Dalam bahasa Indonesia, tidak terlihat masalah, karena hanya dikatakan “nya”, tidak spesifik menyatakan laki-laki/ he atau perempuan/ she. Sedangkan dalam bahasa Inggris, memang terdapat dua salinan terjemahan. Teks Ibrani menyatakan he: “he shall bruise your head and you shall bruise his heel.” (RSV, NAB) “He” di sini berarti Kristus. Namun ada juga salinan yang berasal dari terjemahan tulisan Bapa Gereja dan beberapa salinan Vulgata yang menuliskan, “she shall bruise your head and you shall bruise her heel” (Douay Rheims).
Namun terlepas dari he atau she ini tidak mengubah fakta bahwa St. Yustinus Martir (100-165), St. Irenaeus, Tertullianus, St. Agustinus mengajarkan bahwa pada ayat Kej 3:15, ‘perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan iblis itu mengacu kepada Bunda Maria, karena keturunan yang dimaksud adalah Yesus. ‘Perempuan’ itu bukan Hawa dengan keturunannya Abel atau Seth. Mengapa? Karena Perempuan yang akan melahirkan Kristus yang akan meremukkan kepala iblis itu bukanlah Hawa, tetapi seorang perempuan yang lain, yaitu Bunda Maria. Maka, Bunda Maria adalah “the woman” yang dibicarakan di Kej 3:15. [Sayangnya dalam Alkitab LAI diterjemahkan sebagai “this woman” (wanita ini) yang sepertinya mengacu kepada Hawa. Padahal para Bapa Gereja mengajarkan, perempuan itu bukan Hawa, tapi seorang perempuan yang lain, “perempuan itu” (the woman), yang mengacu kepada Bunda Maria. Istilah “the woman” ini diulangi lagi pada mukjizat di Kana (Yoh 2:4) dan di kaki salib Yesus (Yoh 19:26-27).
Dengan mengetahui bahwa ‘perempuan’ dan ‘keturunannya’ yang mengalahkan Iblis adalah Bunda Maria dan Yesus, Gereja Katolik mengajarkan, apapun terjemahan yang dipakai, keduanya benar. Sebab, baik Yesus maupun Bunda Maria keduanya sama-sama mengalahkan Iblis. Jika dikatakan bahwa Bunda Maria mengalahkan Iblis, hal itu hanya dimungkinkan oleh kuasa Kristus. Kristuslah yang telah secara langsung meremukkan kepala iblis dengan kematian-Nya. Dan “tumit yang diremukkan oleh iblis”, adalah gambaran bahwa kemenangan Kristus diperoleh dengan penderitaan-Nya di kayu salib. Sedangkan, Bunda Maria pun dapat dikatakan secara tidak langsung meremukkan kepala Iblis dengan kerjasamanya di dalam misteri Inkarnasi, dan dengan ketaatannya untuk menolak berbuat dosa yang terkecil sekalipun (menurut ajaran St. Bernardus, Sermon, 2, on Missus est). Selanjutnya, St. Gregorius mengajarkan (Mor 1.38), bahwa kitapun, seperti halnya Bunda Maria, dapat secara tidak langsung meremukkan kepala iblis setiap kali kita taat akan Tuhan dan mengalahkan godaan. Sebab dikatakan:
“Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat. Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!” (Rm 16:19-20)
Jadi, baik Kristus maupun Bunda Maria sama-sama meremukkan kepala ular (iblis) ini, dengan ketaatan mereka sampai akhir terhadap kehendak Tuhan. Tumit mereka memang remuk karenanya. Tumit Kristus remuk adalah gambaran bahwa Ia telah mengalahkan iblis dengan penderitaan dan wafat-Nya di salib. Demikian pula, tumit Bunda Maria pun remuk: ketaatannya memuncak sampai saat penderitaannya, ketika berdiri di bawah salib Kristus, menyaksikan buah rahimnya itu difitnah, dipermalukan sedemikian rupa, disiksa sampai mati di hadapan matanya sendiri. Orang yang mengatakan bahwa ini bukan penderitaan, nampaknya tidak dapat memahami kenyataan yang wajar. Sebab, penderitaan tersebut merupakan penderitaan yang terberat yang dapat dialami oleh seorang ibu. Bagi Maria ‘pedang yang menusuk jiwanya’ ini menjadi lebih lagi tidak terbayangkan, mengingat bahwa kenyataan tersebut sangatlah berlawanan, bahkan sepertinya merupakan penyangkalan total dari apa yang pernah didengarnya dari malaikat: “Ia [Yesus] akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi… dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:32-33). Namun Maria tetap teguh berdiri mendampingi Puteranya dengan kesetiaan seorang hamba, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” (lih. Luk 1:38). Maka “tumit Mariapun turut remuk” dalam melawan iblis.
