Pertanyaan:
salam jumpa, saya mau bertanya lagi menyoal hari raya St. Petrus dan Paulus;
1. Bagaimana sejarah awalnya
2. bagaimana liturginya
3. apa inti/makna teologisnya.
TERIMA KASIH.
TUHAN SAYANG KITA SEMUA,
Frater Yarid K. Munah
Jawaban:
Shalom Fr. Yarid,
1. Mengenai Hari Raya St. Petrus dan Paulus, Frater dapat membaca sekilas di link ini, silakan klik, dan juga di situs ini, silakan klik, untuk mengetahui sekilas kisahnya. Sedangkan untuk riwayat hidup St. Peter, silakan klik di sini, dan St. Paulus, klik di sini.
Perayaan Hari Raya St. Petrus dan Paulus, itu untuk meringati hari kedua rasul itu dibunuh sebagai martir [Rasul Petrus disalibkan terbalik, dan Rasul Paulus dipenggal kepalanya dengan pedang]. Perayaan ini telah ditetapkan menurut tradisi sejak tahun 67, pada tanggal yang sama (29 Juni), sebagai hari peringatan meninggalnya mereka, atau hari pemindahan relikwi mereka ke gedung gereja/ basilika.
2. Mengenai liturginya, jika ini maksudnya liturgi Ekaristi, secara umum sama, hanya ada perbedaan di doa pembukaan, doa-doa pada liturgi Ekaristi dan doa setelah komuni dan berkat penutup. Sayangnya, saya tidak mempunyai teks dalam bahasa Indonesia, yang saya miliki adalah teks bahasa Inggris yang saya ambil dari buku Sacramentary yang dikeluarkan oleh CDW (the Congregation for Divine Worship. Nov 1,1973) dan demikianlah yang bisa saya sertakan:
Opening Prayer:
God our Father, today you give us the joy of celebrating the feast of the Apostles Peter and Paul. Through them Your Church first recieved the faith. Keep us true through their teaching. Grant this through our Lord Jesus Christ, Your Son, who lives and reign with You and the Holy Spirit, one God, for ever and ever.
Liturgy of the Word:
First Reading: Acts 12:1-11
Second Reading: 2 Tim 4:6-8, 17-18
Gospel: Mat 16:13-19
Liturgy of the Eucharist:
Prayer over the Gifts:
Pray, brethern,…….
Lord, may Your Apostles join their prayers to our offering and help us to celebrate this sacrifice in love and unity. We ask this through Christ our Lord.
Pr: The Lord be with you
Pp: And also with you
Pr: Lift up your heart
Pp: We lift them up to the Lord
Pr: Let us give thanks to the Lord
Pp: It is right to give Him thanks and praise
Pr: Father, all powerful and everliving God, we do well always and everywhere to give You thanks.
You fill our hearts with joy as we honor your great Apostles:
Peter, our leader in the faith, and Paul, its fearless preacher.
Peter raised up the Church from the faithful flock of Israel.
Paul brought your call to the nations, and became the teacher of the world.
Each in his chosen way gathered into unity the one family of Christ.
Both shared a martyr’s death and are praised theoughout the world.
Now, with the Apostles and all the angels and saints we praise You forever:
Holy, holy, holy Lord, God of power and might, heaven and earth are full of Your glory.
Hosanna in the highest.
Blessed is He who comes in the name of the Lord. Hosanna in the highest.
———
Prayer After Communion
Lord, renew the life of Your Church with the power of this sacrament.
May the breaking of the bread and the teaching of the Apostles keep us united in Your love.
We ask this in the name of Jesus the Lord.
Solemn blessing or prayer over the people:
Pr: Bow your head for God’s blessing
The Lord has set you firm within His Church, which He built upon the rock of Peter’s faith.
May He bless you with faith that never falters.
Amen
The Lord has given you knowledge of the faith theough the labors and preaching of St. Paul.
May his example inspire you to lead others to Christ by the manner of your life.
Amen
May the keys of Peter and the words of Paul, their undying witness and their prayers,
lead you to the joy of that eternal home which Peter gained by his cross, and Paul by the sword.
Amen
May almighty God bless you,
The Father, and the Son, and the Holy Spirit.
