Pertama-tama perlu kita ketahui terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut sebagai New Age Movement (NAM), baru setelah itu kita bahas mengenai yoga dan reiki. Menurut Paus Yohanes Paulus II dalam bukunya “Crossing the Treshold of Hope“, NAM sebetulnya memiliki kemiripan dengan heresi/ ajaran sesat di abad pertama yaitu Gnosticism. Gnosticism kuno sebenarnya telah ada sebelum Kristus. Gnosticism tidak secara khusus mempunyai hirarki dan lembaga yang jelas, tetapi ia ‘menyusup’ pada agama-agama yang sudah ada, menggunakan struktur agama tersebut sambil mengaburkan apa yang menjadi kepercayaan agama tersebut dan ajaran aliran Gnosticism sendiri. Hal serupa terjadi pada NAM. Ciri-ciri Gnosticsm yang mencoba merasuki iman Kristiani:
- Percaya pada Allah yang sama sekali tak dapat diketahui oleh orang biasa, kecuali dengan pengetahuan rahasia (‘gnosis‘). Allah ini memancarkan allah yunior (aeons) yang menjembatani antara dunia material dan Allah. Salah satu dari allah yunior ini disebut Demiurge (allah pencipta). Demiurge ini menciptakan dunia material.
- Demiurge ini menciptakan dunia material yang jahat. Jadi kejahatan bukan akibat dosa asal, tapi karena pengaruh dunia material.
- Menurut para gnostics, Yesus adalah salah satu dari allah yunior ini. Karena para gnostics itu membenci tubuh/ dunia material, maka mereka menolak Inkarnasi (Allah menjelma menjadi manusia/ mengambil bentuk tubuh manusia) dan kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi. Menurut mereka, Yesus datang untuk membebaskan manusia dari pengaruh Demiurge.
- Karena membenci tubuh yang berupa materi, maka pengajaran yang mereka tawarkan adalah ‘pembebasan’ dari tubuh, melalui praktek Gnosticism.
- Bagi mereka, pengajaran Yesus hanya diberikan kepada sebagian pengikut-Nya, dan keselamatan diperoleh bukan dengan rahmat Tuhan, melainkan dengan mempelajari ‘pengetahuan rahasia’ tersebut.
Pada jaman para rasul, sudah ada pengaruh Gnosticism yang ingin ‘mengaburkan’ kebenaran Injil. Maka pada surat kepada jemaat di Kolose Rasul Paulus memperingati mereka untuk tidak mengikuti ‘roh-roh dunia’/ cosmic powers (Kol 2:8), dan Rasul Yohanes juga memperingatkan jemaat terhadap ajaran sesat yang tidak mengakui bahwa Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2).
Sekarang ini prinsip Gnosticism terdapat dalam NAM, yang sesungguhnya berakar dari agama-agama Timur, terutama Hindu Pantheism dan Buddha. Kepercayaan NAM adalah bahwa segala sesuatu adalah Satu (Brahman) dan Satu adalah Tuhan. Dunia yang kita ketahui sekarang adalah ilusi. Jadi tujuan hidup bagi penganut NAM adalah untuk menemukan kesatuan dan keilahian di dalam segala sesuatu. Maka tujuan dari latihan rohani NAM adalah untuk menemukan keilahian dalam setiap orang, bahwa setiap kita adalah Tuhan! Maka setiap kita akan kehilangan jati diri sebagai individu, dan terserap di dalam kesatuan yang disebut Nirwana. Kesatuan tersebut bukan pribadi, namun suatu Energi universal. Jadi Allah di sini digambarkan sebagai Energi.
Bagaimana mengatur/ mengarahkan ‘energi’ inilah yang diajarkan oleh reiki, dan juga sesungguhnya oleh yoga, dengan aneka gerakan. Pada tahap awal, mempelajari gerakan-gerakan ini sepertinya tidak berbahaya, namun pada tahap lanjut mengarah kepada suatu meditasi pengosongan diri dan mantra-mantra tertentu. Praktek seperti demikian tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, dan karenanya sesungguhnya tidak boleh diikuti oleh umat Katolik. Sesungguhnya mengikuti gerakan yoga sebatas olah raga tidak menjadi masalah, asalkan jangan sampai mendalami ke tahap yang lebih dalam. Namun jika dapat dihindari, tentunya hal itu lebih baik; sebab sesungguhnya dapat saja dipilih bentuk olah raga yang lain yang tidak mengarah kepada NAM. Karena semakin yoga/ reiki dituruti, semakin ada tingkatan tertentu yang jika diikuti terus tidak sesuai dengan iman Katolik, sebab:
- Kita percaya bahwa Allah bukan merupakan “Energi”, tetapi merupakan “Pribadi” dalam hal ini Pribadi Trinitas Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Jangan lupa bahwa bagaimanapun dashyatnya energi, tetaplah kapasitasnya berada di bawah mahluk spiritual. Jadi adalah semacam kontradiksi, jika manusia diciptakan oleh “energi”, yang tidak dapat berpikir, tak dapat merasa, apalagi mengasihi. Bagi kita, tidak mungkin manusia yang merupakan mahluk spiritual diciptakan oleh “Energi”, berdasarkan prinsip akal sehat, bahwa tidak mungkin sesuatu yang lebih rendah menciptakan yang lebih tinggi, atau seseorang tak mungkin memberikan sesuatu yang tidak lebih dahulu dipunyainya. (Lihat artikel: Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada)
- NAM percaya akan adanya kesatuan yang abstrak, yang mengarah pada tidak adanya individu lagi, tidak ada lagi perbedaan antara yang jahat dan baik, semua dipandang sebagai ilusi. Hitler akan dipandang sama saja dengan Bunda Teresa. Tentu saja hal ini bertentangan dengan akal sehat; dan sama saja dengan menolak akal sehat.
- Iman Kristiani tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh (dunia material) itu jahat (evil), bahkan dikatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (lihat 1 Kor 6:19; 3:16). Maka ajaran NAM agar kita membebaskan diri dari tubuh adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
- Iman Kristiani malah mengajarkan kebangkitan badan pada akhir jaman nanti, di mana tubuh akan bersatu kembali dengan jiwa. Jadi ajaran NAM berupa ‘pembebasan’ manusia dari tubuh sebagai prinsip keselamatan juga tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen.
- Dengan mengikuti latihan-latihan NAM, seperti yoga dan reiki, apalagi jika mencapai tingkatan tertentu, maka pusat dan fokus latihan rohani adalah diri sendiri, dan bukannya Allah. Jika pada awalnya mungkin seolah-olah diperbolehkan untuk merenungkan Allah, namun pada tahap tertentu tidak demikian lagi halnya.
- Tanpa disadari, mereka yang mengikuti latihan-latihan tersebut akan lebih mengandalkan latihan pengaturan ‘energi’ tersebut daripada bersandar pada doa dan menimba kekuatan dari Tuhan sendiri.
Saya menganjurkan, jika ada orang Katolik yang tertarik melakukan meditasi, silakan mempelajari meditasi yang diajarkan oleh Para Orang Kudus yang sesuai dengan tradisi iman Katolik, seperti meditasi ala St. Theresia dari Avila, St. Franciskus de Sales, atau St. Ignatius dari Loyola, dan St. Yohanes Salib. Fokus meditasi tersebut adalah Allah dan bukan “mengosongkan diri”. Meditasi yang dianjurkan Gereja adalah meditasi dengan merenungkan Sabda Allah, yang disebut “Lectio divina”, atau sering juga dikenal dengan sebutan ‘berdoa dengan Sabda Tuhan’. Meditasi ini jelas berbeda dengan meditasi ala NAM.
Pihak Vatikan pernah mengeluarkan dokumen mengenai tanggaan Gereja terhadap New Age Movement, yang pada dasarnya menolak paham NAM tersebut, dan aneka bentuk penggabungan antara NAM dan iman Kristiani. Silakan membaca dokumen-nya di sini: Pontifical Council for Culture, Pontifical Council for Inter-religious Dialogue, Jesus Christ the Bearer of the Water of Life: A Christian reflection on the “New Age”(silakan klik) dan Presentations of Holy See’s document on “New Age”. (silakan klik)
Salam, Katolisitas. Akhirnya saya menemukan penjelasan yang padat mengenai hal ini setelah bertanya-tanya pada rekan2 sesama Katolik yg jawabannya bias, berbeda2 mengenai hal ini.
Saya pernah memelajari teknik menyembuhkan diri sendiri melalui pernapasan, lewat sebuah video di YouTube, yang pada dasarnya begitu sederhana hanya tarik napas buang berkali2 dan tiba2 perut saya terasa panas, yang disebut energi/chakra yang bs saya pindahkan ke bagian tubuh saya yang lain hanya dengan menyentuhnya. Saya tidak ingin memercayainya tapi saat itu leher saya yang sakit terasa membaik. Saya senang tp di satu sisi hati saya meragukannya dan rasanya tidak enak setelah berpraktek demikian (meski hanya coba2!) seperti ada peringatan dalam diri saya. mana mungkin saya yang orang biasa ini tiba2 punya kekuatan utk menyembuhkan diri dengan “panas” ini, seolah2 saya tiba2 bisa bermukjizat..hanya dengan bernapas?
Ketakutan hati saya akan “kekuatan” tersebut yang terkesan gaib utk saya yg asing pd hal2 ini membuat saya berusaha melupakan bahwa saya pernah melakukannya, dan ternyata benar saja… Puji Tuhan, sepertinya saya telah dilindungi oleh Roh Kudus sang penasehat sejati.
Terimakasih kpd tim Katolisitas atas artikel mengenai hal ini, smg semakin banyak orang2 yang bertanya2 seperti saya menemukan artikel ini, juga menjadi bahan untuk saya menjelaskan bagaimana pandangan Gereja mengenai hal ini kepada rekan-rekan yang bingung. Smg berkat Tuhan selalu menyertai Katolisitas.
Saya pernah diajak teman saya utk melakukan reiki. Saya lgsung heran dan bertanya apa itu reiki? Dia blg itu smcam penyembuhan dlm diri yg mngaitkan energi dlm tubuh. Lalu krna rasa tdk percya saya sy lgsung blg bhwa dlm Kristen kmi tdk mngenal reiki dan kmi tdk mempercayainya. Yg kmi percaya adalah Yesus sebagai penyembuh bukan lwat reiki. Puji Tuhan saya tahu itu ajaran yg slh yg bertentangan dgn iman kristen saya
[Dari Katolisitas: Ya, Anda benar, ajaran penyembuhan diri sendiri yang dikaitkan dengan energi tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani.]
saya lusia, besar di keluarga katolik, yang sangat saya syukuri dan kasihi.
ada kalanya ada persoalan, seperti 4 tahun lalu, ayah saya terkena serangan stroke. Sudah berobat ke rumah sakit dan minum obat herbal,dan pijat alternatif. Puji Tuhan keadaaan ayah sudah membaik, walaupune tangan kiri dan kaki kiri belum cukup kuat untuk digerakkan. suatu saat, kakak saya mendapat informasi kalau ada teman yang bisa menyembuhkan penyakit dengan kekuatan supranatural. singkat ceritanya, ternyata sakit stroke yang dialami ayah bukan secara medis, tapi non medis, karena gangguan roh jahat. tetapi selain berobat itu, ibu selalu megingatkan kalo itu hanya sarana penyembuhan, penyembuh utama adalah Tuhan Yesus, ibu selalu mengajak kami untuk selalu berdoa malam bersama. setelah berobat, memang keadaan ayah semakin membaik dan tidak tergantung obat rumah sakit, dan yang lebih terasa perbedaannya adalah sikap dan emosi ayah sekarang tidak seperti dulu yang sangat emosional dan gampang marah. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana menurut pandangan secara katolik tindakan kami dengan melakukan pengobatan melalui tenaga supranatural? terima kasih.GBU.
Shalom Lusia,
Dewasa ini memang dunia banyak menawarkan aneka cara penyembuhan, bahkan dengan istilah yang seolah-olah dapat diterima oleh iman Kristiani. Penyembuhan supranatural yang dikenal oleh kita umat Kristiani adalah penyembuhan yang terjadi dalam nama Yesus, yang adalah Seorang Pribadi, dan bukan sebuah Energi/ Tenaga. Silakan Anda menilik kepada cara penyembuhan yang ditawarkan itu, apakah dengan doa-doa dan merenungkan firman Tuhan? Apakah digunakan perantaraan orang lain (master) atau medium lain atau disebutkannya suatu tenaga dari dalam diri sendiri untuk menyembuhkan? Jika dengan doa dan firman Tuhan itu baik, dan tidak perlu dicurigai. Tetapi jika dengan perantaraan orang lain (master), transfer tenaga dalam, pentagram/ ataupun medium lainnya, maka ini patut dikritisi. Sebab jangan sampai Anda sekeluarga, menjadi lebih akrab dengan doa ‘tenaga supranatural’ yang belum tentu dari Tuhan Yesus, daripada dengan sakramen Ekaristi, yang sudah jelas dari Tuhan Yesus.
Silakan Anda membaca artikel tentang hal ini di atas, silakan klik, dan tanya jawab di bawahnya (sejauh ini ada dua halaman situs. Di halaman pertama, kami beerdialog dengan salah seorang aktivis metode penyembuhan dengan energi, yang dilarang oleh Gereja Katolik).
Mari dalam kita beriman kepada Yesus, kita berikan ketaatan kita yang sepenuhnya, tanpa mendahulukan kehendak ataupun pemikiran kita sendiri.
Kami turut bersyukur dengan keadaan ayah Anda yang semakin membaik. Dengan dukungan doa seluruh keluarga, doa rosario, sakramen Ekaristi, semoga Ayah Anda akan semakin pulih. Jika dipandang berguna, silakan mendoakan bersama dalam keluarga Anda, Doa melawan kekuatan kegelapan, klik di sini.
Teriring doa dari kami di Katolisitas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
pertanyaan .
apakah cikung tidak bertentangan dengan ajaran gereja katolik ( liturgi ekaristi ) ?
terima kasih mohon penjelasannya.
Shalom Samuel,
Qigong yang mengacu pada kata Qi/ chee mengacu pada kata energi atau energi kehidupan, dan Gong artinya kerja. Maka Qigong mengacu kepada praktek ‘mengerjakan energi kehidupan’ dalam diri seseorang. Nah, memang tersirat di sini adanya semacam kepercayaan akan adanya energi di dalam tubuh yang mengatur kehidupan seseorang, dan bahwa energi ini dapat dikendalikan. Paham tentang kekuatan ‘energi’ yang dapat mengendalikan kesehatan ataupun keadaan seseorang ini yang memang kurang dapat dijelaskan dari sisi iman, sebab tersirat di dalamnya bahwa pandangan sedemikian menempatkan diri sendiri, dan bukan Tuhan sebagai pengendali segala sesuatu.
Maka, walaupun memang tidak semua praktek Qigong berkaitan dengan hal spiritual, namun, prinsip dasar tentang kekuatan energi yang melandasi paham ini, sejujurnya tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Maka, jika yang ingin diambil manfaatnya adalah hanya teknik pernafasannya, atau gerakan-gerakan atau posisi tubuh tertentu, ramuan obat-obatan, teknik pijat dst, memang nampaknya tidak berbahaya, namun kisahnya akan lain, jika mulai ada latihan-latihan meditasi non-Kristiani maupun manipulasi interaksi dengan mahluk hidup lainnya. Maka walaupun nampaknya tidak berbahaya, namun karena prinsip yang mendasarinya sesungguhnya tidak sesuai dengan prinsip ajaran iman, maka tetaplah praktek ini perlu diwaspadai. Karena ada kemungkinan, seseorang yang telah melakukan tahap praktek yang nampaknya tidak berbahaya itu, akan sedikit demi sedikit tertarik untuk semakin meningkatkan efeknya. Bahkan dapat terjadi, tanpa disadarinya, ia memasuki ranah spiritual praktek ini yang akhirnya dapat mengguncangkan imannya sendiri akan Allah, yaitu, setelah ia seolah merasakan adanya energi yang berperan dalam tubuhnya. Dapat terjadi, sebagai akibatnya, ia bahkan lebih memilih latihan Qigong daripada mengikuti perayaan Ekaristi, misalnya. Dan di sinilah terjadi bagaimana peran energi yang dikendalikan oleh diri sendiri itu menggeserkan peran Tuhan dalam hidup orang tersebut.
Maka yang perlu diwaspadai, adalah jangan sampai menggantikan/ menggeserkan tempat Allah sebagai pengendali segala sesuatu, dengan diri sendiri.
Fokus kepada energi dalam diri seseorang merupakan inti ajaran New Age Movement, dan tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel di atas, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam damai. mBak Inggrit pertama saya trimakasih atas artikelnya tentang New Age Movement. Dengan membaca artikel ini saya merasa bahwa selama ini saya salah, karena ketidak tahuan. Saya banyak membaca buku tentang pengembangan diri dan perubahan pola pikir. Buku terbaru yang saya baca adalah There’s a spiritual solution to every problem karangan Wayne W. Dyer. Setelah saya membaca artikel tentang NAM baru saya tahu kalo Dyer ini rupanya penganut NAM. Dan buku sebelumnya adalah The way to love karangan Anthony de Mello yang mendapat perhatian juga dari Bapa Suci Benedictus.
Sekali lagi trimakasih.
Salam Damai
saya ingin bertanya, apabila seseorang terlibat atau pernah terlibat dalam praktek yang berkaitan dengan NAM seprti contoh2 yg telah disebutkan baik secara aktif ataupun tidak (hanya sepintas seperti percaya ramalan, horoskop, menyukai lagu2 yg berkaitan dng NAM, dll ) telah melakukan dosa berat?
saya juga pernah berpikir kalo ramalan bintang tidak salah karena ada di Injil tentang 3 orang Majus yang mengetahui tentang Yesus lewat ramalan dan melihat bintang. Tolong dikoreksi pemahaman saya
Salut dengan Katolisitas
Terima kasih
Shalom Arto,
KGK, 1857 menuliskan “Supaya satu perbuatan merupakan dosa berat harus dipenuhi secara serentak tiga persyaratan: “Dosa berat ialah dosa yang mempunyai materi berat sebagai obyek dan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan” (RP 17).” Dengan kata lain, perbuatan tersebut adalah mempunyai materi dosa yang berat, tahu bahwa itu dosa berat, namun melakukannya juga. Jadi, kalau sebelumnya, seorang Katolik terlibat dalam NAM karena ketidaktahuannya, maka sebenarnya belum termasuk dosa berat, walaupun tetap berdosa. Namun, setelah dia tahu bahwa Gereja melarang NAM dan kemudian dia tetap melakukannya, maka dia dapat terjerumus ke dalam dosa berat.
Sebenarnya, kalau kita mau melihat bahwa Gereja ingin melindungi anak-anaknya dari kesesatan, maka kita dapat mengerti bahwa peraturan yang diberikan oleh Gereja Katolik adalah untuk melindungi umat Allah. Yang ditakutkan dari NAM adalah lama-kelamaan akan mengambil dasar kekristenan kita yang berakar pada Kristus. Dan apakah yang tersisa dari iman Katolik kita, kalau Kristus sebagai dasar iman kita diganti dengan hal-hal lain?
Di Mat 2:2, orang-orang majus dari Timur bertanya-tanya “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Tidak dijelaskan apakah melihat bintang adalah merupakan ramalan. Ada beberapa interpretasi berkaitan dengan ayat ini. Ada interpretasi secara literal, bahwa memang terjadi semacam meteor atau bintang yang terlihat jelas pada waktu itu. Ada yang menginterpretasikan bahwa kaum majus dari Timur mungkin juga mengetahui tentang Mesias dari nubuat Balaam (lih. Bil 24:17). Dan tentu saja terbuka kemungkinan bahwa Tuhan juga dapat memberikan pengetahuan secara istimewa kepada kaum majus dari Timur, sama seperti Tuhan memberikan pengetahuan kepada Balaam. Namun, bukan berarti bahwa tanda bintang ini dapat membenarkan astrologi. Hal ini ditegaskan oleh St. Gregorius (Hom. 10) dan St. Agustinus di (lib. 5, de Civitat. Dei, c. 1, &c.)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Reiki adalah istilah dari energi alam semesta sebainya Gereja Katolik tidak perlu resah dan menganggap Reiki adalah sesat dipandang dari sudut ajaran Gereja .
sebelumnya alangkah baiknya untuk mendalami Reiki itu apa. jadi tidak ujug ujug mengangapnya itu sebagai sesuatu yang sesat. kalau ingin menilai buku jangan hanya melihat sampulnya tapi pahamilah dan telaahlah sampai tuntas baru boleh mengadakan penilaian apapun itu ujudnya. sangatlah tidak profesional bila menilai sesuatu hanya dari katanya orang atau informasi yang sempit. kalau ingin merasakan dinginya air ya mandilah dengan sungguh2.
ada ungkapan bahwa “”Tuhan Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam “” cobalah dalami kata2 diatas itu. dengan apakah Tuhan Yesus Kristus memelihara alam semesta ini? dengan kuasaNYA nah kuasanya ini berbentuk apa kalau memenang semua harus bisa dijabarkan melalui akal?
Tahukah Artinya Yoga ? yoga artinya “” manunggaling kawulo Gusti”” bersatunya Tuhan dengan manusia nah ini bukankah setiap hari kita lakukan ketika kita menerima Sakramen Maha Kudus ?
jadi sebaiknya janganlah terlalu dirisaukan karena sekali lagi kalau ingin menilai buku jangan hanya dilihat dari sampulnya.
salam
Submitted on 2012/05/31 at 8:26 am
sebaiknya Gereja Katolik tidak menyama ratakan semua dukun dan paranormal itu semua buruk menurut pandangan dan ajaran Gereja Katolik tapi hendaknya berhati hati karena didalam dukun dan paranormal masih ada kebaikan karena saya pribadi pernah menekuni / sekolah “”perdukunan dan keparanormalan”” jadi sebaiknya diteliti dulu secara mendalam tentang hal tersebut sehingga tidak menghakimi mereka mereka yang belum tentu bersalah karena mereka juga adalah bagian dari umat Allah . “”KASIHILAH MUSUH MUSUHMU”” adalah perintah yang paling berat dan mustahil untuk dijalankan oleh pengikut pengikut Kristus. jadi berlapang dadalah sambil menunggu buahnya karena dari buah kita tahu pohonya.
saya sendiri adalah salah satu bagian dari paranormal itu. dan spesialisasi saya adalah pemanggil arwah. Arwah tersebut bukan untuk diusir atau dianiaya tapi untuk dipersembahkan kepada Tuhan Yesus satu satunya Tuhan yang nyata dan hidup setelah diajak berdoa dan bertobat dan kalau boleh saya tegaskan tiada Tuhan selain Yesus yang mati dikayu salib itu.
saya membuka diri bagi siapapun untuk diskusi baik secara langsung maupun tidak
dan paranormal yang saya ajarkan adalah berdasarkan Kitab Suci, Ekaristi dan Kasih jadi sudah tidak bisa lepas dari kekatolikan
jadi saya harap mereka yang ahli hukum2 Gereja janganlah terlalu kaku dalam “”menghakimi”” sesama pengikut Kristus apalagi yang Katolik
salam
Shalom jbsoemitro,
1. Gereja Katolik ujug-ujug menganggap Reiki sesat?
Dari pesan Anda, nampaknya Anda berpandangan bahwa Gereja Katolik tidak mempelajari terlebih dulu tentang New Age Movement (termasuk di dalamnya Reiki ini) lalu -meminjam istilah Anda- ujug-ujug menganggap Reiki sesat. Ini adalah anggapan yang keliru. Silakan Anda membaca terlebih dahulu dokumen yang dikeluarkan oleh Vatikan tentang ajaran New Age ini, silakan klik. Anda akan mengetahui bahwa di sana dibahas tentang ajaran-ajaran New Age Movement itu, yang diambil dari sumber-sumber resmi New Age itu sendiri; dan dijelaskan di sana mengapa ajaran tersebut tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Sedangkan penjabaran tentang Reiki, dan mengapa Gereja Katolik tidak dapat menerimanya sebagai alternatif cara penyembuhan, klik di sini.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa “Tuhan Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam” (lih. KGK 786), namun tidak mengartikan Raja semesta alam itu dengan kuasa/ energi penyembuhan ilahi atau pikiran ilahi atau kesadaran ilahi, seperti diajarkan dalam Reiki. Gereja Katolik tidak membatasi penyembuhan hanya yang dapat dijelaskan dengan science (ilmu pengetahuan), namun Gereja juga mengakui penyembuhan yang diperoleh melalui kuasa adikodrati seperti yang terjadi dalam penyembuhan dan mukjizat-mukjizat yang terjadi atas kuasa doa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian, Reiki tidak termasuk di dalam kedua cara penyembuhan itu, sebab yang berperan dalam proses kesembuhan itu adalah ‘energi universal’ yang berada di bawah kuasa pikiran dan kehendak manusia. Demikian pula, proses “attunement” yang diperoleh melalui upacara sakral yang melibatkan manifestasi dan kontemplasi simbol-simbol tertentu yang hanya diketahui oleh para master Reiki, di sini juga tidak dapat dikatakan sesuai dengan iman Kristiani.
