Ada sebagian orang percaya bahwa Yesus disalib di tiang dan bukan dipaku di tiang berbentuk salib. Sebenarnya fakta bahwa Yesus benar- benar disalibkan [artinya dipaku di tiang berbentuk salib] sesungguhnya tertulis dalam Kitab Suci, dan dapat dipelajari dari fakta- fakta sejarah.

1. Dari Kitab Suci:

Yesus berkata: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 20:18-19)

“Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus.” (Mat 27:31-32, lih. Mrk 15:20-21, Luk 23:26)

“Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.” (Matius 27:38, lih. Mrk 15:27-28)

Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya, (Luk 23:33, lih. Yoh 19:18)

“Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” (Mat 27:42)

Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” (Luk 24:4-7)

2. Dari tulisan Bapa Gereja

a. St. Ignatius dari Antiokhia (35-117)

“Aku memuliakan Yesus Kristus, Tuhan yang telah melimpahi kamu dengan kebijaksanaan sedemikian….  Tentang Tuhan kita, kamu telah sepenuhnya yakin bahwa Ia adalah keturunan Daud menurut kemanusiaan-Nya, dan Sang Putera Allah menurut kehendak dan kuasa-Nya; bahwa Ia  sungguh lahir dari seorang Perawan dan dibaptis oleh Yohanes agar segala pelaksanaan hukum dapat digenapi oleh-Nya (Mat 3:15); bahwa di dalam tubuh-Nya Ia sungguh-sungguh dipakukan di kayu salib demi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus dan Herodes, sang tetrakh, yang dari kisah Sengsara-Nya itu kita adalah buahnya, sehingga melalui kebangkitan-Nya, Ia dapat membangkitkan untuk sepanjang segala abad, sebuah standar bagi para orang kudus dan umat beriman di dalam satu tubuh Gereja-Nya, baik itu di kalangan orang Yahudi ataupun non- Yahudi.” (St. Ignatius of Antioch, Letter to the Smyrnaeans, Ch. 1)

b. St. Yustinus Martir (100-165)

“Jika, dengan demikian Bapa menghendaki agar Kristus mengambil bagi-Nya kutuk atas seluruh umat manusia, dengan memahami bahwa, setelah Ia disalibkan dan wafat, Ia akan membangkitkan Dia, mengapa kamu mempertanyakan tentang-Nya, yang taat untuk menderita semuanya ini menurut kehendak Bapa, seolah Ia dikutuk, dan bukannya malah menangisi dirimu sendiri?….” (St. Justin Martyr, Dialogue with Trypho, ch. 95)

3. Dari fakta sejarah

a. Sejarah mencatat bahwa penyaliban merupakan salah satu cara hukuman mati yang dilakukan di Persia, Seleusia, Carthage dan Roma sekitar abad 6 BC sampai abad 4 AD.

Tahun 337 hukuman penyaliban ini dihapuskan oleh Kaisar Konstantin di Roma. Memang istilah ‘crucifixion‘ dapat mengacu kepada hukuman siksaan di tiang ataupun pada pohon, namun juga dapat berarti pemakuan pada kombinasi palang kayu tiang terdiri dari tiang vertikal dan horizontal. Jika palang horizontal digunakan maka narapidana tersebut dipaksa untuk memanggulnya di bahunya, yang kemungkinan sudah luka- luka karena cambukan, ke tempat penyaliban. Sedangkan tiang vertikalnya umumnya sudah ada di tempat penyaliban. Kitab Suci mengatakan, bahwa setelah didera/ dihajar (lih. Luk 23:16) Yesus dibawa keluar untuk disalibkan, dan kemudian Simon dari Kirene dipaksa untuk membantu memikul salib Kristus (lih. Mrk 15: 21, Luk 23:16). Maka kita ketahui di sini bahwa Yesus disalibkan dengan pada tiang dengan palang mendatar/ horizontal, sebab palang inilah yang dipikul-Nya dan oleh Simon yang kemudian membantu-Nya.

b. Josephus (37-100), seorang sejarahwan Yahudi pada abad awal menuliskan beberapa cara penyiksaan dan posisi penyaliban pada sekitar keruntuhan Yerusalem di abad pertama.

Terdapat banyak cara penyaliban, namun yang umum adalah dengan palang salib horisontal tepat di di atas tiang sehingga membentuk huruf “T” atau palang tersebut diletakkan sedikit ke bawah seperti yang umum dikenal oleh kita umat Kristiani sebagai salib Kristus.

Josephus menuliskan demikian:

“Sekarang, sekitar waktu ini, Yesus, seorang yang bijak, kalau itu benar/ lawful memanggilnya sebagai manusia; sebab ia adalah seorang pembuat mukjizat, seorang guru bagi orang- orang yang menerima kebenaran dengan suka cita. Ia menarik kepadanya banyak orang Yahudi maupun non- Yahudi. Ia adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas dorongan para pemimpin di antara kita, telah menghukumnya ke salib, mereka yang mengasihinya tidak meninggalkan dia; sebab ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga; seperti dinubuatkan oleh para nabi tentang hal ini dan sepuluh ribu hal ajaib lainnya tentang dia. Dan suku Kristen, yang mengambil nama darinya, tidak punah sampai hari ini…” (Josephus, Antiquities of the Jews, XVIII, 3:8-10)

Tulisan- tulisan pertama yang menjabarkan tentang penyaliban Yesus tidak secara khusus menyebutkan bentuk salib-Nya, tetapi tulisan-tulisan sekitar tahun 100 menyebutkan salib Kristus tersebut berbentuk T (huruf Tunani ‘tau’, seperti dituliskan dalam Surat Barnabas bab 9) atau komposisi palang vertikal dan horizontal, dengan sedikit tonjolan di atas- nya (lih. Irenaeus (130-202) Adversus Haereses II, xxiv,4). Ini cocok dengan penjabaran Mat 27:37, yang menuliskan bahwa di atas kepala Yesus, terpasang tulisan, “Inilah Yesus Raja orang Yahudi”.

c. Penemuan terkini tentang penyaliban adalah melalui penemuan arkeologis dari penggalian tahun 1968 di sekitar arah timur laut Yerusalem.

Ditemukan sebuah sisa- sisa jenazah seorang laki- laki, yang diidentifikasikan sebagai Yohan Ben Ha’galgol, yang meninggal tahun 70 AD. Analisa yang dilakukan oleh Hadassah Medical School, menyatakan bahwa luka-luka di tubuhnya seuai dengan yang dikisahkan sebagai luka- luka pada penyaliban Kristus. Penemuan lainnya adalah yang juga berasal dari abad pertama, dengan penemuan tulang kaki dengan paku, yang ditemukan di Yerusalem, yang kini disimpan oleh Israel Antiquities Authority di Israel Museum, juga menggambarkan luka- luka di kaki akibat penyaliban.

d. Bukti dari Kain kafan Turin (The Shroud of Turin), yang selengkapnya dapat dibaca di situs ini, silakan klik.

Pihak Vatikan memang belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang keotentikan kain kafan Turin ini, namun dari data- data yang dapat kita baca mengenai penyelidikan sains tentang kain ini, semakin menunjukkan bukti yang cukup kuat bahwa kain ini bukan merupakan produk forgery/ pemalsuan dari abad pertengahan.

Dari informasi yang dapat kita baca di link di atas, kain kafan Turin diyakini sebagai kain yang membungkus jenazah Yesus pada saat Ia dikuburkan. Menurut fakta sejarah, kain ini pertama ditemukan di dinding kota Edessa (antara tahun 525-544) ketika kota itu diserang pasukan Persia. Sebelum kejadian itu tidaklah diketahui dengan pasti kisah dari kain Turin ini. Menurut sejarahwan Ian Wilson, yang mempelajari tradisi dan tulisan- tulisan pada abad awal, kemungkinan murid Yesus yang bernama Addai [Yudas Thaddeus] membawa kain kafan ini dari Yerusalem ke Edessa atas permintaan Raja Akbar V, yang pada saat itu sakit keras. Namun kemudian cucu dari Raja Akbar V tersebut menyerang umat Kristen, sehingga kain tersebut hilang ataupun disembunyikan. Kisah tentang Raja Akbar V ini dimuat dalam catatan sejarah Eusebius. Selanjutnya, berabad kemudian kain kafan ini ditemukan kembali oleh seorang prajurit Perancis, Geoffrey de Charny (1349), yang diperolehnya dari Konstantinopel.

Sejarah menunjukkan bahwa telah diadakan berkali- kali pemeriksaan akan keotentikan kain kafan dan gambar yang tercetak pada kain tersebut, yang padanya ‘tercetak’ gambar tubuh seorang laki- laki dengan luka- luka penyaliban. Jadi terdapat dua jenis gambar pada kain itu, yaitu bercak darah yang disebabkan oleh luka- luka; dan gambar rupa manusia yang bukan disebabkan oleh bercak darah. Asal gambar ini tidak dapat dijelaskan menurut para ahli yang telah meneliti kain kafan tersebut. Yang jelas, gambar itu bukan hasil pencetakan/ lukisan, dan bukan pula berasal dari darah atau karena persentuhan dengan tubuh manusia. (lih. Ray Rogers, Comments on the Book, The Resurrection of the Shroud by Mark Antonacci, 2001, p.4)

Melalui gambar tersebut, terdapat bukti luka- luka sebagai berikut:

1. Luka cambukan, sebanyak 120 buah (menurut Giulio Ricci 220 buah). Walaupun batas pencambukan menurut hukum Yahudi adalah 40, namun kemungkinan prajurit Romawi tidak mengikuti aturan ini, atau cambukannya terdiri dari tiga cabang sehingga semuanya berjumlah 120 cambukan.

2. Luka pada mahkota duri di kepala

3. Luka bekas paku di tangan dan kaki.
Mengenai luka di tangan, gambarnya sudah pernah kami tayangkan di sini, silakan klik.

4. Memar di muka, fraktur di hidung, luka besar di pipi kanan, luka di bawah mata kanan sehingga membuat mata kanan menutup, darah dari kedua lubang hidung, dan pipi sebelah kiri.

5. Luka besar di bahu, akibat memikul salib. Ini cocok dengan deskripsi bahwa Yesus memikul palang salib horizontal di bahu-Nya ke Golgota, walau di tengah jalan Simon dari Kirene dipaksa oleh para serdadu untuk membantu-Nya.

6. Tidak ada tulang-Nya yang dipatahkan. Luka paku 7 inci terlihat pada kakinya.

7. Luka pada lambungnya, karena tikaman.

3. Kesimpulannya: dari ayat- ayat Kitab Suci maupun fakta sejarah, kita ketahui bahwa Yesus disalibkan di tiang yang terdiri dari palang vertikal dan horisontal (bentuk salib), jadi bukan ‘hanya’ pada tiang/ pohon vertikal.

Demikianlah sekilas yang dapat saya tuliskan tentang pertanyaan anda. Suatu saat nanti mungkin Katolisitas akan menuliskan tentang hasil penelitian Kain kafan Turin ini secara lebih mendetail. Memang di saat yang lalu ada laporan yang bernada skeptikal tentang kain ini, namun berdasarkan penelitian terakhir, cukup banyak ditemukan bukti- bukti yang mendukung keotentikan kain ini, setidaknya mematahkan argumen bahwa gambar pada kain ini hanya karya artis pada jaman Abad Pertengahan.

Catatan:
Informasi tentang Kain Kafan Turin, disarikan dari:

  1. Dr. Leoncio A Garza-Valdes, The DNA pf God? Newly Discovered Secrets of the Shrouds of Turin, (New York: Berkley Books, 1999)
  2. C. Bernard Ruffin, The Shrouds of Turin, Our Sunday Visitor Publishing, Huntington, Ind. 1999, pp- 26-27.
  3. Dr. Frederick T. Zugibe, The Cross and the Shroud, (Minnesota, Paragon House: 1981)

27 COMMENTS

  1. saya percaya akan apa yang tertulis dalm P baru dan P lama serta tradisi dan ajaran gereja katolik dengan mempergunakan akal budi saya yang fana dan iman sbg anugerah ilahi dari Tuhan Yesus sebagai kebenaran iman….. [Dari Katolisitas: diedit….]

  2. Shalom Ibu Ingrid,
    Terima kasih atas tanggapan ibu kepada pertanyaan dari Kevin N yang saya kira adalah penganut ajaran baru yaitu Jehovah Witnesses. Penjelasan dan argumen ibu Ingrid menurut kacamata saya adalah lebih meyakinkan bukan sekedar dapat dibuktikan dari sudut sejarah bahkan dapat ditelusuri sehingga ke zaman gereja perdana malah tak terlepas dari sudut teologis dan biblis. Saya kira Saudara Kevin sedang berusaha menegakkan benang yang basah dalam mempertahankan agamanya yang baru wujud sekitar seratusan tahun demi untuk melawan gereja yang dijanjikan Kristus yang sifatnya takkan dikalahkan oleh neraka sekalipun. Buat tim, tetaplah berjuang melawan heretisme dalam menegakkan panji panji kebenaran Tuhan selama kita masih diberi kesempatan. Doa saya beserta anda.

    Linda M.

  3. Anda menulis :
    https://katolisitas.org/saksi-yehuwa-bukanlah-saksi-kristus/comment-page-2#comments

    Shalom Tha,
    Yang dapat kami katakan adalah aliran Saksi Yehuwa mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, karena mereka tidak percaya bahwa Kristus adalah Tuhan. Namun demikian, Saksi Yehuwa bukan gereja setan, karena biar bagaimanapun pusat ibadah mereka bukan setan. Simbol mereka adalah menara pelihat (watchtower), dan mereka menentang simbol salib, karena menurut mereka Yesus tidak wafat di salib. Tentang topik ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

    Di artikel ini Anda menunjukkan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Yesus mati di Salib.
    Saya pribadi percaya bahwa Yesus mati pada Salib. Dan tidak ada masalah ketika ada ayat yang menyatakan bahwa Yesus mati di salib.
    Namun bedanya kita adalah, kalau saya: Salib yang dimaksud bentuknya satu kayu, kalau Anda adalah: 2 kayu yang disilangkan dengan sudut tertentu

    Kalau Anda menyebutkan sejarah salib yang memakai 2 kayu, sayapu sebenarnya punya rujukan yang menyatakan bahwa salib itu hanya satu kayu. Namun terlepas dari kontroversi sejarah tentang bentuk salib, apakah 1 kayu atau 2 kayu, mari kita melihat bukti nya dari Alkitab bahwa Yesus mati pada sebuah kayu.

    Di Galatia 3:13 Rasul Paulus mengatakan,
    TB Gal 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”

    BIS Gal 3:13 Tetapi Kristus membebaskan kita dari kutukan hukum agama. Ia melakukan itu dengan membiarkan diri-Nya terkutuk karena kita. Sebab di dalam Alkitab tertulis, “Terkutuklah orang yang mati digantung di tiang kayu.”

    KJV Gal 3:13 Christ hath redeemed us from the curse of the law, being made a curse for us: for it is written, Cursed is every one that hangeth on a tree:

    KJV+ Gal 3:13 ChristG5547 hath redeemedG1805 usG2248 fromG1537 theG3588 curseG2671 of theG3588 law,G3551 being madeG1096 a curseG2671 forG5228 us:G2257 forG1063 it is written,G1125 CursedG1944 is every oneG3956 that hangethG2910 onG1909 a tree:G3586

    Terjemahan Baru (TB) mengatakan Yesus digantung pada kayu salib, sedangkan BIS menerjemahkan di tiang kayu, yang selaras dengan terjemahan KJV.

    Mari kita melihat bahwa kata “salib” yang dimaksud adalah satu tiang bukan dua kayu yang disilangkan.
    Di Galatia 3:13 sebenarnya paulus sedang mengutip Ulangan 21:22, 23

    TB Deu 21:22 “Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang,

    TB Deu 21:23 maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.”

    Nah dengan membandingkan Gal 3:13 dan Ulangan 21:22, 23 akan diketahui :
    1. Yesus adalah orang Yahudi, maka penghukuman kematiannya pun dilakukan dengan cara orang Yahudi. Ingat bahwa Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang-orang Yahudi, artinya Pilatus sudah lepas tangan. Jadi Yesus di ‘eksekusi’ bukan menurut cara Romawi tapi cara Yahudi.

    2. di Galatia 3:13 Yesus menjadi kutuk, nah orang yang terkutuk di Ulangan 21:22, 23 matinya pada sebuah tiang.
    Saya rasa penjelasan dari Gal 3:13 dan Ulangan 21:22, 23 menjadi bukti yang tidak dapat disangkal dari Alkitab tentang bentuk “salib” yang adalah sebuah tiang bukan dua tiang.

    • Shalom Kevin N,

      Sebenarnya bukti sejarah secara konsisten menunjukkan bahwa Yesus wafat di kayu salib, yang terdiri dari tiang vertikal dan horizontal, sehingga ini sejalan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Seseorang yang disalibkan memang dapat juga dikatakan bahwa ia “digantung” di tiang, sebab dengan disalibkan, orang itu otomatis juga tergantung di tiang salib. Tetapi orang yang digantung di tiang, belum tentu dapat diartikan bahwa ia disalibkan, sebab kata tiang tidak langsung mengartikan bahwa itu adalah tiang salib.

      Apakah yang terjadi pada Yesus, disalibkan atau digantung? Sebagaimana telah disebutkan di atas, silakan klik, baik ayat-ayat Kitab Suci, maupun bukti catatan sejarah di abad- abad awal mengatakan bahwa Kristus disalibkan bukan ‘hanya’ digantung di tiang. Orang-orang yang mengatakan bahwa Yesus “hanya” digantung di tiang, dan tidak disalibkan dengan palang horizontal, memilih ayat Gal 3:13 dan Ul 21:22 sebagai dasarnya, namun argumen ini tidak kuat, karena membatasi pemahaman hanya pada arti literal kedua ayat tersebut, tetapi mengabaikan ayat-ayat lainnya, tulisan Bapa Gereja, bukti sejarah dan bukti arkeologis yang ada, yang mendukung bahwa Yesus memang disalibkan (lih. Mat 20:18-19; 27:31-32,38,42 lih. Mrk 15:20-21, 27-28; Luk 23:26,33, 24:4-7). Padahal sebagaimana telah disebut di atas, istilah ‘digantung pada tiang’ (κρεμάννυμι/ kremánnumi) memang tetap dapat menyampaikan keadaan Yesus yang disalibkan (sebab orang yang disalib itu memang tergantung di tiang salib), namun istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan hukuman mati yang dilaksanakan terhadap Yesus adalah istilah ‘disalibkan’ (σταυρόω/ stauróō); yang artinya adalah dipaku pada tiang salib (nailed to the cross/ crucified). Dan salib yang dimaksud di sini adalah tiang dengan palang mendatar, sebagaimana kita ketahui konteksnya dari ayat-ayat Kitab Suci maupun bukti sejarah lainnya. Jangan dilupakan bahwa Kitab Mazmur telah menubuatkan kematian Yesus, yang menyebutkan, “…. mereka menusuk tangan dan kakiku” (Mzm 22: 17) dan ayat ini tergenapi dengan kematian Yesus yang dipaku pada kayu salib. Sedangkan jika Yesus hanya digantung pada tiang pohon, tentunya ayat nubuatan ini menjadi tidak tergenapi. Atau, nampaknya orang yang bepandangan demikian harus membuktikan terlebih dahulu adakah tulisan abad awal ataupun bukti sejarah yang menyatakan bahwa ada hukuman mati pada masa itu, di mana yang terhukum digantung di atas tiang vertikal saja, namun dengan tangan dan kakinya yang ditusuk dengan paku terlebih dahulu.

      Nah, mungkin kita bertanya, kalau begitu, mengapa jika jelas Yesus disalibkan, tetapi di kedua ayat itu (Gal 3:13, Ul 21:22) dikatakan “digantung di tiang”? Untuk hal ini, perlu kita membaca dan menafsirkan Kitab Suci dengan cara yang sama seperti para Bapa Gereja membacanya, yaitu dengan memperhitungkan makna alegoris. Sebab sesungguhnya “digantung di tiang” kalau dilihat dari kata aslinya adalah “hanged on the tree” sehingga kalau mau diterjemahkan secara bebas harusnya “digantung di pohon”. Mengapa “pohon” disebut di sini, apa pentingnya? Para Bapa Gereja mengartikan bahwa “pohon” di sini adalah untuk menyatakan kontras antara Adam dengan Kristus sebagai Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21). Dalam khotbahnya, St. Melito dari Sardis (wafat 180) mengisahkan tentang perkataan Yesus kepada Adam ketika Ia turun ke tempat penantian:

      “Aku memerintahkan kepadamu: Bangunlah, kamu yang tertidur, Aku tidak membuat engkau dipenjara di dunia bagian bawah. Bangkitlah dari kematian; Aku adalah kehidupan bagi orang mati. Bangunlah, O manusia, hasil karya tangan-Ku…. Aku Sang Pencipta mengambil rupa tubuhmu; menjadi seorang hamba, untuk kamu, Aku yang ada di atas langit turun ke bumi dan di bawah bumi, untuk kamu, manusia, Aku menjadi manusia tanpa bantuan, bebas dari antara orang mati, untuk kamu yang meninggalkan taman [firdaus], Aku telah diserahkan kepada orang-orang Yahudi dan disalibkan di sebuah taman.
      Lihatlah ludah di wajah-Ku, yang Kuterima karena kamu, agar dapat mengembalikan kamu kepada penghembusan ilahi yang pertama kali di saat Penciptaan. Lihatlah cambukan di pipi-Ku, yang Kuterima agar dapat membentukmu kembali dari bentukmu yang telah koyak, kembali kepada gambaran-Ku sendiri. Lihat cambukan di punggung-Ku, yang Kuterima agar dapat mengurai beban dosa-dosamu yang terletak di punggungmu. Lihatlah tangan-tangan-Ku yang terpaku pada pohon untuk maksud yang baik, demi kamu, yang telah merentangkan tanganmu kepada pohon untuk maksud yang jahat….” (St. Melito of Sardis, On the Pasch 102)

      Demikianlah, ada banyak istilah dalam Kitab Suci yang ditulis bukan hanya mempunyai makna literal, tetapi mempunyai makna simbolis/ alegoris yang menyampaikan makna yang mendalam, terutama jika menyangkut suatu gambaran yang sama-sama disebut dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Adanya kesamaan istilah ini adalah untuk menjelaskan makna gambaran yang samar-samar dalam Perjanjian Lama kepada penggenapannya dalam Perjanjian Baru. Bahwa dikatakan di sana “digantung di pohon”/ hanged on the tree, maksudnya adalah agar kita melihat bahwa manusia jatuh dalam dosa setelah merentangkan tangan ke “pohon” pengetahuan, namun manusia memperoleh pengampunan dosanya melalui pengorbanan Kristus, yang merentangkan tangan-Nya di “pohon” kayu salib.

      Maka fakta bahwa di ayat Gal 3:13 dan Ul 21:22 disebut kata “hanged on the tree“, tidak langsung membatalkan begitu banyaknya ayat dan fakta sejarah yang menyatakan bahwa Yesus sungguh wafat dengan disalibkan (di kayu berbentuk salib). Hal penyaliban Yesus dicatat dalam sejarah oleh para ahli sejarah di abad-abad awal, dan ini lebih kuat kebenarannya daripada anggapan orang yang terpisah jauh berabad-abad sesudahnya di abad 19 dan 20 yang menafsirkan ayat Gal 3:13 dan Ul 21:22 dengan melepaskannya dari konteks dan mengabaikan ayat-ayat yang lain mapupun fakta sejarah, lalu mengambil kesimpulan bahwa Yesus wafat dengan digantung di tiang dan bukan disalibkan, atau mengartikan salib sebagai hanya tiang vertikal. Ini adalah pandangan orang yang menutup mata terhadap kebenaran fakta sejarah. Ibaratnya, jika terjadi suatu musibah kecelakaan, manakah yang lebih dapat dipercaya, saksi mata langsung kejadian itu atau kenalan dari teman seorang tetangga yang mengalami kecelakaan itu yang membicarakan kejadian tersebut bertahun-tahun sesudah kejadian? Tentu yang lebih dapat dipercaya adalah para saksi mata kejadian karena mereka lebih dekat dengan kejadian tersebut. Nah, kitab Injil dan tulisan para Bapa Gereja (yang menuliskan bahwa Yesus disalibkan) di zaman abad awal mempunyai nilai kebenaran yang meyakinkan daripada teori orang-orang yang terpisah sekian abad kemudian, yang menafsirkan Kitab Suci menurut pandangannya sendiri. Sebab kitab Injil dan tulisan-tulisan yang menngisahkan kematian dan kebangkitan Yesus ditulis ketika para saksi mata masih hidup, sehingga jika tulisan tersebut tidak benar, maka seharusnya ada tulisan yang menyanggahnya yang juga berasal dari abad itu. Fakta bahwa tidak ada tulisan di abad itu yang menyangkal hal penyaliban Kristus dan kebangkitan-Nya dari kematian, merupakan suatu bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut sungguh terjadi. Tulisan yang menyangkal kematian Kristus itu baru ditulis di abad-abad berikutnya, yang justru secara obyektif menunjukkan kelemahan, karena dasarnya adalah hipotesa ataupun interpretasi suatu teks, dan bukan fakta yang bersumber dari kesaksian para saksi kejadian.

      Selanjutnya, argumen Anda yang menyatakan bahwa karena dikatakan bahwa karena Pilatus ‘cuci tangan’ maka berarti hukuman yang diberlakukan adalah hukuman mati Yahudi dan bukan hukuman mati menurut Romawi, juga lemah. Kitab Suci mencatat bahwa yang menjadi pelaksana hukuman Yesus bukan orang-orang Yahudi itu sendiri, tetapi para serdadu Romawi, yang disebut sebagai “serdadu-serdadu wali negeri” (Mat 27:27). Adalah sesuatu yang mustahil, jika para serdadu Romawi tersebut memberlakukan cara penghukuman menurut adat Yahudi. Maka arti Pilatus ‘cuci tangan’, adalah bahwa ia lepas tangan dari tanggung jawab menjatuhkan hukuman mati atas Yesus. Tetapi ketika orang-orang Yahudi memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati atas Tuhan Yesus, maka yang dilakukan adalah hukuman mati sebagaimana yang diberlakukan kepada para terhukum menurut hukum Romawi saat itu, yaitu dengan disalibkan. Hukuman salib ini mulai diberlakukan di Palestina sejak sekitar abad 4 SM. Orang-orang Romawi mengambil hukuman salib ini dari kebiasaan kaisar-kaisar Yunani, seperti Aleksander Agung, untuk menghukum orang asing ataupun pemberontak/ pengkhianat. Raja Antiokhus IV Epifanes, sebagaimana dicatat oleh ahli sejarah abad awal, Josephus, Jewish Antiquities, xii, 240-241 memberlakukan hukuman salib ini kepada orang-orang Yahudi yang mempertahankan hukum taurat dan menolak kebiasaan Yunani (lih. 1 Mak 1:44-50).

      Selanjutnya, kebenaran tentang kematian Kristus di kayu salib, juga diteguhkan oleh Rasul Petrus, yang memilih untuk disalibkan secara terbalik (tidak dikatakan ‘digantung secara terbalik’), karena merasa tidak layak untuk wafat dengan cara yang sama dengan cara Kristus wafat. Selain itu St. Ignatius Martir dari Antiokhia (35-117), murid Rasul Yohanes dan St. Yustinus Martir (100-165), juga menyebutkan tentang kematian Yesus dengan cara disalibkan, sebagaimana telah disebut di artikel di atas.

      Demikianlah tanggapan saya. Saya percaya, pencarian yang tulus akan kebenaran akan menghantar kita kepada fakta yang obyektif akan realitas bahwa Yesus Kristus memang sungguh disalibkan, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Hipotesa yang menentang fakta ini akan menemukan sendiri kelemahan argumennya, dan segala bentuk pembuktian akan semakin meneguhkan kebenaran iman Kristiani, akan fakta historis bahwa Yesus sungguh disalibkan (di kayu salib), wafat dan bangkit.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Apakah benar Yesus wafat disalib ? Kajian atas teks-teks Injil Kanonik begitu pula dalam naskah-naskah kuno justru menunjukkan Yesus tidak mati disalib. Ayat Matius 27 : 17 mengungkapkan pertanyaan Pilatus : ” Siapakah yang kamu suka aku lepaskan bagimu ? BARABBAS-kah atau YESUS YANG DIKATAKAN KRISTUS ? “. Akhirnya yang dilepas adalah ” BARABBAS ” dan yang disalib : YESUS YANG DIKATAKAN KRISTUS . Naskah Syriac mencatat nama ” BARABBAS ” dengan ” YESUS BARABBAS ” yang berarti : YESUS ANAK BAPA atau dalam istilah Kristiani : YESUS ANAK ALLAH . Sayangnya kata ” YESUS ” yang seharusya berdampingan dengan ” BARABBAS ” sengaja dihilangkan untuk tujuan-tujuan dogma Kekristenan. Hal ini menunjukkan secara jelas satu pemahaman bahwa yang disalib : YESUS YANG DIKIRA KRISTUS sedangkan yang dilepaskan ( tidak disalib ) : YESUS ANAK ALLAH . Lalu siapa YESUS ANAK ALLAH dalam tradisi Kristen ? Jelas adalah Yesus anak Maryam. Sedangkan ” YESUS YANG DIKIRA KRISTUS ” adalah orang lain yang dikira Kristus. Jelaslah Yesus anak Maryam TIDAK PERNAH DISALIB.

