Sharing Pelayanan oeh Pst Felix Supranto, SS.CC
Cinta itu tak pernah salah karena lahir dari kesucian jiwa. Cinta senantiasa melahirkan kekuatan dan keberanian. Orang yang memiliki cinta akan tetap tegar walaupun derita hampir tak tertanggungkan. Cinta memampukan seseorang tetap bahagia walaupun banyak persoalan menjeratnya.
Kebenaran cinta itu disharingkan oleh Novi dan Marcel, suaminya, dalam pertemuan Komunitas Pria Katolik di Gereja Katolik Santa Helena pada tanggal 24 April 2015. Ketulusan cinta mereka semakin bersinar ketika ujian kehidupan tiba-tiba datang. Tanpa disangka, Marcel tak sadarkan diri karena penyakit yang sangat parah dan tak terdeteksi sebelumnya. Pihak rumah sakit akan menempatkan Marcel di ruangan ICU, tetapi Novi menolaknya: “Jangan biarkan suamiku sendirian di ruang yang sunyi itu. Ia harus di ruangan biasa agar aku bisa senantiasa bersama dengannya. Aku adalah kekuatan jiwanya. Aku adalah obatnya”. Novi senantiasa menemani Marcel sambil terus mengucapkan kata-kata peneguhan: “Marcel, berusaha dan bersabarlah, kemenangan pasti menjadi milikmu. Dengan usaha dan kesabaranmu dan dengan kekuatan dan kesabaran yang aku punya, engkau pasti mampu mengalahkan penyakitmu. Aku senantiasa ada di sampingmu. Cintaku menjadi kekuatanmu. Percayalah mukjizat Tuhan senantiasa tersedia bagimu”. Tak terduga, Marcel menjadi sadar kembali. Kesadaran Marcel itu jauh lebih cepat dari perhitungan medis karena dalam perhitungan medis ia telah hampir meregang nyawanya. Sungguh luar biasa bahwa kata-kata cinta mampu menusuk tajam jiwa sehingga membangkitkan kesadaran yang hampir musnah. Cinta memang bukan masalah apa yang dipikirkan oleh logika, tetapi apa yang dirasakan oleh jiwa. Sebait “kata cinta” akan menjadi sebuah doa yang didengarkan Tuhan ketika terbentuk dari iman: “Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;” (Yeremia 29:12).
Sekarang Marcel menjalani perawatan di rumah sendiri karena ia tidak mau dipisahkan dengan cinta dari keluarganya. Cinta keluarganya membuat dirinya merasa nyaman sehingga mengurangi penderitaan jasmaninya. Aku sudah beberapa kali datang ke rumahnya untuk meneguhkan Novi dan Marcel. Aku pun mendapatkan hikmat kehidupan dari Novi: “Dengan sakitnya suamiku, aku semakin merasakan bahwa Tuhan adalah Penopang hidupku. Aku dimampukanNya untuk berperan dalam segala hal, seperti perawat suamiku dan pengurus semua keperluan rumah tanggaku. Terutama aku dimampukanNya untuk bijaksana dalam kata dan perbuatan sehingga tidak menyinggung perasaan suamiku. Ketegaranku menjadi ketegarannya. Ketabahanku menjadi ketabahannya. Imanku mengokohkan imannya”.
Pesan yang dapat kita hidupi dari sharing iman ini: Cinta datang dari lubuk jiwa. Ia senantiasa bergelora untuk memberi kekuatan ketika kita lemah. Ia membangkitkan ketika kita terpuruk. Ia memberi semangat ketika kita berada dalam ambang keputusasaan. Cinta mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Cinta mengubah air mata menjadi tertawa ria. Cinta bisa terungkap nyata dalam senyuman, tetapi juga dalam tetesan air mata karena cinta adalah segalanya. Semuanya karena cinta manusia adalah tetesan dari samudera cinta Tuhan yang tidak akan pernah habis untuk dicurahkan: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah “ (1 Yohanes 4:7 ).