Pertanyaan:

Ytk, Bpk Stefanus Tays

Saya mengucapkan terima kasih atas tanggapan yang telah bapak berikan dan sangat membantu saya dalam memahami Alkitab,..

Pak Stef saya mau menanyakan tentang Kitab Perjanjian Lama,
1.Sebenarnya posisinya ada dimana apakah dibawah Injil,atau bagaimana?
2.Saya ingin menanyakan tentang Kitab Kejadian ,sebenarnya Kitab ini sumbernya darimana ?lalu kenapa dijadikan sebagai Kitab Perjanjian Lama?
3.Didalam Kitab Kejadian orang yang bercerita itu ada berapa orang artinya beliau dapat mengetahui awal dari dunia ini, lalu ada Adam dan Hawa, Adam yang dikatakan mempunyai umur 850 tahun,Set keturunan Adam 800 tahun,Enos hidup 825 tahun, lalau sampai dengan Yusuf,bagaimana penjelasannya?apa mungkin itu yang menulis cuma 1 orang yang dapat hidup lebih dari 1000 tahun?

Terima Kasih sebelumnya..
Joan Heru

Jawaban:

Shalom Joan Heru,

1. Posisi Kitab Perjanjian Lama, apakah di bawah Injil?

Jawabnya: Tidak. Gereja melihat Kitab Suci sebagai satu kesatuan antara Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru (termasuk di dalamnya Injil). Baik PL dan PB, keduanya diilhami oleh Roh Kudus, sehingga keduanya suci -tidak ada yang lebih tidak suci atau sebaliknya. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:

KGK 105 …..”Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2 Tim 3:16; 2 Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja” (Dei Verbum 11).

KGK 121 Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya Bdk. DV 14. karena Perjanjian Lama tidak pernah dibatalkan.

KGK 122 “Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia.” Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama “juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati. …

KGK 123 Umat Kristen menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru sudah menggantikannya [Markionisme].

KGK 129 Jadi umat Kristen membaca Perjanjian Lama dalam terang Kristus yang telah wafat dan bangkit. Pembacaan tipologis ini menyingkapkan kekayaan Perjanjian Lama yang tidak terbatas. Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa Perjanjian Lama memiliki nilai wahyu tersendiri yang Tuhan kita sendiri telah nyatakan tentangnya Bdk. Mrk 12:29-31.. Selain itu Perjanjian Baru juga perlu dibaca dalam cahaya Perjanjian Lama. Katekese perdana Kristen selalu menggunakan Perjanjian Lama Bdk. 1 Kor 5:6- 8; 10:1-11.. Sesuai dengan sebuah semboyan lama Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru: “Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet” (Agustinus, Hept. 2,73) Bdk. DV 16.

KGK 140 Kesatuan kedua Perjanjian mengalir dari kesatuan rencana dan wahyu Allah. Perjanjian Lama mempersiapkan yang Baru, sedangkan yang Baru menyempurnakan yang Lama. Kedua-duanya saling menjelaskan. Kedua-duanya adalah Sabda Allah yang benar.

2. Tentang Kitab Kejadian

Kitab Kejadian merupakan Kitab Perjanjian Lama, karena di sana dikisahkan riwayat kejadian sejak awal mula penciptaan dilanjutkan dengan perjanjian Allah dengan Adam Hawa, setelah mereka jatuh dalam dosa, dan kemudian kepada keturunan mereka, yaitu para patriarkh, sebagai tahapan sebelum Allah membuat perjanjian kepada seluruh bangsa Israel, yang kemudian terus menyambung sampai pada perjanjian baru yang ditandai oleh Kristus bagi Gereja yang merupakan bangsa pilihan Allah yang baru. Pada kitab Kejadian ini kita melihat rencana keselamatan Allah yang dimulai bertahap, pertama janji ini diberikan kepada sepasang manusia (Adam dan Hawa), lalu kepada keluarga (yaitu keluarga Nabi Nuh dan keturunannya, sampai Abraham yang dipilih sebagai bapa bangsa, lalu kepada keluarga Yakub (anak Ishak, yang adalah anak Abraham) dengan keduabelas anaknya yang kelak menjadi keduabelas suku Israel. Dan kisah ini kemudian dilanjutkan dengan Kitab Keluaran yang menujukkan kisah penyelamatan Allah terhadap bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Kitab Kejadian ini penting seperti halnya kitab- kitab lainnya dalam PL, karena kita ketahui bahwa pada PB, kisah- kisah PL tersebut digenapi, seperti sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