Melalui Salib-Nya—yaitu penderitaan dan wafat-Nya—Kristus mengalahkan maut dan kuasa iblis, sebelum Ia dapat bangkit dengan mulia. Inilah mengapa disebutkan bahwa kemenangan meremukkan kepala iblis itu melibatkan juga ‘remuknya tumit Kristus’. Demikian juga, Bunda Maria mengambil bagian di dalam penderitaan dan wafat Kristus itu. Sebab saat berdiri di bawah salib Kristus, Bunda Maria sungguh mengalami penderitaan tak terlukiskan: suatu pengosongan diri yang total untuk menerima rencana Tuhan walaupun melibatkan rasa sakit tak terhingga karena ‘pedang yang menembus jiwanya’. Inilah bentuk ‘remuknya tumit Maria’ dalam gambaran yang disampaikan dalam Kej 3:15.
Selanjutnya tentang Kej 3:15, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik
saya mau berdiskusi serius,
“Kej 3:15, ‘perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan Iblis itu”
kejadian 3:15 berbicara tentang YESUS Kristus yang meremukan kepala si iblis dengan kematianNya di kayu salib maria bukan tandemnya YESUS dalam mengalahkan si iblis karena di ayat itu di katakan “keturunannya” artinya ketika Allah berbicara kepada iblis Allah sudah menubuatkan bahwa keturunan dari hawa bukan maria yg akan meremukan kepala si iblis dan iblis akan meremukan lutut keturunannya ( ketika YESUS di salib penjaga mematahkan tulanglutut YESUS
sesungguhnya tidak menjadi masalah bagi kita, tentang siapa yang meremukkan kepala ular ini, sebab tetap benar bahwa baik Kristus maupun Bunda Maria sama- sama meremukkan kepala ular (Iblis) ini.
ini masalah kalau menempatkan maria bagian dari keselamatan manusia, YESUS bukan berasal dari dunia ini maria adalah manusia biasa yg memerlukan keselamatan jadi mana mungkin maria bisa meremukan kepala si iblis
di tweeter ada pertanyaan buat pengasuh @katolisitas mengapa maria membutuhkan juruselamat? dan jawaban pengasuh @R7377 karena Bunda Maria adalah ciptaan. bagai mana manusia yg memerlukan juruselamat bisa menyelamatkan umat manusia?ketika YESUS sebelum naik ke sorga Dia menjanjikan Roh Kudus kepada murid2Nya sebagai penolong dan saya percaya maria menerima Roh Penolong juga di saat melihat YESUS naik ke sorga.
Jadi perlukah manusia memerlukan maria?
Shalom Adri,
Gereja Katolik tidak pernah menyamakan Bunda Maria dengan Yesus, ataupun menyetarakan keduanya.
Anda berpandangan bahwa ‘perempuan’ yang disebut di sana adalah Hawa dan bukan Maria, karena Anda menutup mata terhadap ajaran para Bapa Gereja. Juga Anda berpandangan bahwa yang meremukkan kepala ular adalah ‘hanya’ Yesus, karena Anda mengabaikan adanya fakta perbedaan terjemahan Ibrani dan Latin tentang ayat itu. Sebab memang terjemahan Ibrani memakai kata ‘he‘ sehingga mengacu kepada Yesus, sedangkan terjemahan Latin Vulgate memakai kata ‘she‘ sehingga mengacu kepada ‘sang perempuan’, dan para Bapa Gereja mengartikan ‘sang perempuan’ yang adalah Bunda Maria.
Umat Katolik tidak mengartikan Kitab Suci menurut pandangan pribadi, tetapi menurut ajaran Gereja, terutama dalam mengartikan ayat-ayat yang sulit dipahami atau yang dapat menimbulkan berbagai interpretasi, seperti ayat Kej 3:15 ini. Untuk memahami ayat-ayat seperti ini, Gereja Katolik umumnya mengacu kepada ajaran para Bapa Gereja, sambil melihat hubungan kesatuannya dengan ayat-ayat yang lain, dan ajaran Kitab Suci secara keseluruhan.
Nah, jika para Bapa Gereja mengajarkan bahwa baik Yesus maupun Bunda Maria mengalahkan iblis, itu disebabkan karena keduanya mengalahkan iblis dengan ketaatan mereka kepada kehendak Allah. Bahwa Yesus taat kepada Bapa, sudah sangat jelas. Bahwa Maria taat, ini juga sesungguhnya jelas. Fakta bahwa Bunda Maria selalu taat kepada Allah, menjadikannya berbanding terbalik dengan Hawa yang mengikuti bujukan iblis sehingga tidak taat kepada Allah. Dengan ketidaktaatannya kepada Allah, Hawa memang bukan perempuan yang dapat ‘meremukkan kepala iblis’. Tetapi fakta bahwa dengan kehendak bebasnya Bunda Maria taat, dengan mengatakan, “… jadilah padaku menurut perkataanmu” kepada malaikat utusan Tuhan itu, maka Maria menjadi ‘rekan sekerja Allah’ untuk mengalahkan kuasa dosa dan maut. Bunda Maria mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah dengan menyediakan dirinya sebagai tabut Allah, sehingga Kristus Sang Putera Allah dapat menjelma di dalam rahimnya menjadi manusia untuk menjadi Juru Selamat dunia.
