Pertanyaan:
Kak, mohon diartikan arti kata2 ini..maksud dari Bapa Gereja itu apa, soalnya tulisan ini digunakan John Calvin untuk menentang Gereja.
“In the person of one man he gave the keys to all, that he might denote the unity of all; the rest, therefore, were the same that Peter was, being admitted to an equal participation of honour and power, but a beginning is made from unity that the Church of Christ may be shown to be one” (Cyprian, de Simplic. Prælat.). Augustine’s words are, “Had not the mystery of the Church been in Peter, our Lord would not have said to him, I will give thee the keys. For if this was said to Peter, the Church has them not; but if the Church has them, then when Peter received the keys he represented the whole Church” (August. Hom. in Joann. 50). Again, “All were asked, but Peter alone answers, Thou art the Christ; and it is said to him, I will give thee the keys; as if he alone had received the power of loosing and binding; whereas he both spoke for all, and received in common with all, being, as it were, the representative of unity. One received for all, because there is unity in all” (Hom. 124).
terima kasih..
Thomas Vernando
Jawaban:
Shalom Thomas Vernando,
Jika kita ingin memahami ajaran para Bapa Gereja, kita tidak dapat hanya mencuplik sedikit saja dari tulisan- tulisan mereka dan mengabaikan tulisan- tulisan mereka yang lain. Sebab jika demikian, kita dapat menjadi salah paham.
Sekarang mari kita bahas pernyataan kedua orang kudus tersebut (berikut ini saya terjemahkan):
1. St. Cyprian, Uskup dari Carthage (+ 258)
“Di dalam pribadi satu orang, Ia [Tuhan Yesus] memberikan kunci- kunci kepada semua, sehingga Ia dapat menandai kesatuan semuanya; oleh karena itu para rasul yang lain adalah sama dengan Petrus yang, diijinkan mempunyai hak partisipasi yang sama dalam hal penghormatan dan kuasa, tetapi sebuah permulaan dibuat dari kesatuan sehingga Gereja Kristus dapat terlihat sebagai satu kesatuan.” (St. Cyprian, De catholicae ecclesiae unitate, seperti dikutip oleh John Calvin, Institute of the Christian Religion, p. 734).
Berikut ini saya lampirkan kutipan dari tulisan St. Cyprian -yang dikutip oleh John Calvin- yang dalam bahasa Inggris berjudul The Unity of the Catholic Church (Terima kasih kepada sdr. Phiner yang telah memberitahukan kepada saya teks ini yang secara on-line dapat diakses di link ewtn, klik di sini). Menarik disimak di sini adalah di tulisan tersebut St. Cyprian sesungguhnya ingin menekankan kesatuan Gereja dan malah mengecam orang- orang yang memisahkan diri dari kesatuan Gereja Katolik yang didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus (Ini jelas disebutkan dalam Bab 1-3). Menurut hemat saya, agaklah dipaksakan argumen yang mengutip kesetaraan para rasul sampai kepada penolakan kepemimpinan Petrus. Sebab justru dikatakan oleh St. Cyprian bahwa pada St. Petruslah permulaan kesatuan Gereja, sebab Gereja didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus yang mewakili para rasul lainnya. Maka Calvin yang mencuplik hanya satu kalimat dari keseluruhan paragraf/ chapter ini, malah mengaburkan konteks yang sedang dibicarakan. Maka berikut ini saya sampaikan keseluruhan paragraf yang dimaksud, yaitu di Bab 4. (Disampaikan pertama dalam bahasa Inggris, kemudian diikuti dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia):
Chapter 4
If anyone considers and examines these things, there is no need of alengthy discussion and arguments. Proof for faith is easy in a briefstatement of the truth. The Lord speaks to Peter: ‘I say to thee,’ Hesays, ‘thou art Peter, and upon this rock I will build my church, and thegates of hell shall not prevail against it. And I will give thee the keysof the kingdom of heaven; and whatever thou shalt bind on earth shall bebound also in heaven, and whatever thou shalt loose on earth shall beloosed also in heaven.’ Upon him [Peter], being one, He builds His Church, andalthough after His resurrection He bestows equal power upon all theApostles, and says: ‘As the Father has sent me, I also send you. Receive
ye the Holy Spirit: if you forgive the sins of anyone, they will beforgiven him; if you retain the sins of anyone, they will be retained,’yet that He might display unity, He established by His authority theorigin of the same unity as beginning from one. Surely the rest of theApostles also were that which Peter was, endowed with an equal partnershipof office and of power, but the beginning proceeds from unity, that theChurch of Christ may be shown to be one. This one Church, also, the HolySpirit in the Canticle of Canticles designates in the person of the Lordand says: ‘One is my dove, my perfect one is but one, she is the only oneof her mother, the chosen one of her that bore her.’ Does he who does nothold this unity think that he holds the faith? Does he who strives againstthe Church and resists her think that he is in the Church, when too theblessed Apostle Paul teaches this same thing and sets forth the sacramentof unity saying: ‘One body and one Spirit, one hope of your calling, oneLord, one faith, one baptism, one God’?