2. Yoga artinya ‘manunggaling kawulo Gusti’?
Jika kita membaca buku-buku referensi maupun situs-situs tentang yoga, dikatakan bahwa: 1) asal kata ‘yoga’ adalah ‘yuj’, yang artinya mempersatukan atau menggabungkan; 2) akar kata yang kedua dari yoga adalah samadhi, yang dijabarkan sebagai ‘tahap pikiran yang di dalamnya kita dengan sendirinya menjadi begitu dalam digabungkan dengan obyek yang sedang diselidiki sehingga batasan-batasan identitas pribadi kita dikesampingkan untuk sementara waktu. Dari definisi ini saja terdapat hal yang tidak dapat langsung dikatakan bahwa yoga itu pasti sesuai dengan meditasi Kristiani, sebab: 1) di dalam definisi yoga sendiri tidak secara eksplisit disebutkan bahwa ‘obyek’ yang dituju itu adalah Tuhan; 2) seandainyapun tujuan/ obyeknya Tuhan, namun persatuan dengan Tuhan menurut iman Kristiani, tidak meniadakan identitas pribadi kita.
Salah satu mistik Katolik yang terkenal, St. Katarina dari Siena, menuliskan wahyu pribadinya, mengenai perkataan Tuhan tentang jiwa-jiwa yang mengalami persatuan dengan Tuhan: “Mereka adalah seperti batu bara yang menyala yang tak dapat dipadamkan ketika batu bara itu telah seluruhnya terbakar di dalam tungku api, sebab batu bara itu telah diubah menjadi bara api. Demikianlah yang terjadi pada jiwa-jiwa ini yang telah dimasukkan ke dalam tungku api cinta kasih-Ku, yang tidak menahan apapun, tak sedikitpun dari kehendak mereka di luar Aku, namun seluruhnya dinyalakan di dalam Aku. Tak ada seorangpun yang dapat merebut mereka atau menyeret mereka keluar dari rahmat-Ku. Mereka telah disatukan dengan Aku dan Aku di dalam mereka.” (St. Catharine of Siena, The Dialogue (Paulist Press 1980) p. 147). Analogi serupa juga dijabarkan oleh St. Yohanes dari Salib, yang juga adalah seorang mistik Katolik. Intinya dalam meditasi Kristiani, tujuannya bukan kekosongan total, tetapi persatuan dengan Tuhan, di dalam cinta kasih-Nya, dan persatuan ini tidak meniadakan identitas pribadi yang bersangkutan (dalam analogi tersebut batu bara menjadi bara yang menyala).
Memang terdapat beberapa jenis yoga, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa praktek yoga semuanya tidak sesuai dengan iman Kristiani. Tetapi harus disadari bahwa pada tingkatan yang tertinggi, yoga bertujuan untuk membawa yang melakukannya kepada kekosongan total, dan inilah yang tidak sesuai dengan prinsip ajaran Kristiani. Tentang hal ini pernah dibahas di sini, silakan klik.
3. Paranormal Katolik dengan memanggil arwah?
Apa yang disampaikan di situs katolisitas tidak bertujuan untuk menghakimi pribadi orang-orang tertentu, tetapi untuk membantu kita sebagai umat Katolik untuk memilah, apakah suatu perbuatan ataupun ajaran tertentu sesuai dengan ajaran iman Katolik atau tidak.
Tentang pemanggilan arwah, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Maka, Gereja Katolik, berdasarkan Kitab Suci melarang kita umat Katolik untuk memanggil arwah, ataupun berkomunikasi dengan arwah, dengan maksud membuka tabir masa depan. Namun demikian, memang diketahui bahwa di dalam kehidupan beberapa Santa/ Santo, terdapat pengalaman rohani di mana mereka dikunjungi jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian (namun para Santa/ Santo ini tidak memanggil arwah tersebut). Menurut kesaksian para orang kudus itu, umumnya jiwa-jiwa itu minta didoakan, agar mereka dapat beralih ke Surga; dan doa yang terbaik dalam hal ini adalah doa intensi yang dipersembahkan di dalam perayaan Ekaristi. Umumnya para santa/santo itu mendoakan jiwa-jiwa tersebut, dan secara khusus mengajukan intensi Misa Kudus untuk mereka. Setelah itu umumnya jiwa-jiwa tersebut tidak lagi minta didoakan oleh para Santa Santo tersebut, sebab oleh belas kasihan Allah mereka telah digabungkan dalam kerajaan surga.
Bukan dalam wewenang saya untuk menilai apakah pengalaman Anda serupa dengan yang dialami oleh para kudus tersebut. Mungkin Anda sendiri dapat merenungkannya dan menilainya. Jika mendoakan jiwa-jiwa itu adalah talenta yang diberikan kepada Anda, tentu itu sesuatu yang positif, tetapi seharusnya tidak melibatkan aktivitas pemanggilan arwah, sebagaimana disebutkan dalam KGK 2116 tersebut, sebab di balik aktivitas tersebut, terselubung kehendak berkuasa atas waktu, sejarah, atas manusia, dan keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Dan ini bertentangan dengan penghormatan yang seharusnya hanya diberikan kepada Allah.
Anda dapat saja tidak setuju dengan apa yang kami sampaikan di sini, itu adalah hak Anda. Tetapi adalah hak kami juga untuk menyampaikan ajaran iman Katolik, sebagaimana diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik. Kami tidak menghakimi Anda, namun kami hanya menyampaikan apa yang diajarkan Gereja Katolik, sehubungan dengan pernyataan Anda tentang Reiki, yoga dalam kaitannya dengan meditasi Kristiani, dan hal pemanggilan arwah.
Semoga dapat dipahami maksud baik kami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yth,Team katolisitas. Sy may tanya: diartikel diatas ditulis “jiwa-jiwa dari mans-mans yang telah meninggal dunia dan minta didoakan itu” , itu= adalah: arwah dari Mans-mans yang selama hidupnya didunia adalah: pemeluk agama Katolik, atau non katolik or apa ya … (mksd sy mis: apakah mereka slm hdp di dunia itu mis: org Atheis, atau agama lain atau gimana gitu…… ??
Menurut team katolisitas, sesghnya ada berapa sorga dan neraka ?? Dan dari pandangan dari (ajaran) katolik dan gereja katolik ??/ mengapa sy tanya, krn: pernah sy dengar,ada orang lain – orang lain bisa saja beranggapan dan ada pernah bicara ke sy, bhw: “didunia ini ada banyak agama-agama (mksd: dari agama-agama samawi = pengikut, pemercaya nabi Abraham, dst), s/d agama-agama non samawi, maka: “ada banyak sorga dan ada banyak neraka”, gitu….( sy tertawa aja sih,krn: sy jadi ingat kok kayak kavling rumah kali ya…..di sorga sana,–tersenyum) . Terima kasih sy tunggu jawabannya. terima kasih.
Shalom Sartika,
Gereja Katolik menurut pengajaran para Bapa Gereja mengajarkan bahwa surga adalah suatu tempat atau keadaan kediaman Allah beserta para kudus-Nya yang mulia. Di surga inilah para orang benar akan memandang Allah sebagaimana Ia yang sesungguhnya, tanpa tedeng aling-aling, sebagaimana dirumuskan oleh Paus Benediktus XII (1336) demikian:
“Kami mendefinisikan bahwa jiwa-jiwa semua orang kudus di surga telah melihat dan benar-benar melihat Sang Hekekat Ilahi oleh intuisi yang langsung dan muka dengan muka, dengan bijak sehingga tak ada sesuatupun yang menghalangi sebagai obyek penglihatan, tetapi hakekat Ilahi mempresentasikan diri-Nya sendiri di hadapan mereka secara langsung, tanpa selubung, dengan jelas dan terbuka; lagipula, bahwa di dalam pandangan ini mereka menikmati Hakekat Ilahi, dan bahwa oleh pandangan ini dan kenikmatan ini, mereka sungguh terberkati dan memiliki kehidupan kekal dan istirahat kekal.” (Denzinger, Enchiridion, ed. 10, n. 530–old edition, n, 456; cf. nn. 693, 1084, 1458 old, nn. 588, 868).
Argumen Kitab Suci tentang hal ini diperoleh dari 1 Kor 13:8-13 (lih.Mat 18:10; 1 Yoh 3:2; 2 Kor 6:6-8)
Dengan prinsip ini, karena Tuhan Sang Hakekat ilahi itu hanya ada satu, maka Surga itu hanya ada satu. Sebaliknya, karena neraka adalah suatu keadaan keterpisahan dari surga yang satu ini, maka neraka juga hanya ada satu.
KGK 1033 …. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini, dinamakan “neraka”.
KGk 1034 Yesus beberapa kali berbicara tentang “gehenna”, yakni “api yang tidak terpadamkan” (Bdk. Mat 5:22.29; 13:42.50; Mrk 9:43-48), yang ditentukan untuk mereka, yang sampai akhir hidupnya menolak untuk percaya dan bertobat, tempat jiwa dan badan sekaligus dapat lenyap (Bdk. Mat 10:28)….
KGK 1035 Ajaran Gereja mengatakan bahwa ada neraka, dan bahwa neraka itu berlangsung sampai selama-lamanya. Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat, masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati, di mana mereka mengalami siksa neraka, “api abadi” (Bdk. DS 76; 409; 411; 801; 858; 1002; 1351; 1575; SPF 12). Penderitaan neraka yang paling buruk adalah perpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang ia rindukan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom jbsoemitro..
Ya.. ini akan benar2 menjadi sesat apabila sdr lebih mempercayainya(kemampuan anda) ketimbang percaya dgn Tuhan Yesus Kristus Sendiri..
_____________________________________________________________________
Rendah Hatilah supaya Ia berkenan kepadaMu..
_____________________________________________________________________
Berkah Dalem Gusti
Fiat Voluntas Tua..^^
[Dari Katolisitas: Nampaknya perlu ditekankan kata “apabila/ kalau” itu. Dan suatu yang perlu direnungkan adalah apakah kita semua (tidak hanya yang terlibat dalam diskusi ini) cukup rendah hati untuk mendengarkan dan menaati apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja, yang telah diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk “mengikat dan melepaskan” (Mat 18:18), artinya, menentukan sesuatu sebagai hal yang benar/mengikat atau tidak; mana yang disebut sebagai dosa/ pelanggaran dan mana yang tidak]
Salam dalam kasih Yesus Kristus
Saya telah membaca tulisan Anda tentang Reiki dan gerakan movement. Terima kasih atas informasinya yang sangat mencerahkan. Saya ingin bertanya, suatu ketika saya memiliki kenalan orang Katolik yang memperdalam Reiki.
Orang ini bahkan bisa menebak karakter dan perilaku orang lain dengan menyebutkan namanya, padahal orang ini tidak mengenal orang yang bersangkutan. Misalnya saja:
“Siapa nama kawanmu” ucapnya
“Ignasia Kimi” (bukan nama sebenarnya), sahutku
Dia kemudian berkomentar, “wah, si Ignasia orangnya bla bla bla”
Kadang diikuti dengan nasihat, “hati-hati sebaiknya jangan temenan saja dia, karena orangnya bla bla bla”
Mohon maaf, dialog di atas hanyalah contoh saja. Namun kira-kira kejadian seperti itulah yang pernah saya alami ketika bertemu dengan orang yang memperdalam reiki ini.
Pertanyaan saya, apakah hal-hal seperti ini pantas kita percayai? Dan bagaimana menurut pandangan iman Katolik? Mohon penjelasannya! Terima kasih
Shalom Doni,
Tentang hal ramalan Katekimus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8.). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Jadi kita tidak boleh percaya kepada segala bentuk ramalan, apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam proses attunement dalam Reiki juga membuka kesempatan keterlibatann roh-roh tertentu, dan karena itu bertentangan dengan kepercayaan dan penghormatan kita yang penuh, yang harus diberikan kepada Allah saja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mohon penjelasan mengenai pro-kontra ajaran Anthony de Mello? apakah dengan mengambil perumpamaan dari ajaran lain termasuk NAM dan bertentangan dengan ajaran Katolik? Referensi dari catatan Paus Benediktus XVI: http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_19980624_demello_en.html
[Dari Katolisitas: Kami sudah pernah menanggapi pertanyaan serupa di sini, silakan klik. Gereja Katolik menentang ajaran NAM, sehingga memang seharusnya para pengajar iman Katolik tidak mengambil contoh- contoh yang dapat mengacu kepada prinsip- prinsip ajaran NAM.]
Dear Bu Inggrid dan tim Katolisitas..
Mungkin agak terlambat untuk ikut serta dalam topik pembahasan ini, karena saya baru saja menemukan dan memperhatikan artikel2 dalam website Katolisitas :)
Saya ingat beberapa tahun lalu waktu “The Secret” baru dipublish dan (seolah2) langsung booming. Ada yang meminjamkan kepada kakak saya, dvd dan bukunya sekaligus. Saya mencoba menonton dvd The Secret itu.
Dari pembukaan sampai pertengahan isi video tersebut disusun dengan sangat indah, persis seperti video2 kesaksian Kristiani, maka orang tidak akan curiga bahwa inti pengajarannya akan menarik menuju arah yang berlawanan sama sekali dengan iman Katolik. Saat video sudah mulai memasuki pengajaran yg mengatakan bahwa kita manusia dapat memperoleh apapun yg kita inginkan dengan memproyeksikan keinginan kita pada alam semesta, baru terasa ada yg mengusik hati. Sungguh syukur kepada Tuhan karena Dia melindungi saya dan kakak dari pengajaran2 new age tsb..
Tapi dari pengalaman ngobrol dengan teman2 mudika saya melihat beberapa teman cenderung untuk tertarik dengan ide2 dlm “The Secret” ini. Ide2 yg menawarkan hasil “keberhasilan/kesuksesan” yg pasti, yang bisa dicapai dengan “memproyeksikan” keinginan2 tsb ke alam semesta yg entah berasal dari mana..
Jadi gimana ya bu.. sepertinya memang sasaran dari ajaran2 new age ini adlh orang2 muda yang masih/merasa berpikiran terbuka terhadap segala perubahan?
Saya ingin berdoa, semoga Tuhan senantiasa melindungi anak2Nya dari penyusup2 yang sangat halus ini..
Tuhan memberkati..
[Dari Katolisitas: Ya, Anda benar bahwa kita harus waspada tentang ajaran- ajaran yang menyusup secara halus ini. Tentang “the Secret” sudah pernah sekilas dibahas di sini, silakan klik]
Bagiamana tanggapan Katolisitas.org mengenai pengajaran2 spiritual yang populer saat ini seperti “Hati Nurani”, “Membuka Hati” (dan berbagai pengajaran penggunaan hati lainnya), ESQ, “Pendalaman Spiritual”, “Quantum Psikoterapi” dsb? Sebagai informasi, lokakarya2 yang mengajarkan tentang hati diselenggarakan oleh organisasi yang juga mengajarkan reiki dan yoga..
apalah aliran2 semacam ini boleh diikuti ataukah dikategorikan juga sebagai NAM?
Saya juga menemukan buku berjudul Peziarahan Hati yang ditulis oleh Romo Thomas Hidya Tjaya, SJ, PhD terbitan Kanisius yang dalam sinopsisnya antara lain :
Buku ini menawarkan kepada anda sebuah pandangan integral mengenai tujuan hidup yang sebenarnya dan cara untuk mencapainya dalam peziarahan di dunia ini. Oleh karena hidup ini adalah anugerah dari Tuhan, anda diajak untuk menjalaninya dengan menggunakan ‘alat’ (tool) yang juga telah dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjalin relasi dengan-Nya, yaitu hati. Hati adalah kunci relasi manusia dengan Tuhan, dan hanya melalui hatilah anda akan mengalami kebahagiaan sejati. Dengan menggunakan hati sebaik-baiknya, anda menghayati hidup ini sesuai dengan tujuannya.
(http://www.kanisiusmedia.com/product/detail/013833/Peziarahan-Hati)
Saya ingin bertanya apakah penjelasan tentang hati ini sesuai dengan ajaran agama Katolik. terima kasih.
Salam kasih :-)
poppy L.A.
Shalom Poppy,
Sesungguhnya, ajaran NAM itu berbahaya justru karena sekilas terkesan tidak berbahaya. Dan karena kelihatan tidak berbahaya ini, maka pengaruhnyapun dapat masuk perlahan- lahan ke dalam kegiatan- kegiatan yang diikuti oleh umat Katolik. Terus terang, saya tidak mendalami apa itu latihan spiritual “Membuka hati”, “Hati Nurani” dan lain- lain yang Anda sebutkan, sehingga tidak dapat memberi komentar yang mendetail. Namun mari kenali prinsipnya saja, bahwa latihan spiritualitas Katolik itu fokusnya adalah pengenalan akan Tuhan dan pengenalan akan diri kita sendiri. Jadi apapun bentuk meditasi yang ditawarkan, kalau tidak mengarah ke fokus tersebut, atau jika hanya menekankan pengenalan ke hati diri sendiri, maka sesungguhnya tidak sesuai dengan tradisi Kristiani. Demikian juga, kalau dalam meditasi itu yang ditekankan adalah energi, juga tidak sesuai dengan iman Kristiani, karena Tuhan yang kita imani bukan energi tetapi Pribadi. Meditasi yang diperkenalkan oleh Reiki dan sejenisnya memusatkan pikiran kepada suatu energi tertentu yang seolah menentukan keseimbangan (dan kesehatan) di dalam tubuh manusia, dan kemudian dalam meditasi ini dapat dimasukkan unsur doa. Namun latihan ini sesungguhnya tidak terarah kepada Tuhan, karena pada prinsipnya pengaturan energilah yang ditekankan di sini. Maka di sini terlihat suatu kerancuan, dan karena itulah Magisterium Gereja Katolik melarang praktek Reiki.
Maka, silakan dilihat tentang apa yang diajarkan dalam segala bentuk latihan spiritual yang anda sebutkan itu. Apakah yang menjadi fokus di sana, apakah permenungan firman Tuhan dan kehadiran Tuhan? Apakah pengosongan diri semata? Sebab jangan dilupakan bahwa spiritualitas Katolik tidak mengajarkan pengosongan diri secara total sampai seseorang kehilangan jati dirinya. Melalui meditasi dan kontemplasi menurut tradisi Katolik, seseorang dibawa kepada pengalaman persatuan dengan Tuhan, dan bukan pengalaman pengosongan ataupun pengisian energi tertentu.
St. Teresia dari Avila, St. Yohanes Salib, St. Ignatius Loyola, St. Fransiskus dari Sales adalah para orang kudus yang dikenal dalam meditasi Katolik. Silakan jika Anda berminat, silakan membaca karya- karya mereka. Lihatlah bahwa dari tulisan- tulisan mereka, fokus mereka adalah kepada persatuan dengan Tuhan dan perhatian kepada Tuhan itu mengarahkan seseorang untuk semakin mengenali diri sendiri dan misi yang diembannya dalam rencana keselamatan Allah. Buah- buah dari latihan rohani itu harusnya menjadikan orang yang mengikutinya menjadi lebih mencintai Sabda Tuhan dan sakramen- sakramen-Nya, dan menjadi lebih rendah hati, karena kerendahan hati pada dasarnya adalah pengenalan dan pengakuan akan Allah yang Maha besar, Maha segalanya, dan akan diri kita sendiri yang kecil dan serba lemah. Kerendahan hati ini juga tercermin dalam kesiapsediaannya untuk tunduk kepada ajaran dan otoritas Gereja. Jika memang buah- buah ini yang nampak dalam latihan rohani yang anda sebutkan, maka latihan rohani itu baik dan sesuai dengan ajaran iman Katolik. Jika tidak, atau anda sendiri ragu karena fokusnya tidak ke sana, maka lebih baik tidak usah diikuti.
Selanjutnya, sekilas excerpt dari buku Rm. Thomas Hidya SJ, nampaknya baik, silakan saja jika anda tertarik untuk membacanya. Komunikasi kita dengan Tuhan memang melibatkan hati kita. Di atas semua itu, peganglah prinsip utamanya, yaitu bahwa Tuhanlah yang menjadi fokus utama dalam meditasi Kristiani. Itulah sebabnya meditasi Jalan Salib, ataupun meditasi peristiwa- peristiwa hidup Yesus dalam doa Rosario merupakan salah satu bentuk meditasi yang sangat baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bu Ingrid dan terima kasih atas tanggapannya,
Mengenai latihan hati dan hati nurani saya pertanyakan berhubung waktu itu dipromosiin lokakarya Membuka Hati yang setahu saya link ke lokakarya masteryoga, dimana alumni membuka hati dapat mempelajari berbagai materi dan teknik lanjutan pada lokakarya masteryoga (diselenggarakan oleh organisasi yang sama).
[Dari Katolisitas: link kami edit]
Orang yang mempromosikan lokakarya juga menunjukkan buku Peziarahan Hati ketika mengetahui saya beragama Katolik. Melihat buku yang ditulis oleh seorang Romo, orang tentunya akan berpikir bahwa lokakarya maupun pengajaran yang diberikan telah mendapat acknowledge dari Gereja. Namun saya merasa perlu untuk bertanya berhubung sudah pernah punya pengalaman dengan NAM sebelumnya sehingga lebih berhati2.
Terima kasih kepada Katolisitas yang menjelaskan tentang meditasi dan spiritualitas Katolik yang sesungguhnya. Dari jawaban ibu Ingrid juga saya memahami poin-poin yang dijelaskan. Dan saya juga sudah mencoba latihan meditasi Katolik yaitu Doa Yesus dan Lectio Divina. Rasanya memang berbeda dengan jenis2 meditasi lainnya. Suatu hal yang membahagiakan adalah, didalam melakukan meditasi Katolik saya merasakan damai sejahtera lantaran berada pada koridor yang benar diterangi oleh Roh Kudus melalui GerejaNya.
Lebih lanjut, setelah searching topik mengenai praktek hati dan hati nurani di internet ada masukan dari forum ekaristi dot org yang ingin saya share kiranya bermanfaat bagi saudara2 se-iman yang mempertanyakan hal serupa.
http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?p=49245
Salam kasih,
Poppy L.A.