    • Shalom Arif Lewisape,

      Terima kasih atas komentar Anda. Silakan membaca tanya jawab ini terlebih dahulu – silakan klik. Anda menyatakan bahwa naskah-naskah kuno menuliskan bahwa Yesus tidak mati disalib. Mohon untuk menunjukkan naskah kuno mana yang Anda maksudkan dan pada tahun berapa naskah tersebut ditulis. Silakan membandingkan dengan tahun-tahun penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru. Kalau Yesus tidak wafat namun menyatakan begitu banyak bukti tentang kematian-Nya (Mrk 15:37, lih. Mat 27:50, Luk 23:46, Yoh 19:30; Yoh 10:17; 1Kor 15:3; Mat 17: 22; Mat 20:19; Mat 26:2; Mrk 9:30; Mrk 10:33-34; Luk 18:32), maka Dia mengatakan kebohongan. Jadi ada dua kemungkinan bagi Anda, apakah Anda percaya bahwa Yesus seorang pembohong atau Kitab Suci yang ada adalah salah. Kalau Kitab Suci agama Kristen salah, maka apakah alasan untuk mempertahankan semua hal yang tertulis di dalam Kitab Suci dengan resiko untuk disiksa dan dibunuh? Apakah para rasul, para murid dan jemaat perdana mempertaruhkan nyawa mereka untuk suatu kebohongan? Kalau mereka berbohong, maka keuntungan apakah yang mereka dapatkan? Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Pak Stefan Tay yang baik. Terima kasih atas reply-nya. Saya memahami pernyataan anda : ” Mohon untuk menunjukkan naskah kuno mana yang Anda maksudkan dan pada tahun berapa naskah tersebut ditulis. Silakan membandingkan dengan tahun-tahun penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru”. Mungkin anda maksudkan adalah Injil Barnabas yang dalam penolakan penganut Kristen dikarang pada abad 16 atau abad ke 13. Saya tidak menggunakan Injil Barnabas untuk pernyataan saya melainkan justru dari Injil yang diakui kanonik oleh Gereja Kristen dan juga dari pernyataan pakar dari kalangan Kristen sendiri.
        Saya berpendapat pernyataan ayat-ayat Bibel/Alkitab tidak perlu dikaitkan dengan : YESUS BERBOHONG ATAU TIDAK. Jelas Yesus tidak berbohong melainkan Bibel/Alkitab yang keliru tentang penyaliban.Tentu hal ini harus masuk dalam kajian.
        Lalu mengenai ” Apakah para rasul, para murid dan jemaat perdana mempertaruhkan nyawa mereka untuk suatu kebohongan? Kalau mereka berbohong, maka keuntungan apakah yang mereka dapatkan?”, perlu diketahui bahwa begitu banyak orang siap mati untuk sebuah keyakinan sekalipun keyakinan itu salah. Banyak orang Komunis siap mati dengan keyakinan komunis mereka. Apakah kesiapan mati seorang Komunis merupakan bukti kebenaran Komunis ?
        Saya sajikan reply ini memenuhi permintaan anda : ” Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut ” sehingga sangat mubazir jika reply ini tidak dimuat.

        • Shalom Arif,

          Terima kasih atas komentar Anda. Silakan untuk menunjukkan naskah-naskah kuno yang Anda maksudkan dan silakan menyebutkan ayatnya dan pada tahun berapa naskah-naskah tersebut ditulis. Silakan juga untuk menyebutkan adakah jemaat-jemaat perdana (sebelum abad 3) pernah mengutip naskah-naskah kuno tersebut yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati disalib dalam tulisan-tulisan mereka. Dengan demikian, Anda juga dapat memperlihatkan naskah-naskah kuno yang Anda maksud. Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik?

          Banyak orang mau berbohong demi satu keuntungan yang didapatkan dari kebohongannya. Kalau Anda menganggap bahwa penulis Injil telah memalsukan kehidupan Yesus, maka keuntungan apa yang ditarik oleh para penulis Injil dengan memalsukan kejadian yang sebenarnya? Yang perlu diingat adalah mereka adalah orang-orang yang hidup bersama dengan Yesus, menyaksikan kehidupan Yesus, dan akhirnya menderita demi Kristus. Mereka adalah saksi-saksi mata akan akan kehidupan Yesus. Dan kalau para penulis Injil melakukan kebohongan dan saksi-saksi yang lain masih hidup, maka seharusnya ada tulisan-tulisan yang menyanggahnya. Apakah Anda dapat memberikan bukti akan tulisan-tulisan sanggahan ini yang dibuat di abad-abad awal?

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Pak Stefan Tay,terimakasih atas reply-nya tertanggal 4 Januari 2013. Pada reply terdahulu – sebelum reply saya tertanggal 3 Januari 2013 – kalau tidak salah reply tertanggal 25 Desember 2012 saya ada menyebut “ naskah-naskah kuno “. Ternyata reply saya tertanggal 25 Desember 2012 tersebut baik untuk pak Stefan Tay, untuk Mbak Linda dan Bung Stefan, tidak muncul sama sekali dalam situs “katolisitas “ yang pak Stefan Tay asuh. Lalu saya membuat ulang reply pada tanggal 3 Januari 2013 untuk pak Stefan Tay saja. Dan ketika persis saya selesai membuat reply tanggal 3 Januari 2013 tersebut dan mengirimkannya, tiba-tiba ketiga reply saya terdahulu, muncul. Aneh, saya tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Dan sampai saat inipun untuk reply saya kepada Bung Stefan ( bukan pak Stefan Tay ), masih tertulis “Your comment is awaiting moderation “.Kapan pastinya? Oleh karena itu , saya berbicara terkait dengan reply saya tertanggal 3 Januari 2013. Dan saya menilai reply pak Stefan Tay tertanggal 4 Januari 20113 adalah reply terhadap reply saya tertanggal 3 Januari 2013. Saya minta pak Stefan bersabar, lapang dada. Berilah pintu untuk sebuah kajian, jangan menutupnya demi dogma yang dianut.
            Reply ini saya bagi menjadi dua bagian dan karenanya saya kirimkan menjadi dua tahap. Bagian pertama berbicara mengenai sumber dan kedua berbicara rentang penulis Injil-Injil kanonik.

            Ada yang janggal dengan pernyataan reply-nya. Ketika saya menyatakan dalam reply saya tertanggal 3 Januari 2013 :“ Saya tidak menggunakan Injil Barnabas untuk pernyataan saya melainkan justru dari Injil yang diakui kanonik oleh Gereja Kristen dan juga dari pernyataan pakar dari kalangan Kristen sendiri “ justru pak Stefan meminta saya agar : “ Silakan untuk menunjukkan naskah-naskah kuno yang Anda maksudkan dan silakan menyebutkan ayatnya dan pada tahun berapa naskah-naskah tersebut ditulis. Silakan juga untuk menyebutkan adakah jemaat-jemaat perdana (sebelum abad 3) pernah mengutip naskah-naskah kuno tersebut yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati disalib dalam tulisan-tulisan mereka. Dengan demikian, Anda juga dapat memperlihatkan naskah-naskah kuno yang Anda maksud “.
            Apa pak Stefan tidak keliru ? Saya harus menunjukkan naskah-naskah kuno kepada pak Stefan Tay ? Saya yakin pak Stefan sangat percaya dengan Injil-Injil kanonik, tapi apakah pak Stefan memiliki naskah-naskah Kuno dari Injil-Injil kanonik tersebut ? Mengapa tidak meminta saya untuk menunjukkan ayat-ayat Injil Kanonik yang mengindikasikan YESUS TIDAK DISALIB DAN YANG DISALIB ADALAH ORANG LAIN beserta analisisnya? Bukankah saya sudah mengatakan : “ Saya tidak menggunakan Injil Barnabas untuk pernyataan saya melainkan justru dari Injil yang diakui kanonik oleh Gereja Kristen dan juga dari pernyataan pakar dari kalangan Kristen sendiri “ ?. Andaikata saya mengatakan bahwa saya mendasarkannya pada naskah-naskah kuno yang saya miliki, tentu pemintaan pak Stefan tersebut sangatlah relevan. Tetapi saya tidak mengatakan seperti itu. Dan model permintaan pak Stefan SUDAH MENJADI KEBIASAAN PENGANUT KRISTEN UNTUK MENYANGGAH PENDAPAT YANG BERLAWANAN , dan dengan tuntutan seperti itu mereka mengira telah “ MAMPU MENUTUP MULUT PIHAK SEBERANG “. Padahal kebenaran sebuah kajian tidak harus bergantung pada : KITA MEMILIKI NASKAH KUNO INJIL ATAU TIDAK melainkan pada kajian kritis sekalipun melalui sumber sekunder yaitu hasil penelitian dan pernyataan para pakar, khususnya dari kalangan Kristen sendiri. Namun demikian, saya tidak mengabaikan permintaan pak Stefan Tay walaupun dengan menyajikan pendapat para pakar dari kalangan Kristen sendiri.

            1. GEORGE SALE, seorang Orientalis Inggeris dalam pengantar terjemahan Al Qur’an yang disusunnya menyatakan bahwa orang-orang Kerintus ( Cerinthians ), orang-orang Carpocrations dan sekte-sekte lain pada masa dulu, sesungguhnya percaya bahwa : YANG DISALIB ITU BUKANLAH YESUS tetapi salah SEORANG MURID Yesus yang menyerupainya . Bahkan golongan BASSILIDIAN meyakini bahwa yang disalib itu adalah SIMON KIRENE .
            2. PROF. MONTET ( – sebagaimana dikutip oleh Malik bin Nabi dalam bukunya : “ Fenomena Al Qur’an “ – ) menyatakan bahwa IRENEUS seorang bapak Gereja diabad kedua Masehi ( tahun 190 M ) – saksi pertama akan keabsahan Injil Yahya – mengakui bahwa Al Masih tetap memberi pengajaran kepada manusia sampai pada USIA LIMAPULUH TAHUN , berbeda dengan riwayat yang ada kini , yang menganggap bahwa kerasulan Al Masih berakhir pada usia TIGA PULUH DUA TAHUN.

            CATATAN :
            Jika Yesus Kristus masih memberi pengajaran pada usia 50 puluh tahun , lalu siapakah yang mati disalib itu ketika Yesus Kristus berumur 32 tahun tersebut ? Apakah Yesus Kristus ? Tidak mungkin ! Berarti yang disalib itu adalah orang lain .

            3. ENOCH PAUL, politikus Inggeris dalam bukunya “ PERKEMBANGAN KITAB-KITAB INJIL “ menegaskan bahwa kisah penyaliban yang dilakukan orang-orang Romawi atas Isa Al Masih as, tidak pernah ada dalam Injil yang asli. Dengan demikian, kisah penyaliban Yesus Kristus adalah satu dusta .

            4. GUNNAR SAMUELSSON, seorang Kristen fanatik dan pakar teologi Swedia menyimpulkan bahwa Yesus tidak mungkin mati disalib karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang Romawi menyalib tahanannya pada 2000 tahun yang lalu. Dalam tesis berjudul “Crucifixion in Antiquity: An Inquiry into the Background of the New Testament Terminology of Crucifixion”( Penyaliban pada Jaman Dahulu: Sebuah Penyelidikan terhadap Latar Belakang Terminologi Penyaliban dalam Perjanjian Baru ), Samuelsson menyebut kisah penyaliban Yesus hanya didasarkan pada tradisi gereja Kristen dan ilustrasi artistik, bukan pada teks-teks kuno. Tesis Samuelsson setebal 400 halaman. adalah hasil studi penelitian yang saksama terhadap teks asli. Samuelsson mengakui bahwa umat kristiani lebih mudah untuk bereaksi secara emosional, bukan logis untuk penelitian yang sangat seksama ke jantung imannya.
            Saya minta kepada pak Stefan Tay untuk menyanggah pendapat para pakar dari kalangan Kristen sendiri yang saya kutipkan di atas.

            Penemuan ARKEOLOGI memperkuat kesimpula-kesimpulan tentang TIDAK DISALIBNYA YESUS KRISTUS seperti NASKAH NAG HAMMADY. Sekedar catatan tentang Naskah Nag Hammady, saya sajikan informasi berdasarkan sumber sekunder sebagai berikut :

            1. Diketemukan tahun 1945 oleh penggali batu dua bersaudara : MUHAMMAD ALI as-SAMAN dan KHALIFAH ddekat BUKIT ATH-THARIF , sekitar 10 km , timur laut kota NAG HAMMADY, didataran tinggi Mesir .
            2. Merupakan sebuah kitab lengkap dan disebut“ NASKAH NAG HAMMADY “ berisi 52 teks yang ditulis 1152 halaman , terhimpun dalam 13 jilid , sebahagian besar tertulis dalam bahasa QIBTHI .
            3. Berisi Injil-Injil yang dinilai APOKRIF oleh Gereja antara lain INJIL THOMAS ( bhs. Mesir Kuno : TAHTAMUS ), INJIL PHILIP, INJIL KEBENARAN dan INJIL MESIR, juga kitab apostolik yang dinisbatkan kepada murid-murid Yesus, yaitu KITAB JAMES ( bhs. Mesir Kuno : YAHMUS ), MIMPI POLIUS , SURAT PETERUS KEPADA PHILIP.
            4. Penemuan manuskrip Nag Hammady merupakan penemuan pertama sebuah manuskrip terlengkap . Menurut GILLES KEISPEL , manuskrip Nag Hammady merupakan naskah yang berasal dari abad pertama masehi.
            GILLES KEISPEL membaca di bahagian awal manuskrip kalimat yang berbunyi : “ Ini adalah kata-kata rahasia yang disampaikan oleh Kristus yang hidup dan ditulis oleh DIDEMEUS YUDAS THOMAS “, yang ternyata merupakan bagian awal INJIL THOMAS yang berisi ucapan-ucapan Yesus Kristus, tidak seperti Injil Kanonik yang berisi mitos Yesus Kristus .
            5. Keberadaan INJIL THOMAS mengundang perhatian pakar Bibel untuk melakukan kajian. Setelah melakukan kajian mereka menerbitkan : THE FIVE GOSPEL , yaitu INJIL KANONIK ditambah dengan INJIL THOMAS .
            6. INJIL-INJIL KOPTIK di NAG HAMMADY, sama sekali tidak memuat kisah pengadilan oleh Pilatus dan penyaliban Yesus . Satu kejanggalan sebab kisah pengadilan oleh Pilatus dan penyaliban Yesus, seharusnya menjadi satu cerita yang wajib dimuat karena menjadi bahagian terpenting dalam kepercayaan Kristen. Hal ini menunjukkan KEBOHONGAN CERITA PENYALIBAN YESUS KRISTUS .
            7. INJIL PETERUS yang ditemukan di NAG HAMMADY mengungkapkan pernyataan Peterus : ” Saya melihatnya seolah – olah orang-orang menangkapnya. Aku bertanya : “ Apa yang saya lihat ini, tuan ? Engkaukah yang diambil mereka itu ? Ataukah memukuli dua telapak dan dua tangan ORANG LAIN ?“.Sang Juru Selamat berkata kepadaku : “ …… orang yang mereka paku dua tangan dan dua telapak kakinya itu adalah PENGGANTI . Mereka meletakkan orang yang SERUPANYA dalam kehinaan . Lihatlah KEPADANYA ! Dan lihat juga KEPADAKU ! “.
            8.KITAB SET AGUNG yang ditemukan di NAG HAMMADY mengungkapkan : “ ORANG LAIN ….. yang merasakan empedu dan cuka ..…. BUKAN AKU … ORANG LAIN – lah yang memikul salib di atas pundaknya , juga ORANG LAIN yang dipakaikan mahkota duri di atas kepalanya. Aku sendiri beriang-gembira di tempat tinggi ….. Aku menertawakan kebodohan mereka “ .
            9. KISAH YOHANES , yang ditemukan di NAG HAMMADY mengungkapkan ucapan Yesus : “ Tidak terjadi pada diriku semua yang dikatakan orang-orang itu “.
            10. RISALAH KIAMAT , yang ditemukan di NAG HAMMADY mengungkapkan bahwa Isa Al Masih meninggal layaknya sebagai manusia biasa , tetapi ruhnya yang suci tidak mungkin mati .

            Untuk diketahui, pada sampul manuskrip –manuskrip Naj’Hammadi ditemukan gambar “ SALIB “. Tetapi hendaknya dipahami bahwa gambar “ SALIB “ itu BUKAN SALIB ROMAWI melainkan gambar “ ANCHOR “ ( = sauh , jangkar ). Dalam kepercayaan Mesir pada waktu itu , gambar “ ANCHOR “ – bukan SALIB ROMAWI – adalah KUNCI KEHIDUPAN BAGI ORANG-ORANG MESIR KUNO. Penjelasan ini dikemukakan agar jangan sampai ada pemahaman , tercantumnya gambar “ ANCHOR “ pada sampul manuskrip Naj’ Hammadi menunjukkan simbol Yesus mati disalib .
            Demikian yang terangkat dari sumber sekunder dan sungguh kekanak-kanakan jika pak Stefan Tay menuntut saya untuk menunjukkan naskah-naskah kuno Nag Hammady.
            Dan untuk diketahui oleh pak Stefan Tay, pada reply saya kepada Bung Stefan ( yang masih tertulis “Your comment is awaiting moderation“), saya telah menyajikan analisis atas ayat Matius 27 : 15 -26. Saya minta tanggapan pak Stefan Tay atas analisis saya tersebut.
            Saya akan susulkan posting berikutnya. Terima kasih.

          • Shalom Arif,

            Tidak menjadi masalah kalau Anda ingin membuktikan bahwa Yesus tidak mati di salib dari Injil kanonik. Oleh karena itu, silakan memberikan argumentasi bahwa Yesus tidak mati di salib dari Injil kanonik. Diskusi menjadi sulit kalau Anda memberikan tulisan dari beberapa ahli seperti Geroge Sale, Prof. Monte., Enoch Paul, Hunnar Samuelson dan menganggap tulisan mereka sebagai satu kebenaran. Ada banyak ahli Kitab Suci juga yang menulis tentang kebenaran Injil Kanonik. Namun, hal tersebut tidak perlu saya tuliskan di sini, karena tidak ada gunanya – menyadari bahwa Anda juga akan menolak tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa Yesus mati disalib. Kalau Anda mau konsisten dengan keputusan Anda untuk membuktikan bahwa Yesus tidak mati di salib dengan menggunakan Injil-injil kanonik, silakan memberikan argumentasi dari Injil-injil kanonik bahwa Yesus tidak mati disalib. Semoga dapat diterima.

            Sebagai catatan tentang naskah Nag Hammady, apakah Anda dapat menunjukkan jemaat perdana yang mengutip dari naskah tersebut? Dari catatan-catatan jemaat perdana, maka kita dapat melihat Injil apakah yang dipercaya satu kebenaran.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Saya lanjutkan lagi reply saya tanggal 10 Januari 2013 sebagai tanggapan atas reply pak Stefan Tay tanggal 4 Januari 2013.
            Bagian yang sangat “ mengesankan “ dari reply pak Stefan Tay adalah ketika pak Stefan Tay berucap :
            Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik?
            Banyak orang mau berbohong demi satu keuntungan yang didapatkan dari kebohongannya. Kalau Anda menganggap bahwa penulis Injil telah memalsukan kehidupan Yesus, maka keuntungan apa yang ditarik oleh para penulis Injil dengan memalsukan kejadian yang sebenarnya? Yang perlu diingat adalah mereka adalah orang-orang yang hidup bersama dengan Yesus, menyaksikan kehidupan Yesus, dan akhirnya menderita demi Kristus. Mereka adalah saksi-saksi mata akan akan kehidupan Yesus. Dan kalau para penulis Injil melakukan kebohongan dan saksi-saksi yang lain masih hidup, maka seharusnya ada tulisan-tulisan yang menyanggahnya. Apakah Anda dapat memberikan bukti akan tulisan-tulisan sanggahan ini yang dibuat di abad-abad awal?
            Pada pernyataan pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “, ada tiga aspek yang terangkat yaitu :

            -Apakah saya tidak mempercayai injil-injil kanonik
            -Injil-Injil kanonik ditulis oleh para Rasul sendiri : Yohanes –
            Matius – Markus – Lukas
            -Apakah naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan
            dengan Injil kanonik.

            Bagi seorang Kristiani, mempercayai Injil-Injil kanonik adalah wajib. Jika tidak demikian, si Kristen tersebut bukanlah seorang Kristen yang baik, walaupun banyak yang mengaku Kristen bahkan fanatik justru membongkar “ keanehan “ Injil-Injil kanonik seperti GUNNAR SAMUELSSON, seorang Kristen fanatik dan pakar teologi Swedia yang menolak jika Yesus dikatakan disalib. Kepada mereka penganut Kristen fanatik seperti GUNNAR SAMUELSSON inilah seharusnya ditanyakan oleh pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “. Dan apakah
            Apakah menurut pak Stefan Tay , seorang non Kristen, JUGA HARUS MEMPERCAYAI INJIL-INJIL KANONIK TERLEBIH DAHULU , ketika mengkaji aspek kepercayaan Kristen ? Seorang non Kristen, tidak membutuhkan syarat HARUS MEMPERCAYAI INJIL-INJIL KANONIK terlebih dahulu untuk mengkaji dogma Kristen. Jadi persoalannya , bukan pada “ saya harus mempercayai injil-injil kanonik “ atau “ saya mengakui bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik “ melainkan bagaimana kajian mengenai PENYALIBAN YESUS dilakukan menurut nalar yang jujur dan logika yang sehat, bukan fanatik buta yang menempatkan akal sehat di bokong. Jadi betapa sangat kelirunya pak Stefan Tay dengan pernyataannya tersebut.
            Saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK MATI DISALIB MELAINKAN DISALIB ADALAH ORANG LAIN YANG DIKIRA YESUS berdasarkan Injil-Injil kanonik seperti ayat Matius 27 : 15-26. Sejumlah pakar dari kalangan Kristen sendiri menolak dogma penyaliban Yesus, dan sejumlah naskah kuno yang dikutip dan yang diteliti para pakarKristen ternyataTIDAK MENCERITAKAN YESUS MATI DISALIB.
            Selanjutnya pak Stefan Tay berkata : “ ….. injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik? “ , perlu saya berikan komentar. Rupanya Pak Sefan Tay meyakini bahwa Injil-Injil Kanonik ( Matius, Markus, Lukas dan Yahya ) ditulis oleh PARA RASUL SENDIRI , yang maksudnya adalah PARA MURID UTAMA YESUS. Jadi dalam pernyataan pak Stefan Tay,Matius adalah murid utama Yesus, Yahya adalah murid utama Yesus, Markus juga “ murid utama Yesus “ ( di bawah embel-embel “ menuliskan kotbah rasul Petrus “ ) dan Lukas juga “ murid utama Yesus “ ( di bawah embel-embel “ menuliskan pengajaran Rasul Paulus “ ).
            Penganut Kristen menganggap pengarang Perjanjian Baru ( The New Testament ) selalu dihubungkan dengan para murid Yesus . Tetapi pakar Bibel sekarang sudah umum menolak
            klaim demikian. Nancy de Flon dan John Vidmar OP, menulis :
            ” Selama berabad-abad , Matius dan Yohanes didentikkan dengan dua dari dua belas rasul. Markus dan Lukas dikenal sebagai teman para rasul yang disebut dalam Kisah Para Rasul . Akan tetapi , lebih dari dua ratus tahun terakhir , para ahli Kitab Suci meragukan, bahkan menyanggah pandangan tadi . Pada masa Perjanjian Baru, praktek yang disebut psedonomen ( = penyamaran nama) itu biasa. Maksudnya, sebuah nama ditempatkan pada selembar tulisan untuk mengkonfirmasikan keabsahan dan memeterai keasliannya . Hal yang sama juga dibuat terhadap Kitab Suci Yahudi saat Pentateukh , lima kitab pertama Kitab Suci Perjanjian Lama , secara tradisional dianggap tulisan Musa . Meskipun Injil bisa jadi tidak ditulis oleh orang-orang itu , dalam arti tertentu toh berkaitan dengannya “.
            Mengenai penulisan Kitab-kitab Perjanjian Baru di atas, akan diulas secara singkat .

            1. Injil Matius
            Pada umumnya penganut Kristen memiliki keyakinan bahwa Injil Matius dikarang oleh Matius , salah seorang murid utama Yesus , bahkan ada yang mengatakan bahwa Matius , murid Yesus itu adalah saksi mata kehidupan Yesus seperti yang dipahami dari pernyataan pak Stefan Tay. Jelas hal ini sangat berlebihan dan lebih menunjukkan ketidak-tahuan tentang Bibel, kitab suci agama mereka sendiri . Mereka telah mengabaikan banyak alasan tentang hal itu , sehingga keyakinan yang dimiliki lebih didasarkan pada sikap dogmatik daripada kajian atas ayat-ayat Bibel dan sejarah penulisan Bibel. Benarkah Matius menyaksikan kelahiran Yesus ? Benarkah Matius menyaksikan pelarian Maryam dan Yusuf ke Mesir membawa bayi Yesus karena hendak dibunuh oleh Herodes Yang Agung ? Dan masih banyak lagi yang lain , sehingga Matius , murid Yesus tidak bisa dikatakan sebagai saksi mata kehidupan Yesus . Ini pun jika memang Injil Matius benar-benar dikarang oleh Matius murid Yesus . Tetapi ada beberapa hal yang perlu dicermati sehingga tidak mungkin jika Injil Matius dikarang oleh Matius , salah seorang murid Yesus.

            1. Para ahli Bibel dari kalangan Kristen sendiri mengakui bahwa
            penulisan Injil Matius bersumber antara lain dari Injil Markus,
            juga bersumber dari ” Q “ dan “ M “. Encyclopedia Americana
            menegaskan : “ Matthew is a revised and expanded edition of Mark
            ……“( Matius ada seorang perivisi dan pengembang Injil Markus ….).
            Markus bukanlah murid Yesus melainkan murid Peterus dan kemenakan
            Barnabas . Jika benar Injil Matius dikarang oleh Matius, murid
            Yesus , apakah masuk akal seorang murid utama Yesus yang selalu
            bersama-sama dengan Yesus beserta murid-murid utama lainnya dan
            sangat tahu dengan segala peristiwa perjalanan risalah Yesus
            ketika menyampaikan ajarannya kepada orang-orang Yahudi – bukan
            kepada orang di luar Yahudi – , lalu mengambil referensi dari
            Markus yang bukan murid Yesus dan tidak pernah bersama-sama
            Yesus menulis ” Injil “ –nya ? Dari aspek ini, sudah
            menunjukkan betapa Injil Matius bukan dikarang oleh Matius ,
            murid utama Yesus .
            2. Menyimak Injil Karangan Matius, kita mendapatkan penyebutan nama
            ” Matius ” secara langsung dan penggunaan kata ganti orang ketiga
            tunggal untuk menunjuk kepada Matius, murid Yesus.Sebagai contoh,
            kita baca ayat Matius 10 : 2-4 :

            Maka inilah nama-nama kedua belas rasul yaitu pertama-tama
            SIMON yang disebut PETERUS dan ………… dan TOMAS dan MATIUS ,
            pemungut cukai itu …….dst .

            Gaya bercerita yang terkandung dalam ayat di atas sebagai sajian
            cerita sejarah dengan menyebut nama “ MATIUS “ secara langsung
            yang menempatkan “ MATIUS “ sebagai “ ORANG KETIGA “ memastikan ,
            pengarang Injil Matius, bukanlah MATIUS , murid Yesus . Gaya
            bercerita “ORANG KETIGA“ ,terlihat jelas pada ayat Matius 9:9 :

            Maka berjalanlah Yesus dari sana , lalu dilihatnya seorang
            yang bernama MATIUS duduk di rumah percukaian, maka kata
            Yesus kepadanya : ” ikutlah aku “. Lalu bangunlah ia .

            Sajian kalimat “ lalu dilihatnya seorang yang bernama MATIUS “
            begitu pula dengan kata “ kata Yesus kepadanya “ dan kata “ Lalu
            bangunlah ia “ menimbukan pertanyaan apakah “ MATIUS “ bercerita
            tentang DIRINYA ? Jelas tidak ! Kalimat-kalimat itu justru
            menunjukkan bahwa ada orang lain yang bercerita tentang Matius
            dan Yesus , bukan MATIUS bercerita tentang dirinya dan Yesus.
            Dengan demikian , “ Injil Karangan Matius “ BUKANLAH KARANGAN
            MATIUS – salah seorang murid utama Yesus.

            Penegasan bahwa Injil Matius tidak dikarang oleh Matius , salah seorang murid utama Yesus sebagaimana diungkapkan di atas, didukung pula oleh pernyataan para pakar Bibel dari kalangan Kristen sendiri.

            (1). S.WISMOADY WAHONO, dalam bukunya “DISINI KUTEMUKAN “, berkata :

            Penulis Kitab INJIL MATIUS sampai sekarang TIDAK DIKETAHUI .
            Ketergantungan penulis ini kepada Injil Markus, menunjukkan
            bahwa dia BUKANLAH seorang rasul atau saksi mata kehidupan
            Yesus .

            (2). Ds.K.RIEDEL,dalam karangannya “TAFSIR INJIL MATIUS “, berkata :

            Menurut pendapat kita, pengarang INJIL MATIUS bukannya seorang
            dari kedua belas rasul melainkan Seorang Kristen yang
            berbangsa Yahudi yang tidak dikenal

            (3). J.B. Phillips, seorang pendeta dari Katedral Chichester,Gereja
            Anglikan Inggeris–sebagaimana yang dikutip Dr.Abu Ameenah Bilal
            Philips dalam bukunya: “Agama Yesus Yang Sebenarnya “(hal.67) –
            berkata :

            Tradisi awal menganggap Injil ini berasal dari rasul Matius.
            Tetapi kalangan sarjana sekarang ini hampir semuanya menolak
            pandangan ini. Sang penulis – yang baik saja disebut Matius –
            dengan terus terang tertarik pada dokumen “Q “ yang misterius,
            yang boleh jadi merupakan sebuah koleksi dari tradisi lisan.

            Perhatikan oleh pak Stefan Tay mengenai pernyataan S.Wismoady Wahono yang terkutip. Dia seorang Pastor Katolik tapi ppernyataannya sangat bertolak belakang dengan pernyataan pak Stefan Tay yang menegaskan Injil Matius dikarang oleh murid utama Yesus bernama Matius. Yang benar apakah pak Stefan Tay ataukah S.Wismoady Wahono,padahal sama-sama Katolik ? Dapatlah diyakini tanpa ragu-ragu lagi bahwa memang Injil Matius bukan dikarang oleh Matius , salah seorang murid utama Yesus melainkan dikarang oleh seseorang lain yang tidak dikenal , jauh sesudah masa Yesus. Jika Injil Matius sebagaimana yang kita lihat sekarang ini bukan dikarang oleh Matius murid utama Yesus , menjadi pertanyaan apakah Matius murid utama Yesus tidak pernah menulis satu kitab yang berkenaan dengan Yesus dan ajarannya sepeninggal Yesus ?

