu hukuman, namun suatu proses pemurnian, di mana semua orang yang masuk Purgatorium pasti akan masuk Sorga. Dituliskan "Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api." (1Kor 3:15). Dari ayat tersebut tidak ada yang menyatakan bahwa api tersebut adalah "material fire". Bagaimana material fire dapat membakar pekerjaan? Jadi kondisi di Api Penyucian sama sekali berbeda dengan kondisi di neraka – yang mengalami pain of sense (poena sensus) dan pain of loss (poena damni).
4. Dikatakan "– Jika Paus dan uskup memiliki kuasa untuk melepaskan jiwa yang menderita dari purgatory, mengapa mereka – sebagai orang-orang baik – tidak memberikannya secara freely dan willingly kepada orang Kristen dan harus dipungut bayaran? Bukankah Kristus memberikannya freely and willingly. Dokter dan perawat saja berusaha melepaskan manusia dari penderitaan fisiknya mengapa mereka tetapi Paus – yang dianggap mampu melepaskan dari purgatori – membiarkan mereka dalam purgatory sampai seseorang membayarnya?" Tidak ada yang mensyaratkan pembayaran untuk mendapatkan indulgensi. Silakan melihat dua link berikut ini yang telah membahas masalah ini – silakan klik dan ini – silakan klik.
5. Dikatakan bahwa ayat-ayat berikut ini melawan indulgensi. Mari kita melihat ayat-ayat tersebut satu-persatu:
a. "Yoh. 5:24 : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup
Yesus mengajarkan bahwa orang Percaya tidak singgah di purgatori tetapi memiliki jaminan keselamatan (sorga). Ini berbeda dengan ajaran paus"
Untuk mengatakan bahwa cukup dengan mendengar dan percaya kepada Yesus dan kemudian akan masuk Sorga secara otomatis justru tidaklah Alkitabiah. Cobalah untuk melihat konsep keselamatan, yang sudah, sedang dan akan:
Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5)
Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9)
Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
Kita melihat dalam kehidupan nyata, bahwa ada banyak umat beriman (Katolik dan non-Katolik) yang hidupnya jauh dari kekudusan, dan bahkan sering menjadi batu sandungan dan tidak mencerminkan kasih. Bahkan Yesus menegaskan pada penghakiman terakhir dikatakan "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Mt 7:21). Tidak cukup hanya percaya kemudian seseorang diselamatkan, namun seseorang harus mengerjakan keselamatannnya dengan melakukan kehendak Bapa, yang berarti mengerjakan pekerjaan Bapa sampai akhir hayat, yang berarti setia sampai mati.
b. "I Yoh. 1:7 & 9 Yesus telah menyucikan segala dosa dan kejahatan dari mereka yang diampuni dosanya – ketika ia masih hidup – melalui pengorbanan-Nya. Lalu untuk apa masuk purgatory lagi? Apakah karya keselamatan yang dikerjakan Yesus di salib belum sempurna?"
Karya keselamatan yang dikerjakan Yesus di salib memang sempurna dan telah cukup bahkan berlimpah. Namun, kelimpahan rahmat dari misteri Paskah ini, bukan hanya mampu untuk memberikan pembenaran bagi manusia, namun mampu untuk mengubah manusia dari dalam, sehingga manusia mampu untuk menghasilkan buah-buah kasih. Jadi, bukan rahmat Tuhan yang kurang, sehingga manusia dapat kehilangan keselamatannya, namun karena kesalahan manusia sendiri yang tidak dapat bekerjasama dengan rahmat Allah.
Kalau memang begitu yakin bahwa orang yang percaya pasti telah disucikan akan segala dosa dan telah diampuni dosanya, mengapa rasul Paulus mengatakan "karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar" (Fil 2:12) dan dia juga mengatakan "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1Kor 9:27). Dengan demikian, Api Penyucian justru adalah penting, karena membuka kesempatan bagi orang-orang yang tidak melakukan dosa yang berat (yang membuat orang masuk neraka), namun tidak juga sempurna dalam kasih (yang membuat orang masuk Sorga), agar dapat dimurnikan, sehingga dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
c. "Why. 14:13 semua yang mati dalam Tuhan mendapat peristirahatan dalam kerajaan Allah, bukan menderita di purgaori. Semua orang percaya sejati mati dalam Tuhan, jika ada yang tidak mati dalam Tuhan maka mereka tidak mungkin ke sorga. Ayat ini juga tidak membagi orang yang mati dalam Tuhan ke dalam dua kelompok (sempurna & tidak sempurna)."
Ayat tersebut mengatakan "semua yang mati dalam Tuhan". Yang mati dalam Tuhan bukanlah hanya orang-orang yang memanggil Tuhan, Tuhan, namun orang yang melakukan kehendak Bapa (lih. Mt 7:21). Dan hal ini ditegaskan di ayat yang sama "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." Dengan demikian, terlihat pentingnya perbuatan kasih dalam parameter orang-orang yang mati dalam Tuhan. Bacalah juga tentang analisa ayat 1Kor 3:12-15 di link ini – silakan klik.
1Kor 3:12-15 “12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.“
a. Anda mengatakan “– Jika anda membaca ayat diatas secara keseluruhan, maka anda akan menemukan makna sebenarnya. Api yg dikatakan diatas adalah api murka Tuhan kepada apa yg dibangun OLEH MANUSIA dan menggunakan emas/perak/kayu/batu2an dll.” Kita tahu bahwa ayat-ayat ini ditujukan bukan kepada orang yang jauh dari Allah, namun kepada orang-orang yang berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah, sehingga rasul Paulus mengatakan “8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. 9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. 10 Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. 11 Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1 Kor 3:9-11)
Ini berarti dalam konteks ini, semua orang yang bekerja di ladang Allah (ay.12 – Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami), juga akan mendapatkan suatu ujian di dalam pengadilan Allah.
Kalau anda mengatakan “Kualitas sesuatu yg dibangun manusia akan dites oleh api. Apa saja yg bisa dihancurkan oleh api murka Tuhan berarti akan mengalami kekalahan. Tetapi pekerjaan “seseorang” yg tidak hangus oleh api mendapatkan kemenangan“, maka pertanyaannya, setelah dihancurkan oleh api murka Tuhan, akan kemanakah orang-orang ini? Bukankah kalau dihancurkan oleh api murka Tuhan, seharusnya orang-orang ini akan pergi ke neraka sebagai konsekuensinya? Namun, mengapa di ayat 15 dikatakan “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.“? Kalau seseorang telah masuk neraka, bukankah tidak mungkin dapat diselamatkan, karena neraka adalah keterpisahan abadi dengan Allah? Namun, mengapa ayat tersebut mengatakan ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperi dari dalam api? Diselamatkan dari apa dan api apakah ini?
d. "2 Kor. 5:1 : jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini (tubuh jasmai) dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal
Dalam Ayat yang ditujukan ditujukan Paulus kepada seluruh jemaat dan semua orang percaya ini (istilah “kita”), tidak ditemukan bahwa ada dua jenis orang percaya (yang akan menuju sorga dan atau purgatory). Semua orang percaya (“kita”) – setelah mati – akan menuju ke sorga."
Kembali, di sini kita sebenarnya membahas tentang siapa saja yang diselamatkan, seperti yang dibahas di atas. Dan ayat tersebut juga tidak mengatakan bahwa tidak ada Purgatorium, karena seseorang juga dapat masuk ke dalam Sorga secara langsung, maupun melewati Purgatorium, sesuai dengan ayat-ayat pendukung di point-point sebelumnya. Dengan demikian, pembahasan tentang ayat-ayat 1Kor 3:12-15 memegang peranan penting.
e. "Rom. 8:1 tidak ada lagi penghukuman bagi orang percaya bagaimana Paus mengajarkan masih ada hukuman di purgatory. Mungkin Paus yang menciptakannya."
Apakah hanya cukup percaya dan seseorang pasti yakin akan keselamatannya? Bagaimana dengan ayat-ayat 1 Kor 3:12-15 yang menguji setiap pekerjaan seseorang yang percaya, yang dapat menderita kerugian namun tetap diselamatkan? Dengan demikian, dogma Api Penyucian justru menjadi benar, karena walaupun dibakar, namun seseorang yang masuk Purgatorium akan tetap selamat dan pada akhirnya akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
f. "1 Peter 3:18 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah
Kita tidak bisa mendorong orang untuk menderita lagi di purgatory, karena dosanya yang sudah ditebus Yesus secara sempurna (satu kali) ketika ia percaya (bd. I Yoh.1:1,9; Yoh.5:24)."
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1Yoh 1:9). Pengakuan dosa bukanlah satu kali saja, namun suatu proses sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Kita tahu bahwa setelah mengenal Yesus, kita masih tetap melakukan dosa, seperti yang dikatakan di ayat sebelumnya "Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." (ay. 8).
g. "Ibr. 10:17,18 Allah tidak lagi mengingat-ingat dosa dan kesalahan orang percaya sehingga tidak ada lagi korban yang harus dipersembahkan untuk itu. Jika demikian, tidak perlu lagi purge tori untuk dosa yang sudah diampuni Yesus dan tidak perlu memberi persembahan apapun (termasuk uang, indulgensi) untuk membawa orang ke sorga.
– Ajaran tentang purgatory tidak ditemukan dalam Alkitab dan lebih mirip dengan mitos-mitos agama kafir di India & Persia, dan mitos yang sangat familiar di anatara agama kafir di Mesir, Yunani dan Roma. Bahkan ajaran ini pertama kali menjadi statement dari Marcion di abad II."
Kita harus mengingat bahwa Allah adalah kasih, namun juga adil. Dengan keadilan-Nya, Dia tidak dapat membiarkan orang yang tidak sempurna di dalam kasih masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Allah tidak mengingat-ingat dosa dan kesalahan orang yang percaya. Namun, seperti yang telah dibahas di atas, orang yang percayapun dapat kembali ke dalam dosa. Kalau orang tersebut benar-benar mohon pengampunan (perfect contrition), maka orang tersebut akan mendapatkan pengampunan. Namun, adalah suatu kenyataan bahwa untuk dapat setia terus sampai akhir hayat kita adalah merupakan suatu perjuangan yang sulit, sehingga rasul Paulus juga terus berjuang dengan takut dan gentar, karena takut bahwa dia yang telah memberitakan Injil dapat ditolak dalam Kerajaan Allah. Kalau rasul Paulus saja mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, siapakah kita yang seolah-olah percaya bahwa keselamatan kita tidak mungkin hilang?
Jadi, seperti yang telah dijelaskan di atas, justru Purgatorium mempunyai dasar-dasar Alkitab yang kuat dan tidak berdasarkan mitos-mitos dari agama-agama lain. Hal ini didukung oleh jemaat perdana yang menuliskan tentang Api Penyucian. Untuk membuktikannnya, silakan melihat kutipan-kutipan dari para Bapa Gereja di abad-abad awal sebagai berikut:
Akhirnya, kita dapat melihat bahwa sebenarnya pengajaran tentang Api Penyucian justru sangat Alkitabiah, yang juga didukung oleh tulisan para Bapa Gereja. Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
kalo minta didoakan oleh pak pendeta atau sodara2 kita boleh? kalo boleh, kenapa doa kepada orang2 kudus ga boleh? orang2 kudus sudah dibenarkan Allah dan sudah disorga. tentu lebih mantab kan? tentang orang2 kudus sya sering baca di kitab wahyu.
Shalom !
Terima kasih untuk tanggapannya.
Pernyataan Bu Ingrid :
(Semua ayat yang anda tuliskan sungguh juga merupakan pegangan bagi umat Katolik. Memang sungguh Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup yang menghantar kita kepada Bapa (Yoh 14:6), dan bahwa Pengantaraan Yesus adalah Pengantaraan yang esa (1 Tim 2:5). )
Pernyataan Pak Stef :
(Terima kasih atas tanggapannya bahwa kita seharusnya mengaku dosa kepada Yesus secara langsung. Umat Katolik bukannya dilarang untuk mengaku dosa secara langsung kepada Yesus. Bahkan pada waktu kita berdosa, maka seharusnya umat Katolik harus berdoa dan memohon ampun kepada Yesus.)
Anton :
Marilah kita semua umat percaya datang hanya kepada Dia Penebus Agung kita Yesus Kristus Tuhan kita yang rela menderita dan berkorban karena cintaNya kepada kita umat berdosa. Dialah satu-satunya Penebus kita, tidak ada yang lain. Dialah satu-satunya Juruselamat kita, tidak ada yang lain.
Satu-satunya Nama yang olehNya kita beroleh selamat. Datanglah kepada Yesus Kristus bukan kepada yang lain. Datang kepada Yesus Kristus pasti BENAR !
God with us
Shalom Anton,
Terima kasih atas tanggapannya terhadap jawaban dari Ingrid dan saya sendiri. Seperti yang saya paparkan di jawaban saya sebelumnya, kalau ingin mengutip kalimat seseorang, sebaiknya melihat seluruh kalimat di paragraf tersebut dan juga argumentasi secara keseluruhan. Dan diskusi mungkin akan berjalan dengan baik dan to the point, kalau Anton dapat mengatakan keberatan dan juga alasannya. Dengan demikian perbedaan maupun persamaan dapat terlihat dengan jelas.
1) Anton mengutip jawaban Ingrid sebagai berikut “Semua ayat yang anda tuliskan sungguh juga merupakan pegangan bagi umat Katolik. Memang sungguh Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup yang menghantar kita kepada Bapa (Yoh 14:6), dan bahwa Pengantaraan Yesus adalah Pengantaraan yang esa (1 Tim 2:5).” Dan kalau kalimat ini berdiri sendiri, seolah-olah terlihat bahwa ini bertentangan dengan orang-orang Kudus yang juga dapat mendoakan umat Allah. Namun, kalau saja Anton mengutip satu paragraf, maka akan terlihat bedanya, dimana Ingrid menuliskan “Semua ayat yang anda tuliskan sungguh juga merupakan pegangan bagi umat Katolik. Memang sungguh Tuhan Yesus adalah jalan, kebenaran dan hidup yang menghantar kita kepada Bapa (Yoh 14:6), dan bahwa Pengantaraan Yesus adalah Pengantaraan yang esa (1 Tim 2:5). Namun dalam hal Pengantaraan yang esa ini, terdapat perbedaan interpretasi, antara gereja Protestan dan Gereja Katolik. Gereja Protestan mengajarkan Pengantaraan Yesus yang eksklusif (Yesus saja), sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa Pengantaraan ini melibatkan anggota Tubuh-Nya yang lain, walaupun pengantaraan anggota-anggota Tubuh ini hanya bisa terjadi karena Pengantaraan Kristus sebagai Kepala-Nya.“
2) Anton kembali mengutip kalimat secara terpisah dari tulisan saya “Umat Katolik bukannya dilarang untuk mengaku dosa secara langsung kepada Yesus. Bahkan pada waktu kita berdosa, maka seharusnya umat Katolik harus berdoa dan memohon ampun kepada Yesus.” Namun, secara lengkap dalam satu paragraf saya menuliskan “Umat Katolik bukannya dilarang untuk mengaku dosa secara langsung kepada Yesus. Bahkan pada waktu kita berdosa, maka seharusnya umat Katolik harus berdoa dan memohon ampun kepada Yesus. Namun, Yesus sendiri yang memberikan Sakramen Pengampunan Dosa kepada umat-Nya, sehingga umat-Nya dapat bertumbuh di dalam kekudusan. Oleh karena itu, pertobatan pribadi yang dialaminya harus dimanifestasikan dalam Sakramen Tobat.” Saya telah menjawab hal ini di sini (silakan klik).
3) Akhirnya Anton menuliskan “Marilah kita semua umat percaya datang hanya kepada Dia Penebus Agung kita Yesus Kristus Tuhan kita yang rela menderita dan berkorban karena cintaNya kepada kita umat berdosa. Dialah satu-satunya Penebus kita, tidak ada yang lain. Dialah satu-satunya Juruselamat kita, tidak ada yang lain.
Satu-satunya Nama yang olehNya kita beroleh selamat. Datanglah kepada Yesus Kristus bukan kepada yang lain. Datang kepada Yesus Kristus pasti BENAR !“
a) Apa yang dituliskan Anton memang benar, karena memang Gereja Katolik percaya bahwa yang menebus dosa manusia dan menjadi pengantara satu-satunya adalah Kristus. Yang menjadi perbedaan adalah pengantara satu-satunya tidak menutup kemungkinan bahwa umat Allah juga dapat turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa kita sering meminta dosa kepada teman-teman kita, pastor, pendeta, dll. Kita juga melihat bahwa rasul Paulus sering meminta bantuan doa dari jemaat Allah di berbagai kota. Dengan konsep yang sama, inilah yang dilakukan oleh Gereja Katolik. Kalau ingin melihat diskusi ini secara mendalam, silakan untuk membaca artikel “Jemaat perdana percaya akan persatuan para kudus” (silakan klik) dan lihat juga diskusi di bagian bawah artikel tersebut.
b) Pernyataan “Satu-satunya Nama yang olehNya kita beroleh selamat. Datanglah kepada Yesus Kristus bukan kepada yang lain” tidak disertai dengan argumentasi, sehingga sulit untuk memberikan komentar. Saya tidak tahu apakah Anton berpendapat bahwa Gereja Katolik tidak datang kepada Yesus namun kepada yang lain? Apakah yang dimaksud “yang lain”?
