Pertanyaan:
Shalom katolisitas.org,
Saya seorang Kristen Katolik, dan ingin lebih mengerti mengenai Catholic faith.
Saya ingin bertanya mengenai Kitab Deuterokanonika. Mohon penjelasan saudara/i. Thanks.
Pertanyaan 1:
Saya pernah membaca bahwa kitab 2 Makabe 15:39 sering diragukan, berbunyi:
yang juga dipandang bertentangan dengan kitab Wahyu 22:19, berbunyi:
19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
Mohon penjelasannya, and thanks a lot.
Pertanyaan 2:
Apakah benar dan apakah salah, bahwa Gereja Katolik baru secara official meng-kanonisasi kitab-kitab Deuterokanonika pada Council of Trent 1546 AD?
Pertanyaan 3:
Apakah kitab-kitab Deuterokanonika semua tidak tertulis dengan bahasa Ibrani, seperti yang digunakan pada Old Testament?
Pertanyaan 4:
Kitab Deuterokanonika mengajarkan hal-hal buruk seperti: bunuh diri, mantera, berbohong, pembunuhan, benarkah? (Saya pernah membaca seseorang menulis ini, meskipun saya yakin tidak)
Pertanyaan 5:
Persilahkan saya untuk mengutip dari Bahasa Inggris untuk mencegah kesalahan terjemahan saya.
The apocryphal books themselves make reference to what we call the Silent 400 years, where there was no prophets of God to write inspired materials.
And they laid up the stones in the mountain of the temple in a convenient place, till there should come a prophet, and give answer concerning them. (1 Maccabees 4:46)
And there was a great tribulation in Israel, such as was not since the day, that there was no prophet seen in Israel. (1 Maccabees 9:27)
And that the Jews, and their priests, had consented that he should be their prince, and high priest for ever, till there should arise a faithful prophet. (1 Maccabees 14:41)
Mohon penjelasannya, thanks.
Pertanyaan 6 (terakhir):
Sekali lagi maaf, untuk langsung mengutip dari Bahasa Inggris. Saya yakin saudara/i mampu men-translate lebih baik.
The Manual of Discipline in the Dead Sea Scrolls rejected the apocrypha as inspired.
The Council of Jamnia held the same view rejected the apocrypha as inspired.
They debated the canonicity of a few books (e.g., Ecclesiastes), but they changed nothing and never proclaimed themselves to be authoritative determiners of the Old Testament canon. “The books which they decided to acknowledge as canonical were already generally accepted, although questions had been raised about them. Those which they refused to admit had never been included. They did not expel from the canon any book which had previously been admitted. ‘The Council of Jamnia was the confirming of public opinion, not the forming of it.’” (F. F. Bruce, The Books and Parchments [Old Tappan, NJ.: Fleming H. Revell, 1963], p. 98])
Mohon tanggapannya.
Sekian pertanyaan saya,
Thank You, katolisitas.org, saudara/i seiman dan tidak seiman.
Jawaban:
Shalom John,
1. Tentang 2 Makabe 15:39 dalam kaitannya dengan Why 22: 19
2 Mak 15:38 [39] mengatakan: “Jika susunannya baik lagi tepat, maka itulah yang kukehendaki. Tetapi jika susunannya hanya setengah- setengah saja, maka hanya itulah yang mungkin bagiku.” [dalam bahasa Inggris: Which if I have done well, and as it becometh the history, it is what I desired: but if not so perfectly, it must be pardoned me.“]
Penjelasan ayat ini:
Ayat ini tidak berkaitan dengan kebenaran penjabaran, namun berkaitan dengan gaya penulisan; yang diakui oleh sang penulis Kitab sebagai kurang sempurna. Penyampaian wahyu ilahi kepada kita melibatkan juga kemampuan dari para pengarang kitab tersebut, seperti halnya bagaimana Roh Kudus bekerja melalui para rasul yang juga mempunyai kemampuan yang terbatas, seperti diakui juga oleh Rasul Paulus (2 Kor 11:6). Maka di sini penulis kitab Makabe menyampaikan hal serupa yang juga disampaikan oleh Rasul Paulus.