            B. INJIL MARKUS

            Sesungguhnya para ahli Bibel belum dapat menentukan secara tepat, siapa pengarang Injil Markus . Namun , pada umumnya penganut Kristen berkeyakinan bahwa yang menulis Injil Markus dikarang oleh Markus ( lengkapnya : Yahya Markus ) anak dari Maryam – salah seorang wanita yang ikut berpartisipasi dan bergaul bersama-sama para murid Yesus – dan keponakan dari Barnabas ( lengkapnya : Yusuf Barnabas ). Eusebius ( 325 M ) menyebutkan bahwa Papias ( 130 M ) yang pertama kali menisbatkan “ Injil Markus “ kepada Yahya Markus, sebagai penulisnya. Tetapi ada pula pakar Bibel yang mengatakan bahwa penulis Injil Markus, bukan Yahya Markus, keponakan atau saudara sepupu Barnabas .
            Markus tidak pernah berhubungan dengan Yesus atau menjadi murid Yesus. Keempat Injil Kanonik, tidak pernah sama sekali menyebut nama Markus. Rupanya Markus hanya berhubungan dengan para murid-murid utama Yesus. Jika figur Markus yang disebutkan menjadi penulis Injil , lalu dari mana Markus bisa menyusun Injil padahal dia bukan saksi mata dari perjalanan kehidupan Yesus dan pengajarannya ? Tentu Markus memperoleh bahan penyusunan Injil-nya dari murid Yesus yang dekat dengannya, yaitu Yusuf Barnabas selaku pamannya. Tetapi pak Stefan Tay mengatakan Markus adalah murid Peterus dan mendengar dari Peterus untuk bahan-bahan penyusunan Injil-nya sebagaimana yang dikatakan Clemens dari Alexandria : Markus menulis kitabnya berdasarkan pendiktean Peterus. Namun Ireneus menyatakan bahwa kitab Injil Markus baru ditulis setelah kematian Peterus dan Paulus. Ini berarti tidak ada pendiktean oleh Peterus kepada Markus. Fakta pertentangan keterangan dua sejarahwan kuno tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah benar figur Markus mengarang Injil Markus ? Soalnya , nama ” Markus “ adalah nama yang sangat umum digunakan , sehingga tidak bisa dijadikan pegangan untuk menetapkan bahwa penulisnya adalah Yahya Markus, anak Maryam atau keponaklan Barnabas yang diceritakan dalam Kisah Rasul Rasul ( KRR ) .
            D.A. Nenham, guru besar Teologi Universitas London dalam bukunya ” Tafsir Injil Markus ” ( dikutip dari Dr.M.Abdullah Syarqawy, ” Yesus Dalam Pandangan Al Ghazali ”edisi terjemahan bhs.Indonesia, hal. 97 ) – setelah sebelumnya menyatakan ” …. Dengan demikian tidak dapat dipastikan tentang kebenaran adanya berita bahwa Markus sebagai penulis Injil ” . menegaskan :

            … bila kita mengingat-ingat nama Markus merupakan nama yang
            banyak dipergunakan orang pada masa kerajaan Roma , sehingga atas
            dasar ini, kami meragukan keberadaan pribadi ini …. ”

            Sehubungan dengan hal itu , menari disimak pernyataan Nancy de Flon dan John Vidmar :

            Meskipun Bapa-Bapa Gereja awal mengidentikkan pengarang Injil
            Markus dengan Yohanes Markus, teman Paulus yang disebut dalam
            perjanjian Baru ( Kol.4 : 30 ; Kis. 13 : 25 ) , KITA TIDAK TAHU
            DENGAN PASTI SIAPA PENGARANGNYA , meski bisa jadi orangnya memang
            sama.

            Jadi , ada pakar dari kalangan Kristen sendiri yang tidak dapat memastikan secara benar dan tepat tentang figur Markus selaku penulis Injil Markus .

            C. INJIL LUKAS DAN KISAH RASUL-RASUL

            Tradisi mengatakan, Injil Lukas dan Kisah Rasul-Rasul – dapat dikatakan sebagai dua tulisan yang bersambungan – ditulis atau dikarang seseorang bernama Lukas . Para pakar Bibel menerima bahwa Injil Lukas dikarang oleh Lukas , seorang non Yahudi yang menjadi murid Paulus sekaligus menjadi tabib . Tulisan-tulisan kuno seperti Kanon Muratoria , prakata anti Marcion pada Injil Lukas , Ireneus , Clemens dari Alexandria , Origenes dan Tertullianus , semuanya menyebut Lukas sebagai penulisnya. Injil Lukas merupakan sejarah atau biografi Yesus Kristus , sedangkan Kisah Rasul-Rasul lebih cenderung menampilkan ketokohan Paulus yang tidak pernah bertemu dengan Yesus daripada Peterus yang menjadi murid utama Yesus dan dibandingkan dengan Barnabas yang justru memperkenalkan Paulus kepada para murid utama Yesus . Siapakah Lukas yang dikatakan sebagai penulis Injil Lukas dan Kisah Rasul-Rasul ini ?
            Lukas bukanlah seorang Yahudi , melainkan seorang Yunani . Dan menurut Eusebius , Lukas berasal dari Antiokhia , Syria . Dengan demikian , Lukas bukan orang Yahudi. Dia menjadi murid dan sekaligus tabib dari Paulus. Oleh karena itu , jelas Lukas bukan murid Yesus , tidak pernah mendengarkan Yesus menyampaikan ajarannya . Lalu dari manakah Lukas memperoleh bahan dalam penyusunan Injil-nya ? Penganut Kristen pasti menjawab , Lukas menulis berdasarkan inspirasi / ilham Roh Kudus , salah satu Oknum Tuhan dalam kepercayaan Trinitas . Atau seperti yang pak Stefan Tay mengatakan : ” Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus ”. Benarkah yang dikatakan pak Stefan Tay ? Pada permulaan Injil Lukas ( Luk.1 : 1-3) diungkapkan alasan Lukas menyusun Injilnya berdasarkan hasil penyelidikannya. Tapi Lukas sendiri tidak pernah mengakui diri menulis Injil-nya berdasarkan ilham Roh Kudus atau dari pengajaran Paulus, melainkan :

            Sedangkan banyak orang sudah mencoba mengarang hikayat dari hal
            segala perkara yang menjadi yakin di antara kita,sebagaimana yang
            diserahkan kepada kita oleh orang yang dari mulanya melihat
            dengan maanya sendiri dan menjadi pengajar Injil itu , maka
            tampaknya baik kepadaku pun yang telah menyelidiki segala perkara
            itu dengan betul-betul dari asalnya, menyuratkan bagimu dengan
            peraturannya , hai Teopilus yang mulia “ ( Lukas 1 : 1-3 ).

            Lukas mendapatkan begitu banyak orang yang mengarang hikayat tentang Yesus, lalu Lukas pun berminat menyusun dan menyuratkan hikayat tersebut berdasarkan hasil penyelidikannya, untuk Teopilus. Menyusun sebuah hikayat berdasarkan hasil penyelidikan, apakah itu yang disebut diilhamkan oleh Roh Kudus atau hasil pengajaran Paulus?
            Dr. Willem Wrede dalam bukunya ” The Oriigin of the New Testament“ – sebagaimana dikutip Dr. Hamid Qadri , ” Dimensi Keimanan Kristen “ hal. 173 – menyatakan :

            Pada saat itu Injil Yohanes belum ditulis dan tidak pasti apakah
            Lukas mengenal Matius Satu-satunya sumber yang jelas pastilah
            Injil Markus “ .

            Ternyata Lukas mengambil Injil Markus sebagai bahan penyusunan Injil-nya, bukan pengajaran Paulus apalagi diilhami Roh Kudus. Tetapi apakah benar , Injil Lukas ditulis oleh tokoh bernama Lukas yang diceritakan tersebut ? Nancy de Flon dan Jhon Vidmar menulis:
            Mengenai pengarang Injil Lukas , belum ada kesepakatan di antara para ahli. Injil Lukas ditulis sekitar tahun 90 , ditulis oleh seorang teman Paulus yang disebutkan dalam Perjanjian Baru . TETAPI PENGARANGNYA TIDAK PERNAH MEMPERKENALKAN DIRI .
            Ditulis oleh seorang teman Paulus ! Tapi siapakah dia ? Dengan demikian, siapa yang mengarang Injil Lukas , rupanya masih menjadi permasalahan di kalangan para Ahli Bibel sendiri .

            D. INJIL YAHYA

            Penganut Kristen juga berkeyakinan bahwa yang mengarang Injil Yahya adalah Yahya bin Zabdi, salah seorang murid utama Yesus. Tetapi ditentang pakar Bibel kalangan Kristen sendiri yang menegaskan, Injil Yohannes adalah karangan seseorang bukan oleh Yahya bin Zabdi murid utama Yesus. ENCYCLOPAEDIA BRITANICA, mengungkapkan :

            Adapun Injil Yahya TIDAK DISANGSIKAN DAN TIDAK SYAK LAGI
            KEPALSUANNYA.. Pengarangnya bermaksud mengadakan pertentangan
            antara kedua orang sahabat yaitu orang-orang suci : “ YAHYA dan
            MATIUS “. Penulis PEMALSU ini mendakwakan dalam matan kitabnya
            bahwa DIA ADALAH SAHABAT YANG DISAYANGI AL MASIH. Gereja
            mengambil pernyataan ini dengan corak yang lain dan menegaskan
            pula bahwa penulisnya adalah Yahya sahabat, dan namanya
            dicantumkan pada kitab itu, sedangkan PENULISNYA TELAH YAKIN
            BUKAN YAHYA . Kitab ini tidaklah keluar dari apa yang terdapat
            pada beberapa kitab Taurat, yang tidak ada hubungannya antara
            pihak yang dinisbahkan dan antara penulis yang sebenarnya. KITA
            MERASA IBA DAN KASIHAN KEPADA MEREKA YANG BERUSAHA
            MENGHUBUNGKAN– sekalipun dengan ikatan yang lapuk – FILOSOF YANG
            MENGARANG KITAB INI DENGAN SAHABAT “ YAHYA PEMBURU “ yang
            terhormat itu. Usaha mereka itu hilang percuma karena kesalahan
            mereka menempuh jalan tersebut “.

            Bentuk kepalsuan Injil Yahya digambarkan oleh Karel A. Steenbrink dalam bukunya ” PERKEMBANGAN TEOLOGI DALAM DUNIA KRISTEN MODERN “ ( hal.130 ) :

            Malah kepada Injil Yohannes diberikan tambahan . Injilnya ,
            sebenarnya sudah berakhir pada ayat penutupan bab. 20 : 30 :
            ’ Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan
            murid-muridnya yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua
            yang tercantum di situ telah tercatat supaya kamu percaya ….. .
            Bab 21 dalam Injil Yohannes itu pasti merupakan suatu tambahan
            yang ditulis oleh murid – murid Yohannes ”.

            Perhatikan pula oleh pak Stefan Tay, Karel A. Steenbrink adalah seorang Pastor Katolik Belanda dan menjadi dosen di IAIN Yogyakarta. Sejumlah pakar dari kalangan Kristen bahkan dari kalangan Katolik sendiri menegaskan bahwa Injil Yohanes bukan dikarang oleh Yahya bin Zabdi melainkan orang lain :

            1. Nancy de Flon dan John Vidmar,OP juga menjelaskan tentang penulis
            Injil Yahya :

            Dari keempat Injil yang masuk kanon , Injil Yohanes ditulis
            paling akhir , yaitu sekitar tahun 100 dan kemungkinan ditulis
            di Efesus . Satu-satunya petunjuk nama penulis hanyalah ” murid
            yang dikasihi ” yang bisa jadi adalah penyunting asli bahan-
            bahan tulisan tersebut. Sampai abad ke-18, murid yang dikasihi,
            secara keliru sering diidentikkan sebagai Yohanes Rasul, anak
            Zebedeus . Dalam bentuknya yang sekarang , Injil Yohanes
            merupakan HASIL KARYA BUKAN OLEH SATU ORANG SAJA , TETAPI KARYA
            DARI SUATU KELOMPOK ORANG-ORANG KRISTEN AWAL yang dikenal
            sebagai JEMAAT YOHANES .

            2. PROF. STADLEIN – sebagaimana yang dikutip ABU ZAHRAH berkata :

            Sesungguhnya, seluruh Injil Yahya adalah karangan seorang murid,
            murid SEKOLAH ISKANDARIYAH.

            3. Adolf Harnack dalam bukunya : ” What is Christianity ”( hal.20 )
            menulis :

            …. The fourth Gospel does not emanate or profess to emanate from
            the apostke John. ( ,,, Injil yang keempat , bukan berasal atau
            menyatakan berasal dari rasul Yahya )

            4. Dr. Maurice Bucaille ( – akhirnya masuk Islam – ) dalam bukunya
            ” Bibel, Qur’an Dan Sains Modern ” ( terjemahan bhs. Indonesia
            oleh Prof. Dr. H.M.Rosyidi ) halaman 115 mengungkapkan :

            Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel mengatakan bahwa kebanyakan
            para pengeritik tidak dapat menerima anggapan bahwa Injil Yahya
            adalah karangan Yahya, sahabat Yesus; memang tak ada
            kemungkinan bahwa anggapan awam itu benar. Akan tetapi semua
            orang berpendapat bahwa teks Injil Yahya itu dikarang oleh
            beberapa penulis .

            Analisis lanjut untuk menunjukkan bahwa Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi, murid utama Yesus, tetapi oleh orang lain adalah :

            1. Anggapan dan kepercayaan penganut Kristen bahwa Injil Yahya
            dikarang oleh murid utama Yesus bernama Yahya bin Zabdi,
            sesungguhnya berdasarkan riwayat dari IRENIUS – seorang BAPAK
            GEREJA di Lyons Perancis – yang menceritakan bahwa ketika masa
            mudanya, ia berkenalan dengan seorang USKUP di SMYRNA bernama
            POLICARPUS. Uskup ini menerangkan kepadanya (- IRENEIUS -) bahwa
            ia ( POLICARPUS ) pernah mendengarkan khotbah Yahya di Epesus.
            Lebih lanjut Irenius mengungkapkan bahwa Yahya itu meninggal pada
            tahun 100 M dan pada hari-hari tuanya itulah ia menulis ” INJIL “
            -nya untuk MELAWAN AJARAN CERINTHUS yang mengajarkan bahwa YESUS
            ITU BUKAN ANAK ALLAH.Adanya riwayat Irenius ini lalu Gereja dan
            penganut Kristen berketetapan bahwa yang mengarang INJIL YAHYA
            ADALAH YAHYA BIN ZABDI, murid utama Yesus.
            2. Tapi apakah benar, Yahya yang berkhotbah di Epesus ( – dan
            didengarkan POLICARPUS itu -) dan yang meninggal tahun 100 itu
            adalah Yahya bin Zabdi, murid Yesus ? PAPIAS, seorang USKUP di
            HIERAPOLIS mengungkapkan bahwa YAKUB DAN YAHYA BIN ZABDI BENAR
            TELAH MENINGGAL SEBELUM TAHUN 70. Nah, bagaimana mungkin orang
            yang dikatakan meninggal tahun 70 M ternyata masih didengarkan
            khotbahnya oleh POLICARPUS lalu dikatakan pula meninggal tahun
            100 M ? Ini berarti YAHYA yang disaksikan oleh POLICARPUS itu
            bukanlah YAHYA BIN ZABDI murid Yesus, sehingga Yahya yang
            mengarang Injil Yahya itu –sebagaimana yang dikatakan Irenius itu
            – bukanlah Yahya bin Zabdi. Rupanya Irenius telah salah memahami
            Yahya yang diceritakan Policarpus itu dengan Yahya bin Zabdi. Dan
            memang tidak ada riwayat yang menceritakan bahwa Yahya bin Zabdi
            berkhotbah di Epesus. Dalam Kisah Rasul-Rasul diungkapkan bahwa
            Yahya bin Zabdi paling akhir hanya sampai ke Samaria, di sebelah
            utara Yudea di Palestina.
            3. Selanjutnya PAPIAS, mengungkapkan bahwa IA MENGENAL DUA ORANG
            YANG BERNAMA YAHYA. Salah seorang di antaranya YAHYA PRESBYTER
            dan tentu yang satunya lagi adalah YAHYA YANG LAIN ( – dan sudah
            pasti bukan Yahya bin Zabdi – ). Yahya Presbyter adalah Ketua
            Sidang Jemaat di Asia Kecil dan hidup sampai akhir abad pertama
            ( tahun 100 ). Dan CERINTHUS yang mengajarkan bahwa YESUS BUKAN
            ANAK ALLAH, juga tinggal di EPESUS, suatu kota di pantai Asia
            Kecil, dan sezaman dengan Yahya Presbyter. Dikaitkan dengan
            tujuan penulisan Injil Yahya untuk melawan ajaran CERINTHUS,
            diduga bahwa INJIL YAHYA DIKARANG OLEH YAHYA PRESBYTER , atau
            dikarang oleh YAHYA YANG LAIN . Hal ini dikemukakan dalam
            ENCYCLOPAEDIA BRITANICA sebagai berikut :

            John the Presbyter in Asia Minor lived in the end of the first
            century. It is a fair hypothesis that this presbyter wrote the
            Apocalypse and also the second and third Epistles, while the
            fourth Gospel may have came from another author.

            ( Yahya Presbyter di Asia Kecil hidup pada akhir abad pertama.
            Adalah satu dugaan yang wajar bahwa Presbyter ini menulis Kitab
            Wahyu dan juga Surat Kiriman Yahya kedua dan ketiga, sedangkan
            Injil ke empat ( yi. Injil Yahya, AL ) mungkin datang dari
            pengarang lain ).

            Istilah “ dugaan ( hipotesis ) “ terhadap Yahya Presbyter atau
            Yahya yang lain sebagai pengarang Injil Yahya dalam pernyataan di
            atas bukanlah alasan untuk membatalkan pernyataan “ Injil Yahya
            BUKAN dikarang oleh Yahya bin Zabdi, murid utama Yesus “,
            melainkan hanya menunjukkan bahwa siapa yang menjadi pengarang
            Injil Yahya secara pasti tidaklah diketahui TAPI YANG PASTI
            ADALAH INJIL YAHYA BUKAN DIKARANG OLEH YAHYA BIN ZABDI, murid
            Yesus.

            Jelaslah , menyatakan Yahya bin Zabdi , salah seorang murid utama Yesus sebagai pengarang Injil Yahya , lebih berdasarkan pada alasan dogmatik semata-mata , tidak berdasarkan kajian sejarah dan analisis atas ayat-ayat Bibel . Tidak satu alasan yang wajar untuk menyatakan pengarang Injil Yahya adalah Yahya bin Zabdi , salah seorang murid utama Yesus , sehingga pernyataan dan keyakinan seperti itu harus ditolak sama sekali.
            Demikian bahasan yang disajikan bahwa SANGATLAH TIDAK BENAR BILA PENGARANG INJIL-INJIL KANONIK DIHUBUNGKAN DENGAN MURID-MURID UTAMA YESUS. Yang jelas siapa pengarangnya adalah orang yang tidak dikenal dan ditulis puluhan tahun sesudah perginya Yesus. Demikian pak Stefan Tay, dan saya mengharap ada penjelasan dari pak Stefan Tay.

          • Shalom Arif Lewisape,

            Pertanyaannya yang saya ajukan sebenarnya sangat sederhana. Mengingat bahwa Injil-injil kanonik menceritakan hal-hal yang sungguh sangat berlainan dengan Injil seperti Barnabas, maka keduanya tidak mungkin sama-sama benar. Dengan demikian, kita harus memutuskan mana yang benar. Bagi Gereja Katolik, hal ini menjadi sangat jelas, mengingat manuskrip yang ada, yang juga terutama dari tulisan-tulisan Bapa Gereja di abad-abad awal yang mengutip Injil-injil kanonik dan tidak meragukan keaslian dari injil-injil tersebut. Tulisan dari para Bapa Gereja di abad-abad awal inilah yang juga menjadi parameter bagi Gereja untuk menentukan mana Injil-injil kanonik dan mana yang bukan.

            Semua orang bisa memberikan analisa dan mengatakan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti yang dilakukan oleh Gunnar Samuelsson. Namun, benar atau tidaknya, tentu saja harus melalui kajian yang sungguh-sungguh. Seorang Katolik tentu saja harus mempercayai Kitab Suci, yang menjadi salah satu pilar kebenaran disamping Magisterium Gereja dan Tradisi Suci. Ini adalah hal yang wajar, sama seperti agama lain juga harus mempercayai Kitab Suci masing-masing. Dengan demikian, kalau saya mempertanyakan tentang otentisitas dari Injil non-Katolik – yang menjadi dasar argumentasi Anda – ini adalah sesuatu yang wajar, sama wajarnya seperti Anda mempertanyakan otentisitas dari Injil kanonik. Oleh karena itu, saya akan mempertanyakan hal yang sama terlebih dahulu sebelum saya menanggapi argumentasi Anda yang lain, “Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri: Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno (di luar Injil Kanonik) tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ?

            Lain ceritanya kalau Anda ingin berdiskusi tentang apakah betul Yesus tidak disalib dari Injil-injil kanonik. Jadi, silakan memilih metode diskusinya. Dan silakan memilih topik yang ingin Anda diskusikan: Apakah tentang otentisitas Injil kanonik atau tentang apakah Yesus mati di salib. Dengan demikian, diskusi dapat terfokus. Dan tentang otentisitas Injil Yohanes dapat dilihat di sini – silakan klik. Atau setelah Anda membaca link tersebut, maka kita dapat berfokus pada diskusi otentisitas dari Injil Yohanes. Semoga dapat diterima.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef- katolisitas.org

          • Salam, Arif Lewisape

            Syukur pada Allah, anda begitu bersemangat mencari kebenaran dari kisah hidup Yesus Kristus, termasuk dengan berusaha membuktikan otentisitas dari Injil Kanonik. Semoga Allah menuntun kita pada kepenuhan kebenaran.

            Saya belum tahu terlalu banyak mengenai penulis-penulis yang menolak kenyataan bahwa Yesus disalib. Namun, saya akan mencoba berbagi apa yang saya miliki. Mengenai penyangkalan bahwa Yesus disalib atau tidak, Pak Stef sudah mencoba menanyakan naskah-naskah kuno yang menuliskan bahwa Yesus dari Nazareth tidak disalib, seperti yang Sdr. Arif klaim. Sdr. Arief dapat berfokus dengan membuktikan naskah-naskah kuno mana yang saudara maksud. Sebaliknya, saya menemukan beberapa tulisan kuno yang justru meneguhkan bahwa peristiwa penyaliban Yesus dari Nazareth sungguh terjadi :

            1. Terlepas dari permasalahan siapa penulis Injil Kanonik yang sebenarnya, semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa Yesus disalib. Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul. Apabila Yesus adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu memberitakan penyaliban Yesus. Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi. Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan.

            2. Peristiwa penyaliban ini juga diteguhkan oleh ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus, Flavius Josephus, dalam bukunya “Antiquitates Judaicae”, Bab XVIII, 63-64. Ia bersaksi bahwa :

            “Kira-kira pada waktu ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan senang menerima kebenaran darinya. Dia telah memenangkan banyak orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Setelah mendengar dia dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi orang-orang yang mula-mula telah mengasihinya itu tidak melepaskan kasih mereka kepadanya. Dan bangsa Kristen ini, disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini tidak lenyap.”

            Ada lagi dokumen rabinik dari periode Tannaitik (s.d tahun 220). Salah satunya adalah Sanhedrin 43a yang menuliskan :

            “Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung. Sebab selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul seorang pemberita yang mengatakan: ‘Inilah Yesus orang Nazaret, yang akan dirajam dengan batu sebab dia telah mempraktikkan sihir dan mejik [tambahan : bdk Markus 3:22] dan memengaruhi orang Israel untuk murtad. Barangsiapa dapat mengatakan sesuatu untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya.’ Tetapi karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia pun digantung pada sore Paskah..”

            3. Sumber lain diluar tradisi Yahudi juga meneguhkan adanya peristiwa ini. Seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata (sekitar tahun 115-200), dalam tulisannya The Passing of Peregrinus, mengisahkan tentang orang-orang yang sangat terpikat pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu allah. Lucian membandingkan Peregrinus dengan Yesus melalui tulisannya: “… sesungguhnya, selain dia, juga orang yang disalibkan di Palestina karena memperkenalkan kultus baru ini ke dalam dunia, kini masih mereka sembah.” Lucian juga menggambarkan orang-orang Kristen sebagai orang-orang “yang menyembah sang bijak yang disalibkan itu sendiri dan hidup di bawah hukum-hukumnya.”

            Cornelius Tacitus, seorang sejarawan Romawi, menuliskan karya yang berjudul “Annals” (sekitar 116 AD). Ia mencatat bahwa Nero membakar Roma dan memanfaatkan Kristiani sebagai kambing hitam. Ia menyebut pendiri gerakan Kristiani ini sebagai Kristus :

            “Karena itu, untuk menepis kabar angin itu, Nero menciptakan kambing hitam dan menganiaya orang-orang yang disebut ‘orang-orang Kristen’ [Chrestianos], yaitu sekelompok orang yang dibenci karena tindakan-tindakan kriminal mereka yang memuakkan. Kristus, dari mana nama itu berasal, telah dihukum mati (supplicio adfectus) dalam masa pemerintahan Tiberius [14-37] di tangan salah seorang prokurator kita, Pontius Pilatus [26-36], dan takhayul yang paling merusak itu karenanya untuk sementara dapat dikendalikan, tetapi kembali pecah bukan saja di Yudea, sumber pertama dari kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana segala sesuatu yang buruk, menjengkelkan dan yang menimbulkan kebencian dari segala tempat di dunia ini bertemu dan menjadi populer.” (Annals 15.44).

            Selanjutnya, mengenai keaslian Injil Kanonik, saya masih harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik. Namun, ada beberapa hal yang mungkin patut kita pertimbangkan :

            1. Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik tidak membuktikan apapun, termasuk tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik. Dalam sejarah perkembangan Gereja, banyak penulis dan teolog yang menolak ajaran Gereja maupun Injil, lalu membeberkan kebenaran alternatif yang mereka simpulkan dari penelitian mereka.

            Tentu saja, setiap orang bebas untuk mengutarakan pendapat dan hasil penelitian mereka. Permasalahannya, mungkin tidak semua orang melakukan metodologi penelitian secara sempurna. Mungkin pula penelitian tersebut juga belum menemukan bukti-bukti, yang membuktikan otentisitas Injil menurut standar mereka pribadi. Jika diperhatikan, bahkan semua argumen penulis yang Sdr. Arif kutip masih berputar pada dugaan. Apakah dokumen Q telah ditemukan? Karena belum ada bukti, tentu saja itu masih berupa hipotesis yang belum pasti.

            2. Salah satu bukti yang jelas hingga hari ini adalah kesaksian bapa-bapa Gereja. Salah satunya adalah St. Irenaeus dari Lyons yang bersaksi mengenai otentisitas keempat Injil. Kesaksian St. Irenaeus mengenai otentisitas Injil tersebut juga dilatari oleh tulisan dari Papias dari Hierapolis, yang anda sebutkan menyatakan Yohanes Penginjil telah meninggal sebelum 70 AD.

            Pernyataan Papias tersebut, sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen (pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap). Tentu saja, apabila St. Irenaeus mengutip dari Papias, pasti beliau akan menyebutkan apabila St. Yohanes penulis Penginjil telah wafat. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa fragmen tersebut mengacu pada Yohanes lain (St. Yohanes pembabtis) atau mungkin telah direkayasa (New Advent Encyclopaedia : St. Papias).

            Tuduhan bahwa St. Irenaeus berbohong mengenai kematian St. Yohanes Penginjil tentu saja sangat tidak masuk akal. Berita kematian para Rasul adalah hal yang cukup besar bagi Gereja Perdana yang masih relatif kecil. Apabila St. Yohanes Penginjil wafat sebelum 70 AD, apa untungnya bagi St. Irenaeus untuk berbohong dalam Adversus Haeresies bahwa St. Yohanes Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes? Tentu ia akan didakwa oleh segenap umat dan Uskup-uskup lainnya.

            Hanya inilah yang saya ketahui untuk menjawab mengenai Otentisitas Injil sesuai argumen Sdr. Arif. Mungkin tim Katolisitas atau pembaca situs dapat memberikan yang lebih lengkap. Semoga Sang Injil yang Hidup menerangi akal budi dan iman kita untuk mencapai kasih Allah.