Menurut tradisi yang dipegang oleh Gereja Katolik, kitab Kejadian termasuk dalam kitab- kitab yang dikumpulkan dan diedit oleh Nabi Musa. Kitab Kejadian bukan ditulis sendiri oleh Musa, namun ia mengumpulkannya dari peninggalan- peninggalan para patriarkh pendahulunya. Memang ada teori dewasa ini yang membagi kitab- kitab Musa sebagai ditulis oleh banyak sumber (JEPD: Jahwist, Elohist, Priestly dan Deuteronomist) seperti dipopulerkan oleh K.H Graf (1869) dan Julius Wellhausen (1918). Namun sesungguhnya ini masih sebatas teori yang mendasari pembagian ini atas cara penulisan teks, sehingga menghasilkan hipotesa bahwa ada kemungkinan kitab- kitab tersebut tidak dikompilasi oleh Nabi Musa, tetapi oleh banyak sumber, bahkan sesudah jaman Nabi Musa.

Sepanjang pengetahuan kami, Gereja Katolik tidak mengeluarkan pandangan resmi mengenai siapa penulis kitab- kitab Musa, termasuk kitab Kejadian ini. Namun kami di Katolisitas, lebih condong kepada tradisi yang sudah dipegang selama berabad- abad, bahwa kitab Kejadian dikompilasi oleh nabi Musa, yang diterimanya dari peninggalan para patriarkh pendahulunya, dimulai dari Nabi Nuh. Hal ini diperkuat oleh fakta- fakta dari penemuan arkeologis, yang memang baru dapat diketahui sekitar 150 tahun terakhir ini, seperti yang ditunjukkan oleh PJ. Wiseman. Dari penemuan- penemuan arkeologis tersebut, ditemukan adanya pengulangan frasa dalam penulisan kitab Kejadian, yang menjadi salah satu kunci untuk memahami terbentuknya kitab Kejadian. Frasa berulang tersebut terbagi menjadi dua kelompok, yaitu a) frasa Colophon, dan b) frasa penyambung (catch-line). Berikut ini adalah tulisan yang kami sarikan dari link ini, silakan klik.

a. Frasa Colophon

‘Kejadian’/ Genesis adalah kata Yunani dari istilah Ibrani yang berarti “daftar keturunan/ riwayat”. Salah satu frasa yang menjadi pola dalam kitab Kejadian adalah:

“Inilah riwayat/ daftar keturunan ……”

Frasa ini disebut sebanyak 11 kali dalam Kitab Kejadian (2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1; 36:9; 37:2). Jika diperhatikan, riwayat tersebut sudah disebutkan pada ayat- ayat sebelumnya, dan kalimat tersebut merupakan ayat/ kalimat penutup. Frasa Colophon tersebut merupakan frasa penutup yang menegaskan kembali apa yang sudah disampaikan, sebagai rekaman klaim yang baru saja ditulis; dan mengacu kepada sang penulis atau sang pemilik tablet yang memuat tulisan itu.

TABLET: 1
ayat: 1:1 sampai 2:4
Tentang: Riwayat langit dan bumi

TABLET: 2
ayat: 2:5 sampai 5:2
Tentang: Riwayat Adam.

TABLET: 3
ayat: 5:3 sampai 6:9a
Tentang: Riwayat Nabi Nuh

TABLET: 4
ayat: 6:9b sampai 10:1
Tentang: Riwayat anak- anak Nabi Nuh

TABLET: 5
ayat: 10:2 sampai 11:10a
Tentang: Riwayat Shem.

TABLET: 6
ayat: 11:10b sampai 11:27a
Tentang: Riwayat Terah.