Dear Monica dan teman2 katolisitas,
Saya ingin menyampaikan pengalaman (dari membaca, melihat video maupun latihan meditasi / taichi) dan pemikiran saya pada topik New Age, Reiki, spiritualitas universal, Meditasi; Budhism, Tao Te Ching, karena saya sangat ingin mengenalnya. Juga sudah 5 tahun saya menjalani latihan Tai chi bersama teman2 lingkungan dan tetangga yang Kristen, Budha, bahkan ada yang Muslim. Sampai hari ini saya tidak merasa kehilangan kekatolikan saya, malahan saya merasa begitu indahnya latihan itu bagi diri saya dan teman2. Seperti halnya meditasi, taichi juga satu bentuk meditasi yang bertujuan mendapatkan inner peace.
New age jelas lahir di dunia barat yang katakanlah bosan dengan kekristenan, saya mencoba merenungkannya, apakah di Indonesia akan terjadi seperti ini juga, karena kehidupan modern yang jelas mengutamakan kesuksesan, kepintaran, popularitas, dan jelas melanda umat Katolik juga, apalagi mereka yang makmur. Apalagi dunia barat sejak zaman Nietzche juga lebih mengutamakan kehidupan yang bebas, lebih menyukai kehidupan zaman Yunani dengan dewa dewinya, yang utama adalah kebahagiaan dunia.
Seperti kita lihat dunia barat sudah jadi atheist, dan belakangan ini sedang juga runtuh karena “cinta akan uang” ;di Indonesia juga tampaknya seperti itu, kita pastilah akan menuju ke sana juga.
Nah saya rasa New age, Reiki dsb menjadi pilihan buat mereka yang merasa gelisah kuatir dan banyak kesusahan. Banyak orang Kristen Katolik tidak sadar akan artinya mengikuti Kristus, lalu menjadikan Tuhan sebagai pusat hiburan.
Kalau saja kita sadar bahwa Tuhan menginginkan kita melakukan pekerjaanNya semata-mata agar kita jadi manusia baik (manusia wu wei menurut laotse) dan mendapatkan damai sejahteraNya, saya rasa dunia akan jadi baik seperti semula waktu diciptakan Allah.
Paulus
Shalom Paulus,
Terima kasih atas tanggapan anda tentang NAM. Secara tidak sadar, orang-orang Katolik yang ikut NAM cenderung untuk mempunyai pandangan yang menyamaratakan agama, kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang relatif, sehingga lama-kelamaan relativisme menjadi ajaran yang dipegang. Dan inilah yang perlu dikritisi. Silakan anda melihat diskusi tentang hal ini di sini- silakan klik. New Age tidak lahir dari kebosanan dunia barat akan kekristenan, karena aliran serupa (seperti: gnosticism) sudah ada di masa-masa awal kekristenan. Relativisme dan individualisme mempunyai tempat yang nyaman di NAM. Dunia barat dan dunia modern yang dipenuhi dengan paham individualisme dan relativisme menyukai NAM karena memperoleh pembenaran di dalamnya, yaitu dapat merasakan diri sebagai manusia yang spiritual tanpa perlu dogma dan doktrin untuk ditaati. Dengan kata lain, NAM dipandang sebagai satu penyelesaian untuk membentuk manusia spiritual yang bebas dari semua aturan. Bahkan secara tidak sadar, setiap individu akhirnya menjadi tuhan, karena semua kebenaran akhirnya merujuk pada pandangan pribadi.
Di sisi yang positif, popularitas NAM menunjukkan kehausan manusia akan hal-hal yang bersifat spiritual. Hal ini semakin membuktikan kepada kita bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan menurut gambar Tuhan (lih. Kej 1:27), yaitu menjadi makhluk spiritual. Dengan demikian, manusia tidak mungkin mendapatkan kebahagiaan sejati di tingkat material, namun harus masuk ke tingkat spiritual. Dan dalam tingkat inilah, Kristus sendiri menunjukkan jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6), sehingga dengan mengikuti Kristus, manusia dapat memperoleh kebahagiaan sejati. Namun, mengikuti Kristus bukanlah sekedar demi kenyamanan pribadi, namun mempunyai konsekuensi, yaitu memikul salib, menyangkal diri dan mengikuti semua perintah Kristus. Dengan demikian, bagi yang benar-benar ingin mendapatkan kebahagiaan sejati, ikutilah Kristus, karena Kristuslah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Mengikuti NAM hanya akan membawa pada spiritualitas yang semu, karena tidak mempunyai akar yang kuat. Jadi, sebagai umat Katolik, janganlah mengikuti NAM.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pembahasan mengenai NAM makin hari kok makin ramai ya… Nampaknya makin banyak orang yang mengenalnya atau mempelajarinya. Kalau meninjau dari ajaran gereja Katolik bahwa ada kebenaran di luar gereja, apakah benar kalau gereja mengatakan bahwa New Age itu sesat karena tidak sesuai dengan doktrin agama Katolik. Kalau demikian halnya semua ideologi atau agama yang tidak sesuai dengan doktrin agama Katolik juga bisa dikatakan sesat dong…
Satu hal yang membuat saya bingung, Tuhan pencipta alam semesta ini ada berapa sih. Apakah Tuhannya orang Katolik sama dengan orang lain baik dari Kristen, Islam, Hindu, Budha, atau Kong Hu Cu. Ataukah tiap agama punya Tuhannya masing-masing. Lalu jika demikian pencipta orang Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha, berarti beda-beda dong… Aneh ya. Seandainya penciptanya beda tapi kok secara biologis dan kimiawi bisa sama ya. Yang lebih aneh lagi kenapa bumi dan mataharinya cuma ada satu. Kenapa Tuhan tidak menciptakan satu bumi dan matahari untuk tiap agama. Apa Tuhannya tiap agama sebenarnya saling bekerja sama dalam menciptakan manusia di dunia ini. Apa sebenarnya di surga sana Tuhannya orang Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha, dll hidup dengan damai, rukun, bekerja sama, hidup sebagai satu saudara ya…
Tuhan memang penuh misteri…
Shalom Yohanes Baptis,
Terima kasih atas komentar anda. Memang diskusi tentang NAM tidak akan ada habisnya. Namun, satu hal yang mungkin kita perlu renungkan adalah Tuhan tidak mungkin mengkontradiksi Diri-Nya sendiri atau dengan kata lain, kebenaran tidak dapat mengkontradiksi dirinya sendiri. Tidak mungkin dua hal yang saling bertentangan dalam kondisi dan cara yang sama, dapat dianggap benar keduanya. Dengan demikian, kebenaran yang mengatakan bahwa Tuhan itu satu dan mempunyai pribadi tidak mungkin sama benarnya dengan kepercayaan yang mengatakan bahwa Tuhan itu dapat banyak dan adalah energi. Menjadi tugas bagi setiap penganut agama Katolik dan NAM dan bahkan setiap agama untuk benar-benar mendalami iman dan kepercayaannya, meneliti apa yang dipercayainya dan bahkan mempertanyakan dan mendiskusikannya.
Kalau anda bertanya tentang ada berapa Tuhan, maka tentu saja kita menjawab ada satu Tuhan, karena Tuhan itu harus satu. Mengatakan Tuhan lebih dari satu adalah bertentangan dengan hakekat Tuhan sendiri yang adalah ‘maha’ dalam segalanya. Yang menjadi permasalahan adalah Tuhan yang seperti apa? Walaupun dengan akal budi, kita dapat membuktikan akan keberadaan Tuhan yang satu, pribadi, benar, baik dan indah, namun untuk mengetahui Tuhan secara mendalam, maka kita memerlukan wahyu dari Tuhan. Dalam konteks agama Kristen, maka Tuhan sendiri yang telah mewahyukan Diri-Nya, seperti yang dinyatakan-Nya dalam Kitab Suci. Ini berarti Tuhan sendiri memberikan kesaksian tentang Diri-Nya, termasuk kesaksian tentang Inkarnasi, yang menyadarkan kita bahwa Tuhan bukan hanya maha besar, namun juga Tuhan yang bersama kita atau imanuel. Dan Tuhan yang imanuel ini kemudian mendirikan Gereja, yaitu Gereja Katolik, yang senantiasa menjaga agar wahyu Allah dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi yang lain secara murni. Inilah sebabnya Gereja Katolik mengatakan bahwa kepenuhan kebenaran ada padanya, karena Allah sendiri mewahyukan Diri-Nya dan menjaga kebenaran itu lewat Gereja-Nya.
Keyakinan bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik seharusnya tidak membuat umat Gereja Katolik menjadi sombong, bahkan seharusnya menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar. Saya pikir untuk meyakini bahwa iman yang dipegang seseorang adalah yang sungguh benar sebenarnya adalah hal yang wajar, karena memang sudah seharusnya kita memilih iman yang sungguh benar. Bagi saya dan umat Katolik yang lain, maka iman yang sungguh benar ini ada di dalam Gereja Katolik. Namun, apakah dengan memilih iman yang sungguh benar kemudian kita harus memaksa orang lain? Tentu saja tidak, karena dalam masalah agama, orang harus memilihnya secara bebas. Apakah dengan memilih iman yang sungguh benar membuat kita harus mewartakannya kepada orang lain? Tentu saja, karena kita ingin orang lain juga memperoleh kebenaran iman. Namun, hal ini harus dilakukan dengan cara yang tulus dan bijaksana, sehingga tidak ada nilai-nilai paksaan. Orang sering mengaburkan bahwa kalau kita tidak mengakui perbedaan antar keyakinan, maka kita tidak mempunyai toleransi. Namun sebenarnya, kalau kita mengakui adanya perbedaan, menyikapinya dengan bijaksana, melakukan pewartaan dengan tulus dan tanpa paksaan adalah merupakan bentuk toleransi yang lebih dewasa. Sama seperti dua orang dewasa dapat membentuk perkawinan, walaupun masing-masing mempunyai pribadi yang berbeda, maka adalah mungkin untuk hidup bersama dengan damai walaupun mempunyai perbedaan agama dan kepercayaan. Semoga jawaban ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bagaimana tanggapan gereja terhadap imam/biarawan-biarawati yang ikut reiki?
Shalom Jeany,
Terus terang, sayapun sungguh prihatin mendengarnya. Namun saya menduga, semua itu dilakukan karena mereka tidak sungguh- sungguh mengetahui bahwa hal itu dilarang oleh Gereja Katolik, seperti telah dipaparkan di atas.
Maka jika dipandang baik dan dapat membantu, silakan anda meng-copykan tulisan- tulisan di Katolisitas tentang topik ini untuk disampaikan kepada mereka. Semoga maksud baik kita semua mendapat tanggapan positif, mengingat bahwa mereka seharusnya menjadi teladan iman bagi umat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ibu Ingrid,
Terima kasih atas tanggapannya, iya saya juga prihatin & sedih … Saya usul kalau bisa Ibu Ingrid/team Katolitas bantu untuk menyampaikan ke keuskupan supaya dari keuskupan secara formal memberitahukan lewat mimbar Gereja tentang hal ini kepada umat Katolik, dan kepada para imam… mungkin bisa dengan diadakan pertemuan khusus atau tergantung pada kebijakan Bapa Uskup nantinya.
Salam kasih,
Jeany
[dari Katolisitas: keprihatinan Anda sudah kami sampaikan juga kepada Rm Wanta dan Rm Santo di KWI, semoga dapat juga menjadi perhatian mereka dan dapat ditindaklanjuti bila perlu. Terima kasih atas kepedulian Anda.]
Syalom Katolisitas.
Termia Kasih atas artikel yang sangat jelas ini.
Tetapi saya memiliki beberapa masalah yang ingin saya tanyakan.
Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk tidak membeda-bedakan sesama kita yang berbeda keyakinan, lalu apakah Gereja Katolik menganggap Hindu dan Buddha itu ajaran yang salah? Terus terang saya sering melihat dan mendengar ajaran kedua agama itu dari media, dan mulai sedikit terpengaruh pikiran bahwa kebenaran itu relatif, terletak di mana-mana, berarti karena dewa-dewi itu belum tentu ada, Apa berarti keyakinan kita akan adanya Kristus dan Tuhan yang Esa juga relatif?
Lalu, perbedaan konsep tentang reinkarnasi. Umat hindu dan Buddha percaya bahwa manusia yangn mati akan lahir kembali dalam wujud lain, apakah Gereja Katolik juga memiliki konsep seperti itu?
Apakah dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keyakinan kita adalah benar? Sebab saya sendiri sering goyah dengan pemaparan agama lain yang sekilas pandang juga sepertinya benar, apalagi dengan kesan bahwa Katolik itu dari Barat alias orang Eropa, Hindu Buddha dari Timur (Cina, India), Islam dari Arab.
Apa yang harus saya lakukan? Terkadang saya meragukan keberadaan Yesus sendiri. Sungguh amat mengganggu pikiran saya yang sedang berusaha menanamkan iman katolik yang kuat, apalagi saya tidak mendapatkan asupan bimbingan iman yang memadai semasa kecil saya hingga saat ini dari keluarga.
Mohon bantuannya.
Salam Kasih.
Monica
Shalom Monica,
1. Relativisme
Memang dewasa ini ada banyak ideologi- ideologi yang mencuat ke permukaan, yang nampaknya baru, seperti NAM itu, walaupun sebenarnya akarnya sudah ada sejak lama. Bermacam ideologi ini begitu ‘membombardir’ kita seolah semua paham itu benar, dan segalanya menjadi relatif, seperti yang juga diajarkan oleh NAM tersebut. Tentu ini keliru. Iman yang menganggap semua adalah relatif sesungguhnya bukan iman yang berdasarkan kebenaran yang dari Tuhan, tetapi berdasarkan atas ego dan keinginan manusia, yang ingin dianggap benar. Sedangkan iman yang sejati itu harus bersumber dari Tuhan sendiri yang mewahyukan Diri-Nya, dan ini kita temukan di dalam Kristus.
Gereja Katolik di bawah Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI mengajarkan bahwa Relativisme adalah salah satu problem terbesar tentang hal iman dan moral dewasa ini. Paus Benediktus XVI dalam homilinya pada Misa pemilihan Paus, tanggal 18 April 2005, antara lain mengatakan demikian:
“How many winds of doctrine have we known in recent decades, how many ideological currents, how many ways of thinking. The small boat of the thought of many Christians has often been tossed about by these waves – flung from one extreme to another: from Marxism to liberalism, even to libertinism; from collectivism to radical individualism; from atheism to a vague religious mysticism; from agnosticism to syncretism and so forth. Every day new sects spring up, and what St Paul says about human deception and the trickery that strives to entice people into error (cf. Eph 4: 14) comes true.
Today, having a clear faith based on the Creed of the Church is often labeled as fundamentalism. Whereas relativism, that is, letting oneself be “tossed here and there, carried about by every wind of doctrine”, seems the only attitude that can cope with modern times. We are building a dictatorship of relativism that does not recognize anything as definitive and whose ultimate goal consists solely of one’s own ego and desires.
We, however, have a different goal: the Son of God, the true man. He is the measure of true humanism. An “adult” faith is not a faith that follows the trends of fashion and the latest novelty; a mature adult faith is deeply rooted in friendship with Christ. It is this friendship that opens us up to all that is good and gives us a criterion by which to distinguish the true from the false, and deceipt from truth.
We must develop this adult faith; we must guide the flock of Christ to this faith. And it is this faith – only faith – that creates unity and is fulfilled in love.
On this theme, St Paul offers us as a fundamental formula for Christian existence some beautiful words, in contrast to the continual vicissitudes of those who, like children, are tossed about by the waves: make truth in love. Truth and love coincide in Christ. To the extent that we draw close to Christ, in our own lives too, truth and love are blended. Love without truth would be blind; truth without love would be like “a clanging cymbal” (I Cor 13: 1).
Dewa dan dewi adalah semacam legenda, dan tidak memasuki sejarah manusia. Namun Kristus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia, dan masuk dalam sejarah manusia ; dan Kristus inilah yang kita imani sebagai kepenuhan Kebenaran, puncak dari seluruh Wahyu Allah (lih. KGK 75). Wahyu Allah ini disampaikan secara tertulis dan lisan, dan keduanya dilestarikan sepenuhnya di dalam Gereja Katolik, sehingga kita dapat mengetahui bahwa Kebenaran itu sifatnya tidak relatif, namun definitif dan tidak berubah, seperti yang telah dibuktikan oleh ajaran Gereja Katolik yang tetap sama selama 2000 tahun lebih.
2. Tentang reinkarnasi
Gereja Katolik tidak mempercayai reinkarnasi. Kalau kita mengetahui perbedaan antara tumbuhan, binatang dan manusia, seperti yang dipaparkan di sini – silakan klik, maka sangat sulit untuk dapat menerima reinkarnasi. Bagaimana mungkin, manusia yang mempunyai jiwa yang bersifat spiritual dan bersifat kekal, kemudian dapat menjadi binatang, yang mempunyai jiwa yang tidak bersifat spiritual dan tidak kekal?
Gereja Katolik mengajarkan bahwa kontemplasi tentang Allah dan Kebenaran-Nya dapat didekati dengan iman dan akal budi. Artinya adalah kebenaran yang sejati itu harus juga masuk akal, dan bukan hanya sesuatu yang hanya diimani, tanpa ada penjelasannya yang dapat diterima oleh akal sehat.
3. Iman mudah goyah?
Pada akhirnya, pencarian akan Tuhan akan juga memerlukan keterbukaan hati kita untuk tidak mengandalkan semata- mata kepada pemahaman dan ‘selera’ kita sendiri, namun kepada Wahyu Allah itu sendiri yang telah disampaikan seutuhnya oleh Gereja Katolik. Maka adalah langkah yang baik, jika kita terlebih dahulu mempelajari ajaran Gereja Katolik, daripada membuang waktu untuk mempelajari banyak paham- paham yang tidak jarang saling bertentangan satu sama lain dan malah membuat bingung. Jika kita berpegang pada Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri, maka kita tidak mudah terombang- ambing. Tak kenal maka tak sayang, namun jika kita sudah mengenal namun kita tidak sayang, maka problemnya ada pada diri kita sendiri. Untuk itu yang terpenting adalah mohon rahmat Tuhan agar kita dapat mengenal Dia, namun juga agar kita dapat mengasihi-Nya, yaitu dengan melaksanakan perintah- perintah-Nya (lih. 1 Yoh 2:4; 5:2-3).
Akhirnya, selain berakar di dalam doa, firman Tuhan dam sakramen- sakramen Gereja (terutama Ekaristi dan Tobat), silakan anda bergabung juga dengan komunitas gerejawi di paroki anda, sebab iman anda dapat juga bertumbuh melalui persekutuan bersama umat seiman. Semoga dengan demikian iman anda tidak lekas goyah, dan anda dapat terus bertumbuh dalam pengharapan dan kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Bu Ingrid,
Hanya sekedar rasa ingin tahu saja.
Tentang reinkarnasi, bukankah Katolik juga ada ? yaitu kebangkitan badan dan kehidupan kekal.
Saya mengartikan konteks reinkarnasi di ajaran Budha sama dengan kebangkitan badan dan kehidupan kekal dalam ajaran Katolik. Bukan seperti pemahaman reinkarnasi yang terlahir sebagai binatang, tumbuhan dll, saya juga tidak percaya. Seperti tertulis, Ibrani 9:27 “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.”
Terimakasih
Shalom Hendrik,
Kebangkitan badan dan kehidupan kekal yang diajarkan oleh Kristus, tidak sama dengan reinkarnasi seperti dalam ajaran Budha. Karena pengertian reinkarnasi yang umum dimengerti (menurut ajaran Budha) adalah seseorang yang sudah mati dapat ‘lahir kembali’ dalam rupa yang berbeda dalam kehidupan ini (bukan kehidupan kekal); dan rantai ‘kelahiran kembali’ ini dapat berlangsung sampai berkali- kali sampai banyak generasi. Ajaran macam ini tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Menurut ajaran Kristus seperti yang kita ketahui secara jelas dalam Kitab Suci adalah manusia itu hidup dan mati hanya satu kali saja (lih. Ibr 9:27) lalu setelah kebangkitan di akhir jaman, manusia (tubuh dan jiwa)nya masuk dalam kehidupan kekal di surga (bagi orang- orang benar) atau masuk dalam kebinasaan kekal di neraka (bagi orang- orang yang jahat/ menolak Allah).
Semoga Tuhan mendapatkan kita layak untuk digabungkan dalam kelompok manusia yang masuk ke dalam kehidupan kekal bersama-Nya di surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Tim Katolisitas,
Sekilas membaca “Jesus Christ The Bearer of The Water of Life” Saya mau bertanya mengenai Medieval Alchemy dan Renaissance Hermeticism, ajaran new age seperti apa?
Mengapa Celtic Christianity juga merupakan new age?
Terima kasih.
Shalom Arief,
1. Medieval Alchemy
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, alchemy mengacu kepada bentuk penyelidikan tentang alam dan awal disiplin filosofi dan spiritual yang menggabungkan elemen- elemen kimia, metalurgi, obat- obatan, astrologi, semiotik, mistis, spiritualism, dan seni sebagai bagian- bagian kekuatan tunggal yang lebih besar. Maka alchemy menurut pemikiran kuno adalah jalan pemurnian dan transformasi spiritual; ekspansi kesadaran dan perkembangan intuisi melalui gambar- gambar. Alchemy berkaitan dengan mistis dan misteri, yang diyakini mempunyai kekuatan untuk mengubah kesadaran dan menghubungkan jiwa manusia dengan Allah.
Pada jaman Abad Pertengahan (medieval) alchemy tersebar di dunia barat, seperti halnya astrologi dan okultism. Alchemy ini berfungsi di dua tingkatan yaitu tingkatan duniawi dan rohani. Di tingkatan duniawi para alchemis mengacu pada proses pengubahan besi dasar menjadi emas. Dalam tingkatan rohani, alchemis bekerja untuk memurnikan diri mereka sendiri dengan mengeliminasi material ‘dasar’ diri sendiri untuk mencapai ’emas’ pencerahan.
Alchemy memperoleh namanya di Eropa Latin di abad ke -12, sebagai bentuk pemikiran spekulatif yang berhubungan dengan astrologi; yang berusaha menemukan hubungan antara manusia dengan kosmos dan untuk mempergunakan hubungan itu demi keuntungan manusia.
Medieval alchemy, yang berhubungan astrologi ini ditolak oleh Gereja Katolik, sebab ini merupakan bentuk pelecehan terhadap kemahakuasaan Tuhan.
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
2. Renaissance Hermeticism
Hermeticism adalah seperangkat kepercayaan filosofis dan religius yang berdasarkan atas tulisan- tulisan pseudepigrafikal Mesir Helenistik (Yunani) oleh Hermes Trismegistus yang merupakan wakil dari peleburan antara dewa Mesir Thoth dan dewa Yunani, Hermes.
Kepercayaan akan dewa- dewa ini tentu berlawanan dengan iman akan Tuhan yang Esa, yang diajarkan oleh iman Kristiani.
3. Ajaran tentang New Age
Kami sudah berusaha menjabarkan tentang prinsip ajaran New Age, yang mengambil prinsip ajaran Gnosticism, di artikel di atas, silakan klik. Atau silakan membaca di point 2.3.3 tentang Central Themes of the New Age, dalam dokumen “Jesus Christ, the Bearer of the Water of Life“. Silakan anda membaca di sana, dan jika masih ada yang kurang jelas silakan bertanya kembali.