            Pacem,
            Ioannes

          • Terima kasih sekali pak Ioannes atas replynya. karena anda telah memberikan satu bahasan dalam paparan yang INTELEK dengan semangat penalaran yang baik dan santun sekali. Saya menghargai anda.
            Ada dua aspek yang menjadi focus bahasan anda. Pertama masalah PENYALIBAN YESUS SEBAGAI PERISTIWA SEJARAH dengan menyajikan tulisan kuno yang berisi“ kesaksian “ dan Flavius Josephus – Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus . Kedua membicarakan tentang OTENTITAS INJIL. Saya akan menyajikan tanggapan saya dalam dua bagian sesuai dengan tema yang dibicarakan oleh anda.
            Sebelum saya masuk ke pembicaraan tentang kedua focus bahasan anda tersebut, saya menjelaskan dulu sebagai komentar atas pernyataan anda : “ Mengenai penyangkalan bahwa Yesus disalib atau tidak, Pak Stef sudah mencoba menanyakan naskah-naskah kuno yang menuliskan bahwa Yesus dari Nazareth tidak disalib, seperti yang Sdr. Arif klaim. Sdr. Arief dapat berfokus dengan membuktikan naskah-naskah kuno mana yang saudara maksud “. Dalam reply saya kepada para penanggap lain, saya menyajikan pernyataan dari naskah kuno tentang tidak tersalibnya Yesus. Saya merujuknya berdasarkan penyajian dari pakar Kristen sendiri. Tetapi menjadi sangat tidak cerdas bila saya dituntut untuk menghadirkan naskah –naskah kuno tersebut. Dalam metode ilmiah, penyajian fakta dapat menggunakan SUMBER SEKUNDER, tidak harus SUMBER PRIMER. Dan yang lebih penting di sini bahwa MASALAH TIDAK DISALIBNYA YESUS, justru berdasarkan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik seperti ayat Matius 27 : 15 -26 tentang nama BARABBAS yang berarti : “ ANAK BAPA “ alias “ ANAK ALLAH “ yang dalam dogma Kristen lebih ditujukan kepada : YESUS KRISTUS , apalagi nama lengkap BARABBAS adalah YESUS BARABBAS, sehingga lengkaplah : YESUS BARABBAS = YE3SUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH. Dan dialah yang dilepas oleh Pilatus sehingga BARABBAS = YESUS BARABBAS = YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH, tidak disalib. Saya sebenarnya mengharapkan agar tanggapan yang lebih berfokus kepada analisis atas ayat Matius 27 : 15 – 26, bukan berfokus kepada naskah-naskah kuno. Sebenarnya kajian atas ayat-ayat Injil kanonik bukan terbatas hanya pada ayat Matius 27 : 15–26 saja masih ada sejumlah ayat lain dalam Injil kanonik yang dipahami bahwa YESUS TIDAK DISALIB MELAINKAN YANG DISALIB ADALAH ORANG LAIN.
            Dalam pembicaraan mengenai Flavius Josephus – Lucian Samosata dan Cornelius Tacitus,anda memberi kata “pendahuluan“: “ Sebaliknya, saya menemukan beberapa tulisan kuno yang justru meneguhkan bahwa peristiwa penyaliban Yesus dari Nazareth sungguh terjadi “. Saya akan mempertanyakan kepada anda “ tingkat peneguhan “ peristiwa penyaliban Yesus dari tulisan ketiga sejarawan kuno tersebut. Tingkat kepercayaan (reliabilitas) peneguhan kebenaran penyaliban Yesus tersebut secara umum dapat dibagi :
            1. Si Pengisah MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus dan
            SANGAT YAKIN BAHWA YANG DISALIB adalah YESUS.
            2. Si Pengisah MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus
            tetapi RAGU-RAGU JIKA YANG DISALIB adalah YESUS.
            3. Si Pengisah TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban
            Yesus, tetapi menuliskan dari SUMBER TERPERCAYA selaku saksi
            atas peristiwa penyaliban Yesus ( baik yakin ataupun ragu-ragu
            bahwa yang disalib adalah Yesus ).
            4. Si Pengisah TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban
            Yesus, tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK
            JELAS melainkan hanya menuliskan dari cerita lalu lalang
            tentang penyaliban Yesus tanpa kepastian apakah yang disalib
            benar Yesus atau orang lain.

            Saya bertanya kepada anda, apakah Flavius Josephus-Lucian Samosata dan Cornelius Tacitus MENYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus dan SANGAT YAKIN BAHWA YANG DISALIB adalah YESUS ? Ataukah Flavius Josephus – Lucian Samosata dan Cornelius Tacitus TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus, tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK JELAS ? Jawaban anda atas pertanyaan ini menjadi sangat penting untuk klarifikasi kebenaran argumentasi. Saya meyakini Flavius Josephus – Lucian dari Samosata dan Cornelius Tacitus TIDAK MEYAKSIKAN SENDIRI peristiwa penyaliban Yesus, tetapi menuliskan peristiwa itu dari SUMBER YANG TIDAK JELAS. Dengan demikian, sejauh mana kebenaran pernyataan mereka, masih perlu dipertanyakan karena sumber penulisan mereka TIDAK JELAS sehingga KETERPERCAYAAN terhadap pernyataan mereka masih membutuhkan studi dan kajian.
            Selanjutnya anda memberi ulasan tentang Flavius Josephus : “ …. diteguhkan oleh ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus, Flavius Josephus …………….. “.
            Untuk anda ingat, menurut para ahli sejarah,Flavius Josephus lahir di Yerusalem pada tahun 37 M dan meninggal di Roma tahun 100 M. Jika Yesus lahir tahun 4 seb. Masehi dan wafat pada umur 33 tahun sebagaimana yang menjadi pendapat umum pakar Bibel, berarti Yesus wafat pada tahun 29 M,sedangkan Flavius Josephus lahir tahun 37 M. Berarti Flavius Josephus TIDAK SEZAMAN DENGAN YESUS, dalam pengertian Yesus sudah tidak ada lagi ketika Flavius Josephus sebab Flavius Josephus baru lahir ketika Yesus sudah tidak ada. Bertentangan dengan pernyataan anda : “…. ahli sejarah Yahudi yang hidup di zaman Yesus …“. Dengan demikian, tidak mungkin Flavius Josephus mengenal Yesus dan menyaksikan peristiwa penyaliban yang dinisbatkan kepada Yesus.
            Kemudian anda mengutip tulisan Flavius Josephus dalam bukunya “Antiquitates Judaicae ”, Bab XVIII, 63-64 “ :

            Kira-kira pada waktu ini,hiduplah Yesus,seorang yang bijaksana.
            Sebab dia adalah seorang yang telah melakukan tindakan-tindakan
            luar biasa, dan seorang guru bagi orang-orang yang telah dengan
            senang menerima kebenaran darinya. Dia telah memenangkan banyak
            orang Yahudi dan banyak orang Yunani. Setelah mendengar dia
            dituduh oleh orang orang-orang terkemuka dari antara kita, maka
            Pilatus menjatuhkan hukuman penyaliban atas dirinya. Tetapi
            orang-orang yang mula-mula telah mengasihinya itu tidak
            melepaskan kasih mereka kepadanya.Dan bangsa Kristen ini,
            disebut demikian dengan mengikuti namanya, sampai pada hari ini
            tidak lenyap

            Harap anda perhatikan, Flavius Josephus hanya menceritakan kembali apa yang didengarnya tentang penyaliban , bukan menceritakan apa yag disaksikannya sendiri tentang penyaliban tersebut sehingga tidak membuktikan sedikitpun bahwa yang disalib benar-benar Yesus. Apalagi peristiwa penyaliban tersebut terjadi sebelum Flavius Josephus, lahir. Sebenarnya – menurut pendapat sejumlah pakar seperti James Harrison dalam bukunya “Ancient Arts and Rituals “ dan pakar lainnya – dalam seluruh karya Flavius Josephus hanya ada pragraf singkat yang merujuk kepada Yesus dan kedua pragraf itu telah disingkirkan oleh para ilmuwan maupun apologis Kristen sendiri karena PALSUNYA. Dan menariknya,ada pakar yang menyatakan: “ Josephus yang penggemar keajaiban itu sama sekali TIDAK MENYEBUTKAN ORANG SENEGARANYA YANG MEMBUAT MUKJIZAT: YESUS KRISTUS – walaupun ada beberapa puluh orang bernama Yoshua atau Yesus lain ditulisnya…Sebutan pertama kali mengenai penggalan ini dan teksnya terdapat dalam Sejarah Gereja karya …… Uskup Eusebius di abad ke empat …… tidak dikenal oleh Origenes ( 185 – 254 M ) dan penulis gereja lainnya“.(M.Hashem dalam bukunya “Misteri Naskah Laut Mati“ hal. 163-164 dengan menutip pendapat Wheless ). Merujuk kepada pendapat tersebut, nyatalah penyebutan “ hiduplah Yesus “ yang termuat dalam kutipan tulisan Flavius Josephus yang anda sajikan adalah produk pemalsuan. Oleh karena itu menyajikan pernyataan Flavius Josephus sesungguhnya bukanlah bukti terpercaya tentang Yesus benar-benar disalib.
            Dan sebenarnya pernyataan Flavius Josephus telah “ diobok-obok “ dengan tujuan mempertegas bahwa Yesus benar-benar adalah TUHAN – KRISTUS– dan mempertegas kebenaran KEBANGKITANNYA. Berikut dikutipkan terjemahan pernyataan Flavius Josephus yang disajikan FX.Didik BagiyowinadiPr.dalam bukunya:“YESUSKAHYANG DISALIBKAN?“ ( hal. 85-86 ) :

            Pada masa inilah muncul Yesus seorang yang bijaksana,KALAU BOLEH
            DIA DISEBUT MANUSIA. Karena dia adalah seorang yang mengerjakan
            perbuatan-perbuatan yang menakjubkan dn seorang guru bagi mereka
            yang menerima kebenaran yang menyenangkan dan dia telah memikat
            banyak orang Yahudi dan orang Yunani. DIA INI ADALAH KRISTUS.
            Dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang terkemuka di antara
            kita, telah menghukumnya di kayu salib,mereka yang sejak semula
            mengasihinya tidak berhenti [ mengasihinya ] KARENA PADA HARI
            KETIGA DIA TELAH MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MEREKA DALAM KEADAAN
            HIDUP KEMBALI. PARA NABI ALLAH TELAH MENUBUATKAN HAL INI DAN
            BERBICARA TENTANG ANEKA HAL AJAIB TENTANG DIA. Dan klan (suku )
            Kristen, demikian disebut menurut [nama ]-nya, masih bertahan
            sampai hari ini.

            Membandingkan antara kutipan anda dengan kutipan di atas, terdapat tambahan : “ KALAU BOLEH DIA DISEBUT MANUSIA “ – “ DIA INI ADALAH KRISTUS “ dan “ KARENA PADA HARI KETIGA DIA TELAH MENAMPAKKAN DIRI KEPADA MEREKA DALAM KEADAAN HIDUP KEMBALI. PARA NABI ALLAH TELAH MENUBUATKAN HAL INI DAN BERBICARA TENTANG ANEKA HAL AJAIB TENTANG DIA “ .
            Ternyata CATATAN FLAVIUS JOSEPHUS ini PALSU , sebab bukan ditulis oleh Flavius Josephus sebagaimana yang diakui para ahli dari kalangan Kristen sendiri. DR.G.G. van Niftrik /Ds. B.J.Boland dalam buku mereka : “ DOGMATIKA MASA KINI “ hal. 147 , menulis :

            Mengenai tulisan-tulisan orang Yahudi , dapat diingatkan kepada
            dua sumber. Pengarang sejarah Flavius Josephus ( kira-kira tahun
            100 )menyebutkan nama Yesus dan menurut karangannya dalam bentuk
            sekarang, maka selanjutnya ada tertulis :“ DIALAH KRISTUS ITU “.
            Akan tetapi catatan ini agaknya diselipkan kemudiannya sebab
            rupa-rupanya “pengakuan “ demikian tidak sesuai dengan pendirian
            seorang pengarang Yahudi

            Demikian mengenai Flavius Josephus yang pernyataannya anda angkat untuk membuktikan kebenaran penyaliban Yesus.Sajikan menurut pakar sejarah Bibel, bukan menurut saya.
            Selanjutnya anda menjelaskan tentang Lucian dari Samosata ( lahir tahun 120 – meninggal tahun 180 di Athena )dengan berkata:

            Sumber lain diluar tradisi Yahudi juga meneguhkan adanya
            peristiwa ini. Seorang satiris yang bernama Lucian dari Samosata
            ( sekitar tahun 115-200), dalam tulisannya The Passing of
            Peregrinus, mengisahkan tentang orang-orang yang sangat terpikat
            pada Peregrinus sehingga mereka menyembahnya sebagai suatu
            allah

            Penjelasan anda memuat informasi tentang Peregrinus , di mana orang-orang terpikat dengan Peregrinus dan menyembah Peregrinus sebagai allah . Harap diperhatikan, penjelasan anda SANGAT BERBEDA dengan penjelasan FX.Didik Bagiyowinadi Pr dalam bukunya “ YESUSKAH YANG DISALIBKAN ? “ hal.88-89 : “ Dia menulis tentang Peregrinus yang telah menjadi Kristen dan yang memiliki sesama pemeluk di Palestina yang masih menyembah ‘ ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA’ “. Tidak ada disinggung sama sekali tentang Peregrinus sebagai allah seperti tercantum dalam kutipan anda . Informasi yang disajikan tidak mengungkap PENYALIBAN YESUS. Tegasnya tidak disebut sama sekali tentang “ YESUS “. Sayang sekali anda tidak mengutip bagaimana pernyataan Lucian Samosata tentang PENYALIBAN YESUS . Apakah ada ? Lucian Samosata hanya menyebut “ ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA “ tanpa menyebut nama figur yang disalib, padahal siapa sesungguhnya yang disalib dalam peristiwa penyaliban masih dipertanyakan. Hal yang paling penting , apakah Lucian dari Samosata menyaksikan sendiri tentang PENYALIBAN YESUS dan kemudian apakah ia meyakini bahwa YANG DISALIB BENAR-BENAR YESUS KRISTUS, bukan orang lain sehingga ia berkisah tentang “ ORANG YANG DISALIBKAN DI PALESTINA “ tanpa menyebut nama tersebut ?
            Begitu pula anda berkata tentang Cornelius Tacitus : “ Cornelius Tacitus, seorang sejarawan Romawi, menuliskan karya yang berjudul “Annals” (sekitar 116 AD). Ia mencatat bahwa Nero membakar Roma dan memanfaatkan Kristiani sebagai kambing hitam. Ia menyebut pendiri gerakan Kristiani ini sebagai Kristus “.
            Tacitus adalah sejarawan Romawi ( lahir sekitar tahun 52-54 M dan meninggal sekitar tahun 120 M ) dan menjadi proconsul di Asia. Petilan teks Annals –nya Cornelis Tacitus yang menyebut “KRISTUS “ berikut dikutip terjemahannya sebagai mana yang disajikan F.X. Didik Bagiyowinadi ( hal.86 ) :

            ….Untuk menghentikan desas desus itu, dia maksudnya: Nero, AL )
            mengalihkan tuduhan dengan menfitnah dan menghukum dengan
            siksaan paling keji terhadap orang-orang yang disebut Kristen,
            yang dibenci karena kejahatannya, KRISTUS ,darimana nama ini
            berasal YANG MENDERITA HUKUMAN YANG EKSTRIM dalam pemeritahan
            Tiberius , di tangan procurator kita POINTUS PILATUS ……

            Dalam kutipan di atas, focus cerita adalah kekejaman Kaisar Nero terhadap orang-orang Kristen lalu terlampir penyebutan “ KRISTUS “ yang memperoleh hukuman di masa Pointus Pilatus. Tidak ada sama sekali dikatakan bentuk hukuman berupa penyaliban. Dan yang mengherankan adalah ternyata Eusebius seorang pembela fanatik agama Kristen, tidak pernah menyebut sama sekali penggalan tulisan pada karya Tacitus tersebut. Robert Taylor dalam bukunya “ The Diegest “ – sebagaimana yang dikutip M.Hashem hal.165 – mengatakan : “ ….. Itu tidak dikutip oleh Tertulianus walaupun ia telah membaca dan mengutip banyak karya-karya Tacitu …. Tak ada jejak penggalan tulisan itu di dunia sebelum abad ke-15 “ . Merujuk kepada pernyataan Robert Taylor tersebut, nyatalan penggalan tulisan Tacitus adalah PALSU dan baru ada sesuah abad ke-15. Tapi kita abaikan saja dulu hal tersebut. Bila yang dikatakan Tacitus benar-benar terdapat dalam karyanya, menjadi pertanyaan kepada anda, apakah Cornelius Tacitus menyaksikan sendiri peristiwa PENYALIBAN tersebut dan meyakini bahwa benar-benar yang disalib adalah YESUS ?.
            Demikian dulu reply saya kepada pak Ioannes untuk tema bahasan mengenai “ AHLI SEJARAH KUNO “ yang menurut anda adalah “ SAKSI ‘ tentang kebenaran penyaliban Yesus sebagai peristiwa sejarah. Terima kasih dan akan saya lanjutkan dengan reply berikutnya tentang Injil-Injil kanonik.

            Submitted on 2013/02/18 at 7:30 am | In reply to Ioannes.

            Pak Ioannes, saya lanjutkan reply menanggapi reply anda tertanggal 21 Januari 2013 berkenaan dengan otentitas Injil-Injil kanonik. Tapi sebelumnya , saya menanggapi dulu pernyataan anda mengenai dokumen rabinik tentang “ kebenaran penyaliban Yesus “. Terliwat oleh saya. Anda telah mengutip petilan pernyataan dokumen rabinik tersebut sebagai berikut :

            Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung.Sebab
            selama empat puluh hari sebelum eksekusi dijalankan, muncul
            seorang pemberita yang mengatakan:‘ Inilah Yesus orang Nazaret,
            yang akan dirajam dengan batu sebab dia telah mempraktikkan
            sihir dan mejik [ tambahan : bdk Markus 3:22 ] dan memengaruhi
            orang Israel untuk murtad. Barangsiapa dapat mengatakan sesuatu
            untuk membelanya, hendaklah tampil dan membelanya.’ Tetapi
            karena tidak ada sesuatu pun yang tampil untuk membelanya, dia
            pun digantung pada sore Paskah….

            Saya tidak tahu, apakah yang anda maksud dengan “dokumen rabinik “ adalah pasal-pasal dalam Talmud atau mungkin dokumen lainnya. Tetapi informasi mengenai “ Yesus orang Nazaret, ………. telah mempraktikkan sihir dan mejik “ yang anda sebut mengingatkan saya dengan informasi dalam Talmud mengenai YESUS BEN PANDERA sebagai mana yang diangkat para pakar Bibel,bahwa “ seorang penyihir bernama Yesus datang dari Mesir dan dihukum mati dengan hukuman rajam atau hukuman gantung … “ . Konteks informasi, persis sama . Tapi saya tidak membicarakan lebih jauh supaya pembahasan tidak berkembang ke lingkup lebih luas, kecuali kalau pada suatu saat dibutuhkan sebagai penjelasan. Saya fokus saja pada pernyataan “ dokumen rabinik “ yang anda kutip di atas.
            Dikatakan dalam pernyataan yang anda kutip tersebut : “ Pada Sabat perayaan Paskah, Yeshu orang Nazaret digantung“ atau lebih jelas : “ digantung pada sore Paskah “. Pertanyaan untuk anda, digantung atau disalib ? Pertanyaan lanjut,dilakukan pada hari Sabat atau bukan ? Pertanyaan berikutnya, dihukum karena perbuatan apa ? Apakah karena melakukan sihir dan magic ? Jawaban anda atas pertanyaan-pertanyaan tersebut silakan dirujukkan dengan kisah dalam Injil-Injil kanonik. Dan pasti akan mengantarkan anda pada benar tidaknya pernyataan “ dokumen rabinik “ tersebut. Demikian tanggapan saya atas pernyataan “ dokumen rabinik “ yang anda kemukakan sebagai dalil pembenaran tentang Yesus disalib.
            Selanjutnya saya berikan tanggapan atas permasalahan otentitas Injil-Injil kanonik. Tema bahasan mengenai otentitas Injil-Injil kanonik (- pengarang sebenarnya dan isinya – ) saya munculkan sekaitan dengan pernyataan pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “ ketika menanggapi pernyataan saya yang menyinggung tentang naskah-naskah kuno yang menegaskan tidak disalibnya Yesus, padahal fokus utama saya adalah Injil-Injil kanonik, yang jika dikaji secara kritis menunjukkan TIDAK TERSALIBNYA YESUS , dan kesimpulan demikian justru DISEBUT PULA DALAM NASKAH-NASKAH KUNO.Jadi persoalannya, saya tidak secara special mendasarkan keyakinan bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik. Pak Stefan Tay keliru memahaminya dan menjadikan naskah-naskah kuno sebagai dasar pegangan saya. Bahkan saya menegaskan : TIDAK TERSALIBNYA YESUS BERDASARKAN INJIL-INJIL KANONIK DAN TERNYATA JUGA DITEGASKAN OLEH NASKAH-NASKAH KUNO. Dan aspek terpenting yang terangkat dalam pernyataan pak Stefan Tay tersebut adalah “ ……injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus ……“ yang dipahami maksudnya bahwa Injil-Injil kanonik itu ditulis oleh murid-murid utama Yesus sehingga yang disajikan dalam Injil-Injil kanonik pasti benar dibandingkan dengan naskah-naskah kuno. Apakah menurut anda, saya harus membiarkan pernyataan pak Stefan Tay tersebut berlenggang tanpa saya tanggapi ?. Tidak mungkin ! Ketika saya ingin fokus pada membahas Injil-Injil kanonik tentang tidak tersalibnya Yesus, sedangkan di sisi lain pak Stefan Tay menyajikan pernyataan tersebut untuk “ menyanggah naskah-naskah kuno “ maka saya pun menyajikan bahasan tentang otentitas : Injil Matius – Injil Markus – Injil Lukas – dan Injil Yohanes, berdasarkan pendapat para pakar Bibel. Demikian asal usul munculnya pembicaraan otentitas Injil-Injil kanonik. Dan anehnya pak Stefan dan rupanya juga anda, dalam replynya ternyata lebih fokus kepada INJIL YOHANES saja padahal saya membicarakan semua : Injil Matius –Injil Markus –Injil Lukas – dan Injil Yohanes, bukan Injil Yohanes saja. Sebaiknya kalau membahas, tentu semuanya.
            Selanjutnya anda berkata : “ ….. saya masih harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil- injil Kanonik …… “. Pertanyaan atas sikap apriori seperti itu, apa yang akan anda pelajari ? Jika yang anda pelajari adalah latar belakang Kekristenan mereka, anda akan menghadapi hal-hal yang sangat mengejutkan karena justru mereka adalah para teolog Kristen dan para pakar Bibel. Mengapa anda tidak langsung saja melakukan kajian kritik teks dari Injil-Injil kanonik tersebut dari pada mempelajari “ para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik “ ? Menurut saya, melakukan kajian kritik teks Injil-Injil kanonik lebih bermanfaat daripada anda mempelajari “ penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik “.Tapi itu menurut saya. Anda berhak mengambil langkah dan bentuk “ penelitian “ yang terbaik menurut anda tanpa intervensi siapapun.
            Selanjutnya anda menulis : “ Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik tidak membuktikan apapun, termasuk tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “.Dalam satu rangkaian kalimat, anda menyajikan dua sub kalimat yang kontradiktif. Petilan kalimat pertama : “ Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik “ berkontradiksi dengan petilan kalimat kedua : “tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “. Dikatakan kontradikdif karena penyangkalan keaslian Injil Kanonik justru menunjukkan bukti bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik kecuali kalau mereka asal ucap tanpa melakukan kritik teks, kajian dan penelitian atas Injil-Injil kanonik. Saya tercengang dengan pernyataan anda. Saya menduga anda adalah seorang Katolik, tetapi anehnya meragukan Penulis Katolik yang menyangkal keaslian Injil Kanonik. Apakah “penulis Katolik “ yang menyangkal keaslian Injil kanonik adalah orang awam bodoh yang bertindak asal-asalan saja tanpa melakukan kajian dan penelitian sehingga anda mengatakan mereka : “ tidak membuktikan bahwa Injil-injil Kanonik pasti tidak otentik “?. Tidak ! Mereka adalah para Pastor dan ahli Bibel. Dapatkan anda memberikan contoh penyangkalan yang dilakukan mereka tetapi mereka tidak membuktikan apa-apa tentang ke-tidak-otentitas-an Injil kanonik ? Menolak pandangan “penulis Katolik “ tentang ketidak-aslian Injil kanonik, anda mendasarkan pada “mungkin“ yaitu : “mungkin tidak semua orang melakukan metodologi penelitian secara sempurna“ dan “Mungkin pula penelitian tersebut juga belum menemukan bukti-bukti, yang membuktikan otentisitas Injil menurut standar mereka pribadi “. Mendasarkan pada kata “ mungkin “ untuk menolak pandangan kritis “ penulis Katolik “ tentang ketidak-aslian Injil kanonik, sangat tidak tepat dan haruslah diabaikan. Menurut saya, yang harus dilakukan adalah mencari dan menemukan kelemahan dasar kajian dari “ penulis Katolik “ dan ketidak-benaran argumentasi mereka, bukan menyajikan pernyataan dengan menduga dengan kata “ mungkin “.
            Kemudian anda berkata : “ Jika diperhatikan, bahkan semua argumen penulis yang Sdr. Arif kutip masih berputar pada dugaan. Apakah dokumen Q telah ditemukan? Karena belum ada bukti, tentu saja itu masih berupa hipotesis yang belum pasti “. Dikatakan dugaan bila tidak melakukan kajian dan analisis. Dan semua argumen yang saya sajikan adalah kutipan dari argumen yang disajikan para pakar dan teolog Kristen sendiri. Seharusnya bukan dengan hanya menyajikan pernyataan demikian tetapi berikan pula analisis yang menunjukkan kelemahan mereka. Dan mengenai dokumen “ Q “ ( Quelle = Sumber ) adalah kesimpulan hipotesis para pakar Bibel berdasarkan pada KESAMAAN-KESAMAAN dan PERBEDAAN-PERBEDAAN antara Injil-Injil kanonik . Disimpulkan oleh para pakar Bibel bahwa PASTI ADA SUMBER BERSAMA yang menjadi rujukan para pengarang Injil sehingga terdapat KESAMAAN di samping masing-masing menggunakan SUMBER BERBEDA yang menyebabkan perbedaan. SUMBER BERSAMA dimaksud disebut Dokumen “ Q “. Hipotesis Dokumen “ Q “ tersebut sampai sekarang dipegang teguh oleh para pakar Bibel dan belum ada argumentasi-argumentasi yang mampu melemahkannya. Tentu terlalu aneh jika anda menuntut keberadaan Dokumen “ Q “ dimaksud. Kalau anda menolak hipotesis Dokumen “ Q “, maka menjadi kewajiban anda untuk menjelaskan mengapa bisa terdapat KESAMAAN dan PERBEDAAN antara Injil-Injil kanonik tersebut. Tetapi sekedar informasi, ada dugaan yang masih perlu dikaji bahwa Dokumen “ Q “ itu tidak lain adalah INJIL BARNABAS . Ini hanya sebuah dugaan saja dan tidak perlu diperhatikan. Dan Sehubungan dengan teori sumber ”Q” menarik disimak pernyataan Elijah Syekh , cendekiawan Kristen Iran dalam bukunya ” The True Gospel of Christ ” ( edisi terjemahan bahasa Indonesia dari ” Ash Shahih min al- Injil al- Masih ” ) . Setelah membandingkan kisah-kisah tentang Yesus Kristus dalam keempat Injil Kanonik ( Matius, Markus, Lukas, dan Yahya ) dengan segala perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang tidak bisa dikompromikan , Elijah Syaikh berkata :3

            Pada akhirnya , dalam buku ini , saya hanya berusaha untuk
            mengungkapkan hakekat yang saya yakini yaitu bahwa KEEMPAT
            KITAB INJIL INI SAMA SEKALI BUKAN INJIL MILIK AL MASIH as. Tapi
            sebenarnya, ADA KITAB LAIN YANG PERNAH MENJADI SANDARAN bagi
            Injil-Injil ini , yaitu ” INJIL SHAHIH ” yang telah diwahyukan
            kepada Isa Al Masih as.