Dengan demikian, ayat ini tidak berhubungan dengan ayat dalam Why 22:19 yang mengatakan: “Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
Ayat Why 22:19 ini hanya berkaitan dengan Kitab Wahyu, dan bukan Kitab Suci secara keseluruhan. Karena pada saat Kitab Wahyu itu ditulis sekitar tahun 90-100, kanon Kitab Suci belum ditentukan. Kanon Kitab Suci (yang menentukan kitab- kitab mana saja yang diinspirasikan oleh Roh Kudus) baru ditentapkan pada abad ke- 4 oleh Magisterium Gereja Katolik, tepatnya oleh Paus Damasus I (382), dilanjutkan dengan Konsili Hippo (393) dan Konsili Carthage (397).
2. Apakah benar dan apakah salah, bahwa Gereja Katolik baru secara official meng-kanonisasi kitab-kitab Deuterokanonika pada Council of Trent 1546 AD?
Jawabnya: tidak benar. Kitab- kitab Deuterokanonika sudah termasuk dalam Kitab Suci sejak pertama kali kanon Kitab Suci ditentukan pada tahun 382. Silakan anda membaca artikel ini, silakan klik dan secara lebih mendetail di sini, silakan klik. Konsili Trente 1546 hanya mengulangi dan menegaskan apa yang sudah ditetapkan beradad- abad sebelumnya.
3. Apakah kitab-kitab Deuterokanonika semua tidak tertulis dengan bahasa Ibrani, seperti yang digunakan pada Old Testament?
Jawabnya: tidak benar juga. Kitab Sirakh ditulis dalam bahasa Ibrani. Kitab Tobit dan Yudit aslinya ditulis dalam bahasa Aram maupun Ibrani. Barukh dan 1 Makabe dalam bahasa Ibrani; sedang Kitab Kebijaksanaan Salomo dan 2 Makabe dalam bahasa Yunani. Selanjutnya, kemungkinan besar kitab pelengkap Esther ditulis dalam bahasa Ibrani, dan pelengkap Daniel dalam bahasa Yunani.
Bahwa kemudian semua kitab Deuterokanonika diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dalam Septuagint, tidak berarti bahwa semua kitab tersebut aslinya tertulis dalam bahasa Yunani, dan tidak berarti bahwa dengan demikian tidak diinspirasikan oleh Roh Kudus.
4. Kitab Deuterokanonika mengajarkan hal-hal buruk?
Anda bertanya, apakah kitab Deuterokanonika mengajarkan hal-hal buruk seperti: bunuh diri, mantera, berbohong, pembunuhan?
Mengajarkan Bunuh diri?
Kitab 2 Mak 14:37-46 memang mengisahkan tentang kematian Razis yang memilih untuk mati dengan menikam dirinya sendiri, daripada ditikam oleh para musuhnya. Hal ini serupa yang dilakukan oleh Raja Saul (lih. 2 Sam 31:4). Maka apa yang tertulis di sana bukannya pengajaran, tetapi memang merupakan kenyataan bahwa mereka (Saul dan Razis) memilih untuk mati di tangan sendiri daripada di tangan musuh. Tentu ini bukan ajaran untuk bunuh diri, melainkan hanya penjabaran akan fakta yang terjadi pada saat itu. Jika untuk alasan kisah Razis maka kitab 2 Makabe ditolak, apakah dengan demikian kitab 2 Samuel juga layak ditolak? Tentu tidak, sebab ada hal- hal lain yang dituliskan dalam kitab itu yang memang ditulis atas inspirasi Allah untuk pengajaran bagi kaum beriman. Misalnya, dalam kitab 2 Makabe diajarkan:
a. Pengajaran bahwa segala ciptaan diciptakan Allah dari tidak ada menjadi ada (creation ex nihilo) lih. 2 Mak 7:28
b. Ajaran bahwa jiwa itu diciptakan kekal adanya, lih. 2 Mak 6:30.
c. Kebangkitan orang mati dan kebangkitan badan, lih. 2 Mak 7:9, 29
d. Api penyucian, dan mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal, lih. 2 Mak 12:46
e. Doktrin tentang malaikat 2 Mak 10:29-30; 11:8
f. Perjuangan menjadi martir, nilai penderitaan/ pengorbanan, penghakiman setelah kematian, dst, seperti yang ditunjukkan oleh Eleazar (lih. 2 Mak 6:18-31), dan ibu dan ketujuh anak yang semuanya dibunuh sebagai martir demi mempertahankan pengajaran yang mereka terima dari para nabi (lih. 2 Mak 7).