Adalah menjadi hal yang wajar, kalau kita mempunyai perbedaan pendapat. Kita dapat saling belajar dan memberikan argumentasi akan apa yang kita percayai, sehingga bersama-sama kita akan dapat memperoleh pengertian yang lebih dalam akan iman kita, yang pada akhirnya akan membawa kepada kebenaran, Kebenaran yang membebaskan (lih. Yoh 8:32).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom !
Terima kasih untuk tanggapannya.
Supaya kita mempunyai persepsi yang sama, dan tidak terjadi salah interpretasi antara pertanyaan dan jawaban, ada baiknya saya ingin fokuskan pertanyaan sehubungan dengan apa yang kita sharing-kan :
1. Kepada siapakah kita harus berdoa ?
2. Bolehkah doa kita ditujukan kepada yang lain selain kepada Allah Bapa melalui Nama Yesus ?
3. Adakah Yesus memerintahkan kita untuk datang kepadaNya harus melalui perantara ?
Mohon jawabannya disertai bukti-bukti Kitab Suci.
Terima kasih.
God bless.
Shalom Anton,
1. Kepada siapakah kita harus berdoa?
Tentu kita berdoa kepada Allah. Ini kita lihat paling jelas dalam doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri kepada para murid-Nya. Ini pula yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
2. Bolehkah doa kita ditujukan kepada yang lain selain kepada Allah Bapa melalui Nama Yesus?
Doa kita memang ditujukan untuk Allah, dan permohonan kita ditujukan hanya kepada Allah Bapa, namun kita dapat memohon para kudus untuk mendoakan kita. Dasarnya adalah pengajaran akan persekutuan orang kudus. Secara sekilas dasar-dasar Alkitab-nya pernah dituliskan di sini, silakan klik; dan penjelasan tentang pengertian persekutuan orang kudus ini, pernah dituliskan di sini, silakan klik.
3. Yesus tidak pernah memerintahkan kita untuk datang kepada-Nya melalui perantara. Maka Gereja Katolik juga tidak mengharuskan para beriman untuk datang kepada Yesus lewat perantara. Namun dengan prinsip ajaran adanya persekutuan orang kudus, maka kita dapat memohon para kudus mendoakan kita, seperti kita memohon saudara-saudari kita yang masih hidup untuk mendoakan kita. Pada saat kita mohon saudara/i kita untuk mendoakan kita, tentu kita tahu bahwa yang mengabulkan doa kita itu tentu bukan mereka, tetapi Tuhan saja. Demikian pula saat kita memohon doa dari para kudus di surga, kita mengetahui bahwa yang mengabulkan doa hanya Tuhan saja. Sama seperti kita tidak bersalah jika kita tidak meminta dukungan doa dari saudara-saudari kita di dunia, maka kita juga tidak bersalah jika kita tidak meminta para kudus mendoakan kita. (Hanya, tentu alangkah baik jika kita memohon dan menerima dukungan doa dari mereka bukan?). Jika anda berpegang pada ayat, “Doa orang benar sangat besar kuasanya” (Yak 5:16) maka sangat besarlah kuasa doa orang-orang yang sudah dibenarkan Tuhan, yaitu para kudus yang sudah dibenarkan Tuhan di surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bu Ingrid .
Bu Ingrid dapatkah saya menyimpulkan jawaban Ibu seperti berikut :
1. Doa/permohonan orang beriman Harus ditujukan kepada Allah Bapa.
2. Doa TIDAK BOLEH ditujukan kepada yang lain termasuk para kudus.
3. Saling mendoakan antara orang percaya itu benar kalau doanya tetap ditujukan kepada Allah Bapa.
Mohon dikoreksi bu.
Terima kasih
God bless
Shalom Anton,
Saya mengusulkan agar Anton membaca diskusi tanya jawab beserta dengan dialog tentang topik ini di sini (silakan klik) terlebih dahulu. Setelah membaca topik tersebut, maka Anton dapat mengajukan pertanyaan atau keberatan di link tersebut. Mungkin Anton akan mengajukan pertanyaan yang sama, namun mohon untuk membaca diskusi di link tersebut terlebih dahulu. Hal ini disebabkan topik ini telah dibahas cukup panjang dan saya rasa pertanyaan-pertanyaan dari Anton telah dijawab di link tersebut. Intinya adalah: 1) Doa orang beriman harus ditujukan kepada Tuhan. 2) Namun, karena kita disatukan dalam ikatan kasih, maka jemaat yang ada di dunia ini tetap berhubungan dengan orang kudus, sehingga kita yang berada di dunia dapat meminta bantuan para kudus untuk mendoakan kita. Hal ini sama seperti kita meminta doa kepada teman, pendeta, orang tua, pastor, dll. 3) Umat Katolik percaya bahwa kalau doa yang dikabulkan dengan perantaraan para kudus di Sorga adalah dikarenakan oleh Yesus sendiri. Namun, karena orang kudus adalah orang yang dibenarkan oleh Allah dan doa orang benar adalah besar kuasanya (lih. Yak 5:16), maka doa-doa orang kudus menjadi besar kuasanya.
Agar saya tidak salah paham tentang alur diskusi ini, maka saya mohon agar Anton memberikan statement apakah Anton setuju atau tidak dengan ajaran Katolik yang memperbolehkan umat Katolik untuk berdoa meminta bantuan para kudus. Dan kemudian, silakan memberikan alasan mengapa tidak setuju atau setuju? Dan apakah ada perbedaan antara meminta bantuan doa dari teman dan meminta bantuan doa dari para kudus di Sorga? Kalau berbeda dan meminta doa para kudus di Sorga tidak diperbolehkan, apakah alasannya?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom !
Pak Stef :
Agar saya tidak salah paham tentang alur diskusi ini, maka saya mohon agar Anton memberikan statement apakah Anton setuju atau tidak dengan ajaran Katolik yang memperbolehkan umat Katolik untuk berdoa meminta bantuan para kudus. Dan kemudian, silakan memberikan alasan mengapa tidak setuju atau setuju? Dan apakah ada perbedaan antara meminta bantuan doa dari teman dan meminta bantuan doa dari para kudus di Sorga? Kalau berbeda dan meminta doa para kudus di Sorga tidak diperbolehkan, apakah alasannya?
Anton :
Saya tetap tidak setuju apabila kita berdoa meminta bantuan para kudus (yang sudah mati), orang mati tidak dapat berhubungan dengan orang hidup. Begitu pula sebaliknya. Kalau sampai terjadi komunikasi antara orang hidup dan orang mati, itu berarti IBLIS / SETAN yang berkomunikasi dengan orang yang meyakini bisa berkomunikasi/berhubungan dengan orang mati.
Roma 8 : 38-39 itu ayat yang sangat indah yang MENJAMIN KESELAMATAN ORANG PERCAYA DI DALAM KRISTUS sehingga apapun yang dialami orang percaya selama hidup didunia (sesuai dalam konteks ayat) TIDAK TERPISAHKAN DARI KASIH KRISTUS.
Ini ayat yang memberikan KEPASTIAN KESELAMATAN BAGI ORANG PERCAYA.
Coba renungkan seluruh perikop Roma 8.
Bicara mengenai PEMELIHARAAN ALLAH KEPADA ORANG PERCAYA dan KEPASTIAN KESELAMATAN ORANG PERCAYA
atau
bicara mengenai MEMINTA BANTUAN DOA DARI PARA KUDUS (yang sudah mati) ?
Meminta bantuan doa dari teman yang masih hidup dengan orang kudus yang sudah mati adalah suatu hal berbeda antara bumi dan langit.
Sama seperti saya dan pak stef bisa berkomunikasi saat ini KARENA KITA BERDUA MASIH HIDUP bukan ?. Kalau salah satu kita sudah PULANG KE RUMAH BAPA apa masih bisa kita berhubungan ? Dimensinya sudah beda pak.
Saya melihat secara jelas bahwa Kitab Suci mengajarkan orang percaya berdoa hanya kepada ALLAH (sangat banyak sekali ayatnya), saling mendoakan antara orang percaya, tentunya yang masih hidup karena kitab Suci ditujukan kepada orang hidup (sangat banyak sekali), begitu juga dengan ayat yang menyatakan kita tidak boleh berhubungan dengan arwah orang mati. Ayat-ayat tersebut sangat jelas dan gamblang tidak perlu ilmu tafsir yang tinggi untuk memahaminya.
Itulah sebabnya saya tidak setuju kalau orang percaya saling mendoakan dengan orang yang sudah mati.
Saya lebih memilih doa saya naikan kepada Allah Bapa melalui Yesus Kristus, perantara dan juru syafaat umat percaya dan dengan pertolongan Roh Kudus yang memimpin orang percaya kepada seluruh kebenaranNya. Dan terus saling mendoakan sesama orang percaya (yang msh hidup) dan berdoa bagi orang yang belum percaya (yg msh hidup) supaya menerima Anugerah Allah yang terbesar yaitu Yesus Kristus Juruselamat manusia.
Saya tidak menemukan dalam kitab suci, ayat yang menyatakan secara jelas bahwa orang percaya boleh berdoa kepada orang kudus yang sudah mati atau pun praktek doa/ibadah para rasul/orang percaya dikitab suci yang berdoa kepada orang kudus yang sudah mati.
Maka itu saya tidak berani mengajarkan/menafsirkan atau memberikan statement bahwa orang
boleh minta bantuan doa dari para kudus yang sudah mati. Karena tidak sesuai dengan kitab suci.
Apakah pak Stef dapat menunjukan ayatnya ? Saya tunggu.
I Tim 4 : 16
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
God Bless
Shalom Anton,
Terima kasih atas tanggapannya tentang persekutuan para kudus. Kita tahu bahwa kita mempunyai pendapat yang berbeda dalam hal ini. Mari kita mendiskusikannya dengan hormat dan lemah lembut tanpa mengaburkan kebenaran. Saya sebenarnya berharap bahwa Anton dapat membaca link yang saya berikan terlebih dahulu, karena saya pikir argumentasi dari Anton telah saya jawab di link tersebut di atas. Silakan membaca link ini (silakan klik) dan kemudian memberikan argumentasi di bagian mana Anton tidak setuju. Agar diskusi sesuai dengan topik, saya pindahkan diskusi ini dari tanya jawab “Tentang patung, Bunda Maria, dan Pengakuan Dosa” ke tanya jawab “Apakah jemaat perdana percaya akan persekutuan para kudus”.
1) Anton mengatakan “Saya tetap tidak setuju apabila kita berdoa meminta bantuan para kudus (yang sudah mati), orang mati tidak dapat berhubungan dengan orang hidup. Begitu pula sebaliknya. Kalau sampai terjadi komunikasi antara orang hidup dan orang mati, itu berarti IBLIS / SETAN yang berkomunikasi dengan orang yang meyakini bisa berkomunikasi/berhubungan dengan orang mati.“
a) Hal ini disebabkan Anton beranggapan bahwa orang yang sudah mati tidak mungkin berhubungan dengan orang yang hidup. Namun kita tahu bahwa Mt 22:32 mengatakan “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” Dari sini kita tahu bahwa Allah kita adalah Allah orang hidup bukan orang mati. Oleh karena itu, walaupun mereka telah tidak berada di dunia ini, orang-orang yang dibenarkan oleh Kristus adalah orang-orang yang hidup, bahkan lebih hidup dari kita yang masih berada di dunia ini, karena kasih mereka lebih sempurna dibandingkan dengan kasih umat Allah di dunia ini. Rasul Paulus menegaskan “38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
b) Pada waktu umat Katolik berdoa dengan perantaraan para kudus, bukan berarti seperti orang yang pergi ke tempat berhala, yang jelas-jelas ditentang oleh Tuhan. Umat Protestan sering salah paham dengan pengajaran Gereja Katolik tentang persatuan para kudus. Dan kemudian mengajukan keberatan dengan menggunakan ayat dari Ulangan 18:10-12.
“10 Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, 11 seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. 12 Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu.” (ul 18:10-12).
Namun umat Katolik tidak melakukan hal-hal di atas. Umat katolik tidak mempersembahkan anaknya, tidak menjadi petenung, peramal, penelaah, penyihir, pemantera, bertanya pada arwah atau roh peramal, meminta petunjuk orang-orang mati. Yang dilakukan oleh orang Katolik adalah meminta kepada orang-orang kudus, yang telah dibenarkan oleh Allah, untuk turut mendoakan umat Allah.
c) Adalah berbeda antara bumi dan langit untuk meminta dari orang-orang yang menjadi musuh Allah (hal-hal berhala seperti yang disebutkan di Ulangan 18:10-12) dan meminta dari orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah untuk mendoakan kita. Orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah bukanlah musuh Allah, dan dengan segala kekuatan mereka, mereka akan membantu semua orang untuk datang kepada Allah. Kalau hal ini benar-benar dilarang, bagaimana kita mengartikan ayat berikut ini
Lk 9:29-30: “29 Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. 30 Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia.” Bukankah Yesus berkomunikasi dengan Musa dan Elia yang telah meninggal? Kalau menurut argumentasi Anton, maka yang berkomunikasi dengan Yesus adalah Iblis/Setan?
Lk 15:7: “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” Bukankah ayat ini menunjukkan adanya hubungan yang tak terputus antara umat Allah yang masih mengembara di dunia ini dan umat Allah yang telah berada di dalam Kerajaan Sorga?
2) Anton memberikan telaah akan Rm 8:38-39 dan membatasi ayat-ayat tersebut pada orang-orang yang hidup di dunia ini. Mari sekarang kita menelaah ayat ini:
a) Rm 8:38-39 mengatakan “38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Bukankah ayat-ayat tersebut yang mengatakan maut-hidup, sekarang-akan datang, mengacu pada kehidupan sekarang (di dunia ini) dan kehidupan akan datang (di Sorga)?
b) Pertanyaannya adalah: bagian mana dari ayat tersebut yang membatasi bahwa ayat tersebut hanya diaplikasikan untuk orang-orang yang hidup di dunia ini?
c) Anton mengatakan “Sama seperti saya dan pak stef bisa berkomunikasi saat ini KARENA KITA BERDUA MASIH HIDUP bukan ?. Kalau salah satu kita sudah PULANG KE RUMAH BAPA apa masih bisa kita berhubungan ? Dimensinya sudah beda pak.” Kita memang masih hidup dan dapat berkomunikasi, salah satunya dengan e-mail dan melalui website ini. Namun, bukankah kita dapat berkomunikasi lewat doa, dengan saling mendoakan? Kalau komunikasi lewat e-mail dan website terbatas pada waktu dan tempat, maka komunikasi lewat doa adalah sesuatu yang bersifat spiritual, yang tak terikat oleh waktu dan tempat. Dan termasuk berdoa dengan perantaraan para kudus, yang telah meninggal dan bersatu dengan Kristus.
3) Anton mengatakan “Saya melihat secara jelas bahwa Kitab Suci mengajarkan orang percaya berdoa hanya kepada ALLAH (sangat banyak sekali ayatnya), saling mendoakan antara orang percaya, tentunya yang masih hidup karena kitab Suci ditujukan kepada orang hidup (sangat banyak sekali), begitu juga dengan ayat yang menyatakan kita tidak boleh berhubungan dengan arwah orang mati. Ayat-ayat tersebut sangat jelas dan gamblang tidak perlu ilmu tafsir yang tinggi untuk memahaminya.
Itulah sebabnya saya tidak setuju kalau orang percaya saling mendoakan dengan orang yang sudah mati.“
a) Pertanyaannya, menurut Anton, apakah yang dilakukan oleh Yesus di Sorga dan apakah yang dilakukan oleh orang-orang kudus di Sorga? Apakah Yesus dan orang-orang kudus di Sorga dalam cara tertentu dapat tetap berhubungan dengan umat Allah di dunia?
b) Bagaimanakah Anton menafsirkan ayat-ayat ini?
“Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8)
“3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. 4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Why 8:3-4)
Siapakah kedua puluh empat tua-tua itu? Apakah yang dimaksud doa orang-orang kudus?
