Sumber gamber: https://www.crossroadsinitiative.com/media/articles/christs-baptism-fire-immersed-in-water-st-proclus/

[Hari Minggu Biasa II: Yes 49:3,5-6; Mzm 40:2-10; 1Kor 1:1-3; Yoh 1:29-34]

Dalam penanggalan liturgi, perayaan Epifani diikuti dengan perayaan Pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Kedua perayaan ini terkait dengan misi kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, yaitu untuk menjadi Sang Mesias, yang menebus dosa-dosa kita dan akan memberikan kehidupan baru kepada kita. Minggu ini kita diingatkan kembali akan Pembaptisan Tuhan Yesus dan Pembaptisan kita sendiri. Bagi Yesus, Pembaptisan-Nya tidak bermakna penghapusan dosa, sebab Ia sebagai Putra Allah, tidak berdosa. Namun melalui Pembaptisan-Nya, Yesus dinyatakan di hadapan umat Israel, bahwa Ia adalah Anak Allah (lih. Yoh 1:31-34). Selain itu, Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis, sang pelayan Tuhan, juga menunjukkan kerendahan hati Yesus. Ini mengingatkan kita juga kepada apa yang dilakukan oleh ibu-Nya, yaitu Bunda Maria, yang mengunjungi Elisabet saudaranya, yang adalah ibu dari Yohanes Pembaptis. Teladan Bunda Maria sang ibu Tuhan yang mengunjungi Elisabet, dan Tuhan Yesus yang mengunjungi Yohanes Pembaptis mengajar kita untuk bersikap rendah hati dan mengasihi orang-orang yang,  dari segi kedudukan berada di bawah kita. Misalnya, staf atau anak-anak buah kita di tempat kerja, atau adik-adik kelas kita di sekolah, pembantu rumah tangga, sopir, tukang parkir, dan seterusnya. Apakah sikap kita kepada mereka sudah mencerminkan bahwa kita adalah para murid Kristus yang mengikuti teladan kerendahan hati-Nya?

Selain itu, permenungan akan kisah Injil juga mungkin membuat kita bertanya-tanya, mengapa sesudah Yesus dibaptis oleh Yohanes, esoknya Yesus datang kembali menemui dia? St. Yohanes Krisostomus menjelaskan, “Maka ia [Rasul Yohanes] berkata, di hari berikutnya, Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya. Tetapi mengapa Ia datang kepadanya di hari setelah Pembaptisan-Nya? Setelah dibaptis bersama-sama dengan orang banyak, Ia [Yesus] ingin mencegah orang berpikir bahwa Ia datang kepada Yohanes Pembaptis dengan alasan yang sama seperti orang-orang lain, yaitu untuk mengakui dosa-dosa dan untuk dibasuh dalam sungai sebagai tanda pertobatan. Karena itu, Yesus datang untuk memberi Yohanes Pembaptis kesempatan untuk mengkoreksi kesalahan anggapan ini, yang memang dikoreksi oleh Yohanes Pembaptis, yaitu dengan perkataannya, ‘Lihatlah, Anak Domba Allah, yang menebus dosa dunia.’ Sebab Ia yang adalah sangat murni, mampu menghapuskan dosa-dosa manusia, jelas tidak mungkin datang demi mengakui dosa-Nya; melainkan hanya untuk memberikan kesempatan kepada Yohanes Pembaptis untuk berbicara tentang-Nya. Ia datang juga keesokan harinya, agar mereka yang telah mendengar kesaksian Yohanes yang terdahulu, dapat mendengarnya kembali dengan lebih jelas… Sebab ia berkata, ‘Lihatlah, Anak Domba Allah’, menunjukkan bahwa Ia adalah Seseorang yang dicari-cari sejak dahulu, dan mengingatkan mereka akan nubuat Yesaya dan tentang gambaran samar-samar hukum Musa, agar melalui gambaran itu, Ia dapat dengan lebih mudah memimpin mereka kepada arti yang sesungguhnya” (St. John Chrysostom, in Catena Aurea, John 1:29-31).

Dengan demikian arti Pembaptisan Yesus berbeda dengan arti Pembaptisan bagi kita. Dalam Baptisan-Nya, masuknya Yesus ke dalam air melambangkan kematian-Nya untuk menebus dosa manusia dan keluarnya Ia dari air dan turunnya Roh Kudus dalam rupa seperti burung merpati, melambangkan kebangkitan-Nya untuk memberikan kehidupan baru kepada umat manusia. Sedangkan Pembaptisan bagi kita menyatakan bahwa kesediaan kita untuk digabungkan dengan Yesus, dalam hal kematian terhadap dosa-dosa kita, untuk memperoleh kehidupan baru di dalam Yesus oleh kuasa Roh Kudus. Dengan menerima Baptisan ini, menurut perkataan Rasul Paulus, kita “dikuduskan dalam Kristus Yesus dan dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1Kor 1:2). Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, yang adalah “Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa” (Luk 2:32), maka kita pun dijadikan “terang bagi bangsa-bangsa” (Yes 49:6, bdk. Kis 13:47), supaya keselamatan yang dari Tuhan dapat sampai ke ujung bumi.

Di tengah kehidupan kita sehari-hari, kesempatan untuk menjadi terang bagi sesama selalu ada. Entah itu menghibur sahabat yang sedang kesusahan, mendoakan sesama yang berbeban berat, menyampaikan ajaran iman yang benar kepada mereka yang bimbang, atau memperhatikan dan menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Mari kita memohon kepada Tuhan, agar mencelikkan mata hati kita agar peka terhadap kesempatan-kesempatan tersebut, dan agar kita dimampukan untuk melaksanakan kehendak Tuhan ini.  Mari bersama pemazmur kita menyatakan kesediaan kita, “Ya, Tuhan, aku datang, melakukan kehendak-Mu.