Selanjutnya, kitab Makabe ini juga memberikan penjelasan pengertian tentang “umat pilihan” Allah dalam kaitannya dengan Hukum Tuhan dan Bait Allah. Israel sebagai bangsa tidak terbatas oleh keluarga Makabe, demikian juga dalam PB, bangsa Israel yang baru (Gereja) tidak terbatas pada orang Israel, namun kepada semua yang percaya kepada Kristus. Semangat menguduskan bait Allah yang ditunjukkan oleh Yudas dalam Kitab Makabe juga ditunjukkan oleh Kristus (lih. Yoh 2:17) namun bait Allah yang dimaksud adalah Tubuh-Nya sendiri (lih. Yoh 2:21). Sekarang kitapun harus berjuang menguduskan tubuh kita yang adalah bait Allah (1 Kor 3:16; 6:10).
Mengajarkan mantera?
Saya tidak tahu apa yang dimaksud teman anda bahwa kitab- kitab Deuterokanonika mengajarkan mantera. Silakan ditanyakan, di mana ayatnya yang menurutnya adalah mantera.
Mengajarkan berbohong?
Mungkin yang dimaksud adalah pernyataan malaikat Rafael yang pada waktu itu menyamar menjadi Azarya dalam kitab Tobit. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Penyamaran malaikat Rafael dalam diri Azarya bin Ananias, sering dikatakan sebagai kesalahan/ kebohongan sehingga tidak dapat dikatakan sebagai firman Tuhan. Namun dalam kitab lain dalam Perjanjian Lama, kita mengenal kisah ‘penyamaran’ malaikat dalam rupa manusia, misalnya, dalam kedua malaikat yang diutus untuk menyelamatkan Lot dari kehancuran kota Sodom (Kej 19:1-29), pergumulan Yakub (Kej 32:22–32), dan penyamaran malaikat dalam bentuk manusia juga kita lihat dalam kisah kebangkitan Yesus (lih. Mrk 16:5-7; Luk 24:5-7). Hanya memang mereka tidak memperkenalkan diri dan meyebutkan nama mereka. Namun mengenai hal nama, sebenarnya malaikat Rafael tidak berbohong, sebab ia menyebutkan namanya sesuai dengan tugas yang diembannya saat diutus Tuhan pada saat itu, yaitu menjadi “Azarya”, yang dalam bahasa Ibrani artinya: pertolongan Tuhan, dan “Ananias”, yang artinya rahmat Tuhan. Kita ketahui bahwa malaikat Rafael diutus oleh Tuhan untuk menolong keluarga Tobit, yaitu membantu mengusir Iblis pada Sara yang akhirnya menikah dengan Tobia, dan kemudian menyembuhkan Tobit dari kebutaan. Nama Azarya ini digunakan juga oleh malaikat yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari hukuman di perapian yang dipasang atas perintah Raja Nebukadnezar (lih Dan 3, Tamb Dan 3:24-50)
Mengajarkan pembunuhan?
Apa yang tertulis dalam kitab Makabe tentang pembunuhan baik yang terjadi di pihak orang Israel maupun para musuhnya, bukan merupakan hal yang asing dalam Perjanjian Lama. Hal pembunuhan ini memang terjadi dalam sejarah manusia, seperti yang tertulis di Perjanjian Lama, diawali dengan pembunuhan Abel oleh Kain saudaranya (lih. Kej 4:8). Lihatlah bagaimana kisah peperangan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian, ataupun kisah perjuangan bangsa Israel di bawah kepemimpinan Raja Saul dan Daud, dan banyak raja- raja sesudahnya. Tentu kisah-kisah ini dituliskan bukan untuk dibenarkan, tetapi untuk menyatakan betapa manusia telah jatuh ke dalam dosa, sehingga membutuhkan Kristus untuk menyelamatkannya.
5. The silent 400 years?
Berikut ini jawaban kami yang mengambil sumber dari tulisan James Akin dalam Catholic Answers, silakan klik di sini untuk membaca versi bahasa Inggrisnya:
Istilah “the silent 400 years” adalah istilah yang sering digunakan oleh para pengajar Protestan, bahwa sejak Nabi Maleakhi (440 BC) sampai kelahiran Yesus, terdapat keadaan “vakum” di mana Allah tidak berbicara lagi kepada umat Israel. 400 tahun ini mereka percayai sebagai jeda antara PL dan PB.