4) Mungkin ada baiknya kita merenungkan, bahwa pengajaran akan persekutuan para kudus juga dipercayai oleh jemaat perdana, seperti yang saya sebutkan di atas: St. Clement of Alexandria, St. Agustinus dari Hippo, dll. Kapankah pengajaran untuk tidak dapat meminta doa para kudus mulai diajarkan? Apakah dengan demikian semua santa-santo yang saya sebutkan di atas telah salah dalam memberikan pengajaran? Mereka adalah orang-orang yang telah menunjukkan kasih yang luar biasa kepada Yesus. Dan mereka juga diberikan kebijaksanaan untuk menyampaikan kebenaran. Kita seharusnya bersama-sama belajar dari mereka. Saya pribadi merasa bahwa pengetahuan dan kasih saya kepada Kristus tidaklah seberapa dibandingkan dengan para kudus.
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan, meminta bantuan doa kepada orang Kudus tidaklah salah dan bahkan dapat membantu kita untuk mendapatkan keselamatan, karena doa orang benar adalah besar kuasanya (lih. Yak 5:16). Kasih Kristus tidak memisahkan kita yang masih berada di dunia ini dengan orang-orang kudus yang telah bersatu dengan Kristus. Bahkan hubungan kita dengan orang kudus sebenarnya lebih erat dibandingkan dengan hubungan kita dengan teman-teman kita, karena kalau hubungan diikat oleh kasih, maka orang-orang kudus telah mendapatkkan kesempurnaan kasih.
Terima kasih telah memperingatkan saya untuk mengawasi diri sendiri dan ajaran, dengan mengutip 1 Tim 4:16. Apa yang saya paparkan di katolisitas.org adalah ajaran yang sesuai dengan iman Katolik dan tentu saja sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Kami telah berusaha untuk menuliskan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik dengan segala kemampuan kami. Namun, kalau ada yang dapat menunjukkan bahwa tulisan di katolisitas.org tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik, maka saya akan mengoreksi apa yang saya tuliskan, berdasarkan akan ketaatan saya kepada Magisterium Gereja, sebab Alkitab mengatakan bahwa Gerejalah yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (lih. 1 Tim 3:15). Maka, mari kita bersama-sama dengan kerendahan hati mencari kebenaran – dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatan kita, dan tidak mengandalkan interpretasi kita sendiri yang mungkin bisa salah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
pak Stef,
saya sudah baca artikel ini sesuai dengan saran bapak beberapa waktu yang lalu waktu bapak merespon saya pada dialog topik lainnya.
Tetap saja sulit bagi saya untuk mengerti/menerima. saya sih tidak punya kemampuan menulis atau berargumentasi dengan baik, jadi anggap saja itu benar bagi Katolik.
Tetapi bagi saya sendiri, saya lebih merasa PASTI dan aman langsung kepada Allah Bapa melalui Kristus Yesus Tuhan dan juruselamat dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah Tritinggal yang maha kudus. Sesuatu yang PASTI, bukan spekulasi pikiran manusia.
saya tidak mengerti dunia alam di sana bagaimana, apakah para kudus yang sudah tinggal di dalam dunia sana sifatnya menjadi MAHA HADIR sehingga bisa menerima permohonan doa sekaligus pada SAAT/WAKTU yang bersamaan dari London, Washington, Reyjavik, Biskek, Lebanon, New Delhi, Beijing, Jakarta, jayapura, dll.
tapi kalau saya bertanya sendiri, dengan sisa waktu yang terbatas, hal apa yang MUTLAK untuk saya ketahui?
Hosea 4:6 “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah………..”
juga dalam Mat 7:23 ” ……… Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
ayat ayat tsb sungguh sangat menggentarkan dan menyentak.
Pertanyaan yang pernah saya baca dari J.I. Packer :
untuk apa saya diciptakan?
apa tujuan/target tertinggi yang memenuhi pikiran saya?
seperti apa hidup kekal yang Yesus berikan?
Hal apa suka cita terbesar?
Hal apa dalam diri saya jika Tuhan melihatnya IA berkenan?
seluruh Jawabannya yaitu MENGENAL ALLAH. Pengenalan akan Allah sangat dituntut.
Mengutip dari J.I. Packer dalam bukunya Knowing God – (Mengutip J.I. Packer – Knowing God berbeda dengan knowledge of God. Knowing God bicara relation, personal unity)
“Jika kita menempatkan pengenalan akan Allah sebagai inti hidup kita, maka seluruh area hidup ini akan jatuh pada tempat yang semestinya”
Saya senang membaca website ini. Saya bisa belajar banyak mengenai sejarah gereja (kebetulan saya memang suka sekali sejarah). Saya bisa belajar dari sudut pandang yang berbeda dari seorang scholar, dari sumber yang bagus seperti website ini.
Tapi untuk hal-hal yang berbeda dengan protestan, mungkin sebaiknya saya diam ya? karena saya tak punya kemampuan menulis dan berargumentasi dengan baik. Scholar seperti bapak levelnya berargumentasi dengan William Lane Craig, Gary Habernas, Greg Bahnsen (sayangnya Greg sudah meninggal ya), N.T. Wright, Josh McDowell, James Montgomery, William Edgard, para scholar di Westminster Seminary, dll.
Salut, bapak meluangkan waktu untuk pelayanan pengajaran melalui website ini.
Shalom Esther,
Terima kasih telah membaca artikel tentang persekutuan para kudus ini. Silakan juga diskusi tentang hal yang sama antara saya dan Machmud, yang dimulai dari sini – silakan klik. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Tentang persekutuan para kudus
Memang mungkin sulit bagi anda untuk dapat menerima doktrin ini. Yang menjadi masalah di sini “konsep partisipasi“, yang mungkin sulit diterima oleh umat Kristen non-Katolik. Konsep partisipasi ini – seperti memohon doa kepada para kudus, Maria – dianggap telah mengambil atau “merampok” kemuliaan Yesus, oleh umat non-Katolik. Namun, kalau kita perhatikan, konsep partisipasi dalam karya keselamatan Allah, sebenarnya terjadi di mana saja dan dalam waktu kapan saja. Sebagai contoh: bangsa Israel dipakai Tuhan untuk menjadi bangsa pilihan, sehingga mereka dapat menunjukkan kepada bangsa lain tentang Allah yang satu; Di dalam Perjanjian Baru, kita melihat para rasul berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus untuk memperkenalkan kabar gembira kepada semua orang. Partisipasi ini ditegaskan juga, ketika rasul Paulus mengatakan “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24)
a. Dari konsep di atas, maka kita melihat bahwa memang tidak ada yang kurang dalam penderitaan Kristus, karena misteri Paskah Kristus (penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan) adalah lengkap dan rahmat demi rahmat mengalir secara melimpah dari kayu salib. Namun, rasul Paulus mengatakan melengkapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus. Apanya yang kurang? Di sini kita melihat bahwa rasul Paulus ingin menyatakan bahwa dalam penderitaannya, dia dapat berpartisipasi dalam penderitaan Kristus. Bukannya penderitaan Kristus kurang lengkap, namun dengan penderitaannya, maka rasul Paulus mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam penderitaan Kristus, sehingga dia dalam menjadi alat Tuhan untuk membawa orang-orang kepada keselamatan. Partisipasi rasul Paulus tidak membuat kemuliaan Allah berkurang, namun justru bertambah, karena lebih banyak orang berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus. Mungkin sampai tahap ini, baik umat Kristen Katolik dan non-Katolik dapat menerima hal ini, karena yang berpartisipasi dan mendapatkan pelayanan adalah sama-sama masih hidup di dunia ini.
b. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana mungkin orang-orang yang telah meninggal dapat tetap turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah? Gereja Katolik melihat bahwa umat yang telah hidup di Sorga, yang menderita di Api Penyucian (tahap ini mungkin tidak perlu dibahas tentang Api Penyucian), dan umat Allah yang masih mengembara di dunia ini, tidaklah terpisahkan. Hal ini disebabkan karena tidak ada – baik penderitaan, kematian yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Rasul Paulus mengatakan “38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
c. Kalau kita tidak dapat menerima point b. di atas, maka kita dapat melihatnya dari sisi yang lain. Yesus masih terus bekerja, sampai akhir dunia, karena Dia masih terus menjadi perantara. Kalau dia terus bekerja di Sorga, bagaimana mungkin para kudus di sorga tidak melakukan apa-apa selain menikmati kebahagiaan abadi di Sorga? Kalau para kudus telah sempurna di dalam kasih, dan telah menjadi serupa dengan Kristus, maka kalau Yesus terus menjadi perantara, tidak mungkin kalau para kudus di Sorga tidak turut berpartisipasi dalam tugas pengantaraan. Dan hal ini ditegaskan di dalam kitab Wahyu, yang menuliskan ““Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8)”
Orang-orang kudus di Sorga bukanlah maha tahu seperti Tuhan, yang dapat mendengarkan semua doa orang-orang beriman. Namun, mereka tahu doa-doa yang berhubungan dengan mereka. Dan kemudian, mereka berpartisipasi dalam perantaraan Kristus. Dengan demikian, mereka mengikuti Kristus turut menjadi pengantara. Namun, semua doa-doa orang kudus ini akan bermuara kepada Kristus. Dan kalau doa-doa tersebut dikabulkan, Kristuslah yang mengabulkan doa-doa tersebut, tanpa mengecilkan peran dari orang-orang kudus yang telah berpartisipasi dalam perantaraan Kristus.
2. Tentang hal mutlak yang perlu diketahui
Memang, hal-hal yang disebutkan oleh Ester tentang tujuan hidup, untuk apa saya diciptakan, kehidupan kekal adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab bukan hanya oleh umat beriman, namun seluruh umat manusia – baik yang beragama Kristen maupun non-Kristen; baik yang beragama maupun yang tidak beragama. Namun, bagi kita yang telah percaya akan kebenaran Alkitab, maka pertanyaan selanjutnya adalah “Apakah yang diperintahkan oleh Kristus“, karena sebagai murid Kristus, kita harus menjalankan semua perintah-Nya (lih. Mt 28:20). Dan kalau kita mengasihi Allah, maka dalam kapasitas kita masing-masing, kita harus mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti: apakah sakramen-sakramen, termasuk Sakramen Ekaristi (Yoh 6:54) adalah termasuk perintah Yesus; apakah Kristus mendirikan satu gereja atau banyak gereja; bagaimanakah kita diselamatkan; apakah sumber kebenaran yang menuntun kita ke Sorga; dll.
3. Penutup
Di website ini, kita dapat bersama-sama belajar. Yang dapat kami berikan adalah pandangan dari pengajaran Gereja Katolik, karena memang untuk itulah katolisitas.org didirikan. Dengan demikian, bagi yang memeluk agama non-Katolik, memang dapat melihat pengajaran-pengajaran yang dipaparkan di site ini, mungkin tidak sama dan bahkan bertentangan. Dan saya pikir memang perbedaan ini adalah hal yang wajar, sejauh kita dapat mendiskusikannya dengan baik. Jadi, kalau ada yang ingin Esther tanyakan atau memberikan sanggahan tentang iman Katolik, maka dengan senang hati, tim katolisitas akan mencoba menjawabnya, semampu kami. Mari, kita bersama-sama mohon bimbingan Roh Kudus, agar semua diskusi dapat berjalan dengan baik dan menuntun kita kepada kepenuhan kebenaran. Dan mari kita bersama-sama mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef,
terima kasih untuk jawabannya. Saya senang belajar dari sudut pandang berbeda sehingga itu memperkaya sekalipun tetap berbeda pandangan.
Membuat pertanyaan nggak gampang lho pak, mungkin lebih sulit membuat pertanyaan dibandingkan seorang apologet berusaha menemukan the question behind the question.
Buat saya sih, saya merasa LEBIH aman berdoa kepada Allah yang pasti tidak salah.
Kalau di website ini dikatakan kita TIDAK berdoa KEPADA Maria, para kudus, malaikat (creature)…… tetapi kita berdoa BERSAMA mereka……
Buku Scott hahn bilang dia berdoa KEPADA st. Gerardus (Hal 170). walaupun doa itu Tuhan juga yang mengabulkan, bukan santo/santa yang mengabulkan doa, keputusan tetap di tangan Tuhan, tetapi mengapa tidak langsung berdoa pada Tuhan.
banyak teman saya yang katholik sendiri juga sering berkata demikian…”kalau kamu kehilangan barang berdoalah kepada St. Antonius dari Padua….. setiap santo/santa memiliki keunikan. Santo/santa lainnya ada yang misalnya untuk anak anak, pelindung kanak kanak….”
saya sampai bingung….dalam hati saya bertanya “berapa banyak santo/santa yang harus kamu hafal untuk berdoa sesuai dengqan keunikan/spesialisasi nya…… untunglah…saya cukup berdoa pada Allah….” jadinya, saya nggak usah sibuk memusingkan harus berdoa kepada siapa untuk setiap spesialisasinya….
contoh lain…..seorang teman saya…yang istrinya katholik, mengajak istrinya berdoa bersama, istrinya menjawab “saya mau berdoa bersamamu tetapi doanya KEPADA Maria”. Teman saya itu cerita dengan wajah yang sedih….karena dia rindu berdoa besama istrinya.
Saya percaya para kudus itu berdoa di alam sana, mereka tetap berdoa….. apa isi doa para kudus? doa untuk keselamatan jiwa jiwa……. atau……. doanya adalah seperti misalnya di bawah ini:
misalnya…..contoh…saya kehilangan buku,…lalu saya doa kepada St. Antonius dari padua… agar buku itu ditemukan…… dan pada waktu yang bersamaan…seorang di Menado…doa pada antonius padua….minta agar kuncinya ditemukan………. Lalu Anthonius padua….mendoakan kembali pada Allah…. “Esther di Jakarta kehilangan buku, tolong buku ditemukan” dan….”si Ani di Menado kehilangan kunci, minta tolong kunci ditemukan….”
Kalau bisa berdoa langsung kepada Allah tidak salah, mengapa saya harus berdoa pada creature. apakah doa kepada para kudus, Maria, doanya akan lebih manjur……. ????
Point no.2.
mengenai Ekaristi. Itu masalah Hermeneutik. Katholik membacanya secara lateral. Protestan membacanya secara simbolik.
Dalam peristiwa 5 roti 2 ikan, Kimberly Hahn mengatakan ……. itu adalah simbol tubuh Kristus yang dibagi bagikan….
dalam hal peristiwa 5 roti 2 ikan….. protestan membacanya secara lateral sedangkan katholik membacanya secara simbolik.
dalam peristiwa…..Yesus menenangkan angin ribut….. Protestan membacanya itu secara lateral (meaningnya Yesus sedang menunjukkan Ke-Tuhan-an nya atas alam), sedangkan Liberal membacanya secara alegori……bahtera diartikan sebagai bahtera rumah tangga, bahtera keuangan….Yesus menenangkan badai di hati kita…. itu meaningnya buat Liberal….
Nah, yang seperti ini…..yang berargumentasi harus para apologet…….argumentasinya baru bisa berjalan seimbang.
Saya baru tau, kalau Hans Kung datang ke Jakarta dan memberikan seminar. Andaikata saya tau, saya PASTI datang. sayangnya saya tau terlambat taunya…..
Terima kasih mau meluangkan waktu untuk memberikan sudut pandang bapak.
Esther
Shalom Esther,
Terima kasih atas tanggapannya. Memang membuat pertanyaan yang benar dan efektif tidaklah gampang. Bahkan pertanyaan yang sungguh-sungguh efektif dan masuk ke dalam inti dari diskusi adalah pengajaran yang senantiasa diterapkan oleh Sokrates. Mari sekarang kita masuk dalam diskusi.
1. Berdoa kepada atau bersama orang kudus
Memang sering umat dibingungkan dengan pemakaian dari berdoa bersama orang kudus atau berdosa kepada orang kudus. Sebenarnya dua istilah tersebut tidak menjadi masalah kalau dimengerti dengan benar. Dua hal tersebut harus dimengerti bahwa yang mengabulkan doa adalah Yesus dan bukan santa-santo atau Maria. Semua santa-santo berpartisipasi dalam perantaraan Kristus, karena Kristus adalah satu-satunya perantara manusia dan Tuhan (1Tim 2:5). Namun, perantara satu-satunya ini tidak menghilangkan partisipasi dari umat Allah. Jadi, kalau seseorang mengatakan bahwa kita “berdoa bersama santa-santo”, ini berarti kita menyadari adanya persekutuan para kudus, di mana kita mempunyai teman-teman satu iman, bukan hanya yang hidup di dunia ini, namun juga termasuk umat Allah yang telah hidup di Sorga. Kalau seseorang mengatakan “berdoa kepada orang kudus”, maka kita menyadari peran orang-orang kudus, yang akan turut berdoa bagi kita dan menyampaikannya kepada Yesus.