Bab 4.
Jika seseorang mempertimbangkan dan memeriksa hal- hal ini [adanya penyesatan secara halus yang menyimpang dari kebenaran Kristus dalam Gereja], tidaklah perlu diskusi dan argumen yang panjang. Tuhan berbicara kepada Petrus, “Aku berkata kepadamu,” Ia berkata, “Kamu adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Dan Aku akan memberimu kunci- kunci Kerajaan Surga, dan apapun yang kau ikat di dunia akan terikat juga di Surga dan apapun yang kau lepas di dunia akan terlepas juga di Surga.’ Di atas dia [Petrus], yang satu, Ia [Yesus] mendirikan Gereja-Nya, dan meskipun setelah kebangkitan-Nya Ia memberikan kuasa yang sama kepada semua rasul-Nya, dan berkata, “Seperti Bapa telah mengutus aku, Aku juga mengutus kamu. Terimalah Roh Kudus: Jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni; jika kamu menyatakan dosanya tetap ada, dosanya tetap ada,’ tetapi agar Ia dapat menunjukkan kesatuan, Ia mendirikan dengan kuasa-Nya, asal muasal dari kesatuan yang sama sebagai permulaan dari satu. Tentulah para rasul yang lain juga adalah seperti Petrus, yang dikaruniai dengan kerjasama yang sama tentang tugas dan wewenang, tetapi permulaan berawal dari kesatuan, bahwa Gereja Kristus dapat terlihat sebagai satu kesatuan. Gereja yang satu ini, juga di dalam kitab Kidung Agung Roh Kudus menandai di dalam pribadi Tuhan dan berkata: ‘Satu adalah burung merpatiku, kesempurnaanku adalah satu, ia adalah hanya satu- satunya dari ibunya, satu- satunya yang dipilihnya yang melahirkan dia.’ Apakah ia yang tidak memegang kesatuan ini berpikir bahwa ia memegang iman? Apakah ia yang berusaha keras melawan Gereja dan menentangnya berpikir bahwa ia ada di dalam Gereja, ketika Rasul Paulus yang terberkati juga mengajarkan hal yang sama dan menentukan sakramen kesatuan, dengan berkata: ‘Satu Tubuh dan satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah’?
Menarik untuk dilihat di sini, bahwa Calvin mengutip kalimat yang dicetak tebal, tetapi tidak mengutip perkataan yang digarisbawahi. Padahal kalimat yang digarisbawahi tersebut justru menunjukkan konteks tulisan yang dikutip Calvin (yang dicetak tebal). Membaca keseluruhan paragraf di atas, secara obyektif seseorang dapat menyimpulkan bahwa tulisan itu tidaklah dimaksudkan untuk menolak kepemimpinan Petrus, tetapi malahan untuk menekankan pentingnya kesatuan Gereja, dalam kesatuan dengan para rasul, di mana Rasul Petrus merupakan permulaan kesatuan itu, karena di atasnyalah Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya. Inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Jadi St. Cyprian tetap mengakui hal pemberian kunci- kunci kepada satu orang (yaitu Petrus) yang menandai kesatuan para rasul, sebagai ‘permulaan dari kesatuan/ a beginning is made from unity‘). Implikasinya adalah kesatuan Gereja dimulai dari pemberian kunci- kunci kepada Rasul Petrus yang juga mewakili para rasul yang lain. Selanjutnya para rasul diberi kuasa yang sama dalam melanjutkan karya penyelamatan Kristus. Gereja awal melaksanakan hal ini, dan kuasa dan wewenang para rasul itu kemudian diteruskan oleh para Uskup, yang mengepalai jemaat/ Gereja. Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa kuasa yang sama yang diberikan kepada para Uskup tersebut adalah dalam hal tugas sebagai guru, imam dan pelayan:
Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20)….. Maka dari itu … para Rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka.