TABLET: 7-8
ayat: 11:27b sampai 25:19a
Tentang: Riwayat Ismail dan Ishak

TABLET: 9-11
ayat: 25:19b sampai 37:2a
Tentang: Riwayat Esau and Yakub.

Perlu dicatat bahwa catatan sejarah yang terekam di setiap bagian berhenti sebelum orang yang dimaksud wafat, atau kebanyakan, catatan tersebut berlangsung sampai menjelang wafatnya tokoh tersebut, atau sampai pada saat tablet tersebut dituliskan. Contohnya tablet ke-4 yang dimiliki oleh anak- anak Nabi Nuh, menceritakan banjir dan kematian nabi Nuh. Kita tidak mengetahui kapankah saatnya Ham dan Yafet wafat setelah kematian Nuh, tetapi kita mengetahui bahwa Shem hidup jauh lebih lama daripada nabi Nuh. Dan bagian ini dapat dituliskan oleh anak- anak nabi Nuh.

b. Frasa penyambung (Catch- line)

Dalam Kitab Kejadian, kita melihat adanya banyak frasa yang diulang, yang jika diperhatikan merupakan frasa penyambung antara tablet yang satu dengan tablet yang lainnya. Berikut ini frasa penyambungnya:

1:1….”Allah menciptakan langit dan bumi”
2:4….”Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit”
2:4….”pada waktu diciptakan”
5:2….”pada waktu mereka diciptakan”
6:10…”Shem, Ham dan Yafet”
10:1…”Shem, Ham dan Yafet”
10:32..”setelah air bah itu”
11:10..”setelah air bah itu”
11:26..”Abram, Nahor dan Haran”
11:27..”Abram, Nahor dan Haran”
25:12..”anak Abraham”
25:19..”anak Abraham”
36:1…”yaitu Edom”
36:8…”yaitu Edom”
36:9…”bapa orang Edom”
36:43..”bapa orang Edom”

Munurut Wiseman, adanya pengulangan frasa di awal dan di akhir tablet, dapat dilihat oleh para peneliti yang memahami metoda teks Babilonia, sebab pengulangan ini berguna untuk menggabungkan tablet- tablet tersebut. Jadi pengulangan ini bukan sekedar kebetulan. Sedangkan Kej 37:2 sampai 50:36 tentang sejarah Yusuf tidak diakhiri oleh frasa Colophon, karena tradisi sastra Mesir di mana kehidupan Yusuf dicatat, tidak menggunakan frasa Colophon.

3. Penulisan Kitab Kejadian

Berdasarkan teori di atas, maka kemungkinan, Kitab Kejadian memang bersumber pada tulisan pada tablet- tablet yang dimiliki oleh generasi patriarkh yang berbeda- beda, yang menuliskan sejarah dari keluarga tersebut. Tulisan tentang Adam kemungkinan dituliskan oleh keturunannya, kemungkinan dari Nuh/ keturunan nabi Nuh. Sedangkan keturunan selanjutnya, dituliskan sesuai dengan nama yang tercantum dalam frasa Colophon tersebut. Dengan adanya semacam sumber penulisan yang estafet (menerus) dari satu generasi ke generasi, maka dimungkinkan penulisan riwayat satu orang, dari lahir sampai wafatnya, karena yang menuliskannya tidak terbatas pada satu orang tersebut, namun juga keturunan orang itu. Nabi Musa kemudian mengumpulkan tulisan- tulisan dalam tablet- tablet tersebut dan mengkompilasinya menjadi kesatuan dengan kitab- kitabnya, yang dikenal dengan kitab Pentateuch (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