4. Celtic Christianity
Celtic Christianity umumnya dihubungkan dengan aliran Kristen sekelompok orang di Bristish Isles (sekelompok pulau di barat laut benua Eropa, termasuk Inggris dan Irlandia) di jaman awal Abad Pertengahan. Aliran Celtic Christianity berbeda dengan iman Kristiani secara umum, karena aliran ini menolak prinsip ajaran tentang dosa asal dan akibatnya pada manusia. Menurut aliran ini, manusia tidak mempunyai kecenderungan berbuat dosa, dan karena itu manusia dapat, dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, untuk bersatu dengan Tuhan. Pandangan ini secara khusus diajarkan oleh Pelagius (sekitar abad 4), dengan menekankan cara hidup kudus dengan melaksanakan praktek ascestism, agar seseorang dapat selamat.
Namun ajarannya ini tidak sesuai dengan ajaran para rasul dan Bapa Gereja, yang mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh karena kasih karunia Allah (yang memampukan manusia untuk melakukan kebaikan) dan iman akan Yesus Kristus (yang tidak terpisahkan dari perbuatan baik/ kasih); jadi bukan semata- mata hanya karena perbuatan baik saja. Ajaran Pelagius ini dikecam oleh St. Agustinus, dan juga oleh Konsili Carthage di tahun 416 dan Konsili di Afrika tahun 418.
Prinsip dasar Celtic Christianity ini, yang menolak akan akibat dosa asal, dan karenanya tidak mengakui pentingnya rahmat Allah (grace) bagi keselamatan manusia inilah yang membuatnya mirip dengan ajaran New Age. Sebab kedua aliran ini menganggap bahwa manusia dengan mengandalkan kemampuannya sendiri dapat selamat, sehingga bagi mereka Inkarnasi Kristus bukan merupakan jalan yang absolut untuk menghantar manusia kepada keselamatan kekal. Padahal Sabda Allah yang tercatat dalam Kitab Suci maupun dalam Tradisi Suci para rasul yang diteruskan oleh para Bapa Gereja justru mengajarkan sebaliknya, bahwa keselamatan kekal kita peroleh karena kasih karunia Allah, oleh iman (lih. Ef 2:8-9) yang bekerja oleh kasih (Gal 5:6); jadi bukan karena semata usaha perbuatan baik manusia saja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih atas tanggapan, bu Inggrid. Sehingga bisa menambah pengetahuan saya.
Bu Ingrid, terimakasih atas keterangan Anda yang begitu jelas. Apakah dokumen yang dikeluarkan oleh Vatican ini pernah disosialisasikan oleh Gereja pada umat?
Saya berpendapat hal ini penting sekali disosialisasikan, tetapi seingat saya, saya belum pernah mendapati/mendengar tanggapan Gereja Katolik terhadap NAM ini secara resmi disosialisasikan pada umat.
Demikian pula mungkin perlu disosialisasikan aplikasi2 NAM ini dalam masayarakat mengambil nama apa saja selain Reiki dan yoga, sehingga umat dapat mengenalinya. Terutama awam Katolik, sangat rentan terhadap NAM ini, contohnya melalui buku/film The Secret mengutip beberapa ayat Kitab Suci, maka dengan mudah mereka menilai ini sesuai dengan Kekristenan ( ini terjadi pada teman saya,” lho kan ada ayatnya masa bertentangan dengan iman Kristen?” dia mengatakan begitu dengan heran dan tidak mengerti)
Yang pernah saya dengar hanya komentar singkat dan sangat halus yang diselipkan oleh seorang Imam dalam khotbahnya tentang NAM ini, karena kurang tegas, saya rasa banyak orang yang tidak menerima pesan ini. Teman saya sendiri banyak yang terlibat dalam pelayanan baik Paroki maupun kelompok2 doa tapi tidak mengerti apa itu NAM.
Mungkin bisa diinfokan Bu, bila pernah disosialisasikan lewat mana saja, terutama untuk saudara-saudara seiman yang tidak familiar dengan internet.
Terima kasih,
Yashinta
Shalom Yashinta,
Dokumen Jesus the Bearer of the Water of Life sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Yesus Pembawa Air Hidup, yang dapat anda peroleh di:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
Jl Cut Mutiah 10 Menteng, Jakarta Pusat 10340 telpon 021 319 2 5757
Email: dokpen@kawali.org
Pembayaran melalui: Rekening KWI
atau pesan ke
Penerbit dan Toko Rohani OBOR
Jl. Gunung Sahari no. 91
Jakarta Pusat 10610
Telp. (021) 422 2396 Fax. (021) 421 9054
Email: tokorohani@obormedia.com
Website: http://www.obormedia.com
Memang mungkin perlu disosialisasikan lebih lanjut, maka anda dapat juga turut menyebarkan informasi ini, kepada mereka yang membutuhkannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terimakasih infonya Bu, tentu ini sangat membantu. Saya memang terbeban untuk membagikan info ini pada teman-teman saya.
Akhir-akhir ini semakin sering saya mendengar tentang anak muda Katolik yang goncang dan meninggalkan imannya karena kurang mengerti dasar iman keKatolikan sehingga mudah dipengaruhi dengan ajaran iman lain maupun paham NAM ini.
Sedapat mungkin saya berusaha membagikan apa yang sudah saya dapat dari web ini dan buku-buku Katolik yang saya baca, pada teman-teman di sekitar saya.
Tuhan memberkati
Syalom, Mba Ingrid dan Om Stef, saya mau minta tolong! bisa ga katolisitas mengupload dokumen “Yesus Kristus Pembawa Air Hidup” dalam bahasa Indonesia? setahu saya link yang diberikan masih dalam bahasa Inggris. dokumen ini Dokpen KWI pun sepertinya sudah sulit di cari. Jika memungkinkan bisa diuplaod bagi kami yang bertugas di tempat yang jauh dari Jakarta dan toko Buku Rohani yang ada di kota-kota mungkin akan memudahkan kami untuk memberi dan berbagi informasi kapada umat mengenai New Age kepada mereka yang membutuhkan. Trims, Tuhan memberkati!
Salam Aris O.Carm,
Silakan memesan langsung ke:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI
Jl Cut Mutiah 10 Menteng, Jakarta Pusat 10340 telpon 021 319 2 5757
Email: dokpen@kawali.org
Pembayaran melalui: Rekening KWI
atau pesan ke
Penerbit dan Toko Rohani OBOR
Jl. Gunung Sahari no. 91
Jakarta Pusat 10610
Telp. (021) 422 2396 Fax. (021) 421 9054
Email: tokorohani@obormedia.com
Website: http://www.obormedia.com
Salam
YDHpr
.Hmm…Saya sendiri pernah mengikuti hypnotherapy untuk kehamilan…memang kalau diamat2i, bisa menjurus ke arah yang ‘salah’…maksudnya, seperti ibu Ingrid bilang, kalau kata-kata hypnosis-nya sudah jadi kayak ‘mantra’…saya sendiri hati-hati mengikuti hal itu agar tidak menjurus ke arah mantra2 dan akhirnya melupakan Tuhan…
Saya di situ cuma memanfaatkan energi alam untuk kesehatan tubuh saya saja tapi sekali lagi benar2 harus hati-hati…seperti terakhir, (karena saya sudah dekat dengan orangnya) saya dikasih tips kata2 untuk mendapatkan uang banyak dengan mudah…
Sebenarnya, ada hal-hal yang awalnya biasa saja dan sebenarnya membantu kita dalam hidup tapi seringkali orang menjadi ekstrim di aktivitas tersebut sehingga melupakan Tuhan atau menomorduakan Tuhan atau bahkan MERASA menomorsatukan Tuhan…Seperti pengalaman pribadi saya…ada seorang karismatik yang sibuk banget mencegah reiki dan latihan2 tenaga dalam (Yang mana kalau menurut saya, kalo dijalankan biasa saja memang bisa membantu menyembuhkan) tapi kelakuannya sendiri malah membuat orang lain sangat sangat sakit hati. Saya sering melihat juga, kadang kebanyakan latihan doa, seolah-olah sudah membuat orang merasa suci dan hebat sendiri dan lalu setelah mendapat karunia, tidak mau dengar kata2/nasehat2 Romo yang menurutnya bertentangan dengan Allah (padahal dengan dirinya, bukan Allah). Maaf, tapi saya jadi tidak bisa melihat bedanya dengan orang-orang yang misalnya apa reiki apa hypnotherapy apa latian tenaga dalam yang sedemikian rupa sehingga ‘melupakan’ kebesaran Tuhan.
Dan maaf, kenapa saya rasanya kurang begitu tertarik untuk mencoba meditasi2 yang mungkin seperti dianjurkan oleh Gereja Katolik karena saya liat prakteknya di karismatik, terus terang, saya malah horor (malah sampai ada yang ‘memberkati’ air sendiri…pake dicemplungin melati dan mawar taburan makam pulak)…saya punya trauma besar terhadap ‘organisasi’ itu…belum, maaf, melihat melihat anggota mereka seperti merasa dekat sekali dengan Tuhan tapi kelakuannya tidak menunjukan buktinya, no thank’s kalau saya harus berurusan dengan kelompok2 doa seperti itu…belum jadi ada ‘semacam target’ ==> bisa bahasa roh, bisa penglihatan…karunia ini itu…halaaaah…pentingkaaah?…
Saya tidak tahu apakah jenis itu yang dianjurkan gereja katolik atau tidak tapi sampai saat ini, saya masih trauma untuk mengikuti kegiatan ‘rohani’ seperti itu…setahu saya, karismatik sendiri tidak dilarang gereja, bukan?…Hmm…Lebih baik saya mencari kegiatan meditasi yang sifatnya umum tapi hati dan kepala saya tetap berusaha fokus pada Tuhan supaya kaki saya tetap menapak di bawah.
Apapun yang kita lakukan, mari kita ingat selalu wajah kebesaran dan belas kasih Allah agar kita tidak menjadi lupa diri dan sombong karena merasa besar dengan apa yang kita lakukan…Ya, saya saat ini puji Tuhan hamil…apakah karena semata-mata karena latihan hypnotherapy? tidak…ini karena semuanya semata2 kemurahan hati Tuhan…kalau Tuhan mau terjadi, terjadilah, kalau tidak, sutralah…saya 1% berusaha 99% berkat Tuhan…
Shalom Dini,
Syukurlah kalau anda sendiri menyadari bahwa hypnoterapi rentan dan dapat menjurus ke arah yang ‘salah’. Apalagi, jika itu menyangkut mantra- mantra tertentu, apalagi yang menjanjikan uang yang banyak/ rejeki berlimpah, itu sudah pasti tidak sesuai dengan iman Katolik.
Soal beberapa aktivis karismatik yang bersikap ekstrim seperti yang anda katakan tersebut, menurut hemat saya, adalah ‘kasus’ spesifik, namun bukan sikap umum umat Karismatik. Sebab bukan demikian seharusnya seseorang bersikap, jika ia sungguh hidup di dalam Roh Kudus. Di lain pihak, haruslah diakui dan diterima secara obyektif juga, bahwa Gereja Katolik menolak NAM dan segala ajaran/ prakteknya, seperti telah diuraikan di artikel di atas. NAM itu berbahaya, justru karena tidak nampak berbahaya. Orang akan tertarik sedikit demi sedikit terhadap ajaran tentang energi alam dst yang menyembuhkan, terus- dan terus, sampai akhirnya sampai pada suatu titik ia meyakini bahwa sebenarnya yang penting adalah ‘energi’ dan bukan Allah. Para pemula dapat saja tidak menyadarinya, tetapi mereka yang sudah tambah ‘ahli’ suatu saat akan mengarah ke pemahaman tersebut. Inilah sebenarnya yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Maka, anjuran sang aktivis itu untuk menghindari NAM sesungguhnya benar, hanya saja, mungkin caranya terlalu berlebihan sehingga malah membuat orang sakit hati, seperti kata anda.
Kalau anda tidak senang dengan cara berdoa Karismatik/ tidak tertarik untuk bergabung dengan Karismatik, dan anda lebih senang dengan cara meditasi, itu tidak apa- apa. Meditasi juga adalah cara yang baik untuk berdoa, dan bahkan diajarkan oleh banyak Santa/o. Jadi silakan mengikuti doa meditasi Katolik. Kita tidak dapat memaksakan pilihan kita kepada orang lain, seperti “pokoknya meditasi yang paling baik, sedangkan cara yang lain sesat”, atau “pokoknya karismatik yang paling baik, cara yang lain sesat”. Nah, kalau demikian sikapnya, itu adalah kesombongan rohani. Sebab Tuhan menyediakan banyak cara berdoa, dan cara yang terbaik adalah cara yang dapat membantu kita untuk semakin mengangkat hati kita dan mengarahkan pandangan kita ke Surga. Sedangkan ibadah yang tertinggi bagi kita umat Katolik adalah perayaan Ekaristi; dan tidak ada ibadah/doa apapun yang lain, yang lebih tinggi dari Ekaristi, karena di dalam Ekaristi Yesus sendiri hadir secara istimewa; dan inilah cara yang dipilih-Nya untuk selalu tinggal di tengah- tengah Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Dini,
Saya adalah anggota Katolik Kharismatik, dan mendengar pendapat anda, saya tertarik untuk menanggapi.
Untuk persekutuan Katolik Kharismatik, saya anjurkan anda untuk mencari persekutuan yang mendapatkan imprimatur dari Uskup ( seperti KTM, HSM ) sehingga cara dan pengajarannya sesuai dengan pangajaran Gereja Katolik. Saya tidak menyangkal bahwa ada beberapa persekutuan Kharismatik yang “Katolik”, persekutuannya di tempat diskotik dan sebagainya. Maklmumlah, di ahkir jaman ini sudah banyak penyesatan – penyesatan, jadi kita harus lebih berakar akan pengajaran Iman Katolik untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Budi,
Konferensi Para Uskup Indonesia (KWI – Konferensi Waligereja Indonesia) telah menerbitkan buku “Pedoman Pembaharuan Karismatik Indonesia”, tahun 1995. Jika sebuah persekutuan doa berpatokan pada pedoman tersebut, pastilah sudah direstui oleh keuskupan setempat. Salah satu isi pedoman menyatakan bahwa kelompok doa itu dibimbing oleh pastor moderator. Jika demikian tentu mustahil ada kasus-kasus seperti yang Anda ceritakan [yaitu Persekutuan doa Karismatik Katolik di diskotik] Saya sendiri belum pernah mendengar kasus semacam itu. Namun jika hal itu ada, patut Anda ingatkan dengan kasih agar kembali kepada Pedoman. KTM dan HSM tentu mempunyai buku pedoman juga, yang mengacu pada Pedoman dari KWI. Buku Pedoman kelompok inilah yang di-imprimatur dan nihil obstat oleh uskup.
Salam
Rm Santo
Syalom Romo Santo
Memang betul romo bahwa HSM mempunyai buku pedoman dan romo moderator yang membimbing kami. Tapi pedoman KWI itu yang saya belum punya. Kira – kira saya bisa mendapatkan dimana ya romo ? Apakah hanya toko buku rohani atau keuskupan setempat ?
Terima kasih banyak Romo.
Salam
Budi Darmawan Kusumo
Salam Budi Darmawan kusumo.
Mengenai buku pedoman Karismatik Katolik, silahkan klik http://www.karismatikkatolik.org/detailArticle.asp?id3=44 Di situ ada alama pemesanan.
Salam: Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yth. Bu Inggrid,
Saya seorang Katolik yang sangat mencintai TRINITAS. Saya sangat surprised bahwa Gereja Katolik melarang Reiki. Saya termasuk salahsatu dari praktisi reiki (hanya diterapkan untuk diri sendiri dan orang-orang dekat sekitar) level 2 (penyembuhan langsung dan jarak jauh). Selama ini saya tidak tau akan larangan ini sampai saya membaca website ini. Saya sangat mengerti kalau Ibu akan mendukung apapun keputusan yang dikeluarkan oleh gereja katolik melalui KGK, sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus, akan tetapi sayang penjelasan dari doktrin yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik tidak cukup menjawab keingintahuan saya akan larangan ini.
1. Ada banyak aliran spiritual, terutama di belahan dunia timur. Saya rasa mungkin Anda memang benar, aliran-aliran ini lebih mudah ditumpangi oleh NAM, tapi bukan berarti mereka ini dibuat oleh NAM kan? Apakah Gereja Katolik mempunyai bukti-bukti bahwa spiritual timur ini memang diciptakan oleh NAM? Kalau NAM kemudian telah menyusup ke Kristen Protestan dan bahkan Katolik, bukan berarti Kristen Protestan dan Katolik dibuat oleh NAM?
2. Reiki yang digunakan untuk object penelitian Gereja Katolik ini diambil dari mana? Reiki memang tidak lahir dari komunitas Katolik, jadi mungkin cukup absurd kalau mengharapkan ada kata-kata Yesus di dalam reiki dalam bentuk aslinya. Akan tetapi yang kemudian dipakai adalah metodenya. Tidak ada doa-doa hindu/budha/zen di dalamnya (saya tidak tau, apakah memang sudah dihilangkan dari bentuk aslinya karena diajarkan untuk kalangan umum). Karena master reiki saya dulu Katolik yang taat, justru beliau menyarankan kita berdoa dulu menurut agama kita (Katolik). Biasanya saya doakan sebelumnya: “Bapa, mohon rahmat, kuasa dan pendampingan-MU, dalam penyembuhan melalui metoda reiki untuk saudara xxx.” Pada waktu pembersihan:” Bapa, berilah dan biarkan agar energi yang disalurkan ini membersihkan tubuh xxx dari segala energi negatif, penyakit dan kuasa roh jahat..” Pada pemberian energi:”Bapa, mohon berilah dan biarkan agar energi ilahi disalurkan mengisi, memenuhi dan menyelimuti tubuh xxx” “Mohon berilah agar energi yang telah disalurkan ini menyembuhkan, menguatkan dan menyehatkan tubuh, jiwa, hati xxx” Setelah selesai: “Syukur dan terimakasih atas kuasa rahmat-MU dan pendampingan-MU dalam penyembuhan menggunakan metoda reiki kepada xxx, mohon berilah dan jadikan baik bagi xxx seturut dengan kehendak-MU. Kemuliaan kepada Bapa Putra dan Roh Kudus…” (doa-doa ini saya tambahkan sendiri, dan tidak bertentangan, tidak merusak esensi dan maksud dari metoda penyembuhan)
3. Dari mana pengertian energi/ki adalah TUHAN/ROH KUDUS? Saya tidak pernah even membayangkan bahwa ini adalah hal yang sama. Its totally two different things. TRINITAS adalah pribadi, energi adalah energi. Kalau GK mengambil istilah energy universal yang disebutkan oleh seorang praktisi reiki yang bukan Katolik, tentu saja mereka akan mengatakan seperti itu, karena mereka ini kan tidak mengimani YESUS, tapi bukan berarti kita mengadaptasi agama orang itu kan?
4. Pengertian magis biasanya disebutkan oleh seseorang, untuk sesuatu yang tidak dapat dicerna oleh akal sehat orang tersebut. Ini menjadikan pengertian itu menjadi subjective. Para praktisi reiki saya rasa akan sependapat dengan saya bahwa there is no magic in reiki.
5. Ini pertanyaan yang lain terpisah dari yang di atas, hanya curious saja, apakah mendiang Paus Yohanes Paulus II pernah menyebut tentang hal ini? Kalau pernah, apakah pendapat beliau?
6. Hal-hal seperti ini tidak pernah tertulis dalam Kitab Suci, tapi kalau itu yang dijadikan acuan boleh atau tidaknya, bukankah banyak hal baru abad ini yang tidak tercantum dalam kitab suci: pesawat terbang, kemajuan ilmu kedokteran, teknologi, psichology (ilmu-ilmu kejiwaan dan penyembuhannya) dst..
Maaf Bu Ingrid, saya bukannya mau ‘ngotot’. Bagi saya reiki bukan apa-apa, saat saya memandang kepada DIA yang begitu mulia. Saya hanya tidak ingin sesuatu diklaim sebagai kejahatan hanya karena kurang pemahaman atau pandangan-pandangan yang kaku, tidak lebih dari itu. Saya pun sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus, ingin bersama-sama dengan bagian tubuh lainnya memuji dan memuliakan TUHAN. Terimakasih.
Shalom Wawan,
Dari komentar anda, saya melihat seolah anda menuduh Gereja Katolik melarang Reiki tanpa meneliti terlebih dahulu apakah praktek tersebut baik atau buruk. Terus terang, ini adalah sikap negatif yang seharusnya tidak kita punyai sebagai umat Katolik. Sebab pihak Gereja Katolik selalu mempunyai dasar yang kuat dan melakukan penelitian yang seksama terlebih dahulu, sebelum melarang sesuatu hal; dan alasannya itu pasti berhubungan dengan ajaran Kristus, dan demi kebaikan umat sendiri.
Izinkan saya terlebih dahulu menyampaikan informasi yang saya sarikan dari link ini, silakan klik, sebelum menjawab pertanyaan anda:
1. Reiki percaya kepada ‘energi universal’, dan bukan kepada Tuhan
Reiki itu dilarang oleh pihak otoritas Gereja Katolik, sebab dasar kepercayaannya dan prakteknya tidak sesuai dengan iman Katolik. Reiki yang berarti "energi universal", itu melibatkan kepercayaan yang mirip ‘pantheism’, di mana "energi universal"lah -bukan Yesus- yang memberikan kehidupan kepada semua mahluk hidup, dan pengaturan energi universal inilah yang diterapkan dalam penyembuhan ala Reiki. Oleh karena para praktisi Reiki ini percaya bahwa mereka dapat mengekang/ mengendalikan dan menggunakan energi universal inilah, maka Reiki bukan hanya bentuk tahayul, tetapi membuka diri seseorang kepada keterlibatan dalam praktek okultisme dalam hal nujum dan magis (lih. KGK 2111, 2116- 2117)
Dalam Reiki, pengikutnya akan menanjak peringkatnya sesuai dengan tingkat ‘keahlian’-nya. Para master Reiki menyampaikan energi tersebut melalui proses yang disebut dengan "attunement" yang melibatkan penumpangan tangan dan dengannya dapat membuka "saluran penerima" untuk menyalurkan aliran Reiki.
Hal ‘attunement‘ kepada energi ini tidak pernah diajarkan di dalam Kitab Suci, apalagi jika energi ini yang mengontrol seluruh kehidupan manusia. Gereja mengajarkan bahwa segala sesuatu dan semua orang diciptakan melalui Kristus (lih. Kol 1:16). Gereja juga mengajarkan bahwa manusia diciptakan mempunyai jiwa yang unik yang menghidupkan jiwa, yang membuat tubuh ini menjadi tubuh manusia yang hidup (KGK 365). Nah Reiki ini setuju bahwa secara prinsip manusia itu mahluk yang mempunyai jiwa (rohani), tetapi tidak mengajarkan bahwa jiwa yang menghidupkan tubuh ini adalah jiwa yang unik yang tidak mungkin sama antara satu orang dengan orang yang lainnya. Sebaliknya, yang disebut sebagai prinsip yang menghidupkan semua manusia adalah "Ki", yang mereka definisikan sebagai:
the nonphysical energy that animates all living things. As long as something is alive, it has life force circulating through it and surrounding it; when it dies, the life force departs. If your life force is low, or if there is a restriction in its flow, you will be more vulnerable to illness. When it is high, and flowing freely, you are less likely to get sick. Life force plays an important role in everything we do. It animates the body and also is the primary energy of our emotions, thoughts and spiritual life." (("What is Reiki" The International Center for Reiki Training, as given at http://www.reiki.org/FAQ/WhatIsReiki.html. Much of the information contained in this presentation is taken from a major pro-Reiki website (http://www.reiki.org/), which largely relies on William Rand’s Reiki, The Healing Touch (Southfield, Mich.: Vision Publications, 1991).))