            Anda bisa menyimaknya dengan kritis atas pernyataan Elijah Syaikh di atas . Selanjutnya anda berbicara kesaksian Bapa-bapa Gereja. Anda berkata : “ Salah satunya adalah St. Irenaeus dari Lyons yang bersaksi mengenai otentisitas keempat Injil “. Dapatkah anda menyajikan pernyataan Irenaeus terhadap kitab-kitab Perjanjian Baru sebelum kanonisasi ?. Tanpa menyajikan pernyataan atau kutipan tulisan Irenaeus, sulit mengukur kebenaran pernyataan anda. Paling tidak, bisa dikutipkan satu pernyataan dari sebuah referensi yang ditulis seorang pakar Bibel tentang kesaksian atas “ otentisitas keempat Injil “.
            Anda berkata : “ Pernyataan Papias tersebut, sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen ( pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap). Tentu saja, apabila St. Irenaeus mengutip dari Papias, pasti beliau akan menyebutkan apabila St. Yohanes penulis Penginjil telah wafat. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa fragmen tersebut mengacu pada Yohanes lain ( St. Yohanes pembabtis ) atau mungkin telah direkayasa ( New Advent Encyclopaedia : St.Papias )“. Ini terkait dengan pernyataan reply saya kepada pak Stefan Tay ketika menjelaskan bahwa Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi melainkan Yahya Presbyter. Penegasan mengenai Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi melainkan Yahya Presbyter, antara lain didasarkan pada analisis pernyataan Irenaeus bersumber dari POLICARPUS, USKUP di SMYRNA yang menerangkan bahwa pernah mendengarkan khotbah Yahya di Epesus. Lebih lanjut Irenius mengungkapkan ,Yahya itu meninggal pada tahun 100 M dan pada hari-hari tuanya itulah ia menulis ”INJIL “ -nya untuk MELAWAN AJARAN CERINTHUS yang mengajarkan bahwa YESUS ITU BUKAN ANAK ALLAH. Bagaimana dengan ”keterlibatan ” Papias dalam analisis ini ? Menurut Papias, Yahya bin Zabdi meninggal tahun 70 M. Cuma itu ! Dan Irenaeus tidak mengutip dari Papias. Figur ”Yahya ”(- yang didengar Irenaeus dari Polycarpus -) yang meninggal pada tahun 100 M ternyata jika dirujukkan dengan Yahya bin Zabdi – salah seorang murid utama – yang menurut Papias meninggal sebelum tahun 70, ternyata tidak cocok. Hal ini membuktikan bahwa INJIL YAHYA BUKAN DIKARANG OLEH YAHYA PEMBAPTIS melainkan dikarang oleh orang lain, kemungkinan YAHYA PRESBYTER , yang meninggal tahun 100 M.
            Dan hendaknya Pak Ioannes ketahui, penegasan tentang Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi, diakui oleh sejumlah ahli Bibel dengan pernyataan-pernyataan yang sangat tegas. Lihat reply saya kepada pak Stefan Tay dan harap baca secara utuh. Tetapi rupanya anda menolak kesimpulan bahwa Injil Yahya bukan dikarang Yahya bin Zabdi.Alasan anda ” Pernyataan Papias tersebut,sebenarnya kurang kredibel. Pernyataan tersebut diperoleh dari fragmen( pecahan dokumen, bukan sebuah kitab lengkap) ”. Apa yang kurang kredibel dengan pernyataan Papias yang mengatakan bahwa Yahya bin Zabdi meninggal sekitar tahun 70 M ? Apakah karena potongan pernyataan itu hanya diperoleh dari fragmen bukan dalam sebuah dokumen lengkap ? Fragmen apa itu ? Dan bentuk dokumen lengkap macam mana yang anda butuhkan agar pernyataan Papias tentang Yahya bin Zabdi meninggal sebelum tahun 70 M , sebagai pernyataan yang kredibel ? Terus terang , saya heran dengan pernyataan anda.
            Selanjutnya anda berkata : ”Tuduhan bahwa St.Irenaeus berbohong mengenai kematian St. Yohanes Penginjil tentu saja sangat tidak masuk akal. Berita kematian para Rasul adalah hal yang cukup besar bagi Gereja Perdana yang masih relatif kecil. Apabila St. Yohanes Penginjil wafat sebelum 70 AD, apa untungnya bagi St. Irenaeus untuk berbohong dalam Adversus Haeresies bahwa St. Yohanes Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes? Tentu ia akan didakwa oleh segenap umat dan Uskup-uskup lainnya “. Itu hanya komentar pendapat anda tanpa kajian. Apakah menurut anda, Papias telah berbohong ketika berkata Yahya bin Zabdi ( Yahya Penginjil,menurut istilah anda ) meninggal sebelum tahun 70 M ? . Bagaimana isi pernyataan Irenaeus dalam Adversus Haeresies bahwa Yahya Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes ? Lalu apakah para ahli Bibel yang menegaskan Injil Yohanes BUKAN DIKARANG OLEH YAHYA BIN ZABDI berdasarkan penelitian-penelitian cermat mereka adalah PARA PENDUSTA lantaran bertentangan dengan “ pernyataan Irenaeus dalam Adversus Haeresies bahwa Yahya Penginjil menuliskan kitab Injil Yohanes “ ? Hal-hal semacam ini perlu diklarifikasi dan membutuhkan jawaban anda.
            Demikian pembicaraan mengenai Otentisitas Injil , yang saya kemukakan BUKAN HANYA MENGENAI INJIL YOHANES melainkan semua Injil kanonik, tetapi anehnya anda lebih tertarik dengan bahasan saya tentang Injil Yohanes tidak dikarang Yahya bin Zabdi melainkan Injil lain. Mengapa ketiga Injil Sinoptik ( Matius, Markus dan Lukas ) yang juga saya bahas bahwa pengarangnya bukan para murid Yesus , tidak disinggung ? Dan mengenai injil-injil tersebut, saya sajikan sekedar menanggapi reply pak Stefan Tay yang berkata : “…….. injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus …… “. Demikian terima kasih, dan saya masih akan melanjutkan lagi reply saya dengan pokok bahasan berbeda dalam pernyataan reply anda.

            Submitted on 2013/02/18 at 3:38 pm | In reply to Ioannes.

            Pak Ioannes yang baik,kali ini saya kembali kepada pernyataan anda pada bagian awal reply anda,yang belum saya tanggapi sebagai bagian terakhir reply saya atas reply anda. Anda berkata:

            Terlepas dari permasalahan siapa penulis Injil Kanonik yang
            sebenarnya, semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa
            Yesus disalib. Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian
            Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul. Apabila Yesus
            adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu
            memberitakan penyaliban Yesus. Dari sini kita dapat menduga
            bahwa penyaliban Yesus benar terjadi. Namun, jika kita ragu
            keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih
            meyakinkan “.

            Anda mengatakan: “….. semua dokumen Injil menyatakan satu suara bahwa Yesus disalib“. Justru itulah pokok permasalahannya. Peristiwa penyaliban memang terjadi,tetapi siapakah yang tersalib, apakah Yesus ataukah orang lain ? Kajian yang saya berikan atas ayat Matius 27 : 15 – 26 menunjukkan bahwa yang disalib bukan Yesus Kristus melainkan orang yang dikira Yesus Kristus. Masih ada lagi kajian atas Injil-Injil kanonik yang menunjukkan hal itu. Sehubungan dengan hal tersebut, saya persilakan anda menanggapi bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 bahwa yang disalib bukan Yesus Kristus melainkan orang yang dikira Yesus Kristus tersebut. Nama “ BARABBAS “ , lengkapnya “ YESUS BARABBAS “ yang dilepas oleh Pointus Pilatus mempunyai arti : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH . Siapakah dia ? Saya berpendapat : ITULAH YESUS ANAK MARYAM !~ Dengan kata lain, YESUS TIDAK DISALIB ! Lihat reply saya atas pak Stefan dan juga kepada pak Stefan Tay.
            Anda berkata : “ Pernyataan ini diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul “. Untuk membicarakan masalah ini,perlu membicarakan berbagai “ Surat-Surat Para Rasul “ yang anda sebut ( “…. diteguhkan oleh dokumen Perjanjian Baru lainnya, seperti surat-surat para Rasul “ ).
            Surat-Surat Para Rasul yang anda sebut terdiri dari(1). Surat- surat kiriman Paulus sebanyak 100 pasal,(2). Surat kiriman Peterus 1,5 pasal,(3). Surat kiriman Peterus 2, 3 pasal,(4). Surat kiriman Yakub, 5 pasal,(5). Surat kiriman Yahya 1,5 pasal,(6). Surat kiriman Yahya 2, 1 pasal, (7). Surat kiriman Yahya 3,1 pasal ( 8). Surat kiriman Yahuda, 1 pasal.
            Dari keseluruhan Surat-Surat Para Rasul, jumlahnya 121 pasal, dan Surat kiriman Paulus mengambil porsi terbanyak yaitu 100 pasal dari 121 pasal atau sekitar 80 %, padahal Paulus BUKAN MURID YESUS ! Tapi saya belum memasuki pembahasan atas “ Surat-Surat Para Rasul “ kecuali saya hanya meminta kepada anda untuk menunjukkan ayat-ayat “ Surat-Surat Para Rasul “ yang meneguhkan kebenaran peristiwa penyaliban Yesus sebagaimana yang anda katakan.Dan anda berkata :“Apabila Yesus adalah tokoh besar biasa, tentu pengikutnya justru malu memberitakan penyaliban Yesus “. Pertanyaannya, apakah para murid utama Yesus memberitakan penyaliban Yesus ? Dan anehnya anda justru berkata : “ Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi “. Mengapa harus menduga jika penyaliban Yesus benar terjadi ? Seharusnya anda menyatakannya sebagai satu keyakinan bahwa penyaliban Yesus memang benar terjadi. Dan lebih mencengangkan, anda juga berkata: “ Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan “. Dua kalimat pernyataan anda tersebut hanya menunjukkan bahwa anda sendiri ragu-ragu dengan “ PENYALIBAN YESUS “ sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Dan untuk pernyataan anda yang kedua, saya hanya menyarankan, tidak usah “ mencari informasi yang lebih meyakinkan “ melainkan langsung melakukan kajian atas ayat-ayat Injil kanonik. Dan sebagai awal mula, saya tawarkan kepada anda agar memberikan sanggahan atas bahasan saya mengenai ayat Matius 27 : 15-26.
            Demikian pak Ioannes , keseluruhan tanggapan saya atas reply anda tertanggal 21 Januari 2013. Maaf jika ada kata yang tidak berkenan. Terima kasih.

          • Salam, Arif Lewisape

            Terima kasih atas jawaban diskusi dari anda. Saya sungguh menghargai semangat anda menemukan Kebenaran. Jadi, maafkan saya karena cukup lama baru sempat berdiskusi kembali. Saya akan mulai dengan diskusi mengenai Injil Kanonik, seperti yang Arif sarankan. Pada kesempatan berikutnya, kita akan berdiskusi mengenai Naskah Kuno yang telah saya ajukan sebelumnya. Semoga diskusi ini dapat menuntun kita pada Kebenaran.

            Sebelum diskusi, saya ingin merangkum kesimpulan dari pokok bahasan Arif berdasarkan diskusi dengan saudara Stefan. Semoga saya tidak salah mengerti.

            Arif berpendapat bahwa Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli (menurut Arif adalah Yesus Barabbas) melainkan Yesus yang palsu (yang dituduh sebagai Kristus karena orang Yahudi salah mengira). Dengan demikian, Arif berpendapat Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup. Smentara itu, Yesus Kristus yang palsu addalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa-siapa (hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru). Supaya memudahkan, sebut saja Yesus yang menurut Arif asli dan tetap hidup adalah Barabbas dan Yesus yang menurut Arif palsu dan tersalibkan adalah Yesus “Nobody”.

            Sebelum memulai diskusi, saya ingin menjelaskan beberapa hal kecil yang ternyata menimbulkan salah paham :

            A) Sdr Arif menganggap kalimat “Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan” menunjukkan bahwa saya menyimpan keraguan akan peristiwa penyaliban Kristus. Sebenarnya, kesalahpahaman ini tidak perlu ada dan tidak signifikan. Kalimat tersebut tidak bertujuan menunjukkan keraguan, melainkan gaya bahasa saya yang menempatkan diri pada posisi Arif, yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli, melalui penggunaan kata “kita”. Untuk itu, mohon jangan salah paham bila ada ungkapan serupa dalam diskusi ini. Sebenarnya, entah saya ragu atau yakin dalam diri secara pribadi tidak membuktikan apapun dalam diskusi ini. Mari kita berdiskusi dengan lebih esensial.

            B) Saya kurang teliti dalam kalimat “Saya harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil-injil Kanonik”. Yang saya maksud adalah mempelajari tulisan dan argumen para penulis yang menyangsikan keaslian Injil Kanonik, terutama mengenai hipotesis Q dan penulis Injil Yohanes. Saya memang masih perlu memperdalam pengetahuan saya untuk topik tersebut. Oleh sebab itu, saya berusaha tidak ikut terlalu jauh dalam diskusi mengenai Hipotesis Q agar memberikan penjelasan yang keliru dan hanya membagikan sebatas apa yang saya ketahui. Mohon maafkan kekurangan saya.

            TIDAK TERSALIBNYA YESUS BERDASARKAN INJIL KANONIK DITEGUHKAN OLEH NASKAH KUNO?
            Anda mengatakan bahwa “hasil kajian Injil Kanonik menunjukkan bahwa Yesus tidak disalib dan Naskah-naskah kuno mendukung hal tersebut” (karena menurut Arif, yang disalib adalah Yesus “Nobody”, bukan Yesus Barabbas yang adalah Yesus asli, benar?). Menurut saya, Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus. Yang terjadi adalah anda menyimpulkan sendiri hasil tafsiran Injil Kanonik menurut anda pribadi/hasil tafsiran para ahli yang anda kutip dengan mencari dukungan dari naskah-naskah kuno tersebut.

            Kita mulai dari Injil Mat 27:15-26 yang anda kutip. Sebenarnya, cara umat Katolik mempelajari dan menafsirkan Kitab Suci adalah dengan memperhatikan keseluruhan Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru. Jadi, penafsiran dengan melepaskan ayat-ayat tertentu dari konteks, seperti melepaskan Mat 27:15-26 dari keseluruhan Kitab Suci, tidak akan menghasilkan tafsiran yang akurat. Namun, kita coba berdiskusi mengenai gelar Barabbas berdasarkan Mat 27:16, seperti yang Arif lakukan.

            Nama “Yesus” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “sengaja”, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. St. Markus menulis untuk umat Roma, St. Lukas menulis untuk orang Yunani yang terdidik, St. Yohanes menulis untuk orang Yunani di Efesus, dimana ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus. Sehingga, nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati. Selain itu, lebih mudah untuk menjelaskan bahwa Yesus yang mereka wartakan berbeda dari seorang perampok, yang kebetulan memiliki nama sama.

            Namun, St. Matius menulis untuk Kristiani Yahudi yang paham dengan budaya dan tradisi Yahudi. Nama Yesus (Yeshua) jamak diantara kalangan mereka. Mereka yang kenal dengan bahasa Aramaik tidak akan kebingungan atau sampai mengaburkan nama Yesus yang melakukan mukjizat dengan orang-orang lain yang juga memiliki nama Yesus.

            Barabbas memang berarti “Anak Bapa” menurut bahasa Semitik. Arif lalu menghubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah adalah Bapa, sehingga Arif menafsirkan bahwa Yesus yang asli adalah Yesus Barabbas. Permasalahannya, baik Yesus maupun Barabbas bukanlah nama yang langka atau unik di masa itu. Anthony Harvey dalam komentarnya di The New English Bible mengatakan bahwa Barabbas bukanlah nama yang tidak umum di masa itu, walaupun memang memiliki arti “Anak Bapa”. Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup.

            Permasalahan kedua, Barabbas sebenarnya bukanlah nama asli dari Yesus Barabbas, melainkan sebutan yang dikenal atau julukan. Jika kita perhatikan dalam teks asli Perjanjian Baru, Mat 27:16 menggunakan kata “Legomenon”, yang diterjemahkan sebagai “disebut sebagai” dan memang “Legomenon” biasa digunakan untuk menunjukkan sebutan seseorang, bukan nama aslinya. Jadi, Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan.

            Lalu, Arif juga menggunakan Kitab Suci terjemahan Belanda untuk menduga bahwa bisa saja Yesus Barabbas adalah “seseorang yang memperjuangkan kebaikan tapi ternyata diberi label ‘jahat’ tanpa kejelasan bentuk ‘kejahatannya’”. Sejujurnya, memang menurut teks asli Yunani, dikatakan bahwa Yesus Barabbas adalah desmion episimon atau terjemahan kasarnya “tahanan penting”. Begitu pula terjemahan Latin Vulgate menyebutnya sebagai “vinctum insignem” atau “tahanan terkenal”. Tidak ada deskripsi lain diluar Injil Kanonik, yang menjelaskan bahwa Yesus Barabbas adalah lestes (bandit; Yoh 18:40) atau menyebabkan kerusuhan (Injil Markus & Lukas). Menurut saya, memang ada banyak kemungkinan mengenai “jenis kejahatan” apa yang dimaksud. Namun, itu saja tidak cukup memberikan penjelasan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli. Pendapat populer diantara para pakar Kitab Suci adalah Barabbas terlibat dalam pemberontakan politik melawan Kekaisaran Roma.

            Permasalahan ketiga, Yesus “Nobody”, menurut Injil Kanonik, juga menyebut dirinya sebagai Anak Bapa. Dalam berbagai bagian Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus “Nobody” menyebut Allah sebagai Bapa, baik dalam doaNya maupun dalam ketika berbicara di depan umum. Karakteristik ini adalah karakteristik unik milih Yesus “Nobody” karena tidak ada orang yang berani menyebut Allah sebagai Bapanya. Ini yang menyebabkan Yesus “Nobody” dianggap oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat telah menghujat Allah.

            Dengan demikian, ada dua Yesus “Anak Bapa” disini. Arif berpendapat bahwa Yesus Barabbas adalah “Anak Bapa” yang asli”, sedangkan umat Kristiani meyakini Yesus Kristus (yang menurut Arif adalah “orang yang dituduh Kristus karena orang Yahudi salah mengira”) adalah Anak Allah Bapa yang sebenarnya.

            Menafsirkan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus Kristus yang asli dan menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “Nobody” (yang menurut Arif adalah orang yang salah dikira Kristus oleh orang Yahudi) hanya berdasarkan tafsiran satu ayat, Mat 27:16, adalah kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal. Banyak ayat-ayat lain yang Arif diskusikan dengan sdri. Linda Maria didasari asumsi awal bahwa tafsiran Arif mengenai Bar Abbas Mat 27:16 adalah benar. Apabila kita konsekuen dengan argumen Arif, maka Yesus, yang diceritakan sebagai tokoh utama menurut Injil Kanonik, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati, disalib dan wafat (yang menurut Arif karena kekeliruan orang Yahudi), lalu bangkit, menampakkan diri pada ratusan orang, dan naik ke surga adalah “Nobody”. Dan menurut Arif, Yesus “Nobody” ini bukanlah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran karena Yesus Barabbas lebih cocok berdasarkan analisa satu ayat, begitukah?

            Konsekuen pula dengan penafsiran Arif bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “Nobody”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus yang asli menurut Arif, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini? Kitab apa saja yang menceritakan dan mendeskripsikan mengenai Yesus Barabbas ini? Bagaimana kita bisa tahu ia Yesus yang asli, yang adalah Isa Almasih menurut Quran? Kemungkinan yang lebih besar adalah Yesus Barabbas adalah “Nobody” yang sebenarnya. Lagipula, sejujurnya Yesus Kristus dalam Kitab Suci tidak bergantung pada Yesus manakah yang disebut Isa Almasih dalam Quran. Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih, menurut saya itu tidak membuktikan apapun dan tidak ada hubungannya dengan ajaran Katolik. Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran.

            Mungkin Arif akan mengajak kita memperhatikan Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik sebagai dukungan atas penafsiran Mat 27:16. Apa yang menurut Arif menunjukkan bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain? Kita perlu mengingat lagi bahwa nama Yesus adalah nama yang umum ditemukan di kalangan Yahudi abad pertama.

            NAG HAMMADI, INJIL NON-KANONIK, DAN INJIL KANONIK.
            Berbicara mengenai Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik, saya mengasumsikan bahwa Arif mengetahui bahwa Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik adalah naskah kuno yang berisi ajaran Gnostik. Pakar sejarah dan teolog dunia dengan jelas setuju bahwa ada perbedaan karakteristik mendasar antara ajaran Gnostik dengan ajaran Kristiani. Pada esensinya, ajaran Gnostik bukanlah ajaran Kristiani, walaupun ada pula pakar yang mengklaim bahwa Gnostik adalah bagian dari Kristiani dan menyandingkan nama keduanya. Tentang Gnosticism sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Saya juga mengasumsikan Arif mengetahui bagaimana Kanon Kitab Suci terjadi, namun izinkan saya menjelaskan sedikit, sebagai gambaran apa yang terjadi di masa itu. Semoga berguna bagi pembaca lain di situs ini.

            Kita mengetahui bahwa dalam Perjanjian Baru sering disebutkan adanya injil-injil lain, ajaran sesat, ataupun nabi-nabi palsu (Gal 1:6-9; 1 Tim 6:20; 1 Yoh 4:1-3; 2 Pet 2:1; Yud 1:4). Apa yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut adalah ajaran Gnosticism. Salah satu karakteristik ajaran ini adalah menolak bahwa Yesus benar-benar disalib. Ini dapat ditemukan dalam berbagai Injil non-Kanonik seperti Injil Petrus, Injil Bartolomeus, Injil Thomas, Sophia Yesus Kristus, dan Injil Yudas yang sempat menjadi kontroversi. Nag Hammadi termasuk jenis dokumen gnostik dan, bersama dengan tulisan-tulisan St. Irenaeus, menjadi sumber informasi mengenai Gnosticism yang muncul di masa itu. Untuk mengatasi kebingungan anggota Gereja, dilakukan kanonisasi Kitab-kitab mana saja yang termasuk dalam tulisan yang diinspirasikan oleh Allah. Dari hasil keputusan Paus Damascus I, yang kemudian diteguhkan dalam konsili Hippo dan Kartago di abad ke-4, ditetapkan Injil Kanonik yang hanya berjumlah empat, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.

            Oleh sebab itu, sangat aneh jika kita berpendapat bahwa Injil Kanonik bermaksud menceritakan bahwa Yesus yang tersalib bukanlah Yesus asli. Para penulis Suci dan Bapa Gereja jelas bermaksud memisahkan antara kitab yang mewartakan bahwa Yesus disalib dengan kitab-kitab gnostik yang menyangkalnya. Konsili yang diikuti oleh berbagai Uskup, yang ahli dalam Kitab Suci dan literatur zaman itu, tentu lebih memahami dan mengerti baik bahasa, ungkapan, maupun latar budaya zaman dahulu daripada pakar zaman sekarang . Tentu saja, penafsiran mereka memiliki nilai kekuatan tersendiri dibandingkan dugaan akademisi dan analisis sejarawan saat ini. Bila Injil Kanonik memang menunjukkan bukan Yesus asli yang disalib, bagaimana mungkin mereka memasukkan kitab Injil tersebut dalam kanon Kitab Suci?

            Selain itu, Arif bermaksud menjelaskan bahwa Injil Kanonik (yang artinya adalah salah satu tonggak kepercayaan umat Katolik sendiri) telah menyatakan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli. Apabila Arif mau konsisten dengan maksud Arif, silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani. Menggunakan naskah-naskah kuno yang ternyata berisi ajaran Gnostik, bukan ajaran Kristiani, untuk mendukung tafsiran Arif sama seperti menggunakan ajaran agama lain untuk membantah penyaliban Yesus. Tentu saja ini tidak akan masuk akal dan bertentangan dengan maksud Arif semula. Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda.

            Arif kemudian menggunakan argumen dari para pakar Kitab Suci sebagai bukti bahwa Injil Kanonik tidak ditulis sendiri oleh para murid utama Kristus, sehingga meragukan bahwa murid-murid utama Kristus mewartakan mengenai penyaliban Kristus. Seperti yang saya jelaskan di awal, saya tidak memiliki kapasitas memadai untuk menjelaskan mengenai Hipotesis Q. Tim Katolisitas akan lebih kredibel untuk berdiskusi dengan Arif mengenai topik ini. Dengan segala kekurangan saya, saya minta maaf. Namun, seturut pemahaman saya, hipotesis tetap termasuk ranah dugaan, sekalipun dugaan tersebut didukung argumen-argumen yang masuk akal. Hipotesis Q akan tetap berupa “dugaan” hingga memang terbukti secara pasti. Bukti yang pasti adalah dengan ditemukan dokumen Q yang dimaksud. Setiap orang bebas mengajukan naskah manapun sebagai kandidat dokumen Q yang dimaksud, namun setiap dokumen yang diajukan masih perlu dibuktikan terlebih dahulu. Mengenai Injil Barnabas, sudah pernah dibahas dalam Katolisitas bahwa Injil tersebut diragukan keasliannya. Silahkan sdr Arif berdiskusi dalam artikel yang bersangkutan apabila anda tertarik. Saya hanya akan menanggapi mengenai otentisitas Injil Yohanes sejauh yang saya ketahui dan bagikan dalam diskusi sebelumnya, karena saya juga masih perlu mendalami topik tersebut.

            St. Irenaeus adalah salah satu Bapa Gereja yang meneguhkan mengenai Injil Kanonik. Tulisan beliau yang menjadi saksi bahwa hanya empat Injil yang memuat ajaran Kristiani dan menolak Injil–Injil non-Kanonik lain. Menurut Philip Schaff, karena adanya referensi kepada Uskup Roma masa itu, diperkirakan karya ini ditulis di tahun c.180 AD. Kutipan yang dimaksud adalah :

            “Kita telah mengetahui bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak dari iman kita…. Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan kepada kita…. Matius… menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga meneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ….juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Kecil.” (Adversus Haereses, Book III, ch. 1,1).

            Selain St. Irenaeus, keempat Injil juga disebutkan dalam beberapa naskah lain seperti :

            “Injil-Injil yang memuat silsilah Yesus [yaitu Matius dan Lukas], ditulis lebih dahulu. Injil Markus ditulis sedemikian, “Ketika Petrus telah berkhotbah di hadapan umum di Roma, dan mewartakan Injil oleh Roh Kudus, banyak orang yang hadir meminta agar Markus, yang telah mengikuti dia [Petrus] untuk waktu yang lama dan mengingat perkataannya, agar menuliskan perkataan-perkataan tersebut. Dan setelah menyusun Injil itu, ia memberikannya kepada mereka yang memintanya. Ketika Petrus mengetahui hal ini, ia tidak secara langsung melarang ataupun mendukungnya. Tetapi, pada akhirnya, Yohanes, merasa bahwa fakta- fakta yang nampak dari luar telah dinyatakan dengan jelas di Injil, [karena] didorong oleh teman-temannya, dan diilhami oleh Roh Kudus, menyusun Injil rohani.” – St. Clemens dari Alexandria (150-215) sebagaimana dikutip Eusebius dalam Historica Ecclesiae.

            “[Injil] yang pertama dituliskan oleh Matius, yang adalah seorang publikan tetapi kemudian menjadi rasul Yesus Kristus, yang menerbitkannya untuk umat Yahudi, dituliskan dalam bahasa Ibrani. [Injil] kedua oleh Markus, yang disusun di bawah bimbingan St. Petrus, yang telah mengangkatnya sebagai anak… (1 Pet 5:17). Dan ketiga, menurut Lukas, yang menyusunnya untuk umat non-Yahudi, Injil yang dibawakan oleh Rasul Paulus; dan setelah semuanya itu, [Injil] menurut Yohanes.” – Origens (185-254) sebagaimana dikutip Eusebius dalam Historica Ecclesiae.

            Ketiga kutipan tersebut lebih tua daripada Konsili paling awal yang menetapkan mengenai Empat Injil, yakni Konsili Hippo (393 AD) dan Konsili Kartago (397 AD). Dalam naskah tersebut, terlihat bahwa keempat Injil sudah dikenal baik diantara kalangan anggota Gereja. Oleh sebab itu, saya berpendapat bahwa saya dapat mempercayai kebenaran bahwa Injil ditulis oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, & St. Yohanes sendiri berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja.

            Pakar Kitab Suci saat ini bisa saja melakukan analisa dari berbagai sudut pandang untuk membuktikan bahwa Injil Kanonik bukan ditulis oleh para penulis suci tersebut. Namun, sebelum ditemukan bukti yang mutlak, seperti naskah kuno yang membuktikan argumen para pakar tersebut, pendapat bahwa Injil Kanonik tidak ditulis oleh para penulis suci sendiri, sekali lagi, hanya akan tetap berada pada “kemungkinan” . Bukan suatu fakta mutlak.

            Selain itu, menjadikan dugaan para pakar tersebut sebagai dasar argumen untuk meragukan bahwa “murid-murid utama Kristus mewartakan penyaliban Yesus Kristus asli” bagi saya kurang masuk akal. Melalui berbagai dokumen sejarah, dapat dibuktikan bahwa kematian para Rasul dan banyak anggota-anggota Gereja Perdana sungguh terjadi. Kematian mereka adalah bukti yang lebih kuat bahwa mereka mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh disalib dan bangkit, serta mewartakannya.

            MENGENAI PAPIAS, ST. IRENAEUS, DAN INJIL YOHANES.
            Dalam diskusi sebelumnya, saya sempat membahas argumen Arif bahwa Injil Yohanes bukan ditulis oleh St. Yohanes Rasul sendiri. Sdr. Arif mengajukan beberapa kutipan dan salah satunya menyebutkan bahwa Yohanes, yang khotbahnya di Efesus didengar oleh St. Polycarpus, telah meninggal sebelum tahun 70 AD. Inilah argumen yang masih dalam batas pengetahuan saya dan saya telah coba tanggapi. Dari argumen tersebut, disimpulkan bahwa Yohanes, yang khotbahnya didengar oleh St. Polycarpus, bukanlah St. Yohanes Rasul dan Injil Yohanes bukan dituliskan oleh St. Yohanes Rasul.

            Saya mengajukan argumen bahwa kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD yang konon dikutip dari Papias bermasalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

            1. Penulisan Kitab Wahyu berkisar di tahun 95 AD. Penulis Kitab Wahyu diyakini oleh peneliti modern, dan dalam argumen sdr. Arif sendiri, adalah St. Yohanes Rasul sendiri. St. Justin Martir dan St. Irenaeus juga meneguhkan bahwa St. Yohanes Rasul adalah penulis Kitab Wahyu. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal di tahun 70 AD menuliskan kitab Wahyu di tahun 95 AD?

            2. Sebagaimana yang saya tuliskan, St. Irenaeus mengaku mengenal dan mengutip karya-karya St. Papias dalam karya tulisnya. Apabila St. Irenaeus mengenal dan mengutip karya St. Papias, bagaimana mungkin beliau melewatkan bagian dari tulisan St. Papias yang menyatakan bahwa St. Yohanes Rasul telah wafat di tahun 70 AD? Karena jika demikian, St. Irenaeus menipu karena telah mengatakan bahwa Injil Yohanes dan Kitab Wahyu dituliskan oleh orang yang sebenarnya telah meninggal. Katakanlah St. Irenaeus keliru dan tidak mengetahui kematian St. Yohanes Rasul yang sudah demikian lama, pasti St. Irenaeus mendapat sanggahan dari Bapa Gereja lain yang mengetahui kematian St. Yohanes Rasul di tahun 70 AD, bila beliau memang wafat di tahun 70 AD.

            3. Kabar kematian St. Yohanes Rasul di abad ke 70 AD berasal dari sebuah fragmen (serpihan dokumen kuno), De Boor fragment dari epitome abad ke-5, Chronicle, yang konon mengutip St. Papias dan menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobus, saudaranya, telah dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Sekali lagi, bila memang fragmen ini akurat, Eusebius akan menyebutkan peristiwa ini dan St.Irenaeus tidak mungkin tidak tahu. Diduga ada kejanggalan dalam kutipan ini, entah ada yang diubah atau Yohanes yang dimaksud adalah Yohanes yang lainnya, bukan St. Yohanes Rasul.

            PENULIS KATOLIK DAN IMAN MEREKA.
            Kajian akademik dan analisis memang sarana yang berguna untuk mendekatkan diri kita pada Kebenaran. Namun, kajian dan analisis bukanlah metode yang sempurna dan mutlak untuk mencapai Kebenaran. Bagi orang Katolik, Kebenaran tersebut memiliki nama, dan namanya adalah Yesus dari Nazareth yang disebut Kristus, seperti yang diberitakan oleh Injil Kanonik.