12 COMMENTS

  1. Shalom, katolisitas.org

    Saya pernah mendengar penjelasan mengenai Kitab Kejadian/Genesis yang diceritakan oleh Fr. Robert Barron (pengelola situs Word on Fire). Menurut pembelajarannya, Kitab Kejadian sering digolongkan sebagai ‘bad science’ karena bertentangan dengan penelitian scientific modern. Namun katanya, Kitab Kejadian tidak bisa digolongkan sebagai ‘bad science’ karena ‘it’s not a science at all’. Di Kejadian didapati bahwa Allah menciptakan terang sebelum matahari, dsb. Namun menurut Fr. Robert, yang ingin dilukiskan di Kejadian adalah berhubungan dengan kondisi manusia awal-awal yang belum mengenal Tuhan dan menyembah segala yang ada. Dengan itu, Kitab Kejadian menyatakan bahwa, ada satu Allah yang menciptakan semuanya itu. Padahal belum tentu proses penciptaan bisa dimengerti secara literal (diciptakan semuanya dalam 6 hari, dll.) Genre Kejadian itu merupakan sebuah ‘exquisite theology’ atau teologi yang sangat indah, yaitu berisi “puisi-puisi teologis”, bukan “science”. Dalam artian, contoh, bahwa Adam dan Hawa tidak dapat dimengerti dengan secara literal, melainkan sebuah konstruksi teologis, dimana Fr. Robert Barron menyatakan bahwa Adam merupakan “the first scientist” yang meng-cataloguing (Kata-Logon: according to the word) isi dunia.

    Namun yang menjadi pertanyaan saya, apakah dengan itu kisah-kisah lain di Kejadian juga hanya merupakan sebuah ‘lukisan teologis’? Bagaimana menjelaskan ini?

    Terima Kasih.
    Tuhan memberkati.
    Pax Domini sit sempre vobiscum

    • Shalom Yohanes,

      Kardinal Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benedictus XVI) pernah menulis buku tentang Penciptaan, judulnya, “In the Beginning….”/ Pada mulanya …, dan ia mengatakan demikian:

      “…. Kitab Suci bukan buku ilmu pengetahuan/’natural science‘, dan tidak dimaksudkan untuk itu. Kitab Suci adalah buku religius dan karena itu seseorang tidak dapat memperoleh informasi tentang natural science darinya. Seseorang tidak dapat memperoleh darinya penjelasan ilmiah tentang bagaimana dunia tercipta, orang itu hanya dapat memperoleh sedikit pengalaman rohani darinya. Semua hal yang lain adalah sebuah gambaran … yang tujuannya untuk membuat realitas yang mendalam itu dapat dipahami oleh manusia. Seseorang harus membedakan antara bentuk penggambaran dan isi yang digambarkan. Bentuknya merupakan bentuk yang dapat dimengerti pada jaman itu– dari gambaran- gambaran yang menyertai orang-orang pada masa itu, yang mereka gunakan dalam pembicaraan dan pemikiran….. Maka Kitab Suci tidak dimaksudkan untuk memberitahukan kepada kita tentang bermacam spesies tanaman yang muncul secara bertahap atau bagaimana matahari, bulan dan bintang terjadi. Maksud utamanya adalah hanya untuk mengatakan satu hal, bahwa: Tuhan menciptakan dunia. Dunia ini, bukan seperti biasanya diperkirakan orang pada saat itu, merupakan percampuran secara acak antara kekuatan- kekuatan timbal balik, atau tempat tinggal kekuatan jahat yang daripadanya manusia harus melindungi diri mereka sendiri…. Melainkan, semua ini datang dari satu kekuatan, dari akal budi Ilahi Tuhan, yang menjadi — di dalam Sang Sabda– kekuatan penciptaan. Semua ini datang dari Sabda Tuhan yang sama, yang kita temui dalam pernyataan iman….” (Cardinal Ratzinger, ‘In the Beginning…’, (Grand Rapids, MI: William B Eerdmans Publishing Company, 1995), p.4-5)

      Jadi dalam hal ini, pernyataan Fr. Robert Barron bahwa bahwa Kitab Kejadian, secara khusus kisah penciptaan bukan buku ilmu pengetahuan (‘it’s not a science at all’) memang tepat. Walaupun para teolog dapat mempunyai interpretasi berbeda- beda tentang detail penciptaan, namun prinsipnya utamanya secara literal tetap dapat dipegang, yaitu bahwa Allah adalah Sang Pencipta alam semesta (alam semesta tidak terjadi secara kebetulan), dan Allah menciptakan segala sesuatu secara bertahap, bahwa jiwa manusia diciptakan oleh Allah, dan semua manusia berasal dari satu pasang manusia, dst, yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan karena itu teori makroevolusi Darwin tidak sejalan dengan iman dan akal sehat, klik di sini.