2. Praktek Reiki melibatkan penyaluran energi/ kekuatan gaib untuk melayani manusia.
Dalam attunement process, energi spiritual ini ditransferkan dari masternya kepada muridnya. Sedangkan pada KGK 2117 jelas tertulis: "Semua praktik…. yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib (to tame occult powers), supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah." Nah pada proses attunement ini, hadir pula pembimbing- pembimbing Reiki dan mahluk rohani lainnya yang membantu terjadinya proses ini. Banyak laporan tentang terjadinya pengalaman mistik terjadi dalam proses ini, termasuk pesan- pesan pribadi, penyembuhan, penglihatan, dst. (("Learning Reiki" The International Center for Reiki Training http://www.reiki.org/FAQ/LearningReiki.html))
3. Panentheism di dalam Reiki
Konon katanya, dengan para master tersebut berhubungan dengan/ mengarahkan Reiki tersebut, maka "Rei" (God consciousness) melihat semua prosesnya. Nah di sinilah terdapat ‘campur aduk’ antara energi universal dan konsep Tuhan, seperti yang umum diajarkan dalam NAM (New Age Movement), yaitu 1) ‘pantheism’, kepercayaan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan dan 2) ‘panentheism’, bahwa segala sesuatu ada di dalam Tuhan dan Tuhan ada di dalam segala sesuatu. Dan Reiki mengajarkan paham yang kedua.
Nah, Yesus itu bukan energi universal, juga bukan pengetahuan supernatural ataupun kesadaran spiritual seperti yang disebutkan dalam Reiki. Yesus adalah Pribadi ilahi yang Maha kuasa dan Maha tahu. Seorang Katolik tidak seharusnya dan tidak boleh memohon kepada Tuhan yang lain daripada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka memohon kepada "Rei" mengakibatkan seseorang menjadi riskan terhadap pengaruh roh jahat atau roh apapun lainnya. Proses Attunement itu tidak Alkitabiah, karena permohonan ditujukan kepada "Rei" yang bukan Tuhan Allah Trinitas. [Juga tidak Alkitabiah untuk menujukan doa pada Allah Trinitas, tetapi hanya sebagai alih- alih, supaya tidak mohon pada "Rei" itu, tetapi sebenarnya yang diarah ya "Rei" itu, untuk memindahkan "Ki"]
Sebenarnya ajaran Reiki sendiri sangat mirip prinsipnya dengan ajaran sesat Gnosticsm di abad pertama. Para Gnostics mengklaim bahwa mereka mempunyai pengetahuan tentang hal- hal spiritual, namun mereka sebenarnya mengartikan sendiri dan membuat sendiri Injil dengan kata- kata mereka sendiri; dan dengan ini menyimpang dari kebenaran Kristiani. Namun demikian mereka tetap mengaku Kristen, dan menyusupkan ajaran- ajaran mereka ke dalam iman Kristiani. Justru karena inilah ajaran Reiki berbahaya, karena sampai kitapun dapat terkecoh olehnya, karena di dalam prakteknya diperbolehkan misalnya mengucapkan doa- doa Kristiani. Padahal sebenarnya pada saat attunement bukan proses doa Kristiani yang terjadi, tetapi proses mengundang keterlibatan kuasa spiritual lainnya, yang bukan dari Tuhan. Melihat ketidaksesuaian dengan iman Katolik inilah maka Reiki dilarang. Para Uskup menentangnya, seperti contohnay Cardinal Norberto Rivera dari Mexico dan Cardinal George Pell dan Msgr Peter Elliott dari Sydney Australia.
Fr. John Hampcsh, seorang imam Claretian yang terkenal dalam perannya sebagai penulis, pengajar, spiritual director yang sudah sangat berpengalaman, meneguhkan bahwa terdapat resiko spiritual bagi para praktisi Reiki. Dalam wawancaranya dengan CUF (Catholic United for Faith), ia memaparkan pengalamannya dalam memberikan konseling kepada para pasien yang pernah ditangani dengan cara Reiki. Ini berbahaya, menurut Fr. Hampsch, justru karena ‘sangat halus’ caranya. Ia mengingatkan bahwa selalu ada kompensasi yang diminta oleh si jahat dalam praktek okultisme macam ini, sebab di samping dapat mendatangkan kesembuhan, namun kemudian ada efek- efek negatif lain yang menjadi tumbal, seperti timbulnya bermacam masalah keluarga (misalnya perceraian, tidak mendapat pasangan), ketagihan, atau bahkan bunuh diri. Fr. Hampsch mengetahui hal ini dari pengalamannya menangani konsultasi mereka yang mengalami aneka masalah setelah keterlibatan mereka di dalam Reiki.
Sekarang ini, dunia cenderung mengagung- agungkan manusia, agama diinternalisasikan sehingga mempersiapkan dasar bagi paham yang menganggap diri sendiri adalah ‘sacred‘ (a celebration of the sacredness of the self) sampai menganggap diri percikan Tuhan. Beberapa aliran dalam NAM ini kemudian menganggap bahwa manusia secara pribadi dapat ‘tune in’ ke frekuensi tertentu untuk dapat mengendalikan kekuatan/ energi di alam semesta untuk membantu diri sendiri mencapai apa yang diinginkan. Ini bertentangan dengan ajaran Kristiani yang percaya bahwa kehidupan ini harus dijalankan dengan mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang menginginkan kita hidup berdialog dengan sesama dalam kasih [jadi bukan ‘tune in‘ tersebut].
Jadi mengingat Reiki dan praktek- praktek tersebut tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, dan juga tidak dapat dibuktikan sebagai cara yang kredible menurut kedokteran, maka praktek- praktek semacam ini mengakibatkan resiko spiritual yang serius kepada mereka yang terlibat di dalamnya. Yesus adalah Penyembuh yang sejati dan sumber yang sejati bagi kesembuhan (lih. Yoh 8:32). Kristus adalah "jalan, kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6), maka sudah seharusnya kita tidak mengandalkan kekuatan yang lain untuk mendatangkan kesembuhan, selain Kristus.
Selanjutnya tentang pernyataan dari pihak Gereja Katolik tentang Reiki, dan mengapa tidak diperbolehkan, silakan klik di sini, yaitu pernyataan dari USCCB, 26 Maret 2009
Di paragraf terakhir, tertulis demikian:
"Since Reiki therapy is not compatible with either Christian teaching or scientific evidence, it would be inappropriate for Catholic institutions, such as Catholic health care facilities and retreat centers, or persons representing the Church, such as Catholic chaplains, to promote or to provide support for Reiki therapy…."
Terjemahannya:
"Karena terapi Reiki tidak sesuai dengan ajaran Kristiani ataupun bukti ilmiah, maka menjadi tidak layak bagi lembaga- lembaga Katolik, seperti fasilitas- fasilitas kesehatan dam pusat retret ataupun orang- orang yang mewakili Gereja seperti pastor paroki, untuk mempromosikan ataupun memberikan dukungan kepada terapi Reiki…"
Sekarang, tanggapan saya untuk pertanyaan anda:
1. NAM membuat spiritualitas Timur? Karena NAM menyusup ke Gereja, maka Gereja dibuat oleh NAM?
Aliran NAM ini sebenarnya bukan aliran yang baru dibuat. Dokumen Gereja tentang hal NAM ini juga menyebutkan hal ini. Silakan anda membaca dokumen dari Pontifical Council for Culture Pontifical for Interreligious Dialogue: Jesus the Bearer of the Water of Life di sini, silakan klik
NAM adalah gerakan yang terjadi di abad-abad terakhir ini yang mengambil pandangan- pandangan dari spiritualitas timur dan yang menyerupai aliran Gnosticism di jaman abad- abad pertama. Anda keliru kalau menyimpulkan bahwa jika NAM menyusup ke Gereja, maka Gereja dibuat oleh NAM. Sebaliknya, memang paham NAM itu sudah ada di abad- abad pertama dalam bentuk aliran sesat Gnosticsm, Docetism, dst- yang tidak meyakini bahwa Kristus benar- benar menjelma menjadi manusia, walaupun mereka tetap menamai diri mereka sebagai Kristen. Namun Gereja yang dipimpin oleh para rasul, menolak golongan ini, sebab golongan ini telah membuat bagi mereka Injil mereka sendiri yang lain daripada yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul. Tentang hal ini kita membaca di 2 Kor 11:4, Gal 1:6. Nah, sebenarnya untuk maksud membedakan dengan golongan inilah, maka Gereja para rasul menyebut diri sebagai Gereja Katolik, yaitu Gereja yang mengajarkan keseluruhan/ kelengkapan (katolikos/ kata holos) ajaran Kristus, dan bukan hanya mengajarkan ajaran yang setengah- setengah. Selanjutnya tentang mengapa Gereja disebut Katolik, klik di sini, lihat point Gereja yang Katolik.
2. Dari mana sumber penelitian Gereja Katolik tentang Reiki?
Gereja Katolik adalah Gereja universal yang terdiri dari Gereja- gereja lokal di seluruh dunia, maka pastilah hal Reiki ini sudah dipelajari menurut keterangan sumber- sumber yang mewakilinya, bisa saja dari Jepang, Amerika ataupun negara lainnya. Saya sendiri tidak mengetahuinya karena di dokumen tidak disebutkan, namun saya percaya bahwa Gereja Katolik tidak asal omong saja. Saya sendiri pernah menghadiri seminar di mana Fr. John Hampsch mengajar, dan saya percaya beliau menyampaikan informasi dengan benar dan dapat dipercaya, sesuai kredibilitasnya sebagai konselor dan imam yang telah berkeliling ke hampir seluruh dunia untuk mengajar.
Nah, sekarang mari melihat kepada kalimat doa anda, yang menurut saya pribadi ‘janggal’. Berikut ini saya copy paste, tulisan anda:
“Bapa, mohon rahmat, kuasa dan pendampingan-MU, dalam penyembuhan melalui metoda reiki untuk saudara xxx.” Mengapakah mengatur Allah Bapa untuk mengadakan penyembuhan menurut metoda Reiki. Bukankah Allah dapat saja melakukan penyembuhan melalui cara-Nya sendiri, mengapa manusia yang menentukan metodanya?
Pada waktu pembersihan/ pemberian energi: ”Bapa, berilah dan biarkan agar energi yang disalurkan ini membersihkan tubuh xxx dari segala energi negatif, penyakit dan kuasa roh jahat..” Pada pemberian energi: ”Bapa, mohon berilah dan biarkan agar energi ilahi disalurkan mengisi, memenuhi dan menyelimuti tubuh xxx”. Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk menyalurkan energi dalam menyembuhkan seseorang. Yang tertulis dalam Kitab Suci adalah Yesus sendirilah (dengan cara-Nya yang tak dapat kita pahami) yang menyembuhkan, umumnya yang melibatkan juga pertobatan dari orang yang disembuhkan. (lih. Luk 5:20; Mat 9:2, Mrk 2:5, Luk 7:48)
Anda dapat saja menambahkan doa- doa dalam proses itu, tetapi prinsip keyakinan anda sudah keliru, sebab sepertinya yang membuat sembuh itu adalah energi-nya dan anda memohon kepada Tuhan supaya melakukan penyembuhan lewat penyaluran energi itu. Pertanyaannya, energi itu, energi apa? Jika anda katakan itu energi dari Tuhan, atau energi Tuhan, siapakah anda dan atas kuasa dari mana anda dapat memperoleh kontrol atas energi Tuhan itu? Jika bukan energi Tuhan, energi siapa?
3. Anda katakan energi itu bukan Tuhan, itu sesuatu yang berbeda. Lalu mengapa anda minta kesembuhan kepada energi yang bukan Tuhan? Pada saat Gereja Katolik mempelajari Reiki, tentu mengambil patokan kepada apa yang diyakini oleh Reiki, yang kebetulan bukan dari orang Katolik. Bahwa ada orang Katolik menjadi praktisi Reiki, itu mungkin benar (contohnya saja anda), tetapi tidak menjadikan Reiki menjadi benar, karena dilakukan oleh orang Katolik. Sebab secara prinsip saja sudah tidak sesuai, walaupun "di-pas-pas- kan" juga tetap tidak akan pas, sebab prinsipnya sudah berbeda. Iman Kristiani tidak mengenal pemisahan energi universal dengan Allah yang bisa menyembuhkan. Pemisahan antara keduanya seperti mengatakan ada dua Allah (seperti pada ajaran Gnosticism) dan ini jelas salah.
4. Anda mengatakan, "there is no magic in reiki." Pertanyaan saya: Apa itu kalau bukan magis, jika seseorang dapat "membuka" cakra seseorang, untuk menjadi saluran penerima energi Ki? Dengan kuasa apa terjadinya semua itu? Sebab Kitab Suci maupun Tradisi para rasul tidak mengajarkan cara tansfer energi sedemikian.
5. Apakah Paus Yohanes Paulus II tahu menahu soal Reiki ini?
Tentu saja Paus mengetahuinya. Dokumen pontifikal (Jesus the Bearer…) tersebut justru dituliskan dalam rangka menindaklanjuti pengajaran Paus Yohanes Paulus II. Tertulis di bagian awal dokumen tersebut:
Paus Yohanes Paulus II sudah memperingatkan bahwa membedakan Tuhan dengan energi itu seperti kembali ke jaman ajaran sesat di abad pertama, yaitu Gnosticism,
6. Tidak semua hal memang harus tertulis dalam Kitab Suci, anda benar. Pesawat terbang, ilmu kedokteran, teknologi, dst, tidak harus ditulis dalam Kitab Suci, karena hal- hal tersebut tidak menyangkut hal iman. Sebagai umat Katolik tentu kita dapat menerima hal itu, atas dasar bahwa semua itu dapat diterima dengan akal sehat, dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Sekarang masalahnya, Reiki itu tidak menyangkut iman Katolik, tetapi jika dikatakan sebagai ilmu kesehatan, juga ternyata belum dapat dibuktikan secara ilmilah, oleh karena itu Gereja Katolik tidak dapat menerimanya.
Anda mengatakan, "Saya hanya tidak ingin sesuatu diklaim sebagai kejahatan hanya karena kurang pemahaman atau pandangan-pandangan yang kaku, tidak lebih dari itu."
Dalam dokumen Jesus Christ, the Bearer of the Water of Life, point 2, disebutkan bahwa memang tidak semua dari segala yang berhubungan dengan NAM itu baik, atau tidak semuanya buruk, tetapi pandangan NAM itu sendiri tidak dapat didamaikan/ disatukan dengan ajaran iman Kristiani ataupun spiritualitas Kristiani:
Akhirnya, anda mengatakan, "Maaf Bu Ingrid, saya bukannya mau ‘ngotot’. Bagi saya reiki bukan apa-apa, saat saya memandang kepada DIA yang begitu mulia. Jika benar Reiki bukan apa-apa, dan anda mempunyai keterbukaan dan kerendahan hati untuk menaati ajaran Gereja yang berdasarkan atas Sabda Allah, maka jika saya boleh menyarankan, silakan anda dengan lapang hati meninggalkan Reiki demi kasih anda kepada Tuhan, sebab itu tidak sesuai dengan ajaran Kristus dan para rasul seperti yang dilestarikan dengan setia oleh Gereja Katolik.
Demikian Wawan, tanggapan saya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom juga Bu Inggrid,
Makasih banget sudah meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memunculkan comment saya dan menanggapinya. Saya ngga tau apakah hanya perasaan saya saja, tapi membaca comment Ibu, rasanya Ibu sedang menatatap mata saya dalam-dalam with your finger pointing right at a spot between my eyes, seolah saya ini adalah NAM, duh sedih deh rasanya. Padahal denger istilah NAM saja belum lama.
Bu Ingrid yang baik, saya ini 100% Katolik. Saat saya menuliskan bahwa saya mencintai TRINITAS, itu bukanlah sekedar basa-basi. Saya juga percaya dan sungguh mengimani bahwa ROH KUDUS bekerja miraculous way, DIA tidak akan membiarkan insan yang sungguh mencintainya jatuh dalam ‘kesesatan’ seandainya itu memang benar-benar sesat.
Ada beberapa hal yang menurut saya ‘ngga nyambung’ dengan apa yang saya maksudkan dan diterima dengan nuansa berbeda, sehingga beberapa jawaban Ibu ditulis dengan kata-kata yang terkesan defensif, bahkan ditulis menggunakan tinta merah, sementara saya ini murni nanya, bener-bener pengin tau, sama sekali tidak ada intensi negatif dengan menanyakan hal-hal ini. Saya bukan mempertanyakan otoritas Gereja, tapi lebih ingin mengetahui alasan apa yang ada dibalik sikap Gereja itu. Saya ingin mempertanyakan secara sehat karena secara iman saya (dengan segala keterbatasan saya) belum melihat bahwa ini adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Beberapa hal di bawah ini sekedar meluruskan:
…“attunement” yang melibatkan penumpangan tangan dan dengannya dapat membuka “saluran penerima” untuk menyalurkan aliran Reiki.
-> yang ini bener
Dalam attunement process, energi spiritual ini ditransferkan dari masternya kepada muridnya
-> yang ini bisa bikin misleading, AFAIK tidak ada transfer energy dari master ke murid pada proses attunement. Sebenernya tanpa attunement, praktisi tetep bisa melakukan penyembuhan tetapi karena saluran energy (existing) masih sempit karena tidak terlatih, jadi energy yang disalurkan tidak sebesar kalau sudah dilatih selama bertahun-tahun. Proses attunement mempercepat proses yang bertahun-tahun ini dengan memperlebar saluran energy, CMIIW. Ini saya buktikan sendiri, waktu masih di level 1 dan belum attunement untuk level 2, saya tetep bisa lakukan penyembuhan jarak jauh, tapi karena energy yang masuk dan keluar tidak seimbang, maka terjadi kelelahan yang seharusnya tidak terjadi.
Nah pada proses attunement ini, hadir pula pembimbing- pembimbing Reiki dan ‘mahluk rohani lainnya’ yang membantu terjadinya proses ini.
->mahluk rohani lainnya apa ya? Apakah setan, demit, pocong, malaikat, atau apa? Saya sungguh tidak mengerti. Mungkin pembaca yang juga praktisi reiki lainnya terutama yang Katolik bisa memberi kesaksian di sini akan kehadiran mahluk rohani yang disebutkan Bu Ingrid ini kalau memang benar-benar ada.
… namun kemudian ada efek- efek negatif lain yang menjadi tumbal, seperti timbulnya bermacam masalah keluarga (misalnya perceraian, tidak mendapat pasangan), ketagihan, atau bahkan bunuh diri.
-> saya bingung ngomentarinya, menurut Anda apakah ini ada hubungannya? Fr. Hampsch menangani konsultasi “mereka yang mengalami aneka masalah” setelah keterlibatan mereka di dalam Reiki. Yang dikonsultasikan ke Fr. Hampsch itu khusus mereka yang mengalami masalah saja? Apakah dengan melepaskan diri dari reiki, masalah mereka serta merta hilang, atau memang dasarnya mereka bermasalah dengan atau tanpa reiki?
Mengapakah mengatur Allah Bapa untuk mengadakan penyembuhan menurut metoda Reiki. Bukankah Allah dapat saja melakukan penyembuhan melalui cara-Nya sendiri, mengapa manusia yang menentukan metodanya?
-> for GOD’s sake, bukan mengatur ALLAH BAPA, tetapi memohon rahmat dari ALLAH BAPA. Sama halnya seperti kalau seorang pelajar berdoa memohon agar lulus ujian, mengapa mengatur TUHAN untuk menentukan lulus atau tidaknya. Bukankah TUHAN tau apa yang terbaik buat pelajar ini?
Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk menyalurkan energi dalam menyembuhkan seseorang. Yang tertulis dalam Kitab Suci adalah Yesus sendirilah (dengan cara-Nya yang tak dapat kita pahami) yang menyembuhkan, umumnya yang melibatkan juga pertobatan dari orang yang disembuhkan. (lih. Luk 5:20; Mat 9:2, Mrk 2:5, Luk 7:48)
-> ini sungguh benar. No further argument for this.
energi itu, energi apa? Jika anda katakan itu energi dari Tuhan, atau energi Tuhan, siapakah anda dan atas kuasa dari mana anda dapat memperoleh kontrol atas energi Tuhan itu? Jika bukan energi Tuhan, energi siapa?
-> metaforanya sbb, untuk pengobatan kedokteran dengan meminum air putih. Air putih itu apa? Atas dasar apa dokter memperoleh kontrol atas air putih itu? Jika air putih yang menyembuhkan itu bukan dari Tuhan, lantas siapa yang menciptakan air itu? Sebenernya yang jadi perdebatan sesungguhnya adalah ini: kita tidak dapat melihat energy yang kita bicarakan di sini menggunakan mata telanjang kita, sedangkan air putih bisa jelas terlihat mata kita.
Anda katakan energi itu bukan Tuhan, itu sesuatu yang berbeda. Lalu mengapa anda minta kesembuhan kepada energi yang bukan Tuhan?
-> dimana kata-kata saya yang meminta kesembuhan kepada energi (yang bukan TUHAN)?
Demikian tanggapan saya Bu Ingrid, kalau menurut Bu Ingrid tanggapan saya ini terkesan kurang appropriate atau tidak bisa mendukung pertumbuhan Iman Katolik pada umumnya, saya sungguh mengerti kalau posting ini tidak ditampilkan pada Katolisitas.org. Sekali lagi pertanyaan saya sama sekali tidak ada maksud buruk atau intensi negatif lain terhadap Gereja Katolik maupun ke Bu Ingrid.
Salam kasih selalu dan untuk selamanya dalam Kristus Tuhan,
wawan
Shalom Wawan,
Pertama- tama, saya ingin menegaskan di sini, bahwa tidak benar bahwa saya menuding anda. Apa yang saya sampaikan di jawaban saya terdahulu adalah tanggapan saya, yang saya sampaikan karena anda bertanya kepada saya. Jawaban itu saya sampaikan berdasarkan atas pengajaran dari Magisterium Gereja, yang link-nya saya sampaikan kepada anda. Nah, tulisan dengan cetakan warna merah, yang merupakan pertanyaan saya kepada anda, bukan saya tulis atas dasar ingin menyerang/ marah pada anda, tetapi itu memang sudah menjadi standar warna yang kami pakai di Katolisitas dalam dialog (yang dapat anda temukan di mana saja dalam tanya jawab di situs ini. Warna biru adalah yang kami pakai untuk menandai pernyataan pembaca yang kami kutip kembali, sedangkan warna merah adalah pertanyaan kami kepada pihak pembaca). Ini sudah berlaku sejak awal situs ini berdiri. Dulu sudah pernah kami coba untuk mengubah warnanyanya tidak merah tetapi ungu atau hijau, tetapi kemudian menjadi tidak begitu jelas/ tidak jauh berbeda dengan warna biru yang menjadi warna pernyataan penanya. Apalagi dengan latar belakang abu- abu yang bergantian muncul di layar, warna yang tidak menyolok tidak akan terlihat jelas sebagai pertanyaan kami. Oleh sebab itu, kami mohon maaf jika warna merah menyinggung ada, ataupun terkesan defensif, tetapi bukan itu maksudnya.
Nah atas maksud berdialog dengan tulus, saya menanggapi komentar anda:
1 & 2. Hal energi, transfer energi, ‘membuka saluran penerima’, mengapa tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik?