Sebenarnya, kita tidak perlu bingung kepada banyaknya santa-santo. Kalau kita membaca riwayat hidup mereka, karya mereka (dapat dibaca di sini – silakan klik), maka sebenarnya dapat membangkitkan kebajikan di dalam diri kita, keinginan untuk mengasihi Kristus, karena kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang biasa, yang berdosa sama seperti kita, namun dipakai oleh Allah secara luar biasa. Dan tentu saja kita melihat bagaimana para kudus bekerja sama dengan rahmat Allah secara luar biasa. Dengan demikian, kita akan dapat belajar banyak dari mereka. Semakin kita tahu banyak orang-orang kudus, maka kita akan semakin tahu teman-teman dekat kita di dalam iman: ada yang menjadi martir, yang berkarya dalam bidang pendidikan, dalam karya kasih, dll. Kalau kita tahu, misalkan Santo Thomas Aquinas, sebagai santo untuk orang-orang yang belajar dan untuk universitas, maka kita dapat meminta doa kepadanya pada saat kita sedang belajar. Pada saat kita sering mengeluh untuk melakukan hal-hal kecil – menyapu, mengepel, membersihkan rumah – maka kita dapat berdoa bersama St. Teresa kanak-kanak Yesus, yang mengajarkan untuk melakukan hal-hal kecil dengan kasih yang besar kepada Yesus. Dengan demikian, kita akan semakin terinspirasi untuk mengkuduskan hal-hal keseharian kita dan mempersembahkannya kepada Yesus. Jadi, pada waktu kita berdoa bersama dengan santa-santo, kita mengingat akan teladan ketekunan, kekudusan, dan kerendahan hatinya dalam terus mencari kebenaran dan mengasihi Yesus. Dan tentu saja doa ini, tidaklah menghilangkan peran Allah, karena bersama dengan para kudus, kita bersama-sama mengasihi Allah.
Tentang teman anda yang ingin berdoa bersama, namun ingin berdoa kepada Maria, maka saya mengajak teman anda untuk berdoa rosario. Dalam diskusi dengan salah satu pembaca di sini – silakan klik, saya menuliskan:
Doa rosario adalah doa yang sungguh Alkitabiah, yang tertulis di Alkitab. Dalam doa rosario, umat Katolik berdoa: Doa Aku Percaya, Doa Bapa Kami, dan Doa Salam Maria. Dan yang terpenting adalah merenungkan kehidupan Yesus dalam peristiwa mulia, sedih, terang, dan mulia. Berikut ini adalah pemaparan akan doa Salam Maria yang sangat Alkitabiah.
Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu: “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” (Lk 1:28)
Dalam doa Maria bahasa Inggris: Hail Mary, full of grace, the Lord is with you. Bandingkan dengan RSV “And he came to her and said, “Hail full of Grace, the Lord is with you!“
Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus: “lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Lk 1:42).
Santa Maria Bunda Allah: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Lk 1:43).
Doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16). “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef 4:16). Jadi, kalau semua umat Alllah adalah hidup, walaupun tidak berada di dunia ini dan kita harus saling mendoakan, maka adalah sudah seharusnya kita memohon agar Bunda Maria (yang telah dibenarkan oleh Allah dan pasti telah berada di Sorga) mendoakan kita semua yang masih mengembara di dunia ini.
Coba kita lihat peristiwa-peristiwa yang direnungkan: Mulai dari peristiwa gembira: Malaikat Gabriel memberikan kabar gembira, kemudian Maria mengunjungi Elizabet, Yesus dilahirkan, Yesus dipersembahkan di bait Allah, Yesus ditemukan di bait Allah. Kemudian disusul dengan peristiwa terang: Yesus dibaptis, Yesus membuat mukjijat pertama di Kana, Yesus berkeliling mengabarkan Kerajaan Allah, Tranfigurasi, Perjamuan Suci. Kemudian dilanjutkan dengan peristiwa sedih: Yesus berdoa di taman Getsemani, Yesus disiksa, Yesus dimahkotai duri, Yesus memikul salib, Yesus mati di kayu salib. Dan peristiwa sedih ini disusul dengan peristiwa mulia: kebangkitan Kristus, Yesus naik ke Sorga, Pentakosta, Maria diangkat ke Sorga, Maria menerima mahkota di Sorga.
Esther mengajukan pertanyaan yang menarik “Kalau bisa berdoa langsung kepada Allah tidak salah, mengapa saya harus berdoa pada creature. apakah doa kepada para kudus, Maria, doanya akan lebih manjur……. ????” Kalau misalkan kita mengalami suatu masalah, maka kita sering minta bantuan kepada keluarga, pendeta atau pastor, atau orang-orang yang kita anggap dekat dengan Tuhan untuk mendoakan kita. Dan dalam kasus ini, saya dapat mengajukan pertanyaan yang sama “Kalau bisa berdoa secara langsung kepada Allah, mengapa saya harus meminta bantuan doa dari mahluk ciptaan – anggota keluarga, pendeta, pastor, dll – dan apakah kemudian meminta bantuan doa kepada mereka, maka doanya akan menjadi lebih manjur?” Perbedaannya hanyalah satu, yaitu anggota keluarga, pendeta, pastor yang kita minta bantuan doa adalah orang-orang yang masih hidup di dunia ini, sedangkan para santa-santo adalah orang-orang yang telah meninggalkan dunia ini. Namun, mereka sebenarnya adalah orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah, karena mereka telah mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga. Kalau doa orang yang benar besar kuasanya (Yak 5:16), maka kuasa doa para kudus adalah besar kuasanya.
2. Tentang Ekaristi
Kalau Esther mau, sebenarnya anda dapat bergabung dalam diskusi tentang Ekaristi dengan Indah – silakan klik, maupun Sherly – silakan klik. Memang, Gereja Katolik mengartikan Yoh 6 dan Perjamuan Suci (Mat 26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:15-20) secara literal. Dan kalau biasanya umat Protestan mengartikan segala sesuatu di Alkitab secara literal, maka di Yoh 6 dan ayat-ayat tentang Perjamuan Suci, mereka mengartikannya secara spiritual. Dan hal ini membuka pertanyaan baru, kalau demikian, siapa yang mempunyai kewenangan untuk mengartikan suatu ayat literal atau spiritual?
Tentang penggandaan roti dan ikan, maka Gereja Katolik melihat ayat-ayat tersebut secara literal, namun pada saat yang bersamaan, maka kita dapat melihat bahwa penggandaan roti ini adalah merupakan suatu persiapan akan penggandaan Tubuh Kristus sendiri yang terjadi dalam setiap perayaan Ekaristi. Dengan demikian, kita melihat makna alegoris (arti yang lebih mendalam yang diperoleh dari suatu kejadian, jika kita menghubungkan peristiwa tersebut dengan Kristus – silakan melihat prinsip untuk menginterpretasikan Alkitab di sini – silakan klik). Dan hal ini secara jelas, diterangkan di dalam Yoh 6. Pada awalnya orang-orang telah dikenyangkan dengan roti dan ikan (jasmani). Dan kemudian, dari sesuatu yang jasmani, Yesus memberikan kebenaran yang bersifat spiritual, yaitu makan Tubuh dan Darah Kristus sendiri, yang diteruskan sampai peristiwa Perjamuan Suci, sehingga secara eksplisit Yesus mengatakan “Inilah Tubuh-Ku, Inilah Darah-Ku … barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku akan hidup untuk selamanya..” Dan arti literal inilah yang juga dipercaya oleh Martin Luther.
Dan arti literal dan spiritual tentang Ekaristi, dapat diperkuat dengan apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja, karena mereka adalah saksi-saksi yang begitu dekat dengan pemberitaan para rasul.
Demikianlah tanggapan yang dapat saya berikan. Kita bersama-sama mohon Roh Kudus untuk menerangi akal budi kita semua, sehingga kita benar-benar diberikan rahmat untuk mengerti apa yang sebenarnya diperintahkan oleh Kristus, sehingga kita semua dapat benar-benar mengasihi Kristus dan menjalankan semua perintah Kristus secara penuh.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Stef
Anda menulis :
Kita melihat bahwa walaupun Yesus pengantara kita, kita juga masih meminta tolong teman-teman kita, penatua jemaat, pendeta, pastor, untuk mendoakan kita kalau kita mempunyai masalah.
Anda benar, memang kita minta tolong kepada MEREKA YANG MASIH HIDUP untuk mendoakan kalau kita mempunyai masalah ,tapi BUKAN KEPADA YANG SUDAH MENINGGAL, itu yang diminta oleh Yesus buat umatNya.
Bagaimana menurut anda
Terima kasih
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Machmud mengatakan “kita minta tolong kepada MEREKA YANG MASIH HIDUP untuk mendoakan kalau kita mempunyai masalah ,tapi BUKAN KEPADA YANG SUDAH MENINGGAL, itu yang diminta oleh Yesus buat umatNya.“
Dengan kalimat di atas, maka Machmud beranggapan bahwa orang-orang yang telah meninggalkan dunia ini telah meninggal dan terpisah sama sekali dari kita. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan untuk Machmud, sehingga kita bersama-sama dapat menggali lebih dalam tentang topik persekutuan para kudus:
1) Mungkin Machmud dapat menerangkan terlebih dahulu, mengapa meminta pertolongan doa hanya dibatasi pada orang-orang yang ada di dunia ini? Dan mengapa orang-orang yang telah meninggal tidak dapat mendoakan kita? Bagaimana kita mengartikan ayat ini
“38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)
dan juga “…orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yoh 2:17).
Kalau kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kita tidak berkeberatan untuk meminta doa pada teman-teman kita di dunia ini kalau kita menghadapi kesulitan, bukankah seharusnya kita tidak berkeberatan untuk meminta bantuan kepada para kudus, yang kasihnya lebih sempurna?
2) Mungkin coba kita renungkan apa yang dilakukan oleh para kudus di Sorga? Apakah mereka hanya menikmati kebahagiaan abadi di Sorga, atau turut bekerja, seperti Yesus yang terus menjadi Pengantara antara manusia dan Tuhan sampai pengadilan terakhir? Apakah para kudus hanya berpangku tangan saja menyaksikan Penyelamat mereka terus menjadi Pengantara? Ataukah Yesus mengatakan “Saya sedang bekerja, dan kamu para kudus, silakan menikmati kebahagian di Sorga. Kalau kamu mau melihat apa yang Aku lakukan, silakan duduk dan melihat apa yang Kukerjakan, namun kamu semua tidak boleh ikut-ikut..?“
Kalau di Sorga terdapat kasih yang sempurna, apakah kondisi di atas merupakan manifestasi kasih yang sempurna?
Semoga kita dapat merenungkannya bersama-sama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Stef
Rm 8:38-39 ayat2 ini memang benar ,kasih Kristus tidak dapat dipisahkan walaupun oleh maut sekalipun
dan
1 Yoh 2:17 kematian adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya ,semua orang percaya tentang ini.
Tapi tentang orang mati (walaupun sesungguhnya hidup,namun dalam dimensi yang berbeda) bisa mendoakan yang masih hidup , itu yang masih banyak orang yang tidak tahu .
Terus terang saya tidak tahu dan tidak percaya, sebab Alkitab tidak menulis tentang hal itu.
Bahkan Allah sendiri melarang kita berhubungan dengan arwah.
Kalau berhubungan saja tidak boleh bagaimana kita harus minta bantuan doa kepada mereka.
Jika kita perhatikan percakapan antara Ibrahim dan orang kaya, bukankah mereka tidak dapat berhubungan dengan saudaranya yang masih hidup ? Dan Lazarus sendiri tidak berkata apapun juga.
Jadi apa mungkin para kudus bisa mendoakan kita, walaupun kita memintanya dengan sungguh2 ?
Apabila memang para kudus bisa mendoakan kita, mengapa kita tidak minta saja pada Ibrahim, Izak dan Yakub supaya mereka yang mendoakan kita ? Trio yang sudah direkomendasikan oleh Allah.
Jika pengajaran tentang minta doa dari para kudus ada didalam KGk,Tradisi Gereja Katolik atau dalam Magisterium Gereja , mohon maaf saya benar2 tidak tahu.
Tentang apa yang dilakukan oleh para kudus di sorga, siapa yang tahu . Apakah Stef tahu ?
Yang pasti mereka tidak menganggur dan Allah pasti memberikan pembagian tugasnya masing2 sesuai dengan kehendak Allah dan sesuai dengan pahala yang telah diterimanya.
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya tentang persekutuan orang kudus.
1) Dari tanggapan Machmud tentang Rm 8:38-39 dan 1 Yoh 2:17, maka kita berdua setuju bahwa kematian adalah awal dari kehidupan yang baru, dan kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Itu berarti bahwa orang-orang yang telah berada di Sorga – yang berada bersama Kristus – tidak terpisahkan dari kita. Dari sini Machmud mengatakan “Tapi tentang orang mati (walaupun sesungguhnya hidup,namun dalam dimensi yang berbeda) bisa mendoakan yang masih hidup , itu yang masih banyak orang yang tidak tahu.“
a) Kalau para kudus adalah orang-orang yang kasihnya lebih sempurna dibandingkan dengan manusia yang masih mengembara di dunia, maka apa yang menghalangi mereka (para kudus) untuk berdoa bagi kita? Kalau doa adalah suatu bentuk kasih, maka para kudus terlebih lagi mendoakan kita yang masih mengembara di dunia ini untuk sampai ke tempat tujuan, yaitu Sorga.
b) kitab Wahyu mengatakan “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (why 5:8) Dari ayat ini, menurut Machmud, siapakah kedua puluh empat tua-tua itu? dan apakah maksud dari orang-orang kudus di sini? doa siapakah yang dimaksud di sini?
Lihat juga apa yang dikatakan di dalam kitab Wahyu “3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. 4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Why 8:3-4). Menurut Machmud, siapakah orang kudus yang dimaksud di ayat di atas?
2) Machmud mengatakan “Terus terang saya tidak tahu dan tidak percaya, sebab Alkitab tidak menulis tentang hal itu. Bahkan Allah sendiri melarang kita berhubungan dengan arwah. Kalau berhubungan saja tidak boleh bagaimana kita harus minta bantuan doa kepada mereka.“
a) Tidak semua hal ditulis di dalam Alkitab dan kalaupun tertulis, tidak dapat kita terjemahkan semau kita, karena akan menimbulkan banyak kesalahanan interpretasi. Kita tahu bahwa istilah Tritunggal Maha Kudus / Trinitas tidak ada di Kitab Suci, namun kita juga tetap percaya akan Trinitas. Kita juga tahu bahwa di dalam Kitab Suci tidak ada yang mencantumkan bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya sumber kebenaran, namun banyak orang yang mendasarkan kepercayaannya pada Sola Sciptura. Kita juga tahu Machmud juga pernah mempermasahkan ayat Mt 24:36 yang mengatakan “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.” Dan karena ayat tersebut menuliskan seperti itu, maka Machmud mengatakan “Setahu saya Yesus sudah meninggalkan ke-ilahianNya sewaktu berada di dunia , maka oleh sebab itu Yesus tidak tahu kapan saat dan waktu dari akhir zaman. Yesus hanya memberitahukan tanda2nya saja kepada murid2Nya.” (lihat diskusi ini – silakan klik).
Dari pemaparan di atas, maka sebenarnya mendasarkan doktrin hanya berdasarkan Kitab Suci saja, dan menginterpretasikannya menurut pengertian kita sendiri adalah sangat berbahaya, karena kita dapat terjebak dalam pengertian yang salah. Kita harus mengakui bahwa jemaat awal dan Bapa Gereja mengetahui begitu banyak tentang Kitab Suci, sehingga kita tidak dapat mengabaikan pendapat mereka begitu saja. Seperti yang telah saya kutip di atas, maka para Bapa Gereja mempercayai akan persatuan orang kudus, yang dapat membantu umat Allah yang masih mengembara di dunia ini dengan doa-doa mereka.
b) Apakah Allah melarang kita berhubungan dengan arwah? Biasanya akan dikutip 1 Sam 28 – tentang Saul yang memanggil arwah Samuel – untuk mendukung gagasan ini. Dan juga perintah Tuhan sendiri di dalam Perjanjian Lama, dimana dikatakan “Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya.” (Im 20:6). Atau “10 Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, 11 seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.” (Ul 18:10-11)
Pada waktu umat Katolik berdoa mohon bantuan orang kudus, maka umat Katolik tidak berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal dan meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Umat Katolik tidak menganggap bahwa para kudus adalah seperti dukun, peramal, yang dapat ditanya tentang masa depan, dll. Umat Katolik hanya memohon doa dari para kudus, yang telah bersatu dengan Kristus. Lebih lanjut, umat Katolik juga percaya bahwa terkabulnya suatu doa bukan tergantung dari para kudus, namun dari Yesus sendiri.
c) Bagaimana kita mengartikan peristiwa transfigurasi, dimana Yesus berbicara dengan Nabi Musa dan Nabi Elia yang telah meninggal? (lih Mt 17:1-3). Kalau Yesus benar-benar melarang berhubungan dengan orang-orang kudus yang telah meninggal, bagaimana mungkin Yesus memberikan contoh kepada para murid dengan bercakap-cakap dengan orang yang telah meninggal? Bahkan Allah Bapa sendiri mengatakan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (Mt 17:5).