Adalah kebijaksanaan Allah, bahwa kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa yang diawali oleh ketidaktaatan Hawa, harus dipulihkan dengan melibatkan seorang Hawa yang lain (yaitu Bunda Maria) yang sepenuhnya taat, sehingga Kristus sebagai Adam yang baru dapat lahir ke dunia untuk menyelamatkan manusia.
Maka jika menurut Anda, manusia tidak butuh Bunda Maria, itu adalah pandangan Anda sendiri yang tidak sesuai dengan fakta yang telah terjadi dan tertulis di Kitab Suci. Yaitu bahwa Tuhan Yesus lahir ke dunia dengan melibatkan persetujuan Bunda Maria untuk mengandung dan melahirkan-Nya. Jika kita berandai- andai, memang bisa saja Allah memilih cara lain untuk mengutus Yesus ke dunia, misalnya tanpa melibatkan seorang manusiapun. Namun toh kita tahu, bukan cara itu yang dipilih Allah. Faktanya, Allah memilih seorang perempuan -hanya satu-satunya perempuan di sepanjang sejarah manusia- untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan Kristus Putera-Nya. Dan perempuan itu adalah Perawan Maria. Maka jika Gereja Katolik menghormati Bunda Maria, dan menganggapnya sebagai seorang yang sangat berperan dalam perwujudan karya keselamatan Allah, itu disebabkan karena Allah terlebih dahulu menganggapnya demikian. Sebab jika tidak, tentu Allah tidak mewujudkan rencana-Nya dengan melibatkan Bunda Maria, dan kita semua mengetahui, bukan ini yang dilakukan Allah.
Walaupun perannya yang sangat unik dalam karya keselamatan Allah, Bunda Maria tetaplah seorang ciptaan, dan karena itu ia tetap membutuhkan Yesus sebagai Juruselamatnya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bertanya: apakah yang menggoda Adam dan Hawa itu setan.. di Kejadian 3 hanya di katakan ular.. apakah bisa di tafsirkan setan? kalau bisa, mengapa demikian?
terima kasih
Shalom Enos,
Dalam Kitab Kejadian 3, dituliskan bahwa ularlah yang menggoda Hawa. Kita menyimpulkan bahwa ular tersebut adalah setan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, tidak ada yang melebihi manusia dari semua ciptaan yang kelihatan, termasuk segala alam raya beserta dengan isinya termasuk semua binatang (lih. Kej 2:20). Jadi, menjadi mustahil, bahwa binatang yang berada di dalam kuasa manusia dapat menggoda manusia dan kemudian menjerumuskan manusia pada jurang kehancuran. Kedua, dari hukuman yang diberikan oleh Tuhan kepada ular tersebut, yaitu kepalanya akan diremukkan oleh keturunan dari perempuan itu (lih. Kej 3:15). Mustahil kalau hanya sekedar ular, Tuhan memberikan hukuman demikian. Ketiga, dengan melihat kitab Wahyu 12:9 “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”, yang memberikan gambaran bahwa ular tersebut adalah setan. Semoga keterangan ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih utk jawabannya pak stefanus….
Romo di paroki saya memberikan jawaban di wahyu 12… Saya juga mau menanyakan meengenai wahyu 12…apakah perempuan yang ada di wahyu tersebut adalah Bunda Maria?
Bisa tolong ceritakan kembali mengenai wahyu 12 dgn bahasa yg lebih sederhana hehehehehe….
Terima kasih tuk jawabannya pak stef
[dari katolisitas: Tentang Wahyu 12, silakan melihat ini – silakan klik]
syalom tim katolisitas yg dikasihi oleh TUHAN
1.saya mau bertanya mengapa di patung Bunda Maria ada ular yang sedang diinjak oleh Bunda Maria ya??
2. kenapa pas kita sebelum menerima komuni ada doa dgn kata2 ya Tuhan saya tidak pantas TUhan datang kepada saya, tetapi bersabdalah maka saya akan sembuh..yg jadi pertannyaan apakah ada sejarhnya doa ini?mengapa harus ada kata2 “bersabdalah maka saya akan sembuh” di akhir doa?
terima kasih tuk jawabannya
Shalom Andi,
Tentang mengapa di patung Bunda Maria ada ular yang diinjak Bunda Maria, silakan melihat jawabannya di atas – silakan klik. Sedangkan sebelum menerima Komuni Kudus, maka kita mendoakan permohonan yang sebenarnya diucapkan oleh seorang perwira di Kapernaun yang memohon kepada Yesus agar Dia dapat menyembuhkan hamba dari perwira tersebut. Ketika Yesus bersedia datang ke rumahnya, maka perwira tersebut dengan penuh iman berkata “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” (Mat 8:8) Yesus memuji iman dari perwira tersebut. Dan inilah sikap yang memang diperlukan ketika kita mau bersatu dengan Kristus. Kita menyadari bahwa kita tidak layak bahwa Kristus bersatu dengan kita. Namun, karena Kristus begitu mengasihi kita, maka dengan penuh syukur dan kasih, kita juga menerima Kristus dalam rumah hati kita, sehingga Kristus dapat menyembuhkan kita, terutama dari ketidaksempurnaan hal-hal yang bersifat rohani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.