Sebenarnya proses penumpangan tangan untuk membuka saluran penerima itu sendiri sudah keliru, menurut ajaran iman Katolik. Sebab penumpangan tangan dalam iman Katolik konotasinya adalah penyaluran rahmat Tuhan, (umumnya konteksnya adalah dalam sakramen), namun bukan untuk menyalurkan energi apalagi membuka saluran penerima, seolah-olah seseorang mempunyai kuasa untuk mengontrol energi orang lain.
Maka hal transfer energi dari master kepada murid entah lewat proses attunement atau tidak, juga sudah tidak sesuai dengan prinsip ajaran iman Katolik, yang tidak mengenal penyembuhan jarak jauh lewat penyaluran energi. Yang bisa dilakukan dan sesuai dengan iman Katolik adalah mendoakan, tetapi tidak dengan cara pengiriman atau pengontrolan energi. Tidak ada ayat/ perikop dalam Kitab Suci yang pernah menjelaskan mengenai hal transfer/ pemindahan/ pengontrolan energi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang yang lain.
Karena hal adanya ‘energi’ yang mengontrol kesehatan/ keseimbangan/ atau bahkan keberuntungan manusia ini tidak terdapat di dalam Kitab Suci (tidak masuk dalam ranah iman) dan juga tidak dapat dibuktikan secara ilmiah/ akal sehat (tidak juga termasuk dalam ranah ilmu pengetahuan), maka Gereja Katolik tidak dapat menerimanya sebagai kebenaran.
3. Adanya keterlibatan ‘mahluk rohani’ dalam proses attunement
Pernyataan ini saya kutip dari link yang menyertakan informasi dari Pusat Reiki Internasional sendiri, yaitu The International Center for Reiki, yang dapat anda baca sendiri di link ini silakan klik. Jadi ini bukan karangan saya, tetapi memang dikatakan sendiri oleh para praktisi Reiki. Bunyinya demikian:
4. Adanya tumbal?
Karena proses attunement adakalanya melibatkan ‘mahluk- mahluk rohani’ yang lain, maka kemungkinan terjadi keterlibatan roh-roh jahat di sini, sehingga tidak mengherankan jika mengakibatkan hal yang buruk bagi mereka yang terlibat di dalam proses tersebut. Faktanya, seperti yang dialami oleh beberapa konselor Katolik yang menangani konseli yang pernah berkecimpung dalam Reiki, mereka akhirnya mengalami aneka masalah, sebagai tumbal/ akibat dari keterlibatan mereka dalam proses yang melibatkan roh- roh jahat tersebut. Ini tidaklah mengherankan, karena mereka yang terlibat dalam perdukunan juga akan mengalami hal yang sama, entah ada anggota keluarga yang wafat tiba- tiba, perceraian/ cekcok rumah tangga tanpa akhir atau bahkan tanpa sebab, ketagihan obat-obatan, dst.
5. Mengatur Allah Bapa untuk menyembuhkan dengan metoda Reiki?
Kalau saya boleh menyarankan, hindarkan kata- kata, “for GOD’s sake“, sebab itu maknanya hampir seperti sumpah/ demi Tuhan. Mari berdialog dengan hati tenang, tidak perlu mengatakan kata- kata seperti itu.
Anda mengatakan, “bukan mengatur ALLAH BAPA, tetapi memohon rahmat dari ALLAH BAPA…. metaforanya sbb, untuk pengobatan kedokteran dengan meminum air putih. Air putih itu apa? Atas dasar apa dokter memperoleh kontrol atas air putih itu? Jika air putih yang menyembuhkan itu bukan dari Tuhan, lantas siapa yang menciptakan air itu? Sebenernya yang jadi perdebatan sesungguhnya adalah ini: kita tidak dapat melihat energy yang kita bicarakan di sini menggunakan mata telanjang kita, sedangkan air putih bisa jelas terlihat mata kita.” Justru ini masalahnya. Gereja Katolik percaya bahwa suatu kebenaran dapat didekati oleh iman (faith) dan akal budi (reason), karena keduanya berasal dari Tuhan, dan pada dasarnya tidak bertentangan. Untuk iman, kita mengacu kepada Sabda Allah (Kitab Suci dan Tradisi Suci) dan untuk akal budi, kita mengacu kepada pembuktian ilmiah. Karena itu Gereja Katolik tidak mengajarkan agar orang yang sakit harus serta merta membuang semua obatnya, dan hanya berdoa saja; sebab Gereja mengakui bahwa Allah turut berkarya dalam akal budi para ahli kedokteran untuk menemukan obat- obatan untuk mendatangkan kesembuhan. Nah sekarang ke masalah air putih itu. Kegunaan air putih untuk kesehatan dan untuk mengencerkan obat-obatan, dapat dibuktikan secara ilmiah, sehingga pemakaiannya tidak dilarang oleh Gereja. Seandainyapun kegunaan air putih tidak disebutkan dalam Kitab Suci, kita tetap dapat menganggapnya sebagai kebenaran, karena dapat dibuktikan secara ilmiah.
Ini berbeda dengan hal transfer energi/ membuka saluran energi, atau attunement dalam Reiki. Karena hal- hal ini tidak terdapat dalam ranah iman Kristiani dan juga tidak terdapat di dalam ranah ilmu pengetahuan (karena tidak dapat dibuktikan secara ilmiah), maka hal- hal ini masuk dalam katagori superstition, dan karenanya dilarang oleh Gereja.
Uskup Amerika dalam pernyataan Komite Doktrin USCCB 25 Maret 2009, mengatakan demikian:
Silakan anda membaca selengkapnya di link ini, silakan klik.
Demikianlah Wawan, semoga pernyataan ini dapat menjadi masukan bagi anda. Saya tidak bisa melanjutkan dialog ini, jika anda tetap berkeras bahwa hal energi dalam Reiki ini ‘sesuai’ dengan ajaran Kristiani. Silakan anda menulis surat saja ke pihak Vatikan, dan tanyakan ke CDF (Congregation of the Doctrine of the Faith) ataupun ke Pontifical Council for Culture dan Pontifical Council for Interrelious Dialogue, dan silakan sampaikan pandangan/ argumen anda. Saya di sini hanya menyampaikan apa yang jelas sudah dilarang oleh pihak Vatikan, dan disebutkan secara lebih jelas lagi oleh Ordinary Magisterium di Amerika (USCCB), karena sementara ini saya tidak mengetahui apakah para Uskup (KWI) di Indonesia sudah mengeluarkan dokumen serupa. Seandainya sudah ada, nanti akan saya informasikan kepada anda, namun saya kira bunyinya tidak akan berbeda jauh dengan yang telah ditetapkan di USCCB itu.
Demikian masukan saya, silakan anda merenungkannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
KWI sudah menerjemahkan dan menerbitkan
Seri Dokumen Gerejawi No 61 “Instruksi Mengenai Doa Penyembuhan” (2001)
Seri Dokumen Gerejawi No 66 “Yesus kristus Pembawa Air Hidup – Sebuah Refleksi Kristiani tentang New Age” (2005)
Salam – YDHpr
Bu Ingrid,
Saya setuju dengan apa yang anda uraikan. Amin.
Pa Wawan,
Manusia jaman sekarang dimana semuanya menggunakan teknologi yang canggih tentu membutuhkan energi, apapun alatnya dan membuatnya pun membutuhkan energi.
Disini iblis menggunakan kesempatan untuk menarik manusia untuk bergabung dengannya dengan lihai sekali.
Dirubahlah kata roh diganti dengan kata energi.
– Saya menyalurkan energi ke rumah itu, …… [Dari Katolisitas: kami edit]
– Saya menyalurkan energi ketubuh anda sehingga terasa hangat ….
– Lihat energi anda berwarna ungu dibagian luar, …..
– Besok saya ada tugas mau mengirimkan energi penyembuhan ke saudara saya di kota Medan, …..
– Kamu Level berapa sekarang ? wah hebat sekali kamu, tentunya energimu sudah bisa…..,
Bagaimana kalau kata energi dikembalikan kepada asalnya yaitu kata roh.
– Saya mau menyalurkan roh ketubuh anda…….mengirimkan roh……… , semua orang akan gemetar dan meriding mendengarnya dan mulai bertanya tanya : roh siapa yang mau di transfer ke tubuh saya ??????
Iblis sangat licik dan manusia gampang ditipunya.
Sebagai orang Katolik tentu kita tahu bahwa selain Roh Kudus yang ada adalah roh manusia atau roh jahat atau setan sendiri.
Manusia akan menerima Roh Kudus pada saat pembaptisan.
Ketika seseorang di attunement sebetulnya dia sedang diisi roh, pertanyaan nya adalah roh apakah itu ? jelas bukan Roh Kudus !
Seorang penganut reiki tentu sudah diaktifkan kundalininya atau disebut energi alam semesta dimana energi itu panas dan bergerak seperti ular dan harus dialirkan melalui tulang belakang ke ubun2. Tujuan latihan adalah mengeluarkan ular api/kundalini tersebut dari ubun2 melalui jalur tulang belakang dan barang siapa yang bisa melakukannya disebut sudah mencapai tingkat “pencerahan” atau dengan penjelasan lain : orang tersebut mampu membawa rohnya sendiri keluar dari tubuh, bisa mengetahui hal2 diluar pengetahuan manusia umumnya, se olah2 mendapatkan buah pengetahuan. Untuk mencapai tingkat itu penganut harus menyelaraskan dirinya dengan tiga energi ( tiga roh ), artinya totalitas bersatu dengan sang ular ( tidak ada jalan kembali) setelah itu mereka mendapatkan gelar “pencerahan”.
Shri Mataji guru besarnya sahaja yoga mengatakan : kundalini adalah Roh Kudus. (bisa dilihat lewat google) apakah pa Wawan percaya ?
Salam damai dalam Kristus
[Dari Katolisitas: ini adalah pandangan salah satu pembaca. Kami tidak dapat membahasnya secara mendetail, selain menyampaikan bahwa hal persamaan kundalini dengan Roh Kudus, bukanlah ajaran iman Kristiani]
Salam kasih Bpk/ibu :)
Saya mohon pendapat mengenai astral projection, apakah orang katolik boleh melakukannya ?
Terima kasih.
Tuhan Yesus Memberkati.
Salam Hendrik,
Gereja Katolik memperingatkan umat agar berhati-hati terhadap gerakan New Age Movement (NAM), karena banyak yang bertentangan dengan iman Katolik. Astral Projection, yang mengklaim bahwa seseorang dapat mengalami pengalaman di luar tubuhnya harus disikapi dengan hati-hati. Kalau memang seseorang dapat mengalami hal ini, apa yang terjadi dengan tubuhnya? Apakah tubuh sementara terpisah dengan jiwa? Apakah ada bahaya-bahaya dalam mempraktekkan hal ini? Apakah yang diinginkan untuk mempelajari hal ini? Ada begitu banyak doa batin, seperti yang diajarkan oleh St. Teresa Avilla dan St. Yohanes Salib, yang dapat mengantar seseorang pada keintiman spiritual dengan Tuhan. Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu – mungkin lebih tepatnya JANGAN – belajar Astral Projection, namun lebih baik menggali kekayaan spiritual dari Gereja Katolik sendiri, yang jelas-jelas tidak bertentangan dengan iman Katolik. Semoga jawaban ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef,
Terima kasih atas penjelasan Bapak.
Tuhan Yesus Memberkati.
Syallom…
Bu Ingrid,saya mau menayakan tentang cara pemahaman spiritual oleh Pastor Anthony De Mello SJ, apakah pola pengajaran semacam itu termasuk dalam kategori New Age, mohon penjelasan sejelasnya, terima kasih
[Dari Katolisitas: tanggapan Vatikan tentang tulisan Pastor Anthony de Mello SJ, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Shalom katolisitas.
Bu Ingrid, saya ingin mengomentari pertanyaan dari Sdr. Fenky, boleh ya bu..
Mas Fenky, Saya pernah menonton film The Chronicle Of Narnia dari CS Lewis dan The Bridge Of Terrabhitia dan Harry Potte, menarik memang karena special effect technologinya. Saya sempat berpikir, seandainya nanti saya sudah berkeluarga dan punya anak, saya harus dampingi anak-anak dalam menonton film-film semacam itu. Ada bahaya laten dalam film2 tersebut.
Saya coba uraikan.
1. Film Harry Potter, mengisahkan tentang penyihir baik. pertanyaannya adalah : Tuhan menentang tukang-tukang sihir, pasti Tuhan punya alasan, jadi penyihir baik itu sesungguhnya tidak ada. Semua tukang sihir itu ya jahat. Film ini ingin membawa anak-anak jadi tukang sihir. Kira-kira bagitu.
2. Film The Chronicle of Narnia, setelah saya pelajari film ini sangat berbahaya karena ada unsur-unsur satanismenya. Contoh tentang Mr. Tumnus adalah figur dewa pagan ( dewa kesuburan ), ada gambaran tersembunyi tentang situasi pedofilia. Sedangkan Singa Aslan adalah gambaran Lucifer. Ada unsur-unsur penyembahan kepada Dewa Matahari. Film ini dikarang oleh CS Lewis yang adalah penganut Ajaran New Age Movement spesialisasi Taoism, CS Lewis adalah seorang Anti Kekristenan.
3. Film The Bridge Of Terrabithia. Film ini secara frontal menyerang Kekristenan, ajaran kristiani dalam segala bentuknya didemonize dengan cara digambarkan sebagai seorang ayah yang jahat. Mengatakan bahwa surga dan neraka tidak pernah ada dan tidak ada. Motor utama dalam tokoh-tokoh film ini adalah Leslie. Ada unsur-unsur sexual abuse secara halus dalam film ini. Di penghujung film ada kemunculan Demon sebagai sutradara dari seluruh isi cerita film ini.
Kira-kira seperti itu contoh film-film yang bernafaskan New Age Movement.
Shalom untuk semua.
Shalom Jon,
Memang benar, anak- anak memerlukan pendampingan orang tua pada saat menonton film- film tertentu, terutama yang bertemakan dunia magis dan anti- Kristen. Menurut saya pribadi, memang lebih baik tidak usah mengajak anak- anak untuk menonton film- film tersebut. Namun the Chronicle of Narnia-nya C.S. Lewis, saya rasa masih tetap dapat ditonton anak- anak, asal dengan pendampingan orang tua. Jika kita membaca riwayat hidup C.S. Lewis, maka kita tidak dapat mengatakan bahwa ia adalah seorang yang anti terhadap ke-kristenan. Sebab selain ia mengarang the Chronicle of Narnia, Lewis mengarang buku yang juga sangat terkenal tentang ke-kristenan, yaitu Mere Christianity, dan Surprised by Joy.
Berangkat dari pengalamannya sendiri yang semasa kecilnya yang dibaptis di gereja Ireland, namun kemudian pernah menjadi atheist, sebelum kemudian bertobat dan kembali menjadi Kristen di gereja Anglikan, ia menuliskan bagaimana ia dapat menjadi yakin untuk kembali menjadi seorang Kristen. Di Mere Christianity, dia menuliskan “trilemma” yang meyakinkannya bahwa Yesus Kristus itu adalah Tuhan, yang pernah kami ulas di sini, silakan klik.
Maka, C.S Lewis bukan seorang anti Kristen. Bahwa di kisah the Chronicles of Narnia, ia menggunakan tokoh- tokoh mitologis tertentu, kemungkinan adalah caranya saja untuk membuat cerita itu menjadi unik. Ia menggabungkan karakter dongeng Yunani, mitos Romawi dan kisah tradisional Inggris dan Irlandia. Banyak orang mengatakan bahwa ia memakai banyak perumpamaan dalam ceritanya, dan memasukkan ide Kristiani secara tidak langsung. Tentang singa Aslan itu, kalau menurut Lewis sendiri adalah seperti gambaran Kristus yang memilih untuk menjelma, wafat dan bangkit lagi. Demikian katanya:
“If Aslan represented the immaterial Deity in the same way in which Giant Despair [a character in The Pilgrim’s Progress] represents despair, he would be an allegorical figure. In reality however he is an invention giving an imaginary answer to the question, ‘What might Christ become like, if there really were a world like Narnia and He chose to be incarnate and die and rise again in that world as He actually has done in ours?’ This is not allegory at all.” (Martindale & Root 1990)
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga kita semua yang dipercaya oleh Tuhan untuk membimbing anak- anak, dapat melaksanakan tanggung jawab kita, agar anak- anak dapat bertumbuh di dalam iman dan pengenalan akan Tuhan. Semoga kita dapat membantu mengarahkan mata hati mereka kepada Tuhan dan kisah rencana keselamatan-Nya dan bukan kepada kisah- kisah dongeng yang bahkan menjauhkan mereka dari Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom katolisitas,
Hanya menanyakan link yg tidak aktif, saya kutip dr atas :
Di Mere Christianity, dia menuliskan “trilemma” yang meyakinkannya bahwa Yesus Kristus itu adalah Tuhan, yang pernah kami ulas di sini, silakan klik.
link pd tulisan “silakan klik” tidak ada.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
[Dari Katolisitas: Silakan anda klik di sini, lihat pilihan 1,2,3, yang diajukan oleh C.S. Lewis untuk menyatakan siapa itu Yesus Kristus]
Bu Ingrid,
Apakah aliran musik new age itu termasuk di dalam NAM? Jika ya, perlukah dihindari dari sebatas mendengar atau menyanyikannya? Dan dapatkah diberikan contoh penyanyi-penyanyi beraliran new age tersebut?
Dalam industri perfilman Holywood, apakah Bu Ingrid mengetahui satu dua judul film yang ‘berusaha’ mengusung paham NAM ini ke publik?
Bagaimanakah pandangan Vatikan (Gereja Katolik) terhadap film-film seperti Harry Potter, The Lord of the Rings, Chronicles of Narnia (yang ada unsur mistisnya)? Bolehkah umat Katolik (sebatas) menontonnya?
Scientology yang dianut Tom Cruise dan Will Smith, apakah termasuk NAM?
Terima kasih,
Fenky
Shalom Fenky,
1. Musik New Age
Umumnya musik yang sering disebut musik new age adalah musik yang menimbulkan rasa tenang, dengan ritme yang diulang- ulang, ataupun dengan nuansa bunyi alam sehingga cocok untuk meditasi. Awalnya, musik ini jenis ini adalah musik instrumental, namun kemudian ada juga yang diisi dengan lirik tertentu.
Jika kita hanya ingin mendengarkan musik jenis ini hanya untuk membantu kita relax, maka tidak apa- apa. Yang harus diwaspadai ialah jika musik ini menampilkan juga perkataan mantra- mantra ataupun lirik tertentu yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, misalnya lirik yang memuja alam, keseimbangan energi dalam tubuh, dst, seolah memuja hal- hal itu sebagai Tuhan.
Kami di sini tidak dalam posisi memberikan nama- nama penyanyi beraliran New Age, namun saya percaya anda dapat mengenali ciri mereka dari lirik lagu yang mereka nyanyikan.
2. Film yang berbau new age, adalah film yang memasukkan ajaran- ajaran new age di dalamnya, seperti re-inkarnasi, relativism, pemujaan alam dan energi, dst. Silakan anda membaca artikel di atas dan link yang saya berikan di sana untuk mengetahui prinsip ajaran New Age Movement (NAM) ini. Film/ buku yang berjudul the Secret/ law of attraction juga termasuk dalam NAM ini. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Sepengetahuan saya tidak ada ketentuan tertulis dari Vatikan tentang tanggapan resmi terhadap film- film seperti Harry Potter. Namun memang ada beberapa uskup yang sudah secara terbuka mengatakan bahwa film- film seperti ini cukup berbahaya bagi perkembangan rohani anak- anak muda, karena film- film itu memasukkan unsur- unsur mistis secara halus ke dalamnya, seolah menjadikannya sebagai sesuatu yang ‘menarik’. Maka, jika film- film seperti ini dilihat tanpa dasar iman yang teguh, maka dapat memberikan pengaruh buruk pada anak- anak. Karena umumnya anak- anak belum mempunyai dasar formasi iman yang baik/ teguh, maka sebaiknya memang tidak menonton film- film sejenis Harry Potter. Sedangkan film- film fiksi yang jelas mengisahkan pertentangan antara yang jahat dan baik dan dimenangkan oleh pihak yang baik, sebetulnya tidak berbahaya, asalkan ditonton oleh anak- anak yang sudah cukup umur, dan asalkan pertentangan tersebut tidak menunjukkan kekejaman yang melampaui batas. Di sinilah pentingnya peran orang tua untuk mendampingi anak- anak saat menonton film- film fiksi; untuk menjelaskan kepada mereka bagian mana yang baik dan yang buruk; yang murni ‘fiksi’ dan yang benar nyata dapat terjadi; yang sesuai atau tidak sesuai dengan prinsip- prinsip Kristiani.
3. Ya, Scientology adalah salah satu aliran NAM, karena mengajarkan prinsip- prinsip yang sejalan dengan ajaran- ajaran NAM.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas,
Saya pernah membaca dokumen dari Vatikan mengenai ajaran New Age Movement, diterbitkan di Vatican tanggal 03 Februari 2003. Saya bersyukur karena Gereja Katholik memiliki dokumen yang berisi informasi tentang ajaran new age.
Sayangnya hal tersebut belum banyak diketahui oleh umat katholik.
Saya ingin berbagi informasi tentang ajaran ini. New Age Movement ( NAM ) adalah suatu sistem kepercayaan, tidak berstruktur tetapi nyata. Masing-masing New Ager ( Penganut NAM ) memiliki gaya tersendiri dalam menjalankan ritual kepercayaannya, juga bagaimana mereka berusaha menarik banyak orang ke dalam ajaran NAM.
NAM memiliki beberapa literatur, banyak sekali. Saya sebutkan beberapa :
1. The Aquarian Gospel Of Jesus The Christ, dikarang oleh Levi Dowling.
2. Buku The Secret
3. Buku Urantia
dll
Tokoh-tokohnya :
1. Alice Bailey
2. Aliester Crowley
3. John Lennon & The Beatles
4. Oprah Winfey
5. dll banyak sekali.
New Age Movement ( NAM ) menggabungkan semua sistem kepercayaan di seluruh dunia, seperti Animisme, Okultisme, Hinduisme, Sufisme Islam, Zen Budhisme, Paganisme, Pantheisme, Monisme, Satanisme, dan Kekristenan juga ikut-ikutan dicatut.
Jika saya amat-amati, NAM cenderung menyerang Kekristenan, karena para penganut NAM memang banyak yang alergi dengan ajaran Kristiani, walaupun para penganut NAM banyak yang mulanya memeluk agama Kristen Katholik maupun Protestan. Jadi menurut saya Ajaran NAM adalah ajaran Antikristus dan digerakkan / diilhamkan oleh roh Antikristus. Ajaran NAM merupakan bagian dari konspirasi The New World Order dengan pemimpinnya Antikristus seperti yang telah dinubuatkan oleh Tuhan Yesus sendiri dan Rasul-rasulnya.
Ajaran NAM sangat berbahaya, ajaran ini mengarahkan manusia untuk menjadi atheis. Mulanya orang dibikin bingung dengan konsep Tuhan yang mereka ajarkan, New Ager mengajarkan bahwa Tuhan adalah suatu energi “The Force” dan bukanlah suatu pribadi, lalu mengatakan bahwa setiap manusia adalah “allah”, lalu mereka mengarahkan manusia menjadi atheis dan ujung-unjungnya akan membawa manusia kepada penyembahan setan / iblis.
Ajaran NAM mengarahkan manusia untuk memberontak terhadap Tuhan, anak terhadap orang tuanya, masyarakat terhadap hukum dan pemerintah / negara, karyawan terhadap majikannya, istri terhadap suaminya, murid terhadap gurunya, umat dan jemaat terhadap gerejanya.