      Secara umum Gereja Katolik mengajarkan bahwa untuk mengiterpretasikan Kitab Suci, kita pertama- tama harus menerima arti literalnya terlebih dahulu, baru kemudian kita dapat menerima arti- arti spiritualnya. Tentang cara menginterpretasikan Kitab Suci menurut Gereja Katolik, sudah pernah dijabarkan di sini, silakan klik. Ini juga berlaku pada kitab Kejadian. Jadi meskipun kitab Kejadian sarat dengan penggambaran teologis (terutama pada bab- bab awalnya), bukan berarti Kitab Kejadian tidak dapat dipercaya secara literal/ historis. Tentang hal ini, mari kita mengacu kepada apa yang pernah disampaikan oleh Pontifical Biblical Commission pada tanggal 30 Juni 1909, tentang Karakter Historis dari bab- bab awal Kitab Kejadian. Teks selengkapnya dalam bahasa Inggris, dapat dibaca di sini, silakan klik.

      Intinya, isi dari dokumen itu adalah sebagai berikut (keterangan tentang artinya adalah tambahan keterangan dari katolisitas):

      1. Apakah bermacam eksegesis yang bermaksud menolak arti literal dan historis dari ketiga bab pertama dari kitab Kejadian, yang disusun di bawah ‘bungkus’ ilmu pengetahuan mempunyai dasar yang kuat?

      Jawabnya adalah: Tidak.

      Artinya: PBC mengatakan bahwa tidak ada dasar yang kuat dari telaah Kitab Suci yang menolak arti literal dan historis dari ketiga bab kitab Kejadian.

      2. Apakah di samping karakter historis dan bentuk Kitab Kejadian dan hubungan yang khusus ada dalam ketiga bab kitab Kejadian dengan bab- bab selanjutnya, ajaran para Bapa Gereja dan tradisi yang disampaikan kepada umat Israel seperti yang terus dipegang oleh Gereja, apakah boleh diajarkan bahwa bab- bab awal kitab Kejadian tersebut berisikan kisah- kisah yang tidak sungguh terjadi secara obyektif/ historis, tetapi hanya merupakan legenda yang dibungkus secara historis untuk memasukkan nilai- nilai kebenaran religius dan filosofis atau legenda yang sebagian historis sebagian lagi fiksi yang disusun sebagai pengajaran bagi umat beriman?

      Jawab: Tidak.

      Artinya: PBC mengatakan bahwa ketiga bab dalam Kitab Kejadian tentang Penciptaan harus diterima secara literal dan historis, dan bahwa bab- bab tersebut bukan berisi legenda semata.

      3. Apakah secara khusus arti literal dan historis dari hal- hal ini dapat diragukan/ dipertanyakan: penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan pada awal mula, secara khusus penciptaan manusia, penciptaan wanita dari pria, kesatuan umat manusia, kebahagiaan asali manusia pertama, perintah Tuhan untuk menguji ketaatan mereka, pelanggaran dari perintah ilahi tersebut, keluarnya manusia pertama dari status ketidakberdosaan mereka, dan janji akan Penyelamat di masa datang?

      Jawab: Tidak.

      Artinya: Harus diimani dengan teguh bahwa Allah adalah sungguh Pencipta alam semesta. Adam dan Hawa sungguh merupakan manusia pertama yang sungguh- sungguh eksis (secara historis), yang diciptakan dalam keadaan sempurna, namun yang kemudian jatuh dalam dosa; dan dosa asal ini kemudian diturunkan kepada semua umat manusia. Keberadaan dosa asal mutlak perlu diakui, sebab dengan demikian kita mengakui pentingnya kedatangan Kristus sebagai Juru selamat manusia.