            Sdr. Arif mungkin mengutip dari beberapa orang Kristiani, bahkan beberapa adalah pastor untuk membuktikan bahwa kejadian penyaliban Yesus yang asli diragukan kebenarannya. Namun, seperti yang saya katakan, kajian mereka tidak serta merta membuktikan bahwa ajaran Gereja salah. Sama seperti kaum muslim tidak mungkin menerima penafsiran Quran menurut kaum Ahmadiyah atau langsung percaya pada argumen bahwa Islam hanyalah kelanjutan dari Gnosticism (ini hanya ilustrasi dari saya dan tidak dimaksudkan untuk didiskusikan). Pertama, karena mereka bukanlah satu-satunya pengajar, dan bukan pengajar yang memiliki otoritas universal, dalam Gereja. Selain penulis yang anda kutip, ada beberapa Uskup, Imam, atau awam lain yang menafsirkan dan mengajarkan hal yang bertentangan dengan ajaran Gereja, tentu dengan metode dan analisis yang terlihat masuk akal.

            Namun, tidak sedikit pula berbagai kajian dan pakar yang meneguhkan ajaran Gereja, termasuk dalam topik otentisitas Injil Kanonik dan Penyaliban Yesus Kristus. Ditambah lagi, secara objektif memang kajian setiap orang memiliki kelemahan dan banyak hasil analisis yang menyimpulkan penafsiran yang berbeda dari para penulis tersebut. Keterbatasan saya dalam mengkaji satu per satu analisa mereka tidak mengubah kenyataan tersebut. Oleh sebab itu, saya tidak bermaksud mengatakan mereka sebagai pendusta. Bisa jadi ada bukti, penelitian, atau sudut pandang yang belum mereka peroleh atau terlewatkan sehingga kesimpulan mereka jadi berbeda dengan ajaran Gereja. Memang ini hanyalah komentar, namun tetap merupakan sebuah kemungkinan yang masuk akal. Bisa jadi juga sudah ada pakar-pakar yang membuktikan kelemahan argumen-argumen yang Arif kemukakan, namun tidak diketahui oleh saya maupun Arif.

            Terima kasih atas diskusi yang menarik ini. Mohon maaf bila ada kekurangan dari saya. Semoga Roh Kudus menuntun kita menuju kepenuhan KebenaranNya.

            Pacem,
            Ioannes

          • Terima kasih atas reply pak Ioannes tertanggal 26 February 2013. Juga ucapan terima kasih atas penjelasan mengenai kalimat anda “ Namun, jika kita ragu keasliannya, kita masih dapat mencari informasi yang lebih meyakinkan ”yang ternyata tidak dimaksudkan bahwa anda juga menyimpan keraguan akan peristiwa penyaliban Kristus melainkan hanya gaya bahasa anda semata-mata yang menempatkan diri anda pada posisi saya (- yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli-). Tetapi anda tidak berbicara mengenai pernyataan anda : “ Dari sini kita dapat menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi “, salah satu aspek yang menunjukkan keraguan. Mengapa anda harus menduga jika penyaliban Yesus benar terjadi Mengapa anda tidak mengatakan : “ peristiwa yang pasti “ ?. Dan anda pun pasti tidak akan mengajak saya untuk “ menduga bahwa penyaliban Yesus benar terjadi“ dengan menggunakan kata “ kita “ ketika saya sangat memastikan bahwa YESUS TIDAK TERSALIB sehingga kalimat seperti : “ Kalimat tersebut tidak bertujuan menunjukkan keraguan, melainkan gaya bahasa saya yang menempatkan diri pada posisi Arif, yang berpendapat bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli, melalui penggunaan kata “ kita ” …. ” tidak tepat disajikan. Tapi saya bisa memaklumi bahwa dari kalimat-kalimat yang dipaparkan , terlihat pak Ioannes adalah orang rendah hati dalam bertutur sehingga muncul kalimat pernyataan demikian, dan saya menghargai dan salut pada anda. Terima kasih.
            Begitu pula mengenai kalimat anda : “ Saya harus mempelajari terlebih dahulu para penulis yang menyangsikan keaslian Injil- injil Kanonik ” yang ternyata anda maksudkan adalah mempelajari tulisan dan argumen para penulis yang menyangsikan keaslian Injil Kanonik, terutama mengenai hipotesis Q dan penulis Injil Yohanes. Silakan, saya tidak mempermasalahkannya karena memang bukan pokok bahasan dalam diskusi kita. Saya hanya sekedar mencoba bersikap “ kritis “ atas setiap kalimat yang tersaji kepada saya.
            Pembicaraan yang semula berkenaan dengan “ BENAR TIDAKNYA YESUS DI SALIB “ ternyata telah berkembang pada dua tema pokok yaitu : (a). Masalah PENYALIBAN dan (b). Masalah Otentitas Injil. Kemudian pada “ Masalah Penyaliban “ telah berkembang kepada sub pembicaraan mengenai dokumen Nag Hammady, yang dikatakan sebagai dokumen gnostik. Mengenai “ Gnosticism “ akan disinggung pada bagian lain dari reply saya. Dan dalam masalah otentitas Injil, anda hanya berfokus pada Injil Yohanes saja dan lucunya hanya mendasarkan pada masalah “ FRAGMEN PAPIAS “, yang jika disimak dari pernyataan anda – mudah-mudahan saya tidak keliru memahaminya – , fragmen Papias tersebut tidak bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya untuk membuktikan Injil Yohanes tidak dikarang oleh Yahya ben Zabede ( Yahya bin Zabdi ), salah seorang murid utama Yesus, karena hanya sebuah fragmen saja . Sedangkan masalah otentitas Injil yang terkait dengan Injil Matius – Injil Markus – dan Injil Lukas, hampir-hampir tidak disinggung sama sekali oleh anda dalam satu analisis. Rupanya anda lebih tertarik mengenai siap[a pengarang sebenarnya dari Injil Yohanes. Di samping itu anda juga menyinggung sekilas tentang “ HIPOTESIS Q “ sebagai sub pembicaraan dari Otentitas Injil. Semua permasalahan yang muncul dalam pernyataan anda, akan saya berikan tanggapan. Dan saya yakin pembicaraan ini akan berkembang ke seluruh dogma Kekristenan bila tidak dibatasi. Dan bagi saya sendiri tidak menjadi masalah.
            Dan reply saya atas reply anda kali ini, akan dibagi tiga bagian yaitu : (a). MASALAH PENYALIBAN , (b). DOKUMEN NAG HAMMADY DAN DOKUMEN “ Q “ dan (c). OTENTINTAS INJIL – KEPENGARANGAN INJIL YOHANES . Saya sengaja membagi demikian, supaya tidak terlalu panjang dan secara praktis, reply yang muncul atasnya akan terpilah secara langsung untuk masing-masing topik.

            A. MASALAH PENYALIBAN.

            Memang saya berpendapat , Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli melainkan Yesus yang palsu ( yaitu seseorang yang dikira Kristus). Hal ini didasarkan pada kisah yang dipaparkan dalam Matius 27 : 15- 26 di mana diceritakan yang dilepas adalah Yesus Barabbas yang berarti : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH. Sedangkan yang disalib adalah ORANG LAIN YANG DIKIRA YESUS KRISTUS. Jadi Yesus Kristus yang asli (dalam Quran : Isa Almasih ) tetap hidup. Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, mengalami penyaliban. Itulah yang saya sajikan dalam reply kepada pak Stefan bahkan kepada Linda Mariam. Dan sebenarnya, masih banyak lagi ayat-ayat Injil kanonik yang memberikan pemahaman demikian, tetapi belum saya sajikan. Dalam hal ini, anda berkata : “ Menurut saya, Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus. Yang terjadi adalah anda menyimpulkan sendiri hasil tafsiran Injil Kanonik menurut anda pribadi/hasil tafsiran para ahli yang anda kutip dengan mencari dukungan dari naskah-naskah kuno tersebut “. Mungkin anda keliru. Injil-Injil kanonik berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, bukan diarahkan secara khusus pada “ Kitab Injil Kanonik tidak menceritakan Tidak Tersalibnya Yesus “. Dalam berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, para pengarang Injil-Injil kanonik telah menceritakan secara keliru berdasarkan cerita tutur bersambung bahwa figur tersalib adalah YESUS KRISTUS ASLI, padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan. Dalam hal ini, berdasarkan ayat Matius 27 : 15 – 26, YESUS KRISTUS ASLI adalah YESUS BARABBAS, sedangkan yang tersalib adalah – menurut istilah anda – YESUS NOBODY atau menurut saya : YESUS YANG DIKIRA KRISTUS. Kesimpulan demikian, didukung pula oleh sejumlah ayat-ayat lain dalam Injil kanonik sendiri bila dilakukan analisis kritis, dan tidak harus didukung oleh naskah-naskah kuno. Katakan yang demikian adalah “ TAFSIRAN PRIBADI “ saya, tapi yang pasti diungkapkan penganut Kristen sendiri atau dari penganut Kristen dan kemudian masuk Islam , yang background kepakarannya tidak usah dipertanyakan. Saya sajikan pendapat salah seorang dari “ para ahli “ tentang YESUS BARABBAS, saya sajikan penjelasan Dr. Jerald F.Dirk, mantan Pendeta Gereja Metodhis Bersatu ( United Methodist Church ) Amerika Serikat dan masuk Islam , dalam bukunya “ The Cross & The Crescent “ ( hal. 147) sebagai berikut :

            …..para penerjemah Alkitab secara konsisten sama-sama memberlakukan kata-kata bahasa Aramia : ‘ bar “ dan “ Abbas “ , karenanya menerjemahkan Jesus bar Abbas sebagai Yesus Barabbas , atau lebih buruk lagi dengan : Barabbas saja. Dengan pemikiran seperti ini dan dengan menyadari bahwa : “ bar “ hanyalah berarti : “ putera dari “, sekarang kita bisa mengidentifikasi : Barabbas sebagai : putera dari Abbas. ……….. sampai titik ini, terjemahan tersebut tetap agak salah arah karena : Abbas , bukanlah sebuah nama. Kata : “ Abbas “ , berarti : “ Ayah “ dan Barabbas secara langsung dan tak ambigu , diidentifikasi dalam Matius sebagai “ Yesus putera Bapa “. Kini kita harus bertanya kepada seratus orang Kristen yang dipilih secara acak mengenai identitas “ Yesus putera Bapa “, niscaya kita akan mendapatkan seratus indentifikasi positif mengenai : YESUS KRISTUS . Barabbas tidak lain adalah YESUS sendiri, PUTERA BAPA .

            Demikian ulasan Dr. Jerald F.Dirks. Masalahnya sekarang,tinggal sikap individu penganut Kristen untuk berlapang dada dan secara jujur untuk menerima pemahaman “ Barabbas “ dari segi makna bahasa, atau menolak demi mempertahankan dogma yang sudah mendarah daging.
            Anda berkata : “ Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristi- ani “. Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik. Alasan saya sangat “ praktis “ yaitu Yesus tidak hidup di masa kanonisasi Perjanjian Lama. Perjanjian Lama tidak pernah berkisah bagaimana Yesus disalib. Jika pun dipakai, maka lebih ditujukan kepada NUBUATAN , padahal tafsir atas sebuah nubuatan sangat bergantung pada dogma yang dianut. Sangat subyektif dan sangat relatif. Oleh karena itu, dalam dialog, ketika saya tidak menggunakan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus tidak disalib,apapun alasannya maka saya kira tidak tepat anda meminta kepada saya menggunakan Perjanjian Lama. Seharusnya andalah yang menyajikan ayat-ayat Perjanjian Lama yang membuktikan kebenaran Yesus disalib untuk membantah bahasan.
            Anda berkata : “ Menggunakan naskah-naskah kuno yang ternyata berisi ajaran Gnostik, bukan ajaran Kristiani, untuk mendukung tafsiran Arif sama seperti menggunakan ajaran agama lain untuk membantah penyaliban Yesus . Tentu saja ini tidak akan masuk akal dan bertentangan dengan maksud Arif semula “. Anda sangat keliru. Dalam reply saya sebelum ini, sudah saya jelaskan bahwa saya lebih berfokus pada Injil-Injil kanonik dan sama sekali tidak mengkhususkan kepada naskah-naskah kuno, yang ternyata anda nilai sebagai gnostik.( – Mengenai naskah “ gnostik “, akan saya sajikan pada reply berikut nanti – ). Saya telah jelaskan pada reply saya tersebut sebagai berikut :

            ” Selanjutnya saya berikan tanggapan atas permasalahan otentitas Injil-Injil kanonik. Tema bahasan mengenai otentitas Injil-Injil kanonik (- pengarang sebenarnya dan isinya – ) saya munculkan sekaitan dengan pernyataan pak Stefan Tay : “ Kalau Anda tidak mempercayai injil-injil kanonik yang ditulis oleh para rasul sendiri : Yohanes, Matius, Markus menuliskan kotbah rasul Petrus, dan Lukas menuliskan pengajaran Rasul Paulus, maka apa yang mendasarkan keyakinan Anda bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik ? “ ketika menanggapi pernyataan saya yang menyinggung tentang naskah-naskah kuno yang menegaskan tidak disalibnya Yesus, padahal fokus utama saya adalah Injil-Injil kanonik, yang jika dikaji secara kritis menunjukkan TIDAK TERSALIBNYA YESUS , dan kesimpulan demikian justru DISEBUT PULA DALAM NASKAH-NASKAH KUNO. Jadi persoalannya, saya tidak secara special mendasarkan keyakinan saya bahwa naskah-naskah kuno tersebut lebih otentik dibandingkan dengan Injil kanonik. Pak Stefan Tay keliru memahaminya dan menjadikan naskah-naskah kuno sebagai dasar pegangan saya. Bahkan saya menegaskan : TIDAK TERSALIBNYA YESUS ADALAH BERDASARKAN INJIL-INJIL KANONIK DAN TERNYATA JUGA DITEGASKAN OLEH NASKAH-NASKAH KUNO “.

            Anda rupanya tidak peduli dengan penjelasan saya tersebut sehingga tetap “ bertahan “ membicarakan “ Naskah-Naskah Kuno “ seakan- akan pembahasan saya tentang TIDAK TERSALIBNYA YESUS hanya didasarkan pada “ Naskah-Naskah Kuno “ padahal saya justru mendasarkan pembahasan dan analisis saya pada ayat Injil kanonik, khususnya Matius 27 : 15 – 26 ( – masih banyak lagi ayat-ayat lainnya tapi belum saya tampilkan -). Dan anehnya dalam hal ini anda berkata : “ Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda “. Anda sangat keliru dengan pernyataan tersebut. Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB. Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib – adalah melakukan penelitian dan kajian ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ ajaran “ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan.
            Selanjutnya anda memasuki pembahasan tentang “YESUS BARABBAS “. Saya akan membahas secara kritis beberapa point pernyataan anda. Anda berkata : “ Nama “ Yesus ” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “ sengaja ”, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. St. Markus menulis untuk umat Roma, St. Lukas menulis untuk orang Yunani yang terdidik, St. Yohanes menulis untuk orang Yunani di Efesus, di mana ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus ”. Apa maksud anda dengan “ tidak dihilangkan dengan kata “sengaja ”…..“ tersebut? Apakah maksud anda yaitu dihilangkan secara TIDAK SENGAJA ? Tetapi kalau dilihat dari kalimat anda : “ melainkan menyesuai- kan konteks penulisan “, berarti : DILAKUKAN SECARA SENGAJA ! Anda telah menyajikan petilan-petilan pernyataan yang kontradiktif dalam kalimat narasi anda. Selanjutnya untuk melengkapi bahasan ini , saya sajikan mengenai pencantuman kata “ Barabbas “ dalam Bibel, sebagai berikut :

            1. Bibel versi King James,tahun 1611 : tercantum “Barabbas“ saja.
            2. Bibel versi Standar Yang Direvisi 1964: tercantum “Barabbas “
            saja tetapi diberi CATATAN : Yesus Barabbas
            3. Bibel versi Standar Baru Yang Direvisi 1989 : tercantum :
            “ Yesus Barabbas “

            Kira-kira apakah yang muncul perubahan nama “ BARABBAS “ di atas adalah sebagai sesuatu yang DISENGAJA ataukah TIDAK DISENGAJA ? Saya minta penjelasan anda,untuk semua permasalahan di atas agar saya bisa memberikan tanggapan yang tepat dan benar.
            Dari pernyataan anda, saya mengambil kesimpulan bahwa motif tidak tercantumnya “ Yesus “ pada nama “ Barabbas “ disesuaikan dengan keadaan “ ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus” bukan dihilangkan secara “sengaja”. Saya bertanya kepada anda, apakah ketercantuman nama “Barabbas “ karena “ ketiga golongan pembaca “ tersebut pernah mendengar nama “Barabbas “ ? Haruslah demikian, jika anda konsekwen dengan pernyataan anda. Oleh karena itu saya bertanya lanjut kepada anda , hal-hal apakah yang menyebabkan nama “ Barabbas “ lebih dikenal ketimbang nama “ Yesus “ ?. Saya minta penjelasan anda. Dan tentu lebih mengundang tanya yaitu pernyataan anda :

            “ Sehingga, nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati. Selain itu, lebih mudah untuk menjelaskan bahwa Yesus yang mereka wartakan berbeda dari seorang perampok, yang kebetulan memiliki nama sama “ .

            Pernyataan anda sangat kontradiktif dengan pernyataan anda terdahulu. Bagaimana anda bisa mengatakan “ ….. nama Yesus dalam pemberitaan Injil disana adalah nama yang sangat dihormati “ padahal sebelumnya anda mengatakan : “ ….“ ketiga golongan pembaca adalah orang-yang tidak pernah mendengar nama Yesus ” ! Aneh ! Orang tidak mengenal nama “Yesus“ tapi sangat menghormati Yesus !!!. Mungkin maksud anda, nama “Yesus “ pada “ Barabbas “ sengaja dihilangkan agar tidak bercampur aduk dengan nama “ Yesus “ yang diceritakan dalam kitab yang dikarang yaitu Injil kanonik sekarang. Dalam kemungkinan demikian , kalau disebut nama lengkap “ Yesus Barabbas “ padahal dia adalah “ PENJAHAT BESAR “ maka pewartaan tentang “ Yesus “ menjadi terkacaukan. Jika demikian maksud anda, maka yang demikian menjadi sesuatu yang mengherankan sebab nama-nama semodel : Yeshua ( Yesus ) dan Yohanes adalah nama yang dipakai secara umum sehingga tidak perlu dikhawatirkan bila kata “ Yesus “ tercantum pada kata “ Barabbas “. Apakah orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ tidak mengganggu pewartaan tentang nama Yesus ? Bukankah anda sendiri berkata : “ Nama Yesus ( Yeshua ) jamak di antara kalangan mereka. Mereka yang kenal dengan bahasa Aramaik tidak akan kebingungan atau sampai mengaburkan nama Yesus yang melakukan mukjizat dengan orang-orang lain yang juga memiliki nama Yesus “ ? . Kalau sudah demikian halnya , lalu mengapa harus dikhawatirkan pencantuman kata “ Yesus “ pada kata “ Barabbas “ sehingga harus dihilangkan ? Ada yang tidak logis dalam pernyataan anda. Justru sekarang yang dicurigai adalah nama “ Yesus “ pada “ Barabbas “ sengaja dihilangkan supaya orang jangan sampai mengetahui bahwa Yesus Kristus yang asli ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Bar Abbas = Yesus Barabbas = Barabbas ) sesungguhnya TIDAK DISALIB !!!
            Anda mengakui , Barabbas memang berarti “ Anak Bapa ” menurut bahasa Semitik. Dan saya menghubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah adalah Bapa, sehingga berkesimpulan : Yesus yang asli adalah Yesus Barabbas , sesuai dengan maknanya : Yesus Barabbas = Yesus anak Bapa = Yesus anak Allah . Hal ini sesuai pula dengan pendapat Dr. Jerald F. Dirk yang telah saya kutipkan. Tetapi anda menolak hal itu dengan alasan bahwa Yesus maupun Barabbas bukanlah nama yang langka atau unik di masa itu. Dengan mengutip tafsir Anthony Harvey dalam The New English Bible bahwa Barabbas bukanlah nama yang tidak umum di masa itu, walaupun memang memiliki arti “Anak Bapa ” maka andapun berkata : “ …. bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “. Pernyataan anda berbeda dengan pernyataan pakar Bibel bahwa nama-nama popular yang dipakai sebagai nama diri pada masa itu adalah Yeshua, John dan sebagainya , dan tidak ada menyebut nama “ Barabbas “. Kemudian anda menjelaskan mengenai nama “ Barabbas “ sebagai julukan seseorang dengan mengangkat kata “ Legomenon “ yang menurut anda berarti : “ disebut sebagai ” sehingga anda menetapkan : Jadi, Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan. Karena saya bukan ahli bahasa Yunani, baiklah masalah itu saya rujukkan dengan berbagai versi dari ayat Matius 27 : 16 tersebut

            Teks Yunani : Είχον δέ τότε δέσυιον έπίσηυον λεγόυενον Βαραββάν
            Terjemahan harfiah : They had and then a prisoner noted, being called Barabbas.
            Terjemahan B. Wilson : And they had then a well known Prisoner, named Barabbas
            Alkitab LAI 1968 : Tetapi waktu itu ada seorang terpenjara yang termasyhur jahat-nya bernama Barabbas
            Alkitab LAI 1976 : Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Barabas
            Holy Bible 1978 : And they had then a notable prisoner, called Ba-rab’bas
            The Jerusalem Bible : Now there was at that time a notorious prisoner, whose name was Barabbas.

            Kata “ λεγόυενον “ ( Legomenon ) ternyata diterjemahkan dengan : dipanggil( being called )– bernama (named )- bernama – dipanggil ( called ) – yang namanya ( whose name ). Jika merujuk kepada pernyataan anda bahwa kata “ Legomenon “ berarti : “ disebut sebagai ” sehingga Barabbas bukanlah bagian dari nama Yesus Barabbas, melainkan hanya sebuah julukan, apakah saya boleh mengatakan bahwa para penterjemah versi-versi Bibel tersebut adalah orang tidak tahu arti kata “ Legomenon “ sehingga akibat ketidak-tahuannya lalu mengartikannnya dengan “ nama “ padahal menurut anda hanya berarti “ panggilan julukan“? Dan apakah nama seperti “ BARNABAS “ – “ BARTHOLMAI “ – “ BARSABAS “ – “ BAR SARAPION “ dan lain semacamnya juga hanya julukan atau gelar , bukan nama sebenarnya ? Saya melihat ada kekeliruan anda atau mungkin antara anda dengan saya berbeda memahami akan makna kata “ julukan “ atau “ gelar “. Menurut saya, sebutan : “ Barabbas “ atau “ Barnabas “ atau “ Barsabas “ atau “ Bartholmai “ atau “ Bar Sarapion “ atau semacam lainnya, bukan julukan/gelar melainkan PATRONIMIK seseorang, sebuah tradisi Semitik dalam penyapaan terhadap seseorang dengan merangkai nama orang tersebut dengan nama ayahnya, sama seperti dalam tradisi Arab : “ Bin Umar “ yang berarti “ anak dari Umar “ atau “ Bin Abbas “ yang berarti “ anak dari Abbas “ dan sebagainya. Beda dengan gelar/julukan. Misalnya Simon Peterus, salah seorang murid utama Yesus. Nama sebenarnya adalah “ SIMON BAR YONAH “( atau : Simon bin Yunus ) dan mendapatkan gelar : KEFAS, yang dialih bahasakan menjadi : PETERUS. Dalam hal ini, BAR YONAH adalah “patronimik “ dari Simon, sedangkan KEFAS /PETERUS adalah “ julukan/ gelar “ dari Simon. Jadi antara PATRONIMIK dengan JULUKAN/GELAR. Oleh karenanya, anda keliru mengatakan BARABBAS adalah julukan. Nama sebenarnya dari tokoh ber-patronimik “ BARABBAS “ adalah Yesus ( Yeshua ).
            Menjadi pertanyaan, apa arah tujuan pernyataan anda : “ Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “ ?. Seberapapun banyaknya yang bernama “ Yesus Barabbas ” toh tidak ada satupun di antara mereka yang diceritakan tersalib. Itu fokus bahasannya, bukan pada banyaknya yang bernama “Yesus Barabbas ”. Dan saya minta satu data dari anda untuk membuktikan kebenaran pernyataan anda “ Jadi, bisa jadi ada lebih dari satu Yesus Barabbas yang hidup di masa Yesus Barabbas hidup “ tersebut, agar tidak dikungkung dengan apologi yang berpayung pada “ BISA JADI “.
            Selanjutnya mengenai status BARABBAS yang dalam versi Injil- Injil kanonik dikatakan sebagai “ PENYAMUN “ dan sebagainya, saya mengucapkan terima kasih atas pengakuan anda :

            Sejujurnya, memang menurut teks asli Yunani, dikatakan bahwa Yesus Barabbas adalah desmion episimon atau terjemahan kasarnya “ tahanan penting ”. Begitu pula terjemahan Latin Vulgate menyebutnya sebagai “ vinctum insignem ” atau “ tahanan terkenal ”. Tidak ada deskripsi lain di luar Injil Kanonik, yang menjelaskan bahwa Yesus Barabbas adalah lestes ( bandit; Yoh 18:40) atau menyebabkan kerusuhan ( Injil Markus & Lukas ). Menurut saya, memang ada banyak kemungkinan mengenai “ jenis kejahatan ” apa yang dimaksud .

            Hanya sayangnya, anda menolak jika dianggap cukup memberikan penjelasan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli sekalipun anda berkata : “ Pendapat populer diantara para pakar Kitab Suci adalah Barabbas terlibat dalam pemberontakan politik melawan Kekaisaran Roma “ . Menurut saya, persoalannya terletak pada pertentangan antara “ RASIO “ dengan “ DOGMA “. Dogma bisa menolak kebenaran yang dihasilkan rasio sekalipun yang disajikan DOGMA sesungguhnya menginjak-injak akal sehat.
            Selanjutnya anda berkata: “ Permasalahan ketiga,Yesus “Nobody ”, menurut Injil Kanonik, juga menyebut dirinya sebagai Anak Bapa. Dalam berbagai bagian Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus “ Nobody ” menyebut Allah sebagai Bapa, baik dalam doaNya maupun dalam ketika berbicara di depan umum . Karakteristik ini adalah karakteristik unik milikYesus “ Nobody ” karena tidak ada orang yang berani menyebut Allah sebagai Bapanya. Ini yang menyebabkan Yesus “ Nobody ” dianggap oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat telah menghujat Allah. Dengan demikian, ada dua Yesus “Anak Bapa” di sini “. Saya tegaskan, anda keliru memahami bahasan saya. Justru Injil kanonik bercerita tentang Yesus Kristus ( -Yesus Barabbas, dalam analisisis saya – ) dengan segala kelemahan isi pengisahan , bukan bercerita tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Oleh karena itu, yang menyebut “ ANAK BAPA “ ataupun bahkan menyebut “ ALLAH SEBAGAI BAPA “ adalah Yesus Kristus (- Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya-), bukan “ Yesus “ Nobody ”( dalam istilah anda ). Hanya pada waktu proses penangkapan,dan pengadilan Pilatus, Yesus Kristus ( – Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya-) dilepas oleh Pilatus dan yang disalib adalah “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Jelas sekali kekeliruan anda dalam menangkap bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 -26. Oleh karena itu betapa kelirunya pula pernyataan anda bahwa saya : “ ……. menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “ Nobody ”….“.Injil kanonik berkisah tentang Yesus Kristus ( – Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya – ) dan tidak berkisah tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Begitu pula betapa kelirunya pernyataan anda :