NAM menghancurkan tatanan hidup, norma, hukum, peraturan dengan mengajarkan tentang konsep semua manusia adalah “allah”, meniadakan surga dan neraka, menyangkal adanya dosa dan kejahatan, mengganggap bahwa iblis dan setan adalah dongeng / mitos. Padahal ini semua adalah tipu muslihat iblis. Manusia akan merasa benar melakukan kejahatan tanpa penyesalan sama sekali.
NAM menghancurkan Keluarga dan Sakramen Perkawinan. NAM mengarahkan manusia dengan gaya hidup hedonisme, gay, lesbian, homosexual, Free Sex. NAM meracuni pikiran dan hati perempuan dengan Gerakan Feminisme New Age. NAM menghancurkan jiwa anak-anak dengan fenomena anak indigo. Fenomena anak indigo adalah rekayasa New Ager yang menyerahkan anak-anak kepada iblis untuk diberi kesaktian, bisa dengan persetujuan orang tuanya atau dengan cara paksa, kekerasan dan penculikan. Seorang anak dijadikan indigo dengan berbagai cara, salah satu yang lazim adalah lewat Regressi Hipnotisme. Lalu anak-anak yang berkemampuan “super” ini dipersiapkan untuk menjadi pasukan antikristus di masa depan.
Ini nyata saudara, dan ini sangat berbahaya.
Selanjutnya saya akan ceritakan tentang penyusupan NAM di tengah umat dan gereja.
[Dari Katolisitas: tulisan berikut digabungkan karena masih pada topik yang sama]
Shalom Katolisitas
Saya ingin cerita tentang bagaimana New Ager menyusup ke dalam banyak denominasi gereja. Saya ingin bercerita bagaimana mereka menyusup di dalam umat katholik.
Umat tidak akan menyangka kalo seseorang yang nampaknya rohani dan “alim” ternyata adalah seorang New Ager. Mereka akan mencoba membuat citra diri sedemikian rupa sehingga orang kagum. Tutur katanya, kekayaannya, kepandaian dan intelektualitasnya, pendidikannya, jabatan dan pekerjaannya, dll. Setelah orang terjerat, maka New Ager akan berusaha membuat orang jadi terpusat pada dirinya ( New Ager ) dan mulai mengkultuskan diri. ( Tidak jarang mereka menjadi pemimpin sekte sesat dari metode ini ).
Tahap dua, umat diajak mempercayai reinkarnasi, fenomena anak indigo, mempelajari channelling, ESP, Hipnotisme, Astral Project, dll ritual aneh dan sesat.
umat diajak untuk tidak percaya pada Alkitab / Injil dan diarahkan ke literatur NAM lainnya seperti Urantia Book, The Secret Book, Injil Aquarian ( Injil NAM / Injil Palsu ) dll literatur NAM.
Umat akan diajarkan untuk meniadakan eksistensi dosa, setan / iblis, kejahatan, surga dan neraka, hari penghakiman, dan kebenaran ada dalam diri tiap manusia yang adalah “allah”. Mereka menolak konsep Allah Tritunggal dan Tuhan sebagai satu-satunya penguasa yang memiliki pribadi. Mereka akan menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan memutar balikkan posisi Yesus yang adalah Putra Bapa menjadi Maitreya / Avatar dan siapapun bisa menjadi “kristus” asal mampu memiliki / mencapai “kesadaran kristus”. Ini semua adalah kebohongan NAM.
Selanjutnya, jika banyak umat yang terjerat, malapetaka akan terjadi. Umat yang kena pengaruh ajaran ini akan menjadi okultis, pemberontak, garang, tukang fitnah dll. Banyak terjadi kekacauan dan pertikaian. Tidak jarang banyak rumah tangga dan keluarga hancur berantakan. Gejala Psikopat akan bermunculan. Inilah Buah-buahnya.
Hati-hati, New Ager akan mencoba menjerat Romo, dan rohaniwan. Jika Romo dan rohaniwan kena ajaran NAM, umat akan mudah ditaklukkan. Saya selalu berdoa kepada Tuhan Yesus supaya Romo dan semua Rohaniwan dilindungi oleh Kuasa dan Kasih Tuhan dari serangan para New Ager )
Bagi saya, para New Ager adalah Nabi-nabi Palsu, karena cirinya cocok :
1. Serigala Berbulu Domba
2. Mengeluarkan Buah yang tidak baik ( Kesombongan rohani, perpecahan dan eksklusivitas )
3. Mengeluarkan roh najis.
4. Tujuannya : Menyesatkan, Mendatangkan kekecewaan atau ketawaran rohani, membingungkan umat
beriman, selalu mencari keuntungan diri sendiri dan kelompok NAM yaitu Popularitas-uang-sex-
kesenangan dunia ).
5. Cara-caranya menyesatkan ( Mulanya mendatangkan kekaguman, lalu mengajarkan umat untuk
meninggalkan prinsip-prinsip iman ).
6. Mereka senang bernubuat, tapi nubuat mereka tidak pernah terjadi ( Karena Tuhan tidak pernah
berbicara melalui mereka ).
Ingat peringatan dari Tuhan Yesus saudaraku, Berdoalah dan berjaga-jagalah, karena iblis mengaum dan berjalan berkeliling seperti singa, hendak menelan jiwa-jiwa manusia.
Kiranya Perlindungan dari Tuhan Yesus selalu beserta kita semua.
Shalom.
Shalom Edi,
Ya, kita semua layak untuk prihatin dan waspada akan gerakan New Age Movement ini, justru karena ajaran ini ‘menyusup’ ke dalam kehidupan umat Kristiani secara perlahan- lahan. Namun jika kita sungguh mengenal iman kita, sesungguhnya kita diberi semacam ‘kepekaan’ untuk mengetahui hal- hal yang tidak benar, sehubungan dengan praktek NAM ini.
Soal buku the Secret, sudah pernah diulas di sini, silakan klik. Sedangkan tanggapan Vatikan tentang NAM berjudul Jesus Christ the Bearer of the Water of Life, klik di sini
Selanjutnya, memang kita mengetahui bahwa ajaran NAM ini merasuk ke dalam kehidupan masyarakat, tanpa disadari, misalnya seperti yang telah disebutkan di atas melalui Reiki, meditasi non- Kristiani yang mengajarkan pengosongan diri yang total, ajaran bahwa manusia mengandung partikel Allah, alam ditempatkan sebagai Tuhan, ataupun praktek-praktek yang menekankan kebebasan dari ajaran- ajaran agama, sehingga akibatnya orang menghalalkan apa saja yang dikehendakinya, seperti gaya hidup homoseksualitas, seks bebas, dan seterusnya.
Maka baik umat maupun para imam dan religius harus sama- sama waspada akan gerakan ini. Maksudnya, agar jangan sampai, misalnya, pastornya sendiri ikut Reiki, karena ketidaktahuan akan akibat dari gerakan ini.
Semoga Tuhan melindungi dan membimbing kita umat-Nya dalam peziarahannya di dunia ini, agar kita dapat teguh berpegang kepada iman kita sampai pada akhirnya, tanpa menyimpang dan salah jalan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya bersyukur, akhirnya saya menemukan situs Gereja Katolik Indonesia yang memberikan pandangan yang tepat tentang sikap Gereja Katolik terhadap ajaran New Age Movement. Tahun 2004 selama kurang lebih setahun saya berdebat lewat sebuah forum katolik dengan seorang romo yang menjadi “dukun” penyembuhan alternatif. Berbagai pertanyaan saya tentang penyembuhan yang beliau (dan sejumlah romo lain praktekkan) tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan. Lebih menyedihkan lagi ketika romo tersebut juga mendapat dukungan seorang Uskup yang ahli paranormal ….
Uskup ini sangat mengagumi hasil ‘penelitian’ seorang Teolog Katolik Amerika John Heaney, dan atas anjuran Uskup tersebut, buku berjudul “The Sacred & The Psychic” diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia denga judul kalau tak salah “Yang Kudus dan Yang Gaib”. Saya sedang membaca secara sekasama versi Inggris dari buku tersebut dan pada halaman-halaman pertama saya sudah mengendus simpatinya terhadap ajaran New Age.
Pertanyaan saya: sudahkan ada Sikap Resmi KWI Indonesia tentang ajaran NAM ? Bagaimana pula pandangan KWI terhadap keaktifan para Romo untuk mempopulerkan penyembuhan alternatif seperti tenaga prana, reiki dan Yoga ?
Salam,
Umbu S.
Umbu Yth
KWI belum pernah mengeluarkan pendapat tentang NAM seperti yang anda tanyakan. Dokpen KWI hanya pernah menerjemahkan buku tentang Jesus Christ the Bearer of the Water of Life, a Christian Reflection on the New Age, yang dikeluarkan oleh Pontifical Council for Culture and Pontifical council for Intereligious Dialogue, silakan klik. Tentu saja Gereja Katolik Indonesia berpendapat yang sama seperti yang dikemukakan oleh Pontifical Council for culture and Pontifical Council for Intereligious Dialogue- tersebut, bahwa Yesus Kristus memberi kita Air Hidup. Dia adalah Tuhan dan penyelamat. Perlu dihindari sinkretisme agama dan indiferentisme agama. Maka praktek imam yang menggunakan tenaga alam atau apapun yang bertentangan dengan ajaran resmi Gereja tentu tidak diperkenankan, kecuali memang memiliki kharisma / karunia menyembuhkan dengan kuasa ilahi yang diberikan pada seorang imam. Demikian tanggapan saya semoga menjadikan maklum.
salam
Rm Wanta
Shalom, saya ingin mencari artikel mengenai NEW AGE, dan apakah aliran2 yg termasuk dilarang oleh gereja??
Terima kasih.
Shalom Ignatius Liem,
Dokumen Gereja Katolik yang cukup lengkap menceritakan tentang prinsip- prinsip dasar New Age Movement dan mengapa tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, tertulis dalam dokumen: “Jesus Christ the Bearer of the Water of Life”, silakan klik.
Dan kalau anda ingin lebih lanjut membaca mengenai New Age Movement dari sudut pandang Gereja Katolik, silakan anda melihat the EWTN library tentang topik ini, yang link-nya saya sertakan di sini, silakan klik.
Pada dasarnya Gereja Katolik menolak NAM karena aliran ini mempunyai pandangan yang distortif tentang Allah, yang disejajarkan dengan konsep “energi”, bukan sebagai Pribadi, dan bahwa manusia diperbolehkan untuk melakukan tindakan spiritisme demi menguak masa depan, ataupun menghubungkan diri dengan seorang “Master” demi mentransfer energi atau kekuatan tertentu untuk mengambil kontrol atas masa kini. Belum lagi jika ini melibatkan pemanggilan roh-roh dengan medium tertentu, ini sungguh bertentangan dengan Alkitab.
Katekismus mengatakan:
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10, Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
2. Apa saja yang termasuk dalam NAM?
1. Menurut dokumen Jesus Christ the Bearer of the Water of Life:
– yang disebut sebagai tradisi yang termasuk dalam New Age Movement adalah: praktek okultisme Mesir, Cabbalism, Gnosticsm, Sufisme, aliran Druids, Celtic Christianity, mediaeval alchemy, Renaissance hermeticism, Zen Buddhism, Yoga, dan lain-lain (lihat point 2.1)
2. Berdasarkan Katekismus KGK 2116 dan 2117 di atas, maka dilarang praktek mempercayai horoskop, astrologi, membaca telapak tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib, praktek spiritisme, ilmu nujum/ magi dan sihir.
Maka termasuk di sini adalah penggunaan medium seperti bola kristal, jimat, enneagram, ouija board, jelangkung, tidak dibenarkan.
3. USCCB pada tanggal 25 Maret 2009 dengan jelas menyebut Reiki sebagai salah satu NAM yang ditolak oleh Gereja Katolik, silakan klik di sini untuk membaca dokumen itu, yang berjudul, Guidelines for Evaluating Reiki as an Alternative Therapy.
4. Jaime Cardinal Sin, Uskup Agung Manila dalam pernyataan Pastoralnya pada tahun 1984, menolak Transcendental Meditation (TM) yang diajarkan oleh Maharishi. Pernyataan Cardinal Sin dapat dibaca di link ini, silakan klik
Demikianlah yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom..
Ibu.. saya ingin bertanya..
bagaimanakah pandangan gereja Katolik mengenai anak indigo? Apakah menentangnya atau bagaimana?
Anak indogo bisa menceritakan tentang kehidupan masa lalunya (sperti reinkarnasi). Ank indigo merupakan salah satu new age movement. ..
Shalom Lopre,
Jika anda membaca di Wikipedia (sumber yang netral) maka anda dapat mengetahui bahwa fenomena “anak indigo” sendiri masih merupakan perdebatan dan spekulasi ahli psikologi. Apalagi jika dihubungkan dengan kemampuan indra ke-enam dan kehidupan masa lalu, karena hal ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Konsep ini diperkenalkan oleh Nancy Anne Tappe di tahun 1970-an dengan konsep aura tertentu pada anak-anak yang disebutnya sebagai indigo ini. Namun pendapat ini sendiri masih bersifat spekulatif. Setelah kemudian didukung oleh para tokoh New Age Movement maka pandangan ini menjadi mulai dikenal orang. Anak-anak indigo konon umumnya didiagnosa sebagai ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder), sedangkan fenomena ADHD sendiri sebenarnya juga bersifat spekulatif. Di Amerika sendiri ini merupakan kontroversi, silakan anda klik di internet, dan anda akan melihat sendiri tentang pro dan kontra terhadap adanya fenomena ini. Karena situs ini bukan situs psikologi, maka kami memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut, terutama jika pihak para ahli di bidangnya sendiri tidak mempunyai kata kesepakatan.
Mengenai menceritakan pengalaman kehidupan masa lalu (reinkarnasi) yang ramai-ramai disebut di Amerika karena kasus Virginia Tighe dari Colorado juga belakangan terbukti tidak benar setelah diselidiki. Fakta menunjukkan bahwa kasus Tighe ini, yang sering disebut-sebut sebagai contoh ternyata merupakan fiksi, dan setelah diselidiki (dan dicocokkan dengan fakta sejarah/ kenyataan di masa lampau tentang deskripsi pasien) ternyata hal itu tidak benar. Silakan klik di link ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang kisah Tighe ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan sekilas tentang tanggapan kita umat Katolik terhadap anak indigo dan reinkarnasi. Kita tidak selayaknya lekas percaya pada apa yang merupakan fenomena spekulatif yang tidak bisa dibuktikan secara ilmu pengetahuan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom, Ibu Inggrid ,
1 tim 4 : 8-9 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya.
Hati-hati dengan segala macam pengajaran dunia , lebih baik melatih iman kita dgn beribadah di gereja. pasti benar , aman & tidak tercemar oleh ajaran dunia . Tanya Romo kalo ragu apakah itu sesuai/tidak dgn iman katolik.
Shalom Budi Yoga,
Ya saya sepenuhnya setuju dengan pandangan anda. Jika anda membaca dari runtutan tanya jawab di atas, saya percaya andapun dapat menangkap bahwa saya menolak Reiki dan NAM, karena hal itu tidak sesuai dengan Alkitab dan pengajaran Magisterium Gereja Katolik. Masalahnya sekarang adalah banyak aktivis- aktivis itu yang mencampur adukkan praktek Reiki dengan kerohanian, sehingga kesannya bukan sekedar “latihan badani” seperti yang dituliskan dalam 1 Tim 4:8. Maka ada banyak umat yang bisa terkecoh. Untuk menghindari hal ini, memang kita dapat bertanya kepada Romo; namun juga, bagi kita yang diberkati dengan akses ke internet dan kemampuan untuk memahaminya, kita dapat juga langsung membaca sumber pengajaran yang juga dipegang oleh para Romo itu, yaitu pengajaran Magisterium Gereja Katolik, yang sudah pasti berdasarkan Alkitab. Silakan klik pada link- link yang saya sebutkan di atas. Bersyukurlah bahwa kita sebagai umat Katolik mempunyai Magisterium, yaitu wewenang mengajar yang dipegang oleh penerus para rasul itu, yaitu Bapa Paus dan para Uskup dalam persekutuan dengan Bapa Paus, sehingga kita memperoleh pegangan untuk menyikapi hal- hal yang bersangkutan dengan iman dan moral.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam dalam nama Kristus,
saya pernah belajar dan berlatih reiki, tetapi rasanya kok saya jadi mengandalkan reiki daripada TUHAN, trus saya berhenti dan mulai meditasi seperti yang saya baca dalam buku kisah seorang peziarah terbitan kanisius mengenai doa Yesus. Ada kedamaian dan keteduhan dalam doa itu.
Apakah baik doa tsb?
Berkaitan mengenai doa tsb gereja timur mengajarkan theologi mengenai theosis panunggalan dengan Allah melalui energia Allah spt diajarkan oleh st.Gregorius Palamas dari gereja timur.
Apakah theosis itu diajarkan juga dalam gereja katholik roma?
Shalom Justin Syuhada,
1. Mengenai doa Yesus, apakah itu adalah doa meditasi, dengan mengulangi dan meresapkan kata, "Yesus"? Sebab jika demikian, tentu saja doa semacam ini baik, dan dapat menghantar kita kepada keheningan dan kontemplasi dalam hadirat Tuhan. Karena memang Rasul Paulus mengajarkan, "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan." (Rom 10:13). Sebab Yesus adalah nama Tuhan kita yang telah menyelamatkan kita. Jadi doa apapun jika pusatnya Kristus, pastilah berguna dan baik untuk kita lakukan demi pertumbuhan spiritualitas kita.
2. Mengenai Theosis, seperti yang diajarkan oleh St. Gregorius Palamas.
Sepanjang pengetahuan saya, Gereja Katolik Roma mengakui St. Gregorius Palamas, namun tidak mengambil prinsip ajaran Theosis sebagai pengajaran Magisterium Gereja Katolik. Karena dalam ajarannya yang dikenal sebagai Hesychasm, St. Gregorius memisahkan hakekat Tuhan dengan energi Tuhan, seolah-olah Tuhan terdiri dari dua bagian yang berbeda. Prinsip ini tidak sejalan dengan prinsip skolastik yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas, dan yang menjadi pengajaran Magisterium Gereja Katolik bahwa Tuhan itu adalah satu, sederhana, sempurna, dan tidak terdiri dari bagian-bagian tertentu. ((Dr Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Illinois: TAN books and publishers, Inc, 1974, p. 28-32)). Menurut St. Thomas dan para Bapa Gereja, Tuhan adalah Roh dan segala atribut dan sifat-sifat-Nya menjadi hakekat DiriNya sendiri, dalam tingkat yang sempurna. Lebih lanjut tentang hal ini, silakan membaca artikel ini, silakan klik.
St. Gregorius membedakan ‘terang’ Allah yang dapat dialami di dunia ini dengan beatific vision/ kontemplasi tentang hakekat Allah yang sesungguhnya di surga kelak. Prinsipnya, St. Gregorius mengajarkan bahwa seberapapun dekatnya kita dengan Tuhan di dunia, tidak akan sampai bersatu dengan hakekat Allah, tetapi di dunia seseorang dapat bersatu dengan energi Allah. Sedangkan dalam spritualitas yang diajarkan oleh sebagian besar Santo/a dalam Gereja Katolik Roma adalah yang seperti dijelaskan oleh St. Theresia Avilla, mengajarkan prinsip yang berbeda. Dalam pengajaran "Puri Batin"/ Interior castle, yang disampaikan adalah perkembangan derajat kerohanian si pendoa, untuk sampai kepada "persatuan dengan Tuhan". Maka di sini bukan Tuhannya yang dibagi menjadi hakekat (yang tak terjangkau) dan energi (yang terjangkau manusia), tetapi perjalanan pertumbuhan rohani si pendoa yang memungkinkannya untuk semakin mendekati Tuhan, yang berakhir dengan persatuan dengan Tuhan, yang tetap tidak dapat disamakan dengan beatific vision di surga (memandang Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya, karena kita memandang Allah Bapa di dalam Kristus Allah Putera (1 Yoh 3:2)). Jadi walaupun ada perbedaan pengajaran dalam spiritualitas ini antara pengajaran St. Gregorius Palamas dan St. Theresia Avilla, namun ada prinsip yang sama dijelaskan oleh mereka, yaitu bahwa biar bagaimanapun, persatuan sempurna antara manusia dengan Tuhan mencapai puncaknya hanya di surga.
Namun demikian dalam kasus ini, Reiki tidak bisa dikaitkan dengan pengajaran St. Gregorius Palamas, karena di dalam praktek Reiki dikenal medium lain, yaitu para pakar-pakar Reiki yang menjadi medium untuk menyalurkan ‘energi’ tersebut, yang diperoleh bukan dengan cara berdoa kepada Tuhan Yesus. Perlu diketahui apapun disiplin yang diajarkan oleh St. Gregorius tidak melibatkan medium-medium lain untuk mentransfer energi, apalagi melibatkan mantra-mantra tertentu yang mengacu kepada "Master" yang bukan Tuhan Yesus. Maka saya rasa keliru untuk menghubungkan ajaran Theoism dengan Reiki, justru karena Reiki bukanlah aliran spiritualitas Kristiani.
Maka saya setuju dengan anda, sebagai umat Katolik, silakan bertumbuh dan berakar dari ajaran spiritualitas Kristiani, yaitu melalui doa kepada Tuhan, membaca dan merenungkan firman Tuhan, dan menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi dan sakramen Tobat. Melalui cara inilah maka kita dapat yakin bahwa Tuhan sendiri akan campur tangan dalam menumbuhkan kerohanian kita, dan jika Ia berkenan, menyembuhkan juga penyakit jasmani kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Yth. ibu Ingrid Listiati
Saya tidak mengomentari ataupun mengajukan pertanyaan kepada ibu, saya hanya mau memberikan pandangan saya tentang kehidupan individu manusia di dunia ini. Bahwa siapapun manusia yang hidup di dunia ini, biarkanlah dia HIDUP dengan IMAN dan KEPERCAYAAN nya SENDIRI.
Karena saya yakin bahwa BELUM TENTU orang yang BICARA BANYAK tentang IMAN KATOLIK melakukan hal-hal BAIK/BENAR dimata TUHAN YESUS.
Terima kasih,
TUHAN memberkati…
Shalom Heri Robertus,
Memang sebagai umat beriman, kita tidak dapat memaksakan ajaran iman kita kepada orang lain, namun kita mempunyai tugas untuk mewartakan kebenaran iman kita kepada orang lain, seperti yang telah dipesankan oleh Tuhan Yesus sendiri sebelum kenaikan-Nya ke surga (lih. Mat 28:19-20). Kita selayaknya mengingat tugas yang diberikan kepada kita setelah kita dibaptis, yaitu kita harus melanjutkan misi Kristus di dunia ini, dengan menjalankan peran sebagai 1) nabi, 2) imam dan 3)raja. Yaitu bahwa kita harus 1) sebagai nabi: mewartakan kebenaran, hidup sesuai dengan teladan Kristus, 2) sebagai imam: berakar di dalam doa, firman dan sakramen, tekun mendoakan orang lain dan membawa mereka untuk dapat mengenal Allah, dan 3) sebagai raja: harus mengalahkan kecenderungan kita berbuat dosa, mengasihi dan melayani orang lain. Atau dengan perkataan lain dengan melaksanakan ketiga peran itu, kita dipanggil untuk hidup kudus.
Maka memang benar, kita tidak dipanggil untuk sekedar bicara banyak tentang iman, tetapi terlebih-lebih lagi untuk melaksanakannya. Ini merupakan perjuangan seumur hidup semua orang beriman, termasuk anda dan saya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Saya setuju kalau reiki dan sejenisnya tidak diterima dalam ajaran Gereja Katolik karena mereka menggunakan tehnik-tehnik yang di dalam Alkitab dikatakan sebagai “api asing”.