….supaya perutusan yang dipercayakan kepada para Rasul dapat dilanjutkan sesudah mereka meninggal, mereka menyerahkan kepada para pembantu mereka yang terdekat – seakan-akan sebagai wasiat – tugas untuk menyempurnakan dan meneguhkan karya yang telah mereka mulai. Kepada mereka itu para Rasul berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, di mana mereka telah ditempatkan oleh Roh Kudus untuk menggembalakan Gereja Allah (lih. Kis 20:28)…. Di antara pelbagai pelayanan, yang sejak awal mula dijalankan dalam Gereja itu, menurut tradisi yang mendapat tempat utama ialah tugas mereka yang diangkat menjadi Uskup, dan yang karena pergantian yang berlangsung sejak permulaan membawa ranting benih rasuli. Demikianlah menurut kesaksian S. Ireneus, melalui mereka yang oleh para Rasul diangkat menjadi uskup serta para pengganti mereka sampai akhir zaman kita, tradisi rasuli dinyatakan dan dipelihara di seluruh dunia.
Jadi para Uskup menerima tugas melayani jemaat bersama dengan para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon. Sebagai wakil Allah mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan, sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, pelayan dalam bimbingan. Seperti tugas, yang oleh Tuhan secara khas diserahkan kepada Petrus ketua para rasul, dan harus diteruskan kepada para penggantinya, tetaplah adanya, begitu pula tetaplah tugas para rasul menggembalakan Gereja, yang tiada hentinya harus dilaksanakan oleh pangkat suci para Uskup. Maka dari itu Konsili suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi para Uskup menggantikan para Rasul sebagai gembala Gereja. Barang siapa mendengarkan mereka, mendengarkan Kristus; tetapi barang siapa menolak mereka, menolak Kristus dan Dia yang mengutus Kristus (lih. Luk 10:16) (Konsili Vatikan II, Tentang Gereja, Lumen Gentium 20)
Kesamaan penghormatan dan kuasa/ wewenang para Uskup pada daerah pelayanannya tidak meniadakan keutamaan kepemimpinan Rasul Petrus selaku kepalanya. Hal ini jelas jika kita membaca pengajaran St. Cyprian dan tulisan- tulisannya yang lain, yaitu:
a. Pengajaran St. Cyprian
“Tuhan berkata kepada Petrus: “Aku berkata kepadamu,” Ia berkata, ‘bahwa engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Dan kepadamu aku akan memberikan kunci Kerajaan Surga: dan apapun yang kamu ikat di dunia akan terikat di surga dan apapun yang kamu lepaskan di dunia akan terlepas di Surga.” Dan lagi Ia berkata kepadanya setelah kebangkitan-Nya, “Gembalakanlah domba- domba-Ku.” Atasnya Ia mendirikan Gereja-Nya, dan kepadanya Ia memberikan perintah untuk menggembalakan domba- domba-Nya; dan meskipun Ia memberikan kuasa serupa kepada semua rasul-Nya, namun Ia mendirikan [hanya] satu kursi kepemimpinan; dan Ia mendirikan dengan kuasa-Nya sendiri sebuah sumber dan alasan mendasar untuk kesatuan itu. Memang para rasul yang lain ada di mana Petrus berada, namun keutamaan diberikan kepada Petrus, di mana sudah dinyatakan dengan jelas bahwa hanya ada satu Gereja dan satu kursi kepemimpinan. Demikian pula, semua gembala dan kawanan dombanya dinyatakan satu, yang diberi makan oleh semua Rasul dengan pemikiran yang satu. Jika seseorang tidak berpegang pada kesatuan dengan Petrus ini, dapatkah ia membayangkan bahwa ia masih memegang iman? Jika ia mengabaikan kursi kepemimpinan Petrus yang atasnya Gereja didirikan, dapatkah ia masih yakin dan percaya bahwa ia berada di dalam Gereja?” (St. Cyprian, The Unity of the Church, 4, (251-256)in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:220. Menurut Cyprian, The See of Rome is ecclesia principalis unde unitas sacerdotalis exorta est, “The Church which persides in Love” (Gereja yang memimpin di dalam kasih), seperti dikutip dalam John Meyendorff, The Primacy of Peter, (Crestwood: New York: St. Vladimir’s Seminary Press, 1992) p. 98-99)
Hanya ada satu Tuhan dan satu Kristus, dan satu Gereja dan satu kursi kepemimpinan yang didirikan di atas Petrus, oleh perkataan Tuhan Yesus. Tidaklah mungkin untuk membangun altar yang lain atau imamat yang lain disamping altar yang satu dan imamat yang satu itu. Siapapun yang berkumpul di luar kesatuan itu, akan tercerai berai.” (St. Cyprian, Letter of Cyprian to All His People [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:229).