Biasanya yang dipakai sebagai dasar adalah 1 Mak 9:27 [walaupun mereka menolak Kitab Makabe], “Maka terjadilah keimpitan besar di Israel sebagaimana belum pernah terjadi sejak tiada nabi lagi nampak oleh mereka.” Ayat ini mereka jadikan dasar mengatakan bahwa tidak ada nabi antara Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis, dan karenanya kitab- kitab yang tertulis di masa ini yaitu kitab- kitab Deuterokanonika, menurut mereka, tidak termasuk kanon Kitab Suci.
Namun argumen ini tidak benar, karena:
a. Tidak semua kitab Deuterokanonika ditulis dalam masa yang mereka katakan “the silent 400 years“. Kitab Barukh dituliskan oleh juru tulis pembantu nabi Yeremia pada tahun 581 BC, lama sebelum periode “silent” tersebut.
b. Kitab Suci tidak harus ditulis oleh seorang nabi, tetapi oleh seseorang yang memperoleh inspirasi dari Roh Kudus. Perjanjian Lama banyak ditulis oleh orang- orang yang bukan nabi, dalam arti orang yang dipilih khusus untuk mewartakan ajaran ilahi kepada publik. Raja Daud maupun Raja Salomo bukan nabi, namun di bawah inspirasi Ilahi mereka menuliskan Mazmur, Kidung Agung dan Amsal. Ada banyak kitab lainnya dalam PL yang tidak dapat kita ketahui siapakah persisnya yang menuliskannya, apakah hanya seorang sejarahwan, ataukah nabi. Namun kitab- kitab tersebut tetaplah diinspirasikan oleh Roh Kudus.
c. Agaknya, para pengajar Protestan salah mengartikan 1 Mak 9:27 tersebut, sebab ayat itu tidak berarti keberadaan nabi- nabi sudah tidak ada lagi. Sebab jika demikian artinya Yohanes Pembaptis dan nabi- nabi pada Perjanjian Baru juga tidak ada.
Juga bangsa Yahudi sendiri tidak menganggap bahwa keberadaan nabi PL telah berhenti. [Perlu diketahui, bangsa Yahudi tidak membagi Kitab Suci menjadi PL dan PB, karena mereka tidak mengakui Kristus yang adalah penggenapan PL dalam PB]…. Setelah Yudas Makabe mengambil alih Bait Allah, dikatakan, “Batu- batunya ditaruh di gunung Rumah Allah di tempat yang pantas, hingga ada seorang nabi tampil ke muka yang dapat memberikan ketentuan dalam hal itu.” (1 Mak 4:46). Selanjutnya, dalam bab berikutnya dikatakan, “Simon menjadi penguasa serta imam besar mereka untuk selamanya, hingga seorang nabi tampil dan boleh dipercaya;” (1 Mak 14:41). Maka meskipun pada saat itu mungkin tidak ada nabi muncul, namun bangsa Israel (generasi Makabe) tidak percaya bahwa segala wahyu Ilahi telah berhenti. Dalam 2 Mak dikatakan bahwa Yudas Makabe juga diberikan nubuatan berupa mimpi oleh Tuhan (2 Mak 15:11-16). Ia bukan seorang nabi, tetapi menerima wahyu Ilahi.
d. Maka jika dikatakan terdapat semacam “jeda” antara nabi yang satu dengan lainnya seperti dikatakan dalam 1 Mak, itu bukan hal baru. Hal itu juga terjadi pada masa PL lainnya, seperti pada jaman Samuel (lih. 1 Sam 3:1). Atau pada kitab Ratapan (lih. Rat 2:9) dan Kitab Mazmur (Mzm 74:9).
Maka kesimpulannya, Tuhan tidak “silent“/ diam selama 400 tahun antara Maleakhi dan Yohanes Pembaptis. Jika memang terjadi semacam jeda dalam kegiatan kenabian, itu seperti halnya terjadi dalam beberapa periode lainnya dalam Perjanjian Lama. Tuhan tidak diam dan berpangku tangan pada masa antara Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis itu, sama seperti Tuhan juga tidak diam pada masa “jeda” dalam periode- periode lainnya dalam Perjanjian Lama.