3) Machmud mengatakan “Jika kita perhatikan percakapan antara Ibrahim dan orang kaya, bukankah mereka tidak dapat berhubungan dengan saudaranya yang masih hidup ? Dan Lazarus sendiri tidak berkata apapun juga. Jadi apa mungkin para kudus bisa mendoakan kita, walaupun kita memintanya dengan sungguh2 ?“
a) Untuk percakapan dengan Ibrahim dan orang kaya dapat dilihat di Lk 16:20-31. Kalau kita mau melihat lebih teliti, memang orang kaya tersebut tidak dapat berhubungan dengan saudara-saudara, karena yang diminta oleh orang kaya tersebut adalah agar Lazarus datang kepada ayahnya (Lih. Lk 16:27). Namun pada waktu umat Katolik berdoa kepada para kudus, maka umat Katolik tidak minta agar orang kudus tersebut datang kepada manusia di dunia ini, walaupun dengan seijin Tuhan, maka itu juga dapat terjadi.
Saya ingin mengajak Machmud melihat perikop Lazarus dan orang kaya ini dari sisi yang lain. Kalau orang kaya yang berada di neraka saja begitu memperhatikan keadaan orang tua dan saudaranya, apakah para kudus yang berada di Sorga tidak memperhatikan keadaan orang tuanya, saudaranya, maupun saudara satu iman? Perhatian apakah yang dapat diberikan oleh para kudus di Sorga kepada umat di dunia ini, kecuali doa? Kalau kita percaya bahwa doa orang benar besar kuasanya (lih. Yak 5:16), maka doa mereka pasti akan lebih berkenan kepada Tuhan, karena mereka mempunyai persatuan yang lebih dalam dengan Tuhan daripada kita yang masih mengembara di dunia ini.
b) Machmud bertanya apakah mungkin kalau para kudus bisa mendoakan kita? Kenapa tidak? Kalau orang yang telah mati di dalam Kristus akan mendapatkan kehidupan yang baru di Sorga, dan kalau orang kudus di Sorga mempunyai kasih yang sempurna dan menaruh perhatian kepada umat di dunia ini, dan kalau orang kudus mempunyai hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, maka alangkah mudahnya membayangkan bahwa para kudus di Sorga akan berdoa bagi manusia yang masih mengembara di dunia ini.
4) Machmud mengatakan “Apabila memang para kudus bisa mendoakan kita, mengapa kita tidak minta saja pada Ibrahim, Izak dan Yakub supaya mereka yang mendoakan kita ? Trio yang sudah direkomendasikan oleh Allah.“
a) Tentu saja kita dapat minta doa dari mereka, yaitu Ibrahim, Isaak, dan Yakub atau juga kepada para nabi di Perjanjian Baru. Namun, beberapa tokoh di Perjanjian Lama tidak mendapatkan kepenuhan wahyu Allah – yaitu Yesus – selama mereka hidup. Ajaran tentang berdoa bersama para kudus bertujuan bukan hanya memohon bantuan mereka, namun juga membantu kita secara spiritual, karena para kudus mempunyai karakter yang berbeda-beda dan mungkin mirip dengan karakter kita. Dalam penerapannya, kita dapat memilih orang kudus dalam kasus-kasus tertentu untuk membantu kita. Sebagai contoh: seorang ibu rumah tangga, yang mungkin merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah tidak berarti karena merasa bahwa apa yang dilakukanny adalah hal-hal yang sepele, dapat meminta bantuan St. Teresa dari Avila (St. Teresa kanak-kanak Yesus). St. Teresa telah membuktikan bahwa selama hidupnya, dia mengerjakan hal-hal kecil, namun dengan kasih yang besar. Kalau seseorang berjuang dalam pelajaran, maka dia dapat meminta doa kepada St. Thomas Aquinas. Kalau seorang pastor di paroki, yang bertugas untuk melayani umat, maka dia dapat meminta doa kepada St. John Vianney.
b) Untuk mengetahui apa yang dilakukan para kudus selama di dunia ini, saya menyarankan Machmud untuk mencoba membaca riwayat para kudus dari sini (silakan klik). Setelah membacanya, saya yakin Machmud setuju dengan saya, bahwa para kudus memang dipilih oleh Tuhan secara luar biasa, dan perbuatan mereka menunjukan kasih yang sempurna. Mereka yang sama seperti kita, namun bekerja sama secara luar biasa dengan rahmat Tuhan, sehingga kehidupan mereka memancarkan kasih Kristus. Setiap kali saya membaca riwayat orang-orang kudus, maka saya merasa begitu kecil, karena mereka dapat mengasihi Allah dan sesama jauh lebih besar dari apa yang dapat saya lakukan. Mereka adalah orang-orang yang dibenarkan oleh Allah, dan oleh karena itu doa-doa mereka sangat besar kuasanya (lih. Yak 5:16). Kalau kita ingin mempunyai teman satu iman yang dapat kita andalkan, maka orang-orang kudus adalah teman-teman seperjuang kita yang dapat kita andalkan dan teladani.
5) Machmud mengatakan “Jika pengajaran tentang minta doa dari para kudus ada didalam KGk,Tradisi Gereja Katolik atau dalam Magisterium Gereja , mohon maaf saya benar2 tidak tahu.” Dari penjelasan di atas, maka saya mencoba untuk tidak mengikutsertakan pendapat Bapa Gereja dan ajaran-ajaran dari Magisterium, namun saya hanya mengambil ayat-ayat dari Alkitab. Mudah-mudahan Machmud dapat melihat bahwa pengajaran inipun bersumber pada Alkitab.
6) Akhirnya Machmud mengatakan “Tentang apa yang dilakukan oleh para kudus di sorga, siapa yang tahu . Apakah Stef tahu? Yang pasti mereka tidak menganggur dan Allah pasti memberikan pembagian tugasnya masing2 sesuai dengan kehendak Allah dan sesuai dengan pahala yang telah diterimanya.“
a) Dalam rangkaian kotbah di bukit, Yesus berkata “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mt 5:48). Kita juga mendengar dari rasul Paulus “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1 Kor 13:13) dan “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” (1 Kor 13:8).
Dari ayat-ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa dari tiga kebajikan Ilahi – iman, pengharapan, kasih – , maka yang terbesar dari ketiganya adalah kasih, karena kasih tidak berkesudahan, yang berarti juga ada di Sorga. Kalau Yesus menegaskan bahwa kita harus sempurna untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, maka di dalam Sorga ada kesempurnaan kasih. Saya rasa, semua orang Kristen akan setuju sampai pada tahap ini.
b) Dari sini, maka saya memberikan argumentasi, bahwa kalau para kudus di Sorga tidak melakukan apa-apa, walaupun tahu bahwa Yesus terus menjadi pengantara dan mereka juga tahu banyak manusia di dunia ini yang membutuhkan doa, maka para kudus di Sorga tidak menerapkan kasih. Oleh karena itu kalau para kudus di Sorga tidak dapat mendoakan manusia di dunia ini sebagai manifestasi dari kasih maka pernyataan tersebut menjadi bertentangan dengan pernyataan “di dalam Sorga hanya ada kesempurnaan kasih”, seperti yang telah kita setujui bersama. Jadi, kesimpulannya, para kudus di Sorga yang mempunyai kesempurnaan kasih, dengan segenap hati mendoakan kita, yang masih membutuhkan banyak doa.
c) Kalau mereka tidak menganggur – seperti yang Machmud sebutkan, maka berdoa syafaat bagi umat Allah yang masih mengembara di dunia ini adalah sesuatu yang sudah selayaknya terjadi, seperti yang disebutkan di dalam Kitab Wahyu “3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. 4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Why 8:3-4).
d) Saya berikan ilustrasi yang lain: kalau orang kudus di Sorga tidak mau dan tidak dapat mendoakan umat Allah di dunia yang masih mengembara, maka sama seperti seorang kakak yang telah berhasil dan menjadi kaya, tidak mau membantu adiknya yang masih miskin. Kakak tersebut mengatakan bahwa dia mengasihi adiknya, namun dia tidak mau memberikan bantuan apapun. Kalau seorang kakak yang baik dapat membantu adiknya di dunia ini, apalagi kakak dalam iman – yaitu para kudus, yang mempunyai kekayaan spiritual (karena dia telah bersama-sama dengan Yesus di Sorga) – pasti mereka akan membantu kita yang masih mengembara di dunia ini dengan doa-doa mereka.
Demikian keterangan yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat menjawab keberatan Machmud akan topik persekutuan para kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Terima kasih Stef atas segala uraiannya yang cukup jelas.
Saya akan mencoba untuk merenungkan lagi hal yang Stef sudah sampaikan, mudah2an Rohkudus juga akan menuntun saya untuk lebih mengerti lagi tentang pelajaran ini.
Tuhan memberkati
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas keterbukannya. Kita bersama-sama belajar dan pada saat yang sama memohon di dalam doa, agar Roh Kudus menyingkapkan kebenaran. Tuhan juga memberkati kerinduan Machmud untuk mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan. Pada akhirnya kita semua harus menempatkan kebenaran di atas segala kepentingan pribadi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Stef
Jawaban yang Stef berikan buat saya cukup jelas, tapi masih ada 2 hal yang mengganggu pikiran saya. Saya berharap Stef masih mau memberikan pencerahan atas pemikiran saya berikut ini.
Stef menutulis :
Kalau orang kaya yang berada di NERAKA saja begitu memperhatikan keadaan orang tua dan saudaranya, apakah para kudus yang berada di SORGA tidak memperhatikan keadaan orang tuanya, saudaranya, maupun saudara satu iman?
PERTAMA :
Memang orang-orang yang di NERAKA , masih mempunyai ingatan tentang sanak keluarganya yang masih hidup didunia , ini merupakan siksaan bathin yang tersendiri bagi mereka.
Namun bagi orang-orang yang di SORGA ataupun yang berada dipangkuan Ibrahim apalagi para Kudus “menurut saya” pasti sudah tidak teringat lagi akan sanak keluarganya.
Mengapa ?
Sebab (contoh Lazarus) , jika ia masih teringat akan istri atau keluarganya yang miskin dan menderita, bukankah itu menjadi beban bathin baginya sehingga kehilangan suka cita.
Oleh sebab itu Lasaruz dalam perumpamaan tsb tidak berbicara apa-apa,sebab ingatan akan sanak keluarganya yang masih di dunia sudah tidak ada lagi (sudah dihapus, sehingga tidak menjadi beban pikirannya)
Apalagi para Kudus yang sudah berada di Sorga , kalau masih kepikiran tentang keluarganya yang menderita di bumi, bukankah akan menimbulkan kesedihan yang ber-arti airmata. Sedangkan di Sorga airmata itu sudah tidak ada lagi,yang ada hanya sukacita bersama dengan Allah.
Kalau di Sorga masih bisa bersedih,berduka dan ber-linang2 airmata , bukankah itu berarti bahwa Sorga dan Dunia sama saja .
Di Sorga yang ada hanyalah sukacita dalam doa dan penyembahan.
Dan doa yang dipanjatkan ditujukan hanya pada Allah saja tidak pada yang lain,apalagi bagi orang-orang yang masih hidup didunia.
KEDUA :
Mari kita lihat ayat2 berikut ini :
Imamat 16:12 Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.
Imamat 16:13 Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.
Didalam ruangan maha suci , Imam besar mencurahkan rempah2 pedupaan dua genggam penuh diatas api dalam pedupaan itu, sehingga timbul asap yang amat tebal menutupi seluruh tabut dan ruangan maha suci.
Ini merupakan nubuatan tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman ini, yaitu pada waktu hujan akhir.
Pada waktu ini Rohkudus bekerja begitu nyata dan kuat sehingga penyembahan umat Tuhan meningkat luar biasa dan sangkakala/nafiri siap dibunyikan (Wah 8 : 3-6)
Wahyu 8:3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Lihat juga Wahyu 5 : 7-9
Jadi doa orang-orang suci yang hidup di atas mezbah inilah yang diukur oleh Tuhan.
Dan kalau sudah cukup ukuran penyembahan atau pedupaan ini, pedupaannya ini dibawa masuk ke dalam ruangan maha suci.
Sebab itu letak pedupaan ini tidak lagi di dalam ruangan suci seperti biasanya, tetapi di dalam ruangan maha suci.
Hanya pedupaan inilah yang dibawa masuk ke dalam ruangan maha suci oleh Imam Besar (Meja atau Mezbahnya tidak)
Inilah pedupaan yang sudah mencapai ukuran yang penuh (pada hari grafirat)
Jadi yang dimaksud doa semua orang kudus didalam Wahyu 8 : 3 , bukankah itu berarti doa orang kudus yang masih hidup didunia ?
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Mari kita membahasnya bersama-sama.
1) Tentang kondisi di Sorga dan di Neraka: Machmud memberikan argumentasi bahwa orang-orang yang di neraka akan mengingat kejadian di bumi, sedangkan orang-orang yang berada di Sorga tidak dapat mengingat lagi kejadian di bumi, karena dengan demikian akan menimbulkan derita dan air mata. Karena di Sorga adalah kebahagiaan sejati, maka tidak ada lagi derita.
a) Argumentasi ini sebenarnya cukup bagus. Namun kalau kita teliti lebih lanjut, maka sebenarnya tidak mungkin bahwa orang-orang masuk Sorga lupa akan apa yang terjadi pada sanak keluarga atau dirinya selama di dunia.
Kita melihat pada saat penghakiman, terlihat percakapan antara Tuhan dengan orang-orang yang berada di sebelah kanan:
“Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. 37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mt 25:34-40).
Dari perikop di atas, akan sangat sulit membayangkan bahwa Tuhan yang telah mengatakan bahwa orang-orang tersebut masuk ke Sorga karena perbuatan kasih mereka kepada orang-orang yang hina dan tertindas, namun pada akhirnya setelah masuk Sorga, mereka tidak lagi mengingat apa yang dilakukannya. Dan bahwa kita diadili menurut perbuatan kita, juga dikatakan di Mt 16:27; Rm 2:6; 2 Kor 5:10; 1 Pet 1:17; Why 2:23. Bahkan dikatakan “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.” (Why 20:12). Dan dituliskan bahwa “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” (Lk 8:17). Dari sini kita meliihat bahwa Tuhan akan menyatakan apa yang baik dan buruk – yang tersembunyi sekalipun – pada saat penghakiman. Akan sulit membayangkan bahwa setelah dinyatakan seluruh perbuatan (baik dan buruk), namun setelah masuk Sorga, maka orang tersebut akan lupa segalanya.
b) Kalau tidak lupa segalanya dan tetap dan tetap masuk Sorga, bukankah dapat mengurangi kebahagiaan? Mari kita menganalisanya bersama-sama. Orang yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang mempunyai kesempurnaan kasih. Begitu sempurnanya, sehingga menjadi seperti Bapa (lih. 5:48). Kesempurnaan kasih inilah yang membuat seseorang dapat menjadi sahabat (friendship), dalam pengertian yang lebih dalam: yaitu berbagi hidup (sharing of life) atau “ini aku, aku milikmu“. Dan oleh karena itu, apa yang ada di Sorga menjadi milik bersama dengan dasar kasih yang sempurna, pemberian diri seutuhnya (self-giving love). Kesatuan ini begitu erat, sehingga seolah-olah seluruh santa-santo (manusia yang berada di Sorga), malaikat, dan Tuhan, menjadi satu (namun tetap mempunyai identitas masing-masing) dalam ikatan kasih yang sempurna.
Karena kesatuan inilah, maka sangat mudah memahami bahwa kalau Yesus melakukan tugas pengantaraan, maka para santa-santo dan para malaikat juga melakukan tugas yang sama. Inilah sebabnya dikatakan “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (Lk 15:7) dan “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lk 15:10). Bagaimana mungkin ada sukacita di Sorga dan sukacita pada malaikat-malaikat Allah, kalau mereka tidak tahu akan apa yang terjadi?