Gereja Katolik harus hati-hati dengan ajaran yang diajarkan oleh buku “The Secret”. Banyak dari gereja-gereja Protestan telah terpengaruh dan mempraktekkan isi buku ini. Saya harap Gereja Katolik bisa mewaspadainya.
Shalom David Jerry,
Ya, saya setuju dengan anda. Semoga kita semua dapat menjadi waspada mengenai hal-hal ini.
Mengenai “The Secret” (the Law of Attraction) tersebut, sudah pernah kami bahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bu Ingrid,
Ikut sharing bu, pada dasarnya saya setuju umat Katolik lebih baik tidak ikut kegiatan spiritual diluar kegiatan Gereja Katolik, karena jika iman kita tidak ada dasar yang kuat maka akan membingungkan kita dan dapat membuat kita menjadi tersesat.
Saya pernah aktif di Reiki dari tahun 2000 sampai dengan 2007, memang ada pengetahuan (bukan ajaran) dalam reiki yang bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, akan tetapi juga tidak seperti yang Ibu tuliskan di atas.
Justru dalam reiki yang saya ikuti (banyak sekali aliran reiki) kita dituntut untuk memasrahkan diri kepada Allah dan dalam reiki ini juga saya belajar berdoa yang baik, yaitu berdoa dari hati dan dengan sepenuh kasih kepada Allah.
Semua penyaluran “energi” adalah efek karena hati kita terbuka kepada Allah, jadi kita hanyalah alat, kesembuhan atau apapun adalah milik Allah, kita serahkan semuanya kepada Allah.
Dalam doa, tidak ada kepentingan pribadi, bahkan banyak mendoakan seluruh mahluk agar dapat membuka hati dan mencintai Allah agar dapat menjadi saluran cahaya kasih Allah.
Tujuannya sendiri adalah untuk mencapai yoga (kembali kepada Allah seutuhnya), dengan doa dan mengasihi sesama, melalui pemasrahan diri dan hanya mengandalkan kasih Allah.
Ajaran intinya menurut saya baik, tapi kembali lagi, ini bukan yang kita imani.
Jadi untuk amannya alangkah baiknya jika kita lebih baik mencari nilai spiritual dalam gereja Katolik dengan bergabung dalam komunitas yang ada.
Terima kasih.
Salam kasih dalam Yesus Kristus
Adihanapi
Shalom Adihanapi,
Terima kasih atas sharing anda. Memang yang harus kita waspadai adalah gerakan-gerakan yang kelihatannya baik namun akhirnya menjuruskan kita untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan iman Kristiani. Saya juga pernah mendengarkan sharing dari orang yang pernah mengikuti reiki ini, dan memang ada suatu saat ia merasakan kejanggalan dan ketidak- sesuaian dengan iman Katolik. Sedangkan prinsip “energi” sendiri yang diajarkan sebagai dasarnya saja sudah tidak sesuai dengan ajaran Kristiani, sebab Allah adalah Pribadi dan bukannya sekedar “Sumber Energi”. Ajaran reiki itu pada akhirnya menuju kepada prinsip ajaran NAM (New Age Movement) dan inilah yang sudah menyimpang dari ajaran Kristiani, seperti yang telah dituliskan di atas.
Maka saya menghimbau kepada saudara/i kita umat Katolik untuk tidak mencari spiritualitas macam-macam yang ditawarkan oleh dunia modern sekarang ini, melainkan kembalilah ke komunitas Katolik, yang memiliki banyak sekali macam spiritualitas dan cara berdoa yang pasti sesuai dengan ajaran iman Kristiani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bu Inggrid
Ikutan sharing bu. Saya seorang praktisi reiki sejak tahun 2003 sampai sekarang, dan aktif mengajar reiki di seluruh indonesia dengan ribuan orang paktisi. Saya senang membaca tulisan ibu. Apa yang saya ketahui dan praktekan metode penyembuhan reiki ini sangat bertolak belakang dengan penjelasan ibu mengenai NAM. Ratusan orang setiap hari disembuhkan melalui terapi reiki yang dilakukan oleh para praktisi kami di seluruh indonesia. Reiki mengakses energi Ilahi melalui prinsip-prinsip kerja dari pusat-pusat energi pada diri manusia yang disebut cakra-cakra. Dalam praktek kedokteran timur disebut titik-titik akupunktur. Setiap cakra pada manusia berfungsi untuk memelihara organ tubuh dari kepala sampai kaki. Memahami gelombang energi Ilahi dapat kita baca didalam injil satu perikop Tuhan Yesus bercahaya di atas gunung tabor. Cahaya kemuliaan Tuhan Yesus itulah yang ada di alam semesta sebagai faktor kehidupan, atau disebut life force energi. Roh manusia berfungsi menerima cahaya kemuliaan Tuhan dan melalui jalur energi gelombang energi Ilahi ini meng aktifkan cakra-cakra, sehingga pusat energi ini berputar ke kanan dan kekiri, terbentuk gelombang energi elektro magnetik di sekitar tubuh praktisi dan pasien. Terjadi perubahan cairan tubuh, yang di penuhi oleh air heksagonal. Kelenjar-kelenjar tubuh mulai menghasilkan hormon-hormon yang seimbang. Masing-masing organ tubuh mengalami perbaikan ke arah yang positif. Pengalaman ini di alami oleh semua praktisi reiki saya dan juga pasien yang kami terapi. Saya sendiri praktisi aktif, yang setiap hari memberikan terapi kepada orang sakit, dan sudah ribuan orang yang mengalami kesembuhan. Tanpa Tuhan seorang praktisi reiki tidak dapat menolong dirinya dan orang lain. Saya senang sekali kalau bisa bertemu ibu untuk membagi pengalaman. Kalau boleh saya kutip pesan penulis Injil, misteri tentang Tuhan Yesus tak terhingga, sehingga kalau ditulis semuanya, tidak cukup dunia untuk menampungnya. Semoga kita semakin bijak untuk melihat setiap kebaikan.Tuhan Yesus memberkati kita semua
Reiki
Shalom Arnoldus Amat,
Apa yang saya tuliskan tentang Reiki, adalah bukan pendapat saya pribadi, tetapi apa yang telah diajarkan oleh Gereja Katolik. Maka saya, dengan ketaatan saya kepada Magisterium Gereja Katolik saya menolak Reiki, karena Gereja Katolik mengajarkan bahwa Reiki bukanlah cara yang sesuai dengan ajaran Kristiani untuk penyembuhan.
1. Reiki artinya ‘energi kehidupan yang universal’, di aman energi spiritual dikomunikasikan dari seorang kepada orang lain. Maka dari sini saja sudah tidak terjadi ketidakcocokan dengan ajaran Gereja Katolik; dengan tidak mengakuinya Yesus Kristus sebagai Prbadi Ilahi. Sebab yang dikatakan memberi kehidupan adalah “energi universal” tersebut, dan bukannya Tuhan Yesus (yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6)).
2. Katekismus mengajarkan:
KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (lih. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Maka praktek Reiki yang mengundang ‘energi universal itu’ adalah praktek yang membuka terhadap praktek ilmu gaib dan magis, sebab mengundang kekuatan di luar Kristus untuk menyembuhkan.
3. Dalam dokumen pengajaran Vatikan yang menolak NAM (New Age Movement) lihat selengkapnya pada link ini, silakan klik. Memang tidak secara eksplisit menyebut Reiki, namun dokumen itu menyebutkan prinsip-prinsip dasar dari NAM, yang sangat mirip dengan yang diterapkan dalam Reiki, yaitu:
2.3.3. Central themes of the New Age
New Age is not, properly speaking, a religion, but it is interested in what is called “divine”. The essence of New Age is the loose association of the various activities, ideas and people who might validly attract the term. So there is no single articulation of anything like the doctrines of mainstream religions. Despite this, and despite the immense variety within New Age, there are some common points:
4. Gereja mengajarkan bahwa semua orang diciptakan melalui Kristus (Kol 1:16) dan Gereja mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai jiwa yang unik yang menghidupkan tubuhnya, yang menjadikan tubuh itu sebagai tubuh manusia yang hidup (KGK 365). Reiki setuju bahwa yang memberi hidup itu adalah kekuatan spiritual, namun tidak mengacu pada jiwa spiritual yang unik pada setiap orang, namun kepada energi spiritual yang universal (“Ki”). Dikatakan bahwa kalau “Ki” itu ada pada diri seseorang, maka ia hidup, kalau tidak maka ia mati. Kalau “Ki” pada seseorang lemah, maka ia sakit, sedangkan kalau “Ki”nya tinggi maka seseorang tidak mudah sakit. Prinsip ini “asing” bagi ajaran Kristiani, sebab inimengatakan seolah bahwa yang mempengaruhi hidup seseorang bukan jiwanya yang unik, tetapi kekuatan spiritual lain di luar jiwa itu.
5. Nah, menurut Reiki kekuatan “Ki” itu bisa ditransfer dari master kepada student/ pasien. Inilah yang melanggar KGK 2117 dan 2116: Ini menyangkut dibukanya mahkota, hati dan cakra dan membuat hubungan antara student/ pasien dengan sumber Reiki. Proses ini yang umum dikenal sebagai “attunement“, yang pada level tertentu melibatkan pemanggilan roh-roh/ spiritual beings untuk membantu prosesnya. Inilah yang sangat berbahaya, seperti dikatakan oleh Fr. John Hampsch seorang pastor Claretian yang terkenal sebagai spiritual director dan telah menulis banyak buku tentang spiritualitas Katolik.
Fr. Hampsch bahkan telah mengingatkan bahwa dengan pengalamannya dengan orang-orang yang terlibat dalam Reiki, maka diketahui bahwa terdapat kompensasi ‘harga yang harus dibayar’ dari keterlibatan mereka dalam Reiki tersebut, yang justru perlu diwaspadai, seperti umumnya yang terjadi dalam okultisme. Sehingga, meskipun secara jasmani orang dapat sembuh tetapi akan terjadi problema yang lain, mulai dari kecanduan, problem relasi atau problem keluarga, dan bahkan bunuh diri.
6. Kepercayaan bahwa “everything is in God and God is in everything” disebut Panentheism, yang mengaburkan identitas Kristus adalah tidak sesuai dengan iman Kristiani. Yesus bukan ‘energi kehidupan universal’ atau ‘kesadaran spiritual’, seperti yang diajarkan pada Reiki. Umat Katolik tidak dapat memohon kepada kekuatan lain kecuali kepada Tuhan, Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Memohon kepada ‘kesadaran Tuhan’ adalah membuka diri kepada kehidupan roh jahat yang dapat hadir karenanya. Praktek penumpangan tangan dalam “attunement” dan memeohon kepada “kesadaran Tuhan” ini juga tidak sesuai dengan Alkitab dan Tradisi Suci.
7. Tak mengherankan bahwa Reiki ini ditolak oleh beberapa pemimpin Gereja Katolik, contohnya Cardinal Norberto Rivera dari Meksiko (1996), Cardinal George Pell dari Sydney, Australia, melalui juru bicaranya Peter Elliot (2003). Dan baru-baru ini tanggal 25 Maret USCCB (Konferensi Uskup-uskup di Amerika) menolak Reiki dalam dokumen pengajaran mereka, “Guidelines for evaluating Reiki as an alternatif therapy“, silakan klik di sini untuk membaca selengkapnya.
Pada dasarnya para uskup ini menolak Reiki; karena penyembuhan oleh Reiki tidak termasuk dalam area penyembuhan ilahi karena rahmat Tuhan yang hanya dapat terjadi dalam nama Yesus Kristus dan juga tidak termasuk area penyembuhan karena obat-obatan /secara natural, karena Reiki tidak dapat cukup dibuktikan secara ilmiah.
8. Berikut ini saya sertakan link yang membahas tentang hal ini lebih lanjut, yaitu:
http://www.cuf.org/faithfacts/details_view.asp?ffID=200
http://www.catholicculture.org/culture/library/view.cfm?id=2929&CFID=10208529&CFTOKEN=91951180
Maka, Arnoldus, saya berharap anda dapat memahami mengapa saya tidak setuju dengan Reiki dan menganjurkan juga umat Katolik untuk tidak mengikuti dan terlibat dalam Reiki ini. Kita sebagai umat Katolik harus menaati pengajaran Magisterium Gereja Katolik, karena semuanya itu ada alasannya, yang tidak hanya dapat diterima dengan akal sehat, namun juga karena terlebih-lebih itulah yang sesuai dengan Alkitab. Kita tidak dapat menginterpretasikan bahwa Reiki itu merupakan “misteri Tuhan Yesus yang tak terhingga”, seperti yang anda sebutkan. Itu merupakan interpretasi pribadi anda sendiri yang tidak sesuai dengan Pengajaran Gereja Katolik. Banyaknya orang yang sudah disembuhkan melalui Reiki ini tidak menjadi tanda/ bukti bahwa Reiki ini adalah suatu aliran yang benar. Malah kita harus lebih waspada dan berhati-hati, bahwa ini sungguh berbahaya, karena telah memperdayakan banyak orang.
Saya mohon maaf jika anda tersinggung akan perkataan saya, namun hal ini saya katakan, karena saya hanya menyampaikan pengajaran Magisterium Gereja Katolik. Semoga andapun sebagai umat Katolik dapat secara bijak menghargai dan menaati ajaran ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom bu Inggrid
Saya mengucapkan terima kasih atas tanggapan ibu tentang tulisan saya. Memang Reiki bukanlah cara yang sesuai dengan ajaran kristiani untuk penyembuhan, karena reiki bukanlah suatu paham agama atau ideologi tertentu. Reiki ditemukan sebagai salah satu metode penyembuhan. Di Amerika sudah cukup banyak rumah sakit yang menggunakan reiki sebagai pengobatan komplementer, yang mendapingi pengobatan kedokteran modern. Salah satu hasil research yang di lakukan oleh Harvard Medical School, tentang penggunaan reiki dalam terapi komplementer. Pengujian-pengujian secara medis terus dilakukan, dan saat ini beberapa rumah sakit di US mencantumkan terapi Reiki sebagai salah satu pilihan pengobatan kepada pasiennya.
Dengan berkembangnya penelitian tentang reiki dapat menghilangkangkan sikap apriori kita terhadap tehnik penyembuhan ini. Tuhan memberkati
Shalom Arnoldus Amat,
Jika anda membaca dokumen USCCB pada link ini http://www.usccb.org/dpp/doctrine.htm yang berjudul Guidelines for Evaluating Reiki as an Alternative Therapy dokumen tertanggal 25 Maret 2009 dalam format PDF ini, anda akan menemukan pernyataan langsung dari Konferensi para Uskup di Amerika yang secara spesifik menyebutkan menolak penggunaan Reiki sebagai metoda penyembuhan di rumah sakit- rumah sakit Katolik dan institusi Katolik di Amerika. Silakan membaca point ke 12, dan di situ tertulis jelas demikian:
“12. Since Reiki therapy is not compatible with Christian teaching or scientific evidence, it would be inappropriate for Catholic institution such as Catholic health care facilities and retreat centers or persons representing the Church such as Church chaplains to promote or to provide support for Reiki therapy.”
Kewenangan para uskup memang hanya terbatas pada institusi- institusi Katolik dan umat Katolik yang berkarya atas nama Gereja Katolik. Namun bagi saya, hal itu sudah cukup, apalagi karena pengajaran yang disampaikan oleh para uskup ini sangat masuk akal dan sesuai dengan prinsip dasar ajaran Gereja Katolik. Karena memang apa yang diterapkan secara luas di rumah sakit umum di Amerika belum tentu dapat dikatakan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Misalnya, di sini aborsi umum dilakukan di rumah sakit umum, dan legal, tetapi itu bukan tanda bahwa itu sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Maka demikian pula dengan Reiki, meskipun nantinya umum diterapkan di semua rumah sakit umum di Amerika, namun kalau itu tidak diterima oleh Gereja Katolik karena melanggar iman Katolik, maka kita sebagai umat Katolik seharusnya juga tidak terlibat melakukannya.
Maaf, saya tidak akan memperpanjang masalah ini. Saya rasa kita sama-sama telah menyampaikan argumen dengan jelas. Sebagai umat Katolik yang berkarya di situs yang menyebarkan ajaran Katolik, saya hanya bisa menyampaikan ajaran yang sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja Katolik. Saya berharap anda memahaminya. Jika Magisterium mengizinkan Reiki, maka saya juga tidak menolaknya. Namun sepanjang pihak otoritas Gereja menolaknya, maka dengan ketaatan saya kepada pimpinan Gereja, sayapun menolaknya. Saya berharap para pembaca yang telah membaca keseluruhan dialog kita dapat memutuskan sendiri dengan hati nurani yang jernih tentang hal ini. Tidak ada maksud apriori, tidak ada maksud mendiskreditkan siapapun. Saya hanya mengajak para pembaca sekalian untuk menaati ajaran Gereja Katolik seperti yang telah dipercayakan kepada Magisterium yaitu kepada Bapa Paus dan para uskup pembantunya dalam kesatuan dengan beliau. Ingatlah bahwa mereka adalah penerus para rasul, yang kepada mereka Yesus berkata,”Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” (Luk 10:16).
Mari menyatakan bukti bahwa kita tidak menolak Kristus dengan tidak menolak apa yang diajarkan oleh penerus para rasul-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Syalom Bpk. Stef dan Ibu Ingrid.
Bersyukurlah, Geraja Katolik mempertahankan Tradisi Tuci dan Magisterium untuk memberitahukan rencana keselamatanNya.
Allah berbicara pada GerejaNya melalui Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Ketiganya adalah rahmad Tuhan yang tidak terpisahkan untuk menyampaikan kebenaran melalui GerejaNya.
Penafsiran Sabda Allah, baik yang sudah tertulis dalam Alkitab atau lisan, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup dibawah kesatuan dengan Paus yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus, serta dibantu oleh para uskup untuk mempertahankan kemurnian ajaran Alkitab dan para rasul, yang sering disalah-artikan oleh interpretasi pribadi orang-orang tertentu.
Wewenang Mengajar itu tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah :
1. Surat-2 yang ditulis Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes dan Yudas dalam Perjanjian Baru apakah merupakan Magisterium yang dilakukan oleh Gereja Perdana?.
2. a. Banyak penyusup pada agama Kristiani dan mengunakan struktur agama tersebut sambil mengaburkan apa yang menjadi kepercayan Kristiani dimasuki ajaran aliran sesat (Gnosticism) sendiri.
b. Ada pula kepercayaan yang memasukan / mengambil dari Perjanjian lama/ Baru untuk mendukung ajarannya, padahal ajaran yang diambil itu dari ajaran sesat yang berkembang sejak Gereja awal.
Apakah ad. a dan b diatas merupakan cikal bakal antikristus ?.
– Yang satu masih memakai dan mengatasnamakan Kristen dengan menyusupkan ajaran sesat, penghancuran dari dalam.
– Dan yang satu berusaha mengaburkan dan menghancurkan iman Kristen dari luar.
Semoga Damai dan Sejahtera Kristus menyertai kita.
Dari : Julius Santoso.
Shalom Julius,
1. Jika kita kembali ke definisi Magisterium yang artinya Wewenang mengajar Gereja, yaitu Paus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya; maka kita dapat mengatakan bahwa para rasul pada jaman Gereja awal adalah Magisterium. Sebab mereka adalah ‘para uskup’ yang bersekutu di bawah pimpinan ‘Paus’ pertama yaitu Rasul Petrus.
2. Melihat pernyataan Julius bahwa dapat terjadi ‘penyusupan’ ajaran sesat ke dalam ajaran Kristiani, dan penggunaan ayat-ayat Alkitab untuk mengajarkan ajaran sesat, maka kita memang dapat mengatakan bahwa kedua kondisi ini menghantar kepada kemungkinan datangnya banyak Antikristus, yang didefinisikan oleh Rasul Yohanes sebagai, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.” (1 Yoh 2:19)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Saya senang membaca artikel2 Katolisitas. Tapi belum smua sy baca memang. Tapi lumayan, buat pencerahan. Saya seorang Hypnotherapis/Hypnotist. Saya Katolik tulen, sejak lahir didunia ini. Bagaimana pendapat Katolisitas tentang hipnosis/hipnoterapi? Tmks. Sukses slalu Katolisitas. Salam Joss…
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Shalom katolisitas,
Terima kasih atas permenungan dan pencerahan yang luar biasa ini. Saya mendoakan agar dengan adanya situs ini dapat memberikan kontribusi pada peneguhan iman umat katolik.
Saya sendiri mendapat banyak pencerahan dengan sering mengunjungi situs ini, dan semoga para pekerja pada situs katolisitas.org seperti romo, pak Stef, ibu Ingrid dan team redaksi lainnya selalu diberi rahmat pengtahuan dari Roh Kudus dan tidak lelah melayani pertanyaan dari pengunjung situs ini.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Mariano
Sebagai anak yg masih belum dewasa dalam menjalani kehidupannya pasti harus mendapatkan bimbingan dari orang tuanya agar anak tersebut mempunyai masa depan yang cerah, begitu juga kita sebagai manusia yang sudah percaya bahwa kita di ciptakan oleh Tuhan, tentunya di dalam menjalani kehidupan ini harus juga ada yang membimbingnya yaitu Tuhan, dalam hal ini sesuai dengan iman yang kita yakini adalah Tuhan Yesus. Kehidupan ini pasti akan sulit selama kita menjalankan kehidupan ini tanpa bimbingan dan mengandalkan Tuhan, apalagi menentang Tuhan. Mungkin ada sebagian orang yang hidupnya tanpa mengandalkan Tuhan dan bimbingan Tuhan kelihatannya dapat menjalankan kehidupannya tidak menemukan kesulitan apa2, tapi kebanyakan itu semua hanyalah kelihatan pada permukaannya saja, tapi pada tingkat yang lebih dalam mungkin lebih parah dan biasanya akan kelihatan semuanya pada akhirnya.
Saat sebelum saya mengalami pertobatan secara rahasia dari hasil membaca alkitab khususnya PB, saya pernah hidup tanpa mengandalkan Tuhan alias mengandalkan diri sendiri dan bukan hanya itu malahan saya sungguh memandang rendah orang2 yang hidupnya mengandalkan Tuhan terutama orang kristen yang saya anggap orang lemah tidak mau mengandalkan diri sendiri, taunya hanya memohon, beribadah dll, pada waktu itu hidupku sungguh sangat sulit, dan kalo mau di ceritakan secara detail mungkin terlalu panjang lebar dan tidak habis2 nya terhadap kesulitan yang saya alami di dalam menjalankan kehidupan pada waktu itu.
Oleh karena itu tujukan kehidupan kita kepada Tuhan Yesus dan biarlah Tuhan Yesus memampukan kita dalam menjalankan kehidupan ini sesuai rencanaNya, karena Tuhanlah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat kita semua, dengan begitu pula secara bertahap kita akan mengetahui apa kewajiban2 kita selama kita hidup di dunia, sehingga kita tidak terpengaruh kpd hal yang aneh2.
Itulah sedikit pengalaman yang perlu saya ceritakan, semoga bermanfaat.
Semoga Tuhan Yesus memberkhati kita semua, amin.
Yth Katolisitas,
Saya ingin menanyakan pandangan Gereja Katolik mengenai new age, meditasi (semacam yoga, reiki) apakah boleh diikuti oleh umat Katolik? Bertentangan tidak dengan ajaran Gereja?
Terima kasih,
Tuhan memberkati.:)
[Dari Admin: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.