b. Surat St. Cyprian kepada Paus Kornelius di Roma (252)
Dalam suratnya kepada Paus Cornelius di Roma (252), Cyprian menulis:
“Dengan uskup yang mereka tunjuk sendiri oleh para heretik, mereka bahkan berlayar dan membawa surat- surat dari para skismatik dan bidat kepada kursi kepemimpinan Petrus dan pimpinan Gereja, di mana kesatuan imamat mempunyai sumbernya; namun mereka [para bidat] tidak berpikir bahwa ini adalah jemaat Roma, yang imannya dipuji oleh Rasul pengkhotbah [Paulus] dan di antara mereka tidak mungkin kesesatan dapat masuk.” (Letter of Cyprian to Cornelius of Rome 59, 14, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1: 232)
c. Surat St. Cyprian kepada Antonianus, Uskup Numidia (252)
“Kamu menulis juga bahwa saya harus meneruskan kepada Kornelius [Uskup Roma], kolega kita, salinan dari suratmu, sehingga beliau dapat mengesampingkan semua keresahan dan mengetahui langsung bahwa kamu berada di dalam persekutuan dengan beliau, yaitu dengan Gereja Katolik.” ((Letter of Cyprian to Antonianus, a Bishop in Numidia 55(52), 1, (251-252), in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:230))
Di sini diketahui bahwa St. Cyprian mengajarkan bahwa untuk berada dalam persekutuan dengan seluruh Gereja Katolik, seseorang harus berada dalam persekutuan langsung dengan Uskup Roma.
“Ketika penganiayaan sudah reda, dan kesempatan untuk bertemu memungkinkan; sejumlah besar uskup Afrika …. bertemu bersama … Dan jika sejumlah uskup di Afrika tidak puas, kamu juga menulis ke Roma, kepada Kornelius [Paus], kolega kita tentang hal ini, yang juga akan mengadakan konsili dengan banyak sekali uskup, yang setuju dalam satu pendapat seperti yang kita pegang. (Letter of Cyprian to Antonianus, a Bishop in Numidia 51, 6, (251-252), ANF, 5:328).
Melalui surat ini St. Cyprian menyatakan praktek yang terjadi untuk menyelesaikan perselisihan pendapat di keuskupannya, dengan mengakui keutamaan Uskup Roma.
“Kornelius dijadikan Uskup [Uskup Roma] oleh keputusan Tuhan dan Kristus, oleh kesaksian hampir semua klerus, oleh dukungan orang- orang yang hadir pada saat itu, oleh kolese para imam yang terberkati, dan orang- orang yang baik lainnya, … di mana adalah tempat Petrus, martabat kursi kepemimpinan imamat. Sebab kursi terisi sesuai dengan kehendak Tuhan dan dengan persetujuan kita semua…. Sebab seseorang tidak dapat mempunyai jabatan gerejawi jika tidak memegang kesatuan dengan Gereja.” (Letter of Cyprian to Cornelius of Rome 55 (52), 8, in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1: 230)
d. St. Cyprian kepada Paus Stephen (254- 257)
“Cyprian kepada saudaranya [Paus] Stephen, salam …. Adalah pantas bagimu untuk menuliskan surat- surat kepada sesama uskup yang ditunjuk di Gaul, agar tidak menderita lagi karena Marician….karena ia sepertinya tidak di-ekskomunikasi oleh kami …. Biarlah surat- surat ditujukan olehmu kepada provinsidan orang- orang yang ada di Arles, yang dengan demikian, Marcian diekskomunikasi; [dan] orang lain dapat menggantikan kedudukannya… Sebab kehormatan dari para pendahulu kami, para martir Paus Kornelius dan Lucius, seharusnya dilestarikan… Tunjukkan kepada kami siapa yang ditunjuk menggantikan Marcian, sehingga kami mengetahui kepada siapa kami mengarahkan saudara- saudara kami, dan kepada siapa kami harus menulis [surat].” ((St. Cyprian, To Father [Pope] Stephen, concerning Maricianus of Arles, who had joined himself to Novatian; Epistle LXVI, ANF 5:367-369.))