            “ Konsekuen pula dengan penafsiran Arif bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “ Nobody ”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus yang asli menurut Arif, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti,siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini?“.
            Sekali lagi saya tegaskan , dalam bahasan saya, Injil kanonik bercerita tentang Yesus Kristus ( -Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas, dalam analisisis saya – ) dengan segala kelemahan isi pengisahan , bukan bercerita tentang “ Yesus “ Nobody ” ( dalam istilah anda ). Baru pada waktu proses penangkapan,dan pengadilan Pilatus, Yesus Kristus ( – Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa =Yesus Barabbas, dalam analisisis saya-) dilepas oleh Pilatus dan yang disalib adalah “ Yesus “ Nobody ” (dalam istilah anda). Dengan demikian,pertanyaan anda : “ Kitab apa saja yang menceritakan dan mendeskripsikan mengenai Yesus Barabbas ini? Bagaimana kita bisa tahu ia Yesus yang asli, yang adalah Isa Almasih menurut Quran? Kemungkinan yang lebih besar adalah Yesus Barabbas adalah “Nobody” yang sebenarnya “ tidak kena sasaran.Juga betapa kelirunya anda dengan pernyataan anda: “ Apabila kita konsekuen dengan argumen Arif, maka Yesus, yang diceritakan sebagai tokoh utama menurut Injil Kanonik, yang dilahirkan oleh Perawan Maria, melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati, disalib dan wafat ( yang menurut Arif karena kekeliruan orang Yahudi ), lalu bangkit, menampakkan diri pada ratusan orang, dan naik ke surga adalah “ Nobody ”….. “ . Jelas yang dilahirkan oleh PERAWAN MARIA dan melakukan banyak mukjizat, membangkitkan orang mati , menampakkan diri dan naik ke surga adalah Yesus Kristus ( – Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas dalam bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 -), bukan Yesus “ Nobody “ dalam istilah anda. Yesus Kristus ( – Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas dalam bahasan saya atas ayat Matius 27 : 15 – 26 : – ) TIDAK DISALIB DAN WAFAT melainkan YESUS “ NOBODY “ .
            Selanjutnya anda berkata : “ Menafsirkan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus Kristus yang asli dan menganggap keseluruhan Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus “ Nobody ” ………………… hanya berdasarkan tafsiran satu ayat, Mat 27:16, adalah kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal “. Jika memang sebagai bahasan saya tentang ayat Matius 27 : 15 -16 merupakan “ kesimpulan yang terlalu terburu-buru dan tidak masuk akal “, saya meminta anda memberikan bahasan yang luas yang membantah bahasan saya tersebut dengan dalil-dalil yang masuk akal dan dapat dipertanggung-jawabkan.Saya masih bisa menunjukkan ayat- ayat lain dalam Injil kanonik tentang YESUS TIDAK DISALIB !!!
            Anda bertanya : “ Dan menurut Arif, Yesus “ Nobody ” ini bukanlah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran karena Yesus Barabbas lebih cocok berdasarkan analisa satu ayat,begitukah ?“. Betul sekali , Yesus “ Nobody ” ( menurut istilah anda ) BUKAN ISA AL MASIH yang disebut dalam Al Qur’an tetapi Yesus “Nobody” ( menurut istilah anda )inilah menurut saya yang dikatakan Al Qur’an sebagai : ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN ISA AL MASIH as. Dan saya menyimpulkannya bukan hanya berdasarkan satu ayat saja ( yaitu Matius 27 : 15 -26 )!
            Anda berkata : “ Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih, menurut saya itu tidak membuktikan apapun dan tidak ada hubungannya dengan ajaran Katolik. Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran “. Saya tegaskan bahwa saya tidak perlu membawa-bawa Al Qur’an karena penganut Kristen TIDAK PERCAYA DENGAN AL QUR’AN. Aneh sekali anda menyinggung Al Qur’an padahal saya menganalisis ayat Matius 27 : 15 – 26 dan sama sekali tidak pernah menyinggung ayat Al Qur’an. Bagaimana mungkin saya menyajikan ayat-ayat Al Qur’an kepada anda padahal anda tidak percaya dengan Al Qur’an ? Saya menyajikan dalil-dalil dari Injil kanonik yang justru anda percaya sebagai firman Allah. Pak Ioannes, harap diingat, saya TIDAK PERNAH SAMA SEKALI menghubungkan YESUS BARABBAS dengan Al Qur’an, sehingga sangat aneh bila tiba-tiba anda berkata : “ Seandainya memang Yesus Barabbas ialah Yesus yang dimaksud Quran sebagai Isa Almasih ……… “. Begitu pula dengan pernyataan anda di awal reply : “ Arif berpendapat bahwa Injil Kanonik menunjukkan bahwa sebenarnya yang disalib bukanlah Yesus yang asli ( menurut Arif adalah Yesus Barabbas) melainkan Yesus yang palsu ( yang dituduh sebagai Kristus karena orang Yahudi salah mengira). Dengan demikian, Arif berpendapat Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup. Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa-siapa ( hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru )“. Harap diingat, saya belum sama sekali mengeluarkan pendapat : “… Yesus Barabbas adalah Isa Almasih yang dimaksud dalam Quran, adalah Yesus Kristus yang asli, dan tetap hidup “ dalam pernyataan-pernyataan saya, walaupun saya meyakini demikian berdasarkan analisis ayat Matius 27 : 15 – 26. Secara psikologis, rupanya mulai ada yang “ salah “ pada anda dalam mengikuti dialog ini . Begitu pula, anda tetap menunjukkan kekeliruan anda ketika berkata : “ Sementara itu, Yesus Kristus yang palsu adalah Yesus yang disebut Kristus, adalah tokoh utama dalam Injil, mengalami penyaliban, dan sebenarnya bukan siapa- siapa ( hanyalah orang yang dikira Kristus oleh orang Yahudi secara keliru )“. Tokoh utama dalam Injil sangat jelas adalah YESUS KRISTUS ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas ) bukan YESUS YANG DISEBUT KRISTUS, sedangkan yang disalib adalah YESUS YANG DISEBUT KRISTUS, bukan YESUS KRISTUS ( = Yesus Anak Allah = Yesus Anak Bapa = Yesus Barabbas ). Jadi dalam pengisahan Injil kanonik tidak ada dua Yesus “Anak Bapa ” . Hanya ada satu Yesus “Anak Bapa” yaitu : YESUS BARABBAS , sedangkan YESUS YANG DIKIRA KRISTUS , tidak pernah disapa “ Anak Bapa “. Jadi pernyataan anda :

            “ ….. Arif berpendapat bahwa Yesus Barabbas adalah “Anak Bapa” yang asli”, sedangkan umat Kristiani meyakini Yesus Kristus ( yang menurut Arif adalah “orang yang dituduh Kristus karena orang Yahudi salah mengira ”) adalah Anak Allah Bapa yang sebenarnya “

            merupakan pernyataan keliru dan tidak sesuai dengan bahasan saya.
            Anda berkata dan bertanya : “ Mungkin Arif akan mengajak kita memperhatikan Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik sebagai dukungan atas penafsiran Mat 27:16. Apa yang menurut Arif menunjukkan bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain?“. Karena analisis atas nama : ” YESUS BARABBAS “ jelas-jelas menunjukkan : YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH, dan itu menunjukkan YESUS KRISTUS YANG ASLI dan ayat Matius 27 : 15 -26 menjelaskan bahwa YESUS BARABBAS tidak disalib , maka jelas bahwa Yesus yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus Barabbas, bukan Yesus yang lain . Jika anda berpendapat bahwa yang diceritakan dalam Nag Hammadi dan Injil-injil non-Kanonik adalah Yesus yang lain , bukan YESUS BARABBAS ( YESUS ANAK BAPA = YESUS ANAK ALLAH = YESUS KRISTUS ) , saya minta bahasan anda yang membantahnya. Dan supaya tidak terlalu berfokus kepada dokumen Nag Hammady , berikut saya sajikan pernyataan dari sebuah dokumen kuno “ DUA KITAB JEUS “ yang ditemukan dalam Codex Brucianus :

            “ …. Yesus yang masih hidup , menjawab dan mengatakan kepada para rasulnya,‘ Diberkatilah ia yang telah menyalib dunia dan tidak mengizinkan dunia menyalibnya ‘ .

            Hanya menjadi pertanyaan apakah informasi-informasi seperti ini tidak pantas menjadi sumber penelitian hanya karena dituduh apokrif, gnostik, dan sebagainya ? Ada NASEHAT ORANG BIJAK : mencuri adalah kejahatan tetapi jika semua orang mencuri maka tidak mencuri merupakan kejahatan.
            Demikian dulu reply saya bagian pertama dan akan saya lanjutkan pada reply berikutnya. Terima kasih atas perhatian pak Ioannes dan maaf jika ada kata yang tidak berkenan.

          • Salam, Arif Lewisape.

            Terima kasih atas tanggapan anda. Sebelumnya, saya mohon maaf karena menurut kebijakan Katolisitas, diskusi hanya dilakukan sebanyak 3 putaran. Ini disebabkan keterbatasan waktu dan tenaga. Kami masih harus menyediakan artikel dan berdiskusi dengan sangat banyak orang lain. Oleh sebab itu, ini akan menjadi tanggapan terakhir saya. Mohon maaf ya, semoga bisa dimaklumi.

            Berdasarkan tanggapan anda, sebetulnya anda lebih ingin berfokus pada Mat 27:15-26 yang menurut anda menunjukkan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus yang asli. Oleh sebab itu, saya akan berfokus pada ayat tersebut sesuai keinginan anda.

            A. Penyesuaian Nama Yesus dan Pewartaan Injil.
            Saya mulai dengan mengklarifikasi salah satu pertanyaan anda. Anda memberikan tanggapan :

            Kira-kira apakah yang muncul perubahan nama “ BARABBAS “ di atas adalah sebagai sesuatu yang DISENGAJA ataukah TIDAK DISENGAJA ? Saya minta penjelasan anda, untuk semua permasalahan di atas agar saya bisa memberikan tanggapan yang tepat dan benar.

            Mohon maaf akan keterbatasan saya dalam menjelaskan. Memang saya mengatakan nama “Yesus” pada Yesus Barabbas tidak dihilangkan dengan “disengaja”, seolah ingin menyembunyikan sesuatu, melainkan menyesuaikan konteks penulisan. Dengan mengatakan demikian, sebenarnya yang ingin saya kataka adalah tidak adanya kata “Yesus” pada Barabbas pada Injil Lukas dan Markus berhubungan dengan tujuan penulisan, yaitu kepada siapa Injil itu pertama-tama dituliskan, yaitu kepada kalangan Yunani yang memahami nama “Iesous” sebagai nama yang terhormat (artinya Tuhan adalah Penyelamat). Maka, tokoh antagonis di Injil dituliskan dengan sebutannya, yaitu Barabbas agar dapat dibedakan dengan tokoh “Iesous”.

            Sebenarnya, kata “Yesus Barabbas” ini adalah varian teks yang ditemukan di beberapa naskah kuno sebelum abad ke-3, disamping teks kuno lain yang menyatakan hanya “Barabbas”. Kitab Suci versi Vulgata (dan versi lainnya seperti King James Version, Revised Standard Version, Duoay Rheims Bible, New American Bible, Jerusalem Bible) tidak menyebutkan adanya kata “Yesus” Barabbas pada Injil Matius. Namun demikian, sekalipun ada teks kuno yang menyebutkan Yesus Barabbas, ini tidak membuktikan bahwa ada yang “disembunyikan” dalam peulisan teks Injil Kanonik, yang mengubah arti keseluruhan kisah penyaliban Yesus. Sebab ayat-ayat lainnya menyebutkan bahwa kedua orang tersebut : (Iesous) Barabbas dan Iesous dari Nazareth adalah dua orang yang berbeda dan bahkan bertolak belakang karakternya. Iesous dari Nazareth adalah tokoh yang dijabarkan di seluruh Injil sedangkan (Iesous) Barabbas adalah tokoh yang baru muncul saat menjelang penyaliban Iesous dari Nazareth.

            Bar-abbas/Bar-abba, artinya adalah Anak Bapa. Nama ini adalah nama sebutan yang umum pada orang Yahudi pada saat itu, dan karena itu tidak langsung mengacu kepada anak Bapa (Anak Allah Bapa). Pada saat itu, orang Yahudi malah menganggap Yesus menghukat Allah dengan menyebut Allah sebagai BapaNya. Maka, walaupun nama Bar-Abbas ini dapar diartikan sebagai Anak Bapa (Anak Allah Bapa) dan dengan demikian memiliki konotasi Mesianik, namun orang yang saat itu bernama atau berjulukan Barabbas di zaman itu tidak langsung dapat dianggap sebagai Sang Mesias.

            Nama Yesus dihormati karena mereka mendengar pewartaan para Rasul mengenai seseorang bernama Yesus yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Mereka tidak pernah mendengar ada nama Yesus yang lain, hanya ada satu Yesus dalam konsep budaya Yunani mereka. Dengan latar budaya berbeda dengan budaya bangsa Israel dan bahasa Aram, wajar bila ada kekhawatiran mereka akan rancu ketika ada dua nama Yesus dengan kepribadian masing-masing yang bertolak belakang. Lebih mudah bila diberi suatu pembedaan antara Yesus Kristus yang diwartakan para Rasul dan Yesus Barabbas yang hadir dalam sejarah penyaliban Yesus Kristus dengan menghilangkan nama salah satu orang, yang sebenarnya hanyalah detail kecil yang tidak penting dalam pewartaan mengenai Yesus Kristus. Hal ini tidak perlu dilakukan bagi St. Matius karena beliau menuliskan Injil untuk kaum Yahudi Kristiani, dimana mereka hidup dalam budaya yang biasa menjumpai lebih dari satu orang memiliki nama Yesus tanpa menjadi rancu. Oleh sebab itu, pertanyaan anda “Apakah orang-orang lain yang juga bernama “ Yesus “ tidak mengganggu pewartaan tentang nama Yesus?” sebenarnya sudah dijawab dalam tanggapan saya sebelumnya. Tindakan para penulis suci cukup masuk akal dan tidak ada yang aneh dengan hal ini.

            B. Anak Bapa Dalam Injil Kanonik
            Nama Barabbas memang berarti Anak Bapa. Penggunaan Barabbas memang dijadikan nama seseorang berdasarkan tradisi Patronimik Yahudi, seperti Bartholmai, Barsabas, Barsarapion. Permasalahan disini adalah adanya kata “Legomenon” dalam penulisan Kitab Injil Kanonik. Penggunaan kata ini tidak digunakan untuk menunjukkan nama, melainkan julukan seseorang, seperti yang saya jelaskan. Sebagai contoh lain, kita melihat terjemahan Latin Vulgate oleh St. Hieronimus. Ayat Mat 27:16 dituliskan sebagai : “habebat autem tunc vinctum insignem qui dicebatur Barabbas”. Kata “qui dicebatur Barabbas” berarti “Yang disebut Barabbas”. Kata “dicebatur” berarti “called, mentioned”, sedangkan “nama” dalam bahasa Latin adalah “nomine” dan dalam bahasa Yunani adalah “onoma/to onoma (bernama)”. Bila memang Barabbas adalah nama Yesus Barabbas, bukan sekedar julukan/gelar, pasti digunakan “onoma” yang artinya “bernama”. Dengan demikian, mengasosiasikan arti nama Barabbas dengan Anak Allah menjadi tidak meyakinkan karena Barabbas sendiri ternyata bukan nama pasti dari Yesus Barabbas.

            Selain itu, baik ‘Yesus’ maupun ‘Barabbas’ adalah nama yang umum di zaman tersebut. Ada kemungkinan yang masuk akal bahwa ada lebih dari satu Yesus Barabbas di zaman tersebut. Nampaknya, kurang masuk akal bila anda meminta saya menunjukkan siapa saja Yesus Barabbas selain Yesus Barabbas yang diadili di Pontius Pilatus. Akan lebih baik jika memang ada bukti bahwa nama Yesus Barabbas bukanlah nama yang sering ditemui di zaman Yesus Barabbas hidup. Karena jika tidak, semua Yesus Barabbas yang hidup di zaman Yesus Barabbas hidup dapat dicurigai sebagai Yesus yang asli.

            Sejarah menyatakan bahwa nama “Barabbas” sudah ada sejak abad ke-5 sebelum Masehi, yang berlangsung sampai abad 2-5 setelah Kristus. Di zaman para rabbi Yahudi, Barabbas juga berarti anak Rabbi. Penemuan arkeologis juga menunjukkan bahwa nama ini di zaman Kristus ditemukan pada gua di Giv’at ja-Mivtar, dekat Yerusalem, dengan nama “Abba”, yang anaknya adalah Barabbas dalam bahasa Yunani. Maka Barabbas pada zaman itu adalah nama yang umum, dan bukan nama langka yang hanya dimiliki Yesus Barabbas dalam Mat 27:17. Bahwa nama Barabbas dapat memiliki arti yang lebih mendalam itu benar. Namun, nama itu tidak dapat dijadikan dasar argumen bahwa pemilik nama Barabbas adalah Sang Mesias, anak Allah Bapa.

            Mohon maaf bila tiba-tiba saya menghubungkan dengan Quran. Saya hanya menanggapi pernyataan anda dalam diskusi dengan Stefan dimana anda menyebutkan pertama kali bahwa Yesus Barabbas adalah Isa Almasih menurut orang Islam. Oleh sebab itu, saya hanya khawatir bila sebenarnya penafsiran Arif mengenai Mat 27:15-26 telah didasari pre-conceived idea dimana Isa Almasih tidak wafat disalib sehingga muncul kesimpulan bahwa Injil Kanonik mengatakan bahwa bukan Yesus asli yang disalib.

            Adanya preconceived idea diteguhkan dari pernyataan anda yang mengatakan,”Padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan.” Padahal penafsiran anda berdasarkan Mat 27:15-26, sedangkan baik perikop tersebut maupun bagian manapun di Injil Kanonik tidak menyebutkan adanya orang yang mirip dengan Yesus maupun orang yang diserupakan dengan Yesus Kristus. Maka, saya menyimpulkan bahwa ada usaha anda untuk mencocokkan penafsiran anda dengan pre-conceived idea yang telah ada sebelumnya dalam konsep anda, yang saya duga adalah Kitab Suci yang anda percayai. Inilah sebabnya saya mengatakan,”Injil Kanonik tidak perlu dicocokkan dengan Al-Quran”.

            Andaikan memang benar (dan sesuai pernyataan Anda sendiri) bahwa Isa Almasih yang dimaksud dalam Al-Quran adalah Yesus Barabbas, maka belum tentu yang Injil Kanonik juga harus mengatakan hal yang sama. Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil Kanonik adalah Yesus Kristus anak St. Perawan Maria yang adalah Allah Putra yang menjelma menjadi manusia, disiksa, wafat di salib, dan bangkit kembali pada hari ketiga, dan kemudian akan datang kembali di akhir zaman untuk mengadili orang hidup dan mati. Injil Kanonik tidak menceritakan Yesus Kristus yang hanya seorang manusia biasa.

            Selain itu, pewartaan bahwa Yesus yang asli sungguh disalib dan bangkit kembali telah ada sebelum Injil Kanonik dan Perjanjian Baru selesai ditulis. Di masa itu, sudah ada penindasan umat Kristiani oleh Kekaisaran Romawi. Apabila ternyata yang disalib adalah orang lain, tidak mungkin para Rasul dan anggota Gereja Perdana mau menyerahkan nyawa untuk suatu kekeliruan. Apalagi, diwartakan pula bahwa tidak hanya wafat, Yesus Kristus juga bangkit dari kematian. Anda memberikan contoh dalam diskusi dengan pak Stef & saya bahwa anggota komunis juga mati untuk prinsip yang mereka pegang dan mengatakan bahwa kematian mereka tidak membuktikan bahwa komunisme adalah prinsip yang benar. Permasalahannya, mereka mati untuk sesuatu yang benar-benar ada, yakni prinsip komunisme. Eksistensi prinsip ini sama nyatanya dengan prinsip demokrasi. Kematian para penganut komunisme memang tidak membuktikan kebenaran paham komunisme, namun kematian mereka mewartakan kepada dunia bahwa komunisme itu ada atau exist.

            Demikian pula kematian para martir dan para Rasul mewartakan bahwa Yesus Kristus, Putra Allah yang lahir menjadi manusia, disiksa, wafat, dan bangkit kembali pada hari ketiga sungguh terjadi. Apabila ada keraguan atau ketidakpastian mengenai terjadinya peristiwa penyaliban ini, penderitaan dan kemartiran mereka sungguh konyol karena mati demi peristiwa yang tidak pasti, apalagi demi berita bohong. Untuk apa mereka mati demi berita bohong? Berita yang mereka wartakan juga bukan hal yang megah, yakni kematian pimpinan besar mereka secara tragis di kayu salib. Tidak ada keuntungan bagi mereka untuk mewartakan berita penipuan yang memalukan, apalagi sampai mengorbankan nyawa sendiri. Ditambah lagi, tidak masuk akal untuk menafsirkan bahwa Injil Kanonik menceritakan mengenai Yesus Barabbas yang tidak disalib. Kanonisasi justru bermaksud memisahkan antara Injil non-Kanonik gnostik yang menyangkal penyaliban Yesus dan Injil Kanonik yang menceritakan penyaliban Yesus Kristus. Fakta ini sekaligus membantah argumen anda yang menyatakan bahwa murid-murid utama Kristus tidak mewartakan mengenai penyaliban Kristus.

            C. “Tahanan Terkenal” Menunjukkan Yesus yang Asli?
            Mengatakan bahwa Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli juga tidak masuk akal karena Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus Kristus melakukan banyak mukjzat dan lainnya. Berdasarkan jawaban anda sendiri dalam diskusi dengan Stefan (2012/12/25) mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik :

            Dan tokoh “ YESUS yang disebut KRISTUS “ atau “ YESUS KRISTUS PALSU “ inilah yang diceritakan dalam Bibel sebagai tokoh utama yang: TELAH DISALIB !. Bukan , YESUS KRISTUS ( atau menurut orang Islam : Nabi Isa Al MAsih as).

            Berdasarkan pandangan anda ini, bahwa tokoh utama Injil adalah Yesus “Nobody”, berarti Yesus Barabbas, atau Yesus asli menurut anda, hanya diceritakan sangat sedikit sekali dalam Injil Kanonik. Berarti, siapakah sebenarnya Yesus Barabbas ini? Saya hanya berusaha konsisten dengan pendapat anda ini, bahwa tokoh utama Injil Kanonik menurut anda adalah Yesus Kristus Palsu (Yesus Nobody menurut istilah saya). Tiba-tiba dalam tanggapan anda kali ini, anda mengatakan bahwa tokoh utama Injil Kanonik adalah Yesus Barabbas, yang pada akhirnya tidak tersalib. Mana yang benar? Kita coba asumsikan revisi anda adalah pendapat yang anda maksudkan.

            Sebenarnya, dalam Injil Markus sendiri telah ditegaskan bahwa Barabbas adalah seorang yang melakukan pembunuhan dalam suatu pemberontakan (Vulgate : qui in seditione fecerant homicidium; Dalam teks asli berbahasa Yunani : φόνον : pembunuhan). Saya tidak tahu apakah anda memperhitungkan ini sebagai salah satu keterangan yang jelas atau tidak.

            Bila Injil Markus bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sebagai tokoh utama, seperti yang anda tafsirkan, tidak masuk akal bila St. Markus mengatakan bahwa Ia adalah pembunuh. Jika mengikuti tafsiran anda, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa Yesus yang asli (yang menurut anda adalah Isa Almasih) ini adalah seorang pembunuh? Jika demikian, Yesus yang adalah pembunuh tersebut adalah Yesus yang bangkit kembali dari kubur? Jadi, Yesus yang mana yang mengatakan bahwa Ia akan disiksa, wafat, dan bangkit? Yesus yang disebut Kristus atau Yesus Barabbas? Kalau Yesus yang “asli” menurut anda adalah Yesus Barabbas, apakah berarti Yesus Barabbas sendirikah yang menubuatkan kesengsaraannya ini? Tapi lalu ia sendiri dibebaskan sehingga perkataannya ini tak tergenapi?

            Lagipula, menurut alur cerita Injil Matius, Yesus Barabas digambarkan sebagai seseorang lain yang tiba-tiba disebutkan dalam Injil. Jika sedari awal Injil Kanonik berniat menceritakan Yesus Barabas sebagai tokoh utama, untuk apa penulis tiba-tiba di tengah alur cerita menyebutkan kembali “Dan pada waktu itu ada di dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabbas”? Jikalau Injil Kanonik memang bermaksud menceritakan Yesus Barabbas sedari mulanya, kenapa penulis tidak langsung menulis nama Yesus sebagai Yesus Barabbas dan menggunakan nama lain untuk Yesus palsu? Ditambah lagi, Injil sinoptik yang menghapus nama “Yesus” dari nama Yesus Barabbas adalah Injil Lukas dan Injil Markus. Jika memang mereka sedari awal berniat menceritakan Yesus Barabbas, mengapa justru menghapus nama Yesus ketika kata Barabbas disebut? Tentu jelas lebih masuk akal bila tokoh utama Injil memang adalah Yesus Kristus yang tersalib, bukan Yesus Barabbas.

            Tanpa didasari dogma Kristiani pun, tetap tidak masuk akal untuk menganggap Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli menurut Injil Kanonik hanya karena jenis kejahatan Yesus Barabbas tidak disebutkan secara spesifik. Kecuali, anggapan tersebut telah didasari dogma atau “preconceived idea” seperti yang dibahas diatas, yakni : bahwa Yesus yang tersalib bukanlah Yesus Kristus yang asli. Tentu bila demikian, setiap penafsiran ayat Alkitab akan dicocokkan dengan pre-conceived idea tersebut.

            Nampaknya yang lebih masuk akal adalah melihat kajian para pakar yang memang menyatakan Yesus Barabbas hanyalah seorang pemberontak. Salah satunya adalah Paus Emeritus Benediktus XVI, yang telah dibahas oleh Katolisitas : https://katolisitas.org/siapa-itu-yesus-barabbas-mat-2717. Jika mereka berpendapat bahwa Yesus Barabbas hanyalah pemberontak, apakah berarti menurut anda para pakar Kitab Suci tersebut menginjak-injak akal sehat? Dengan demikian, pandangan yang mengatakan bahwa Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli hanya karena ia cuma disebut “penjahat terkenal” adalah tidak rasional.

            E. Minor Details & Gnosticism
            Berikut ini hanyalah tanggapan mengenai beberapa hal kecil dan Gnosticism dalam diskusi yang berada diluar fokus kita. Saya susun dalam bentuk Tanggapan anda yang disusul tanggapan saya di bawahnya :

            1) Anda mengatakan : “Dalam berkisah tentang PERISTIWA PENYALIBAN, para pengarang Injil-Injil kanonik telah menceritakan secara keliru berdasarkan cerita tutur bersambung bahwa figur tersalib adalah YESUS KRISTUS ASLI, padahal yang tersalib adalah ORANG LAIN YANG DISERUPAKAN DENGAN YESUS KRISTUS. Wajarlah berkembang cerita bahwa yang disalib adalah YESUS KRISTUS YANG ASLI padahal bukan.”

            Tanggapan : Darimana kesimpulan ini muncul? Mat 27:15-26 tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang diserupakan. Semua Injil Kanonik juga tidak menyebutkan apapun mengenai orang yang wajahnya diserupakan Yesus atau orang yang mengikuti Yesus dengan wajah yang mirip denganNya.

            2)Anda mengatakan : “Dalam reply saya sebelum ini, sudah saya jelaskan bahwa saya lebih berfokus pada Injil-Injil kanonik dan sama sekali tidak mengkhususkan kepada naskah-naskah kuno, yang ternyata anda nilai sebagai gnostik.”

            Tanggapan : Saya hanya mendasarkan diri pada pernyataan anda yang mengatakan bahwa Injil Kanonik menyatakan bahwa Yesus yang disalib bukan Yesus yang asli dan hal ditegaskan oleh naskah-naskah kuno. Memang betul bahwa anda tidak memfokuskan diri pada naskah kuno. Namun, anda menyatakan bahwa tafsiran Injil Kanonik menyatakan bahwa penafsiran anda “ditegaskan oleh naskah-naskah kuno”. Oleh sebab itu, saya membahas mengenai Nag Hammadi dan Injil non-kanonik untuk menjelaskan bahwa Injil non-Kanonik tidak dapat digunakan untuk mendukung penafsiran anda mengenai penyaliban Yesus dalam Injil Kanonik.

            Bukan karena saya yang menilai bahwa naskah kuno yang anda rujuk (Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) adalah gnostik, namun pakar Kitab Suci, pakar Theologi, dan arkeolog dunialah yang menyimpulkan demikian. Pakar yang mengasosiasikan Kristiani dan Gnosticism memang ada namun hanya minoritas. Namun ajaran umum Kristiani yang diimani oleh umat Kristiani tidak sesuai dengan ajaran Gnosticism. Konsep Aeon, Demiurge, Pleroma, Divine Spark, dan lainnya jelas bukanlah ciri dan karakter dari Kristiani. Karena anda menyebutkan baik Injil Kanonik maupun naskah kuno, saya menanggapi keduanya, baik Injil Kanonik maupun naskah kuno.

            3) Anda mengutip pernyataan saya : “Silahkan memilih antara Gnosticism yang menyangkal penyaliban Yesus asli atau ajaran Katolik yang menyatakan Yesus yang disalib adalah Yesus asli. Namun, tidak mungkin menghubungkan keduanya karena isi ajaran keduanya memang jelas berbeda.”

            Tanggapan : Sekali lagi, maksud pernyataan ini adalah dalam konteks argumen anda yang mengatakan bahwa naskah kuno yang anda rujuk (Nag Hammadi dan Injil non-Kanonik) menegaskan kebenaran penafsiran anda bahwa “Yesus yang tersalib dalam Injil Kanonik bukanlah Yesus yang asli”. Pernyataan ini bermaksud menolak naskah kuno yang anda sebut dapat mendukung penafsiran anda karena naskah kuno tersebut berisi ajaran Gnostik.

            4) Anda mengatakan : “Saya tidak peduli dengan Gnoticicm atau dengan Katholicism apalagi menghubungkan keduanya melainkan saya berfokus pada analisis ayat-ayat Injil kanonik dan ternyata hasilnya menyimpulkan : YESUS TIDAK DISALIB.”

            Tanggapan : Tentu saja anda harus peduli dengan konsep gnosticism dan Ajaran Katolik karena kedua hal tersebut termasuk dalam topik diskusi kita. Mana mungkin mendiskusikan hal dan topik dengan baik jika konsep yang melatarbelakanginya juga tidak dibahas? Konsep Gnosticism (juga Docetism dan Manicheism) disini menjadi penting untuk dipahami karena paham ini menolak kemanusiaan Kristus (True Humanity of Christ) sejak awal sehingga mereka juga menolak bahwa Sang Mesias benar-benar telah disalibkan. Mereka menganggap bahwa penderitaan Yesus di salib begitu “merendahkan” Mesias sehingga tidak mungkin terjadi.

            Akibatnya, muncul ajaran bahwa yang nampak adalah “bayang-bayang” atau sesuatu yang diserupakan. Inilah yang menyebabkan para Rasul sejak awal memperingatkan umat akan adanya Injil-injil lain yang menyimpang dari Injil yang mereka wartakan (2 Kor 11:4; Gal 1:6). Bagaimana mungkin anda mengutip naskah-naskah kuno sebagai dukungan tafsiran anda tanpa mengetahui latar belakang naskah-naskah tersebut adalah gnostik? Ditambah lagi, bila anda mengetahui mengenai ajaran gnostik, anda tidak dapat menghubungkannya dengan Kristianitas karena dasar ajaran dan isi keduanya jelas berbeda. Karena tidak ada hubungannya, anda tidak dapat menggunakan sumber ajaran gnostik untuk menyanggah ajaran Kristiani.

            5) Anda mengatakan : “Anda berkata : ‘Silahkan gunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, yang juga bagian dari tonggak ajaran Kristiani’. Sehubungan dengan pernyataan anda yang demikian, saya tegaskan, memang saya tidak menggunakan Perjanjian Lama dan lebih berfokus kepada Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil kanonik.”