      6. Apakah dengan mensyaratkan arti literal dan arti historis, interpretasi allegoris dan profetis dari perikop- perikop bab- bab awal Kitab Kejadian, dengan contoh- contoh dari Bapa Gereja dan Gereja sendiri dapat secara bijak diterapkan?

      Jawab: Ya.

      Artinya: Interpretasi allegoris dan profetis serta penerapan contoh- contoh diperbolehkan sepanjang arti literal dan historis dari bab- bab awal kitab Kejadian tersebut diterima terlebih dahulu.

      8. Apakah “enam hari” di bab pertama kitab Kejadian dapat diinterpretasikan sebagai hari secara kodrati atau sebagai ruang dan waktu tertentu, dan apakah para ahli Kitab Suci diperbolehkan untuk mendiskusikan tentang hal ini dengan bebas?

      Jawab: Ya.

      Artinya: Para ahli Kitab Suci diperbolehkan untuk mempunyai interpretasi bahwa ‘enam hari’ tersebut terjadi secara literal, ataupun terjadi dalam ruang dan jangka waktu tertentu di dalam sejarah manusia.

      Demikian semoga penjelasan di atas berguna bagi kita semua, sehingga kita tidak mudah dibingungkan oleh pandangan- pandangan yang meragukan kebenaran obyektif dari apa yang disampaikan dalam Kitab Kejadian, secara khusus di dalam ketiga bab awal kitab tersebut.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dear catholicity,

    I have a question regarding Cain. In the bible, Cain was said to had a wife. Where did she came from?

    God bless,
    Kenzo

    • Shalom Kenzo,

      1. The Catholic Church teaches monogenism, which means that all human kind was originated from a single couple, i.e. Adam and Eve:

      “For the faithful cannot embrace that opinion which maintains either that after Adam there existed on this earth true men who did not take their origin through natural generation from him as from the first parent of all or that Adam represents a certain number of first parents. Now it is in no way apparent how such an opinion can be reconciled with that which the sources of revealed truth and the documents of the Teaching Authority of the Church propose with regard to original sin, which proceeds from a sin actually committed by an individual Adam and which through generation is passed on to all and is in everyone as his own.” (Pope Pius XII, Humani Generis, 37)

      2. Consequently, in the beginning, when Adam, Eve and their children were the first human beings to exist on earth, they had no other choice than to intermarry. Adam and Eve were said to have more children, other than Cain and Abel (cf. Gen 5:4). Scripture does not tell us at what age Cain did kill Abel, but after killing his brother, Cain was scared for his own life (Gen 4:14) which shows that there seemed to be many other children or  perhaps grandchildren of Adam and Eve already living at that time. Thus, Cain’s wife (Gen 4:17) was either Adam and Eve’s daughter or granddaughter.

      However, when the number of men on earth had begun to increase, intermarry (or incest) was prohibited by God (cf. Lv 18:6-18), for the sake of men themselves. Besides, there were already enough people so that intermarry was no longer necessary. Nowadays we know that incest often results in genetic problems to the children, because two people of similar genetics as parents run a high risk of their recessive characteristics becoming dominant. Later, the human genetics have become more polluted over the centuries, and over the generations, therefore incest is prohibited. In Adam and Eve’s time, there were not so much of genetic defects, or if they had, they only had few. Thus it was safe for these first generations to intermarry.

      Peace in Christ Jesus,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Shalom Aska,

      Anda bertanya, “kenapa kitab nabi-nabi dan tulisanya diterima dalam alkitab?

      Maka jawabnya, karena melalui mereka, Allah berbicara kepada umat-Nya, dan melalui mereka Roh Kudus-Nya telah berbicara tentang Kristus.

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

      KGK 702    Sejak awal sampai “genap waktunya” (Gal 4:4) kedua utusan Bapa, yakni Sabda dan Roh tinggal tersembunyi, tetapi bekerja. Roh Allah mempersiapkan Mesias. Tanpa diwahyukan secara penuh, kedua-duanya sudah dijanjikan, supaya mereka dinantikan dan diterima pada waktu penampakan-Nya. Karena itu, kalau Gereja membaca Perjanjian Lama (Bdk. 2 Kor 3:14) ia mencari di dalamnya (Bdk. Yoh 5:39.46) apa yang Roh, “yang bersabda melalui para nabi”, hendak mengatakan kepada kita mengenai Kristus.