Di sini terlihat bahwa Cyprian tidak menganggap bahwa posisinya sebagai uskup setara dengan uskup Roma, sebab jika demikian ia tidak perlu menulis demikian kepada Paus Stephen. Bahkan St. Cyprian yang sering dianggap menentang kepemimpinan Paus (Cyprian berbeda pandangan dengan Paus Stephen dalam hal menerima baptisan yang dilakukan oleh para heretik. Cyprian berkeras untuk membaptis kembali, sedang Paus Stephen, memegang makna satu baptisan (Ef 4:5) menerima para heretik yang bertobat, tanpa perlu membaptis kembali; sepanjang baptisan diadakan dalam intensi, forma dan materia yang sama seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik), namun ia memohon kepada Uskup Roma (Paus) untuk melakukan kepemimpinan atas Gereja universal.
e. Cyprian kepada seluruh umat
“Hanya ada satu Tuhan dan satu Kristus, dan satu Gereja, dan satu Tahta yang didirikan di atas Petrus oleh sabda Tuhan. Tidaklah mungkin untuk memasang altar lain atau untuk di sana mengadakan imamat lain, di samping satu altar dan satu imamat itu. Siapapun yang mengumpulkan di tempat lainnya tercerai berai.” (Letter of Cyprian to All His People [43 (40), 5], in Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1:229)
Perlu kita renungkan, mengapa John Calvin tidak mengutip tulisan St. Cyprian yang ini?
2. St. Agustinus, Uskup Hippo (354-430)
Calvin mengutip tulisan St. Agustinus yang mengatakan demikian (berikut ini terjemahannya):
“Jika misteri/ rahasia Gereja tidak ada di dalam Petrus, Tuhan kita tidak akan berkata kepadanya, Aku akan memberimu kunci-kunci [kunci Kerajaan Surga]. Sebab jika ini dikatakan kepada Petrus maka Gereja tidak mempunyai kunci-kunci itu; tetapi jika Gereja mempunyai kunci- kunci tersebut, maka ketika Petrus menerima kunci- kunci itu, ia mewakili seluruh Gereja” (St. Augustine, In Johann. 50).
“Semua ditanyai, tetapi hanya Petrus saja yang menjawab, Engkau adalah Kristus; dan dikatakan kepadanya, Aku akan memberi kamu kunci-kunci; seakan-akan ia sendiri telah menerima kuasa melepas dan mengikat; namun ia [Petrus] berkata atas nama semua, dan menerima bersama-sama dengan semua, menjadi sepertinya, wakil dari kesatuan. Seseorang menerima atas nama semua, sebab terdapat kesatuan di dalam semua.” (St. Augustine, De tempore homilia 124).
Dari tulisan ini St. Agustinus ingin menyampaikan bahwa bukan hanya kepada Petrus, Tuhan Yesus memberikan kuasa ‘mengikat dan melepaskan’, namun juga kepada para rasul lainnya. Tentu saja Gereja Katolik juga mengajarkan hal ini, sebab ini disebutkan jelas di dalam Injil (Mat 18:18). Namun pemberian kuasa mengikat dan melepaskan kepada para rasul tidak meniadakan kepemimpinan Petrus atas para rasul lainnya, sebab demikian juga yang diajarkan oleh St. Agustinus dalam tulisannya yang lain, terutama pada saat ia menuliskan suratnya kepada para heretik/ bidat. Demikian kutipannya:
“Sebab jika jalur suksesi para uskup harus diperhitungkan, dengan kepastian yang lebih tinggi dan menguntungkan bagi Gereja, kita menghitung kembali sampai kepada Petrus sendiri, kepada siapa, sebagai yang mengemban figur seluruh Gereja, Tuhan berkata: ‘Di atas batu karang ini Aku mendirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya!’ Penerus Petrus adalah Linus, dan para penerusnya dalam kesinambungan yang tidak terputus adalah: Klemens, Anakletus, Evaristus, Alexaner, Sixtus, Teleforus, Iginus, Anicetus, Pius, Soter, Eleutherius, Victor, Zephirinus, Calixtus, Urbanus, Pontianus, Antherus, Fabianus, Cornelius, Luciu, Stefanus, Xystus, Dionisius, Felix, Eutychianus, Gaius, Marcellinus, Marcellus, Eusebius, Miltiades, Sylvester, Marcus, Julius, Liberius, Damasus, dan Siricius yang digantikan oleh Uskup Anastasius saat ini. Dalam jalur apostolik ini tidak ditemukan satupun Uskup Donatis” (Letters of St. Augustine 53, 3, NPNF 1, 1:298. Donatism adalah aliran sesat yang berkembang pada masa St. Agustinus hidup).