            Tanggapan : Saya tidak mengharuskan anda menggunakan Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Jika anda hanya ingin berfokus pada Injil Kanonik, silahkan berfokus disana. Anda sendiri telah berkata,”sejumlah ayat-ayat lain dalam Injil Kanonik sendiri bila dilakukan analisis kritis..tidak harus didukung oleh naskah-naskah kuno”. Namun, setelah kita diskusikan, kesimpulan “Yesus yang disalib bukanlah Yesus asli” yang anda tarik berdasarkan Mat 27:15-26 terbukti tidak rasional.

            4) Anda mengatakan : “Seharusnya menjadi langkah yang diambil – ketika Gnoticism menyangkal penyaliban Yesus dan ajaran Katolik menyatakan Yesus disalib – adalah melakukan penelitian dan kajian ayat-ayat Injil kanonik, untuk menetapkan mana dari antara kedua “ajaran“ itu yang benar. Dan saya mendapatkan kesimpulan YESUS TIDAK DISALIB , dan kesimpulan itu bukan saya peroleh dari “ Naskah-Naskah Kuno “ yang gnosis. Dan saya melihat kesimpulan tersebut didukung pula oleh naskah-naskah kuno. Saya bertanya kepada anda , apakah dalam Gnosistik tidak mengandung kebenaran sejarah ? Memang kisah “ PENYALIBAN YESUS “ yang tersaji dalam Injil-Injil kanonik mengandung banyak hal yang dipertanyakan.”

            Tanggapan : Kajian terhadap kedua “ajaran”, baik Kristiani dan gnosticism sudah banyak dan dapat anda temukan. Sebenarnya, tidak ada bukti bahwa kitab-kitab dan Injil non-Kanonik yang termaktub dalam Nag Hammadi, maupun dokumen-dokumen gnostik lain, adalah karya asli murid-murid Kristus. Jika keaslian Injil Kanonik anda pertanyakan, kita juga dapat mempertanyakan keaslian dari Injil-injil non-Kanonik. Apakah Injil Petrus ditulis oleh St. Petrus sendiri? Apakah Injil Thomas ditulis oleh St. Thomas sendiri?

            Penanggalan karbon Nag Hammadi berkisar di abad ke-4. Para pakar menduga tulisan asli kitab-kitab dalam Nag Hammadi berkisar di abad ke-2, dimana para Rasul sendiri dan saksi mata langsung sudah lama meninggal. Ini bertentangan dengan prinsip yang anda sendiri ajukan, dimana penulis dari kitab-kitab Nag Hammadi dan Injil Gnostik ternyata bukanlah saksi mata langsung penyaliban Yesus Kristus. Selain itu, sumber tulisan Injil Gnostik ini juga dipertanyakan. Sebagai contoh, peristiwa penyaliban Yesus dalam Injil-injil gnostik yang berbeda-beda. Injil Yudas mengatakan Simon dari Kirene yang disalib. Injil Philip mengatakan Yesus disalib, namun kemudian meninggalkan salib tersebut. Injil Thomas dan Injil Maria tidak menyebutkan apapun mengenai penyaliban. Injil Petrus, salah satu Injil gnostik diluar Nag Hammadi, malah menyebutkan Yesus sungguh disalib, namun tidak merasakan sakit. Hal ini semakin melemahkan kredibilitas naskah kuno yang anda ajukan untuk mendukung argumen anda.

            D. Kesimpulan
            Saya telah menunjukkan bahwa kesimpulan anda mengenai Mat 27:16 dimana Yesus Barabbas = Yesus Anak Bapa = Yesus Anak Allah dapat ditolak. Secara analisis teks, tidak dapat dibuktikan bahwa Barabbas yang berarti Anak Bapa dapat langsung dihubungkan dengan konsep Kristiani dimana Allah Bapa adalah Bapa Yesus. Selain itu, analisis teks juga menunjukkan bahwa Barabbas dapat diragukan sebagai nama Yesus. Adanya kata “Legomenon” lebih menunjukkan Barabbas sebagai sebutan daripada nama asli Yesus Barabbas. Menafsirkan Yesus Barabbas sebagai Yesus asli yang diceritakan sebagai tokoh utama dalam Injil Kanonik juga tidak konsisten dengan keseluruhan Injil Kanonik. Alur cerita Injil Matius dan Injil Kanonik lain menjadi tidak masuk akal bila anda memaksakan penafsiran anda. Dengan demikian, Injil Kanonik memang menceritakan mengenai Penyaliban Yesus yang disebut Kristus sebagai Yesus yang asli, bukan Yesus Barabbas.

            Dengan rendah hati, saya menyarankan pada anda untuk turut memperhitungkan dokumen kuno yang mendukung peristiwa penyaliban Kristus dan pakar yang mendukung otentisitas Injil serta penyaliban Yesus. Siapa tahu, karya mereka telah menjawab argumen pakar-pakar yang anda kutip. Semoga dengan demikian, kesimpulan yang anda tarik bukanlah kesimpulan karena sepihak, melainkan memang rasional seperti yang anda tekankan dalam argumen-argumen anda.

            Anda memberi masukan pada saya bahwa,”Dogma bisa menolak kebenaran yang dihasilkan rasio sekalipun yang disajikan DOGMA sesungguhnya menginjak-injak akal sehat.” Saya menghargai nasihat anda, namun sayangnya nasihat ini ambivalen. Nasihat yang sama dapat ditujukan pula untuk anda, terutama setelah kita berdiskusi dan melihat bahwa argumen “Yesus Barabbas adalah Yesus yang asli” adalah tidak rasional.

            Demikian ulasan dari saya. Masalahnya sekarang adalah, apakah seseorang mau dengan jujur melihat bahwa apakah benar kata “Barabbas” itu dapat dijadikan dasar untuk menihillkan semua penjabaran dalam Injil Kanonik tentang Yesus (demi mempertahankan paham yang sudah diyakini sebelumnya). Kami tidak dalam posisi untuk memaksakannya kepad pemmbaca. Namun, kami percaya seseorang yang jujur membaca keseluruhan Injil Kanonik (tanpa pre-conceived idea) akan dapat menyimpulkan bahwa yang disalibkan memang adalah Yesus Kristus yang telah dinubuatkan para nabi, dan yang sudah menubuatkan kematian dan kebangkitanNya serta menggenapi semua ini. Semoga Allah menuntun kita pada Sang Kebenaran, yang telah tersalib, bangkit dari kematian, dan akan datang kembali sebagai Hakim dan Raja Semesta.

            Pacem,
            Ioannes

    • Kepada tim Katolisitas (para Imam, Pak Stef dan Bu Inggrid) yang terkasih. Ijinkan saya menanggapi posting dari saudara Arif Lewisape yang terhormat.

      Dear Arif,

      Saya tidak tahu anda dapat teori ini dari mana? karena sangat aneh, absurd, abstrak dan mirip teori konspirasi. Saya juga tidak tahu iman keyakinan anda apa. Namun saya ingin memberi tanggapan berdasarkan posting yang ditayangkan di website ini.

      Kami menyakini bahwa Tuhan Allah yang kami sembah tidak pernah berdusta, berbohong atau mengelabui manusia, karena tidak ada untungnya buat Dia. Allah tidak bisa menyangkal diri-Nya sendiri, yaitu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hakekat, kodrat maupun karakter-Nya. jadi kalau Allah mau membebaskan Yesus dari kematian salib, Dia bisa lakukan hal ini tanpa bohong, mengelabui atau berdusta kepada manusia yang adalah ciptaan-Nya sendiri.

      Kami juga mengimani bahwa Yesus Kristus bukanlah pribadi pengecut yang takut atau melarikan diri untuk menghindari sengsara, wafat dan kematian-Nya. Bisa dilihat di injil Yohanes 18:3-6. Ayat ini mengisahkan detik-detik penangkapan Yesus di taman Getsemani. Yesus sendiri yang bertanya kepada orang banyak yang datang hendak menangkap Dia dengan berkata: “siapakah yang kamu cari?” mereka menjawab “Yesus dari Nazaret” dan jawaban Yesus jelas: “Akulah Dia”. Dari sini sbnarnya bisa disimpulkan dengan jelas bahwa tidak ada salah tangkap karena Yesus sendiri yang mengaku bahwa Dialah yang mereka cari.

      Kesimpulannya juga jelas bahwa yang dibebaskan dari hukuman adalah penyamun yang bernama Yesus barabas dan yang disalibkan adalah Yesus Kristus orang Nazaret yang disebut juga Anak Allah.

      Tidak ada pula ayat-ayat injil yang diubah oleh orang-orang kristen awal (Para rasul)karena hal ini sama saja bunuh diri. Para rasul mengalami penderitaan hebat sampai mati sebagai martir karena mereka mewartakan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Jadi buat apa mereka merubah isi ayat kitab suci (dalam hal ini berbohong dan mendustai banyak orang) jika akhirnya kesaksian mereka justru membawa penderitaan. Secara logika, orang berbohong karena ingin mendapat keuntungan dari dusta atau kebohongan yang diciptakannya. Teori ini gugur dengan sendirinya jika kita melihat kisah hidup para rasul. Dari 12 rasul Yesus (tidak termasuk Yudas Iskariot, yang kemudian digantikan Matias), 11 rasul dibunuh (secara mengenaskan) dan hanya 1 rasul yaitu Yohanes yang mati karena tua dipenjara (dipenjara juga karena iman akan Yesus). Tidak mungkin mereka mengarang cerita dan mengubah ayat-ayat injil melihat akhir hidup mereka secara duniawi tidak ada yang “Happy ending”.

      Paulus pernah menulis 2000 tahun yang lalu sebelum ada teori2 yang menolak kematian Yesus disalib dlm 1 Korintus 1:18. Memang…pemberitaan tentang salib Kristus adalah kebodohan bagi yang akan binasa namun bagi kita yang diselamatkan, hal ini adalah kekuatan Allah.

      Jelas bagi kami umat Kritiani pengikut Yesus Kristus bahwa salib adalah keselamatan dan kekuatan bagi kami, terbukti di sepanjang sejarah sampai saat ini pun Misteri Salib merupakan kekuatan kami bertahan ditengah dunia dan memampukan kami berjuang dalam penderitaan karena kami memandang junjungan kami Yesus Kristus sudah terlebih dahulu menderita dan tergantung di kayu salib untuk menyelamatkan dunia dan akhirnya bangkit mengalahkan maut dan penderitaan. Ada kemuliaan dibalik Salib. Semoga bermanfaat.

      Terima kasih Katolisitas.

      Salam kasih dalam Kristus,

      Stefan

      • Shalom,
        Menanggapi persoalan yang ditanyakan oleh Pak Arif, kisah Penyaliban Kristus adalah rencana Allah sejak semula dari kisah Adam dan Hawa. Maka penyaliban Kristus itu adalah rencana Allah untuk MENEBUS keturunan Adam yang telah jatuh ke dalam dosa gara gara godaan Setan sang musuh yang berontak terhadap Allah. Setan dengan upayanya tidak mampu menghentikan rencana Allah yang mau menebus manusia lewat penyaliban dan kematian Kristus. Justeru kerana oleh saliblah, Kristus mengalahkan maut justeru kerananya jugalah Kristus telah mengalahkan setan dan balatenteranya. Untuk menafikan bukti historis, setan tidak mampu untuk memadamkan sebuah sejarah. Namun, jangan kita pernah lupa liciknya setan meniupkan semboyan yang mengatakan yang mati di salib itu bukan Kristus. Itulah dusta setan, dengan upaya agar timbul keraguan dalam hati orang yang menolak karya penebusan Allah. Jika mata rohani kita mau melihat, apakah sumber dibalik argumen yang menolak kebenaran tentang penyaliban dan penebusan Kristus, kita pasti tau, itu adalah upaya dari Sang Musuh agar kita menolak karya penebusan Allah ke atas anak anak manusia. Kerana Allah itu maha kasih dan maha penyayang, maka Dia menebus kita namun alangkah ironisnya jika kita mengakui Allah maha pengasih dan maha penyayang namun kita menolak untuk menerima kasih sayang Allah dalam rupa penebusan. Saya ingin mengajak pak Arif, mohon direnungkan secara saksama tanggapan saya ini.
        Tuhan memberkati

        Linda M

        • Bu Linda yang baik. Saya menghargai keyakinan anda – ” Penyaliban Kristus adalah rencana Allah sejak semula dari kisah Adam dan Hawa. Maka penyaliban Kristus itu adalah rencana Allah untuk MENEBUS keturunan Adam yang telah jatuh ke dalam dosa gara gara godaan Setan sang musuh yang berontak terhadap Allah “. Tetapi ada satu hal yang dilupakan yaitu begitu banyak ” keyakinan dan kebenaran iman ” yang justru sangat bertolak belakang. Pada keadaan demikian, pasti memunculkan pertanyaan, MANA YANG BENAR ? Dihadapkan pertanyaan seperti itu, dibutuhkan kelapangan dada untuk mengkaji secara kristis. Kita tidak bisa hanya melempar pernyataan kepada pihak yang “berseberangan” dengan berkata : ” Untuk menafikan bukti historis, setan tidak mampu untuk memadamkan sebuah sejarah. Namun, jangan kita pernah lupa liciknya setan meniupkan semboyan yang mengatakan yang mati di salib itu bukan Kristus. Itulah dusta setan, dengan upaya agar timbul keraguan dalam hati orang yang menolak karya penebusan Allah “. Sebab bisa jadi, pihak yang ” berseberangan ” akan berkata : ” Memang Setan telah mampu menipu manusia untuk percaya bahwa yang disalib adalah Yesus “. Jika demikian, sulitlah kita melakukan kajian yang wajar. Terima kasih atas reply-nya Bu Linda.

          [dari katolisitas: Silakan melanjutkan diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik]

          • Bapak Arif,

            Saya tidak merasa keberatan dengan apa yang dikatakan oleh pihak seberang itu kerana bagi saya bagi mereka yang menolak karya PENEBUSAN dan KESELAMATAN Kristus itu adalah orang yang rugi. Orang orang yang cemburu melihat adanya PENEBUSAN dan KESELAMATAN yang telah diterima oleh orang orang Kristen kerana mengimani kematian Yesus di kayu salib. Anda boleh saja terus terusan dengan cara akademik menolak Kristus yang mati di kayu salib dengan berpihak pada orang orang seberang namun kenyataannya pengasas agama orang seberang itu juga BUKAN merupakan SAKSI MATA daripada kejadian penyaliban itu melainkan HANYA MENDENGARNYA DARI ‘WAHYU’ yang di sampaikan oleh suatu ENTITI yang menurut daripada analsis kami sebagai orang Kristen bukan malaikat yang alkitabiah melainkan suatu entiti yang kabur.

            Jadi, saya TIDAK BISA menerima bulat bulat ‘WAHYU’ yang datang 500 tahun kemudian yang menyangkal kematian Kristus sedangkan yang menulis Alkitab Kanonik itu adalah saksi mata yang telah SYAHID demi memperjuangkan kebenaran akan karya PENEBUSAN dan KESELAMATAN lewat PENYALIBAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS. Can you see the point here?

            Jadi bertitik tolak dari kebenaran ini, dapatlah saya menyatakan bahawa ENTITI yang berbicara kepada pengasas kepercayaan orang seberang itu sebenarnya yang meniup sebuah pembohongan, sebuah penyangkalan kerana ENTITI itu BUKAN SAKSI MATA KISAH PENYALIBAN. Ternyata tujuannya adalah supaya manusia yang lain MENOLAK akan kebenaran itu, yaitu kebenaran bahawa YESUS MATI DI KAYU SALIB BAGI MENEBUS DAN MEMBERIKAN KESELAMATAN KEPADA MANUSIA. Jadi tanyakan kepada diri anda, mengapa anda terlalu allergic untuk menerima kenyataan kebenaran dalam agama Kristen ini? Kerana anda tidak mampu untuk menerimanya? [edit]
            Saudara Arif, anda bisa menulis apa sahaja tentang apa yang anda tidak setujui tentang Kekristenan, anda bisa sahaja menulis tentang penolakan anda dan orang orang seberang tentang penyangkalan anda terhadap wafat dan kebangkitan Kristus tetapi itu tidak menggoyahkan iman peribadi saya kerana saya telah menerima karya dan anugerah serta rahmat PENEBUSAN DAN KESELAMATAN dalam Kristus, dan ini tidak di miliki oleh anda dan orang orang seberang. Maka saya juga mengerti kalau anda dan orang orang seberang pasti akan cemburu sekali kerana tidak memiliki keduanya ini biarpun anda sentiasa menyebut demi nama Allah yang PENGASIH dan PENYAYANG sedangkan anda tidak punya bukti sejauh manakah PENGASIH dan PENYAYANGNYA Allah kepada anda sedangkan dalam Kristen, semuanya telah terungkap dalam Yohanes 3:16.

            Salam hormat dari saya

            Linda Mariam
            Kuala Lumpur, Malaysia

      • Terima kasih atas reply dari Mas Stefan. Tentu saja yang saya kemukakan bukan teori dari mana-mana apalagi mirip TEORI KONSPIRASI, yang saya tidak tahu maksudnya. Yang pasti yang saya mengungkapkan berdasarkan kajian teks-teks Injil-Injil kanonik ditambah dengan pernyataan para pakar Bibel sendiri. Saya menghargai keyakinan anda sebagai seorang Katolik, yang tentu banyak berbeda dengan Protestanisme ketika anda berkata : ” Kami menyakini bahwa Tuhan Allah yang kami sembah tidak pernah berdusta, berbohong atau mengelabui manusia, karena tidak ada untungnya buat Dia. Allah tidak bisa menyangkal diri-Nya sendiri, yaitu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hakekat, kodrat maupun karakter-Nya. jadi kalau Allah mau membebaskan Yesus dari kematian salib, Dia bisa lakukan hal ini tanpa bohong, mengelabui atau berdusta kepada manusia yang adalah ciptaan-Nya sendiri”. Tetapi masalahnya historisitas Injil perlu dipertanyakan karena munculnya Injil-Injil kanonik yang disahkan pada Konsili Neceae tahun 325, menurut para pakar Bibel baru terjadi sekitar tahun 50 – 100 , yang sebelumnya didahului SURAT-SURAT PAULUS.
        Oleh karena perlu kelapangan dada untuk mengkaji secara kristis atas ayat-ayat Bibel/Alkitab tersebut. Saya mengkajinya berdasarkan ayat MATIUS 27:15–26 ( band. dengan ayat MARKUS 15 : 6–15;LUKAS 23:17– 25 ; YAHYA 18 : 39 -40 ).
        15. Maka pada masa raya, biasa pemerintah itu melepaskan bagi orang
        banyak , seorang yang terpenjara , barang siapa yang dikehendaki
        oleh mereka itu .
        16. Tetapi waktu itu ada seorang terpenjara yang termasyhur jahatnya
        bernama BARABBAS.
        17. Apabila orang banyak itu sudah berhimpun, berkatalah PILATUS
        kepada mereka itu : “ Siapakah yang kamu suka aku lepaskan
        bagimu ? BARABBAS-kah atau YESUS yang dikatakan KRISTUS ? “.
        18. Karena diketahuinya bahwa oleh sebab dengki,mereka menyerahkan
        Dia .
        19. Sedang Pilatus duduk di atas kursi pengadilan, maka disuruh oleh
        isterinya kepadanya , mengatakan : “ Jangan berbuat barang apa
        pun ke atas orang yang benar itu ; karena beberapa banyak hal
        sudah kutanggung pada hari ini di dalam mimpi sebab karena Dia “.
        20. Tetapi kepala imam dan orang tua-tua itupun mengasut orang
        banyak itu , supaya MINTA LEPASKAN BARABBAS , dan MEMBUNUH YESUS
        21. Lalu jawab pemerintah itu, katanya kepada mereka itu : “ Yang
        manakah dari pada kedua orang ini,kamu suka aku lepaskan bagi-
        mu ? “. Maka kata mereka itu : “ BARABBAS-lah ! “ .
        22. Maka kata Pilatus kepada mereka itu : “ Jikalau demikian,apakah
        wajib kuperbuat kepada Yesus yang dikatakan Keristus ? “. Maka
        jawab mereka sekalian : “ Wajiblah ia disalibkan “.
        23. Tetapi kata Pilatus : “ Kejahatan apakah yang dilakukannya ? “.
        Maka makin sangatlah mereka itu berteriak : “ Wajiblah ia
        disalibkan ! “.
        24. Apabila tampak kepada Pilatus, bahwa perkataannya sia-sia saja
        melainkan bertambah lagi huru-hara,lalu ia pun mengambil air dan
        membasuh tangannya di hadapan orang banyak itu, katanya : “ Aku
        suci daripada darah orang yang benar ini ; tertanggunglah atas
        kamu ! “.
        25. Maka menyahutlah sekalian orang banyak itu,katanya :
        “Tertanggunglah darahnya atas kami sekalian dan anak-anak kami“.
        26. Setelah itu DILEPASKANNYA BARABBAS bagi mereka itu, tetapi YESUS
        DISESAHNYA, serta diserahkannya supaya disalibkan .

        Untuk diketahui,nama “ BARABBAS “ dalam TEKS SYRIA dan TEKS ARMENIA, tertulis : YESUS BARABBAS. Tidak hanya dengan nama “ BARABBAS “ saja. Hal ini diungkapkan Monseur Salamon Reinach dalam bukunya “ CULTES, MYTHES ET RELEGIONS “ jilid I, seperti yang diangkat Arnold Toynbee dalam bukunya “ A Study of History “ jilid VI hal. 485 .
        Tetapi dalam perkembangan penulisan Bibel, ternyata kata “Yesus“ pada “ YESUS BARABBAS “ tadi sengaja dihilangkan. Oleh karena itu PILIHAN YANG DITAWAR-KAN PILATUS dalam kisah yang diceritakan dalam MATIUS 27: 15 – 26 adalah :

        PILIH OLEHMU !
        YESUS BARABBAS ataukah “ YESUS yang disebut KRISTUS “

        Jadi ada dua figur ” orang terpenjara ” yaitu ” YESUS BARABBAS ” dan ” YESUS yang disebut KRISTUS ” yang ditawarkan oleh Pilatus untuk dipilih yang akan disalib. Kata “ BARABBAS “ terdiri dari : BAR dan ABBAS .

        BAR = ANAK DARI ( bhs. Arab : BIN )
        ABBAS ( = ABBA ) = BAPA
        Jadi : BARABBAS = ANAK BAPA

        Dengan demikian : PILIHAN YANG DITAWARKAN PILATUS adalah :
        PILIH OLEHMU !
        YESUS ANAK BAPA ataukah “ YESUS yang disebut KRISTUS “

        Dalam konsep Kristen : BAPA = ALLAH . Ini berarti : YESUS BARABBAS = YESUS ANAK ALLAH . Inilah yang sebenarnya : YESUS KRISTUS ASLI. Oleh karena itu pilihan yang ditawarkan Pilatus adalah :

        PILIH OLEHMU !
        YESUS ANAK ALLAH (Yesus yang asli) ataukah
        “ YESUS yang disebut KRISTUS “ ( Yesus yang palsu )

        Jadi ada dua tokoh yang diungkap BIBEL berkaitan dengan penyaliban :
        1. YESUS KRISTUS ASLI : – BARRABAS, atau – YESUS BARRABAS , atau
        – YESUS ANAK BAPA , atau – YESUS ANAK ALLAH
        2. YESUS KRISTUS PALSU : – “ YESUS yang disebut KRISTUS “
        Kepalsuannya bukan karena tokoh tersebut mengklaim diri sebagai
        “ YESUS KRISTUS “ melainkan orang-orang Yahudi telah mengiranya
        sebagai “ YESUS KRISTUS “.

        Dan tokoh “ YESUS yang disebut KRISTUS “ atau “ YESUS KRISTUS PALSU “ inilah yang diceritakan dalam Bibel sebagai tokoh utama yang: TELAH DISALIB !. Bukan , YESUS KRISTUS ( atau menurut orang Islam : Nabi Isa Al MAsih as ). Dengan demikian , menurut Bibel ayat MATIUS MATIUS 27 : 15 – 26 band. MARKUS 15 : 6 – 15 ; LUKAS 23 : 17 – 25 ; YAHYA 18 : 39 -40 ):

        YANG DILEPAS : – BARRABAS atau – YESUS BARRABAS atau – YESUS ANAK
        BAPA atau – YESUS ANAK ALLAH atau YESUS KRISTUS
        YANG ASLI.

        YANG DISALIB : “ YESUS yang disebut KRISTUS“ atau YESUS KRISTUS
        PALSU

        Kesimpulan berdasarkan analisis atas ayat-ayat Bibel adalah : NABI ISA AL MASIH as ( YESUS KRISTUS ) TIDAK PERNAH DIBUNUH DAN DISALIB YANG DIBUNUH DAN DISALIB ADALAH ORANG LAIN YANG DIKIRA “ YESUS KRISTUS “.
        Demikian kajian atas ayat-ayat Injil kanonik yang menyimpulkan YESUS TIDAK DISALIB MELAINKAN YANG DISALIB ADALAH ORANG YANG DIKIRA YESUS.
        Itulah Mas Stefan kajiannya, dan saya tahu kajian tersebut akan menyesakkan dada seluruh penganut Kristen.

        • Shalom Arif,

          Terima kasih atas komentar Anda kepada salah satu pembaca katolisitas. Menurut saya, diskusi akan lebih terfokus kalau Anda dapat menentukan topik diskusi, seperti: “Otentitas dari Injil-injil kanonik” atau “Membuktikan Yesus tidak disalib dari Kitab Suci”. Untuk mendasarkan kebenaran bahwa Injil kanonik tidak dapat dipercaya dari orang-orang yang Anda sebut sebagai pakar Bible, sesungguhnya perlu dikaji lebih jauh, karena ada banyak pakar Kitab Suciyang juga menyatakan otentisitas dari Kitab Suci, apalagi kalau hal tersebut juga ditunjang dari tulisan-tulisan jemaat perdana sebelum abad 4.

          Anda ingin memberikan argumentasi berdasarkan Mrk 15:6-15; Luk 23:17-25; Yoh 18:39-40, bahwa yang dilepaskan oleh Pilatus bukanlah Yesus namun Barabas. Anda ingin memaksakan bahwa Barabas adalah “Yesus asli” yang dilepaskan dan yang dibunuh adalah “Yesus palsu”. Mengikuti argumentasi Anda, bagaimana Anda menerangkan ayat ini “Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” (Mat 27:16-17) Dari ayat ini, terlihat jelas, bahwa Yesus Barabas adalah seorang yang terkenal karena kejahatannya. Dikatakan dalam Yoh 18:40 bahwa Barabas adalah seorang penyamun. Namun, Yesus, yang disebut Kristus adalah seseorang yang telah melakukan banyak mukjizat dan dituduh telah menghujat Allah, karena Dia mengaku sebagai Anak Allah. Silakan melihat keseluruhan ayat di Mat 27.

          Dari pemaparan di atas, maka sebenarnya Anda mempunyai 2 pilihan: (1) Percaya bahwa yang disalibkan adalah Yesus Kristus dan Yesus Barabas yang dilepaskan, seperti yang dituliskan dalam Kitab Suci; (2) Percaya bahwa yang disalibkan adalah Yesus Kristus ‘palsu’, dan yang dibebaskan adalah Yesus Barabas atau ‘Yesus asli’ yang adalah seorang penyamun. Saya yakin, bahwa kesimpulan bahwa Yesus ‘asli’ adalah seorang penyamun sebenarnya juga bertentangan dengan Kitab Suci Anda. Dengan demikian, sesungguhnya sangat tidak mungkin untuk membuktikan bahwa Yesus tidak disalib, tidak wafat, tidak bangkit, dari Injil-Injil Kanonik. Kalaupun tetap dipaksakan, maka akan terlihat begitu banyak kontradiksi yang terjadi jika dibandingkan dengan ayat-ayat lain, apalagi jika dibandingkan dengan kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru. Semoga argumentasi ini dapat diterima.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  5. Saya ada persoalan yang ingin pihak katolitas memberi jawapan.Saya punya teman dahulunya seorang penganut katolik.disebabkan dia terlalu banyak persoalan dalam dirinya lalu mengikuti jehovah.Dia sering memberikan saya artikel2 dari jehovah.Diantara teman saya itu dengan saya sering bercanggah pendapat dan pengertian.Persoalannya kini adalah Saya percaya Yesus kristus itu mati di kayu salip dan teman saya itu percaya kristus mati di Kayu.Sebenarnya , Apakah Yesus itu mati di Kayu Salip atau dikayu?Bagaimana harusnya saya menjelaskan pada teman saya berdasarkan ajaran alkitab Tuhan.Juga dia menyatakan , Dalam alkitab tidak ada menyatakan Tanda salib.Bolehkan terangkan makna tanda salib.

    • Shalom Judieth,
      Tentu saja ada banyak bukti dari Kitab Suci dan catatan sejarah bahwa Tuhan Yesus mati di kayu salib dan bukan ‘hanya’ mati di tiang kayu. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Umumnya paham bahwa Yesus wafat di tiang ini diajarkan oleh para Saksi Yehuwa/ Jehovah witnesses. Saya mengajak anda untuk membaca artikel ini: Saksi Yehuwa bukan saksi Kristus, di sini, silakan klik, untuk mengetahui lebih lanjut tentang topik ini.

      Sedangkan untuk makna Tanda Salib, sudah pernah dibahas panjang lebar di sini, silakan klik.

      Silakan juga membaca renungan tentang makna salib sebagai tanda kasih Allah di sini, silakan klik.

      Mari, kita sebagai pengikut Kristus, mengikuti teladan para rasul, terutama Rasul Petrus dan Rasul Paulus, yang dengan bangga mewartakan bahwa Tuhan Yesus Kristus telah disalibkan, dan dengan salib suci-Nya, Ia telah menebus dunia!

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. Salam kasih kepada Yth,
    Ibu Inggrid dan Pak Stef

    Sehubungan dengan salib ini, dimana kita bisa mencari bukti otentik/ilmiah mengenai bentuk salib ini. Pertanyaan ini sehubungan dengan ‘pertanyaan’ penganut saksi yehuwa, mereka percaya bahwa Jesus wafat di tiang siksaan (bukan berbentuk salib). Saya agak kesulitan mencari bukti ilmiah untuk pertanyaan mereka ini.

    Salam kasih
    Yohanes S G

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.