6. Disiplin manual Dead Sea scroll dan Konsili Jamnia menolak Kitab- kitab Deuterokanonika?
Disiplin manual Dead Sea Scroll maupun Konsili Jamnia tidak mempunyai otoritas untuk menentukan kanon- kanon Kitab Suci. Dead Sea Scroll hanyalah merupakan kumpulan naskah- naskah Kitab Suci yang ditemukan di gua- gua tertentu di sekitar Laut Mati. Penemuan ini hanya memperkokoh apa yang sudah diyakini tentang otentisitas Kitab Suci, yaitu bahwa Kitab Suci bukan merupakan rekayasa yang dituliskan di abad- abad kemudian, namun berasal dari naskah- naskah kuno, yang bahkan dapat dikonfirmasi usianya dari 150 BC- 70 AD.
Demikian pula, Konsili Jamnia/ Javneh (100) yang diadakan oleh para rabi Yahudi tidak mempunyai otoritas untuk menentukan kanon Kitab Suci Kristiani. Konsili tersebut menolak keberadaan Injil, yang mereka pandang sebagai tulisan yang tidak diinspirasikan oleh Allah, karena mereka menolak Kristus. Konsili ini akhirnya memutuskan untuk tidak memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika di dalam Kitab agama Yahudi. Walaupun sekarang umat Yahudi umumnya menerima hasil konsili Jamnia (Javneh) namun tidak semua komunitas Yahudi menerima otoritas konsili Jamnia ini. Umat Yahudi di Ethiopia, misalnya, memilih kanon yang sama dengan kanon PL yang ditetapkan oleh Gereja Katolik, yang memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika (cf. Encyclopedia Judaica, vol. 6, p. 1147).
Bapa Gereja pada jemaat Kristen awal tidak meragukan keaslian kitab-kitab ini. Silakan membaca di link ini, silakan klik, untuk mengetahui bahwa para Bapa Gereja tidak pernah meragukan keotentikan kitab- kitab Deuterokanonika, dan bahkan mengutip ayat- ayat dalam Kitab tersebut dalam pengajaran mereka. [Lihat ajaran para rasul dalam Didache, ajaran Klemens, Polycarpus, Irenaeus, Hippolytus, Cyprian, Agustinus dan Jerome].
Dengan demikian, Gereja tidak perlu menerima otoritas konsili Jamnia, sebab:
a) Konsili agama Yahudi yang dilakukan setelah Kristus bangkit, tidak mengikat umat Kristiani, sebab kuasa mengajar telah diberikan kepada para rasul dan para penerusnya, dan bukan kepada pemimpin agama Yahudi. Ingatlah bahwa kuasa “mengikat dan melepaskan” diberikan oleh Yesus kepada para rasul, dan secara khusus kepada Petrus (lih. Mat 16:19; 18:18), sehingga mereka dan para penerus mereka-lah yang dapat menentukan ajaran- ajaran iman dan moral yang manakah yang mengikat umat Kristiani. Jadi, merekalah yang berhak menentukan kanon Kitab Suci.
b) Konsili Jamnia menolak semua dokumen yang malah menjadi dasar sumber iman Kristiani, yaitu Injil dan kitab- kitab Perjanjian Baru. Berpegang pada Konsili Jamnia, berarti menolak juga keberadaan Injil dan PB, dan itu sungguh absurd bagi seorang Kristen!
c) Dengan menolak kitab- kitab Deuterokanonika ini, konsili Jamnia menolak kitab- kitab yang dipegang oleh Yesus dan para rasul, yang telah termasuk di dalam Kitab Suci mereka yaitu Septuaginta. Padahal fakta menunjukkan bahwa lebih dari 90% kutipan PL dalam kitab Perjanjian Baru sendiri diambil dari Septuagint dan bukan dari kitab suci PL yang berbahasa Ibrani.
d) Konsili Jamnia menolak kitab- kitab Deuterokanonika, karena ada ayat- ayat di antaranya yang sangat jelas menggambarkan nubuatan tentang Kristus, yaitu Keb 2: 12- 20.
e) Jika Kristus dan para Rasul memegang Kitab Suci Septuagint yang ada kitab-kitab Deuterokanonika-nya, dan para Bapa Gereja- yang memegang pengajaran para Rasul tidak meragukan otentisitas kitab- kitab Deuterokanonika, maka kita sebagai Gereja, juga tidak perlu meragukan keaslian kitab- kitab Deuterokanonika ini.