Kalaupun para Santo-Santa berdoa untuk orang-orang dan beberapa orang tidak bertobat, maka hal tersebut tidak mengurangi kebahagiaan mereka. Hal ini disebabkan karena cara berfikir dan manifestasi kasih mereka sama seperti Kristus. Atau dari sisi yang lain, kalau Kristus tahu apa yang terjadi di dunia ini dan Kristus tahu bahwa ada orang-orang yang menolak kasih-Nya, apakah dengan demikian maka Kristus menjadi kurang berbahagia? Kebahagiaan Kristus tidak tergantung dari manusia, sama seperti keagungan Kristus tidak berkurang kalau orang tidak percaya dan tidak bertambah kalau orang percaya. Dengan pemikiran yang sama, kebahagiaan manusia di Sorga bukan tergantung dari apa yang terjadi di dunia ini (termasuk anggota keluarganya), namun pada persatuan dengan Tuhan untuk selamanya. Oleh karena itu, walaupun tahu bahwa di dunia terjadi bencana, anggota keluarga yang menderita, namun mereka tidak kurang kebagiaannya, sama seperti Yesus tidak kurang kebahagiaan-Nya dengan mengetahui semua yang terjadi di dunia ini – masa lalu, sekarang, dan masa depan. Justru, karena mereka tahu bahwa banyak penderitaan di dunia ini, para kudus justru memberikan diri untuk berpartisipasi dalam tugas pengantara Kristus. Dan ini adalah perwujudan kasih yang dapat mereka berikan tanpa mengurangi kebagiaan mereka, karena mereka percaya akan penyelenggaraan tangan Tuhan.
2) Tentang Im 16:12-13 yang dihubungkan dengan Why 8:3-6 dan Why 5:7-9.
a) Im 16:12-23 menceritakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan bagi bagi Harun ketika dia masuk ke ruangan Maha Kudus. Dan ini menggambarkan sesuatu yang sempurna, yang dipenuhi oleh Kristus sendiri sebagai Korban yang sempurna dan sekaligus Imam Agung yang sempurna.
Namun kemudian Machmud menginterpretasikan ayat 13 – “Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati” – sebagai suatu nubuat tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman ini, yaitu pada waktu hujan akhir. Bagaimana Machmud bisa begitu yakin bahwa ini merupakan suatu nubuat yang terpenuhi pada akhir zaman ini, yang disebut waktu hujan akhir. Kita mempunyai perbedaan pendapat tentang konsep akhir jaman. Dan saya tidak mau mencampuradukannya dan mendiskusikannya dalam diskusi kita tentang persekutuan orang kudus.
b) Cobalah untuk melihat sekali lagi ayat-ayat ini:
“Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8)
“3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. 4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Why 8:3-4)
Bukankah dari ayat-ayat tersebut terlihat bahwa para malaikat dan para kudus mendoakan orang-orang kudus di dunia, dimana dikatakan di ayat-ayat di atas “doa orang-orang kudus”. Mereka tidak perlu mempersembahkan doa orang-orang kudus di Sorga, karena para kudus di Sorga tidak memerlukan doa siapapun, karena mereka telah berada di Sorga. Namun para kudus atau umat Allah yang masih mengembara di dunia ini memerlukan doa-doa para kudus di Sorga.
c) Bahwa para malaikat dan para kudus di Sorga mendoakan umat Allah adalah sesuatu yang Alkitabiah dan masuk di akal. Yesus mengatakan “10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 18:10). Mengapa kita tidak boleh menganggap remeh anak-anak kecil? Karena mereka mempunyai malaikat pelindung. Apa yang dilakukan oleh malaikat pelindung? Apakah hanya memandang wajah Tuhan? Tidak, namun berdoa bagi anak yang harus dilindunginya. Kalau para malaikat di Sorga mendoakan anak yang dilindunginya, mengapa para kudus di Sorga tidak dapat mendoakan umat Allah?
Semoga uraian di atas dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Stef
Sebelum melanjutkan diskusi ini, saya mohon maaf pada anda tentang jawaban2 saya yang sama sekali bertentangan dengan pemahaman anda.
Seperti Stef ketahui saya ini sebenarnya tidak tahu apa-apa , tetapi karena saya punya kerinduan yang besar atas segala kebenaran Allah akibat bergaul dengan para tetangga, maka saya mencoba untuk menulis dari apa yang sudah saya ketahui dan pahami.
Saya tidak pernah sekolah Alkitab ataupun sekolah yang lain, saya dapatkan sedikit pengetahuan ini dari mempelajari Alkitab secara otodidak, jadi saya tahu pasti pendapat saya banyak yang salah.
Saya harapkan Stef dan Ingrid bisa memaklumi keadaan saya ,dan tidak bosan atau menjadi jengkel jika ada pertanyaan2 saya yang sedikit melenceng. Terima kasih.
Mari kita lanjutkan diskusi ini.
Kutipan :
S : Argumentasi ini sebenarnya cukup bagus. Namun kalau kita teliti lebih lanjut, maka sebenarnya TIDAK MUNGKIN bahwa orang-orang masuk Sorga lupa akan apa yang terjadi pada sanak keluarga atau dirinya selama di dunia.
M : Orang yang di dalam sorga bukan tidak lupa, tetapi tidak tahu tentang apa yang terjadi pada sanak keluarganya, hidupnya dipenuhi dengan sukacita ilahi sehingga tidak terpikirkan lagi tentang sanak keluarganya yang masih hidup menderita di dunia.
Mt 25 : 37 Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
S : Dari perikop di atas, akan sangat SULIT MEMBAYANGKAN bahwa Tuhan yang telah mengatakan bahwa orang-orang tersebut masuk ke Sorga karena perbuatan kasih mereka kepada orang-orang yang hina dan tertindas, namun pada akhirnya setelah masuk Sorga, mereka tidak lagi mengingat apa yang dilakukannya
M : Bukankah ayat tsb diatas dengan jelas mengatakannya, bahwa mereka tidak tahu kalau sudah melakukan semuanya itu ?
M : Untuk Lukas 8 : 17 …….tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Bukankah itu tentang rahasia Alkitab yang masih termeterai yang pada akhir zaman akan dinyatakan (diumumkan) ? Seperti yang ditulis oleh nabi Daniel
S : Kalau tidak lupa segalanya dan tetap dan tetap masuk Sorga, bukankah dapat mengurangi kebahagiaan?
M : Benar memang ingatan tentang sanak keluarganya yang membuat kesedihan dihapus dari ingatannya supaya tidak menimbulkan air mata.
Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (Lk 15:7) dan “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lk 15:10)
S : Bagaimana mungkin ada sukacita di Sorga dan sukacita pada malaikat-malaikat Allah, kalau mereka tidak tahu akan apa yang terjadi?
M : Pada waktu ada seseorang bertaubat di dunia, dan diumumkan di sorga maka seluruh penghuni sorga bersukacita. Tetapi walaupun tidak ada , mereka tetap hidup penuh dengan sukacita. (tidak ada air mata)
S : Oleh karena itu, WALAUPUN TAHU bahwa di dunia terjadi bencana, anggota keluarga yang menderita, namun mereka tidak kurang kebahagiaannya, sama seperti Yesus tidak kurang kebahagiaan-Nya
M : Darimana anda mengetahui bahwa mereka tahu tentang keadaan keluarganya yang menderita didunia ? Hanya Yesus yang tahu sebab Dia adalah Allah
S : Justru, karena mereka tahu bahwa banyak penderitaan di dunia ini, para kudus justru memberikan diri untuk BERPARTISIPASI dalam tugas pengantara Kristus.
M : Apakah mungkin Yesus sendiri (seorang diri) saja tidak bisa untuk mendoakan orang2 seisi dunia , sehingga harus meminta para kudus berpartisipasi ?
Tentang doa semua orang kudus yang ditulis dalam kitab Wahyu adalah doa orang2 kudus yang masih hidup didunia bukan mereka yang sudah berada di sorga (saya sudah membacanya ber-ulang2)
S : Bukankah dari ayat-ayat tersebut terlihat bahwa para malaikat dan para kudus mendoakan orang-orang kudus di dunia, dimana dikatakan di ayat-ayat di atas “doa orang-orang kudus”. MEREKA TIDAK PERLU MEMPERSEMBAHKAN DOA ORANG-ORANG KUDUS DI SORGA , karena para kudus di Sorga TIDAK MEMERLUKAN DOA SIAPAPUN. Namun para kudus atau umat Allah yang masih mengembara di dunia ini memerlukan doa-doa para kudus di Sorga.
M : Anda menulis dengan tepat bahwa yang dipersembahkan adalah doa orang2 kudus yang masih hidup didunia . Alkitab tidak pernah menulis bahwa para kudus yang sudah berada di sorga mendoakan orang yang masih hidup didunia, tetapi Alkitab menulis orang kudus yang hidup didunia mendoakan sahabat atau kerabatnya yang menderita di dunia. Contoh :
Ibrahim mendoakan Lot (Kejadian)
Musa mendoakan bangsa Israel (Keluaran)
Samuel mendoakan Saul (1.Samuel)
Hizkia mendoakan Israel ( 2.Tawarik)
Paulus, dll
Juga Rohkudus terus menerus mendoakan kita setiap kali kita berdoa dalam bahasa Roh (Roma 8 : 26-27). Karena Rohkudus itu Allah, Ia sanggup sekaligus mendoakan semua orang di dunia yang berdoa kepada Bapa di Sorga
Tuhan Yesus sesudah naik ke Sorga berdoa untuk kita siang dan malam dari dahulu sampai sekarang, bahkan sampai semua rencana Allahselesai (Roma 7 : 25 – Roma 8 : 34 – 1Yoh 2 : 1. Ia juga mendoakan semua orang beriman sekaligus bersamaan, Ia sanggup sebab Ia Allah yang kasih adanya.
Jadi masih perlukah partisipasi para kudus untuk mendoakan orang2 yang masih berada di dunia ?
Jika jawabannya YA, maka berarti doa dari Rohkudus dan Tuhan Yesus tidak cukup, harus dibantu dengan partisipasi dari para kudus .
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 18:10)
S : Bahwa para malaikat dan para kudus di Sorga mendoakan umat Allah adalah sesuatu yang ALKITABIAH DAN MASUK AKAL
M : Kalau saya melihat ayat tsb (Mt 18 : 10) bukan berarti Malaikat mendoakan anak2 tetapi menjaga/melindungi anak-2. Melindungi tidak sama dengan mendoakan
1Yoh 2:1. Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
1Yoh 2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Dari 2 ayat tsb diatas kita jadi tahu bahwa hanya Yesus Kristus sendiri yang mendoakan kita dan juga seluruh dunia. Masihkah diperlukan partisipasi para kudus ?
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Adalah hal yang wajar kalau kita berbeda pendapat. Kita juga sama-sama belajar untuk mendalami Firman Tuhan. Mari kita melanjutkan diskusi ini.
1) Kita bersama setuju bahwa orang yang hidup di dalam Kristus, walaupun telah mati, namun mendapatkan kehidupan yang baru. Hal ini karena mereka telah hidup di dalam kasih Kristus. Kasih Kristus inilah yang juga mengikat orang-orang kudus yang telah berada di Sorga dan umat Allah di dunia, dan juga umat Allah di Api Penyucian (Gereja Katolik mempercayai hal ini – lihat di artikel ini – silakan klik). Gereja Katolik percaya bahwa para kudus di Sorga dapat mendoakan manusia yang masih mengembara di dunia ini karena hal ini merupakan manifestasi dari kasih. Namun kemudian Machmud mengatakan bahwa mereka tidak ingat akan apa yang terjadi di dunia ini, seperti yang dikatakan Machmud ” Namun bagi orang-orang yang di SORGA ataupun yang berada dipangkuan Ibrahim apalagi para Kudus “menurut saya” pasti sudah tidak teringat lagi akan sanak keluarganya.” (di jawaban Machmud sebelumnya – silakan klik).
2) Dan kemudian Machmud mengatakan “Orang yang di dalam sorga bukan tidak lupa (Mungkin maksudnya: lupa, bukan “tidak lupa”. Namun pernyataan ini tidak jelas.), tetapi tidak tahu tentang apa yang terjadi pada sanak keluarganya, hidupnya dipenuhi dengan sukacita ilahi sehingga tidak terpikirkan lagi tentang sanak keluarganya yang masih hidup menderita di dunia.” Mungkin Machmud merubah pandangan dari tidak teringat (LUPA) menjadi tidak tahu.
a) Kalau memang mereka tidak lupa, namun tidak tahu akan apa yang terjadi pada anggota keluarga mereka pada masa sekarang, maka mereka tetap teringat akan penderitaan keluarga yang mereka tinggalkan sebelum para kudus meninggal. Kalau para kudus dapat mengingat apa yang terjadi sebelum para kudus meninggal, bukankah para kudus dapat teringat akan anggota keluarga, teman, yang mungkin masih berada di dalam kesusahan? Jadi, apakah dengan demikian mereka teringat akan penderitaan keluarga mereka (termasuk umat Allah) di dunia ini, namun mereka tidak mau memikirkan / terpikirkan lagi akan keadaan umat Allah di dunia, karena Machmud berfikir bahwa mereka akan kehilangan kebahagiaan? Bukankah dengan pemikiran ini, maka para kudus di Sorga seolah-olah menjadi orang-orang yang egois? Namun kita tahu bahwa para kudus adalah mereka yang telah mempunyai kesempurnaan kasih, karena hanya yang sempurna saja yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Oleh karena itu, mereka tidak mungkin bersikap egois. Kedua pernyaaan ini tidak bertentangan, kalau Machmud dapat mengatakan bahwa para kudus menjadi amnesia (hilang ingatan masa lalu), yang berarti tidak ingat lagi apa yang telah dilakukan di dunia, dengan siapa mereka berhubungan, dll, sehingga mereka dapat menikmati kebahagiaan Sorga tanpa mengingat orang-orang yang menderita di dunia, dan oleh karena itu mereka tidak perlu mendoakan orang-orang yang menderita.
b) Ayat Mt 25:37 “… Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?” Dan Machmud mengatakan “Bukankah ayat tsb diatas dengan jelas mengatakannya, bahwa mereka tidak tahu kalau sudah melakukan semuanya itu ?” Ayat tersebut mengatakan bahwa orang yang dibenarkan oleh Allah bertanya bilamanakah mereka melihat Engkau lapar …. Mereka bukannya lupa akan apa yang dilakukannya di dunia, namun mereka tidak ingat bahwa mereka memberi makan kepada Yesus. Dan oleh karena itu Yesus menjawab di ayat 40 “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.“
c) Kemudian mengenai ayat Lk 8:17 “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” Dan Machmud mengatakan “Untuk Lukas 8 : 17 …….tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Bukankah itu tentang rahasia Alkitab yang masih termeterai yang pada akhir zaman akan dinyatakan (diumumkan) ? Seperti yang ditulis oleh nabi Daniel“.
Pertama, bagaimana Machmud dapat menghubungkan hal ini dengan nubuat Daniel? Bagaimana Machmud dapat begitu yakin bahwa ayat tersebut berhubungan dengan nubuat Daniel?
Kedua, bandingkan dengan beberapa ayat berikut ini:
“Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mt 6:4).
“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mt 6:6)
Dari ayat tersebut di atas, maka kita melihat bahwa perbuatan yang tersembunyi, akan di lihat oleh Bapa, dan akhirnya pada penghakiman terakhir. Yesus mengatakan “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” (Mt 16:27). Oleh karena itu perbuatan yang diadili, termasuk perbuatan-perbuatan yang tersembunyi, baik perbuatan yang jelek maupun perbuatan yang baik akan dinyatakan.
Atau kalau Machmud tidak dapat menerima ini, bandingkan dengan hal ini
“1. Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. 2. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 3 Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. 4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 5 Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” (Lk 12:1-5)
Kita tahu bahwa Yesus menghardik kaum farisi, karena mereka lebih mementingkan ritual luar daripada hati, dimana Yesus mengatakan “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.” (Lk 11:39) Pada Lk 12:1-5, Yesus ingin mengatakan bahwa yang tersembunyi (dalam hal ini adalah kemunafikan kaum Farisi) akan dinyatakan pada hari penghakiman (lihat Lk 12:5 – menghubungkan dengan neraka, yaitu berhubungan dengan penghakiman terakhir).
d) Dari uraian di atas, maka para kudus tidak mungkin lupa, karena semuanya akan dinyatakan – termasuk yang tersembunyi – akan apa yang telah mereka alami di dunia ini. Kalau mereka tidak lupa, berarti mereka mengingat ada begitu banyak kesengsaraan di dunia ini, baik anggota keluarga maupun umat Allah yang lain. Kalau mereka tahu bahwa ada banyak penderitaan, dan mereka juga melihat bahwa Kristus terus bekerja menjadi pengantara, maka para kudus yang telah menjadi serupa dengan Kristus, akan juga mengikuti Kristus, yaitu dengan berpartisipasi dalam pengantaraan Kristus. Dan karena mereka mempunyai kekayaan spiritual – karena persatuan mereka dengan Tuhan di Sorga – maka menjadi sesuatu yang logis, bahwa para kudus, akan turut berdoa bagi umat Allah.
e) Saya mencoba menjabarkan bahwa walaupun para kudus tidak lupa akan apa yang terjadi di dunia ini yang penuh dengan penderitaan, namun mereka melihatnya dengan kacamata yang berbeda, yaitu dengan kacamata Kristus. Saya mengatakan sebelumnya:
Kalau tidak lupa segalanya dan tetap dan tetap masuk Sorga, bukankah dapat mengurangi kebahagiaan? Mari kita menganalisanya bersama-sama. Orang yang masuk ke dalam Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang mempunyai kesempurnaan kasih. Begitu sempurnanya, sehingga menjadi seperti Bapa (lih. 5:48). Kesempurnaan kasih inilah yang membuat seseorang dapat menjadi sahabat (friendship), dalam pengertian yang lebih dalam: yaitu berbagi hidup (sharing of life) atau “ini aku, aku milikmu“. Dan oleh karena itu, apa yang ada di Sorga menjadi milik bersama dengan dasar kasih yang sempurna, pemberian diri seutuhnya (self-giving love). Kesatuan ini begitu erat, sehingga seolah-olah seluruh santa-santo (manusia yang berada di Sorga), malaikat, dan Tuhan, menjadi satu (namun tetap mempunyai identitas masing-masing) dalam ikatan kasih yang sempurna.