      Iman Gereja mengartikan “para nabi” di sini sebagai semua mereka yang Roh Kudus ilhami dalam penyusunan buku suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tradisi Yahudi membedakan hukum (lima buku pertama, yang dinamakan Pentateukh), para nabi (buku-buku yang kita namakan buku sejarah dan profetis) dan kitab-kitab (terutama buku-buku kebijaksanaan dan teristimewa mazmur) (Bdk. Luk 22:44).

      Tentang nubuat- nubuat para nabi tentang Yesus Kristus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Syallom,utk semuanya aja..

    Pak Stef,saya ingin menanyakan tentang Adam dan Hawa yang kita yakini sebagai manusia pertama yang ada di bumi ini,kalo boleh tahu dari Tradisi Suci atau Magisterium menelaah tentang hal ini sebenarnya pake rambu2 atau norma yang telah ada atau apa?Bisakah dijelaskan secara rasional,tanpa harus mengimani nya?Sampai saat ini saya masih rancu juga dengan Ilmu Pengetahuan.
    Pertanyaan selanjutnya apakah pada jaman dahulu tidak ada aturan untuk menikahi saudara sekandung, sebaba kalo dirunut dari Adam dan Hawa kan ,paling tidak harus ada perkawinan inces atau sedarah mohon dijelaskan.
    Terimakasih

    • Shalom Joan Heru,

      Gereja Katolik berpegang kepada Tradisi Suci dan ajaran Magisterium, terutama, penjelasan Paus Pius XII dalam surat ensikliknya Humani Generis (1950) yang jelas mengatakan bahwa seluruh umat manusia berasal dari satu pasang manusia pertama, Adam dan Hawa. (The whole human race stems from one single human pair- Sent- certa, Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 96)

      Ajaran ini berakar kuat dari Alkitab yang menyatakan bahwa semua manusia berdosa karena dosa manusia pertama (Adam) yang kemudian ditebus oleh Adam yang baru yaitu Kristus. Hal perbandingan antara Adam dan Kristus sebagai Adam yang baru disebutkan dalam surat Rasul Paulus (Rom 5:15, 1 Kor 15:22). Maka justru pemikiran bahwa sudah ada manusia- manusia lain yang bukan keturunan Adam, bertentangan dengan prinsip ajaran dasar tentang dosa asal, yang diturunkan dari Adam dan Hawa. Jika ada manusia lain yang bukan keturunan Adam dan Hawa, maka pertanyaannya adalah, apakah mereka juga mempunyai dosa asal? Jika ya, dari mana? Jika tidak, mereka tidak perlu dibebaskan/ ditebus oleh Kristus, dan ini bertentangan dengan yang diajarkan dalam Kitab Suci.

      Oleh karena itu, dengan mempercayai adanya monogenism (semua umat manusia berasal dari Adam dan Hawa) memang konsekuensinya, dipercaya bahwa pada awalnya memang dilakukan incest (perkawinan antar saudara), namun hal ini hanya berlangsung dalam sekian waktu dalam sejarah manusia. Setelah manusia bertambah banyak, kemudian hal ini dilarang oleh Allah untuk kebaikan umat manusia sendiri (Im 18:6-18), yang sekarang secara literal tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik, KHK 1091- § 2.

      Bagaimana menjelaskannya, mengapa demikian?
      Pada awalnya, pool genetika manusia tidak defektif. Adam dan Hawa diciptakan sempurna, dan keturunan mereka tidak menurunkan gen yang anomali. Sedangkan sejalan berjalannya waktu, akibat dosa, penyakit dan kematian yang terjadi, mengakibatkan adanya gen anomali, sehingga kemudian Allah melarang adanya pernikahan antar saudara (incest) demi kebaikan manusia.