3. Mengenai inti dan makna teologisnya, saya rasa adalah kita menghormati Rasul Petrus dan Paulus, terutama karena teladan kasih mereka kepada Tuhan sehingga mereka rela menyerahkan nyawa mereka demi mewartakan Kristus. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita pelajari dari para martir, secara khusus Rasul Petrus dan Paulus. Mereka tidak takut untuk mewartakan kebenaran, mewartakan Kristus, meskipun di bawah tekanan dan penganiayaan. Mereka tetap mewartakan Kristus, meskipun mengalami berbagai cobaan, entah dikejar-kejar, dimasukkan penjara, terkena bencana badai dan kapal yang karam, disiksa sampai mati, demi iman mereka kepada Kristus. Sungguh mereka menjadi teladan hidup dari pengajaran Rasul Paulus, Rom 8:35-39, yang mengatakan:
8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”
8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Maka jika kita sekarang dipanggil untuk hidup kudus, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama demi kasih kita kepda Tuhan (lihat Konsili Vatikan II, Lumen Gentium Bab V), maka contoh yang sangat nyata yang dapat kita teladani untuk hidup kudus adalah berani untuk hidup sebagai martir, artinya tidak undur untuk hidup sesuai dengan pengajaran iman kita walau di tengah tekanan dan penganiayaan. Sebab hanya dengan hidup sedemikian, kita menunjukkan kasih kita kepada Tuhan, yaitu dengan menaati semua perintah-Nya. Melalui teladan St. Petrus dan Paulus, kita dapat terdorong untuk mewartakan kebenaran dan menjadi saksi kebenaran itu sendiri dengan hidup sesuai dengan iman kita. Kita harus siap sedia mengakui Kristus, bahkan di hadapan mereka yang menolak Dia. Semoga dengan kesaksian hidup kita, banyak orang dapat mengenal Kristus.
Lumen Gentium 42 mengatakan:
“Yesus, Putera Allah, telah menyatakan cinta kasih-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Maka tidak seorang pun mempunyai cinta kasih yang lebih besar dari pada dia yang merelakan nyawanya untuk Dia dan saudara-saudaranya (lih. 1Yoh 3:16; Yoh 15:13). Sudah sejak masa permulaan ada orang-orang kristiani yang telah dipanggil, dan selalu masih ada yang akan dipanggil, untuk memberi kesaksian cinta kasih yang tertinggi itu dihadapan semua orang, khususnya di muka penganiaya. Maka Gereja memandang sebagai kurnia luar biasa dan bukti cinta kasih tertinggi kematian sebagai martir, yang menjadikan murid serupa dengan Guru yang dengan rela menerima wafat-Nya demi keselamatan dunia, serupa dengan Dia dalam menumpahkan darah. Meskipun hanya sedikit yang diberi, namun semua harus siap-sedia mengakui Kritus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja.”
Sedangkan dalam homili Bapa Paus Benediktus XVI pada tanggal 29 June 2008, ia menekankan agar kita belajar dari teladanRaul Petrus dan Paulus, untuk mengutamakan kesatuan (unity) dan ke-universal-an (universality) iman Katolik.
Demikian yang dapat saya tuliskan sehubungan dengan pertanyaan Frater. Mari dengan melihat teladan Rasul Petrus dan Paulus, kita semakin terdorong untuk mengasihi Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
dear katolisitas..
saya mau bertanya, siapa yg menetapkan Rasul Paulus adalah seorang Rasul dan sejak kapan ??
salam damai
Shalom Antonius,
Dalam beberapa surat-nya Rasul Paulus menyebut dirinya sebagai rasul. Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menyebutkan bahwa ia ditetapkan menjadi rasul dan pengajar orang- orang bukan Yahudi (1 Tim 2:7 dan 2 Tim 1:11). Rasul Paulus mengatakan bahwa ia menjadi rasul bukan karena ditunjuk oleh manusia, melainkan oleh Yesus Kristus (lih. Gal 1:1). Dalam suratnya kepada umat di Korintus, Rasul Paulus juga menyampaikan pergumulannya dan penderitaannya sebagai seorang rasul, yang juga berjuang keras menyebarkan Injil, seperti para rasul lainnya (lih 2 Kor 11:1- 12:13).
Penunjukan Paulus sebagai rasul dan pengajar yang dimaksud di sini berkaitan dengan pengalaman rohani dan penugasan yang diterimanya dari Kristus sendiri, pada perjalanan nya ke Damsyik (lih. Kis 9)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam jumpa, saya mau bertanya lagi menyoal hari raya St. Petrus dan Paulus;
1. Bagaimana sejarah awalnya
2. bagaimana liturginya
3. apa inti/makna teologisnya.
TERIMA KASIH.
TUHAN SAYANG KITA SEMUA,
Fr. Yarid K. Munah
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.