Karena kesatuan inilah, maka sangat mudah memahami bahwa kalau Yesus melakukan tugas pengantaraan, maka para santa-santo dan para malaikat juga melakukan tugas yang sama. Inilah sebabnya dikatakan “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (Lk 15:7) dan “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lk 15:10). Bagaimana mungkin ada sukacita di Sorga dan sukacita pada malaikat-malaikat Allah, kalau mereka tidak tahu akan apa yang terjadi?
Kalaupun para Santo-Santa berdoa untuk orang-orang dan beberapa orang tidak bertobat, maka hal tersebut tidak mengurangi kebahagiaan mereka. Hal ini disebabkan karena cara berfikir dan manifestasi kasih mereka sama seperti Kristus. Atau dari sisi yang lain, kalau Kristus tahu apa yang terjadi di dunia ini dan Kristus tahu bahwa ada orang-orang yang menolak kasih-Nya, apakah dengan demikian maka Kristus menjadi kurang berbahagia? Kebahagiaan Kristus tidak tergantung dari manusia, sama seperti keagungan Kristus tidak berkurang kalau orang tidak percaya dan tidak bertambah kalau orang percaya. Dengan pemikiran yang sama, kebahagiaan manusia di Sorga bukan tergantung dari apa yang terjadi di dunia ini (termasuk anggota keluarganya), namun pada persatuan dengan Tuhan untuk selamanya. Oleh karena itu, walaupun tahu bahwa di dunia terjadi bencana, anggota keluarga yang menderita, namun mereka tidak kurang kebagiaannya, sama seperti Yesus tidak kurang kebahagiaan-Nya dengan mengetahui semua yang terjadi di dunia ini – masa lalu, sekarang, dan masa depan. Justru, karena mereka tahu bahwa banyak penderitaan di dunia ini, para kudus justru memberikan diri untuk berpartisipasi dalam tugas pengantara Kristus. Dan ini adalah perwujudan kasih yang dapat mereka berikan tanpa mengurangi kebagiaan mereka, karena mereka percaya akan penyelenggaraan tangan Tuhan.
Dan kemudian Machmud menjawab “Benar memang ingatan tentang sanak keluarganya yang membuat kesedihan dihapus dari ingatannya supaya tidak menimbulkan air mata. Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.” (Lk 15:7) dan “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.” (Lk 15:10)”
Saya pikir Machmud belum menjawab argumentasi yang telah saya berikan.
Dan kemudian Machmud menjawab pertanyaan saya “Bagaimana mungkin ada sukacita di Sorga dan sukacita pada malaikat-malaikat Allah, kalau mereka tidak tahu akan apa yang terjadi?” dengan “Pada waktu ada seseorang bertaubat di dunia, dan diumumkan di sorga maka seluruh penghuni sorga bersukacita. Tetapi walaupun tidak ada , mereka tetap hidup penuh dengan sukacita. (tidak ada air mata)” Point-nya disini adalah saya ingin menunjukkan bahwa para malaikat tahu bahwa ada yang bertobat, sehingga mereka bersuka cita. Bagaimana mereka dapat bersuka cita kalau mereka tidak tahu apa yang terjadi? Tentu saja baik ada pertobatan maupun tidak ada tidak mengurangi kebahagian mereka, seperti pernyataan saya di atas. Kita setuju bahwa tidak ada air mata di Sorga, karena di Sorga ada kebahagiaan abadi.
Untuk menjawab pertanyaan saya “Oleh karena itu, WALAUPUN TAHU bahwa di dunia terjadi bencana, anggota keluarga yang menderita, namun mereka tidak kurang kebahagiaannya, sama seperti Yesus tidak kurang kebahagiaan-Nya” Machmud menjawab “Darimana anda mengetahui bahwa mereka tahu tentang keadaan keluarganya yang menderita didunia ? Hanya Yesus yang tahu sebab Dia adalah Allah” Saya akan mundur sedikit. Saya menyarankan agar Machmud membuat keputusan terlebih dahulu apakah Machmud percaya bahwa para kudus LUPA atau TIDAK TAHU keadaan keluarga (umat Allah) di dunia. Lupa adalah mengacu kepada masa lalu yang berhubungan dengan dirinya, sedangkan tidak tahu mengacu kepada keadaan masa sekarang maupun masa depan atau masa lalu yang tidak berhubungan dengan dirinya. Kalau para kudus lupa akan keadaan masa lalunya, seolah-olah para kudus menjadi terkena “amnesia” atau kehilangan ingatan akan masa lalu. Kalau para kudus tidak lupa, dia ingat apa yang berhubungan dengan dirinya, minimal akan apa yang terjadi sebelum dia meninggal, yang berarti dia juga ingat akan penderitaan banyak orang. Contoh, yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta: kalau dia tidak lupa akan apa yang terjadi sebelum dia meninggal, maka dia tahu ada banyak penderitaan di dunia ini, seperti yang dia lihat setiap harinya selama kehidupannya di dunia ini.
3) Mari sekarang kita melihat argumentasi partisipasi. Saya mengatakan “Justru, karena mereka tahu bahwa banyak penderitaan di dunia ini, para kudus justru memberikan diri untuk BERPARTISIPASI dalam tugas pengantara Kristus.” Kemudian Machmud menjawab “Apakah mungkin Yesus sendiri (seorang diri) saja tidak bisa untuk mendoakan orang2 seisi dunia , sehingga harus meminta para kudus berpartisipasi?” Yesus tentu saja dapat mengerjakan semuanya sendiri, namun di dalam kebijaksanaannya, Dia ingin umat Allah berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Bagaimana Mahcmud mengartikan “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24). Apakah penderitaan Yesus kurang sempurna, sehingga rasul Paulus harus melengkapi kekurangan penderitaan Kristus? Bagaimana dengan para nabi di dalam Perjanjian Lama? Mengapa Tuhan menggunakan mereka untuk berpartisipasi dalam memberitakan Wahyu Allah? Mengapa Tuhan tidak berbicara secara langsung kepada setiap manusia? Mengapa Yesus tidak turun ke dunia secara langsung, namun lahir dari Perawan Maria? dll.
Kalau kita melihat apa yang terjadi di dunia ini, mengapa kita dapat meminta seseorang untuk mendoakan kita, kalau kita terkena musibah? Dengan prinsip yang Machmud katakan – Apakah mungkin Yesus sendiri saja tidak bisa mendoakan orang-orang seisi dunia? – , saya juga dapat bertanya “Apakah Yesus saja kurang dapat mendoakan kita dan seluruh isi dunia? Kenapa kita harus meminta bantuan orang lain. Lebih lanjut rasul Paulus mengatakan “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Gal 6:2). Kenapa harus bertolong-tolong? Apakah Kristus saja tidak cukup? Kristus saja tentu cukup, namun Dia menginginkan agar semua umat Allah berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah, dan juga termasuk orang-orang kudus yang telah berada di Sorga. Kalau kita yang kurang sempurna di dunia ini dapat tolong-menolong, apalagi orang kudus yang telah sempurna dalam kasih di Sorga. Mereka pasti akan mendoakan umat Allah yang menderita di dunia dan di Api Penyucian dengan lebih lagi dan penuh kuasa, karena doa orang benar adalah besar kuasanya (lih. Yak 5:16).
4) Mari sekarang kita membahas kitab Wahyu dalam kaitannya dengan persekutuan para kudus. Saya mengutip kitab Wahyu
“Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8)
“3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. 4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.” (Why 8:3-4)
Dan Machmud menjawab “Tentang doa semua orang kudus yang ditulis dalam kitab Wahyu adalah doa orang2 kudus yang masih hidup didunia bukan mereka yang sudah berada di sorga (saya sudah membacanya ber-ulang2).” Dilanjutkan dengan “Anda menulis dengan tepat bahwa yang dipersembahkan adalah doa orang2 kudus yang masih hidup didunia . Alkitab tidak pernah menulis bahwa para kudus yang sudah berada di sorga mendoakan orang yang masih hidup didunia, tetapi Alkitab menulis orang kudus yang hidup didunia mendoakan sahabat atau kerabatnya yang menderita di dunia. Contoh :
Ibrahim mendoakan Lot (Kejadian), Musa mendoakan bangsa Israel (Keluaran)
Samuel mendoakan Saul (1.Samuel), Hizkia mendoakan Israel ( 2.Tawarik), Paulus, dll“
Kita berdua setuju bahwa doa-doa semua orang kudus yang dipersembahkan adalah doa umat Allah di dunia ini. Namun, dikatakan di kitab Wahyu, bahwa doa-doa ini dipersembahkan oleh kedua puluh empat tua-tua dan malaikat di hadapan Anak Domba Allah (Why 5:8; 8:3-4). Karena itu, saya memberikan argumentasi bahwa kedua puluh empat tua-tua adalah para kudus di Sorga, yang mempersembahkan doa-doa orang kudus (umat Allah) di dunia ini.
Lebih lanjut Machmud mengatakan “Juga Rohkudus terus menerus mendoakan kita setiap kali kita berdoa dalam bahasa Roh (Roma 8 : 26-27). Karena Rohkudus itu Allah, Ia sanggup sekaligus mendoakan semua orang di dunia yang berdoa kepada Bapa di Sorga Tuhan Yesus sesudah naik ke Sorga berdoa untuk kita siang dan malam dari dahulu sampai sekarang, bahkan sampai semua rencana Allahselesai (Roma 7 : 25 – Roma 8 : 34 – 1Yoh 2 : 1. Ia juga mendoakan semua orang beriman sekaligus bersamaan, Ia sanggup sebab Ia Allah yang kasih adanya. Jadi masih perlukah partisipasi para kudus untuk mendoakan orang2 yang masih berada di dunia ?
Jika jawabannya YA, maka berarti doa dari Rohkudus dan Tuhan Yesus tidak cukup, harus dibantu dengan partisipasi dari para kudus .” Lihat konsep partisipasi seperti pada point 3. Intinya adalah partisipasi dari umat Allah di dalam karya keselamatan Allah tidak mengurangi peran Allah, namun sebaliknya Allah menginginkan bahwa semua umat Allah berpartisipasi di dalamnya.
5) Mt 18:10 mengatakan “10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” Machmud mengatakan “Kalau saya melihat ayat tsb (Mt 18 : 10) bukan berarti Malaikat mendoakan anak2 tetapi menjaga/melindungi anak-2. Melindungi tidak sama dengan mendoakan” Dari kalimat ini, saya ingin memberikan argumentasi, kalau para malaikat diperkenankan menjaga dan melindungi anak-anak, apalagi mendoakan. Menurut Machmud, bagaimana para malaikat melindungi anak-anak? dengan hanya melihat atau berbuat sesuatu? Kalau hanya melihat itu berarti tidak melindungi namun menonton. Kalau berbuat sesuatu, bagaimana tindakannya? Kalau bertindak saja boleh apalagi berdoa. Atau Machmud berpendapat bahwa para malaikat dapat bertindak, namun satu-satunya tindakan yang tidak boleh adalah “BERDOA”. Kalau para malaikat adalah mahluk yang sepenuhnya spiritual, dan doa adalah begitu berarti dalam kehidupan spiritual, maka apakah yang menghalangi para malaikat untuk mendoakan anak-anak?
6) Akhirnya Machmud memberikan dua ayat: 1 Yoh 2:1-2 untuk membuktikan bahwa Yesus sendiri yang mendoakan kita dan juga seluruh dunia, dan tidak perlu partisipasi dari orang kudus. Untuk menjawab ini silakan melihat jawaban saya di point 3). Kalau kita mau konsisten dengan sikap ini, maka kita seharusnya tidak perlu minta bantuan doa kepada orang lain di dunia ini, karena Yesus saja cukup. Namun dalam kenyataannya, rasul Yakobus mengatakan “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16) Siapkah yang lebih benar di hadapan Allah: orang-orang kudus di Sorga atau manusia di dunia ini?
Dari pemaparan di atas, kita semua diundang untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah, termasuk kita semua yang masih berada di dunia ini dan juga orang-orang kudus yang telah mengalami kebahagiaan sejati di Sorga. Dan partisipasi kita tidak mengurangi pengantaraan Kristus, karena partisipasi umat Allah adalah di dalam Kristus. Dan kalau kita yang di dunia diundang untuk berpartisipasi, apalagi orang-orang kudus di Sorga. Mereka yang telah dibenarkan oleh Allah, yang mempunyai kesatuan dengan Allah dan dibentuk serupa dengan Kristus, akan mendoakan manusia yang masih berada di dunia ini dengan kuasa yang besar. Semoga uraian di atas dapat membantu. Dan saya minta maaf, kalau saya harus membatasi diskusi ini karena keterbatasan waktu. Saya pikir Machmud telah memaparkan apa yang dipercaya oleh Machmud dan saya sendiri telah memaparkan apa yang telah dipercayai oleh Gereja Katolik. Mari kita bersama-sama membawa hal ini di dalam doa dan merenungkannya bersama-sama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
sangat jelas sekarang protestan menganut paham “sola scriptura” yang runtuh diatas perkataan alkitab sendiri. Sdr, Machmud berdasarkan apa yang tertulis secara tekstual(sola scriptura), tanpa bisa melihat arti dan maksud nya lebih dalam…..Contoh yang paling aneh adalah sdr Machmud menulis: tugas malaikat hanya menjaga dan melindungi….Akibatnya ayat ayat yang lain pun dalam alkitab saling bertentangan dan berguguran karena dimengerti secara tekstual…Sementara alkitab tidak pernah mengajarkan salah…….Mari penganut2 sola scriptura….kembalilah kepada kebenaran yang Alkitab katakan……
Shalom Pak Stef,
Saya kutip sedikit penjelasan dari Pak Stef,
Sebagai contoh: seorang ibu rumah tangga, yang mungkin merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah tidak berarti karena merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah hal-hal yang sepele, dapat meminta bantuan St. Teresa dari Avila (St. Teresa kanak-kanak Yesus). St. Teresa telah membuktikan bahwa selama hidupnya, dia mengerjakan hal-hal kecil, namun dengan kasih yang besar. Kalau seseorang berjuang dalam pelajaran, maka dia dapat meminta doa kepada St. Thomas Aquinas. Kalau seorang pastor di paroki, yang bertugas untuk melayani umat, maka dia dapat meminta doa kepada St. John Vianney.
Yang ingin saya tanyakan, apakah sudah ada artikel yang secara khusus menjelaskan jika kita sedang menghadapi pergumulan/masalah “ini/itu” kepada Santo/Santa siapa kita sebaiknya mohon doa.
Kalau memang sudah ada artikelnya boleh saya minta link nya?
Dan kalau boleh tau sampai dengan saat ini sudah berapa Santo/Santa yang ditetapkan oleh Gereja Katolik?
Terima kasih sebelumnya Pak Stef.
Shalom.
Shalom Heribertus,
Sebenarnya secara umum, kita dapat memohon dukungan doa dari setiap Santa/ Santo pada saat kita menghadapi pergumulan, sebab semua Santa/o juga pada dasarnya melewati masa pergumulan itu di dalam hidup mereka. Namun khusus jika masalahnya itu sangat pelik dan nampak sepertinya tidak ada harapan, umumnya orang meminta dukungan doa kepada St. Yudas Tadeus, sekilas kisahnya, silakan klik di sini.
Terus terang, saya tidak mengetahui, ada berapa persisnya jumlah Santa/o yang sudah diakui oleh Gereja Katolik. Jika Anda tertarik membaca kisah Santa/o, silakan Anda membaca di link Yesaya, silakan klik di sini, di sana ada banyak Santa/o yang ditulis menurut abjad, dan silakan membaca sekilas kisah hidup mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih bu Ingrid.