      Maka dasar ajaran bahwa seluruh umat manusia berasal dari sepasang manusia, yaitu Adam dan Hawa, itu pertama- tama berdasarkan kebenaran Sabda Allah yang tertulis dalam Kitab Suci. Namun demikian hal ini tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sehingga kita tidak perlu mempertentangkannya. Silakan, jila anda tertarik lebih lanjut, untuk membaca tentang topik ini di sini, silakan klik, di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Syalom Saudaraku Joan Heru,

    Itulah hebatnya YESUS kita, DIA menggunakan manusia yang lemah dan berdosa ini untuk menuliskan KITAB SUCI. Pertanyaan saya :

    1. Bisakah YESUS langsung menurunkan ALKITAB ke Bumi dari Surga ?
    2. Kalau bisa, mengapa YESUS harus menggunakan manusia sendiri untuk menuliskan KITAB SUCI ?

    Jawabannya :
    Karena TUHAN ingin kita ikut terlibat dalam segala karyaNYA, dia TUHAN yang luar biasa sayang pada kita.
    Kalau mau KITAB SUCI dituliskan oleh 1 orangpun, DIA tetap bisa melakukannya. Contoh : misalnya kamu berumur 17 tahun, langsung diberi ILHAM ROH KUDUS & PENGELIHATAN mulai dari penciptaan bumi sampai ahkir jaman, kemudian kamu menuliskan semua itu sampai kamu berumur 40 tahun. Saya JAMIN pasti sudah tercipta ALKITAB.

    Kesimpulan :
    Jadi TIDAK PERLU dipertanyakan bahwa “apa mungkin itu yang menulis cuma 1 orang yang dapat hidup lebih dari 1000 tahun?”

    TUHAN YESUS MEMBERKATI & BUNDA MARIA selalu menuntun anda pada putraNYA

    • Shalom Budi,

      Seseorang memang dapat saja bertanya, apakah mungkin yang menulis Kitab Suci itu hanya satu orang? Namun kita ketahui, faktanya tidak demikian. Kitab Suci kita itu ditulis oleh banyak orang yang hidup dalam kurun waktu ribuan tahun, tentu atas inspirasi dari Roh Kudus, sehingga dapat menuliskan hal yang menjurus kepada satu hal yang sama, yaitu: misteri kasih Tuhan yang paling utama: penjelmaan Kristus Allah Putera menjadi manusia untuk menyelamatkan kita manusia. Tentu, hal penulisan Kitab Suci oleh banyak orang ini dalam kurun waktu yang panjang, [dan selama itupun tidak pernah ada proses standarisasi, namun secara obyektif sangat akurat], ini sendiri merupakan bukti yang sangat kuat akan ke-otentikannya.

      Silakan jika anda tertarik membaca lebih lanjut di sini, silakan klik.
      Sudah selayaknya kita mengagumi karya keselamatan Allah ini, yang tetap melibatkan manusia di dalamnya, justru untuk semakin menujukkan dengan semakin nyata, kebesaran-Nya yang mengatasi segalanya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Ytk, Bpk Stefanus Tays

    Saya mengucapkan terima kasih atas tanggapan yang telah bapak berikan dan sangat membantu saya dalam memahami Alkitab,..

    Pak Stef saya mau menanyakan tentang Kitab Perjanjian Lama,
    1.Sebenarnya posisinya ada dimana apakah dibawah Injil,atau bagaimana?
    2.Saya ingin menanyakan tentang Kitab Kejadian ,sebenarnya Kitab ini sumbernya darimana ?lalu kenapa dijadikan sebagai Kitab Perjanjian Lama?
    3.Didalam Kitab Kejadian orang yang bercerita itu ada berapa orang artinya beliau dapat mengetahui awal dari dunia ini, lalu ada Adam dan Hawa, Adam yang dikatakan mempunyai umur 850 tahun,Set keturunan Adam 800 tahun,Enos hidup 825 tahun, lalau sampai dengan Yusuf,bagaimana penjelasannya?apa mungkin itu yang menulis cuma 1 orang yang dapat hidup lebih dari 1000 tahun?
    Terima Kasih sebelumnya..
    Joan Heru

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.