Di sini kita melihat adanya pernyataan yang kuat yang mendukung keutamaan Uskup/ Paus di Roma, untuk menolak ajaran sesat. St. Agustinus memberikan dasar untuk menolak para bidat dengan menyatakan adanya tradisi dan suksesi kepemimpinan apostolik di dalam Gereja Katolik. St. Agustinus menanyakan secara rethorik, “Apakah para Donatist mempunyai klaim kebenaran kepada kebenaran? Tidak. Dapatkah mereka mengklaim suksesi apostolik dari Petrus sendiri? Tidak.” Oleh karena itu mereka tidak di dalam Gereja dan tidak dapat mengklaim kembali sampai kepada para rasul.
Selanjutnya, dalam suratnya menanggapi penyerangan yang dilakukan para bidat kepada Caecilianus, Uskup Carthage, St. Agustinus menulis demikian:
“Kota itu (Carthage) mempunyai seorang uskup yang otoritasnya tidak kecil, yang mampu untuk tidak mempedulikan banyaknya para musuhnya yang bersekongkol menyerang dia, ketika ia [Caesilianus] melihat dirinya bersatu dalam surat persekutuan, baik dengan Gereja Roma, yang di dalamnya keutamaan tahta apostolik [apostolicae cathedrae principatus] telah selalu diterapkan– dan dengan daratan yang lain- yang dari mana Injil datang ke Afrika itu sendiri, di mana ia dapat dengan siap sedia memohon tentang kasusnya, jika para penyerangnya berusaha mengasingkan gereja- gereja itu darinya.” (St. Augustine, Epistle 43,7, in Joseph Berrington and John Kirk, Faith of Catholics, ed. T.J. Capel, vol 2 (New York: F. Pustet & Co, 1885) p. 81-82.
Untuk menangani ajaran sesat yang terjadi di Afrika Utara, para Uskup, termasuk St. Agustinus, Uskup Hippo, mengirimkan surat untuk memperoleh konfirmasi resmi konsili mereka dari “tahta apostolik”/ Apostolic See. Surat tersebut diawali dengan perkataan, “Sebab Tuhan, dengan kelimpahan yang istimewa dari rahmat-Nya, telah menempatkan engkau di Tahta Apostolik…”
3. Kesimpulan
Dengan melihat fakta di atas, maka secara obyektif kita dapat melihat bahwa sebenarnya baik St. Cyprian maupun St. Agustinus tidak menentang keutamaan Paus. Pernyataan mereka yang seolah mengatakan bahwa kunci-kunci diberikan kepada para rasul yang lain, mengacu kepada pemberian kuasa ‘mengikat dan melepaskan’ yang memang diberikan kepada para murid yang lain seperti yang tertulis dalam Mat 18:18. Namun baik St. Cyprian dan St. Agustinus tidak menyangkal bahwa keuskupan/ Gereja Roma tetap menempati tempat istimewa di antara keuskupan/ Gereja lainnya. Tulisan- tulisan mereka secara keseluruhan membuktikan hal itu, terutama dengan kenyataan bahwa mereka tetap menulis surat kepada keuskupan/ Gereja Roma yang mereka sebut sebagai “kursi kepemimpinan Petrus dan pimpinan Gereja, di mana kesatuan imamat mempunyai sumbernya” (St. Cyprian) atau sebagai “Tahta Apostolik” (St. Agustinus).
Agaknya kita tidak dapat hanya mengambil sebagian dari tulisan para Bapa Gereja dan kemudian terlalu bergegas mengambil kesempulan, karena sesungguhnya tak seorangpun dari kedua Uskup tersebut menentang keutamaan Gereja Roma.
Mat 16:18
18. καγὼ δέ σοι λέγω ὅτι σὺ εἶ Πέτρος καὶ ἐπὶ ταύτῃ τῇ πέτρᾳ οἰκοδομήσω μου τὴν ἐκκλησίαν καὶ πύλαι ᾅδου οὐ κατισχύσουσιν αὐτῆς.
18. Kago de soi lego [Aku berkata kepadamu] oti su ei [bahwa engkau adalah] Petros [Petrus] kai epi taute te petra [dan atas batu karang ini] oikodomeso [aku akan membangun] mou ten ekklesian [GerejaKu] kai pulai [dan gerbang] adou [Hades] ou katischusousin autes [tidak akan menguasainya].
18. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Sekarang marilah kita tinjau kata “πέτρᾳ” (petra, batu karang) yang digunakan dalam Mat 16:18, kata yang digunakan dalam Mat 16:18 ternyata memiliki sifat Noun-Dative Singular Feminine, seharusnya jika Yesus Kristus memang bermaksud untuk mengacu pada pribadi Rasul Petrus seorang maka kata yang digunakan haruslah bersifat Masculine (bagi laki-laki), karena jenis kata yang digunakan Feminine (bagi perempuan) maka hal ini bukanlah merujuk kepada Petrus secara pribadi yang adalah laki-laki.
Yesus Kristus tidak pernah menilai Rasul Petrus secara pribadinya, namun berdasarkan apa yang dikatakannya, mari kita tinjau masih dalam ayat perikop yang sama berikut ini:
Mat 16:23
23. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Bagaimana mungkin pada ayat sebelumnya Petrus dikatakan sebagai “batu karang Gereja” dan sekarang dikatakan sebagai “batu sandungan”? dengan demikian Pengakuan Iman Rasul Petruslah yang menjadi batu karang Gereja dan perkataan sembrono Rasul Petruslah yang menjadi batu sandungan.
Jadi Pengakuan Iman apakah yang menjadi “batu karang Gereja” itu? Tentu kita harus melihat pada pernyataan Rasul Petrus sebelumnya, yaitu:
Mat 16:16
16. Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
Pernyataan Rasul Petrus pada Mat 16:16 ternyata sesuai dengan kaidah Kitab Suci yang menyatakan bahwa batu karang itu adalah Kristus [sesuai dengan Pernyataan Iman Rasul Petrus pada Mat 16:16]
1Kor 10:4
4. dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Dengan demikian, maka ayat-ayat dalam Kitab Suci dapat berjalan secara harmonis.
mohon tanggapan Gereja Katolik terhadap tafsir kitab suci dari Gereja Orthodox ini?
Shalom Jerry,
Topik tentang ‘Petros’ dan ‘Petra’, sudah dibahas di artikel di atas, silakan klik. Di sana dikatakan dasar- dasarnya mengapa Gereja Katolik mengajarkan bahwa perkataan Yesus itu pertama- tama ditujukan kepada Petrus karena pengakuan imannya, dan bukan hanya kepada pengakuan iman Petrus.
Memang dalam Mat 16:23 Yesus mengatakan bahwa Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia,” yaitu ketika Petrus menyatakan kehendaknya agar jangan Kristus mananggung penderitaan dari pihak tua- tua Yahudi. Namun demikian, perkataan Yesus dalam Mat 16:23 itu tidak berhubungan dengan Mat 16:18. Sebab walaupun Yesus dalam kodrat-Nya sebagai Tuhan, Kristus juga sudah mengetahui bahwa Petrus akan mengkhianati-Nya sebanyak tiga kali, namun hal itu tidak menghalangi-Nya untuk tetap memilih Petrus sebagai batu karang tempat Gereja-Nya didirikan. Sama seperti ketika Kristus sudah tahu sejak awal mula bahwa Yudas Iskariot akan menyerahkan-Nya ke tangan para tua- tua Yahudi, namun Ia tetap memilih Yudas Iskariot sebagai salah satu rasul-Nya.
Pertentangan antara kata “batu karang” dan “batu sandungan” juga tidak relevan di sini, sebab pada ayat Mat 16:23 kata “batu sandungan” adalah terjemahan dari kata aslinya “σκάνδαλον/ skándalon”, jadi tidak ada hubungannya dengan kata “batu” pada kata “batu karang”.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Cekcok antar gembala bukanlah sesuatu yg baru. Kalo ditarik ke belakang, saat gembala perdana (Petrus dkk) bersama Sang Guru berjalan menuju Kaparnaum. Sesampai disana Sang Guru bertanya: “Apa yg kalian perbincangkan tadi di jalan?”. Mereka tidak menjawab sebab mereka tadi BERTENGKAR soal siapa yg paling besar diantara ke 12 gembala itu. Sang Guru pun menyampaikan wejangan bijakNya. Anehnya, percekcokan dengan tema yg sama kembali terulang. Yaitu di suatu sore di ruang atas di sebuah rumah. Saat itu mereka bersiap hendak mengadakan Perjamuan Paskah, yg merupakan perjamuan terakhir kalinya bersama para murid tercinta. Lagi-lagi Sang Guru harus memberikan wejangan bijakNya pada mereka ini. Pertanyaannya: Apa mereka ini tidak ingat dengan dengan wejangan tsb saat di Kaparnaum beberapa saat yg lalu? Barangkali soal SIAPA YANG LAYAK MENJADI BOSS itu tadi telah membutakan batin dan mengkeruhkan pikiran mereka sehingga percekcokan yg sama harus terulang. Tragisnya hal itu terulang di kala menjelang siksa salib yg akan dialami Sang Guru.