Shalom
Memang agak susah untuk dimengerti…, tapi bagi saya gereja harus kembali kpada dasar2 alkitab dan bukan tradisi2 yang dibuat oleh manusia. sering gereja berlebihan memperlakukan orang2 kudus, memnganggap mereka seperti “dewa”, hal ini dipengaruhi oleh tradisi masyarakat roma seblm kristen yaitu pengkultusan individu. Yesus kristus sudah cukup. orang kristen tdk perlu minta bantuan kepada org2 kudus yang lama meni nggal. tidak ada hub org hidup dan mati. oleh sebab itu semasih didunia Yesus mengutus RohNya yaitu Roh kudus untuk menolong manusia. Gereja harus menulis kembali doktrin2 yang sebenarnya hanya tradisi dan pengalaman. pengalaman tidak bisa dijadikan doktrin atau ajaran. setiap orang mengalami dengan berbeda.
Yesus adalah satu2nya Tuhan, imam, nabi, sahabat kita. Ialah yang menjadi juru safaat kita baca di Yoh 17. sekian, slm kenal Tuhan Yesus memberkati
[Dari Katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
itulh perbedaan pandngn yg ga akn terselesaikan sampai akhir jmn sebagaimna misteri ilahi ga akn munkng terpchkn sampai “hr itu tiba”. klo qt mo berpegang kpada alkitab, mari kita kembali kpada agama yg didirikan yesus melalui wkl Nya d’duni yaitu santo Petrus. bkn mengikuti agama yg didirikan manusia marthin luter alias protestan. bkn kah injil matius jls mengatakn; ” ENGKAU ADALH PETRUS DAN DI ATS BATU KARANG INI AKU MENDIRIKAN JEMAATKU DAN ALAM MAUT TIDAK AKAN MENGUASAINYA. KEPADAMU KUBERIKAN KUNCI KERAJAAN SURGA. APA YG KAMU IKAT DI BUMI AKAN TERIKAT DI SURGA DAN APA YG KAMU LEPASKAN DI BUMI AKAN TERLEPAS DI SURGA. sy hern dg org yg beseru2 ttg alkitab ttp mereka sebenarnya tdk mengerti dan tidak memahami alkitab. itulh knpa protestan tdk memiliki wibawa dan tidak mampu menyaga keutuhannya agamnya. berbd dg katholik yg dr awl adlh sama dan 1. itu sebbnya antara gereja protestn sndri ga pernah ada kedamaian selalu ada pertikaian dan persaingan egoisme baik sesama umatnya, antra umat dg pendeta, maupun antr pendeta nya..
Shalom Nasius,
Sebaiknya, janganlah kita menghakimi saudara/i kita yang Kristen non-Katolik sebagai ‘tidak memahami Alkitab’. Banyak dari mereka mendalami Alkitab, bahkan lebih dari kebanyakan umat Katolik, walaupun harus diakui juga, bahwa di beberapa topik pengajaran, pemahaman mereka berbeda dengan ajaran Gereja Katolik. Untuk itulah jika memang ada kesempatannya, kita dapat berdialog satu sama lain, dengan harapan mereka dapat melihat kepenuhan kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang mengambil dasar Alkitab dan pengajaran para rasul dan Bapa Gereja.
Selanjutnya, memang adalah tantangan dari sesama umat Kristiani, baik yang Katolik maupun non- Katolik untuk bertumbuh dalam iman dalam kerendahan hati. Kerendahan hati inilah yang dapat mencegah pertikaian baik antara sesama umat, umat dengan pemimpin Gereja, atau antara para pemimpin Gereja. Tak heran, St. Agustinus mengatakan bahwa pondasi spiritualitas Kristiani adalah kerendahan hati, sebab tanpa kerendahan hati, seseorang tidak dapat bertumbuh secara spiritual. Silakan anda membaca artikel tentang Kerendahan hati di situs ini, silakan klik, semoga dapat berguna bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Jika memahami Alkitab dengan rasio manusia, maka itulah pengajaran yang diikuti Katholik. Penafsiran bahwa Engkau adalah Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku [Matius 16:18] tidak boleh dipisahkan dari konteks-nya. Pemahaman Alkitab harus berdasrkan penafsiran yang tepat. Dalam hal ini bukan hanya penafsiran historikal, tetapi penafsiran kontekstual dan gramatikal sangat penting. Arti ayat di atas adalah bahwa Yesus mengganti/meneguhkan nama Simon dengan sebutan Petrus {batu karang kecil] dan Dia tidak mendirikan di atas Petrus, tetapi Ia meneruskan dengan kata dan di atas batu karang ini [Petra] berbeda dengan Petros, artinya di atas pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup [Matius 16:16-17]. Jadi gereja yang benar adalah yang mengaku bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup. Jadi jangan ngawur kalo menafsirkan dan jangan hanya mau menang dengan pendapatnya sendiri, bahkan menyesatkan umat karena alasan takut kehilangan anggota jemaat. Jangan pula menjelekkan pendapat orang lain terutama kaum Protestan karena ternyata Anda juga tidak memahami Alkitab dengan benar. Memang ada kekurangan dan kelemahan di setiap manusia, tetapi kita lihat prinsip dan doktrin yang benar dari Alkitab. Jadi back to the bible [kembali ke Alkitab] adalah hal mutlak bagi setiap orang Kristiani karena Alkitab tidak ditentukan oleh gereja, tetapi karena pengilhaman Roh Kudus. Rasio Anda mengatakan bahwa gereja lah yang membuat kanonisasi Alkitab, jika seperti pemahaman Anda, maka tulisan2 Alkitab juga hanya dibuat oleh manusia [Matius, Markus. Petrus, Yakobus, Lukas, Yudas, dsb] dan bukan dari Tuhan atau firman Tuhan. Itulah kesalahan Anda, maka dengan segala kerendahan hati seharusnya Anda meninjau ulang teologia Anda. Tuhan Yesus memberkati
Shalom Oka Savtama,
Terima kasih atas tanggapannya. Mari kita membahas tentang Mt 16:18, sehingga kita dapat mengerti konteksnya, sehingga kita dapat menafsirkannya dengan tepat, dan juga dilihat dari gramatical. Sebenarnya pembahasan tentang hal ini telah saya jawab di sini (silakan klik).
1) Mt16:18 mengatakan:
Dari kalangan Protestan banyak yang mengartikan bahwa dalam bahasa Yunani, dikatakan bahwa Petrus adalah “Petros” dan batu karang adalah “petra“. Dan ini berarti bahwa Petros dan Petro tidak sama, sehingga tidak mungkin Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus, melainkan di atas pengakuan Petrus.
2) Dari tata bahasa Yunani: Penggunaan Petros dan Petra adalah karena tata bahasa Yunani, yang mengenal masculin dan feminim, yang diterapkan bukan hanya terhadap manusia, namun juga terhadap benda-benda. Jadi, dalam hal ini diterjemahkan “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petros dan di atas Petra ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Jadi kata Petra tidak dapat digunakan untuk menggantikan nama Petrus, karena kalau demikian sama saja dengan memakai nama Michelle untuk Michael atau Fransiska untuk Fransiskus.
Namun pada jaman Yesus, bahasa yang dipakai adalah bahasa Aram, sehingga menjadi “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Kefas dan di atas Kefas ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Yesus memberikan nama Kefas (Petrus) kepada Simon jauh sebelum pengakuan ini, yaitu pada waktu Yesus bertemu dengan Petrus, dimana Yesus berkata “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (Yoh 1:42).
3) Dari segi kelogisan kalimat: Kalau kita menafsirkan bahwa Petros adalah Petrus dan kemudian Petra adalah pengakuan Petrus, maka akan terlihat tidak logis dan kira-kira seperti berikut ini:
Yesus berkata kepada Petrus: engkau adalah Petrus dan di atas pengakuanmu aku akan mendirikan Gereja-Ku…
Dua kalimat tersebut tidak berhubungan. Dan kalau kita melihat dari bahasa Greek, dikatakan “Engkau adalah Petrus, dan (memakai “kai“) di “taute” (this very) batu karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku”. Kai (dan) mengindikasikan bahwa kata benda yang dipakai harus merujuk kepada kata benda sebelumnya.
4) Dari Bapa Gereja:
St. Clement kepada Yakobus. “Be it known to you, my lord, that Simon [Peter], who, for the sake of the true faith, and the most sure foundation of his doctrine, was set apart to be the foundation of the Church, and for this end was by Jesus himself, with his truthful mouth, named Peter, the first fruits of our Lord, the first of the apostles; to whom first the Father revealed the Son; whom the Christ, with good reason, blessed; the called, and elect” (Letter of Clement to James 2 [A.D. 221]).
St. Jerome mengatakan “‘But,’ you [Jovinian] will say, ‘it was on Peter that the Church was founded’ [Matt. 16:18]. Well . . . one among the twelve is chosen to be their head in order to remove any occasion for division“(Against Jovinian 1:26 [A.D. 393]).
Dan masih begitu banyak kutipan dari Bapa Gereja yang lain, yang mempertegas posisi ini.
5) Dari dasar-dasar di atas, maka Yesus mendirikan GerejaNya di atas Rasul Petrus (Kepha, Petros) -yang artinya batu karang- (Mat 16:18) dan memberikan kuasa yang khusus kepadanya di atas para rasul yang lain, untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:5-7). Walaupun Kristus juga memberikan kuasa kepada rasul-rasul yang lain (Mat 18:18), hanya kepada Petruslah Ia memberikan kunci- kunci Kerajaan Surga (Mat 16:19) yang melambangkan kuasa untuk memimpin GerejaNya di dunia.
Yesus sang Gembala yang Baik mempercayakan domba-dombaNya kepada Petrus dan mempercayakan tugas untuk meneguhkan iman para rasul yang lain, agar iman Gereja jangan sampai sesat (Luk 22:3-32). Petruslah yang kemudian menjadi pemimpin para rasul setelah hari Pentakosta, mengabarkan Injil, membuat keputusan dan pengarahan (Kis 2:1-41, 15:7-12). Para penerus Rasul Petrus ini dikenal sebagai uskup Roma, yang dipanggil sebagai ‘Paus’ yang artinya Papa/ Bapa.
Hal ini sungguh membuktikan kemurnian pengajaran Gereja, karena ajarannya bukan merupakan hasil demokrasi manusia, melainkan diturunkan dari Yesus sendiri, dan Bapa Paus tidak punya kuasa untuk mengubahnya.
Jelaslah bahwa secara struktural, Paus (penerus Rasul Petrus) memegang kepemimpinan tertinggi, diikuti oleh para uskup (penerus para rasul lainnya) di dalam persekutuan dengan Paus. Para uskup ini dibantu oleh para imam dan diakon. Dalam hal ini, para Paus memegang kuasa Rasul Petrus, yang menerima perintah dari Yesus sendiri, dan karenanya tidak mungkin sesat. Perlu diketahui, bahwa kepemimpinan Paus -dan para uskup di dalam persekutuan dengannya- yang tidak mungkin sesat (‘infallible’) ini- hanya berlaku di dalam hal pengajaran iman dan moral.
6) Semoga keterangan tersebut dapat memperjelas posisi Gereja Katolik. Dan kalau anda masih menuduh bahwa penafsiran di atas adalah “ngawur”, maka silakan memberikan sanggahan, sehingga kita dapat berdialog secara lebih mendalam tentang topik ini. Dan dalam berdialog, bukan “mau menang sendiri” seperti yang anda tuduhkan, yang menjadi dasarnya, namun adalah mencari kebenaran. Oleh karena itu, kalau ada kesalahan dalam penafsiran tersebut, silakan memberikan sanggahan.
Kalau anda menuduh bahwa argumentasi di atas adalah menyesatkan umat bahkan dengan tuduhan takut kehilangan umat, maka anda telah salah sangka dan mungkin anda telah memberikan tuduhan terlalu jauh. Kalau anda menganggap bahwa pendapat tersebut tidak menunjukkan pengertian Alkitab dengan benar, maka silakan menunjukkan kesalahannya, sehingga saya akan dapat lebih mengerti. Dan kalau anda mengatakan bahwa kita harus kembali kepada Alkitab, maka semua pengajaran Gereja Katolik tidak pernah bertentangan dengan Alkitab. Namun, untuk mengatakan bahwa satu-satunya kebenaran adalah Alkitab (sola scriptura), maka prinsip ini bertentangan dengan Alkitab sendiri. Silakan membaca pembahasan tentang hal ini di sini (silakan klik).
Kalau anda mengatakan bahwa Alkitab tidak ditentukan oleh Gereja, maka darimanakah anda mendapatkan Alkitab yang kita kenal saat ini? Silakan melihat pembahasan lebih lanjut tentang topik ini, di sini (silakan klik). Link ini saya harap dapat memperjelas bahwa Gereja ada terlebih dahulu sebelum kita mengenal Alkitab seperti yang ada saat ini. Alkitab Perjanjian Baru ditulis secara lengkap sekitar tahun 100. Kalau demikian, bagaimana kehidupan jemaat awal dari tahun 33 – tahun 100?
Terima kasih atas himbauannya agar saya dengan rendah hati meninjau teologi yang saya pegang. Dengan terbuka saya menerima masukan dan sanggahan dari anda. Teologi yang saya pegang adalah berdasarkan pengajaran Gereja Katolik. Kalau sampai ada pengajaran di situs ini yang bertentangan dengan pengajaran dari Gereja Katolik, maka kami akan merubahnya sesuai dengan ketaatan kami kepada Magisterium Gereja. Dan inilah bentuk dari ketaatan kami kepada Gereja Katolik. Namun, kalau anda tidak setuju dengan pengajaran Gereja Katolik, maka kita perlu berdialog dengan memberikan argumentasi masing-masing, sehingga kebenaran akan terbuka dengan sendirinya.
Maka, mari kita meneruskan diskusi kita dengan hormat dan lemah lembut tanpa disertai tuduhan-tuduhan, yang mungkin anda sendiri tidak menyadari ketika menuliskannya. Saya yakin anda tidak ingin menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas. Mari kita berdialog dengan berfokus pada argumentasi, sehingga terjadi dialog yang baik.
Salam kasih dalah Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Ada banyak diskusi (bukan artikel yang tidak memungkinkan adanya tanya jawab) yang membahas masalah ini, anda bisa googling masalah Petros/Petra ini.
Salah satunya :
http://www.speroforum.com/forum/topic.asp?TOPIC_ID=5583
Beberapa pendapat teolog Protestan mengenai hal ini :
http://itsjustdave1988.blogspot.com/2005/04/upon-this-rock-is-rock-of-matt-1618.html
http://phatcatholic.blogspot.com/2006/09/protestant-scholars-on-mt-1616-19.html
iya sdr oka savtama…
membangun pemahaman Alkitab yang adalah kebenaran menurut saya harus mempunyai fondasi, sebab jika tanpa fondasi, niscaya bangunan tersebut tidak akan pernah berdiri, jikapun berdiri, ketika diberi guncangan sedikit maka akan runtuh dan tercerai berai. hal itulah yang menyebabkan Alkitab yang adalah Inspirasi Roh Kudus itu menjadi bermacam2 warna. Fondasi tersebut adalah Gereja, dimana alkitab tersebut diilhamkan.
memahami Alkitab dengan rasio manusia saya rasa tidak dilarang. untuk apa manusia dibekali akal? “cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu”. menurut saya pendekatan historikal dan antropologi juga harus dilibatkan karena alkitab ditulis dengan latar belakang waktu tertentu. selain itu ilmu filsafat, dan sastra juga bisa terlibat. dan banyak hal lagi yang diperlukan termasuk latihan latihan kebijaksanaan. dari komprehensifitas tersebut dan dengan Iman yang cinta akan Allah membuat Alkitab menjadi nyata dan dekat dengan hidup kita.
menjadi imam dan apalagi Paus melalui berbagai ujian yang komperehensif pula. tidak banyak orang yang mau melakukannya, apalagi mampu melakukannya. saya sangat kagum dan percaya pada beliau2 tersebut.
singkatnya saya percaya pada Fondasi yang sangat kompeten dan telah teruji dengan usianya, dengan buah2nya, dengan telah menjadi bagian penting dalam peradaban manusia untuk membimbing saya memahami mahakarya Akitab! karena bagaimanapun juga Alkitab ada setelah dan melalui Gereja. dan itu adalah KATOLIK.
dan saya bersyukur bisa menjadi partner Allah dalam Gereja Katolik.
tetapi Tuhan menyayangi kita semua dengan segala pengertiaNya dan kemaha tahuanNya…. Tuhan itu satu. Tuhan semua manusia. Amin.
Comments are closed.