Jadi pernyataan F.F. Bruce, “Those which they refused to admit had never been included. They did not expel from the canon any book which had previously been admitted. ‘The Council of Jamnia was the confirming of public opinion, not the forming of it.’” (F. F. Bruce, The Books and Parchments [Old Tappan, NJ.: Fleming H. Revell, 1963], p. 98]) tidaklah benar. Kitab- kitab Deuterokanonika sudah dari dulu ada/ termasuk dalam Kitab Suci, seperti terlihat dalam Septuagint. Pernyataan bahwa konsili Jamnia merupakan opini publik juga tidak benar, sebab bahkan hasil Konsili Jamnia itu tidak diterima oleh semua kaum Yahudi sendiri.
Tentang mengapa sampai kitab-kitab Deuterokanonika tidak ada dalam Kitab Suci Protestan, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
Demikian yang dapat saya jawab tentang pertanyaan anda. Selanjutnya jika anda mempunyai pertanyaan lain, silakan anda terlebih menggunakan fasilitas pencarian di situs ini, lihat pojok kanan atas main page, lalu ketik kata kuncinya, dan semoga anda menemukan artikel yang membahas pertanyaan anda. Jika belum ada, silakan anda menuliskannya dan kami akan berusaha menjawabnya.
Terima kasih atas jawaban anda yang sangat baik. Sekarang saya jadi mengerti tentang hal-hal tersebut. Dan maaf bila dalam pertanyaan saya banyak kesalahan. Semoga katolisitas.org bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Tuhan memberkati.
Shalom John,
Selamat datang di situs ini. saran saya jika ingin lebih mengerti mengenai iman katolik melaui situs ini, lebih baik memulai dari halaman ini : https://katolisitas.org/arsip/ (bagian arsip)
disana kamu akan menemukan 7 gambar yang masing-masing mewakili 1 kelompok. Ada 7 Kelompok, yaitu :
1. Kebenaran
2. Kristologi
3. Gereja
4. Sakramen
5. Kekudusan
6. Maria
7. Doa
kamu bisa membaca-baca artikel ditiap pengelompokan itu. biasanya… dari membaca artikel-artikel dipengelompokan itu, kamu akan menemukan sendiri-sendiri topik-topik yang lainnya (misal, tanya jawab)
intinya…. 7 kelompok itu bisa kamu jadikan pegangan untuk memperdalam pengetahuanmu tentang iman Katolik
Shalom katolisitas.org,
Saya seorang Kristen Katolik, dan ingin lebih mengerti mengenai Catholic faith.
Saya ingin bertanya mengenai Kitab Deuterokanonika. Mohon penjelasan saudara/i. Thanks.
Pertanyaan 1:
Saya pernah membaca bahwa kitab 2 Makabe 15:39 sering diragukan, berbunyi:
yang juga dipandang bertentangan dengan kitab Wahyu 22:19, berbunyi:
19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”
Mohon penjelasannya, and thanks a lot.
Pertanyaan 2:
Apakah benar dan apakah salah, bahwa Gereja Katolik baru secara official meng-kanonisasi kitab-kitab Deuterokanonika pada Council of Trent 1546 AD?
Pertanyaan 3:
Apakah kitab-kitab Deuterokanonika semua tidak tertulis dengan bahasa Ibrani, seperti yang digunakan pada Old Testament?
Pertanyaan 4:
Kitab Deuterokanonika mengajarkan hal-hal buruk seperti: bunuh diri, mantera, berbohong, pembunuhan, benarkah? (Saya pernah membaca seseorang menulis ini, meskipun saya yakin tidak)
Pertanyaan 5:
Persilahkan saya untuk mengutip dari Bahasa Inggris untuk mencegah kesalahan terjemahan saya.
The apocryphal books themselves make reference to what we call the Silent 400 years, where there was no prophets of God to write inspired materials……. [Katolisitas: Edit, selengkapnya sudah dicantumkan di atas]
Pertanyaan 6 (terakhir):
The Manual of Discipline in the Dead Sea Scrolls rejected the apocrypha as inspired.
The Council of Jamnia held the same view rejected the apocrypha as inspired.
[Dari Katolisitas: diedit, selengkapnya sudah tertulis di atas]
Mohon tanggapannya.
Sekian pertanyaan saya,
Thank You, katolisitas.org, saudara/i seiman dan tidak seiman.
[Dari Katolisitas: diedit, selengkapnya sudah dijawab di atas, silakan klik./em>]
Comments are closed.