Shalom Rahardyanto,
Sepanjang pengetahuan saya, pada perjamuan terakhir para murid tidak mempersoalkan siapakah yang terbesar di antara mereka. Jika anda sampai berkesimpulan demikian, di manakah ayatnya yang menyatakan hal ini, saya juga ingin mengetahuinya. Sebab dari yang saya ketahui, Yesus memang mengajarkan agar para murid saling melayani, dengan memberikan teladan pembasuhan kaki: Ia yang adalah guru dan Tuhan, merendahkan diri dan membasuh kaki para murid-Nya (lih. Yoh 13), ini adalah makna kepemimpinan dalam Kristus, yaitu sang pemimpin harus menjadi pelayan. Namun dalam perikop itu tidak dikisahkan adanya pertengkaran di antara para murid untuk membahas siapakah yang terbesar di antara mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
“Siapapun yang berkumpul di luar kesatuan itu, akan tercerai berai.” (St. Cyprian, Letter of Cyprian to All His People [43 (40),5] in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:229).
Wow…ternyata apa yang dikatakan St.Cyprian ribuan tahun lalu menjadi kenyataan… domba2 lain yang memakai nama protestan kini sedang dalam perpecahan besar…Pak n Bu, sedih juga ya rasanya..kalau kita melihat siaran protestan di Tv sebenarnya banyak manusia yang benar2 haus akan Kristus namun masih juga menolak menjadi satu dalam kepemimpinan tahta Petrus, sebenarnya kalau saya lihat dari teman2 protestan saya, mereka memahami katolik dari orang yang salah,maaf saya harus katakan dari ajaran pendetanya yang mengajarkan demikian (sekali lagi saya mohon maaf bagi teman2 protestan yg membaca ini) saya ingin tau apakah ada curhat pribadi Paus mengenai banyaknya manusia yang maunya memisahkan diri dan menolak dipimpin dan beranggapan Kristus saja sudah cukup??? apakah Beliau sedih atau bagaimana ya???
[Dari Katolisitas: Adalah menjadi tugas dan panggilan kita, untuk berdoa bagi persatuan Gereja, dan mendoakan Bapa Paus agar selalu dalam bimbingan Roh Kudus untuk memimpin dan mempersatukan seluruh Gereja.]
Mungkin link ini memuat tulisan St. Cyprian :
http://www.ewtn.com/library/sources/unity.txt
[Dari Katolisitas: Terima kasih banyak kepada Phiner, yang telah memberitahukan kepada kami link dari ewtn ini. Kami sudah menambahkan ulasan di atas, berdasarkan tulisan lengkap St. Cyprian yang ada pada link tersebut]
terima kasih Phiner untuk linknya, dan juga Kak Inggrid untuk penjelasan yang amat baik.
Tuhan memberkati selalu
Kak, mohon diartikan arti kata2 ini..maksud dari Bapa Gereja itu apa, soalnya tulisan ini digunakan John Calvin untuk menentang Gereja.
“In the person of one man he gave the keys to all, that he might denote the unity of all; the rest, therefore, were the same that Peter was, being admitted to an equal participation of honour and power, but a beginning is made from unity that the Church of Christ may be shown to be one” (Cyprian, de Simplic. Prælat.). Augustine’s words are, “Had not the mystery of the Church been in Peter, our Lord would not have said to him, I will give thee the keys. For if this was said to Peter, the Church has them not; but if the Church has them, then when Peter received the keys he represented the whole Church” (August. Hom. in Joann. 50). Again, “All were asked, but Peter alone answers, Thou art the Christ; and it is said to him, I will give thee the keys; as if he alone had received the power of loosing and binding; whereas he both spoke for all, and received in common with all, being, as it were, the representative of unity. One received for all, because there is unity in all” (Hom. 124).
terima kasih..
Thomas Vernando
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.